BAB II KAJIAN AKADEMIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN AKADEMIK"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN AKADEMIK A. TEORI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN 1. Konsep, Jenis dan Tingkatan Biaya Pendidikan Salah satu persoalan dalam menerapkan pendekatan ekonomi dalam pendidikan adalah apakah investasi yang dilakukan dalam bidang tersebut memberikan keuntungan ekonomi? Dalam menjawab pertanyaan ini telah terjadi silang pendapat yang dinyatakan dalam beberapa pendekatan perencanaan pendidikan seperti pendekatan investasi sumber daya manusia, pendekatan social demand dan pendekatan rate of return. Walaupun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan disamping mempunyai manfaat ekonomi juga mempunyai manfaat sosial-psikologis yang sulit dianalisis secara ekonomi. Namun pendekatan ekonomi dalam menganalisis pendidikan memberikan konstribusi sekurang-kurangnya terhadap dua hal yaitu (1) Analisis efektivitas dalam arti analisis penggunaan biaya yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan; (2) Analisis efesiensi penyelenggaraan pendidikan dalam arti perbandingan hasil dengan sejumlah pengorbanan yang diberikan. Manfaat biaya pendidikan oleh para ahli pendidikan sering disebut dengan Cost Benefit Analysis, yaitu rasio antara keuntungan financial sebagai hasil pendidikan (biasanya diukur dengan penghasilan) dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan. Mark Blaugh (1970:121) mengemukakan bahwa: Cost benefit analysis as a technique for evaluating public investment projects that compete actually or potentially with similar projects in the private sector: that is, the market mechandism generates prices for the activity in question which can be used to translate the benefits of the public project into term directly comparable to its costs. 16

2 Senada dengan Blaugh, Psacharopoulos (1987:397) menyebutkan bahwa Cost benefit analysis is to compare the opportunity cost of a project with the expected benefit, measured in the terms of the additions to income that will accrue in the future as a result of the investment. Sebetulnya, dalam mengukur manfaat biaya pendidikan sering didasarkan kepada konsep biaya pendidikan yang sifatnya lebih kompleks dari keuntungan, karena komponen-komponen biaya terdiri dari lembaga jenis dan sifatnya. Biaya pendidikan bukan hanya berbentuk uang atau rupiah, tetapi juga dalam bentuk biaya kesempatan. Biaya kesempatan (income forgone) yaitu potensi pendapatan bagi seorang siswa selama ia mengikuti pelajaran atau menyelesaikan studi. Dengan demikian, biaya keseluruhan (C) selama di tingkat persekolahan terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung (K). Dalam rumusannya digambarkan: C = L + K. Biaya pendidikan merupakan dasar empiris untuk memberikan gambaran karakteristik keuangan sekolah. Nanang Fattah (2002:28) mengemukakan bahwa keuntungan pendidikan tidak selalu dapat diukur dengan standar nilai ekonomi dan uang. Hal ini disebabkan manfaat pendidikan, di samping memiliki nilai ekonomi, juga memiliki nilai sosial. Dalam pengukuran dampak pendidikan terhadap keuntungan ekonomi atau pendapatan seseorang dari produktivitas yang dimilikinya, memerlukan asumsi-asumsi. Asumsi bahwa produktivitas seseorang dianggap merupakan fungsi dari keahlian dan keterampilan yang diperoleh dari pendidikan. Ada empat kategori yang dapat dijadikan indikator dalam menentukan tingkat keberhasilan pendidikan yaitu: (1) Dapat tidaknya seorang lulusan melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi. (2) Dapat tidaknya seseorang memperoleh pekerjaan. (3) Besarnya penghasilan/gaji yang diterima. (4) Sikap perilaku dalam konteks sosial, budaya dan politik. Sedangkan menurut Cohn (1979:36), dalam mengukur manfaat dari pendidikan terdiri dari 3 (tiga) pendekatan, yaitu: 1) The simple corelation approach, 2) The residual approach, and 3). The returns to education approach. Dalam aspek efisiensi, istilah efisiensi pendidikan menggambarkan hubungan antara input (masukan) dan output (keluaran) dari suatu pelaksanaan proses pendidikan. Coombs dan Hallak (1972:255), berpendapat bahwa : 17

3 cost effectiveness as the relationship between the inputs and corresponding immediate educational outputs of any educational process. It is to measure of internal efisiensi. Efisiensi pendidikan menurut Nanang Fattah (2002:35) artinya memiliki kaitan antara pendayagunaan sumber-sumber pendidikan yang terbatas sehingga mencapai optimalisasi yang tinggi. Dalam biaya pendidikan, efesiensi hanya akan ditentukan oleh ketepatan di dalam mendayagunakan anggaran pendidikan dengan memberikan prioritas pada faktor-faktor input pendidikan yang dapat memacu prestasi belajar siswa. Untuk mengetahui efesiensi biaya pendidikan biasanya digunakan metode analisis keefektifan biaya (cost effectiveness analysis) yang memperhitungkan besarnya kontribusi setiap masukan pendidikan terhadap efektivitas pencapaian tujuan pendidikan atau prestasi belajar. Upaya efisiensi dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu efisiensi internal dan efisiensi eksternal. Kedua konsep tersebut satu sama lain erat kaitannya. Efisiensi internal dapat dinilai melalui suatu sistem pendidikan yang menghasilkan output yang diharapkan dengan biaya minimum. Dapat pula dinyatakan bahwa dengan input yang tertentu dapat memaksimalkan output yang diharapkan. Output acapkali diukur dengan indikator-indikator seperti angka kohort, yaitu proporsi siswa yang dapat bertahan sampai akhir putaran pendidikan, pengetahuan keilmuan, keterampilan, ketaatan kepada norma-norma perilaku sosial. Karena dengan alasan inilah persoalan-persoalan mutu pendidikan biasanya dibahas dengan memperhatikan efisiensi internal dari sistem pendidikan. Untuk menilai efisiensi internal dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara seleksi di dalam putaran-putaran pendidikan dan seleksi diantara putaran pendidikan. Tingginya angka retensi di dalam putaran-putaran pendidikan merupakan indikator yang diperlukan untuk mengetahui efisiensi internal. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengukur efisiensi internal adalah sebagai berikut: (1) Rata-rata lama belajar (Average study time). Metode ini digunakan untuk mengetahui berapa lama seorang lulusan menggunakan waktu belajarnya dengan cara menggunakan statistik kohort (kelompok belajar). Cara penghitungannya adalah 18

4 jumlah waktu yang dihabiskan lulusan dalam suatu kohort dibagi dengan jumlah lulusan dalam kohort tersebut. (2) Rasio Input Output (Input-Output Ratio (IOR)). Merupakan perbandingan antara jumlah murid yang lulus dengan murid yang masuk awal dengan memperhatikan waktu yang seharusnya ditentukan untuk lulus. Artinya, membandingkan antara tingkat masukan dengan tingkat keluaran. Sedangkan efesiensi eksternal, sering dihubungkan dengan metode cost benefit analysis. Efisiensi eksternal dihubungkan dengan situasi makro yaitu pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial sebagai dampak dari hasil pendidikan. Pada tingkat makro bahwa individu yang berpendidikan cenderung lebih baik memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan kesehatan yang baik. Analisis efisiensi eksternal berguna untuk menentukan kebijakan dalam pengalokasian biaya atau distribusi anggaran kepada seluruh sub-sub sektor pendidikan. Efisiensi eksternal juga merupakan pengakuan sosial terhadap lulusan atau hasil pendidikan. Dalam menganalisis efisiensi eksternal, dalam bidang pendidikan dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu: (1) Keuntungan perorangan (private rate of return), yaitu perbandingan keuntungan pendidikan kepada individu dengan biaya pendidikan dari individu yang bersangkutan; (2) Keuntungan masyarakat (social rate of return), yaitu perbandingan keuntungan pendidikan kepada masyarakat dengan biaya pendidikan masyarakat. Jadi, efisiensi eksternal pendidikan meliputi tingkat balik ekonomi dan investasi pendidikan pada umumnya, alokasi pembiayaan bagi jenis dan jenjang pendidikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efisiensi internal dan efisiensi eksternal mempunyai kaitan yang sangat erat. Kedua aspek tersebut saling melengkapi satu sama lain dalam menentukan efisiensi system pendidikan secara keseluruhan. Dengan demikian, secara konseptual efisiensi pendidikan meliputi costefectiveness dan cost benefit. Cost effectiveness dikaitkan dengan perbandingan biaya input pendidikan dan efektivitasnya dalam mendukung hasil-hasil belajar. Efisiensi internal atau cost effectiveness sangat bergantung pada dua faktor utama yaitu: (1) Faktor institusional, (2) Faktor manajerial. Sedangkan cost benefit dikaitkan dengan analisis keuntungan atas investasi pendidikan dari pembentukan kemampuan, sikap, keterampilan. Terdapat dua hal penting dalam hal investasi tersebut, yaitu: (1) Investasi 19

5 hendaknya menghasilkan kemampuan yang memiliki nilai ekonomi di luar intrinsiknya; (2) Nilai guna dari kemampuan. Setiap lembaga pendidikan perlu diberi peluang dan kemampuan untuk mengelola anggaran penerimaan dan pengeluaran biaya pendidikan di lingkungan sistemnya masing-masing. Dengan asumsi bahwa upaya dan hasil pemerataan pendidikan adalah merupakan hak dan kewajiban bersama, partisipasi masyarakat, pemerintah, orang tua dan dunia usaha dalam pembiayaan pendidikan harus dipandang sebagai asset yang harus digali, sehingga tidak sepenuhnya menjadi beban pemerintah. Upaya-upaya dalam meningkatkan efisiensi pembiayaan pendidikan perlu diarahkan pada hal-hal pokok berikut ini: (1) Pemerataan kesempatan memasuki sekolah (equality of access); (2) Pemerataan untuk bertahan di sekolah (equality of survival); (3) Pemerataan kesempatan untuk memperoleh keberhasilan dalam belajar (equality of output); (4) Pemerataan kesempatan menikmati manfaat pendidikan dalam kehidupan masyarakat (equality of outcome). Konsep peningkatan efisiensi pembiayaan pendidikan akan mempunyai makna jika dihubungkan dengan konsep efisiensi, baik secara internal maupun secara eksternal. Berkenaan dengan jenis dan tingkatan biaya pendidikan, Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan (2000:4-7) memberi kategori terhadap biaya pendidikan ke dalam enam kategori, yaitu biaya langsung (direct cost), biaya tidak langsung (indirect cost), biaya pribadi (private cost), biaya sosial (social cost), biaya moneter (monetary cost), dan biaya bukan moneter (non monetary cost). Biaya langsung adalah biaya yang langsung menyentuh aspek dan proses pendidikan, misalnya gaji guru dan pegawai, pengadaan fasilitas belajar (ruang tingkat, kantor, WC, sarana ibadah, gudang, laboratorium), ATK, buku rujukan guru dan buku pegangan siswa. Biaya tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan oleh siswa, orangtua atau masyarakat untuk menunjang keperluan yang tidak langsung, seperti: biaya hidup, pakaian, kesehatan, gizi, transportasi, pemondokan, dan biaya kesempatan yang hilang selama pendidikan. Biaya tidak langsung ini memiliki sifat kepentingan dan tempat pengeluaran yang berbeda serta dikeluarkan dalam waktu yang tidak terbatas dan jenis pengeluaran yang tidak pasti, seperti hilangnya pendapatan peserta didik karena sedang mengikuti pendidikan 20

6 atau forgone earning. Di samping itu, biaya tidak langsung dapat pula tercermin dari bebasnya pajak bagi sekolah karena sifat sekolah yang tidak mencari laba. Biaya pribadi adalah biaya yang dikeluarkan oleh keluarga untuk membiayai sekolah anaknya, di dalamnya termasuk biaya kesempatan yang hilang (forgone opportunities). Biaya ini meliputi: uang sekolah, ongkos, dan pengeluaran lainnya yang dibayar secara pribadi. Biaya sosial adalah biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk membiayai sekolah, termasuk di dalamnya biaya yang dikeluarkan oleh keluarga secara perorangan (biaya pribadi). Namun, tidak semua biaya sosial dapat dimasukkan ke dalam biaya pribadi. Menurut Jones, biaya sosial dapat dikatakan sebagai biaya publik, yaitu sejumlah biaya sekolah yang ditanggung masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, Cohn dan Geske (1990:71) mengelompokkan biaya pendidikan sebagai, (1) biaya langsung (direct cost) yaitu biaya yang dikeluarkan oleh sekolah, siswa dan keluarga siswa, (2) biaya tidak langsung (indirect cost) seperti forgone earning. Pengertian lain biaya pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). (Cohn, 1979; Jones, 1985; Thomas, 1976). Selain itu, Hallak (1999:25-27) mengelompokkan biaya berdasarkan, (1) jenis pendidikan (umum dan swasta), dalam hal ini pengeluaran dibandingkan dengan jumlah pendaftaran, (2) tingkat pendidikan dan jurusan, (3) tujuan yaitu biaya langsung (pengeluaran berulang untuk gaji dan bahan) dan biaya tak langsung (untuk manajemen umum) serta biaya untuk menganjurkan kehadiran di sekolah (biaya intervensi; menjelaskan perbedaan antara biaya rata-rata antar negara/tingkat pendidikan), biaya sosial serta biaya pemindahan atau transfer cost (kantin, asrama, transpor dan beasiswa), dan (4) sifat pengeluaran (penggajian). Berkenaan dengan tingkatannya, pembiayaan pendidikan terjadi di beberapa tempat atau tingkatan, yang meliputi lembaga satuan pendidikan yaitu sekolah, pengguna jasa pendidikan yaitu orangtua atau siswa, dan administratur pendidikan dari tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, sampai tingkat pusat. Selain itu di masingmasing tingkatan, biaya pendidikan mencakup bebeberapa atau banyak komponen biaya. Dengan demikian, analisis biaya pendidikan akan lebih bermanfaat bila menggunakan pendekatan tingkatan dan komponen biaya pendidikan. Oleh karena itu kajian teoritik perlu membahas mengenai tingkatan dan komponen biaya pendidikan. 21

7 2. Komponen Biaya Satuan Pendidikan di Sekolah Dalam menganalisis penyelenggaraan biaya satuan pendidikan diperlukan suatu konsep analisis biaya. Untuk keperluan itu dikaji pertanyaan yang berkaitan dengan: (1) Faktor-faktor apa saja yang memicu biaya; (2) Apakah faktor tersebut dapat ditelusuri dari sejak awal hingga menghasilkan suatu output? (3) Apakah dengan mengetahui pembebanan biaya dalam penyelenggaraan satuan program pendidikan dapat menjamin sekurang-kurangnya efektivitas internal suatu penyelenggaraan pendidikan? Di dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan, pada umumnya sekolah menyusun rencana pendapatan dan belanja sekolah untuk jangka waktu satu tahun. Dalam rencana pendapatan terdapat komponen sumber dana (pemerintah, orangtua siswa, dan masyarakat). Sedangkan dalam rencana belanja secara garis besar dibagi ke dalam komponen gaji dan non gaji. Komponen gaji digunakan untuk membayar gaji dan kesejahteraan guru. Komponen ini merupakan komponen yang paling dominan dalam pengeluaran biaya pendidikan sekolah. Sedangkan komponen non gaji meliputi: sub komponen pengadaan alat pelajaran, bahan pelajaran, perawatan, sarana tingkat, sarana sekolah, pembinaan siswa, dan pengelolaan sekolah. Komponen biaya non gaji yang tidak terdapat dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) meliputi: pembelian buku, alat tulis, tas, sepatu, pakaian seragam, biaya kursus, karyawisata, sumbangan insidental, dan uang jajan yang langsung dikeluarkan oleh orangtua siswa tanpa melalui sekolah, serta biaya pembangunan fisik, perlengkapan alat belajar, beasiswa, dan lainnya yang tidak tercatat dalam RAPBS. Komponen-komponen tersebut akan dikaji melalui konsep Cost Driver. Cost Driver merupakan faktor-faktor yang mempunyai efek terhadap perubahan level biaya total untuk suatu obyek biaya (cost object). Perubahan-perubahan biaya tersebut sering disebut cost pool. Karena itu, cost driver sebenarnya merupakan cost pool dan cost object. Cost object adalah jasa tempat biaya dibebankan untuk mencapai tujuan-tujuan penyelenggaraan program. Sedangkan cost pool merupakan pengelompokan biaya-biaya individual ke dalam kelompok tertentu (Blocher et.al., 1999:123). Karena itu, dapat dikemukakan bahwa semua kegiatan yang berkaitan dengan upaya penyelenggaraan satuan program Pendidikan di madrasah merupakan cost driver. 22

8 Berdasarkan uraian di atas maka tujuan mendasar dari cost driver dalam penyelenggaraan satuan pendidikan adalah untuk meningkatkan efektivitas manajemen pendidikan secara ekonomik. Atas dasar tujuan tersebut maka konsep ini bermanfaat dalam mengembangkan sistem manajemen pendidikan berbasis informasi biaya yang lebih akurat dan relevan untuk pengambilan keputusan dan sebagai sistem informasi strategic yang dibangun secara build-in dan integral dari suatu sistem penyelenggaraan pendidikan. Dengan demikian pengetahuan mengenai informasi biaya tidak lagi berfungsi hanya sebagai sistem pelaporan internal maupun eksternal suatu manajemen pendidikan. Karena itu, cost driver merupakan suatu pendekatan dalam menganalisis biaya penyelenggaran pendidikan sehingga memberikan informasi mengenai tingkat efektivitas yang berguna untuk pengambilan keputusan dalam mengembangkan modelmodel pendidikan. 3. Aktivitas Biaya Satuan Pendidikan di Sekolah Penyelenggaraan satuan pendidikan merupakan upaya-upaya yang dilakukan dalam pembelajaran sumber daya manusia untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Ditinjau dari pandangan proses, ini merupakan serangkaian kegiatan yang satu sama lain saling berkaitan sehingga membentuk keterpaduan (wholeness). Dalam proses tersebut ada serangkaian aktivitas yang dapat memicu timbulnya biaya. Aktivitas tersebut dikelompokkan dalam suatu kategori (pool) yang sering disebut sebagai unit. Atas dasar unit tersebut muncul analisis satuan biaya (unit cost analysis), sehingga muncul istilah yang sering dikenal dalam pendidikan yaitu unit cost siswa (warga belajar). Unit cost tersebut merupakan kumpulan dari aktivitas yang memicu timbulnya biaya. Unit cost tersebut sering dijadikan bahan komparasi baik secara eksternal (dengan unit cost institusi lain) dan internal (dalam institusi itu sendiri) untuk memberikan pertimbangan mengenai tingkat efektivitas atau efesiensi suatu penyelenggaraan pendidikan. Thomas (1988:48), memberikan katagori unit-unit tersebut diatas menjadi beberapa hal, seperti: (1) Gaji Guru, (2) Gaji Pesonil Lainnya, (3) Tempat Belajar, (4) Perlengkapan (equipment), dan (5) Material (alat belajar). Berdasarkan unit-unit cost tersebut maka diperoleh unit cost per siswa. Kategorisasi tersebut bukanlah hal yang mutlak, boleh jadi dalam penyelenggaraan pendidikan berbeda dengan pendidikan persekolah seperti di atas. 23

9 Analisis cost driver akan memberikan gambaran faktor-faktor pemicu biaya terkait dengan jasa suatu penyelenggaraan pendidikan. Untuk keperluan tersebut maka perlu didisain keterkaitan antara biaya, cost pool dan cost object. Model analisis ini dapat mengidentifikasi proses pembebanan biaya ke dalam cost pool atau dari cost pool ke cost object. Terdapat dua kategori biaya yang perlu dicermati dalam melakukan perhitungan biaya yaitu biaya langsung dan tak langsung. Biaya langsung dapat ditelusuri secara langsung ke cost pool atau ke cost object. Secara mudah dan dapat dengan segera dihubungan secara ekonomi. Misalnya biaya alat belajar dapat dengan mudah ditentukan secara ekonomi. Demikian pula dengan biaya perlengkapan. Sebaliknya dalam biaya tak langsung, tidak dapat ditelusuri secara mudah, misalnya biaya supervisi terhadap kegiatan perencanaan KBM. Hal ini disebabkan karena biasanya biaya tak langsung merupakan gabungan dari beberapa aktivitas yang terdapat dalam beberapa cost pool atau cost object. Jika biaya tak langsung sulit ditelusuri maka harus dilakukan dasar alokasi sebagai cara pembebanannya, misalnya biaya guru dalam merencanakan KBM dengan dasar alokasi berapa kali kegiatan perencanaan tersebut dilakukan sehingga dapat diihitung berapa kali perencanaan perlu dirupiahkan. Cara pembebanan biaya seperti itu pembebanan dana dengan cost driver. 4. Model Perhitungan Biaya Satuan Pendidikan Analisis efisiensi keuangan sekolah dalam pemanfaatan sumber-sumber keuangan sekolah dan hasil sekolah dapat dilakukan dengan cara menganalisis biaya satuan per siswa. Biaya satuan per siswa adalah biaya rata-rata per siswa yang dihitung dari total pengeluaran sekolah dibagi seluruh siswa yang ada di sekolah dalam kurun waktu tertentu. Dengan mengetahui besarnya biaya satuan per siswa menurut jenjang dan jenis pendidikan berguna untuk menilai berbagai alternatif kebijakan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Sedangkan untuk menghitung biaya per siswa, menurut Bowen (1981:12), menyatakan bahwa: The cost per student unit results from three societal decisions that reflect the combined influence of the many persons and public authorities who control the flow of funds to higher education. These theree decisionspertain to: the total amount 24

10 to be spent on higher education, the number of units of service to be provided, and the level of quality. Dalam menentukan biaya satuan, menurut Nanang Fattah (2002:26) terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan makro dan pendekatan mikro. Pendekatan makro mendasarkan perhitungan pada keseluruhan jumlah pengeluaran pendidikan yang diterima dari berbagai sumber dana kemudian dibagi jumlah murid. Pendekatan mikro mendasarkan perhitungan biaya berdasarkan alokasi pengeluaran per komponen pendidikan yang digunakan oleh murid atau menganalisis biaya pendidikan berdasarkan pengeluaran total (total cost) dan jumlah biaya satuan (unit cost) menurut jenis dan tingkat pendidikannya. Dalam pendekatan makro, terdapat karakteristik pendidikan yang mempengaruhi biaya, yaitu: (1) Skala gaji guru dan jam terbang mengajar; (2) Penataran dan latihan pra jabatan; (3) Pengelompokan siswa di sekolah dan di dalam kelas; (4) Sistem evaluasi; (5) Supervisi pendidikan. Dalam pendekatan mikro, perhitungan satuan biaya pendidikan menurut Nanang Fattah (2002:28) dapat menggunakan formula sebagai berikut: Sb (s,t) =f [K (s,t) dibagi M (s,t)] Dimana : Sb : Satuan biaya per murid per tahun K : Jumlah seluruh pengeluaran M : Jumlah murid s : Sekolah tertentu t : Tahun tertentu Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan (2002:47-48) menghitung biaya satuan pendidikan di madrasah. Penghitungan dilakukan dengan menjumlahkan komponen-komponen pengeluaran dalam anggaran pendapatan dan belanja madrasah (APBM) dan di luar APBM. Komponen-komponen pengeluaran dalam APBM meliputi gaji dan bukan gaji. Komponen bukan gaji mencakup pengeluaran untuk pemeliharaan, pengadaan, dan sarana penunjang belajar. Pengeluaran yang berasal dari bukan APBM 25

11 terutama digunakan untuk pembangunan fisik madrasah. Seluruh pengeluaran di madrasah ini kemudian dibagi jumlah siswa dalam madrasah tersebut. Studi yang dilakukan IPB dan Dikdasmen (2002:45-80) menghitung biaya satuan dengan pendekatan kategori kebutuhan, yaitu: (1) kebutuhan biaya pendidikan tingkat sekolah (per tingkat); (2) kebutuhan biaya pendidikan untuk jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA, dan SMK), dan (3) kebutuhan biaya per siswa. Biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat sekolah, secara umum dibedakan menjadi: (a) biaya yang terkait langsung dengan kegiatan belajar mengajar (KBM) dan, (b) biaya yang tidak terkait langsung dengan KBM. Biaya yang terkait langsung dengan KBM untuk SD sampai SMA terdiri dari tiga komponen utama, yaitu: (i) persiapan guru, (ii) penyelenggaran teori di tingkat, dan (iii) praktek. KBM di SD dilakukan untuk 10 mata pelajaran, di SMP 16 mata pelajaran, dan di SMA 20 mata pelajaran. Biaya yang terkait langsung dengan KBM di SMK terdiri dari biaya teori dan praktek. Biaya yang terkait tidak langsung dengan KBM terdiri dari biaya rumah tangga dan biaya ATK. Penghitungan biaya satuan tersebut menunjukkan secara rinci biaya penyelenggaraan pendidikan riil dan biaya penyelenggaraan pendidikan ideal di SD, SMP, SMA dan SMK baik per mata pelajaran maupun untuk seluruh mata pelajaran dalam satu tahun baik per sekolah, jenjang pendidikan maupun per siswa. Penetapan biaya ideal didasarkan pada asumsi jumlah rombongan belajar yang ideal, yaitu satu tingkat hanya dipakai oleh satu rombongan belajar yang terdiri dari murid/tingkat dan jumlah tingkat minimum mengacu pada ketetapan dan peraturan pemerintah yang berlaku. B. OPERASIONAL VARIABEL STUDI Biaya Pendidikan diartikan sebagai nilai rupiah dari seluruh sumber daya (input) baik dalam bentuk natura (barang), pengorbanan peluang, maupun uang, yang dikeluarkan untuk seluruh kegiatan pendidikan. Biaya pendidikan dalam penelitian ini meliputi biaya pendidikan pada jenjang madrasah ibtidaiyah (MI), madrasah tsanawiyah (MTs), dan madrasah aliyah (MA). Biaya pendidikan yang akan dianalisis adalah biaya pendidikan keseluruhan, yang meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan pada semua tingkat dari tingkat orangtua/siswa, madrasah, dan semua pengelola pendidikan dari 26

12 tingkat kecamatan sampai tingkat pusat, yang menangani pendidikan pada jenjang MI, MTs, dan MA. Untuk kepentingan analisis, biaya pendidikan diukur sebagai biaya satuan (unit cost), yaitu biaya pendidikan per tahun per siswa dan biaya siklus (cycle cost), yaitu biaya yang dibutuhkan oleh setiap siswa untuk menyelesaikan suatu jenjang pendidikan. Cycle cost adalah unit cost dikalikan dengan waktu (dalam tahun) yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu jenjang pendidikan. Selain itu, biaya satuan pendidikan perlu pula diklasifikasikan berdasarkan: (1) jenis input, (2) sifat penggunaan, (3) jenis penggunaan, dan (4) pihak yang menanggung, serta (5) sifat keberadaannya. Berdasarkan jenis inputnya, biaya satuan pendidikan dapat diklasifikasikan ke dalam biaya satuan pendidikan operasional/lancar (operational /recurrent costs) dan biaya satuan pendidikan investasi/modal/ pembangunan (investment/ capital/ development costs). Untuk kepentingan studi, beberapa batasan perlu ditegaskan seperti di bawah ini. 1. Biaya satuan pendidikan operasional. Biaya satuan pendidikan operasional adalah biaya input pendidikan yang habis pakai dalam satu tahun atau kurang, atau biaya yang dikeluarkan berulang-ulang setiap tahunnya per siswa per tahun. Biaya satuan pendidikan operasional ini mencakup, antara lain, pengeluaran-pengeluaran untuk: gaji dan tunjangan, buku-buku wajib, barang-barang yang harus sering diganti dengan yang baru, beasiswa, pelayanan kesejahteraan, seperti kantin, transport, penginapan dan olahraga, pemeliharaan gedung dan peralatan, serta pengoperasian gedung, seperti listrik, air, dan telepon. 2. Biaya satuan pendidikan investasi. Biaya satuan pendidikan investasi adalah biaya input pendidikan yang penggunaannya lebih dari satu tahun per siswa per tahun. Biaya satuan pendidikan investasi ini meliputi, antara lain, pengeluaranpengeluaran untuk: pembelian tanah, pengembangan gedung madrasah, kelas, laboratorium, peralatan tetap, perlengkapan pelajaran lain yang tahan lama, tempat tinggal dan sebagainya. Berdasarkan sifat penggunaannya, biaya satuan pendidikan dapat dibedakan antara biaya satuan pendidikan langsung (direct costs) dan biaya satuan pendidikan tidak langsung (indirect costs). 27

13 3. Biaya satuan pendidikan langsung. Biaya satuan pendidikan langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan input yang langsung terkait dengan proses belajar mengajar. Biaya satuan pendidikan langsung ini mencakup pengeluaranpengeluaran, antara lain untuk: gaji guru dan tenaga kependidikan lainnya; pembelian bahan, peralatan dan perlengkapan belajar; dan pembangunan gedung untuk belajar. 4. Biaya satuan pendidikan tidak langsung. Biaya satuan pendidikan tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan-kegiatan yang tidak berkaitan langsung dengan proses belajar mengajar tetapi menunjang proses belajar mengajar tersebut. Biaya satuan pendidikan tidak langsung ini, antara lain adalah: overhead madrasah, pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, dan pendapatan yang tidak jadi diterima oleh siswa karena bermasalah dan tidak bekerja (forgone earning). Biaya tidak langsung selain yang ditanggung oleh orangtua/siswa dapat disebut juga biaya overhead atau institusional (overhead/institutional costs). Berdasarkan jenis penggunaannya, khususnya di madrasah, biaya satuan pendidikan operasional dapat dikelompokkan ke dalam biaya satuan pendidikan operasional personel dan biaya satuan pendidikan operasional bukan personel. 5. Biaya satuan pendidikan operasional personel. Biaya satuan pendidikan operasional personel adalah biaya yang dikeluarkan untuk kesejahteraan dan pengembangan personel. Personel di madrasah meliputi guru dan tenaga kependidikan lain (laboran, pustakawan, dan lainnya), administrator (kepala madrasah dan pegawai administrasi lain), dan pegawai lain (seperti penjaga madrasah, tukang kebun, dan lainnya) yang melaksanakan atau menunjang PBM. 6. Biaya satuan pendidikan operasional bukan personel. Biaya satuan pendidikan operasional bukan personel adalah biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan segala bahan, peralatan, perlengkapan, serta sarana dan prasarana yang digunakan untuk proses pembelajaran, seperti buku, alat tulis madrasah, gedung, daya dan jasa, dan lainnya. Menurut sifat keberadaannya biaya satuan pendidikan ini dapat dibedakan ke dalam biaya satuan pendidikan faktual dan biaya satuan pendidikan ideal. 28

14 7. Biaya satuan pendidikan faktual. Biaya satuan pendidikan faktual adalah biayabiaya yang senyatanya dikeluarkan dalam penyelenggaraan pendidikan. 8. Biaya satuan pendidikan ideal. Biaya satuan pendidikan ideal adalah biaya-biaya satuan pendidikan yang semestinya dikeluarkan agar penyelenggaraan pendidikan dapat menghasilkan mutu pendidikan yang diinginkan. Antar keempat klasifikasi biaya yang pertama tersebut dapat terjadi tumpang tindih. Contohnya adalah tumpang tindih antara klasifikasi biaya menurut jenis input dan sifat penggunaan. Menurut jenis input, biaya dibedakan antara biaya satuan pendidikan operasional dan biaya satuan pendidikan investasi; sedangkan, berdasarkan sifat penggunaannya, biaya satuan pendidikan dikelompokkan menjadi biaya satuan pendidikan langsung dan biaya satuan pendidikan tidak langsung. Tumpang tindihnya adalah bahwa dalam biaya satuan pendidikan operasional ada biaya satuan pendidikan langsung dan ada pula biaya satuan pendidikan tidak langsung. Biaya gaji guru, misalnya, yang adalah biaya operasional, juga merupakan biaya langsung, karena gaji guru dikeluarkan setiap tahun atau kurang, guru juga merupakan input yang digunakan langsung untuk proses pembelajaran; sedangkan biaya gaji pegawai administrasi, misalnya, yang adalah juga biaya operasional, tapi tidak termasuk dalam biaya langsung, melainkan biaya tidak langsung, karena sementara gaji pegawai administrasi dibayarkan setiap bulan, pegawai administrasi tidak secara langsung berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, melainkan kaitannya tidak langsung atau sebagai pendukung. Namun demikian, untuk kepentingan studi ini, variabel-variabel yang dikaji dapat dilihat pada tabel berikut. 29

15 Tabel 1 OPERASIONAL VARIABEL STUDI Jenjang Pendidikan No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan TK/RA/TKLB 1 Operasional/Lancar Dan TPA Personel A. Kesejahteraan Kepala Sekolah/madrasah Wakil kepala sekolah/madrasah Guru: (GT/GTT) Staf tata usaha Pesuruh sekolah/madrasah Pengurus komite sekolah/ madrasah B. Pengembangan Kepala Sekolah/madrasah Wakil kepala sekolah/madrasah Guru: (GT/GTT) Staf tata usaha Pesuruh sekolah/madrasah Pengurus komite sekolah/madrasah 2 Bukan Personel ATK/ATM Daya dan jasa Perbaikan/pemeliharaan Pembinaan siswa Rapat-rapat pengurus sekolah/madrasah Kegiatan Komite Sekolah/Madrasah 3 Investasi/Modal Tanah Bangunan Peralatan dan Perlengkapan Perabot dan mebeler Buku teks, sumber, dan bacaan Jaringan listrik, telepon, air, dan gas Taman Fasilitas Ibadah Fasilitas olah raga Lain-lain 4 Biaya Penunjang Kebutuhan Buku dan ATK/ATM Siswa/Orang Tua Siswa Pakaian dan perlengkapan sek Akomodasi Transportasi Konsumsi Kesehatan Karyawisata Uang saku Kursus/les Iuran sekolah /madrasah 30

16 Jenjang Pendidikan No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan Pengawasan dan Jamuan Pembinaan Pembinaan sekolah/madrasah oleh Kandiknas/Kandepag tingkat Kecamatan Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh Kandiknas/Kandepag Tingkat Kabupaten/Kota Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh kanwil Diknas/Depag Tingkat Provinsi Jamuan Pembinaan Sekolah/ Madrasah oleh Diknas/Depag Pusat Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll. Laporan-laporan.. (L ) Lainnya... SD/MI/SDLB 1 Operasional/Lancar dan MDA Personel A. Kesejahteraan Kepala Sekolah/madrasah Wakil kepala sekolah/madrasah Guru: (GT/GTT) Staf tata usaha Pesuruh sekolah/madrasah Pegawai perpustakaan Pengurus komite sekolah/ madrasah B. Pengembangan Kepala Sekolah/madrasah Wakil kepala sekolah/madrasah Guru: (GT/GTT) Staf tata usaha Pesuruh sekolah/madrasah Pegawai perpustakaan Pengurus komite sekolah/madrasah Peningkatan Mutu Pendidikan 2 Bukan Personel ATK/ATM Daya dan jasa Perbaikan/pemeliharaan Pembinaan siswa Rapat-rapat pengurus sekolah/madrasah Kegiatan Komite Sekolah/Madrasah 3 Investasi/Modal Tanah Bangunan Peralatan dan Perlengkapan Perabot dan mebeler Buku teks, sumber, dan bacaan Jaringan listrik, telepon, air, dan gas 31

17 Jenjang Pendidikan No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan Taman Fasilitas Ibadah Fasilitas olah raga Lain-lain 4 Biaya Penunjang Kebutuhan Buku dan ATK/ATM Siswa/Orang Tua Siswa Pakaian dan perlengkapan sek Akomodasi Transportasi Konsumsi Kesehatan Karyawisata Uang saku Kursus/les Iuran sekolah /madrasah Pengawasan dan Jamuan Pembinaan Pembinaan sekolah/madrasah oleh Kandiknas/Kandepag tingkat Kecamatan Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh Kandiknas/Kandepag Tingkat Kabupaten/Kota Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh kanwil Diknas/Depag Tingkat Provinsi Jamuan Pembinaan Sekolah/ Madrasah oleh Diknas/Depag Pusat Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll. Laporan-laporan.. (L ) Lainnya... SMP/MTs/ 1 Operasional/Lancar SMPLB Personel dan MDU A. Kesejahteraan Kepala sekolah/madrasah Wakil kepala sekolah/madrasah Guru: (GT/GTT) Staf tata usaha Pesuruh sekolah/madrasah Tenaga Laboratorium Pegawai perpustakaan Pengurus komite sekolah/madrasah B. Pengembangan Kepala sekolah/madrasah Wakil kepala sekolah/madrasah Guru: (GT/GTT) Staf tata usaha Pesuruh sekolah/madrasah 32

18 Jenjang Pendidikan No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan Tenaga Laboratorium Pegawai perpustakaan Pengurus komite sekolah/madrasah Peningkatan Mutu Pendidikan 3 Bukan Personel ATK/ATM Daya dan jasa Perbaikan/pemeliharaan Pembinaan siswa Rapat-rapat pengurus sekolah/madrasah Kegiatan Komite Sekolah/Madrasah 4 Investasi/Modal Tanah Bangunan Peralatan dan Perlengkapan Perabot dan mebeler Buku teks, sumber, dan bacaan Jaringan listrik, telepon, air, dan gas Taman Fasilitas Ibadah Fasilitas olah raga Lain-lain 5 Biaya Penunjang Kebutuhan Buku dan ATK/ATM Siswa/Orang Tua Siswa Pakaian dan perlengkapan sekolah/madrasah Akomodasi Transportasi Konsumsi Kesehatan Karyawisata Uang saku Kursus Iuran sekolah/madrasah Pengawasan dan Jamuan Pembinaan Pembinaan sekolah/madrasah oleh Kandiknas/Kandepag tingkat Kecamatan Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh Kandiknas/Kandepag Tingkat Kabupaten/Kota Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh kanwil Diknas/Depag Tingkat Provinsi Jamuan Pembinaan Sekolah/Madrasah oleh Diknas/Depag Pusat Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll. 33

19 Jenjang Pendidikan No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan Laporan-laporan.. Lainnya... SMA/SMK/ 1 Operasional/Lancar MA/SMALB Personel dan MDW A. Kesejahteraan Kepala Sekolah/madrasah Wakil kepala sekolah/madrasah Guru: (GT/GTT) Staf tata usaha Pesuruh sekolah/madrasah Tenaga Laboratorium Tenaga Kesehatan Pegawai perpustakaan Pengurus komite sekolah/madrasah B. Pengembangan Kepala Sekolah/madrasah Wakil kepala sekolah/madrasah Guru: (GT/GTT) Staf tata usaha Pesuruh sekolah/madrasah Tenaga Laboratorium Tenaga Kesehatan Pegawai perpustakaan Pengurus komite sekolah/madrasah Peningkatan Mutu Pendidikan 3 Bukan Personel ATK/ATM Daya dan jasa Perbaikan/pemeliharaan Pembinaan siswa Rapat-rapat pengurus sekolah/madrasah Kegiatan Komite Sekolah/Madrasah 4 Investasi/Modal Tanah Bangunan Peralatan dan Perlengkapan Perabot dan mebeler Buku teks, sumber, dan bacaan Jaringan listrik, telepon, air, dan gas Taman Fasilitas Ibadah Fasilitas olah raga Lain-lain 5 Biaya Penunjang Kebutuhan Buku dan ATK/ATM Siswa/Orang Tua Siswa Pakaian dan perlengkapan sek Akomodasi Transportasi 34

20 Jenjang Pendidikan No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan Konsumsi Kesehatan Karyawisata Uang saku Kursus Iuran sekolah/madrasah Pengawasan dan Jamuan Pembinaan Pembinaan sekolah/madrasah oleh Kandiknas/Kandepag tingkat Kecamatan Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh Kandiknas/Kandepag Tingkat Kabupaten/Kota Jamuan Pembinaan sekolah/madrasah oleh kanwil Diknas/Depag Tingkat Provinsi Jamuan Pembinaan Sekolah/ Madrasah oleh Diknas/Depag Pusat Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll. Laporan-laporan.. Lainnya... PAUD 1 Operasional/Lancar Personel A. Kesejahteraan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi B. Pengembangan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi 3 Bukan Personel Alat Tulis Daya dan Jasa Perbaikan Ringan dan Pemeliharaan Biaya Pembinaan Siswa Rapat-rapat 35

21 Jenjang Pendidikan No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan Biaya Operasional Yayasan/Organisasi 4 Investasi/Modal Tanah Bangunan Peralatan dan Perlengkapan Perabot dan mebeler Buku teks, sumber, dan bacaan Jaringan listrik, telepon, air, dan gas Taman Fasilitas Ibadah Fasilitas olah raga Lain-lain 5 Biaya Penunjang Kebutuhan Buku dan ATK Siswa/Orang Tua Siswa Pakaian dan perlengkapan Akomodasi Transportasi Konsumsi Kesehatan Karyawisata Uang saku Kursus Iuran Pengawasan dan Jamuan Pembinaan program oleh Pembinaan tingkat Kecamatan Jamuan Pembinaan program oleh Kabupaten/Kota Jamuan Pembinaan program oleh Tingkat Provinsi Jamuan Pembinaan program oleh Pusat Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll. Laporan-laporan.. Lainnya... Bimbingan 1 Operasional/Lancar Belajar Personel (Bimbel) A. Kesejahteraan Ketua/Direktur Wakil Ketua.Direktur Tenaga Pengajar Tetap Tenaga Pengajar Honorer Guru Diperbantukan (DPK) Pesuruh Tenaga Laboratorium Pegawai Perpustakaan Pengurus Yayasan 36

22 Jenjang Pendidikan No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan B. Pengembangan Ketua/Direktur Wakil Ketua.Direktur Tenaga Pengajar Tetap Tenaga Pengajar Honorer Guru Diperbantukan (DPK) Pesuruh Tenaga Laboratorium Pegawai Perpustakaan Pengurus Yayasan 3 Bukan Personel ATK/ATM Daya dan jasa Perbaikan/pemeliharaan Pembinaan siswa Rapat-rapat pengurus Yayasan Kegiatan Yayasan 4 Investasi/Modal Tanah Bangunan Peralatan dan Perlengkapan Perabot dan mebeler Buku teks, sumber, dan bacaan Jaringan listrik, telepon, air, dan gas Taman Fasilitas Ibadah Fasilitas olah raga 5 Biaya Penunjang Kebutuhan Siswa/Orang Tua Siswa Pengawasan dan Pembinaan Lain-lain Buku dan ATK Pakaian dan perlengkapan Akomodasi Transportasi Konsumsi Kesehatan Karyawisata Iuran Jamuan Pembinaan Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll. Laporan-laporan.. Lainnya... KBU 1 Operasional/Lancar Personel A. Kesejahteraan Ketua Program Wakil Ketua Program 37

23 Jenjang Pendidikan No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi B. Pengembangan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi 3 Bukan Personel Alat Tulis Daya dan Jasa Perbaikan Ringan dan Pemeliharaan Biaya Pembinaan Siswa Rapat-rapat Biaya Operasional Yayasan/Organisasi 4 Investasi/Modal Tanah Bangunan Peralatan dan Perlengkapan Perabot dan mebeler Buku teks, sumber, dan bacaan Jaringan listrik, telepon, air, dan gas Taman Fasilitas Ibadah Fasilitas olah raga Lain-lain 5 Biaya Penunjang Kebutuhan Buku dan ATK Siswa/Orang Tua Siswa Pakaian dan perlengkapan Akomodasi Transportasi Konsumsi Kesehatan Karyawisata Uang saku Kursus Iuran Pengawasan dan Jamuan Pembinaan program oleh Pembinaan tingkat Kecamatan Jamuan Pembinaan program oleh Kabupaten/Kota Jamuan Pembinaan program oleh Tingkat Provinsi Jamuan Pembinaan program oleh Pusat 38

24 Jenjang Pendidikan KEAKSARAAN FUNGSIONAL No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll. Laporan-laporan.. Lainnya... 1 Operasional/Lancar Personel A. Kesejahteraan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi B. Pengembangan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi 3 Bukan Personel Alat Tulis Daya dan Jasa Perbaikan Ringan dan Pemeliharaan Biaya Pembinaan Siswa Rapat-rapat Biaya Operasional Yayasan/Organisasi 4 Investasi/Modal Tanah Bangunan Peralatan dan Perlengkapan Perabot dan mebeler Buku teks, sumber, dan bacaan Jaringan listrik, telepon, air, dan gas Taman Fasilitas Ibadah Fasilitas olah raga Lain-lain 5 Biaya Penunjang Kebutuhan Buku dan ATK Siswa/Orang Tua Siswa Pakaian dan perlengkapan Akomodasi Transportasi Konsumsi Kesehatan Karyawisata Uang saku 39

25 Jenjang Pendidikan No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan Kursus Iuran Pengawasan dan Jamuan Pembinaan program oleh Pembinaan tingkat Kecamatan Jamuan Pembinaan program oleh Kabupaten/Kota Jamuan Pembinaan program oleh Tingkat Provinsi Jamuan Pembinaan program oleh Pusat Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll. Laporan-laporan.. Lainnya... KEPEMUDAAN 1 Operasional/Lancar Personel A. Kesejahteraan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi B. Pengembangan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi 3 Bukan Personel Alat Tulis Daya dan Jasa Perbaikan Ringan dan Pemeliharaan Biaya Pembinaan Siswa Rapat-rapat Biaya Operasional Yayasan/Organisasi 4 Investasi/Modal Tanah Bangunan Peralatan dan Perlengkapan Perabot dan mebeler Buku teks, sumber, dan bacaan Jaringan listrik, telepon, air, dan gas Taman Fasilitas Ibadah Fasilitas olah raga Lain-lain 5 Biaya Penunjang Kebutuhan Buku dan ATK 40

26 Jenjang Pendidikan No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan Siswa/Orang Tua Siswa Pakaian dan perlengkapan Akomodasi Transportasi Konsumsi Kesehatan Karyawisata Uang saku Kursus Pengawasan dan Pembinaan Iuran Jamuan Pembinaan program oleh tingkat Kecamatan Jamuan Pembinaan program oleh Kabupaten/Kota Jamuan Pembinaan program oleh Tingkat Provinsi Jamuan Pembinaan program oleh Pusat Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll. Laporan-laporan.. Lainnya... KEWANITAAN 1 Operasional/Lancar Personel A. Kesejahteraan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi B. Pengembangan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi 3 Bukan Personel Alat Tulis Daya dan Jasa Perbaikan Ringan dan Pemeliharaan Biaya Pembinaan Siswa Rapat-rapat Biaya Operasional Yayasan/Organisasi 4 Investasi/Modal Tanah Bangunan Peralatan dan Perlengkapan Perabot dan mebeler 41

27 Jenjang Pendidikan KELOMPOK BERMAIN No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan Buku teks, sumber, dan bacaan Jaringan listrik, telepon, air, dan gas Taman Fasilitas Ibadah Fasilitas olah raga Lain-lain 5 Biaya Penunjang Kebutuhan Buku dan ATK Siswa/Orang Tua Siswa Pakaian dan perlengkapan Akomodasi Transportasi Konsumsi Kesehatan Karyawisata Uang saku Kursus Iuran Pengawasan dan Jamuan Pembinaan program oleh Pembinaan tingkat Kecamatan Jamuan Pembinaan program oleh Kabupaten/Kota Jamuan Pembinaan program oleh Tingkat Provinsi Jamuan Pembinaan program oleh Pusat Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll. Laporan-laporan.. Lainnya... Pengawasan dan Jamuan Pembinaan sekolah oleh Pembinaan Kandiknas tingkat Kecamatan Jamuan Pembinaan sekolah oleh Kandiknas Tingkat Kabupaten/Kota Jamuan Pembinaan sekolah oleh kanwil Diknas Tingkat Provinsi Jamuan Pembinaan Sekolah oleh Diknas Pusat Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll. Laporan-laporan.. Lainnya... 1 Operasional/Lancar Personel A. Kesejahteraan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis 42

28 Jenjang Pendidikan No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan Pengurus Yayasan/Organisasi B. Pengembangan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi 3 Bukan Personel Alat Tulis Daya dan Jasa Perbaikan Ringan dan Pemeliharaan Biaya Pembinaan Siswa Rapat-rapat Biaya Operasional Yayasan/Organisasi 4 Investasi/Modal Tanah Bangunan Peralatan dan Perlengkapan Perabot dan mebeler Buku teks, sumber, dan bacaan Jaringan listrik, telepon, air, dan gas Taman Fasilitas Ibadah Fasilitas olah raga Lain-lain 5 Biaya Penunjang Kebutuhan Buku dan ATK Siswa/Orang Tua Siswa Pakaian dan perlengkapan Akomodasi Transportasi Konsumsi Kesehatan Karyawisata Uang saku Kursus Iuran Pengawasan dan Jamuan Pembinaan program oleh Pembinaan tingkat Kecamatan Jamuan Pembinaan program oleh Kabupaten/Kota Jamuan Pembinaan program oleh Tingkat Provinsi Jamuan Pembinaan program oleh Pusat Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll. 43

29 Jenjang Pendidikan No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan Laporan-laporan.. Lainnya... KURSUS 1 Operasional/Lancar Personel A. Kesejahteraan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi B. Pengembangan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi 3 Bukan Personel Alat Tulis Daya dan Jasa Perbaikan Ringan dan Pemeliharaan Biaya Pembinaan Siswa Rapat-rapat Biaya Operasional Yayasan/Organisasi 4 Investasi/Modal Tanah Bangunan Peralatan dan Perlengkapan Perabot dan mebeler Buku teks, sumber, dan bacaan Jaringan listrik, telepon, air, dan gas Taman Fasilitas Ibadah Fasilitas olah raga Lain-lain 5 Biaya Penunjang Kebutuhan Buku dan ATK Siswa/Orang Tua Siswa Pakaian dan perlengkapan Akomodasi Transportasi Konsumsi Kesehatan Karyawisata Uang saku Kursus Iuran Pengawasan dan Jamuan Pembinaan program oleh 44

30 Jenjang Pendidikan No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan Pembinaan tingkat Kecamatan Jamuan Pembinaan program oleh Kabupaten/Kota Jamuan Pembinaan program oleh Tingkat Provinsi Jamuan Pembinaan program oleh Pusat Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll. Laporan-laporan.. Lainnya... KUP 1 Operasional/Lancar Personel A. Kesejahteraan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi B. Pengembangan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi 3 Bukan Personel Alat Tulis Daya dan Jasa Perbaikan Ringan dan Pemeliharaan Biaya Pembinaan Siswa Rapat-rapat Biaya Operasional Yayasan/Organisasi 4 Investasi/Modal Tanah Bangunan Peralatan dan Perlengkapan Perabot dan mebeler Buku teks, sumber, dan bacaan Jaringan listrik, telepon, air, dan gas Taman Fasilitas Ibadah Fasilitas olah raga 5 Biaya Penunjang Kebutuhan Siswa/Orang Tua Siswa Lain-lain Buku dan ATK Pakaian dan perlengkapan 45

31 Jenjang Pendidikan No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan Akomodasi Transportasi Konsumsi Kesehatan Karyawisata Uang saku Kursus Iuran Pengawasan dan Jamuan Pembinaan program oleh Pembinaan tingkat Kecamatan Jamuan Pembinaan program oleh Kabupaten/Kota Jamuan Pembinaan program oleh Tingkat Provinsi Jamuan Pembinaan program oleh Pusat Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll. Laporan-laporan.. Lainnya... MAGANG 1 Operasional/Lancar Personel A. Kesejahteraan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi B. Pengembangan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi 3 Bukan Personel Alat Tulis Daya dan Jasa Perbaikan Ringan dan Pemeliharaan Biaya Pembinaan Siswa Rapat-rapat Biaya Operasional Yayasan/Organisasi 4 Investasi/Modal Tanah Bangunan Peralatan dan Perlengkapan Perabot dan mebeler Buku teks, sumber, dan bacaan Jaringan listrik, telepon, air, dan gas 46

32 Jenjang Pendidikan No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan Taman Fasilitas Ibadah Fasilitas olah raga Lain-lain 5 Biaya Penunjang Kebutuhan Buku dan ATK Siswa/Orang Tua Siswa Pakaian dan perlengkapan Akomodasi Transportasi Konsumsi Kesehatan Karyawisata Uang saku Kursus Iuran Pengawasan dan Jamuan Pembinaan program oleh Pembinaan tingkat Kecamatan Jamuan Pembinaan program oleh Kabupaten/Kota Jamuan Pembinaan program oleh Tingkat Provinsi Jamuan Pembinaan program oleh Pusat Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll. Laporan-laporan.. Lainnya... PAKET A 1 Operasional/Lancar Personel A. Kesejahteraan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi B. Pengembangan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi 3 Bukan Personel Alat Tulis Daya dan Jasa Perbaikan Ringan dan Pemeliharaan Biaya Pembinaan Siswa Rapat-rapat 47

33 Jenjang Pendidikan No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan Biaya Operasional Yayasan/Organisasi 4 Investasi/Modal Tanah Bangunan Peralatan dan Perlengkapan Perabot dan mebeler Buku teks, sumber, dan bacaan Jaringan listrik, telepon, air, dan gas Taman Fasilitas Ibadah Fasilitas olah raga Lain-lain 5 Biaya Penunjang Kebutuhan Buku dan ATK Siswa/Orang Tua Siswa Pakaian dan perlengkapan Akomodasi Transportasi Konsumsi Kesehatan Karyawisata Uang saku Kursus Iuran Pengawasan dan Jamuan Pembinaan program oleh Pembinaan tingkat Kecamatan Jamuan Pembinaan program oleh Kabupaten/Kota Jamuan Pembinaan program oleh Tingkat Provinsi Jamuan Pembinaan program oleh Pusat Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll. Laporan-laporan.. Lainnya... PAKET B 1 Operasional/Lancar Personel A. Kesejahteraan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis Pengurus Yayasan/Organisasi B. Pengembangan Ketua Program Wakil Ketua Program Fasilitator/Tutor Narasumber Teknis 48

34 Jenjang Pendidikan No Komponen Aktivitas Sifat Penggunaan Pengurus Yayasan/Organisasi 3 Bukan Personel Alat Tulis Daya dan Jasa Perbaikan Ringan dan Pemeliharaan Biaya Pembinaan Siswa Rapat-rapat Biaya Operasional Yayasan/Organisasi 4 Investasi/Modal Tanah Bangunan Peralatan dan Perlengkapan Perabot dan mebeler Buku teks, sumber, dan bacaan Jaringan listrik, telepon, air, dan gas Taman Fasilitas Ibadah Fasilitas olah raga Lain-lain 5 Biaya Penunjang Kebutuhan Buku dan ATK Siswa/Orang Tua Siswa Pakaian dan perlengkapan Akomodasi Transportasi Konsumsi Kesehatan Karyawisata Uang saku Kursus Iuran Pengawasan dan Jamuan Pembinaan program oleh Pembinaan tingkat Kecamatan Jamuan Pembinaan program oleh Kabupaten/Kota Jamuan Pembinaan program oleh Tingkat Provinsi Jamuan Pembinaan program oleh Pusat Jamuan tamu lainnya, seperti wartawan, LSM, dll. Laporan-laporan.. Lainnya... PAKET C 1 Operasional/Lancar Personel A. Kesejahteraan Ketua Program Wakil Ketua Program 49

HAND OUT : MANAJEMEN KEUANGAN PENDIDIKAN KODE MATA KULIAH : AP 408 : PEMBIAYAAN DALAM PENDIDIKAN

HAND OUT : MANAJEMEN KEUANGAN PENDIDIKAN KODE MATA KULIAH : AP 408 : PEMBIAYAAN DALAM PENDIDIKAN HAND OUT MATA KULIAH : MANAJEMEN KEUANGAN PENDIDIKAN KODE MATA KULIAH : AP 408 BOBOT SKS : 3 (TIGA) SEMESTER : IV (EMPAT) PERTEMUAN : 1 dan 2 MATERI : PEMBIAYAAN DALAM PENDIDIKAN A. Konsep Pembiayaan Pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS BUDGET MAPPING PENDIDIKAN di KABUPATEN BANDUNG LAPORAN AKHIR

ANALISIS BUDGET MAPPING PENDIDIKAN di KABUPATEN BANDUNG LAPORAN AKHIR ANALISIS BUDGET MAPPING PENDIDIKAN di KABUPATEN BANDUNG LAPORAN AKHIR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan

Lebih terperinci

BADAN HUKUM PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI PENDIDIKAN. Oleh: Mimin Maryati

BADAN HUKUM PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI PENDIDIKAN. Oleh: Mimin Maryati BADAN HUKUM PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI PENDIDIKAN Oleh: Mimin Maryati ABSTRAK Dalam menanggapi setiap kebijakan pemerintah khususnya masalah pemberlakuan UU BHP, kita sebagai masyarakat pendidikan

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS) (Suatu Pendekatan Praktis) Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd.

ANALISIS BIAYA PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS) (Suatu Pendekatan Praktis) Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. ANALISIS BIAYA PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH (PLS) (Suatu Pendekatan Praktis) Pendahuluan Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. Salah satu persoalan dalam menerapkan pendekatan ekonomik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue

BAB II KAJIAN TEORI. dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau revenue 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan Pendidikan 1. Pengertian Biaya Menurut Supriyono (2000:16), biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

PEMBIAYAAN PENDIDIKAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN Biaya satuan (unit cost) pendidikan yg ditanggung OT, Sekolah, dan untuk manajemen PEMBIAYAAN PENDIDIKAN Biaya Total yg dikel OT, sekolah, dan manajemen Biaya Total yg semestinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PEMBIAYAAN PENDIDIKAN Sekolah sebagai salah satu unit operasional pendidikan memerlukan dana untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun

Lebih terperinci

MANAJEMEN BIAYA PENDIDIKAN Sekolah Menengah Pertama. Sri Haryati

MANAJEMEN BIAYA PENDIDIKAN Sekolah Menengah Pertama. Sri Haryati MANAJEMEN BIAYA PENDIDIKAN Sekolah Menengah Pertama Sri Haryati KATA PENGANTAR Puji Syukur Penulis panjatkan ke hadlirat Illahi Robbi atas kesempatan dan kesehatan yang dianugerahkannya, maka buku yang

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DAN MEKANISME PENGGALIAN SUMBANGAN SUKARELA DARI MASYARAKAT KATEGORI MAMPU DALAM IKUT MEMBANTU PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Pendidikan juga penting bagi terciptanya kemajuan dan kemakmuran

Lebih terperinci

Estimasi Anggaran Pendidikan Dasar melalui Penghitungan Unit Cost Guna Mewujudkan Pendidikan Terjangkau di Daerah Istimewa Yogyakarta

Estimasi Anggaran Pendidikan Dasar melalui Penghitungan Unit Cost Guna Mewujudkan Pendidikan Terjangkau di Daerah Istimewa Yogyakarta Estimasi Anggaran Pendidikan Dasar melalui Penghitungan Unit Cost Guna Mewujudkan Pendidikan Terjangkau di Daerah Istimewa Yogyakarta Prof. Zamroni, P.h. D. Aula Ahmad Hafidh, M. Si. Sri Sumardiningsih,

Lebih terperinci

Pengelolaan dan Pembiayaan Pendidikan

Pengelolaan dan Pembiayaan Pendidikan Pengelolaan dan Pembiayaan Pendidikan Di Negara yang sudah maju Pendidikan dipandang sebagai aspek konsumtif dan investatif (Human Investment) dan menjadi leading sector. Pendidikan mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memenuhi amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memenuhi amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka memenuhi amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), maka pemerintah bersama DPR telah memenuhi tanggung jawabnya

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Otonomi merupakan salah satu aspek yang sangat urgen dalam konteks

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Otonomi merupakan salah satu aspek yang sangat urgen dalam konteks BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Otonomi sekolah Otonomi merupakan salah satu aspek yang sangat urgen dalam konteks pengembangan suatu institusi. Otonomi menunjukkan sebagai sesuatu yang dapat berdiri sendiri

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN. 1. Biaya Operasional, Biaya Investasi, dan Biaya Personal Sekolah

BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN. 1. Biaya Operasional, Biaya Investasi, dan Biaya Personal Sekolah BAB V TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan 1. Biaya Operasional, Biaya Investasi, dan Biaya Personal Sekolah Dasar (SD) di Jawa Barat a. Biaya Operasional Sekolah Dasar Kebutuhan pembiayaan SD di Jawa Barat

Lebih terperinci

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA Analisis capaian kinerja dilaksanakan pada setiap sasaran yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan.

Lebih terperinci

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / 15105241008 / TP-B http://fauzanfari.blogs.uny.ac.id Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan kriteria minimal tentang berbagai aspek yang relevan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN

Lebih terperinci

STUDI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DI KOTA PEKALONGAN. Oleh: Yayat H.A., Gunistiyo, Dino R, Siswanto

STUDI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DI KOTA PEKALONGAN. Oleh: Yayat H.A., Gunistiyo, Dino R, Siswanto STUDI PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DI KOTA PEKALONGAN Oleh: Yayat H.A., Gunistiyo, Dino R, Siswanto ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menelaah anatomi biaya pendidikan SD, SMP, SMA, dan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA A. Konsep Biaya Pengertian pembiayaan dapat dipahami dari penggunaan istilah cost. Secara sepintas cost identik dengan expenditure. Jika cost sebuah buku 100 ribu rupiah, expenditure

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan sarana paling strategis

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan sarana paling strategis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan sarana paling strategis untuk meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum URAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum URAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI Resume ke-9 Tgl 1 Desember 2015 Oleh: Lilik Lestari NIM:15105241037 Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum http://pengetahuanku.blogs.uny.ac.id URAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI Standar nasional pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Pengertian Evaluasi Suchman (1961, dalam arikunto, 2009 : 1) memandang evaluasi sebagai proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang telah direncanakan untuk

Lebih terperinci

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2010 TANGGAL 31 AGUSTUS 2010 NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah faktor penting untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan sarana strategis guna peningkatan mutu sumber

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN Menimbang PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

6 Universitas Indonesia

6 Universitas Indonesia BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Desentralisasi Konsep desentralisasi yang diberlakukan di Indonesia telah memberikan implikasi yang sangat mendasar terutama menyangkut kebijakan fiskal dan kebijakan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN I. UMUM Pengaturan mengenai pendanaan pendidikan dalam Pasal 46, Pasal 47, Pasal 48, dan Pasal 49,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129a/U/2004 TENTANG BIDANG PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 EUROPEAN UNION LEMBAR PENGESAHAN STATISTIK PENDIDIKAN DASAR TP. 2011/2012 KABUPATEN BANJARNEGARA Mengetahui/Mengesahkan: KEPALA

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED COSTING PADA PELAYANAN KESEHATAN

ACTIVITY BASED COSTING PADA PELAYANAN KESEHATAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PELAYANAN KESEHATAN Elsa Pudji Setiawati 140 223 159 BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNPAD DAFTAR ISI DAFTAR ISI I Pendahuluan... II Falsafah Pada Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi setiap orang. Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Dalam sebuah hadist juga

Lebih terperinci

ANALISIS BUDGET MAPPING PENDIDIKAN di KABUPATEN BANDUNG LAPORAN AKHIR

ANALISIS BUDGET MAPPING PENDIDIKAN di KABUPATEN BANDUNG LAPORAN AKHIR ANALISIS BUDGET MAPPING PENDIDIKAN di KABUPATEN BANDUNG LAPORAN AKHIR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PERENCANA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN Laporan Akhir Pemetaan Alokasi Pembiayaan Satuan Pendidikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI ANGGARAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI

ANALISIS EFISIENSI ANGGARAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI ANALISIS EFISIENSI ANGGARAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Nisaaul Mardliyah B200100247 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG

Lebih terperinci

EFISIENSI PENDIDIKAN M.D.Niron

EFISIENSI PENDIDIKAN M.D.Niron EFISIENSI PENDIDIKAN M.D.Niron 7/29/2015 1 Pengertian Efisien Suatu keadaan dimana sumberdaya yg ditetapkan untuk mendukung suatu proses kerja dapat berfungsi secara optimal artinya: Sumberdaya terpakai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam Bab IV, maka secara umum berikut ini disajikan kesimpulan-kesimpulan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Amandemen 2001) Pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa setiap warga negara

I. PENDAHULUAN. Amandemen 2001) Pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa setiap warga negara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 45 Amandemen 2001) Pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan,

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIII, No.1, Tahun 2015 Adelina Vina Hapsari & Sukirno 27-34

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIII, No.1, Tahun 2015 Adelina Vina Hapsari & Sukirno 27-34 ANALISIS BIAYA SATUAN PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 1 JOGONALAN TAHUN AJARAN 2014/2015 ANALYSIS OF EDUCATION UNIT COST IN SMK NEGERI 1 JOGONALAN ACADEMIC YEAR 2014/2015 Oleh: Adelina Vina Hapsari Pendidikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008) KABUPATEN / KOTA OPD : CILEGON : DINAS PENDIDIKAN TUGAS DAN FUNGSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang maju dan mandiri. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha

I. PENDAHULUAN. yang maju dan mandiri. Kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kunci keberhasilan pembangunan adalah pembangunan pendidikan. Kemajuan bidang pendidikan diharapkan dapat menciptakan kualitas sumber daya manusia yang maju dan mandiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dimanapun dan kapanpun didunia ini pasti akan mengalami proses pendidikan, di era globalisasi

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PENDIDIKAN DALAM PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SMP NEGERI 1 BANJAR. oleh Gede Sugiartha ABSTRAK

ANALISIS BIAYA PENDIDIKAN DALAM PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SMP NEGERI 1 BANJAR. oleh Gede Sugiartha ABSTRAK ANALISIS BIAYA PENDIDIKAN DALAM PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SMP NEGERI 1 BANJAR oleh Gede Sugiartha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) satuan biaya pendidikan di SMP Negeri 1 Banjar

Lebih terperinci

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan alat yang efektif untuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG PENDIDIKAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MENGKAJI DAN MENANTI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERMENDIKNAS RI NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH/ MADRASAH

MENGKAJI DAN MENANTI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERMENDIKNAS RI NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH/ MADRASAH ISSN : 2089-6549 MENGKAJI DAN MENANTI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERMENDIKNAS RI NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH/ MADRASAH Oleh: Rudi Susilana Abstrak Kebijakan pengelolaan

Lebih terperinci

BIAYA SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN KEBUTUHAN DANA UNTUK PENDIDIKAN DASAR GRATIS

BIAYA SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN KEBUTUHAN DANA UNTUK PENDIDIKAN DASAR GRATIS BIAYA SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN KEBUTUHAN DANA UNTUK PENDIDIKAN DASAR GRATIS Abbas Ghozali FEB Universitas Islam Negeri Jakarta (e-mail: abbas.ghozali@gmail.com) Abstrak: Biaya Satuan dan Dana yang Dibutuhkan

Lebih terperinci

Penanggung Jawab Pembuatan atau Penerbitan informasi. Waktu dan tempat pembuatan informasi. Banda Aceh, 2012

Penanggung Jawab Pembuatan atau Penerbitan informasi. Waktu dan tempat pembuatan informasi. Banda Aceh, 2012 NAMA PPID SKPK/UNIT KERJA FORM II : DAFTAR INFORMASI YANG DIKUASAI BADAN PUBLIK : Drs. T. Angkasa : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga No Nama informasi/dokumentasi Ringkasan Isi Informasi Penanggung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Akuntansi Sektor Publik. sama sektor publik dan swasta. berguna untuk pengambilan keputusan.

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Akuntansi Sektor Publik. sama sektor publik dan swasta. berguna untuk pengambilan keputusan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Akuntansi Sektor Publik 2.1.1 Pengertian Akuntansi Sektor Publik Menurut Indra Bastian (2010:3) akuntansi sektor publik dapat didefinisikan sebagai : Mekanisme teknis dan analisis

Lebih terperinci

KRITERIA EKONOMI PENDIDIKAN M.D.NIRON

KRITERIA EKONOMI PENDIDIKAN M.D.NIRON KRITERIA EKONOMI PENDIDIKAN M.D.NIRON PENGERTIAN KRITERIA ARTI KATA: Adalah: Syarat; Sesuatu yg Hrs Dipenuhi/Dicapai sehingga - Kriteria digunakan sebagai ukuran / tolok ukur keberhasilan suatu proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang dasar 1945 yang mengamanatkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas provinsi-provinsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan utama di dalam kehidupan saat ini. Hal ini terlihat dari persyaratan yang diajukan oleh mayoritas perusahaan dalam merekrut

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN BIAYA

Lebih terperinci

ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AXIOLOGI DALAM PEMBIAYAAN PENDIDIKANN

ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AXIOLOGI DALAM PEMBIAYAAN PENDIDIKANN TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ADMINISTRASI PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS GALUH ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AXIOLOGI DALAM PEMBIAYAAN PENDIDIKANN Namaa NPM Kelas Dosen : Pipin Piniman : 82321314086

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam penerapan activity based costing, pemahaman konsep dan klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebijakan pendanaan untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebijakan pendanaan untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terdapat dua agenda penting pemerintah berkenaan dengan bidang pendidikan, yaitu; peningkatan mutu Pendidikan Nasional dan pemerataan kesempatan memperoleh

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1 1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB II. KEADAAN UMUM...

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN STANDAR BELANJA DAN PEMBANDINGAN DENGAN ANGGARAN

BAB IV PERANCANGAN STANDAR BELANJA DAN PEMBANDINGAN DENGAN ANGGARAN BAB IV PERANCANGAN STANDAR BELANJA DAN PEMBANDINGAN DENGAN ANGGARAN 4.1. Rekonstruksi Standar Biaya Wajib Belajar Penyusunan standar biaya versi pertama disusun dengan formula standar output dikalikan

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

PEMBIAYAAN PENDIDIKAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN Dr. Danny Meirawan Prodi Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia BENEFITS OF EDUCATION HUMAN CAPITAL APPROACH SUCCESS EDUCATION INCOME INVESTMENT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor yang menghambat penyediaan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor yang menghambat penyediaan sumber daya manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan menjadi salah satu masalah serius yang sedang dihadapi Indonesia antara lain rendahnya mutu pendidikan.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Botubilotahu Kecamatan Marisa yang akan dijelaskan sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Botubilotahu Kecamatan Marisa yang akan dijelaskan sebagai berikut : 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan baik Kepala Sekolah, guru-guru, Ketua Komite Sekolah, dan orang tua murid,

Lebih terperinci

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6 DAFTAR TABEL DATA NONPENDIDIKAN Tabel 1 : Keadaan Umum Nonpendidikan 1 Tabel 2 : Luas wilayah, penduduk seluruhnya, dan penduduk usia sekolah 2 Tabel 3 : Jumlah desa, desa terpencil, tingkat kesulitan

Lebih terperinci

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan temuan-temuan penelitian

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan temuan-temuan penelitian 415 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan temuan-temuan penelitian sebagaimana dikemukakan pada Bab IV, maka berikut ini disajikan kesimpulan

Lebih terperinci

Analisis Hubungan Pembiayaan Pendidikan Sekolah Dasar dengan Mutu Proses dan Hasil Belajar

Analisis Hubungan Pembiayaan Pendidikan Sekolah Dasar dengan Mutu Proses dan Hasil Belajar No. 3/XVIII/1999 Nanag Fatah, Pembiayaan Pendidikan Analisis Hubungan Pembiayaan Pendidikan Sekolah Dasar dengan Mutu Proses dan Hasil Belajar Dr. Nanang Fatah, M.Pd. FIP IKIP Bandung P enelitian ini dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang satu proses belajar tidak dapat mencapai hasil maksimal. disebabkan karena ketiadaan kekuatan yang mendorong (motivasi).

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang satu proses belajar tidak dapat mencapai hasil maksimal. disebabkan karena ketiadaan kekuatan yang mendorong (motivasi). BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Di dalam kehidupannya manusia mengalami perubahan karena akibat kegiatan belajarnya. Pengembangan melalui belajar pada hakikatnya adalah merupakan proses aktualisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai

BAB I PENDAHULUAN. bagian utama untuk suatu Negara yang ingin maju dan ingin menguasai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah Satu indikator kemajuan pembangunan suatu bangsa adalah tingkat capaian Sumber Daya Manusianya, bahkan pendidikan merupakan bagian utama untuk suatu

Lebih terperinci

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan) Grafik 3.2 memperlihatkan angka transisi atau angka melanjutkan ke SMP/sederajat dan ke SMA/sederajat dalam kurun waktu 7 tahun terakhir. Sebagaimana angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa. Seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena merupakan salah satu penentu kemajuan bagi suatu negara (Sagala, 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat vital dan hal yang sangat penting dalam menunjang kelancaran atau kemudahan dalam proses pembelajaran, dalam kaitannya

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos Mulyadi (2003: 4) menjelaskan bahwa kos (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

K A J I A N E V A L U A T I F PELAKSANAAN PROGRAM DAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DI KOTA TEGAL

K A J I A N E V A L U A T I F PELAKSANAAN PROGRAM DAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DI KOTA TEGAL K A J I A N E V A L U A T I F PELAKSANAAN PROGRAM DAN PEMBIAYAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DI KOTA TEGAL Drs. Gunistyo, M.Si, Dr. Yayat Hidayat Amir, M.Pd, Siswanto, SH MH, Agus Setio Widodo, M.Si dan Inayah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN EVALUASI KINERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 AKUNTABILITAS KINERJA A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI Pengukuran

Lebih terperinci

Biaya Operasional. Satuan Pendidikan. untuk Kabupaten/Kota. Biaya Operasional. per Peserta Didik. Panduan Penghitungan

Biaya Operasional. Satuan Pendidikan. untuk Kabupaten/Kota. Biaya Operasional. per Peserta Didik. Panduan Penghitungan Standar Nasional Pembiayaan Pendidikan BOSP Biaya Operasional Satuan Pendidikan untuk Kabupaten/Kota Penentuan Volume dan Harga Standar Kabupaten/Kota Biaya Operasional per Peserta Didik Panduan Penghitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 16 Mei 2005 menetapkan standar pendidikan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yaitu Standar Nasional

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara No.107, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Guru. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6058) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar B el akang Pen eli tian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar B el akang Pen eli tian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah yang pada saat ini sedang dikembangkan secara menyeluruh oleh pemerintah, hal tersebut dibuktikan dengan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 728 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN DAN PERUBAHAN SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 728 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN DAN PERUBAHAN SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 728 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN DAN PERUBAHAN SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI GARUT, : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuju pemerintahan daerah yang demokratis dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. menuju pemerintahan daerah yang demokratis dan pembangunan yang 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi desentralisasi Indonesia yang dimulai pada tahun 2001 sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar oleh

I. PENDAHULUAN. Organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar oleh beberapa orang yang berfungsi secara relatif untuk mencapai tujuan bersama secara terus-menerus.

Lebih terperinci

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007

STANDAR PROSES. PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERMENDIKNAS Nomor 41 Tahun 2007 berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. adalah

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2015

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2015 SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 2 TAHUN 2015 PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DAERAH UNTUK PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, SATUAN PENDIDIKAN DASAR, DAN SATUAN

Lebih terperinci

MODEL PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG EFISIENSI DAN KEEFEKTIFAN MANAJEMEN PELAYANAN PENDIDIKAN DASAR. Armidah

MODEL PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG EFISIENSI DAN KEEFEKTIFAN MANAJEMEN PELAYANAN PENDIDIKAN DASAR. Armidah MODEL PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG EFISIENSI DAN KEEFEKTIFAN MANAJEMEN PELAYANAN PENDIDIKAN DASAR Armidah Dosen Tetap IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Abstract Program efficiency and effectiveness

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2017 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB

Lebih terperinci