BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan sarana paling strategis
|
|
- Sri Gunawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan sarana paling strategis untuk meningkatkan kualitas manusia, artinya melalui pendidikan kwalitas manusia dapat ditingkatkan. Dengan kwalitas yang meningkat produktifitas individual manusia pun akan mengalami peningkatan pula. Jika secara individual produktifitas manusia meningkat maka secara komunal produktifitas bangsa juga akan meningkat. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Hal ini bukan saja karena pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas, tetapi juga akan berpengaruh terhadap fertilitas masyarakat. Pendidikan menjadikan sumber daya manusia lebih bisa cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan di lingkungan kerja. Oleh karena itu apabila suatu Negara memiliki penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi tentunya akan mempunyai tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat. Dalam peningkatan kwalitas manusia, pemerintah bersama-sama dengan pihak swasta dan masyarakat bekerja sama untuk membangun dalam peranannya meningkatkan pemerataan dalam mutu pendidikan. Dalam hal ini pendidikan menjadi tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat, baik dalam hal pembiayaan maupun tenaga dan fasilitas. Nilai ekonomi pendidikan dapat dilihat dari sumbangan atas manfaat terhadap pembangunan sosial ekonomi melalui peningkatan pengetahuan,
2 2 ketrampilan, kecakapan, sikap dan produktifitas. Bagi masyarakat, pendidikan bermanfaat untuk memperkaya kehidupan ekonomi, politik, budaya. Pendidikan memperkuat kemampuan dalam memanfaatkan tehnologi demi kemajuan di bidang social ekonomi. Karena kemanfaatan pendidikan yang begitu luas dan dapat meresap keberbagai bidang, maka pembiayaan pendidikan harus mendapat perhatian prioritas bagi pemerintah dan masyarakat. Pendidikan merupakan suatu proses pendewasaan seseorang yang dilakukan dengan kesadaran melalui kegiatan pembimbingan, pengajaran atau latihan. Kesempatan pendidikan hendahnya dapat dinikmati oleh setiap masyarakat, Undang-undang dasar 1945 pasal 32 telah mengamanatkan bahwa pendidikan masyarakat ditanggung oleh negara. Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan pengajaran, dan ditanggung oleh negara, artinya bahwa setiap anak bangsa harus bisa mengenyam pendidikan, agar kelak mereka mampu menjalani kehidupan yang bermakna. Salah satu arah kebijakan pembangunan pendidikan adalah mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia. Arah kebijakan peningkatan perluasan dan pemerataan pendidikan dilaksanakan melalui antara lain penyediaan fasilitas layanan pendidikan berupa pembangunan sekolah baru, penambahan ruang kelas, penyediaan fasilitas pendukung, sampai kepada penyediaan bantuan dana operasional sekolah yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan melibatkan peran aktif masyarakat.
3 3 Program peningkatan perluasan pendidikan sekolah Menengah kejuruan adalah salah satu upaya pemerintah untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan pendidikan agar mereka lebih siap bekerja di dunia usuha dan industri. Proses pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan berbeda dengan proses pendidikan di sekolah Menengah Umum. SMK lebih mengutamakan proses yang mengarah kepada kegiatan aplikatif daripada kegiatan teoritik. Dalam hal ini aktivasi siswa di laboratorium, bengkel, tempat praktek baik internal maupun eksternal frekwensinya lebih banyak. Dengan demikian beban biaya operasional pendidikan siswa Sekolah Menengah Kejuruan lebih banyak. Di sisi lain dengan aktivasi yang begitu padat dan biaya operasional yang lebih banyak, diharapkan dapat mewujudkan kualitas pendidikan yang baik. Dalam hal ini mutu proses pembelajaran akan berdampak terhadap mutu hasil belajar siswa sehingga outcome siswa SMK akan lebih memberikan kontribusi suplay terhadap kebutuhan tenaga kerja pada dunia usaha dan industri. Menteri Pendidikan Nasional menyatakan bahwa output SMK akan lebih siap bekerja. Hal ini akan berpengaruh terhadap keputusan masyarakat dalam menentukan pilihannya untuk meneruskan pendidikan dasar menengah ke Sekolah Menengah Kejuruan. Biaya pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan sangat bervariasi tergantung dari program keahlian yang dikelola. Masing-masing satuan pendidikanpun memberikan tarif yang berbeda. Hal ini tergantung dari situasi kondisi sekolah dan masyarakat dimana lembaga pendidikan itu berada. Biaya pendidikan merupakan sebuah investasi pendidikan untuk meningkatkan kwalitas lulusan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan dunia kerja dan industri. Investasi
4 4 pendidikan yang ditetapkan sekolah kadang menjadi kendala bagi sebagian masyarakat yang merasa tidak mampu menjangkau, sehingga masyarakat cenderung memilih sekolah yang investasinya dapat terjangkau oleh kemampuan masyarakat. Biaya pendidikan yang ditanggung masyarakat sebenarnya masih jauh dari cukup bila dibandingkan dengan seluruh pengeluaran untuk membiayai proses pendidikan. Berbagai fasilitas pembelajaran modern diperlukan dalam rangka meningkatkan kwalitas dan adaptabilitas lulusan. Yang pada akhirnya seluruh biaya pendidikan harus menjadi tanggungjawab bersama antara lembaga pendidikan masyarakat dan pemerintah. Di sisi lain pembiayaan pendidikan pada Sekolah swasta berbeda dengan pembiayaan pendidikan sekolah negeri. baik ditinjau dari sumber pendanaan maupun alokasi distribusi biaya. Penerimaan biaya pendidikan pada sekolah negeri 80 % bersumber dari pemerintah, sementara sekolah swasta sebaliknya. Bahkan 90 % biaya pendidikan pada sekolah swasta bersifat mandiri, menggali sendiri sumber pendanaan dari potensi sekolah. Pemerintah hanya memberikan kontribusi sebesar 10 %. Dalam menghadapi situasi kondisi tersebut di atas diperlukan adanya optimalisasi sumber daya yang ada dengan cara mengefisiensikan biaya pendidikan melalui skala prioritas biaya pendidikan. Biaya pendidikan yang kurang efektif dapat diminimalisisir. Tentunya akuntabilitas keuangan lembaga pendidikan merupakan suatu kebutuhan. Dalam teori agensi, akuntabilitas keuangan menjadi variabel determinan untuk menjembatani kepentingan lembaga dan masyarakat. Akuntabilitas keuangan dimaksud harus dibatasi dan diarahkan pada keseimbangan kepentingan antara pihak lembaga pendidikan
5 5 dan masyarakat terhadap isi dan bentuk informasi keuangan yang dilaporkan oleh lembaga. Sekolah dapat mengkomunikasikan secara tranparan dan terbatas atas biaya proses pembelajaran secara periodik. Di sisi lain masyarakat dapat menilai dan sekaligus mengevaluasi kinerja keuangan sekolah sehingga akuntabilitas keuangan sekolah dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses pembelajaran, yang pada akhirnya mampu mendorong kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap lembaga pendidikan. Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan sekolah, kepala sekolah memberikan informasi kebijakan keuangan kepada peserta didik sebagai pengguna jasa pendidikan atau kepada masyarakat cenderung bersifat kwalitatif dengan bentuk informasi global, karena mereka menganggap bahwa informasi kwantitatif terlalu rumit dan terperinci. Lagi pula kebijakan keuangan sekolah bukan merupakan prioritas utama bila dibandingkan dengan kebijakan yang lainnya. Dalam memasuki era informasi, Drucker ( dalam Juanda) memberikan pernyataan bahwa " everything is number and can be measured ", suatu keadaan dimana apapun yang ada di dunia ini dapat diberi atribut angka. Identitas dan atribut kwalitatif diusahakan berubah menjadi kuantitatif, bahkan nama dan sifat seorangpun akan lebih dikenal dengan atribut angka, apalagi hal-hal yang berkaitan dengan masalah keuangan. Dalam kontek sebuah organisasi, maka segala sesuatu yang dimiliki dan dilakukan harus dapat diukur dan dikwantifikasi untuk menghasilkan keputusan yang lebih cermat dan akurat. Sehingga kepala sekolah dalam berbicara, bertindak dan mengambil keputusan terutama data
6 6 keuangan berorientasi pada keterperincian, akurasi dan relevansi informasi dalam rangka mengurangi ketidakpastian di masa yang akan datang. Menurut Juanda (2006), ada tiga tantangan yang dihadapi pimpinan terkait dengan penggunaan dan penguasaan informasi. Pertama, untuk bisa membaca informasi maka harus tahu informasi apa yang diperlukan, kapan dan dalam bentuk apa. Kedua bagaimana memperoleh, menguji, menggabungkan dan mengkombinasikan informasi yang ada. Ketiga apakah perlu dibangun sistem informasi yang compatible untuk mengurangi anefisiensi. Dalam hal ini tantangan yang dihadapi pimpinan menuntut adanya pola perencanaan dan pengendalian organisasi dengan menggunakan informasi yang lebih akurat dan terukur. Informasi dapat berfungsi sebagai "decision facilitating information" yang membantu pimpinan dalam meningkatkan kwalitas tindakan keputusan yang lebih baik. Walaupun tidak dipungkiri bahwa pengelolaan keuangan atas pembiayaan pendidikan di setiap sekolah masih jauh dari harapan karena hal ini disebabkan adanya keterbatas sumber daya manusia. Hal lain yang menjadi penyebab kurang efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan adalah bahwa lembaga pendidikan tidak mempunyai motive oriented profit melainkan motive oriented sosial. Harsono ( 2007 ) Namun untuk mewujudkan agar sekolah mampu memberikan informasi yang akuntabel tentang keuangan sekolah perlu adanya standarisasi proses. Berdasarkan PP No 19 tentang Strandar Nasional Pendidikan menekankanbahwa dalam setiap sekolah dalam menerapkan pengelolaan
7 7 pendidikan harus berorientasi pada standar nasional agar efisiensi dan efektifitas dapat diukur. Dengan demikian secara umum lembaga pendidikan harus membuat perencanaan agar pengeluaran biaya pendidikan sebanding dengan pelayanan berupa aktivasi dalam pendidikan. Bila pengeluaran yang dianggarkan lebih rendah dari penerimaan maka berarti sekolah tidak memberikan jumlah pelayanan yang sesuai dengan harapan pengguna. Jika pengeluaran lebih dari penerimaan berarti sekolah harus pandai memberikan solusi untuk menutup kekurangan dengan mencari dana bantuan kepada pihak eksternal. Hal ini menunjukkan bahwa efektifitas sekolah belum merupakan tujuan utama. Yang terpenting bagaimana sekolah mampu menyeimbangkan antara pendapatan dan pengeluaran sehingga sekolah mampu memberikan biaya pendidikan yang proporsional terhadap masyarakat. B. Rumusan Masalah Berangkat dari latar belakang tersebut di atas, maka masalah penelitian ini menitikberatkan pada analisis biaya pendidikan per unit pada salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Swasta di Kabupaten Malang untuk mewujutkan efektifitas dan akuntabilitas keuangan sekolah. Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana menentukan besaran satuan biaya pendidikan SMK Muhammadiyah 3 Singosari di Kabupaten Malang
8 8 2. Bagaimana efisiensi mutu pendidikan di SMK Muhammadiyah 3 Singosari di Kabupaten Malang ditinjau dari mutu proses belajar mengajar dan mutu hasil belajar. 3. Bagaimana pengaruh besaran satuan biaya pendidikan pada tingkat efisiensi mutu pendidikan pada SMK Muhammadiyah 3 Singosari di Kabupaten Malang bila ditinjau dari mutu proses belajar mengajar dan mutu hasil belajar. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menghitung dan menentukan besaran satuan biaya pendidikan yang dibebankan peserta didik dalam menempuh pendidikan di SMK Muhammadiyah 3 Singosari kabupaten Malang, 2. Untuk mendiskripsikan efisiensi mutu pendidikan di SMK Muhammadiyah 3 Singosari Kabupaten Malang, ditinjau dari mutu proses belajar mengajar dan mutu hasil belajar. 3. Menentukan adakah pengaruh antara satuan biaya pendidikan yang dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan efisiensi mutu pendidikan di SMK Muhammadiyah 3 Singosari Kabupaten Malang. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pendidikan kejuruan baik secara teoritis maupun praktis; 1. Secara Teoritis ( Keilmuan )
9 9 a. Memberikan sumbangsih keilmuan bagi dunia pendidikan yang berguna bagi pengembangan dan perluasan informasi tentang penghitungan biaya pendidikan perunit pada salah satu Sekolah Menengah Kejuruan b. Menambah bahan kepustakaan yang memungkinkan dapat merangsang peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang penghitungan biaya pendidikan per unit. 2. Secara Praktis a. Membantu manajemen dalam merencanakan biaya pendidikan peserta didik secara periodik b. Membantu manajemen dalam mengendalikan efisiensi aktifitas yang dilakukan oleh setiap unit kerja yang terlibat dalam proses pembelajaran. c. Membantu manajemen sebagai alat untuk mengevaluasi keadaan masa lalu, sebagai dasar pemilihan berbagai alternatif aktivitas dan sebagai dasar perencanaan masa depan d. Sebagai dasar akuntabilitas keuangan bagi masyarakat agar lebih berpartisipatif dalam pembiayaan pendidikan. e. Sebagai tolak ukur masyarakat dalam menilai kinerja lembaga pendidik E. Batasan Masalah Masalah yang akan diteliti dalam kegiatan penelitian ini adalah menghitung besarnya satuan biaya yang dibebankan oleh peserta didik dalam menempuh pendidikan di SMK Muhammadiyah 3 Singosari di Kabupaten Malang pada bidang keahlian Bisnis Manajemen, Seni & Pariwisata, Tehnologi
10 10 dan Informatika pada periode waktu 3 tahun terhitung mulai tahun 2007, 2008, 2009, efisiensi mutu pendidikan SMK Muhammadiyah 3 Singosari Kabupaten Malang dan pengaruhnya antara satuan biaya pendidikan dengan efisiensi mutu pendidikan Untuk memperjelas batasan dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Biaya dalam penelitian ini terbatas pada jenis biaya langsung ( direct cost) yang sifatnya budgetair dan tidak langsung ( indirect cost ) terhadap proses belajar mengajar atau biaya yang diperoleh dan dibelanjakan oleh lembaga. Dengan demikian biaya-biaya yang tidak bersifat budgetair seperti yang dibelanjakan oleh kepentingan sendiri dan biaya kesempatan ( oportunity cost ) tidak termasuk dalam pengertian biaya pendidikan dalam penelitian ini. Demikian juga biaya penyusutan/ depresiasi atas nilai bangunan tidak diperhitungkan dalam penelitian ini, karena sulit diprediksi dan tidak tersedia datanya. 2. Besaran biaya pendidikan diartikan sebagai jumlah uang yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai keperluan penyelenggaraan pendidikan SMK yang mencakup : gaji guru, peningkatan kemampuan profesional guru, pengadaan sarana ruang belajar, perbaikan ruang belajar, pengadaan mebeler, pengadaan alat-alat praktek, pendidikan sistem ganda, pembinaan imtaq, pengadaan buku pelajaran, alat tulis kantor, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan, dan supervisi/ pembinaan pendidikan serta ketatausahaan sekolah yang semuanya diselenggarakan dalam RAPBS. Berdasarkan pengeluaran biaya operasional pendidikan, selanjutnya dapat
11 11 dihitung rata-rata biaya pendidikan. Biaya rata-rata perkomponen pendidikan adalah biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pendidikan di sekolah pertahun anggaran. Biaya ini merupakan fungsi dari besarnya pengeluaran sekolah serta banyaknya murid di sekolah, dengan demikian biaya rata-rata ini dapat diketahui dengan cara membagi seluruh pengeluaran sekolah perkomponen tiap tahun dengan jumlah murid sekolah pada tahun yang bersangkutan 3. Efisiensi biaya pendidikan yang dimaksud adalah efisiensi internal yang menggambarkan antara penerimaan dan pengeluaran biaya pendidikan ditentukan dengan ketepatan pendayagunaan anggaran pendidikan sehingga mencapai optimalisasi yang tinggi terhadap mutu pendidikan. 4. Mutu pendidikan di tekan kan pada mutu proses kegiatan belajar mengajar dan mutu hasil belajar peserta didik. Mutu proses belajar mengajar ditentukan oleh efisien waktu dalam kegiatan belajar, optimalisasi sumber belajar, pelaksanaan evaluasi kegiatan belajar dan frekwensi bimbingan belajar, sedangkan mutu pendidikan yang berhubungan dengan mutu hasil belajar mengajar ditentukan oleh tingkat kelulusan siswa kelas akhir, ketuntasan belajar dalam menyelesaikan standar kompetensi., kenaikan tingkat atau kelas setiap akhir tahun pembelajaran dan kelangsungan mengenyam pendidikan di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan
12 12 F. Kerangka Pikir Penelitian Gambar 1.1 Kerangka piker penelitian Kebijakan anggaran Identifikasi kebutuhan biaya Identifikasi sumber dana A n g g a r a n A N A L I S I S K E E F E K T I F A N B I A Y A Total Cost Mutu proses kegiatan belajar : 1. Efisiensi Waktu 2. Optimalisasi sumber 3. Evaluasi belajar 4. Bimbingan belajar Biaya pendidikan Unit cost Pemanfatan pendidikan Per komponen 1. Biaya tetap kolektif 2. Biaya Variabel Umum Mutu hasil belajar : 1. NEM ( Kelulusan ) 2. Ketuntasan belajar 3. Kenaikan tingkat 4. Kelangsungan pend. 3. Biaya variable khusus siswa baru 4. Biaya variable khusus siswa akhir Analisis biaya pendidikan sebagai upaya peningkatan efisiensi pendidikan. di SMK Muhammdiyah 03 Singosari Kabupaten Malang
13 13 G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pikir peneliti tersebut diatas, maka dapat di tarik sebuah model hipotesis penelitian, seperti pada gambar sebagaai berikut : Gambar 1.2 Model Hipotesis Penelitian X UNIT COST 1. Biaya tetap kolektif 2. Biaya Variabel Umum 3. Biaya variable khusus siswa baru 4. Biaya variable khusus siswa Y 1 Mutu proses kegiatan belajar : 1. Efisiensi Waktu 2. Optimalisasi sumber 3. Evaluasi belajar Y 2 Mutu hasil belajar : 5. NEM ( Kelulusan ) 6. Ketuntasan belajar 7. Kenaikan tingkat 8. Melanjurkan pend. Mengacu pada model hipotesis diatas, maka hipotesisnya dapat dirumuskan dan akan diujikan kebenarannya melalui penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan antara besarnya biaya satuan pendidikan ( Unit Cost ) terhadap mutu proses pendidikan baik ditinjau dari mutu proses kegiatan belajar maupun mutu proses hasil belajar SMK Muhammadiyah 3 Singoari Kabupaten Malang.
14 14
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasca amandemen Pasal 31 ayat satu, dua, tiga dan empat. Ayat 1 berbunyi Setiap warga
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004
ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004 (Penelitian Naturalistis Fenomenologis di SMK Negeri 1 Ambal) TESIS Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lebih terperincikapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:
Rincian kebutuhan pendanaan berdasarkan prioritas dan kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.27. Kerangka Pendaaan Kapasitas Riil kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Temanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencetak generasi bangsa yang harus diprioritaskan. Namun masih terdapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menjadi salah satu elemen utama dan strategis dalam mencetak generasi bangsa yang harus diprioritaskan. Namun masih terdapat problematika di dalamnya, seperti
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG SUBSIDI BIAYA PENDIDIKAN PADA TK, SD, SMP, SMA DAN SMK NEGERI DI KABUPATEN JEMBRANA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG SUBSIDI BIAYA PENDIDIKAN PADA TK, SD, SMP, SMA DAN SMK NEGERI DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional saat ini sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mulai tahun 2011 akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan yang dilakukan melalui mekanisme
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terkecuali, Pemerintah Indonesia dalam Undang-undang Dasar Republik. Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang merupakan dasar hukum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu indikator kemajuan pembangunan suatu bangsa adalah tingkat capaian pembangunan Sumber Daya Manusianya, bahkan pendidikan menjadi domain utama bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. organisasi. Perlu dilakukan perubahan internal organisasi untuk mengimbangi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menuntut kinerja organisasi yang lebih tinggi untuk dapat bertahan hidup di tengah-tengah persaingan yang sangat ketat antar organisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan nilai-nilai
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Prinsip akuntabilitas publik adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan nilai-nilai atau norma-norma
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam Bab IV, maka secara umum berikut ini disajikan kesimpulan-kesimpulan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena merupakan salah satu penentu kemajuan bagi suatu negara (Sagala, 2006).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya Manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG SUBSIDI BIAYA PENDIDIKAN PADA TK/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA/SMK NEGERI DAN SWASTA SERTA POLITEKNIK SENDAWAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebabnya adalah faktor ekonomi keluarga. tanpa dukungan dana yang cukup. Menurut Peraturan Pemerintah No 48, tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang Dasar 1945 bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Saat ini belum semua warga negara Indonesia bisa merasakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebagai makhluk hidup memerlukan mahkluk lain untuk berkomunikasi dan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk individu dan makluk sosial tidak dapat hidup sendiri, manusia memerlukan makhluk lain untuk hidup. Kodrat manusia sebagai makhluk hidup
Lebih terperinciBAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH
RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di indonesia semakin pesat dan banyak membawa perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pelayanan publik yang memadai dari pemerintah merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mendapatkan pelayanan publik yang memadai dari pemerintah merupakan hak asasi bagi seluruh rakyat. Pelayanan publik dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, agar kelak nantinya berguna bagi dirinya dan masyarakat umumnya. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu alat mengubah pola pikir seseorang untuk lebih maju lagi, berfungsi mengembangkan potensi manusia dan mengembangkan peradaban suatu bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan persaingan akan mendorong perusahaan untuk melakukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin meningkat. Peningkatan persaingan akan mendorong perusahaan untuk melakukan penyesuaian terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Karenanya, pendidikan tidak boleh dianggap sepele karena dengan pendidikan harkat dan martabat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi sudah sangat dirasakan perlu, termasuk untuk menggunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan perguruan tinggi sudah sangat dirasakan perlu, termasuk untuk menggunakan prinsip-prinsip manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak perubahan baru, yaitu persaingan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi membawa dampak perubahan baru, yaitu persaingan dalam bidang kerjasama berbagai produk. Barang jadi di pasaran merupakan produk dari hasil kerjasama
Lebih terperinciBAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN
BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Perkembangan kinerja keuangan pemerintah daerah tidak terlepas dari batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana
Lebih terperinciBAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Strategi Implementasi..., Baragina Widyaningrum, Program Pascasarjana, 2008
1 1. PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian secara akademis dan praktis, batasan penelitian serta model operasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank, Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat pesat. Pastinya kemajuan teknologi dan informasi menuntut birokrasi untuk beradaptasi dalam menghadapi dunia global
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Otonomi Daerah dan Pemerintahan Daerah 2.1. Otonomi Daerah Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah daerah, otonomi daerah adalah kewenangan
Lebih terperincilocal accountability pemerintah pusat terhadap pembangunan di daerah.
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undangundang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan sekolah merupakan suatu kegiatan yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan keuangan sekolah merupakan suatu kegiatan yang mempengaruhi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran bagi lembaga formal tersebut. Hal ini dinyatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya manusia. Di sejumlah negara yang sedang berkembang pendidikan telah mengambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Otonomi berasal dari kata autonomos atau autonomia (yunani) yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi berasal dari kata autonomos atau autonomia (yunani) yang berarti keputusan sendiri (self ruling). Otonomi mengandung pengertian kondisi atau ciri untuk tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (SISDIKNAS), penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak reformasi bergulir di Indonesia pada tahun 1998, perhatian pemerintah pada bidang pendidikan semakin besar. Hal itu di tandai dengan berbagai macam
Lebih terperinciBAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH
BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan pada setiap jalur, jenis, dan jenjang pendidikan. Upaya yang telah dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan adalah untuk menghasilkan keuntungan, menjaga kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk meningkatkan profitabilitas
Lebih terperinciDinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Eksekutif Pendidikan telah menjadi sebuah kekuatan bangsa khususnya dalam proses pembangunan di Jawa Timur. Sesuai taraf keragaman yang begitu tinggi, Jawa Timur memiliki karakter yang kaya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menempati peran sangat strategis dalam pembangunan nasional. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan pemerintah dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas berbantuan sesuai dengan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan bagian yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan pendidikan dan latihan kerja. Dalam GBHN dinyatakan
Lebih terperinciKOMPETENSI KEPALA SEKOLAH
KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin : Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memenuhi amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka memenuhi amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), maka pemerintah bersama DPR telah memenuhi tanggung jawabnya
Lebih terperinci2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATA PELAJARAN DASAR DAN PENGUKURAN LISTRIK UNTUK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutu pendidikan merupakan konsekuensi langsung dari suatu perubahan dan perkembangan berbagai aspek kehidupan. Tuntutan terhadap mutu pendidikan tersebut
Lebih terperinciRINGKASAN UU 25/2009 tentang PELAYANAN PUBLIK
BAB 1: KETENTUAN UMUM 1 RINGKASAN UU 25/2009 tentang PELAYANAN PUBLIK Pasal 1 : Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bersih (good governance) bebas dari KKN sehingga hasil pelayanan dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Semangat reformasi membuat masyarakat menuntut pemerintah agar memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam menciptakan pemerintahan yang bersih (good
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting yang memberikan kemungkinan hidup, perkembangan dan memperlancar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan informasi dalam suatu organisasi merupakan salah satu unsur penting yang memberikan kemungkinan hidup, perkembangan dan memperlancar kegiatan di dalamnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Pendidikan juga penting bagi terciptanya kemajuan dan kemakmuran
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penganggaran merupakan suatu aktivitas pemerintah yang penting dan universal. Setiap pemerintahan harus menjalankan fungsi penganggaran dalam melakukan aktivitas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik yang berkualitas dan terus meningkat dari waktu ke waktu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah sebagai daerah yang otonom mempunyai kebebasan yang luas untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya untuk mendapatkan pelayanan publik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu akuntansi yang mengkhususkan dalam pencatatan dan pelaporan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akuntansi adalah ilmu yang saat ini berkembang dengan pesat, khususnya dalam bidang akuntansi pemerintahan. Akuntansi pemerintahan adalah salah satu bidang ilmu
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan berkembang kearah perekonomian global. Industrinya dituntut untuk mampu bersaing dipasar regional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bersaing, hingga tidak ada lagi batas antara satu negara dengan negara lain.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini merupakan era tanpa batas, hal ini tercermin dengan adanya kebebasan dalam berusaha, kebebasan dalam bependapat dan dalam bersaing, hingga
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah faktor penting untuk mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan sarana strategis guna peningkatan mutu sumber
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan.seluruh pihak termasuk pemerintah sendiri mencoba mengatasi hal ini dengan melakukan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP
PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SUMENEP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI SUMENEP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional Indonesia dimaksudkan untuk menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan, serta efisiensi manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Keberhasilan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan pendidikan merupakan salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional. Pembangunan pendidikan sangat penting karena perannya yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses reformasi yang sedang bergulir, membawa perubahan yang sangat mendasar pada tatanan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dikeluarkannya UU No 22 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan Kota Denpasar merupakan bagian integral dari pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan yang dilaksanakan selalu diupayakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembiayaan pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan (di sekolah).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia merupakan komponen yang sangat utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia merupakan komponen yang sangat utama dibutuhkan dalam pengembangan bangsa, karena dapat menjadi pendorong maupun pula menjadi penghambat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wahana untuk
Lebih terperinciPengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik
Pengelolaan Keuangan Desa Dalam Kerangka Tata Pemerintahan Yang Baik Keuangan desa adalah barang publik (public goods) yang sangat langka dan terbatas, tetapi uang sangat dibutuhkan untuk membiayai banyak
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012
PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENDANAAN PENDIDIKAN BAGI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA), MADRASAH ALIYAH (MA) DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI/SWASTA DI KABUPATEN
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. telah penulis lakukan di Bagian Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas
BAB III PEMBAHASAN Dalam pembahasan ini penulis akan melaporkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan di Bagian Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dimana hal yang perlu penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PUBLIK
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN PUBLIK I. UMUM Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan Pendidikan Nasional, dapat dilihat berdasarkan faktor ketersediaan jaminan mutu oleh penyelenggara pendidikan. Peran pendidikan dalam membangun terciptanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini pendidikan memegang peranan penting bagi semua orang, karena dengan pendidikan semua orang akan memiliki bekal untuk kehidupan dimasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik. Dari segi pemerintahan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan baik oleh individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan baik oleh individu maupun kelompok melalui sebuah kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan. Undang-undang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain proses reformasi sektor publik, khususnya reformasi pengelolaan keuangan daerah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berbasis sekolah (MBS). (Depdiknas, 2006). Penguatan akses publik atas informasi manajemen anggaran sekolah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009, salah satu kebijakan Departemen Pendidikan Nasional adalah penguatan tata kelola,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pesat menuntut setiap negara untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin berkembang pesat menuntut setiap negara untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan berkompetensi. SDM yang
Lebih terperinciHAND OUT : MANAJEMEN KEUANGAN PENDIDIKAN KODE MATA KULIAH : AP 408 : PEMBIAYAAN DALAM PENDIDIKAN
HAND OUT MATA KULIAH : MANAJEMEN KEUANGAN PENDIDIKAN KODE MATA KULIAH : AP 408 BOBOT SKS : 3 (TIGA) SEMESTER : IV (EMPAT) PERTEMUAN : 1 dan 2 MATERI : PEMBIAYAAN DALAM PENDIDIKAN A. Konsep Pembiayaan Pendidikan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG BENTUK DAN MEKANISME PENDANAAN PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses pembangunan nasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses pembangunan nasional merupakan faktor penentu dalam memberhasilkan pembangunan terutama menyangkut pengembangan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MEMBERIKAN KESEMPATAN KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MEMBERIKAN KESEMPATAN KERJA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN A. Arah Kebijakan Nasional Pemerintah dalam Bidang Ketenagakerjaan Suatu
Lebih terperinciUNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS
UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajeman Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan globalisasi yang semakin terbuka. Sejalan tantangan kehidupan global,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan menghadapi dua tuntutan yaitu tuntutan dari masyarakat dan tuntutan dunia usaha. Hal yang menjadi tuntutan yaitu tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara usia sekolah mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Dasar Negara Indonesia telah mengamanatkan tentang upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini menunjukkan bahwa setiap warga Negara usia sekolah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN. A. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Sarana
125 BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN A. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Sarana dan Prasarana Pendidikan di SMK Budi Mulya Palangka Raya. Berdasarkan hasil temuan penelitian
Lebih terperinci