REGIONAL CONSULTANT 1 (RC-1) Implementation of Energy Conservation and Emission Reduction (Phase 1) PT. Indah Kiat Pulp & Paper

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REGIONAL CONSULTANT 1 (RC-1) Implementation of Energy Conservation and Emission Reduction (Phase 1) PT. Indah Kiat Pulp & Paper"

Transkripsi

1 CHAPTER III IDENTIFIKASI PENGHEMATAN ENERGI DAN PENGURANGAN EMISI CO2 3.1 AUDIT ENERGI DAN EMISI CO2 (ENERGI AND CO2 EMISSION AUDIT) Penjelasan Umum Audit energi merupakan inspeksi, survey dan analisis aliran-aliran energi pada sebuah bangunan, proses atau suatu system dengan tujuan untuk memahami dinamika energi pada sistem yang dikaji / diteliti. Audit energi merupakan usaha atau kegiatan untuk mengidentifikasikan jenis dan besarnya energi yang digunakan pada bagian-bagian operasi suatu industri/pabrik atau bangunan dan mencoba mengidentifikasikan kemungkinan penghematan energi. Sasaran dari audit energi adalah untuk mencari cara mengurangi konsumsi energi persatuan output dan mengurangi biaya operasi. Untuk mengukur besarnya efisiensi penghematan digunakan parameter Benefit Cost Ratio (BCR). Audit Energi bertujuan mengetahui "Potret Penggunaan Energi" dan mencari upaya peningkatan efisiensi penggunaan energi. Audit energi merupakan teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi energi dan mengenali cara-cara untuk penghematannya. Sedangkan konservasi energi, adalah upaya mengefisienkan pemakaian energi untuk suatu kebutuhan agar pemborosan energi dapat dihindarkan. Peluang Hemat Energi (PHE) (Energi Conservation Opportunity / ECO) merupakan cara yang mungkin bisa diperoleh dalam usaha mengurangi pemborosan energi. Potret penggunaan energi, adalah gambaran menyeluruh tentang pemanfaatan energi pada bangunan gedung, meliputi : jenis, jumlah penggunaan energi, peralatan energi, intensitas energi, profil beban penggunaan energi, kinerja peralatan energi, dan III 1

2 peluang hemat energi, serta keseluruhan maupun per area di bangunan gedung pada periode tertentu Pendekatan Teknis dan Metodologi Audit (Technical Approach & Methodology of Audit) Audit energi dilakukan dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu : a. Survei Energi (Energi Survey / Walk Through Audit) Survei energi merupakan jenis audit energi paling sederhana. Audit hanya dilakukan pada bagian-bagian utama atau pengguna energi terbesar. Tujuan dari survei energi adalah : Untuk mengetahui pola penggunaan energi dan sistem yang mengkonsumsi energi serta untuk mengidentifikasikan kemungkinan penghematan energi (Energi Conservation Opportunity / ECO) Untuk mendapatkan data - data yang berguna bagi audit energi awal. Pada survei energi, data-data dapat diperoleh melalui wawancara dengan orang-orang yang berhubungan dengan penggunaaan energi pada beberapa tahun terakhir yang telah tersedia. Datadata tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui kecenderungan karakteristik pemakaian energi pada suatu industri, pabrik atau gedung. Hasil analisis survei energi dapat diwujudkan dalam bentuk Intensitas Konsumsi Energi (IKE) yang dinyatakan dalam bentuk kebutuhan energi tiap satuan produk. Harga IKE ini kemudian dibandingkan dengan standar IKE untuk suatu industri terkait. Apabila harga lebih besar dari IKE standar, maka perlu dilakukan proses audit lanjutan, yaitu audit energi awal maupun audit energi detail. Hasil laporan hanya berupa rekomendasi atau usulan mengenai bagian-bagian yang perlu dilakukan audit rinci atau bagian-bagian yang telah optimal penggunaan energinya. III 2

3 b. Audit Energi Awal atau Audit Energi Singkat (Preliminary Energi Audit / PEA) Tujuan dari audit energi awal (PEA) adalah untuk mengukur produktifitas dan efisiensi penggunaan energi dan mengidentifikasikan kemungkinan penghematan engergi (ECO s). Kegiatan audit energi awal meliputi : 1) Pengumpulan data-data pemakaian energi yang tersedia 2) Mengamati kondisi peralatan, penggunaan, penggunaan energi beserta alat-alat ukur yang berhubungan dengan monitoring energi seperti : Memeriksa kondisi isolasi yang rusak atau hilang. Meneliti adanya kebocoran Mengamati alat-alat ukur dan alat kendali yang tidak bekerja. Mengamati gas pembuangan pembakaran. Dan lain-lain. 3) Mengamati prosedur operasi dan perawatan yang biasa dilakukan dalam industri/pabrik atau gedung tersebut. 4) Survei energi manajemen, yaitu untuk mengetahui kegiatan manajemen energi dan kriteria pengambilan keputusan dalam investasi penghematan energi Hasil PEA biasanya berupa laporan mengenai sumber-sumber kebocoran / kehilangan energi seperti adanya isolasi yang tidak sempurna, kebocoran fluida atau alat ukur pengendali yang tidak bekerja, rekomendasi perbaikan ringan yang harus dilakukan. c. Audit Energi Detail / Audit Penuh (Detailed Energi Audit / DEA or Full Audit) Audit energi rinci (DEA) adalah audit energi yang dilakukan dengan menggunakan alatalat ukur yang sengaja dipasang pada peralatan untuk mengetahui besarnya konsumsi energi. Kegiatan ini diikuti dengan analisis rinci penggunaan energi beberapa sistem. Tujuan dari audit energi ini untuk mengevaluasi kemungkinan penghematan energi (ECO s). Audit energi rinci biasanya dilakukan setelah PEA, meskipun sebenarnya audit energi ini dapat dilakukan sendiri, asalkan kegiatan yang tercangkup dalam PEA dilakukan pada awal III 3

4 kegiatan audit. Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran tekanan, temperatur, laju aliran fluida atau bahan bakar dan konsumsi energi listrik. Data-data pengukuran tersebut kemudian digunakan untuk menghitung besarnya konsumsi energi. Hal ini dilakukan dengan menerapkan neraca energi pada komponen atau sistem. Hasil DEA berupa rekomendasi perubahan-perubahan sistem atau komponen yang diperlukan dengan didasari oleh bukti-bukti perhitungan agar diperoleh penghematan energi dan penghematan biaya energi beserta cara-cara implementasinya Hasil Cek Visual dan Data Pengukuran ( Visual Check and Measurement Data Results ) Pada detail Audit yang dilakukan di PT. Indah Kiat (Serang), pengukuran dilakukan pada power plant. Pengukuran yang dilakukan merupakan pengukuran elektrikal (Electrical) yang difokuskan pada pengukuran sistem dengan tegangan kerja 380 Volt dan sistem dengan tegangan kerja 3,3 kv. Pengkuran yang dilakukan pada sistem dengan tegangan kerja 380 Volt mencangkup pengukuran pada Roll Mill, pengukuran dilakukan pada panel incoming trafo LV AUXTR 06, panel Roll Mill Drive #C, dan pengukuran pada panel Roll Mill Drive #B. sedangkan pengukran yang dilakukan pada sistem dengan tegangan kerja 3,3 kv dilakukan pada panel Ball Mill 3A, pengukuran pada panel cooling Tower Fan #4, dan pengukuran pada panel cooling Water Pump #1. Dari pengukuran yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut: Panel Incoming Trafo LVAUXTR 06 Pengukuran pertama dilakukan pada panel incoming trafo LVAUXTR 06, tegangan kerjanya adalah 380 Volt. Seluruh sistem peralatan dengan tegangan kerja 380 Volt yang terinstal di sektor 6 (section 6) mendapatkan suplai energi listrik dari trafo ini. Pengukuran dilakukan dengan menggunkan alat power meter analyzer. Pengukuran dilakukan pada hari kamis tanggal 30 Juni 2011 mulai pukul sampai dengan pukul WIB. Dari hasil pengukuran yang dilakukan diperoleh rekaman data untuk nilai tegangan, nilai Arus, nilai daya, nilai faktor daya, nilai beban, nilai THD, dan nilai frekwensi. Berikut adalah profil dari masing-masing data yang terekam oleh power analyzer. III 4

5 10:40:06 10:42:07 10:44:08 10:46:09 10:48:10 10:50:11 10:52:12 10:54:13 10:56:14 10:58:15 11:00:16 11:02:17 11:04:18 11:06:18 11:08:19 11:10:20 11:12:21 11:14:22 11:16:23 11:18:24 11:20:25 11:22:26 11:24:27 Tegangan (V) 1. Tegangan Pengukuran tegangan yang dilakukan mencangkup pengukuran pada masing-masing phasa. Untuk phasa R tegangan maksimum yang tercatat sebesar 228 volt dan tegangan minimumnya adalah 227 volt, untuk phase S tegangan maksimumnya 229 volt dan tegangan minimumnya 227 volt, sedangkan untuk phase T tercatat nilai tegangan maksimun 228 volt dan tegangan minimunya 227 volt. Dari pengukuran yang dilakukan diperoleh profil tegangan untuk incoming trafo LVAUXTR 06 adalah sebagai berikut: PROFIL TEGANGAN Gambar 3.1. Profil Tegangan Incoming Trafo LVAUXTR 06 III 5

6 10:40:06 10:42:07 10:44:08 10:46:09 10:48:10 10:50:11 10:52:12 10:54:13 10:56:14 10:58:15 11:00:16 11:02:17 11:04:18 11:06:18 11:08:19 11:10:20 11:12:21 11:14:22 11:16:23 11:18:24 11:20:25 11:22:26 11:24:27 Unbalance 1.20% 1.00% 0.80% 0.60% 0.40% 0.20% 0.00% PROFIL UNBALANCE TEGANGAN Profil Gambar 3.2. Profil unbalance Tegangan Incoming Trafo LVAUXTR 06 Dari gambar 3.1. dan gambar 3.2. tersaji profil tegangan kerja pada incoming trafo LVAUXTR 06. Keseimbangan tegangan yang terjadi antar phasa R, S, dan T bisa dikatakan seimbang karena nilai unbalance tegangannya berada pada kisaran 0,41 % sampai dengan 1.05 %. Rekomendasi nilai unbalance dikatakan baik adalah nilai unbalancenya tidak lebih dari 1 %. Dengan kata lain tegangan antar phasa pada trafo LVAUXTR 06 bisa dikatakan masih dalam konsisi seimbang (Balance). 2. Arus Pada pengukuran diperoleh nilai arus untuk tiap phasa R, S, dan T. Nilai arus untuk phase R nilai arus maksimum Ampere dan nilai arus minimumnya 949 Ampere. Untuk phase S nilai arus maksimumnya 954 Ampere dan nilai arus minimumnya 887 Ampere. Sedangkan untuk phase T nilai arus maksimum yang diperioleh adalah Ampere da nilai tegangan minimumnya adalah 983 Ampere. Berikut adalah profil nilai aus pada incoming trafo LVAUXTR 06 yang disajikan dalam bentuk grafik: III 6

7 10:40:06 10:42:37 10:45:08 10:47:40 10:50:11 10:52:42 10:55:13 10:57:44 11:00:16 11:02:47 11:05:18 11:07:49 11:10:20 11:12:52 11:15:23 11:17:54 11:20:25 11:22:56 Unbalance 10:40:06 10:42:37 10:45:08 10:47:40 10:50:11 10:52:42 10:55:13 10:57:44 11:00:16 11:02:47 11:05:18 11:07:49 11:10:20 11:12:52 11:15:23 11:17:54 11:20:25 11:22:56 Arus (A) 1,100 1,050 1, PROFIL ARUS Gambar 3.3. Profil Arus Incoming Trafo LVAUXTR % 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% PROFIL UNBALANCE ARUS Profil Gambar 3.4. Profil unbalance Arus Incoming Trafo LVAUXTR 06 Dari hasil pengukuran yang dilakukan pada incoming trafo LVAUXTR 06 diperoleh pula gambaran mengenai nilai unbalance pada arus. Nilai unbalance yang terekam oleh alat ukur adalah berada pada nilai 2,55% sampai dengan 6,50%. Sedankan batas maksimum nilai unbalance arus standar adalah 20%. III 7

8 10:40:06 10:42:37 10:45:08 10:47:40 10:50:11 10:52:42 10:55:13 10:57:44 11:00:16 11:02:47 11:05:18 11:07:49 11:10:20 11:12:52 11:15:23 11:17:54 11:20:25 11:22:56 Daya (VA) 3. Daya Untuk nilai kapasitas daya trafo yang terpasang pada incoming trafo adalah sebesar 2500 kva. Semua daya digunakan untu semua peralatan pada sector 6 yang menggunakan tegangan kerja 380 volt. Berikut adalah profil nilai daya yang diperoleh dari hasil pengukuran meliputi daya pada masing-masing phasa yaitu phasa R, Phasa S, dan Phasa T: 240, , , , , , ,000 PROFIL DAYA Gambar 3.5. Profil Daya Incoming Trafo LVAUXTR 06 Dari gambar 3.5. dapat terlihat keseimbangan daya yang terbebani pada masingmasing phasanya. Terlihat jelas pada profil diatas, phasa T memiliki nilai pembebanan daya yang paling besar hal ini sebanding dengan aliran arus yang mengalir pada phasa T. Nilai rata-rata daya pada phase R adalah VA, daya rata-rata pada phasa S adalah VA, dan daya rata-rata pada phasa T adalah VA. 4. Faktor Daya Faktor daya merupakan perbandingan antara daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva). Berikut adalah profil faktor daya yang diperoleh dari hasil pengukuran. III 8

9 10:40:06 10:42:07 10:44:08 10:46:09 10:48:10 10:50:11 10:52:12 10:54:13 10:56:14 10:58:15 11:00:16 11:02:17 11:04:18 11:06:18 11:08:19 11:10:20 11:12:21 11:14:22 11:16:23 11:18:24 11:20:25 11:22:26 11:24:27 Power Factor PROFIL POWER FACTOR Gambar 3.6. Profil Faktor Daya Incoming Trafo LVAUXTR 06 Nilai Faktor daya yang terukur dari masing-masing phasa pada incoming trafo LVAUXTR 06 sebagai berikut. Untuk phasa R nilai rata-rata Faktor daya selama pengukuran adalah 0,74, untuk phasa S 0,79, dan untuk phasa T sebesar 0,79. Batas normal untuk nilai faktor daya yang menjadi standarisasi umum adalah 0,80 sampai dengan 0,85 jadi dapat disimpulkan nilai faktor daya pada incoming trafo LVAUXTR 06 masih rendah. 5. Pembebanan (Daya Aktif) Pembebanan merupakan nilai pemakaian daya aktif (P) pada incoming trafo LVAUX 06. Nilai penggunaan daya aktif (P) pada sistem sebanding dengan besarnya nilai arus yang mengalir. Berikut tersaji profil penggunaan daya aktif pada setiap phasanya. III 9

10 10:40:06 10:42:37 10:45:08 10:47:40 10:50:11 10:52:42 10:55:13 10:57:44 11:00:16 11:02:47 11:05:18 11:07:49 11:10:20 11:12:52 11:15:23 11:17:54 11:20:25 11:22:56 Beban (W) 190, , , , , , ,000 PROFIL BEBAN Gambar 3.7. Profil Beban Incoming Trafo LVAUXTR 06 Pada gambar 3.7. terlihat jelas selisih pembebanan pada tiap phasanya. Nilai daya aktif (P) pada phasa R rata-ratanya adalah Watt, untuk phasa S rata-rata nilai penggunaan daya aktifnya Watt, dan untuk phasa T terukur nilai rata-rata beban selama pengukura adalah Watt. Dari data yang diperoleh menunjukan Phasa T memiliki nilai beban paling tinggi. Selisih pembebanan antara phasa S dan phasa T adalah sebesar 8,3%. 6. Total Harmonic Distortion (THD) Tingkat harmonisa yang timbul dalam sistem ketenaga-listrikan banyak dipengaruhi oleh peralatan / beban beban listrik non-linier. Efek harmonisa yang ditimbulkan pada sistem tenaga bergantung pada sumber harmonisa, letak sumber harmonisa, dan karakteristik jaringan listrik. Pengaruh harmonisa pada peralatan sistem tenaga listrik secara umum dapat menyebabkan peralatan menjadi panas, isolasi menjadi menurun, life-time peralatan menjadi berkurang, dan dapat pula menyebabkan kerusakan pada peralatan. Dari hasil pengukuran yang dilakukan diperoleh profil total harmonic distrition sebagai berikut: III 10

11 10:40:06 10:42:07 10:44:08 10:46:09 10:48:10 10:50:11 10:52:12 10:54:13 10:56:14 10:58:15 11:00:16 11:02:17 11:04:18 11:06:18 11:08:19 11:10:20 11:12:21 11:14:22 11:16:23 11:18:24 11:20:25 11:22:26 11:24:27 % THD 2.5 PROFIL THD TEGANGAN Gambar 3.8. Profil THD Tegangan Incoming Trafo LVAUXTR 06 nilai rata-rata tiap phasa total harmonic Distortion (THD) tegangan pada saat dilakukan pengukuran adalah sebagai berikut. Untuk phasa R THD tegangan rata-ratanya adalah 1,8 %, untuk phasa S 1,8 % dan untuk phasa T adalah 1,9 %. Standarisasi nilai THD tegangan pada sistem tegangan nominal 20 KV dan dibawahnya, termasuk tegangan rendah 380 Volt, THD tegangan maksimum adalah 5%. Sehingga dapat dikatakan pengaruh harmonisa pada sistem yang diukur masih bagi karena nilai rata-rata yang terukur pada setiap phasanya masih berada dibawah nilai 5 %. Sedangkan untuk nilai Total Harmonic Distortion (THD) arus akan berpengaruh besar pada penggunaan relai yang sistem kerjanya menggunakan indikator arus. Jika nilai harmonisa arus tinggi maka akan mempengaruhi kinerja dari relai proteksi yang terpasang pada setiap peralatan. Dengan kata lain, jika relai proteksi peralatan tidak bekerja semestinya maka peralatan pada sistem akan terancam rusak jika terjadi gangguan. Berikut tersaji profil hasil pengukuran THD arus pada incoming trafo VAUXTR 06. III 11

12 10:40:06 10:42:07 10:44:08 10:46:09 10:48:10 10:50:11 10:52:12 10:54:13 10:56:14 10:58:15 11:00:16 11:02:17 11:04:18 11:06:18 11:08:19 11:10:20 11:12:21 11:14:22 11:16:23 11:18:24 11:20:25 11:22:26 11:24:27 Hz 10:40:06 10:42:07 10:44:08 10:46:09 10:48:10 10:50:11 10:52:12 10:54:13 10:56:14 10:58:15 11:00:16 11:02:17 11:04:18 11:06:18 11:08:19 11:10:20 11:12:21 11:14:22 11:16:23 11:18:24 11:20:25 11:22:26 11:24:27 % THD PROFIL THD ARUS Gambar 3.9. Profil THD Arus Incoming Trafo LVAUXTR 06 Nilai THD arus rata-rata untuk setiap phasanya adalah. Untuk phasa R nilai ratarata THD arusnya adalah 12,6%, untuk phasa S adalah 12,8%, dan untuk phasa T nilai rata-rata THD arus yang terukur adalah 11,1%. 7. Kualitas Frekwensi Berikut adalah nilai frekwensi yang terukur pada saat melakukan pengukuran pada incoming trafo LVAUXTR 06: PROFIL FREKUENSI Profil Gambar Profil Frekwensi Incoming Trafo LVAUXTR 06 III 12

13 11:30:06 11:35:08 11:40:11 11:45:13 11:50:16 11:55:18 12:00:20 12:05:23 12:10:25 12:15:28 12:20:30 12:25:32 12:30:35 12:35:37 12:40:40 12:45:42 12:50:44 12:55:47 13:00:49 13:05:52 13:10:54 13:15:56 Tegangan (V) Dari hasi pengukuran terekam nilai frekwensi dari energi listrik pada incoming trafo LVAUXTR 06 dengan tegangan kerja 380 volt adalah 50,15 Hz untuk nilai frekwensi terendah dan 50,2 Hz untuk nilai frekwensi tertingi. Batasan nilai frkuensi yang dikatakan baik adalah 50 Hz. Dengan demikian frekwensi pada sistem kelistrikan 380 volt pada incoming trafo LVAUXTR 06 dikatakan baik Panel Roll Mill Drive #C Roll mill merupakan peralatan yang digunakan untuk menghaluskan batu bara yang akan digunakan sebagai bahan pembakaran pada boiler. Roll Mill Drive #C merupakan salah satu dari ketiga roll mill yang dimilki oleh PT. Indah Kiat (Serang). Tegangan kerja roll mill drive #C adalah 380 volt. Energi listrik untuk menggerakan roll mill drive #C diambil dari incoming trafo LVAUXTR 06. Berikut adalah profil hasil pengukuran yang dilakukan pada Panel Roll Mill Drive #C. Pengukuran yang dilakukan pada panel Roll Mill Drive #C dimulai pada pukul sampai dengan WIB. 1. Tegangan Prosedur pengukuran tegangan yang dilakukan pada panel Rol Mill Drive #C hamper sama dengan pengukuran yang dilakukan pada incoming trafo. Power meter analyzer merekam data pengukuran tegangan setiap phasa. Berikut adalah grafik profil tegangan hasil pengukuran PROFIL TEGANGAN Gambar Profil Tegangan Roll Mill Drive #C III 13

14 11:30:06 11:35:08 11:40:11 11:45:13 11:50:16 11:55:18 12:00:20 12:05:23 12:10:25 12:15:28 12:20:30 12:25:32 12:30:35 12:35:37 12:40:40 12:45:42 12:50:44 12:55:47 13:00:49 13:05:52 13:10:54 13:15:56 Unbalance Dari gambar dapat terlihat gambaran mengenai nilai tegangan yang terjadi saat proses produksi steam berlangsung. Tegangan yang tercatat pada alt ukur untuk phasa R adalah sekitar 226 volt sampai dengan 227 volt, untuk phasa S tegangannya ada pada kisaran 227 volt sampai dengan 228 volt, sedangkan nilai tegangan yang tercatat untuk phasa T ada pada kisaran nilai tegangan 226 volt sampai dengan 228 volt. Sedangkan profil unbalance tegangan tersaji pada gambar % 0.40% 0.30% 0.20% 0.10% 0.00% PROFIL UNBALANCE TEGANGAN Profil Gambar Profil unbalance Tegangan Roll Mill Drive #C Nilai yang terukur untuk unbalance tegangan pada roll mill drive #C adalah pada kisaran nilai 0,31% sampai dengan 0,43%. Dalam kondisi seperti ini keseimbangan tegangan antar phasa dikatakan baik karena batas maksimum unbalance tegangan adalah 2%, sedangkan nilai yang tercatat pada saat dilakukan pengukuran masih jauh dibawah nilai maksimumnya. 2. Arus Profil arus setiap phasa yang tercatat saat melakukan pengukuran pada panel roll mill drive #C adalah sebagai berikut: III 14

15 11:30:06 11:35:39 11:41:11 11:46:44 11:52:17 11:57:49 12:03:22 12:08:54 12:14:27 12:20:00 12:25:32 12:31:05 12:36:38 12:42:10 12:47:43 12:53:16 12:58:48 13:04:21 13:09:54 13:15:26 Unbalance 11:30:06 11:35:08 11:40:11 11:45:13 11:50:16 11:55:18 12:00:20 12:05:23 12:10:25 12:15:28 12:20:30 12:25:32 12:30:35 12:35:37 12:40:40 12:45:42 12:50:44 12:55:47 13:00:49 13:05:52 13:10:54 13:15:56 Arus (A) PROFIL ARUS Gambar Profil Arus Roll Mill Drive #C Nilai arus yang mengalir pada setiap phasa menunjukan nilai maksimum dan nilai minimumnya. Untuk nilai maksimum aliran arus yang tercatat pada phasa R adalah 159 A, untuk phasa S adalah 168 A, dan untuk phasa T nilai arus maksimum yang tercatat adalah 163 A. sedangkan untuk nilai aliran arus minimum untuk phasa R adalah 134 A, untuk phasa S adalah 144 A, dan untuk nilai arus minimum untuk phasa T adalah 141 A. Dari hasil pengukuran juga tercatat profil ubalance arus yang terjadi. Berikut gambar profil unbalance arusnya. 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% PROFIL UNBALANCE ARUS Profil Gambar Profil unbalance Arus Roll Mill Drive #C III 15

16 11:30:06 11:35:08 11:40:11 11:45:13 11:50:16 11:55:18 12:00:20 12:05:23 12:10:25 12:15:28 12:20:30 12:25:32 12:30:35 12:35:37 12:40:40 12:45:42 12:50:44 12:55:47 13:00:49 13:05:52 13:10:54 13:15:56 Daya (VA) Nilai unbalance arus yang diperoleh selama pengukuran pada panel roll mill drive #C berada pada kisaran nilai 2,46% sampai dengan 4,50%. Nilai yang terukur untuk unbalance arus bisa dikatakan baik karena nilai yang terukur berada dibawah batas normal yaitu 20%. 3. Daya Nilai daya yang terukur setiap phasanya tersaji dalam gambar profil daya sebagai berikut: 41,000 39,000 37,000 35,000 33,000 31,000 29,000 27,000 25,000 PROFIL DAYA Gambar Profil Daya pada Roll Mill Drive #C Pada saat dilakukan pengukuran daya menggunakan power meter analyzer tercatat nilai rata-rata daya dalam satuan volt ampere (VA) untuk setiap phasanya adalah sebagai berkut. Phasa R tercatat nilai rata-rata daya sebesar VA, untuk phasa S sebesar VA, dan untuk phasa T rata-rata dayanya adalah VA. 4. Faktor Daya ini: Untuk nilai faktor daya pada roll mill drive #C tersaji pada grafik berikut III 16

17 11:30:06 11:35:08 11:40:11 11:45:13 11:50:16 11:55:18 12:00:20 12:05:23 12:10:25 12:15:28 12:20:30 12:25:32 12:30:35 12:35:37 12:40:40 12:45:42 12:50:44 12:55:47 13:00:49 13:05:52 13:10:54 13:15:56 Power Factor PROFIL POWER FACTOR Gambar Profil Faktor Daya pada Roll Mill Drive #C Nilai faktor daya rata-rata tiap phasa saat dilakukan pengukuran adalah sebagai berikut. Untuk nilai rata-rata faktor daya phasa R adalah 0,70, untuk phasa S 0,70, dan untuk phasa T nilai rata-rata faktor dayanya adalah 0,67. Terlihat bahwa nilai faktor daya untuk phase T dibawah nilai faktor daya phasa r dan phasa S. Secara keseluruhan nilali faktor daya yang terukur pada roll mill drive #C masih dikatakan kurang baik karena nilainya masih dibawah 0,8. 5. Pembebanan (Nilai Daya Aktif (P)) Nilai daya aktif (P) merupakan gambaran nilai daya yang sesungguhnya yang menjadi beban pada sistem. Basarnya pembebanan yang terjadi pada saat dilakukan pengukuran tersaji pada gambar berikut ini: III 17

18 11:30:06 11:35:08 11:40:11 11:45:13 11:50:16 11:55:18 12:00:20 12:05:23 12:10:25 12:15:28 12:20:30 12:25:32 12:30:35 12:35:37 12:40:40 12:45:42 12:50:44 12:55:47 13:00:49 13:05:52 13:10:54 13:15:56 Beban (W) 23,000 22,000 21,000 20,000 19,000 18,000 17,000 16,000 15,000 PROFIL BEBAN Gambar Profil pembebanan pada Roll Mill Drive #C Pada gambar dapat dilihat nilai pembebanan yang tidak seimbang pada setiap phasanya. Nilai beban untuk phasa R berada pada kisaran Watt sampai dengan Watt, untuk phasa S nilai pembebanan berada dikisaran Watt sampai dengan Watt, dan untuk phasa T nilai pembebanan berada pada kisaran nilai Watt sampai dengan Watt. 6. Total Harmonic Distortion (THD) Total harmonic distortion (THD) yang akan tersaji meliputi profil THD tegangan dan nilai THD arus. Besarnya nilai THD yang terekam oleh alat ukur akan sangat berpengaru pada kualitas tenaga listri pada sistem. Berikut adalah profil dari THD tegangan. III 18

19 11:30:06 11:35:08 11:40:11 11:45:13 11:50:16 11:55:18 12:00:20 12:05:23 12:10:25 12:15:28 12:20:30 12:25:32 12:30:35 12:35:37 12:40:40 12:45:42 12:50:44 12:55:47 13:00:49 13:05:52 13:10:54 13:15:56 % THD 11:30:06 11:35:08 11:40:11 11:45:13 11:50:16 11:55:18 12:00:20 12:05:23 12:10:25 12:15:28 12:20:30 12:25:32 12:30:35 12:35:37 12:40:40 12:45:42 12:50:44 12:55:47 13:00:49 13:05:52 13:10:54 13:15:56 % THD PROFIL THD TEGANGAN Gambar Profil Total Harmonic Distortion Tegangan pada Roll Mill Drive #C Nilai standar yang ditetapkan untuk TDH tegangan adalah dibawah 5% untuk sistem yang menggunakan tegangan kerja 380 Volt. Untuk nilai THD tegangan yang tercatat dari hasil pengukuran adalah sebagai berikut. Untuk phasa R nilai THD berada pada kisaran 1,78 % sampai dengan 3,38%, untuk phasa S THD tegangannya berkisar pada nilai 1,71% sampai dengan 3,3%, da untuk phasa T nilai THD tegangannya berisar 1,88% sampai dengan 3,55% PROFIL THD ARUS Gambar Profil Total Harmonic Distortion Arus pada Roll Mill Drive #C III 19

20 11:30:06 11:35:08 11:40:11 11:45:13 11:50:16 11:55:18 12:00:20 12:05:23 12:10:25 12:15:28 12:20:30 12:25:32 12:30:35 12:35:37 12:40:40 12:45:42 12:50:44 12:55:47 13:00:49 13:05:52 13:10:54 13:15:56 Hz Nilai THD arus yang terukur pada saat dilakuka pengukuran untuk setiap phasanya dalah sebagai berikut. Phasa R nilai THD arusnya berada pada kisaran 71,07%, untuk nilai THD arus di phasa S berada pada kisaran 70,04% sampai dengan 78,9%., dan untuk phasa T nilai THD arusnya berkisar 71,06% sampai dengan 79,81%. 7. Kualitas Frekwensi Berikut ini adalah profil frekwensi tenaga listrik yang terukur pada saat pengukura di roll mill drive #C PROFIL FREKUENSI Series1 Gambar Profil Frekwensi pada Roll Mill Drive #C Dari gambar tercatat nilai frekwensi pada roll mill drive #C berada pada kisaran 50,04 Hz sampai dengan 50,2 Hz. Dari data pengukuran dapat disimpulkan bahwa nilai frekwensi sudah baik, karena standar frekwensi yang ditetapkan adalah pada nilai 50 Hz. III 20

21 11:30:06 11:32:37 11:35:08 11:37:40 11:40:11 11:42:42 11:45:13 11:47:44 11:50:16 11:52:47 11:55:18 11:57:49 12:00:20 12:02:52 12:05:23 12:07:54 12:10:25 12:12:56 Watt Hour 8. Konsumsi Energi Listrik Profil energi merupakan total penggunaan energi listrik (Daya Listrik) pada durasi waktu tertentu. Satuan yang digunakan adalah (Watt hour). Dari pemahaman ini kita bisa mengetahui kondisi penggunaan energi dalam satuan jam. Berikut adalah profil penggunaan energi yang tercatat selama pengukuran pada roll mill drive #C. 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - PROFIL ENERGI Gambar Profil Energi pada Roll Mill Drive #C Dari hasil pengukuran dapat dilihat profil penggunaan energi pada roll mill drive #C yang berupa garis linier. Dalam setiap pergantian waktu nilai konsumsi energinya juga akan semakin meninggkat. Pada saat dilakukan pengukuran kondisi energi yang terbaca oleh power analyzer sebagai berikut. Saat awal dilakukan pengukuran rata-rata energi yang tercatat setiap phasanya adalah 513 watt hour, sedangkan nilai energi yang tercatat di akhir pengukuran adalah 34,7 kwh Panel Roll Mill Drive #B Untuk roll mill drive #B kondisinya tidak jauh berbeda dengan roll mill drive #C. Roll mill ini juga menggunakan tegangan kerja 380 volt. Energi listrik yang digunakan diperoleh dari incoming trafo LVAUXTR 06. Pengukuran elektrikal dilakukan pada III 21

22 13:32:19 13:33:49 13:35:20 13:36:51 13:38:22 13:39:52 13:41:23 13:42:54 13:44:24 13:45:55 13:47:26 13:48:57 13:50:27 13:51:58 13:53:29 13:55:00 13:56:30 13:58:01 13:59:32 Tegangan (V) pane kontrol roll mill drive #B. Pengukuran menggunakan power meter analyzer, dilakukan mulai pukul sampai dengan WIB. Record data diambil setiap menit waktu kerja. Sama seperti titik pengukuran yang lainnya, pada panel roll mill drive #B juga terekam data mengenai nilai tegangan, arus, daya, faktor daya, beban, THD, frekwensi dan energi. Berikut adalah profil hasil pengukuran yang dilakukan pada roll mill drive #B. 1. Tegangan Profil tegangan yang tergambar merupakan tegangan kerja dari roll mill drive #B. Berikut adalah profil tegangan untuk roll mill drive #B PROFIL TEGANGAN Gambar Profil Tegangan pada Roll Mill Drive #B Dari gambar terlihat nilai tegangan kerja setiap phasanya, untuk nilai tegangan pada phasa R daalah 226 volt, tegangan pada phasa S adalah 226 volt, dan untuk nilai tegangan pada phasa T adalah 225 volt. Dari data hasil pengukuran juga diperoleh nilai unbalance tegangan. Berikut adalah profil dari unbalance tegangan. III 22

23 Arus (A) 13:32:19 13:33:49 13:35:20 13:36:51 13:38:22 13:39:52 13:41:23 13:42:54 13:44:24 13:45:55 13:47:26 13:48:57 13:50:27 13:51:58 13:53:29 13:55:00 13:56:30 13:58:01 13:59:32 Unbalance 0.35% 0.30% 0.25% 0.20% 0.15% 0.10% 0.05% 0.00% PROFIL UNBALANCE TEGANGAN Profil Gambar Profil Unbalance Tegangan pada Roll Mill Drive #B Dari gambar dapat dilihat unbalance tegangan yang terjadi pada roll mill drive #B. nilai yang diperoleh fluktuatif berkisar pada nilai 0.16% sampai dengan 0,29%. Nilai unbalance tegangan yang terukur masih berada dibawah 5% yang merupakan batas atas standarisasi nilai unbalance tegangan untuk peralatan dengan tegangan kerja 380 volt. 2. Arus Profil aliran arus pada setiap phasa yang terukur pada roll mill drive #B adalah sebagai berikut: PROFIL ARUS Series1 Series2 Series3 Gambar Profil Arus pada Roll Mill Drive #B III 23

24 Unbalance Kondisi aliran arus yang tergambar pada gambar berada pada kondisi seimbang antar phasanya. Nilai rata-rata arus yang terukur pada setiap phasa adalah sebagai berikut. Untuk aliran arus pada phasa R nilai rata-rata arusnya adalah 277,03 Ampere, arus rata-rata yang mengalir pada phasa S adalah 287,15 Ampere, dan nilai arus yang mengalir pada phasa T adalah 268,08 Ampere. Dari hasil pengukuran juga diperoleh nilai unbalance arus pada roll mill drive #B sebagai berikut. 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% PROFIL UNBALANCE ARUS Series1 Gambar Profil Unbalance Arus pada Roll Mill Drive #B Profil unbalance arus yang tersaji pada gambar menunjukan nilai unbalance arus antar phasa. Nilai unbalance arus yang terjadi antar phasa berada pada kisaran 2,53% sampai dengan 4,80%. Nilai yang diperoleh berada pada kondisi dibawah nilai standar unbalance arus, ini menandakan bahwa keseimbangan aliran arus antar phasa pada roll mill drive #B berada pada kondisi baik. 3. Daya Profil penggunaan daya yang terukur pada saat dilakukan pengukuran pada roll mill drive #B adalah sebagai berikut. Profil yang tersaji merupakan gambaran penggunaan daya pada setiap phasa. III 24

25 Power Factor Daya (VA) 68,000 66,000 64,000 62,000 60,000 58,000 56,000 54,000 52,000 50,000 PROFIL DAYA Gambar Profil Daya pada Roll Mill Drive #B Dari gambar terlihat nilai daya setiap phasa pada roll mill drive #B. Berikut adalah nilai daya yang diperoleh dari hasil pengukuran. Untuk phasa R nilai dayanya sekitar 61,74 VA sampai dengan 63,31 VA, phasa S nilai dayanya ada pada kisaran 64,25 VA sampai dengan 65,95 VA, dan untuk nilai daya pda phasa T ada pada kisaran nilai 59,02 VA sampai dengan 60,99 VA. 4. Faktor daya Profil faktor daya pada roll mill drive #B daya yang diperoleh dari hasil pengukuran adalah sebagai berikut: PROFIL POWER FACTOR Gambar Profil Faktor Daya pada Roll Mill Drive #B III 25

26 Beban (W) Dari hasil pengukuran yang dilakukan diperoleh nalai faktor daya yang sdah memenuhi standar. Nilai faktor daya pada phasa R berada pada kisaran 0,89 sampai dengan 0,9, untuk phasa S nilai tang terukur berada pada kisaran 0,87 sampai dengan 0,88, dan untuk faktor daya pada phasa T berada pada kisaran 0,88 sampai dengan 0,89. Dari keseluruhan nilai faktro daya dapat disimpulkan bahwa faktor daya pada roll mill drive #B baik karena nilainya berada diatas 0,85 setiap phasanya. 5. Pembebanan (Daya Aktif) Profil penggunaanbeban pada roll mill drive #B adalah sebagai berikut: 55,000 53,000 51,000 49,000 47,000 45,000 PROFIL BEBAN Gambar Profil Pembebanan pada Roll Mill Drive #B Profil beban pada gambar menunjukan nilai beban pada setiap phasa roll mill drive #B. jika melihat total pembebanan pada alat ukur untuk ketiga pahasa menunjukan nilai 150 kw. Berikut adalah nilai pembebanan pada tiaptiap phasa. Nilai beban pada phasa R berkisar pada Watt sampai dengan Watt, untuk phasa S nilai beban berada pada kisaran nilai Watt sampai dengan Watt, dan untuk phasa T berada pada kisaran 47,390 Watt sampai dengan Watt. 6. Total Harmonic distortion (THD) Total harmonic distortion (THD) yang terekam pada saat melakukan pengukuran pada roll mill #B meliputi THD tegangan dan THD arus. Berikut adalah profil untuk THD tegangan dan THD arusnya. III 26

27 % THD % THD PROFIL THD TEGANGAN Gambar Profil THD Tegangan pada Roll Mill Drive #B Nilai THD tegangan yang terekam pada setiap phasa untuk roll mill drive #B adalah sebagai berikut. Phasa R THD tegangannya sekitar 3,24% hingga 3,41%, untuk phasa S sekitar 3,25% hingga 3,43%, dan untuk phasa T sekitar 3,44 % hingga 3,6%. Dari data yang diperoleh nilai THD tegangan yang diperoleh nilainya kurang dari 5%, ini berarti THD tegangan masih bisa dikatakan baik. Berikut adala profil untuk THD arus yang diperoleh dari hasil pengukuran PROFIL THD ARUS Gambar Profil THD Arus pada Roll Mill Drive #B III 27

28 Watt Hour Hz Nilai total harmonic distortion (THD) arus yang terukur oleh power meter analyzer untuk setiap phasanya adalah sebagai berikut. Phasa R 37,86% hingga 39,17%, phasa S 37,93% hingga 39,6%, dan untuk phasa T 41% hingga 42,65%. 7. Kualitas Frekwensi berikut. Profil frekwensi tenaga listrik untuk roll mill drive #B adalahsebagai PROFIL FREKUENSI Profil Gambar Profil Frekwensi pada Roll Mill Drive #B Dari gambar sudah terlihat jelas bahwa frekwensi energi listrik pada roll mill drive #B sangat baik karena nilainya berada pada nilai 50,04 Hz sampai 50,12 Hz. 8. Konsumsi Energi Listrik Profil penggunaan energi pada roll mill drive #B adalah sebagai berikut. 30,000 20,000 10,000 - PROFIL ENERGI Gambar Profil Energi pada Roll Mill Drive #B III 28

29 14:18:42 14:21:04 14:23:26 14:25:48 14:28:11 14:30:33 14:32:55 14:35:17 14:37:39 14:40:01 14:42:23 14:44:45 14:47:08 14:49:30 14:51:52 14:54:14 14:56:36 14:58:58 15:01:20 15:03:42 15:06:05 15:08:27 Tegangan (V) Dari pengukuran yang dilakukan selama tiga puluh menit diperoleh tingkat konsumsi energi yang semakin meningkat pada setiap pergantian waktu. Perubahan grafik terjadi secara linear. Profil energi juga bisa menggambarkan penggunaan daya aktif per satuan jam. (watt Hour) Panel Ball Mill 3A Pengukuran elektrikal berikutnya yang dilakukan di PT. Indah Kiat (Serang) adalah pada panel ball mill 3A. Fungsi dari ball mill sebenarnya sama dengan roll mill yaitu sebagai peralatan penghalus batu bara sebelum masuk ke dalam burner. Perbedaan antara ball mill dan roll mill terletak pada proses kerja penghalusan batubara yang dilakukan. Ball mill bekerja pada tegangan kerja 3,3 kv. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan power meter analyzer. Pengukuran dilakukan mulai pukul sampai dengan WIB. Data pengukuran diambil setiap menit selama waktu pengukuran. Dari hasil pengukuran yang dilakukan diperoleh nilai tegangan, arus, daya, faktor daya, beban, total harmonic distortion (THD), frekwensi dan energi. 1. Tegangan Dari proses pengukuran yang dilakukan pada ball mill 3A diperoleh profil tegangan sebagai berikut. 3,700 3,600 3,500 3,400 3,300 3,200 3,100 3,000 2,900 PROFIL TEGANGAN Gambar Profil Tegangan pada Ball Mill 3A III 29

30 14:18:42 14:21:14 14:23:47 14:26:19 14:28:51 14:31:23 14:33:56 14:36:28 14:39:00 14:41:33 14:44:05 14:46:37 14:49:09 14:51:42 14:54:14 14:56:46 14:59:18 15:01:51 15:04:23 15:06:55 Unbalance Dari profil tegangan yang tersaji pada gambar terlihat jelas adanya ketidak seimbangan tegangan antar phasa. Nilai tegangan yang terukur pada setiap phasanya adalah sebagai berikut. Tegangan pada phasa R menunjukan nilai tegangan sekitar volt hingga volt, untuk phasa S volt hinga volt, dan untuk phasa T nilai tegangan yang terukur adalah volt hingga volt. Berikut adalah profil unbalance tegangan yang terjadi pada ball mill 3A % 10.80% 10.75% 10.70% 10.65% 10.60% PROFIL UNBALANCE TEGANGAN Profil Gambar 3.4. Profil Unbalance Tegangan pada Ball Mill 3A Nilai unbalance tagangan yang terjadi pada ball mill 3A sangat tinngi, nilai yang terukur berada pada kisaran 10,70% hingga 10,80%. Dengan nilai unbalance yang sangat besar akan beresiko pada kinerja motor karena dengan kondisi seperti ini peralatan akan lebih cepat panas (over Heating) dan akan mempengarui isolasi dari setiap peralatan. Kondisi yang seperti ini harus segera ditindak lanjuti agar tidak mempengaruhi kinerja sistem pada ball mill 3A. III 30

31 14:18:42 14:21:14 14:23:47 14:26:19 14:28:51 14:31:23 14:33:56 14:36:28 14:39:00 14:41:33 14:44:05 14:46:37 14:49:09 14:51:42 14:54:14 14:56:46 14:59:18 15:01:51 15:04:23 15:06:55 Unbalance 14:18:42 14:20:54 14:23:06 14:25:18 14:27:30 14:29:42 14:31:54 14:34:06 14:36:18 14:38:30 14:40:42 14:42:54 14:45:06 14:47:18 14:49:30 14:51:42 14:53:54 14:56:06 14:58:18 15:00:30 15:02:42 15:04:53 15:07:05 Arus (A) 2. Arus Profil arus untuk ball mill 3A adalah sebagai berikut PROFIL ARUS Gambar Profil Arus pada Ball Mill 3A Nilai arus yang terukur pada saat pengukuran terbaca setiap phasanya adalah sebagai berikut. Phasa R nilai arus yang terukur 59 A hingga 60 A, phasa S arusnya 61 A hingga 62 A, phasa T nilai arusnya adalah 60 A. sedangkan nilai unbalance arus yang diperoleh dari hasil pengukuran tersaji pada gambar berikut ini. 2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% PROFIL UNBALANCE ARUS Profil Gambar Profil Unbalance Arus pada Ball Mill 3A Dari gambar terlihat nilai unbalance arus yang terjadi pada bal mill 3A. nilai yang terukur adalah berkisar pada 1 % hingga 2,2 %. Ini menunjukan bahwa III 31

32 14:18:42 14:21:14 14:23:47 14:26:19 14:28:51 14:31:23 14:33:56 14:36:28 14:39:00 14:41:33 14:44:05 14:46:37 14:49:09 14:51:42 14:54:14 14:56:46 14:59:18 15:01:51 15:04:23 15:06:55 Daya (VA) nilai keseimbangan arus yang terjadi masih baik karena berada dibawah nilai standar maksimum unbalance arus yaitu 20 %. 3. Daya Berikut adalah profil penggunaan daya pada ball mill 3A saat dilakuka pengukuran. Nilai daya akan sangat dipengaruhi oleh nilai tegangan dan nilai arus yang mengalir pada sistem peralatan. Jika melihat dari hasil pengukuran tegangan dimana terjadi ketidakseimbangan nilai tegangan antar phasanya, besar kemungkinan terjadi pula ketidak seimbangan nilai daya pada tiap phasanya. 230, , , , , , , , ,000 PROFIL DAYA Gambar Profil Daya pada Ball Mill 3A Dari profil daya terlihat ketidakseimbangan daya pada masing-masing phasa dimana nilai daya yang dibebani pada phasa S lebih tinggi dibandigkan dengan kedua phasa lainnya. Berkut adalah nilai daya tiap phasa saat dilakukan pengukuran pada ball mill 3A. phasa R nilai rata-rata dayanya VA, phase S rata-rata nilai dayanya VA, phasa T rata-rata nilai dayanya VA. III 32

33 14:18:42 14:21:14 14:23:47 14:26:19 14:28:51 14:31:23 14:33:56 14:36:28 14:39:00 14:41:33 14:44:05 14:46:37 14:49:09 14:51:42 14:54:14 14:56:46 14:59:18 15:01:51 15:04:23 15:06:55 Beban (W) 14:18:42 14:21:14 14:23:47 14:26:19 14:28:51 14:31:23 14:33:56 14:36:28 14:39:00 14:41:33 14:44:05 14:46:37 14:49:09 14:51:42 14:54:14 14:56:46 14:59:18 15:01:51 15:04:23 15:06:55 Power Factor 4. Faktor daya Berikut adalah profil faktor daya pada ball mill 3A PROFIL POWER FACTOR Gambar Profil Faktor Daya pada Ball Mill 3A Nilai faktor daya yang tercatat pada saat pengukuran pada masing-masing phasanya adalah sebagai berikut. Phasa R faktor dayanya 0.62, phasa S nilai faktor dayanya 0.7, dan untuk nilai faktor daya pada phasa T adalah Nilai ini masih berada dibawah nilai standar paktor daya yaitu 0,85 sampai dengan 0,9. 5. Pembebanan (Daya Aktif) Profil pembebanan pada ball mill 3A adalah sebagai berikut. 165, , , , , , ,000 PROFIL BEBAN III 33

34 14:18:42 14:21:04 14:23:26 14:25:48 14:28:11 14:30:33 14:32:55 14:35:17 14:37:39 14:40:01 14:42:23 14:44:45 14:47:08 14:49:30 14:51:52 14:54:14 14:56:36 14:58:58 15:01:20 15:03:42 15:06:05 15:08:27 % THD Gambar Profil Beban pada Ball Mill 3A Nilai beban pada setiap phasa adalah sebagai berikut. Phasa R menerima beban sekitar Watt hingga Watt, phasa S nilai bebannya berkisar Watt hingga Watt, dan untuk phasa T nilai bebannya berada pada kisaran Watt hingga Watt. 6. Total Harmonik Distortion (THD) Berikut adalah profil total harmonic distortion tegangan dan total harmonic distortion arus hasil dari pengukuran PROFIL THD TEGANGAN Gambar Profil THD Tegangan pada Ball Mill 3A Nilai total harmonic distortion (THD) tegangan yang terukur berada pada kisaran nilai 0,3% sampai dengan 0,6%. Nilai ini masih berada pada batas wajar suatu nilai THD tegangan karena untuk tegangan 3,3 kv standar maksimum persentase harmonisa tegangan adalah 5%. Selanjutnya akan ditampilkan profil THD untuk arus. III 34

35 14:18:42 14:20:54 14:23:06 14:25:18 14:27:30 14:29:42 14:31:54 14:34:06 14:36:18 14:38:30 14:40:42 14:42:54 14:45:06 14:47:18 14:49:30 14:51:42 14:53:54 14:56:06 14:58:18 15:00:30 15:02:42 15:04:53 15:07:05 Hz 14:18:42 14:21:04 14:23:26 14:25:48 14:28:11 14:30:33 14:32:55 14:35:17 14:37:39 14:40:01 14:42:23 14:44:45 14:47:08 14:49:30 14:51:52 14:54:14 14:56:36 14:58:58 15:01:20 15:03:42 15:06:05 15:08:27 % THD 1 PROFIL THD ARUS Gambar Profil THD Arus pada Ball Mill 3A Dari profil THD arus yang yang diperoleh terlihat nilai THD arus yang terdapat pada aliran arus tiap phasa pada ball mill 3A. Phasa R THD arusnya berada pada kisaran 0,82% sampai dengan 0,83%, untuk phasa S nilai THD arusnya 0,69% hingga 0,72%, dan untuk phasa T nilai THD arusnya 0,69% hingga 0,76%. 7. Kualitas Frekwensi Profil frekwensi tegangan yang terjadi pada ball mill 3A adalah sebagai berikut PROFIL FREKUENSI Profil Gambar Profil Frekwensi pada Ball Mill 3A III 35

36 14:18:42 14:21:14 14:23:47 14:26:19 14:28:51 14:31:23 14:33:56 14:36:28 14:39:00 14:41:33 14:44:05 14:46:37 14:49:09 14:51:42 14:54:14 14:56:46 14:59:18 15:01:51 15:04:23 15:06:55 Watt Hour Dari profil gambar sudah dapat disimpulkan bahwa nilai frekwensi tegangan yang terjadi sudah sangat baik karena berada pada nilai 50 Hz. 8. Konsumsi Energi Listrik Berikut adalah profil penggunaan energi untuk ball mill 3A. nilai penggunaan energi sebanding dengan nilai penggunaan daya aktif (P) dalam setiap jam waktiu kerja. Satuan untuk penggunaan energi adalah watt hour. 140, , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - PROFIL ENERGI Gambar Profil Energi pada Ball Mill 3A Dari gambar dapat dilihat profil penggunaan energi ball mill 3A. Terjadi peningkatan nilai penggunaan energi pada setiap phasa sebanding dengan waktu kerja ball mill 3A. Nilai energi saat dilakukan pengukuran terukur nilai awal untuk setiap phasanya adalah sebagai berikut. Phasa R terukur 640 Wh, phasa S terukur 640 Wh, dan phasa T terukur 640 Wh. Setelah dilakukan pengukuran selama kurang lebih satu jam terjadi kenaikan penggunaan energi. Phasa R nilai yang terukur di akhir waktu pengukuran 94,08 kwh, phasa S terukur 125,44 kwh, dan phasa T terukur nilai 111,36 kwh. III 36

37 15:31:46 15:32:16 15:32:47 15:33:17 15:33:48 15:34:18 15:34:49 15:35:19 15:35:50 15:36:20 15:36:51 15:37:21 15:37:51 15:38:22 15:38:52 15:39:23 15:39:53 15:40:24 15:40:54 15:41:25 Tegangan (V) Panel Cooling Tower Fan #4 Cooling tower fan #4 merupakan salah satu fan yang ada pada sistem cooling tower yang terinstal pada power plant PT. Indah Kiat (Serang). Tegangan kerja cooling tower fan #4 berada pada sistem bertegangan kerja 3,3 kv. Pengukuran elektrikal cooling tower fan menggunakan power meter analyzer, titik pengukuran difokuskan pada panel cooling tower #4. pengukuran dilakukan selama kurang lebih 10 menit, mulai pukul sampai dengan pukul WIB. pengukuran dilakukan untuk memperoleh sempel tegangan kerja, arus yang mengalir, penggunaan daya, nilai faktor daya, pembebanan, nilai Total Harmonic Distortion (THD) tegangan maupu arus, kualitas frekwensi energi listrik, dan penggunaan energi per satuan waktu. Berikut profil hasi pengukuran yang dilakukan. 1. Tegangan Tegangan kerja fan cooling tower menggunakan tegangan 3,3 kv. Berikut rekaman nilai tegangan selama waktu pengukuran pada panel coliing tower fan #4. 3,300 3,250 3,200 3,150 3,100 3,050 3,000 2,950 2,900 PROFIL TEGANGAN Gambar Profil Tegangan Pada Cooling Tower Fan #4 Pada gambar terlihat profil tegangan kerja actual yang dperoleh dari power meter analyzer. Tegangan tiap phasa terukur kisaran 3,1 kv sampai dengan 3,25 kv. Untuk phasa R tegangan rata-rata saat dilakukan pengukuran berada pada nilai 3,120 kv, phasa III 37

38 15:31:46 15:32:16 15:32:47 15:33:17 15:33:48 15:34:18 15:34:49 15:35:19 15:35:50 15:36:20 15:36:51 15:37:21 15:37:51 15:38:22 15:38:52 15:39:23 15:39:53 15:40:24 15:40:54 15:41:25 Unbalance S rata-ratanya 3,20 kv, dan phasa T rata-ratanya 3,239 kv. Persentase unbalance tegangan tiap phasanya tersaji pada gambar % 1.70% 1.68% 1.66% 1.64% 1.62% 1.60% 1.58% 1.56% PROFIL UNBALANCE TEGANGAN Profil Gambar Profil Unbalance Tegangan Pada Cooling Tower Fan #4 Unbalance tegangan yang terjadi antar phasa berada pada kisaran 1,60% sampai dengan 1,71%. Dari nilai unbalance tegangan yang terukur pada cooling tower fan #4 termasuk pada kondisi unbalance normal karena batas maksimum terjadinya unbalance tegangan berada pada level 2% keatas. 2. Arus Profil aliran arus yang terjadi di cooling tower fan tersaji pada gambar III 38

39 15:31:46 15:32:16 15:32:47 15:33:17 15:33:48 15:34:18 15:34:49 15:35:19 15:35:50 15:36:20 15:36:51 15:37:21 15:37:51 15:38:22 15:38:52 15:39:23 15:39:53 15:40:24 15:40:54 15:41:25 Unbalance 15:31:46 15:32:16 15:32:47 15:33:17 15:33:48 15:34:18 15:34:49 15:35:19 15:35:50 15:36:20 15:36:51 15:37:21 15:37:51 15:38:22 15:38:52 15:39:23 15:39:53 15:40:24 15:40:54 15:41:25 Arus (A) PROFIL ARUS Gambar Profil Arus Pada Cooling Tower Fan #4 Nilai arus yang terukur pada saat pengukuran pada phasa R terukur 32 A, phasa S terukur 5 A, dan pada phasa T terukur 32 A. Dari nilai arus ketiga phasa yang terukur diperoleh nilai unbalance arus sebagai berikut. 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% PROFIL UNBALANCE ARUS Profil Gambar Profil Unbalance Arus Pada Cooling Tower Fan #4 Persentase nilai unbalance arus berada pada nilai 6%, ini menunjukan bahwa keseimbangan arus natarphasanya masih dalam kondisi normal. Batas normal terjadinya ketidakseimbangan arus adalah pada nilai 20%. III 39

40 15:31:46 15:32:16 15:32:47 15:33:17 15:33:48 15:34:18 15:34:49 15:35:19 15:35:50 15:36:20 15:36:51 15:37:21 15:37:51 15:38:22 15:38:52 15:39:23 15:39:53 15:40:24 15:40:54 15:41:25 Daya (VA) 3. Daya Profil penggunaan daya listrik pada cooling tower fan #4 tergambar pada gambar Disana terlihat pembebanan yang kurang seimbang pada setiap phasanya. Phasa R terbebani 100 kva hingga 101 kva, phasa S terbebani 114 kva, dan phase T terbebani 103 kva hingga 104 kva. Penyebab terjadinya ketidakseimbagan beban daya pada fan cooling tower salah satunya adalah karena adanya ketidakseimbangan pada nilai tegangan. Profil daya dari hasil pengukuran tersaji sebagai berikut. 120, , , , ,000 95,000 90,000 PROFIL DAYA Gambar Profil Daya Pada Cooling Tower Fan #4 4. Faktor daya Faktor daya merupakan perbandingan antara daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva). Berikut adalah profil faktor daya yang diperoleh dari hasil pengukuran pada panel kontrol cooling tower fan #4. III 40

41 15:31:46 15:32:16 15:32:47 15:33:17 15:33:48 15:34:18 15:34:49 15:35:19 15:35:50 15:36:20 15:36:51 15:37:21 15:37:51 15:38:22 15:38:52 15:39:23 15:39:53 15:40:24 15:40:54 15:41:25 Power Factor PROFIL POWER FACTOR Gambar Profil Faktor Daya Pada Cooling Tower Fan #4 Faktor daya yang terbentuk pada cooling tower fan #4 setiap phasanya mempunyai nilai yang berbeda.untuk phasa R nilai faktor dayanya 0,85 pada phasa S nilai factor daya yang terukur adalah 8,86 danuntuk phasa T nilai faktor daya yang terukur adalah 0, Pembebanan (Daya Aktif) Penggunaan daya aktif (P) yang terjadi pada cooling tower fan #4 mengalami ketidakseimbangan pembebanan pada setiap phasanya. Profil penggunaan daya aktif dapat dilihat pada gambar sebagai berikut. III 41

42 15:31:46 15:32:16 15:32:47 15:33:17 15:33:48 15:34:18 15:34:49 15:35:19 15:35:50 15:36:20 15:36:51 15:37:21 15:37:51 15:38:22 15:38:52 15:39:23 15:39:53 15:40:24 15:40:54 15:41:25 % THD 15:31:46 15:32:16 15:32:47 15:33:17 15:33:48 15:34:18 15:34:49 15:35:19 15:35:50 15:36:20 15:36:51 15:37:21 15:37:51 15:38:22 15:38:52 15:39:23 15:39:53 15:40:24 15:40:54 15:41:25 Beban (W) 100,000 95,000 90,000 85,000 80,000 75,000 PROFIL BEBAN Gambar Profil Pembebanan Pada Cooling Tower Fan #4 Pada gambar terlihat phasa S terbebani nilai daya aktif (P) cukup tinngi jika dibandingkan dengan beban yang terdapat pada phasa R dan phasa T. daya aktif (P) yang terbebani pada phasa S beradapada kisaran nilai 97 kw hingga 98 kw, sedangkan pembebanan pada phasa R dan phasa T berada pada kisaran nilai 85 kw sampai dengan 86 kw. 6. Total Harmonic Distortion (THD) Dari hasil pengukuran yang dilakukan diperoleh nilai total harmonic distortion (THD) tegangan dan arus. Profilnya sebagai berikut PROFIL THD TEGANGAN Gambar Profil THD Tegangan Pada Cooling Tower Fan #4 III 42

43 15:31:46 15:32:16 15:32:47 15:33:17 15:33:48 15:34:18 15:34:49 15:35:19 15:35:50 15:36:20 15:36:51 15:37:21 15:37:51 15:38:22 15:38:52 15:39:23 15:39:53 15:40:24 15:40:54 15:41:25 % THD Total harmonic distortion (THD) tegangan yang terukur saat dilkaukan pengukuran adalah sebagai berikut. Phasa R nilai THD terukur 0,66% hingga 0,7%, phasa S berada pada kisaran 0,64% hingga 0,67%, dan untuk phasa T berada pada kisaran 0,5% hingga 0,6%. Dari data pengukuran yang diperoleh persentase THD tegangan masih baik karena berada pada nilai dibawah 5%. Sedangkan untuk nilai THD arusnya tersaji pada gambar berikut PROFIL THD ARUS Gambar Profil THD Arus Pada Cooling Tower Fan #4 Nilai THD arus untuk tiap phasanya sebagai berikut. Phasa R sekitar 1,2%, phasa S sektar 1,06%, dan untuk phasa T nilai yang terukur berada pada kisaran 1,3%. 7. Kualitas Frekwensi Kualitas frekwensi yang terekam pada saat dilakukan pengukuran tergambar pada gambar sebagai berikut. III 43

44 15:31:46 15:32:16 15:32:47 15:33:17 15:33:48 15:34:18 15:34:49 15:35:19 15:35:50 15:36:20 15:36:51 15:37:21 15:37:51 15:38:22 15:38:52 15:39:23 15:39:53 15:40:24 15:40:54 15:41:25 Hz PROFIL FREKUENSI Profil Gambar Profil Frekwensi Pada Cooling Tower Fan #4 Pada gambar diatas terukur besaran nilai frekwensi pada cooling tower fan #4 yaitu pada kisaran 50 Hz. Ini menandakan bahwa frekwensi tenaga listrik berada pada nilai yang dianggap baik. 8. Konsumsi Energi Listrik Profil penggunaan energi listrik pada cooling water fan #4 sebanding dengan nilai penggunaan daya aktif persatuan jam. Nilai konsumsi energi tertinggi saat dilakukan pengukuran untuk setiap phasanya sebagai berikut. Phasa R terukur 14,080 kwh, phasa S terukur 16,320 kwh, dan phasa T terukur 14,080 kwh. Berikut adalah profil pengukuran konsumsi energi listrik pada cooling tower fan #4. III 44

45 15:31:46 15:32:16 15:32:47 15:33:17 15:33:48 15:34:18 15:34:49 15:35:19 15:35:50 15:36:20 15:36:51 15:37:21 15:37:51 15:38:22 15:38:52 15:39:23 15:39:53 15:40:24 15:40:54 15:41:25 Watt Hour 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - PROFIL ENERGI Gambar Profil Konsumsi Energi Pada Cooling Tower Fan # Panel Cooling Water Pump #1 Parameter yang diambil pada pengukuran cooling water pump #1 sama dengan parameter yang diambil pada pengukuran-pengukuran elektrikal sebelumnya. Pengukuran dilakukan untuk mengetahui profil dari tegangan, arus, daya, faktor daya, beban, total harmonic distortion (THD), ferekwensi, dan konsumsi energy. Cooling water pump bekerja pada tegangan 3,3 kv. Pengkuran dilakukan pada panel kontrol cooling water pump #1 menggunakan power meter analyzer mulai pukul sampai dengan pukul WIB. Berkut adalah profil dari setiap parameter yang diukur. 1. Tegangan Tegangan kerja cooling water pump #1 menggunakan tegangan 3,3 kv. Berikut adalah profil tegangan yang terekam saat dilakukan pengukuran pada cooling water pump. III 45

46 15:45:40 15:46:10 15:46:41 15:47:11 15:47:42 15:48:12 15:48:43 15:49:13 15:49:44 15:50:14 15:50:45 15:51:15 15:51:45 15:52:16 15:52:46 15:53:17 15:53:47 15:54:18 15:54:48 15:55:19 Unbalance 15:45:40 15:46:10 15:46:41 15:47:11 15:47:42 15:48:12 15:48:43 15:49:13 15:49:44 15:50:14 15:50:45 15:51:15 15:51:45 15:52:16 15:52:46 15:53:17 15:53:47 15:54:18 15:54:48 15:55:19 Tegangan (V) 3,230 3,220 3,210 3,200 3,190 3,180 3,170 3,160 3,150 PROFIL TEGANGAN Gambar Profil Tegangan pada cooling water pump#1 Gambar menunjukan gambaran tegangan pada cooling water pump. Tegangan yang terukur pada waktu pengukuran tiap phasanya adalah sebagai berikut. Nilai tegangan pada phasa R berada pada kisaran 3,2 kv, phasa S tegangan yang etrukur berada pada kisaran 3,1 kv, dan untuk phasa T nilai tegangan yang terukur berada pada kisaran 3,2 kv. Dari nilai tegangan yang terukur diperoleh persentase nilai unbalance tegangan. Berikut adalah profil unbalance tegangan untuk cooling water pump # % 0.48% 0.46% 0.44% 0.42% 0.40% 0.38% 0.36% PROFIL UNBALANCE TEGANGAN Profil Gambar Profil Unbalance Tegangan pada cooling water pump#1 III 46

47 15:45:40 15:46:10 15:46:41 15:47:11 15:47:42 15:48:12 15:48:43 15:49:13 15:49:44 15:50:14 15:50:45 15:51:15 15:51:45 15:52:16 15:52:46 15:53:17 15:53:47 15:54:18 15:54:48 15:55:19 Arus (A) Persentase nilai unbalance tegangan pada cooling water pump #1 berada pada kisaran 0,41% sampai dengan 0,47%. Kondisi unbalance seperti ini masih dikatakan wajar karena batas maksimum unbalance tegangan masih dikatakan wajar yaitu sampai level 2%. 2. Arus Arus yang mengalir pada cooling water pump #1 setiap phasanya mempunyai nilai arus yang berbeda. Berikurt adalah profil aliran arus listrik yang mengalir pada cooling water pump # PROFIL ARUS Gambar Profil Arus pada cooling water pump#1 Pada gambar terlihat nilai aliran arus yang mengalir pada setiap phasa. Nilai arus yang mengalir pada phasa R ada pada kisaran 187 A, untuk phasa S aliran arusnya sekitar 192 A, dan untuk phasa T nilai arus yang mengalir berada pada kisaran 188 A. dari hasil pengukuran arus diperoleh juga persentase unbalance arus yang terjadi pada cooling water pump #1. Berikut adalah profil unbalance arus yang terjadi. III 47

48 15:45:40 15:46:10 15:46:41 15:47:11 15:47:42 15:48:12 15:48:43 15:49:13 15:49:44 15:50:14 15:50:45 15:51:15 15:51:45 15:52:16 15:52:46 15:53:17 15:53:47 15:54:18 15:54:48 15:55:19 Daya (VA) 15:45:40 15:46:10 15:46:41 15:47:11 15:47:42 15:48:12 15:48:43 15:49:13 15:49:44 15:50:14 15:50:45 15:51:15 15:51:45 15:52:16 15:52:46 15:53:17 15:53:47 15:54:18 15:54:48 15:55:19 Unbalance 2.00% PROFIL UNBALANCE ARUS 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% Profil Gambar Profil Unbalance Arus pada cooling water pump#1 Persentase nilai unbalance arus yang terjadi pada cooling water pump #1 berada pada kisaran 1,42 % sampai dengan 1,59%. 3. Daya Kapsitas daya yang terpasang untuk cooling water pump adalah 1,5 MVA. Profil penggunaan daya pada cooling water pump #1 tersaji pada gambar grafik berikut ini. 615, , , , , ,000 PROFIL DAYA Gambar Profil Daya pada cooling water pump#1 III 48

49 15:45:40 15:46:10 15:46:41 15:47:11 15:47:42 15:48:12 15:48:43 15:49:13 15:49:44 15:50:14 15:50:45 15:51:15 15:51:45 15:52:16 15:52:46 15:53:17 15:53:47 15:54:18 15:54:48 15:55:19 Power Factor Dari hasil pengukuran bisa terlihat penggunaan daya pada tiap phasanya. Besarnya penggunaan daya setiap phasanya sebagai berikut. Phasa R daya yang terukur sekitar 601,920 kva, phasa S terbebani daya sekitar 609,920 kva, dan untuk phasa T terbebani daya sekitar 606,080 kva. 4. Faktor daya Profil factor daya yang terukur pada cooling water pump #1 adalah sebagai berikut PROFIL POWER FACTOR Gambar Profil Faktor Daya pada cooling water pump#1 Nilai faktor daya yang terukur pada setiap phasanya adalah sebagai berikut. Phasa R faktor dayanya 0.82, phasa S nilai faktor dayanya 0.83, dan phasa T memiliki faktor daya Pembebanan (Penggunaan Daya Aktif) Pembebanan sama dengan penggunaan daya aktif (P) dalam suatu sistem ketenaga listrikan. Kapasitas daya aktif yang terpasang pada cooling water pump #1 adalah 1,5 MW. Kondisi pembebanan untuk setiap phasa yang terjadi pada cooling water pump #1 bisa dilihat pada gambar berikut ini. III 49

50 15:45:40 15:46:10 15:46:41 15:47:11 15:47:42 15:48:12 15:48:43 15:49:13 15:49:44 15:50:14 15:50:45 15:51:15 15:51:45 15:52:16 15:52:46 15:53:17 15:53:47 15:54:18 15:54:48 15:55:19 % THD 15:45:40 15:46:10 15:46:41 15:47:11 15:47:42 15:48:12 15:48:43 15:49:13 15:49:44 15:50:14 15:50:45 15:51:15 15:51:45 15:52:16 15:52:46 15:53:17 15:53:47 15:54:18 15:54:48 15:55:19 Beban (W) 510, , , , , ,000 PROFIL BEBAN Gambar Profil Beban pada cooling water pump#1 Nilai rata-rata beban yang terukur pada setiap phasa dari hasil pengukuran menunjukan besaran nilai sebagai berikut. Phasa R rata-rata pembebanan selama dilakukan pengukuran adalah 495,504 kw, phasa S terukur 504,560 kw, dan untuk phasa T terukur 495,781 kw. 6. Total Harmonic Distortion (THD) Dari hasil pengukuran diperoleh data mengenai THD tegangan dan THD arus. Berikut adalah profil dari masing-masing THD nya PROFIL THD TEGANGAN Gambar Profil THD Tegangan pada cooling water pump#1 III 50

51 15:45:40 15:46:10 15:46:41 15:47:11 15:47:42 15:48:12 15:48:43 15:49:13 15:49:44 15:50:14 15:50:45 15:51:15 15:51:45 15:52:16 15:52:46 15:53:17 15:53:47 15:54:18 15:54:48 15:55:19 Hz 15:45:40 15:46:10 15:46:41 15:47:11 15:47:42 15:48:12 15:48:43 15:49:13 15:49:44 15:50:14 15:50:45 15:51:15 15:51:45 15:52:16 15:52:46 15:53:17 15:53:47 15:54:18 15:54:48 15:55:19 % THD Nilai THD tegangan yang diperoleh dari hasil pengukuran menunjukan nilai pada kisaran 0,4 % sampai dengan 0,7% PROFIL THD ARUS Gambar Profil THD Arus pada cooling water pump#1 Sedangkan untuk nilai THD arus yang terjadi pada cooling water pump #1 berada pada kisaran 0,7% sampai dengan 0,9%. 7. Kualitas Frekwensi Profil kualitas frekwensi tenaga listrik bisa terlihat dari gambar berikut ini PROFIL FREKUENSI Profil Gambar Profil Frekwensi pada cooling water pump#1 III 51

52 15:45:40 15:46:10 15:46:41 15:47:11 15:47:42 15:48:12 15:48:43 15:49:13 15:49:44 15:50:14 15:50:45 15:51:15 15:51:45 15:52:16 15:52:46 15:53:17 15:53:47 15:54:18 15:54:48 15:55:19 Watt Hour Nilai frekwensi yang terukur masih ada dalam kondisi yang baik karena nilai yang terukur berada pada kisaran 50 Hz sampai dengan 50,08 Hz. 8. Konsumsi Energi Tingkat konsumsi enrgi untuk cooling water pump #1 terlihat pada gambar berikut ini. 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - PROFIL ENERGI Gambar Profil Konsumsi Energi pada cooling water pump#1 3.2 IDENTIFIKASI dan IMPLEMENTASI PENGHEMATAN ENERGI (ENERGY SAVING IDENTIFICATION) Pengecekan Air Umpan Boiler Air umpan boiler yang tidak melalui proses pengolahan lebih dulu akan sangat mengganggu proses pembentukan steam, sebab mineral-mineral yang terbawa air umpan dapat menyebabkan terjadinya foaming dalam boiler. Peristiwa ini berakibat pada terbawanya mineral bersama steam, sehingga dapat menyebabkan korosi dan kerak pada boiler dan pipa-pipa penyertanya. Selain itu, kualitas dan kuantitas steam juga akan mengalami penurunan. PT Indah Kiat telah memliki unit water treatment. Umpan yang berasal dari water treatment harus dijaga kandungan TDS, silica,tembaga, Iron dan ph. Rekomendasi untuk kualitas air umpan dan air boiler dapat dilihat dalam table berikut: III 52

53 Table 3. 1 Rekomendasi air umpan Sedangkan menurut American Boiler Manufacturers Association (ABMA), batas maksimum konsentrasi impuritas yang dijinkan dapat dilihat dalam table dibawah ini: Table 3.2 Jika air umpan masuk ke boiler, kenaikan suhu dan tekanan menyebabkan komponen air memiliki sifat yang berbeda. Hampir semua komponen dalam air umpan dalam keadaan terlarut. Walau demikian, dibawah kondisi panas dan tekanan hampir seluruh komponen terlarut keluar dari larutan sebagai padatan partikuat, kadang-kadang dalam bentuk Kristal dan pada waktu yang lain sebagai bentuk amorph. Jika kelarutan komponen spesifik dalam air terlewati, maka akan terjadi pembentukan kerak dan endapan. Air boiler harus cukup bebas dari pembentukan endapan padat supaya terjadi perpindahan III 53

54 panas yang cepat dan efisien dan harus tidak korosif terhadap logam boiler. Endapan dan korosi menyebabkan kehilangan efisiensi yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pipa boiler dan ketidakmampuan memproduksi steam. Endapan bertindak sebagai isolator dan memperlambat perpindahan panas. Sejumlah besar endapan diseluruh boiler dapat mengurangi perpindahan panas yang secara signifikan dapat menurunkan efisiensi boiler. Berbagai jenis endapan akan mempengaruhi efisiensi boiler secara berbeda-beda, sehingga sangat penting untuk menganalisis karakteristik endapan. Efek pengisolasian terhadap endapan menyebabkan naiknya suhu logam boiler dan mungkin dapat menyebabkan kegagalan pipa karena pemanasan berlebih. Table 3.3 Rekomendasi air boiler ((United National Environment Program 2006) Pengurangan Kebocoran Pipa Steam Pipa yang mengalirkan steam dari boiler perlu dijaga dari kehilangan energi panasnya akibat radiasi maupun kebocoran. Untuk setiap lubang berdiameter 3 mm pada pipa steam yang mempunyai tekanan 7 kg/cm2, akan memboroskan L BBM atau setara dengan 26,12 ton BBM/tahun (45,82 ton batubara/tahun). Sementara, untuk setiap 100 m pipa steamyang tidak diisolasi, dengan diameter 150 mm dan membawa steam dengan tekanan 8 kg/cm2, akan memboroskan L BBM Peningkatan Faktor Daya Pada Sistem Kelistrikan di Ball Mill 3A Dari pengukuran yang dilakukan pada saat Ball Mill 3A beroperasi tegangan rata-rata sekitar V, arus rata-rata sekitar 60 A dan faktor daya rata-rata III 54

REGIONAL CONSULTANT 1 (RC-1) Implementation of Energy Conservation and Emission Reduction (Phase 1) PT INDAH KIAT PULP & PAPER

REGIONAL CONSULTANT 1 (RC-1) Implementation of Energy Conservation and Emission Reduction (Phase 1) PT INDAH KIAT PULP & PAPER DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR CHAPTER I PENDAHULUAN I-1 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Target dan Capaian I-3 1.3 Cakupan Pekerjaan 1-3 1.4 Metodologi dan Pendekatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Gedung Twin Building Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Gedung Twin Building Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Alat Pada penelitian ini pengukuran dilakukan pada sebuah gedung di salah satu kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dimana penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pelaksanaan dalam Audit Energi yang dilakukan di Gedung Twin Building

BAB III METODE PENELITIAN. Pada pelaksanaan dalam Audit Energi yang dilakukan di Gedung Twin Building BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pelaksanaan Pada pelaksanaan dalam Audit Energi yang dilakukan di Gedung Twin Building Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang mengacu pada prosedur audit energy SNI 6196

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) 3 4.1 Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon Untuk menjalankan operasi produksi pada PT. Krakatau Steel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang menghubungkan aliran listrik trafo dengan mesin mesin yang ada di PT Sanwa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang menghubungkan aliran listrik trafo dengan mesin mesin yang ada di PT Sanwa BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat penelitian Survey lapangan merupakan wahana untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dari obyek penelitian. Survey lapangan dilakukan di ruangan panel listrik

Lebih terperinci

ANALISIS HARMONISA TEGANGAN DAN ARUS LISTRIK DI GEDUNG DIREKTORAT TIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

ANALISIS HARMONISA TEGANGAN DAN ARUS LISTRIK DI GEDUNG DIREKTORAT TIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ANALISIS HARMONISA TEGANGAN DAN ARUS LISTRIK DI GEDUNG DIREKTORAT TIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Wasimudin Surya S 1, Dadang Lukman Hakim 1 Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS Gambar 4.1 Lokasi PT. Indonesia Power PLTP Kamojang Sumber: Google Map Pada gambar 4.1 merupakan lokasi PT Indonesia Power Unit Pembangkitan dan Jasa Pembangkitan Kamojang terletak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Tugas akhir ini dilakukan di gedung rektorat Unila. Proses tugas akhir dilakukan dengan penyiapan alat dan bahan, pengumpulan data bangunan, hingga menyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dari sebagian besar bidang teknik tenaga listrik adalah untuk menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. utama dari sebagian besar bidang teknik tenaga listrik adalah untuk menyediakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kualitas hidup manusia menuntut peningkatan kebutuhan dari manusia itu sendiri, seperti kebutuhan akan daya listrik. Oleh karena itu, tujuan utama dari

Lebih terperinci

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU ANALISIS AUDIT ENERGI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK (APLIKASI PADA GEDUNG J16 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SUMATERA UTARA) Dewi Riska S. Barus (1), Surya Tarmizi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kegiatan audit ini dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 2017 hingga 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kegiatan audit ini dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 2017 hingga 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan audit ini dilaksanakan pada tanggal 17 Januari 2017 hingga 26 Januari 2017 dan mengambil tempat di Blok A Gedung Keuangan Negara Yogyakarta.

Lebih terperinci

ANALISIS AUDIT ENERGI DI BENGKEL LAS POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS

ANALISIS AUDIT ENERGI DI BENGKEL LAS POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS ANALISIS AUDIT ENERGI DI BENGKEL LAS POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS Johny Custer Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bengkalis E-mail: johnycaster@polbeng.ac.id Abstrak Penggunaan alat-alat las di Bengkel

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Audit Industri Usaha-usaha untuk menghemat industri di segala bidang makin dirasakan perlu karena semakin terbatasnya sumber-sumber industri yang tersedia dan semakin mahalnya

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI SISTEM KELISTRIKAN DI INDUSTRI BENANG

AUDIT ENERGI SISTEM KELISTRIKAN DI INDUSTRI BENANG AUDIT ENERGI SISTEM KELISTRIKAN DI INDUSTRI BENANG Achmad Hasan Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi BPPT Gedung II Lantai 20 Jl. M.H. Thamrin No.8 Jakarta 10340 E-mail: hasan_bppt@yahoo.com

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa

Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa Agus R. Utomo Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424 E-mail : arutomo@yahoo.com Mohamad Taufik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA)

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA) BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA) 4.1 Pola Penggunaan Energi Daya listrik yang dipasok oleh PT PLN (Persero) ke Gedung AUTO 2000 Cabang

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Pengertian Energi Energi adalah suatu yang bersifat abstrak yang sukar dibuktikan tapi dapat dirasakan keberadannya. Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja. Energi merupakan

Lebih terperinci

Maulana Syarip 1, Karnoto, ST, MT 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Maulana Syarip 1, Karnoto, ST, MT 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro AUDIT ENERGI DI PT. SUYUTI SIDO MAJU PROGRAM KERJASAMA DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI (EBTKE) KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN PT. REKADAYA SENTRA MANDIRI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Energi Listrik, Daya Listrik dan Tarif Listrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Energi Listrik, Daya Listrik dan Tarif Listrik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Listrik, Daya Listrik dan Tarif Listrik 2.1.1 Energi Listrik Energi didefenisikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan kerja. Ada berbagai jenis energi, misal energi

Lebih terperinci

HASIL AUDIT ENERGI DI INDUSTRI TEKSTIL

HASIL AUDIT ENERGI DI INDUSTRI TEKSTIL HASIL AUDIT ENERGI DI INDUSTRI TEKSTIL Achmad Hasan Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi e-mail: a_hasan@webmail.bppt.go.id,hasan_bppt@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Pada dasarnya penggunaan energi listrik di industri dibagi menjadi dua pemakaian yaitu pemakaian langsung untuk proses produksi dan pemakaian untuk penunjang proses produksi.

Lebih terperinci

BAB III POTRET PENGGUNAAN ENERGI / IDENTIFIKASI POTENSI PENGHEMATAN ENERGI

BAB III POTRET PENGGUNAAN ENERGI / IDENTIFIKASI POTENSI PENGHEMATAN ENERGI BAB III POTRET PENGGUNAAN ENERGI / IDENTIFIKASI POTENSI PENGHEMATAN ENERGI 3.1.SISTEM KELISTRIKAN Listrik digunakan untuk keperluan penerangan pabrik maupun kantor dan untuk menggerakkan motor-motor listrik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

TECHNOLOGY NEED ASSESMENT

TECHNOLOGY NEED ASSESMENT 1. PENINGKATAN FAKTOR DAYA MENGGUNAKAN KAPASITOR BANK Peningkatan faktor daya menggunakan kapasitor bank akan menurunkan pemakaian daya listrik sehingga efisiensi pemakaian energi dalam proses peleburan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Rumah akit Roemani emarang mendapatkan suplai daya listrik dari PLN dengan sistem tegangan tiga fasa melalui dua buah trafo, yang mempunyai saluran berbeda,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gelombang listrik dari pada peralatan yang dimaksudkan ialah X-Ray (sinar-

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gelombang listrik dari pada peralatan yang dimaksudkan ialah X-Ray (sinar- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan teknologi sangat cepat pertumbuhannya dari suatu negara, perkembangan tersebut hampir menyeluruh disegala bidang terutama dibidang kelistrikan. Sejak berkembangnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu seperti beban non linier dan beban induktif. Akibat yang ditimbulkan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu seperti beban non linier dan beban induktif. Akibat yang ditimbulkan adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Kualitas daya listrik sangat dipengaruhi oleh penggunaan jenis-jenis beban tertentu seperti beban non linier dan beban induktif. Akibat yang ditimbulkan adalah

Lebih terperinci

BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA

BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA BAB III BEBAN LISTRIK PT MAJU JAYA 3.1 Sistem Kelistrikan Sejak tahun 1989 PT Maju Jaya melakukan kontrak pasokan listrik dari PLN sebesar 865 KVA dengan tegangan kerja 20 KV, 3 phasa. Seluruh sumber listrik

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENGUKURAN KUALITAS DAYA ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI TEKSTIL

ANALISIS HASIL PENGUKURAN KUALITAS DAYA ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI TEKSTIL ANALISIS HASIL PENGUKURAN KUALITAS DAYA ENERGI LISTRIK PADA INDUSTRI TEKSTIL Achmad Hasan Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: hasan_bppt@yahoo.com

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata kunci : Beban non linier, Harmonisa, THD, filter aktif high-pass.

ABSTRAK Kata kunci : Beban non linier, Harmonisa, THD, filter aktif high-pass. ABSTRAK Hotel The Bene Kuta yang berlokasi di jalan Bene Sari Kuta-Bali, memiliki suplai daya terpasang berkapasitas 630 KVA. Beban non linier yang terdapat pada SDP mengakibatkan adanya distorsi harmonisa

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI PADA PENDISTRIBUSIAN LISTRIK DI PT PLN DISTRIBUSI APJ X DENGAN METODE MANAJEMEN TRAFO

AUDIT ENERGI PADA PENDISTRIBUSIAN LISTRIK DI PT PLN DISTRIBUSI APJ X DENGAN METODE MANAJEMEN TRAFO AUDIT ENERGI PADA PENDISTRIBUSIAN LISTRIK DI PT PLN DISTRIBUSI APJ X DENGAN METODE MANAJEMEN TRAFO SEMINAR TUGAS AKHIR TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik sangat di butuhkan pada zaman modern ini, karena saat ini kebutuhan manusia akan teknologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik sangat di butuhkan pada zaman modern ini, karena saat ini kebutuhan manusia akan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik sangat di butuhkan pada zaman modern ini, karena saat ini kebutuhan manusia akan teknologi semakin meningkat. Oleh karena itu para ilmuan berlomba-lomba

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS NETRAL TERHADAP RUGI-RUGI BEBAN PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI PLN RAYON JOHOR MEDAN

PENGARUH ARUS NETRAL TERHADAP RUGI-RUGI BEBAN PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI PLN RAYON JOHOR MEDAN PENGARUH ARUS NETRAL TERHADAP RUGI-RUGI BEBAN PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI PLN RAYON JOHOR MEDAN Rendy F Sibarani, Ir. Syamsul Amien, MS Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bersumber dari kualitas daya listrik seperti yang tercantum

BAB II DASAR TEORI. bersumber dari kualitas daya listrik seperti yang tercantum 6 BAB II DASAR TEORI 2.1 Audit kualitas Energi listrik 2.1.1.Pengertian Audit yang bersumber dari wikipedia dalam arti luas yang bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produksi

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Ketidakseimbangan Beban terhadap Efisiensi Listrik dalam Rangka Konservasi Energi di Gedung Rektorat UIN Suska Riau

Analisa Pengaruh Ketidakseimbangan Beban terhadap Efisiensi Listrik dalam Rangka Konservasi Energi di Gedung Rektorat UIN Suska Riau Analisa Pengaruh Ketidakseimbangan Beban terhadap Efisiensi Listrik dalam Rangka Konservasi Energi di Gedung Rektorat UIN Suska Riau Liliana Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sultan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat

1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia. Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat berbanding lurus dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk

BAB II DASAR TEORI. konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk 6 BAB II DASAR TEORI 2.1. AUDIT ENERGI Audit energi adalah teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk penghematan. Tujuan suatu audit

Lebih terperinci

REGIONAL CONSULTANT 1 (RC-1) Implementation of Energy Conservation and Emission Reduction (Phase 1) PT. Indah Kiat Pulp & Paper

REGIONAL CONSULTANT 1 (RC-1) Implementation of Energy Conservation and Emission Reduction (Phase 1) PT. Indah Kiat Pulp & Paper BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dari hasil audit dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut Penggunaan energi semakin bertambah tiap tahunnya. Dari data yang ada konsumsi energi pada tahun 2008

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pada pelaksanaan Audit Energi yang akan dilakukan pada gedung Pasca Sarajana

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pada pelaksanaan Audit Energi yang akan dilakukan pada gedung Pasca Sarajana BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Pelaksanaan Pada pelaksanaan Audit Energi yang akan dilakukan pada gedung Pasca Sarajana Kampus UMY mengacu pada prosedur audit energi SNI 6196 tahun 2011 yang diterbitkan

Lebih terperinci

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r.

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r. Kehidupan modern salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya energi atau beban listrik yang dipakai ditentukan oleh reaktansi (R), induktansi (L) dan capasitansi (C). Besarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT PLN (Persero) APJ Bandung merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa

BAB I PENDAHULUAN. PT PLN (Persero) APJ Bandung merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian PT PLN (Persero) APJ Bandung merupakan perusahaan yang bergerak dibidang jasa pelayanan penyediaan listrik mengelola gardu distribusi sebanyak 1.658 buah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian peralatan listrik seperti komputer, lampu hemat energi (LHE),

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian peralatan listrik seperti komputer, lampu hemat energi (LHE), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian peralatan listrik seperti komputer, lampu hemat energi (LHE), televisi, mesin fotocopi dan sebagainya yang merupakan beban non-linear sudah menjadi hal yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Fakultas Teknik UMY 4.1.1 Sejarah Fakultas Teknik UMY didirikan pada tanggal 24 Rabi ul Akhir 1401 H, bertepatan dengan tanggal 1 Maret 1981 M, berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP FAKTOR-K PADA TRANSFORMATOR

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP FAKTOR-K PADA TRANSFORMATOR ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP FAKTOR-K PADA TRANSFORMATOR Eka Rahmat Surbakti, Masykur Sj Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini energi merupakan kebutuhan utama setiap manusia. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi suatu negara menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya

Lebih terperinci

PENUTUP BAB V. 5.1 Kesimpulan. Dari audit dan analisa yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

PENUTUP BAB V. 5.1 Kesimpulan. Dari audit dan analisa yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari audit dan analisa yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Intensitas Konsumsi Energi ( IKE) kotor pada hotel Lebak Gunung Permai sebesar 149,5 KWh/m

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI UNTUK MENGETAHUI KONSUMSI ENERGI LISTRIK PADA MESIN PEMOTONG PLAT PT. TJAHAJA AGUNG TUNGGAL. Oleh: Rengganis Rizki Nastiti

AUDIT ENERGI UNTUK MENGETAHUI KONSUMSI ENERGI LISTRIK PADA MESIN PEMOTONG PLAT PT. TJAHAJA AGUNG TUNGGAL. Oleh: Rengganis Rizki Nastiti AUDIT ENERGI UNTUK MENGETAHUI KONSUMSI ENERGI LISTRIK PADA MESIN PEMOTONG PLAT PT. TJAHAJA AGUNG TUNGGAL Oleh: Rengganis Rizki Nastiti 6408030057 PT. Tjahaja Agung Tunggal memiliki 2 trafo yang memiliki

Lebih terperinci

PENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI SEMEN Studi Kasus : Pemasangan VSD S pada Fan

PENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI SEMEN Studi Kasus : Pemasangan VSD S pada Fan J. Tek. Ling. Vol. 10 No. 1 Hal. 62-68 Jakarta, Januari 2009 ISSN 1441-318X PENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI SEMEN Studi Kasus : Pemasangan VSD S pada Fan Teguh Prayudi Peneliti di Pusat Teknologi Lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemakaian energi listrik pada bangunan industri sebaiknya menjadi kajian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemakaian energi listrik pada bangunan industri sebaiknya menjadi kajian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian energi listrik pada bangunan industri sebaiknya menjadi kajian awal sebelum perencanaan bagi pemilik dan penggunanya. Dengan demikian pemilihan peralatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permintaan energi dalam kurun waktu menurut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan permintaan energi dalam kurun waktu menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan permintaan energi dalam kurun waktu 2011-2030 menurut skenario BAU (Business As Usual) meningkat seperti pada gambar 1.1. Dalam gambar tersebut diperlihatkan

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI UNTUK MENDAPATKAN PELUANG PENGHEMATAN ENERGI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI SALAH SATU HOTEL DI SEMARANG

AUDIT ENERGI UNTUK MENDAPATKAN PELUANG PENGHEMATAN ENERGI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI SALAH SATU HOTEL DI SEMARANG AUDIT ENERGI UNTUK MENDAPATKAN PELUANG PENGHEMATAN ENERGI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI SALAH SATU HOTEL DI SEMARANG Abstrak M Denny Surindra Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS DAYA LISTRIK GEDUNG UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

IDENTIFIKASI KUALITAS DAYA LISTRIK GEDUNG UNIVERSITAS PGRI SEMARANG DENTFKAS KUALTAS DAYA LSTRK GEDUNG UNVERSTAS PGR SEMARANG Adhi Kusmantoro 1 Agus Nuwolo Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas PGR Semarang Jl. Sidodadi Timur No.4 Dr.Cipto Semarang 1 Email

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAN ANALISIS PELUANG PENGHEMATAN ENERGI DAN PENGURANGAN EMISI Pemasangan Kapasitor Bank Pada Sistem Kelistrikan

PERHITUNGAN DAN ANALISIS PELUANG PENGHEMATAN ENERGI DAN PENGURANGAN EMISI Pemasangan Kapasitor Bank Pada Sistem Kelistrikan CHAPTER IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS PELUANG PENGHEMATAN ENERGI DAN PENGURANGAN EMISI 4.1. Pemasangan Kapasitor Bank Pada Sistem Kelistrikan Berikut data dari hasil pengukuran kelistrikan yang dilakukan

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH HARMONISA PADA GARDU TRAFO TIANG DAYA 200 KVA DI PT PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA

STUDI PENGARUH HARMONISA PADA GARDU TRAFO TIANG DAYA 200 KVA DI PT PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA STUDI PENGARUH HARMONISA PADA GARDU TRAFO TIANG DAYA 200 KVA DI PT PLN (Persero) APJ SURABAYA UTARA Titiek Suheta,Abdullah Farid Jurusan Teknik Elektro,Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya Pada desain fasilitas penunjang Bandara Internasional Kualanamu adanya tuntutan agar keandalan sistem tinggi, sehingga kecuali

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN AUDIT ENERGI

BAB III PELAKSANAAN AUDIT ENERGI BAB III PELAKSANAAN AUDIT ENERGI 3.1 Gambaran Obyek Audit Energi Padma Hotel Bandung, berada di Jln. Ranca Bentang 56-58 Bandung. Bangunan Padma Hotel Bandung, berlantai 5, lantai dasar 1 dan menghadap

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Beban Non Linear Terhadap Keberadaan Arus Netral Di Gedung Pusat Komputer Universitas Riau

Studi Pengaruh Beban Non Linear Terhadap Keberadaan Arus Netral Di Gedung Pusat Komputer Universitas Riau Studi Pengaruh Beban Non Linear Terhadap Keberadaan Arus Netral Di Gedung Pusat Komputer Universitas Riau *Yudi Adriko Putra, Edy Ervianto** *Alumni Teknik Elektro Universitas Riau **Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tiga fasor yang sama besarnya, berbeda fasa satu dengan yang lain 120 0, hasil

BAB I PENDAHULUAN. dari tiga fasor yang sama besarnya, berbeda fasa satu dengan yang lain 120 0, hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sistem tiga fasa hubungan Y, arus netral merupakan penjumlahan dari ketiga arus fasanya. Dalam keadaan seimbang, sistem tiga fasa yang terdiri dari tiga fasor

Lebih terperinci

Konservasi Energi Pada Sistem Kelistrikan. Prasetyo Roem Amaris Tendean, 4 Februari 2014

Konservasi Energi Pada Sistem Kelistrikan. Prasetyo Roem Amaris Tendean, 4 Februari 2014 Konservasi Energi Pada Sistem Kelistrikan Prasetyo Roem Amaris Tendean, 4 Februari 2014 Potensi Penghematan Listrik di Gedung komersial Porsi beban % Penghematan % Hasil Total % AC 60 20 12 Pompa 15 10

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 METODE PENGUMPULAN DATA Agar tujuan penelitian ini tercapai, perlu diketahui penggunaan konsumsi daya yang ada di hotel Permai ini, data-data yang akan dicari adalah data-data

Lebih terperinci

BAB X ENERGI DAN DAYA LISTRIK

BAB X ENERGI DAN DAYA LISTRIK 14 BAB X ENERGI DAN DAYA LISTRIK 1. Bagaimana cara PLN mengitung besarnya tagihan rekening listrik?. Apa perbedaan energi dan daya listrik? 3. Apa yang akan terjadi, jika suatu peralatan listrik dipasang

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya Genset di setiap area pada Project Ciputra World 1 Jakarta, maka dapat digunakan untuk menentukan parameter setting

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGOPERASIAN BEBAN- BEBAN NON-LINIER TERHADAP DISTORSI HARMONISA PADA BLUE POINT BAY VILLA & SPA

ANALISIS PENGARUH PENGOPERASIAN BEBAN- BEBAN NON-LINIER TERHADAP DISTORSI HARMONISA PADA BLUE POINT BAY VILLA & SPA ANALISIS PENGARUH PENGOPERASIAN BEBAN- BEBAN NON-LINIER TERHADAP DISTORSI HARMONISA PADA BLUE POINT BAY VILLA & SPA I Putu Alit Angga Widiantara 1, I Wayan Rinas 2, Antonius Ibi Weking 3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang paling mudah dan paling banyak digunakan masyarakat luas. Dari tahun ketahun permintaan akan energi listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu panel listrik selalu dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. suatu panel listrik selalu dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini sistem untuk memonitoring energi listrik dan mengontrol suatu panel listrik selalu dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan cara mengukur atau mencatat

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hardware Sistem Kendali Pada ISD Pada penelitian ini dibuat sistem pengendalian berbasis PC seperti skema yang terdapat pada Gambar 7 di atas. Pada sistem pengendalian ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. udaranya. Sistem tata udara pada Gedung Rektorat Universitas Lampung masih

I. PENDAHULUAN. udaranya. Sistem tata udara pada Gedung Rektorat Universitas Lampung masih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem tata udara merupakan sistem pengkondisian udara yang berfungsi untuk mengatur tingkat kenyamanan baik dari keadaan suhu maupun kelembaban udaranya. Sistem tata udara

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN LISTRIK PADA MOTOR CONTROL CENTER (MCC) WATER TREATMENT PLANT (WTP) 3

BAB III PERALATAN LISTRIK PADA MOTOR CONTROL CENTER (MCC) WATER TREATMENT PLANT (WTP) 3 BAB III PERALATAN LISTRIK PADA MOTOR CONTROL CENTER (MCC) WATER TREATMENT PLANT (WTP) 3 3.1 Sistem Proteksi Kelistrikan pada Motor Control Center (MCC) Sistem proteksi kelistrikan pada motor control center

Lebih terperinci

BAB III PERAN SISTEM AMR DALAM MENURUNKAN SUSUT / LOSSES DISTRIBUSI

BAB III PERAN SISTEM AMR DALAM MENURUNKAN SUSUT / LOSSES DISTRIBUSI BAB III PERAN SISTEM AMR DALAM MENURUNKAN SUSUT / LOSSES DISTRIBUSI Pada bab ini akan dibahas peran sistem AMR dalam upaya penurunan susut / losses distribusi. Perlu kita ketahui manfaat yang dapat diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat dengan pesat. Dengan semakin meningkatnya aktivitas ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. terus meningkat dengan pesat. Dengan semakin meningkatnya aktivitas ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi telah menjadi kebutuhan utama bagi manusia untuk menjalankan hampir setiap aktivitasnya terutama aktivitas ekonomi. Saat ini aktivitas ekonomi terus meningkat

Lebih terperinci

Profil Kualitas Daya Listrik (Power Quality) Pada Industri Manufaktur Pengolahan Plastik

Profil Kualitas Daya Listrik (Power Quality) Pada Industri Manufaktur Pengolahan Plastik Profil Kualitas Daya Listrik (Power Quality) Pada Industri Manufaktur Pengolahan Plastik Alex Sandria Jaya Wardhana 1 1), Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Pasca Sarjana Elektro UGM Jln.

Lebih terperinci

EVALUASI NILAI IKE MELALUI AUDIT ENERGI AWAL KAMPUS 3 UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

EVALUASI NILAI IKE MELALUI AUDIT ENERGI AWAL KAMPUS 3 UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN EVALUASI NILAI IKE MELALUI AUDIT ENERGI AWAL KAMPUS 3 UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN Riky Dwi Puriyanto 1), Sunardi 2), Ahmad Azhari 3) 1 Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan Email: rikydp@ee.uad.ac.id

Lebih terperinci

Keyword - energy conservation, energy saving, Electric Motors.

Keyword - energy conservation, energy saving, Electric Motors. Analisis Pemanfaatan Energi Listrik pada Mesin-mesin Produksi Divisi Pabrikasi Di PT INKA Madiun Kosa Shantia¹, Ir. Unggul Wibawa, M. Sc ², Hadi Suyono, ST., MT., Ph.D³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. fungsi dan luas ruangan serta intensitas penerangannya.

I. PENDAHULUAN. fungsi dan luas ruangan serta intensitas penerangannya. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem pencahayaan digunakan ketika penerangan alami tidak dapat memenuhi persyaratan penerangan ruang dalam bangunan. Dilihat dari penggunaan energi listrik suatu bangunan,

Lebih terperinci

JOB SHEET MESIN LISTRIK 2. Percobaan Paralel Trafo

JOB SHEET MESIN LISTRIK 2. Percobaan Paralel Trafo JOB SHEET MESIN LISTRIK 2 Percobaan Paralel Trafo UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO JOB SHEET PRAKTIKUM MESIN LISTRIK 2 Materi Judul Percobaan Waktu : Transformator : Percobaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Energi Energi adalah suatu besaran yang secara konseptual dihubungkan dengan transformasi, proses atau perubahan yang terjadi. Besaran ini seringkali dikaitkan dengan perpindahan

Lebih terperinci

Bab IV Analisis Kelayakan Investasi

Bab IV Analisis Kelayakan Investasi Bab IV Analisis Kelayakan Investasi 4.1 Analisis Biaya 4.1.1 Biaya Investasi Biaya investasi mencakup modal awal yang diperlukan untuk mengaplikasikan sistem tata udara dan penyediaan kebutuhan air panas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA LAPANGAN. Ananlisi ini menjadi salah satu sarana untuk mencari ilmu yang tidak

BAB IV ANALISIS DATA LAPANGAN. Ananlisi ini menjadi salah satu sarana untuk mencari ilmu yang tidak 4.1. Analisis Data di Industri BAB IV ANALISIS DATA LAPANGAN Ananlisi ini menjadi salah satu sarana untuk mencari ilmu yang tidak didapatkan di bangku kuliah. Salah satu fungsi dari praktik industri adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 Pemakaian Beban Saat Kondisi Filter Bersih. 35PK, langsung pada sub distribution panel di area ruang serbaguna.

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 Pemakaian Beban Saat Kondisi Filter Bersih. 35PK, langsung pada sub distribution panel di area ruang serbaguna. BAB IV ANALISA DATA Berdasarkan hasil pengukuran dari panel saat dinyalakan AC dan hasil pengukuran tiap jam di panel untuk AC. Maka akan dilakukan analisa data untuk mengetahui seberapa besar energi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pengukuran dan Pengambilan Data Pengambilan data dengan cara melakukan monitoring di parameter yang ada dan juga melakukan pengukuran ke lapangan. Di PT.Showa Indonesia Manufacturing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renewable energy atau energi terbarukan adalah energy yang disediakan oleh alam

BAB I PENDAHULUAN. Renewable energy atau energi terbarukan adalah energy yang disediakan oleh alam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renewable energy atau energi terbarukan adalah energy yang disediakan oleh alam yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanjutan jika dikelola dengan baik,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. berpengaruh terhadap biaya listrik, dengan langkah langkah sebagai berikut :

BAB IV ANALISA DATA. berpengaruh terhadap biaya listrik, dengan langkah langkah sebagai berikut : BAB IV ANALISA DATA Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menganalisa perhitungan efisiensi chiller dan kapasitas yang diperlukan pada sistem pendinginan terhadap chiller di gedung Universitas Bina Nusantara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

Kualitas Daya Listrik (Power Quality)

Kualitas Daya Listrik (Power Quality) Kualitas Daya Listrik (Power Quality) Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pend. Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 2745354 giriwiyono@uny.ac.id Perkembangan Teknologi Karakteristik

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI PENGHEMATAN ENERGI DI INDUSTRI KERTAS

IDENTIFIKASI POTENSI PENGHEMATAN ENERGI DI INDUSTRI KERTAS IDENTIFIKASI POTENSI PENGHEMATAN ENERGI DI INDUSTRI KERTAS Achmad Hasan Pusat Teknologi Konversi dan Konservasi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: a_hasan@webmail.bppt.go.id,hasan_bppt@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis yang digunakaan menggunakan metodologi berupa observasi langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis yang digunakaan menggunakan metodologi berupa observasi langsung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pustaka Mukhlis (2011) pernah melakukan peneliti tentang Evaluasi Penggunaan Energi Listrik pada Bangungan Gedung di Lingkungan Universitas Tadulako. Analisis yang digunakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, kebutuhan akan energi listrik meningkat dan memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. ini, kebutuhan akan energi listrik meningkat dan memegang peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Sejalan dengan berkembangnya teknologi elektronik digital dewasa ini, kebutuhan akan energi listrik meningkat dan memegang peranan penting dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian berlangsung ada beberapa tahapan yang dilakukan untuk mencari data untuk penelitian ini. dimulai dari kajian studi pustaka, dimana penulis mencari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. PEMAKAIAN LISTRIK GEDUNG PGC Konsumsi energi listrik harian di gedung Pusat Grosir Cililitan dicatat oleh PT. PLN (Persero) dalam 2 jenis waktu pemakaian yaitu Luar

Lebih terperinci

Muhamad Fahri Iskandar Teknik Mesin Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT

Muhamad Fahri Iskandar Teknik Mesin Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT ANALISIS INTENSITAS CAHAYA MATAHARI DENGAN SUDUT KEMIRINGAN PANEL SURYA PADA SOLAR WATER PUMP Muhamad Fahri Iskandar 24411654 Teknik Mesin Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT Latar Belakang Konversi energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi proses produksinya sebagai syarat untuk bisa terus bertahan di tengah

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi proses produksinya sebagai syarat untuk bisa terus bertahan di tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuntutan pasar terhadap berbagai inovasi, kualitas dan kuantitas hasil produksi terus meningkat, sehingga perusahaan juga dituntut untuk meningkatkan efisiensi proses

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak gedung maupun pabrik menggunakan motor listrik sebagai penggerak utamanya. Penggunaan motor motor listrik ini membutuhkan energi listrik yang cukup

Lebih terperinci

EVALUASI PENENTUAN RUGI-RUGI TRANSFORMATORDALAM PENGARUH ARUS NON-SINUSOIDAL

EVALUASI PENENTUAN RUGI-RUGI TRANSFORMATORDALAM PENGARUH ARUS NON-SINUSOIDAL EVALUASI PENENTUAN RUGI-RUGI TRANSFORMATORDALAM PENGARUH ARUS NON-SINUSOIDAL Erwin Dermawan, Arini Marthalia 2 ) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih

Lebih terperinci

Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Tiga Fasa terhadap Hasil Pengukuran

Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Tiga Fasa terhadap Hasil Pengukuran Pengaruh Ketidakseimbangan Beban Tiga Fasa terhadap Hasil Pengukuran Franky Departemen Elektro FTUI Depok Dr. Ir. Rudy Setiabudy Departemen Elektro FTUI Depok Abstrak-Terdapat ketidaksamaan hasil pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 November 2010 sampai 20 Desember 2010 dan bertempat di gedung Tower Universitas Mercu Buana Jakarta. 3.2 Jenis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah 24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah tangga diantaranya, switch-mode power suplay pada TV,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN Dalam pengamatan awal dilihat tiap seksi atau tahapan proses dengan memperhatikan kondisi produksi pada saat dilakukan audit energi. Dari kondisi produksi tersebut selanjutnya

Lebih terperinci