SARANA BERPIKIR ILMIAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SARANA BERPIKIR ILMIAH"

Transkripsi

1 SARANA BERPIKIR ILMIAH Perbedaan antara manuisa dan binatang terletak kepada kemampuan manusia untuk mengambil jalan melingkar dalam mencapai tujuanya. Seluruh pikiran binatang dipenuhi oleh kkebutuhan yang menyebabkan mereka secara langsung mencari objek yang diinginkanya atau membuang benda yang menghalanginya. Dengan demikian sering kita melihat monyet yang menjangkau sia-sia benda yang diinginkanya tidak seperti manusia yang primitifpun yang telah mempergunakan bandringan atau melempar dengan batu. Manusia sering disebut makluh Homo Faber yaitu makluk yang membuat alat karena berkembangnya ilmu pengetahuan tersebut memerlukan alat. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukanya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat dilakukan. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Oleh sebab itulah sebelum sarana-sarana berpikir ilmiah ini seyogyana kita telah menguasai langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah tersebut. Dengan jalan ini maka kita akan sampai pada hakikatnya sarana yang sebenarnya, sebab sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Sarana berpikir ilmiah dalam pendidikan merupakan bidang studi tersendiri, artinya kita mempelajari sarana berpikir ilmiah seperti kita mempelajari berbagai cabang ilmu. Dalam hal ini kita harus memperhatikan dua hal. Pertama => Sarana ilmiah bukan merupakan kumpulan ilmu pengetahuan yang didapat berdasarkan metode ilmiah. Keduan => Tujuan mempelajari sarana berpikir ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bias memecahkan masalah kita sehari-hari. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dan statistika. Dimana bahasa merupakan alat berpikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Karena ilmu merupakan gabungan antara berpikir deduktif dan induktif. Untuk itu maka penalaran ilmiah menyadarkan diri kepada proses logika deduktif dan logika induktif. Matematika mempunyai peranan yang sangat penting dalam berpikir deduktif sedangkan statistika mempunyai perana penting dalam pikiran induktif. Kemampuan berpikir ilmiah yang baik harus didukung penguasaan sarana berpikir ini dengan baik pula. Salah satu langkah kearah penguasaan itu adalah mengetahui dengan benar peran masing-masing sarana berpikir tersebut dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah tersebut. Bedasarkan pemikiran ini maka tidak sukar untuk dimengerti mengapa mutu kegiatan keilmuan tidak mencapai taraf yang memuaskan sekiranya sarana berpikir ilmiahnya memang kurang dikuasai. Bagaimana mungkin seseorang bisa melakukan penalaran yang cermat tanpa menguasai struktur bahasa yang tepat? Demikian juga bagaimana seseorang bisa melakukan generalisasi tanpa menguasai statistika? Memang betul tidak semua masalah tidak membutuhkan statistik, namun hal itu bukan berarti bahwa kita tidak peduli terhadap statistika sama sekali dan berpaling kepada cara-cara yang justru tidak bersifat ilmiah. A. DEFINISI SARANA BERPIKIR ILMIAH Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini merupakan serangkaian gerak pemikiran dalam mengikuti jalan pemikiran tertentu yang akhirnya sampai pada sebuah kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berpikir ilmiah adalah kegiatan akal yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-

2 kasus yang bersifat khusus; sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah, atau membantu langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran. Fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau teori yang lain. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah: 1. Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. 2. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik. Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik maka diperlukan sarana berpikir ilmiah yaitu bahasa, matematika, dan statistika.. Matematika mempunyai peranan yang penting dalam berpikir deduktif. Statistika mempunyai peranan penting dalam berpikir induktif. Salah satu langkah kearah penguasaan adalah mengetahui dengan benar peranan masing-masing sarana berpikir dalam keseluruhan proses berpikir ilmiah. B. SARANA BERPIKIR ILMIAH 1. BAHASA Dapatkah anda bayangkan seandainya binatang dapat berbicara seperti manusia.? Jika si didi sedang menanam pisang, maka monyet si didi tidak sekedar mengernyit-ngernyitkan dahinya dalam flustasi, melaikan dalam lantang akan berkata, bagi-bagi dong, Di, pisangnya..!! dan bukan hanya berhenti disitu saja, dia pun mungkin akan belajar menanam pisang itu sendiri, sebab dengan menguasai bahasa kita akan menguasai pengetahuan. Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berpikir melaikan terletak pada kemampuan berbahasa. Tanpa mempunyai kemampuan berbahasa ini maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat dilakukan. Lebih lanjut lagi, tanpa kemampuan berbahasa manusia tidak dapat mengembangkan kebudayaanya, sebab meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi yang satu kepada generasi selanjutnya manusia tak berbeda dengan aning atau monyet. Manusia dapat berpikir karena mempunyai bahasa, tanpa bahasa manusia tidak dapat berpikir rumit dan abstrak seperti dalam kegiatan ilmiah. Binatang tidak diberkahi dengan bahasa yang sempurna sebagaimana kita miliki, oleh sebab itu maka binatang tidak dapt berpikir dengan baik dan mengakumulasikan pengetahuanya lewat proses komunikasi seperti kita mengembangkan ilmu. Karena bintang tidak mempunyai bahsa, maka buah pikiran dan penemuan jenius itu tidak tercatat dan menghilang begitu saja. Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak dimana objek-objek yang faktual ditransformasikan menjadi symbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak. Adanya symbol yang bersifat abstrak ini memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut. Kalau kita telaah lebih lanjut, bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan, dan sikap. Dalam komunikasi ilmiah sebenarnya proses komunikasi itu harus terbebas dari unsure motif ini agar pesan yang disampaikan bias diterima secara reproduktif, artinya identic denga peran yang dikirimkan. Namun dalam prakteknya hal ini sukar untuk dilaksanakan kecuali informasi yang terdapat dalam buku pedoman telepon. Apakah sebenarnya bahasa? Pertama => Bahasa dapat kita cirikan sebagai serangkaian bunyi. Sebenarnya kita dapat berkomunikasi dengan mempergunakan alat lain, umpamanya saja dengan menggunakan bahas isyarat, namun manusia mempergunakan bunyi sebagai alat komunikasi kasi yang 2

3 paling utama. Komunikasi mempergunakan bunyi ini dikatakan juga sebagai komunikasi verbal. Kedua => Bahasa merupakan lambang dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu. Rangkaian bunyi yang kita kenal sebagai kata malambangkan suatu objek tertentu. Umpamanya perkataan gunung dan burung merpati sebenarnya merupakan lambang yang kita berikan kepada kedua objek tersebut. Bila objek tersebut kita lambangkan dengan bunyi gunung sedangkan bagi bahasa lain dilambangkan dengan mountain dalam bahasa inggris atau jaba dalam bahasa arab, demikian juga dengan merpati. Manusia mengumpulkan lambang-lambang ini dan menyusun apa yang kita kenal sebagai perbendaharaan kata-kata. Perbendaharaan ini pada hakikatnya merupakan akumulasi pengalaman dan pemikiran mereka. Artinya dengan perbendaharaan kata-kata yang mereka punyai maka manusia dapat mengkomunikasikan segenap pengalaman dan pemikiran mereka. Inilah yang menyebabkan bahasa terus berkembang yakni karena disebabkan pengalaman dan pikiran manusia yang juga berkembang. Adanya lambang-lambang ini memungkinkan manusia dapat berpikir dan belajar dengan lebih baik. Adanya bahasa ini memungkinkan kita untuk memikirkan sesuatu dalam benak kepala kita, meskipun objek yang sedang kita pikirkan tersebut tidak berada didekat kita. Manusia dengan kemampuan berbahasa memungkinkan untuk memikirkan sesuatu masalah terusmenerus. Lainpulanya dengan binatang, karena mereka tidak mempunyai bahasa seperti apa yang kita punya, maka mereka baru bias berpikir jika objek itu berada di depan matanya. Perbedaan pindidikan antara manusia dengan binatang terutama terletak pada tujuanya: manusia belajar agar berbudaya sedangkan binatang belajar untuk mempertahankan jenisnya. Dengan bahasa bukan saja manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain. Namun bukan itu saja, dengan bahasa kitapun dapat mengekspresikan sika dan perasaan kita. Dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia yakni dunia pengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa. Disamping pengetahuan manusia mencoba memberi arti kepada semua gejala fisik yang dialaminya. Seni merupakan kegiatan ekstetik yang banyak mempergunakan aspek emotif dari bahasa baik itu seni suara maupun seni sastra dalam hal ini bahasa bukan saja dipergunakan untuk mengemukakan perasaan itu sendiri melainkan juga merupakan ramuan untuk menjenakan pengalaman yang ekspresif tadi. Komunikasi ilmiah mensyaratkan bentuk komunikasi yang sangat lain dengan kominikasi ekstetik. Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan. Agar komunikasi ilmiah ini berjalan dengan baik maka bahasa yang dipergunakan harus terbebas dari unsur-unsur emotif. Kominikasi ilmiah harus bersikap repoduktif artinya bila sipengirim informasi x yang diterima harus merupakan reproduksi yang benar-benar sama dari informasi x yang dikirimkan. Oleh sebab itu maka proses komunikasi ilmiah harus bersikap jelas dan obyektif yakni terbebas dari unsur-unsur emotif. Hal ini harus kita lakukan untuk mencegah si penerima komunikasi memberi makna lain yang berbeda dengan makna yang kita maksudkan. Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan pernyataan yang mengemukakan informasi tentang pengetahuan maupun jalan pemikiran dalam mendapatkan pengetahuan tersebut. Untuk mampu mengkomunikasikan suatu pernyataan dengan jelas maka seseorang harus menguasai kata bahasa yang baik. Pengetahuan tata bahasa dengan baik merupakan syarat mutlak bagi komunikasi ilmiah yang benar. Karya ilmiah juga mempunyai gaya penulisan yang pada hakikatnya merupakan usaha untuk mencoba menghindari kecenderungan yang bersifat emosional bagi kegiatan seni namun merupakan kerugian bagi kegiatan ilmiah oleh sebab itu gaya penulisan ilmiah, dimana tercakup didalamnya pengguanaan tata bahasa dan penggunaan kata-kata, harus diusahakan sedemikian mungkin untuk menggunakan unsur-unsur emotif ini seminimal mungkin. 3

4 a. Ciri Ciri Bahasa Ilmiah Bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu informatif, reproduktif atau intersubjektif, dan antiseptik. Informatif berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi atau pengetahuan. Informasi atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari kesalahpahaman. Reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang sama dengan informasi yang diterima oleh pendengar atau pembacanya. Menurut Kemeny, antiseptik berarti bahwa bahasa ilmiah itu objektif dan tidak memuat unsur emotif, kendatipun pada kenyataannya unsur emotif ini sulit dilepaskan dari unsur informatif. Slamet Iman Santoso mengimbuhkan bahwa bahasa ilmiah itu bersifat deskriptif (descriptive language). Artinya, bahasa ilmiah menjelaskan fakta dan pemikiran; dan pernyataan-pernyataan dalam bahasa ilmiah bisa diuji benar-salahnya. Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen menambahkan ciri intersubjektif, yaitu ungkapan-ungkapan yang dipakai mengandung makna-makna yang sama bagi para pemakainya. b. Beberapa Kekurangan Bahasa Sebagai sarana komunikasi ilmiah maka bahasa mempunyai beberapa kekurangan. Kekurangan ini pada hakikatnya terletak pada peranan bahasa itu sendiri yang bersifat multifungsi yakni sebagai sarana komunikasi emotif, afektif dan simbolik. Kekurangan yang ke dua terletak pada arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata yang mengandung bahasa. Dipihak lain usaha untuk menyampaikan arti sejelas dan se eksak mungkin dalam suatu proses komunikasi mungkin akan munyebabkan proses penyampain informasi itu malah tidak komunikatif lagi disebabkan bahasa yang bertele-tele dan membosankan. Mengambil contoh dari kehidupan sehari-hari misalkan cinta.kata cinta ini seringdipakai dalam lingkup yang sangat luas umpamanya dalam hubungan antara ibu dan anak, ayah dan anak, kakek dan nenek, perasaan kepada tanah air dan ikatan pada rasa kemanusiaan yang besar. Disamping itu bahasa mempunyai beberapa kata yangn memberi arti yang sama, umpamanya pengertian tentang usaha kerja sama yang terkoordinasi dalam mencapai suatu tujuan tertentu disebutkan sebagai administrasi, manajemen, pengelolaan dan tatalaksana. Sifat majemuk dari bahasa ini sering menimbulkan apa yang dinamakan kekacauan simatik, dimana dua orang yang berkomunikasi mempergunakan sebuah kata yang sama namun untuk pengertian yang berbeda. Kelemahan yang ketiga bahasa sering bersifat berputar-putar dalam mempergunakan kata-kata terutama dalam memberikan definisi. Contoh lain yang sering kita temukan adalah perkataan data yang diartikan sebagai bahan yang diolah menjadi informasi ; sedangkan informasi diartikan keterangan yang didapat dari data. Hal ini sebenarnya taka da salahnya selama kata-kata yang dipergunakan itu sudah mempunyai pengertian yang jelas dan bukan bersifat berputar-putar. Masalah bahasa ini menjadi bahan pemikiran yang sungguhsungguh genstin, disebabkan karena kebanyakan dari pernyataan dan pertanyaan ahli filsafat timbul dari kegagalan mereka untuk menguasai logika bahasa. 2. MATEMATIKA Filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan-anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan untuk memahami kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia. Sifat logis dan terstruktur dari 4

5 matematika itu sendiri membuat pengkajian ini meluas dan unik di antara mitra-mitra bahasan filsafat lainnya. Matematika (dari bahasa Yunani: µαθηµατικά - mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan konjektur baru, dan membangun kebenaran melalui metode deduksi yang kaku dari aksiomaaksioma dan definisi-definisi yang bersesuaian. Terdapat perselisihan tentang apakah objekobjek matematika seperti bilangan dan titik hadir secara alami, atau hanyalah buatan manusia. Seorang matematikawan Benjamin Peirce menyebut matematika sebagai "ilmu yang menggambarkan simpulan-simpulan yang penting". Di pihak lain, Albert Einstein menyatakan bahwa "sejauh hukum-hukum matematika merujuk kepada kenyataan, mereka tidaklah pasti; dan sejauh mereka pasti, mereka tidak merujuk kepada kenyataan." Melalui penggunaan penalaran logika dan abstraksi, matematika berkembang dari pencacahan, perhitungan, pengukuran, dan pengkajian sistematis terhadap bangun dan pergerakan bendabenda fisika. Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan (validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika formal. Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif. Penalaran deduktif kadang disebut logika deduktif adalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Contoh argumen deduktif: 1. Setiap mamalia punya sebuah jantung 2. Semua kuda adalah mamalia 3. Setiap kuda punya sebuah jantung Penalaran induktif kadang disebut logika induktif adalah penalaran yang berangkat dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum. Contoh argumen induktif: 1. Kuda Sumba punya sebuah jantung 2. Kuda Australia punya sebuah jantung 3. Kuda Amerika punya sebuah jantung 4. Kuda Inggris punya sebuah jantung 5. Setiap kuda punya sebuah jantung Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran induktif dan deduktif. Deduktif Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar Semua informasi atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam premis. Induktif Jika premis benar, kesimpulan mungkin benar, tapi tak pasti benar. Kesimpulan memuat informasi yang tak ada, bahkan secara implisit, dalam premis. 5

6 Logika masuk ke dalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik). Logika tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus ( M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri. Puncak logika simbolik terjadi pada tahun dengan terbitnya Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead ( ) dan Bertrand Arthur William Russel ( ). a. Matematika Sebagai Bahasa Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambing-lambang matematika meiliki sifat artificial yaitu akan memiliki arti setelah sebuah makna deberikan kepadanya. Tanpa makna matematika hanya merupakan lambing saja. Selain itu matematika pun dapat diartikan sebagai bahasa yang berusaha unutk menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional dari bahasa verbal. Selain sebagai bahasa matematikua pun memiliki sifat kuantitatif, yaitu matematika mengembangkan bahasa numeric yg memungkinkan kita melakukan pengukuran secara kuantitatif. Selain itu matematika pun memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap kualitatif ke kuantitatif. Pada dasarnya matematika diperlukan oleh semua disiplin keilmuan untk meningkatkan daya prediksi dan control dari ilmu tersebut, sehingga ilmu dapat memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat. Matematika sarana berfikir deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenaranya telah ditentukan. Ilmu dapat dibagi menjadi 3 tahapan: 1. Tahapan Sistematika 2. Tahapan Komparatif 3. Tahapan Kuantitatif Tahapan Sistematika, pada tahap ini ilmu sudah mulai menggolong-golongkan objek empiris ke dalam kategori-kategori tertentu. Penggolongan ini memungkinkan kita untuk menemukan ciri-ciri yang bersifat umum dari anggota-anggota yang menjadi kelompok tertentu. Ciri-ciri yang bersifat umum inilah yang merupakan pengetahuan manusia dalam mengenali dunia fisik. Tahapan Komparatif, pada tahap ini kita mulai membandingkan antara objek yang satu dengan yang lainya, kategori yang satu ini dengan kategori lainya dan seterusnya. Kita mulai mencari hubungan yang didasarkan kepada perbandingan antara berbagai objek yang akan kita kaji. Tahapan Kuantitatif, pada tahap ini kita mencari hubunganj sebab-akibat tidak lagi berdasarkan perbandingan, malainkan melaui proses pengukuran eksak dari satu objek yang sedang diamati. Bahasa verbal berfungsi sangat baik pada kedua tahapan diatas ( tahap I & II ), sedangkan pada tahap III pengetahuan membutuhkan matematika. Lambang-lambang matematika bukan saja jelas namun juga eksak dengan mengandung informasi tentang objek tertentu dalam dimesi pengukuran. b. Sifat Kuantitatif dari Matematika 6

7 Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sifat kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat. Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap kualitatif ke kuantitatif. Pada dasarnya matematika diperlukan oleh semua disiplin keilmuan untuk meningkatkan daya prediksi dan kontrol dari ilmu tersebut. c. Matematika Sarana Berfikir Edukatif Deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Contoh, untuk menghitung jumlah sudut dalam segitiga, kita mendasarkan kepada premis bahwa kalau terdapat dua garis sejajar maka sudut yang dibentuk kedua garis tersebut dengan garis ketiga adalah sama. Premis yang kedua adalah bahwa jumlah sudut yang dibentuk oleh sebuah garis lurus adalah 180 o. Kedua premis ini kemudian diterapkan dalam berfikir deduktif untuk menghitung jumlah sudut-sudut dalam sebuah segitiga. Dalam hal ini kita melihat bahwa dalam segitiga (misalnya Segitiga ABC) kalau kita tarik garis P melalui titik A yang sejajar dengan BC maka pada titik A didapatkan 3 sudut yakni α1, α2, α3. Yang ketiga-tiganya membentuk garis lurus, sedangkan berdasarkan premis kedua yang mengatakan bahwa jumlah sudut dalam sebuah garis lurus adalah 180 o. Dengan demikian maka secara deduktif dapat dibuktikan bahwa jumlah sudut-sudut dalam sebuah segitiga adalah 180 o. Jadi dengan contoh diatas secara deduktif matematika menemukan pengetahuan yang ditentukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis yang tertentu, pengetahuan yang didapatkan secara deduktif ini sungguh sangat berguna dan memberikan kejutan yang sangat menyenangkan. d. Perkembangan Matematika Matematika berpikir sebagai alat berpikir logis (Wittgenstein). Menurut Bertand Russell, matematika adalah kuasa kedewasaan logika sedangkan logika adalah masa kecil matematika. Kebenaran matematika tidak ditentukan oleh pembuktian secara empiris, melainkan pada proses penalaran deduktif. Menurut Griffits dan Howson (1974), perkembangan matematika ada 4 tahap: 1. Mesir kuno (3.500 S.M.) dan sekitar (Babylonia dan Mesopotamia). Kegunaan praktis dari matematika. 2. Yunani (300 S.M.). Aspek astetik dari matematika. ilmu ukur dalam buku Element oleh Euclid. 3. Bangsa Timur (± S.M.), seperti: Arab, India, Cina. Ilmu hitung dan aljabar. 4. Abad pertengahan atau zaman renaissance (abad 17 atau 18). Kalkulus diferensial. Matematika sebagai bahasa simbolik. Menurut Howard F. Fehr, matematika dalam hubungannya komunikasi ilmiah mempunyai peranan ganda, yaitu sebagai ratu dan pelayan ilmu. Menurut Morris Kline, matematika sebagai bahasa bersifat ekonomis dengan kata-kata. 7

8 e. Matematika dan Peradaban Matematika dapat dikatakan sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri. Sekitar 3500 tahun S.M. bangsa Mesir Kuno telah mempunyai simbol yang melambangkan angkaangka. Para pendeta mereka merupakan ahli matematika yang pertama yang melakukan pengukuran pasang surutnya sungai Nil dan meramalkan timbulnya banjir seperti apa yang sekarang kita lakukan di abad ke-20 di kota Metropolitan Jakarta. Matematika tidak dapat dilepaskan dari perkembangan peradaban manusia. Penduduk kota yang pertama adalah makhluk yang berbicara kata lancelot hogben dan penduduk kota kurun teknologi ini adalah makhluk yang berhitung yang hidup dalam jaringan angka-angka. f. Beberapa Aliran dalam Filsafat Matematika: 1. Logistik Tokoh: Immanuel Kant ( ) Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat sintetik apriori (eksistensi matematika tergantung dari pancaindra). Gottlob Frege ( ) Matematika merupakan pengetahuan logistik (cara berpikir logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan). 2. Intuisionis Tokoh: Bertand Russell dan Whitehead Seluruh matematika dapat direduksi ke dalam proporsi-proporsi logika. Jan Brouwer ( ) Matematika merupakan pengetahuan intuisionis (intuisi murni dari berhitung merupakan titik tolak tentang matematika bilangan. 3. Formalis Tokoh: David Hilbert ( ) Banyak masalah dibidang logika yang tidak dapat hubungan dengan matematika. Matematika merupakan pengetahuan tentang struktur formal dari lambing. g. Kelebihan dan Kekurangan Matematika Adapun kelebihan matematika antara lain sebagai berikut: Tidak memiliki unsur emotif Bahasa matematika sangat universal Adapun kelemahan dari matematika adalah bahwa matematika tidak mengandung bahasa emosional (tidak mengandung estetika) artinya bahwa matematika penuh dengan simbol yang bersifat artifersial dan berlaku dimana saja. 3. STATISTIKA Suatu Hari seorang anak kecil disuruh Ayahnya membeli sebungkus korek api dengan pesan agar tak terkecoh mendapatkan korek api yang jelek. Tidak lama anak kecil itu datang kembali dengan wajah yang berseri-seri, menyerahkan kotak korek api yang kosong, dan berkata, Korek api ini benar-benar bagus Pak, semua batangnya telah saya coba dan ternyata menyala. Penyelesaian diatas membutuhkan waktu yang lama, tidak ekonomis, dan efisien. Penarikan kesimpulan dengan mencoba semua korek api, bukan merupakan suatu 8

9 penyelesaian yang tepat. Beberapa permasalahan seperti hal diatas, dapat dipecahkan dengan Ilmu Statistika. Pada tahun 1645 ahli Matematika, Chevalier de Mere dan Prancis Blaise Pascal ( ) tertarik dengan latar belakang permasalahan seperti contoh diatas, dengan menciptakan teori yang mengembangkan teori dari cikal bakal Peluang. Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi, dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah dikembangkan oleh Sarjana Muslim Al Jabbar, meskipun belum sampai dalam lingkup teori Peluang. Namun begitu dasar-dasar mengenai teori Peluang ini dilanjutkan lebih cepat, lalu kemudian bidang telaahan ini berkembang pesat. Beberapa orang ahli yang mengembangkan dengan lebih lanjut mengenai Telaah dasar konsep ilmu Statistika, diantaranya adalah : 1. Descartes ( ) Dengan latar belakang selama 4 tahun, bergaul dengan temanteman yang suka berjudi, Descartes kebanyakan menang karna dia pandai menghitung peluang. 2. Pascal dan Pierre de Fermat ( ) mengembangkan cikal-bakal Teori Peluang. 3. Pendeta Thomas Bayes (1763) mengembangkan Teori Peluang subyektif berdasarkan kepercayaan seseorang akan terjadinya suatu kejadian. Teori ini berkembang menjadi cabang khusus dalam statistika sebagai pelengkap teori peluang yang bersifat obyektif. 4. Abraham Demoivre ( ) mengembangkan Teori Galat atau Kekeliruan (Theory of error). 5. Thomas Simpson (1757) menyimpulkan bahwa terdapat suatu distribusi yang berlanjut (Continous Distribution) dari suatu variable dalam suatu frekuensi yang cukup banyak. 6. Pierre Simon de Laplace ( ) mengembangkan konsep dari Demoivre dan Simpson dan menemukan Distribusi Normal. (sebuah konsep yang paling umum dan paling banyak dipergunakan dalam analisis statistika di samping Teori peluang. 7. Francis Galton ( ) & Karl Pearson ( ) Distribusi lain yang tidak berupa kurva Normal. 8. Karl Friedrich Gauss ( ) Teknik Kuadrat Terkecil (Least Squares) simpangan baku dan galat baku untuk rata-rata (The Standard Error of Mean) 9. Pearson (melanjutkan Konsep Galton): Konsep Regresi, Korelasi, Distribusi Chi-Kuadrat dan Analisis Statistika untuk data Kualitatif. Pearson menulis Buku The Grammar of Science. 10. William Searly Gosset Student mengembangkan konsep pengambilan contoh. 11. Ronald Alylmer Fisher ( ): Analisis Varians dan Kovarians, Distribusi-z, Distribusi-t, uji Signifikan dan Theory of Estimation. Meskipun Statistika relative sangat muda dibandingkan dengan Matematika, tetapi Statistika berkembang dengan sangat cepat terutama dalam dasawarsa lima puluh tahun belakangan ini. Ilmu Statistika banyak dipergunakan untuk penelitian Ilmiah, baik yang berupa Suvei maupun eksperimen Teknik-teknik Statistika dikembangkan sesuai dengan kebutuhan untuk kegiatan akademik maupun untuk pengambilan keputusan. a. Statistika dan Cara Berpikir (Induktif dan Deduktif) Ilmu: pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua Pernyataan Ilmiah: Factual. Pengujian: suatu proses pengumpulan fakta yang relevan dengan hipothesis yang diajukan. Pengujian terbagi 2: Logika Induktif dan Logika Deduktif. 9

10 a. Pengujian berdasarkan Logika Induktif: Penarikan kesimpulan yang bersifat Khas dari kasus-kasus yang bersifat khusus (individual) kepada yang bersifat umum. Meskipun Premis-premis yang digunakan adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya Syah, tapi kesimpulannya belum tentu benar. Logika Induktif berpijak kepada Statistika sebagai sarana penarikan kesimpulan. b. Pengujian berdasarkan Logika Deduktif: Penarikan kesimpulan yang bersifat Umum ke Khusus. Kesimpulan yang ditarik adalah benar jika premis-premis yang dipergunakannya adalah benar dan penarikan kesimpulannya Syah. Logika Deduktif berpijak pada Matematika sebagai sarana penalaran penarikan kesimpulan. Pengujian Empiris: salah satu mata rantai dalam metode ilmiah yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya. Hipothesis: Didukung oleh fakta-fakta empiris. Pernyataan hipothesis menyatakan apakah diterima atau disyahkan kebenarannya. Jika bertentangan dengan kenyataan maka, hipothesis ditolak. b. Manfaat Statistika: Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang ditarik tersebut, yang dasarnya adalah asas yang sederhana. Statistika memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalita antara dua factor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Penarikan kesimpulan secara statistika memungkinkan kita untuk melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis. KESIMPULAN Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan atau konklusi bahwa sarana berfikir ilmiah itu tidak lepas dari beberapa komponen dasar yaitu: 1. Bahasa, yaitu alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain. 2. Matematika, yaitu alat atau cara berfikir sebagai proses untuk pengambilan kesimpulan yang didasarkan pada perhitungan yang kebenarannya telah ditentukan. 3. Statistika, merupakan pengetahuan untuk melakukan penarikan kesimpulan secara induktif dan secara lebih seksama. 4. Berfikir merupakan ciri utama bagi manusia. Berfikir disebut juga sebagai proses bekerjanya akal. Secara garis besar berfikir dapat dibedakan antara berfikir alamiah dan berfikir ilmiah. Berfikir alamiah adalah pola penalaran yang berdasarkan kehidupan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Berfikir ilmiah adalah pola penalaran berdasarkan sarana tertentu secara teratur dan cermat. 5. Bagi seorang ilmuan penguasaan sarana berfikir ilmiah merupakan suatu keharusan, karena tanpa adanya penguasaan sarana ilmiah, maka tidak akan dapat melaksanakan kegiatan ilmiah dengan baik. Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dengan berbagai langkah yang harus ditempuh. 6. Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya ada tiga, yaitu: Bahasa ilmiah, Logika dan Matematika, Logika dan Statistika. Bahasa ilmiah berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran seluruh proses berfikir ilmiah. Logika dan matematika 10

11 mempunyai peranan penting dalam berfikir deduktif sehingga mudah diikuti dan mudah dilacak kembali kebenarannya. Sedang logika dan statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif dan mencari konsep-konsep yang berlaku umum. Namun dizaman sekarang komputer jaga bisa dimasukan sebagai sarana berfikir ilmiah, karena dalam komputer semua ada, dan apa yang kita inginkan hmapir seluruhnya dapat dijawab oleh komputer. DAFTAR PUSTAKA Suriasumantri, Jujun S Filsafat Ilmu. Jakarta: CV. Mulia Sari. Ahmad Tafsir Filsafat Umum. Bandung: Remaja Rosdakarya. Jujun.1993.Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Nana Sudjana.1991.Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru. Endang Saefuddin Anshari.1991.Ilmu, filsafat dan Agama. Bina Ilmu. Bahtiar, Amsal Filsafat Ilmu.Jakarta: Rajawali Press Suria Sumantri, Jujun.S Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Andreas Ardy Hendrayanto (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen Afid Burhanuddin, M.Pd.) 11

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika A. MATEMATIKA Matematika Sebagai Bahasa Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa maka kita berpaling kepada

Lebih terperinci

FILSAFAT DAN LOGIKA. Topik 13 SARANA BERPIKIR DEDUKSI DAN INDUSKI

FILSAFAT DAN LOGIKA. Topik 13 SARANA BERPIKIR DEDUKSI DAN INDUSKI FILSAFAT DAN LOGIKA Topik 13 SARANA BERPIKIR DEDUKSI DAN INDUSKI MATEMATIKA SEBAGAI BAHASA Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna. Lambang matematika bersifat artifisial yang baru

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika. Matematika dan Statistika

Filsafat Ilmu dan Logika. Matematika dan Statistika Filsafat Ilmu dan Logika Matematika dan Statistika MATEMATIKA Matematika sebagai Bahasa Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambing-lambang

Lebih terperinci

SARANA BERPIKIR ILMIAH

SARANA BERPIKIR ILMIAH SARANA BERPIKIR ILMIAH PENDAHULUAN Ciri Utama Manusia BERPIKIR AKAL BERPIKIR ALAMIAH berdasarkan kebiasaan sehari-hari, dari pengaruh alam sekelilingnya ILMIAH berdasarkan sarana tertentu secara teratur

Lebih terperinci

SARANA BERPIKIR ILMIAH ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH IX METODE ILMIAH PROGRAM STUDI AGRIBISNIS, UNIVERSITAS JEMBER 2017

SARANA BERPIKIR ILMIAH ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH IX METODE ILMIAH PROGRAM STUDI AGRIBISNIS, UNIVERSITAS JEMBER 2017 SARANA BERPIKIR ILMIAH ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH IX METODE ILMIAH PROGRAM STUDI AGRIBISNIS, UNIVERSITAS JEMBER 2017 Kompetensi Yang Diharapkan Mahasiswa dapat menjelaskan sarana berpikir ilmiah : 1.

Lebih terperinci

Topik 13 SARANA BERPIKIR

Topik 13 SARANA BERPIKIR Topik 13 SARANA BERPIKIR PERKEMBANGAN STATISTIKA Kesimpulan induktif tidak memberikan kepastian dalam kebenaran, namun sekedar memberikan peluang. Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan penarikan

Lebih terperinci

SARANA BERFIKIR ILMIAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH SARANA BERFIKIR ILMIAH Manusia merupakan makhluk Tuhan yang berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia dianugerahi akal, sedangkan makhluk lainnya seperti hewan dan tumbuhan tidak memilikinya. Perbedaan utama

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA

FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Matematika dan Statistika Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah Dilaksanakan oleh : Imam Amirrulah ( 2011-31-014 ) JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA

Lebih terperinci

SARANA BERFIKIR ILMIAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH SARANA BERFIKIR ILMIAH Manusia merupakan makhluk yang berakal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya seperti hewan dan tumbuhan, jin bahkan malaikat sekalipun. Dengan akal yang dimilikinya,

Lebih terperinci

SARANA BERFIKIR ILMIAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH SARANA BERFIKIR ILMIAH Konsep terbaru filsafat abad 20 didasarkan atas dasar fungsi berfikir, merasa, cipta talent dan kreativitas. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Untuk

Lebih terperinci

SARANA BERFIKIR ILMIAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH SARANA BERFIKIR ILMIAH Manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk Tuhan yang lainnya. Perbedaan antara manusia dengan hewan, tumbuhan ataupun yang lainnya sudah

Lebih terperinci

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains.

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. ILMU DAN MATEMATIKA ILMU Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. John Warfield; Ilmu dipandang sebagai suatu proses. Pandangan

Lebih terperinci

SARANA BERFIKIR ILMIAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH SARANA BERFIKIR ILMIAH Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Sarana berfikir ilmiah mempunyai metode tersendiri dalam

Lebih terperinci

SARANA BERFIKIR ILMIAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH SARANA BERFIKIR ILMIAH Berfikir ilmiah merupakan kegiatan keseharian yang pada dasarnya kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Berpikir sendiri mempunyai arti yaitu upaya manusia dalam memecahkan masalah.

Lebih terperinci

PENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I

PENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I PENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I http://herwanp.staff.fisip.uns.ac.id 1 Sebagai ilmu, logika disebut logike episteme, yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat,

Lebih terperinci

SARANA BERFIKIR ILMIAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH SARANA BERFIKIR ILMIAH Kegiatan berfikir kita lakukan dalam keseharian dan kegiatan ilmiah. Berpikir merupakan upaya manusia dalam memecahkan masalah. Berfikir ilmiah merupakan berfikir dengan langkah

Lebih terperinci

BAHASA SEBAGAI SARANA BELAJAR DAN BERPIKIR

BAHASA SEBAGAI SARANA BELAJAR DAN BERPIKIR BAHASA SEBAGAI SARANA BELAJAR DAN BERPIKIR Rukni Setyawati Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah rukni@ymail.com Abstrak Manusia dapat berpikir dengan baik karena mempunyai bahasa. Tanpa bahasa maka manusia

Lebih terperinci

BAB V METODE-METODE KEILMUAN

BAB V METODE-METODE KEILMUAN BAB V METODE-METODE KEILMUAN Untuk hidupnya, binatang hanya mempunyai satu tujuan yang terlintas dalam otaknya yaitu pemenuhan kebutuhan untuk makan. Manusia dalam sejarah perkembangannya yang paling primitifpun

Lebih terperinci

Sarana Berfikir Ilmiah. Sarana. Berfikir Ilmiah. Afid Burhanuddin. Pohon Filsafat. Afid Burhanuddin 1

Sarana Berfikir Ilmiah. Sarana. Berfikir Ilmiah. Afid Burhanuddin. Pohon Filsafat. Afid Burhanuddin 1 Sarana Berfikir Ilmiah Afid Burhanuddin Pohon Filsafat Afid Burhanuddin 1 Apa itu? Sarana: Alat yang membantu dalam mencapai tujuan tertentu Saranaberpikirilmiah: Alat yang membantu bagi metode ilmiah

Lebih terperinci

PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA

PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA P a g e 1 PENGANTAR LOGIKA INFORMATIKA 1. Pendahuluan a. Definisi logika Logika berasal dari bahasa Yunani logos. Logika adalah: ilmu untuk berpikir dan menalar dengan benar ilmu pengetahuan yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses berpikir. Berpikir merupakan suatu proses mempertimbangkan,

BAB I PENDAHULUAN. dari proses berpikir. Berpikir merupakan suatu proses mempertimbangkan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap rangkaian kehidupan manusia pastilah tidak akan lepas dari proses berpikir. Berpikir merupakan suatu proses mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis,

Lebih terperinci

Pengenalan Logika Informatika. Pertemuan 1 Viska Armalina, ST.,M.Eng

Pengenalan Logika Informatika. Pertemuan 1 Viska Armalina, ST.,M.Eng Pengenalan Logika Informatika Pertemuan 1 Viska Armalina, ST.,M.Eng Pendahuluan Asal kata Logika Logic (Bahasa Inggris) Logos (Yunani) Arti : dalam bahasa Inggris : Word, Speech, what is spoken, thought,

Lebih terperinci

BAGIAN I ARTI PENTING LOGIKA

BAGIAN I ARTI PENTING LOGIKA Pertemuan ke-1 BAGIAN I ARTI PENTING LOGIKA Apakah arti penting Logika? Mengapa kita perlu belajar Logika? Logika (logike; logos; manifestasi pikiran manusia) adalah Ilmu yang mempelajari sistematika berpikir

Lebih terperinci

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU KELOMPOK 8 A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU Logika berasal dari kata yunani logos yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu. Logika sebagai ilmu merupakan elemen dasar setiap ilmu pengetahuan. Logika

Lebih terperinci

SARANA BERFIKIR ILMIAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH SARANA BERFIKIR ILMIAH Sarana berfikir ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Sarana berfikir ilmiah mempunyai metode tersendiri dalam

Lebih terperinci

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Unit 6 PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Wahyudi Pendahuluan U nit ini membahas tentang penalaran induktif dan deduktif yang berisi penarikan kesimpulan dan penalaran indukti deduktif. Dalam penalaran induktif

Lebih terperinci

PERTEMUAN 1. Irnin Agustina D.A.,M.Pd

PERTEMUAN 1. Irnin Agustina D.A.,M.Pd PERTEMUAN 1 Irnin Agustina D.A.,M.Pd PENGETAHUAN??? Irnin Agustina D.A.,M.Pd Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang diketahui tentang objek tertentu, termasuk ke dalamnya ilmu (Jujun S

Lebih terperinci

DASAR-DASAR LOGIKA. Ruang Lingkup Logika. Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan Masyarakat

DASAR-DASAR LOGIKA. Ruang Lingkup Logika. Sujanti, M.Ikom. Modul ke: Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Program Studi Hubungan Masyarakat Modul ke: 01 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI DASAR-DASAR LOGIKA Ruang Lingkup Logika Sujanti, M.Ikom. Program Studi Hubungan Masyarakat Dasar-dasar Logika Ruang Lingkup Logika 1. Pengantar 2. Pengertian Logika

Lebih terperinci

Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 FUNGSI BAHASA SEBAGAI SARANA PENUNJANG KEGIATAN ILMIAH. Oleh: Ali Asrun Lubis, S.Ag., M.Pd 1.

Jurnal Thariqah Ilmiah Vol. 02 No. 02 Juli 2015 FUNGSI BAHASA SEBAGAI SARANA PENUNJANG KEGIATAN ILMIAH. Oleh: Ali Asrun Lubis, S.Ag., M.Pd 1. FUNGSI BAHASA SEBAGAI SARANA PENUNJANG KEGIATAN ILMIAH Oleh: Ali Asrun Lubis, S.Ag., M.Pd 1 Abstract Language is a tool to convey a thought or opinion to others, whether thought conversations lectures

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA

Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA Kegiatan Belajar 1 HAKIKAT MATEMATIKA A. Pengantar Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dijarkan di SD. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya, hendaklah mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Arti Kata Statistik

BAB I PENDAHULUAN Arti Kata Statistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Arti Kata Statistik Istilah statistik mempunyai pengertian yang berbedabeda bagi orang yang berbeda. Bagi seorang manajer tim sepak bola, statistik bisa dipahami sebagai frekuensi

Lebih terperinci

SARANA BERPIKIR ILMIAH

SARANA BERPIKIR ILMIAH SARANA BERPIKIR ILMIAH Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang berpikir. Hal ini pernah diutarakan oleh seniman handal, Auguste Rodin lewat karya pahatan yang menjelaskan hakikat manusia yang sesungguhnya,

Lebih terperinci

PENGENALAN LOGIKA INFORMATIKA

PENGENALAN LOGIKA INFORMATIKA 1 PENGENALAN LOGIKA INFORMATIKA PENDAHULUAN STMIK Banjarbaru 2 Logika(logic) berasal dari kata bahasa Yunani logos yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari atau berkaitan dengan prinsip-prinsip dari penalaran

Lebih terperinci

Geometri di Bidang Euclid

Geometri di Bidang Euclid Modul 1 Geometri di Bidang Euclid Dr. Wono Setya Budhi G PENDAHULUAN eometri merupakan ilmu pengetahuan yang sudah lama, mulai dari ribuan tahun yang lalu. Berpikir secara geometris dari satu bentuk ke

Lebih terperinci

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA CIREBON

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA CIREBON PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa

Lebih terperinci

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh:

MAKALAH FILSAFAT ILMU. Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif. Patricia M D Mantiri Pend. Teknik Informatika. Tema: Disusun oleh: MAKALAH FILSAFAT ILMU Tema: Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif Disusun oleh: Patricia M D Mantiri 10 312 633 Pend. Teknik Informatika I. Latar Belakang Masalah Sebelum membahas tentang penalaran

Lebih terperinci

SARANA BERFIKIR ILMIAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH SARANA BERFIKIR ILMIAH Perkembangan ilmu dan filsafat dimulai dengan keingintahuan manusia yang kemudian meningkat menjadi penalaran yang radikal, sistematis dan universal. Penalaran dalam berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Logika Logika berasal dari kata Logos yaitu akal, jika didefinisikan Logika adalah sesuatu yang masuk akal dan fakta, atau Logika sebagai istilah berarti suatu metode atau

Lebih terperinci

SARANA BERFIKIR ILMIAH.

SARANA BERFIKIR ILMIAH. SARANA BERFIKIR ILMIAH Muhammad Rijal 1, Idrus Sere 2 1,2 Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon E-mail: rijal_rijal82@yahoo.co.id Abstarak: Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah

Lebih terperinci

: SRI ESTI TRISNO SAMI

: SRI ESTI TRISNO SAMI By : SRI ESTI TRISNO SAMI 08125218506 / 082334051324 E-mail : sriestits2@gmail.com Bahan Bacaan / Refferensi : 1. F. Soesianto dan Djoni Dwijono, Logika Matematika untuk Ilmu Komputer, Penerbit Andi Yogyakarta.

Lebih terperinci

I. DASAR-DASAR PENGETAHUAN

I. DASAR-DASAR PENGETAHUAN I. DASAR-DASAR PENGETAHUAN JENIS MANUSIA BERDASARPENGETAHUAN ADA ORANG TAHU DI TAHUNYA ADA ORANG TAHU DI TIDAKTAHUNYA ADA ORANG TIDAK TAHU DI TAHUNYA ADA ORANG TIDAK TAHU DI TIDAKTAHUNYA PENGETAHUAN DIMULAI

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENENTUKAN BENAR TIDAKNYA SUATU PERNYATAAN?

BAGAIMANA MENENTUKAN BENAR TIDAKNYA SUATU PERNYATAAN? BAGAIMANA MENENTUKAN BENAR TIDAKNYA SUATU PERNYATAAN? Fadjar Shadiq Dimulai sejak kecil, setiap manusia, sedikit demi sedikit akan melengkapi perbendaharaan kata-katanya. Di saat berkomunikasi, seseorang

Lebih terperinci

EPISTOMOLOGI, ONTOLOGI, AKSIOLOGI, PENGETAHUAN SAINS

EPISTOMOLOGI, ONTOLOGI, AKSIOLOGI, PENGETAHUAN SAINS EPISTOMOLOGI, ONTOLOGI, AKSIOLOGI, PENGETAHUAN SAINS Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran yang reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan

Lebih terperinci

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Filsafat Umum Modul ke: 01 Fakultas Psikologi Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1 Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. RAPEM FILSAFAT UMUM Judul Mata Kuliah : Filsafat Umum

Lebih terperinci

Logika Matematika. Rukmono Budi Utomo Pengampu: Prof. Dr. Taufiq Hidayat. March 16, 2016

Logika Matematika. Rukmono Budi Utomo Pengampu: Prof. Dr. Taufiq Hidayat. March 16, 2016 Logika Matematika Rukmono Budi Utomo 30115301 Pengampu: Prof. Dr. Taufiq Hidayat March 16, 2016 1 Logika Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan

Lebih terperinci

BAB II HAKIKAT DAN PERANAN MATEMATIKA

BAB II HAKIKAT DAN PERANAN MATEMATIKA BAB II HAKIKAT DAN PERANAN MATEMATIKA Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. M.MA., MA. M.MA., MA. 09/01/2016 1 Manusia mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat (common sense) dan dengan ilmu pengetahuan. Ada empat hal pokok yang membedakan antara ilmu dan akal sehat. 1)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dari proses berfikir. Pengertian mengenai berpikir yaitu,

BAB II KAJIAN TEORI. dari proses berfikir. Pengertian mengenai berpikir yaitu, BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematika 1. Penalaran Menurut R.G. Soekadijo penalaran adalah suatu bentuk pemikiran. 1 Adapun Suhartoyo Hardjosatoto dan Endang Daruni Asdi memberikan definisi

Lebih terperinci

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA Bab 3 Filsafat Ilmu Agung Suharyanto,M.Si Psikologi - UMA 2017 Definisi Filsafat Ilmu Robert Ackermann Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapatpendapat ilmiah dewasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari

Lebih terperinci

DASAR-DASAR LOGIKA 1

DASAR-DASAR LOGIKA 1 DASAR-DASAR LOGIKA 1 PENGERTIAN UMUM LOGIKA Filsafat dan matematika adalah bidang pengetahuan rasional yang ada sejak dahulu. Jauh sebelum matematika berkembang seperti sekarang ini dan penerapannya menyentuh

Lebih terperinci

makalah filsafat BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis

makalah filsafat BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis makalah filsafat BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah kebintang-bintang.

Lebih terperinci

Pengenalan Logika. Modul 1 PENDAHULUAN

Pengenalan Logika. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Pengenalan Logika Drs. Noor Muhsin Bakry Sonjoruri Budiani Trisakti, M.A. P PENDAHULUAN erkembangan logika pada saat sekarang ini sangat pesat sekali dan hampir setiap saat ada teori-teori baru

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR EPISTEMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR Slamet Heri Winarno JARUM SEJARAH PENGETAHUAN Kriteria kesamaan dan bukan perbedaan yang menjadi konsep dasar Berlaku metode ngelmu yang tidak membedakan

Lebih terperinci

METODE RISET (TMK602)

METODE RISET (TMK602) METODE RISET (TMK602) MATERI MINGGU I ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN 1 MANUSIA MENCARI KEBENARAN Aspek Statis Pertanyaan Gejala Alam Ingin Tahu Penelitian Kebenaran Ilmiah Aspek Dinamis Jawaban 2 DASAR-DASAR

Lebih terperinci

BAB IV PENALARAN MATEMATIKA

BAB IV PENALARAN MATEMATIKA BAB IV PENALARAN MATEMATIKA A. Pendahuluan Materi penalaran matematika merupakan dasar untuk mempelajari materimateri logika matematika lebih lanjut. Logika tidak dapat dilepaskan dengan penalaran, karena

Lebih terperinci

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090) Akal dan Pengalaman Filsafat Ilmu (EL7090) EROPA History TEOLOGI ±10 Abad COSMOS RENAISSANCE Renaissance Age ITALY Renaissance = Kelahiran Kembali - TEOLOGIS - Rasionalitas dan Kebebasan Berfikir Martabat

Lebih terperinci

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)

Lebih terperinci

Buka Untuk melihat materi yang menyangkut matematika dan fisika

Buka  Untuk melihat materi yang menyangkut matematika dan fisika Buka http:ofiiick.blogspot.com Untuk melihat materi yang menyangkut matematika dan fisika Pengertian Penalaran, Pengertian Logika, Perbedaan Antara Penalaran Dan Logika, Beberapa Contoh Penalaran Deduktif

Lebih terperinci

JENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN

JENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN JENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN Pengetahuan memiliki hubungan erat dengan filsafat. Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI)

METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI) BAHAN AJAR METODE PENELITIAN PENDIDIKAN (KUALITATIF DESKRIPSI) Dosen Pengampu : TASRIF, MPD Disusun oleh SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) BIMA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI PERTEMUAN 1 DOSEN VED,SE.,MSI.,AK.,CA MATERI ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH 1.1 Pengertian dan Komponen Ilmu 1.2 Metode Ilmiah 1.3 Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu

METODE PENELITIAN. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu METODE PENELITIAN Wuryansari Muharini Kusumawinahyu Disarikan dari tulisan M. Laksono Tri Rochmawan, SE, MSi, Akt. Di http://www.sonilaksono.blogspot.com http://www.laksonotri.zoomshare.com Outline O Ilmu

Lebih terperinci

TKS 4209 PENELITIAN DAN STATISTIKA 4/1/2015

TKS 4209 PENELITIAN DAN STATISTIKA 4/1/2015 TKS 4209 Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Penelitian adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut

Lebih terperinci

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN Konsep merupakan suatu gagasan atau ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat

Lebih terperinci

Unit 7 PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan. Selamat belajar dan tetap bersemangat, semoga Anda sukses.

Unit 7 PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan. Selamat belajar dan tetap bersemangat, semoga Anda sukses. Unit 7 PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF Pendahuluan Clara Ika Sari Budhayanti U nit penalaran induktif dan deduktif ini akan membahas mengenai penarikan kesimpulan dan penalaran indukti deduktif. Dalam

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. 1. Pengertian Hipotesis

PENGUJIAN HIPOTESIS. 1. Pengertian Hipotesis PENGUJIAN HIPOTESIS. Pengertian Hipotesis Dari arti katanya, menurut Arikunto (: ) hipotesis berasal dari penggalan kata, hypo yang artinya di bawah dan thesa yang artinya kebenaran. Jadi hipotesis yang

Lebih terperinci

PENGENALAN LOGIKA MATEMATIKA

PENGENALAN LOGIKA MATEMATIKA LOGIKA MATEMATIKA By Faradillah dillafarrahakim@gmail.com Sumber : Logika Matematika untuk Ilmu Komputer, F. Soesianto dan Djoni Dwijono, Penerbit Andi ofset PENGENALAN LOGIKA MATEMATIKA Pendahuluan Logika

Lebih terperinci

Silabus. Pengantar Logika Informatika Logika Proposisi Logika Predikat UTS

Silabus. Pengantar Logika Informatika Logika Proposisi Logika Predikat UTS Logika Informatika Silabus Pengantar Logika Informatika Logika Proposisi Logika Predikat UTS Silabus (2) Himpunan Relasi dan Fungsi Bagian Aljabar Boolean UAS Referensi Nolt, John, 1990, Schaum's Outline

Lebih terperinci

MATEMATIKA DAN MASALAH-MASALAH UMUM DI DALAMNYA

MATEMATIKA DAN MASALAH-MASALAH UMUM DI DALAMNYA Unit 1 MATEMATIKA DAN MASALAH-MASALAH UMUM DI DALAMNYA Wahyudi Inawati Budiono Pendahuluan U nit ini membahas tentang pengertian matematika dan masalah-masalah umum yang terjadi dalam pembelajaran matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar Pengertian matematika pada dasarnya tidak dapat ditentukan secara pasti, hal ini disebabkan karena

Lebih terperinci

ISTILAH, SIMBOL, DAN OBJEK YANG DIBERI SIMBOL DALAM MATEMATIKA. Oleh: Sugiyono, FMIPA UNY ABSTRAK

ISTILAH, SIMBOL, DAN OBJEK YANG DIBERI SIMBOL DALAM MATEMATIKA. Oleh: Sugiyono, FMIPA UNY ABSTRAK Kode Makalah PM-10 ISTILAH, SIMBOL, DAN OBJEK YANG DIBERI SIMBOL DALAM MATEMATIKA Oleh: Sugiyono, FMIPA UNY ABSTRAK Bahasa matematika adalah bahasa simbol. Simbol tidak mempunyai makna apa-apa sebelum

Lebih terperinci

JALAN MANUSIA DALAM MENCARI KEBENARAN

JALAN MANUSIA DALAM MENCARI KEBENARAN JALAN MANUSIA DALAM MENCARI KEBENARAN SAMI UDIN * Abstrak Kemampuan berpikir manusia, merupakan suatu anugerah yang diberikan Tuhan yang tidak ternilai harganya. Kemampuan itu merupakan fitrah yang tidak

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan perubahan perilaku individu dalam merespon suatu kondisi dan peristiwa yang terjadi di lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Gagne yang

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (PTK Di SD Negeri 3 Mojopuro, Wuryantoro Kelas III Tahun Ajaran 2009/2010) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

Silabus. Pengantar Logika Informatika Logika Proposisi Logika Predikat UTS Himpunan Relasi & Fungsi Bagian Aljabar Boolean UAs

Silabus. Pengantar Logika Informatika Logika Proposisi Logika Predikat UTS Himpunan Relasi & Fungsi Bagian Aljabar Boolean UAs LOGIKA INFORMATIKA Silabus Pengantar Logika Informatika Logika Proposisi Logika Predikat UTS Himpunan Relasi & Fungsi Bagian Aljabar Boolean UAs Referensi Buku Teks. Edmund Burke and Eric Foxley, 1996

Lebih terperinci

Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr.

Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr. Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr. Seorang peneliti jauh lebih baik berbuat kesalahan, ketimbang berkata yang tidak benar. Ilmu Pengetahuan (Science) Awal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN METODE STATISTIKA

PENDAHULUAN METODE STATISTIKA PENDAHULUAN METODE STATISTIKA Arti Kata Metode Statistika Metode statistika adalah bagaimana cara-cara mengumpulkan data atau fakta, mengolah, menyajikan, dan menganalisa, penarikan kesimpulan serta pembuatan

Lebih terperinci

PERANAN KOMUNIKASI BAHASA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN KERATON 3 MARTAPURA

PERANAN KOMUNIKASI BAHASA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN KERATON 3 MARTAPURA Fajarika Ramadania, Noor Indah Wulandari, Nahlini e-issn 2579-3977 PERANAN KOMUNIKASI BAHASA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN KERATON 3 MARTAPURA Fajarika Ramadania, Noor Indah Wulandari,

Lebih terperinci

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT Prof. Dr. Almasdi Syahza,, SE., MP Peneliti Senior Universitas Riau Email : asyahza@yahoo.co.id syahza.almasdi@gmail.com Website : http://almasdi.staff.unri.ac.id Pengertian

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan

Lebih terperinci

MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN

MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN SILABUS ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH, PENELITIAN DASAR-DASAR PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Penelitian Historis Penelitian Deskriptif Penelitian Perkembangan Penelitian

Lebih terperinci

ILMU ALAMIAH DASAR. Oleh. Albert Barus

ILMU ALAMIAH DASAR. Oleh. Albert Barus ILMU ALAMIAH DASAR Oleh Albert Barus ILMU ALAMIAH DASAR A. Manusia Selalu Ingin Tahu Issac Asimov (1920), mengatakan bahwa binatang sebagai Idle Curiosity (keingintahuan yang terbatas). Manusia justru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Belajar Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah. Pengetahuan dan kebenaran. Masyhar, MA. Fakultas Psikologi. Modul ke: Fakultas. Program Studi Program Studi.

Nama Mata Kuliah. Pengetahuan dan kebenaran. Masyhar, MA. Fakultas Psikologi. Modul ke: Fakultas. Program Studi Program Studi. Nama Mata Kuliah Modul ke: Pengetahuan dan kebenaran Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar, MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Penalaran Merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan mutu pendidikan perlu dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai pengembangan aspek-aspek tersebut. Hal

Lebih terperinci

Maind map rangkuamn ke 2

Maind map rangkuamn ke 2 Sejarah ilmu pegetahuan Ilmu pengetahuan bermula dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia. Manusia mempunyai rasa ingin tahu tentang benda-benda disekitarnya, seperti bulan, bintang, dan

Lebih terperinci

PENGERTIAN FILSAFAT (1)

PENGERTIAN FILSAFAT (1) PENGERTIAN FILSAFAT (1) Jujun S. Suriasumantri, orang yang sedang tengadah memandang bintang-bintang di langit, dia ingin mengetahui hakekat dirinya dalam kesemestaan galaksi; atau orang yang berdiri di

Lebih terperinci

PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA

PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA 0 L E H Dra. SALLIYANTI, M.Hum UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2004 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR....i DAFTAR ISI...ii BAB I. PENDAHULUAN...1

Lebih terperinci

ARGUMEN MATEMATIKA STUDI KASUS PADA MATA KULIAH MATEMATATIKA SEKOLAH II

ARGUMEN MATEMATIKA STUDI KASUS PADA MATA KULIAH MATEMATATIKA SEKOLAH II ARGUMEN MATEMATIKA STUDI KASUS PADA MATA KULIAH MATEMATATIKA SEKOLAH II Darmawijoyo Abstrak Artikel ini membahas tentang dua hal, yaitu; sistem argumen dalam kajian matematika formal dan kajian kesalahan-kesalahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Distribusi Normal Salah satu distribusi frekuensi yang paling penting dalam statistika adalah distribusi normal. Distribusi normal berupa kurva berbentuk lonceng setangkup yang

Lebih terperinci

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA Wahyudi Pendahuluan D alam menyelesaikan permasalahan matematika, penalaran matematis sangat diperlukan. Penalaran matematika menjadi pedoman atau tuntunan sah atau tidaknya

Lebih terperinci

APAKAH FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN ITU?

APAKAH FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN ITU? APAKAH FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN ITU? Ilmu hanyalah spekulasi yang bersifat sementara. Fokus pembahasan Filsafat ilmu pada metoda dan dalam hubungannya dengan substansi. BAGAIMANA BERFILSAFAT DIMULAI?

Lebih terperinci

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO

PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO PENELITIAN DAN METODE ILMIAH BY: EKO BUDI SULISTIO Email: eko.budi@fisip.unila.ac.id PENELITIAN Bhs Inggris : Research re kembali ; search mencari. Secara bahasa berarti mencari kembali Penelitian dapat

Lebih terperinci

PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN Sesi 01. Arief Soeleman, M.Kom

PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN Sesi 01. Arief Soeleman, M.Kom PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN Sesi 01 Arief Soeleman, M.Kom arief22208@gmail.com ILMU PENGETAHUAN, METODE ILMIAH, DAN PENELITIAN Research (Inggris) dan recherche (Prancis) re (kembali) to search (mencari)

Lebih terperinci

BIOSTATISTIKA. Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegororo 2007

BIOSTATISTIKA. Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegororo 2007 BIOSTATISTIKA Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegororo 2007 1 Kejadian sehari hari Pembuatan kesimpulan : Ada seorang anak disuruh ayahnya membeli korek api. Untuk membuktikan baik tidaknya

Lebih terperinci

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Salliyanti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Tulisan ini membicarakan peranan

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd FILSAFAT ILMU Irnin Agustina D.A.,M.Pd am_nien@yahoo.co.id Definisi Filsafat Ilmu Lewis White Beck Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine

Lebih terperinci