Hidup Di Tengah Krisis Ekonomi Dunia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hidup Di Tengah Krisis Ekonomi Dunia"

Transkripsi

1 Hidup Di Tengah Krisis Ekonomi Dunia Pidato Gubernur Bank Indonesia pada Pertemuan Tahunan Perbankan Januari 2009 Yth. Para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Para Pemimpin Perbankan di Tanah Air, Hadirin sekalian yang berbahagia, Assalamu alaikum wr.wb, Selamat malam dan salam sejahtera bagi kita semua, Pengantar 1. Mengawali pidato malam ini, saya ingin mengajak kita semua untuk bersamasama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan pada kita untuk bertemu dalam suasana yang baik, dalam acara Pertemuan Tahunan Perbankan Bagi masyarakat perbankan acara ini sudah menjadi suatu tradisi yang kita gunakan sebagai momen refleksi dan wahana komunikasi diantara kita. 2. Dalam kesempatan yang baik ini, kiranya belum terlalu terlambat apabila saya, atas nama seluruh anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia mengucapkan Selamat Tahun Baru 2009 kepada para hadirin sekalian. Harapan kita semoga di 1

2 tahun 2009 yang penuh tantangan ini kita senantiasa dikaruniai kekuatan dan bimbingan dari Tuhan Yang Maha Esa dalam setiap langkah kita. Hadirin sekalian yang saya hormati, 3. Tahun 2009 dapat dipastikan akan merupakan tahun yang penuh tantangan dan ujian. Kita saat ini sedang di puncak gelombang krisis ekonomi global terberat sejak Depresi Mendominasi pikiran para pengelola kebijakan ekonomi dan para pelaku ekonomi di semua negara adalah bagaimana kita bisa melewati masa sulit ini dengan selamat. Kita semua sekarang berada pada survival mode. 4. Bagi kebanyakan dari kita di Indonesia, salvo yang menandai datangnya krisis keuangan global kita dengar pada bulan-bulan awal semester kedua 2007 sewaktu terungkap bahwa sejumlah bank dan lembaga keuangan di Amerika Serikat dan Inggris mengalami kesulitan keuangan. Sebabnya aset-asetnya yang terkait kredit perumahan terutama yang berkualitas sub-standard atau subprime mortgages, mulai macet. 5. Ternyata peristiwa itu hanya pucuk dari sebuah gunung es. Selanjutnya terjadilah eskalasi yang cepat. Imbas krisis makin luas dan makin dalam. Apa yang berawal sebagai krisis kredit perumahan, dalam beberapa bulan berkembang menjadi krisis kredit berskala global. Dimana-mana persepsi risiko pelaku ekonomi meningkat tajam. Aliran kredit untuk kegiatan normal terganggu karena penyandang dana lebih suka menyimpan dananya dalam cash atau emas daripada memberikan pinjaman. Bank dan lembaga keuangan di berbagai negara mengalami distress berat dan sebagian, termasuk yang berskala global, bangkrut. 2

3 6. Pemerintah di berbagai negara terpaksa melakukan bailout dan bank sentralnya memompakan likuiditas ke dalam perekonomian dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Toh bank dan lembaga-lembaga keuangan tetap mengalami tekanan dan aliran kredit masih jauh dari normal. The financial sector is broken, kata Paul Volcker. 7. Yang sangat dikhawatirkan para pengelola ekonomi dan ingin dihindari almost at all cost adalah terjadinya proses spiral ke bawah antara sektor keuangan dan sektor riil sektor keuangan yang tidak berfungsi mengakibatkan kemerosotan kegiatan sektor riil, yang kemudian makin memperburuk kinerja sektor keuangan dan kemudian makin menekan sektor riil, demikian seterusnya. 8. Pemerintah dan bank sentral di berbagai negara melakukan hampir apa saja yang mungkin dilakukan, termasuk langkah-langkah yang sangat tidak konvensional untuk menyelamatkan keadaan. Untuk menghentikan proses spiral ke bawah itu, seperti yang saya sebutkan tadi, otoritas moneter terutama di negara-negara maju mengguyurkan likuiditas secara besar-besaran dan hampir semua Pemerintah di dunia saat ini meluncurkan paket-paket stimulus fiskal. 9. Untuk menyelamatkan di sektor keuangannya, pemerintah berbagai negara mengambil langkah-langkah intervensi, termasuk menerapkan blanket guarantee bagi simpanan di bank, menjamin atau mengambilalih aset-aset bermasalah, menginjeksi modal kepada lembaga-lembaga keuangannya atau bahkan mengambilalih lembaga-lembaga itu. 10. Apabila saya menggambarkan situasi ekonomi dunia yang suram, tidaklah berarti saya mengajak Saudara-saudara untuk pesimis, apalagi pesimis mengenai perekonomian kita sendiri. Secara obyektif situasi dan prospek ekonomi global 3

4 memang suram. Kita perlu melihat permasalahan yang kita hadapi secara obyektif dan seperti apa adanya agar kita dapat mengambil langkah-langkah yang benar-benar menjawab masalah. Saya justru ingin mengajak Saudarasaudara untuk yakin bahwa dengan tekad bersama dan langkah-langkah terukur, kita bisa melewati masa sulit ini. Kita harus percaya diri dan optimis bahwa kita mampu dan kita akan keluar dari krisis ini dengan selamat dan bahkan Insya Allah nantinya muncul lebih kuat. 11. Pada tingkat global, saya melihat secercah titik terang. Di episentrum krisis, Amerika Serikat, ada harapan baru dengan adanya pemerintahan baru dengan tim ekonomi yang baru, yang berjanji untuk segera mengambil forceful actions untuk mengatasi krisis. Kemauan antar negara-negara besar untuk berkoordinasi dalam kebijakan juga semakin menguat. Saya juga melihat bahwa paling tidak sebagian dari langkah-langkah yang telah diambil sebelumnya mulai menunjukkan hasilnya, meskipun masih minim dilihat dari skala krisis yang berkembang. 12. Sementara itu, di tengah suasana yang kurang menguntungkan ini, Indonesia tidaklah pada posisi terburuk di antara negara-negara lain. Secara umum, postur makro kita, termasuk tingkat pertumbuhan ekonomi tidak terlalu jelek. Industri perbankan kita juga cukup mantap. 13. Indonesia termasuk beruntung karena exposure perbankan dan lembaga keuangan kita terhadap subprime mortgages minimal. Namun dalam perkembangan selanjutnya, kita tidak sepenuhnya bisa terhindar dari imbas krisis. Sewaktu keketatan kredit global mencapai puncaknya setelah bangkrutnya Lehman Brothers dan sewaktu psikologi pasar di dalam negeri goncang, pada 4

5 bulan November 2008 Pemerintah terpaksa mengambilalih Bank Century demi mengamankan stabilitas perbankan nasional. Demikian pula, perbankan Indonesia tidak terhindar dari masalah produk derivatif, meskipun skalanya lebih kecil dibanding sejumlah negara berkembang lain apalagi dibanding dengan negara-negara maju. 14. Sementara orang mengatakan bahwa ketertinggalan kita dalam mengintegrasikan sektor keuangan kita dengan jaringan keuangan global adalah blessing in disguise karena telah menyelamatkan kita dari dampak krisis yang lebih serius. Saya cenderung setuju dengan pandangan ini. Menurut hemat saya hal ini merupakan pelajaran bagi kita agar tidak terlalu bersemangat untuk maju atau ingin dianggap maju sebelum kita mengerti benar risiko-risiko yang bisa ditimbulkan dan sebelum kita siap dengan rambu-rambu yang perlu diletakkan untuk mengelolanya. Kita akan kembali membahas pelajaran dari krisis nanti. 15. Salah satu masalah yang kita hadapi saat ini adalah menciutnya akses korporasi dan perbankan kita terhadap sumber pembiayaan luar negeri. Eksodus dana dari negara-negara berkembang termasuk dari Indonesia saat ini sudah mereda. Namun tanda-tanda pembalikan arus kembali masuk belum terlihat, kecuali dalam skala kecil. Untuk kembali ke volume arus dana yang normal barangkali kita masih harus menunggu. Namun seperti yang saya sebutkan tadi, ada landasan untuk optimis. 16. Kita melihat bagaimana negara-negara maju all out mengambil segala langkah untuk menormalkan kembali suplai dan aliran kredit di negara mereka masingmasing untuk menghentikan kemerosotan kegiatan ekonomi yang makin memburuk. Apabila aliran kredit di negara-negara tersebut kembali normal, aliran 5

6 dana ke negara-negara berkembang, dengan tenggat waktu, akan berangsurangsur kembali normal pula. Indonesia perlu memposisikan diri mulai dari sekarang diantara negara-negara berkembang lain agar kita menjadi negara pertama yang dapat mengambil manfaat dari kebangkitan keuangan global. Menurut pandangan saya kuncinya adalah bagaimana memposisikan agar Indonesia dipandang sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk berbisnis dan berinvestasi. Kita harus meyakinkan para investor bahwa ekonomi makro kita kelola dengan baik dan sustainable dan bahwa sektor keuangan kita, terutama perbankan kita, tetap solid. Ini pekerjaan bersama kita. 17. Permasalahan lainnya adalah pasar uang antarbank dalam negeri yang belum berjalan normal dilihat dari volume transaksi harian dan terutama dari segi akses bank-bank menengah dan kecil terhadap sumber dana ini. Untuk kita ketahui, masalah pasar uang antarbank ini dialami oleh banyak negara dan masingmasing negara merespons berbeda terhadapnya. Secara umum respons tersebut berupa salah satu atau kombinasi dari 3 langkah: pemberian jaminan oleh negara, program asuransi dengan dukungan negara dan perluasan fasilitas likuiditas bank sentral bagi perbankan. Indonesia sampai saat ini memilih untuk mengandalkan pada opsi ketiga yaitu perluasan fasilitas likuiditas bagi perbankan. 18. Beberapa bulan terakhir ini Bank Indonesia telah mengambil sejumlah langkah ke arah itu. Namun kita harus akui bahwa langkah-langkah itu belum memecahkan seluruh masalah, terutama masalah akses bank-bank menengah dan kecil yang tidak memiliki secondary reserves yang cukup. Perluasan fasilitas bank sentral, seperti FPJP, bukan substitute sempurna bagi pasar antarbank yang berjalan baik. Bank Indonesia mengharapkan perbankan nasional secara 6

7 bersama mengambil inisiatif dan peran yang lebih aktif untuk ikut mengaktifkan kembali pasar antarbank di dalam negeri. Kami di Bank Indonesia selalu terbuka untuk membicarakan dengan perbankan mengenai hal ini. 19. Sementara itu dalam dua kuartal terakhir ini kita melihat bagaimana di semua negara, Indonesia tak terkecuali, krisis keuangan global mulai menggerus kegiatan ekonomi pada umumnya. Tahap ini adalah tahap yang berbahaya. Harus diambil langkah-langkah yang forceful dan efektif untuk menghentikannya. Pengalaman negara-negara di masa lalu menunjukkan bahwa krisis keuangan struktural seperti yang terjadi sekarang ini akan mempunyai dampak panjang terhadap sektor riil. Pertumbuhan ekonomi yang lemah akan berlanjut untuk beberapa waktu meskipun kondisi likuiditas nantinya sudah kembali normal. Di sini menurut pandangan saya kita perlu mempunyai strategi dengan sasaran yang jelas. Ada 3 (tiga) sasaran yang harus dicapai secara terkoordinir, yaitu: (a) melewati masa keketatan kredit global dengan selamat, (b) menjaga agar kegiatan ekonomi nasional tidak terlalu merosot dalam jangka pendek dan (c) mempersiapkan kondisi agar setelah itu perekonomian Indonesia kembali pada jalur pertumbuhan ekonominya yang sustainable. 20. Stimulus fiskal merupakan langkah kunci untuk menangkal kemerosotan kegiatan ekonomi dalam jangka pendek. Rencana stimulus fiskal Pemerintah untuk 2009 dan percepatan pelaksanaan APBN 2009 sangat diperlukan dan harus berhasil. Namun kita juga diingatkan oleh Ben Bernanke bahwa untuk melepaskan diri dari belenggu krisis, stimulus fiskal harus dibarengi dengan perbaikan dan penguatan sektor keuangan. Stimulus fiskal pada hakekatnya berfungsi sebagai pemancing pump priming. Ia tidak akan menghasilkan kebangkitan ekonomi yang 7

8 sustainable apabila tidak dibarengi dengan kebangkitan kembali kegiatan sektor swasta atau dunia usaha. Dan kebangkitan kembali sektor swasta hanya akan terjadi apabila didukung oleh sektor keuangan yang berfungsi kembali secara penuh. 21. Oleh karena itu, langkah-langkah pembenahan dan penguatan sektor keuangan harus dilakukan seiring dengan stimulus fiskal. Di negara kita, perbankan masih merupakan sumber pembiayaan andalan bagi kegiatan dunia usaha, dan oleh karenanya pembenahan dan penguatannya merupakan prioritas dan harus terus menerus kita lakukan. Dalam batas-batas kewenangan dan kapasitasnya Bank Indonesia akan melakukan segala langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan ini. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, saya ingin menambahkan satu elemen pada resep Bernanke, yaitu bahwa kita juga perlu melaksanakan reformasi struktural untuk mengurangi hambatan-hambatan kegiatan usaha. Lessons Learned Hadirin sekalian yang saya hormati, 22. Pengalaman adalah guru terbaik dakam kehidupan. Krisis global yang sedang kita hadapi memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi kita dalam melangkah ke depan. Perkenankan saya menggarisbawahi beberapa saja. 23. Salah satu pelajaran yang paling mendasar dari krisis ini adalah pentingnya bagi kita untuk kembali ke khittah, back to basics. Marilah kita lihat mengapa demikian. Krisis yang kita hadapi sekarang ini dapat dilihat sebagai konsekuensi dari perkembangan sektor keuangan yang lepas dari akarnya yaitu kegiatan 8

9 ekonomi riil. Perkembangan yang luar biasa dari sektor keuangan di banyak negara selama lebih dari satu dasawarsa terakhir bersumber dari perkembangan inovasi produk keuangan dan inovasi kelembagaan keuangan yang juga luar biasa. Merebaknya inovasi ini dipermudah oleh revolusi dalam teknologi informasi dan liberalisasi keuangan global. 24. Sektor keuangan di banyak negara menarik banyak orang, termasuk the best and the brightest, karena merupakan jalur cepat untuk menjadi kaya. Mereka yang gesit, inovatif dan berani mengambil risiko, mendapatkan imbalan yang sepadan. Produk keuangan yang makin bervariasi, makin canggih dan makin kompleks mempunyai dampak sampingan yang fatal, yaitu makin sulit untuk dinilai risikonya. Instrumen keuangan makin terlepas dari underlying transactions yang seharusnya melandasinya. Kegiatan yang lepas dari underlying transactions-nya kemudian berkembang menjadi gelembung atau bubbles. Karena dinamika internnya sendiri, gelembung makin membesar, dan akhirnya pecah. Dan krisis terjadi. Singkatnya krisis pada hakekatnya adalah konsekuensi dari kegagalan mengelola risiko, pada tingkat mikro maupun tingkat makro. 25. Ajakan untuk kembali ke khittah atau back to basics berlaku bagi semua lembaga keuangan, khususnya perbankan. Fungsi utama perbankan adalah memfasilitasi dan membiayai kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penyediaan barang dan jasa bagi masyarakat, yaitu kegiatan-kegiatan nyata. Bank melakukan fungsi tersebut melalui intermediasi keuangan yaitu mengumpulkan dana dari pemilik dana dan menyalurkannya ke peminjam dana. Tapi bank bisa bertindak lebih dari sekedar perantara. Bank dapat menciptakan tambahan likuiditas melalui penciptaan uang giral. Kegiatan-kegiatan bank ini secara inheren mengandung 9

10 risiko, baik bagi bank itu sendiri, bagi penyimpan dana, bagi sistem perbankan dan bagi perekonomian. Risiko-risiko itu harus dikelola sebaik-baiknya oleh bank, suatu tanggungjawab besar yang memerlukan perhatian penuh dari pengelola bank more than a full time job. 26. Bank bertugas membiayai kegiatan-kegiatan yang mempunyai underlying transactions yang jelas dan semua itu harus selalu dilandaskan pada perhitungan risiko yang jelas pula. Bermain dengan instrumen spekulatif bukan domain dari bankir. Bank sebaiknya menjauhi kegiatan-kegiatan yang mengandung unsur bubbles. Apabila kegiatan seperti itu tidak bisa dihindari, maka harus diterapkan sistem pengelolaan risiko yang efektif. Bank Indonesia sebagai regulator berkepentingan untuk mendorong bank melakukan prinsip kehati-hatian. Ke depan, kami akan makin memantapkan rambu-rambu yang diperlukan untuk itu. 27. Krisis ini juga memberikan bukti kongkrit bahwa konsep universal banking bukan model yang tahan krisis. Kita perlu memikirkan lagi mengenai konsep ini secara lebih seksama dan berhati-hati. Kebijakan pengembangan industri ke arah konsep yang lebih advanced, harus diikuti dengan berbagai langkah penguatan dan penyiapan rambu-rambu pengelolaan risiko yang mantap. Untuk sementara ini, kita bisa menyimpulkan bahwa konsep narrow bank lebih dekat dengan khittah bank dan terbukti lebih tahan krisis. Pemilihan model bisnis bank menentukan ketahanan sektor perbankan. Dalam krisis saat ini dan krisis 11 (sebelas) tahun yang lalu kita melihat jelas bahwa ketahanan sektor perbankan merupakan benteng pertahanan utama suatu negara terhadap badai keuangan. 28. Perkenankan saya menarik satu lagi pelajaran penting dari krisis sekarang ini. Pelajaran ini adalah bahwa prinsip-prinsip dasar pengelolaan makro yang 10

11 konvensional terbukti tetap relevan dalam mengkondisikan perekonomian menghadapi badai. Negara-negara yang memperhatikan dan mengawal indikator-indikator dasarnya seperti defisit anggaran negara, defisit transaksi berjalan, rasio hutangnya terhadap kemampuan membayarnya, kecukupan cadangan devisanya, tingkat inflasinya, tingkat bunga, pertumbuhan likuiditas dan nilai-tukarnya dalam bingkai pertumbuhan ekonomi yang sustainable, umumnya mempunyai posisi lebih baik dalam menghadapi krisis. Conventional wisdoms prevail even (or especially) during the storm. 29. Dalam kaitan dengan pengelolaan keseimbangan makro, krisis ini menurut hemat saya juga memberikan pelajaran yang lebih bersifat struktural. Dengan pengalaman krisis sekarang ini barangkali kita perlu mengajukan pertanyaanpertanyaan yang bersifat mendasar, pertanyaan-pertanyaan yang dapat menjadi pedoman dalam memposisikan Indonesia di era globalisasi ini. Misalnya bagaimana keseimbangan yang terbaik bagi perekonomian kita: antara pasar domestik dan pasar ekspor, antara sektor keuangan dan sektor riil, antara orientasi keluar dan orientasi kedalam sektor keuangan kita khususnya perbankan kita, antara mengandalkan pembiayaan dari dalam negeri dan dari luar negeri. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini memerlukan pemikiran jernih, seksama dan mendalam. Tetapi kita harus mencoba menjawabnya apabila kita ingin membangun perekonomian nasional yang makin tahan badai di masa depan. 11

12 Prospek dan Tantangan Tahun 2009 Hadirin sekalian yang saya hormati, 30. Sekarang perkenankan saya untuk menguraikan sedikit lebih lanjut mengenai medan yang kita hadapi dalam 2009 ini. Suatu hal yang pasti adalah bahwa seluruh negara di dunia mengalami perlambatan. Indonesia tak terkecuali. Bagi kita dampak krisis mulai terasa pada triwulan akhir Perlambatan ekonomi akan semakin nyata pada tahun 2009 ini, khususnya dalam semester pertama. Perhitungan yang kami lakukan pada akhir 2008 memperkirakan perekonomian kita di 2009 akan tumbuh pada kisaran 4%-5%. Suatu kinerja yang tidak buruk dibanding dengan perkiraan bagi banyak negara-negara lain. Namun melihat perkembangan global akhir-akhir ini, downside risk nya meningkat. 31. Dalam kaitan dengan upaya mengawal pertumbuhan ekonomi, kuncinya adalah bagaimana memaksimalkan kemampuan pasar domestik untuk mendorong kegiatan ekonomi dalam negeri. Elemen utama dari kebijakan ini adalah percepatan pelaksanaan di lapangan paket stimulus fiskal dan APBN 2009 secara keseluruhan. Inflasi yang terkendali dan belanja pelaksanaan Pemilu oleh Pemerintah, partai dan masyarakat juga akan membantu menopang daya beli masyarakat. Seiring dengan itu, kebijakan penting yang semestinya ditingkatkan adalah langkah-langkah untuk memperbaiki iklim usaha dan mengurangi biaya usaha di dalam negeri. Pelaksanaan kebijakan ini biasanya tidak membutuhkan dana tapi lebih memerlukan tindakan-tindakan yang terfokus dan ketekunan untuk menguraikan benang kusut. Semoga di tahun Pemilu ini kebijakan seperti itu masih dapat dilanjutkan dan siapa tahu bahkan ditingkatkan. 12

13 32. Sementara itu, dengan penurunan harga komoditas dan harga BBM serta produksi beras yang diharapkan cukup baik, laju inflasi di 2009 diperkirakan menurun, berada pada kisaran 5,0-7,0%. Apabila perkembangan yang sekarang kita lihat berlanjut, maka batas bawah dari kisaran tersebut sangat mungkin dapat dicapai. 33. Pertanyaan sering dilontarkan mengenai prospek Neraca Pembayaran kita tahun ini. Berdasarkan perhitungan rinci yang dilakukan akhir tahun lalu kami memprakirakan Neraca Transaksi Berjalan pada 2009 akan mengalami defisit sekitar 0,11% PDB. Aliran dana global diperkirakan belum kembali normal pada 2009 ini. Namun ada satu catatan khusus bagi Indonesia. Apabila pengalaman di tahun Pemilu 2004 berulang tahun ini, maka dengan Pemilu yang berjalan baik dan dengan terbentuknya kabinet yang kredibel, dalam kuartal keempat akan terjadi aliran dana masuk yang cukup besar. Nampaknya sebagian besar dana ini adalah dana milik orang-orang kita yang sementara diparkir di luar negeri menunggu kepastian situasi politik di dalam negeri. Berdasarkan perhitungan kami, cadangan devisa akhir 2009 diprakirakan sebesar USD 51 milyar, atau cukup untuk membiayai 4,7 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri Pemerintah. 34. Di bidang perbankan, stress test menunjukkan bahwa daya tahan industri perbankan kita cukup memadai. Dalam tahun 2009, rasio kecukupan modal (CAR) diperkirakan sedikit menurun dari 16% dalam 2008 menjadi sekitar 14%. Dari sisi regulatory capital, rasio ini masih cukup tinggi dibandingkan dengan ketentuan batas minimal sebesar 8%. Namun dari sisi economic capital perkembangan ini perlu kita antisipasi secara lebih dini. Turunnya rasio 13

14 permodalan menunjukkan semakin kecilnya kemampuan perbankan untuk menyerap berbagai risiko dan kemampuan untuk melakukan ekspansi kredit. Oleh karena itu, saya menginginkan agar upaya penguatan permodalan bank tetap menjadi salah satu fokus perhatian utama kita semua di waktu-waktu mendatang. Bank Indonesia akan terus memonitor perkembangan modal setiap bank secara lebih dekat. Kita semua tahu bahwa tanpa jumlah modal yang aman dan memadai, maka fungsi intermediasi perbankan tidak akan dapat berjalan optimal, dan ketahanan industri untuk berhadapan dengan kondisi sulit seperti saat-saat sekarang ini juga akan diragukan orang. 35. Dengan berlandaskan pada kekuatan permodalan saat ini, berbeda dengan pertumbuhan kredit di negara-negara maju seperti Uni Eropa dan AS yang melambat di 2008 dan mungkin akan tumbuh negatif pada 2009, pertumbuhan kredit di Indonesia pada tahun 2009 diperkirakan masih akan berada pada kisaran 18-20%. Namun dengan downside risk yang cukup besar. Sementara itu, dengan perlambatan ekonomi NPL akan cenderung meningkat, meskipun diprakirakan masih dalam batas-batas aman, yaitu berada di sekitar 5% pada tahun Penting kiranya diketahui bahwa jumlah likuiditas yang tersedia dalam sistem perbankan kita saat ini cukup memadai. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya jumlah penempatan pada Sertifikat Bank Indonesia oleh residen, yang saat ini mendekati Rp 200 T, dan jumlah undisbursed loan sebesar Rp 253 T (November 2008). Potensi likuiditas yang besar ini menunjukkan bahwa perekonomian kita pada hakekatnya tidak kekurangan stok likuiditas. Tantangan kita adalah 14

15 bagaimana agar stok likuiditas ini dapat mengalir dan membiayai pembangunan ekonomi dan kegiatan sektor usaha. Arah Kebijakan Moneter dan Perbankan 2009 Hadirin sekalian yang saya hormati, 37. Di tengah krisis global saat ini, kita menyadari sepenuhnya akan pentingnya kebijakan moneter yang mendukung sektor riil. Namun itu semua harus selalu dilaksanakan dalam konteks mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable) dan ditopang stabilitas ekonomi dalam jangka menengah panjang. Kebijakan moneter harus mampu menjaga keseimbangan antara menggairahkan sektor riil, menjaga kestabilan harga, menjaga ketenangan pasar keuangan dan mengawal integritas sistem keuangan. Pelonggaran moneter dan likuiditas akan senantiasa diselaraskan dengan pemantauan secara seksama dan asesmen Bank Indonesia terhadap indikatorindikator yang terkait dengan sasaran-sasaran tersebut. 38. Kami menyadari bahwa berbagai kendala krisis keuangan global pada tahun 2009 ini, menuntut perlunya langkah-langkah kongkrit dari otoritas untuk mempertahankan kinerja para pelaku usaha di sektor-sektor produktif. 39. Berkaitan dengan kondisi itu, kebijakan pokok perlu diarahkan untuk mengawal fungsi intermediasi perbankan agar tetap berjalan sebagaimana mestinya. Sementara itu, kita juga berharap penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit UMKM dapat terus berjalan dengan tingkat pertumbuhan yang cukup siginifikan. Kredit jenis ini sangat penting artinya bagi masyarakat kecil agar 15

16 dapat terus bertahan dan mengembangkan usahanya pada masa-masa sulit seperti tahun 2009 ini. 40. Sejumlah langkah kebijakan telah kita ambil dan akan kita ambil untuk memfasilitasi aliran kredit. Malam ini saya tidak akan menyampaikan secara rinci mengenai isi ketentuan-ketentuan yang akan diterbitkan. Saya berpandangan bahwa dalam masa-masa sulit yang dipenuhi dengan ketidakpastian seperti sekarang, kebijakan Bank Indonesia akan terus mengalir mengikuti dinamika yang harus direspon dan diantisipasi. 41. Namun secara garis besar, dapat saya sampaikan bahwa baru-baru ini Bank Indonesia telah mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan bagi perbankan dalam menyalurkan kredit. Ketentuanketentuan tersebut mencakup beberapa hal yang menjadi concern Bapak Ibu sekalian selama ini seperti: memperpanjang masa transisi penerapan Basel II untuk perhitungan beban modal risiko operasional, menyederhanakan tatacara pembukaan kantor bank, termasuk syariah, menyesuaikan bobot ATMR untuk Kredit Usaha Kecil dengan skim penjaminan, menyesuaikan tatacara penilaian kredit dalam jumlah tertentu, memberikan fasilitas transaksi USD repurchase agreement (repo) bank kepada Bank Indonesia, dan mengurangi kewajiban pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Non Produktif (yaitu untuk abandoned assets). Dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, ketentuanketentuan tersebut akan kami ikuti pula dengan langkah pengaturan secara lebih mendalam, terkait dengan upaya peningkatan transparansi perbankan, penguatan efektifitas manajemen risiko likuiditas, dan produk-produk derivatif industri perbankan. Dengan kebijakan ini diharapkan, seluruh pelaku industri 16

17 perbankan, baik bank umum konvensional maupun syariah, akan memiliki ruangan yang cukup untuk tetap menjalankan fungsi intermediasinya, dengan tetap menempatkan penerapan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko sebagai prioritas utama. Hadirin sekalian yang saya hormati, 42. Seperti yang saya sebutkan tadi, benteng pertahanan utama terhadap badai krisis adalah sektor perbankan. Perekonomian akan tahan krisis apabila sektor perbankannya tahan krisis. Sektor perbankan yang demikian bertumpu pada dua pilar yaitu good governance dalam pengelolaan masing-masing bank dan good supervision. 43. Mengenai good governance saya ingin menekankan satu aspeknya yang sangat penting. Dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sektor keuangan dan perbankan di tanah air akhir-akhir ini, saya menjadi makin yakin bahwa faktor integritas dan karakter manusianya sangat menentukan dan di atas segalanya. Kita bisa mempunyai sistem risk management yang canggih, kita bisa memiliki sistem pengawasan yang baik, tetapi akhirnya hasilnya akan terpulang kepada integritas dan karakter pelaksana-pelaksananya. Sebaik apapun suatu sistem tidak akan jalan apabila para pelaksananya selalu mencari lubang-lubang kelemahannya untuk dimanfaatkannya. 44. Ke depan, Bank Indonesia akan memperkuat screening berdasarkan karakter dan integritas bagi para bankir kita dan, tentu saja, juga bagi para pengawasnya. Bank Indonesia juga akan memperkuat sanksi bagi mereka yang nyata-nyata sengaja menyalahgunakan kewenangannya. Pemegang Saham Pengendali 17

18 (PSP) dan pengurus bank bertanggung jawab penuh, dalam batas-batas ketentuan perundangan yang berlaku, atas apa yang terjadi di bank mereka. 45. Peningkatan ketahanan perbankan tidak lepas dari mutu pengawasan terhadap perbankan. Dalam kaitan ini, saya ingin melaporkan bahwa saat ini Bank Indonesia sedang melakukan langkah-langkah untuk memperkuat pengawasan bank. Reposisi dan penyegaran personalia sedang berjalan. Prosedur dan tata kerja pengawasan kita review kembali untuk difokuskan kepada hal-hal yang menentukan kesehatan bank. 46. Pada tahun 2009 ini, kami merencanakan untuk secepatnya meningkatkan efektifitas pengawasan bank melalui dua hal yaitu : Pertama, menyempurnakan kerangka pengawasan berbasis risiko melalui peningkatan proses penilaian risiko, pengawasan, pemeriksaan dan surveilance terhadap sistem. Kualitas penerapan manajemen risiko, khususnya dalam pengelolaan likuiditas dan kontrol terhadap produk serta aktifitas baru bank, akan menjadi fokus utama penguatan saat ini. Aspek ini terasa sangat mendesak untuk kita tangani di tengah krisis keuangan seperti sekarang ini. Kedua, menyempurnakan fungsi dan organisasi pengawasan baik di Kantor Pusat maupun di seluruh Kantor-kantor Bank Indonesia. 47. Kita akan memperkuat kaitan, antara hasil pemeriksaan dan langkah pembinaan, antara temuan dan tindakan. Kita akan membentuk tim panel untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan dan langkah-langkah pembinaannya. Tahun ini kita jua akan melipatkan anggaran untuk training. Semua ini kita harapkan dapat membantu mengamankan perjalanan kita dalam masa krisis ini dan 18

19 sekaligus meletakkan fondasi bagi pengawasan bank yang lebih baik dalam jangka menengah. Penutup Hadirin sekalian yang berbahagia, 48. Demikian yang dapat saya sampaikan pada malam ini. Bahtera ekonomi nasional kita sedang mengarungi lautan yang dilanda badai. Bahtera itu sendiri cukup kuat, lebih kuat daripada bahtera yang kita naiki sebelas tahun lalu. Tetapi badainya sekarang pun lebih besar. Kita pasti bisa melewatinya dengan selamat. Kuncinya adalah seluruh awak kapal dan penumpang kompak, saling membuka diri bekerja sama, bahu membahu didasarkan atas saling kepercayaan. Saya yakin itu adalah tekad kita semua, sebab alternatifnya terlalu mahal bagi bangsa kita, seperti yang kita alami sebelas tahun lalu. 49. Selamat bekerja dan sekali lagi, Selamat Tahun Baru 2009 dan di tahun yang baru ini, semoga Tuhan YME meridhoi dan meringankan langkah kita menuju Indonesia yang sejahtera. Terima kasih. Wassalamu alaikum wr. wb. 19

Boks 2. BANKERS DINNER 2009: HIDUP DI TENGAH KRISIS EKONOMI DUNIA

Boks 2. BANKERS DINNER 2009: HIDUP DI TENGAH KRISIS EKONOMI DUNIA Boks 2. BANKERS DINNER 2009: HIDUP DI TENGAH KRISIS EKONOMI DUNIA Bankers Dinner merupakan tradisi tahunan sebagai momen refleksi dan wahana komunikasi di antara kalangan perbankan. Di Provinsi Jambi,

Lebih terperinci

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Sambutan Gubernur Bank Indonesia Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta,

Lebih terperinci

Menata dan Memperkuat Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Global

Menata dan Memperkuat Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Global Menata dan Memperkuat Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Global Dr. Darmin Nasution Pjs. Gubernur Bank Indonesia Pertemuan Tahunan Perbankan 2010 22 Januari 2010 Yang saya hormati, Para

Lebih terperinci

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Sambutan Gubernur Bank Indonesia Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta, 10

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Reformasi Struktural Untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

Reformasi Struktural Untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Keynote Speech Gubernur Bank Indonesia Reformasi Struktural Untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Diskusi dan Peluncuran Buku Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2013 Jakarta, 2 April 2014 Yang saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Krisis keuangan global yang melanda seluruh dunia pada tahun 2008 atau yang lebih dikenal dengan Subprime Mortgage Crisis berawal dari krisis keuangan yang

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH PEJABAT SEMENTARA GUBERNUR BANK INDONESIA PADA SEMINAR "REFORMASI NASIONAL"

KEYNOTE SPEECH PEJABAT SEMENTARA GUBERNUR BANK INDONESIA PADA SEMINAR REFORMASI NASIONAL KEYNOTE SPEECH PEJABAT SEMENTARA GUBERNUR BANK INDONESIA PADA SEMINAR "REFORMASI SEKTOR KEUANGAN UNTUK MEMPERKUAT FONDASI, DAYA SAING, DAN STABILITAS PEREKONOMIAN NASIONAL" Jakarta, 8 Juli 2010 Yang terhormat

Lebih terperinci

Bersinergi Mengawal Stabilitas, Mewujudkan Reformasi Struktural

Bersinergi Mengawal Stabilitas, Mewujudkan Reformasi Struktural Keynote Speech Gubernur Bank Indonesia Bersinergi Mengawal Stabilitas, Mewujudkan Reformasi Struktural Jakarta, 28 April 2016 Yang kami hormati: Bapak-Bapak para pendahulu kami sebagai Gubernur Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

PROSPEK DUNIA USAHA DAN PEMBIAYAANNYA OLEH PERBANKAN SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA TGL. 7 J J U U N N II

PROSPEK DUNIA USAHA DAN PEMBIAYAANNYA OLEH PERBANKAN SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA TGL. 7 J J U U N N II PROSPEK DUNIA USAHA DAN PEMBIAYAANNYA OLLEH PERBANKAN SAMBUTTAN GUBERNUR BANK INDONESII IA TTGLL.. 77 JJUUNNI II 22000044 Pendahuluan 1. Pagi ini saya sangat berbahagia dapat berkumpul bersama untuk membuka

Lebih terperinci

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute

ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute Kinerja dunia perbankan dalam menyalurkan dana ke masyarakat dirasakan masih kurang optimal.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia telah memainkan berbagai peranan penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia telah memainkan berbagai peranan penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan Indonesia telah memainkan berbagai peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Salah satu fungsi dari perbankan adalah intermediasi keuangan,

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR

KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR Keynote Speech KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR Dengan tema Outlook Ekonomi dan Pasar Modal 2016 Balroom Hotel JW Marriot, Jakarta, 19 November 2015 Assalamu alaikum

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015

Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015 Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference The Future of Asia s Finance: Financing for Development Jakarta, 2 September 2015 Yang terhormat Managing Director

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua

Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat Pagi dan Salam Sejahtera bagi kita semua SAMBUTAN KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA SERAH TERIMA PENGALIHAN FUNGSI, TUGAS DAN WEWENANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN KEGIATAN JASA KEUANGAN DI SEKTOR PERBANKAN DARI BANK INDONESIA KEPADA

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999 SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Moneter Periode 1997-2 1999 2. Arah Kebijakan 1997-1999 3 3. Langkah-Langkah Strategis 1997-1999

Lebih terperinci

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Ekonomi Global 2011 Tahun 2011 merupakan tahun dengan berbagai catatan keberhasilan, namun juga penuh dinamika dan sarat

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan yang membutuhkan fokus kebijakan tidak

Lebih terperinci

2. Kami menyambut baik adanya kegiatan dialog nasional yang mengangkat tema Prediksi Industri Properti ke Depan dan Memperkuat Keberpihakan

2. Kami menyambut baik adanya kegiatan dialog nasional yang mengangkat tema Prediksi Industri Properti ke Depan dan Memperkuat Keberpihakan Paparan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia : Pengendalian Pembiayaan Properti dan Formulasi Alternatif Mendorong Tumbuhnya Industri Properti Rakernas REI, 14 September 2017 Assalamu alaikum warahmatullahi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama beberapa dekade terakhir, banyak negara di dunia ini mengalami krisis yang didorong oleh sistem keuangan mereka yang kurang dikembangkan, votalitas kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu negara dan dengan cepat berimbas ke negara lain. Salah satu bukti konkretnya adalah krisis

Lebih terperinci

Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk kita semua

Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk kita semua SAMBUTAN DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA SERAH TERIMA JABATAN KEPALA KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI ACEH BANDA ACEH, 20 OKTOBER 2015 Yang kami hormati, Gubernur Provinsi Aceh, Bp. Zaini Abdullah, Forum Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah meningkatkan arus perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

APBN 2013: Mendorong Peningkatan Kualitas Belanja

APBN 2013: Mendorong Peningkatan Kualitas Belanja Keynote Speech APBN 2013: Mendorong Peningkatan Kualitas Belanja Disampaikan oleh: Menteri Keuangan Republik Indonesia Yth. Pimpinan Badan Anggaran DPR-RI, Yth. Wakil Menteri Keuangan dan Para Pejabat

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi. Hal ini dapat dilihat

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara mikro maupun secara makro. Indonesia merupakan salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. secara mikro maupun secara makro. Indonesia merupakan salah satu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian suatu negara sangat bergantung pada perkembangan dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

Jakarta, 3 November 2008

Jakarta, 3 November 2008 SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PADA ACARA PERKUATAN PEREKONOMIAN DAERAH DALAM RANGKA MENGANTISIPASI KRISIS FINANSIAL GLOBAL MENGGERAKKAN

Lebih terperinci

PERTEMUAN TAHUNAN INDUSTRI JASA KEUANGAN MEMACU PERTUMBUHAN Jakarta, 18 Januari 2018

PERTEMUAN TAHUNAN INDUSTRI JASA KEUANGAN MEMACU PERTUMBUHAN Jakarta, 18 Januari 2018 Page1 Short Version Kamis, 18 Januari 2018 20:56:30 PERTEMUAN TAHUNAN INDUSTRI JASA KEUANGAN MEMACU PERTUMBUHAN Jakarta, 18 Januari 2018 Yang Kami muliakan, Presiden Republik Indonesia Bapak Ir. H. Joko

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah

Laporan Pengendalian Inflasi Daerah Gubernur Bank Indonesia Laporan Pengendalian Inflasi Daerah Rakornas VI TPID 2015, Jakarta 27 Mei 2015 Yth. Bapak Presiden Republik Indonesia Yth. Para Menteri Kabinet Kerja Yth. Para Gubernur Provinsi

Lebih terperinci

Q & A TERKAIT DAMPAK SISTEMIK BANK CENTURY

Q & A TERKAIT DAMPAK SISTEMIK BANK CENTURY Q & A TERKAIT DAMPAK SISTEMIK BANK CENTURY 1. Mengapa Bank Century harus diselamatkan pada 20 November 2008? a. Kegagalan Bank Century terjadi di tengah-tengah situasi dan kondisi ekonomi dan sistem perbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melakukan berbagai transaksi bisnis dan pembayaran-pembayaran tagihan.

I. PENDAHULUAN. melakukan berbagai transaksi bisnis dan pembayaran-pembayaran tagihan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan Indonesia telah memainkan berbagai peranan penting dalam menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Salah satu fungsi dari perbankan adalah intermediasi keuangan,

Lebih terperinci

Keynote Speech Seminar Pengembangan Ekonomi Produktif dalam Rangka Mendukung Program Minapolitan

Keynote Speech Seminar Pengembangan Ekonomi Produktif dalam Rangka Mendukung Program Minapolitan Keynote Speech Seminar Pengembangan Ekonomi Produktif dalam Rangka Mendukung Program Minapolitan Dr. Hendar Deputi Gubernur Bank Indonesia Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% 1 Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% Prediksi tingkat suku bunga SPN 3 Bulan tahun 2016 adalah sebesar 6,3% dengan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi internal maupun eksternal. Data yang digunakan

Lebih terperinci

Sambutan Utama. Gubernur Agus D.W. Martowardojo. Pada Seminar Internasional IFSB. Meningkatkan Keuangan Inklusif melalui Keuangan Islam

Sambutan Utama. Gubernur Agus D.W. Martowardojo. Pada Seminar Internasional IFSB. Meningkatkan Keuangan Inklusif melalui Keuangan Islam Sambutan Utama Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Seminar Internasional IFSB Meningkatkan Keuangan Inklusif melalui Keuangan Islam Jakarta, 31 Maret 2015 Bismillahirrahmanirrahiim, Yang Terhormat: Tn.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi dan moneter tahun 1997 memberikan pembelajaran yang serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal terkuras, kualitas aset

Lebih terperinci

Para Direktur Kepatuhan Perbankan dan Pimpinan Perbankan lainnya;

Para Direktur Kepatuhan Perbankan dan Pimpinan Perbankan lainnya; KEPALA EKSEKUTIF PENGAWASAN PERBANKAN OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR FORUM KOMUNIKASI DIREKTUR KEPATUHAN PERBANKAN PENERAPAN TATA KELOLA DAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN JAKARTA,

Lebih terperinci

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua, SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA DR. DARMIN NASUTION PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH 2011 JAKARTA, 16 MARET 2011 Yang terhormat Wakil Presiden Republik Indonesia, Prof.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi perekonomian global, ditandai dengan meningkatnya harga minyak dunia sampai menyentuh harga tertinggi $170

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa

BAB I PENDAHULUAN. 12,94% meskipun relatif tertinggal bila dibandingkan dengan kinerja bursa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam isu membayangi, indeks Pasar Modal Indonesia sukses melewati semua ujian. Sepanjang 2012, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencerminkan kondisi

Lebih terperinci

Bernavigasi melewati Kerentanan

Bernavigasi melewati Kerentanan Bernavigasi melewati Kerentanan Agus D.W. Martowardojo Gubernur Bank Indonesia (sebagaimana disusun untuk diserahkan, Indonesia Fixed Income and High Yield Bond Forum 2015) 22 September 2015, Jakarta,

Lebih terperinci

Arah Kebijakan Otoritas Moneter Indonesia Tahun Oleh : Marsuki

Arah Kebijakan Otoritas Moneter Indonesia Tahun Oleh : Marsuki Arah Kebijakan Otoritas Moneter Indonesia Tahun 2008 Oleh : Marsuki Disampaikan dalam Seminar Perbankan Nasional STIEM Bongaya Dengan Tema : Arah Kebijakan Perbankan Nasional, Pasca Kenaikan Harga BBM.

Lebih terperinci

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI

Lebih terperinci

PRUlink Quarterly Newsletter

PRUlink Quarterly Newsletter PRUlink Quarterly Newsletter Kuartal Kedua 2014 PT Prudential Life Assurance terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka. Sistem perekonomian terbuka sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediately institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan perekonomian. Sebagai lembaga

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : PERBANKAN Periode

SEJARAH BANK INDONESIA : PERBANKAN Periode SEJARAH BANK INDONESIA : PERBANKAN Periode 1983-1997 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Perbankan Periode 2 1983-1997 2. Arah Kebijakan 1983-1997 4 3. Langkah-Langkah Strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM KOPERASI, UMKM, INDUSTRI DAN PERDAGANGAN DAERAH SE-PROVINSI SULAWESI TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi utama dari perbankan adalah intermediasi keuangan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi utama dari perbankan adalah intermediasi keuangan, yakni proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang cukup penting dalam mendukung pertumbuhan perekonomian sebuah negara. Bank yang sehat menunjukkan bahwa bank tersebut mampu menjalankan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang berawal di Amerika Serikat pada tahun 2007, semakin dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang berawal di Amerika Serikat pada tahun 2007, semakin dirasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gejolak krisis keuangan global telah mengubah tatanan perekonomian dunia. Krisis global yang berawal di Amerika Serikat pada tahun 2007, semakin dirasakan

Lebih terperinci

TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta

TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta 1 TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN 2007 1 Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta Kinerja perbankan nasional sampai dengan tahun 2006 dianggap belum memuaskan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia semakin terintegrasi sebagai konsekuensi dari sistem perekonomian terbuka yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang

BAB I PENDAHULUAN. dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat penukar uang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit, baik dengan alat-alat pembayaran sendiri, dengan uang yang diperolehnya dari orang lain, maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETERANGAN PERS Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Untuk Menjaga Stabilitas Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi Jakarta, 28 Mei 2018 Pemerintah, Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa kehancuran bagi perekonomian negara Indonesia serta akibatnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. membawa kehancuran bagi perekonomian negara Indonesia serta akibatnya sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Krisis keuangan yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 yang melanda kawasan Asia Tenggara, akhirnya melanda Indonesia dan dampaknya sangat terasa sejak awal

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 1 /PBI/ 2010 TENTANG PINJAMAN LUAR NEGERI PERUSAHAAN BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 1 /PBI/ 2010 TENTANG PINJAMAN LUAR NEGERI PERUSAHAAN BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 1 /PBI/ 2010 TENTANG PINJAMAN LUAR NEGERI PERUSAHAAN BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pinjaman luar negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perbankan merupakan urat nadi perekonomian di seluruh negara. Tidak sedikit roda-roda perekonomian terutama di sektor riil digerakkan oleh perbankan baik secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pelayanan dalam bentuk jasa jasa perbankan. Bank memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang fungsi utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi, salah satunya adalah dengan melakukan investasi di Pasar Modal. Dalam hal ini Pasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah lembaga keuangan yang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari peran Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini Indonesia memiliki dua jenis lembaga perbankan, yaitu perbankan yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Bank yang bersifat konvensional adalah

Lebih terperinci

Closing Remarks. Seminar Pengawasan Bank Indonesia di Bidang Makroprudensial, Moneter dan Sistem Pembayaran

Closing Remarks. Seminar Pengawasan Bank Indonesia di Bidang Makroprudensial, Moneter dan Sistem Pembayaran Closing Remarks Seminar Pengawasan Bank Indonesia di Bidang Makroprudensial, Moneter dan Sistem Pembayaran Yang terhormat: Bp. M. Edhie Purnawan, Anggota Badan Supervisi Bank Indonesia, Anggota Muspida

Lebih terperinci

Bapak Fauzi Ichsan, Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan; Bapak dan Ibu Yang Mewakili Satuan Kerja Pemerintah Daerah;

Bapak Fauzi Ichsan, Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan; Bapak dan Ibu Yang Mewakili Satuan Kerja Pemerintah Daerah; Keynote Speech - Seminar Nasional Peran Strategis Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Memelihara Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia, Bali, 4 Mei 2017 Yang kami hormati, Bapak Fauzi Ichsan,

Lebih terperinci

Memperkokoh Stabilitas, Mempercepat Reformasi Struktural untuk Memperkuat Fundamental Ekonomi

Memperkokoh Stabilitas, Mempercepat Reformasi Struktural untuk Memperkuat Fundamental Ekonomi Keynote Speech Gubernur Bank Indonesia Memperkokoh Stabilitas, Mempercepat Reformasi Struktural untuk Memperkuat Fundamental Ekonomi Diskusi dan Peluncuran Buku Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2014

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. A. Sekilas Krisis dan Regulasi Perbankan Indonesia

BAB 1. Pendahuluan. A. Sekilas Krisis dan Regulasi Perbankan Indonesia BAB 1 Pendahuluan A. Sekilas Krisis dan Regulasi Perbankan Indonesia Perbankan Indonesia mengalami pasang surut selama periode dua dasawarsa setelah pemberlakuan mekanisme pasar pada sektor perbankan Indonesia.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas sektor perbankan dalam suatu negara memegang peranan penting dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Setiap orang dalam melakukan transaksi finansial yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PADA UPACARA BENDERA PERINGATAN HUT KE-71 KEMERDEKAAN RI TINGKAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU

SAMBUTAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PADA UPACARA BENDERA PERINGATAN HUT KE-71 KEMERDEKAAN RI TINGKAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMBUTAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PADA UPACARA BENDERA PERINGATAN HUT KE-71 KEMERDEKAAN RI TINGKAT PROVINSI KEPULAUAN RIAU Tanjungpinang, 17 Agustus 2016 Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum wr. wb.

Lebih terperinci

Keterangan Pers Presiden RI pasca penetapan APBN-P 2012, Jakarta, 31 Maret 2012 Sabtu, 31 Maret 2012

Keterangan Pers Presiden RI pasca penetapan APBN-P 2012, Jakarta, 31 Maret 2012 Sabtu, 31 Maret 2012 Keterangan Pers Presiden RI pasca penetapan APBN-P 2012, Jakarta, 31 Maret 2012 Sabtu, 31 Maret 2012 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI LANGKAH-LANGKAH PEMERINTAH PASCA PENETAPAN APBN

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stabilitas sistem keuangan memegang peran penting dalam perekonomian. Sebagai bagian dari sistem perekonomian, sistem keuangan berfungsi mengalokasikan dana dari pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang sangat jelas tercermin dalam Pasal 4 (empat) Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, sektor perbankan sangat berperan penting dalam memobilisasikan dana masyarakat untuk berbagai tujuan. Dahulu sektor perbankan tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci