Keynote Speech Seminar Pengembangan Ekonomi Produktif dalam Rangka Mendukung Program Minapolitan
|
|
- Widya Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Keynote Speech Seminar Pengembangan Ekonomi Produktif dalam Rangka Mendukung Program Minapolitan Dr. Hendar Deputi Gubernur Bank Indonesia Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. 1. Pertama-tama, perkenankan saya mengajak para hadirin untuk memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-nya maka kita semua dapat hadir di tempat ini untuk mengikuti acara seminar bertajuk Pengembangan Ekonomi Produktif dalam Rangka Mendukung Program Minapolitan. Semoga ridho dan perkenan-nya senantiasa menaungi kita dalam pekerjaan maupun pengabdian kepada negeri tercinta, Indonesia. 2. Saya sangat mendukung tema dari seminar ini karena pengembangan ekonomi produktif juga sejalan dengan upaya Bank Indonesia dalam mendorong Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang pada akhirnya juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Saya berharap kehadiran berbagai pemangku kepentingan, baik dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, perbankan dan praktisi dalam seminar ini dapat bermanfaat dalam memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ekonomi produktif khususnya yang mendukung program Minapolitan. 3. Mengawali paparan ini, perkenankan saya memberikan gambaran mengenai kondisi perekonomian nasional saat ini serta upaya upaya yang dilakukan oleh Bank Indonesia 1
2 Bapak Ibu yang terhormat, < Dinamika Ekonomi Global dan Nasional> 4. (Slide 3 dan 4) Perekonomian Nasional masih menghadapi tantangan yang cukup berat, baik yang berasal dari faktor global maupun domestik. Tantangan global terutama disebabkan oleh lambatnya laju pertumbuhan ekonomi global yang mengakibatkan pelambatan permintaan global dan menurunnya harga-harga komoditas serta ketidakpastian di pasar keuangan global yang menimbulkan fluktuasi nilai tukar. Sementara tantangan dari domestik berupa menurunnya kinerja ekspor dan relatif tingginya defisit transaksi berjalan. 5. (Slide 5) Defisit transaksi berjalan yang telah berlangsung selama lebih dari tiga tahun mengindikasikan adanya sejumlah tantangan struktural. Separuh ekspor Indonesia masih berupa produk primer yang sangat rentan dengan dinamika harga global. Selain itu, terbatasnya negara tujuan ekspor membuat kinerja ekspor juga rentan terhadap kondisi perekonomian suatu kawasan. Di sisi lain, ketergantungan terhadap impor masih relatif tinggi, baik untuk memproduksi barang ekspor maupun untuk memenuhi kebutuhan domestik. Di samping itu, ketahanan energi yang masih lemah di tengah permintaan domestik terhadap energi yang terus meningkat menyebabkan upaya untuk memperbaiki defisit neraca migas menjadi tidak mudah. 6. (Slide 6) Pertumbuhan ekspor diperkirakan akan melambat karena turunnya harga komoditas dan lemahnya permintaan dunia, sedangkan dari sisi non migas, dari sektor manufaktur secara keseluruhan mengalami penurunan akibat masih lemahnya perekonomian negara-negara mitra dagang seperti Eropa dan Tiongkok. Batubara yang menjadi komoditas ekspor non migas utama mengalami kontraksi di bulan Januari sebesar 12.7% (yoy) dengan nilai ekspor sebesar $1.519 juta, sementara itu ekspor non migas lain seperti TPT, mesin dan produk kimia secara (yoy) juga mengalami kontraksi sebesar 7,5%, 23,6% dan 31,1%. 7. (Slide 7) Sejalan dengan melemahnya kinerja ekspor, impor juga mengalami kontraksi terutama pada impor barang modal dan barang konsumsi. Secara tahunan, Impor barang konsumsi turun sebesar 15,6% 2
3 sedangkan impor barang modal turun sebesar 15,5%, sementara impor migas turun sebesar 18,7% yang sebagian besar dipengaruhi oleh turunnya harga minyak. 8. (Slide 8) Ketidakpastian di pasar keuangan global juga memberikan tantangan tersendiri karena dampak yang ditimbulkannya terhadap fluktuasi nilai tukar berbagai mata uang global termasuk Rupiah terhadap dolar AS. Khusus untuk Rupiah, selain pengaruh faktor global, melemahnya Rupiah terjadi bersamaan dengan mulai meningkatnya pembelian valas dalam rangka pembayaran Utang Luar Negeri Swasta dan transfer deviden ke luar negeri, yang berdasarkan pola/siklus tahunannya meningkat sejak Maret Fenomena pelemahan mata uang terhadap dollar AS ini terjadi secara global dimana Mata uang Euro, Brazil dan Turkey mengalami pelemahan yang lebih buruk dibandingkan Rupiah. 9. Dalam merespon perkembangan nilai tukar terkini, Bank Indonesia telah secara konsisten mengupayakan agar kestabilan nilai tukar tetap terjaga dan sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Hal tersebut ditempuh melalui langkah-langkah (Slide 9) : Pertama, melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah di pasar, dengan tetap memperhatikan kecukupan cadangan devisa, Kedua, Melakukan pembelian SBN di pasar sekunder Ketiga, secara antisipatif juga telah mengeluarkan kebijakan prinsip kehati-hatian dalam mengelola ULN korporasi nonbank untuk mendorong korporasi dapat meningkatkan pengelolaan risiko dalam melakukan ULN, terutama risiko nilai tukar, risiko likuiditas dan risiko utang yang berlebihan (overleverage). Keempat, Melakukan pendalaman pasar valas untuk memperkuat ketahanan pasar keuangan domestik khususnya pasar valuta asing terhadap berbagai shock global. 10. Seiring dengan hasil rapat bank sentral Amerika yang diperkirakan akan menunda kebijakan normalisasi suku bunganya, langkah stabilisasi Rupiah yang dilakukan oleh Bank Indonesia, serta langkah-langkah lanjutan yang 3
4 dilakukan oleh Pemerintah dalam melakukan reformasi struktural dalam rangka memperkuat neraca pembayaran telah menunjukkan hasil. Dalam beberapa minggu terakhir, tekanan terhadap nilai tukar rupiah mulai terkendali dan bahkan pada minggu ketiga Maret 2015 rupiah mencatat apresiasi. 11. Di tengah tantangan global tersebut, syukur alhamdulillah perekonomian Indonesia di tahun 2015 diperkirakan akan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun (Slide 10) Ke depan, Bank Indonesia meyakini stabilitas makroekonomi dapat terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi pada 2015 diprakirakan akan berada pada kisaran 5,4-5,8%, ditopang terutama oleh pertumbuhan investasi yang meningkat seiring dengan realisasi berbagai proyek infrastruktur dan perbaikan iklim investasi, di samping konsumsi yang tetap kuat dan eskpor yang secara gradual akan membaik. Sementara laju inflasi diperkirakan akan semakin terkendali menuju sasaran inflasi di tahun 2015 sebesar 4 + 1% yang didorong oleh terkendalinya harga volatile food dan menurunnya harga administered price khususnya BBM. Sementara itu current account defisit diperkirakan masih akan berada disekitar -3% dari PDB namun dengan komposisi yang lebih sehat karena komponen impor akan didominasi oleh barang modal. 12. Dari perspektif daerah, kondisi perekonomian global dan nasional sedikit banyak akan memiliki pengaruh bagi perekonomian daerah. (Slide 11) Fluktuasi nilai tukar, pelemahan harga komoditas dan pelemahan permintaan global dapat mempengaruhi kinerja perekonomian daerah terutama daerah yang memiliki sangat memiliki ketergantungan terhadap sumber daya alam berupa komoditas sebagaimana terjadi di sebagian Kalimantan dan Sumatera. Sementara daerah yang memiliki sumber penerimaan dari ekspor manufaktur seperti halnya Pekalongan, dampak kondisi perekonomian global tidak terlalu banyak dirasakan. 13. (Slide 12) Sebagai salah satu Kota pusat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah, kota Pekalongan memiliki posisi strategis baik dari sisi ekonomis maupun geografis. Sektor sekunder memiliki peran yang sangat penting terhadap pergerakan roda perekonomian di Kota Pekalongan yaitu sektor perdagangan dan sektor industri pengolahan, 4
5 yang memberikan kontribusi terhadap PDRB 2012 masing-masing sebesar 27,23% dan 20,13%. 14. Keberadaan sentra-sentra kerajinan batik dan adanya pelabuhan perikanan terbesar di pulau Jawa yang didukung oleh industri pengolahan perikanan di kota ini membuat Kota Pekalongan menjadi salah satu kota penyumbang devisa yang cukup besar sebagai pengekspor produk TPT dan produk pengolahan terutama ikan beku. Data terakhir menunjukkan total ekspor dari kedua kelompok produk tersebut memilki kecenderungan meningkat hingga mencapai lebih dari $25 juta di tahun Sementara itu, Ekonomi Produktif tumbuh baik di kota Pekalongan dengan Jumlah UMKM di Kota Pekalongan pada tahun 2012 berjumlah unit usaha dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak orang. Bapak, Ibu, Hadirin sekalian yang berbahagia, 15. Pertumbuhan ekonomi nasional yang cukup baik tidak terlepas dari peran kegiatan ekonomi produktif termasuk yang dilakukan melalui UMKM. Sektor UMKM terbukti menjadi backbone perekonomian Indonesia dalam menjaga angka pertumbuhan yang cukup tinggi. Berdasarkan data, kontribusi UMKM terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional tercatat sebesar 59% sedangkan sisanya berasal dari usaha besar. Sektor UMKM juga mendominasi 99% dari total pelaku usaha nasional dimana sebagian besar atau sebesar 98.82% merupakan usaha mikro dengan asset maksimal sebesar Rp50 juta dan omset Rp300 juta/tahun. 16. Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif yang didefinisikan sebagai kegiatan di bidang ekonomi yang dilaksanakan masyarakat untuk meningkatkan pendapatan, menciptakan lapangan kerja dan ketahanan pangan masyarakat berbasis sumberdaya lokal juga memiliki keterkaitan dan andil dalam menjaga kestabilan kondisi moneter dan makroprudential khususnya dalam pengendalian inflasi dan menjaga kestabilan sektor keuangan. (Slide 14) 5
6 17. Kegiatan ekonomi produktif khususnya yang bergerak di sektor pangan sangat membantu dalam menjaga kestabilan harga pangan yang menjadi salah satu komponen pembentuk inflasi. Kegiatan ekonomi produktif berperan dalam menghasilkan nilai tambah terhadap produk-produk pangan sehingga menghasilkan produk-produk pangan olahan yang tidak terlalu tergantung pada musim yang pada akhirnya dapat mengurangi fluktuasi harga pangan (volatile food). 18. Di sektor makroprudential, ekonomi produktif terutama di daerah-daerah remote akan mendorong keberhasilan program finansial inclusion yang sedang digalakkan oleh Pemerintah bersama Bank Indonesia dan perbankan nasional. Kegiatan ekonomi produktif yang terorganisir dapat meningkatkan akses keuangan masyarakat kepada perbankan. 19. Melihat besarnya manfaat kegiatan ekonomi produktif bagi perekonomian, sudah selayaknya keberhasilan dan kesinambungan usaha ekonomi produktif ini menjadi komitmen kita bersama yang tidak hanya berhenti pada adanya program kerja. Dari hasil pemetaan, kita menyadari bahwa kendala akses terhadap sumber pembiayaan senantiasa menjadi keluhan utama kegiatan ekonomi produktif oleh UMKM, khususnya usaha mikro untuk dapat berkembang. (Slide 15) Sampai dengan akhir tahun 2014, Pangsa kredit perbankan kepada UMKM mencapai Rp731,8 triliun atau 16% dari total kredit perbankan sebesar Rp3.706,5 triliun. Kredit UMKM tersebut, terdiri dari 93% kredit komersil yaitu Rp681,5 triliun dan kredit program (KUR) sebesar 7% atau sebesar Rp50,3 triliun 20. Dalam kaitan untuk meningkatkan akses ekonomi produktif terhadap sumber pendanaan, terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan dengan para pelaku ekonomi produktif, yaitu (Slide 16): Pertama, Peningkatan akses keuangan ekonomi produktif melalui strategi pengembangan infratruktur keuangan pendukung, peningkatan elijibilitas keuangan dan mendorong fungsi intermediasi ekonomi produktif. Strategi ini dapat dilakukan dengan beberapa program kerja antara lain pemeringkatan kredit, pendirian perusahaan Penjaminan 6
7 Kredit Daerah, Program Pencatatan Transaksi Keuangan, Pemanfaatan Sertifikat Tanah, Pembiayaan untuk industri kreatif dan penerbitan ketentuan untuk mendukung pembiayaan. Dalam strategi ini, Bank Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) yang mewajibkan bank untuk menyalurkan kredit kepada sektor UMKM secara bertahap hingga mencapai minimal sebesar 20% 1, serta memberikan insentif kepada bank yang pro kepada sektor UMKM dalam hal akan melakukan ekspansi jaringan kantor 2. Kedua, peningkatan kapasitas ekonomi produktif dengan strategi mendorong peningkatan kapasitas Ekonomi Produktif dalam rangka memperoleh akses kepada jasa keuangan melalui pengembangan klaster, pengembangan wirausaha dan kegiatan pelatihan, edukasi serta pendampingan. Ketiga, Menyediakan dan meningkatkan akses informasi kepada pelaku ekonomi produktif melalui program Penyediaan kajian mengenai produk unggulan, lending model dan pemetaan potensi serta Pengembangan Microsite info UMKM. Keempat, Peningkatan kerjasama dan koordinasi dengan stakeholder melalui program Kerjasama dengan Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, lembaga/bumn dan Lembaga Internasional Hadirin yang berbahagia, 21. Untuk memperbesar dampaknya terhadap kesejahteraan masyarakat, pengembangan Ekonomi Produktif di bidang perikanan perlu diarahkan untuk mendukung konsep Minapolitan. (Slide 18) Dalam konsep ini akan terjadi sinergi atas seluruh potensi dan sumber daya yang meliputi produksi bahan baku, pengolahan dan pemasaran dalam satu wilayah. Konsep minapolitan ini juga akan meningkatkan peluang meraih pasar 1 PBI No. 14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2 PBI No. 14/26/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank 7
8 yang lebih baik, peningkatan kualitas dan kuantitas produksi serta memicu pertumbuhan ekonomi lokal yang berbasis perikanan. 22. Upaya-upaya ini tentunya juga menghadapi tantangan. Sebagaimana permasalahan yang terjadi sektor Ekonomi Produktif UMKM pada umumnya, masalah pendanaan menjadi salah satu masalah utama dalam pengembangan Ekonomi Produktif di bidang perikanan. Data di Bank Indonesia menunjukkan bahwa dari kredit di sektor UMKM tahun 2014 sebesar Rp731,8 Triliun, sektor perikanan baru memiliki pangsa sebesar 0,6% atau sebesar Rp4,5 triliun. 23. Hasil penelitian Bank Indonesia di tahun 2012 juga memberikan kesimpulan yang sama bahwa kelompok nelayan tangkap/budidaya ikan masih mengalami kesulitan untuk memperoleh akses pembiayaan dari lembaga perbankan. Secara lebih rinci, berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa permasalahan pembiayaan terhadap sektor perikanan disebabkan oleh: Dari Sisi Nelayan (Slide 19): i. Umumnya nelayan tidak memiliki agunan tambahan, baik dari aspek legalitas maupun kecukupan nilainya. Apalagi jika dipersyaratkan bahwa agunan tambahan berupa tanah atau tanah dan bangunan yang sudah bersertifikat, sangat menyulitkan bagi nelayan untuk memenuhinya. ii. Prosedur pengajuan kredit ke bank yang rumit dan pencairannya yang membutuhkan waktu lama; iii. Aksesibilitas nelayan masih kurang, lokasi dan jam operasional bank yang tidak sesuai dengan jam operasional nelayan. iv. Ketergantungan nelayan pada pola patron-klien, di mana nelayan memenuhi sebagian kebutuhan modalnya dari bakul/juragan sehingga tidak lagi berusaha mencari sumber-sumber pendanaan lainnya; v. Keterjaminan usaha nelayan meliputi: musim tangkapan yang fluktuatif dan kapal/perahu yang sudah tidak layak. 8
9 Dari Sisi Perbankan (Slide 20): i. Umumnya perbankan masih menganggap bahwa usaha perikanan memiliki risiko tinggi, terutama perikanan tangkap yang sifatnya berburu (hunting) sehingga faktor ketidakpastian hasil tangkapan tinggi. ii. Keterbatasan SDM dan pelayanan perbankan, antara lain ketidaksesuaian jam operasional bank, dan keterbatasan jangkauan pelayanan bank (jaringan); iii. Kegagalan program kredit sebelumnya, keterbatasan agunan yang dimiliki nelayan serta usaha di sektor nelayan bersifat individual; Hadirin yang terhormat, <Penutup > 24. Ekonomi Produktif adalah ekonomi yang mampu mensejahterakan pelakunya. Upaya memajukan Ekonomi Produktif juga hanya bisa dicapai apabila upaya-upaya tersebut dilakukan secara berkesinambungan dan tekad yang kuat untuk memanfaatkan segala potensi dengan bekerja keras dalam jalinan kerjasama baik antara kementerian, lembaga dan pemerintahan baik di Pusat maupun Daerah. Melalui Ekonomi Produktif, Kami berpandangan bahwa Indonesia memiliki banyak kesempatan untuk menjadi sebuah negara yang dapat semakin menyejahterakan rakyatnya melalui usaha-usaha produktif dengan memanfaatkan potensi kelautan dan daratan. 25. Besar harapan kami bahwa apa yang telah disampaikan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi kerja besar kita semua, mengawal Indonesia menuju negara sejahtera. Akhir kata, Kami ucapkan terima kasih Pemerintah Kota Pekalongan atas kesempatan yang diberikan serta para hadirin atas kesediaannya untuk hadir pada acara ini. Semoga acara ini dapat memberi kemanfaatan bagi kita semua. Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. 9
INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER
PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah
Lebih terperinciMemperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik
Sambutan Gubernur Bank Indonesia Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta,
Lebih terperinci1. Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap
Lebih terperinciLaporan Pengendalian Inflasi Daerah
Gubernur Bank Indonesia Laporan Pengendalian Inflasi Daerah Rakornas VI TPID 2015, Jakarta 27 Mei 2015 Yth. Bapak Presiden Republik Indonesia Yth. Para Menteri Kabinet Kerja Yth. Para Gubernur Provinsi
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016
SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016 Yang kami hormati, Gubernur Jawa Tengah, Bapak H. Ganjar Pranowo, Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia,
Lebih terperinciMenjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi
Sambutan Gubernur Bank Indonesia Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta, 10
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis
Lebih terperinciSambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016
Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016 Yang Terhormat, Ibu Mufidah Jusuf Kalla Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan
Lebih terperinciBersinergi Mengawal Stabilitas, Mewujudkan Reformasi Struktural
Keynote Speech Gubernur Bank Indonesia Bersinergi Mengawal Stabilitas, Mewujudkan Reformasi Struktural Jakarta, 28 April 2016 Yang kami hormati: Bapak-Bapak para pendahulu kami sebagai Gubernur Bank Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat pinjaman serta sebagai lembaga perantara interaksi antara pihak yang kelebihan dana dan kekurangan
Lebih terperinciKETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR
Keynote Speech KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR MAJALAH INVESTOR Dengan tema Outlook Ekonomi dan Pasar Modal 2016 Balroom Hotel JW Marriot, Jakarta, 19 November 2015 Assalamu alaikum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga
Lebih terperinciSelamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk kita semua
SAMBUTAN DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA SERAH TERIMA JABATAN KEPALA KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI ACEH BANDA ACEH, 20 OKTOBER 2015 Yang kami hormati, Gubernur Provinsi Aceh, Bp. Zaini Abdullah, Forum Komunikasi
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1
Lebih terperinciLaporan Perekonomian Indonesia
1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif
Lebih terperinciAssalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,
SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA DR. DARMIN NASUTION PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL TIM PENGENDALIAN INFLASI DAERAH 2011 JAKARTA, 16 MARET 2011 Yang terhormat Wakil Presiden Republik Indonesia, Prof.
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun
Lebih terperinciMemperkokoh Stabilitas, Mempercepat Reformasi Struktural untuk Memperkuat Fundamental Ekonomi
Keynote Speech Gubernur Bank Indonesia Memperkokoh Stabilitas, Mempercepat Reformasi Struktural untuk Memperkuat Fundamental Ekonomi Diskusi dan Peluncuran Buku Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2014
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014 Bismillahirrohmanirrahim Yth. Ketua Umum INAplas Yth. Para pembicara
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan
Lebih terperinciReformasi Struktural Untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Keynote Speech Gubernur Bank Indonesia Reformasi Struktural Untuk Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan Diskusi dan Peluncuran Buku Laporan Perekonomian Indonesia (LPI) 2013 Jakarta, 2 April 2014 Yang saya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA SEMINAR NASIONAL PEMBIAYAAN INVESTASI DI BIDANG INDUSTRI 2015
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA SEMINAR NASIONAL PEMBIAYAAN INVESTASI DI BIDANG INDUSTRI 2015 Kebijakan dan Konsep Pembentukan Lembaga Pembiayaan Pembangunan
Lebih terperinciSuharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan
Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya
Lebih terperinciJakarta, 10 Maret 2011
SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN
PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinci2. Kami menyambut baik adanya kegiatan dialog nasional yang mengangkat tema Prediksi Industri Properti ke Depan dan Memperkuat Keberpihakan
Paparan Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia : Pengendalian Pembiayaan Properti dan Formulasi Alternatif Mendorong Tumbuhnya Industri Properti Rakernas REI, 14 September 2017 Assalamu alaikum warahmatullahi
Lebih terperinciRingkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia
Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter
Lebih terperinciSelamat Malam dan Salam Sejahtera untuk Kita Semua.
KEYNOTE SPEECH DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA SERVICE EXCELLENCE AWARDS 2014 Jakarta, 13 Juni 2014 Yang kami hormati Pimpinan Redaksi Infobank, Pimpinan Marketing Research Indonesia, Para Pengamat Ekonomi,
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL PENYUSUNAN PROGRAM PEMBERDAYAAN IKM TAHUN 2016 PALEMBANG, 21 APRIL 2015 Yang Saya
Lebih terperinciTANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21
TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah
Lebih terperinciSambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference. Development. Jakarta, 2 September 2015
Sambutan Pembukaan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Pada Joint IMF-Bank Indonesia Conference The Future of Asia s Finance: Financing for Development Jakarta, 2 September 2015 Yang terhormat Managing Director
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003
Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai Tukar adalah harga mata uang dari suatu negara yang diukur, dibandingkan, dan dinyatakan dalam nilai mata uang negara lainnya. 1 Krisis moneter yang terjadi
Lebih terperinciClosing Remarks. Seminar Pengawasan Bank Indonesia di Bidang Makroprudensial, Moneter dan Sistem Pembayaran
Closing Remarks Seminar Pengawasan Bank Indonesia di Bidang Makroprudensial, Moneter dan Sistem Pembayaran Yang terhormat: Bp. M. Edhie Purnawan, Anggota Badan Supervisi Bank Indonesia, Anggota Muspida
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara sedang berkembang yang tengah menuju tahap kemapanan ekonomi, Indonesia membutuhkan anggaran belanja dalam jumlah besar untuk membiayai berbagai program
Lebih terperinciPara Direktur Kepatuhan Perbankan dan Pimpinan Perbankan lainnya;
KEPALA EKSEKUTIF PENGAWASAN PERBANKAN OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR FORUM KOMUNIKASI DIREKTUR KEPATUHAN PERBANKAN PENERAPAN TATA KELOLA DAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN JAKARTA,
Lebih terperinciFokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global
Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang
Lebih terperinciBANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :
Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian dunia mengakibatkan perkembangan ekonomi Indonesia semakin terintegrasi sebagai konsekuensi dari sistem perekonomian terbuka yang berhubungan
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI NASIONAL PENYUSUNAN PROGRAM PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN IKM TAHUN 2017 BANDA ACEH, 27 MARET
Lebih terperinciBapak Fauzi Ichsan, Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan; Bapak dan Ibu Yang Mewakili Satuan Kerja Pemerintah Daerah;
Keynote Speech - Seminar Nasional Peran Strategis Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Memelihara Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia, Bali, 4 Mei 2017 Yang kami hormati, Bapak Fauzi Ichsan,
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada
Lebih terperinciKETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETERANGAN PERS Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Untuk Menjaga Stabilitas Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi Jakarta, 28 Mei 2018 Pemerintah, Bank
Lebih terperinciBANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :
Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan
Lebih terperinciBANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :
Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)
Lebih terperinciPengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN
Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F 0102058 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menyelenggarakan pemerintahan, suatu negara memerlukan
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik
BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004
Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap negara di dunia ini melakukan perdagangan antar bangsa atau yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi kebutuhan baik barang maupun
Lebih terperinciPerkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur
1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-undang (UU) No. 3 tahun 2004 Pasal 7, tugas Bank
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai Undang-undang (UU) No. 3 tahun 2004 Pasal 7, tugas Bank Indonesia adalah mencapai dan menjaga kestabilan nilai Rupiah, yang salah satunya adalah dalam bentuk
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara FORUM EKSPOR INDUSTRI MANUFAKTUR Jakarta, 11 September 2013
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara FORUM EKSPOR INDUSTRI MANUFAKTUR Jakarta, 11 September 2013 Yang Terhormat : Saudara Menteri Keuangan; Saudara Menteri Perdagangan; Para Pejabat Eselon I dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di media massa seringkali kita membaca atau mendengar beberapa indikator makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat Bank Indonesia,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010
PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi
Lebih terperinciANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007
ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global
Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Di tengah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global, kinerja perekonomian domestik selama tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin
Lebih terperinciKEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015
KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. INDO KORDSA, TBK JAKARTA, 06 JANUARI 2015 Yang Mulia Duta Besar Turki; Yth. Menteri Perdagangan atau yang mewakili;
Lebih terperinciBernavigasi melewati Kerentanan
Bernavigasi melewati Kerentanan Agus D.W. Martowardojo Gubernur Bank Indonesia (sebagaimana disusun untuk diserahkan, Indonesia Fixed Income and High Yield Bond Forum 2015) 22 September 2015, Jakarta,
Lebih terperinciyang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayah-nya kita dapat berkumpul pada hari ini dalam acara Pembukaan Pasar Keuangan Rakyat.
S A M B U T A N KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PEMBUKAAN PASAR KEUANGAN RAKYAT Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta 20 Desember 2014 Assalaamu alaikum Warohmatullaahi Wabarokatuh,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,
BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti
Lebih terperinciAPBN 2013: Mendorong Peningkatan Kualitas Belanja
Keynote Speech APBN 2013: Mendorong Peningkatan Kualitas Belanja Disampaikan oleh: Menteri Keuangan Republik Indonesia Yth. Pimpinan Badan Anggaran DPR-RI, Yth. Wakil Menteri Keuangan dan Para Pejabat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis keuangan Eropa dan krisis keuangan Amerika Serikat. Krisis ekonomi global yang terjadi berturut-turut tersebut
Lebih terperinciHarian Bisnis Indonesia
Keynote Speech Dr. Darmin Nasution Seminar: Financial Lecture: Pasca-Investment Grade: What Next? Harian Bisnis Indonesia 18 Januari 2012 Yang saya hormati Pemimpin Umum Harian Bisnis Indonesia Bapak Prof.
Lebih terperinciPERTEMUAN TAHUNAN INDUSTRI JASA KEUANGAN MEMACU PERTUMBUHAN Jakarta, 18 Januari 2018
Page1 Short Version Kamis, 18 Januari 2018 20:56:30 PERTEMUAN TAHUNAN INDUSTRI JASA KEUANGAN MEMACU PERTUMBUHAN Jakarta, 18 Januari 2018 Yang Kami muliakan, Presiden Republik Indonesia Bapak Ir. H. Joko
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA DAN KONSULTASI NASIONAL KE XXVII
Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA DAN KONSULTASI NASIONAL KE XXVII KUPANG, 14 APRIL 2016 Yang Saya Hormati: 1. Gubernur NTT; 2. Ketua Umum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengelola dana masyarakat secara baik dan benar.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perbankan merupakan bidang usaha yang dapat meningkatan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di suatu negara. Oleh karena itu, perbankan diharapkan mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan salah satu kunci dalam setiap pembicaraan tentang pertumbuhan ekonomi. Menurut penggunaannya investasi diartikan sebagai pembentukan modal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia
Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA 3rd SUSTAINABLE BUSINESS DIALOGUE IN COOPERATION WITH THE GLOBAL PRACTITIONERS DIALOGUE ON CLIMATE
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. UNILEVER INDONESIA, TBK BEKASI, 25 AGUSTUS 2015
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIAN PABRIK PT. UNILEVER INDONESIA, TBK BEKASI, 25 AGUSTUS 2015 Yth. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; Yth. Bupati Kabupaten Bekasi; Yth. Mr. Pier
Lebih terperinciMenteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016
Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;
Lebih terperinciTUBAN, 24 AGUSTUS 2015
SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA PERESMIAN PABRIK SEMEN PT. HOLCIM INDONESIA, Tbk. TUBAN, 24 AGUSTUS 2015 Yang terhormat: Gubernur Provinsi Jawa Timur, Bapak Sukarwo; Bupati Tuban, Bapak K.H.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan masyarakat demokratis, yang
Lebih terperinciAlamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.
September 2014-1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN:
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis
Lebih terperinci