PROSPEK DUNIA USAHA DAN PEMBIAYAANNYA OLEH PERBANKAN SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA TGL. 7 J J U U N N II
|
|
- Ari Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROSPEK DUNIA USAHA DAN PEMBIAYAANNYA OLLEH PERBANKAN SAMBUTTAN GUBERNUR BANK INDONESII IA TTGLL.. 77 JJUUNNI II Pendahuluan 1. Pagi ini saya sangat berbahagia dapat berkumpul bersama untuk membuka Workshop Prospek Dunia Usaha dan Pembiaannya oleh Perbankan, sebuah forum yang saya yakini akan sangat bermanfaat. Saya katakan sangat bermanfaat karena melalui workshop ini tersandar sebuah harapan yang besar akan terciptanya sebuah forum komunikasi yang akan berkelanjutan yang nantinya akan berujung kepada sebuah saling pengertian dan saling kerja sama, yang tentunya saling menguntungkan, antara dua sektor yang sangat penting bagi perekonomian setiap bangsa, yakni sektor riil dan perbankan. 2. Sejak tahun 1998, Bank Indonesia bersama-sama dengan pemerintah terus melakukan perbaikan dalam perekonomian Indonesia yang porak poranda setelah dilanda krisis ekonomi. Penyelamatan terhadap sistem perbankan masuk ke dalam prioritas paling utama. Pemerintah dan Bank Indonesia melakukan tindakan restrukturisasi perbankan yang menghabiskan dana yang sangat besar. Hal ini tentu karena keyakinan bahwa pemulihan ekonomi nasional membutuhkan adanya sistem perbankan yang kuat sehat dan stabil. Kita memang masih percaya bahwa sistem perbankan merupakan sumber penting bahkan terpenting dalam pendanaan pembangunan ekonomi nasional. 3. Saat ini situasi makroekonomi telah menunjukkan perkembangan yang sangat berarti. Dalam lebih dari satu tahun terakhir kita telah mengalami stabilitas makroekonomi, sebuah unsur penting bagi pembangunan ekonomi setiap bangsa. Tingkat suku bunga SBI sudah berada pada level yang relatif rendah, terakhir berkisar pada angka 7.33% per tahun. Tingkat inflasi berhasil ditekan hingga mencapai 5.06% pada akhir tahun 2003 dan ditargetkan berkisar 5-6% dalam jangka menengah panjang. Kondisi ekonomi makro yang kondusif, disertai dengan disiplin kebijakan fiskal yang dilakukan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang melampaui target pada tahun lalu yakni 4.07%. Sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi makro, berbagai upaya pemulihan yang dilakukan dalam kerangka restrukturisasi perbankan juga telah menunjukkan hasil yang cukup baik sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai indikator industri perbankan. Per akhir bulan April 2004, kecukupan modal bank secara rata-rata telah mencapai angka 22.4%, melebihi angka 8% yang menjadi syarat minimum kecukupan modal bank. NPL perbankan sudah berada di kisaran 2%. Jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dikumpulkan perbankan juga terus mengalami peningkatan sejak tahun Hal ini merupakan salah satu refleksi dari peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan kita saat ini. Tantangan Berikutnya 4. Perekonomian Indonesia sekarang dihadapkan pada tantangan berikutnya, yakni meningkatkan taraf hidup rakyat melalui peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja. Kedua hal ini hingga sekarang masih belum berhasil dicapai. Pertumbuhan ekonomi saat ini ternyata masih belum mampu menciptakan cukup lapangan kerja. Akibatnya, tingkat pengangguran masih tinggi, bahkan sangat 1
2 tinggi untuk ukuran Indonesia, yakni 9.8% per akhir tahun Untuk mengatasi permasalahan dan sekaligus menjawab tantangan ini, pertumbuhan ekonomi perlu ditingkatkan ke level setidaknya 5-6%. Dan hal ini tidak dapat kita lakukan kalau perekonomian Indonesia masih mengandalkan konsumsi sebagai motornya, sebagaimana telah kita alami selama 5 tahun terakhir ini. 5. Kondisi yang demikian membutuhkan adanya peningkatan peranan investasi dan ekspor, yang saat ini masih sangat kecil. Dan dengan kemampuan keuangan Pemerintah yang sangat terbatas, tidak terlalu berlebihan jika timbul pertanyaan dan tuntutan kepada perbankan untuk meningkatkan kontribusinya dalam pembangunan ekonomi. Agar sektor riil dapat bergerak, agar angka pengangguran dapat ditekan dan pertumbuhan ekonomi dapat mencapai angka yang kita inginkan. harapan yang sangat besar diarahkan kepada sektor perbankan untuk meningkatkan fungsi intermediasinya dengan meningkatkan pemberian kredit untuk membiayai investasi. Kondisi Saat ini 6. Walaupun perbankan sudah mulai memasuki tahapan baru restrukturisasinya, ternyata harapan tersebut masih belum dapat dipenuhi oleh sektor perbankan. Saat ini, Loan to Deposit Ratio bank-bank masih berkisar di angka sekitar 45%. Secara total, jika dibandingkan dengan GDP, suplai kredit perbankan masih berkisar pada angka 25% dari GDP, masih jauh dari angka sebelum krisis yang mencapai 75% GDP. Pertanyaannya sekarang adalah, mengapa setelah berbagai upaya restrukturisasi yang dilakukan, pertumbuhan kredit perbankan masih berjalan sangat lamban? Apakah benar perbankan enggan memberikan kredit atau dunia usaha kita yang memang masih belum pantas untuk menerima kredit? Tantangan Sektor Perbankan 7. Dalam perekonomian negara pasca krisis seperti Indonesia, faktor-faktor yang dapat menurunkan penawaran kredit perbankan dapat bersumber dari sisi internal dan eksternal bank. Secara internal, perbankan yang saat ini tengah berada dalam tahapan konsolidasi, tentu akan ekstra hati-hati sebelum memutuskan untuk memberikan kredit kepada dunia usaha. Terlebih lagi jika melihat betapa dunia usaha di Indonesia saat ini juga masih bergulat dengan berbagai permasalahannya sendiri. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa pengalaman buruk masa krisis, dimana bank harus berhadapan dengan kredit macet korporasi yang hampir meruntuhkan perbankan Indonesia, berperan dalam mendorong sikap bank yang ekstra konservatif. Disamping itu, dalam tahap konsolidasi ini perbankan pada umumnya masih dihadapkan dengan berbagai kelemahan operasional maupun sistem internal kontrol. Untuk mengatasi hal ini, bank melakukan berbagai langkah seperti pengetatan prosedur pemberian kredit dan menerapkan risk management secara ketat. 8. Hal ini diperburuk lagi dengan adanya kesenjangan informasi (assymetric information), yakni kurangnya pengetahuan bank akan kondisi sebenarnya dari berbagai individu perusahaan. Akibatnya, banyak perusahaan yang layak dibiayai tidak memperoleh akses kredit bank semata-mata karena bank tidak memahami nature dari usahanya, atau karena bank tidak mengerti bahwa komoditi yang dihasilkan suatu perusahaan memiliki daya saing yang tinggi dan pasar yang baik secara internasional atau karena sebab sebab lain yang terkait 2
3 dengan kurangnya pengetahuan bank. Di sini kemampuan analis kredit bank menjadi sangat crucial, agar mampu meningkatkan penyaluran kredit bank kepihak ketiga tanpa mengorbankan kehati-hatian. 9. Ditambah lagi dengan kebijakan Bank Indonesia yang konsisten dengan rencana yang telah dituangkan dalam Arsitektur Perbankan Indonesia, untuk terus melakukan penyempurnaan dan perbaikan terhadap berbagai kebijakan perbankan, termasuk dengan semakin tegas dalam menangani bank yang bermasalah. Hal ini mendorong bank untuk semakin berhati-hati dengan cara antara lain melakukan penyesuaian atas portfolio asset-nya termasuk dengan menambah penempatan pada asset yang lebih likuid dan berisiko rendah seperti SBI dan obligasi Pemerintah. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau portfolio asset sektor perbankan masih didominasi oleh penanaman dalam bentuk SBI dan surat-surat berharga. Masing-masing sebesar Rp triliun (12.3%) dan Rp triliun (32.9%). Sedangkan penanaman dalam bentuk kredit hanya 46% dari total aktiva produktif bank. Jumlah itupun masih didominasi oleh kredit konsumsi. 10. Dalam kondisi likuiditas yang berlimpah, dana perbankan nasional ternyata kebanyakan masih berputar-putar di sektor keuangan, bukan sektor yang riil dan produktif. Padahal, perbankan sendiri tidak bisa terus menerus bergantung kepada penyaluran kredit konsumsi dan penempatan di pasar uang sebagai sumber utama pendapatannya. Tanpa peningkatan investasi yang dapat menciptakan peningkatan kesempatan kerja, lambat laun konsumsi masyarakat tentu turun karena karena penghasilannya yang menurun. Tantangan Sektor Riil 11. Disamping permasalahan internal bank, secara eksternal bank juga dihadapkan pada kondisi pasca krisis dimana perekonomian belum benar-benar bergairah kembali. Sebagai akibatnya, permintaan terhadap kredit bank juga relatif menurun. Secara mikro, diantara perusahaan-perusahaan yang berhasil bertahan setelah krisis, banyak yang sekarang masih melakukan konsolidasi, termasuk dengan cara mengurangi beban hutang. Kapasitas produksi terpasang yang belum optimal dimanfaatkan ketika pendapatan masyarakat masih rendah dan belum kembali seperti masa sebelum krisis, juga menjadi penyebab rendahnya permintaan investasi, sekaligus permintaan terhadap kredit bank. Bahkan banyak perusahaan yang harus melakukan efisiensi dan rasionalisasi karena masih lesunya pasar. Pasar yang lesu ini juga berperan dalam menurunkan creditworthiness dunia usaha. 12. Disamping itu, aktifitas investasi yang terjadi saat ini masih kelihatan tersebar dan tidak didukung oleh suatu strategi yang bersifat nasional. Akibatnya, tidak mengarah kepada suatu tujuan jangka panjang yang jelas dan terencana. Disini tampak bahwa dunia usaha sendiri juga membutuhkan informasi yang obyektif akan posisi mereka. Bagaimana daya saing mereka, tidak hanya di pasar lokal, tetapi juga di pasar internasional. Apakah produk yang mereka hasilkan sekarang masih akan diminati orang dalam jangka panjang. Apakah usaha yang digeluti ternyata sudah masuk sunset industry. Untuk menyediakan informasiinformasi penting ini dibutuhkan adanya observasi dan survey secara nasional yang dilakukan terarah kepada tujuan untuk meningkatkan daya saing industri Indonesia. 3
4 Peranan Bank Indonesia 13. Dalam kondisi yang demikian, tidak adil jika kita hanya saling menyalahkan. Pertanyaan paling penting yang harus dijawab saat ini adalah, apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi disintermediasi perbankan ini. Setelah kita mengidentifikasi berbagai permasalahan baik di sektor perbankan maupun di sektor riil, upaya untuk menjawab pertanyaan ini akan menjadi lebih terarah. 14. Bank Indonesia sendiri dengan kewenangan yang dimilikinya, sebagaimana telah saya kemukakan dalam pendahuluan tadi, selama ini telah berupaya menciptakan kondisi makroekonomi yang stabil agar dapat menyediakan iklim yang kondusif bagi pertumbuhan di sektor perbankan dan sektor riil. Upaya mencapai tingkat inflasi yang rendah, nilai tukar yang stabil dan tingkat suku bunga yang relatif rendah pada dasarnya ditujukan agar tersedia ruang yang cukup bagi ekspansi pembiayaan ke sektor riil oleh bank. 15. Disamping itu, sekurang-kurangnya terdapat 4 langkah konkrit yang telah dan akan terus dilakukan Bank Indonesia, khususnya dalam mensinkronkan kesenjangan yang ada antara kedua sektor tersebut. Pertama, adalah dengan memperkuat struktur kelembagaan perbankan. Langkah ini, konsisten dengan framework Arsitektur Perbankan Indonesia, akan mencakup proses konsolidasi industri perbankan guna mencapai tatanan baru yang lebif sehat, kuat dan efisien guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan memberikan maslahat bagi masyarakat. Kami semua meyakini bahwa perbankan yang sehat akan mampu meningkatkan eksposurnya ke sektor riil tanpa harus mengorbankan prinsip kehati-hatian. 16. Kedua, BI saat ini tengah melakukan survey untuk menghasilkan suatu peta industri tanah air. Survey ini dimaksudkan untuk memfasilitasi seluruh stakeholder BI dengan informasi yang akurat akan industri yang kita miliki. Dengan adanya suatu peta industri yang akurat, kita dapat mengetahui dengan lebih baik berbagai permasalahan yang dihadapi oleh dunia usaha. Bagi Pemerintah sendiri, survey ini dapat dijadikan bahan masukan dalam menetapkan skala prioritas dalam menangani berbagai permasalahan di sektor riil. Dengan demikian setiap kebijakan yang dibuat untuk memajukan sektor riil dapat lebih efektif. Pada waktunya perbankan juga akan dilibatkan dalam survei ini. Dengan demikian kami bisa berharap bahwa masalah assymetric information antara bank dengan industri dapat diatasi dan dengan sendirinya akan dapat meningkatkan penyaluran kredit ke sektor riil oleh perbankan. 17. Ketiga, sebagai bagian dari upaya menciptakan komunikasi yang lebih baik dan meningkatkan interaksi antara bank dengan sektor riil, BI juga memfasilitasi berbagai pertemuan dan forum seperti workshop yang sebentar lagi akan segara saya buka ini. 18. Sebagai langkah keempat, Bank Indonesia bersama dengan Pemerintah saat ini tengah membangun suatu framework jaring pengaman sektor keuangan yang dibutuhkan untuk mendukung stabilitas sektor keuangan secara keseluruhan. Framework ini merupakan embrio dari Undang-Undang Jaring Pengaman Sektor Keuangan. Sebagai bagian utama dari framework ini adalah penyiapan infratruktur system keuangan yang komprehensif seperti Lembaga Penjamin 4
5 Simpanan, Credit Bureau, Lembaga Rating dll. Dengan berfungsinya infrastruktur tersebut dengan baik, saya yakin bahwa perkembangan fungsi intermediasi yang selama ini terhambat akan dapat kembali normal, karena risiko kredit dan operasional dari usaha bank dapat diminimalisir. PENUTUP 19. Sebelum mengakhiri pembicaraan pagi ini, Ijinkanlah saya untuk menggarisbawahi 3 hal berikut: Pertama, kita semua berkepentingan untuk dapat mengangkat perekonomian kita ke level yang lebih tinggi agar mampu meningkatkan pendapatan masyarakat melalui peningkatan kesempatan kerja. Pertumbuhan yang tinggi ini hanya dapat dicapai jika kita mampu meningkatkan investasi dan ekspor. Kedua, perlu saya ingatkan bahwa peningkatan intermediasi perbankan tidak akan serta merta menyelesaikan semua masalah yang dihadapi oleh dunia usaha Indonesia, namun tanpa itu, akan sangat sulit bagi dunia usaha untuk kembali pulih. Dan sebagai akibatnya, akan sangat sulit bagi bangsa ini untuk dapat mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi, sebagaimana yang kita inginkan. Dan ketiga, berbagai permasalahan yang menyangkut keengganan bank untuk meningkatkan fungsi intermediasinya harus dapat diselesaikan segera. Saya percaya bahwa bank memiliki tanggung jawab terbesar untuk mengatasi masalah intermediasi saat ini. Namun demikian, pemecahannya akan kita lakukan bersama-sama, antara perbankan, dunia usaha, pemerintah dan Bank Indonesia. 20. Terakhir, perlu kembali saya ingatkan bahwa dalam setiap tahapan upaya restrukturisasi perekonomian kita, baik sektor rill maupun perbankan pasti akan menjumpai berbagai tantangan baru yang harus mampu kita atasi bersama. Hal ini sangat relevan dengan situasi yang tengah kita hadapi. Mencermati peningkatan volatilitas nilai tukar Rupiah yang kita alami akhir-akhir ini, semakin terlihat betapa pentingnya kemampuan perekonomian kita untuk menjadi resilient, yang harus didukung oleh kekuatan di sektor riil dan perbankan. Menurut saya gejolak nilai tukar Rupiah saat ini merupakan suatu gejala yang sifatnya sementara. Fundamental perekonomian Indonesia sendiri saat ini masih sangat solid. Meskipun demikian, hal ini akan kami tangani dengan serius. Bank Indonesia saat ini tengah menyiapkan paket kebijakan yang akan semakin mempersempit ruang gerak berbagai kegiatan spekulasi atas mata uang Rupiah. 21. Saudara-saudara yang saya hormati, dengan ini Workshop Prospek Dunia Usaha dan Pembiayaannya oleh Perbankan, saya buka. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan meridhoi langkah kita. Jakarta, 7 Juni 2004 GUBERNUR BANK INDONESIA BURHANUDDIN ABDULLAH 5
1. Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peran perbankan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peran perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Bank dan lembaga keuangan lainnya memiliki dua kegiatan utama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam perekonomian di setiap negara, merupakan sebuah alat yang dapat mempengaruhi suatu pergerakan pertumbuhan
Lebih terperinciINDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER
PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan yang semakin ketat dalam sektor perbankan menuntut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang semakin ketat dalam sektor perbankan menuntut optimalisasi peranan perbankan. Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi keuangan pun perlu dicermati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, peranan perbankan sebagai fungsi intermediary yaitu menghimpun dan menyalurkan kembali dana dirasakan semakin
Lebih terperinciARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute
ARTIKEL PASAR MODAL MEMBANTU PEREKONOMIAN Purbaya Yudhi Sadewa Senior Economist Danareksa Research Institute Kinerja dunia perbankan dalam menyalurkan dana ke masyarakat dirasakan masih kurang optimal.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai analisis Kesehatan Bank terhadap Harga Saham pada Perbankan BUMN Go Public periode tahun 2007-2011,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia perbankan saat ini banyak disorot oleh masyarakat banyak karena banyak sekali menimbulkan permasalahan yang sulit untuk dipecahkan. Salah satu permasalahan yang
Lebih terperinciKEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI
KEMAMPUAN RASIO CAMEL DALAM MEMPREDIKSI PENGHIMPUNAN DANA MASYARAKAT : INFLASI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI Tesis Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajad S-2 Gelar Magister Manajemen Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (demand deposit), tabungan (savings), dan deposito berjangka (time
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perbankan di Indonesia memiliki peranan penting dalam menumbuhkan perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan dalam kegiatan perekonomian tidak akan pernah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan perekonomian suatu bangsa, bank memegang peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan perekonomian suatu bangsa, bank memegang peranan yang cukup penting dalam lalu lintas keuangan. Perbankan sebagai lembaga keuangan yang memiliki
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang melanda Indonesia pada tahun 1997 telah melumpuhkan perekonomian Indonesia. Lemahnya sistem perbankan nasional merupakan salah satu penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional menghadapi masalah yang dapat membahayakan kelangsungan usaha perbankan serta merugikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi dan moneter tahun 1997 memberikan pembelajaran yang serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal terkuras, kualitas aset
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa
Lebih terperinciBoks 2 SURVEI INDIKATOR PERBANKAN RIAU TAHUN I. Latar Belakang
Boks 2 SURVEI INDIKATOR PERBANKAN RIAU TAHUN 2009 I. Latar Belakang Terjadinya gangguan di sektor riil tentunya akan menimbulkan gangguan bagi stabilitas sistem keuangan daerah. Salah satu sektor keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan ekonomi dalam suatu negara tidak terlepas dengan peran perbankan yang mempengaruhi perekonomian negara. Segala aktivitas perbankan yang ada di suatu negara
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciAsesmen terhadap Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Propinsi Sumatera Selatan
SUPLEMEN 4 Asesmen terhadap Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Propinsi Sumatera Selatan Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) menjadi topik sentral dalam beberapa tahun terakhir khususnya pasca terjadinya krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di media massa seringkali kita membaca atau mendengar beberapa indikator makro ekonomi misalnya Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat inflasi, Sertifikat Bank Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan
Lebih terperinciMEMPERSEMPIT KESENJANGAN KEBIJAKAN MONETER DENGAN SEKTOR RIIL Oleh: Djoko Retnadi, pengamat ekonomi dan perbankan 1
1 MEMPERSEMPIT KESENJANGAN KEBIJAKAN MONETER DENGAN SEKTOR RIIL Oleh: Djoko Retnadi, pengamat ekonomi dan perbankan 1 Survey yang dilakukan oleh JBIC (Japan Bank for International Cooperation) terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Domestik Bruto (PDB) dalam jangka panjang. Demikian juga halnya pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi antara lain bertujuan untuk meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) dalam jangka panjang. Demikian juga halnya pembangunan ekonomi Daerah Provinsi
Lebih terperinciMenjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi
Sambutan Gubernur Bank Indonesia Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta, 10
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Pada tahun 1997, Indonesia dilanda krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Bab 1 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1997, Indonesia dilanda krisis ekonomi yang berkepanjangan. Tahun 1998-1999 adalah tahun peralihan, di mana pada tahun-tahun ini Indonesia menghadapi banyak
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat di ambil simpulan sebagai berikut: 1. Perkembangan Capital Adequacy
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Selama krisis berlangsung, sektor pertanian telah menjadi sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama krisis berlangsung, sektor pertanian telah menjadi sektor penyelamat ekonomi, dimana sektor ini relatif tahan banting terhadap goncangan moneter,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perbankan sampai saat ini masih merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini karena sektor perbankan merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang penting dalam mewujudkan pembangunan ekonomi suatu negara. Papanek (2004) mengatakan bahwa jika
Lebih terperinci... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K
1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari
Lebih terperinciMenata dan Memperkuat Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Global
Menata dan Memperkuat Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Global Dr. Darmin Nasution Pjs. Gubernur Bank Indonesia Pertemuan Tahunan Perbankan 2010 22 Januari 2010 Yang saya hormati, Para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah ditegaskan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
9 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebijakan kebijakan pemerintah dalam bidang perbankan antara lain adalah paket deregulasi Tahun 1983, paket kebijakan 27 Oktober 1988, paket kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan resikonya.
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah memberikan kontribusi yang besar terhadap menurunnya laju inflasi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 telah menyadarkan akan pentingnya landasan ekonomi yang lebih kokoh dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan
Lebih terperinciIV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia
IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran
Lebih terperinciBoks 4. SURVEI KREDIT PERBANKAN JAMBI: TANTANGAN DI TAHUN 2009
Boks 4. SURVEI KREDIT PERBANKAN JAMBI: TANTANGAN DI TAHUN 2009 Krisis global yang terjadi pada tahun 2008 serta diikuti dengan penurunan harga-harga komoditas perkebunan berdampak cukup signifikan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak
1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak perekonomian yang mempengaruhi seluruh aspek masyarakat. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar pendapatan bank berasal dari pendapatan bunga yang berasal dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas
Lebih terperinciSURVEI KREDIT PERBANKAN
SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y TRIWULAN IV-2003 - Permintaan serta pemberian persetujuan kredit baru secara indikatif memperlihatkan peningkatan - Kondisi tersebut diprakirakan akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi dalam sebuah negara. Bank memegang peranan penting dalam menyeimbangkan
Lebih terperinciBABI PENDAHULU~ Jumlah uang beredar teramat penting karena peranannya sebagai alat
BABI PENDAHULU~ 1.1 Latar Belakang Jumlah uang beredar teramat penting karena peranannya sebagai alat transaksi penggerak perekonomian. Besar kecilnya jumlah uang beredar akan mempengaruhi daya beli riil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern saat sekarang ini, menyimpan uang kas dalam jumlah banyak sudah tidak aman lagi. Dengan perkembangan teknologi dan semakin sempitnya lapangan pekerjaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar melemah diluar batas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada pertengahan tahun 1997, telah terjadi gejolak moneter yang menimbulkan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar melemah diluar batas kewajaran. Perekonomian
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR),
Lebih terperinciANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007
ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi dunia kini menjadi salah satu isu utama dalam perkembangan dunia memasuki abad ke-21. Krisis ekonomi yang kembali melanda negara-negara di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia dan sebagian negara Asia Tenggara dan Timur mengalami krisis ekonomi yang disebabkan oleh beberapa faktor baik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan krisis moneter terjadi pada tahun yang memberikan dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perbankan tidak terlepas dari munculnya permasalahan yang dihadapi antara lain masalah pendanaan, kredit macet, kinerja keuangan buruk, dan krisis moneter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu negara dan dengan cepat berimbas ke negara lain. Salah satu bukti konkretnya adalah krisis
Lebih terperinciKONSOLIDASI PERBANKAN
KONSOLIDASI PERBANKAN 1. MENGAPA KONSOLIDASI PERBANKAN DIPERLUKAN: a. Dalam rangka mencapai sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dan mendorong pertumbuhan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Loan (NPL),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di bidang perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan yang peranannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan yang menarik di bidang ekonomi saat ini adalah di bidang perbankan. Bank merupakan lembaga keuangan yang peranannya penting untuk perekonomian
Lebih terperinciTANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta
1 TANTANGAN INTERMEDIASI PERBANKAN 2007 1 Oleh: Djoko Retnadi, Ekonom Senior, The Indonesia Economic Intelligence, Jakarta Kinerja perbankan nasional sampai dengan tahun 2006 dianggap belum memuaskan karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediately institution) sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan perekonomian. Sebagai lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan perantara (intermediary) yang. liabilitas (penghimpunan dana) (Wuryandani, 2012).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan perantara (intermediary) yang dapat menghimpun dan mengalokasikan dana dari atau kepada masyarakat. Kinerja individual bank dan
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intermediasi keuangan. Menurut undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai intermediasi keuangan. Menurut undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November 1998,
Lebih terperinciSURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN IV I II III IV I II III IV
SURVEI PERBANKAN Triwulan IV-2006 Target pemberian kredit baru pada triwulan I-2007 dan tahun 2007 diperkirakan meningkat Hanya sekitar 37,5% responden yang realisasi kredit barunya di bawah target yang
Lebih terperinciVII. SIMPULAN DAN SARAN
VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Hasil analisis menunjukkan bahwa secara umum dalam perekonomian Indonesia terdapat ketidakseimbangan internal berupa gap yang negatif (defisit) di sektor swasta dan
Lebih terperinciPara Direktur Kepatuhan Perbankan dan Pimpinan Perbankan lainnya;
KEPALA EKSEKUTIF PENGAWASAN PERBANKAN OTORITAS JASA KEUANGAN SEMINAR FORUM KOMUNIKASI DIREKTUR KEPATUHAN PERBANKAN PENERAPAN TATA KELOLA DAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN JAKARTA,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan dan telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atas dana yang diterima dari nasabah. Sesuai dengan Undang undang RI nomor
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan suatu perusahaan yang menjalankan fungsi intermediasi atas dana yang diterima dari nasabah. Sesuai dengan Undang undang RI nomor 10 tahun 1998 tentang
Lebih terperinciSURVEI KREDIT PERBANKAN
SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y TRIWULAN III-2004 Permintaan Kredit dan persetujuan pemberian kredit baru pada triwulan III-2004 secara indikatif memperlihatkan peningkatan Peningkatan
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND
LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito
Lebih terperinciSURVEI KREDIT PERBANKAN
SURVEI KREDIT PERBANKAN TRIWULAN I-2005 Permintaan kredit dan persetujuan pemberian kredit baru pada triwulan I-2005 secara indikatif memperlihatkan peningkatan, namun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Resesi ekonomi dunia pada tahun 1982 dan kebijakan moneter yang kurang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Resesi ekonomi dunia pada tahun 1982 dan kebijakan moneter yang kurang berperan diikuti dengan melemahnya permintaan terhadap komoditas migas dan nonmigas dalam
Lebih terperinciSURVEI KREDIT PERBANKAN
SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y Triwulan I-2003 Permintaan maupun pemberian persetujuan kredit baru mengalami peningkatan, namun mengalami perlambatan yang cukup besar Kondisi tersebut
Lebih terperinciBANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :
Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin
Lebih terperinciSURVEI KREDIT PERBANKAN
SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y TRIWULAN I-2004 Permintaan serta pemberian persetujuan kredit baru secara indikatif memperlihatkan peningkatan meskipun sedikit melambat Kondisi tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasa keuangan berbasis Islam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya perbankan syariah di Indonesia, dikarenakan kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasa keuangan berbasis Islam sangat tinggi. Seiring dengan
Lebih terperinciSURVEI KREDIT PERBANKAN
SURVEI KREDIT PERBANKAN B A N K L O A N S U R V E Y TRIWULAN II-2004 Permintaan (termasuk permintaan kredit baru & permintaan tambahan atas fasilitas kredit yang sudah ada) dan persetujuan pemberian kredit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan mengacu pada Trilogi Pembangunan (Rochmat Soemitro,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. stabilitas ekonomi. Bank untuk bisa menjaga kepercayaan masyarakat, maka harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada saat ini pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan, karena perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan stabilitas ekonomi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional menjadi salah satu fokus utama pemerintah untuk menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor ekonomi menjadi salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transmisi kebijakan moneter merupakan proses, dimana suatu keputusan moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian. Perencanaan dalam sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008 perbankan Indonesia mulai terkena dampaknya dari krisi global tersebut. Dampak langsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki karakteristik tersendiri dan dalam pengelolaannya disesuaikan dengan karakteristik tersebut. Salah satu karakteristik yang sangat
Lebih terperinci