ANALISIS FINANSIAL JERUK KEPROK DI KABUPATEN KUTAI TIMUR. (Prospect of Keprok Orange in Kutai Timur Regency)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FINANSIAL JERUK KEPROK DI KABUPATEN KUTAI TIMUR. (Prospect of Keprok Orange in Kutai Timur Regency)"

Transkripsi

1 EPP.Vol.6 No : ANALISIS FINANSIAL JERUK KEPROK DI KABUPATEN KUTAI TIMUR (Prospect of Keprok Orange in Kutai Timur Regency) Dina Lesmana Program Studi Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, Samarinda ABSTRACT This study aimed at assessing financial feasibility of keprok orange in Kutai Timur. Data was analyzed by income analysis, B-C Ratio and sensitivity analysis. The result of study showed that business of keprok orange obtained was Rp ,00 which was accepted from 400 tree/ha. Benefit from this business was Rp ,00,-. Based on analysis of B/C ratio obtained value was 1,52. this matter indicated that keprok orange development in Kutai Timur Regency was feasibility and profitability. Key words : finansial, keprok orange, feasibility, profitabilty. PENDAHULUAN Tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari China. Jeruk yang ada sekarang di Indonesia dipercaya merupakan peninggalan orang Belanda yang mendatangkan jeruk manis dan keprok dari Amerika dan Italia (Prihatman, 2000). Sekitar % jeruk yang dikembangkan di Indonesia adalah jeruk siem, dan sisanya adalah jeruk keprok unggulan daerah dan jeruk lainnya (Suyamto et al., 2005). Jeruk siem Pontianak, siem Garut, dan siem Lumajang merupakan beberapa jenis jeruk siem yang ditanam di Indonesia, sedang jeruk keprok yang dikenal antara lain adalah keprok Garut dari Jawa Barat, keprok Siompu dari Sulawesi Tengara, keprok Tejakula dari Bali, keprok Kacang dari Sumatera Barat, keprok Batu 55 dari Batu, keprok Madura dari Jawa Timur, dan keprok So e dari Nusa Tenggara Timur (Prihatman, 2000). Sampai saat ini, pasar di Indonesia masih didominasi oleh jeruk siem karena produksinya yang mencapai % dari total produksi jeruk nasional (Winarno, 2004). Seiring dengan makin berkembangnya luasan tanaman jeruk keprok diharapkan dapat meningkatkan pasar untuk jenis jeruk ini, disamping juga melirik peluang ekspor. Perkiraan konsumsi jeruk dalam negeri tahun 2010 adalah ton atau meningkat 1,5 kali dibanding konsumsi pada tahun 2004 yaitu sebesar ton (Suyamto et al., 2005). Terdapatnya kecenderungan kekurangan produksi dibandingkan konsumsi untuk jeruk di Indonesia merupakan peluang bagi pelaku agribisnis untuk bermain di sektor ini. Apalagi selama ini Indonesia dikenal sebagai importir jeruk terbesar kedua di ASEAN setelah Malaysia (Agrimas Kapitalindo, 2007). Impor jeruk Indonesia pada tahun 2004 mencapai ton senilai US$ , sedangkan ekspornya hanya sekitar ton senilai US$ (Suyamto et al., 2005) Provinsi Kalimantan Timur mempunyai 10 kabupaten dan 4 kota. Sebagian besar dari Kabupaten mencanangkan program pengembangan pertanian sebagai arah pembangunannya sebagai antisipasi dari menipisnya cadangan kekayaan alam berupa emas, batubara, minyak bumi, dan kayu. Salah satu prioritas pengembangannya adalah komoditas hortikultura unggulan asli asal Kalimantan Timur. Beberapa komoditas hortikultura yang telah dilepas antara lain durian dan salak. Pada tahun 2003 ditemukan komoditas hortikultura unggulan lain, yaitu jeruk keprok yang berasal dari kecamatan Rantau Pulung, Kabupaten Kutai Timur. Kemudian pada tahun 2006 jeruk ini mulai serius dikembangkan karena keunikannya sebagai jeruk keprok dataran rendah yang mempunyai warna kulit orange. Pada tahun 2004 luasan produksi jeruk nasional mencapai ha dengan produksi sebesar ton (produktivitas berkisar antara ton/ha). Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara penghasil utama jeruk dunia ke-13 setelah Vietnam (Suyamto et al., 2005). Pada tahun yang sama, Kalimantan Timur hanya menyumbang produksi jeruk nasional sebesar 0,63 % (BPS Provinsi Kaltim, 2007). Kalimantan Timur belum dapat disebut sebagai sentra produksi jeruk karena masih diusahakan dalam usaha kecil. Pada tahun 2003

2 Analisis Finansial Jeruk Keprok di Kabupaten Kutai Timur (Dina Lesmana) 37 diketahui bahwa luas panen jeruk di Kalimantan Timur adalah 75 ha dengan produksi sebesar ton (Suyamto et al., 2005). Sampai sekarang, secara nasional perkebunan jeruk masih diusahakan dalam skala kecil secara terpisah dalam luasan 1-5 ha. Jeruk mulai dilirik sebagai komoditas hortikultura yang potensial di Kalimantan Timur karena permintaannya terus meningkat. Jeruk yang paling banyak dibudidayakan dan dipasarkan di Kalimantan Timur adalah jeruk siem, sedangkan jeruk keprok baru sedikit sekali. Mulai tahun 2007 ini, petani jeruk di Kalimantan Timur dikenalkan dengan varietas baru jeruk keprok lokal yang dapat tumbuh dan menghasilkan buah dengan warna orange pada dataran rendah (± 50 m diatas permukaan laut), tidak seperti biasanya jeruk keprok dataran rendah yang berwarna hijau. Daerah asal jeruk keprok, yang diberi nama Borneo Prima, tersebut adalah Kecamatan Rantau Pulung, Kabupaten Kutai Timur (Warta Prima, 2007). Jika dibandingkan jeruk siem yang hanya berasa manis, jeruk keprok mempunyai rasa khas, yaitu rasa manisnya terasa lebih segar karena terdapat campuran rasa asam. Dari penampilannya, jeruk ini juga lebih menarik karena lebih mudah dikupas dan tidak terasa pahit. Kulit jeruk yang pahit biasanya mempengaruhi rasa jeruk karena rasa pahitnya akan masuk ketika pengupasan kulit (jeruk siem biasanya sulit dikupas). tempat asal ditemukannya jeruk keprok Borneo Prima ini, Kecamatan Rantau Pulung di Kabupaten Kutai Timur dipilih sebagai daerah pengembangan perkebunan jeruk yang diusahakan dalam skala besar. Melalui koordinasi dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Timur, di Kecamatan Rantau Pulung akan dikembangkan luasan produksi untuk jeruk keprok ini sampai 500 ha (Kompas, 2007). Bahkan dalam arah kebijakan pengembangan jeruk nasional oleh Departemen Pertanian, luas areal perkebunan jeruk nasional ditargetkan menjadi hampir ha dengan target di Kalimantan Timur sekitar 365 ha pada tahun 2010 (Suyamto et al., 2005). Keberhasilan pengembangan suatu komoditas akan ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu kelayakan teknis, kelayakan ekonomis dan kelayakan secara politis. Komoditas yang dikembangkan dalam hal ini jeruk keprok harus dapat memberikan keuntungan dan dapat berkembang dengan mempertimbangkan faktor ekternalitas. Dengan kata lain petani akan menanam dan mengembangkan usahatani jeruk keprok jika secara finansial menguntungkan. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan finansial usahatani jeruk keprok di Kalimantan Timur khususnya di Kabupaten Kutai Timur. METODE PENELITIAN Data dikumpulkan berupa data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian, dan laporan-laporan lembaga dan instansi pemerintah yang menangani komoditas pertanian dan hortilkultura, yaitu Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Badan Pusat Statistik (BPS), BAPPEDA, dan lembaga lain di Kabupaten Kutai Timur. Selain itu secara khusus data juga diambil dari Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) yang berada di Kota Malang. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara langsung dengan petani jeruk yang ada di Kecamatan Rantau Pulung. Data primer diperoleh dari petani jeruk keprok kemudian dikompilasi dan ditabulasi serta dipetakan secara kualitatif dan kuantitatif. Metode analisis yang diterapkan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha pengembangan jeruk keprok secara sederhana dihitung dengan beberapa metode analisis, yaitu Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (B/C ratio), Titik Impas Produksi (TIP) atau Braek Even Point (BEP), serta metode analisis sensivitas/kepekaan. Imbangan penerimaan dan biaya (B/C Ratio) untuk mengetahui tingkat efesiensi usahatani jeruk keprok digunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya (B/C Ratio) dengan rumus (Kadariah, 1988). B/C ratio = Penerimaan/Pengeluaran Total Dengan mempelajari hubungan antara biaya produksi dengan volume penjualan serta penerimaan, maka dapat diketahui tingkat keuntungan serta kelayakan suatu usaha. Titik impas produksi dan harga diketahui dengan menggunakan rumus yang disajikan pada Gambar 1. Q = BTT : (P-BVR) P = BTT : Q P keterangan : Harga Q PT BT BTT Output

3 EPP.Vol.6 No : PT BT BTT Q P = penerimaan total; = biaya total; = biaya tetap total; = titik impas produksi; = titik impas harga. Analisis kepekaan bertujuan untuk melihat hasil kegiatan ekonomi bila ada kesalahan atau perubahan dalam perhitungan biaya atau benefit (Kadariah et al, 1998). Disebut peka bila dengan adanya sedikit penurunan harga atau produksi menyebabkan usahatani sudah merugi. Sebaliknya, disebut tidak peka apabila sedikit penurunan harga dan produksi tidak menyebabkan usahatani berada pada kondisi rugi (Adnyana, et al, 1994). HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Kutai Timur memiliki luas wilayah ,14 km2 atau ha (32 % luas propinsi Kalimantan Timur). Kabupaten secara geografis terletak di daerah khatulistiwa dengan posisi antara Bujur Timur Secara administrasi, wilayah ini berbatasan di Sebelah Utara dengan Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Berau, di Sebelah Timur dengan Selat Makasar, di Sebelah Selatan dengan Kabupaten Lutai Kartanegara dan Kota Bontang, dan di Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kertanegara. Keadaan iklim di Kabupaten Kutai Timur termasuk iklim tropika basah dengan temperature rata-rata 26ºC dan temperature maksimum rata-rata 31,2ºC dan temperature minimum rata-rata 23ºC, dengan tingkat kelembaban 82,3%. Curah hujan rata-rata berkisar mm/th dengan jumlah hari hujan hari hujan tiap tahun. Perbedaan temperature antara siang dan malam berkisar 5-8ºC. Kecamatan Rantau Pulung merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Kutai Timur dengan luas wilayah 143,82 km² terbagoi atas 8 desa dengan jumlah penduduk jiwa. Tanaman jeruk banyak ditemui di Kecamatan Rantau Pulung serta menjadi salah satu sumber penghasilan utama yang penting bagi petani. Pada tahun 2003, Tim Monitoring Program Pengembangan Agribisnis Jeruk Rantau Pulung yang digagas oleh Community Development (Comdev) PT Kaltim Prima Coal (KPC) bekerja sama dengan Balai Penelitian Buah (Balitbu) Solok, Sumatera Barat, dan Loka Penelitian Jeruk (Lolit Jeruk) Tlekung, Malang, menemukan tanaman jeruk keprok di Kecamatan Rantai Pulung, Kabupaten Kutai Timur. Tidak seperti jeruk keprok dataran rendah pada umumnya, jeruk keprok ini cukup unik karena buahnya berwarna orange seperti jeruk keprok yang tumbuh di dataran tinggi. Lokasi ditemukannya jeruk keprok di Kecamatan Rantau Pulung ini berada pada ketinggian ± 50 m dari permukaan laut. Atas prakarsa Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Timur, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah-Subtropika Tlekung, Dinas Pertanian Kabupaten Kutai Timur dan PT Kaltim Prima Coal, jeruk tersebut telah dilepas oleh Departemen Pertanian sebagai varietas baru jeruk keprok dengan nama Jeruk Keprok Borneo Prima (Citrus reticulata Blanco) pada pertengahan tahun 2007 (Warta Prima, 2007). Menurut sumber : Warta Prima, 2007 ada beberapa alasan yang membuat jeruk keprok Borneo Prima layak untuk diusahakan atau dikembangkan adalah : 1. Produktivitasnya yang tinggi sekitar kg per pohon per tahun. 2. Harga ditingkat petani lebih tinggi antara % dibanding jeruk siem. 3. Penampilan buahnya lebih menarik dibanding jeruk siem. 4. Aroma dan cita rasa sangat khas, sehingga berpeluang sebagai komoditas ekspor. 5. Termasuk buah meja dan mudah dikupas. 6. Peluang pemasaran masih terbuka. 7. Masa simpannya lebih lama dibandingkan jeruk siem. Perkembangan Pasar Dunia dan Pasar Domestik Komoditas Jeruk Luas panen dan produksi jeruk dalam negeri Antara tahun menunjukkan peningkatan rata-rata per tahun yang cukup pesat, masing-masing mencapai 18,14 % dan 27 %. Pada tahun 2004 luas panen jeruk di Indonesia adalah 70 ha dengan produksi sekitar ton, produktivitasnya mencapai 22,86 ton/ha. Pada tahun yang sama, kondisi pasar dalam negeri juga menunjukkan perkiraan permintaan jeruk yang tinggi, yaitu sebesar ton, dengan peningkatan konsumsi pada tahun kurang lebih 25 % per tahun. Data tentang pasar jeruk nasional disajikan pada Tabel 1.

4 Analisis Finansial Jeruk Keprok di Kabupaten Kutai Timur (Dina Lesmana) 39 Tabel 1. Perkembangan produksi, ekspor, impor, konsumsi, dan kebutuhan jeruk (dalam ton). Tahun Produksi Ekspor Impor Konsumsi ) Perkembangan (% / tahun) Keterangan: 1) Perkiraan Sumber : (Suyamto et al., 2005) Pada tahun 2003, pangsa volume pasar jeruk Indonesia dalam perdagangan jeruk dunia adalah yang terendah. Walaupun demikian, Indonesia masih mempunyai peluang peningkatan pangsa pasar karena mempunyai potensi perluasan areal produksi disamping nilai FOB-nya yang termasuk rendah, yaitu hanya sekitar 328 US$/ton (Tabel.2) Dari data konsumsi baik dunia maupun nasional diketahui bahwa peluang usaha di sektor ini cukup besar. Tabel 2. Pangsa pasar jeruk Indonesia dalam perdagangan jeruk dunia pada tahun No. Negara Pangsa Volume (%) Harga FOB (US$/ton) 1 Indonesia 0, ,95 2 Cina 1,13 195,54 Hongkong 3 India 1,14 195,54 4 Italia 1,62 629,36 5 USA 3,12 541,33 6 Mesir 3,31 234,96 7 Turki 3,49 332,54 8 Belanda 4,46 576,50 9 Meksiko 5,20 416,48 10 Yunani 5,66 458,25 11 Afrika 14,34 295,14 Selatan 12 Spanyol 28,61 671,49 Dunia 100,00 - Sumber : (Suyamto et al., 2005) Terdapat 5 jenis jeruk yang diusahakan di Indonesia, diantaraya adalah jeruk besar/pamelo, jeruk nipis/purut, dan jeruk manis, jeruk siem, dan jeruk keprok. Di antara jenis tersebut, jeruk siem merupakan jenis jeruk paling banyak dibudidayakan dan kini masih mendominasi pasar nasional. Jeruk sempat menjadi primadona produk hortikultura di Indonesia sampai tahun Salah satu sentra jeruk di Indonesia adalah Kalimantan Barat yang terkenal dengan jenis jeruknya, yaitu jeruk pontianak, tetapi pada tahun 1994 kejayaan ini hancur karena persoalan hama dan tata niaga yang kurang menguntungkan petani. (Pirawan, 2007). Sebagian besar perkebunan jeruk yang diusahakan kini masih diusahakan dalam areaarea kecil, 1-5 ha, dan tidak tersentra, tetapi dengan semakin baiknya pasar jeruk nasional maka perkebunan jeruk skala besar sudah mulai dibuka. Di Kalimantan Barat, perusahaan perkebunan jeruk swasta yang membuka perkebunan jeruk skala besar adalah Mitra Jeruk Lestari yang mengusahakan perkebunan jeruk dengan luas 500 ha. Dari segi luasan produksi, perkembangan perkebunan jeruk di Indonesia cukup menggembirakan, produknya lebih banyak dipasarkan dalam bentuk segar. Sedangkan produk olahan seperti sari/jus jeruk keprok masih terbatas. Kegiatan produk olahan jeruk harus didukung oleh suplai bahan baku yang stabil, sehingga bila perkebunan jeruk ini berkembang dengan baik maka akan mendorong pertumbuhan sektor lain, yaitu industri pengolahan sari/jus jeruk keprok. Tidak seperti di daerah-daerah lain yang telah berkembang perkebunan jeruknya sehingga terkenal seperti Pontianak, Garut dan lain-lain, petani jeruk di Kalimantan Timur masih mencari identitas untuk berusaha menjadi salah satu sentra jeruk. Mereka masih menanam atas inisiatif sendiri. Walaupun demikian, beberapa lokasi menunjukkan bahwa lokasi tersebut cocok untuk pengembangan tanaman jeruk keprok. Teknis produksi jeruk keprok telah menjadi perhatian pemerintah yang melalui Departemen Pertanian dengan mendirikan Balitjestro (Balai Penelitian Jeruk dan Buah Sub-tropis) di Batu, Malang. Teknis produksi ini meliputi pemilihan lokasi, pengadaan bibit, pemeliharaan (pengolahan tanah, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit), pemanenan, dan penanganan lepas panen. Potensi Jeruk Keprok di Kabupaten Kutai Timur Hasil penilaian kesesuaian lahan di Kecamatan Rantau Pulung untuk tanaman jeruk termasuk kurang sampai cukup sesuai. Salah satu contoh analisa tanah dan lingkungan disajikan pada Tabel 3. Faktor utama yang membuat kesesuaian lahan hanya sampai pada

5 EPP.Vol.6 No : tahap kurang sampai cukup adalah tanahnya yang kurus (kurang unsur hara), seperti umumnya lahan di Kalimantan Timur. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan pengolahan tanah yang baik. Sedangkan untuk faktor yang tidak dapat dimanipulasi seperti cuaca, tergolong sangat sesuai, sehingga kondisi tersebut tetap menjadikan daerah Rantau Pulung sebagai sentra jeruk yang potensial. Tabel 3. Analisa kesesuaian lahan untuk tanaman jeruk pada desa Rantau Makmur, Kecamatan Rantau Pulung, Kabupaten Kutai Timur. Parameter Lokasi A Lokasi B Lokasi C Lokasi : BT 117 o o o LU 0 o o o Curah hujan (mm/thn) Bulan kering (bulan) Elevasi (m dpl) Kemiringan (%) Jeluk tanah (cm) Batu permukaan (%) 2055 (S1) 1 (S1) 97 (S1) (S2) 2055 (S1) 1 (S1) 69 (S1) 0-5 (S1) > (S1) 1 (S1) 83 (S1) 0-5 (S1) > 15 - (S1) Potensi genangan (hari) Permukaan air tanah (cm) Tekstur Drainase Kimia tanah : ph C-organik KPK (me/100g) N (%) P 2O 5 (%) K 2O (%) Toksisitas : Kejenuhan Al (%) >15 silty c (S2) sedang (S2) 4.8 (S3) 0.92 (S3) 9.77 (S3) 0.1 (S2) (S3) (S3) (S3) - (S1) silty c (S2) sedang (S2) 4.8 (S3) 0.92 (S3) 9.77 (S3) 0.1 (S2) (S3) (S3) (S3) 120 (S2) sandy c.(s2) buruk (S3) 5.3 (S2) 0.91 (S3) 6.77 (S3) 0.08 (S3) (S2) (S3) (S3) Parameter Lokasi A Lokasi B Lokasi C Kesimpulan: Potensi kesesuaian S2,r,d S2,r,d S3,d lahan S3,n,x S3,n,x S3,d,n,x Kesesuaian lahan aktual Sumber: Comdev PT Kaltim Prima Coal (2007) Keterangan notasi: S1 = Sesuai (Suitable) S2 = Cukup sesuai (Moderately suitable) S3 = Kurang sesuai (Marginally suitable) N = Tidak sesuai (Not suitable) c = Iklim (Climate) t = Tinggi tempat (Elevation) s = Kemiringan (Slope) r = Sifat fisik tanah (Physical properties) d = Genangan/drainasi (Drainage) n = Sifat kimia tanah (Chemical properties) x = Toksisitas (Toxicity) Produksi Pada kabupaten-kabupaten yang terdapat luasan produksi jeruk, dilakukan juga bantuan teknis produksi yang dilakukan oleh Dinas Pertanian atau Perusahaan-perusahaan yang mempunyai program Community Development. Bantuan ini meliputi penyediaan bibit dan teknis pemeliharaan terutama teknik pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit. Bibit jeruk keprok yang cocok dikembangkan di Kalimantan Timur yang lahannya termasuk dataran rendah adalah varietas jeruk keprok yang berasal dari Kecamatan Rantau Pulung, Kabupaten Kutai Timur, dengan nama jeruk keprok Borneo Prima. Harga per bibitnya ditingkat binaan PT KPC adalah Rp 1.500,-, tetapi bila telah dilempar di pasaran harganya sekitar Rp2.500,-. Diperkirakan pada pertengahan tahun depan (2008) perbanyakan bibit telah dapat dilakukan di Rantau Pulung setelah tersedia Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) Jeruk Keprok Borneo Prima di Kecamatan Rantau Pulung menyusul telah telah tersedianya Blok Fondasi dari jeruk tersebut di Kebun Pembibitan (KP) Tlekung Balitjestro, Batu, Malang. Baru tersedianya bibit jeruk keprok Borneo Prima pada pertengahan 2008 disebabkan jenis jeruk ini merupakan varietas yang baru ditemukan dan baru pertengahan tahun 2007 berhasil disediakan bibit jeruk bebas penyakit untuk jenis jeruk keprok borneo prima ini oleh Balai Penelitian Jeruk dan Buah-buahan Tropis (BALITJESTRO) di Batu, Malang. Pembersihan bibit jeruk dari 7 penyakit tanaman jeruk disebut sebagai indeksing, dan ini telah selesai dilakukan. Pemeliharaan Jeruk Keprok Budidaya jeruk keprok harus dilakukan dengan sistem drainase yang baik karena tanaman tersebut tidak suka pada air yang tergenang. Hal itu dapat dilakukan dengan membuat guludan dengan ukuran 1x1x1 m untuk setiap pohonnya. Jarak tanam yang diterapkan untuk jeruk keprok adalah 5x5 m sehingga dalam 1 ha dapat ditanami sebanyak 400 pohon. 1. Pengapuran Untuk daerah Kalimantan Timur yang karateristik lahannya adalah asam, maka dalam pengolahan tanah perlu dilakukan pengapuran untuk mengkondisikan lingkungan tanah dengan ph sekitar 6-7. Keperluan kapur untuk keperluan ini berkisar antara 2-3 ton per ha. Harga kapur saat ini adalah Rp per 50 kg dalam bentuk dolomit. 2. Pemupukan Pemupukan yang dilakukan untuk jeruk dapat dilakukan dengan pupuk sintetis, pupuk kandang, atau kombinasi keduanya. Bila digunakan pupuk sintetik, sampai tahun ke-5 dilakukan pemupukan dengan frekuensi 2-4 kali pertahun dengan menggunakan pupuk urea, TSP dan ZK. Pada masa produksi, pupuk yang harus

6 Analisis Finansial Jeruk Keprok di Kabupaten Kutai Timur (Dina Lesmana) 41 ditambahkan adalah sekitar 3 % dari berat produksi buah dengan komposisi 2 N, 1 P 2 O 5, dan 2 K 2 O, artinya setiap 100 kg buah perlu penambahan pupuk sekitar 3 kg pupuk yang dapat dirinci sebagai 2,7 kg urea (45 % N), 1,7 kg SP36 (36 % P 2 O 5 ) dan 2 kg KCl (60 % K 2 O). 3. Pemangkasan Pemangkasan dilakukan untuk meningkatkan produktifitas karena akan meningkatkan jumlah cabang, mengurangi jumlah daun yang hasilnya dapat merangsang pertumbuhan yang lebih banyak per tanaman, serta menghambat pertumbuhan hama dan penyakit. Pemangkasan pertama (dasar) dilakukan pada saat tanaman mempunyai tinggi kira-kira 60 cm untuk mendapatkan percabangan dan bentuk pohon yang baik. Tahapan pemangkasan dasar yaitu pemotongan batang utama, pemeliharaan tunas, kemudian pemilihan dan pemeliharaan cabang utama. Pangkas pemeliharaan adalah pemangkasan yang dapat dilakukan setiap saat jika kondisi menghendaki atau pemangkasan yang dilakukan bersamaan/setelah panen dengan tujuan untuk menjaga kesehatan tanaman, menjaga kestabilan produksi dan kualitas buah atau untuk peremajaan dan pembentukan profil pohon. 4. Penjarangan buah Penjarangan dilakukan pada pohon yang mempunyai buah lebat dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas buah dan kestabilan pada musim panen berikutnya. Penjarangan buah pada tanaman jeruk keprok Tejakula sebanyak 40 % dapat meningkatkan jumlah buah kelas A (diameter >7,1 cm atau >151 gram/buah) sebanyak 5,82 % dan kelas B (diameter 6,1-7 cm atau gram/buah) sebanyak 3,67 %. Di luar negeri, penjarangan buah dihitung dengan menggunakan alat yang disebut kuadran. Alat ini berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 0,5x0,5 m. Dalam satu kuadran, jumlah buah yang disisakan adalah 10 sampai 15. Waktu penjarangan dilakukan pada saat diameter buah mencapai 1-2 cm. 5. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit merupakan hal penting dalam pengelolaan pertanian. Bila ini dikerjakan dengan baik maka akan dapat mempertahankan produktifitas maksimum setiap tanaman. Disamping itu juga dapat mencegah kegagalan usaha pertanian ini. Kegagalan dalam pengendalian hama dan penyakit ini telah banyak menghancurkan usaha pertanian termasuk perkebunan jeruk, misalnya jeruk pontianak yang pada tahun 1993 hilang dipasaran karena tanamannya terserang penyakit. 6. Pemanenan Produksi pertama jeruk keprok dimulai pada tahun ke-3 setelah tanam tetapi produksi jeruk pertama kali ini biasanya dihilangkan untuk memperpanjang masa produksi tanaman jeruk. Produksi pertama yang diambil untuk tujuan komersial adalah pada tahun ke-4 setelah tanam dan dapat terus bertahan sampai sekitar tahun ke-20 setelah tanam. Buah dipetik dengan menggunakan gunting pangkas. Data yang ada menunujukkan bahwa jeruk keprok dapat menghasilkan buah sebanyak kg per tanaman per tahun, ini sama dengan 8-10 ton pe hektar per tahun. Produksi ini masih dibawah produksi negara subtropis yang dapat mencapai 40 ton per hektar. 6. Penanganan pascapanen Keperluan pemasaran dilakukan tahap sortasi menurut besarnya, yang biasanya terdiri dari 4 kelas. Kelas A adalah buah dengan diameter dan berat terbesar sedangkan kelas D memiliki diameter dan berat terkecil. Jeruk sebaiknya disimpan pada tempat yang teduh, lebih baik bila pada suhu dingin sekitar 8-10 o C. Distribusi jeruk keprok dilakukan dengan menggunakan kotak-kotak kayu yang didalamnya (pada sela-sela jeruk tersebut) disisipkan jerami untuk menghindari kerusakan fisik karena benturan atau tekanan antar jenuk atau dengan kemasan. Distribusi ini sebaiknya dilakukan pada suhu dingin untuk mempertahankan masa simpan jeruk. Setiap wadah pengemas jeruk ini berkapasitas kg jeruk atau buah. Sedangkan untuk keperluan ekspor, jeruk dikemas dalam wadah karton dengan kapasitas maksimum 30 kg per wadah. Analisis Kelayakan Finansial Perhitungan analisis kelayakan usahatani budidaya jeruk keprok borneo prima berdasarkan beberapa asumsi luas lahan 1 ha, jarak tanam 5 x 5 m, banyak tanaman 400 pohon ha -1, harga rata-rata per buah jeruk Rp. 458,1. Tingkat produksi jeruk keprok berfluktuasi. Jeruk keprok baru mulai berproduksi pada umur 4 tahun. Produksi mengalami kenaikan yang tajam pada umumnya terjadi pada tahun ke-8 sampai tahun ke-15. Pada tahun berikutnya, produksi mengalami penurunan. Harga jual buah jeruk segar (BJS) keprok adalah Rp. 458,1 yang merupakan harga rata-rata dari 4 grade jeruk. Dalam perkembangannya penjualan buah jeruk segar meningkat setiap tahunnya mengikuti produksi. Biaya investasi jeruk keprok borneo prima

7 EPP.Vol.6 No : digunakan untuk investasi tanaman dan non tanaman adalah Rp ,44,-. Biaya investasi tanaman pada tahun ke-0 (TBM 0) digunakan untuk pembukaan lahan (land clearing), penanaman tanaman pelindung dan penanaman kebun plasma jeruk keprok. Pada tahun 1 dan ke-2 digunakan untuk perawatan tanaman, seperti penyulaman, pemupukan dan pencegahan hama dan penyakit. Untuk membantu pendanaan dana investasi, diasumsikan mendapat fasilitas kredit bank 100 %. Konsekuensi dari pinjaman bank dibebankan angsuran dan bunga bank dipatok 14 %. Investasi non-tanaman digunakan untuk investasi infrastruktur, provisi dan asuransi, PBB, manajemen fee pembangunan kebun, biaya administrasi, pemeliharaan kebun bahan dan tenaga kerja pendukung dan lain sebagainya. Peminjaman dilakukan pada bulan Januari 2005 sedangkan angsuran kepada bank mulai dibayarkan pada tahun ke-5 (tahun 2010) dengan jangka waktu pengembalian selama 10 tahun. Angsuran per tahunnya adalah Rp ,39 yang diangsur sampai tahun Selama 20 tahun umur tanaman, biaya yang dikeluarkan untuk budidaya tanaman jeruk keprok baik biaya investasi maupun biaya operasional adalah Rp ,24,- sedangkan penerimaan dari hasil penjualan diperoleh sebesar Rp ,00 sehingga diperoleh laba usaha sebesar Rp ,00,-. B/C Ratio Analisis B/C ratio adalah perbandingan antara total cash inflow terhadap total cash outflow. B/C ratio ini menunjukkan tingkat kelayakan usaha pengembangan jeruk keprok. Indikator yang dipakai untuk menentukan layak tidaknya usaha pengembangan jeruk keprok di Kabupaten Kutai Timur adalah : B C = 1, berarti usaha pengembangan jeruk keprok impas B C > 1, berarti usaha pengembangan jeruk keprok layak dan menguntungkan, B C < 1, berarti usaha pengembangan jeruk keprok tidak layak dan rugi. Hasil analisis menunjukkan nilai gross B/C ratio sebesar 1,52. Nilai ini menunjukkan bahwa benefit yang yang diperoleh 1,52 dari cost yang dikeluarkan. Sedangkan Net B/C ratio ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat benefit akan diperoleh dari cost yang dikeluarkan setelah dikalikan dengan discount factor (DF) sebesar 14 %. Berdasarkan perhitungan kelayakan usaha, nilai Net B/C ratio adalah 1,05 yang artinya benefit yang diperoleh adalah 1,05 kali lipat dari cost yang dikeluarkan. Analisis Titik Impas Produksi dan Harga (Break Even Point) BEP (titik impas) adalah kondisi pada saat suatu usaha tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Nilai BEP dipakai untuk menentukan besarnya volume penjualan dimana perusahaan tersebut sudah dapat menutupi semua biaya-biayanya tanpa mengalami kerugian maupun keuntungan. Nilai BEP volume produksi jeruk diperoleh pada tingkat produksi sebesar ,23 buah pertahun. Artinya, dengan tingkat harga rata-rata sebesar Rp 458,1 usaha berkebun jeruk keprok tidak akan mengalami kerugian atau mendapat keuntungan (impas) dengan hanya memproduksi buah jeruk segar (BJS) sebanyak ,23 buah pertahun. Payback period Payback period diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha. Hasil perhitungan analisis kelayakan usaha diperoleh nilai payback period terjadi tahun ke 7 lebih 7 bulan. Net Present Value (NPV) NPV dari suatu proyek merupakan nilai sekarang dari selisih benefit dengan cost pada discount factor (DF) tertentu. NPV menunjukkan kelebihan manfaat dibandingkan dengan biaya. Apabila NPV lebih besar dari 0 berarti proyek tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Berdasarkan hasil perhitungan NPV pada discount factor 14 % menunjukkan nilai NPV sebesar Rp ,00 yang artinya nilai NPV > 1. Hal ini berarti usaha budidaya jeruk keprok layak untuk diusahakan. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah suatu kriteria investasi untuk mengatakan persentase keuntungan dari suatu proyek tiap-tiap tahun dan juga merupakan alat ukur kemampuan usaha dalam mengembalikan bunga pinjaman. IRR pada dasarnya menunjukkan Discount Factor (DF) dimana NPV = 0. Berdasarkan hasil analisis perhitungan IRR diperoleh nilai 39,15 %. Apabila diasumsikan bunga bank yang berlaku adalah 14 % maka usaha tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan, karena nilai IRR jauh lebih tinggi dibandingkan dengan suku bunga pasar.

8 Analisis Finansial Jeruk Keprok di Kabupaten Kutai Timur (Dina Lesmana) 43 Analisis Sensitivitas Analisis ini digunakan untuk mengetahui sensitivitas usaha budidaya jeruk keprok borneo prima ketika ada perubahan tertentu yang mempengaruhi usaha. Asumsi kondisi usaha diambil apabila usaha budidaya jeruk keprok mengalami kenaikan biaya produksi sebesar 5 % dan harga jual turun 5 %. Hasil analisis menunjukkan bahwa kenaikan biaya produksi naik 5 % dan harga jual jeruk keprok turun sebesar 5 %, usaha jeruk keprok masih menguntungkan dan tetap layak untuk dilaksanakan. Hal ini tercermin dari nilai-nilai kriteria investasi yang menunjukkan kelayakan usaha ini. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 5 % dan harga BJS turun 5 %, nilai Net BC ratio adalah 1,15 lebih besar dari 1, sedangkan pada harga BJS turun 5 % nilai Net BC ratio adalah 0,89 lebih kecil dari 1, sehingga pada harga dibawah 5 % usaha budidaya jeruk keprok belum layak. Untuk net benefit yang diperoleh dari usaha budidaya jeruk keprok adalah 1,56 dan 1,42 kali lipat dari cost yang dikeluarkan. KESIMPULAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Keuntungan yang diperoleh dari usaha pengembangan jeruk keprok dengan luas lahan 1 ha dengan jumlah tanaman 400 pohon adalah Selama 20 tahun umur tanaman, biaya yang dikeluarkan untuk budidaya tanaman jeruk keprok baik biaya investasi maupun biaya operasional adalah Rp ,24,- sedangkan penerimaan dari hasil penjualan diperoleh sebesar Rp ,00 sehingga diperoleh laba usaha sebesar Rp ,00,- 2. Berdasarkan analisis B/C ratio diperoleh nilai 1,52. hal ini menunjukkan bahwa usaha pengembangan tanaman jeruk keprok di Kabupaten Kutai Timur untuk luas lahan 1 ha (400 pohon dan jarak tanam 5 x 5 m) selama umur produksi adalah layak dan menguntungkan bagi petani. 3. Berdasarkan analisis sensitivitas/kepekaan menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan biaya produksi sebesar 5 % dan harga BJS turun 5 %, nilai Net BC ratio adalah 1,15 ( > 1) artinya usaha masih layak untuk dilakukan, sedangkan apabila biaya produksi dan harga BJS turun 5 % nilai Net BC ratio adalah 0,89 lebih kecil dari 1, sehingga pada harga dibawah 5 % usaha budidaya jeruk keprok belum layak untuk diusahakan. DAFTAR PUSTAKA Agrimas Kapitalindo (2007) Prospek dan arah pengembangan agribisnis: Jeruk. Diakses pada tanggal 15 Oktober BPS Provinsi Kalimantan Timur (2007) Kalimantan Timur dalam angka. BPS Provinsi Kalimantan Timur, Samarinda. Pirawan S (2007) Jeruk Pontianak, coba bangkit lagi. amanah.or.id. Diakses pada tanggal 15 Oktober Prihatman, Kemal (2000) Sistem informasi manajemen pembangunan di pedesaan. BAPPENAS, Jakarta. PT Kaltim Prima Coal (2007) Standar operating procedur distribusi bibit jeruk. Doc No: PR/DIS BIBIT JERUK/CE/ESD/KPC/01. Comdev PT Kaltim Prima Coal. Soelarso, Bambang (1996) Budidaya jeruk bebas penyakit. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Suyamto, Arry Supriyanto, Adang Agustian, Anang Triwiratno, M.Winarno (2005) Prospek dan arah pengembangan agribisnis jeruk. Badan Penelitian dan Pengembanga Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. Warta Prima (2007) Varietas jeruk baru dari Rantau Pulung. Edisi Februari Warta Prima, Buletin Kemitraan PT Kaltim Prima Coal, Sengata. Winarno M (2004) Keunggulan dan kelemahan jeruk siam di Indonesia. Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional Surabaya, Juni Budi Marwoto (ed.). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta.

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lada Menurut Sarpian (Lilik Wuriyanto, 2012) tanaman lada merupakan salah satu tanaman perkebunan yang telah lama dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU Desy Cahyaning Utami* *Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: d2.decy@gmail.com

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JERUK. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JERUK. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JERUK Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan dan ridho

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN Jurnal Ziraa ah Vol. 12 Nomor 1: 12-17, Februari 2005, ISSN 1412-1468 ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Gula merah tebu merupakan komoditas alternatif untuk memenuhi kebutuhan konsumsi gula. Gula merah tebu dapat menjadi pilihan bagi rumah tangga maupun industri

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JERUK. Edisi Kedua

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JERUK. Edisi Kedua PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JERUK Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan

Lebih terperinci

Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk. Pertanian, 2003). Adapun jenis-jenis paprika ada banyak, antara lain wonder bell,

Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk. Pertanian, 2003). Adapun jenis-jenis paprika ada banyak, antara lain wonder bell, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk ke dalam jenis hortikultura sayuran yang merupakan salah satu komoditas utama ekspor hortikultura Indonesia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang analisis kelayakan usahatani salak nglumut di Gapoktan Ngudiluhur dilakukan di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi buah-buahan sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.1 Tinjauan Pustaka Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah daerah tropis dan dapat juga tumbuh

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian sebagai salah satu sektor yang dapat diandalkan dan memiliki

I. PENDAHULUAN. Pertanian sebagai salah satu sektor yang dapat diandalkan dan memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian sebagai salah satu sektor yang dapat diandalkan dan memiliki potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional. Hal ini karena sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting dalam menyediakan pangan bagi seluruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Kopi (Copea spp.) dikenal sebagai bahan minuman yang memiliki aroma harum, rasa nikmat yang khas, serta dipercaya memiliki

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari 47 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang di

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN ABSTRAK

KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN ABSTRAK KELAYAKAN DAN ANALISIS USAHATANI JERUK SIAM (Citrus Nobilis Lour Var. Microcarpa Hassk) BARU MENGHASILKAN DAN SUDAH LAMA MENGHASILKAN (Studi Kasus : Desa Kubu Simbelang, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI Chandra Indrawanto Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik ABSTRAK Minyak seraiwangi merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Sekitar 40% produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Kuesioner kelayakan usaha KUESIONER PENELITIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor yang berfungsi sebagai sumber devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN Bunyamin Z. dan N.N. Andayani Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Jagung sebagian besar dihasilkan pada lahan kering dan lahan

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berkawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA AYAM PETELUR DI KALIMANTAN TIMUR (The Financial Analysis Of Layer Poultry In Kalimantan Timur)

ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA AYAM PETELUR DI KALIMANTAN TIMUR (The Financial Analysis Of Layer Poultry In Kalimantan Timur) Analisis Finansial Budidaya Ayam Petelur di Kalimantan Timur (Mariyah) 15 ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA AYAM PETELUR DI KALIMANTAN TIMUR (The Financial Analysis Of Layer Poultry In Kalimantan Timur) Mariyah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Buah-Buahan Indonesia Tahun Volume (Kg) Nilai (US $) Volume (Kg) I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil rempah utama di dunia. Rempah yang dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah lada, pala, kayu manis, vanili, dan cengkeh. Rempah-rempah

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Buah Naga Terdapat empat jenis buah naga yang dikembangkan, yaitu buah naga daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhijus),

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Colombia. Dari total produksi, sekitar 67% kopinya diekspor

Lebih terperinci

TEKNIK SINKRONISASI PENYEDIAAN BATANG BAWAH DAN MATA TEMPEL PADA PERBENIHAN APEL (Mallus Sylvestris Mill.)

TEKNIK SINKRONISASI PENYEDIAAN BATANG BAWAH DAN MATA TEMPEL PADA PERBENIHAN APEL (Mallus Sylvestris Mill.) TEKNIK SINKRONISASI PENYEDIAAN BATANG BAWAH DAN MATA TEMPEL PADA PERBENIHAN APEL (Mallus Sylvestris Mill.) Didiek Kristianto dan Ica Purwanti Balai Penelitian Tanaman Jeruk & Buah SubtropikaJl.Raya Tlekung

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

Oleh: 1 Irma Fitriani Kusmayadi, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Zulfikar Noormasyah

Oleh: 1 Irma Fitriani Kusmayadi, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Zulfikar Noormasyah ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI MANGGIS (Garcinia mangostana L) (Studi kasus pada seorang petani manggis di Desa Cibanten Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Irma Fitriani Kusmayadi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN

V HASIL DAN PEMBAHASAN V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,

Lebih terperinci

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

Bab 5 H O R T I K U L T U R A Bab 5 H O R T I K U L T U R A Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Pengelolaan

Lebih terperinci

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Abstrak.

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau   Abstrak. Profil Pengembangan Tanaman Palawija dan Kelembagaan Penunjang di Lokasi Eks Primatani Agroekosistem Lahan Pasang Surut Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Tipe Penggunaan Lahan (Land Utilization Type) Salah satu tahapan sebelum melakukan proses evaluasi lahan adalah mendeskripsikan 11 atribut kunci tipe penggunaan lahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah dan kondisi alam yang subur untuk pertanian. Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN 5.1 Komoditas Perkebunan Komoditi perkebunan merupakan salah satu dari tanaman pertanian yang menyumbang besar pada pendapatan nasional karena nilai ekspor yang tinggi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi

I. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi hortikultura. Prioritas dari komoditas holtikultura tersebut adalah tanaman buah. Subsektor

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JERUK NIPIS (Citrus Aurantifolia) (Studi Kasus: Desa Marjanji Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai)

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JERUK NIPIS (Citrus Aurantifolia) (Studi Kasus: Desa Marjanji Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai) ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JERUK NIPIS (Citrus Aurantifolia) (Studi Kasus: Desa Marjanji Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai) Roni Johannes Sinaga *), Dr. Ir. Salmiah, MS **), Ir. M. Jufri,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar 26 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar Desa Tulung Balak dengan luas 15 ha yang terletak pada wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM A. Strategi Seperti diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa pengembangan agribisnis jeruk pada lima tahun mendatang diarahkan untuk: (1) mencukupi kebutuhan konsumsi dalam

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN NILAI EKONOMIS PRODUKSI KRIPIK SINGKONG PETANI SINGKONG GAJAH KECAMATAN RANTAU PULUNG KUTAI TIMUR

ANALISIS BIAYA DAN NILAI EKONOMIS PRODUKSI KRIPIK SINGKONG PETANI SINGKONG GAJAH KECAMATAN RANTAU PULUNG KUTAI TIMUR ANALISIS BIAYA DAN NILAI EKONOMIS PRODUKSI KRIPIK SINGKONG PETANI SINGKONG GAJAH KECAMATAN RANTAU PULUNG KUTAI TIMUR Aris Tri Cahyono 1), Dyah Permana 2) 1), 2) Program Studi D3 Akuntansi Jurusan Akuntansi,

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 70% penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu bisnis yang dinilai prospektif saat ini. Karakteristik investasi dibidang perkebunan kelapa sawit teramat berbeda

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Buah-buahan merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang

PENDAHULUAN Buah-buahan merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang 1 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang bersifat menahun, dan lebih dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral yang sangat penting peranannya

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki banyak peran di Provinsi Bali, salah satunya adalah sebagai sektor pembentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi kopi luwak dilakukan di usaha agroindustri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8

I. PENDAHULUAN. pada 2009 (BPS Indonesia, 2009). Volume produksi karet pada 2009 sebesar 2,8 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Produk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Lahan adalah wilayah dipermukaan bumi, meliputi semua benda penyusun biosfer baik yang berada di atas maupun di bawahnya, yang bersifat tetap atau siklis (Mahi,

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK

MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor rosihan_rosman@yahoo.com ABSTRAK Dalam upaya mendukung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci