TEKNIK SINKRONISASI PENYEDIAAN BATANG BAWAH DAN MATA TEMPEL PADA PERBENIHAN APEL (Mallus Sylvestris Mill.)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEKNIK SINKRONISASI PENYEDIAAN BATANG BAWAH DAN MATA TEMPEL PADA PERBENIHAN APEL (Mallus Sylvestris Mill.)"

Transkripsi

1 TEKNIK SINKRONISASI PENYEDIAAN BATANG BAWAH DAN MATA TEMPEL PADA PERBENIHAN APEL (Mallus Sylvestris Mill.) Didiek Kristianto dan Ica Purwanti Balai Penelitian Tanaman Jeruk & Buah SubtropikaJl.Raya Tlekung No 1 Junrejo Batu RINGKASAN Perluasan areal dan pengembangan tanaman apel di beberapa daerah di Indonesia dan peremajaan tanaman apel di Kota Batu menyebabkan kebutuhan benih apel meningkat, sehingga diperlukan adanya waktu yang tepat antara penyiapan batang bawah siap okulasi dan saat panen mata tempel apel. Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Banaran, Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Sub Tropik (Balitjestro) dan wawancara dengan beberapa penangkar apel di Kota Batu. Waktu percobaan dimulai bulan bulan April Agustus Bahan berasal dari BPMT apel varietas Manalagi, Rome Beauty dan Anna dengan mengambil sampel sebanyak 10 pohon untuk setiap varietas. Pengamatan dilakukan setiap minggu sekali meliputi : saat pecah tunas, panjang ranting, jumlah daun, diameter batang, saat ranting mata tempel siap panen, waktu penyediaan batang bawah, saat okulasi yang tepat, sinkronisasi penyediaan batang bawah dan mata tempel. Percobaan ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui pola pertumbuhan ranting mata tempel pada BPMT varietas Manalagi, Rome Beauty dan Anna; 2) Mengetahui waktu yang diperlukan dalam menyediakan batang bawah siap okulasi dan saat panen mata tempel. 3) Melakukan sinkronisasi penyediaan batang bawah dan mata tempel. Sinkronisasi merupakan proses mempadupadankan kesesuaian waktu antara penyediaan batang bawah siap okulasi dengan saat panen mata tempel dari BPMT, sehingga penangkar dapat menyediakan batang bawah dan mata tempel dalam waktu yang tepat. Katakunci : batang bawah, mata tempel, sinkronisasi, perbenihan apel 1

2 PENDAHULUAN Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis, Di Indonesia apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi, sentra tanaman apel saat ini adalah di Batu, Poncokusumo, Nongkojajar Pasuruan Jawa Timur. Perluasan areal dan pengembangan daerah baru saat ini dilakukan di beberapa daerah seperti Papua, Sulawesi, Jawa Tengah, NTT dan daerah lain. Kota Batu sebagai salah satu sentra apel mulai tahun 2005 mengalami penurunan produksi, hal ini disebabkan beberapa faktor, salah satunya umur tanaman sudah tua yaitu umur tahun (Suhariyono,2007). Untuk usaha tani buah-buahan yang bersifat komersial seperti apel mengganti tanaman yang sudah tua merupakan tindakan yang perlu dilakukan. Peremajaan ini bertujuan untuk memulihkan kembali efisiensi dalam proses produksi (Rajino, 1978). Mulai tahun 2006 Pemerintah Kota Batu mulai melakukan revitalisasi dan menggerakkan kampanye menanam benih apel. Sejak tahun Diperta Kota Batu bekerjasama dengan Balitjestro membuat benih apel sebanyak pohon / tahun. Kebutuhan benih apel yang terus meningkat baik dari Kota Batu maupun daerah lain memerlukan kesiapan dan waktu yang tepat dalam penyediaan batang bawah dan mata tempel. Permintaan benih apel umumnya di mulai pada awal musim penghujan (Agustus - Januari). Saat ini kebutuhan batang bawah masih mengumpulkan dari beberapa petani dan mata tempel diambil dari pohon produksi sehingga jika diperlukan dalam jumlah banyak masih terbatas. Disamping itu masih banyak petani yang kecewa karena tidak terpenuhinya benih pada saat tanam dan belum terseleksinya batang bawah secara baik. Masalah baru akan diketahui pada saat tanaman mulai berproduksi, pertumbuhan tidak sesuai yang di inginkan. Tidak sinkronnya penyediaan batang bawah dan mata tempel juga menjadi masalah di lapang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan penyediaan mata tempel secara khusus yang diambil dari Blok Penggandaan Mata Tempel (BPMT) dan penyediaan batang bawah yang berasal dari Blok Penggandaan Batang Bawah (BPBB) yang berada di Kebun Percobaan Banaran, dengan pengawasan BPSB (Balai Pengawasan Dan Sertifikasi Benih ) sebagai Unit Sertifikasi Benih Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur. Menurut Sutopo 2

3 (2004), kelas-kelas benih dalam rangka sertifikasi adalah Benih Penjenis, Benih Dasar, Benih Pokok dan Benih Sebar yang secara ringkas dirangkum pada gambar dibawah ini. Gambar 1. Perbanyakan Bibit Sistem Klonal Tunggal Percobaan ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui pola pertumbuhan ranting mata tempel pada BPMT varietas Manalagi, Rome Beauty dan Anna; 2) Mengetahui waktu yang diperlukan dalam menyediakan batang bawah siap okulasi dan saat panen mata tempel; 3) Melakukan sinkronisasi penyediaan batang bawah dan mata tempel BAHAN DAN CARA Kegiatan dilakukan di Kebun Percobaan Banaran, Balai Penelitian Tanaman Jeruk Dan Buah Subtropika (Balitjestro) dan wawancara beberapa penangkar yang ada di Kota Batu dilakukan selama 5 bulan (April s/d Agustus 2007). Bahan berasal dari BPMT apel varietas Manalagi, Rome Beauty dan Anna dengan mengambil sampel sebanyak 10 pohon untuk setiap varietas. Pengamatan setiap minggu sekali meliputi saat pecah tunas, panjang ranting, jumlah daun, diameter batang, saat ranting mata tempel siap panen, waktu penyediaan batang bawah, saat okulasi yang tepat, sinkronisasi penyediaan batang bawah dan mata tempel. Sinkronisasi merupakan proses mempadupadankan kesesuaian waktu antara penyediaan batang bawah siap okulasi dengan saat panen mata tempel dari BPMT. Penyiapan mata tempel pada tanaman apel asal BPMT dilaksanakan sebagai berikut : 1. Pemangkasan bentuk, dilakukan pada BPMT apel umur 2 tahun dengan cara memangkas 80 cm dari pangkal batang. Setelah tunas tumbuh 1 2 cm dipilih dan dipertahankan 3 ranting. 3

4 2. Pemeliharaan meliputi pewiwilan, penyiangan, pemupukan, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit. 3. Pengamatan dilakukan seminggu sekali setelah pecah tunas (tinggi 0,5 cm) 4. Panen ranting mata tempel, menggunakan gunting pangkas dengan menyisakan 3 5 mata tunas. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil percobaan dapat diuraikan seperti berikut dibawah ini : Saat Pecah Tunas Prosentase pecah tunas umur 9-14 hari setelah pemangkasan untuk varietas Manalagi, Rome Beauty dan Anna masing masing 90%, 85% dan 92%. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa varietas Anna prosentase pecah tunasnya lebih tinggi. Panjang Ranting Tabel 1 menunjukan bahwa pertumbuhan rata rata panjang ranting mata tempel yang paling atas ranting (ke-1) lebih cepat pertumbuhannya dari pada panjang ranting di bawahnya. Pertumbuhan panjang ranting pada umur 154 hari untuk varietas Manalagi yaitu ranting (ke- 1) 102,5 cm, (ke-2) 83,7 cm dan (ke -3) 67,1 cm. Pertumbuhan panjang ranting untuk varietas Rome Beauty pada ranting (ke-1) 82,3 cm, (ke-2) 74,4 cm dan (ke-3) 55,9 cm sedangkan pertumbuhan panjang ranting apel Anna pada ranting (ke-1) 124,7 cm, (ke-2) 108,8 cm dan (ke-3) adalah 72,2 cm. Sehingga pada akhir pengamatan rata rata panjang ranting tertinggi dicapai oleh varietas Anna (101,9) cm dan hasil pertumbuhan ranting terkecil dicapai varietas Rome Beauty (70,9) cm. 4

5 Tabel 1. Rata-Rata Panjang Ranting / Ph Pada Tiap-Tiap Umur Pengamatan Varietas Ranting ke- Panjang Ranting (cm) Umur (Hari Setelah Pemangkasan) ML RB AN = Jumlah Rata rata panjang ranting / pohon ML : Manalagi RB : Rome Beauty AN : Anna Rata rata panjang tiap tiap ranting varietas Manalagi, Rome Beauty dan Anna disajikan dalam lampiran. Jumlah Daun Varietas Manalagi dan Anna umur hari setelah pemangkasan mempunyai jumlah daun yang hampir sama yaitu helai. Dengan umur dan jumlah daun tersebut diikuti munculnya mata tunas di ketiak daun (menonjol), hal ini menunjukkan bahwa mata tempel siap dipanen. Sedangkan pada varietas Rome Beauty baru bisa dipanen saat umur hari setelah pemangkasan dengan jumlah daun helai, karena pada umur tersebut baru muncul tunas di ketiak daun. Rata rata pengamatan jumlah daun per ranting antara varietas Manalagi, Rome Beauty dan Anna disajikan dalam tabel 2. Tabel 2. Rata - Rata Jumlah Daun Per Ranting Pada Tiap-Tiap Umur Pengamatan Varietas Rata - Rata Jumlah Daun Ranting Pada Umur (Hari Setelah Pemangkasan) ML RB AN

6 ** = Waktu Panen Mata Tempel ML : Manalagi AN : Anna RB : Rome Beauty Diameter Ranting Mata Tempel Pada umur hari setelah pemangkasan, diameter ranting mata tempel varietas Manalagi dan Anna sebesar 0,62 cm 0,7 cm dan diikuti dengan munculnya mata tunas di ketiak daun, hal ini menunjukkan bahwa pada ukuran diameter ranting mata tempel tersebut siap panen. Sedangkan pada varietas Rome Beauty munculnya mata tunas di ketiak daun pada umur hari setelah pemangkasan, ukuran diameter ranting mata tempel sebesar 0,61 cm 0,67 cm. Rata rata hasil pengamatan diameter batang ranting mata tempel antara varietas Manalagi, Rome Beauty dan Anna disajikan dalam tabel 3. Tabel 3. Rata - Rata Diameter Ranting Pada Tiap-Tiap Umur Pengamatan Varietas Rata - Rata Diameter Ranting (Cm) Pada Umur Tanaman (Hari Setelah Pemangkasan) ML RB AN ** = Waktu panen mata tempel ML : Manalagi AN : Anna RB : Rome Beauty Dari hasil pengamatan di BPMT antara umur 7 sampai 161 hari setelah pemangkasan menunjukan bahwa panjang ranting, jumlah daun dan diameter ranting mata tempel untuk masing masing varietas selalu meningkat. Pada umur 28 hari setelah pemangkasan pertumbuhan tidak ada perbedaan yang mencolok, hanya pada diameter batang ranting varietas Anna pertumbuhannya lebih cepat. Pada umur 56 dan 84 hari setelah pemangkasan pertumbuhan panjang ranting, jumlah daun dan diameter ranting mata tempel, yang paling cepat adalah varietas Anna dan yang paling lambat adalah Manalagi, sedang pada umur hari setelah pemangkasan pertumbuhan panjang ranting, jumlah daun dan diameter ranting mata tempel yang paling cepat adalah varietas Anna, Manalagi kemudian Rome Beauty kemudian berubah lebih cepat. 6

7 Sinkronisasi Penyediaan Batang Bawah dan Mata Tempel Batang bawah siap okulasi umur 5-6 bulan atau berdiameter ± 0,6-0,7 mm (Supriyanto A & Supadi,1987). Okulasi dilakukan pada musim kemarau yaitu antara bulan April sampai September. Kenyataan yang sering kita jumpai di lapang adalah belum siap atau tidak tersedianya batang bawah dan mata tempel pada saat dibutuhkan oleh penangkar. Oleh karena itu perlu mensinkronkan antara penyediaan batang bawah yang siap okulasi dengan panen mata tempel dari BPMT. Adapun sinkronisasi BPMT dan batang bawah dari BPBK (penangkar) dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Sinkronisasi Pengelolaan BPMT, BPBK (Penangkar) Dan Saat Tanam Yang Tepat Kegiatan BPMT # Tanam Tn Tn # Pangkas Bentuk Pb Pb # Panen 1 P P # Panen 2 P P PENANGKAR # Transplanting batang bawah B B Pemeliharaan setelah tanam Pm Pm Pm Pm Pm Pm # Okulasi 1 O O # Okulasi 2 O O Pemeliharaan setelah okulasi Po Po Po Po Po Po Po Po PETANI # Tanam benih 1 T T # Tanambenih 2 T T Tn : Tanam BPMT O : Okulasi B : Transplanting Batang Bawah T : Tanam benih P : Panen Mata Tempel Pm : Pemeliharaan setelah Tanam Po: Pemeliharaan setelah Okulasi Pb: Pangkas Bentuk 7

8 KESIMPULAN 1. Pola pertumbuhan ranting mata tempel apel varietas Manalagi dan Anna relatif sama sedangkan Rome Beauty lebih lambat. 2. Batang bawah siap okulasi pada umur 5 6 bulan, mata tempel siap panen untuk varietas Manalagi dan Anna umur hari (± 3,5 4 bulan ) setelah pemangkasan sedangkan varietas Rome Beauty mata tempel siap dipanen umur (± 4 5 bulan) hari setelah pemangkasan. 3. Sinkronisasi produksi benih apel bisa dibuat / disusun dengan mengetahui peyediaan batang bawah dan saat panen mata tempel pada waktu yang tepat. DAFTAR BACAAN Anonymous.1998.Pedoman Khusus Sertifikasi untuk Perbanyakan Benih Tanaman Buah Secara Vegetatif. Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jakarta. Rajino.1978.Metode Penilaian Investasi Model Untuk Proyek-proyek Pembangunan Perkebunan di Indonesia. Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung. Sugiyatno.A.2007.Produksi dan Distribusi Sumber Jeruk dan Buah Subtropika serta Penguatan Kinerja Unit Penyediaan Benih Sumber Mata Tempel (UPBS).Balitjestro Suhariyono Rancang Bangun Pengembangan Agribisnis Apel di Kota Batu Supriyanto.A dan Supadi.1987.Pengaruh penempelan dan umur batang bawah terhadap pertumbuhan bibit apel Rome Beauty. Buletin Penelitian Hortikultura Vol. II No 3 (Hal 17) Sutopo.L.2004.Teknologi Benih. Edisi Revisi. PT Raja Grafindo Pesada. Jakarta.Page

9 Lampiran. Panjang Ranting / ph (cm) M L 1 M L 2 M L 3 RB 1 RB 2 RB 3 AN 1 AN 2 AN Umur Pengamatan (hari) Gb1. Grafik Hubungan Antara Umur Pengamatan dan Panjang Ranting / pohon Pada Tiap-tiap Pengamatan Gb 2. Grafik hubungan antara umur pengamatan dan panjang ranting pada tiap-tiap pengamatan Gb 3. Grafik Hubungan Antara Umur Pengamatan dan Jumlah Daun Pada Tiap-tiap pengamatan 9

10 Gb 4. Grafik Hubungan Antara Umur Pengamatan dan Diameter Ranting Pada Tiap-tiap pengamatan 10

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA PRODUKSI APEL BATU Oleh : Ruminta dan Handoko

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA PRODUKSI APEL BATU Oleh : Ruminta dan Handoko DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA PRODUKSI APEL BATU Oleh : Ruminta dan Handoko 1. Pertumbuhan Apel dan Pengaruh Iklim Apel (Malus sylvestris Mill) merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia

Lebih terperinci

VISITOR FARM DAN UKT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

VISITOR FARM DAN UKT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN VISITOR FARM DAN UKT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH 2005 VISITOR FARM DAN UKT

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH SISTEM KLONAL

PERBANYAKAN BENIH SISTEM KLONAL PERBANYAKAN BENIH SISTEM KLONAL PENDAHULUAN - Benih salah satu penentu keberhasilan agribisnis bidang pertanian. - Pengembangan usaha pertanian perlu dukungan kuat dari aspek penyediaan benihnya. - Benih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN BAB I PENDAHULUAN Beberapa program terkait pengembangan perkebunan kakao yang dicanangkan pemerintah adalah peremajaan perkebunan kakao yaitu dengan merehabilitasi tanaman kakao yang sudah tua, karena

Lebih terperinci

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE Agung Mahardhika, SP ( PBT Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya Tanaman teh (Camelia sinensis

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS AGROINDUSTRI PEMBIBITAN TANAMAN BUAH

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS AGROINDUSTRI PEMBIBITAN TANAMAN BUAH PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS AGROINDUSTRI PEMBIBITAN TANAMAN BUAH Pendahuluan - Benih adalah salah satu penentu keberhasilan agribisnis bidang pertanian; - Penggunaan benih bermutu menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK

PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO ABSTRAK Media Litbang Sulteng IV (1) : 01 07, Juni 2011 ISSN : 1979-5971 PENGARUH DIAMETER PANGKAL TANGKAI DAUN PADA ENTRES TERHADAP PERTUMBUHAN TUNAS KAKO Oleh : Nyoman Mertade 1) dan Zainuddin Basri 2) ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. B. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN Peningkatan produksi karet yang optimal harus dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang

Lebih terperinci

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam iptek hortikultura Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam Buah pepaya telah menjadi buah trend setter sejak beredarnya beberapa varietas

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A

PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A24051966 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

Pohon Apel itu masih (bisa) berbuah lebat

Pohon Apel itu masih (bisa) berbuah lebat Pohon Apel itu masih (bisa) berbuah lebat Medha Baskara Fakultas Pertanian - Universitas Brawijaya Email : mbaskara@ub.ac.id Setiap mendengar kata Apel yang terlintas di benak kita adalah buah yang segar,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERBAIKAN PENGELOLAAN POHON INDUK MANGGA

PERBAIKAN PENGELOLAAN POHON INDUK MANGGA iptek hortikultura PERBAIKAN PENGELOLAAN POHON INDUK MANGGA Tanaman mangga termasuk tanaman menyerbuk silang (yang umumnya konstitusi genetiknya heterozigous), apalagi berdasarkan sejarah tanaman ini telah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan

I. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia modern saat ini tidak terlepas dari berbagai jenis makanan yang salah satunya adalah cokelat yang berasal dari buah kakao.kakao merupakan salah satu komoditas

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA BUDIDAYA TANAMAN MANGGA (Mangifera indica) Balai Penelitian Tanah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ReGrI Tanaman mangga (Mangifera indica L.) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan. Mangga

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

PRODUKSI BENIH PISANG DARI RUMPUN IN SITU

PRODUKSI BENIH PISANG DARI RUMPUN IN SITU PRODUKSI BENIH PISANG DARI RUMPUN IN SITU PENDAHULUAN Pisang merupakan tanaman buah utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dengan menempati peringkat teratas konsumsi buah secara nasional. Sifatnya

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010

Lebih terperinci

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB XI PEMANGKASAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

MEKANISME PENYALURAN BENIH PADI BERSUBSIDI DI KABUPATEN PURBALINGGA ABSTRAK

MEKANISME PENYALURAN BENIH PADI BERSUBSIDI DI KABUPATEN PURBALINGGA ABSTRAK 129 MEKANISME PENYALURAN BENIH PADI BERSUBSIDI DI KABUPATEN PURBALINGGA Pujiati Utami dan Watemin Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh PO Box 202 Purwokerto 53182

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM A. Strategi Seperti diuraikan pada bab sebelumnya, bahwa pengembangan agribisnis jeruk pada lima tahun mendatang diarahkan untuk: (1) mencukupi kebutuhan konsumsi dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG 1 GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PERTANIAN PROPINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/Permentan/SR.120/9/201490/ Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/Permentan/SR.120/9/201490/ Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/Permentan/SR.120/9/201490/ Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENETAPAN CALON KEBUN SUMBER BENIH, SERTIFIKASI BENIH, DAN

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.1176 4 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN KELAPA

Lebih terperinci

PEMANGKASAN KOPI. Disusun Oleh : Khasril Atrisiandy, SP NIP : Penyuluh Pertama

PEMANGKASAN KOPI. Disusun Oleh : Khasril Atrisiandy, SP NIP : Penyuluh Pertama PEMANGKASAN KOPI Disusun Oleh : Khasril Atrisiandy, SP NIP : 19750323 200901 1 005 Penyuluh Pertama KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi

IV. PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi IV. PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi 1. Sejarah berdirinya Kebun Benih Hortikultura Tejomantri Berdirinya Kebun Benih Hortikultura Tejomantri berasal dari tanah kas Desa Wonorejo. Pada awalnya Kebun Benih

Lebih terperinci

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi

AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM. Oleh : Medi Humaedi AGRIBISNIS PANEN TANAMAN BUAH GEDONG GINCU DI LUAR MUSIM Oleh : Medi Humaedi BAB I 1.1. 1.2. 1.3. DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan. Rumusan Masalah.. 1 1 2 3 BAB II 2.1. 2.2. TINJAUAN PUSTAKA

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU Desy Cahyaning Utami* *Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: d2.decy@gmail.com

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG JATI PURWOBINANGUN 5/13/2016

LATAR BELAKANG JATI PURWOBINANGUN 5/13/2016 JATI PURWOBINANGUN LATAR BELAKANG Jati merupakan salah satu primadona hutan rakyat di Indonesia Estmasi hutan rakyat dengan jenis utama jati mencapai 1.2 juta ha dari 1.7 juta hutan jati di Indonesia (

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN KEBUN SUMBER BAHAN TANAM TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis )

PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis ) PENGARUH KLON DAN WAKTU OKULASI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERSENTASE HIDUP OKULASI JATI (Tectona grandis ) Effect of Clone and Budgraft Time on Growth and Survival Rate Teak (Tectona grandis) Sugeng Pudjiono

Lebih terperinci

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH (Camellia sinensis L.) Disusun Oleh: Danni Ramadhan H0712052 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat

Lebih terperinci

TUJUAN PEMANGKASAN tajuk tanaman yang ideal cabang sakit, tunas air, dan cabang kering cabang-cabang produktif bentuk kerangka tanaman

TUJUAN PEMANGKASAN tajuk tanaman yang ideal cabang sakit, tunas air, dan cabang kering cabang-cabang produktif bentuk kerangka tanaman PEMANGKASAN TUJUAN PEMANGKASAN Membentuk tajuk tanaman yang ideal. Membuang cabang-cabang tidak produktif, cabang sakit, tunas air, dan cabang kering. Menumbuhkan cabang-cabang produktif dalam jumlah cukup

Lebih terperinci

Manajemen Pembukaan/Pengadaan Kebun: Annual Management Factors. L. Setyobudi

Manajemen Pembukaan/Pengadaan Kebun: Annual Management Factors. L. Setyobudi Manajemen Pembukaan/Pengadaan Kebun: Annual Management Factors L. Setyobudi 2013 Sistem Management lapangan Produksi dalam hubungannya dengan Mutu Produksi Tanaman Perkebunan: Budidaya Tanaman, Pengelolaan

Lebih terperinci

KEBERHASILAN OKULASI VARIETAS JERUK MANIS PADA BERBAGAI PERBANDINGAN PUPUK KANDANG ABSTRAK

KEBERHASILAN OKULASI VARIETAS JERUK MANIS PADA BERBAGAI PERBANDINGAN PUPUK KANDANG ABSTRAK Media Litbang Sulteng IV (2) : 97 104, Desember 2011 ISSN : 1979-5971 KEBERHASILAN OKULASI VARIETAS JERUK MANIS PADA BERBAGAI PERBANDINGAN PUPUK KANDANG Oleh : Yusran dan Abdul Hamid Noer ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA

KONDISI UMUM PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA KONDISI UMUM PT. KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA Sejarah PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya (Kusuma Agrowisata) didirikan oleh Ir. Edy Antoro pada lahan seluas

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI

BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber

PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas. berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga dapat menjadi sumber PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sesuai untuk perkebunan rakyat, karena tanaman ini dapat berbunga dan berbuah sepanjang tahun, sehingga

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 93/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 93/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 93/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SERTIFIKASI BENIH DAN PENGAWASAN MUTU BENIH TANAMAN KELAPA DALAM (Cocos nuciferal.) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar xii TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar Jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) yang sering disebut pamelo berasal dari Asia Tenggara, yaitu Indonesia, India, Cina Selatan dan beberapa jenis berasal dari Florida,

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH Oleh: Dr. Desi Hernita BPTP Jambi Duku Kumpeh memiliki rasa manis, legit, daging buah bening, tekstur daging kenyal, tidak berserat, dan hampir tidak berbiji. Rasa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

No.1374, 2014 KEMENTAN. Calon Kebun Sumber Benih. Sertifikasi Benih. Evaluasi Kebun Sumber Benih. Teh. Standar Operasional Prosedur.

No.1374, 2014 KEMENTAN. Calon Kebun Sumber Benih. Sertifikasi Benih. Evaluasi Kebun Sumber Benih. Teh. Standar Operasional Prosedur. No.1374, 2014 KEMENTAN. Calon Kebun Sumber Benih. Sertifikasi Benih. Evaluasi Kebun Sumber Benih. Teh. Standar Operasional Prosedur. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111/Permentan/SR.120/9/201490/

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun

Lebih terperinci

PRODUKSI BENIH PISANG DARI RUMPUN IN SITU SECARA KONVENSIONAL

PRODUKSI BENIH PISANG DARI RUMPUN IN SITU SECARA KONVENSIONAL PRODUKSI BENIH PISANG DARI RUMPUN IN SITU SECARA KONVENSIONAL Panca J. Santoso PENDAHULUAN Pisang merupakan tanaman buah utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dengan menempati peringkat teratas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG PENDAHULUAN KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL KENTANG MERAH TERHADAP JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA DI KABUPATEN REJANG LEBONG Ahmad Damiri, Eddy Makruf dan Yartiwi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO ABSTRAK

KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO ABSTRAK Media Litbang Sulteng 2 (1) : 07 14, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 KAJIAN METODE PERBANYAKAN KLONAL PADA TANAMAN KAKAO Oleh : Zainuddin Basri 1) ABSTRAK Kemampuan produksi dan kualitas hasil tanaman sangat

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013- Januari 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar

III. METODE PENELITIAN. Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari permukaan laut, topografi datar III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pergajahan Kahan, Kecamatan Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai dengan ketinggian tempat kira-kira 14 m dari

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN logo lembaga [ x.265 ] KAJIAN DAYA ADAPTASI BEBERAPA KLON UNGGUL KAKAO DISULAWESI TENGGARA Ir. Agussalim, MP Dr. Ir. Taufiq Ratule, M.Si Rusdin, SP KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman pisang merupakan salah satu kekayaan alam asli Asia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman pisang merupakan salah satu kekayaan alam asli Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman pisang merupakan salah satu kekayaan alam asli Asia Tenggara. Pisang sendiri dalam analisa bisnis tertuju pada buahnya mesikpun dalam tanaman pisang sendiri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Hortikultura yang beralamat di Jl. Kaharudin Nasution KM 10, Padang Marpoyan

III. MATERI DAN METODE. Hortikultura yang beralamat di Jl. Kaharudin Nasution KM 10, Padang Marpoyan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Tanaman Pangan, Balai Benih Induk Hortikultura yang beralamat di Jl. Kaharudin Nasution KM 10, Padang Marpoyan Pekanbaru,

Lebih terperinci

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil

Lebih terperinci

JUPE, Volume 1 ISSN Desember PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.

JUPE, Volume 1 ISSN Desember PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L. PENGARUH PARANET PADA SUHU DAN KELEMBABAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI (Apium graveolens L.) Husnul Jannah Dosen Program Studi Pendidikan Biologi, FPMIPA IKIP Mataram E-mail: nung_okas@gmail.com

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara 10-15

Lebih terperinci

TEKNIK PERBANYAKAN SAMBUNG PUCUK MANGGA DENGAN CARA PENGIKATAN TALI LANGSUNG SUNGKUP. Oleh RUSJAMIN JADI ALI DAN FARIHUL IHSAN

TEKNIK PERBANYAKAN SAMBUNG PUCUK MANGGA DENGAN CARA PENGIKATAN TALI LANGSUNG SUNGKUP. Oleh RUSJAMIN JADI ALI DAN FARIHUL IHSAN TEKNIK PERBANYAKAN SAMBUNG PUCUK MANGGA DENGAN CARA PENGIKATAN TALI LANGSUNG SUNGKUP Oleh RUSJAMIN JADI ALI DAN FARIHUL IHSAN Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Jalan Raya Solok-Aripan KM. 8 Solok,

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA BALAI BENIH HORTIKULTURA DAN ANEKA TANAMAN PADA DINAS

Lebih terperinci

Varietas Unggul Manggis Bebas Getah Kuning Ratu Tembilahan

Varietas Unggul Manggis Bebas Getah Kuning Ratu Tembilahan Varietas Unggul Manggis Bebas Getah Kuning Ratu Tembilahan Pendahuluan Ellina Mansyah Balai penelitian Tanaman Buah Tropika. Jl. Raya Solok-Aripan Km. 8 PO Box 5. Solok. Sumatera Barat E-mail: ellina_mansyah@yahoo.co.id

Lebih terperinci

DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary

DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary KODE JUDUL: 1.03 EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA DISEMINASI VARIETAS KENTANG UNGGUL RESISTEN Phytophthora infestans (Mont.) de Bary KEMENTRIAN/LEMBAGA: BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun Lampiran 2. Analisis Data Umum Kuisioner Desa Dalig Raya KUISIONER I. Lokasi a. Kabupaten : Simalungun b. Kecamatan : Raya c. Desa : Dalig Raya d. Dusun : Tumbukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman cabe merupakan tanaman perdu dari family terong-terongan yang memiliki nama ilmiah Capsicum sp, merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai

Lebih terperinci

Tingkat Keberhasilan Okulasi Varietas Keprok So E dan Keprok Tejakula Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik

Tingkat Keberhasilan Okulasi Varietas Keprok So E dan Keprok Tejakula Pada Berbagai Dosis Pupuk Organik Biocelebes, Juni 2011, hlm. 22-30 ISSN: 1978-6417 Vol. 5 No. 1 Tingkat Keberhasilan Okulasi Keprok So E dan Keprok Tejakula Pada Berbagai Dosis Abdul Hamid Noer 1) dan Yusran 2) 1,2) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Lahan (TSDAL) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Lahan (TSDAL) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas 23 BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei 2014 sampai dengan bulan Agustus 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan. Faktor I: Dosis

Lebih terperinci