PROGRAM LOGIC ARRAY (PLA) SEBAGAI MEDIA PEMROGRAMAN PROGRAMMABLE READ ONLY MEMORY (PROM) Oleh : Dedi Saputra

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM LOGIC ARRAY (PLA) SEBAGAI MEDIA PEMROGRAMAN PROGRAMMABLE READ ONLY MEMORY (PROM) Oleh : Dedi Saputra"

Transkripsi

1 PROGRAM LOGIC ARRAY (PLA) SEBAGAI MEDIA PEMROGRAMAN PROGRAMMABLE READ ONLY MEMORY (PROM) Oleh : Dedi Saputra ABSTRAK Memori utama dalam suatu komputer adalah RAM (Random Access Memory) dan ROM (Read Only Memory). RAM adalah memori yang diakses secara acak. Memori dapat dibaca atau ditulis. RAM digolongkan menjadi memori statik dan memori dinamik. ROM adalah memori yang hanya dapat dibaca. Pengisian informasi yang disimpan dalam memori ini dapat dilakukan dalam proses pabrik tetapi ada juga jenis ROM yang dapat dihapus dan diprogram oleh pemakai, salah satu jenisnya adalah Programmable Read Only Memory (PROM). Programmable Read Only Memory (PROM) adalah jenis dari memori yang hanya dapat diprogram. PROM dapat diprogram oleh pemakai (user), data yang diprogram akan disimpan secara permanen. Salah satu media yang digunakan untuk pemogramannya adalah dengan teknologi Program Logic Array (PLA). Teknologi PLA merupakan merupakan jenis elemen digital yang terdiri dari beberapa buah gerbang AND dan gerbang OR dengan titik-titik hubung input atau output. Tiap titik gerbang berupa matrik yang dapat diprogram oleh pemakai. Penggunaan sistem ini merupakan satu bentuk alternatif dalam pengisian program pada PROM. Kata Kunci : Memory, PROM, PLA

2 I. PENDAHULUAN Perkembangan kepadatan (fabrikasi) komponen atau elemen pada keping memori diikuti oleh peningkatan kepadatan elemen atau komponen pada keping prosessor. Seiring perjalanan waktu, perkembangan komponen yang dapat menjadikan sebuah keping prosessor dapat lebih kecil. Sebuah terobosan terjadi pada tahun 1971, ketika Intel berhasil menciptakan keping Keping 4004 merupakan keping pertama yang berisi semua komponen CPU dalam satu kemasan. Evolusi pada bidang mikroprosesor lainnya menurut Priatna (1998, hal. 34) adalah diperkenalkannya Intel 8008 pada tahun Prosessor ini merupakan mikroprosessor 8 bit pertama dan dua kali lebih lengkap dibandingkan dengan Seterusnya pada tahun 1974 muncul Intel 8080 dan 8086 pada tahun Pada tahun 1985 Intel memperkenalkan microprocessor 32 bit yaitu Intel dan tahun 1989 muncul Intel yang merupakan suatu perkembangan yang sangat pesat. Evolusi produk mikroprosessor memberikan implikasi yang baik bagi evolusi teknologi komputer secara umum. Mikroprosessor menurut Willa (2007, hal. 129) adalah peralatan elektronik digital lanjutan, dan merupakan dasar teknik komputer. Mikroprosessor merupakan suatu peralatan komputerisasi dan otomatisasi yang dapat melakukan berbagai perkerjaan antara lain: penulisan program sederhana, rangkaian kontrol otomatis. Dilihat dari kemajuan bidang semikonduktor yang diawali dengan ditemukannya Transistor oleh william Shockley di Bell Labs pada tahun 1947, mengantarkan kita pada suatu era komputerisasi yang kini semakin dibutuhkan keberadaannya. Dengan adanya kemajuan teknologi khususnya bidang komputer, ternyata manusia dapat merancang suatu mesin atau peralatan yang dapat menggantikan tugas manusia. Untuk membuat suatu sistem mikroprosessor maupun komputer dan bekerja dibutuhkan piranti atau komponenkomponen pendukungnya, diantaranya adalah unit memori. Memori merupakan otaknya yang menyimpan dan mengingat setiap data baik bersifat permanen maupun bersifat sementara. Menurut Willa (2007, hal. 83) bila ditinjau dari sifat data yang tersimpan adapun jenis memori yang biasa digunakan untuk penyimpanan data atau program yaitu bersifat tetap atau permanen yaitu Read Only Memory (ROM), dan bersifat sementara atau non permanent yaitu Random Access Memory (RAM). Bila ditinjau dari bahan dasar pembuatan, memori ada dua kelompok yaitu memori dengan bahan dasar silicon dan memori dengan bahan dasar magnetic. ROM dibuat seperti halnya keping rangkaian terpadu lainnya, dengan data yang wired-in dengan chip merupakan proses pabrikasi. Hal ini menimbulkan beberapa masalah antara lain: a. Langkah penyisipan data memerlukan biaya tetap yang tinggi, apakah satu atau seribu buah salinan ROM tertentu dipabrikasi. b. Tidak boleh terjadi kesalahan (error). Bila ternyata satu bit salah, maka batch ROM keseluruhan harus dibuang. Jika hanya diperlukan sedikit ROM dengan isi memori tertentu, salah satu alternatif yang murah adalah dengan Programmable ROM (PROM). Seperti halnya ROM, PROM juga bersifat non-volatile dan hanya bisa ditulis sekali saja. Pada PROM, penulisan dibentuk secara elektris dan dapat diprogram setelah proses pabrikasi. Kita dapat membeli PROM dalam bentuk chip(ic). Chip tersebut ada yang sudah terprogram dan ada juga yang masih kosong. PROM yang masih kosong tersebut dapat kita program dengan menggunakan pulsa atau sinyal elektris. Diperlukan peralatan khusus untuk proses penulisan atau pemograman. Berdasarkan dari permasalahan tersebut di atas maka penulis mencoba untuk mempelajari dan membuat suatu bentuk rangkaian yang dapat memprogram atau mengisi ulang PROM

3 dengan menggunakan Programmable Logic Array (PLA) berdasarkan beberapa sumber referensi-referensi yang ada. Beberapa dari contoh rangkaian yang ada, penulis tertarik mencoba menggunakan rangkaian sistem PLA yang ditulis oleh Bisman P dalam makalahnya berjudul Perancangan PROM Sistem PLA. PLA ini menggunakan matrik OR dan matrik AND. Sebagai matrik AND digunakan IC Dekoder (IC 74 LS 154) serta matrik OR menggunakan IC OR 8 masukan (IC 4078). Dengan penulisan makalah maka dapat diketahui bagaimana prinsip kerja dan cara kerja dari PROM dan bagaimana cara mengisi atau memprogram ulang PROM dengan menggunakan sistem PLA. PROM sistem PLA ini dapat diaplikasikan untuk berbagai percobaan dan dapat dijadikan sebagai referensi dalam mengetahui seluk beluk tentang PROM. II. PEMBAHASAN 2.1. Konsep Dasar Sistem Logika Setiap kondisi suatu rangkaian listrik atau rangkaian mekanik mempunyai rangkaian analog yang sifat-sifatnya sama dengan menggunakan rangkaian logika. Komponen rangkaian logika ini pada umumnya terdiri dari beberapa input dengan satu output. Menurut Willa (2007, hal. 11) dalam memahami bahwa rangkaian logika mempunyai sifat seperti rangkaian listrik atau rangkaian mekanik, maka rangkaian logika harus disusun menurut persamaan matematis, yang serupa dengan persamaan matematis dari rangkaian listrik tersebut. Logika menurut Rambe (2000, hal. 211) adalah ilmu yang berkaitan dengan hukumhukum dan patokan yang digunakan pada peragaan dan penetapan kesimpulan dengan menerapkan azas-azas penalaran. Konsep tentang logika dikemukakan pertama kali oleh seorang filosof Yunani bernama Aristoteles ( SM) yang merumuskan tentang logika keterangan (proportional logic) dan teori hal susunan piker (silogisme). Aristoteles melihat bahwa kaitan logika dapat dinyatakan sebagai kalimat-kalimat sederhana yang bersifat menerangkan, mengukuhkan suatu perihal atau sebagai penyangkal perihal lainnya. Ilmu logika ini selanjutnya dikembangkan oleh ahli matematika dari Inggris bernama George Simon Boole ( ) dengan menerbitkan bukunya berjudul Analisa Matematika Tentang Logika. Boole menyusun peringkat lambanglambang matematika guna menggantikan pernyataan-pernyataan Aristoteles, Ia pun menemukan bahwa sistem aljabarnya akan dapat digunakan pada penalaran logika tentang kaitan antara keteranganketerangan. Sebagai contoh, lampu yang menyala diberi lambang aljabar A dan lampu yang berwarna merah diberi lambang B, maka lampu yang menyala DAN berwarna merah dilambangkan dengan pernyataan boole A DAN B. Lampu yang menyala atau lampu yang berwarna merah dilambangkan dengan pernyataan boole A ATAU B. BUKAN lampu yang menyala dilambangkan dengan pernyataan BUKAN A. Pernyataan dan persamaan boole dapat dimanipulasi dan mengikuti hukum-hukum seperti pada pernyataan aljabar biasa. Berbicara mengenai operasi logika dan rangkaian logika menurut Rambe (2000, hal. 212), sebelumnya ada beberapa batasan mengenai logika, yaitu : a. Logic, pengambilan keputusan secara wajar dari ungkapan data-data yang ada. b. Fungsi Logic, hubungan data dari variabel data tersebut. c. Rangkaian Logic, suatu rangkaian yang merupakan gambaran dari fungsi logic. Operasi Logika boolean : a. Perkalian logika atau Logical Multiplication disebut juga operasi AND diberi tanda (*) b. Penjumlahan logika atau Logical Addition disebut juga operasi OR diberi tanda (+) c. Komplementasi logika atau Logical Complementation disebut juga operasi NOT diberi simbol garis atau tanda over bar (-) 2.2. Aljabar Boolean Aljabar boolean digunakan sebagai

4 alat matematika dalam sistem digital umum, karena rancangan rangkaian digital dikerjakan dalam bentuk yang logis. Pada rangkaian menggunakan variabel atau konstanta untuk memanipulasi input-input rangkaian agar menghasilkan output tertentu. Variabel tersebut selanjutnya diberi nama misalnya A. Variabel A dapat menyatakan output suatu rangkaian digital dan pada setiap saat kita mempunyai harga A salah satu A = 0 atau 1. Operasi Logika boolean dapat ditulis sebagai berikut: a. Perkalian logika atau Logical Multiplication disebut juga operasi AND diberi tanda (*). b. Penjumlahan logika atau Logical Addition disebut juga operasi OR diberi tanda (+) c. Komplementasi logika atau Logical Complementation disebut juga operasi NOT diberi symbol garis atau tanda over bar (-) Contoh, diketahui suatu persamaan: Dari persamaan diatas dapat digambarkan bentuk rangkaian gerbang yang digunakan adalah : Menggunakan aljabar boolean relatif lebih mudah dibandingkan dengan aljabar biasa karena aljabar boolean hanya memiliki dua nilai. Dalam aljabar boolean tidak ada pecahan, desimal, akar, pangkat, logaritma dan sebagainya. Pada prinsipnya aljabar boolean hanya mempunyai tiga operasi dasar yaitu: penjumlahan logika, perkalian logika dan komplimentasi logika Gerbang Logika (Logic Gate). Dalam rangkaian elektronika digital sering dijumpai gerbang-gerbang logika. Gerbang logika menurut Rambe (2000, hal. 219) adalah suatu cara untuk menyatukan kerja dari sistem digital yang digambarkan dalam bentuk simbol-simbol dari masingmasing gerbang. Pada prinsipnya gerbang-gerbang tersebut mempunyai sifat seperti saklar ON dan OFF saja, akan tetapi dalam pembuatannya memanfaatkan komponen dioda, transistor, resistor dan lainlain yang dikemas dalam bentuk chip disebut dengan IC Digital. Bentuk-bentuk dasar dari gerbang logika tersebut adalah : A. Gerbang Inverter (NOT Gate) Gerbang NOT (inverter) adalah gerbang yang hanya memiliki satu masukan dan satu keluaran. Fungsinya adalah untuk membalikkan input-nya. Dapat diubah menjadi bentuk ekivalennya yaitu :

5 atau suatu fungsi AND yang dibalikkan. Dengan kata lain bahwa gerbang NAND akan menghasilkan keluaran 0 jika semua masukan bernilai 1. B. Gerbang AND (AND Gate) Gerbang AND adalah gerbang logika yang memiliki dua atau lebih masukan dan hanya satu keluaran. Prinsip kerja dari AND hampir sama dengan dua buah saklar yang dihubungkan seri. Output AND akan 1 jika kedua input-nya 1, jika salah satunya 0 maka ouput-nya akan 0. E. Gerbang NOR (NOT-OR Gate) Gerbang NOR adalah gabungan dari NOT Gate dan OR Gate, atau suatu fungsi OR yang dibalikkan sehingga dapat dikatakan bahwa gerbang NOR akan menghasilkan keluaran 1 jika semua masukannya bernilai 0. C. Gerbang OR (OR Gate) Prinsip kerja dari Gerbang OR pada dasarnya sama dengan rangakaian saklar yang dihubungkan secara paralel. Gerbang OR akan menhasilkan keluaran 1 jika salah satu atau semua masukan bernilai 1, sebaliknya dapat dikatakan bahwa gerbang OR hanya menghasilkan keluaran 0 jika semua masukan bernilai 0. F. Gerbang EX-OR (Exclusive OR Gate) Gerbang EX-OR dibentuk dari kombinasi gerbang OR dan gerbang NOT.EX-OR akan menghasilkan keluaran 0 jika semua masukan bernilai 0 atau semua masukan bernilai 1 atau dengan kata lain bahwa EX-OR akan menghasilkan keluaran 0 jika semua masukan bernilai sama. D. Gerbang NAND (NOT-AND Gate) Gerbang NAND pada dasarnya dibentuk dari NOT Gate dan AND Gate, G. Gerbang EX-NOR (Exclusive NOR Gate) Gerbang EX-NOR dibentuk dari

6 kombinasi gerbang OR dan gerbang NOT, merupakan invers-nya EX-OR, sehingga EX- NOR dapat juga dibentuk dari gerbang EX- OR dengan gerbang NOT. Output EX-NOR akan bernilai 1 jika semua masukan bernilai sama Pencacah (Counter) Sebuah rangkaian sekuensial yang mengeluarkan urutan state-state tertentu,yang merupakan aplikasi dari pulsa-pulsa masukannya. Pulsa input dapat berupa pulsa clock atau pulsa yang dibangkitkan oleh sumber eksternal dan muncul pada interval waktu tertentu Counter banyak digunakan pada peralatan yang berhubungan dengan teknologi digital, biasanya untuk menghitung jumlah kemunculan sebuah kejadian (event) atau untuk menghitung pembangkit waktu counter yang mengeluarkan urutan biner dinamakan Biner Counter Sebuah n-bit binary counter terdiri dari n buah flip-flop, dapat menghitung dari 0 sampai 2n 1. Pencacah (counter) adalah rangkaian elektronik yang menghitung pulsa-pulsa listrik. Pencacah (counter) disebut juga rangkaian sequential logic. Pencacah (counter) terdiri dari flip-flop yang dirangkai secara seri dimana keadaan arus keluarannya ditahan sampai ada pulsa (clock). Pencacah (counter) mempunyai karakteristik-karakteristik antara lain : Ripple counter, Synchronous counter, ring counter, MOD-10 counter, Down Counter dan Up- Down Counter. Pencacah riak (ripple counter) adalah suatu pencacah asinkron yang disusun dari beberapa flip-flop dalam hubungan kaskade (seri). Banyaknya bit dapat menentukan modulusnya, serta setiap flipflop memerlukan waktu untuk aktif (adanya efek ripple). Riple counter disebut juga Asynchronous Counter, dimana tidak semua flip-flop bergulir (toggle) pada step-step pulsa clock. Gambar 2.8a. ripple counter Gambar.2.8b. Diagram pewaktuan ripple counter Pencacah sinkron (synchronous counter), Pencacah ini dibuat untuk menghilangkan penundaan riak pada pencacah riak. Gambar 2.8c. Pencacah Synkron Pencacah putar/lingkar (ring counter) adalah suatu pencacah yang menghasilkan kata dengan 1 bit tinggi, yang digeser satu posisi pada setiap pulsa detak. Pencacah Mod-10, Modulus dari suatu pencacah adalah jumlah keadaan keluaran yang dimilikinya. Sebuah pencacah riak 4-bit mempunyai modulus 16, yang menyatakan adanya 16 keadaan keluaran berbeda dengan nomor dari 0000 sampai Dengan mengubah desain, dapat dibuat sebuah pencacah dengan modulus yang diinginkan. Berikut ini adalah

7 rangkaian pencacah bermodulus 10 (mod- 10). Pencacah mod-10 dikenal juga sebagai rangkaian pembagi-10 (divide-by-10 circuit) atau pencacah dekade (decade counter). Gambar 2.8d. Pencacah MOD-10 Pencacah turun (down counter), Pencacah turun (down counter) dapat melakukan pencacahan dari 1111 sampai Pencacah ini hampir sama dengan up counter. Perbedaanya hanya dalam muatan dari flip flop pertama ke flip flop kedua ke flip flop ketiga. Up counter membawa dari Q ke masukan CLK dari flip flop selanjutnya. Pencacah ke bawah membawa komplemen Q (bukan Q) ke masukan CLK dari flip flop selanjutnya. Pencacah naik-turun (up-down counter), Pencacah ini dapat menghitung naik (up counter) yang menghitung dari bilangan yang kecil ke bilangan yang lebih besar, juga dapat menghitung turun (down counter) yang menghitung dari bilangan yang besar ke bilangan yang lebih kecil. Sebagai konsep dalam aplikasinya kita dapat lihat pada diagram pewaktu pencacah biner ripple ditunjukkan seperti pada gambar di bawah ini. Dimana panah pada diagram waktu menunjukan penyebab dan hasilnya. Hal ini mununjukan bagaimana bentuk gelombangnya dapat menunjukan cara pencacahannya dari LSB (Low Significant Bit) sampai MSB (Most Signoficant Bit). Penggunaan pencacah ripple ini sangat luas, setiap IC terdiri atas empat master-slave flip-flop dan gerbang reset nol. Pencacah ripple dapat diaplikasikan pada sistem instrumentasi terutama sebagai pembagi frekuensi. Gambar 2.8e. Diagram pewaktuan dan hasil pencacah biner 4 bit 2.5. Pembangkit Pulsa (Clock) Rangkaian digital membutuhkan pulsa pengemudi. Pulsa ini dapat diperoleh dari sebuah generator atau dengan membangunnya sendiri. Pembangkit pulsa adalah suatu rangkaian yang menghasilkan keluaran dengan amplitudo berubah terhadap waktu. Pengukuran standar pulsa adalah mengenai pulse width dan pulse rise time. Rise time adalah waktu yang diperlukan pulsa saat bergerak dari tegangan low ke high. Dengan aturan pengukuran rise time ini diukur dari 10% hingga 90% dari tegangan penuh pulsa. Hal ini mengeliminasi ketidakteraturan pada sudut transisi pulsa. Lebar pulsa adalah lamanya waktu yang diperlukan saat bergerak dari low ke high dan kembali ke low lagi. Dengan aturan lebar pulsa terukur adalah 50% tegangan penuh. Untuk lebih jelas anda lihat gambar berikut :

8 kombinasi masukan ini hanya satu dari m keluaran yang akan aktif (berlogika 1), sedangkan keluaran yang lain adalah berlogika 0. Beberapa decoder didisain untuk menghasilkan keluaran low pada keadan aktif, dimana hanya keluaran low yang dipilih akan aktif sementara keluaran yang lain adalah berlogika 1. Pulsa clock yang umum berbentuk seperti gambar 2.9. Diantara pulsa-pulsa clock, level tegangan adalah logika 0 (low). Pada sisi naik pulsa clock, tegangan naik secara mendadak ke logika 1 (high). Jangka waktu untuk naik ini disebut waktu naik (rise time), yang besarnya beberapa nano detik. Tegangan bertahan pada logika 1 selama jangka waktu yang disebut lebar pulsa (pulse width), kemudian kembali ke logika 0 dalam jangka waktu yang disebut waktu turun. Rangkaian yang memanfaatkan memanfaatkan pulsa clock akan beroperasi pada waktu naik atau waktu turun. Gambar Decoder 3 to 8 Tabel 2.8 Tabel Kebenaran Decoder 3 8 Gambar 2.9. Pembangkit Pulsa (Clock) (Sumber: ksi=7) 2.8. Decoder Untuk mengembalikan bentuk yang diencoderkan ke bentuk semula, kita membutuhkan suatu rangkaian yang disebut Decoder. Jadi kalau pada encoder kita mengubah dari desimal ke biner, maka decoder akan mengubah kembali dari bentuk biner ke bentuk desimal. Gambar di bawah ini menunjukkan Decoder 3 to 8, dengan masukan n = 3 dan keluaran m = 8. Setiap n masukan dapat berisi logika 1 atau 0, ada 2 n kemungkinan kombinasi dari masukan atau kode-kode. Untuk setiap 2.5. Komponen Pewaktu (Timer) IC 555 Komponen pewaktu (timer) IC 555 merupakan salah satu pewaktu (timer) yang sering digunakan pada rangkaian rangkaian penyimpan tegangan, pengatur waktu dan aplikasi lainnya. Dengan menambahkan beberapa resistor dan kapasitor, komponen IC 555 ini dapat berfungsi sebagai multivibrator, schimit trigger, untuk modulasi lebar pulsa dan penundaan waktu (time delay) pulsa.

9 (Sumber: gadgets/555/555.html) tegangan keluarannya ke tingkat lain jika tidak ada pemicu (trigger) dari luar rangkaian. Disebut quasistable apabila rangkaian multivibrator membentuk suatu pulsa tegangan keluaran sebelum terjadi peralihan tingkat tegangan keluaran ke tingkat lainnya tanpa satupun pemicu dari luar. Pulsa tegangan itu terjadi selama 1 periode (T1), yang lamanya ditentukan oleh komponen-komponen penyusun rangkaian multivibrator tersebut. Ketika rangkaian multivibrator mengalami peralihan di antara dua tingkat keadaan tegangan keluarannya maka keadaan tersebut disebut sebagai keadaan unstable atau kondisi transisi. Multivibrator astabil adalah suatu rangkaian yang mempunyai dua state dan yang berosilasi secara kontinu guna menghasilkan bentuk gelombang persegi atau pulsa dikeluarannya. Pada multivibrator astabil, keluarannya tidak stabil pada setiap state,tapi akan berubah secara kontinu dari 0 ke 1 dan dari 1 ke 0. Prinsip ini sama dengan rangkaian osilator dan kondisi ini sering disebut dengan free running. Akan tetapi keadaan kedua pulsapulsa yang dihasilkan tidak berada pada keadaan stabil, seperti terlihat pada gambar 2.12, sebuah rangkaian multivibrator astabil yang menggunakan Komponen IC 555. (Sumber: Gambar Pewaktu (Timer) Konsep Dasar Multivibrator Multivibrator adalah suatu rangkaian elektronika yang pada waktu tertentu hanya mempunyai satu dari dua tingkat tegangan keluaran, kecuali selama masa transisi. Peralihan (switching) di antara kedua tingkat tegangan keluaran tersebut terjadi secara cepat. Dua keadaan tingkat tegangan keluaran multivibrator tersebut, yaitu stabil (stable) dan Quasistable. Disebut stabil apabila rangkaian multivibrator tidak akan mengubah tingkat Gambar 2.12 Rangkaian multivibrator astabil Kapasitor(C) mengisi muatanya melalui tahanan(ra) dan (RB), sedangkan pengosongan muatan hanya melalui

10 tahanan RB. Dalam rangkaian ini, tegangan kapasitor dalam melakukan pengisian dan pengosongan berada diantara 1/3 dan 2/3 Vcc. Saat kapasitor mengisi muatan melalui RA dan RB tegangan naik secara eksponensial dengan tetapan waktu τ = ( RA + RB ) C PROM (Programmable Read Only Memory) PROM merupakan jenis ROM yang bersifat non-volatile dan hanya bisa ditulis atau diprogram sekali saja. Proses penulisannya dibentuk secara elektris. PROM memberikan fleksibilitas dan kemudahan. Dari strukturnya PROM seperti IC berisi dioda pada setiap posisi bit. Setiap dioda diserikan dengan sebuah sekering (fuse) dari bahan nichrome. Dilihat dari strukturnya PROM terdiri dari matrik AND yang tetap dan matrik OR yang dapat diprogram seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini : 2.8. PLA PLA terdiri dari beberapa buah gerbang AND dan gerbang OR dengan titik-titik hubung input atau output. Tiap titik gerbang berupa matrik yang dapat diprogram oleh pemakai. Ada beberpa jenis komponen yang digolongkan sebagai PLA diantaranya : FPLA, PAL, dan PROM. Secara blok diagram PLA berisi dua blok gerbang yaitu blok gerbang AND dan blok gerbang OR seperti pada gambar di bawah ini : Gambar Diagram blok PLA Diagram dasar dari sebuah PLA dapat kita lihat pada gambar dan tabel kebenaran berikut ini : Gambar Diagram Dasar PLA Tabel 2.9 Tabel Kebenaran PLA Gambar PROM mempunyai 16 word (4 bit) Pada matrik OR terdapat 32 dioda skring yang dapat diprogram. Pada matrik AND susunan matriknya sama dengan susunan decoder, sehingga untuk matrik AND-nya dapat digantikan dengan dekoder 3 to 8. x 2 x 1 x 0 z 1 z

11 Analisa Rangkaian A. Memprogram PROM menggunakan PLA Setelah rangkaian dibuat, langkah berikutnya adalah mengisi program ke dalam PROM seperti yang tertera pada tabel data. Kemudian PROM dihubungkan dengan sumber tegangan dan data masing-masing alamat di uji apakah sesuai dengan data yang disimpan didalamnya. Juga diukur tegangan yang dikeluarkan pada output untuk mengetahui berapa harga resistor yang harus dipasang agar tidak ada tegangan drop yang terlalu besar. dalam keaadaan on maka logika ORnya akan 1 dan data yang diperoleh adalah logika 1. Matrik OR merupakan matrik 32 x 8 (mempunyai 32 baris yang merupakan jumlah alamat yang bisa diisi, dan mempunyai 8 kolom yang merupakan 8 bit data yang dihasilkan), seperti terlihat pada gambar berikut ini : Tabel 2.10 Tabel Kebenaran Pemograman PROM dengan PLA Gambar Gambar PROM untuk menghasilkan data Pemerograman PROM sistem PLA dalam penulisan ini dilakukan secara manual atau langsung dengan menggeser saklar pada matrik OR, dimana jika saklar (s) Misalkan PROM pada alamat diisi dengan data maka harus memprogramnya dengan menggeser saklar pada baris pertama yaitu saklar S11,S12,S14,S17 keposisi ON dan saklar S13,S15,S16,S18, ke posisi OFF seperti yang terlihat pada gambar. Dan jika kita ingin mengisi data pada alamat maka kita harus menggeser seluruh saklar pada baris kedua.

12 B. Pengujian Tegangan Keluaran Pengujian tegangan dilakukan dengan mengamati hasil keluaran gerbang OR sesuai dengan masukan yang diberikan. Pada saat pengujian digunakan LED sebagai indikator dari keluaran PROM tersebut. LED akan menyala jika mendapat tegangan sebesar 1,8 volt. Bila tegangan maju untuk LED lebih besar dari 1,8 volt maka diperlukan adanya resistor sebagai pembagi tegangan. III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan penulisan dan pembahasan diatas, penulis dapat simpulkan beberapa hal sebagai berikut : a. Progragrammable Read Only Memory (PROM) merupakan jenis ROM yang bersifat non-volatile dan hanya bisa ditulisi sekali saja. b. Pada PROM, proses penulisan dibentuk secara elektris dan diperlukan peralatan khusus untuk proses penulisan atau pemrograman. c. Programmable Logic Array (PLA) dibuat untuk pelaksanaan fungsi logika yang kompleks. d. PLA dapat mencakup lebih banyak masukan data dan lebih ekonomis. e. Pembuatan PROM dengan sistem PLA pada penulisan ini dapat menyimpan data sebanyak 2 5 = 32 byte. f. PROM yang dirancang dapat deprogram atau diisi berulang-ulang hanya dengan merubah matrik sambungan. g. Rancangan ini dapat dikombinasikan lagi sehingga mampu menampung data yang lebih banyak. 3.2 Saran Untuk lebih baik dan sempurnanya penulisan ini terutama manfaatnya, penulis sarankan : a. PROM dengan sistem PLA ini dapat dijadikan referensi dalam perancangan alat dengan media pemrograman. b. Peralatan ini dapat dikombinasikan sebagai alat kendali (control). c. Untuk menambah daya tampung data, dapat dirancang dengan penambahan alamat data. d. Dalam pembuatan alat perlu diperhatikan hubungan-hubungan komponen-komponen pada rangkaian jangan sampai terputus, terbalik atau terjadinya short. DAFTAR PUSTAKA Bisman P, Perancangan PROM sistem PLA, diambil dari sika-bisman1.pdf Hartono, Ignatius,dkk.(Penterjemah) Memahami Diagram Elektronika. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Priatna, Gurnita. (Penterjemah) Organisasi dan Arsitektur Komputer (perancangan kinerja),jilid 1. PT. Prenhallindo, Jakarta. Rambe, Samsir dkk Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika, Jilid 1. Penerbit Angkasa, Bandung. Sofyan H, Nasution Analisa dan Desain Rangkaian Terpadu Digital, Penerbit Erlangga, Jakarta. Sutanto (Penterjemah) Mikro Elektronika (Sistem Digital dan Rangkaian Analog), Jilid 1. Penerbit Erlangga, Jakarta. Sutrisno,1990. Rangkaian Digital dan Rancangan Logika, Erlangga, Jakarta, Willa, Lukas Teknik Digital, Mikroprosessor, dan Mikrokomputer. Informatika, Bandung.

PARADIGMA VOL. IX. NO. 3, AGUSTUS 2007

PARADIGMA VOL. IX. NO. 3, AGUSTUS 2007 PROGRAM LOGIC ARRAY (PLA) SEBAGAI MEDIA PEMROGRAMAN PROGRAMMABLE READ ONLY MEMORY (PROM) Oleh : Dedi Saputra ABSTRAK Memori utama dalam suatu komputer adalah RAM (Random Access Memory) dan ROM (Read Only

Lebih terperinci

PERTEMUAN 12 PENCACAH

PERTEMUAN 12 PENCACAH PERTEMUAN 12 PENCACAH Sasaran Pertemuan 12 Mahasiswa diharapkan mengerti tentang Pencacah yang terdiri dari : - Riple Counter - Pencacah Sinkron - Pencacah Lingkar - Pencacah Turun naik - Pencacah Mod

Lebih terperinci

PERTEMUAN 12 PENCACAH

PERTEMUAN 12 PENCACAH PERTEMUAN 12 PENCACAH Sasaran Pertemuan 12 Mahasiswa diharapkan mengerti tentang Pencacah yang terdiri dari : - Riple Counter - Pencacah Sinkron - Pencacah Lingkar - Pencacah Turun naik - Pencacah Mod

Lebih terperinci

LEMBAR TUGAS MAHASISWA ( LTM )

LEMBAR TUGAS MAHASISWA ( LTM ) LEMBAR TUGAS MAHASISWA ( LTM ) RANGKAIAN DIGITAL Program Studi Teknik Komputer Jenjang Pendidikan Program Diploma III Tahun AMIK BSI NIM NAMA KELAS :. :.. :. Akademi Manajemen Informatika dan Komputer

Lebih terperinci

REGISTER DAN COUNTER.

REGISTER DAN COUNTER. REGISTER DAN COUNTER www.st3telkom.ac.id Register Register adalah rangkaian yang tersusun dari satu atau beberapa flip-flop yang digabungkan menjadi satu. Flip-Flop disebut juga sebagai register 1 bit.

Lebih terperinci

1). Synchronous Counter

1). Synchronous Counter Counter juga disebut pencacah atau penghitung yaitu rangkaian logika sekuensial yang digunakan untuk menghitung jumlah pulsa yang diberikan pada bagian masukan. Counterdigunakan untuk berbagai operasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Counter, Counter Asinkron, Clock

ABSTRAK. Kata Kunci : Counter, Counter Asinkron, Clock ABSTRAK Counter (pencacah) adalah alat rangkaian digital yang berfungsi menghitung banyaknya pulsa clock atau juga berfungsi sebagai pembagi frekuensi, pembangkit kode biner Gray. Pada counter asinkron,

Lebih terperinci

1). Synchronous Counter

1). Synchronous Counter Counter juga disebut pencacah atau penghitung yaitu rangkaian logika sekuensial yang digunakan untuk menghitung jumlah pulsa yang diberikan pada bagian masukan. Counter digunakan untuk berbagai operasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROM SISTEM PLA DRS.BISMAN P, M.ENG.SC. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Fisika Universitas Sumatera Utara

PERANCANGAN PROM SISTEM PLA DRS.BISMAN P, M.ENG.SC. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Fisika Universitas Sumatera Utara PERNNGN PROM SISTEM PL DRS.ISMN P, M.ENG.S Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan lam Jurusan Fisika Universitas Sumatera Utara I PENDHULUN.. Latar elakang Perkembangan yang pesat di bidang mikroprosesor

Lebih terperinci

BAB III RANGKAIAN LOGIKA

BAB III RANGKAIAN LOGIKA BAB III RANGKAIAN LOGIKA BAB III RANGKAIAN LOGIKA Alat-alat digital dan rangkaian-rangkaian logika bekerja dalam sistem bilangan biner; yaitu, semua variabel-variabel rangkaian adalah salah satu 0 atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Counter? 2. Apa saja macam-macam Counter? 3. Apa saja fungsi Counter?

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Counter? 2. Apa saja macam-macam Counter? 3. Apa saja fungsi Counter? BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum melakukan percobaan, ada baiknya kita mempelajari serta memahami setiap percobaan yang akan kita lakukan. Tanpa disadari dalam membuat suatu makalah kita pasti

Lebih terperinci

MODUL DASAR TEKNIK DIGITAL

MODUL DASAR TEKNIK DIGITAL MODUL DASAR TEKNIK DIGITAL ELECTRA ELECTRONIC TRAINER alexandernugroho@gmail.com HP: 08112741205 2/23/2015 BAB I GERBANG DASAR 1. 1 TUJUAN PEMBELAJARAN Peserta diklat / siswa dapat : Memahami konsep dasar

Lebih terperinci

1. FLIP-FLOP. 1. RS Flip-Flop. 2. CRS Flip-Flop. 3. D Flip-Flop. 4. T Flip-Flop. 5. J-K Flip-Flop. ad 1. RS Flip-Flop

1. FLIP-FLOP. 1. RS Flip-Flop. 2. CRS Flip-Flop. 3. D Flip-Flop. 4. T Flip-Flop. 5. J-K Flip-Flop. ad 1. RS Flip-Flop 1. FLIP-FLOP Flip-flop adalah keluarga Multivibrator yang mempunyai dua keadaaan stabil atau disebut Bistobil Multivibrator. Rangkaian flip-flop mempunyai sifat sekuensial karena sistem kerjanya diatur

Lebih terperinci

MODUL I GERBANG LOGIKA DASAR

MODUL I GERBANG LOGIKA DASAR MODUL I GERBANG LOGIKA DASAR I. PENDAHULUAN Gerbang logika adalah rangkaian dengan satu atau lebih masukan tetapi hanya menghasilkan satu keluaran berupa tegangan tinggi ( 1 ) dan tegangan rendah ( 0 ).

Lebih terperinci

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Definisi Komputer Komputer merupakan mesin elektronik yang memiliki kemampuan melakukan perhitungan-perhitungan yang rumit secara cepat terhadap data-data menggunakan

Lebih terperinci

BAB III RANGKAIAN LOGIKA

BAB III RANGKAIAN LOGIKA BAB III RANGKAIAN LOGIKA Alat-alat digital dan rangkaian-rangkaian logika bekerja dalam sistem bilangan biner; yaitu, semua variabel-variabel rangkaian adalah salah satu 0 atau 1 (rendah atau tinggi).

Lebih terperinci

Laboratorium Sistem Komputer dan Otomasi Departemen Teknik Elektro Otomasi Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh November

Laboratorium Sistem Komputer dan Otomasi Departemen Teknik Elektro Otomasi Fakultas Vokasi Institut Teknologi Sepuluh November PRAKTIKUM 1 COUNTER (ASINKRON) A. OBJEKTIF 1. Dapat merangkai rangkaian pencacah n bit dengan JK Flip-Flop 2. Dapat mendemonstrasikan operasi pencacah 3. Dapat mendemonstrasikan bagaimana modulus dapat

Lebih terperinci

Perkembangan Mikroprosesor

Perkembangan Mikroprosesor Perkembangan Mikroprosesor Setiap komputer yang kita gunakan didalamnya pasti terdapat mikroprosesor. Mikroprosesor, dikenal juga dengan sebutan Central Processing Unit (CPU) artinya unit pengolahan pusat.

Lebih terperinci

APLIKASI JK FLIP-FLOP UNTUK MERANCANG DECADE COUNTER ASINKRON

APLIKASI JK FLIP-FLOP UNTUK MERANCANG DECADE COUNTER ASINKRON ORBITH VOL. 13 NO. 2 Juli 2017 : 108 113 APLIKASI JK FLIP-FLOP UNTUK MERANCANG DECADE COUNTER ASINKRON Oleh: Lilik Eko Nuryanto Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jl.Prof.

Lebih terperinci

BAB III COUNTER. OBYEKTIF : - Memahami jenis-jenis counter - Mampu merancang rangkaian suatu counter

BAB III COUNTER. OBYEKTIF : - Memahami jenis-jenis counter - Mampu merancang rangkaian suatu counter B III COUNTER OBYEKTIF : - Memahami jenis-jenis counter - Mampu merancang rangkaian suatu counter 3.1 Counter secara umum Counter merupakan rangkaian logika pengurut, karena counter membutuhkan karakteristik

Lebih terperinci

BAB VIII REGISTER DAN COUNTER

BAB VIII REGISTER DAN COUNTER BAB VIII REGISTER DAN COUNTER 8.1 Register Register adalah kumpulan dari elemen-elemen memori yang bekerja bersama sebagai satu unit. Register yang paling sederhana tidak lebih dari sebuah penyimpan kata

Lebih terperinci

BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL

BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL BAHAN AJAR SISTEM DIGITAL JURUSAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN Disusun oleh : Golfrid Gultom, ST Untuk kalangan sendiri 1 DASAR TEKNOLOGI DIGITAL Deskripsi Singkat

Lebih terperinci

MAKALAH TEKNIK DIGITAL RANGKAIAN FLIP-FLOP DASAR

MAKALAH TEKNIK DIGITAL RANGKAIAN FLIP-FLOP DASAR MAKALAH TEKNIK DIGITAL RANGKAIAN FLIP-FLOP DASAR DISUSUN OLEH : Rendy Andriyanto (14102035) Sania Ulfa Nurfalah (14102039) LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRONIKA DAN TEKNIK DIGITAL SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA

Lebih terperinci

BAB V MULTIVIBRATOR. A. Pendahuluan. 1. Deskripsi

BAB V MULTIVIBRATOR. A. Pendahuluan. 1. Deskripsi BAB V MULTIVIBRATOR A. Pendahuluan 1. Deskripsi Judul bab ini adalah Multivibrator. Melalui bab ini pembaca khususnya mahasiswa akan mendapatkan gambaran tentang konsep dasar Multivibrator. Konsep dasar

Lebih terperinci

adalah frekuensi detak masukan mula-mula, sehingga membentuk rangkaian

adalah frekuensi detak masukan mula-mula, sehingga membentuk rangkaian Pertemuan ke 2 1 BAB I Rangkaian Sekuensial (2) Deskripsi Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi elemen flip-flop pada counter dan register serta clock mode, pulse mode, dan level mode. Manfaat Memberikan

Lebih terperinci

COUNTER ASYNCHRONOUS

COUNTER ASYNCHRONOUS COUNTER ASYNCHRONOUS A. Tujuan Kegiatan Praktikum 2 : Setelah mempraktekkan Topik ini, anda diharapkan dapat : ) Merangkai rangkaian ASYNCHRONOUS COUNTER 2) Mengetahui cara kerja rangkaian ASYNCHRONOUS

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PERANCANGAN MODUL PEMBELAJARAN ELEKTRONIKA DIGITAL ENCODER, DECODER, MULTIPLEXER DAN DEMULTIPLEXER.

SEMINAR NASIONAL PERANCANGAN MODUL PEMBELAJARAN ELEKTRONIKA DIGITAL ENCODER, DECODER, MULTIPLEXER DAN DEMULTIPLEXER. PERANCANGAN MODUL PEMBELAJARAN ELEKTRONIKA DIGITAL ENCODER, DECODER, MULTIPLEXER DAN DEMULTIPLEXER. Sabran 1*, Muliadi 2 1,2 Dosen PTA FT Universitas Negeri Makassar * sabran_fh66@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Percobaan 6 PENCACAH (COUNTER) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 6 PENCACAH (COUNTER) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 6 PENCACAH (COUNTER) Oleh : Sumarna, urdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan :. Mempelajari cara kerja pencacah biner sinkron dan tak sinkron, 2. Merealisasikan pencacah biner

Lebih terperinci

=== PENCACAH dan REGISTER ===

=== PENCACAH dan REGISTER === === PENCACAH dan REGISTER === Pencacah Pencacah adalah sebuah register yang mampu menghitung jumlah pulsa detak yang masuk melalui masukan detaknya, karena itu pencacah membutuhkan karakteristik memori

Lebih terperinci

=== PERANCANGAN RANGKAIAN SEKUENSIAL ===

=== PERANCANGAN RANGKAIAN SEKUENSIAL === === PERANCANGAN RANGKAIAN SEKUENSIAL === Rangkaian Sekuensial, adalah rangkaian logika yang keadaan keluarannya dipengaruhi oleh kondisi masukan dan kondisi rangkaian saat itu. Variabel Masukan Keadaan

Lebih terperinci

Pertemuan 10 MEMORI INTERNAL

Pertemuan 10 MEMORI INTERNAL Pertemuan 10 MEMORI INTERNAL I. Pengertian Memori internal adalah memori yang dapat diakses langsung oleh prosesor. Fungsi dari memori utama adalah: Menyimpan data yang berasal dari peranti masukan sampai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PULSE TRAIN. GATES ELEMEN LOGIKA

PENDAHULUAN PULSE TRAIN. GATES ELEMEN LOGIKA LOGIKA MESIN PENDAHULUAN Data dan instruksi ditransmisikan diantara berbagai bagian prosesor atau diantara prosesor dan periperal dgn menggunakan PULSE TRAIN. Berbagai tugas dijalankan dgn cara menyampaikan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10 RANGKAIAN SEKUENSIAL

PERTEMUAN 10 RANGKAIAN SEKUENSIAL PERTEMUAN 10 RANGKAIAN SEKUENSIAL Sasaran Pertemuan 10 Mahasiswa diharapkan mengerti tentang Rangkaian Sequensial yang terdiri dari : FLIP-FLOP RS FF JK FF D FF T FF FLIP-FLOP Salah satu rangkaian logika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elektronika digital. Kita perlu mempelajarinya karena banyak logika-logika yang

BAB I PENDAHULUAN. elektronika digital. Kita perlu mempelajarinya karena banyak logika-logika yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerbang Logika merupakan blok dasar untuk membentuk rangkaian elektronika digital. Kita perlu mempelajarinya karena banyak logika-logika yang harus kita pelajari

Lebih terperinci

Operasi Counting Q 1 Q 2. Pulsa clock Belum ada pulsa Setelah pulsa # Setelah pulsa # 2

Operasi Counting Q 1 Q 2. Pulsa clock Belum ada pulsa Setelah pulsa # Setelah pulsa # 2 BAB IV. COUNTER TUJUAN : Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu : Menjelaskan prinsip dasar Counter Membuat Counter dasar dengan prinsip sekuensial Membedakan operasi dan karakteristik

Lebih terperinci

Sistem Digital. Sistem Angka dan konversinya

Sistem Digital. Sistem Angka dan konversinya Sistem Digital Sistem Angka dan konversinya Sistem angka yang biasa kita kenal adalah system decimal yaitu system bilangan berbasis 10, tetapi system yang dipakai dalam computer adalah biner. Sistem Biner

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 1 SISTEM KOMPUTER

KEGIATAN BELAJAR 1 SISTEM KOMPUTER KEGIATAN BELAJAR 1 SISTEM KOMPUTER Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang sistem komputer Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: 1. Memahami sistem

Lebih terperinci

Percobaan 10 MULTIVIBRATOR (ASTABIL, MONOSTABIL, DAN PICU-SCHMITT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 10 MULTIVIBRATOR (ASTABIL, MONOSTABIL, DAN PICU-SCHMITT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 10 MULTIVIBTO (STBIL, MONOSTBIL, DN PIU-SHMITT) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIP, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujua : 1. Mempelajari cara kerja rangkaian multivibrator, 2. Menyusun rangkaian

Lebih terperinci

::. MATA KULIAH MIKROPROSESSOR.:: [ :: MEMORI :: TEORI, IMPLEMENTASI & APLIKASI

::. MATA KULIAH MIKROPROSESSOR.:: [ :: MEMORI :: TEORI, IMPLEMENTASI & APLIKASI [ :: MEMORI :: ] TEORI, IMPLEMENTASI & APLIKASI Oleh : Suyatno Budiharjo http://blog.akademitelkom.ac.id https://suyatno.blog.akademitelkom.ac.id 09/04/10 1 MEMORI ::. MATA KULIAH MIKROPROSESSOR.:: Merupakan

Lebih terperinci

BAB 5. MULTIVIBRATOR

BAB 5. MULTIVIBRATOR BAB 5. MULTIVIBRATOR Materi :. Dasar rangkaian Clock / Multivibrator 2. Jenis-jenis multivibrator 3. Laju Pengisian dan Pengosongan Kapasitor 4. Multivibrator Astabil dari IC 555 5. Multivibrator Monostabil

Lebih terperinci

BAB VII FLIP FLOPS. Gate-gate logika kombinatorial. Elemenelemen. memori. Input-input eksternal. Gambar 7.1 Diagram Sistem Digital Umum

BAB VII FLIP FLOPS. Gate-gate logika kombinatorial. Elemenelemen. memori. Input-input eksternal. Gambar 7.1 Diagram Sistem Digital Umum BAB VII FLIP FLOPS Sejauh ini rangkaian logika yang telah dibahas adalah rangkaian logika kombinatorial yang level-level outputnya pada setiap saat tertentu tergantung kepada level-level yang terdapat

Lebih terperinci

IC atau integrated circuit adalah komponen elektronika semikonduktor yang merupakan gabungan

IC atau integrated circuit adalah komponen elektronika semikonduktor yang merupakan gabungan Pengertian IC TTL Dan CMOS 9 IC atau integrated circuit adalah komponen elektronika semikonduktor yang merupakan gabungan dari ratusan atau ribuan komponen-komponen lain. Bentuk IC berupa kepingan silikon

Lebih terperinci

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55 A. Pendahuluan Mikrokontroler merupakan lompatan teknologi mikroprosesor dan mikrokomputer. Mikrokontroler diciptakan tidak semata-mata hanya memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10 RANGKAIAN SEKUENSIAL

PERTEMUAN 10 RANGKAIAN SEKUENSIAL PERTEMUAN 10 RANGKAIAN SEKUENSIAL Sasaran Pertemuan 10 Mahasiswa diharapkan mengerti tentang Rangkaian Sequensial yang terdiri dari : - FLIP FLOP - RS FF - JK FF - D FF - T FF 1 Salah satu rangkaian logika

Lebih terperinci

COUNTER ASYNCHRONOUS

COUNTER ASYNCHRONOUS COUNTER ASYNCHRONOUS A. Tujuan Kegiatan Praktikum 3 : Setelah mempraktekkan Topik ini, anda diharapkan dapat : ) Merangkai rangkaian SYNCHRONOUS COUNTER 2) Mengetahui cara kerja rangkaian SYNCHRONOUS COUNTER

Lebih terperinci

BAB IV : RANGKAIAN LOGIKA

BAB IV : RANGKAIAN LOGIKA BAB IV : RANGKAIAN LOGIKA 1. Gerbang AND, OR dan NOT Gerbang Logika adalah rangkaian dengan satu atau lebih dari satu sinyal masukan tetapi hanya menghasilkan satu sinyal berupa tegangan tinggi atau tegangan

Lebih terperinci

PENCACAH (COUNTER) DAN REGISTER

PENCACAH (COUNTER) DAN REGISTER PENCACAH (COUNTER) DAN REGISTER Aplikasi flip-flop yang paling luas pemakaiannya adalah sebagai komponen pembangun pencacah dan register. Pencacah termasuk dalam kelompok rangkaian sekuensial yang merupakan

Lebih terperinci

SIMULASI RANGKAIAN DIGITAL MESIN PENJUAL KOPI DENGAN XILINX

SIMULASI RANGKAIAN DIGITAL MESIN PENJUAL KOPI DENGAN XILINX Konferensi Nasional Sistem Informasi 23, STMIK Bumigora Mataram 4-6 Pebruari 23 Makalah Nomor: KNSI-343 SIMULASI RANGKAIAN DIGITAL MESIN PENJUAL KOPI DENGAN XILINX Ayu Astariatun, Nelly Sulistyorini 2,

Lebih terperinci

Pengenalan & Konsep Dasar FPGA. Veronica Ernita Kristianti

Pengenalan & Konsep Dasar FPGA. Veronica Ernita Kristianti Pengenalan & Konsep Dasar FPGA Veronica Ernita Kristianti Apa itu FPGA? FPGA adalah suatu IC program logic dengan arsitektur seperti susunan matrik sel-sel logika yang dibuat saling berhubungan satu sama

Lebih terperinci

MODUL I GERBANG LOGIKA

MODUL I GERBANG LOGIKA MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DIGITAL 1 MODUL I GERBANG LOGIKA Dalam elektronika digital sering kita lihat gerbang-gerbang logika. Gerbang tersebut merupakan rangkaian dengan satu atau lebih dari satu sinyal

Lebih terperinci

PERCOBAAN 6 COUNTER ASINKRON

PERCOBAAN 6 COUNTER ASINKRON PERCOBAAN 6 COUNTER ASINKRON 6.1. TUJUAN : Setelah melaksanakan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu : Membuat Rangkaian dasar 3-bit Membuat Timing Diagram Counter Membuat MOD-n Membuat Up-Down 6.2.

Lebih terperinci

FLIP-FLOP (BISTABIL)

FLIP-FLOP (BISTABIL) FLIP-FLOP (BISTABIL) Rangkaian sekuensial adalah suatu sistem digital yang keadaan keluarannya pada suatu saat ditentukan oleh : 1. keadaan masukannya pada saat itu, dan 2. keadaan masukan dan/atau keluaran

Lebih terperinci

FLIP-FLOP. FF-SR merupakan dasar dari semua rangkaian flip flop. FF-SR disusun dari dua gerbang NAND atau dua gerbang NOR. Gambar Simbol SR Flip-Flop

FLIP-FLOP. FF-SR merupakan dasar dari semua rangkaian flip flop. FF-SR disusun dari dua gerbang NAND atau dua gerbang NOR. Gambar Simbol SR Flip-Flop FLIP-FLOP FLIP-FLOP merupakan suatu rangkaian yang terdiri sdari dua elemen aktif (Transistor) yang erjanya saling bergantian. Fungsinya adalah sebagai berikut: 1. Menyimpan bilangan biner 2. Mencacah

Lebih terperinci

Sistem Digital. Pendahuluan -1- Sistem Digital. Missa Lamsani Hal 1

Sistem Digital. Pendahuluan -1- Sistem Digital. Missa Lamsani Hal 1 Sistem Digital Pendahuluan -1- Missa Lamsani Hal 1 SAP Materi Perkuliahan Sistem Digital Sistem Bilangan dan Pengkodean Dasar Digital Rangkaian Kombinasional Rangkaian Sekuensial Counter dan Register Aplikasi

Lebih terperinci

MODUL 3 GERBANG LOGIKA DASAR

MODUL 3 GERBANG LOGIKA DASAR MODUL 3 GERBANG LOGIKA DASAR A. TEMA DAN TUJUAN KEGIATAN PEMBELAJARAN. Tema : Gerbang Logika Dasar 2. Fokus Pembahasan Materi Pokok :. Definisi Gerbang Logika Dasar 2. Gerbang-gerbang Logika Dasar 3. Tujuan

Lebih terperinci

Sejarah mikroprosessor

Sejarah mikroprosessor Sejarah mikroprosessor adiatma adiatma@raharja.info Abstrak Mikroprosessor, dikenal juga dengan sebutan central processing unit (CPU) artinya unit pengolahan pusat. CPU adalah pusat dari proses perhitungan

Lebih terperinci

Pertemuan ke 7 Memori

Pertemuan ke 7 Memori Pertemuan ke 7 Memori Riyanto Sigit, ST. Nur Rosyid, S.kom Setiawardhana, ST Hero Yudo M, ST Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Tujuan 1. Menjelaskan tentang memori utama komputer 2. Menjelaskan tipe

Lebih terperinci

Pengantar Programable Logic Control. Dr. Fatchul Arifin, MT

Pengantar Programable Logic Control. Dr. Fatchul Arifin, MT Pengantar Programable Logic Control Dr. Fatchul Arifin, MT fatchul@uny.ac.id Definisi Secara mendasar PLC adalah suatu peralatan kontrol yang dapat diprogram untuk mengontrol proses atau operasi mesin.

Lebih terperinci

BAB X MEMORY. RAM (Random Access Memory) DRAM (Dynamic RAM) SRAM (Static RAM) MOS. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Politeknik Negeri Malang

BAB X MEMORY. RAM (Random Access Memory) DRAM (Dynamic RAM) SRAM (Static RAM) MOS. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Politeknik Negeri Malang BAB X MEMORY Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa akan mampu : Menjelaskan pengertian penyimpan (memory) data digital. Menjelaskan pengertian dan perbedaan sistem memory RAM dan

Lebih terperinci

RANGKAIAN LOGIKA DISKRIT

RANGKAIAN LOGIKA DISKRIT RANGKAIAN LOGIKA DISKRIT Materi 1. Gerbang Logika Dasar 2. Tabel Kebenaran 3. Analisa Pewaktuan GERBANG LOGIKA DASAR Gerbang Logika blok dasar untuk membentuk rangkaian elektronika digital Sebuah gerbang

Lebih terperinci

MIKROPENGENDALI TEMU 1 INTRODUCTION TO COMPUTING. Sub-Tema : 1. Numbering and Coding System 2. Semiconductor Memory 3.

MIKROPENGENDALI TEMU 1 INTRODUCTION TO COMPUTING. Sub-Tema : 1. Numbering and Coding System 2. Semiconductor Memory 3. MIKROPENGENDALI TEMU 1 INTRODUCTION TO COMPUTING Sub-Tema : 1. Numbering and Coding System 2. Semiconductor Memory 3. CPU Architecture OLEH : DANNY KURNIANTO,S.T.,M.Eng. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA

Lebih terperinci

Sistem Memori. Flip-flop: memori 1-bit Register: memori n-bit, satu lokasi Memori: penyimpan data n-bit, m-lokasi MSB. 4-bit LSB. Flip-flop.

Sistem Memori. Flip-flop: memori 1-bit Register: memori n-bit, satu lokasi Memori: penyimpan data n-bit, m-lokasi MSB. 4-bit LSB. Flip-flop. Sistem Memori Flip-flop: memori -bit Register: memori n-bit, satu lokasi Memori: penyimpan data n-bit, m-lokasi MSB LSB MSB 4-bit LSB 2 Flip-flop Register m n Memori m x n Memori ROM (Read Only Memory)

Lebih terperinci

Sistem Digital. Dasar Digital -4- Sistem Digital. Missa Lamsani Hal 1

Sistem Digital. Dasar Digital -4- Sistem Digital. Missa Lamsani Hal 1 Sistem Digital Dasar Digital -4- Missa Lamsani Hal 1 Materi SAP Gerbang-gerbang sistem digital sistem logika pada gerbang : Inverter Buffer AND NAND OR NOR EXNOR Rangkaian integrasi digital dan aplikasi

Lebih terperinci

ARITMATIKA ARSKOM DAN RANGKAIAN DIGITAL

ARITMATIKA ARSKOM DAN RANGKAIAN DIGITAL ARITMATIKA ARSKOM DAN RANGKAIAN DIGITAL Oleh : Kelompok 3 I Gede Nuharta Negara (1005021101) Kadek Dwipayana (1005021106) I Ketut Hadi Putra Santosa (1005021122) Sang Nyoman Suka Wardana (1005021114) I

Lebih terperinci

Definisi Gerbang Logika

Definisi Gerbang Logika SISTEM DIGITAL 1 Pendahuluan Seperti kita ketahui, mesin-mesin digital hanya mampu mengenali dan mengolah data yang berbentuk biner. Dalam sistem biner hanya di ijinkan dua keadaan yang tegas berbeda.

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL 2013 / 2014

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL 2013 / 2014 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL 23 / 24 MODUL 4 REGISTER, COUNTER DAN MEMORI OLEH KELOMPOK B ADE ILHAM FAJRI 5358 FRANKY SETIAWAN DALDIRI 5383 KELAS : B ASISTEN PEMBIMBING RISYANGGI AZMI FAIZIN

Lebih terperinci

In te rn al Me m ori

In te rn al Me m ori Organisasi Komputer In te rn al Me m ori STMIK-AUB SURAKARTA Pertemuan ke 6 Memori Tujuan 1. Menjelaskan tentang memori utama komputer 2. Menjelaskan tipe dari memori, waktu dan pengontrolan 2 1 Memori?

Lebih terperinci

PENGANTAR MIKROKOMPUTER PAPAN TUNGGAL (SINGLE CHIP) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA UNY

PENGANTAR MIKROKOMPUTER PAPAN TUNGGAL (SINGLE CHIP) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA UNY PENGANTAR MIKROKOMPUTER PAPAN TUNGGAL (SINGLE CHIP) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id A. Utama Sistem Mikrokomputer Gambar berikut menunjukkan 5 (lima) unit utama dalam

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL. Oleh : Miftachul Ulum, ST., MT Riza Alfita, ST., MT

MODUL PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL. Oleh : Miftachul Ulum, ST., MT Riza Alfita, ST., MT MODUL PRAKTIKUM SISTEM DIGITAL Oleh : Miftachul Ulum, ST., MT Riza Alfita, ST., MT PROGRAM STUDI S TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 23-24 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

Register & Counter -7-

Register & Counter -7- Sistem Digital Register & Counter -7- Missa Lamsani Hal 1 Register dan Pencacah Register adalah kumpulan elemen-elemen memori yang bekerja bersama sebagai satu unit. Pencacah (counter) adalah merupakan

Lebih terperinci

O L E H : H I DAYAT J U R U SA N TEKNIK KO M P U TER U N I KO M 2012

O L E H : H I DAYAT J U R U SA N TEKNIK KO M P U TER U N I KO M 2012 O L E H : H I DAYAT J U R U SA N TEKNIK KO M P U TER U N I KO M 2012 Outline Penjelasan tiga operasi logika dasar dalam sistem digital. Penjelasan Operasi dan Tabel Kebenaran logika AND, OR, NAND, NOR

Lebih terperinci

Organisasi & Arsitektur Komputer

Organisasi & Arsitektur Komputer Organisasi & Arsitektur Komputer 1 Memori Eko Budi Setiawan, S.Kom., M.T. Eko Budi Setiawan mail@ekobudisetiawan.com www.ekobudisetiawan.com Teknik Informatika - UNIKOM 2013 Memori 2 Pengertian Memori

Lebih terperinci

MODUL TEKNIK DIGITAL MODUL III GERBANG LOGIKA

MODUL TEKNIK DIGITAL MODUL III GERBANG LOGIKA MODUL TEKNIK DIGITAL MODUL III GERBANG LOGIKA YAYASAN SANDHYKARA PUTRA TELKOM SMK TELKOM SANDHY PUTRA MALANG 28 MODUL III GERBANG LOGIKA & RANGKAIAN KOMBINASIONAL Mata Pelajaran : Teknik Digital Kelas

Lebih terperinci

GERBANG GERBANG LOGIKA

GERBANG GERBANG LOGIKA GERBANG GERBANG LOGIKA Gerbang-gerbang logika atau dapat juga dinamai rangkaian pintu (gate circuits). Gerbang-gerbang logika ini banyak sekali penerapannya di dunia industri terutama yang digunakan dalam

Lebih terperinci

LAB #5 REGISTER, SYNCHRONOUS COUNTER AND ASYNCHRONOUS COUNTER

LAB #5 REGISTER, SYNCHRONOUS COUNTER AND ASYNCHRONOUS COUNTER LAB #5 REGISTER, SYNCHRONOUS COUNTER AND ASYNCHRONOUS COUNTER TUJUAN 1. Untuk mempelajari dan mendesain berbagai counter menggunakan gerbang dan Flip-Flop. 2. Untuk menyimulasikan berbagai counter dan

Lebih terperinci

Memori Semikonduktor

Memori Semikonduktor Memori Semikonduktor Tiga jenis yang umum digunakan saat ini adalah: 1. Memori semi konduktor yang memakai teknologi LSI (Large-scale integration), adalah istilah teknis dalam bahasa Inggris di bidang

Lebih terperinci

Percobaan 5 FLIP-FLOP (MULTIVIBRATOR BISTABIL) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY

Percobaan 5 FLIP-FLOP (MULTIVIBRATOR BISTABIL) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY Percobaan 5 FLIP-FLOP (MULTIVIBRATOR BISTABIL) Oleh : Sumarna, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY E-mail : sumarna@uny.ac.id Tujuan : 1. Mempelajari cara kerja berbagai rangkaian flip flop 2. Membuat rangkaian

Lebih terperinci

Rangkaian Sequensial. Flip-Flop RS

Rangkaian Sequensial. Flip-Flop RS Rangkaian Sequensial Rangkaian logika di kelompokkan dalam 2 kelompok besar, yaitu rangkaian logika kombinasional dan rangkaian logika sekuensial. Bentuk dasar dari rangkaian logika kombinasional adalah

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TEKNIK DIGITAL

PRAKTIKUM TEKNIK DIGITAL MODUL PRAKTIKUM TEKNIK DIGITAL PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA ST3 TELKOM PURWOKERTO 2015 A. Standar Kompetensi MODUL I ALJABAR BOOLE DAN RANGKAIAN KOMBINASIONAL Mata Kuliah Semester : Praktikum Teknik

Lebih terperinci

RANGKAIAN D FLIP-FLOP (Tugas Matakuliah Sistem Digital) Oleh Mujiono Afrida Hafizhatul ulum

RANGKAIAN D FLIP-FLOP (Tugas Matakuliah Sistem Digital) Oleh Mujiono Afrida Hafizhatul ulum RANGKAIAN D FLIP-FLOP (Tugas Matakuliah Sistem Digital) Oleh Mujiono Afrida Hafizhatul ulum JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 2013 FLIP FLOP D BESERTA CONTOH

Lebih terperinci

SISTEM KEAMANAN DENGAN MENGGUNAKAN CHIP EPROM TUGAS AKHIR OLEH: DIMAS ANGGIT ARDIYANTO

SISTEM KEAMANAN DENGAN MENGGUNAKAN CHIP EPROM TUGAS AKHIR OLEH: DIMAS ANGGIT ARDIYANTO SISTEM KEAMANAN DENGAN MENGGUNAKAN CHIP EPROM TUGAS AKHIR OLEH: DIMAS ANGGIT ARDIYANTO 01.50.0101 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2007

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KENDALI, DIAGRAM TANGGA & PLC. Sejarah Perkembangan Sistem Kendali dan Otomtisasi Industri

BAB II SISTEM KENDALI, DIAGRAM TANGGA & PLC. Sejarah Perkembangan Sistem Kendali dan Otomtisasi Industri BAB II SISTEM KENDALI, DIAGRAM TANGGA & PLC 2.1 Sejarah Perkembangan Sistem Kendali dan Otomtisasi Industri Pada awalnya, proses kendali mesin-mesin dan berbagai peralatan di dunia industri yang digerakkan

Lebih terperinci

SISTEM DIGITAL 1. PENDAHULUAN

SISTEM DIGITAL 1. PENDAHULUAN SISTEM DIGITAL Perkembangan teknologi dalam bidang elektronika sangat pesat, kalau beberapa tahun lalu rangkaian elektronika menggunakan komponen tabung hampa, komponen diskrit, seperti dioda, transistor,

Lebih terperinci

TEORI DASAR DIGITAL OTOMASI SISTEM PRODUKSI 1

TEORI DASAR DIGITAL OTOMASI SISTEM PRODUKSI 1 TEORI DASAR DIGITAL Leterature : (1) Frank D. Petruzella, Essentals of Electronics, Singapore,McGrraw-Hill Book Co, 1993, Chapter 41 (2) Ralph J. Smith, Circuit, Devices, and System, Fourth Edition, California,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3.

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram. Rangkaian Setting. Rangkaian Pengendali. Rangkaian Output. Elektroda. Gambar 3. 27 BAB III PERENCANAAN 3.1 Perencanaan kerja alat Secara Blok Diagram Power Supply Rangkaian Setting Indikator (Led) Rangkaian Pengendali Rangkaian Output Line AC Elektroda Gambar 3.1 Blok Diagram Untuk

Lebih terperinci

6. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial 6.1. Rangkaian Logika Kombinasional Enkoder

6. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial 6.1. Rangkaian Logika Kombinasional Enkoder 6. Rangkaian Logika Kombinasional dan Sequensial Rangkaian Logika secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu rangkaian logika Kombinasional dan rangkaian logika Sequensial. Rangkaian logika Kombinasional

Lebih terperinci

GERBANG LOGIKA & SISTEM BILANGAN

GERBANG LOGIKA & SISTEM BILANGAN GERBANG LOGIKA & SISTEM BILANGAN I. GERBANG LOGIKA Gerbang-gerbang dasar logika merupakan elemen rangkaian digital dan rangkaian digital merupakan kesatuan dari gerbang-gerbang logika dasar yang membentuk

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah : Rangkaian Digital A

SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah : Rangkaian Digital A SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah : Rangkaian Digital A Proses Belajar Mengajar Media : Evaluasi : Dosen : Menjelaskan, Memberi contoh, Diskusi, Memberi tugas * Papan Tulis * Hasil Test Mahasiswa :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem digital merupakan salah satu sistem yang digunakan dalam pemrosesan sinyal atau data. Sebelum dimulainya era digital, pemrosesan sinyal atau data dilakukan

Lebih terperinci

1. SISTEM BILANGAN. Teknik Digital Dasar 1

1. SISTEM BILANGAN. Teknik Digital Dasar 1 Teknik Digital Dasar 1 1. SISTEM BILANGAN Semua sistem bilangan dibatasi oleh apa yang dinamakan Radik atau Basis, yaitu notasi yang menunjukkan banyaknya angka atau digit suatu bilangan tersebut. Misalnya

Lebih terperinci

Algoritma & Pemrograman 2C Halaman 1 dari 7 ALJABAR BOOLEAN

Algoritma & Pemrograman 2C Halaman 1 dari 7 ALJABAR BOOLEAN Algoritma & Pemrograman 2C Halaman 1 dari 7 ALJAAR OOLEAN Aljabar boolean merupakan aljabar yang berhubungan dengan variabel-variabel biner dan operasi-operasi logik. Variabel-variabel diperlihatkan dengan

Lebih terperinci

12-9 Pengaruh dari Kapasitor Pintas Emiter pada Tanggapan Frekuensi-Rendah

12-9 Pengaruh dari Kapasitor Pintas Emiter pada Tanggapan Frekuensi-Rendah DAFTARISI Prakata ' *' Bab 12 Penguat Tahapan Majemuk 1 12-1 Klasifikasi Penguat 1 12-2 Distorsi dalam Penguat 2 12-3 Tanggapan Frekuensi dari Penguat 3 12-4 Grafik-grafik Bode 7 12-5 Tanggapan Undak (Step

Lebih terperinci

Elektronika dan Instrumentasi: Elektronika Digital 1 Sistem Bilangan. Yusron Sugiarto

Elektronika dan Instrumentasi: Elektronika Digital 1 Sistem Bilangan. Yusron Sugiarto Elektronika dan Instrumentasi: Elektronika Digital 1 Sistem Bilangan Yusron Sugiarto Materi Kuliah Analog dan Digital? Elektronika Analog Digital Analog vs Digital Analog Teknologi: Teknologi analog merekam

Lebih terperinci

DASAR TEKNIK DIGITAL (1) GERBANG-GERBANG LOGIKA DASAR

DASAR TEKNIK DIGITAL (1) GERBANG-GERBANG LOGIKA DASAR DASAR TEKNIK DIGITAL (1) GERBANG-GERBANG LOGIKA DASAR Quad Edisi 4 quad@brawijaya.ac.id Lisensi Dokumen Copyright 2007 quad.brawijaya.ac.id PERINGATAN!!! Seluruh Artikel di quad.brawijaya.ac.id dapat digunakan,

Lebih terperinci

Jurnal Skripsi. Mesin Mini Voting Digital

Jurnal Skripsi. Mesin Mini Voting Digital Jurnal Skripsi Alat mesin mini voting digital ini adalah alat yang digunakan untuk melakukan pemilihan suara, dikarenakan dalam pelaksanaanya banyaknya terjadi kecurangan dalam perhitungan jumlah hasil

Lebih terperinci

BAB 1. KONSEP DASAR DIGITAL

BAB 1. KONSEP DASAR DIGITAL 1. KONSEP DSR DIGITL Materi : 1. Representasi entuk Digital dan nalog 2. entuk Sinyal Digital 3. Transmisi Serial & Paralel 4. Switch dalam Rangkaian Elektronika 5. Gerbang Logika Dasar 6. Tabel Kebenaran

Lebih terperinci

Sistem Mikroprosessor

Sistem Mikroprosessor Sistem Mikroprosessor Agung Prasetyo,ST. Jurusan Teknik Elektro Akademi Teknologi Warga Surakarta Sistem yang berbasis microprosessor: Juga biasa di sebut microcomputer adalah suatu rangkaian digital yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan III-1 BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Perancangan Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan menghasilkan suatu sistem yang dapat mengontrol cahaya pada lampu pijar untuk pencahayaanya

Lebih terperinci

Encoder, Multiplexer, Demultiplexer, Shifter, PLA

Encoder, Multiplexer, Demultiplexer, Shifter, PLA Encoder, Multiplexer, Demultiplexer, Shifter, PLA Disusun oleh: Tim dosen SLD Diedit ulang oleh: Endro Ariyanto Prodi S1 Teknik Informatika Fakultas Informatika Universitas Telkom November 2015 Bahan Presentasi

Lebih terperinci

Tahun Akademik 2015/2016 Semester I DIG1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer

Tahun Akademik 2015/2016 Semester I DIG1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer Tahun Akademik 2015/2016 Semester I DIG1B3 Konfigurasi Perangkat Keras Komputer Memori Mohamad Dani (MHM) E-mail: mohamad.dani@gmail.com Hanya dipergunakan untuk kepentingan pengajaran di lingkungan Telkom

Lebih terperinci