BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebagai ambtenaar atau pengawai sipil pemerintah Hindia-Belanda. Pasangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebagai ambtenaar atau pengawai sipil pemerintah Hindia-Belanda. Pasangan"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Profil Yayasan Sosial Kristen Salib Putih Lahirnya Yayasan Sosial Kristen Salib Putih bermula pada kedatangan pasangan suami istri yang berbeda kebangsaan ke Indonesia pada tahun 1882 sebagai ambtenaar atau pengawai sipil pemerintah Hindia-Belanda. Pasangan suami istri tersebut adalah Abraham Theodorus Johanes van Emmerick (1858) dari Belanda dan Alice Cleverly (1871) dari Inggris. Peran mereka bermula dari tahun 1901 saat meletusnya gunung Kelut di Jawa Timur. Banyak warga disekitar gunung Kelud mengungsi. Ada sekitar 300 jiwa yang mengungsi sampai ke Salatiga. Awalnya mereka datang untuk singgah meminta makan dan minum, namun keterbatasan bekal dan tenaga membuat mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan. Keadaan tersebut, para pengungsi sangat membutuhkan tempat penampungan untuk berteduh dan beristirahat. Melihat keadaan para pengungsi, rasa kemanusiaan pasangan suami istri ini terketuk untuk memberikan bantuan. Akhirnya mereka tinggal sementara di rumah keluarga van Emmerick di Salatiga. Keterbatasan rumah keluarga van Emmerick, membuatnya meminta tanah kepada Pemerintah Hindia-Belanda. Hasilnya Pemerintah Hindia-Belanda memberikan tanah seluas 42 Ha di Jalan Raya Salatiga Kopeng Km. 4 serta bekal uang tunai fi 300. Keluarga van Emmerick yang dibantu oleh para pengungsi 36

2 mendirikan barak-barak penampungan dan mulai menempatinya pada tanggal 14 Mei Inilah yang menjadi awal pelayanan Salib Putih. Perkembangan Yayasan ini melalui perluasan tanah untuk menampung para pengungsi. Semakin luasnya tanah karena adanya hibah dari seorang wedana dan juga pembelian tanah dari masyarakat sekitar oleh keluarga van Emmerick. Tanah ini dikelola dan dibangun berbagai saran prasarana untuk pelayanan banyak orang yang membutuhkan, Nama Salib Putih diberikan pada perkumpulan ini berdasarkan penemuan marmer putih berbentuk salib. Marmer ini ditemukan ketika membuka lahan untuk perkumpulan yaitu disebelah timur jalan raya (±30m). Oleh karena itu, perkumpulan ini oleh keluarga van Emmerick diberi nama Witte Kruis Kolonie (WKK). Van Emmerick meninggal pada tanggal 9 Juli Pelayanan WKK kemudian dilanjutkan oleh istrinya. Ketika Jepang masuk Indonesia, Cleverly ditangkap dan dipenjarakan, sehingga tugas pelayanan diserahkan pada orangorang pribumi kepercayaan keluarga van Emmerick. Ketika Indonesia merdeka, pimpinan WKK dipengang oleh pemerintah, yang kemudian pada tahun dipimpin oleh anak Emmerick yaitu Santosa Adolt van Emmerick. Tepatnya pada tanggal 16 Januari 1952 perkumpulan ini diserahkan kepada Yayasan Amal Kristen yang berada dibawah naungan Sinode Gereja Kristen Jawa yang diketuai oleh Ds. Basuki Probowinoto dan namanya berubah menjadi Perkumpulan Rumah Perawatan Salib Putih. 37

3 Tahun 1959 diadakan transmigrasi besar-besaran ke Kalianda Lampung karena penghuni semakin banyak dan adanya rencana pemerintah untuk menempatkan Romusa Indonesia dari Thailand ke Salib Putih. Pada tahun 1960 sebagian rawatan diberikan tanah diarea Salib Putih yang sekarang menjadi desa Bendosari Salatiga. Adapun pelayanan panti-panti yang terdapat di Salib Putih adalah pelayanan sebagai berikut: 1. Panti Asuhan (1956), 2. Panti Wredha dan Panti Karya (1960), 3. Panti Karya Taruna (PKT) (1970), 4. Balai Pengobatan atau Rumah Sakit Bantu. Keberadaan Panti Asuhan, Panti Wredra dan Panti Karya mendapat pengesahan dari Departemen Sosial Republik Indonesia pada tanggal 19 Juli 1977 dengan surat anda pendaftaran no 376/Y/PSSM/1977. Kemudian pada 25 Febuari 1986 di daftarkan ulang dalam hal ini Menteri Sosial Republik Indonesia nomor: /KPTS/BB/II/86. Salib Putih dikukuhkan tanggal 5 April 1995 melalui Kanwil Depsos Provinsi Jawa Tenggah No. 007/ORSOS/85/95. Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dalam melakukan kegiatan pelayanannya melalui dasar hukum sebagai berikut: 1. Akta Notaris No. 39 tanggal 14 Desember 1995 tentang Anggaran Dasar Yayasan sosial Kristen Salib Putih yang diperbarui dengan Akta Notaris No. 52 tanggal 26 September 2008 sesuai Undang-Undang nomor 16 tahun

4 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang no 28 tahun 2004 tentang Yayasan. 2. Surat Ijin Operasional (SIOP) dari Dinas Kesejahteraan Sosial Provinsi Jawa Tenggah No. 007/ORSOS/2007/2010 (Yang berlaku 3 tahun dan dilakukan perpanjangan kembali). Yayasan Sosial Kristen Salib Putih mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu: 1. Mendirikan, menyelenggarakan serta memelihara panti-panti seperti Panti Asuhan, Panti Karya dan Panti Wredha. 2. Menyelenggarakan perawatan kesehatan bagi warga rawatan dan masyarakat umum yang diwujudkan dengan pendirian Balai Pengobatan Salib Putih. 3. Memberikan pelayanan papan, jasmani, pendidikan dan pembinaan baik dalam hal intelektualitas, etika moralitas, mental spiritualitas dan sosialitas bagi warga rawatan dan masyarakat umum. 4. Mengembangkan kehidupan sosial ekonomi bagi keluarga yang terlantar dan atau tertinggal yang dilakukan secara cuma-cuma. Berkaitan dengan tujuan pokoknya, maka Yayasan Sosial Kristen Salib Putih menyediakan sarana dan prasarana sebagai berikut: 1. Papan dan fasilitas pendukung Yayasan Sosial Kristen Salib Putih menyediankan tempat tinggal bagi kalayan dalam bentuk asrama untuk panti, yang terdiri dari Asrama Panti Asuhan, Asrama Panti Wredha dan Rumah Tinggal bagi kalayan Panti 39

5 Karya. Tempat tinggal tersebut diberikan berbagi fasilitas seperti kebutuhan air, listrik, komunikasi, dll. 2. Pangan dan sandang Pangan dan sandang ini, meliputi dapur panti, bahan makanan, peralatan makan, pakaian, dll. 3. Kesehatan Sarana kesehatan ditunjang dengan adanya Balai Pengobatan dan peralatan kesehatan yang tersedia. 4. Pendidikan Sarana dan prasaranan pendidikan ini meliputi peralatan olahraga, hiburan, halaman dan gedung, tempat ibadah, fasilitas kerohanian, dll. 5. Usaha kemandirian Usaha mandiri meliputi kandang sapi, lahan perkebunan, bangunan untuk produksi makanan kecil, dll. 6. Managerial Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dilengkapi dengan unit pelayanan seperti kantor, peralatan kantor, gedung, dll. Yayasan Sosial Kristen Salib Putih secara historis dimiliki Gereja Kristen Jawa (GKJ) Sinode, untuk itu struktur organisasi Yayasan Sosial Kristen Salib Putih tidak lepas dari GKJ Sinode. Struktur organisasi ini terdiri dari Bapelsin GKJ, Pembina, Pengawas dan Pengurus, serta Staf Pelaksana yang melaksanakan kegiatan operasional. Pelaksanaannya Yayasan ini mempunyai 4 (empat) unit pelayanan yaitu Panti Asuhan, Panti Karya, Panti Wredha dan Balai Pengobatan. 40

6 Struktur organisasi Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini: Gambar 4.1 Struktur Organisasi Yayasan Sosial Kristen Salib Putih BAPELSIN GKJ PEMBINA ADM & PERSONALIA BENDAHARA PEMBUKUAN RUMAH TANGGA PENGAWAS PENGURUS PANTI ASUHAN PANTI KARYA PANTI WREDHA BALAI PENGOBATAN Sistem Pengendalian Intern Pada Yayasan Sosial Kristen Salib Putih Pengelolaan Yayasan Sosial Kristen Salib Putih harus sehat, hal ini ditujukan agar harta yang dimiliki dapat aman. Pentingnya keamanan harta, menunjukan bahwa Yayasan ini memerlukan sistem pengendalian intern yang baik. Yayasan Sosial Kristen Salib Putih mempunyai dua (2) sumber pendanaan yaitu pendanaan yang berasal dari sumbangan dan pendanaan yang berasal dari hasil usaha dalam panti atau yang biasa disebut dengan Unit Ekonomi Produktif. Pengelolaan kedua sumber dana ini berbeda-beda baik administrasinya maupun yang menanganinya. 41

7 Sumber pendanaan Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dari sumbangan, berasal dari dua (2) pihak yaitu sumbangan rutin dan sumbangan tidak rutin. Berdasarkan jenisnya, sumbangan juga dibagi menjadi 2 macam yaitu: 1. Sumbangan yang berupa uang tunai Jumlah sumbangan ini tidak ditentukan nominalnya. Sumbangan dalam bentuk uang tunai diberikan melalui Bendahara Pelaksana. Bendahara Pelaksana bertugas sebagai Kasir yaitu untuk menerima dan mengeluarkan kas. Dalam hal pembukuan, bukti transaksi yang ada akan di bukukan dan di simpan oleh bagian Pembuku. 2. Sumbangan dalam bentuk barang atau natura. Sumbangan dalam bentuk natura dapat diberikan melalui Bagian Rumah Tangga maupun diberikan langsung ke Panti. Sumbangan dalam bentuk natura ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu: a. Makanan Natura dalam bentuk makanan yaitu sumbangan berupa bahan makanan dan minuman. Adapun yang masuk dalam kategori natura dalam bentuk makanan ini adalah makanan dus, beras, gula pasir, minyak goreng, mie, kecap, saus, teh, sirup, roti, susu, kopi, minuman serbuk, krupuk, telur, sarden, kornet, permen, energen dan air mineral. b. Alat kebersihan Natura dalam bentuk alat kebersihan yaitu sumbangan yang berupa alat kebersihan untuk mandi, mencuci dan berbagai kebutuhan wanita. Adapun yang masuk dalam kategori ini adalah sampo, karbol, pembalut, 42

8 pempers, kapur barus, hand body, bedak facial foam, molto, aneka sabun, pasta gigi dan sikat gigi. Natura dalam bentuk makanan dan alat kebersihan, akan dilaporkan berdasarkan jumlahnya dan perkiraan harga yang ditentukan oleh Bagian Rumah Tangga. Pada akhir bulan, sumbangan dalam bentuk natura ini akan dilaporkan jumlah nominalnya kepada Bendahara Pelaksana. Sumber pendanaan yang berasal dari Unit Ekonomi Produktif dikelola oleh Panti Karya. Ada 2 macam Unit Ekonomi Produktif yaitu: 1. Perternakan Peternakan yang dikelola adalah perternakan sapi yang usahanya dimulai sekitar tahun 2008/2009. Jenis sapi yang dikelola merupakan sapi perah. Yayasan ini mempunyai sapi perah sebanyak 15 ekor yang terdiri dari 10 ekor sapi betina dewasa untuk sapi perahnya, 1 ekor sapi betina dara, 1 ekor sapi jantan dewasa dan 3 ekor sapi jantan pedet. Sapi perah akan diperah dua kali sehari yaitu pada pukul WIB dan pukul WIB. Susu hasil perahan ini disetorkan ke Kantor Unit Desa (KUD) Getasan. 2. Perkebunan Perkebunan yang ada Yayasan Sosial Kriten Salib Puih adalah perkebunan kopi dan cengkeh yang luas tanahnya sebesar 4 hektar. Perkebunan kopi ini ada sejak tahun 2007 sedangkan perkebunan cengkeh telah ada sejak tahun 1990-an. Pemilihan tanaman ini untuk perkebunan, karena keduannya merupakan jenis tanaman keras yang dapat hidup lebih dari 20 tahun dengan pemeliharaan yang mudah dan pemerolehan hasil panen setiap tahunnya. 43

9 Pengelolaan perkebunan akan dipupuk mengunakan pupuk Urea dan pupuk kandang. Pemberian pupuk Urea dilakukan setiap bulan Oktober sedangkan pupuk kandang diberikan setiap 4 bulan sekali dimulai dari bulan Januari. Pada tahun 2014 ini, diperkirakan perkebunan kopi akan panen pada bulan Agustus dan perkebunan cengkeh akan panen sekitar bulan Oktober. Unit Ekonomi Produktif setiap bulannya akan dilaporkan oleh Pengasuh Panti Karya yang mengelola keuangan harian kepada Bendahara Pelaksana. Pelaporannya adalah laporan global atau keseluruhan dari pembiayaan dan hasilnya selama satu bulan, jadi tidak ada rincian biaya apa saja yang telah dikeluarkan dalam pengelolaan Unit Ekonomi Produktif. Sumber dana yang ada di Yayasan Sosial Salib Putih tidak lepas dari transaksi keuangan. Pada dasarnya Yayasan Sosial Kristen Salib Putih mempunyai 4 (empat) transaksi keuangan yaitu penerimaan kas, pengeluaran kas, penerimaan barang dan pengeluaran barang. Adapun prosedur dalam melaksanakan transaksi-transaksi ini adalah sbb: 1. Penerimaan Kas a. Penerimaan kas dari donatur atau sumber penerimaan lain, diotorisasi oleh Bendahara Pelaksana sebagai Kasir. b. Dengan adanya penerimaan kas, Bendahara Pelaksana akan membuat bukti kuitansi akan ditanda tanganinya. Bukti kuitansi ditunjukan oleh gambar dibawah ini: 44

10 Gambar 4.2 Kuitansi c. Bukti kuitansi tersebut akan diberikan kepada Pembuku untuk dilampirkan dalam surat perintah penerimaan. d. Surat perintah penerimaan dibuat oleh Pembuku. Surat perintah penerimaan merupakan salah satu bentuk pengendalian keuangan dengan adanya 3 (tiga) orang yang menandatanganinya, yaitu Kepala Unit Panti yang bersangkutan, Bendahara Pelaksana (Mengetahui) dan Bendahara Pengurus (Menyetujui). Bentuk dari surat perintah penerimaan ditunjukan oleh gambar sebagai berikut: 45

11 Gambar 4.3 Surat Perintah Penerimaan 2. Pengeluaran Kas a. Uang kas dikeluarkan oleh Bendahara Pelaksana sebagai Kasir yang akan membawa uang. b. Pengeluaran kas oleh Bendahara Pelaksana akan disertai dengan pembuatan kuitansi seperti pada saat penerimaan kas. c. Bukti kuitansi dari Bendahara Pelaksana akan diberikan kepada Pembuku untuk dilampirkan dalam surat perintah pembayaran. d. Pembuku akan melengkapi surat perintah pembayaran ini dengan mendapatkan tanda tangan dari yang mengotorisasinya yaitu Kepala Unit Panti yang bersangkutan, Bendahara Pelaksana (Mengetahui) dan Bendahara Pengurus (Menyetujui). Bentuk dari surat perintah penerimaan ditunjukan oleh gambar berikut: 46

12 Gambar 4.4 Surat Perintah Pembayaran 3. Penerimaan barang a. Penerimaan barang dalam hal ini adalah penerimaan sumbangan barang atau natura diotorisasi oleh Bagian Rumah Tangga. b. Barang yang diterima dari donatur akan disertai dengan bukti tanda terima yang ditunjukan pada gambar dibawah ini: 47

13 Gambar 4.5 Tanda Terima c. Bukti tanda terima ini rangkap 3 (tiga) yaitu yang pertama asli untuk donatur, yang kedua untuk Bagian Rumah Tangga dan yang terakhir untuk Kepala Administrasi dan Personalia. Kepala Administrasi dan Personalia akan membuatkan surat ucapan terimakasih kepada donator atas sumbangan yang telah diberikan. 48

14 4. Pengeluaran barang a. Pengeluaran barang diotorisasi oleh Bagian Administrasi dan yang mengajukannya, dalam hal ini adalah Kepala Unit Panti. Bukti transaksi untuk pengeluaran barang adalah sebagai berikut: Gambar 4.6 Bukti Pengeluaran Barang b. Bukti ini akan diajukan kepada Bagian Rumah Tangga untuk ditinjak lanjuti. c. Apabila barang tersedia maka Bagian Rumah Tangga akan memberikannya, namun bila tidak ada maka Kepala Unit Panti harus mengajukannya kepada Bendahara Pelaksana. Keempat transaksi dengan 5 (lima) bukti transaksi yang ada masih belum diberikan nomor urut yang terprogram. Namun bukti transaksi kuitansi, surat perintah pembayaran dan surat perintah penerimaan sudah diberikan nomor bukti yang masih manual oleh bagian Pembuku. 49

15 Yayasan Sosial Kristen Salib Putih melaksanakan pemeriksaan keuangan untuk menjaga keamanan harta. Pemeriksaan keuangan secara rutin dilaksanakan oleh 2 bagian yaitu Bendahara Pengurus dan Pengawas. Bendahara Pelaksana memeriksa keuangan setiap 10 hari dan setiap bulan. Pemeriksaan 10 hari ditujukan untuk memeriksa anggaran dalam membuat kegiatan 10 hari yang kemudian dalam setiap bulan akan dilaksanakan pemeriksaan lagi. Pengawas melaksanakan pemeriksaan keuanga setiap semester atau 6 (enam) bulan sekali. Pengawas juga bertugas untuk verifikasi data dengan catatan, kesesuaian laporan dengan data dan saldo. Pengawas berencana untuk melakukan pengawasan yang lebih luas dari pengawasan keuangan saja, yaitu untuk mengawasi kegiatan Yayasan. Setiap tahun laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Pengawas akan dipertanggungjawabkan oleh Pembina paling lambat 3 bulan setelah tutup buku yang biasanya jatuh di bulan Maret. Yayasan Sosial Kristen Salib Putih secara periodik mencocokkan saldo kas. Pencocokkan ini dilakukan karena saldo kas bukan hanya ditangan atau dibawa oleh Bendahara Pelaksana, namun juga disimpan dibank yaitu di Giro BRI, Britama BRI, Simpedes BRI, BPD Jateng dan BCA.. Persediaan kas kecil yang dibawa oleh Bendahara maksimal Rp ,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah). Yayasan Sosial Kristen Salib Putih pada dasarnya dibagi dalam 4 organ yang berbeda, yaitu: Pembina, Pengawas, Pengurus dan Staff Pelaksana. Pembina, Pengawas dan Pengurus ditentukan oleh Sidang GKJ Sinode dengan masa jabatan 4 tahun. Setelah masa jabatannya habis, Pembina, Pengawas dan 50

16 Pengurus dapat menjabat kembali dalam satu periode berikutnya dengan jabatan yang sama. Apabila Pembina, Pengawas dan Pengurus ingin tetap menjabat lagi, maka harus pada jabatan yang berbeda. Berbeda dengan Pembina, Pengawas dan Pengurus, untuk Staff Pelaksana terdapat perputaran jabatan yang situasional dalam hal ini apabila ada yang resign dan pensiun. Posisi kosong tersebut harus di isi, tergantung prestasi dan kemampuan pegawai yang ada. Yayasan Sosial Kristen Salib Putih memberikan waktu cuti kepada Staff Pelaksana selama 12 hari per tahun. Cuti dapat diambil satu kali yaitu 12 hari langsung atau 2 kali 6 hari. Bagi Staff pelaksana yang tidak mengambil waktu cutinya, maka tidak akan mendapatkan kompensasi. Walaupun demikian masih ada Staff Pelaksana yang tidak mengambil waktu cutinya. Karyawan merupakan bagian dalam ketercapaian tujuan Yayasan. Karyawan dengan kualitas baik tentu diharapkan oleh Yayasan Sosial Kristen Salib Putih, maka dalam proses seleksi karyawan dilakukan secara bersama-sama. Pada saat ada bagian yang membutuhkan, secara bersama-sama dibuatlah kriteriakriteria yang harus dimiliki oleh calon karyawan misalnya seperti lulusan minimal, IPK, tes kesehatan dan yang paling utama adalah warga GKJ karena Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dibawah naungan dari GKJ Sinode. Perekrutan ini, yang melakukan seleksi adalah Pengurus. Proses seleksinya yaitu dengan seleksi administrasi, tes tertulis dan wawancara. Pelaksanaan perekrutan Pengawas dan Pengurus berbeda dengan perekrutan Staff Pelaksana. Perekrutan ini dilaksanakan oleh Pembina. Pembina akan menekankan pada kemampuan, kapabilitas serta waktu dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai calon 51

17 Pengawas dan Pengurus untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai karyawan di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih. Karyawan diwajibkan beragama Kristen karena dalam pratik kegiatan Yayasan dilaksanakan berdasarkan Iman Kristen, sebab program kegiatan yang dilaksanakan di Yayasan diturunkan dari tujuan dan maksut yaitu dibidang sosial dan keagamaan. Yayasan ini menjunjung mempunyai filosofi dasar yaitu melayani dengan Kasih, sehingga dalam perawatan dan pengasuhan kalayan berdasarkan Iman Kristen dengan adanya kegiatan-kegiatan keagamaan yang menunjang seperti diadaannya renungan dan perayaan hari besar keagamaan. Renungan rutin diadakan satu minggu sekali yaitu pada hari Kamis, namun demikian pada saat diadakan pertemuan lain seperti rapat, terlebih dahulu diadakan renungan. Adanya renungan ini, merupakan upaya Yayasan unuk menguatkan dan memberikan semangat kerja yang penuh tanggungjawab. Selain itu dalam mengelola keuangan, tidak lepas dengan adanya kepercayaan dan kejujuran yang ditanamkan oleh para karyawan melalui pemaknaan Iman Kristen. Perayaan hari besar keagamaan yang wajib dilaksanakan setiap tahun adalah Paskah dan Natal. Peningkatkan kualitas karyawan, Yayasan Sosial Kristen Salib Putih mengikuti pelatihan-pelatihan yang ada. Pelatihan pada pegawai berkaitkan dengan pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait, misalnya sesama panti dan dari Pemerintah. Sifat pelatihan ini ditekankan pada pembinaan Panti untuk peningkatkan keterampilan dan pengetahuan pengelola Panti. Pelatihan ini hanya ditujukan untuk pengelola Panti saja, untuk itu 52

18 karyawan yang lain belum mendapatkan pelatihan karena keterbatasan dana. Selain itu keterbatasan dana menyebabkan tidak diadakannya pendidikan lanjut untuk karyawan, karena itu Yayasan merekrut karyawan dengan pendidikan yang sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan. Keterbatasan dana ini juga menjadi faktor dalam kurangnya profesionalitas karyawan dalam melaksankan tugas dan kewajibannya, karena pada dasarnya orang yang bekerja menginginkan umpan balik berupa gaji yang sesuai dengan kualisi pekerjaannya, namun karyawan di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih lebih menekankan pada pelayanan. 4.2 Pembahasan Sistem pengendalian intern di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih merupakan salah satu upaya untuk melindungi dan menjaga harta dari dalam (intern) Yayasan. Pengendalian ini memerlukan unsur-unsur yang menyusunnya. Yayasan mempunyai struktur organisasi yang membagian tugas dan wewenang unit-unit yang ada dalam Yayasan untuk melaksanakan kegiatan pokoknya. Sistem pengendalian intern ini lebih menekankan pada struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas terutama dalam memisahkan fungsi operasi dan penyimpanan darifungsi akuntansi. Sistem pengendalian intern melaksanakan setiap transaksi dengan otorisasi dari pejabat yang mempunyai wewenang dalam bentuk penandatangan bukti transaksi. Adanya struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas dan otorisasi dapat menunjang praktik yang sehat. 53

19 Struktur organisasi yang memisahkan tanggungjawab fungsional secara tegas, sistem otorisasi dan praktik yang sehat, belum cukup untuk membuat sistem pengendalian intern baik. Unsur yang paling penting dalam sistem pengendalian intern adalah karyawan. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian lain dapat dikurangi sampai batas minimum, oleh karena itu karyawan menjadi kunci dalam sistem pengendalian intern. Karyawan saja tidak dapat menjamin sistem pengendalian intern akan baik karena karyawan mempunyai kelemahan manusiawi seperti merasa jenuh dengan pekerjaan, terlibat dalam masalah pribadi, terkadang malas dan terkadang tergiur dalam urusan keuangan, untuk itu diperlukanlah ketiga unsur sistem pengendalian intern yang lain untuk menghindarkan karyawan dari penyimpangan pekerjaannya. Unsur-unsur yang ada dalam sistem pengendalian intern di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih akan dibahas sebagai berikut: Struktur Organisasi yang Memisahkan Tanggungjawab Fungsional secara Tegas Pemisahan fungsional secara tegas digunakan untuk menghindari penyimpangan keuangan, karena dilaksanakan oleh lebih dari saru orang. Pembagian tanggung jawab ini didasarkan pada prinsip bahwa fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi harus dipisahkan dan fungsi ini tidak boleh mempunyai tanggungjawab penuh. 54

20 Yayasan Sosial Kristen Salib Putih mempunyai 2 sumber dana yang pengelolaanya berbeda-beda, sehingga dalam pemisahan fungsionalnya berbeda. Sumber dana sumbangan yang menurut bentuknya dibagi menjadi uang tunai dan barang atau natura yang pengelolaan fungsionalnya berbeda pula. Sumbangan dalam bentuk uang tunai pemisahan fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi telah dipisahkan. Pemisahan fungsi ini dapat dilihat dari pemisahan fungsi akuntansi antara yang membawa uang, mencatat transaksi, membukukan transaksi dan menyimpan bukti dari transaksi yang ada. Selain itu antara fungsi operasi dan fungsi penyimpanan juga tidak memiliki tangungjawab yang penuh terhadap transaksi keuangan. Adanya pemisahan ini, akan mengurangi resiko penyimpangan keuangan karena secara tidak langsung pemisahan fungsi ini merupakan sebuah pengecekan internal diantara unit organisasi Yayasan. Sumbangan dalam bentuk natura di kelola oleh Bagian Rumah Tangga. Fungsi operasi dan fungsi penyimpanan dalam akuntansi semua dilaksanakan oleh Bagian Rumah Tangga. Untuk hasil dari Unit Ekonomi Produktif, dikelola oleh Panti Karya. Fungsi operasi dan fungsi penyimpanan dalam akuntansi semua dilaksanakan oleh Pengasuh Panti Karya. Bagian Rumah Tangga dan Pengasuh Panti Karya adalah orang yang sama, untuk itu belum ada pemisahan fungsi operasi dan penyimpanan dalam pengelolaan sumbangan dalam bentuk natura dan hasil Unit Ekonomi Produktif. Selain itu pelaksanaan fungsi operasi dan fungsi penyimpanan dilaksanakan penuh oleh satu bagian. Tidak adanya pemisahan dari fungsi akuntansi dapat menambah resiko penyimpangan keuangan, karena 55

21 pemisahan fungsi akuntansi merupakan pengecekan intern. Pengecekan intern tidak dapat dilaksanakan bila hanya ada satu bagian saja yang bertidak penuh, sebab pengecekan ini mencerminkan catatan akuntansi yang diselenggarakan sebenarnya oleh fungsi operasi dan penyimpanan Sistem Wewenang dan Prosedur Pencatatan yang Memberikan Perlindungan Cukup terhadap Kekayaan, Utang, Pendapatan dan Biaya Sistem wewenang digunakan untuk memberikan persetujuan atas transaksi keuangan oleh pejabat yang berwenang. Adanya sistem wewenang mengakibatkan tidak semua karyawan dapat menyetujui transaksi keuangan yang ada, sehingga hanya pejabat yang berwenanglah yang dapat mengesahkan bukti transaksi tersebut. Sistem wewenang tidak lepas dari prosedur pencatatan, karena sistem wewenang ini lebih menekankan pada pemberian persetujuan atau mengesahkan bukti transaksi melalui pemberian tanda tangan. Yayasan Sosial Kristen Salib Putih yang mempunyai 4 transaksi keuangan memiliki sistem wewenang terhadap bukti transaksi yang ada. Transaksi penerimaan dan pengeluaran kas, dimulai dari bukti transaksi yang berupa kuitansi. Kuitansi ini yang membuat dan menandatangani adalah Bendahara Pelaksana. Setelah itu kuitansi diberikan kepada Pembuku dan kemudian oleh Pembuku akan dibuatkan surat perintah penerimaan untuk penerimaan kas dan surat perintah pengeluaran untuk pengeluaran kas. Kedua bukti ini yang berwenang untuk menandatanganinya adalah Kepala Unit Panti yang 56

22 bersangkutan, Bendahara Pelaksana (Mengetahui) dan Bendahara Pengurus (Menyetujui). Penerimaan barang mengunakan bukti tanda terima yang diwewenangi oleh Bagian Rumah tangga. Bukti ini rangkap 3 dengan pembagian pertama asli untuk donatur, yang kedua untuk Bagian Rumah Tangga dan yang terakhir untuk Kepala Administrasi dan Personalia. Pengeluaran barang diwewenangi oleh Kepala Unit Panti yang mengajukan dan Bagian Administrasi. Hal diatas menunjukan bahwa sistem wewenang dari penerimaan kas dan pengeluaran kas adalah Kepala Unit Panti yang bersangkutan, Bendahara Pelaksana dan Bendahara Pengurus. Penerimaan barang diotorisasi oleh Bagian Rumah Tangga dan Pengeluaran barang diotorisasi oleh Kepala Unit Panti yang mengajukan dan Bagian Administrasi. Sistem wewenang yang ada di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih menunjukan bahwa transasksi yang terjadi telah diotorisasi oleh bagian yang mempunyai wewenang untuk menyetujuinya. Pembagian wewenang ini terekam dalam persetujuan untuk melaksanakan suatu transaksi atau melalui penandatanganan bukti. Sistem wewenang yang baik akan menunjang adanya keabsahan bukti transaksi. Keabsahan bukti transaksi sangat diperlukan karena bukti transaksi merupakan dasar dari pencatatan keuangan untuk menghasilkan informasi keuangan bagi para pemakainya. 57

23 4.2.3 Praktik yang Sehat dalam Melaksanakan Tugas dan Fungsi Setiap Unit Organisasi Pratik yang sehat dalam menjalankan kegiatan di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dapat membantu menjaga keamanan harta dan menghindari penyimpangan atau kecurangan keuangan. Praktik yang sehat menunjang tugas dan fungsi dari setiap unit organisasi. Berikut penjabaran praktik yang sehat di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih. 1. Yayasan Sosial Kristen Salib Putih belum menggunakan penomoran formulir yang tercetak komputerisasi, karena masih direncanakan. Bukti transaksi kemungkinnan dapat disalah gunakan karena penomoran formulir merupakkan upaya untuk mempertanggungjawabkan bukti oleh pihak yang berwenang. Selain itu formulir merupakan sebuah alat untuk melakukan otorisasi terhadap transaksi keuangan. Adanya penomoran yang tercetak dapat menetapkan pertanggungjawaban terlaksannya transaksi keuangan. 2. Pemeriksaan mendadak (surprised audit) merupakan pemeriksaan keuangan yang dilaksanakan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu dalam tenggang waktu yang tidak ditetapkan. Yayasan Sosial Kristen Salib Putih belum melaksanakan. Tujuan dari pemeriksaan mendadak ini adalah untuk mengecek kebenaran dari data keuangan dengan jangka waktu yang tidak ditetapkan, sehingga keamanan harta dapat terjaga dan menunjang adanya praktik yang sehat. Pemeriksaan mendadak perlu dilaksanakan untuk mendorong karyawan untuk melaksanakan tugasnya dengan aturan yang telah ditetapkan. 58

24 3. Transaksi pengeluaran kas dan penerimaan kas yang ada di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dilaksanakan oleh Bendahara Pelaksana, Kepala Unit Panti, Bendahara Pengurus dan Pembukuan sehingga lebih dari satu unit organisasi dalam yayasan yang terlibat dalam transaksi ini. Transaksi penerimaan barang dilaksanakan oleh Bagian Rumah Tangga dan Kepala Administrasi dan Personalia sedangkan transaksi pengeluaran barang atas dasar pengajuan dari Kepala Unit Panti dengan diketahui Bagian Administrasi untuk direalisasikan oleh bagian rumah tangga. Pemisahan atau pembagian tugas dilaksanakan untuk pengecekan intern. Pengecekan intern ini melibatkan beberapa unit organisasi yang terdapat di Yayasan, sehingga menunjang adanya praktik yang sehat karena tidak satu karyawan saja yang menyetujui transaksi. 4. Perputaran jabatan (job rotation) di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih dilaksanakan pada setiap unit organ yang ada yaitu Pembinna, Pengawas, Pengurus dan Staff Pelaksana. Perputaran jabatan dilaksanakan agar karyawan tidak jenuh dengan pekerjaan yang laksanakannya. Selain itu perputaran jabatan akan menghindari persekolan antar unit organisasi sehingga akan menunjang adanya pratik yang sehat di Yayasan. 5. Waktu cuti hanya diberikan oleh Yayasan Sosial Kristen Salib Putih kepada Staff Pelaksana. Waktu cuti yang diberikan ini, tidak semua karyawan mengambilnya. Walaupun demikian tidak ada kompensasi atas waktu cuti yang tidak diambil dan waktu cuti tidak dapat diakumulasikan ke tahun berikutnya. Pemberian waktu cuti merupakan upaya yang dilakukan oleh 59

25 Yayasan memberikan kesempatan untuk tidak melaksanakan tugasnya dalam jangka waktu tertentu. Seharusnya waktu cuti ini dapat dimanfaatkan oleh karyawan untuk beristirahat atau sekedar berkumpul dengan keluarga karena cuti merupakan hak dari Staff Pelaksana. 6. Pencocokan fisik yang dilakukan di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih hanya pada saldo kas saja, yaitu mencocokan saldo kas yang ada ditangan dan dibank dengan yang ada dicatatan. Perhitungan fisik seperti peralatan, gedung dan tanah tidak dilaksanakan, sehingga nilai sesungguhnya dari peralatan, gedung dan tanah belum diketahui. Pencocokan fisik pada kekayaan Yayasan sebenarnya harus dilakukan untuk menjaga kekayaan Yayasan dan mengecek ketelitian dan data akuntansinya terutama dalam saldo-saldo yang ada didalamnya. 7. Organ Yayasan Sosial Kristen Salib Putih mempunyai Pengawas berperan untuk verifikasi data dengan catatan, kesesuaian laporan dengan data dan saldo. Selama ini hanya meliputi aktivitas keuangan dan direncanakan untuk mengawasi aktivitas kegiatan Yayasan. Adanya unit Pengawas ini dapat menjamin efektivitas unsur-unsur pengendalian intern lainnya, sehingga kekayaan Yayasan dapat terjamin keamanannya dan data akuntansi dapat diandalkan. Penambahan tugas yang sedang direncanakan baik untuk segera dilaksanakan. 60

26 4.2.4 Karyawan Yang Sesuai Dengan Mutu Dan Tanggungjawabnya Karyawan merupakan unsur yang paling penting dalam Yayasan, karena bila kualitas karyawan baik maka akan menunjang pengendalian yang baik pula. Unsur yang terpenting dalam sistem pengendalian intern adalah bagaimana karyawan dapat menjalankan fungsinya dalam organisasi atau lebih tetapnya mengarah pada karyawan yang bermutu. Karyawan yang bermutu dapat diperoleh melalui seleksi karyawan pada saat perekrutan karyawan. Seleksi karyawan yang tepat dapat memungkinkan Yayasan akan mendapatkan karyawan yang berkualitas. Proses seleksi di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih untuk mendapatkan Staff Pelaksana melalui beberapa tahapan yaitu seleksi administrasi, tes tertulis dan wawancara. Proses seleksi ini dilaksanakn oleh Pengurus Yayasan, sedangkan perekrutan Pengawas dan Pengurus ditetukan atau ditunjuk oleh Pembina sesuai dengan kualifikasi pekerjaan yang dibutuhkan. Seleksi karyawan dilaksanakana untuk menunjang kecakapan karyawan baru dalam menjalankan tanggungjawabnya pekerjaannya di Yayasan. Kesuksesan dalam seleksi karyawan dapat menjadi kunci dalam berjalannya sistem pengendalian intern yang baik karena dengan adanya karyawan baru yang sesuai dengan harapan, maka dia akan menjalankan fungsinya sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan sesuai tanggungjawabnya. Pemerolehan karyawan yang bermutu tidak berhenti pada proses perekrutan karyawan saja. Setelah memperoleh karyawan yang berkualitas pada saat perekrutan, maka untuk meningkatkan kualitasnya diperlukan pelatihan-pelatihan. Pelatihan yang dilaksanakan di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih masih sebatas 61

27 pada Pengurus Panti karena keterbatan biaya. Karyawan selain Pengurus Panti belum terfasilitasi untuk meningkatkan kualitasnya. Peningkatan kualitas karyawan penting agar karyawan dapat bekerja lebih baik, karena peningkatan kualitas karyawan dapat meingkatkan hasil pekerjaannya yang akan menunjang ketercapaian tujuan dari Yayasan. Selain dengan pelatihan, untuk meningkatkan kualitas karyawan dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan lanjut. Namun pendidikan lanjut untuk karyawan belum dapat dilaksanakan karena keterbatasan dana. Yayasan dalam melaksanakan seleksi karyawan telah memilih karyawan sesuai dengan pendidikan minimal yang harus dimiliki oleh karyawan. Pendidikan minimal ini ditujukan agar karyawan yang bekerja di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih memiliki kualifikasi minimal yang telah diharapkan. Karyawan yang bermutu menunjang adanya sistem pengendalian intern yang baik, untuk itu adanya karyawan yang bermutu dapat menjadi prioritas dalam berjalannya kegiatan di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih Komponen Sistem Pengendalian Intern Lainnya Selain 4 unsur yang melekat dalam sistem pengendalian intern di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih, masih ada satu unsur sistem pengendalian intern yang melekat di Yayasan ini yaitu lingkungan pengendalian. Lingkungan pengendalian ini berkenaan dengan penanaman nilai-nilai etika dan Iman, komitmen akan kompetensi, dewan komisaris dan komite audit, falsafat manajemen dan gaya operasinya, struktur organisasi, pendelegasian wewenang dan tanggungjawab, kebijakan prakting tentang SDM. 62

28 Penanaman nilai-nilai etika Iman Kristen berkenaan dengan peringatan hari besar keagamaan dan renungan yang diadakan setiap Kamis dan pada pertemuanpertemuan merupakan salah satu upaya yang dilaksanakan oleh Yayasan untuk menjunjung tinggi Iman Kristen sebagai landasan dalam pelaksanaan kegiatan Yayasan dalam memberikan semangat kerja yang penuh dengan tanggungjawab serta menanamkan kepercayaan dan bekerja penuh dengan kejujuran. Lingkungan keagamaan yang terbentuk di Yayasan ini, membantu berjalannya sistem pengendalian intern yang telah ada, karena lingkungan keagamaan ini senantiasa menanamkan nilai-nilai luhur kepada karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Komitmen akan kompetensi dijunjung dalam menjalankan pekerjaan oleh Pembina, Pengawas, Pengurus dan Staff Pelaksana. Komitmen merupkan salah satu hal yang harus dimiliki oleh setiap karyawan yaitu untuk melayani dengan Kasih berdasarkan Iman Kristen. Pembina dalam melaksanakan tugasnya bertugas sebagai dewan komisaris yang bekerja sebagai wakil dari Pemilik Yayasan. Pelaksanaan audit yang dilaksanakan oleh Pengawas lebih menekankan pada tugas Pengawas sebagai komite audit. Falsafat manajemen dan gaya operasinya berkaitan dengan maksud dan tujuan Yayasan yaitu dibidang sosila dan keagamaan dengan sloglan Melayani dengan Kasih. Semua pekerjaan dan kegiatan yang ada di Yayasan tidak lepas atau berdasarkan pada maksud dan tujuan tersebut. 8. Struktur organisasi yang ada di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih seperti dijelaskan diatas terdiri dari Pembin, Pengawas, Pengurus dan Staff 63

29 Pelaksana. Pelaksanaan tugasnya, masing-masing jabatan akan melaksanakan wewenang dan tanggungjawabnya bedasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang dalam praktiknya hampir sama dengan unsur sistem pengendalian intern yang keempat yaitu karyawan yang sesuai dengan mutu dan tanggungjawabnya. 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Struktur organisasi yang memisahkan antara fungsi operasi dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Struktur organisasi yang memisahkan antara fungsi operasi dengan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Struktur organisasi yang memisahkan antara fungsi operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengendalian intern merupakan salah satu fungsi kontrol dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pengendalian intern merupakan salah satu fungsi kontrol dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem pengendalian intern merupakan salah satu fungsi kontrol dalam mencapai tujuan organisasi. Sistem ini membantu organisasi untuk mencegah terjadinya

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN 73

LAMPIRAN-LAMPIRAN 73 LAMPIRAN-LAMPIRAN 73 Lampiran 1 Pedoman Wawancara ACUHAN PEDOMAN WAWANCARA NO Dua macam sistem pengendalian intern 1. Sistem pengendalian akuntansi ( spak) 2. Sistem pengendalian administrasi (spad) BUTIR-BUTIR

Lebih terperinci

88 Lampiran 1: Daftar Pertanyaan (Wawancara) DAFTAR PERTANYAAN (WAWANCARA)

88 Lampiran 1: Daftar Pertanyaan (Wawancara) DAFTAR PERTANYAAN (WAWANCARA) 88 Lampiran 1: Daftar Pertanyaan (Wawancara) DAFTAR PERTANYAAN (WAWANCARA) Daftar pertanyaan untuk wawancara ini berisi pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan siklus penggajian dan pembelian di SMA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional. perusahaan dan mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem.

BAB II LANDASAN TEORI. sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman operasional. perusahaan dan mencegah terjadinya penyalahgunaan sistem. BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Secara umum, pengendalian internal merupakan bagian dari masingmasing sistem yang dipergunakan sebagai prosedur dan pedoman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Akuntansi Sistem akuntansi merupakan suatu alat yang sangat penting bagi manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan organisasi perusahaan

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN INTERN

SISTEM PENGENDALIAN INTERN 1 PERTEMUAN KELIMA SISTEM PENGENDALIAN INTERN Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami definisi sistem pengendalian intern. 2. Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Purworejo, berdiri pada tanggal 25 Mei 1960 di desa Cangkrep Kabupaten

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Purworejo, berdiri pada tanggal 25 Mei 1960 di desa Cangkrep Kabupaten 36 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan KPRI Guyub Rukun Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo, berdiri pada tanggal 25 Mei 1960 di desa Cangkrep Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. informasi disajikan dalam laporan keuangan.

BAB II LANDASAN TEORI. informasi disajikan dalam laporan keuangan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori Akuntansi pada dasarnya merupakan sistem pengolahan informasi yang menghasilkan keluaran yang berupa informasi akuntansi. Sistem akuntansi mengajarkan sistem pengolahan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan yang semakin maju, peranan sistem dalam kegiatan perusahaan sangatlah penting dalam membangun kepentingan perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA BAB III SISTEM PENGAWASAN INTERN KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA A. Pengertian Pengendalian dan Pengawasan Intern Sebelum membicarakan unsur-unsur pengawasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Berikut ini pembahasan dari penelitian penulis mengenai prosedur. pengeluaran kas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul:

BAB IV HASIL PENELITIAN. Berikut ini pembahasan dari penelitian penulis mengenai prosedur. pengeluaran kas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Prosedur Pengeluaran Kas Berikut ini pembahasan dari penelitian penulis mengenai prosedur pengeluaran kas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul: 1. Bagian yang terkait dan diskripsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Akuntansi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Suatu perusahaan, dalam sistem akuntansi memegang peranan penting dalam mengatur arus pengolahan data akuntansi untuk menghasilkan informasi akuntansi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Unsur-Unsur Pengendalian Internal Persediaan Barang Dagang a. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian internal pada PT.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan.

BAB II DASAR TEORI. dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan. BAB II DASAR TEORI 2.1. Konsep dan Definisi Konsep 1. Sistem Akuntansi Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuisioner Internal Control atas Integritas dan Nilai Etika

Lampiran 1 Kuisioner Internal Control atas Integritas dan Nilai Etika L1 Lampiran 1 Kuisioner Internal Control atas Integritas dan Nilai Etika No Pertanyaan. Ya 1 Apakah perusahaan memiliki petunjuk pelaksanaan mengenai: a. tata tertib dikomuni- b. disiplin kasikan yang

Lebih terperinci

KOP LKS ..., Kepada Yth. BUPATI CILACAP c.q. Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Cilacap di - C I L A C A P

KOP LKS ..., Kepada Yth. BUPATI CILACAP c.q. Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Cilacap di - C I L A C A P KOP LKS...,... 0... Lampiran Perihal : : : Permohonan Pendaftaran / Perpanjangan Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Kepada Yth. BUPATI CILACAP q. Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti

BAB II LANDASAN TEORI. dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Sistem Dalam kehidupan sehari-hari orang sering menyamankan makna istilah sistem dengan cara. Istilah sistem dari bahasa Yunani yaitu Systema yang berarti penempatan atau mengatur.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.2 Sejarah Singkat Perusahaan Clowor Distro Semarang adalah usaha usaha bersama 4 orang yang bergerak dibidang

Lebih terperinci

ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Sistem Pengendalian Intern At as Gaji dan Upah Sebelum penulis menguraikan lebih lanjut mengenai sistem pengendalian intern atas gaji dan upah, maka lebih

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan Evaluasi. Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal

BAB IV PEMBAHASAN. Tujuan Evaluasi. Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Tujuan Evaluasi Tujuan dilakukan evaluasi yaitu untuk mengetahui pengendalian internal atas siklus pendapatan pada PT Kartina Tri Satria sudah baik atau belum, dan mengetahui kelemahan-kelemahannya

Lebih terperinci

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL

TABEL 1 DAFTAR PERTANYAAN EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 TABEL 1 DAFTAR EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL Indepedensi Auditor Internal Apakah auditor internal yang ada pada perusahaan merupakan fungsi yang terpisah dari fungsi operasional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manajemen juga memiliki peranan penting. Prosedur merupakan rangkaian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manajemen juga memiliki peranan penting. Prosedur merupakan rangkaian BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prosedur 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur tidak hanya melibatkan aspek financial saja, tetapi aspek manajemen juga memiliki peranan penting. Prosedur merupakan rangkaian langkah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Sistem pengendalian internal menurut Rama dan Jones (2008) adalah suatu proses yang di pengaruhi oleh dewan direksi

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PENELITIAN. Dari SEKOLAH DASAR NEGERI BULUREJO KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PENELITIAN. Dari SEKOLAH DASAR NEGERI BULUREJO KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PENELITIAN Dari SEKOLAH DASAR NEGERI BULUREJO KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI LAMPIRAN 2 DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN Daftar Pertanyaan Wawancara dengan Kepala Sekolah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Struktur organisasi MP3 CV Vyto Global Media belum

BAB V PENUTUP. menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Struktur organisasi MP3 CV Vyto Global Media belum BAB V PENUTUP 5.1. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Struktur organisasi MP3 CV Vyto Global Media belum memisahkan tanggung

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN

KUESIONER PENELITIAN PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN Lampiran 20 KUESIONER PENELITIAN PERANAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENJUALAN Kepada Yth, Bapak/ibu respoden Di tempat Bandung, 17 Desember 2007 Dengan hormat, Melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Informasi 1. Pengertian Sistem Mulyadi (2008 : 2) berpendapat bahwa sistem adalah sekelompok unsur atau komponen yang saling berhubungan satu dengan yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V Kesimpulan dan Saran 55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Konsep dan Definisi Konsep. 1. Sistem Akuntansi. Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang

BAB II DASAR TEORI Konsep dan Definisi Konsep. 1. Sistem Akuntansi. Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang BAB II DASAR TEORI 2.1. Konsep dan Definisi Konsep 1. Sistem Akuntansi Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis terhadap Sistem Informasi Akuntansi Penggajian pada PT. Dwi Naga Sakti Abadi, maka penulis akan mencoba membahas

Lebih terperinci

Formulir Calon Operator Mesin Rajut

Formulir Calon Operator Mesin Rajut Sinar Terang Fajar Lampiran 1 Tekstile Industry Formulir Calon Operator Mesin Rajut Diisi Dengan Tulisan Tangan, HURUF CETAK Hal. 1/2 Jabatan Yang Dilamar : Operator Mesin Rajut Diisi tanggal : DATA PRIBADI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Akuntansi 2.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi Sebagaimana penulis ketahui pihak manajemen di dalam suatu perusahaan pasti menginginkan keuntungan yang optimal di dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Menurut Sugiono (2012:54) : Penelitian deskriptif digunakan untuk membuat suatu

Lebih terperinci

Proses. Lampiran 1: Pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar. Tahap Awal Dokumentasi Monitoring dan Pembinaan Permohonan

Proses. Lampiran 1: Pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar. Tahap Awal Dokumentasi Monitoring dan Pembinaan Permohonan Lampiran 1: Pembiayaan PT. Bank Syariah Mandiri Pematangsiantar Proses Tahap Awal Dokumentasi Monitoring dan Pembinaan Permohonan Penilaian Sebelum Penendatanganan Monitoring Atas Pembiayaan Persetujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA 22 BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL KAS PADA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROVINSI SUMATERA UTARA A. Pengertian Sistem Pengendalian Internal Kas Pengertian Kas Dalam bahasa sehari-hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Sistem dan Karakteristiknya. Systema yang berarti penempatan atau mengatur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Sistem dan Karakteristiknya. Systema yang berarti penempatan atau mengatur. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Sistem dan Karakteristiknya a. Pengertian Sistem Dalam kehidupan sehari-hari orang sering menyamakan makna istilah sistem dengan cara. Istilah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Manoppo (2013) dalam analisis sistem pengendalian internal atas pengeluaran kas pada PT. Sinar Galesong Prima cabang Manado masih belum efektif,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK

DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK 2. BAB I : KETENTUAN UMUM a. Pasal 1 : Pengertian b. Pasal 2 : Maksud dan tujuan c. Pasal 3 : Lingkup peraturan pokok kepegawaian di GKJW Jemaat Waru. d. Pasal 4

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Hall (2001:5), menyatakan sistem adalah sekelompok dua atau lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Hall (2001:5), menyatakan sistem adalah sekelompok dua atau lebih BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Hall (2001:5), menyatakan sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan atau subsistem-subsistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen)

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL. (Variabel Independen) DAFTAR PERTANYAAN AUDIT INTERNAL (Variabel Independen) No Pertanyaan Jawaban Kuesioner I. 1. 2. 3. 4. 5. II. 6. 7. 8. 9. Independensi Auditor internal mengemukakan pendapatnya dengan bebas tanpa mendapat

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ABC

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ABC BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT ABC IV.1. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey) Tahap survei pendahuluan merupakan tahap awal yang harus dilaksanakan oleh seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena seperti yang dinyatakan oleh BPS (Badan Pusat Statistik),

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena seperti yang dinyatakan oleh BPS (Badan Pusat Statistik), 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perusahaan merupakan salah satu alat penggerak perekonomian di Indonesia, karena seperti yang dinyatakan oleh BPS (Badan Pusat Statistik), perusahaan turut

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan pengendalian intern dalam menunjang efektivitas pembayaran gaji dan upah, maka dapat diambil simpulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian, Sistem dan Metode Pencatatan Persediaan 1. Pengertian Persediaan Persediaan atau sering disebut dengan persediaan barang dagang (merchandise inventory) secara umum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENGELOLAAN ADMINISTRASI DANA KAS KECIL. 1. Kas berarti tempat menyimpan uang. 2. Kas berarti uang ( uang tunai )

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENGELOLAAN ADMINISTRASI DANA KAS KECIL. 1. Kas berarti tempat menyimpan uang. 2. Kas berarti uang ( uang tunai ) BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENGELOLAAN ADMINISTRASI DANA KAS KECIL 2.1.1. PENGERTIAN KAS Kata kas atau cash memiliki berbagai pengertian, antara lain : 1. Kas berarti tempat menyimpan uang 2. Kas berarti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas. Kas merupakan alat pembayaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas. Kas merupakan alat pembayaran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Umumnya setiap perusahaan, baik perusahaan besar maupun kecil pasti mempunyai kas. Kas merupakan alat pembayaran atau pertukaran yang siap dan bebas digunakan untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 08 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 1986 TENTANG

Lebih terperinci

II.LANDASAN TEORI. terjadi demi berlangsungnya hidup perusahaan. Tanggung jawab atas keamanan aktiva perusahaan, kesalahan-kesalahan dan

II.LANDASAN TEORI. terjadi demi berlangsungnya hidup perusahaan. Tanggung jawab atas keamanan aktiva perusahaan, kesalahan-kesalahan dan 5 II.LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengendalian Intern Berdirinya sebuah perusahaan harus disertai dengan terbentuknya manajemen yang handal dan dapat menjamin lancarnya operasional, baik itu pengamanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. struktur organisasi, metode dan ukuran ukuran yang dikoordinasikan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. struktur organisasi, metode dan ukuran ukuran yang dikoordinasikan untuk BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Tujuan Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern Menurut Mulyadi ( 2005 : 163 ) sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFTITAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGGAJIAN KARYAWAN PADA PT. TWINK PRIMA PRATAMA. Adithia Pratama EB10

ANALISIS EFEKTIFTITAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGGAJIAN KARYAWAN PADA PT. TWINK PRIMA PRATAMA. Adithia Pratama EB10 ANALISIS EFEKTIFTITAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGGAJIAN KARYAWAN PADA PT. TWINK PRIMA PRATAMA Adithia Pratama 20211201 3EB10 Latar Belakang Sumber daya manusia dalam suatu perusahaan merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit 1. Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Kredit Pada PT. Anugrah. Sistem penjualan yang dilakukan oleh PT. Anugrah

Lebih terperinci

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang

Struktur Organisasi. PT. Akari Indonesia. Pusat dan Cabang. Dewan Komisaris. Direktur. General Manager. Manajer Sumber Daya Manusia Kepala Cabang 134 Struktur Organisasi PT. Akari Indonesia Pusat dan Cabang Dewan Komisaris Direktur Internal Audit General Manager Manajer Pemasaran Manajer Operasi Manajer Keuangan Manajer Sumber Daya Manusia Kepala

Lebih terperinci

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS PENGENDALIAN INTERNAL

TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS PENGENDALIAN INTERNAL TUGAS E-LEARNING ADMINISTRASI BISNIS PENGENDALIAN INTERNAL Dosen: Putri Taqwa Prasetaningrum Disusun Oleh Rahardian Pamungkas Dupa 14121010 PRODI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKONOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit BAB IV PEMBAHASAN IV. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit Dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya, perusahaan harus memiliki pengendalian internal yang memadai, terutama yang

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN MENGENAI PENGARUH AUDIT INTERN (VARIABEL INDEPENDEN) NO PERTANYAAN Y N T Independensi

DAFTAR PERTANYAAN MENGENAI PENGARUH AUDIT INTERN (VARIABEL INDEPENDEN) NO PERTANYAAN Y N T Independensi DAFTAR PERTANYAAN MENGENAI PENGARUH AUDIT INTERN (VARIABEL INDEPENDEN) NO PERTANYAAN Y N T Independensi 1 2 3 4 5 6 Apakah internal auditor memiliki kedudukan yang independen dalam melakukan pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan pengendalian intern bagian penggajian dan pengupahan dalam menunjang efektivitas pembayaran gaji

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN Pembahasan audit operasional atas fungsi penjualan dan penerimaan kas pada Lei Garden Restaurant dijelaskan pada bab keempat ini. Berdasarkan ruang lingkup yang telah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan.

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Evaluasi IV.1.1. Ruang Lingkup Evaluasi Ruang lingkup pengendalian internal atas siklus pendapatan adalah : 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Kas. Pengertian Penendalian Intern

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Kas. Pengertian Penendalian Intern BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pengendalian Intern Penerimaan Kas 2.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Sistem pengendalian inter adalah sesuatu yang memiliki bagian-bagian yang saling berkaitan

Lebih terperinci

BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN PENGELOLAAN

BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN PENGELOLAAN BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN PENGELOLAAN 3.1. Struktur Organisasi Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem kerja yang merupakan rangkaian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur menurut Mulyadi dalam bukunya yang berjudul Sistem Akuntansi menyatakan bahwa: Prosedur adalah suatu kegiatan yang melibatkan beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 24 sampai dengan 31 Juni 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5 2009 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN STATUS BADAN HUKUM PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH (PD. BPR SYARIAH)

Lebih terperinci

12/3/2012. Contents. Sistem Akuntansi Dasar. Sistem Akuntansi Dasar. Pengawasan Intern. Pengawasan Intern. Pengawasan Intern

12/3/2012. Contents. Sistem Akuntansi Dasar. Sistem Akuntansi Dasar. Pengawasan Intern. Pengawasan Intern. Pengawasan Intern Contents Sistem Akuntansi dan Dosen : Andreani Caroline Barus, SE, M.Si. Beban Studi : 4 SKS 1 2 3 4 5 Sistem Akuntansi Manual Adaptasi Sistem Akuntansi Manual Sistem Akuntansi Berbasis Komputer Sistem

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK VARIABEL INDEPENDEN ( Sistem Pengendalian Intern )

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK VARIABEL INDEPENDEN ( Sistem Pengendalian Intern ) Nama Jabatan DAFTAR PERTANYAAN UNTUK VARIABEL INDEPENDEN ( Sistem Pengendalian Intern ) Indikator : Lingkungan Pengendalian Sub Indikator : Nilai Etika dan Integritas. 1 A. Apakah perusahaan memiliki kode

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

"EFEKTIVITAS SISTEM PENGGAJIAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KEBUMEN" Dwi Suprajitno. Abstrak

EFEKTIVITAS SISTEM PENGGAJIAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KEBUMEN Dwi Suprajitno. Abstrak "EFEKTIVITAS SISTEM PENGGAJIAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KEBUMEN" Dwi Suprajitno Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian intern terhadap penggajian yang telah

Lebih terperinci

BAB II PROSEDUR PEMBELIAN OBAT/ALAT KESEHATAN, PROSEDUR PENYIMPANAN OBAT/ALAT KESEHATAN, PROSEDUR PEMAKAIAN OBAT/ALAT KESEHATAN

BAB II PROSEDUR PEMBELIAN OBAT/ALAT KESEHATAN, PROSEDUR PENYIMPANAN OBAT/ALAT KESEHATAN, PROSEDUR PEMAKAIAN OBAT/ALAT KESEHATAN BAB II PROSEDUR PEMBELIAN OBAT/ALAT KESEHATAN, PROSEDUR PENYIMPANAN OBAT/ALAT KESEHATAN, PROSEDUR PEMAKAIAN OBAT/ALAT KESEHATAN Sebelum membahas tentang prosedur terlebih dahulu dibahas tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai peranan pengendalian intern dalam menunjang pembelian bahan baku yang efisien dan efektif maka dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mulyadi (2001:5) sistem adalah suatu jaringan prosedur yang dibuat menurut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem dan Prosedur Akuntansi Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki sistem dan prosedur yang dilaksanakan sesuai dengan standar operasional perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sistem Pengendalian Intern Atas Pelaksanaan Pemungutan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sistem Pengendalian Intern Atas Pelaksanaan Pemungutan 92 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 5.1.1 Kesimpulan Sistem Pengendalian Intern Atas Pelaksanaan Pemungutan PBB Hasil penelitian menunjukan data yang mendukung pendapat bahwa sistem pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan yang bergerak di bidang usaha mempunyai tujuan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan yang bergerak di bidang usaha mempunyai tujuan yang harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suatu kegiatan yang bergerak di bidang usaha mempunyai tujuan yang harus dicapai. Tujuan utama dari perusahaan adalah memperoleh laba seoptimal mungkin serta

Lebih terperinci

39 Apakah rata-rata pihak manajer divisi dapat menjalin komunikasi dengan baik dengan karyawan-karyawan bawahannya?

39 Apakah rata-rata pihak manajer divisi dapat menjalin komunikasi dengan baik dengan karyawan-karyawan bawahannya? LAMPIRAN A DAFTAR PERTANYAAN KUESIONER TENTANG PERANAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGGAJIAN DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL PENGGAJIAN PADA KSP. NASARI NO. Pertanyaan ADANYA STRUKTUR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

1 / 25 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Y A Y A S A N Diubah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengertian Sistem Akuntansi Niswonger, Warren, Fess (1999) yang diterjemahkan oleh Alfonsus Sirait mendefinisikan, Sistem Akuntansi (Accounting System) adalah metode dan prosedur

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada Bab V Simpulan dan Saran 116 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan terhadap pengendalian intern siklus penjualan di CV Mitra Grafika serta berdasarkan pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI ATAS SISTEM AKUNTANSI PENGGAJIAN PADA YAYASAN KARYA SANG TIMUR PERWAKILAN JAKARTA

BAB IV EVALUASI ATAS SISTEM AKUNTANSI PENGGAJIAN PADA YAYASAN KARYA SANG TIMUR PERWAKILAN JAKARTA BAB IV EVALUASI ATAS SISTEM AKUNTANSI PENGGAJIAN PADA YAYASAN KARYA SANG TIMUR PERWAKILAN JAKARTA Pada bab ini penulis akan mengadakan evaluasi atas keadaan organisasi seperti yang telah diuraikan dalam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis lakukan terhadap transaksi kas di CV Panca Gemilang Abadi, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Sistem Penerimaan Kas dari Pemasangan Sambungan Baru

BAB IV PEMBAHASAN. A. Sistem Penerimaan Kas dari Pemasangan Sambungan Baru BAB IV PEMBAHASAN A. Sistem Penerimaan Kas dari Pemasangan Sambungan Baru Penerimaan kas dari PDAM Tirta Satria Cabang Purwokerto 2 terbagi menjadi 2 yaitu penerimaan kas air dan non air. Penerimaan kas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood (1996:1)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood (1996:1) BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut George H. Bodnar dan William S. Hopwood (1996:1) Sistem Informasi Akuntansi adalah : Kumpulan sumberdaya, seperti manusia dan peralatan,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN

NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Pengertian dan Tujuan Sistem Akuntansi.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi Sistem akuntansi sangat diperlukan oleh perusahaan dan tidak terlepas dari prosedur prosedur yang saling

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Pengendalian Intern. Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Sistem Pengendalian Intern. Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pengendalian Intern 2.1.1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern Sistem menurut James A Hall (2007: 32). Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 16 TAHUN 2001 (16/2001) TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG YAYASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pendirian Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoretis 2.1.1 Pengawasan Intern 1. Pengertian Pengawasan Intern Sistem pengawasan intern atau lebih luasnya Sistem Pengawasan Manajemen merupakan keseluruhan paket,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini kondisi perekonomian di Indonesia belum sepenuhnya pulih.

BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini kondisi perekonomian di Indonesia belum sepenuhnya pulih. 1 BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Penelitian Sampai saat ini kondisi perekonomian di Indonesia belum sepenuhnya pulih. Pemerintah telah bertekad untuk melakukan langkah dan kebijaksanaan strategis,

Lebih terperinci

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001

Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 Kompilasi UU No 28 Tahun 2004 dan UU No16 Tahun 2001 UU Tentang Yayasan BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA No.305, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Badan Usaha Milik Daerah. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6173) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.05/2016 TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN - 1 - PENILAIAN SENDIRI (SELF ASSESSMENT) ATAS

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan bagan struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan PT.Petra

BAB IV PEMBAHASAN. Berdasarkan bagan struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan PT.Petra BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Struktur Organisasi Perusahaan Berdasarkan bagan struktur organisasi yang dimiliki oleh perusahaan PT.Petra Energy International, terdapat beberapa evaluasi yang dapat dijabarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci