KEPEMIMPINAN: MENGENDALIKAN BAWAHAN MELALUI DETEKSI TIPE KEPRIBADIAN INDIVIDU DAN PENEMPATANNYA DALAM ORGANISASI Oleh: Drs. A.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPEMIMPINAN: MENGENDALIKAN BAWAHAN MELALUI DETEKSI TIPE KEPRIBADIAN INDIVIDU DAN PENEMPATANNYA DALAM ORGANISASI Oleh: Drs. A."

Transkripsi

1 KEPEMIMPINAN: MENGENDALIKAN BAWAHAN MELALUI DETEKSI TIPE KEPRIBADIAN INDIVIDU DAN PENEMPATANNYA DALAM ORGANISASI Oleh: Drs. A. MOHYI (Disampaikan dalam training Leadership kepala sekolah SMP Negeri se Kabupaten Pamekasan, tanggal 24 Jnuari 2010, di Kota Batu) Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manusia (individu) yaitu kepribadian. Kepribadian ini bersama-sama tergabung dalam variabel individu dan saling berhubungan dengan persepsi, sikap, belajar dan motivasi dan lainnya dalam membentuk atau menentukan perilaku tertentu, sehingga cara bertindak seorang individu mencerminkan kepribadiannya. Mempelajari atau memahami perilaku seorang manusia (individu) akan menjadi tidak lengkap bila tanpa memperhitungkan faktor kepribadian, dimana untuk mengetahui kepribadian seseorang kita sebaiknya mengetahui apa dan bagaimana kepribadian itu. Oleh karena itu dalam bab ini akan dibahas masalah kepribadian dari seorang individu. A. PENGERTIAN KEPRIBADIAN Istilah kepribadian, dalam bahasa Inggrisnya Personality, berasal dari kata Latin Persona yang berarti topeng yang biasa dipakai oleh para pemain sandiwara di jaman Romawi, tapi lama-kelamaan pengertian dari istilah persona mulai mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh idividu dari kelompok tertentu. Disisi lain kepribadian biasa diartikan dengan ciri-ciri tertentu yang menonjol pada diri seorang individu, misalnya karena pemalu, maka orang tersebut dikatakan berkepribadian pemalu, karena suka marah, maka dikatakan berkepribadian pemarah, dll. Untuk lebih jelasnya pengertian kepribadian ini, penulis ungkapkan beberapa pendapat, antara lain: - J.L. Gibson, J.M. Ivancevich dan J.H. Donnelly, mengutip pendapat Salvatore R. Maddi. Kepribadian adalah himpunan karakteristik, kecenderungan dan temperamen yang relatif stabil yang dibentuk secara nyata oleh faktor keturunan, budaya, dan lingkungan. Himpunan variabel ini menentukan karakteristik dan perbedaan dalam perilaku individu. - Gordon Allport, seperti yang dikutip Irwanto. Kepribadian adalah organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian yang unik terhadap lingkungannya. Menurut Allport, kata dinamis menunjukkan bahwa kepribadian itu dapat berubahubah, dimana antara komponen kepribadian terdapat hubungan yang erat, dan hubungan-hubungan itu terorganisir sedemikian rupa sehingga secara bersama-sama mempengaruhi pola perilakunya dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN Dalam pembentuannya, kepribadian ini dipengaruhi beberapa faktor seperti yang diungkap oleh Gibson et al, yaitu: 1. Faktor keturunan 2. Kekuatan hubungan keluarga 1

2 3. Kekuatan budaya (kultural) 4. Kekuatan kelas sosial dan faktor anggota kelompok lain Sedangkan Irwanto dalamlam bukunya Psikologi Umum, menjelaskan bahwa salah satu faktor yang besar pengaruhnya terhadap kepribadian adalah hasil hubungan antara manusia dengan lingkungan atau pengalamannya (pengaruh lingkungan dan pengalamannya). Pengalaman ini dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Pengalaman Umum (Common Experience) 2. Pengalaman Unik (Unique Experience) Pengalaman umum adalah pengalaman yang dihayati oleh semua anggota masyarakat atau individu, dimana dalam setiap masyarakat terdapat nilai-nilai, prinsip-prinsip moral, maupun cara-cara hidup yang dihayati oleh semua angota masyarakat tersebut, sehingga pengalaman umum ini menjadi bagian dari seseorang yang sama dengan banyak orang lain disekitarnya. Sedangkan pengalaman unik adalah pengalaman yang hanya dialami oleh dirinya sendiri, karena sejak lahir manusia sudah mempunyai ciri-ciri tertentu, maka raeksinya terhadap lingkungan atau reaksi lingkungan terhadap dirinya bersifat khas. C. TIPE-TIPE KEPRIBADIAN MANUSIA Sumadi Suryabrata dalam bukunya Psikologi Pendidikan lebih banyak menjelaskan tentang tipe-tipe kepribadian dari berbagai teori. Ilmu yang mempelajari tipe kepribadian manusia disebut Tipologi Kepribadian. Dalam tipologi ini, para ahli mengelompokkan manusia (individu) kedalam tipe-tipe tertentu sesuai dengan tinjauannya, al: - Hippocrates ( SM) dan Galenus ( M), bapak ahli ilmu kedokteran, beliaulah yang pertama kali mengadakan pendekatan tipologi. Hippocrates berpendapat bahwa didalam tubuh manusia terdapat sifat-sifat seperti empat unsur alam semesta, dimana empat unsur pokok alam semesta ini yaitu: Tanah (mendukung sifat kering), Air (mendukung sifat basah), Udara (mendukung sifat dingin) dan Api (mendukung sifat panas). Kalau di alam semesta adanya sifat-sifat tertentu karena didukung oleh unsur-unsur tersebut, maka didalam tubuh manusia adanya sifat-sifat tertentu karena dipengaruhi cairan-cairan yang ada dalam tubuhnya, pengaruh itu terjadi karena cairan-cairan tersebut melebihi dari perbandingan yang normal, misalnya: - Sifat Kering, didukung oleh chole - Sifat Basah, didukung oleh melanchole - Sifat Dingin, didukung oleh Phlegma - Sifat Panas, didukung oleh Sanguis Pendapat Hippocrates ini kemudian disempurnakan oleh Galenus bahwa didalam tubuh manusia terdapat cairan-cairan chole, melanchole, phlegma dan sanguis. Cairan tersebut mempunyai perbandingan tertentu, dimana dominannya salah satu cairan akan menyebabkan munculnya sifat kejiwaan tertentu yang khas, yaitu disebut Temperament. Akhirnya Galenus menggolongkan tipe-tipe manusia atas dasar temperamennya, yaitu: 1. Kholerik Tipe ini dipengaruhi oleh empedu kuning (chole), sifat-sifat khasnya : mudah marah, kasar, besar semangat, optimis, daya juang besar. 2. Tipe Melankolik Terbentuknya tipe ini dipengaruhi oleh empedu hitam (melanchole), dimana sifat-sifat khasnya (kepribadiannya) : Mudah kecewa, daya juang kecil, pemurung (muram), pesimistis. 2

3 3 Phlekmatis Tipe ini dipengaruhi cairan lendir (phlegma), kepribadiannya (penampilannya) tenang (tak suka terburu-buru), lamban, tidak mudah dipengaruhi, setia. 4. Tipe Sanguinis Tipe ini dipengaruhi oleh darah (Sanguis), dimana sifat-sifat khasnya : ramah, mudah berganti haluan, lekas bertindak tapi juga lekas berhenti. - Krethcmer (1935) Dari hasil penelitiannya terhadap 260 orang yang dirawatnya, Krethcmer membagi tipe-tipe manusia dikelompokkan atas dasar : keadaan jasmaninya dan temperamennya (sifat-sifat tertentu yang khas). Berdasarkan keadaan jasmaninya, yaitu atas dasar bentuk tubuhnya, tipe manusia dibagi empat: - Tipe Piknis atau Stenis - Tipe Leptosom atau Astenis - Tipe Atletis - Tipe Displastis Ad.1. Tipe Piknis. Ciri-ciri tipe ini antara lain: Badan agak pendek, dada membulat, perut besar, bahu tidak lebar, leher pendek dan kuat, lengan dan kaki lemah, kepala agak merosot ke muka diantara kedua bahu, sehingga bagian atas dari tulang punggung kelihatan sedikit melengkung, banyak lemak sehingga urat-urat dan tulang-tulang tak kelihatan nyata. Ad.2. Tipe Leptosom. Ciri-cirinya : Badan langsing, jangkung, rongga dada kecil sempit pipih, rusuknya mudah dihitung, perut kecil, bahu sempit, lengan dan kaki kurus, tengkorak agak kecil, tulang-tulang dibagian muka kelihatan jelas, muka bulat telor, berat relatif kurang. Ad.3. Tipe Atletis. Ciri-cirinya : Tulang-tulang serta otot dan kulit kuat, badan kokoh dan tegap, tinggi cukupan, bahu lebar dan kuat, perut kuat, panggul dan kaki kuat, dalam perbandingan dengan bahu dan dada kelihatan agak kecil, tengkorak cukup besar dan kuat, kepala dan leher tegak, muka bulat telor, lebih pendek dari tipe Leptosom. Ad.4. Tipe Displastis. Yang tergolong tipe ini yaitu orang-orang yang tidak memiliki ciri-ciri yang khas seperti ketiga tipe sebelumnya. Berdasarkan Temperamennya, manusia dapat digolongkan menjadi 2: 1. Golongan yang bertemperamen Schizothym. Golongan ini sukar mengadakan kontak dengan dunia sekitarnya, suka mengasingkan diri, cenderung menutup diri, hidup dengan sendirinya. 2. Golongan yang bertemperamen Cycklothym. Golongan ini mudah mengadakan kontak dengan dunia luar, mudah bergaul, mudah mendapatkan teman, ramah, biasanya dalam pergaulan menyenangkan, biasanya juga mudah untuk ikut merasakan suka dan duka dengan orang lain. Hasil penelitian Krethcmer, hubungan penggolongan tipe atas dasar keadaan jasmani dan temperamen, dinyatakan bahwa: tipe Piknis cenderung sama dengan golongan Cycklothym, sedangkan tipe leptosom, atletis dan displastis sama dengan golongan Schizothym. - Sheldom 3

4 Sheldom menggambarkan kepribadian manusia terdiri dari tiga kelompok komponen, yaitu: 1. Dilihat dari komponen-komponen kejasmanian, tipe manusia terdiri dari dua macam: a. Komponen kejasmanian primer, tipe manusia terdiri dari: - Tipe Endomorph. Orang yang tergolong tipe ini yaitu bentuk tubuhnya gemuk bulat. Sedangkan ciri-cirinya mudah bergaul, periang dan santai. - Tipe Ectomorph. Yang tergolong tipe ini yaitu orang yang bentuk tubuhnya tinggi kurus. Dimana ciri-cirinya sangat serius, sering menyendiri, menjaga jarak denga orang lain, dan perasa. - Tipe Mesomorph. Yang tergolong tipe ini, tubuhnya berbadan tegap dan atletis. Ciri-cirinya cerewet, agresif dan sangat efektif secara fisik. b. Komponen kejasnanian sekunder tipe manusia terdiri dari: - Dysplasia - Gynandromorphy. - Texture. 2. Dilihat dari Komponen-komponen Temperamen, tipe manusia terdiri dari: a. Tipe Visceretonia, Sifat (temperament) orang yang bertipe ini, al: sikapnya tidak tegang, suka akan hiburan,gemar makan-makan, besar kebutuhannya akan resonansi orang lain, tidur nyeyak, bila menghadapi kesukaran membutuhkan orang lain. b. Tipe Smatotonis. Sifat (temperament) orang yang bertipe ini, al: Sikapnya gagah, perkasa (energetic), kebutuhan bergerak besar, suka berterus terang, suara lantang, nampak lebih dewasa dari yang sebenarnya, bila menghadapi kesukaaran-kesukaran butuh melakukan gerakan. c. Tipe Cerebrotonis. Sifat (temperament) orang yang bertipe ini, al:sikapnya kurang gagah, ragu-ragu, reaksinya cepat, kurang berani bergaul dengan orang banyak, kurang berani berbicara deidepan orang banyak, kebiasaan-kebiasaannya tetap, hidup teratur, suaranya kurang bebas, tidurnya kurang nyenyak, usianya kelihatan lebih muda dari usia sebenarnya, kalau menghadapi kesulitan butuh mengasingkan diri. Pengelompokan tipe manusia dengan pendekatan tersebut terkenal cukup lama, namun sekarang sudah tidak banyak digunakan lagi. Walaupun begitu penulis uraikan dengan harapan dapat berguna sebagai pengetahuan dalam aktivitas kepemimpinan. - Carl Gustav Jung (1921) Jung, membagi tipe kepribadian manusia berdasarkan reaksi individu (sikap jiwa) terhadap pengalamannya, yang ditunjukkan dalam perilakunya. Jung mengelompokkan sikap (perilaku) manusia menjadi dua kecenderungan ekstrim, yaitu: 1. Kecenderungan Intraversi (introvert). Yaitu kecenderungan menarik diri dan tenggelam kedalam pengalaman batinnya sendiri. Orang ini biasanya tertutup, tidak memperhatikan orang lain, agak pendiam. 2. Kecenderungn Extroversi (extrovert). Yaitu kecenderungan membuka diri dalam kontak dengan orang-orang, peristiwaperistiwa dan benda-benda disekitarnya. 4

5 - Meyer Friedman dan Ray Rosenman. Meyer Friedman dan Ray Rosenman yang pertama kali mendefinisikan dan memperkenalkan dua tipe manusia dilihat dari pola perilakunya, yaitu : 1. Pola perilaku Tipe A. Meyer Friedman dan Ray Rosenman mendefinisikan orang-orang tipe A, yaitu orang yang mempunyai semangat bersaing yang tinggi dan ambisius, berbicara dengan cepat, suka menyela pembicaraan orang lain dan sering terperangkap dalam permusuhan serta kemarahan yang luar biasa. 2. Pola perilaku Tipe B. Orang (manusia) yang tergolong kedalam tipe B, yaitu orang-orang yang tidak mempunyai sifat-sifa tipe A; dimana salah satu cirinya biasanya orangnya santai, menghadapi hidup dengan tenang. - Douglas Mc Gregor. Douglas Mc Gregor, adalah seorang psikolog sosial Amerika, dari hasil penelitiannya mengasumsikan bahwa manusia dapat dikelompokkan pada dua tipe kelompok yang mempunyai sifat X dan Y, teori ini dikenal dengan teori X dan Y, yaitu: 1. Kelompok yang bersifat X. Kelompok ini diasumsikan sbb: - Manusia yang pada dasarnya cenderung pemalas atau tidak senang bekerja. - Manusia cenderung tidak mempunyai ambisi atau berambisi kecil, tidak ingin tanggung jawab, dan lebih suka diarahkan/dibimbing. - Pada umumnya manusia itu harus diawasi dengan ketat, sering harus dipaksa, diperlakukan dengan hukuman serta diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. - Manusia hanya memerlukan kebutuhan fisiologis dan keamanan saja. 2. Kelompok yang bersifat Y. Kelompok ini diasumsikan sbb: - Manusia yang cenderung senang bekerja, karena bekerja dianggap sebagai kodrat manusia, sama halnya bermain dan beristirahat, jika kondisi menyenangkan. - Manusia dapat mengawasi diri sendiri dan hal itu tidak bisa dihindari dalam rangka mencapai tujuan orgaganisasi. - Mempunyai kemampuan untuk berkreativitas didalam memecahkan persoalanpersoalan dalam organisasi secara luas didistribusikan (disebarkan) kepada seluruh karyawan. - Manusia tidak hanya mempunyai kebutuhan fisiologis dan keamanan saja, tetapi kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri. - Manusia dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jika dimotivasi secara tepat. Penulis yakin, dengan diuraikannya tipe-tipe manusia diatas akan bermanfaat bagi para pembaca atau bagi seorang pemimpin dalam melaksanakan aktivitas kepemimpinannya. Berikutnya, karena beberapa pertimbangan maka penulis akan menguraikan sedikit lebih jelas sebagian dari tipe-tipe kepri badian (perilaku) manusia. D. TIPE KEPRIBADIAN EXTRAVERT DAN INTRAVERT C.G. Jung menjelaskan kedua tipe tersebut berangkat dari penjelasan mengenai Psyche yang didalam kamus Inggris-Indonesia J.M.Echols dan H. Shadely diartikan sebagai Jiwa, hati. Jung mendefinisikan Psyche yaitu totalitas segala peristiwa psikis yang disadari maupun yang tidak disadari. Peristiwa yang disadari oleh kesadaran 5

6 maupun ketidaksadaran berfungsi seagai alat penyesuaian, dan keduannya tidak hanya saling mengisi tetapi berhubngan secara kompensatoris, sehingga batas antara keduanya tidak tetap atau dapat berubah-ubah. Selanjutnya, Jung seperti yang dijelaskan oleh Suryabrata, menguraikan bahwa kesadaran mempunyai dua unsur pokok yaitu fungsi jiwa dan sifat jiwa yang masingmasing mempunyai peranan penting bagi manusia dalam memandang dunianya. Fungsi jiwa adalah bentuk aktifitas kejiwaan yang secara teori tidak dapat berubah dalam lingkungan yang berbeda-beda. Jung membedakan empat fungsi pokok yaitu: pikiran, perasaan, pendirian dan intuisi. Pikiran dan perasaan tergolong rasional yang bekerja dengan penilaian, sedangkan pendirian dan intuisi tergolong irrasional yang bekerja dengan pengamatan sadar indriah serta intuisi mendapat pengamatan tak sadar naluriah. Sikap jiwa adalah arah dari energi psikis umum libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah energi psikis tersebut bisa keluar atau kedalam, seperti halnya arah orientasi manusia terhadap dunianya yaitu bisa keluar (obyektif) atau kedalam (subyektif). Hal itulah yang disebut oleh Jung dengan dua kecenderungan ekstrim berdasarkan reaksi individu (sikap jiwa) terhadap dunianya, yaitu manusia yang cenderung Extrovert dan yang cenderung Introvert. 1. Tipe Ekstravert. Selain menguraikan penjelasan dari C.G. Jung sebagai orang yang pertama kali mengungkapkan dua titik ini, penulis ingin mengungkapkan pula penjelasan dari beberapa penulis lain mengenai tipe ekstrvert. Agus Sujanto, dalam bukunya Psiklogi Kepribadian, menjelaskan bahwa manusia dengan kecenderungan ekstravert yaitu manusia yang banyak dipengaruhi oleh dunia obyektif (dunia diluar dirinya). Orientasinya terutama bertujuan keluar : fikiran, perasaan lingkungannya baik lingkungan sosial maupun non sosial. Mereka bersifat positif terhadap masyarakat, hatinya terbuka dan mudah bergaul serta hubungannya dengan orang lain lancar. Sagimun Dumadi, menjelaskan bahwa tenaga kejiwaan manusia ekstravert terarah keluar, perbuatannya lebih banyak dikuasai oleh dunia luar dari pada dunia dalam, orang tipe ini sifatnya terbuka, tidak kaku dalam pergaulan, sering gembira dan ramah tamah. Karena pembawaan orang-orang ini tidak suka berfikir sampai mendalam, mereka cepat mudah bergaul dengan orang-orang dalam lingkungan dan suka mengabdi dalam lingkungannya. 2. Tipe Introvert. Kebalikan dari tipe ekstrovert, manusia yang cenderung tergolong tipe introvert adalah mereka yang dalam hidupnya dipengaruhi oleh dunia subyektif (dunia dalam dirinya), dimana orientasinya tertuju kedalam fikiran, perasaan atau tindakantindakannya terutama ditentukan oleh dunia subyektif. Seperti yang diungkapkan oleh Suryabrata, orang tipe introvert penyesuaian dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain dan kurang dapat menarik simpati orang lain. Masih dengan tipe Introvert, Sagimun Dumadi mengatakan bahwa tenaga kejiwaan orang tipe ini berarah kedalam, orang-orang ini tenggelam kedalam dirinya sendiri, cenderung mengucilkan diri serta membentengi dirinya terhadap pengaruh dari luar, sikapnya tertutup tiada terduga dan sukar dipahami, sukar menyesuaikan diri dengan orang-orang dalam lingkungannya. Oleh karena itu tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, mereka suka berpegang teguh pada pendiriannya. E. POLA PERILAKU TIPE A DAN B 6

7 Disamping definisi yang telah diberikan oleh Meyer Fiedman dan Ray Rosenman pada uraian sebelumnya, penulis akan mengungkapkan beberapa gambaran atau kreteria tipe A dan B yang diberikan oleh penulis yang lain. - Bortner, memberikan gambaran tentang manusia yang tergolong kedalam pola perilaku tipe A, yaitu tidak pernah terlambat, senang bersaing, suka mendahului, tergesa-gesa, tidak sabar menunggu, berusaha sekuat tenaga, mencoba mengerjakan segala sesuatu serentak, mengharapkan penghargaan, serba cepat, diluar pekerjaan utama niatnya terbatas dan tidak mudah puas dalam pekerjaan karena didorong oleh ambisi dan sangat mementingkan penilaian orang lain. Sedangkan pola perilaku tipe B mempunyai kecenderungan, beranggapan terlambat itu merupakan hal biasa, tidak memaksakan diri dalam bekerja, mengerjakan segala sesuatu dengan santai, dan tidak pernah terburu-buru, tidak suka bersaing. - Peter G. Hanson, Menguraikan perbedaan Tipe A dan B. a. Manusia tergolong dalam tipe A, mempunyai kecenderungan sebagai berikut : - Gaya bicaranya tajam dan agresif, akhir kalimat diucapkan lebih cepat. - Cepat bosan, tidak acuh, hanya pura-pura mendengarkan. - Selalu makan, bicara dan berjalan dengan cepat. - Tidak sabar terhadap orang lain yang lamban, suka memotong pembicaraan orang lain. - Polyphasic yaitu suka mengerjakan beberapa hal dalam waktu yang bersamaan. - Egois, misalnya hanya tertarik pada pembicaraan yang berhubungan dengan dirinya, mencoba untuk mengalihkan pembicaraan sesuai kehendaknya. - Merasa salah bila santai. - Tidak ada perhatian, tidak bisa mengingat rincian suatu ruangan, dsb. - Mengarah pada hal yang sepatutnya diperoleh, bukan yang sepatutnya dihargai. - Bila disaingi oleh tipe A lainnya, akan terjadi keributan. - Tanda-tanda fisik: sangat asertif, tegang, condong tubuh kedepan, punggung jarang menyentuh kursi. - Percaya bahwa keberhasilan dicapai dengan mengerjakan segala sesuatu lebih cepat, sehingga ia terus bekerja dengan cepat. - Mengukur keberhasilan dengan jumlah. b. Tipe B mempunyai kecenderungan pola perilaku sbb: - Gaya bicara lamban dan santai. - Selalu makan, bicara dan berjalan dengan santai. - Sabar. - Mengerjakan segala sesuatu secara satu persatu. - Lebih bisa memahami orang lain. - Bisa santai tanpa rasa bersalah dan bekerja tanpa memaksakan diri. - Mengarah kepada hal-hal yang memang patut dihargai. - Tenang, tidak bermusuhan. - Melakukan permainan untuk kesenangan, bukan hanya untuk kemenangan. - Sulit untuk berterus terang karena takut untuk menyakiti hati orang lain. F. HUBUNGAN POLA PERILAKU TIPE A DAN B DENGAN PRESTASI KERJA Dengan mengetahui kreteria-kreteria kecenderungan perilaku antara tipe A dan tipe B kita dapat memperkirakan bahwa tiap-tiap manusia dengan pola perilaku tertentu mempunyai tempat-tempat tertentu yang cocok dengn kecenderungan perilakunya dan 7

8 perilaku itu sendiri mempunyai hubungan atau berpengaruh terhadap dorongan pencapaian prestasi kerjanya. Untuk itu dalam uraian ini akan diungkapkan berbagi tanggapan yang menjelaskan tentang hubungan/pengaruh antara pola perilaku tipe A dan tipe B terhadap dorongan berprestasi. Matthews dan Bronson, dalam eksperimennya menemukan bahwa tipe A dan tipe B bebeda dalam cara menempatkan perhatian pada tugas. Tipe A lebih mengalokasikan perhatian pada pencapaiana orientasi tugas (achivement oriented task), disini tampak bahwa tipe A bekerja secara maksimal. Orang tipe A, terutama yang mempunyai skor tinggi pada hard driving and competitiveness, cenderung untuk lebih produktif. Endah Baskorowati mengutip pendapat Kiev dan Kohn yang menyatakan bahwa dalam dunia industri dan bisnis yang penuh persaingan, perilaku tipe A lebih didukung dan diharapkan dari pada perilaku tipe B karena lebih dipercaya dapat mengembangkan perusahaan. Robert S. Friedman, mengungkapkan bahwa dalm dunia bisnis yang penuh persaingan, pola perilaku tipe A dapat diandalkan dalam peningkatan hasil produksi dengan berdasar pada karakteristik pola perilaku tipe A yang ambisius, mempunyai semangat bersaing yang tinggi dan ingin cepat dalam menyelesaikan pekerjaan. G. KEPRIBADIAN MANUSIA DN PENEMPATANNYA DALAM STRUKTUR ORGANISASI Biasanya didalam sebuah organisasi untuk merekrut dan menempatkan (staffing) karyawan pada bagian atau bidang yang sesuai dengan kualifikasi karyawan tersebut, memakai job spesification (persyaratan kerja), begitu juga job deskripsi (gambaran pekerjan) merupakan hasil dari job analisis (analisa pekerjaan). Didalam job spesifikasi ada beberapa kreteria yang diperlukan bagi seorang karyawan untuk menduduki suatu bagian (jabatan) dalam struktur organisasi. Menempatkan manusia (karyawan) dalam posisi yang sangat tepat dalam struktur organisasi tidaklah begitu saja dilakukan dengan hanya mempertimbangkan latar belakang pendidikan, umur, jenis kelamin, pengalaman, tapi ada satu faktor yang perlu dipertimbangkan karena faktor ini berpengaruh juga terhadap kelancaran aktivitas, kemudahan beradaptasi, pengembangan dan kemajuan organisasi secara keseluruhan, yaitu faktor kepribadian. Dengan mengetahui tipe-tipe kepribadian manusia dan dilandaskan pada job spesifikasi yang ada, seorang pemimipin akan lebih mudah menempatkan seorang karyawan pada bagian yang tepat. Dari macam-macam tipe kepribadian yang dijelaskan sebelumnya, maka tipe ekstrovert dianggap lebih tepat diletakkan pada bagian-bagian yang memerlukan komunikasi, negosiasi yang lebih banyak antar individu atau kelompok dalam organisasi maupun organisasi dengan pihak lain (masyarakat), dalam hal ini misalnya bagian pemasaran, public relation, dilevel-level manajer yang memerlukan ideide cemerlang, dll. Sebaliknya karyawan yang bertipe introvert cenderung lebih tepat bila ditempatkan pada bagian-bagian yang aktivitasnya tidak banyak memerlukan komunikasi dengan pihak luar. Dengan tepatnya peletakan antara kepribadian dan tugas-tugas yang dihadapinya, maka minimal mereka akan bisa mengembangkan potensi dirinya. Selanjutnya tergantung pada pertimbangan-pertimbangan faktor mana yang lebih penting untuk meletakkan karyawan tersebut pada suatu jabatan dalam struktur organisasi, sesuai dengan berbagai faktor pertimbangan yang telah termuat dalam job spesifikasi dan dalam rangka the right man in the right place serta pencapaian tujuan secara efektif dan efisien. 8

9 H. KEPRIBADIAN MANUSIA DAN CARA MEMOTIVASINYA Dengan mengetahui tipe-tipe kepribadian manusia, seorang manajer akan lebih mudah dalam menentukan cara memotivasi bawahannya agar mau bekerja dengan bersemangat dan berusaha mencapai prestasi yang tinggi. Biasanya seorang karyawan yang bertipe ekstrovert lebih senang bila didekati dengan meminta pendapatnya, mengajak diskusi, dll, atau seorang tipe introvert tidak suka bila diajak bermain teori, konsep dan diskusi terus tanpa ada realisasinya. Para manajer yang mengetahui diantara bawahannya masuk dalam kelompok yang bertipe X, maka sebaiknya dia mengadakan pendekatan secara langsung dalam pegawasan dia, memberikan bimbingan dan mengarahkan, mengendalikan, dll, agar mereka mau ikut serta dan bersemangat dalam aktivitas pencapaian tujuan organisasi perusahaan. Begitu juga para manajer yang mengetahui diantara bawahannya berperilaku tipe Y, maka sebaiknya para manajer mengadakan pengawasan secara tidak langsung, memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan potensi dirinya. 9

Tipe-tipe Kepribadian. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Tipe-tipe Kepribadian. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Tipe-tipe Kepribadian Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Kepribadian Manusia Tiap orang mempunyai kombinasi dari dua kepribadian. Umumnya salah satunya lebih dominan, kadang juga keduanya seimbang. Bila

Lebih terperinci

MEMAHAMI INDIVIDU PERILAKU ORGANISASI

MEMAHAMI INDIVIDU PERILAKU ORGANISASI MEMAHAMI INDIVIDU DALAM PERILAKU ORGANISASI BAB II PERILAKU ORGANISASI Pengertian Perilaku Individu Perilaku didefinisikan sebagai suatu sikap atau tindakan serta segala sesuatu yang dilakukan manusia

Lebih terperinci

Pokok Bahasan 12 KEPRIBADIAN. By Hiryanto, M.si.

Pokok Bahasan 12 KEPRIBADIAN. By Hiryanto, M.si. Pokok Bahasan 12 KEPRIBADIAN Batasan kepribadian (menurut Allport) Watak dan kepribadian adalah sama, tapi dapat berbeda. Watak digunakan untuk memberi penilaian tentang perangai dan perbuatan manusia

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN TIPE A DAN B

KEPRIBADIAN TIPE A DAN B KEPRIBADIAN TIPE A DAN B 1. Pengertian Kepribadian Kepribadian mempunyai banyak pengertian yang disebabkan dalam penyusunan teori, penelitian, dan pengukuran dari beberapa ahli. Menurut Kartono (1979:

Lebih terperinci

Please download full document at Thanks

Please download full document at  Thanks BAB I PENDAHULUAN A. SIFAT-SIFAT KHAS KEPRIBADIAN MANUSIA Berpangkal pada kenyataan bahwa kepribadian manusia itu sangat bermacam-macam sekali, mungkin sama banyaknya dengan banyaknya orang, segolongan

Lebih terperinci

PengantarPsikologiKepribadian OLEH : DRA. RAHAYU GININTASASI, M.SI

PengantarPsikologiKepribadian OLEH : DRA. RAHAYU GININTASASI, M.SI PengantarPsikologiKepribadian OLEH : DRA. RAHAYU GININTASASI, M.SI Definisi Kepribadian Secaraetimologikepribadian(personality) berasal dari kata persona yang berarti topeng atau mask. Menurut akar bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aset penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aset penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aset penting bagi organisasi yang dapat menggerakkan sumber daya lainnya. Sumber daya manusia (SDM) perlu dikelola

Lebih terperinci

TIPE TEMPERAMEN KONSELOR & CORAK INTERAKSI KONSELING. Oleh: Bernardus Widodo, M.Pd.

TIPE TEMPERAMEN KONSELOR & CORAK INTERAKSI KONSELING. Oleh: Bernardus Widodo, M.Pd. TIPE TEMPERAMEN KONSELOR & CORAK INTERAKSI KONSELING Oleh: Bernardus Widodo, M.Pd. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan sebagai sebuah sistem. Untuk menjadikan

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Psikologi Konstitusi dan Personologi

Psikologi Kepribadian I Psikologi Konstitusi dan Personologi Modul ke: Psikologi Kepribadian I Psikologi Konstitusi dan Personologi Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pandangan Dasar tentang Manusia Hippocrates

Lebih terperinci

KEPRIBADIAN IA KURNIATI

KEPRIBADIAN IA KURNIATI KEPRIBADIAN YUSI RIKSA IA KURNIATI DEFINISI Etimologis : Personality (Inggris) - Persona (latin) artinya kedok dan Personare artinya menembus. Persona digunakan untuk memerankan satu bentuk tingkah laku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diantaranya adalah ilmu bersosialisasi, ilmu kepemimpinan dan cara berbicara dimuka umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diantaranya adalah ilmu bersosialisasi, ilmu kepemimpinan dan cara berbicara dimuka umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kampus adalah tempat menimba ilmu pengetahuan sekaligus tempatsosialisasi bagi mahasiswa.banyak hal yang dapat ditawarkan oleh sebuah perguruan tinggi kepada mahasiswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa, pada dasarnya sebagai generasi penerus. Mereka diharapkan sebagai subyek atau pelaku didalam pergerakan pembaharuan. Sebagai bagian dari masyarakat,

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepribadian merupakan karakteristik khusus yang dimiliki oleh setiap individu yang mencerminkan sikap dan perilaku yang dimilikinya. Gordon W. Allport (dalam Pieter

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengubah sumber stres atau pengalaman stres (Cotton dalam Intan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengubah sumber stres atau pengalaman stres (Cotton dalam Intan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Manajemen Stres Istilah manajemen stres merujuk pada identifikasi dan analisis terhadap permasalahan yang terkait dengan stres dan aplikasi berbagai alat teraupetik

Lebih terperinci

Latar belakang C.G. Jung

Latar belakang C.G. Jung Carl Gustav Jung (Psikoanalitik) (26 Juli 1875 6 Juni 1961) Latar belakang C.G. Jung Lahir 6 Juli 1875 di Swiss ( Ayahnya seorang pendeta). Seorang psikiater (kedokteran) Teori : psikoanalitik (psikologi

Lebih terperinci

Etika Profesi Public Relations

Etika Profesi Public Relations Modul ke: Etika Profesi Public Relations IDENTITAS DIRI DAN TIPOLOGI KEPRIBADIAN Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S, M.IKom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id IDENTITAS DIRI DAN TIPOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya mengaktifkan siswa belajar. Pelaksanaan pengajaran yang menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. upaya mengaktifkan siswa belajar. Pelaksanaan pengajaran yang menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran agar tercapainya hasil yang maksimal siswa harus terlibat secara aktif dalam proses tersebut. Dengan kata lain siswa ikut dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

MENGENAL KEPRIBADIAN YUSI RIKSA YUSTIANA PPB FIP UPI

MENGENAL KEPRIBADIAN YUSI RIKSA YUSTIANA PPB FIP UPI MENGENAL KEPRIBADIAN YUSI RIKSA YUSTIANA PPB FIP UPI KEPRIBADIAN PERSONALITY PERSONA KEDOK PERSONARE MENEMBUS ORGANISASI DINAMIS DALAM DIRI INDIVIDU SEBAGAI SISTEM PSIKOFISIS YANG MENENTUKAN CARANYA YANG

Lebih terperinci

Modul ke: ETIK UMB. Memahami Potensi Diri. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer. Saputra, S.Pd, M.Si. Program Studi Informatika

Modul ke: ETIK UMB. Memahami Potensi Diri. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer. Saputra, S.Pd, M.Si. Program Studi Informatika Modul ke: 02 Inggar Fakultas Fakultas Ilmu Komputer ETIK UMB Memahami Potensi Diri Saputra, S.Pd, M.Si Program Studi Informatika Latar Belakang Setiap individu memiliki permasalahan dalam hidupnya. Permasalahan

Lebih terperinci

CARL GUSTAV JUNG (PSIKOANALITIK)

CARL GUSTAV JUNG (PSIKOANALITIK) CARL GUSTAV JUNG (PSIKOANALITIK) Carl Gustav Jung dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswyl (Switzerland) dan wafat pada tanggal 6 Juni 1961 di Kusnacht (Switzerland). Dimasa kanak-kanak Jung sudah

Lebih terperinci

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung

Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Kepribadian I Analytical Psychology Carl Gustav Jung Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Manusia dalam Pandangan Carl G. Jung

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone BAB II LANDASAN TEORI A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) 1. Pengertian Kepribadian Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone yang artinya topeng yang biasanya dipakai

Lebih terperinci

Personality Plus : Mengenal Watak Phlegmatis http://meetabied.wordpress.com Tempat Belajar Melembutkan Hati 1 Bagaimana Memahami Orang Lain dengan Memahami Diri Kita Sendiri : Mengenal Watak Phlegmatis

Lebih terperinci

Data Diri TES DISC. M L Baik hati, berhati lembut, manis M L Pintar memperngaruhi orang lain, meyakinkan

Data Diri TES DISC. M L Baik hati, berhati lembut, manis M L Pintar memperngaruhi orang lain, meyakinkan LAMPIRAN 70 Lampiran 1 Kuesioner tes DISC Data Diri Nama : Tempat, tanggal lahir : Usia : Jenis Kelamin : No. Telfon : TES DISC Instruksi : Silahkan pilih salah satu dari empat kelompok kata di bawah ini

Lebih terperinci

Ciri dan Watak Wirausaha

Ciri dan Watak Wirausaha Ciri dan Watak Wirausaha SALAH Dilazimkan Menyalahkan: -Orang lain -Lingkungan akibatnya -Tidak percaya diri -Tidak bisa menerima kritik -Pasif Kondisi SEHARUSNYA Dilatih Intropeksi -Responsibility -Konsekuen

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurrohman dalam tulisan ilmiah yang berjudul

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. novel Mendayung Impian karya Reyhan M. Abdurrohman dalam tulisan ilmiah yang berjudul BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep digunakan sebagai dasar penelitian yang menentukan arah suatu topik pembahasan. Konsep yang dimaksud adalah gambaran dari objek yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT

BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT 1. Pengertian Burnout Burnout yaitu keadaan stress secara psikologis yang sangat ekstrem sehingga individu mengalami kelelahan emosional dan motivasi yang rendah untuk

Lebih terperinci

ETIK UMB MENGENALI POTENSI DIRI AHMAD GOZALI,SHI,MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI.

ETIK UMB MENGENALI POTENSI DIRI AHMAD GOZALI,SHI,MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI. ETIK UMB Modul ke: MENGENALI POTENSI DIRI Fakultas EKONOMI DAN BISNIS AHMAD GOZALI,SHI,MH. Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Perkuliahan 2 MENGENALI POTENSI DIRI PEKERJAAN, KARIER dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres Kerja. Stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan situasi lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres Kerja. Stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan situasi lingkungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres Kerja 1. Pengertian Stres Kerja Stres kerja merupakan interaksi antara seseorang dengan situasi lingkungan atau stresor yang dianggap mengancam atau menantang, dan menimbulkan

Lebih terperinci

Memahami Orang lain dengan Cara Memahami diri Anda sendiri

Memahami Orang lain dengan Cara Memahami diri Anda sendiri JENIS-JENIS KEPRIBADIAN Memahami Orang lain dengan Cara Memahami diri Anda sendiri Dipetik oleh Margono Slamet dari buku PERSONALITY PLUS Karya Florence Littauer 1 Belajar tentang Diri Sendiri Untuk mempelajari

Lebih terperinci

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi

ETIK UMB MENGENAL POTENSI DIRI FEB. Manajemen. Modul ke: Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM. Program Studi ETIK UMB Modul ke: MENGENAL POTENSI DIRI FEB Fakultas SYAHLAN A.SUME,SE,MM Program Studi Manajemen Passion adalah : Bisa disebut juga panggilan jiwa, atau bisa diartikan hasrat diri dan gairah, orientasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Kepribadian 1.1 Definisi Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan dan berperilaku yang relatif stabil dan dapat diperkirakan (Dorland, 2002). Kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujian Nasional (UN) bukanlah hal yang asing dalam dunia pendidikan Indonesia. Sebagai salah satu program kerja pemerintah, Ujian Nasional diadakan untuk menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA. dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kepribadian Secara umum kepribadian (personality) suatu pola watak yang relatif permanen, dan sebuah karakter unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualis bagi perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Tipe Kepribadian Tipologi Hippocrates-Galenus. Kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa inggris personality.

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Tipe Kepribadian Tipologi Hippocrates-Galenus. Kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa inggris personality. BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Tipe Kepribadian Tipologi Hippocrates-Galenus Kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa inggris personality. Kata personality sendiri berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepribadian merupakan sebuah pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan dan berperilaku relatif stabil dan dapat diperkirakan, juga dapat diartikan sebagai pola

Lebih terperinci

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar MOTIVASI DALAM BELAJAR Saifuddin Azwar Dalam dunia pendidikan, masalah motivasi selalu menjadi hal yang menarik perhatian. Hal ini dikarenakan motivasi dipandang sebagai salah satu faktor yang sangat dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberi muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. diberi muatan-muatan informasi apa saja yang dianggap perlu oleh guru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keaktifan dalam proses pembelajaran tidak harus berasal dari guru menuju siswa, karena belajar bukanlah memberikan seluruh informasi yang diperlukan guru kepada siswanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

Modul ke: Pedologi. Gangguan Kepribadian. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

Modul ke: Pedologi. Gangguan Kepribadian. Fakultas PSIKOLOGI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi. Modul ke: Pedologi Gangguan Kepribadian Fakultas PSIKOLOGI Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id A. Defenisi Kepribadian Kata kepribadian (personality) sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang merupakan perpaduan di antara tipe-tipe tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. orang merupakan perpaduan di antara tipe-tipe tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya manusia itu adalah unik dan memiliki tipe kepribadian yang berbeda-beda, walau terkadang juga memiliki kesamaan. Perbedaan-perbedaan itu dapat dilihat antara

Lebih terperinci

DASAR DASAR PERILAKU INDIVIDU

DASAR DASAR PERILAKU INDIVIDU DASAR DASAR PERILAKU INDIVIDU Oleh : Kelompok 2 : 1. Sarjono Eka Putra (125030400111015) 2. Gilar Cahyo Pambudi (125030401111017) 3. Ryan Astri Kurniawan (125030405111001) 4. Daniel Avianto Kurniawan (125030405111005)

Lebih terperinci

MEMAHAMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMAHAMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG ANAK Artikel MEMAHAMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG ANAK Mardiya Selama ini kita sebagai orangtua masih menganggap anak sebagai harta yang tak ternilai harganya. Karena selain sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG 69 BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG A. Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Islam Sultan Agung 1 Semarang Kepala sekolah merupakan

Lebih terperinci

MAKALAH TENTANG ATTENTION Pelayanan Prima Berdasarkan Konsep Perhatian ( ATTENTION ) SMK MUHAMMADIYAH 01 KELING TAHUN PELAJARAN 2015/2016

MAKALAH TENTANG ATTENTION Pelayanan Prima Berdasarkan Konsep Perhatian ( ATTENTION ) SMK MUHAMMADIYAH 01 KELING TAHUN PELAJARAN 2015/2016 MAKALAH TENTANG ATTENTION Pelayanan Prima Berdasarkan Konsep Perhatian ( ATTENTION ) SMK MUHAMMADIYAH 01 KELING TAHUN PELAJARAN 2015/2016 KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih

Lebih terperinci

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 29 Juli 2015

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 29 Juli 2015 S E L E C T D E V E L O P L E A D H O G A N D E V E L O P C A R E E R TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR Laporan untuk: John Doe ID: HC243158 Tanggal: 29 Juli 2015 2 0 0 9 H O G A N A S S E

Lebih terperinci

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek? Pedoman Observasi 1. Kesan umum subyek secara fisik dan penampilan 2. Relasi sosial subyek dengan teman-temannya 3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview Pedoman Wawancara 1. Bagaimana hubungan

Lebih terperinci

THEORY : TYPE A PERSONALITY KEPRIBADIAN TIPE A

THEORY : TYPE A PERSONALITY KEPRIBADIAN TIPE A THEORY : TYPE A PERSONALITY KEPRIBADIAN TIPE A Litelature Hendry admin of http://teorionline.wordpress.com/ DEFINISI Kepribadian Tipe A merupakan kompleks tindakan emosi yang dapat diamati dalam setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang sebagaimana negara-negara lainnya, maka kemajuan dan perkembangan Indonesia yang bisa dilihat dari

Lebih terperinci

MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK

MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK Materi pembelajaran 'Motivasi Berprestasi' bertujuan untuk membekali mahasiswa/i akan pengertian, pemahaman terhadap motivasi berprestasi sebagai aspek pendorong untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawannya untuk melakukan jenis-jenis perilaku tertentu. Perilaku seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawannya untuk melakukan jenis-jenis perilaku tertentu. Perilaku seseorang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motivasi 2.1.1. Pengertian Seperti halnya karyawan mempunyai keinginan-keinginan tertentu yang diharapkan akan dipenuhi oleh perusahaan, perusahaan juga mengharapkan karyawannya

Lebih terperinci

PERBEDAAN MOTIVASI MENGEMBANGKAN KARIR ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA KARYAWAN. Skripsi

PERBEDAAN MOTIVASI MENGEMBANGKAN KARIR ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA KARYAWAN. Skripsi PERBEDAAN MOTIVASI MENGEMBANGKAN KARIR ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT PADA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Gatot

Lebih terperinci

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017 S E L E C T D E V E L O P L E A D H O G A N D E V E L O P C A R E E R TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR Laporan untuk: Sam Poole ID: HC560419 Tanggal: 23 Februari 2017 2 0 0 9 H O G A N A S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan inti dari sifat biologis, kognitif, dan aturan-aturan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan inti dari sifat biologis, kognitif, dan aturan-aturan sosial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi merupakan masalah sentral dalam dunia psikologi. Motivasi merupakan inti dari sifat biologis, kognitif, dan aturan-aturan sosial. Hal lain yang lebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penafsiran terhadap data tersebut dan penampilan hasilnya (Arikunto 2005).

BAB III METODE PENELITIAN. penafsiran terhadap data tersebut dan penampilan hasilnya (Arikunto 2005). BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif, yaitu suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL A. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU Individu, berasal dari kata in (tidak) dan divided (terbagi) - (B.Inggris), dan Individum tak terbagi (B.Latin).

Lebih terperinci

Tipologi Kepribadian

Tipologi Kepribadian Tipologi Kepribadian Hippocrates - Galenus PsikologiZone.com Zona Ilmu dan Artikel Psikologi Online Seperti penjelasan yang sudah dibahas pada situs psikologizone.com mengenai pengertian tipologi kepribadian

Lebih terperinci

Niken Kartikasari F

Niken Kartikasari F KEPUASAN KERJA KARYAWAN DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT-INTROVERT DAN PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL S k r i p s i Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat

Lebih terperinci

CARA MEMBACA KARAKTER PELAMAR KERJA MELALUI PROSES WAWANCARA

CARA MEMBACA KARAKTER PELAMAR KERJA MELALUI PROSES WAWANCARA SEMINAR PENINGKATAN KOMPETENSI PSIKOLOGIS CARA MEMBACA KARAKTER PELAMAR KERJA MELALUI PROSES WAWANCARA Listya Istiningtyas, M.Psi, Psikolog Definisi kepribadian Kepribadian adalah sebuah kesatuan yang

Lebih terperinci

Hubungan Interpersonal Antara Petugas Pajak dan Wajib Pajak. Sumber: Djamaludin Ancok, Psikologi Terapan, Yogyakarta, Darussalam, 2004

Hubungan Interpersonal Antara Petugas Pajak dan Wajib Pajak. Sumber: Djamaludin Ancok, Psikologi Terapan, Yogyakarta, Darussalam, 2004 Hubungan Interpersonal Antara Petugas Pajak dan Wajib Pajak Sumber: Djamaludin Ancok, Psikologi Terapan, Yogyakarta, Darussalam, 2004 Pengantar Salah satu ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh

Lebih terperinci

4 Temperamen Manusia

4 Temperamen Manusia 4 Temperamen Manusia Seseorang tidak mungkin seorang koleris murni, terkadang dipengaruhi juga oleh sifat melankolis sehingga temperamennya menjadi koleris-melankolis Di sisi lain seorang phlegmatis seringkali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Babbie (Prasetyo, 2005) rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berfikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.

Lebih terperinci

TIPOLOGI DAN PSIKOLOGI KONSTITUSI

TIPOLOGI DAN PSIKOLOGI KONSTITUSI Modul ke: TIPOLOGI DAN PSIKOLOGI KONSTITUSI WILLIAM SHELDON Fakultas PSIKOLOGI Fransisca M. Sidabutar, M.Psi Program Studi Psikologi PENGANTAR William Sheldon melakukan kajian awal bersama dengan Ernst

Lebih terperinci

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan LAMPIRAN 61 Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan gejala stres No. Variabel Cronbach s Alpha N

Lebih terperinci

PRIJANTO: TANGAN KEDUA YANG SETIA DAN BISA DIANDALKAN. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah

PRIJANTO: TANGAN KEDUA YANG SETIA DAN BISA DIANDALKAN. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah PRIJANTO: TANGAN KEDUA YANG SETIA DAN BISA DIANDALKAN Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah Muncul dari kalangan perwira militer, Prijanto adalah sosok yang sebelumnya tidak

Lebih terperinci

(26 Juli Juni 1961) Teori Kepribadian 1/Novia Sinta R. 1

(26 Juli Juni 1961) Teori Kepribadian 1/Novia Sinta R. 1 (26 Juli 1875 6 Juni 1961) 1 Latar belakang C.G. Jung Lahir 6 Juli 1875 di Swiss ( Ayahnya seorang pendeta). Seorang psikiater (kedokteran) Teori : psikoanalitik (psikologi analitik) Mula2 menjadi pengikut

Lebih terperinci

Presented by : M Anang Firmansyah TIPE-TIPE KONSUMEN. Ernerst Kreschmer : korelasi positif antara bentuk tubuh manusia dengan perilakunya

Presented by : M Anang Firmansyah TIPE-TIPE KONSUMEN. Ernerst Kreschmer : korelasi positif antara bentuk tubuh manusia dengan perilakunya Presented by : M Anang Firmansyah TIPE-TIPE KONSUMEN Ernerst Kreschmer : korelasi positif antara bentuk tubuh manusia dengan perilakunya Kategori tipe konsumen : a. Tipe piknis bentuk badan bulat, anggota

Lebih terperinci

MENGENAL PRIBADI MELALUI PSIKOLOGI KEPRIBADIAN. Oleh: Lis Yulianti Syafrida Siregar 1

MENGENAL PRIBADI MELALUI PSIKOLOGI KEPRIBADIAN. Oleh: Lis Yulianti Syafrida Siregar 1 MENGENAL PRIBADI MELALUI PSIKOLOGI KEPRIBADIAN Oleh: Lis Yulianti Syafrida Siregar 1 Abstract Personal psychology is a branch of psychology science that explains about personality. Personality is all behaviour

Lebih terperinci

HOGANDEVELOP INSIGHT. Laporan Untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 4 November HOGAN ASSESSMENT SYSTEMS INC.

HOGANDEVELOP INSIGHT. Laporan Untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 4 November HOGAN ASSESSMENT SYSTEMS INC. Laporan Untuk: John Doe ID: HC560419 Tanggal: 4 November 2016 2013 HOGAN ASSESSMENT SYSTEMS INC. PENGANTAR Hogan Personality Inventory adalah pengukuran kepribadian yang berisi tujuh skala utama dan enam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Gambaran Singkat Ma had Sunan Ampel Al- Aly Terlampir 2. Visi, Misi dan Tujuan Ma had Terlampir B. Hasil Analisa Data Analisa data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. perusahaan sektor publik. Salah satu perusahaan sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. perusahaan sektor publik. Salah satu perusahaan sektor publik yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut perusahaan untuk dapat beroperasi secara efektif dan efisien. Terwujudnya efisiensi bagi perusahaan sangat bergantung

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROSEDUR SENAM LANSIA Pendahuluan Usia lanjut atau lanjut usia bukanlah merupakan suatu penyakit, meskipun hal tersebut dapat menimbulkan masalah sosial. Di beberapa negara, terutama

Lebih terperinci

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc. EQ KEMAMPUAN EMOTIONAL INTELLIGENCE UNTUK MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN. Laporan untuk John Doe ID UH555438 Tanggal Oktober 20, 2014 2013 Hogan Assessment Systems Inc. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh mutu

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh mutu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh mutu pendidikan. Pendidikan bukan sekedar media dalam menyampaikan kebudayaan yang terus turun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

Standar Penampilan Pribadi.

Standar Penampilan Pribadi. Standar Penampilan Pribadi Standar dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang disepakati Sedangkan penampilan pribadi mempunyai pengertian sebagai penampilan (performance) dari diri seseorang maupun organisasi

Lebih terperinci

PERILAKU KEORGANISASIAN

PERILAKU KEORGANISASIAN PERILAKU KEORGANISASIAN PENDAHULUAN Persoalan-persoalan organisasi cenderung semakin ruwet, karena manusia baik sebagai individu maupun anggota kelompok selaku pendukung utama suatu organisasi maupun bentukya,

Lebih terperinci

MANAJEMEN KONFLIK. Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr.

MANAJEMEN KONFLIK. Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr. MANAJEMEN KONFLIK Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr. Konflik: percekcokan; perselisihan; pertentangan (KBBI) Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berpikir adalah kegiatan yang tidak mungkin untuk dihindari. Karena halhal sederhana yang akan dilakukan nantinya merupakan hasil dari proses pemikiran. Begitu juga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perubahan kemampuan diri. Menurut Gagne (dalam Udin S.Winataputra

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perubahan kemampuan diri. Menurut Gagne (dalam Udin S.Winataputra BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Hasil Belajar Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan juga merupakan aktifitas yang disengaja dan

Lebih terperinci

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN 1. Pesat tapi tidak merata. - Otot besar mendahului otot kecil. - Atur ruangan. - Koordinasi mata dengan tangan belum sempurna. - Belum dapat mengerjakan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kognitif anak-anak ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

Lebih terperinci

diidentifikasi sebagai si pelaksana.

diidentifikasi sebagai si pelaksana. TEORI KEPRIBADIAN Didasarkan kepada analisisnya, Freud mengemukakan bahwa kepribadian manusia terdiri dari tiga sistem yang saling mempengaruhi. Yaitu id, superego dan ego. Konsep id dirumuskan sebagai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI Titing Rohayati 1 ABSTRAK Kemampuan berperilaku sosial perlu dididik sejak anak masih kecil. Terhambatnya perkembangan sosial anak sejak kecil akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harga diri adalah penilaian seseorang mengenai gambaran dirinya sendiri yang berkaitan dengan aspek fisik, psikologis, sosial dan perilakunya secara keseluruhan.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DIRI MELALUI PENGENALAN KEPRIBADIAN

PENGEMBANGAN DIRI MELALUI PENGENALAN KEPRIBADIAN PENGEMBANGAN DIRI MELALUI PENGENALAN KEPRIBADIAN Oleh Sumaryo, Widyaiswara Madya BDK Palembang I. Pendahuluan Upaya untuk mengembangkan diri dewasa ini telah menjadi suatu tuntutan bahkan menjadi keharusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang dalam prakteknya, anak tidak selalu memahami arti. mendengarkan ceramah dari guru, mengerjakan tugas, dan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang dalam prakteknya, anak tidak selalu memahami arti. mendengarkan ceramah dari guru, mengerjakan tugas, dan belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru berperan penting dalam proses pendidikan anak di sekolah, bagaimana guru mengajar, berperilaku dan bersikap memiliki pengaruh terhadap siswanya (Syah, 2006). Biasanya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepemimpinan Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya manusia memegang peranan penting diperusahaan dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan, dimana terdapat sekelompok orang dalam

Lebih terperinci

Pengukuran Tubuh. Aris Fajar Pambudi FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Pengukuran Tubuh. Aris Fajar Pambudi FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Pengukuran Tubuh Aris Fajar Pambudi FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Pengelompokkan Bentuk tubuh Kretschmer membagi menjadi 3 kelompok 1. astenis (tipe kurus) - badan langsing kurus

Lebih terperinci

PERBEDAAN TOLERANSI TERHADAP STRES PADA REMAJA BERTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DI KELAS XI SMA ASSALAAM SUKOHARJO

PERBEDAAN TOLERANSI TERHADAP STRES PADA REMAJA BERTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DI KELAS XI SMA ASSALAAM SUKOHARJO PERBEDAAN TOLERANSI TERHADAP STRES PADA REMAJA BERTIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT DI KELAS XI SMA ASSALAAM SUKOHARJO SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

II. Deskripsi Kondisi Anak

II. Deskripsi Kondisi Anak I. Kondisi Anak 1. Apakah Anak Ibu/ Bapak termasuk mengalami kelainan : a. Tunanetra b. Tunarungu c. Tunagrahita d. Tunadaksa e. Tunalaras f. Tunaganda g. Kesulitan belajar h. Autisme i. Gangguan perhatian

Lebih terperinci

TUGAS DAN PERAN PELATIH (Hak dan Kewajiban Pelatih) OLEH: YUNYUN YUDIANA

TUGAS DAN PERAN PELATIH (Hak dan Kewajiban Pelatih) OLEH: YUNYUN YUDIANA TUGAS DAN PERAN PELATIH (Hak dan Kewajiban Pelatih) OLEH: YUNYUN YUDIANA 1 An Anatomy Of A Good Coach 2 FALSAFAH SEORANG PELATIH : o Pelatih yang ingin menjadikan atletnya sebagai sang juara. o Pelatih

Lebih terperinci

TERMOTIVASI UNTUK MENGELUARKAN IDE-IDENYA DAN MENGUJINYA SERTA MENULARKAN DAN MENGEMBANGKAN POTENSI DIRINYA SECARA MAKSIMAL.

TERMOTIVASI UNTUK MENGELUARKAN IDE-IDENYA DAN MENGUJINYA SERTA MENULARKAN DAN MENGEMBANGKAN POTENSI DIRINYA SECARA MAKSIMAL. 9. TIM DIHARGAI ATAS HASIL YANG SANGAT BAIK, DAN SETIAP Anggota DIPUJI ATAS KONTRIBUSI PRIBADINYA. 10. Anggota KELOMPOK TERMOTIVASI UNTUK MENGELUARKAN IDE-IDENYA DAN MENGUJINYA SERTA MENULARKAN DAN MENGEMBANGKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Sebagian besar ahli Pendidikan Matematika menyatakan bahwa masalah merupakan soal (pertanyaan) yang harus dijawab

Lebih terperinci

1. PENGERTIAN 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 3. TEORI-TEORI YANG BERKAITAN DENGAN MOTIVASI 4. BAGAIMANA MENJADI TERMOTIVASI? 5.

1. PENGERTIAN 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 3. TEORI-TEORI YANG BERKAITAN DENGAN MOTIVASI 4. BAGAIMANA MENJADI TERMOTIVASI? 5. 1. PENGERTIAN 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 3. TEORI-TEORI YANG BERKAITAN DENGAN MOTIVASI 4. BAGAIMANA MENJADI TERMOTIVASI? 5. MOTIVASI, KEPUASAN KERJA, DAN KINERJA 6. TERTAWA ITU SEHAT, MARI TERTAWA

Lebih terperinci