BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Evaluasi Pengertian Evaluasi Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Istilah evaluasi dinyatakan oleh Tyler dalam Badrudin (2014) sebagai proses menentukan sejauh mana tujuan organisasi dapat dicapai. Notoadmojo (2011) mengatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh suatu program sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan, dapat dilakukan jika suatu kebijakan berjalan dalam waktu yang cukup. Evaluasi umumnya dilaksanakan untuk menilai outcome dari suatu kebijakan yang telah dilaksanakan, apabila evaluasi terlalu dini dilaksanakan maka outcome yang diharapkan belum terlihat (Subarsono, 2005). Stufflebeam dalam Lababa (2008) mengemukakan bahwa evaluasi adalah merupakan proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan alternative keputusan. Evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternative yang tepat dalam pengambilan keputusan (Arikunto, 2009).

2 Evaluasi dapat dikatakan sebagai proses yang harus ditempuh oleh seseorang untuk mendapatkan informasi yang berguna sehingga dapat digunakan untuk menentukan mana dari dua hal atau lebih yang merupakan alternative yang diinginkan karena pengambilan keputusan tidak diambil secara acak maka alternative itu harus diberi nilai relative (Badrudin, 2014). Dari beberapa pengertian evaluasi tersebut dapat dikatakan bahwa evaluasi dikatakan sebagai proses pengumpulan data atau informasi yang bersifat ilmiah dimana hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif kebijakan serta dalam memberikan penilaian terhadap pencapaian program dengan target yang telah ditetapkan Fungsi Evaluasi Fungsi utama evaluasi adalah agar hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik untuk perencanaan selanjutnya (Muninjaya, 2011). Arikunto dalam Badrudin (2014) mengatakan bahwa terdapat dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum yang diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen. Dalam menentukan evaluasi itu sesuai atau tidak dengan target diperlukan adanya kriteria evaluasi. Adapun kriteria evaluasi (William, 2000) sebagai berikut : 1. Efektifitas, berkenaan dengan apakah hasil yang diinginkan sudah tercapai. 2. Efisiensi, berhubungan dengan seberapa banyak usaha yang telah diperlukan untuk mencapai hasil yang sudah tercapai. 3. Kecukupan, berhubungan dengan seberapa jauh hasil pencapaian program mampu menyelesaikan masalah yang ada.

3 4. Perataan, apakah biaya dan manfaat didistribusikan secara merata kepada kelompok-kelompok berbeda. 5. Rensponsivitas, apakah hasil penelitian memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-kelompok yang berbeda. 6. Ketepatan, hasil atau tujuan yang dicapai benar-benar berguna atau bernilai. Crawford dalam Badrudin (2014) mengatakan bahwa evaluasi memiliki beberapa tujuan yang dapat dirinci sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dalam kegiatan. 2. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap perilaku hasil. 3. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan. 4. Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan Metode Evaluasi Muninjaya (2011) mengemukakan bahwa jenis evaluasi dapat dibedakan menjadi 3 adalah : 1. Evaluasi Input yang dilaksanakan sebelum pelaksaan program dimulai untuk mengetahui ketepatan jumlah, mutu sumber daya, metode, standar prosedur pelaksanaan disesuaikan dengan sumber daya yang dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan program. Evaluasi ini bersifat pencegahan (preventive evaluation) karena kegiatan evaluasi bersifat mengkaji persiapan sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan sedini mungkin. 2. Evaluasi Proses (formative evaluation) dilaksanakan pada saat kegiatan dilaksanakan yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan

4 kegiatan program atau metode yang digunakan, meningkatkan motivasi staf dan memperbaiki komunikasi diantara staf. 3. Evaluasi Output (impact / summative evaluation) dilaksanakan setelah pekerjaan selesai untuk mengetahui ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan. Hasil yang dicapai dibandingkan dengan target, effect, atau outcome untuk mengetahui pengaruh kegiatan program terhadap sikap dan perilaku masyarakat atau dampak program pada penurunan kejadian sakit atau kematian. Evaluasi juga ditunjukkan untuk mengetahui mutu pelayanan kesehatan dibandingkan dengan standar mutu yang sudah ditetapkan pada saat penyusunan perencanaan. Menurut (Azwar, 2010) dan (Soekidjo, 2011) evaluasi dapat dibedakan menjadi empat kelompok yaitu adalah : 1. Evaluasi terhadap Input yang menyangkut pemanfaatan berbagai sumber daya baik sumber dana, tenaga ataupun sumber sarana. 2. Evaluasi terhadap proses yang lebih dititik beratkan pada pelaksanaan program apakah sesuai atau tidak dengan rencana yang telah ditetapkan. 3. Evaluasi terhadap output yaitu evaluasi yang dilakukan pada hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan program. Bertujuan untuk mengetahui apakah hasil yang telah dicapai telah sesuai dengan target program yang telah ditentukan. 4. Evaluasi terhadap dampak adalah evaluasi yang digunakan pada pengaruh yang ditimbulkan dari pelaksanaan program terhadap kesehatan masyarakat. 1.2 Pendampingan Sosial

5 Masyarakat miskin seringkali merupakan kelompok yang tidak berdaya baik karena hambatan internal dari dalam dirinya maupun tekanan eksternal dari lingkungannya. Pendamping sosial kemudian hadir sebagai agen perubah yang turut terlibat membantu memecahkan persoalan yang dihadapi mereka. Pendampingan sosial dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara kelompok miskin dan pekerja sosial untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan seperti merancang program perbaikan kehidupan sosial ekonomi, memobilisasi sumber daya setempat, memecahkan masalah sosial, menciptakan atau membuka akses bagi pemenuhan kebutuhan dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang relevan dengan konteks pemberdayaan masyarakat (Suharto, 2004). Pendampingan sosial sangat menentukan kerberhasilan program penanggulangan kemiskinan. Peran pendamping umumnya mencakup empat peran utama yaitu (Suharto, 2004): 1. Fasilitator merupakan peran yang berkaitan dengan pemberian motivasi, kesempatan, dan dukungan bagi masyarakat. Beberapa tugas yang berkaitan dengan peran ini antara lain menjadi model, melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan, membangun konsensus bersama, serta melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber. 2. Pendidik yang berarti pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagasan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang didampinginya. Membangkitkan kesadaran masyarakat, menyampaikan informasi, melakukan konfrontasi, menyelenggarakan

6 pelatihan bagi masyarakat adalah beberapa tugas yang berkaitan dengan peran pendidik. 3. Perwakilan masyarakat dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat dampingannya. Pekerja sosial dapat bertugas mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakan media, meningkatkan hubungan masyarakat, dan membangun jaringan kerja. 4. Peran-peran teknis mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis. Pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi manajer perubahan yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugastugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar, seperti melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi, memberi konsultasi, dan mencari serta mengatur sumber dana. Peran yang dimiliki oleh pendamping sosial harus dilaksanakan dengan baik sehingga mampu memberikan hasil baik pada kinerja pendamping. Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Berdasarkan Kamus Besar Indonesia (2001) mengemukakan bahwa pengertian kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Kinerja merupakan suatu kondisi yang harus diketahui dan dikonfirmasikan kepada pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu organisasi atau perusahaan serta mengetahui dampak positif dan negatif dari suatu kebijakan operasional.

7 Menurut Darma (2005) dalam Ahmad (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kinerja staf meliputi mutu pekerjaan, jumlah pekerjaan, efektifitas biaya dan inisiatif. Sementara karakteristik individu yang mempengaruhi kinerja meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, penempatan kerja dan lingkungan kerja (rekan kerja, atasan, organisasi, penghargaan dan imbalan). 1.3 Program Keluarga Harapan (PKH) Pengertian Program Keluarga Harapan (PKH) Program Keluarga Harapan (PKH) atau yang sering dikenal dengan sebutan Conditional Cash Transfer (CCT) dengan istilah lain yaitu bantuan tunai langsung bersyarat merupakan salah satu program nasional yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial yang berupaya dalam percepatan pengentasan penanggulangan kemiskinan di tingkat kelompok masyarakat yang tergolong dalam kelas Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) atau Keluarga Sangat Miskin (KSM). Program ini berupaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat untuk menjadi lebih layak dan mampu berdiri sendiri dalam membangun kecerdasan anak dan kesehatan keluarga demi keberlangsungan hidup sehingga menjadi lebih produktif dan mandiri (Sosial, 2013a). Dasar hukum terbentuknya Program Keluarga Harapan (PKH) adalah sebagai berikut : 1. Undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional 2. Undang-undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial 3. Undang-undang No. 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin 4. Inpres No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan

8 5. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan 6. Inpres No. 1 Tahun 2013 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi tahun 2013 poin lampiran ke 46 tentang Program Keluarga Harapan 7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 40 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat 8. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 02A/HUK/2008 tentang Tim Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2008 Tanggal 8 Januari Surat Edaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 149 Tahun 2013 tentang Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun Surat Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat No.IR.02.03/B/III/2977/2010 Tanggal 5 Agustus 2010 perihal Dukungan Sektor Kesehatan terhadap PKH Dasar terbentuknya program ini adalah tingkat kemiskinan suatu rumah tangga dikaitkan dengan tingkat kesehatan dan pendidikannya. Rendahnya penghasilan keluarga menyebabkan keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam bidang kesehatan maupun pendidikan. Dilihat dari segi kesehatan pemeliharaan kesehatan pada kandungan sangat dipengaruhi oleh keadaan perekonomian keluarga. Keluarga yang memiliki tingkat perekonomian rendah sering tidak mampu mendapatkan pelayanan kehamilan yang memadai sehingga berdampak pada kehamilan yang tidak sehat dan berujung pada tingginya angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian Ibu (AKI). (SDKI, 2007) menyatakan bahwa AKB pada kelompok penduduk berpendapatan rendah terjadi sebanyak 56 per 1000 kelahiran hidup sedangkan

9 penduduk dengan pendapatan tinggi dimana angka AKB mencapai 26 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan tingkat AKI mengacu pada 228 wanita per walaupun tidak terpaut jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) sebesar 226 per kelahiran hidup. Pemerintah berkomitmen untuk menekan tingkat AKI hingga 102 per kelahiran hidup di tahun Hal ini disebabkan karena faktor ketidakmampuan penduduk dengan penghasilan rendah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan atau dalam pemenuhan kebutuhan makanan yang bergizi. Rendahnya kondisi kesehatan RTSM / KSM juga berdampak pada tidak optimalnya proses tumbuh kembang anak, terutama usia 0-5 tahun. Pada tahun 2003 Angka Kematian Balita pada kelompok penduduk berpenghasilan rendah mencapai 77% per 1000 kelahiran hidup, sementara pada kelompok penduduk berpendapatan tinggi mencapai 22% per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2003). Kasus gizi kurang pada tahun 2000 mencapai 24,5% kemudian meningkat menjadi 29% pada tahun Sementara tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 18,4% (Riskesdas, 2007). Gizi kurang berdampak buruk pada produktivitas dan daya tahan tubuh seseorang sehingga menyebabkan kelompok ini terperangkap dalam siklus kesehatan yang buruk. Program Keluarga Harapan (PKH) juga bertujuan mencapai Millenium Development Goals (MDGs). Terdapat 5 komponen MDGs yang secara tidak langsung terbantu oleh Program Keluarga Harapan (PKH) ini yaitu adalah : 1. Pengurangan penduduk miskin dan kelaparan 2. Pendidikan dasar 3. Kesetaraan gender

10 4. Pengurangan angka kematian bayi dan balita 5. Pengurangan kematian ibu melahirkan PKH akan memberikan manfaat jangka panjang dan jangka pendek. Untuk jangka pendek PKH akan memberikan income effect kepada RTSM/KSM melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga. Untuk jangka panjang program ini diharapkan mampu memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui peningkatan kualitas kesehatan, pendidikan dan kapasitas pendapatan anak di masa depan (price effect) serta memberikan kepastian kepada si anak akan masa depannya (insurance effect )(Sosial, 2013a). PKH merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan yang anggarannya bersumber dari APBN dan melibatkan berbagai sektor yang didalamnya memerlukan kontribusi dan komitmen Kementerian / Lembaga meliputi Bappenas, Kementerian Sosial, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, TNP2K, BPS, Pemerintah Daerah serta Lembaga Keuangan /perbankan dalam penyaluran bantuan bagi peserta PKH.

11 Kementrian Sosial UPPKH Pusat Dinas Sosial Provinsi UPPKH Provinsi Dinas Sosial Kabupaten UPPKH Kabupaten UPPKH Kecamatan Fasilitas Pendidikan Fasilitas Kesehatan RTSM/KSM Gambar 2.1 Struktur Organisasi PKH Sumber : Panduan Pelaksanaan Program Keluarga Harapan Mekanisme Program Keluarga Harapan (PKH) Kriteria peserta penerima bantuan PKH adalah masyarakat dengan tingkat penghasilan 10% terendah yang tergolong dalam kluster 1 yaitu Rumah Tangga/Keluarga Sangat Miskin (RTSM/KSM). Data yang digunakan dalam penentuan peserta PKH adalah data miskin yang ada di Badan Pusat Statistik (BPS) yang tentu harus memenuhi kriteria sebagai peserta PKH. Minimal salah satu atau beberapa kriteria terdapat dalam RTSM/KSM yang termasuk dalam data kluster 1, adapun kriteria miskin yaitu adalah (Widodo, 2010) : 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan

12 3. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/ tembok tanpa di plester 4. Tidak memiliki fasilitas MCK/ bersama-sama dengan rumah tangga lain 5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik 6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindungi 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam seminggu sekali 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun 10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali sehari 11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di Puskesmas 12. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolah/tidak tamat SD/tamat SD 13. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh kebun atau lainnya dengan pendapatan dibawah Rp ,- 14. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan minimal harga Rp ,- seperti sepeda motor kredit/non kredit, emas, hewan ternak, kapal motor atau barang modal lainnya. Kriteria warga miskin bisa menjadi peserta PKH berdasarkan persyaratan peserta PKH dalam Panduan Program Keluarga Harapan (2013) adalah sebagai berikut : 1. Ibu Hamil / Ibu Nifas / Anak Balita 2. Anak Usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan dasar (Anak Prasekolah)

13 3. Anak Usia 7-12 tahun yang masuk Sekolah Dasar 4. Anak Usia tahun yang masuk Sekolah Menengah Lanjutan Pertama 5. Anak Usia tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar RTSM/KSM yang terpilih sebagai peserta PKH memiliki hak / kewajiban diantaranya yaitu : HAK Mendapatkan bantuan uang tunai sesuai persyaratan Mendapatkan pelayanan kesehatan di Pusat Pelayanan Kesehatan (PPK) baik itu Puskesmas, Posyandu,Polindes) Mendapatkan pelayanan pendidikan bagi anak usia wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun baik formal / informal maupun non formal. Tabel 2.1 Hak dan Kewajiban Peserta PKH KEWAJIBAN Anak usia 0-6 tahun dan Ibu hamil / nifas wajib mengikuti persyaratan seluruh protokol pelayanan kesehatan yang telah ditetapkan Sumber : Direktorat Jaminan Sosial Tahun 2013 Anak usia 6-15 tahun wajib didaftarkan dan disekolahkan ke SD/MI atau SLTP/MTS dan hadir minimal 85% per bulan di kelas. Anak usia tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar didaftarkan ke sekolah terdekat atau mengambil sekolah kesetaraan. Hak peserta PKH adalah mendapatkan bantuan uang tunai yang berbeda-beda disesuaikan dengan kriteria yang terdapat di dalam keluarga tersebut. Bantuan tersebut akan dibayarkan 4 kali dalam satu tahun melalui Kantor Pos terdekat dengan membawa Kartu Peserta PKH. Adapun besaran bantuan yang diperoleh berdasarkan skenario bantuan PKH adalah sebagai berikut :

14 Tabel 2.2 Besaran Dana Bantuan PKH Skenario Bantuan Bantuan per RTSM/ Tahun Bantuan Tetap Rp ,- Bantuan bagi RTSM yang memiliki : Rp ,- a. Anak usia dibawah 6 tahun b. Ibu Hamil / Menyusui Bantuan bagi RTSM yang memiliki : a. Anak peserta pendidikan setara SD/MI b. Anak peserta pendidikan setara Rp ,- Rp ,- SMP/MTs c. Anak peserta pendidikan setara SMU Rp ,- Bantua minimum per RTSM Rp ,- Bantuan maksimum per RTSM Rp ,- Sumber : Sumber : Direktorat Jaminan Sosial Tahun 2015 Apabila peserta tidak memenuhi komitmen terhadap kewajibannya, maka berlaku ketetentuan sebagai berikut : 1. Pengurangan bantuan adalah 10% setiap bulannya sebelum pembayaran periode berikutnya. 2. Peserta tidak akan menerima bantuan jika seluruh anggota tidak memenuhi kewajiban selama 3 bulan berturut-turut Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Kesehatan Secara garis besar kegiatan PKH bidang kesehatan adalah memantau peserta PKH agar mampu mendapatkan pelayanan kesehatan dengan mudah serta rajin

15 untuk memeriksakan kondisi kesehatannya ke PPK terdekat yang ada. Landasan hukum pedoman operasional bagi PPK dalam program PKH adalah sebagai berikut : 1. Undang-undang No. 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin 2. Undang-undang No. 4 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial 3. Inpres No. 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi poin Lampiran ke 46 tentang PKH 4. Peraturan Presiden N0. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan 5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 40 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas 6. Surat Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Kemenkes Republik Indonesia No. IR.02-02/BIV/2977/2010 tanggal 5 Agustus 2010 tentang Sosialisasi PKH kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Puskesmas dan jajarannya termasuk bantuan verifikasi pendataan layanan kesehatan yang diterima peserta PKH Secara umum kegiatan yang dilaksanakan PKH bidang kesehatan dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Menghadiri pertemuan awal dan dilaksanakan pendataan ulang (validasi) terhadap RTSM/KSM yang memenuhi kriteria sebagai peserta Program Keluarga Harapan (PKH) 2. Menandatangani form persetujuan sebagai peserta Program Keluarga Harapan (PKH)

16 3. Mendatangi Penyedia Pelayanan Kesehatan (PPK) terdekat dan melakukan pengecekan kesehatan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan 4. Menanyakan jadwal untuk bulan berikutnya dan mematuhi setiap jadwal dan pelayanan yang harus diperoleh 5. Pendamping akan melaksanakan verifikasi terhadap komitmen peserta PKH setiap bulan sesuai dengan kewajibannya 6. Apabila peserta tidak memenuhi kewajiban maka akan mendapatkan sanksi berupa pemotongan bantuan sebesar 10% pada bulan yang bersangkutan dan apabila pemenuhan komitmen tidak dilakukan berturut-turut selama 3 bulan maka bantuan PKH akan diberhentikan 7. Pembayaran bantuan dilaksanakan setiap 3 bulan sekali yang besaran bantuan akan disesuaikan dengan kriteria dan pemenuhan komitmen dari masing-masing kriteria.

17 Tabel 2.3 Protokol Kesehatan yang Diperoleh oleh Peserta PKH No Komponen Kesehatan Kewajiban Pelayanan yang Diperoleh 1 Bayi Usia 0-11 Bulan Timbang Berat Badan Imunisasi Dasar Lengkap Vitamin A IU MTBS 2 Balita ( 1-5 Tahun ) Timbang Berat Badan Monitor Tumbuh Kembang Vitamin A IU MTBS 3 Anak Prasekolah (5-6 Tahun ) Timbang Berat Badan Monitor Tumbuh Kembang Pelayanan Kesehatan 4 Ibu Hamil Periksa Kehamilan minimal 4 Kali selama Kehamilan Tablet Fe Imunisasi TT Pelayanan Kesehatan 5 Ibu Melahirkan Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan terlatih 6 Ibu Nifas Pemeriksaan dilaksanakan 3 kali pada minggu pertama, minggu ke 2 dan minggu ke 3 7 Bayi Baru Lahir / Diperiksa 3 kali sebelum usia 28 hari Neonatus (0-28 Hari ) Sumber : Pedoman Pelaksanaan Kesehatan Tahun 2013 Verifikasi dilaksanakan oleh pendamping setiap bulan dengan mempertimbangkan protokol kesehatan yang diberikan oleh pusat dan disesuaikan dengan keadaan di masing-masing PPK yang tersedia. Verifikasi ini dilakukan dengan merekap kehadiran Ibu Hamil/ Nifas, Bayi/ Balita, Anak

18 Prasekolah untuk secara rutin melakukan pemeriksaan sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh PPK yang melayani dan selanjutnya dijadikan sebagai bahan acuan dalam pencairan bantuan PKH. Puskesmas Pendamping PKH mengambil form setiap 3 bulan Posyandu Polindes Pustu Petugas Mengisi Form Verifikasi dan diambil oleh Puskesmas Gambar 2.2 Prosedur Verifikasi PKH Bidang Kesehatan Sumber : Pedoman Operasional Program Keluarga Harapan Bagi Pemberi Pelayan Kesehatan Tahun 2013 Kegiatan PKH bidang kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program Jamkesmas sehingga kegiatan PKH sepenuhnya dibiayai oleh program Jamkesmas di PPK mereka melakukan pemeriksaan kesehatan. Sehingga sebagai PPK tetap akan menerima hak nya atas pelayanan yang telah diberikan sesuai dengan apa yang diatur dalam pedoman pelaksanaan Jamkesmas. 2.4 Pendampingan PKH Dalam melaksanakan program PKH ini diperlukan pendamping yang bertugas dalam melaksanakan setiap kegiatan program. Pendamping PKH adalah

19 sumber daya manusia yang direkrut dan ditetapkan oleh Kementerian Sosial sebagai pelaksana pendampingan di tingkat Kecamatan. Pendamping bertugas melakukan pendataan dari awal dan berkelanjutan terhadap data kepesertaan PKH serta proses verifikasi yang dilaksanakan terhadap komitmen peserta PKH terhadap kewajiban mereka di PKH sesuai dengan komponen yang dimiliki (Dinas Sosial Provinsi, 2011). Adapun siklus mekanisme PKH dapat digambarkan seperti berikut : Verifikasi dan pemutakhiran data Pembayaran Koordinasi Monitoring & evaluasi Pertemuan awal & validasi Penetapan daerah & Peserta PKH Rekruitment SDM Gambar 2.3 Siklus Mekanisme Kegiatan PKH Sumber : Buku Kerja Pendamping Tahun 2011 Pendamping PKH merupakan bagian unit pelaksana PKH tingkat Kecamatan. Jumlah pendamping disetiap Kecamatan disesuaikan dengan jumlah peserta PKH yang terdaftar disetiap Kecamatan. Sebagai acuan setiap orang pendamping akan mendampingi 150/375 RTSM sesuai dengan kondisi geografis di setiap daerah. Sebagai pendamping PKH memiliki beberapa tugas pokok diantaranya yaitu :

20 1. Tugas Persiapan Program Adalah tugas yang harus dilakukan oleh pendamping dalam mempersiapkan pelaksanaan program. Kegiatan ini dilaksanakan sebelum melakukan pembayaran pertama bantuan PKH terhadap peserta PKH di Kecamatan tersebut. Adapun kegiatan yang harus dilaksanakan oleh pendamping sebelum program dilaksanakan yaitu adalah : a. Sosialisasi Program Keluarga Harapan di Tingkat Kecamatan Pendamping bertugas untuk berkoordinasi dan memberikan sosialisasi tentang Program Keluarga Harapan kepada pihak Kecamatan, Desa /Kelurahan, Banjar Dinas, Tokoh Masyarakat, UPTD Kesehatan dan Pendidikan serta Masyarakat umum dengan membuat selebaran atau menggunakan media lain. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan program kepada masyarakat sebelum pendamping melaksanakan tugas pendampingannya di Kelurahan tersebut sehingga tercipta koordinasi yang baik. b. Menyelenggarakan pertemuan awal dengan seluruh calon peserta PKH Pendamping berkoordinasi dengan aparat setempat untuk menetapkan waktu dan tempat melaksanakan pertemuan serta sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan pertemuan awal. Menghadirkan seluruh calon peserta PKH, Petugas Kesehatan yang bertugas di Kelurahan tersebut, Guru / Petugas dari Fasilitas Pendidikan yang ada di wilayah kelurahan tersebut serta petugas di kelurahan. Bertujuan untuk melakukan validasi data calon peserta PKH sesuai dengan ketetapan program serta melakukan indentifikasi peserta berdasarkan bidang kesehatan dan pendidikan.

21 c. Memfasilitasi pemilihan ketua kelompok peserta PKH Pendamping menjelaskan peran ketua kelompok secara jelas selanjutnya melakukan pemilihan ketua kelompok yang dipercaya oleh peserta yang lain (diutamakan yang memiliki kemampuan membaca dan menulis ). 2. Tugas Rutin Merupakan tugas keseharian yang harus dilaksanakan secara insentif. Tugas rutin ini dialokasikan dalam waktu empat hari kerja. Bentuk tugas rutin tersebut adalah sebagai berikut : a. Pemutakhiran data Dilaksanakan apabila terjadi perubahan struktur penerima bantuan baik dari segi penambahan atau pengurangan tanggungan maupun perubahan status (perpindahan sekolah, perpindahan alamat, kesalahan identitas). Dilaksanakan dengan mengisi form yang telah disediakan dengan menyertakan bukti yang terkait dengan perubahan serta pendamping melaporkan ke UPPKH Kabupaten untuk segera dilakukan entry pemutakhiran data kepesertaan PKH. b. Memfasilitasi proses pengaduan Dalam hal ini pengaduan dapat berasal dari peserta PKH ataupun pihak luar seperti masyarakat umum dan LSM. Pendamping sebagai petugas terdepan memiliki tugas untuk menyelesaikan permasalahan yang diadukan namun apabila permasalah tersebut memerlukan penanganan oleh pihak yang lebih tinggi maka pendamping berkewajiban untuk memfasilitasi dengan mengadukan permasalahan menggunakan form pengaduan ( formulir C-2 ) yang selanjutnya akan ditangani oleh UPPKH Pusat.

22 c. Melakukan pertemuan bulanan dengan masyarakat penerima bantuan PKH Kegiatan ini memiliki fungsi untuk mendeteksi permasalahan yang ada di lapangan sehingga bisa diselesaikan, sebagai tempat bagi ketua kelompok untuk menyampaikan pemikiran /pendapat tentang perjalan program. Dalam kegiatan ini pendamping berkewajiban menyampaikan informasi perkembangan atau pencapaian program, melakukan pemutakhiran data, menerima keluhan dan menggali masalah yang dihadapi oleh peserta PKH, memberikan motivasi bagi peserta yang belum memenuhi komitmen. d. Berkunjung ke rumah penerima bantuan Apabila pada saat melaksanakan pertemuan bulanan ada peserta PKH yang tidak bisa menghadiri pertemuan karena alasan tertentu maka pendamping perlu melakukan kunjungan ke rumah peserta. e. Melakukan koordinasi Koordinasi dilaksanakan dengan aparat setempat dan pemberi pelayanan kesehatan / pendidikan apabila pendamping akan melaksanakan kegiatan seperti pencairan bantuan PKH, pemberhentian RTSM dari keanggotaan PKH termasuk juga dilaksanakan ketika pendamping melaksanakan kegiatan verifikasi di fasilitas kesehatan dan pendidikan. f. Pelaksanaan verifikasi Faskes dan Fasdik Pendamping melakukan pengecekan pelaksanaan kewajiban RTSM dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan / pendidikan dengan menyampaikan dan mengambil kembali form verifikasi sebagai bukti komitmen peserta PKH.

23 g. Melakukan kunjungan bulanan dengan pelayanan kesehatan dan pendidikan Kegiatan ini dilaksanakan di unit pelayanan (sekolah / puskesmas) secara rotasi / berdasarkan kemudahan akses oleh pendamping dan penyedia pelayanan terkait (kesehatan/pendidikan) di wilayah kecamatan masingmasing. Bertujuan untuk menggali permasalahan yang ditemukan selama pelaksanaan program, kegiatan administrasi verifikasi sesuai dengan harapan atau belum serta sebagai penyegaran untuk memperbaharui informasi yang terjadi pada selama berjalannya program. h. Pencatatan dan pelaporan Setiap aspek kegiatan dalam PKH perlu dicatat, dilaporkan dan ditindaklanjuti agar proses pengembangan, pengendalian, keberlangsungan program dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan sasarannya. Bentuk pencatatan dan pelaporan menggunakan formulir dan format yang seragam seluruh daerah untuk masing-masing fungsi kegiatan. 3. Tugas Pendampingan Pembayaran Pada proses pembayaran pendamping melakukan koordinasi dan persiapan pembayaran. Koordinasi dilakukan kepada pihak PT.POS sebagai penyalur bantuan serta ketua kelompok untuk memberitahukan jadwal pencairan bantuan PKH. Saat pembayaran pendamping bertugas untuk mencocokan indentitas pengambil bantuan dengan form kontrol pendamping, menyaksikan peserta PKH memperoleh bantuan sesuai dengan komponen dan komitmennya, mengisi daftar kontrol yang ditandatangani oleh peserta PKH dan sobekan agar ditempel secara rapi di buku besar.

24 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah : Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu Judul Penelitian dan Nama Peneliti Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) bidang kesehatan di Desa Pulo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang Tahun 2011 (Eka Prastia Pradikta, Indah Prabawati) Implementasi kebijakan Program Tujuan Penelitian Variabel Metode Untuk mendeskripsikan - Pendamping Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Bidang Kesehatan di Desa Pulo Kecamatan Jombang PKH Desa Pulo - Bidan Desa Pulo - Masyarakat Kabupaten Jombang. penerima PKH Fokus dari penelitian ini adalah di Desa Pulo mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan yaitu struktur birokrasi, sumberdaya, disposisi, dan komunikasi Untuk mengetahui implementasi - Pendamping Wawancara, observasi, dan dokumentasi Wawancara, Hasil penelitian ini Program Keluarga Har Desa Pulo Kecamatan dapat dilihat dari : - Indikator komunikasi PKH di Desa Pulo s Namun, perlu ada transmisinya. - Variabel disposisi, s pelaksanaannya, di pendamping dan kom - Sumber daya pelaksa Desa Pulo sudah bai mengenai jumlah staf kurang. - Struktur organisasi dikatakan baik ka melaksanakan tugasn dalam penjabaran tu sudah jelas. Secara umum pelaksan Keluarga Harapan (PKH) dalam kebijakan PKH di Kecamatan PKH dokumentasi ini sudah berjalan deng memutus rantai kemiskinan Mojosari - Dinas Sosial dan dari setiap tahapan pros (kajian di Kecamatan Mojosari - Dinas Kesehatan observasi lancar. Apabila diihat Kabupaten Mojokerto) - PT POS PKH tersebut mereka m

25 peserta PKH untuk m - RTSM kondisi sosial dan Slamet Agus Purwanto, membantu biaya keseh Sumartono Sumartono, dan anak di bawah Muhammad Makmur menyadarkan peserta Tahun 2013 pendidikan dan kesehat Analisis Peran Pendamping Untuk mengetahui peranan - Koordinator Wawancara Peran pendamping dala Dalam Program Keluarga pendamping dalam program Pendamping dan fasilitator, pendidik, Harapan (PKH) Pada Suku Dinas pengentasan kemiskinan melalui PKH observasi mampu mengupayaka Sosial Jakarta Utara Tahun 2010 PKH - Pendamping sehingga mampu menin PKH Utara Jakarta keluar dari garis kemisk ( Ahmad Rokhoul Alamin) - Masyarakat penerima PKH Implementasi Program Keluarga Untuk mengetahui pelaksaaan - Pendamping Observasi, Secara umum imple Harapan di Kecamatan Gamping atau implementasi dari PKH di PKH Kecamatan Wawancara Gamping sudah sesua Kabupaten Sleman Tahun 2013 Kecamatan Gamping Kabupaten Gamping dan Implementasi PKH di K Sleman - Peserta PKH Dokumentasi dari beberapa variabel (Ridwan Tri Kurniawan, Indah Kecamatan ketentuan bantuan, mek Sri Pinasti dan Nur Hidayah ) Gamping dan hubungan antar pelaksana dan kondis pendukung implementa adalah Komunikasi ant dan fasilitas pendidika

26 penerima / warga nam kinerja pendamping pekerjaanya. PKH mem kondisi sosial RTSM. Evaluasi Proses Pendampingan Untuk mengetahui pelaksanaan - Kepala Bidang Wawancara, - Program Keluarga Harapan proses pendampingan PKH Jaminan Sosial dan (PKH) Bidang Kesehatan di bidang kesehatan meliputi - Kepala observasi Kecamatan Kediri Kabupaten validasi, pemutakhiran data, Puskesmas Tabanan Tahun 2015 verifikasi, pendampingan - Pendamping (Luh Gede Rini Puspita) pembayaran bantuan PKH, serta hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan proses pendampingan PKH bidang kesehatan PKH - Bidan Desa

BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA

BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA BAB V PELAKSANAAN PKH DI KELURAHAN BALUMBANG JAYA 5.1 Kelembagaan PKH Pemilihan rumah tangga untuk menjadi peserta PKH dilakukan berdasarkan kriteria BPS. Ada 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin

Lebih terperinci

IDA YUNANI DESTIANTI. Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh

IDA YUNANI DESTIANTI. Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Meningkatkan Taraf Kesehatan oleh PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DALAM MENINGKATKAN TARAF KESEHATAN OLEH UPPKH KECAMATAN DI DESA CILIANG KECAMATAN PARIGI KABUPATEN PANGANDARAN IDA YUNANI DESTIANTI ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2011

EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2011 EVALUASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2011 Erna Fidyatun Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro ABSTRAK Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak sehingga kemiskinan pun tak dapat dihindari. Masalah kemiskinan merupakan

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM)

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM) BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR ^TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENERBITAN SURAT PERNYATAAN MISKIN (SPM) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang Mengingat a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Evaluasi (penilaian) suatu program biasanya dilakukan pada suatu waktu tertentu atau pada suatu tahap tertentu (sebelum program, pada proses pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun

BAB I PENDAHULUAN. program darurat bagian dari jaring pengaman sosial (social safety net), namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raskin merupakan program bantuan yang sudah dilaksanakan Pemerintah Indonesia sejak Juli 1998 dengan tujuan awal menanggulangi kerawanan pangan akibat krisis moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana penyelesaian masalah tersebut. Peran itu dapat dilihat dari sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran pemerintah sangat penting dalam merancang dan menghadapi masalah pembangunan ekonomi. Seberapa jauh peran pemerintah menentukan bagaimana penyelesaian

Lebih terperinci

JAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

JAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT JAMINAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DIREKTORAT JAMINAN SOSIAL DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN DAN JAMINAN SOSIAL KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PROGRAM KELUARGA HARAPAN - PKH BANTUAN TUNAI

Lebih terperinci

BAB 7 : PENUTUP. pelaksanaan Program Keluarga Harapan Khususnya Bidang Kesehatan.

BAB 7 : PENUTUP. pelaksanaan Program Keluarga Harapan Khususnya Bidang Kesehatan. BAB 7 : PENUTUP 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Komponen Input 1. Kebijakan berpedoman dari Kementerian Sosial RI, Kementerian Kesehatan RI dan Surat Keputusan Walikota Padang. Kebijakan ini belum maksimal disosialisasikan

Lebih terperinci

PROGRAM KELUARGA HARAPAN

PROGRAM KELUARGA HARAPAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN PKH adalah program perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan bagi anggota keluarga RTS diwajibkan melaksanakan persyaratan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

BAB I. PENDAHULUAN. perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CIREBON

BERITA DAERAH KOTA CIREBON BERITA DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 51 TAHUN 2009 PERATURAN WALIKOTA CIREBON NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA KELUARGA / RUMAH TANGGA MISKIN KOTA CIREBON Menimbang : WALIKOTA CIREBON, a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi individu dengan hidup yang sehat maka individu akan mampu melaksanakan aktifitas sehari-hari untuk bekerja sehingga

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia Outline 1. Latar Belakang 3. Tujuan PKH 6. Pendampingan 9.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial, tahun 2007 Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial, tahun 2007 Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan dibidang perlindungan sosial, tahun 2007 Pemerintah Indonesia telah meluncurkan Program

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà -1- jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà A TAALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi 2.1.1 Pengertian Evaluasi Evaluasi adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia Outline 1. Latar Belakang 2. PKH New Initiatives Pedoman Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah kemiskinan masih tetap menjadi masalah fenomenal yang masih belum dapat terselesaikan hingga

Lebih terperinci

MEKANISME PELAKSANAAN. Referensi Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016, Bab III - VI

MEKANISME PELAKSANAAN. Referensi Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016, Bab III - VI MEKANISME PELAKSANAAN Referensi Pedoman Pelaksanaan PKH Tahun 2016, Bab III - VI Outline 5. Pengembangan Kepesertaan 1. Alur Pelaksanaan PKH 6. Pengelolaan Sumber Daya 2. Penetapan Sasaran 7. Organisasi

Lebih terperinci

PRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan.

PRO POOR BUDGET. Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan. PRO POOR BUDGET Kebijakan anggaran dalam upaya pengentasan kemiskinan. Mengapa Anggaran Pro Rakyat Miskin Secara konseptual, anggaran pro poor merupakan bagian (turunan) dari kebijakan yang berpihak pada

Lebih terperinci

TENTANG BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN

TENTANG BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN TENTANG BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN A. PEMILIHAN PENERIMA BANTUAN DAN SYARAT PROGRAM Penerima bantuan PKH adalah rumahtangga sangat miskin (RTSM) yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG

PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN SOSIAL PEMBANGUNAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI DI KABUPATEN KARAWANG I. PENDAHULUAN LAMPIRAN : NOMOR : 38 TAHUN 2011 TANGGAL : 23 DESEMBER 2011 a. Latar Belakang Salah satu program pembangunan Kabupaten Karawang adalah Pembangunan Rumah Tidak Layak Huni merupakan Program

Lebih terperinci

INOVASI/PEMANFAATAN BASIS DATA TERPADU UNTUK PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PADA ACARA RATEK TIM TEKNIS TKPK

INOVASI/PEMANFAATAN BASIS DATA TERPADU UNTUK PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PADA ACARA RATEK TIM TEKNIS TKPK INOVASI/PEMANFAATAN BASIS DATA TERPADU UNTUK PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN PADA ACARA RATEK TIM TEKNIS TKPK GAMBARAN UMUM WILAYAH KAB. MERANGIN Sebelah Barat : Berbatas dengan Kab. Kerinci Sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tidak hanya di negara berkembang, bahkan di Negara maju sekalipun.

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tidak hanya di negara berkembang, bahkan di Negara maju sekalipun. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan adalah suatu permasalahan dunia yang dialami oleh seluruh Negara. Tidak hanya di negara berkembang, bahkan di Negara maju sekalipun. Permasalah ini sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menjadi masalah yang berkepanjangan.kemiskinan tidak dipahami

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menjadi masalah yang berkepanjangan.kemiskinan tidak dipahami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks bagi setiap negara, terutama negara besar seperti Indonesia.Sampai saat ini, masalah kemiskinan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014). Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu masalah penting pencapaian pembangunan kesehatan dunia. Pencapaian program KIA dapat dilihat dari Laporan Pemantauan Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia masih menghadapi masalah kemiskinan dan kerawanan pangan. Masalah ini menjadi perhatian nasional dan penanganannya perlu dilakukan secara terpadu

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA PELANGI KABUPATEN BELITUNG TIMUR TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI

KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KEMISKINAN OLEH HERIEN PUSPITAWATI KRITERIA KEMISKINAN BPS GARIS KEMISKINAN Kota Bogor tahun 2003: Rp 133 803/kap/bln Kab Bogor tahun 2003: Rp 105 888/kap/bln UNDP US 1/kap/day tahun 2000 US 2/kap/day

Lebih terperinci

Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan. persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP),

Kertasari. Dengan mewajibkan peserta program untuk menggunakan. persalinan) dan pendidikan (menyekolahkan anak minimal setara SMP), PENGARUH IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) TERHADAP PESERTA PROGRAM DI KELURAHAN KERTASARI KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2012 Oleh : Teguh Setiadi Abstrak : Penelitian ini ingin mengkaji

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS 1 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2016 T E N T A N G INDIKATOR LOKAL KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang { PAGE \* MERGEFORMAT }

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang { PAGE \* MERGEFORMAT } BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum adalah sebuah lembaga pendidikan islam yang setara dengan tingkatan Sekolah Dasar (SD), yang berada di naungan Kementrian Agama. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterbukaan sosial dan ruang bagi debat publik yang jauh lebih besar. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia kini adalah negara dengan sistem demokrasi baru yang bersemangat, dengan pemerintahan yang terdesentralisasi, dengan adanya keterbukaan sosial dan

Lebih terperinci

BAB VI UPAYA IBU MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA

BAB VI UPAYA IBU MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA 66 BAB VI UPAYA IBU MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA 6.1 Penguatan Kapasitas Rumah Tangga Penerima PKH Mutu sumberdaya manusia bukan semata-mata ditentukan oleh seberapa kadar pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat badan yang paling pesat dibanding dengan kelompok umur lain, masa ini tidak terulang sehingga disebut window

Lebih terperinci

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang.

14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 14 KRITERIA MISKIN MENURUT STANDAR BPS ; 1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan. 3. Jenis dinding tempat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 125 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.3 Implementasi Program Kesehatan Ibu dan Anak Bidang Pelayanan Antenatal Care dan Nifas di Puskesmas Bandarharjo Kota Semarang Setiap kebijakan yang dibuat pasti

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN Program penanggulangan kemiskinan, khususnya PKH tidak terlepas dari berbagai faktor yang memperngaruhi jalannya program. Faktor-faktor

Lebih terperinci

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN

PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN PANGAN DAN GIZI SEBAGAI INDIKATOR KEMISKINAN By : Suyatno, Ir. MKes Office : Dept. of Public Health Nutrition, Faculty of Public Health Diponegoro University, Semarang Contact : 081-22815730 / 024-70251915

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terbelakang, melainkan juga dialami oleh negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. dan terbelakang, melainkan juga dialami oleh negara-negara maju. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan sudah menjadi masalah global yang dialami oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak hanya berada di negara-negara berkembang dan terbelakang, melainkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data hasil temuan penelitian yang telah dianalisis oleh penulis, maka dapat diambil kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah yang telah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT

PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT PELAKSANAAN DAN USULAN PENYEMPURNAAN PROGRAM PRO-RAKYAT BAMBANG WIDIANTO DEPUTI BIDANG KESRA KANTOR WAKIL PRESIDEN RI APRIL, 2010 KLASTER 1: PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERSASARAN KELUARGA/RUMAH

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN RESERTIFIKASI PKH: RESERTIFIKASI PKH KOHOR 2007 DAN KOHOR 2008 SERTA SINERGI ANTAR PROGRAM

PERKEMBANGAN RESERTIFIKASI PKH: RESERTIFIKASI PKH KOHOR 2007 DAN KOHOR 2008 SERTA SINERGI ANTAR PROGRAM PERKEMBANGAN RESERTIFIKASI PKH: RESERTIFIKASI PKH KOHOR 2007 DAN KOHOR 2008 SERTA SINERGI ANTAR PROGRAM BAMBANG WIDIANTO SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NATIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN RAPAT SINERGI

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT DEPARTEMEN KESEHATAN R I TAHUN 2008 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih termasuk ke dalam kategori negara berkembang. Ilmu pengetahuan dan perekonomian menjadi tolak ukur global sejauh mana suatu negara berkembang.

Lebih terperinci

Mengapa PKH Diperlukan? PKH dimaksudkan untuk merunkan jumlah masyarakat miskin melalui bantuan dana tunai bersyarat.

Mengapa PKH Diperlukan? PKH dimaksudkan untuk merunkan jumlah masyarakat miskin melalui bantuan dana tunai bersyarat. Mengapa PKH Diperlukan? PKH dimaksudkan untuk merunkan jumlah masyarakat miskin melalui bantuan dana tunai bersyarat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk yang berada di bawah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang :

Lebih terperinci

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42.

pendapatan masyarakat. h. Jumlah Rumah Tangga Miskin status kesejahteraan dapat dilihat pada tabel 2.42. Tabel 2.41. Perhitungan Indeks Gini Kabupaten Temanggung Tahun 2012 Kelompok Jumlah Rata-rata % Kumulatif Jumlah % Kumulatif Xk-Xk-1 Yk+Yk-1 (Xk-Xk-1)* Pengeluaran Penduduk Pengeluaran Penduduk Pengeluaran

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia tertinggal dari pembangunan ekonominya. Padahal pembangunan sosial sangat penting, karena pembangunan

Lebih terperinci

SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL

SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL 1 SASARAN PROGRAM BIDANG SOSIAL a. Membangun 22 Jenis Penyandang Masalah Kesejahteraan sosial (PMKS) b. Mengoptimalkan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial ( PSKS) GOAL ( TUJUAN UMUM ) MENINGKATKAN KUALITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti BLSMadalah Brazil, kemudian diadopsi oleh negara-negara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. seperti BLSMadalah Brazil, kemudian diadopsi oleh negara-negara lain dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) adalah salah satu program bantuan bersyarat dari pemerintah berupa pemberian uang tunaiuntuk masyarakat miskindi Indonesia.

Lebih terperinci

Pertanyaan Untuk Kepala Bidang Perlindungan Dan Jaminan Sosial. khusus nya Dinas Sosial terhadap masalah kemiskinan?

Pertanyaan Untuk Kepala Bidang Perlindungan Dan Jaminan Sosial. khusus nya Dinas Sosial terhadap masalah kemiskinan? Pertanyaan Untuk Kepala Bidang Perlindungan Dan Jaminan Sosial 1. Apa saja permasalahan utama yang dihadapi pemerintah kabupaten kerinci khusus nya Dinas Sosial terhadap masalah kemiskinan? 2. Dalam mengurangi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO BAB IV GAMBARAN UMUM DESA POLOBOGO 4. 1. Kondisi Geografis 4.1.1. Batas Administrasi Desa Polobogo termasuk dalam wilayah administrasi kecamatan Getasan, kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Wilayah

Lebih terperinci

BAB V. keberlangsungan program atau kebijakan. Tak terkecuali PKH, mengingat

BAB V. keberlangsungan program atau kebijakan. Tak terkecuali PKH, mengingat BAB V KESIMPULAN Proses monitoring dan evaluasi menjadi sangat krusial kaitannya dengan keberlangsungan program atau kebijakan. Tak terkecuali PKH, mengingat terdapat berbagai permasalahan baik dari awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan. Sejak zaman kemerdekaan bangsa Indonesia sudah dihadapkan dengan permasalahan ini dan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam rangka menyukseskan program kabinet SBY jilid 2, khususnya dalam hal ini departemen kesehatan RI mencanangkan program Meningkatkan Kesehatan Masyarakat, maka

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. 2.1 Bentuk-Bentuk Program Penanggulangan Kemiskinan Kemiskinan

BAB II PENDEKATAN TEORITIS. 2.1 Bentuk-Bentuk Program Penanggulangan Kemiskinan Kemiskinan BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Bentuk-Bentuk Program Penanggulangan Kemiskinan 2.1.1 Kemiskinan Kemiskinan sangat erat kaitannya dengan tiga konsep yaitu kemiskinan itu sendiri (poverty) yang menggambarkan

Lebih terperinci

PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) SEBAGAI INVESTASI SOSIAL

PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) SEBAGAI INVESTASI SOSIAL PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) SEBAGAI INVESTASI SOSIAL MURAH Dosen FKIP Universitas Gunung Rinjani Selong-Lombok Timur email : yusufmurah@gmail.com ABSTRAK (PKH) adalah program yang memberikan bantuan

Lebih terperinci

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 7 TAHUN 2014 PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN MERAUKE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERAUKE, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat kompleks dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat kompleks dan multidimensial yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Adapun masalah

Lebih terperinci

Written by Irwandi Wednesday, 24 February :56 - Last Updated Monday, 21 March :22

Written by Irwandi Wednesday, 24 February :56 - Last Updated Monday, 21 March :22 KRITERIA CALON PENERIMA BEASISWA PROGRAM JALUR MISKIN I. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan program Pemerintah Aceh untuk Peningkatan Sumber Daya Manusia Aceh. Salah satu program Lembaga Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang terjadi di berbagai tempat di Indonesia yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan, antara lain tingkat pendapatan,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, pendidikan, kesehatan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan rendahnya kualitas hidup penduduk, pendidikan, kesehatan dan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan kondisi saat seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat

Lebih terperinci

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN Pada bab sebelumnya sudah dipaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PKH di Desa Petir, baik itu faktor internal

Lebih terperinci

Syarifah Maihani Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim

Syarifah Maihani Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Almuslim 50-54 PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DALAM UPAYA MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN DAN PENDIDIKAN BAGI KELUARGA SANGAT MISKIN (KSM) DI DESA PAYA CUT KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Syarifah Maihani

Lebih terperinci

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA PELAKSANAAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) SEKRETARIAT (TNP2K) RAKORNAS TKPK JAKARTA, 13 MEI 2014 PROGRAM KELUARGA HARAPAN - PKH BANTUAN TUNAI BERSYARAT

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan utama dan mendasar bagi kehidupan manusia. Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa penanggulangan kemiskinan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PENGEMBANGAN SISTEM MANAJEMEN DATABASE DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KRITERIA PENDUDUK MISKIN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Ummul Hairah ummihairah@gmail.com Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan Millennium Development Goals (MDGs) adalah menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya penurunan angka kematian anak salah

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL RAKYAT BANTEN BERSATU DI PROVINSI BANTEN DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mencapai tujuan Nasional Bangsa Indonesia sesuai Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015 BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015 1. Pelayanan kesehatan bayi muda - Transport sweeping imunisasi bayi 2. Pelayanan kesehatan balita - Posyandu - Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)

Lebih terperinci

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut : 4. Sistem Informasi pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Provinsi yang belum tepat waktu Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat kompleks. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan

Lebih terperinci

9 PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH): ANTARA PERLINDUNGAN SOSIAL DAN PENGENTASAN KEMISKINAN

9 PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH): ANTARA PERLINDUNGAN SOSIAL DAN PENGENTASAN KEMISKINAN 9 PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH): ANTARA PERLINDUNGAN SOSIAL DAN PENGENTASAN KEMISKINAN Oleh: Syahputra Adisanjaya Suleman & Risna Resnawaty syahputraasuleman@yahoo.com; risna.resnawaty@unpad.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Efektifitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kecamatan Medan Johor

Efektifitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kecamatan Medan Johor Proposal Penelitian Efektifitas Pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kecamatan Medan Johor Disusun Oleh : SUJI NOVANDA SARI (060903015) DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG INDIKATOR KELUARGA MISKIN DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang : a.

Lebih terperinci

FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia. Nizwardi Azkha,SKM,MPPM,M,Pd,M,Si PSIKM FK Unand Padang

FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia. Nizwardi Azkha,SKM,MPPM,M,Pd,M,Si PSIKM FK Unand Padang FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Nizwardi Azkha,SKM,MPPM,M,Pd,M,Si PSIKM FK Unand Padang HOTEL HORISON MAKASSAR, 28-29 September 2011 Mempercepat pencapaian tujuan pembangunan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bantuan. Bantuan tersebut diwujudkan melalui bantuan tunai bersyarat yang diberik an

BAB V PENUTUP. bantuan. Bantuan tersebut diwujudkan melalui bantuan tunai bersyarat yang diberik an BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu bentuk kebijakan perlindungan sosial dengan basis keluarga sangat miskin sebagai peserta peneriman bantuan. Bantuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komitmen Indonesia untuk mencapai MDG s (Millennium Development Goals) mencerminkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Le No.940, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Program Keluarga Harapan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM KELUARGA HARAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BAPAK/IBU ANGKAT RUMAH TANGGA SASARAN OLEH PEJABAT STRUKTURAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Sosialisasi dan Pelatihan Petugas Pendaftar Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM) Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin

Sosialisasi dan Pelatihan Petugas Pendaftar Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM) Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin Sosialisasi dan Pelatihan Petugas Pendaftar Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM) Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Sekretariat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak-anak pada dasarnya merupakan kaum lemah yang harus dilindungi oleh orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh anak-anak yang dianggap masih membutuhkan bimbingan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah yang sampai saat ini masih terus dicari langkah yang tepat untuk menanggulanginya. Kemiskinan merupakan masalah multi dimensi

Lebih terperinci

Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013

Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013 Program Kompensasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak 2013 Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 semula masih memberikan alokasi yang cukup besar terhadap subsidi energi, termasuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

2018, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang P

2018, No Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang P No.187, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Program Keluarga Harapan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PROGRAM KELUARGA HARAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,

Lebih terperinci

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus

PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA. Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus PERMOHONAN BANTUAN UANG DUKA Form : I Kepada Yth. BUPATI KUDUS Melalui Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kudus Di - K U D U S Dengan hormat, yang bertanda tangan di bawah ini,

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) I. Pendahuluan II. III. IV. Pangan dan Gizi Sebagai Investasi Pembangunan Analisis Situasi Pangan dan Gizi

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi dengan bahan

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi dengan bahan II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pangan Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar masnusia yang pemenuhannya merupakan hak asasi, tidak dapat ditunda, dan tidak dapat disubtitusi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya Kondisi Geografis

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya Kondisi Geografis 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Balumbang Jaya 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Balumbang Jaya merupakan salah satu kelurahan yang berada dalam wilayah administratif

Lebih terperinci