ANALISIS LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I TENTANG DASAR- DASAR PRAKTIKUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I TENTANG DASAR- DASAR PRAKTIKUM"

Transkripsi

1 MAKALAH ANALISIS LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I TENTANG DASAR- DASAR PRAKTIKUM Disusun Sebagai Tugas Mandiri Mata Kuliah Alat-Alat Ukur Oleh : YULI ARDIKA PRIHATAMA (K20802) PEND. FISIKA 2008 JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2009

2 PENDAHULUAN Dalam fisika, pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selalu dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari. Mengapa demikian? Sebelumnya ada baiknya jika kita mengingat definisi pengukuran atau mengukur itu sendiri. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah disepakati. Misalnya untuk mengukur panjang suatu tongkat maka kita bisa menggunakan meteran. Dalam hal ini besaran yang dibandingkan adalah panjang dari tongkat tersebut. Sedangkan besaran pembandingnya adalah meteran. Meteran merupakan alat ukur besaran panjang yang satuannya telah disepakati. Dengan demikian jika nilai hasil perbandingan kedua besaran tersebut menunjukkan bahwa panjang tongkat itu ternyata 1,5 kali lebih panjang dari ukuran satu meteran dapat dikatakan bahwa panjang kayu yang terukur adalah 1,5 meter. Selanjutnya mari kita lanjutkan pada pembahasan mengapa mengukur itu sangat urgen untuk dilakukan. Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik suatu fenomena atau permasalahan secara kuantitatif. Dan jika dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang mendukungnya. Dengan pengukuran ini kemudian akan diperoleh data-data numerik yang menunjukkan pola-pola tertentu sebagai bentuk karakteristik dari fenomena atau permasalahan tersebut. Dengan demikian, maka dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang bersifat kualitatif berdasarkan pola-pola yang dihasilkan oleh data-data kuantitatif tersebut. Dengan salah satu argumentasi di atas, sudah dapat kita ketahui betapa penting dan dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam fisika. Maka tidak ada alasan bagi para fisikawan untuk mengabaikannya dalam setiap riset-riset mereka. 2

3 PERMASALAHAN Permasalahan yang akan dikaji dalam makalah ini terkait dengan pengukuran terbagi menjadi dua hal: Pertama, yaitu teknik-teknik pengukuran yang digunakan selama praktikum dalam mata kuliah Praktikum Fisika Dasar I pada judul praktikum Pengukuran Dasar. Pada permasalahan ini, sub-sub pembahasannya meliputi, teknik-teknik yang digunakan, kelebihan dan kelemahan dari penggunaan teknik tersebut, dan koreksi terhadap teknik yang digunakan. Kedua, yaitu teknik pelaporan hasil yang digunakan dalam laporan praktikum mata kuliah Praktikum Fisika Dasar I pada judul praktikum Pengukuran Dasar. Pada permasalahan ini, sub-sub pembahasannya meliputi proses komputasi dan aturan-aturan pelaporannya serta koreksi terhadap teknik yang digunakan. Dari kedua permasalahan di atas, maka pada akhirnya nanti akan dapat dihadirkan sebah usaha perbaikan dalam proses praktikum. Sehingga ke depannya praktikum-praktikum fisika yang dilakukan oleh para mahasiswa dapat menjadi lebih baik.

4 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil observasi terhadap laporan praktikum yang telah dibuat, khususnya laporan praktikum mata kuliah Praktikum Fisika Dasar I yang berjudul Pengukuran Dasar, diperoleh beberapa permasalahan sebagaimana yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya. Secara berurutan permasalahpermasalahan tersebut akan dikaji dalam bab berikut. Teknik-Teknik Pengukuran yang Digunakan 1. Percobaan I & II (Mencari Volume dan Massa Kubus) Kubus yang diukur adalah kubus besi dan tembaga. Teknik yang digunakan adalah dengan dengan mengukur rusuk-rusuk kubus tersebut menggunakan jangka sorong dan milimeter sekrup. Masing-masing pengukuran rusuk tiap kubus diulang 5 kali. Sedangkan untuk pengukuran massa, percobaan yang dilakukan hanya 1 kali. 2. Percobaan III (Mencari Volume dan Massa Benda berbentuk Bola) Benda yang diukur adalah bola kaca (kelereng besar). Teknik yang digunakan adalah dengan mengukur panjang diameternya menggunakan jangka sorong dan milimeter sekrup. Masing-masing pengukuran diameter diulang 5 kali. Sedangkan untuk pengukuran massa, percobaan yang dilakukan hanya 1 kali.. Percobaan IV (Mencari Volum Kubus Besi, Kubus Tembaga dan Bola Kaca dengan Pengukuran Langsung) Teknik pengukurannya adalah dengan memasukkan kubus besi atau tembaga atau bola kaca ke dalam gelas beker yang telah diisi air dengan volume tertentu. Setelah benda tersebut berada di dalam gelas beker maka permukaan air akan naik sehingga air yang ada dipindah ke dalam gelas ukur dengan cara dituangkan hingga permukaan air yang ada di dalam gelas beker kembali pada posisi volume awal. Berdasarkan hukum Archimedes, volume air yang dipindah ke dalam gelas ukur tersebut sama dengan volume kubus yang dihasilkan. 4

5 Baik hasil percobaan I, II, III maupun percobaan IV, semuanya akan digunakan untuk menentukan massa jenis besi, tembaga dan kaca. Analisis Terhadap Teknik Pengukuran yang Digunakan Berdasarkan teknik-teknik percobaan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka pada bagian ini akan kami uraikan analisis untuk tiap-tiap teknik yang digunakan. Percobaan I dan II merupakan teknik pengukuran tidak langsung untuk menentukan volum kubus besi dan tembaga. Dengan mengabaikan bentuk kubus yang tidak presisi, maka untuk tiap-tiap pengukuran rusuk akan menghasilkan satu ketidakpastian. Karena volume kubus merupakan hasil pangkat dari rusuknya, maka volume kubus yang dihasilkan memiliki ketidakpastian yang berpangkat pula. Artinya percobaan ini memberi efek ketidakpastian yang lebih besar. Dengan demikian, teknik percobaan semacam ini akan menyebabkan kesulitan para praktikan pada penyelesaian analisis kuantitatif dan pelaporan hasil. Senada dengan percobaan dengan I dan II, percobaan III juga akan menimbulkan masalah bagi praktikan pada penyelesaian analisis kuantitatif dan pelaporan hasil. Permasalahannya pun identik. Hanya saja untuk penentuan volumenya, sudah diketahui adanya konstanta yaitu 4/π. Sedangkan untuk percobaan IV, maka ketidakpastian yang muncul dari pengukuran volume hanya terjadi 1 kali. Sehingga secara logika, teknik percobaan ini sebenarnya lebih baik dari pada teknik percobaan sebelumnya. Namun demikian, ternyata alat yang digunakan untuk mengukur langsung besaran yang sudah ada kurang representatif. Sehingga ini juga semakin menambah ketidakpastian hasil pengukuran. Dengan membandingkan kedua metode yang digunakan untuk mengukur volume benda, maka sebenarnya paling aman adalah dengan menggunakan metode kedua. Alasannnya adalah sebagai berikut: Metode kedua akan menghasilkan nilai yang lebih akurat dari pada metode yang pertama. Metode kedua juga akan lebih presisi dalam menghasilkan nilai volume dengan metode pertama. Hal ini dikarenakan metode pertama 5

6 mengabaikan ketidakteraturan bentuk benda. Karena secara riil, kubus ataupun bola yang diukur tidak presisi, artinya rusuk-rusuknya tidak sama persis atau lengkung bolanya tidak homogen. Jadi untuk setiap hasil pengukuran rusuk pada metode pertama maka akan muncul 1 ketidakpastian. Sehingga nilai volume yang dihasilkan memiliki nilai ketidakpastian yang lebih besar. Sedangkan metode kedua akan lebih presisi dan memiliki akurasi tinggi karena ia berdasarkan prinsip hukum Archimedes. Volume air yang didesak oleh benda yang dimasukkan ke dalam wadah akan sama dengan volume benda tersebut. Maka ketepatan hasil pengukuran menggunakan metode kedua ini terletak pada instrumen (alat) yang digunakan.. Agar tujuan percobaan tercapai, yaitu membandingkan hasil pengukuran suatu besaran secara langsung dengan secara langsung, maka untuk metode yang kedua diperlukan alat yang lebih teliti. Misalnya menggunakan model gelas berikut: Sehingga volume benda-benda yang diukur akan mendekati kenyataan. Teknik Pelaporan yang Digunakan Mekanisme komputasi yang digunakan dalam analisis kuantitatif percobaan ini adalah menentukan volume dari rerata perhitungan volume tiap-tiap hasil pengukuran. Deskripsinya sebagai berikut:

7 Data untuk tiap-tiap pengukuran benda diproses sendiri-sendiri. Misalnya hasil pengukuran rusuk pada kubus diproses untuk mencari volume kubus tersebut. Karena pengukuran rusuk tiap-tiap kubus atau diameter bola kaca dilakukan sebanyak 5 kali, maka akan ada 5 nilai volum yang dihasilkan dari perhitungan. Nilai volume dari tiap-tiap data kemudian dicari reratanya dan simpangan bakunya. Reratanya dijadikan nilai utama hasil perhitungan, sedangkan simpangan bakunya dijadikan sebagai nilai penyimpangannya Selanjutnya nilai volume tersebut digunakan untuk menentukan massa jenisnya. Yaitu dengan cara membagi massa dengan volume. Untuk tiap-tiap benda yang diukur maka maka dihasilkan 2 massa jenis. Massa jenis yang pertama dihasilkan dari pembagian antara massa dengan volume yang diperoleh dari pengukuran tak langsung, sedangkan massa jenis yang lainnya dihasilkan dari pembagian antara massa dengan volume yang diperoleh dari pengukuran langsung. Analisis Terhadap Teknik Pelaporan Hasil yang Digunakan Metode yang digunakan dalam komputasi dan pelaporan hasil memiliki kelemahan berkaitan dengan obyektivitas hasil yang diberikan. Kelemahankelemahan metode tersebut antara lain: 1. Pada pengukuran volume dengan cara tak langsung. Kelemahan pada metode ini sudah diawali pada teknik pengukurannya. Sebagaimana diuraikan di awal, metode pengukurannya telah menghasilkan satu ketidakpastian dalam setiap nilai rusuknya. Sehingga dalam perhitungan selanjutnya, ketika nilai rusuk tersebut dipangkatkan tiga maka akan keluar hasil dengan ketidakpastian yang lebih besar. Namun ternyata, analisis kuantitatifa dari percobaan ini justru mengabaikan ketidakpastian yang mungkin timbul dari perhitungan ini. Mekanisme perhitungan yang ada justru mengasumsikan bahwa nilai tiaptiap volume dianggap fix. Sehingga perhitungan akan besarnya nilai 7

8 penyimpangan dari pengukuran tiap benda hanya dilakukan pada bagian akhir yaitu terhadap nilai volumenya. Jika demikian, kita akan menjumpai banyaknya ketidakpastian yang kemudian muncul sebagaimana dalam deskripsi berikut ini. Perhitungan volume kubus No. r (mm) V (mm ) V 2 (mm ) 1. X 1 X 1 2. X 2 X 2. X X 4. X 4 X 4 5. X 5 X 5 X 1 X 2 X X 4 X 5 A B Tiap-tiap data mengandung 1 ketidakpastian Besarnya ketidakpastian semakin besar dengan adanya pemangkatan Ketidakpastianny a semakin besar sekali Dengan banyaknya ketidakpastian di atas, maka rerata nilai volume yang dihasilkan sebenarnya juga memiliki unsur ketidakpastian yang cukup besar. Belum lagi dengan penyimpangan yang dihasilkan dari perhitungan nilai simpangan bakunya. Jadi, perhitungan semacam ini justru semakin memberikan hasil yang kurang obyektif karena besarnya angka ketidakpastiannya. Dengan demikian, kita belum dapat menyimpulkan bahwa cara pelaporan dengan metode pertama yang digunakan dalam praktikum ini benar secara metode, karena terdapat keganjilan dari data yang dilaporkan. Jika hasil yang kita laporkan adalah V ± V maka kita jumpai bahwa nilai V sendiri sebenarnya sudah memiliki ketidakpastian yang besar. Apalagi V, sesuatu 8

9 yang dijadikan ukuran penyimpangannya ternyata diperoleh dari perhitungan data yang memiliki ketidakpastian. Berarti penyimpangannya pun sebenarnya mengandung kepastian yang lebih besar lagi. 2. Pada pengukuran volume dengan cara langsung Untuk metode yang kedua ini, hasil pengukurannya hanya menghasilkan 1 kali ketidakpastian. Itu pun akan dapat diminimalisir jika instrumen pengukuran yang digunakan memenuhi standar minimal alat pengukur volume. Dengan membandingkan kedua metode tersebut, jika kemudian kita akan menentukan massa jenis dari masing-masing benda yang telah diukur volume dan massanya. Maka metode kedua akan menghasilkan nilai massa jenis yang lebih teliti dari pada metode pertama. Jika kita menggunakan cara perhitungan yang benar, maka untuk metode yang kedua, rumus perhitungan massa jenis akan menjadi: Sedangkan untuk metode pertama, maka perhitungan massa jenisnya akan sangat rumit jika kita hendak menentukannya melalui mekanisme yang benar. Kritik Terhadap Pelaporan yang Dilakukan Aturan pelaporan yang digunakan dalam praktikum ini didasarkan pada prosentase besarnya kesalahan relative (KR) yang dihasilkan terhadap reratanya sebgaimana kami sajikan dalam table berikut: No. Prosentase KR Banyaknya angka penting dari data yang dilaporkan 1. < 0,5 5 angka penting 2. 0,5 x < 1,0 4 angka penting. 1,0 x < 5,0 angka penting 4. 5,0 2 angka penting 9

10 Aturan yang digunakan di atas ternyata bukan aturan standar yang digunakan dalam pengukuran, dan kemungkinan hanya diperoleh dari kesepakatan antara asisten praktikum dan para dosen pengampunya. Maka untuk praktikum berikutnya penggunaan aturan di atas seharusnya direview dan dirubah dengan merujuk pada referensi-referensi terpercaya. Sebagai akhir dari pembahasan ini, dapat kita simpulkan bahwa teknik dan metode yang digunakan dalam suatu pengukuran dan pelaporan hasilnya akan sangat berpengaruh terhadap ketepatan dan ketelitian nilai yang dihasilkan. Jika pada proses awalnya sudah banyak terjadi penyimpangan dan ketidakpastian, maka pada tahap-tahap berikutnya akan menghasilkan ketidakpastian yang lebih besar. 10

11 PENUTUP Dari pemaparan dan analisis yang telah kami lakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengukuran suatu besaran dengan metode pengukuran tak langsung (melalui besaran yang lain) akan menghasilkan ketidakpastian yang lebih banyak dari pada yang menggunakan metode pengukuran langsung. 2. Pemilihan teknik dan metode pengukuran yang digunakan berpengaruh terhadap ketelitian dan ketepatan hasil pengukurannya.. Banyak terdapat kelemahan dan kekurangan yang didapat dari proses praktikum fisika dasar tentang Pengukuran Dasar, kelemahan tersebut antara lain meliputi: a. Teknik pengukuran yang kurang presisi b. Metode pengukuran yang kurang sesuai c. Pelaporan hasil yang tidak mengacu pada standar pelaporan Maka dari itu, kami menawarkan beberapa saran yang semoga berguna bagi perbaikan praktikum selanjutnya. 1. Perlunya pemilihan teknik dan metode yang tepat dalam pengukuran. Selain itu, alat yang digunakan harus di up grade agar sesuai dengan tuntutan metode dan teknik. 2. Perlunya peninjauan kembali terkait dengan metode pengukuran dan pelaporan hasil. Dan sebaiknya dilakukan perubahan aturan dengan mengacu pada referensi standar yang digunakan. 11

Laporan Praktikum Fisika Dasar 1 Pengukuran Pada Benda Padat

Laporan Praktikum Fisika Dasar 1 Pengukuran Pada Benda Padat Laporan Praktikum Fisika Dasar 1 Pengukuran Pada Benda Padat LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT Tanggal Percobaan : 02 November 2012 1. Angela Maryam, S.Si 2. Nasrudin,

Lebih terperinci

DIKTAT PRAKTIKUM FISIKA DASAR

DIKTAT PRAKTIKUM FISIKA DASAR DIKTAT PRAKTIKUM FISIKA DASAR disusun oleh: Widitya Tri Nugraha, S.Pt., M.Sc. PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TIDAR 2018 TATA TERTIB PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1. Seluruh rangkaian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I PEMERIKSAAN KESALAHAN-KESALAHAN. Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : Kelompok : IV.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I PEMERIKSAAN KESALAHAN-KESALAHAN. Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : Kelompok : IV. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I PEMERIKSAAN KESALAHAN-KESALAHAN Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : 1108105034 Kelompok : IV.B JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN FISIKA

DASAR PENGUKURAN FISIKA DASAR PENGUKURAN FISIKA M1 TUJUAN 1. Mampu melakukan pengukuran dan membedakan penggunaan berbagai alat ukur 2. Mampu menghitung densitas zat padat dan zat cair TUGAS PENDAHULUAN 1. Jelaskan pengertian

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR UMUM HUKUM ARCHIMEDES

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR UMUM HUKUM ARCHIMEDES LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR UMUM HUKUM ARCHIMEDES Tanggal Pengumpulan : Minggu, 9 Oktober 2016 Tanggal Praktikum : Rabu, 4 Oktober 2016 Waktu Praktikum : 11.10-12.50 WIB Nama : Nur Apriliani Rachman

Lebih terperinci

ULANGAN TENGAH SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MATA PELAJARAN : FISIKA : LINTAS FISIKA : SENIN, 7 OKTOBER 2013 ;120 MENIT

ULANGAN TENGAH SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2013/2014 MATA PELAJARAN : FISIKA : LINTAS FISIKA : SENIN, 7 OKTOBER 2013 ;120 MENIT PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 5 BALIKPAPAN Jl. Abdi Praja Blok F No. 119 Ring Road Balikpapan Telp.(0542) 878237,878421 Fax.873970 Web-Site : www.sma5balikpapan.sch.id E-mail:tu@sma5balikpapan.sch.id

Lebih terperinci

BAB II PENGUKURAN DASAR

BAB II PENGUKURAN DASAR Laporan Praktikum Fisika Dasar 3 BAB II PENGUKURAN DASAR 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN 1. Dapat melakukan pengukuran terhadap besaran dasar : panjang, massa, waktu. 2. Dapat melakukan pengukuran terhadap besaran

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Fisika Dasar 1

Laporan Praktikum Fisika Dasar 1 Laporan Praktikum Fisika Dasar 1 Pengukuran Dosen Pengasuh : Jumingin, S.Si Disusun oleh : Kelompok 1 1. Istari Muslimah (14221051) 2. Megawati (14221056) 3. M. Saipudin Hidayatulla (14221061) 4. Nadya

Lebih terperinci

MENGUKUR BESARAN DAN MENERAPKAN SATUANNYA

MENGUKUR BESARAN DAN MENERAPKAN SATUANNYA MENGUKUR BESARAN DAN MENERAPKAN SATUANNYA Menggunakan Alat Ukur Yang Tepat untuk Mengukur Suatu Besaran Fisis MUH. ARAFAH, S.Pd. e-mail: muh.arafahsidrap@gmail.com website://arafahtgb.wordpress.com JENIS-JENIS

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 11. KLASIFIKASI BENDALatihan Soal 11.4

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 11. KLASIFIKASI BENDALatihan Soal 11.4 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 11. KLASIFIKASI BENDALatihan Soal 11.4 1. Perhatikan tabel massa jenis beberapa zat yang wujudnya berbeda berikut ini! http://primemobile.co.id/assets/uploads/materi/cap76.png

Lebih terperinci

Contoh Laporan Praktikum Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup

Contoh Laporan Praktikum Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup Contoh Laporan Praktikum Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam yang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KD 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KD 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KD 1 Mata Pelajaran Kelas/Semester Peminatan Materi Pokok Alokasi Waktu : Fisika : X / Ganjil : MIA : Besaran dan Satuan : 2 x 3 JP A. Kompetensi Inti (KI) 1 : Menghayati

Lebih terperinci

Lembar Kegiatan Siswa

Lembar Kegiatan Siswa Lembar Kegiatan Siswa Tingkat Satuan Pendidikan : SMA Negeri Jakarta Kelas : X -. Kelompok : Anggota :.......... 6.. Waktu praktikum :.,.. A. Judul Praktikum : Pengukuran panjang B. Tujuan Praktikum :.

Lebih terperinci

Standar Kompetensi 1. Menerapkan Konsep besaran fisika dan pengukurannya

Standar Kompetensi 1. Menerapkan Konsep besaran fisika dan pengukurannya Standar Kompetensi 1. Menerapkan Konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar 1.1. Mengukur besaran fisika (massa, panjang dan waktu) 1.2. Menganalisis besaran - besaran fisika serta satuannya

Lebih terperinci

Lampiran 3 LEMBAR KERJA SISWA

Lampiran 3 LEMBAR KERJA SISWA Lampiran 3 LEMBAR KERJA SISWA A. Lembar Kerja Siswa Sub Pokok Bahasan : Notasi Ilmiah dan Angka penting Alokasi Waktu : 80 menit Indikator : a. Menjelaskan konsep notasi ilmiah. b. Menuliskan operasi bilangan

Lebih terperinci

Eksperimen 1 dari 3 MENENTUKAN MASSA JENIS BENDA PADAT DENGAN PRINSIP GAYA KE ATAS

Eksperimen 1 dari 3 MENENTUKAN MASSA JENIS BENDA PADAT DENGAN PRINSIP GAYA KE ATAS Eksperimen 1 dari 3 MENENTUKAN MASSA JENIS BENDA PADAT DENGAN PRINSIP GAYA KE ATAS PENGANTAR Dalam ceritera Pak Belalang disebutkan bahwa, suatu ketika Pak Belalang harus menjawab teka teki yang pertanyaannya

Lebih terperinci

APLIKASI KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN Nama: Handoyo Margi Waluyo

APLIKASI KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN Nama: Handoyo Margi Waluyo APLIKASI KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN Nama: Handoyo Margi Waluyo A. Latar Belakang dan Tujuaan Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berbasis pada pengamatan terhadap gejala alam. Inti dari pengamatan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN : Pertama / 2 x 45 menit : Ceramah dan praktik o Menyiapkan instrumen secara tepat serta melakukan pengukuran dengan benar berkaitan dengan besaran pokok panjang, massa, waktu, dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

Gambar mengukur menggunakan jengkal

Gambar mengukur menggunakan jengkal PENGUKURAN Aktivitas manusia setiap hari selalu berkaitan dengan pengukuran terutama pengukuran waktu. Misalnya, waktu yang kamu perlukan untuk menempuh jarak dari rumah ke sekolah adalah 25 menit. Dapatkah

Lebih terperinci

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIKA DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIKA DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN LAPORAN TETAP PRAKTIKUM FISIKA DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN Disusun oleh: 1. Derryl Tri Jaya (061340411682) 2. Erlangga Pangestu (061340411685) 3. Feraliza Widanti (061340411686) 4. Juriwon (06134041)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kesetaraan kalor lebur es.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kesetaraan kalor lebur es. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari ilmu fisika, dimulai dari yang ada dari diri kita sendiri seperti gerak yang kita lakukan setiap saat, energi yang

Lebih terperinci

FLUIDA STATIS NAMA :... Kelas :... Kelompok :... ALFIAH INDRIASTUTI

FLUIDA STATIS NAMA :... Kelas :... Kelompok :... ALFIAH INDRIASTUTI NAMA :... Kelas :... Kelompok :... Kelas X TEKANAN 1 Tujuan : memahami tentang konsep tekanan Alat dan Bahan balon jarum Prosedur Kerja 1. Tiup balon yang telah disiapkan 2. Setelah ditiup lakukan kegiatan

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM. Kelompok

PANDUAN PRAKTIKUM. Kelompok PANDUAN PRAKTIKUM 1. Sistem Praktikum Setiap kelompok akan berbeda modul (unit) praktikum pada setiap pertemuan dan pertemuan selanjutnya pindah ke modul lain dengan urutan berdasarkan unit. Berikut tabel

Lebih terperinci

MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA (ESA 168)

MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA (ESA 168) MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA (ESA 168) UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2018 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga buku Modul

Lebih terperinci

Angka Penting dan Notasi Ilmiah

Angka Penting dan Notasi Ilmiah Angka Penting dan Notasi Ilmiah Lihat juga: bilangan Kalkulator di bawah ini akan memformat sebuah bilangan sesuai dengan angka penting yang dibutuhkan serta notasi ilmiahnya. Pembulatan akan dilakukan

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENCINTAI FISIKA?

BAGAIMANA MENCINTAI FISIKA? BAGAIMANA MENCINTAI FISIKA? Oleh: Roniyus MS, S.Si., M.Si. (Ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung) Tak Kenal Maka Tak Cinta Ada sebuah pepatah yang terkenal di negeri ini yaitu tak kenal maka

Lebih terperinci

1/Eksperimen Fisika Dasar I/LFD PENGUKURAN DASAR MEKANIS

1/Eksperimen Fisika Dasar I/LFD PENGUKURAN DASAR MEKANIS /Eksperimen Fisika Dasar I/LFD PENGUKURAN DASAR MEKANIS A. TUJUAN. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar mekanis. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang B. PENGANTAR Pengukuran

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 8. SUHU DAN PEMUAIANLatihan Soal ,00078 cm. 65,0078 cm. 65,078 cm. 65,78 cm

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 8. SUHU DAN PEMUAIANLatihan Soal ,00078 cm. 65,0078 cm. 65,078 cm. 65,78 cm SMP kelas 9 - FISIKA BAB 8. SUHU DAN PEMUAIANLatihan Soal 8.2 1. Koefisien muai panjang besi sebesar 0,000012/ Pada saat suhu besi 25C, panjangnya 65 cm. Kemudian besi dipanaskan sampai 125C, panjang akhir

Lebih terperinci

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/2014 A. PILIHAN GANDA 1. Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume d. Panjang, lebar, tinggi, tebal b. Kecepatan,waktu,jarak,energi

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER STATISTIKA DASAR PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER STATISTIKA DASAR PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER STATISTIKA DASAR PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Erien Purnomo Putro, Bambang Priyo Darminto Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

SILABUS ALOKASI WAKTU KOMPETENSI DASAR KEGIATAN PEMBELAJARAN TM PS PI

SILABUS ALOKASI WAKTU KOMPETENSI DASAR KEGIATAN PEMBELAJARAN TM PS PI SILABUS NAMA SEKOLAH : SMK Negeri 8 Malang MATA PELAJARAN : Fisika KELAS/SEMESTER : X / 1 STANDAR KOMPETENSI : Mengukur besaran dan menerapkan satuannya KODE KOMPETENSI : 1 : 10 x 45 menit KOMPETENSI DASAR

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Besaran dan Satuan

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Besaran dan Satuan Panjang benda yang diukur dengan jangka sorong (ketelitian 0,1 mm) diperlihatkan seperti gambar di bawah ini : 3 cm 4 cm 0 5 10 Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa panjang benda adalah... A 33,00

Lebih terperinci

TEMPERATUR MAKALAH FISIKA DASAR 2

TEMPERATUR MAKALAH FISIKA DASAR 2 TEMPERATUR Dosen : Syafa at Ariful Huda, M.Pd MAKALAH FISIKA DASAR 2 Tugas Matakuliah Fisika Dasar 2 pada Program Strata1 ( S1) KUAT 20148300571 MUHAMMAD HENDRA 20148300572 Jurusan Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

INOVASI ALAT UKUR BESARAN FISIKA BERHURUF BRAILLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK SISWA TUNANETRA MELALUI PRAKTIKUM IPA

INOVASI ALAT UKUR BESARAN FISIKA BERHURUF BRAILLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PSIKOMOTORIK SISWA TUNANETRA MELALUI PRAKTIKUM IPA Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 INOVASI ALAT UKUR BESARAN FISIKA BERHURUF BRAILLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan Fisika Dasar Pengukuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam ilmu fisika, pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat dasar, dan pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh

Lebih terperinci

Kelompok:. Kelas :. Nama anggota:

Kelompok:. Kelas :. Nama anggota: Hukum Pascal Kelompok:. Kelas :. Nama anggota: 1.. 2.. 3.. 4.. 5.. Indikator Alokasi Waktu Tujuan : Menerapkan konsep Hukum Pascal melalui percobaan sederhana : 2 x 45 Menit :Untuk menganalisis hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat ukur mempunyai peran yang sangat besar dalam hampir semua aktivitas kehidupan manusia. Dalam kegiatan pembangunan fasilitas umum, alat ukur selalu dipakai dari

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Lulusan. Memahami prinsip-prinsip pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti dan objektif

Standar Kompetensi Lulusan. Memahami prinsip-prinsip pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti dan objektif Standar Kompetensi Lulusan 1 Standar Kompetensi Lulusan Memahami prinsip-prinsip pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti dan objektif Indikator Membaca hasil

Lebih terperinci

Dokumen penerbit. Konsep Zat berdasarkan. mempengaruhi. Kohesi

Dokumen penerbit. Konsep Zat berdasarkan. mempengaruhi. Kohesi BAB 4 KONSEP ZAT Dokumen penerbit Kompetensi Dasar: Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari hari. Mendeskripsikan konsep massa jenis dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM dan LINGKUNGAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 MATERI I KALIBRASI SEKAT UKUR

Lebih terperinci

MODUL MATA PELAJARAN IPA

MODUL MATA PELAJARAN IPA KERJASAMA DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA DENGAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MODUL MATA PELAJARAN IPA Pengukuran untuk kegiatan PELATIHAN PENINGKATAN MUTU GURU DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

BAB II BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

BAB II BANGUN RUANG SISI LENGKUNG BAB II BANGUN RUANG SISI LENGKUNG Peta Konsep Bangun Ruang sisi Lengkung jenis Tabung Kerucut Bola untuk menentukan Unsur dan jaring-jaring Luas permukaan Volume untuk Merumuskan hubungan volume dengan

Lebih terperinci

itu menunjukan keadaan obyek sebagaimana adanya, tidak dipengaruhi oleh perasaan pengukur atau suasana sekitar tempat mengukur pada saat itu.

itu menunjukan keadaan obyek sebagaimana adanya, tidak dipengaruhi oleh perasaan pengukur atau suasana sekitar tempat mengukur pada saat itu. PENGUKURAN Sifat-sifat fisis suatu benda dapat dipelajari secara kualitatif dan kuantitatif. Untuk mempelajari sifat dan keadaan benda secara kuantitatif diperlukan pengukuran. Perhatikan gambar berikut

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II RESISTIVITAS. Oleh: Dina Puji Lestari PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II RESISTIVITAS. Oleh: Dina Puji Lestari PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II RESISTIVITAS Oleh: Dina Puji Lestari 120210102019 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

WUJUD ZAT LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK. Wujud apakah aku? Kalau aku? Gambar (a) es batu, (b) air mendidih, (c) air Sumber : arifkristanta wordpress.

WUJUD ZAT LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK. Wujud apakah aku? Kalau aku? Gambar (a) es batu, (b) air mendidih, (c) air Sumber : arifkristanta wordpress. LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK WUJUD ZAT Wujud apakah aku? Kalau aku? Gambar (a) es batu, (b) air mendidih, (c) air Sumber : arifkristanta wordpress.com Kalau aku apa?, samakah dengan gambar Kelompok :. 1...

Lebih terperinci

LEMBAR PENILAIAN. 1. Teknik Penilaian dan bentuk instrument Bentuk Instrumen. Portofolio (laporan percobaan) Panduan Penyusunan Portofolio

LEMBAR PENILAIAN. 1. Teknik Penilaian dan bentuk instrument Bentuk Instrumen. Portofolio (laporan percobaan) Panduan Penyusunan Portofolio LEMBAR PENILAIAN 1. Teknik Penilaian dan bentuk instrument Teknik Bentuk Instrumen Pengamatan Sikap Lembar Pengamatan Sikap dan Rubrik Tes Tertulis Pilihan Ganda dan Uraian Tes Unjuk Kerja Uji Petik Kerja

Lebih terperinci

NOTASI ILMIAH DAN ANGKA PENTING

NOTASI ILMIAH DAN ANGKA PENTING NOTASI ILMIAH DAN ANGKA PENTING Apa itu notasi ilmiah? Apa itu angka penting? Dalam fisika, sering dijumapi bilangan yang sangat kecil atau sangat besar. Misalnya jari-jari atom hidrogen 0,000000000053

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 1 MEKANIKA (PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT)

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 1 MEKANIKA (PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT) LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 1 MEKANIKA (PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT) Nama : Nova Nurfauziawati NPM : 240210100003 Tanggal / jam : 7 Oktober 2010 / 13.00-15.00 Asisten : Dicky Maulana JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 2 VOLUME DAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

BAB 2 VOLUME DAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG BAB 2 VOLUME DAN LUAS PERMUKAAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG A. TABUNG Tabung adalah bangun ruang yang dibatasi oleh dua lingkaran yang berhadapan, sejajar, dan kongruen serta titik-titik pada keliling lingkaran

Lebih terperinci

1. Tujuan Menentukan massa jenis zat padat dan zat cair berdasarkan hukum Archimedes.

1. Tujuan Menentukan massa jenis zat padat dan zat cair berdasarkan hukum Archimedes. 4. Archimedes 1. Tujuan Menentukan massa jenis zat padat dan zat cair berdasarkan hukum Archimedes. 2. Alat dan Bahan 1. Jangka sorong [15,42 cm, 0,02 mm ] 1 buah. 2. Neraca pegas [ 5 N ] 1 buah 3. Neraca

Lebih terperinci

ACARA III VISKOSITAS ZAT CAIR

ACARA III VISKOSITAS ZAT CAIR ACARA III VISKOSITAS ZAT CAIR A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum Menentukan koefisien Viskositas (kekentalan) zat cair berdasarkan hukum Stokes 2. WaktuPraktikum Senin, 18 Mei 2015 3. Tempat

Lebih terperinci

siswa mampu menentukan hubungan tekanan, gaya yang bekerja dan luas permukaan. tanah liat, nampan, balok kayu, balok besi, balok alumunium.

siswa mampu menentukan hubungan tekanan, gaya yang bekerja dan luas permukaan. tanah liat, nampan, balok kayu, balok besi, balok alumunium. 6.5 Tekanan Apa kamu pernah mendengar orang terkena penyakit darah tinggi? Hal itu terjadi karena adanya penyempitan pada pembuluh darah. Kejadian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara besar tekanan

Lebih terperinci

BAB I. PENGUKURAN. Kompetensi : Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) Pengalaman Belajar :

BAB I. PENGUKURAN. Kompetensi : Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) Pengalaman Belajar : BAB I. PENGUKURAN Kompetensi : Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu) Pengalaman Belajar : Memahami peta konsep tentang besaran fisika, Mengenal besaran pokok dan satuan standar besaran pokok

Lebih terperinci

MAKALAH FISIKA BAHAN STRUKTUR & GEOMETRI KRISTAL (BCC, FCC, HCP) : KERAPATAN KRISTAL

MAKALAH FISIKA BAHAN STRUKTUR & GEOMETRI KRISTAL (BCC, FCC, HCP) : KERAPATAN KRISTAL MAKALAH FISIKA BAHAN STRUKTUR & GEOMETRI KRISTAL (BCC, FCC, HCP) : KERAPATAN KRISTAL Disusun Oleh: Kelompok 3 1. Zuhrotul Ainy (2411 100 019) 2. Evita Wahyundari (2411 100 031) 3. Dhira Gunawan (2411 100

Lebih terperinci

OPERATOR, PERULANGAN DAN SELEKSI KONDISI

OPERATOR, PERULANGAN DAN SELEKSI KONDISI PRAKTIKUM KE 2 OPERATOR, PERULANGAN DAN SELEKSI KONDISI TUJUAN PRAKTIKUM 1. Praktikan mengerti macam macam operator yang tersedia dalam bahasa C / C++. 2. Praktikan mengerti apa yang dimaksud dengan perulangan.

Lebih terperinci

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA Page 1

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA Page 1 A. Latar Belakang dan Tujuan Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berbasis pada pengamatan terhadap gejala alam. Inti dari pengamatan adalah pengukuran. Dengan demikian, fisika adalah ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

Ada beberapa jenis timbangan yang sering digunakan akan tetapi secara garis besar timbangan yang digunakan dibedakan menjadi 3 yaitu :

Ada beberapa jenis timbangan yang sering digunakan akan tetapi secara garis besar timbangan yang digunakan dibedakan menjadi 3 yaitu : Dasar Teori Alat ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu besaran dalam fisika. Pada umumnya ada tiga besaran yang paling banyak diukur dalam dunia fisika untuk tingkat SMA yaitu panjang, massa

Lebih terperinci

DASAR PERCOBAAN-PERCOBAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

DASAR PERCOBAAN-PERCOBAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA UNIVERSITAS SRIWIJAYA DASAR PERCOBAAN-PERCOBAAN PENYUSUN TIM DOSEN PENDIDIKAN FISIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Lebih terperinci

BAB II KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN. untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil

BAB II KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN. untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil BAB II KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN JANGKA SORONG PADA MATERI PENGUKURAN A. Kesalahan Pengukuran Menurut Soetojo dan Sustini (1993: 1), pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis

Lebih terperinci

BESARAN DAN PENGUKURAN

BESARAN DAN PENGUKURAN A. BESARAN DAN SATUAN adalah sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan bilangan dan satuan. Satuan adalah sesuatu yang menyatakan ukuran suatu besaran yang diikuti bilangan. dalam fisika terbagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Engineer tidak dapat dipisahkan dengan penggunaan alat ukur. Akurasi pembacaan alat ukur tersebut sangat vital di dalam dunia keteknikan karena akibat dari error yang

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab:

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab: TUGAS INDIVIDU 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab: 2. Panjang sebuah pensil ditunjukkan oleh nonius sebuah jangka sorong seperti gambar samping. Panjang pensil

Lebih terperinci

Pilihlah a, b, c atau d pada jawaban yang paling benar dengan cara memberi tanda silang!

Pilihlah a, b, c atau d pada jawaban yang paling benar dengan cara memberi tanda silang! Soal latihan UTS Ganjil IPA kelas VII Semester 1 Pada kumpulansoalulangan.blogspot.com Nama : Tanggal : Pilihlah a, b, c atau d pada jawaban yang paling benar dengan cara memberi tanda silang! 1. Alat

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA TAHUN PELAJARAN SMP Negeri 103 Jakarta

LEMBAR KERJA SISWA TAHUN PELAJARAN SMP Negeri 103 Jakarta LEMBAR KERJA SISWA TAHUN PELAJARAN 2012-2013 SMP Negeri 103 Jakarta Mata Pelajaran : Matematika Pokok Materi : Tabung (BRSL) Kelas/Semester : IX-1 Pertemuan : 1 dan 2 A. Standart Kompetensi : 2. Memahami

Lebih terperinci

MGMP Fisika Kabupaten Klaten Media Belajar Mandiri Siswa 1. Berbagai Macam Alat Ukur dalam Kehidupan Sehari - hari

MGMP Fisika Kabupaten Klaten Media Belajar Mandiri Siswa 1. Berbagai Macam Alat Ukur dalam Kehidupan Sehari - hari Kompetensi Dasar 1.1. Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagat raya terhadap keberan Tuhan yang menciptakannya 1.2. Menyadari Kebesaran Tuhan yang mengatur

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMBELAJARAN FISIKA BAHAN AJAR FISIKA PEMUAIAN PANJANG

TEKNOLOGI PEMBELAJARAN FISIKA BAHAN AJAR FISIKA PEMUAIAN PANJANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN FISIKA BAHAN AJAR FISIKA PEMUAIAN PANJANG Dosen : Lia Angraini, S.Si., M.Pd. Disusun oleh : Wahyu Saputra (321300017) Kelas : B Sore FAKULTAS MIPA & TEKNOLOGI INSTITUT KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

MUATAN ELEMENTER ABSTRAK

MUATAN ELEMENTER ABSTRAK MUATAN ELEMENTER ABSTRAK Muatan elementer (tetes milikan) disebut juga sebagai percobaan oil-drop karena dirancang untuk mengukur muatan listrik. Muatan listrik sebagai muatan elementer dibawa oleh partikel

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X PENGUKURAN K-13. A. BESARAN, SATUAN, DAN DIMENSI a. Besaran

FISIKA. Kelas X PENGUKURAN K-13. A. BESARAN, SATUAN, DAN DIMENSI a. Besaran K-13 Kelas X FISIKA PENGUKURAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami definisi besaran dan jenisnya. 2. Memahami sistem satuan dan dimensi besaran.

Lebih terperinci

5 Archimedes Bergelut dengan Lingkaran

5 Archimedes Bergelut dengan Lingkaran 5 Archimedes Bergelut dengan Lingkaran Beri saya tempat untuk bertumpu, maka saya bisa mengangkat Bumi. Demikian ujar Archimedes dari Syracusa (287 212 SM), salah seorang jebolan sekolah yang diasuh oleh

Lebih terperinci

Besaran dan Pengukuran Rudi Susanto,M.Si

Besaran dan Pengukuran Rudi Susanto,M.Si Besaran dan Pengukuran Rudi Susanto,M.Si Materi Besaran Fisika Pengukuran dan Satuan Satuan Sistem Internasional Penetapan Nilai Satuan SI untuk Besaran Pokok Awalan Satuan Konversi Satuan Pengukuran Pengukuran

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA I TETES MINYAK MILIKAN

LAPORAN PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA I TETES MINYAK MILIKAN LAPORAN PRAKTIKUM EKSPERIMEN FISIKA I TETES MINYAK MILIKAN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Eksperimen Fisika I Dosen Pengampu : Drs. Parlindungan Sinaga, M.Si Oleh : Rahayu Dwi Harnum

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA PERTEMUAN KE 1

LEMBAR KERJA SISWA PERTEMUAN KE 1 PERTEMUAN KE 1 Perhatikan bangun ruang dibawah ini. 1. Apa nama bangun ruang di atas? 2. Berapa banyak sisi pada bangun ruang diatas? 3. Tuliskan semua sisi yang terdapat pada bangun ruang tersebut! 4.

Lebih terperinci

PENGUKURAN. Aksioma dalam Pengukuran

PENGUKURAN. Aksioma dalam Pengukuran PENGUKURN... bila seseorang dapat memberikan ukuran kepada sesuatu yang dibicarakannya serta menyatakan dalam angka-angka, ia memang tahu tentang apa yang dibicarakannya; tetapi bila ia tidak mampu mengungkapkannya

Lebih terperinci

MATERI KULIAH IPA-1 JURUSAN PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FOTO YANG RELEVAN. UNIT 1: Pengukuran

MATERI KULIAH IPA-1 JURUSAN PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FOTO YANG RELEVAN. UNIT 1: Pengukuran MATERI KULIAH IPA-1 JURUSAN PENDIDIKAN IPA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FOTO YANG RELEVAN UNIT 1: Pengukuran I Introduction 5 Latar Belakang Pada K-13 kelas VII, mapel IPA dimulai dengan

Lebih terperinci

KELAS:. KERJAKAN PADA LEMBAR INI UNTUK SEMUA SOAL GUNAKAN ATURAN ANGKA PENTING KECUALI ADA PETUNJUK LAIN

KELAS:. KERJAKAN PADA LEMBAR INI UNTUK SEMUA SOAL GUNAKAN ATURAN ANGKA PENTING KECUALI ADA PETUNJUK LAIN Page 1 of 7 NAMA :.. KELAS:. KERJAKAN PADA LEMBAR INI UNTUK SEMUA SOAL GUNAKAN ATURAN ANGKA PENTING KECUALI ADA PETUNJUK LAIN 1. Pada pengukuran panjang benda diperoleh hasil pengukuran 0,05080 m. Banyaknya

Lebih terperinci

Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Matematika. : 2. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut, dan bola, serta menentukan ukurannya.

Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Matematika. : 2. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut, dan bola, serta menentukan ukurannya. Kisi-kisi Tes Prestasi Belajar Matematika Satuan Pendidikan Kelas/Semester Standar Kompetensi : SMP : VIII/ :. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut, dan bola, serta menentukan ukurannya. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

STRUKTURISASI MATERI. Fluida statis ALFIAH INDRIASTUTI

STRUKTURISASI MATERI. Fluida statis ALFIAH INDRIASTUTI STRUKTURISASI MATERI Fluida statis ALFIAH INDRIASTUTI STRUKTURISASI MATERI Fluida Statis Tekanan hidrostatik Zat Cair Gas Fluida Fluida statis Hukum Pascal Hukum Archimedes Tegangan Permukaan A. Tekanan

Lebih terperinci

RBL Hidrostatik. I. Tujuan Mempelajari gejala hidrostatik dalam hal ini sifat fluida yang meyebarkan tekanan ke segala arah.

RBL Hidrostatik. I. Tujuan Mempelajari gejala hidrostatik dalam hal ini sifat fluida yang meyebarkan tekanan ke segala arah. I. Tujuan Mempelajari gejala hidrostatik dalam hal ini sifat fluida yang meyebarkan tekanan ke segala arah. II. Alat dan Bahan 1. Satu set tabung pengukur tekanan hidrostatik 2. Air 3. Alat ukur (mistar,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KONVEKSI PADA ZAT CAIR

LAPORAN PRAKTIKUM KONVEKSI PADA ZAT CAIR LAPORAN PRAKTIKUM KONVEKSI PADA ZAT CAIR I. TUJUAN PERCOBAAN Menyelidiki peristiwa konveksi di dalam zat cair. II. ALAT DAN BAHAN Pembakar Spritus Statif 4 buah Korek api Tabung konveksi Serbuk teh Air

Lebih terperinci

METODE NUMERIK. MODUL 1 Galat dalam Komputasi Numerik 1. Zuhair Jurusan Teknik Informatika Universitas Mercu Buana Jakarta 2008 年 09 月 21 日 ( 日 )

METODE NUMERIK. MODUL 1 Galat dalam Komputasi Numerik 1. Zuhair Jurusan Teknik Informatika Universitas Mercu Buana Jakarta 2008 年 09 月 21 日 ( 日 ) METODE NUMERIK MODUL Galat dalam Komputasi Numerik Zuhair Jurusan Teknik Informatika Universitas Mercu Buana Jakarta 008 年 09 月 日 ( 日 ) Galat dalam Komputasi Numerik Dalam praktek sehari-hari, misalkan

Lebih terperinci

TEORI KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN

TEORI KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN I. PENDAHULUAN TEORI KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN Di dalam percobaan Fisika hasil-hasil yang diperoleh biasanya tidak dapat diterima begitu saja sebab hasil percobaan tersebut harus dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ilmu fisika merupakan ilmu yang mempelajari berbagai macam fenomena alam dan berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu peran ilmu fisika

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : F i s i k a Kelas / Semester : I /1 (Ganjil) Pertemuan Ke : 1 ; 2 Alokasi Waktu : 4 x 45 menit Standar Kompetensi : Mengukur Besaran Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan Vektor

Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan Vektor Standar Kompetensi Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar A. Mengukur Besaran Fisika B. Melakukan Penjumlahan ektor BESARAN dan SATUAN Pengukuran besaran-besaran Fisis Fisika

Lebih terperinci

PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

PRAKTIKUM FISIKA DASAR I PRAKTIKUM FISIKA DASAR I MOMEN INERSIA Kelompok 4B Anggota : A. Ronny Yanssen 10.0400 Dede Nurhuda 13.0655 Hamim Haerullah 13.1230 UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA 2014 ABSTRAK Momen inerssia dapat

Lebih terperinci

WUJUD ZAT. Perubahan wujud zat dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut: Zat padat. Keterangan:

WUJUD ZAT. Perubahan wujud zat dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut: Zat padat. Keterangan: WUJUD ZAT A. Tiga Wujud Zat Di sekitar kita terdapat berbagai benda seperti air, besi, kayu. Alkohol, udara yang kita hirup, atau gas helium yang digunakan untuk mengisi gas helium. Benda-benda tersebut

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL MATEMATIKA TAHUN 2010 TEKNOLOGI

UJIAN NASIONAL MATEMATIKA TAHUN 2010 TEKNOLOGI 1. Nilai x yang memenuhi persamaan : a. 17 b. 1 d. 1 e.. Nilai 2 log 2 log 6 + 2. 2 log 2 adalah a. 3 b. 5 d. 6 e. 2 ( 2x + 3 ) = 5 ( x + 2 ) x + 6 = 5x + x 5x = 6 -x = x = - 2. Diketahui p = 6 3 27 dan

Lebih terperinci

BAB I BESARAN DAN SATUAN

BAB I BESARAN DAN SATUAN BAB I BESARAN DAN SATUAN Kompetensi Inti Memahami pengetahuan faktual, konseptual dan procedural dengan cara mengamati, mengaitkan, mempertanyakan, menalar induktif, dan mencoba berdasarkan rasa ingin

Lebih terperinci

Tujuan: Menjelaskan kerangka umum metode ilmiah dalam perkembangan ilmu

Tujuan: Menjelaskan kerangka umum metode ilmiah dalam perkembangan ilmu 1 I PENDAHULUAN 1.1 Metode Ilmiah Tujuan: Menjelaskan kerangka umum metode ilmiah dalam perkembangan ilmu Kimia merupakan salah satu pengetahuan penting sejak jaman kuno, misalnya ilmu kimia telah mendasari

Lebih terperinci

PENGUKURAN (KALIBRASI) VOLUME DAN MASSA JENIS ALUMUNIUM

PENGUKURAN (KALIBRASI) VOLUME DAN MASSA JENIS ALUMUNIUM Spektra: Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol. 13 Edisi 1 Mei 01 PENGUKURAN (KALIBRASI) VOLUME DAN MASSA JENIS ALUMUNIUM L. Antika, E. Julianty, Miroah, A. Nurul, F. Hapsari Prodi Pendidikan Fisika Pasca

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR. Mahasiswa mampu memahami konsep besaran dan satuan dan melakukan

KOMPETENSI DASAR. Mahasiswa mampu memahami konsep besaran dan satuan dan melakukan KOMPETENSI DASAR Mahasiswa mampu memahami konsep besaran dan satuan dan melakukan pengukuran tentang besaran fisis PETA KONSEP HUKUM-HUKUM FISIKA Dinyatakan oleh BESARAN- BESARAN FISIKA Terdiri dari Disertai

Lebih terperinci

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. A. Tujuan Menentukan massa jenis zat padat dan zat cair berdasarkan hukum

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. A. Tujuan Menentukan massa jenis zat padat dan zat cair berdasarkan hukum A. Tujuan Menentukan massa jenis zat padat dan zat cair berdasarkan hukum Archimedes. B. Alat dan Bahan 3. Archimedes 1. Jangka sorong [15,42 cm, 0,02 mm ] 1 buah. 2. Neraca pegas [ 5 N ] 1 buah 3. Neraca

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika Suhu dan Pemuaian - Soal Doc. Name: RK13AR11FIS0501 Version: 2016-11 halaman 1 01. Dua ratus Kelvin ekivalen dengan suhu sebesar (A) -73 C (B) 73 C (C) -32 C (D) 373

Lebih terperinci

Konsep Zat. Zat adalah sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa.

Konsep Zat. Zat adalah sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa. Konsep Zat Konsep Zat A Wujud Zat Zat adalah sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa. Apakah benda-benda memerlukan tempat? Misal tersedia air yang berada di dalam gelas. Tuanglah air tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Jenis penelitian ini menggunakan Pre-Experimental Design dengan bentuk One-Shoot Case Study (Studi Kasus Satu Tembakan) dimana dalam design penelitian

Lebih terperinci

Melalui kegiatan diskusi dan praktikum, peserta didik diharapkan dapat: 1. Merencanakan eksperimen tentang gaya apung

Melalui kegiatan diskusi dan praktikum, peserta didik diharapkan dapat: 1. Merencanakan eksperimen tentang gaya apung RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP) Nomor : 6 Kelas/Semester : X/2 Materi Pembelajaran : Fluida Statis Alokasi Waktu : 9 45 menit Jumlah Pertemuan : 3 kali A. Kompetensi Dasar 3.7. Menerapkan hukum-hukum

Lebih terperinci

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI A. Tujuan Menentukan massa jenis zat padat dan zat cair berdasarkan hukum Archimedes. B. Alat dan Bahan 3. Translasi dan rotasi 1. Jangka sorong [15,42 cm, 0,02 mm ] 1 buah. 2. Neraca pegas [ 5 N ] 1 buah

Lebih terperinci

Kata kunci : bayangan, jarak fokus, lensa tipis

Kata kunci : bayangan, jarak fokus, lensa tipis JARAK FOKUS LENSA TIPIS Herayanti, Muh. Shadiq. K, Rezky Amaliah Laboratorium Fisika Dasar Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Makassar Pendidikan Fisika 204 Abstrak Telah dilakukan percobaan tentang

Lebih terperinci

BAB FLUIDA A. 150 N.

BAB FLUIDA A. 150 N. 1 BAB FLUIDA I. SOAL PILIHAN GANDA Jika tidak diketahui dalam soal, gunakan g = 10 m/s 2, tekanan atmosfer p 0 = 1,0 x 105 Pa, dan massa jenis air = 1.000 kg/m 3. dinyatakan dalam meter). Jika tekanan

Lebih terperinci

Paket 2 PENGUKURAN. Pendahuluan

Paket 2 PENGUKURAN. Pendahuluan Paket 2 PENGUKURAN Pendahuluan Fokus pada paket ini adalah pengukuran. Pembahasan tentang pengukuran ini merupakan bahasan kelanjutan dari paket sebelumnya yaitu besaran dan satuan. Paket ini akan menguraikan

Lebih terperinci