BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. Metode adalah merupakan cara mengerjakan sesuatu. pelajaran yang disajikan, mudah diterima dan dipahami.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. Metode adalah merupakan cara mengerjakan sesuatu. pelajaran yang disajikan, mudah diterima dan dipahami."

Transkripsi

1 BAB I I TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Kegunaan Metode Menqajar Metode adalah merupakan cara mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam dunia pendidikan, metode adalah teknik penyampaian bahan pelajaran yang disajikan, mudah diterima dan dipahami. Untuk tegasnya penulis mengutip pendapat ahli yang mengatakan bahwa: Metode mengajar adalah cara yang sistematis yang digunakan untuk mencapai tujuan disegala lapangan manusia dan senantiasa berusaha mencapai efisiensi kerja dengan menetapkan metode terbaik untuk mencapai efisiensi dengan menetapkan metode terbaik untuk mencapai sesuatu tujuan. (Alipandie, 1984: 71) Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa metode mengajar adalah salah satu cara yang sistematis dengan memperhatikan situasi, fasilitas yang ada dan kemampuan guru i t u sendiri mengarahkan dan membimbing siswa untuk mencapai proses belajar mengajar yang diinginkan. Kegunaan metode mengajar dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: a. Untuk mempermudah dalam mencapai tujuan pendidikan yang mencakup tujuan umum, tujuan i n s t i - 12

2 13 tusional, tujuan kokurikuler dan tujuan instruksional. b. Untuk mempermudah dalam membangkitkan minat dan perhatian anak didik dalam menerima pelajaran. c. Untuk mempermudah cara mendidik (guru) dalam menyampaikan materi pelajaran. B. Jenis-jenis Metode Mengajar Metode mengajar merupakan bagian dari komponenkomponen mengajar yang pada hakekatnya merupakan proses pengajaran dan pengorganisasian di lingkungan siswa. Berkaitan dengan metode i n i penulis mengutip pendapat ahli yang telah mengelompokkan metode mengajar sebagai berikut: ' ' _ 1. Metode ceramah j : p n v;:?: 2. Metode tanya jawab 3. Metode diskusi 4 Metode karyawisata 5. Metode resitasi 6. Metode demonstrasi 7. Metode eksperimen 8. Metode sosiodrama dan bermain peran 9. Metode bekerja dalam kelompok Untuk jelasnya penulis akan menguraikan satu persatu metode dimaksud sebagai berikut:

3 14 1. Metode ceramah Dalam metode i n i, aktivitas ditekankan pada guru, sedangkan anak didik bersikap pasif, mendengarkan, mencatat dan mengambil kesimpulan dari apa yang diceramahkan. Metode ceramah i n i dipergunakan dalam penyampaian bahan pelajaran kepada siswa yang jumlahnya besar, bahan pelajaran yang terlalu banyak serta waktu yang tersedia cukup terbatas. Kondisi seperti i n i menuntut seorang guru untuk berceramah sebaik mungkin, bersemangat dan berwibawa. Terkait dengan metode cermaha i n i penulis mengutip pendapat ahli yang mengatakan bahwa: Pelaksanaan ceramah yang wajar terletak pada pemberian fakta atau informasi dalam waktu yang singkat terhadap jumlah pendengar yang r e l a t i f besar dan apabila metode lainnya tidak mungkin ditempuh karena tidak tersedianya bahan bacaan atau untuk menyimpulkan dan memperkenalkan sesuatu yang baru. (Alipandie, 1984: 83) Berdasarkan pendapat di atas penulis berkesimpulan bahwa metode ceramah sangat terletak kepada sumber informasi dan fakta informasi yang akan disampaikan oleh seseorang kepada s i pendengar dalam suatu tempat tertentu. Biasanya metode ceramah i n i dipergunakan dalam pengajaran klasikal, dengan jumlah siswa yang cukup banyak dan kemampuan siswa yang berbda-beda.

4 15 2. Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan jalan mengajukan pertanyaan dan siswa menjawab atau sebaliknya siswa bertanya dan guru memberikan penjelasan dari pertanyaan tersebut. Metode i n i akan menjadikan situasi kelas menjadi hidup, apabila siswa dapat memberanikan d i r i untuk menyampaikan buah pikirannya dan guru dapat menilai sejauh mana materi pelajaran yang disampaikan dimengerti dan dipahami oleh peserta didik. Adapun tujuan yang diharapkan dengan menggunakan metode i n i antara lain adalah: 1. Untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran telah dikuasi oleh siswa. 2. Untuk merangsang siswa berpikir. 3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan masalah yang belum dipahami. 3. Metode diskusi Metode diskusi adalah cara mengajar dengan jalan mendiskusikan suatu topik dari mata pelajaran, dan siswa terlibat untuk berpikir dan mengeluarkan pendapat dalam memecahkan masalah yang muncul dalam topik tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan dengan menggunakan metode diskusi adalah:

5 16 1. Untuk mengatasi kekurangan alat. 2. Lebih memperhatikan siswa dalam bentuk perbedaan individual dalam bidang kemampuan siswa/minat. 3. Untuk memberi kesempatan partisipasi anak. 4. Memberi pengalaman untuk mengorganisir maupun mengolah pengetahuan yang telah d i m i l i k i anak untuk pemecahan suatu masalah secara kelompok. Metode i n i akan lebih baik dan efektif, jika: a. Guru memberi tugas pada masing-masing kelompok yang dilakukan tanpa perlu bantuan yang terus menerus dari guru, maksudnya siswa yang diberikan tugas yaitu tugas kelompok dari seorang pendidik atau guru tidak perlu mendapat bantuan sepenuhnya dari guru tersebut dalam melaksanakan tugas kelompok yang telah ditugaskannya. Dalam hal i n i, jika guru menuntun ataupun terlalu banyak membantu kegiatan belajar siswa akan bersifat pasif, sedangkan guru bersifat aktif. b. Guru mengamati kegiatan masing-masing kelompok. Apabila guru telah menugaskan siswa untuk belajar atau bekerja kelompok, maka tugas guru selanjutnya ialah: mengamati masing-masing kelom-pok, maksudnya dengan adanya pengamatan dari guru terhadap tugas masing-masing kelompok, siswa dapat mengetahui apakah tugas kelompok yang telah

6 17 dilaksanakan sudah benar atau masih terdapat kekeliruan atau kesalahan-kesalahan. c. Masing-masing siswa mengetahui dengan jelas apa tugasnya dalam kelompok, serta waktu yang tersedia. Maksudnya dengan adanya pembagian tugas terhadap masing-masing siswa dalam tugas kelompok, siswa tersebut dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan kepadanya, sehingga ia tidak melaksanakan tugas orang lain melainkan melaksanakan tugasnya sendiri, sehingga masingmasing siswa dapat melaksanakan tugas belajar secara aktif dan saling bekerja sama. Meskipun metode diskusi dianggap cukup baik dalam proses pembelajaran siswa, bukan berarti metode i t u tidak mempunyai hambatan. Persoalan yang harus diselesaikan dalam proses belajar mengajar adalah hambatan yang timbul. Program pendidikan dan pengajaran yang telah disusun dengan sebaik mungkin, namun kenyataannya dalam pelaksanaan penerapannya di lapangan sering mengalami hambatan. Hambatan dan kesulitan i t u biasanya dialami oleh pendidik dan yang dididik, terutama dalam penerapan pengajaran dalam metode diskusi.

7 Bila diperhatikan yang menjadi problem yang dialami guru dalam pelaksanaan metode diskusi pada dasarnya berpangkal pada dua faktor: 1. Faktor internal ' Faktor i n i cukup menarik untuk d i l i h a t dalam proses belajar mengajar, dimana seorang pendidik memberikan tugas kepada masing-masing kelompok jarang sekali diperiksa dan dikumpul hasil kerja kelompok yang dilaksanakan, sehingga siswa beranggapan dengan tidak diperiksa atau dikumpulkannya hasil kegiatan tersebut berarti tidak d i n i l a i dan siswa merasa acuh dan tidak serius dalam kegiatan kerja kelompok yang telah ditugaskan pada kelompoknya. Hal i n i dapat d i l i h a t dalam angket yang penulis berikan kepada siswa. Berikut i n i perlu juga penulis paparkan bahwa fungsi dari pada metode diskusi tidak memotivasi siswa untuk lebih menggalakkan semangat kerjasama dan gotong royong, dan mengembangkan s i f a t - s i f a t sosial anak (menggalakkan semangat belajar anak) melainkan hanya sekedar memenuhi prosedur kurikulum. Hal i n i dapat dilihat dari pernyataan siswa; Bahwasanya laporan dari tugas kelompok yang dilak-sanakan oleh siswa tidak dibacakan lagi dimuka kelas, maka tentu saja segala sesuatunya

8 tentang laporan yang disampaikan tidak diketahui apakah hasil kerja kelompoknya, terdapat kesalahan atau perbaikan-perbaikan, dengan artian setiap anak tidak mengetahui hasil tentang apa yang telah dilakukannya dalam kegiatan proses belajar diskusi yang telah dilaksanakan. Disamping hal tersebut di atas, hambatan-hambatan yang juga dialami oleh pendidik dalam pelaksanaan metode diskusi, karena jarang sekali guru dapat melakukan pengawasan yang lebih dise-babkan kelompok-kelompok yang ada tempatnya tidak satu melainkan terpisah-pisah. Dan dengan dilaksanakan metode diskusi ada kecenderungan terjadi persaingan yang tidak sehat diantara sesama siswa-siswi (anak didik), sehingga kalau hal i n i terus berlanjut bisa berakibat kepada hal yang tidak baik terhadap kerukunan baik anak didik di dalam kelas, dan ada juga bisa berlanjut ketengah-tengah masyarakat umum. Untuk melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para siswa adalah kurangnya waktu dan jam yang dibutuhkan untuk mengontrol kelompokkelompok yang ada.. Faktor Lingkungan

9 20 Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh tokoh pendidik John Locke dalam teorinya mengatakan, "corak atau pengalaman seseorang dalam masyarakat dapat merubah kesadaran anak". Dalam pendidikan anak sering terpengaruh oleh lingkungan diluar dengan berbagai macam kemajuan teknologi modern anak selalu ingin tahu dengan hal i t u. Kemajuan teknologi bagi pendidik bisa membuat anak malas dalam belajar, misalnya video game, vcd, maupun alat-alat yang sifatnya menjurus kepada yang tidak baik. Pengaruh yang demikian akan menimbulkan suatu masalah yang sifatnya tidak mendukung proses belajar mengajar. Dalam hal i n i, penulis memberikan suatu alternatif untuk membuat anak didik siap dan dapat menyelesaikan masalahnya, yaitu dengan mengupayakan menerapkan metode diskusi dengan catatan sekaligus menutupi segala kelemahan-kelemahan yang diakibatkan mempergunakan metode diskusi. Metode diskusi tidaklah merupakan satu-satunya metode yang sempurna dengan artian tidak mempunyai kelemahan-kelemahan. Pada dasarnya setiap metode yang akan diterapkan tentu saja disamping kebaikan-kebaikan yang d i m i l i k i dengan diberlakukannya metode tersebut

10 21 tidak tertutup kemungkinan bahwa kelemahan i t u juga terdapat di dalamnya. Adapun kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahan yang ada dengan dipakainya metode diskusi dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: Kebaikan: 1. Melatih anak bekerja sama 2. Mengembangkan s i f a t - s i f a t sosial anak 3. Mendorong anak yang pemalu dan pendiam 4. Dapat diberikan koreksi yang langsung pada pelajaran yang sejenis. Dari keempat kebaikan metode diskusi tersebut dapat penulis perincikan lagi yaitu dengan metode diskusi sudah kelihatan di kalangan siswa adanya suatu kerja sama diantara sesama mereka dalam hal-hal yang menyangkut masalah pelajaran dan hal-hal yang menyangkut dengan masalah sosial. Dan kemudian dikalangan anak-anak yang tadinya pemalu dan pendiam kurang percaya d i r i, k e l i - hatannya mulai berangsur mengeluarkan pendapatnya dalam belajar diskusi, walaupun kelihatannya masih agak kaku.

11 Berikut i n i penulis juga akan memaparkan kelemahankelemahan yang dialami dengan memakai metode diskusi di 22 antaranya ialah: 1. Tugas guru menjadi lebih banyak, apabila kelompok tersebut dipisah-pisahkan. 2. Bisa terjadi persaingan yang tidak sehat diantara anak didik. Disamping hal-hal tersebut di atas yang menjadi kelemahan-kelemahan dari metode diskusi, adalah murid yang lemah cenderung s u l i t untuk bangkit. Dan volume kerja guru menjadi lebih sibuk. Untuk mencapai suatu t i t i k maksimal dari keberhasilan seseorang dalam suatu pekerjaan, maka ia tidak bisa terlepas dari sistem/cara/tekhnik yang dipergunakannya dalam upaya menopang daripada keberhasilan dari apa yang diusahakannya. Karena dengan memakai sistem diskusi seseorang akan lebih efisien dan efektif dalam membahas suatu masalah. Dalam penerapan metode diskusi, guru bertindak sebagai penanggung jawab yang perlu diperhatikan berbagai faktor, antara lain: 1. Kondisi anak dalam tingkat kecerdasan. 2. Materi pelajaran yang hendak disajikan harus sesuai dengan kesiapan mental si anak. 3. Situasi atau sekitar didalam, aman sedang melaksanakan kegiatan belajar.

12 23 4. Alat yang tersedia. 5. Kemampuan guru-guru. 6. Tugas dan cita-cita yang hendak dicapai. (Arifin, 1977 : 168). Selain kelemahan ada juga hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan metode diskusi. Hambatan-hambatan tersebut antara lain: 1. Metode diskusi terlalu banyak memakan waktu. 2. apabila waktu belajar kelompok dilaksanakan, masalah yang akan dibahas belum selesai, sedangkan waktu sudah habis, maka untuk memulai lagi pelak-sanaan diskusi pada waktu yan lain sebagai sam-bungan dari belajar yang dahulu. Hal i n i selalu tidak bisa dilaksanakan sesuai dengan waktu yang ditentukan sebelumnya, karena jarak rumah siswa yang lainnya sangat jauh sekali. 3. Siswa banyak membuang waktu sewaktu diperjalanan. 4. Banyak biaya yang harus dikeluarkan oleh siswa dalam keperluan memfoto copi, dan Iain-lain. 5. Volume kerja guru semakin bertambah padat/penuh. Hambatan-hambatan tersebut tidak dibiarkan begitu saja oleh guru, melainkan diupayakan pula untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut walaupun hambatan i t u tidak

13 24 mutlak secara keseluruhan dapat diatasi secara sempurna, minimal hambatan i t u dapat diperkecil menjadi lebih sedikit. Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan dalam upaya mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah: 1. Untuk mengatasi agar metode diskusi tidak banyak memakan waktu, guru lebih dahulu menjelaskan dengan setiap materi/topik masalah yang akan dibahas oleh setiap kelompok. 2. Apabila waktu yang tersedia kurang untuk membahas topik yang diajukan, boleh juga dilanjutkan setelah selesai jam belajar di sekolah. Misalnya dengan memberitahukan kepada orang tua siswa bahwa ada belajar tambahan pada waktu yang telah ditetapkan. 3. Siswa dibolehkan juga untuk membentuk kelompok diskusi di luar jam pelajaran, misalnya dengan melakukan lanjutan diskusi di rumah masing-masing siswa secara bergantian. Yang penting ketua kelompok membuat laporan hasil diskusi kepada gurunya keesokan hanrinya.

14 25 4. Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam hal biaya memfoto copi bahan-bahan diskusi yaitu dengan membuat tabungan yang dikelola oleh ketua kelompok masing-masing ketua kelompok. 5. Mengatasi volume kerja guru yang terlalu padat, guru dapat memberikan tanggung jawab sepenuhnya tentang pelaksanaan belajar kelompok/diskusi kepada tiap-tiap ketua kelompok yaitu dengan mencatat secara cermat segala sesuatu yang terjadi selama berlangsungnya diskusi. Metode diskusi tidak hanya dapat dilakukan di lingkungan sekolah saja, tetapi di luar sekolah metode i n i juiga dapat dilaksanakan. Yang penting perhatian guru terhadap siswa yang melakukan diskusi harus maksimal. Semua hasil diskusi kembali dipersentasekan di hadapan seluruh siswa yang ada di kelas i t u. 4. Metode pemberian tugas belajar (resitasi) Metode i n i dilakukan dengan pemberian tugas diluar jam pelajaran yang dapat dikerjakan di sekolah, di perpustakaan atau di tempat lain. Ahmadi menyimpulkan bahwa: 1. Baik sekali untuk mengisi waktu yang terluang dan konstruktif.

15 2. Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala /'>. tugas pekerjaan, sebab dalam metode i n i anak-anak harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang telah dikerjakan. 3. Membiasakan untuk giat belajar. 4. Memberikan tugas anak-anak yang bersifat praktis umpamanya membuat laporan tentang peribadatan di daerah masing-masing, kehidupan sosial dan sebagainya. (Ahmadi, 1985: 119) i 26 Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa metode pemberian tugas i n i akan menjadikan siawa lebih kreatif dalam memecahkan asalah-masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Oleh karena i t u dapat dikatakan bahwa tugas yang diberikan para pendidik (guru) sangat berpengaruh pada prestasi siswa, baik pada saat berlangsungnya pengerjaan tugas oleh siswa, maupun pada masa yang akan datang. Di samping i t u dengan metode i n i diharapkan siswa akan lebih mandiri dan bertanggung jawab dalam membagi waktu belajar, sehingga siswa lebih t e r l a t i h dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh guru. 5. Metode demonstrasi Metode demonstrasi adalah cara mengajar dengan memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu terhadap para pendengar. Guru yang akan menerapkan metode i n i harus menguasai teori dan praktek tentang materi yang akan diajarkan. Ketrampilan guru untuk berdemonstrasi

16 27 sangat diperlukan. Dalam kaitan i n i alat peraga menjadi sangat penting. Bagaimana mungkin seorang guru dapat melakukan metode demonstrasi kalau alat peraga tidak tersedia. Berdasarkan pengamatan ternyata guru-guru yang mengajarkan ilmu-ilmu sosial sangat jarang menggunakan metode i n i. Salah satu faktor penyebabnya adalah karena kurangnya alat peraga dan juga keterbatasan kemampuan guru untuk melakukan demonstrasi. Hanya guru-guru yang mengajarkan ilmu-ilmu eksakta lah yang sering menggunakan metode i n i, karena biasanya pembelajaran dilakukan di laboratorium. 6. Metode bekerja dalam kelompok Dalam penggunaan metode i n i sangat perlu diperhatikan tentang masalah waktu, apakah waktunya cukup tersedia atau tidak. Kepintaran anak, perlu keseimbangan pada setiap kelompok yang ada dan masalah minat juga perlu diperhatikan dalam membentuk kelompok sesuai dengan tugas yang diberikan. 7. Metode sosiodrama dan bermain peran Metode i n i adalah merupakan cara mengajar yang dilakukan dengan jalan meniru tingkah laku yang diperbuat oleh seseorang. Sebenarnya metode i n i sangat baik digunakan ketika mengajarkan materi pelajaran yang

17 28 berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial. Metode i n i digunakan untuk melatih siswa agar mampu menyelesaikan masalahmasalah yang terjadi, seperti melatih dalam tata aturan pergaulan dan memberikan kemungkinan pemahaman terhadap orang lain beserta masalah-masalahnya. 8. Metode karyawisata Metode karyawisata adalah metode yang dilakukan dengan mengadakan kunjungan keluar kelas. Adakalanya kunjungan tersebut jauh dari lingkungan sekolah seperti misalnya ketempat-tempat wisata. Tempat-tempat yang dikunjungi haruslah berkaitan dengan pokok bahasan yang diajarkan oleh guru. Metode karyawisata i n i sangat jarang dilakukan oleh guru, karena banyak mengeluarkan biaya dan waktu. Biasanya penerapan metode i n i dilakukan pada saatsaat menjelang liburan sekolah, seperti setelah selesainya ujian akhir semester. Sebenarnya metode i n i sangat baik digunakan karena siswa langsung melihat objek yang dipelajari. C. Pengertian Belajar dan Kemampuan Belajar 1. Pengertian belajar Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan pokok. I n i berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak

18 29 didik. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan oleh belajar. Karena i t u seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam d i r i orang i t u terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Tanpa usaha walapun terjadi perubahan tingkah laku bukanlah belajar. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku i t u merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku i t u sendiri merupakan hasil belajar (Hudoyo,1988:1). Menurut para ahli, belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (Ahmadi dan Widodo, 1990: 119). Menurut Howard L. Kingsley, dalam Ahmadi dan Widodo, (1990:120) "belajar adalah dimana tingkah laku (dalam a r t i luas) ditimbulkan atau dirubah melalui praktek dan latihan". Hal yang sama juga dikemukakan oleh Oemar Hamalik (dalam Ahmadi dan Widodo,1990:119) sebagai berikut: "Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam d i r i seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan." Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha untuk memperoleh suatu perubahan dan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu i t u sendiri dalam interaksi dengan

19 lingkungan dengan menggunakan berbagai bentuk kegiatan, perbuatan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian jelaslah, kegiatan belajar melibatkan seluruh segi-segi kehidupan, baik secara f i s i k maupun psikis agar dapat memperoleh banyak pengalaman dalam pelaksanaan proses belajar, banyak hal yang mempengaruhi baik yang berasal dari d i r i siswa maupun dari luar d i r i siswa. 2. Kemampuan belajar Kemampuan belajar merupakan keberhasilan proses belajar. Seseorang memiliki kemampuan belajar yang tinggi akan lebih cepat berhasil dalam belajar. Selanjutnya apabila seseorang siswa belajar dengan terlebih dahulu memiliki bekal kemampuan yang diprasyaratkan untuk mempelajari sesuatu maka dia cenderung akan lebih berhasil dalam belajar. Menurut Edward Purba (1998:2): Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses mental yang terjadi dalam benak seseorang yang melibatkan kegiatan (proses) b e r f i k i r, dan erjadi melalui pengalaman-pengalaman belajar yang di dapat oleh orang yang belajar sehingga terjadi perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan belajar seperti yang dijelaskan, dicirikan dengan adanya aktivitas dari orang yang sedang belajar, sehingga menghasilkan perubahan pada yang belajar terjadi pada 30

20 31 dasarnya berupa didapatnya kemampuan baru. C i r i tersebut menunjukkan bahwa melalui belajar akan menghasilkan adanya perubahan dari orang yang belajar. Menurut W.J.S. Poerwadarminta (1989:618) dalam Kamus Bahasa Indonesia: Pendidikan dapat diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa: Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam pendidikan yang t e r p i l i h dan terkontrol khususnya yang datang dari sekolah sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan individu yang optimum sehingga dalam perubahan tingkat kemampuan menjadi meningkat dalam pendidikan.

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53).

TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Pemberian Tugas Secara etimologi pengertian metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan (Djamarah dan Zain, 1996:53). metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup tidak lepas dari pendidikan. Untuk menghadapi tantangan IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara global. Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika

Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika Statistika, Vol. 7 No., 5 3 Nopember 007 Konsep Dasar Pengajaran Remedial untuk Meningkatkan Motivasi dan Minat Belajar Peserta Didik dalam Mempelajari Statistika Yunia Mulyani Azis Tenaga Pengajar di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Metode Pemberian Tugas Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan yang sangat penting. Metode dalam kegiatan pengajaran sangat bervariasi, pemilihannya

Lebih terperinci

Interaksi Edukatif. Kelompok 8 Labiba Zahra K Novita Ening B K Rini Kurniasih K

Interaksi Edukatif. Kelompok 8 Labiba Zahra K Novita Ening B K Rini Kurniasih K Interaksi Edukatif Kelompok 8 Labiba Zahra K1310049 Novita Ening B K1310060 Rini Kurniasih K1310069 Pend. Matematika (sbi) 2010 Pengertian Interaksi Edukatif Interaksi edukatif adalah suatu rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keaktifan dalam pembelajaran matematika itu penting. Karena merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan siswa. Belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan dan membina potensi sumber daya manusia melalui berbagai kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan pada

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT Yusnidar Polem SMP Negeri 5 Gunungsitoli, kota Gunungsitoli Abstract: This research was conducted in SMP Negeri 5 Gunungsitoli.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2001:82).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses interaksi bertujuan, interaksi ini terjadi antara guru dan siswa, yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi mandiri.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

Lulus Yuliastuti 23. Kata Kunci: Hasil Belajar, pembelajaran PKn, Inkuiri. Guru Kelas IV SDN Sidomekar 08 Semboro, Jember

Lulus Yuliastuti 23. Kata Kunci: Hasil Belajar, pembelajaran PKn, Inkuiri. Guru Kelas IV SDN Sidomekar 08 Semboro, Jember MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER PADA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN METODE BERBASIS INKUIRI Lulus Yuliastuti 23 Abstrak. Pembelajaran PKn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. pembelajaran kooperatif, dan prestasi belajar.

BAB II. Kajian Pustaka. pembelajaran kooperatif, dan prestasi belajar. 7 BAB II Kajian Pustaka A. Analisis Teoritik Dalam analisis teoritik akan diuraikan berbagai tinjauan yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu Sekolah Menengah Kejuruan, metode belajar mengajar, pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadipribadi manusia yang berkualitas. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I. melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang

BAB I. melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, karena melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang memiliki kompetensi yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester genap tahun pelajaran 2009-2010,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Harsono M. Timumun, Muchlis L. Djirimu, Lestari M.P. Alibasyah Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa. Potensi siswa dikembangkan sesuai dengan bakat dan kemampuan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan tidak hanya dipengaruhi oleh siswa namun guru juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tugas dan peran guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangatlah kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Pengertian Belajar Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling ketergantungan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE RAMLI SITORUS Dosen Jurusan PPSD Prodi PGSD Email: ramlisitorus105@ymail.com

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBANTUAN MEDIA KARTU PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PEMBELAJARAN BERBANTUAN MEDIA KARTU PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR PEMBELAJARAN BERBANTUAN MEDIA KARTU PECAHAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Rissa Prima Kurniawati IKIP PGRI MADIUN rissaprimakurniawati14@gmail.com ABSTRAK Guru dalam mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berjiwa pemikir, kreatif dan mau bekerja keras, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berjiwa pemikir, kreatif dan mau bekerja keras, memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan bertujuan untuk membangun manusia seutuhnya. Ini berarti bahwa pembangunan mempunyai jangkauan yang luas dan jauh. Berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan oleh penulis di kelas XII-A SMK 45 Lembang, baik wawancara dengan guru maupun siswa, diketahui bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif. 6 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan salah satu tahap yang sangat menentukan terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VIII E SMP N 2 Susukan semester I tahun ajaran 2012 / 2013 pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Diskripsi Kondisi Awal Berdasarkan pada hasil pengamatan yang diperoleh pada pembelajaran matematika pada siswa kelas IV, ditemukan bahwa pembelajaran matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. disebut dengan hasil belajar belajar. Hal ini tentunya tidak terlepas dari

BAB II KAJIAN TEORI. disebut dengan hasil belajar belajar. Hal ini tentunya tidak terlepas dari 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Pada dasarnya pelaksanaan belajar-mengajar ada istilah yang disebut dengan hasil belajar belajar. Hal ini tentunya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas dalam hal ini berarti siswa aktif dalam mengerjakan soal-soal atau tugas-tugas yang diberikan dengan rasa senang dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian tindakan merupakan suatu proses yang memberikan kepercayaan kepada pengembang kekuatan berfikir, reflektif, diskusi, penentuan keputusan dan tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat 1, Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (2006: 3) menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Russefendi ET (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 3), menjelaskan bahwa kata matematika berasal dari perkataan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peningkatan Aktivitas Siswa Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan belajar manusia dapat berkembang dan berubah dalam sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. karena dengan belajar manusia dapat berkembang dan berubah dalam sikap dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemampuan belajar yang dimiliki individu merupakan bekal yang sangat pokok, sehingga belajar merupakan hal yang harus diperhatikan oleh setiap orang karena

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku LANDASAN TEORI A. Hasil Belajar Bahasa Indonesia 1. Definisi Hasil belajar Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur, yaitu: tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap sekolahan adalah hasil belajar siswa. Berhasil atau tidaknya suatu. siswa bosan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. setiap sekolahan adalah hasil belajar siswa. Berhasil atau tidaknya suatu. siswa bosan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. 1 BAB I PENDAHULUAN A. L atar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, semakin banyak masalah yang muncul, terutama dibidang pendidikan. Masalah yang sering muncul dalam setiap sekolahan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pendidikan. Terlebih lagi masalah pendidikan geografi, sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pendidikan. Terlebih lagi masalah pendidikan geografi, sudah banyak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah pendidikan senantiasa menjadi topik perbincangan yang menarik, baik dikalangan masyarakat luas, lebih lagi bagi pakar pendidikan. Hal ini merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum 2013 pada tingkat dasar menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik saintifik mengedepankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam undang-undang No.20/2003 Bab I pasal 1 ayat (17) dikemukakan bahwa Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan diseluruh

Lebih terperinci

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran

C. Macam-Macam Metode Pembelajaran A. Pengertian Metode Pembelajaran Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini akan dibahas tentang hasil penelitian meliputi deskripsi kondisi awal, deskripsi hasil siklus I, deskripsi hasil perbaikan pada siklus II, pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 93 A. Hasil Penelitian 1. Refleksi Awal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VA SDN 25 Kota Bengkulu. Subyek penelitian ini yaitu guru dan seluruh siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VII F SMP N 2 Susukan semester 2 tahun ajaran 2013 / 2014 pada kompetensi dasar mendiskripsikan Potensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar 2.1.1. Pengertian Aktivitas Belajar Sanjaya (2009: 130) mengungkapkan bahwa aktifitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktifitas fisik akan tetapi juga meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa karena pendidikan sebagai akar pembangunan bangsa dan salah satu aset masa depan yang menentukan

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Yang Melandasi Model Pembelajaran Make A Match 2.1.1 Teori Vygotski Karya Vygotski didasarkan pada tiga ide utama : (1) bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi

Lebih terperinci

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran mengajar terlebih dahulu membuat desain atau perencanaan pembelajaran. Dalam mengembangkan rencana pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan melalui praktik pembelajaran di kelas 6 SD Negeri 2 Getas Kecamatan Kradenan Kabupaten Blora, dengan jumlah siswa

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE EKSPERIMEN DALAM PERKULIAHAN PADA PROGRAM STUDI DIII FARMASI STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

EFEKTIVITAS METODE EKSPERIMEN DALAM PERKULIAHAN PADA PROGRAM STUDI DIII FARMASI STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP EFEKTIVITAS METODE EKSPERIMEN DALAM PERKULIAHAN PADA PROGRAM STUDI DIII FARMASI STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP Oleh : Yuhansyah Nurfauzi Staf Pengajar Program Studi DIII Farmasi STIKES Al-Irsyad

Lebih terperinci

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal soal yang berkaitan dengan menghitung luas selimut tabung, kerucut dan bola, sehingga

Lebih terperinci

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 PENERAPAN PENDEKATAN CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS) DENGAN MENGGUNAKAN LEMBAR KERJA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA BANGUN RUANG SISI DATAR (Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu upaya mengembangkan kemampuan intelektual, potensi, bakat, dan kepribadian yang ada dalam individu dengan memberikan suatu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Metode adalah cara yang digunakan untuk menginplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bagian tumbuhan. Dalam pembelajaran IPA siswa belajar dengan 60 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu melakukan kegiatan survey awal dengan tujuan mengetahui keadaan nyata yang ada di lapangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar, 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar, mengingat kemampuan memahami dari peserta didik di Indonesia hanya berada ditingkat kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan upaya cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan upaya ilmiah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan upaya cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan upaya ilmiah, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pemberian Tugas 1. Pengertian Metode Oemar Hamalik (2010 : 27) menjelaskan istilah metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa dampak bagi dunia pendidikan, sehingga muncul persaingan antar lembaga pendidikan. Salah satu cara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung lancarnya proses belajar mengajar disekolah. Seperti yang dikemukakan Norris

BAB I PENDAHULUAN. mendukung lancarnya proses belajar mengajar disekolah. Seperti yang dikemukakan Norris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk mendapatkan proses belajar mengajar yang efektif di sekolah dibutuhkan guru yang mampu mendidik secara profesional dan mempunyai kemampuan dan kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan merupakan aspek terpenting dalam usaha pembangunan yang sedang dilaksanakan di Indonesia. Hal ini sangat erat hubungannya dengan tujuan pembangunan

Lebih terperinci

Oleh: Maelah SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek

Oleh: Maelah SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME, NO., DESEMBER 0 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI MUATAN LISTRIK MELALUI MODEL BELAJAR KOOPERATIF SISWA KELAS IX-A SMP NEGERI POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi yang terjadi antara guru dan siswa yang bertujuan meningkatkan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru merupakan pemegang peran utama dalam proses pembelajaran karena guru mempunyai peranan penting dalam keberhasilan siswa menerima dan menguasai pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan formal mempunyai peran besar bagi keberlangsungan proses pendidikan selanjutnya. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri.kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri.kompleksnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia abad ke-21 mempunyai karakteristik sebagai berikut,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia abad ke-21 mempunyai karakteristik sebagai berikut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-21 merupakan abad pengetahuan karena pengetahuan menjadi landasan utama disegala aspek kehidupan. Pengetahuan diperoleh melalui proses pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang I. PENDAHULUAN Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99). BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Keberhasilan siswa dalam belajar bergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran, sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat,

Lebih terperinci

Oleh Ngaenah Guru SD Negeri 4 Karangpaningal

Oleh Ngaenah Guru SD Negeri 4 Karangpaningal UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI GLOBALISASI MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 4 KARANGPANINGAL KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan guru-guru. Guru sebagai fasilitator dan motivator secara berkesinambungan harus

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan guru-guru. Guru sebagai fasilitator dan motivator secara berkesinambungan harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usaha meningkatkan pendidikan, pemerintah telah berusaha meningkatkan perbaikan sistem pendidikan, diantaranya kurikulum, perbaikan buku paket, penataran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tahapan yang pertama dalam metode pembelajaran Group Investigation adalah mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok. Sebelum menentukan topik yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks

Lebih terperinci

YUNITA DAMAR Mahasiswa Jurusan PG - PAUD Dra. Dajani Suleman, M. Hum, Nunung Suryana Jamin, SE, M.Si ABSTRAK

YUNITA DAMAR Mahasiswa Jurusan PG - PAUD Dra. Dajani Suleman, M. Hum, Nunung Suryana Jamin, SE, M.Si ABSTRAK Meningkatkan Kemampuan Mengurutkan Gambar Seri Melalui Metode Demonstrasi pada Anak Kelompok B Di TK Cerdas Ceria Kecamatan Gentuma Raya Kabupaten Gorontalo Utara YUNITA DAMAR Mahasiswa Jurusan PG - PAUD

Lebih terperinci

Oleh: Katriani SD Negeri 3 Margomulyo Trenggalek

Oleh: Katriani SD Negeri 3 Margomulyo Trenggalek 50 Katriani, Peningkatan Hasil Belajar Menyelesaikan Soal Cerita... PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MATERI PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kegiatan belajar-mengajar berlangsung suatu proses pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan belajar seseorang salah satunya dipengaruhi oleh faktor

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan belajar seseorang salah satunya dipengaruhi oleh faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan belajar seseorang salah satunya dipengaruhi oleh faktor internal yaitu motivasi. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KAJIAN TEORI 2.1.1. Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa dapat belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Matematika di SD 2.1.1.1. Hakekat Matematika Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2012:313), matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah,

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini, pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat

Lebih terperinci