permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat
|
|
- Susanti Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran mengajar terlebih dahulu membuat desain atau perencanaan pembelajaran. Dalam mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), seorang guru harus menggunakan model, desain, strategi, pendekatan dan metode yang di anggap cocok untuk dikembangkan (Rusman, 2010:147). Dalam meningkatkan kualitas belajar mengajar, seorang guru dituntut untuk memilih metode yang tepat dalam memaksimalkan potensi siswa agar dapat berkembang sesuai tuntutan zaman dan tantangan masa depan guru memiliki peranan yang cukup signifikan dalam menumbuhkan kreativitas, aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa (Ilahi, 2012:116). Metode adalah cara yang digunakan guru untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa (Sanjaya, 2008:61). Metode sebagai strategi pembelajaran tentu sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menunjang potensi mereka melalui kegiatan belajar mengajar di dalam kelas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai, jika metode yang dipilih oleh guru sesuai dengan kondisi kelas dan siswa, metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar (Ilahi, 2012:56). Guru berperan sebagai pembantu dalam pengalaman belajar siswa, membantu perubahan lingkungan, perubahan tingkah laku serta membantu terjadinya proses belajar mengajar yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan siswa Hamalik (2009:47-48). Salah satu peran guru dalam proses pembelajaran adalah dengan menyediakan kondisi belajar yang kondusif, menyediakan sarana dan prasarana yang memungkinkan terjadinya dialog terutama antara sesama siswa dan antara siswa dengan guru. Upaya guru dalam proses ini adalah dengan memotivasi siswa untuk dapat menguraikan ide idenya dan memaparkan konsep yang diyakininya, guru harus bisa bertanya dan memberikan 1
2 permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat menguasai pokok bahasan yang menjadi fokus pembelajaran. Selain itu guru harus mampu mengaktifkan siswa, membangun semangat tim belajar dan kolaborasi antar murid yaitu dengan menerapkan berbagai variasi metode mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran (Hamalik, 2009: 45). Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa agar siswa memiliki kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan, aktivitas dan sikap baik yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Uno dan Hamzah, 2013:144). Pembelajaran dimaksudkan agar siswa mampu mewujudkan prilaku belajar yang efektif seperti yang dikatakan oleh Ian James Mitchel dalam (Suyono dan Hariyanto, 2011: ) bahwa siswa difasilitasi untuk berani bertanya, mengeluarkan pendapat, menyatakan ketidak setujuan, berupaya dalam menyelesaikan permasalahan dengan tepat, mampu menjelaskan hasil belajarnya, melakukan evaluasi terhadap hasil pekerjaan dan segera memperbaiki kesalahan jika ditemukan serta mampu berkerja sama. Selain itu siswa dituntuk lebih aktif serta fokus dalam pembelajaran, bahwa siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran pada umumnya akan dengan mudah mempelajari materi dan mampu menyelesaikan permasalah dengan tepat. Namun ini sangat berbeda dengan fakta yang ditemukan di lapangan. Fakta yang diperoleh dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti dikelas X MIA 3 SMA Negeri 1 MALANG yang dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2014 dapat diperoleh data bahwa ketika awal proses pembelajaran siswa sangat antusias mendengarkan materi yang di ajarkan oleh guru. Pada waktu pembelajaran guru menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam menyampaikan materi, ketika guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang materi yang sedang diajarkan, terlihat hanya ada 10 dari 29 siswa yang aktif untuk menjawab pertanyaan dari guru. Setelah selesai penyampaian materi, guru menyuruh siswa untuk membentuk kelompok yang terdiri dari 3-4 orang siswa, kemudian setiap kelompok disuruh menyelesaikan 2
3 masalah yang ada pada LKS (Lembar Kerja Siswa) yang dari awal telah dibagikan oleh guru untuk di diskusikan bersama anggota kelompok masingmasing, selama kegiatan diskusi berlangsung sampai kegiatan presentasi terlihat bahwa ada beberapa kelompok yang tidak mau bekerjasama dengan anggota kelompoknya dalam menyelesaikan permasalahan dan ada beberapa siswa dalam tiap-tiap kelompok yang semangat dan antusias untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru dan ada beberapa siswa yang lain hanya duduk diam melihat dan tidak mau mengerjakan permasalahan yang diberikan oleh guru atau melakukan hal-hal lain, seperti bergurau dengan teman-teman satu kelompoknya maupun teman di kelompok lain, ketika salah satu siswa perwakilan dari satu kelompok maju untuk presentasi di depan kelas terlihat hanya ada beberapa siswa yang aktif untuk bertanya dan memberikan sanggahan kepada teman-temannya dari hasil presentai teman mereka, ini terjadi karena tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa tersebut masih sangat kurang variatif. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada guru mata pelajaran matematika yang mengajar di kelas X MIA 3 SMA Negeri 1 Malang yang dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2014 dapat diperoleh informasi bahwa guru menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab, diskusi, walaupun beberapa kali guru pernah menggunakan metode pembelajaran cooperative learning seperti STAD (Student Teams- Achievement Divisions) dan PBL (problem based learning) dalam kegiatan belajar mengajar. Guru akan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab sebagai strategi dalam menyampaikan materinya kepada siswa jika materi tersebut dianggap sulit untuk dipahami sehingga tidak sedikit siswa yang merasa bosan, kurang aktif dan kurang memperhatikan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian siswa yang tidak sepenuhnya tercurah kepada guru ketika menyampaikan materi dan ketika guru mencoba berinteraksi dengan siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan materi yang sedang disampaikan untuk merangsang rasa ingin tahu dan melatih keaktifan siswa. Jika materi yang akan 3
4 disampaikan dianggap mudah dipahami oleh siswa, maka guru akan mengunakan metode diskusi. Ketika metode diskusi diterapkan, tidak semua siswa yang terlihat aktif selama proses diskusi. Hanya beberapa anak yang ikut menyampaikan gagasan-gagasan atau ide-ide mereka dan berusaha berfikir dalam memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru, sedangkan sebagian siswa diantaranya memanfaatkan kesempatan berdiskusi untuk bergurau dan bermain dengan teman satu kelompok dan kelompok lain. Tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa juga masih sangat kurang karena masih banyak siswa yang nilainya di bawah KKM yang ditentukan oleh sekolah. Melihat kondisi pembelajaran yang diupayakan oleh guru menunjukan bahwa pada awal kegiatan pembelajaran siswa bersemangat dan antusias mengikuti pembelajaran dan menjawab pertanyaan dari guru mengenai materi yang sedang disampaikan. Melalui kegiatan diskusi di dalam kelas, siswa dapat mengeluarkan pendapat, gagasan atau ide-ide mereka secara bebas pada teman temannya. Selain itu siswa juga berani bertanya kepada sesama teman maupun guru ketika mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalah yang diberikan oleh guru, dengan menggunakan metode ceramah guru sudah mampu mengaktifkan 35% siswa. Namun kondisi ini tidak sepenuhnya berjalan dengan baik. Suasana selama diskusi masih terlihat belum kondusif, masih ada beberapa siswa yang bergurau dan tidak mau bekerjasama dengan anggota kelompoknya. Hanya beberapa dari anggota kelompok yang berusaha untuk mengerjakan dan memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Jika guru mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran secara bervariasi maka dapat membantu meningkatkan keaktivan siswa baik secara fisik, intelektual maupun emosional dan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, membangun kolaborasi antar siswa, menciptakan semangat antaran tim atau kelompok-kelompok kecil dalam belajar, bisa memciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, efisien dan menyenangkan sehingga mampu mendorong keaktivan siswa serta dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa secara keseluruhan. 4
5 Berdasarkan pada permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka di butuhkan suatu upaya untuk memperbaiki pembelajaraan, yang dapat membantu menciptakan pembelajaran yang kondusif, meningkatkan aktifitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa serta peran siswa secara menyeluruh dalam proses pembelajaran. Selain itu, metode yang diterapkan dapat menciptakan kooperatif antar siswa dalam kelompok untuk saling mentransfer pengetahuan dan menyampaikan gagasan gagasan atau ide-ide dari masing masing siswa. Penerapan metode juga harus bisa membuat siswa mandiri dan tidak tergantung pada anggota kelompok. Salah satu variasi metode yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan metode NHT (Numbered Head Together) dan pendekatan Open-ended. Metode NHT (Numbered Head Together) merupakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat dalam diskusi, selain itu metode ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama antar siswa (Isjoni, 2011:78). Karena dengan metode pembelajaran tersebut siswa dapat lebih aktif dan bisa mengeluarkan ide-ide kreatif mereka tanpa ada rasa canggung dan takut salah dengan siswa-siswa yang lain dan dapat bertukar ide dengan teman satu kelompok mereka. Metode NHT (Numbered Head Together) tidak hanya bisa di gunakan pada satu pokok bahasan saja tetapi banyak, karena metode ini cocok untuk semua materi. Beberapa hasil penelitian tentang penerapan metode NHT (Numbered Head Together) dalam pembelajaran matematika dapat disimpulan bahwa metode tersebut dapat meningkatkan aktifitas dan hasil belajar matematika siswa (Rostyanik, 2011). Tetapi setelah mengkaji hasil penelitian tersebut, meskipun metode NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan aktivitas siswa, namun tidak semua siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran khususnya dalam kegiatan diskusi kelompok. Hanya ada 71,25% siswa yang aktif untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru sedangkan yang lainya hanya diam dan melihat. Dalam upaya 5
6 meminimalkan kelemahan ini, diperlukan suatu metode yang dapat menciptakan partisipasi dan keaktivan seluruh anggota kelompok, salah satunya yaitu dengan perpaduan antarametode NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan, strategi atau model pembelajaran lain yang dapat meningkatkan keaktivan dan kemampuan pemecahan masalah siswamemberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya salah satu nya adalah pendekatan Open-ended karena pendekatan Open-ended ini menyajikan permasalahan yang penyelesainnya memiliki lebih dari satu penyelesaian yang benar. Pendekatan Open-ended menurut Shimada (1997) dalam (Suharto, dkk, 2009:976) adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu. Pendekatan open-ended merupakan salah satu pendekatan memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya, sehingga kemampuan berpikir matematis siswa dapat terkomunikasi dengan baik melalui proses pembelajaran (Wihardjo, dkk, 2009:743). Pada pembelajaran dengan pendekatan Open-ended mahasiswa mendapat kesempatan untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan menggunakan beberapa cara sehingga berfikir mereka dapat terlatih dengan baik. Dosen berusaha dalam menyelesaikan masalah, agar mahasiswa mengkombinasikan pengetahuan, ketrampilan dan cara berfikir matematika yang dimiliki sebelumnya Shawada dalam Becker & Shimada (1997) dalam (Suharto, dkk, 2009:976) pembelajaran dengan pendekatan Open-ended memberi keleluasan kepada siswa untuk mengemukakan jawaban dan lebih bersifat merangsang kemampuan memecahkan masalah dengan cara berfikir kritis siswa, siswa diarahkan untuk membahas dan memecahkan berbagai masalah sebagaimana dengan lebih dari satu penyelesaian yang benar. Beberapa hasil penelitian tentang pendekatan Open-ended dapat disimpulkan bahwa pendekatan Open-ended dapat meningkatkan keaktivan 6
7 dan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa (Kalsum, 2010). Open-ended juga dapat meningkatkan kemampuan berfikir divergen siswa, hal tersebut di buktikan aspek kelancaran, aspek keluwesan, dan aspek keaslian (Setyowati, 2013). Setelah mengkaji lebih dalam tentang hasil penelitian tersebut, di dapatkan bahwa hasil penerapan Open-ended dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebesar 73,63%. Berdasarkan hasil uraian diatas mengenai penerapan Metode NHT (Numbered Head Together) dan Pendekatan Open-ended, dapat memberikan ide salah satunya dengan menggabungkan metode pembelajaran NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan Open-ended untuk meningkatkan aktivitas dan kemampuan pemecahan masalah siswa. Sehingga dilakukan penelitian yang berjudul Aktifitas Belajar dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Malang Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) dengan Pendekatan Open-ended. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka beberapa masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Siswa yang aktif dalam proses pembelajaran masih kurang yaitu hanya 35%. 2. Masih ada siswa yang memanfaatkan waktu berdiskusi untuk bergurau dengan temannya. 3. Kemampuan pemecahan masalah siswa masih kurang karena masih banyak siswa yang nilainya di bawah KKM yang ditentukan oleh sekolah. 4. Masih ada beberapa kelompok yang tidak bekerja sama dengan anggota kelompok mereka. 5. Beberapa siswa hanya duduk diam dan tidak mau mengerjakan permasalahan yang diberikan oleh guru. 6. Guru cenderung menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab sehingga membuat siswa merasa bosan. 7
8 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan metode NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan open-ended pada pembelajaran matematika siswa kelas X SMA Negeri 1 Malang? 2. Bagaimana tingkat aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan open-ended siswa kelas X SMA Negeri 1 Malang? 3. Bagaimana tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran matematika menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan open-ended siswa kelas X SMA Negeri 1 Malang? 1.4 Batasan Masalah Supaya penelitian ini tidak meluas dan terarah maka peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut : 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada kelas X MIA 3 SMA Negeri 1 Malang. 2. Penelian ini hanya pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear, pada sub bab sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). 3. Aktivitas siswa yang diteliti dalam penelitian ini meliputi Visual Activities, Oral Activities, Writing Activities, Listening Activities dan Mental activities. 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : 1. Penerapan metode NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan open-endedsiswa kelas X SMA Negeri 1 Malang. 2. Tingkat aktifitas siswa dalam penerapan metode NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan open-ended siswa kelas X SMA Negeri 1 Malang. 8
9 3. Tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa pada pembelajaran matematika menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan open-ended siswa kelas X SMA Negeri 1 Malang. 1.6 Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi beberapa pihak yang terkait antara lain : 1. Manfaat bagi guru Dapat menjadikan metode NHT (Numbered Head Together) dengan pendekatan Open-ended sebagai salah satu alternatif dan inovasi pembelajaran di kelas. 2. Manfaat bagi siswa Dapat meningkatkan aktifitas dan kemampuan memecahkan masalah siswa dan dapat meningkatkan semangat belajar dengan adanya metode pembelajaran yang lebih bervariasi. 3. Manfaat bagi peneliti Dapat menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) dan pendekatan Open-ended sebagai salah satu metode dan pendekatan pembelajaran yang akan digunakan ketika peneliti terjun dalam dunia profesi pendindikan. 1.7 Definisi Operasional Untuk menghindari salah pengertian atau salah tafsir tentang makna istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan makna beberapa definisi operasional sebagai berikut : 1. Aktifitas siswa adalah sejumlah keterlibatan dan kegiatan siswa selama proses pmbelajaran berlangsung. Aktifitas siswa adalah keterlibatan siswa selama proses belajar mengajar dengan menggunakan metode NHT (Numbered Head Together) dan pendekatan Open-ended yaitu meliputi aktifitas : Visual Activities, Oral Activities, Writing Activities, Listening Activities dan Mental activities.. 9
10 2. Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa untuk dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru pada saat pembelajaran meliputi : memahami masalah, menyusun rencana pemecahan masalah, melaksanakan rencana penyelesaian masalah, dan melakukan pengecekan kembali. 3. NHT (Numbered Head Together) merupakan metode pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berkomunikasi secara aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas mereka. 4. Pendekatan Open-ended yaitu pembelajaran yang memungkinkan permasalahan dengan lebih dari satu penyelesaian yang benar. 5. Masalah adalah kesulitan, hambatan, gangguan, atau ketidakpuasan siswa dalam mengerjakan suatu permasalahan. 6. Masalah Open-Ended merupakan keterampilan berpikir dimensi tinggi dengan metode yang bervariasi, yaitu siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mampu mengemukakan ide-idenya secara bebas, memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan matematika yang lebih luas dan dapat menjawab masalah dengan cara-cara mereka sendiri. 7. Metode adalah suatu cara yang teratur atau yang telah dipikirkan secara mendalam untuk di gunakan dalam mencapai suatu tujuan yang ingin di capai dalam proses belajar mengajar. 8. Pendekatan merupakan langkah awal pembentukan suatu ide atau gagasan dalam memandang suatu masalah terhadap proses belajar mengajar yang berlangsung di dalam kelas. 10
BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu guru, siswa, kurikulum, metode, sarana prasarana, lingkungan belajar, dan lainlain. Guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses sepanjang hayat dari perwujudan pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi dalam rangka pemenuhan semua komitmen manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan
11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika sebagai salah satu ilmu mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif
BAB I A. Latar Belakang Proses pembelajaran merupakan aktivitas peserta didik bukan aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif apabila mereka telah mendominasi aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Asmani (2012:17) merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu wadah pembentukan sumber daya manusia agar berkualitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu wadah pembentukan sumber daya manusia agar berkualitas adalah pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu proses pembentukan sikap keperibadian dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan dari segi pelaksanaan secara operasional adalah terwujud dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang menjadi dasar dari semua ilmu yang dipelajari di sekolah regular. Oleh sebab itu pelajaran ini diajarkan pada jenjang pendidikan dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Proses pendidikan akan selalu berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses penambahan informasi dalam upaya membelajarkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang memiliki peran penting bagi kehidupan manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak terlepas dari peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan diperlukan suatu proses kegiatan belajar-mengajar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah mengantar para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku intelektual, moral, maupun sosial. Untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha manusia dalam mengembangkan dan menumbuhkan potensi-potensi baik jasmani maupun rohani, yang sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sementara itu, bangsa Indonesia masih mengalami hambatan dalam menciptakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban. Sumber daya manusia yang unggul akan mengantarkan sebuah bangsa menjadi bangsa yang maju dan kompetitif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Wahidmuri 2010:15). Dengan pendidikan yang baik dan berkualitas diharapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai investasi sumber daya manusia dipandang sebagai variabel terpenting yang mempengaruhi tercapainya kesejahteraan umat manusia (Wahidmuri 2010:15).
Lebih terperinciPENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI Dwi Avita Nurhidayah Universitas Muhammadiyah Ponorogo Email : danz_atta@yahoo.co.id Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum
I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari peningkatan kualitas sumber daya manusia, komponen yang selama ini dianggap sangat berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh matematika dalam ilmu pengetahuan menyiratkan jika pelajaran matematika merupakan bagian dari kurikulum
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh matematika dalam ilmu pengetahuan menyiratkan jika pelajaran matematika merupakan bagian dari kurikulum yang harus diberikan kepada peserta didik untuk menumbuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosional.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan proses interaksi komunikasi aktif antara siswa dengan guru dalam kegiatan pendidikan. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, ada kegiatan belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar dan penting bagi pembangunan suatu negara. Dengan adanya pendidikan maka akan tercipta
Lebih terperinciMeningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Harsono M. Timumun, Muchlis L. Djirimu, Lestari M.P. Alibasyah Mahasiswa
Lebih terperinci2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan Nasional terus berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan digulirkannya Kurikilum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan bagian utama dari suatu sistem pendidikan. Belajar menghasilkan perubahan perilaku dalam individu sebagai akibat interaksi individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia adalah kemampuan berbicara. Mereka diharapkan mampu mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kegiatan proses pembelajaran. Kegiatan proses pembelajaran akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Banyak perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses pada dasarnya membimbing siswa menuju pada tahap kedewasaan, dengan melalui program pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi manusia. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut. Upaya peningkatan kualitas manusia harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Faktor manusia sebagai sumber daya pembangunan mempunyai peranan yang sangat penting, untuk itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menentukan dalam pembinaan sumber daya manusia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan dibidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat penting dan menentukan dalam pembinaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan. Akan tetapi, apabila kegiatan berkomunikasi terjadi tanpa diawali keterampilan berbicara
Lebih terperinciSKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh:
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN STRUKTURAL TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA (Pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Wonosari)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang sudah bukan zamannya lagi matematika menjadi momok bagi para siswa. Hal itu dapat diatasi dengan penanganan yang tepat, salah satunya adalah menerapkan strategi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal tersebut
Lebih terperincimanusia dalam mengembangkan dirinya sendiri sehingga mampu kreatif tanpa kehilangan identitas dirinya di masa depan. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dan sangat menentukan dalam pembinaan sumber daya manusia. Pendidikan pada hakikatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seorang guru tidak hanya dituntut berdiri di depan kelas untuk berceramah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang guru tidak hanya dituntut berdiri di depan kelas untuk berceramah tentang materi yang ada di buku, namun lebih dari itu guru juga harus memiliki beragam kompetensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang cepat di luar pendidikan menjadi tantangantantangan yang harus dijawab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan aktif dalam pembangunan negara. Untuk mengimbangi pembangunan di perlukan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara untuk
Lebih terperinciBAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Kurang aktifnya siswa dalam proses KBM, dipengaruhi banyak faktor, salah satunya strategi pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa. Siswa yang cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan mengajar pada umumnya adalah agar bahan pelajaran yang disampaikan dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Penguasaan ini dapat ditunjukkan dari hasil belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar merupakan proses dan unsur dasar dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, proses belajarlah yang menjadi kegiatan paling pokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses yang akan mempengaruhi dalam diri peserta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses yang akan mempengaruhi dalam diri peserta didik untuk menyesuaikan dirinya terhadap perubahan zaman agar peserta didik mampu bersaing
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada dasarnya pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru, dalam menyampaikan suatu materi untuk diajarkan kepada siswa dalam suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak bagi pembangunan peradaban. Sumber daya manusia yang unggul akan mengantarkan sebuah bangsa menjadi bangsa yang maju dan kompetitif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Pendidikan
Lebih terperinciKata kunci: model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI), keaktifan, hasil belajar
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SISWA KELAS XI IPS 5 SMA NEGERI 7 MALANG Nenis Julichah 1, Marhadi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran tematik adalah salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan yang baik dan bermutu dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Pembelajaran merupakan usaha sadar guru dalam membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya (Julianto, 2011). Guru hanya bertugas sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak didukung dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang aktif dan kondusif dan proses belajar mengajar yang dapat berlangsung sesuai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber daya manusia merupakan aspek yang dominan terhadap kemajuan suatu bangsa. Manusia dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, yang mana praktik-praktik pembelajaran di lapangan cenderung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang cukup penting dalam mewujudkan generasi anak bangsa yang potensial dan bermutu. Salah satu faktor pendukung keberhasilan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Internet Comunication and Tehnology (ITC) dewasa ini tidak lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan sejalan dengan adanya perubahan dalam sistem
Lebih terperinci: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN
Tugas Kegiatan Belajar II Tatang Kurniawan Judul Jurnal : PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadipribadi manusia yang berkualitas. Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas pembelajaran di dalam kelas. Proses pembelajaran merupakan aspek. mampu menerima ilmu yang diberikan oleh guru.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena permasalahan pada proses pembelajaran umumnya terjadi pada penggunaan model pembelajaran yang belum mampu meningkatkan aktivitas pembelajaran di dalam kelas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistim pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada suatu kelompok pekerjaan atau satu bidang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah merupakan strategi dalam meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terutama dalam proses pembangunan nasional. Oleh karena itu upaya peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 230-239 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER Ngesti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
180 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Model cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang digunakan untuk siswa (student oriented), dimana siswa belajar dalam kelompokkelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan, menambah keterampilan serta dapat merubah sikap individu dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting bagi kehidupan diri sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003Pasal 1 tentang
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh: DIDIK PAMIRSA AJI A
USAHA MENINGKATKAN KEBERANIAN SISWA MENGERJAKAN SOAL-SOAL LATIHAN DI DEPAN KELAS MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION ) (PTK di SMP NEGERI 3 KARTASURA) SKRIPSI Untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model. Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan Jigsaw
BAB V PEMBAHASAN A. Perbedaan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dengan Jigsaw Sebelum menentukan kelas yang akan digunakan, peneliti mengumpulkan data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini dunia pendidikan dihadapkan pada tantangan yang mengharuskan untuk mampu melahirkan sumber daya manusia yang dapat memenuhi tuntutan global. Matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. seseorang dengan lingkungan. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 memuat tentang pengertian pendidikan di negara kita Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas
I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas mengenai Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang terencana diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar. Pembelajaran tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester genap tahun pelajaran 2009-2010,
Lebih terperinciPENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR 1 Afta Rahmat Zayn, 2 Sunyoto, dan 3 Tri Murti Universitas Negeri Malang E-mail: rahmatzayn@ymail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menatap masa depan yang lebih terbuka, matematika harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menatap masa depan yang lebih terbuka, matematika harus dipelajari siswa sebagai kebutuhan karena kegunaannya yang penting dalam era industri modern maupun globalisasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu faktor kemajuan suatu bangsa adalah melalui bidang pendidikan. Pendidikan dalam suatu negara menjadi sarana untuk mencetak sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara. Kemajuan suatu kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti di dalam kehidupan manusia, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan kegiatan pembangunan nasional. Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan sebuah mata pelajaran dengan berbagai materi dan permasalahan. Oleh karena itu diperlukan motivasi matematik agar dapat memahami materi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisi data dan temuan penelitian selama pembelajaran dengan pendekatan open-ended dengan menekankan pada kemampuan pemecahan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan, salah satu tantangan yang cukup menarik yang berkenaan
Lebih terperinciPENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) MATERI AJAR PERBANDINGAN DAN FUNGSI TRIGONOMETRI PADA SISWA KELAS X Yudi Susilo 1, Siti Khabibah
Lebih terperinci