PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN DEREGULASI SEPTEMBER 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN DEREGULASI SEPTEMBER 2015"

Transkripsi

1 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN DEREGULASI SEPTEMBER Oktober 205

2 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN NASIONAL 7 Pertumbuhan Ekonomi (%) Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni 205 (202=00) ,4% Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Juni Q 202 Sumber: BPS Q2 202 Q3 202 Q4 202 Q 203 Q2 203 Q3 203 Q4 203 Q 204 Q2 204 Q3 204 Q4 204 Q 205 Q % Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Ekonomi Indonesia Q-II/205 tumbuh 4.67%, melambat dibanding capaian Q-II/204 yang tumbuh 5.03% dan Q- I/205 yang tumbuh 4.72%. Konsumsi rumah tangga Q-I/205 tumbuh 4,70% yoy, Q-II/205 tumbuh 4,97% yoy, menurun dibandingkan dengan rata-rata tingkat pertumbuhan 5,3% tahun 204. Padahal porsi kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap PDB sebesar 55%, sehingga menjadi mesin penggerak perekonomian nasional. 2

3 MENURUNNYA PERANAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI Ekspor menurun relatif tajam selama SI/205 sebesar -,86% (yoy), sehingga kenaikan surplus perdagangan pada SI/205 sebesar USD 4,35 Milyar atau meningkat 485,34% (yoy) disebabkan oleh tingginya penurunan impor pada periode yang sama sebesar -7,8% (yoy). Ekspor tidak berperan banyak dalam surplus perdagangan, bahkan trend neraca perdagangan non migas selama adalah -2,7%. Ekspor juga tidak berperan dalam meningkatkan volume perdagangan karena trend volume perdagangan sebesar 3,53% lebih banyak dikontribusi oleh trend impor sebesar 6,4%. Share volume perdagangan Indonesia sejak dulu masih rata-rata % dari volume perdagangan dunia. Rasio Ekspor Non Migas Terhadap PDB Indonesia (%) , Sumber Data: BPS diolah Kemenko Perekonomian 3

4 PERTUMBUHAN KONSUMSI PEMERINTAH, RUMAH TANGGA, DAN PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO 20.0% 5.0% 0.0% 5.0% 0.0% -5.0% Q- I/202 Q- II/202 Q- III/202 Q- IV/202 Q- I/203 Q- II/203 Q- III/203 Q- IV/203 Q- I/204 Q- II/204 Q- III/204 Q- IV/204 Q- I/205 Q- II/205 Konsumsi Pemerintah 7.7% 6.8% -2.0% -0.% 3.0% 3.2% 2.4% 7.9% 6.% -.5%.3% 2.8% 2.2% 2.3% PMTB 7.0% 0.% 9.5% 9.8% 7.9% 5.5% 6.0% 2.% 4.7% 3.7% 3.9% 4.3% 4.3% 3.6% Konsumsi RT 2.0% 3.0% 2.% 0.8%.8% 0.9% 2.9% 3.2%.9%.7% 8.9% 9.4% 7.9% 8.4% Selama S-I/205 pertumbuhan konsumsi Rumah Tangga dan PMTB mengalami penurunan. Sumber Data: BPS diolah Kemenko Perekonomian 4

5 GAMBARAN PENURUNAN PORSI PERAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DAN PMTB RATA-RATA SHARE TERHADAP PDB Konsumsi Pemerintah 8.8% Konsumsi Rumah Tangga 55.5% PMTB 32.% RATA-RATA PERTUMBUHAN PDB 5.5% Q- I/202 Q- II/202 Q- III/202 Q- IV/202 Q- I/203 Q- II/203 Q- III/203 Q- IV/203 Q- I/204 Q- II/204 Q- III/204 Q- IV/204 Konsumsi Pemerintah PMTB Konsumsi Rumah Tangga PDB Q- I/205 Q- II/205 0 Sumber Data: BPS diolah Kemenko Perekonomian 5

6 PELUANG INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN GLOBAL Pertumbuhan ekonomi global masih melambat meskipun ekonomi USA telah pulih, namun beberapa maju tahun 206 akan tumbuh mendekati rata-rata pertumbuhannya dalam 0 tahun terakhir. Dalam Q-II/205, pertumbuhan ekonomi Jepang mengalami peningkatan menjadi 0.7% dari sebelumnya -0.8% sedangkan untuk Tiongkok tetap senilai 7% dan Amerika Turun menjadi 2.7% dari sebelumnya 2.9%. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang utama berada di bawah rata-rata angka pertumbuhan 0 tahun terakhir Unemployment rate Q-II/205, Tiongkok dan Amerika masing masing menurun menjadi 4.04% dan 5.3% dan Jepang tetap senilai 3.5%. ekonomi global kedepan menjadi peluang bagi ekspansi ekonomi Indonesia. Meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional terkoreksi sebesar 4,7% untuk tahun 205, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,2% karena pertumbuhan output riil melambat menjadi 4,7% yoy pada Q-I/205 dan 4,67% pada Q-II/205, laju pertumbuhan paling lambat sejak 2009, namun diperkirakan pertumbuhan tahun 205 dapat mencapai 4,9% - 5%, dan apabila kebijakan deregulasi cepat efektif maka pertubuhan mulai tahun 206 akan meningkat signifikan 6

7 RESPON TERHADAP PERLAMBATAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DEPRESIASI RUPIAH Ditengah melemahnya perekonomian dunia yang berdampak kepada perekonomian nasional, pemerintah telah dan akan terus melakukan upaya menggerakkan ekonomi nasional melalui berbagai paket kebijakan ekonomi: I I. Mengembangkan Ekonomi Makro yang Kondusif Pemerintah bersama-sama dengan Otoritas Moneter (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan langkah-langkah dalam upaya menciptakan kondisi ekonomi makro yang kondusif, yaitu:. Stabilisasi Fiskal dan Moneter (Termasuk Pengendalian Inflasi) 2. Percepatan Belanja 3. Penguatan Neraca Pembayaran II. III. Menggerakkan Ekonomi Nasional Pemerintah melakukan serangkaian kebijakan deregulasi, debirokratisasi dan memberikan insentif fiskal dalam rangka menggerakan perekonomian nasional (sektor riil). Pada tahap I meliputi:. Mendorong Daya Saing Industri Nasional (Deregulasi, Debirokratisasi, Insentif Fiskal) 2. Mempercepat Proyek Strategis Nasional 3. Meningkatkan Investasi di Sektor Properti Melindungi Masyarakat Berpendapatan Rendah dan Menggerakan Ekonomi Pedesaan Pemerintah melakukan langkah-langkah untuk melindungi masyarakat berpendapatan rendah dan masyarakat pedesaan dari dampak melemahnya ekonomi nasional:. Stabilisasi Harga Pangan 2. Percepatan Pencairan Dana Desa* ) 3. Penambahan Rastera 3 dan 4* ) * ) Dikoordinasikan oleh Menko PMK 7

8 MENDORONG DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL Perlunya deregulasi untuk melepas tambahan beban bagi industri, percepatan penyelesaian kesenjangan daya saing industri, dan inisiatif baru untuk mendorong keunggulan industri nasional di pasar domestik maupun pasar global.

9 MENURUNNYA PORSI PERAN INDUSTRI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan.04 Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan *) Preliminary; **) Very Preliminary Source: Indonesian Statistics Bureau (BPS); nktabelstatis/view/id/ 202 (accessed 04 October 205). Industri pengolahan memilki peran terbesar pada pembentukan PDB nasional di setiap tahunnya namun terus menurun dimana pada tahun 2005 porsi peran Industri sebesar 28,09% sedangkan pada bulan Mei 205 menjadi 20.9%. 2. Subsektor Industri yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB selama 5 tahun terakhir (20-205) secara berurutan adalah: Industri Makanan dan Minuman, Industri Barang Logam, Industri Alat Angkutan, Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional dan Industri Tekstil dan Pakaian Jadi. 9

10 TREND PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON-MIGAS UTAMA RELATIF MENURUN Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik Semester I 204 Semester I Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional Industri Alat Angkutan Industri Makanan dan Minuman Industri Tekstil dan Pakaian Jadi Sumber : BPS diolah Kemenperin 0

11 PENURUNAN PERTUMBUHAN INDUSTRI PENGOLAHAN NON MIGAS SEMESTER I TAHUN 205 Nilai Industri Makanan dan Minuman 2 Industri Pengolahan Tembakau 3 Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 4 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 5 6 Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman 7 Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 8 Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik 9 Industri Barang Galian bukan Logam 0 Industri Logam Dasar Industri Barang Logam; Komputer, Barang Elektronik, Optik; dan Peralatan Listrik 2 Industri Mesin dan Perlengkapan 3 Industri Alat Angkutan 4 Industri Furnitur 5 Industri Pengolahan Lainnya; Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan Sumber : BPS diolah Kemenperin Pertumbuhan sektor industri non-migas Indonesia pada SM-I/205 sebesar 5,26% menurun 0,29% jika dibandingkan dengan semester yang sama pada tahun 204, dimana pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri Barang logam sebesar 8.9%, industri makanan dan minuman sebesar 8.45%, industri kimia farmasi sebsar 7.78% serta industri logam dasar sebesar 7.54%. Sedangkan cabang yang mengalami penurunan adalah Industri Furniture, Kertas, dan Tekstil dan Pakaian Jadi.

12 PERKEMBANGAN UTILISASI INDUSTRI NO LAPANGAN USAHA NILAI PRODUKSI INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN 2 INDUSTRI PENGOLAHAN TEMBAKAU 3 INDUSTRI TEKSTIL DAN PAKAIAN JADI KAPASITAS TERPASANG 769,992,67,35,052,790,707,858 64,60,209, ,335,564,3 85,634,55, ,003,083,675 INDUSTRI KULIT, BARANG DARI KULIT DAN ALAS KAKI 45,927,707,56 55,727,737,990 INDUSTRI KAYU, BARANG DARI KAYU DAN GABUS (TIDAK TERMASUK FURNITUR) 39,996,495,087 58,03,503,50 INDUSTRI KERTAS DAN BARANG DARI KERTAS 04,59,302,570 22,925,559,578 INDUSTRI KIMIA, FARMASI DAN OBAT TRADISIONAL 375,702,504, ,359,938,96 INDUSTRI KARET, BARANG DAIRI KARET DAN PLASTIK 28,526,367,503 70,674,079,703 INDUSTRI BARANG GALIAN BUKAN LOGAM 84,524,266,808 05,20,678,560 UTILISASI (%) Sampai dengan tahun 203 umumnya utilisasi kapasitas industri relatif baik (diatas 60%), dimana cabang industri yang tinggi utilisasinya adalah: Industri Mesin dan Perlengkapan dengan tingkat utilisasi 85,99%; Industri kertas dan barang dari kertas, tetapi pada semester I 205 pertumbuhannya menurun -2,04; Industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki dengan tingkat utilisasi mencapai 82,4%; Industri tekstil dan pakaian jadi dengan utilisasi sebesar 80,7%, tetapi pertumbuhannya menurun - 4,09%. 0 INDUSTRI LOGAM DASAR 0,653,758,57 58,876,529,557 INDUSTRI BARANG LOGAM, KOMPUTER DAN PERALATAN LISTRIK 202,275,06, ,652,870, INDUSTRI MESIN DAN PERLENGKAPAN 25,695,22,555 29,883,269, INDUSTRI ALAT ANGKUTAN LAINNYA 208,306,528,994 26,447,93, Dengan menurunnya impor bahan baku dan barang modal sampai dengan S-I/205 masing-masing sebesar -8,69% dan -6,24%, maka diperkirakan utilisasi kapasitas industri akan jauh menurun. 4 INDUSTRI FURNITUR 5,570,236,56 2,427,680, INDUSTRI PENGOLAHAN LAINNYA Sumber : Kemenperin 23,70,502,656 33,787,940,

13 KETIMPANGAN SEBARAN INDUSTRI Jumlah Industri 40,000 30,000 20,000 0, * Luar Jawa Jawa Total *) Angka Sementara Sumber Data: BPS Jumlah Industri Besar dan Sedang di Jawa dan Luar Jawa Tahun * Luar Jawa: (7,4%) Jawa: (82,59%) Industri Sedang dan Besar Tahun 204: Jenis industri terbanyak: makanan (5.793 unit), tekstil (2.304 unit), pakaian jadi (2.034 unit), karet dan plastik (.750 unit), barang galian non logam (.584 unit), furniture (.290 unit), kayu, gabus, bambu, rotan (.066 unit), logam non mesin (969 unit), kimia (976 unit), dst. Jenis industri yang menyerap banyak tenaga kerja: makanan (823,4 ribu), pakaian jadi (473,6 ribu), tekstil (427, ribu), karet dan plastik (357,5 ribu), pengolahan tembakau (278,9 ribu), kulit alas kaki (220,7 ribu), dst Jenis industri yang mengalami penurunan index produksi: kimia, kertas, pakaian jadi, alas kaki, karet dan plastik. Industri Mikro Kecil Tahun 204: Industri Mikro sebanyak 3,2 juta unit dengan serapan tenaga kerja 6 juta orang, terbanyak di Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, NTT, Bali, dan Sulawesi Selatan. Industri Kecil sebanyak 284,5 ribu unit dengan serapan tenaga kerja sebanyak 2,3 juta orang, terbanyak di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan NTB. Industri Mikro Kecil yang mengalami pertumbuhan negatif pada Q-II/205 adalah Sumatera Selatan, NTB, Kalimantan Timur, Riau, Sulawesi Utara, dan Bangka Belitung. 3

14 FENOMENA PENYEBAB MENURUNNYA KINERJA INDUSTRI Struktur Industri yang tergantung impor Ketertinggalan teknologi Kelemahan infrastruktur, listrik, energi, air, dan kepastian ketersediaan lahan Ketidakterhubungan antara kegiatan industri dan bahan baku Inefisiensi biaya logistik dan biaya administrasi (selling and general administration expenses) Kapasitas, produktivitas, dan hubungan industrial ketenagakerjaan Beban regulasi, birokrasi, dan penegakan hukum yang menjadi penghambat pengembangan investasi, efisiensi produksi, kelancaran distribusi, dan kepastian bahan baku Masalah akses dan beban pembiayaan Gangguan impor 4

15 PERANAN INDUSTRI TERHADAP EKSPOR Deregulasi mendorong pengembangan produk dan pasar baru bagi ekspor hasil industri yang berdaya saing dengan memberikan kelancaran dan efisiensi pengadaan bahan baku dan distribusi ekspor.

16 KOMPOSISI PRODUK EKSPOR NON MIGAS INDONESIA Juta USD NO Sektor Trend(%) Jan-Jul Perub.(%) 205/204 Peran.( %) 205 I. PERTANIAN 5.00, , , , ,60 3,94 3.3,20 3.3,80 0,02 3,99 II. INDUSTRY 98.00, , , , ,50 2, , ,70-7,58 80,73 III. MINING 26.72, , , , ,00-4, 3.22,50.966,0-8,8 5,26 OTHERS 9,9 3 8,7 6,3 0,3 3,02 7,3 6,4 0,0 TOTAL EKSPOR NON-MIGAS , , , , ,80, , ,30-7,48 00 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan Rata-rata ekspor produk industri selama 5 tahun ( ) adalah 3 Miliar USD atau 76,5% dari total ekspor non migas Indonesia selama periode tersebut, dengan trend 2,86% tetapi selama Januari-Juli 205 ekspor produk industri menurun -7,58% (yoy). 6

17 PERKEMBANGAN PRODUK EKSPOR UTAMA NON MIGAS INDONESIA NO HS/SEKTOR Trend(%) Jan-Jul Perub.(%) Peran.( /204 %) LEMAK & MINYAK HEWAN/NABATI 6.286, , ,60 9.8, ,00 4,0 2.66,30.20,60-7,86 4, BAHAN BAKAR MINERAL 8.499, , , , ,70, , ,60-2,84 2, MESIN/PERLATAN LISTRIK 0.373,20.45, , , ,70 -, , ,00-2,2 6,3 4 7 PERHIAASAN/PERMATA.425,0 2.56, , , ,40 27, , ,70 24,23 4, KARET DAN BARANG DARI KARET 9.339, , , , ,30-9, , ,40-2,08 4, KENDARAAN DAN BAGIANNYA 2.899, , , , ,70 6, , ,90 3,02 4, MESIN-MESIN/PESAWAT MEKANIK 4.986, , , , ,0 4, , ,00-3,85 3, ALAS KAKI 2.50, , , , ,40 2, , ,00,6 3, KAYU, BARANG DARI KAYU 2.935, , , , ,50 7, , ,60 -,55 2, PAKAIAN JADI BUKAN RAJUTAN 3.6, , , , ,40, 2.399, ,90-2,89 2,97 48 KERTAS/KARTON 4.86, , , , ,80-3, ,50 2.2,50-2,49 2, BIJIH, KERAK, DAN ABU LOGAM 8.39, , , ,30.906,00-26,06 325,2.944,80 498,02 2, BARANG-BARANG RAJUTAN 2.889, , , , ,30 3, ,40.925,70-7,22 2, BERBAGAI PRODUK KIMIA.806, , , , ,60 8, ,00.575,80-36,74 2, PLASTIK DAN BARANG DARI 2.50,0 2.53, , , ,30 5,49.595,60.367,30-4,3,74 PLASTIK 6 55 SERAT STAFEL BUATAN 2.075, , , , ,50,44.340,60.338,80-0,3, BAHAN KIMIA ORGANIK 2.690,0 3.85,90 2.8, , ,20-0, ,30.324,00-34,92, IKAN DAN UDANG.687, , , , ,20 0,92.452,20.23,00-5,23, BENDA-BENDA DARI BESI DAN.468,00.905, , , ,90 0,08.335,90.29,0-5,48,44 BAJA PERABOT, PENERANGAN RUMAH 2.02,90.822,20.899,40.873,60.902,0-0,94.29,00.078,30-4,49,37 LAIN-LAIN 27.76, , , , ,30 2, , ,40-8,08 2,34 TOTAL EKSPOR NON MIGAS , , , , ,80, , ,30-7,48 00 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan Juta USD Tidak ada perkembangan produk ekspor baru Indonesia selama 5 tahun dalam komposisi produk utama ekspor Indonesia. 7

18 KINERJA NEGATIF EKSPOR PRODUK INDUSTRI Juta USD NO HS/KOMODITAS Trend(%) Jan-Jul Perub.(%) 205/204 Peran.(%) LEMAK & MINYAK HEWAN/NABATI 6.286, , ,60 9.8, ,00 4,0 2.66,30.20,60-7,86 7, MESIN/PERLATAN LISTRIK 0.373,20.45, , , ,70 -, , ,00-2,2 7, PERHIAASAN/PERMATA.425,0 2.56, , , ,40 27, , ,70 24,23 5, KARET DAN BARANG DARI KARET 9.339, , , , ,30-9, , ,40-2,08 5, KENDARAAN DAN BAGIANNYA 2.899, , , , ,70 6, , ,90 3,02 4, MESIN-MESIN/PESAWAT MEKANIK 4.986, , , , ,0 4, , ,00-3,85 4, ALAS KAKI 2.50, , , , ,40 2, , ,00,6 4, KAYU, BARANG DARI KAYU 2.935, , , , ,50 7, , ,60 -,55 3, PAKAIAN JADI BUKAN RAJUTAN 3.6, , , , ,40, 2.399, ,90-2,89 3, KERTAS/KARTON 4.86, , , , ,80-3, ,50 2.2,50-2,49 3,34 LAIN-LAIN , , , , ,30 2, , ,60 -,88 38,7 INDUSTRY 98.00, , , , ,50 2, , ,70-7,58 80,73 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Kementerian Perdagangan Umumnya ekspor produk utama industri mengalami penurunan selama Januari-Juli 205 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 204, kecuali alas kaki dan kendaraan bermotor. 8

19 PERBANDINGAN PERAN EKSPOR INDONESIA 0.0% 9.0% 8.0% 7.0% 6.0% 5.0% 4.0% 3.0% 2.0%.0% 0.0% 3.9% 3.9% 4.0% 4.0% 3.4% 2.6% 2.2% 2.2% 2.2% 2.2%.9%.5% 0.5% 0.5% 0.5% 0.5% 0.6% 0.4%.%.5% 2.0%.8%.8%.7% Indonesia Philippina Thailand Singapura Gambaran Peran Sektor Manufaktur terhadap Kinerja Ekspor Indonesia Keterangan Ekspor manufaktur Indonesia Total eskpor Indonesia Share ekspor manufaktur 37% 34% 36% 37% 40% Share Manufaktur Indonesia Terhadap Impor Manufaktur Dunia Keterangan Ekspor manufaktur Indonesia Impor Manufaktur Dunia Share Manufaktur Indonesia % % % % % Sumber : Trademap Sumber: WTO (Juta USD) Peran sektor industri terlihat kecil, karena perbedaan definisi antara klasifikasi WTO tentang produk manufaktur dengan BPS untuk produk industri. Namun demikian, pangsa ekspor manufaktur Indonesia tidak berkembang di kisaran % dari total impor dunia terhadap produk manufaktur. 9

20 KECILNYA PERAN PRODUK UNGGULAN INDONESIA TERHADAP IMPOR DUNIA Share ekspor Indonesia relatif kecil terhadap impor dunia. Beberapa komoditi utama Indonesia sangat sensitif terhadap harga komoditi tersebut di pasaran Internasional, seperti komoditi pertanian dan pertambangan sehingga diperlukan peningkatan peran lembaga lindung nilai (hedging) dan bursa komoditi untuk menjamin kepastian harga yang diterima petani dan penambang. KODE HS Sumber : Trademap DESKRIPSI EKSPOR INDONESIA (RIBU USD) 204 IMPOR DUNIA (RIBU USD) SHARE EKSPOR INDONESIA TERHADAP IMPOR DUNIA '270 Coal; briquettes, ovoids & similar solid fuels manufactured from coal % '5 Palm oil & its fraction % '27 Petroleum gases % '2709 Crude petroleum oils % '400 Natural rubber,balata,gutta-percha etc % '8703 Cars (incl. station wagon) % '53 Coconut (copra),palm kernel/babassu oil & their fractions % '442 Plywood, veneered panels and similar laminated wood % '3823 Binders for foundry molds or cores; chemical products and residuals % '273 Petroleum coke, petroleum bitumen & other residues of petroleum oils % 20

21 BELUM BERKEMBANGNYA JENIS PRODUK EKSPOR INDONESIA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN IMPOR DUNIA Jumlah Komoditi Ekspor Indonesia di pasar dunia sekitar 88%... Jumlah Komoditi (HS Code 4 Digit) Di dunia yang Diekspor Indonesia Thn 200 Jumlah Komoditi (HS Code 4 Digit) Di dunia yang Diekspor Indonesia Thn 204 HS Code yang Tidak Diekspor Indonesia 0% HS Code yang Diekspor Indonesia 90% HS Code yang Tidak Diekspor Indonesia 2% HS Code yang Diekspor Indonesia 88% Sumber : Trademap 2

22 MENURUNNYA KONTRIBUSI DAERAH UTAMA TERHADAP EKSPOR NON MIGAS NASIONAL (dalam juta USD) Sumber : BPS yang telah diolah oleh Kementerian Perdagangan 22

23 PERANAN INDUSTRI TERHADAP INVESTASI Deregulasi bertujuan untuk mempermudah investasi sektor industri baik untuk pengembangan cabang-cabang industri maupun untuk meningkatkan ekspor dan penyerapan tenaga kerja.

24 INVESTASI ASING SEKTOR INDUSTRI MENURUN PMDN PMA NO SEKTOR Mei 204 Mei 205 P : Jumlah Izin Usaha; I : Nilai Realisasi Investasi Sumber : BKPM diolah Kemenperin Nilai investasi PMDN sektor industri s.d Mei 205 sebesar Rp 25,56 triliun atau tumbuh sebesar,83% dibanding Mei Tahun 204 sebesar Rp 2,06 triliun. Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 59,54% dari total investasi PMDN s.d Mei 205 sebesar Rp 42,93 triliun. Tetapi nilai investasi PMA sektor industri s.d Mei 205 mencapai USD 2,50 milyar atau menurun sebesar - 22,05% dibandingkan Mei 204 sebesar USD 3,2 milyar. Investasi PMA sektor industri memberikan kontribusi sebesar 34,03% dari total investasi PMA s.d Mei 205 sebesar USD 7,37 milyar. % (I) Mei 204 Mei 205 P I P I P I P I. Industri Makanan , ,8 6, , ,2-84,37 2. Industri Tekstil 7 90, ,7 786, , ,6-3,76 3. Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki - 6 5, , ,4-25,67 4. Industri Kayu 2 2, ,7 952, 23 2,7 27 2,3 360,47 5. Ind. Kertas & Percetakan 2.446, ,8-54,67 3 2, , Ind. Kimia dan Farmasi , ,6 80, , 93 42,8 -,83 7. Ind. Karet dan Plastik 4.7, ,6 3, , ,4-27,23 8. Ind. Mineral Non Logam 4.436, ,5 93, , ,0 77,50 9. Ind. Logam, Mesin & Elektronik , ,3 809, , ,9 32,47 0. Ind. Instru. Kedokteran, Presisi & Optik dan Jam 2 2, Ind. Kendaraan Bermotor & Alat Transportasi Lain 3, ,7 6063, , ,4 -,44 2. Industri Lainnya ,9 8 22, ,9 90 8,7-83,85 Jumlah , ,8,83, , ,9-22,05 % (I) 24

25 PENYERAPAN TENAGA KERJA MENURUN DALAM INVESTASI SEKTOR INDUSTRI 600,000 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia Untuk Sektor Industri 500, , , ,000 00, Industri PMDN Industri PMA Sumber: BKPM PMDN, terjadi penurunan penyerapan TKI dari sebesar tahun 202 menjadi hanya tahun 204 (turun sebesar 56%). PMA, terjadi penurunan penyerapan TKI dari sebesar tahun 202 menjadi hanya tahun 204 (turun sebesar 56%). 25

26 KEBIJAKAN DEREGULASI TAHAP I Mendorong Daya Saing Industri Nasional (Deregulasi, Debirokratisasi, Insentif Fiskal)

27 KEBIJAKAN DEREGULASI I 9 SEPTEMBER 205: MENGGERAKKAN EKONOMI NASIONAL Mendorong Daya Saing Industri Nasional (Deregulasi, Debirokratisasi, Insentif Fiskal) I.. Tujuan: Kebijakan Deregulasi ini diarahkan untuk mendorong daya saing industri, dengan a. Efisiensi: Memulihkan dan meningkatkan kegiatan industri/utilisasi kapasitas industri, dan menghilangkan distorsi industri yang membebani konsumen, dengan melepas tambahan beban regulasi dan birokrasi bagi industri, seperti: mempermudah pengadaan bahan baku hasil pertanian, perikanan, perkebunan, dan pertambangan; menghilangkan kewajiban pendaftaran produk jadi; uji teknik produkjadi; mendorong perluasan kegiatan industri baru melalui pengembangan kawasan industri; kemudahan investasi sektor industri; memperlancar pengadaan impor komponen/kelengkapan untuk keperluan ekspor industri; menghilangkan duplikasi pemeriksaan fisik untuk kelancaran ekspor dan distribusi produk industri, dsb; b. Penyelesaian Kesenjangan Daya Saing: Mempercepat penyelesaian kesenjangan daya saing industri dibandingkan dengan kondisi daya saing negara lain, seperti mempermudah birokrasi pengadaan lahan, memperkuat sistem pembiayaan usaha, memperkuat fungsi ekonomi koperasi, meningkatkan kegiatan wisata, membenahi sistem pengupahan, penurunan harga gas, konversi BBM ke BBG untuk nelayan, percepatan izin investasi listrik MW, dsb; c. Mendorong Keunggulan: Menciptakan inisiatif baru untuk mendorong keunggulan daya saing industri, seperti: fasilitas perpajakan untuk mendorong sektor angkutan, pengembangan pusat logistik berikat, inland FTA, dsb, sehingga industri nasional mampu bertahan di pasar domestik dan berekspansi ke pasar ekspor. 27

28 KEBIJAKAN DEREGULASI I 9 SEPTEMBER 205: MENGGERAKKAN EKONOMI NASIONAL Mendorong Daya Saing Industri Nasional (Deregulasi, Debirokratisasi, Insentif Fiskal) 2. Bentuk Kebijakan Deregulasi: a. Mengurangi Peraturan (Deregulasi): Merasionalisasi peraturan dengan menghilangkan duplikasi/redundansi/irrelevant regulations. Melakukan keselarasan antar peraturan. Melakukan konsistensi peraturan. b. Mempermudah Pelayanan Birokrasi (Debirokratisasi): Simplifikasi perizinan seperti satu identitas pelaku usaha/profile sharing, sedikit persyaratan perizinan, dan sebagainya. Adanya SOP dan SLA yang jelas dan tegas dalam mekanisme dan prosedur perizinan serta penyediaan help desk dan pengawasan internal yang berkelanjutan. Menganut sistem pelimpahan kewenangan kepada PTSP (tempat, bentuk, waktu, biaya). Penerapan Risk Management yang selaras dalam proses perizinan. Pelayanan perizinan dan non perizinan melalui sistem elektronik. c. Meningkatkan Penegakan Hukum dan Kepastian Usaha: Adanya saluran penyelesaian permasalahan regulasi dan birokrasi (damage control channel). Pengawasan, pengamanan dan kenyamanan, serta pemberantasan pemerasan dan pungli. Membangun ketentuan sanksi yang tegas dan tuntas dalam setiap peraturan. 3. Cakupan Kegiatan Industri yang Direlaksasi: a. Kemudahan Investasi; b. Efisiensi Industri; c. Kelancaran Perdagangan dan Logistik; d. Kepastian Pengadaan Bahan Baku Sumber Dalam Negeri, terutama untuk sektor pertanian kelautan dan perikanan, hasil hutan, dan barang tambang. 28

29 RINGKASAN DEREGULASI TAHAP I PP : 0 RPP : Inpres : Permen : 3 Perka : 4 TOTAL 52 PERATURAN PP : RPP : 2 Perpres : 3 Inpres : 2 Permen : 2 Perdirjen : TOTAL 30 PERATURAN PP : 5 RPP : Perpres : 3 Permen : 36 Perke : 2 Perdirjen : SE : TOTAL 49 PERATURAN PP : RPP : Perpres : Permen : 5 TOTAL 8 PERATURAN KEMUDAHAN INVESTASI EFISIENSI INDUSTRI KELANCARAN PERDAGANGAN DAN LOGISTIK KEPASTIAN BAHAN BAKU SUMBER DALAM NEGERI 29

30 SEKTOR ENERGI: - Penyediaan penjualan solar eceran, BBG bagi nelayan, penurunan harga gas untuk industri tertentu - Penggunaan APBN untuk Kilang Minyak Dalam Negeri oleh Pertamina - Perizinan Invetasi Listrik - Tanggap Darurat Krisis Energi PENYEDIAAN TANAH: - Persyaratan HGU, HGB, HPAT - Pengaturan Kepemilikan Tanah - Persyaratan dan Perluasan Lingkup Kerja PPAT - Pengaturan Penggunaan Tanah Terlantar - Persyaratan Izin Memiliki Rumah Tinggal oleh Orang Asing - Efisiensi Biaya Pengurusan Tanah - Pengadaan Tanah untuk Umum - Petunjuk Pengadaan Tanah KEMUDAHAN INVESTASI KEMUDAHAN SEKTOR KEHUTANAN: - Tata Cara Peruntukan Hutan - Penggunaan Kawasan Hutan - Pinjam Pakai Kawasan Hutan - Pembatasan Luas Izin Usaha - Pemanfaatan Hasil Hutan Penguatan fungsi PTSP dalam pelayanan perizinan dan non perizinan serta percepatan proyek strategis nasional PENGEMBANGAN UMKM DAN PENGUATAN FUNGSI EKONOMI KOPERASI: - Pengembangan Inkubator - Wirausaha dan Peningkatan peran dan skala koperasi sebagai badan usaha ekonomi KEPASTIAN USAHA HORTIKULTURA: - Grandfather Clause untuk Investasi Hortikultura - Wisata Agro Hortikultura - Kewajiban Divestasi Usaha Perkebunan 30

31 Insentif fiskal untuk sektor angkutan/transportasi Penegasan Harga Gas Bumi oleh Pemerintah REVITALISASI BUMN PENINGKATAN PERAN PERUMNAS; DAN Penggabungan PT.Reasuransi Umum Indonesia ke Dalam PT. Reasuransi Indonesia Utama EFISIENSI INDUSTRI PERIZINAN: - Penghilangan Rekomendasi, IP, LS, Wajib SNI barang tertentu - API sebagai identitas Importir - Penegasan Penghilangan IUOP bagi Kegiatan cut and fill Pengaturan Sumber Daya Air Pengaturan Sistem Pengkajian atau Pengupahan Inland FTA Reformasi kawasan industri Besaran Rasio Hutang dan Modal untuk Perhitungan PPh 3

32 KEMUDAHAN WISATA: - Penghapusan CAIT - Perubahan Ketentuan Bebas Visa Kunjungan API sebagai Identitas tunggal Importir dan SIUP sebagai indentitas eskportir Kelancaran ekspor produk industri dengan menghilangkan perizinan, persyaratan dan duplikasi pemeriksaan Pusat Logistik Berikat Fasilitas KITE untuk IKM KELANCARAN PERDAGANGAN DAN LOGISTIK Kemudahan impor bahan baku untuk industri dan pengawasan impor barang konsumsi Otomasi Pengawasan Peredaran Obat dan Makanan Distribusi Dalam Negeri: Pengawasan Peredaran Barang yang ber-sni dan Label Berbahasa Indonesia serta Toko Modern 32

33 Perikanan dan Kelautan: garam, efisiensi usaha nelayan KEPASTIAN BAHAN BAKU SUMBER DALAM NEGERI PERTAMBANGAN: Kemudahan pengadaan scrap PERTANIAN: Pengadaan langsung benih holtikultura 33

34 PAKET KEBIJAKAN I 9 September 205: Menggerakkan Ekonomi Nasional Mendorong Daya Saing Industri Nasional (Deregulasi, Debirokratisasi, Insentif Fiskal) Rekapitulasi Deregulasi Berdasarkan K/L I.2 NO KEMENTERIAN/LEMBAGA JUMLAH REGULASI PP Perpres Inpres Permen Lainnya TOTAL REGULASI. Kemenko Perekonomian Kementerian Perindustrian Kementerian Perdagangan Kementerian Keuangan Kementerian Pertanian Kementerian ESDM Kementerian Agraria dan Tata Ruang Kementerian Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Ketenagakerjaan Kementerian Perhubungan 5 5. Kementerian PU PR 2. Kementerian Kesehatan 3. Kementerian Pariwisata Kementerian KUKM BKPM BPOM 2 2 Total Regulasi

35 KEBIJAKAN DEREGULASI TAHAP II Kemudahan Perizinan Investasi dan Devisa Hasil Ekspor

36 POKOK POKOK KEBIJAKAN DEREGULASI II - 29 SEPTEMBER 205. Kemudahan Layanan Investasi 3 Jam Memberikan layanan cepat dalam bentuk pemberian izin investasi dalam waktu tiga jam Pemegang Izin Investasi sudah bisa langsung melakukan kegiatan investasi di Kawasan Industri. 2. Pengurusan Tax Allowance dan Tax Holiday Lebih Cepat Tax Allowance Pemerintah memberikan atau menolak tax allowance kepada investor, setelah 25 hari syarat dan aplikasi dipenuhi. Tax Holiday Pemerintah mengesahkan pemberian tax holiday, maksimun 45 hari setelah semua persyaratan dipenuhi. 3. Pemerintah Tak Pungut PPN Untuk Alat Transportasi Tidak memungut PPN untuk beberapa alat transportasi, terutama adalah galangan kapal, kereta api, pesawat, dan termasuk suku cadangnya Kebijakan ini telah tertuang dalam PP No. 69/ 205 tentang impor dan penyerahan alat angkutan tertentu dan penyerahan jasa kena pajak, terkait angkutan tertentu yang tidak dipungut PPN. 36

37 POKOK POKOK KEBIJAKAN DEREGULASI II - 29 SEPTEMBER Insentif fasilitas di Kawasan Pusat Logistik Berikat Pembangunan dua pusat logistik berikat, di Cikarang terkait sektor manufaktur dan di Merak terkait BBM, yang direncanakan siap beroperasi menjelang akhir tahun. Manfaat: perusahaan manufaktur tidak perlu impor dan tidak perlu mengambil barang dari luar negeri, cukup mengambil dari gudang berikat. 5. Insentif pengurangan pajak bunga deposito Pengurangan pajak bunga deposito diberikan kepada Eksportir yang berkewajiban melaporkan devisa hasil ekspor (DHE) ke BI. DHE yang disimpan dalam bentuk deposito: (i) bulan diturunkan 0 persen, (ii) 3 bulan menjadi 7,5 persen, (iii) 6 bulan menjadi 2,5 persen dan (iv) di atas 6 bulan 0 persen. Jika dikonversi ke rupiah: (i) bulan 7,5 persen, (ii) 3 bulan 5 persen, dan (iii) 6 bulan langsung 0 persen. 6. Perampingan Izin Sektor Kehutanan Mempercepat Izin investasi dan produksi sektor kehutanan dengan mengurangi dari 4 izin menjadi 6 izin 37

38 KEMUDAHAN LAYANAN INVESTASI 3 JAM DI KAWASAN INDUSTRI Pokok Pokok Kebijakan; Kriteria untuk mendapatkan layanan cepat investasi 3 jam adalah para investor memiliki rencana investasi minimal Rp 00 miliar dan atau rencana penyerapan tenaga kerja Indonesia di atas,000 (seribu) orang. Permohonan disampaikan langsung oleh calon pemegang saham ke PTSP Pusat di BKPM. Satu calon pemegang saham boleh mewakili calon pemegang saham lainnya sepanjang membawa lampiran surat kuasa. Layanan cepat Pendirian Badan Hukum Investasi melalui PTSP Pusat di BKPM ini meliputi izin penanaman modal (investasi), akta pendirian perusahaan, dan pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM sebagai badan hukum Indonesia, serta NPWP. Izin investasi yang diberikan sekaligus akan berfungsi sebagai izin konstruksi untuk memulai kegiatan investasi di Kawasan Industri. Tapi sebelumnya, perusahaan tersebut harus memenuhi norma/standar dalam berinvestasi yang harus dipenuhi sesuai ketentuan Kawasan Industri, antara lain pajak, TDP, Izin Gangguan/SITU, IMB, Izin Lokasi, Pertimbangan Teknis Pertanahan, HGB, Izin Lingkungan dan Amdal, Amdal Lalin, ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, dan lain-lain. Regulasi yang telah diterbitkan:. Peraturan Kepala BKPM Nomor 4 tahun 205 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal. 2. Peraturan Kepala BKPM Nomor 5 tahun 205 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal. 3. Peraturan Kepala BKPM Nomor 6 tahun 205 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal. 4. Peraturan Kepala BKPM Nomor 7 tahun 205 tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal. 38

39 KEBIJAKAN DEREGULASI TAHAP III Kemudahan Usaha Jasa Keuangan, Pembiayaan Ekspor, dan Pengurangan Beban Usaha

40 POKOK-POKOK PAKET KEBIJAKAN TAHAP III 7 OKTOBER 205 I. Paket Kebijakan Otoritas Jasa Keuangan. Relaksasi ketentuan persyaratan kegiatan usaha dan penitipan valuta asing dan pengelolaan (trust) bank. 2. Rancangan skema asuransi pertanian. 3. Rmodal ventura. 4. Pembentukan konsorsium pembiayaan industri berorientqsi ekspor dan ekonomi kreatif serta usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. 5. Pemberdayaan lembaga pembiayaan ekspor Indonesia. 6. Penegasan implementasi one project concept dalam penetapan kualitas kredit. II. Penurunan Harga BBM, Listrik Dan Gas Harga BBM Harga Avtur, LPG 2 kg, Pertamax, dan Pertalite efektif turun sejak Oktober 205. Harga BBM jenis solar diturunkan sebesar Rp 200 per liter, sehingga harga eceran BBM jenis solar bersubsidi akan menjadi Rp per liter. Penurunan harga BBM jenis solar juga akan berlaku untuk BBM jenis solar non-subsidi. Keputusan ini berlaku 3 hari sejak pengumuman ini. Harga BBM jenis premium tetap, yakni Rp per liter (Jamali) dan Rp (di luar Jamali). 40

41 POKOK-POKOK PAKET KEBIJAKAN TAHAP III 7 OKTOBER 205 III. PENURUNAN HARGA BBM, LISTRIK DAN GAS 2 Harga Gas Harga gas untuk pabrik dari lapangan gas baru ditetapkan sesuai dengan kemampuan daya beli industri pupuk, yakni sebesar US$ 7 mmbtu (Million British Thermal Unit). Sedangkan harga gas untuk industri lainnya (seperti petrokimia, keramik, dsb) akan diturunkan sesuai dengan kemampuan industri masing-masing. Penurunan harga gas dimungkinkan dengan melakukan efisiensi pada sistem distribusi gas serta pengurangan penerimaan negara atau PNBP gas. Meski demikian, penurunan harga gas ini tidak akan mempengaruhi besaran penerimaan yang menjadi bagian perusahaan gas Kontrak Kerja Sama. Penurunan harga gas untuk industri tersebut akan efektif berlaku mulai Januari 206. Karena masih harus mengubah aturan tentang PNBP-nya, ujar Darmin. 3 Harga Listrik Tarif listrik untuk pelanggan industri I 3 dan I 4 akan mengalami penurunan tarif mengikuti turunnya harga minyak bumi (Automatic Tariff Adjustment). Diskon tarif hingga 30% untuk pemakaian listrik mulai tengah malam pukul 23:00 hingga pagi hari pukul 08:00, pada saat beban sistem ketenagalistrikan rendah. Penundaan pembayaran tagihan rekening listrik hingga 60% dari tagihan selama setahun dan melunasi 40% sisanya secara angsuran pada bulan ke-3, khusus untuk industri padat karya 4

42 POKOK-POKOK PAKET KEBIJAKAN TAHAP III 7 OKTOBER 205 IV. PERLUASAN WIRAUSAHAWAN PENERIMA KUR Dalam rangka meningkatkan akses wirausahawan kepada kredit perbankan, melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR), pemerintah telah menurunkan tingkat bunga KUR dari sekitar 22% menjadi 2% persen. Pada paket kebijakan ini, para keluarga yang memiliki penghasilan tetap atau pegawai, dipertegas dapat menerima KUR untuk sektor usaha produktif. Menurut Darmin Nasution, Melalui perluasan penerima KUR ini, pemerintah berharap akan muncul para wirausahawan baru. V. PENYEDERHANAAN IZIN PERTANAHAN DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL. Untuk menunjang perekonomian di bidang pertanahan, Kementerian ATR/BPN merevisi Permen Nomor 2 Tahun 205 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Agraria, Tata Ruang dan Pertanahan dalam Kegiatan Penanaman Modal. 2. Beberapa substansi pengaturan baru yang mencakup beberapa hal seperti: a) Pemohon mendapatkan informasi tentang ketersediaan lahan (semula 7 hari menjadi 3 jam); b) Seluruh permohonan didaftarkan sebagai bentuk kepastian bagi pemohon terhadap ketersediaan dan rencana penggunaan lahan. Surat akan dikeluarkan dalam waktu 3 jam 42

43 POKOK-POKOK PAKET KEBIJAKAN TAHAP III 7 OKTOBER 205 c) Kelengkapan perijinan prinsip Proposal, pendirian perusahaan, alas Hak Tanah menjadi persyaratan awal untuk dimulainya kegiatan lapangan; Ada persyaratan yang dapat menyusul sampai dengan sebelum diterbitkannya Keputusan tentang Hak Penggunaan Lahan c) Jangka Waktu pengurusan (Persyaratan harus lengkap): Hak Guna Usaha (HGU) dari hari 20 hari kerja (s/d 200 ha) atau 45 hari kerja (> 200 ha) Perpanjangan/ pembaruan HGU dari hari 7 hari kerja (s/d 200 ha) atau 4 hari kerja (> 200 ha) Permohonan Hak Guna Bangunan/ Hak Pakai dari hari kerja 20 hari kerja (s/d 5 ha) atau 30 hari kerja (>5 ha) Perpanjangan/ pembaruan Hak Guna Bangunan/ Hak Pakai dari hari kerja 5 hari kerja (s.d 5 ha) atau 7 hari kerja (>5 ha) Hak Atas Tanah dari 5 hari kerja hari kerja Penyelesaian pengaduan dari 5 hari kerja 2 hari kerja e) Dalam perpanjangan hak penggunaan lahan yang didasarkan pada evaluasi tentang pengelolaan dan penggunaan lahan, termasuk audit luas lahan, oleh yang bersangkutan tidak lagi memakai persyaratan seperti awal permohonan. 43

44 REKAPITULASI PERIZINAN DEREGULASI JENIS REGULASI JUMLAH IZIN RENCANA YANG DIHILANGKAN REALISASI SISA IZIN (per 6 Okt 205) Peraturan Pemerintah Peraturan Presiden 4 4 Instruksi Presiden Peraturan Menteri Perindustrian Peraturan Menteri Perdagangan Peraturan Menteri Keuangan 6 6 Peraturan Menteri Pertanian 3 8 Peraturan Menteri ESDM Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan 4 4 Peraturan Menteri Perhubungan 7 7 Peraturan Menteri Kesehatan Peraturan Menteri Koperasi dan UKM 4 4 Peraturan Kepala BKPM 5 5 Peraturan Kepala BPOM

45 REKAPITULASI PERIZINAN DEREGULASI KLASIFIKASI REGULASI JUM49H IZIN RENCANA YANG DIHILANGKAN REALISASI SISA IZIN (per 6 Okt 205) Kemudahan Investasi Efisiensi Industri Kelancaran Perdagangan dan Logistik Kepastian Bahan Baku Sumber Dalam Negeri TOTAL REGULASI

46 LAMPIRAN

47 KEMUDAHAN INVESTASI NO REGULASI JUMLAH IZIN IZIN YANG DIHILANGKAN SISA KLASIFIKASI. PP Kawasan Industri Mendorong keunggulan 2 PP yang melaksanakan UU Nomor 3 Tahun 200 Tentang Hortikultura, untuk memberikan grandfather clause bagi investasi perkebunan hortikultura 3 PP yang merevisi PP Nomor 40 Tahun 996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah 4 PP yang merevisi PP Nomor 24 Tahun 997 tentang Pendaftaran Tanah 5 PP yang merevisi PP Nomor 37 Tahun 998 tentang Peraturan Jabatan PPAT 6 PP yang merevisi PP Nomor Tahun 200 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar 7 PP yang merevisi PP Nomor 4 Tahun 996 tentang Pemilikan Rumah Tinggal Atau Hunian Oleh Orang Asing Yang Berkedudukan di Indonesia- Izin peralihan Hak Pakai atas tanah negara Izin Peruntukan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah negara bekas tanah terlantar - Izin peralihan Hak Pakai atas tanah negara efisiensi Penyelesaian kesenjangan daya saing efisiensi efisiensi - Izin Peruntukan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah negara efisiensi Mendorong keunggulan 47

48 KEMUDAHAN INVESTASI NO REGULASI JUMLAH IZIN IZIN YANG DIHILANGKAN SISA KLASIFIKASI 8 PP yang merevisi PP Nomor 3 Tahun 200 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional 9 PP perubahan keempat PP No. 23/200 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, untuk debirokratisasi dengan memperpendek jangka waktu proses pengajuan perpanjangan IUP, IUPK, KK, dan PKP2B 0 PP tentang PPN Jasa Kepelabuhanan, untuk memberikan insentif PPN bagi angkutan laut luar negeri PP yang merevisi PP No 46 Tahun 2000 tentang Impor dan/ atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu dan/atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang Dibebaskan dari Pengenaan PPN, untuk insentif, PPN dibebaskan bagi alat angkut tertentu (Kapal Laut, Kereta Api, Pesawat) 6 - Ijin Usaha Pertambangan (IUP) - IUP Eksplorasi - IUP Operasi Produksi - Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) - IUPK Eksplorasi - IUPK Operasi Produksi efisiensi Ijin Usaha Pertambangan (IUP) - IUP Eksplorasi - IUP Operasi Produksi - Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) - IUPK Eksplorasi - IUPK Operasi Produksi efisiensi Mendorong keunggulan Mendorong keunggulan 2 RPP Usaha Wisata Agro Hortikultura Mendorong keunggulan 48

49 KEMUDAHAN INVESTASI NO REGULASI JUMLAH IZIN IZIN YANG DIHILANGKAN SISA KLASIFIKASI 3 PP tentang Impor dan Penyerahan Alat Angkut Tertentu dan Penyerahan Jasa Kena Pajak Terkait Alat Angkutan Tertentu yang Tidak Dipungut PPN, untuk insentif, PPN tidak dipungut bagi alat angkut tertentu (Kapal Laut, Kereta Api, Pesawat) 4 Perpres Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional 5 Perpres yang merevisi Perpres Nomor 30 Tahun 205 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 202 tentang Penyelenggaraan Pengadaaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum 6 Peraturan Presiden tentang Pelaksanaan Pembangunan Kilang Minyak di Dalam Negeri, sebagai pedoman akselerasi pembangunan kilang minyak (termasuk produk turunannya) melalui dana APBN dan penugasan kepada Pertamina Mendorong keunggulan Penyelesaian kesenjangan daya saing Penyelesaian kesenjangan daya saing efisiensi 49

50 KEMUDAHAN INVESTASI NO REGULASI JUMLAH IZIN IZIN YANG DIHILANGKAN SISA KLASIFIKASI 7 Peraturan Presiden tentang percepatan pembangunan infratstruktur ketenaga listrikan, untuk deregulasi dan debirokratisasi proses perizinan investasi listrik 8 Perpres Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis 9 Inpres Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis 20 Revisi Perka BKPM Nomor 5 Tahun 2003 jo Perka BKPM Nomor 2 Tahun 203 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Non Perizinan untuk menyesuaikan seluruh jenis izin usaha harus disamakan nomenklatur dengan peraturan perundang-undangan sektor. 2 Perka BKPM yang merevisi Perka BKPM No 3 Tahun 202, agar dalam pengendalian pelaksanaan penanaman modal, pengawasan terutama perubahan investasi dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga K/L terkait dan asosiasi industri mendapatkan informasi perubahan. 5 - Pendaftaran penanaman modal - Izin prinsip - Izin usaha - Izin usaha perwakilan perusahaan perdagangan asing - Izin kantor perwakilan perusahaan asing Penyelesaian kesenjangan daya saing efisiensi efisiensi efisiensi Pendaftaran penanaman modal - Izin prinsip - Izin usaha - Izin usaha perwakilan perusahaan perdagangan asing - Izin kantor perwakilan perusahaan asing efisiensi 50

51 KEMUDAHAN INVESTASI NO REGULASI JUMLAH IZIN IZIN YANG DIHILANGKAN SISA KLASIFIKASI 22 Perka BKPM tentang Izin Prinsip Penanaman Modal 23 Perka BKPM tentang Fasilitas Penanaman Modal 24 Permentan yang merevisi Permentan Nomor 98 Tahun 203 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan, untuk merubah pasal 4 yang mewajibkan divestasi kepada koperasi pekebun setempat 25 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang merevisi Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/204 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan. Izin pinjam pakai kawasan hutan efisiensi efisiensi efisiensi - Izin pinjam pakai kawasan hutan efisiensi 5

52 KEMUDAHAN INVESTASI NO REGULASI JUMLAH IZIN IZIN YANG DIHILANGKAN SISA KLASIFIKASI 26 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mengubah Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.8/Menhut-II204 tentang Pembatasan Luas Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Dalam Hutan Alam, IUPHHK Hutan Tanaman Industri atau IUPHHK Restorasi Ekosistem pada Hutan Produksi. 27 Permen ATR/Kep. BPN Nomor 6 Tahun 205 tentang Perubahan atas Permen Kepala BPN Nomor 5 Tahun 202 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah 28 Permen ATR/Kep. BPN yang merevisi Peraturan Kepala BPN Nomor Tahun 200 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan. 29 Permen ATR/Kep. BPN yang merevisi Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 20 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan. 30 Kepmen Koperasi dan UKM yang merevisi Kepmen Koperasi dan UKM Nomor 45/KEP/M/998 tentang Petunjuk Penanaman Modal Penyertaan Pada Koperasi, agar Koperasi dapat membangun modal penyertaan sebagai instrumen modal yang sebagai surat berharga yang dapat diperjualbelikan sehingga dapat mengembangkan pemupukan modal Koperasi yang berasal dari luar 3 - Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri - Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan dalam Hutan Alam - Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem dalam Hutan Alam Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri - Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan dalam Hutan Alam - Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem dalam Hutan Alam efisiensi efisiensi efisiensi efisiensi Penyelesaian kesenjangan daya saing 52

53 KEMUDAHAN INVESTASI NO REGULASI JUMLAH IZIN IZIN YANG DIHILANGKAN SISA KLASIFIKASI 3 Kepmen Koperasi dan UKM yang merevisi Kepmen Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah Nomor 9/KEP/M/III/998 tentang Pedoman Kelembagaan dan Usaha Kecil, untuk mendukung koperasi berani masuk ke sektor lain 32 Kepmen Koperasi dan UKM yang merevisi Kepmen Koperasi dan UKM Nomor 9/KEP/M.KUM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah, agar selaras dengan UU No 2 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta meningkatkan kepatuhan KSP dan pembiayaan syariah 33 Permen Koperasi dan UKM yang merevisi Permen Koperasi dan UKM Nomor 8/PER/M.KUKM/X/2004 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Bagi Koperasi dan UKM, untuk mengakomodir UU No 20 tahun 2008 tentang UMKM dan diklat pengembangan kompetesi usaha mikro 5 - Permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah - Permohonan Pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah - Permohonan pengesahan Unit Jasa Keuangan Syariah - Permohonan persetujuan pembukaan Kantor Cabang - Permohonan ijin perubahan pola operasional menjadi sistem syariah untuk konversi data keuangan 5 - Permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah - Permohonan Pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah - Permohonan pengesahan Unit Jasa Keuangan Syariah - Permohonan persetujuan pembukaan Kantor Cabang - Permohonan ijin perubahan pola operasional menjadi sistem syariah untuk konversi data keuangan Penyelesaian kesenjangan daya saing Penyelesaian kesenjangan daya saing Penyelesaian kesenjangan daya saing 53

54 KEMUDAHAN INVESTASI NO REGULASI JUMLAH IZIN 34 Kepmen Koperasi dan UKM yang merevisi Kepmen Negara Urusan Koperasi dan UKM Nomor 23/Kep/M.KUKM/X/2004 tentang Penyelenggaraaan Tugas Pembanguan Dalam Rangka Pengesahan Akta Pendirian, Perubahan Anggaran Dasar dan Pembubaran Koperasi Pada Provinsi dan Kabupaten/Kota, untuk menyelaraskan dengan UU No 23 tahun 204 tentang Pemerintahan Daerah dan mendukung pembentukan Koperasi 35 Kepmen Koperasi dan UKM yang merevisi Kepmen Koperasi dan UKM Nomor 24/Kep/M.UKM/X/2004 tentang Penugasan Pejabat Yang Berwenang untuk memberikan Pengesahan Akta Pendirian, Perubahan Anggaran Dasar dan Pembubaran Koperasi di Tingkat Nasional, untuk menyelaraskan dengan UU No 23 Tahun 204 tentang Pemerintahan Daerah dan mendukung pembentukan Koperasi 2 - Menunjuk gubernur sebagai pejabat untuk dan atas nama Menteri Koperasi dan UKM dlm pengesahan akta pendirian, perubahan anggaran dasar, dan pembubaran koperasi yang anggotanya berdomisili lebih dari kab/kota dalam propinsi - Menunjuk bupati untuk dan atas nama Menteri Koperasi dan UKM dlm pengesahan akta sebagai pejabat dlm pengesahan akta pendirian, perubahan anggaran dasar, dan pembubaran koperasi yang anggotanya berdomisili di wilayah bersangkutan Menugaskan Deputi Kelembagaan Kemen Koperasi dan UKM sebagai pejabat untuk dan atas nama Menteri Koperasi dan UKM dlm pengesahan akta pendirian, perubahan anggaran dasar, dan pembubaran koperasi yang anggotanya berdomisili lebih dari propinsi IZIN YANG DIHILANGKAN - Merevisi ketentuan yang memberi wewenang gubernur dan bupati dalam dlm pengesahan akta pendirian, perubahan anggaran dasar, dan pembubaran koperasi - Merevisi ketentuan yang Menugaskan Deputi Kelembagaan Kemen Koperasi dan UKM dalam dlm pengesahan akta pendirian, perubahan anggaran dasar, dan pembubaran koperasi SISA 2 pengesahan akta pendirian, perubahan anggaran dasar, dan pembubaran koperasi adalah wewenang pemerintah pusat pengesahan akta pendirian, perubahan anggaran dasar, dan pembubaran koperasi adalah wewenang pemerintah pusat KLASIFIKASI Penyelesaian kesenjangan daya saing Penyelesaian kesenjangan daya saing 54

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN DEREGULASI SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN DEREGULASI SEPTEMBER 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PERKEMBANGAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN DEREGULASI SEPTEMBER 2015 7 Oktober 2015 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN NASIONAL 7 Pertumbuhan Ekonomi (%) Indeks

Lebih terperinci

Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II dan III

Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II dan III Paket Kebijakan Ekonomi Jilid II dan III Pemerintah kembali meluncurkan paket kebijakan ekonomi jilid II dan III, Rabu (7/10/2015). Dalam paket tersebut, berbagai kebijakan yang dikeluarkan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAHAN RINCI SOSIALISASI PAKET KEBIJAKAN EKONOMI

BAHAN RINCI SOSIALISASI PAKET KEBIJAKAN EKONOMI Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia BAHAN RINCI SOSIALISASI PAKET KEBIJAKAN EKONOMI Semarang, 3 November 2015 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN NASIONAL 7 Pertumbuhan Ekonomi (%) Indeks

Lebih terperinci

DEREGULASI PAKET KEBIJAKAN EKONOMI NASIONAL

DEREGULASI PAKET KEBIJAKAN EKONOMI NASIONAL Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia DEREGULASI PAKET KEBIJAKAN EKONOMI NASIONAL Banjarmasin, 5 November 2015 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN NASIONAL 7 Pertumbuhan Ekonomi (%) Indeks

Lebih terperinci

RINGKASAN PAKET KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHAP II TGL. 29 SEPTEMBER 2015

RINGKASAN PAKET KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHAP II TGL. 29 SEPTEMBER 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia RINGKASAN PAKET KEBIJAKAN PEREKONOMIAN TAHAP II TGL. 29 SEPTEMBER 2015 29 September 2015 KEBIJAKAN DEREGULASI TAHAP II Kemudahan Perizinan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS. Jakarta, 25 September 2015

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS. Jakarta, 25 September 2015 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Jakarta, 25 September 2015 Paket Kebijakan Ekonomi Tahap I: Beberapa Peraturan Digabungkan Pemerintah mencatat sejumlah kemajuan

Lebih terperinci

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PAKET KEBIJAKAN EKONOMI Pekanbaru, 4 Desember 2015 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN NASIONAL 7 Pertumbuhan Ekonomi (%) Indeks Harga Konsumen (IHK)

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Laporan Perkembangan Deregulasi 2015 Jakarta, 22 September 2015 A. RPP Tempat Penimbunan Berikat, (D1) B. RPP Perubahan PP Nomor 23 Tahun 2010, (F3) C. RPerpres

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Oktober 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PAKET KEBIJAKAN EKONOMI

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PAKET KEBIJAKAN EKONOMI Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PAKET KEBIJAKAN EKONOMI Pekanbaru, 4 Desember 2015 1 Evaluasi Paket Kebijakan Ekonomi Paket Kebijakan Ekonomi merespon

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara di dunia ini pasti akan melakukan interaksi dengan negaranegara lain di sekitarnya. Biasanya bentuk kerjasama atau interaksi itu berbentuk perdagangan antar

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN KINERJA Periode: MARET 21 Jakarta, Mei 21 1 Neraca Perdagangan Indonesia Kondisi perdagangan Indonesia semakin menguat setelah mengalami kontraksi di tahun 29. Selama Triwulan I

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

OVERVIEW PERLAMBATAN EKONOMI

OVERVIEW PERLAMBATAN EKONOMI Policy Brief Paket Kebijakan Ekonomi & Simplifikasi Regulasi Pusat Daerah Dalam Mendukung Peningkatan Investasi Dan Pertumbuhan Ekonomi Nasional No. 0 / / / Juni 2016 OVERVIEW Investasi memiliki peran

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SIARAN PERS. 1 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK: Paket Kebijakan Ekonomi, Bangkitkan Kepercayaan Pasar

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SIARAN PERS. 1 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK: Paket Kebijakan Ekonomi, Bangkitkan Kepercayaan Pasar KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN SIARAN PERS 1 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK: Paket Kebijakan Ekonomi, Bangkitkan Kepercayaan Pasar Jakarta, 21 Oktober 2015 Sebagai kementerian non teknis yang

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2016 No. 42/08/32/Th.XVIII, 01 Agustus 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2016 MENCAPAI USD 2,48

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No.40/07/Th.XIV, 1 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$18,33 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$18,33 miliar atau

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT SEPTEMBER 2016 No. 60/11/32/Th.XVIII, 1 November 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER 2016 MENCAPAI

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w s. go.id PERKEMBANGAN INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG 2011 2013 ISSN : 1978-9602 No. Publikasi : 05310.1306 Katalog BPS : 6102002 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1%

Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1% Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1% Osaka, 24 April 2018 - Ekspor Indonesia ke Jepang selama Bulan Februari 2018 mencapai USD 1,6 miliar, mengalami peningkatan

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan I Tahun 2010 Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 72/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$11,88 miliar atau mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

Membedah Kinerja Setahun Pemerintahan Jokowi

Membedah Kinerja Setahun Pemerintahan Jokowi SEMINAR EKONOMI INDONESIA MENUJU KRISIS? Membedah Kinerja Setahun Pemerintahan Jokowi ENNY SRI HARTATI Auditorium Kampus Kwik Kian Gie School of Business 21 Oktober 2015 INSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF ECONOMICS

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi disampaikan pada Forum Sinkronisasi Perencanaan Strategis 2015-2019 Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Kebijakan Energi Nasional Yogyakarta, 13 Agustus 2015

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 No. 20/04/32/Th XIX, 3 April 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI 2017 MENCAPAI USD 2,21

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD

Lebih terperinci

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M Kementerian Perdagangan 17 Oktober 2015 1 Neraca perdagangan Oktober 2015 kembali surplus Neraca

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JULI 2016 No. 51/09/32/Th.XVIII, 01 September 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI 2016 MENCAPAI USD 1,56

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Kinerja Ekspor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 48/05/Th. XVIII, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL MENCAPAI US$13,08 MILIAR Nilai ekspor Indonesia April mencapai US$13,08

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008 BADAN PUSAT STATISTIK No. 22/05/Th. XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET A. Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 11,90 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 12,96

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 10/02/34/Th.XVI, 3 Februari 2014 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016 No.37/07/32/Th.XVIII, 01 Juli 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2016 MENCAPAI US$ 2,08 MILYAR

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia SIARAN PERS DEPARTEMEN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021 3858216, 23528400. Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Ekspor Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA Oleh : Azwar Harahap Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Triwulan I 2018 Tumbuh 21,1%, Melampaui Ekspektasi Pencapaian Target Ekspor Triwulan Pertama

Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Triwulan I 2018 Tumbuh 21,1%, Melampaui Ekspektasi Pencapaian Target Ekspor Triwulan Pertama Ekspor Non Indonesia ke Jepang Triwulan I 2018 Tumbuh 21,1%, Melampaui Ekspektasi Pencapaian Target Ekspor Triwulan Pertama Osaka, 22 Mei 2018 Ekspor Indonesia ke Jepang selama Bulan Maret 2018 mengalami

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 25/05/32/Th.XIX, 02 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2017 MENCAPAI USD 2,49 MILYAR

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2017 No. 38/07/32/Th.XIX, 3 Juli 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2017 MENCAPAI USD 2,45 MILYAR

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia BUTIR-BUTIR BICARA MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT, PEMERINTAH DAERAH, DAN BANK INDONESIA MEMPERCEPAT DAYA SAING INDUSTRI UNTUK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 Pusat Data dan Informasi LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan IV Tahun industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2017 No. 34/06/32/Th.XIX, 2 Juni 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2017 MENCAPAI USD 2,24 MILYAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 BPS PROVINSI BENGKULU No. 10/02/17/XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016 EKONOMI BENGKULU TUMBUH 5,30 PERSEN, MENINGKAT DIBANDINGKAN TAHUN 2015 Perekonomian Provinsi Bengkulu

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT DESEMBER 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER 2016 MENCAPAI USD 2,29 MILYAR No. 08/02/32/Th.XIX, 01

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013 OUTLINE V PENUTUP III II I PENDAHULUAN PERKEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 43/08/32/Th.XIX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2017 MENCAPAI USD 1,95 MILYAR

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA. SIARAN PERS Jakarta, 18 September 2015

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA. SIARAN PERS Jakarta, 18 September 2015 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Jakarta, 18 September 2015 Penjelasan Beberapa Deregulasi yang Sudah Selesai Seperti diketahui, hingga saat ini pemerintah telah

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP III DAN IV

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP III DAN IV Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PAKET KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP III DAN IV Bali, 20 Oktober 2015 Pendahuluan Tantangan Pembangunan Ekonomi 2 2 Bauran Kebijakan Fiskal, Moneter

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No.21/04/Th.XIV, 1 April PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$14,40 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$14,40

Lebih terperinci

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Ekspor Nonmigas

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN PAPUA TRIWULAN II TAHUN 2015

PEREKONOMIAN PAPUA TRIWULAN II TAHUN 2015 No. 45/08/94/ Th. VIII, 5 Agustus 2015 PEREKONOMIAN PAPUA TRIWULAN II TAHUN 2015 Perekonomian Papua triwulan II tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan barang dan jasa antar negara di dunia membuat setiap negara mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan memperoleh keuntungan dengan mengekspor barang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 54/08/21/Th. VIII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2013 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2016 NO. 32/05/33 TH. X, 2 MEI 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2016 Pertumbuhan (q to q) produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan I tahun 2016 Provinsi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2016 No.32/06/32/Th.XVIII, 01 Juni 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2016 MENCAPAI US$ 2,10 MILYAR

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 30 /05/52/Th.VII, 02 Mei 2016 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I TAHUN 2016 1. Pertumbuhan produksi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut di Bulan April 2015

Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut di Bulan April 2015 Impor Seluruh Jenis Golongan Barang Menurun di bulan April 2015, kecuali Bahan Baku/Penolong Perdagangan dengan India di bulan April 2015 menyumbang surplus USD 1,0 miliar Grafik 2. Negara Penyumbang Surplus

Lebih terperinci

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

UMKM & Prospek Ekonomi 2006 UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan III Tahun Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2015 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 28/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN I TAHUN 2015 Pertumbuhan produksi Industri

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA 3rd SUSTAINABLE BUSINESS DIALOGUE IN COOPERATION WITH THE GLOBAL PRACTITIONERS DIALOGUE ON CLIMATE

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2017 MENCAPAI USD 2,30 MILYAR No. 16/03/32/Th.XIX, 01 Maret

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 31/05/21/Th.VIII, 1 Mei 2013 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2013 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO BOGOR, 7 9 FEBRUARI 2013 PENDAHULUAN Pengembangan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2014 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 10/02/34/Th.XVII, 2 Februari 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN IV TAHUN 2014 Pertumbuhan produksi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor dan Impor Kalimantan Barat Agustus 2017

Perkembangan Ekspor dan Impor Kalimantan Barat Agustus 2017 Perkembangan Ekspor dan Impor Kalimantan Barat tus No. 53/10/61/Th. XX, 2 Oktober BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN BARAT Perkembangan Ekspor dan Impor Kalimantan Barat tus A. PERKEMBANGAN EKSPOR

Lebih terperinci

Berita Resmi Statistik

Berita Resmi Statistik 6 November 2017 2 Pelopor Data Statistik Terpercaya Untuk Semua Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Produk Domestik Bruto) Berita Resmi Statistik 6 November 2017 Indeks Tendensi Bisnis dan Indeks Tendensi Konsumen

Lebih terperinci

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan. INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan.  INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 2014-2016 http://www.bps.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2014

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 33/05/21/Th. IX, 2 Mei 2014 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN I TAHUN 2014 Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro Kecil

Lebih terperinci