Prakiraan Kebutuhan Tenaga Listrik Berbasis pada Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Angkatan Kerja
|
|
- Lanny Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Prakiraan Kebutuhan Tenaga Listrik Berbasis pada Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Angkatan Kerja Sudaryatno Sudirham Abstrak Suatu alternatif cara prakiraan kebutuhan tenaga listrik diusulkan. Cara ini berbasis pertumbuhan jumlah pelanggan yang dianggap merupakan respons masyarakat terhadap kecukupan pasokan tenaga listrik. Prakiraan dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah mencari koridor pertumbuhan, yaitu batas bawah dan batas atas pertumbuhan. Tahap kedua adalah melakukan koreksi hasil perhitungan tahap pertama dengan melihat hasil sensus. Perhitungan tahap ketiga melakukan koreksi berdasarkan rencana-rencana pembangunan, yang untuk sementara ini belum dapat dilakukan. Pembandingan dengan RUPTL menunjukkan bahwa RUPTL berada dalam koridor hasil perhitungan dan sangat dekat dengan hasil perhitungan setelah koreksi dilakukan. 1. Pendahuluan (Posting tulisan ini dipicu oleh berita di harian Kompas tanggal 20 Desember 2012, berjudul Listrik Mengkhawatirkan: pasokan listrik nasional mengkhawatirkan karena permintaan listrik besar). PLN telah melakukan perencanaan pemasokan energi listrik yang dituangkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Jika rencana penyediaan itu dapat dilaksanakan dengan baik, tentunya kita boleh berharap bahwa kecukupan listrik (bagi pelanggan listrik rumah tangga khususnya) akan tetap berlanjut dan kita tidak mengalami lagi situasi tahun 2006, di mana SAIDI mencapai 27 jam per pelanggan, dan SAIFI 13,85 kali per pelanggan. (SAIDI: System Average Interruption Duration Index, SAIFI: System Average Interruption Frequency Index ). Tenaga listrik tidaklah dapat dianggap sebagai komoditas biasa. Penulis masih teringat ucapan Prof. T.M. Soelaiman dalam satu kuliahnya di akhir tahun 1962; beliau berucap jika saya umpamakan Negara adalah tubuh manusia, maka jaringan listrik itu adalah urat darahnya dan jaringan telekomunikasi itu adalah urat syarafnya. (Waktu itu di teknik elektro ITB baru ada arus kuat dan arus lemah saja). Dan sepuluh tahun kemudian penulis baca dalam Encyclopedia Internatitonal tulisan Harvey H. Segal:...Another drag on economic growth in the underdeveloped countries is inadequate capital facilities such as transportation network, sources of electric power, and water supplies. Without these facilities, which require large-scale public investments, the agricultural sector of the economy remain stagnant, and the possibilities of industrial growth are severely limited...(harvey H. Segal, graduate School of Bussiness Administration, New York University). Namun PLN dalam statusnya sekarang ini sebagai badan usaha tentunya harus pula memperoleh keuntungan. Hal demikian ini tidak dibahas dan pemenuhan kebutuhan listrik dipandang dalam konteks makro [Nengah Sudja,Kompas 7 Nopember 2012]. Walaupun penulis tidak mengetahui bagaimana PLN membuat prakiraan kebutuhan tenaga listrik di masa datang, namun penulis mencoba menelusuri data historis perkembangan kelistrikan PLN melalui buku Statistik PLN yang diterbitkan setiap tahun. Dari penelusuran itu, penulis menurunkan cara prakiraan kebutuhan tenaga listrik. Dalam prakiraan ini, penulis bertumpu pada pertumbuhan jumlah pelanggan rumah tangga dan jumlah angkatan kerja. Pelanggan rumah tangga penulis pandang sangat menentukan walaupun 1/8
2 banyak pihak menganggapnya sebagai pelanggan konsumtif. Akan tetapi di sanalah sedang tumbuh generasi penerus bangsa dan oleh karena itu kecukupan listrik rumah tangga harus diusahakan sehingga dijadikan salah satu tumpuan dalam prakiraan ini. Di sisi lain angkatan kerja penulis pandang sebagai penggerak ekonomi, dan oleh karena itu kebutuhan tenaga listriknya harus pula dipenuhi; kebutuhan tersebut adalah sama dengan tenaga listrik untuk keperluan non-rumah tangga. Proses prakiraan seharusnya penulis lakukan dalam tiga tahapan: a). Tahap pertama adalah mencari batas terendah dan batas tertinggi pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik. Hasil perhitungan batas terendah disebut prakiraan-rendah dan batas tertinggi disebut prakiraan-tinggi. Prakiraan-rendah merupakan pertumbuhan lanjutan dari pertumbuhan yang sudah pernah terjadi, dengan suatu pandangan optimistis bahwa pertumbuhan tidak akan menurun. Prakiraan-tinggi merupakan suatu harapan bahwa pertumbuhan di masa datang mampu mencapai pertumbuhan tinggi, yang telah pernah dicapai di masa lalu. Kedua prakiraan ini masing-masing merupakan angka ancar-ancar kebutuhan tenaga listrik, dan merupakan koridor pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik. b). Tahap kedua adalah melakukan koreksi atas hasil perhitungan tahap pertama berdasarkan pertimbangan lain dan hasil sensus penduduk, yang dalam hal ini adalah sensus tahun c). Tahap yang ketiga adalah melakukan koreksi-koreksi mengenai kebutuhan tenaga listrik berdasarkan rencana nyata kebutuhan tenaga listrik (rencana pembangunan). Namun tahapan yang ketiga ini belum dapat dilaksanakan karena informasi yang dibutuhkan belum diperoleh. 2. Pertumbuhan Penduduk Tujuan utama pasokan energi listrik adalah peningkatan kesejahteraan penduduk, mulai dari keperluan untuk kehidupan rumah tangga, kecukupan lapangan kerja, kecukupan pendapatan, sampai ke pelayanan kesehatan dan keamanan. Oleh karena itu dalam melakukan prakiraan kebutuhan tenaga listrik, hal pertama yang harus diperhatikan adalah pertumbuhan penduduk. Dari pertumbuhan penduduk inilah, ditambah dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, suatu cara prakiraan kebutuhan listrik untuk masa-masa mendatang diturunkan. Informasi mengenai pertumbuhan penduduk diperoleh dari Proyeksi BPS tahun 2005 dan Sensus penduduk tahun Formulasi Kebutuhan Tenaga Listrik Pada dasarnya PLN mengelompokkan pelanggannya menjadi empat kelompok pelanggan yaitu pelanggan Rumah Tangga (R), Industri (I), Bisnis (B), dan Publik (P); kelompok yang terakhir ini terdiri dari pelanggan Sosial, Kantor Pemerintah, dan Penerangan Jalan Umum. Pasokan tenaga listrik total (T) setiap tahun dapat diformulasikan sebagai T = rr + ii + bb + pp (1) dengan R, I, B, P adalah jumlah pelanggan masing-masing kelompok pelanggan, dan r, i, b, dan p adalah konsumsi rata-rata tiap kelompok pelanggan. Baik jumlah pelanggan maupun konsumsi per pelanggan merupakan fungsi waktu (berubah setiap tahun). Dengan mengabaikan adanya susut non-teknis maka konsumsi pelanggan dapat diasumsikan sama dengan energi terjual; dengan demikian maka bentuk fungsi-fugsi r,i, b, dan p, maupun bentuk fungsi R, I, B, dan P, dapat didekati melalui pengamatan data historis. Namun harus diingat bahwa prakiraan kebutuhan tenaga listrik bukanlah sekedar kelanjutan trend yang sudah pernah terjadi. Dalam prakiraan terkandung pula harapan dan rencana-rencana untuk masa depan. Konsep perhitungan ini (tanpa tahap ketiga) akan diterapkan untuk melakukan prakiraan kebutuhan energi dalam skala nasional dan membandingkan hasilnya terhadap RUPTL /8
3 4. Pengamatan Data Historis Buku Statistik PLN menunjukkan secara nasional bahwa pertumbuhan PLN mengalami pasang surut. Pertumbuhan jumlah pelanggan yang tinggi, yang dicapai sebelum krisis moneter, berubah memprihatinkan mulai Pertumbuhan sarana fisik untuk memasok tenaga listrik tidak tumbuh secara memadai sehingga PLN tidak dapat memasok listrik ke masyarakat sebagaimana diharapkan. Keadaan buruk mencapai puncaknya pada tahun 2006, ditandai dengan melonjaknya SAIDI menjadi 27 jam per pelanggan, naik hampir 2 kali lipat dari tahun-tahun sebelumnya, dan SAIFI 13,85 kali per pelanggan. Keadaan berangsur membaik mulai 2007 ditandai dengan pertumbuhan positif jumlah pelanggan di semua kelompok pelanggan. Pada 2010 SAIDI mencapai 6,97 jam per pelanggan dan SAIFI 6,82 kali per pelanggan. Melihat perkembangan yang terjadi tersebut maka perioda sesudah tahun 2006 kita sebut situasi normal; sampai tahun 2011 terjadi pertumbuhan jumlah pelanggan rata-rata positif (walaupun masih rendah) yaitu 5,2% untuk RT, 1,5% untuk pelanggan Industri, 4,5% untuk pelanggan Bisnis, dan 5,5% untuk Publik. Situasi yang juga kita sebut situasi normal adalah sebelum 1998 walaupun keandalan sistem masih belum memadai dengan rata-rata SAIDI 20,16 jam per pelanggan dan SAIFI 18,14 kali per pelanggan; pertumbuhan jumlah pelanggan rata-rata dalam perioda ini adalah tinggi yaitu 13,3% untuk pelanggan RT, 6,8% untuk pelanggan Industri, 12,6% untuk pelanggan Bisnis, dan 14,4% untuk Publik. Kurun waktu antara 1998 sampai 2006 kita sebut situasi tidak normal. Pengamatan data historis juga menunjukkan bahwa jumlah pelanggan RT selalu dominan, lebih dari 90% dari jumlah jumlah seluruh pelanggan baik dalam situasi normal maupun tidak normal. Dalam buku Statistik PLN 2011 tercantum angka proporsi jumlah pelanggan RT 92,77%, Industri 0,11%, Bisnis 4,47%, dan Publik 2,65%, yang dalam angka jumlah pelanggan adalah RT , Industri , Bisnis , dan Publik pelanggan. Dengan dominasi jumlah tersebut maka perubahan jumlah pelanggan RT (naik ataupun turun) tidak terlalu signifikan pengaruhnya pada keseluruhan jumlah pelanggan. Sementara itu proporsi penjualan energi adalah 41,21% untuk pelanggan RT, 34,64% untuk pelanggan Industri, 17,92% untuk Bisnis, dan selebihnya 6,23% untuk Publik. Selain itu konsumsi rata-rata per pelanggan RT jauh lebih kecil dibandingkan dengan konsumsi rata-rata kelompok pelanggan lainnya. Pada tahun 2011, konsumsi per pelanggan (energi terjual per jenis pelanggan) adalah RT kwh, Industri kwh, Bisnis kwh, Sosial kwh, Kantor kwh, dan PJU kwh. Di samping konsumsi per pelanggan yang relatif kecil, diduga kuat bahwa kelompok pelanggan RT terdiri dari pelanggan dengan daya beli yang bergradasi dari yang kurang kuat sampai yang sangat kuat; hal ini ditunjukkan adanya pelanggan yang menggunakan batas kva rendah sampai tinggi. Juga di suatu rumah tangga tidaklah mudah meninggalkan peralatan listrik yang sudah biasa dipakai jika harus terjadi penghenatan pemakaian tenaga listrik. Oleh karena itu terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi yang seharusnya diikuti dengan penghematan penggunaan tenaga listrik, tidak dapat diharapkan terjadi terlalu signifikan pada pelanggan RT; dengan kata lain konsumsi rata-rata pelanggan RT tidak terlalu rentan pada gejolak ekonomi. Hal ini terlihat dari data konsumsi rata-rata pelanggan RT dari yang selalu meningkat setiap tahun sekalipun melalui masa krisis tahun Dengan sifat tersebut maka jumlah pelanggan RT dapat ditargetkan, dan target ini disesuaikan dengan pendanaan yang tersedia atau harus disediakan. Jumlah target setiap tahun dapat dibuat sedemikian rupa sehingga suatu pencapaian Rasio Elektrifikasi 100% dapat terjadi pada sesuatu tahun yang dikehendaki. Jadi pertumbuhan jumlah pelanggan RT lebih ditentukan oleh pertumbuhan penduduk dibanding dengan gejolak ekonomi; hal ini berarti bahwa PLN dapat mengendalikan pertumbuhan jumlah pelanggan RT. Keadaan ini sangat berbeda dengan jumlah pelanggan Industri yang sangat dipengaruhi oleh gejolak ekonomi, yang ditunjukkan oleh pertumbuhan negatif jumlah pelanggan Industri yang telah terjadi dalam perioda tidak normal. 3/8
4 5. Batas-Rendah dan Batas-Tinggi Kebutuhan Tenaga Listrik Darpublic Pertumbuhan Jumlah Pelanggan. Pertumbuhan jumlah pelanggan secara nasional dalam situasi normal antara 2007 sampai 2011 telah disebutkan di atas. Akan tetapi karena hasil perhitungan yang dilakukan ini akan diperbandingkan dengan RUPTL , maka realisasi tahun 2011 belum dianggap sebagai data historis. Dengan pengertian ini maka angka pertumbuhan rata-rata jumlah pelanggan dihitung dari data antara 2007 sampai 2010, adalah 4,4% untuk RT, 1,22% untuk Industri, 3,8% untuk Bisnis dan 5,4% untuk Publik. Namun pertumbuhan rendah ini perlu dicermati, terutama pada pertumbuhan jumlah pelanggan RT karena kita menaruh harapan (misalnya) bahwa Rasio Elektrifikasi 100% dapat dicapai sebelum tahun Dengan menggunakan proyeksi jumlah penduduk dari BPS 2005, dan asumsi bahwa satu RT terdiri dari 4 jiwa, maka dengan pertumbuhan jumlah pelanggan RT 4,4% Rasio Elektrifikasi 100% akan tercapai pada tahun Hal ini dinilai terlalu lambat. Jika kita berharap bahwa Rasio Elektrifikasi 100% dapat dicapai tahun 2020, maka pertumbuhan jumlah pelanggan RT haruslah ditargetkan sesuai dengan keinginan tersebut. Prosedur Perhitungan. Prosedur perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tentukan Konsumsi Rata-rata untuk pelanggan RT, Industri, Bisnis, dan Publik [kwh/tahun], dengan menggunakan persamaan trend perubahan konsumsi; persamaan yang digunakan untuk menghitung adalah persamaan yang diperoleh pada situasi normal. 2. Targetkan pertumbuhan jumlah pelanggan RT, yaitu 3 juta/tahun agar rasio elektrifikasi 100% tercapai menjelang Untuk keperluan ini digunakan proyeksi pertumbuhan penduduk dari BPS tahun Hitung prakiraan-rendah = jumlah pelanggan x konsumsi energi per tahun, dengan pertumbuhan 1,22% untuk Industri, 3,8% untuk Bisnis, dan 5,4% untuk Publik. 5. Hitung prakiraan-tinggi = jumlah pelanggan x konsumsi energi per tahun, yang merupakan harapan untuk meraih kembali sukses yang pernah dicapai sebelum tahun 1998, dengan pertumbuhan 6% untuk Industri, 11% untuk Bisnis dan 11% untuk Publik, sedangkan untuk RT sama dengan prakiraan rendah. Hasil Perhitungan. Hasil perhitungan termuat dalam Tabel-1. untuk prakiraan-rendah dan Tabel- 2. untuk prakiraan tinggi. Dengan kedua prakiraan ini kita mendapatkan satu koridor prakiraan kebutuhan tenaga listrik. Tabel-1. Prakiraan Rendah Kebutuhan Energi [GWh] Tahun RT Ind Bis Pub Total RE ,263 52,711 30,510 11, , % ,215 54,178 32,532 13, , % ,741 55,673 34,663 14, , % ,886 57,197 36,908 16, , % ,695 58,750 39,274 17, , % ,220 60,332 41,766 19, , % ,514 61,944 44,390 21, , % ,930 63,586 47,153 23, , % ,876 65,260 50,061 25, ,118 4/8
5 Tabel-2. Prakiraan Tinggi Kebutuhan Energi [GWh] Tahun RT Ind Bis Pub Total RE ,263 58,683 35,884 13, , % ,215 63,641 41,495 16, , % ,741 69,003 47,950 20, , % ,886 74,799 55,371 24, , % ,695 81,065 63,899 29, , % ,220 87,838 73,695 34, , % ,514 95,156 84,944 41, , % , ,064 97,856 49, , % , , ,670 58, , Perbandingan dengan RUPTL Perbandingan hasil perhitungan dengan RUPTL diberikan dalam Tabel-3 beserta kurvanya Gb.1. seperti di bawah ini. Tabel-3. Perbandingan dengan RUPTL [TWh] Tahun Prakiraan Rendah Prakiraan Tinggi RUPTL TWh Gb.1. Perbandingan dengan RUPTL Tahun 2020 Prakiraan Rendah Prakiraan Tinggi RUPTL Koreksi-Koreksi Pertumbuhan Konsumsi per Pelanggan. Jika kita pandang suatu fungsi kontinyu F (t) maka pertumbuhan di setiap waktu dari F (t) adalah df ( t) / dt. Jika F (t) adalah fungsi diskrit maka pertumbuhan di setiap waktu t adalah F( t) / t. Dalam perhitungan di atas, konsep pertumbuhan ini diterapkan pada pada pertumbuhan jumlah pelanggan tetapi tidak pada peningkatan konsumsi per pelanggan; konsumsi per pelanggan didekati dengan trend peningkatan konsumsi. Pendekatan kenaikan konsumsi menggunakan trend dapat dikatakan sebagai pendekatan yang kurang optimis, dan sesungguhnya bukanlah pertumbuhan. Untuk lebih optimis, konsep pertumbuhan akan diterapkan juga pada konsumsi per pelanggan RT, Industri, Bisnis, dan Publik. Pertumbuhan tiap 5/8
6 tahun, yaitu i / t, b / t, dan p / t, dihitung dari data dalam situasi normal ; Masingmasing diambil rata-ratanya dan digunakan untuk menghitung pertumbuhan konsumsi untuk tahuntahun berikutnya. Koreksi ini, digabungkan dengan koreksi-koreksi lain (yang diuraikan berikut ini), dan hasilnya diberikan pada Tabel-4 beserta kurvanya. Pelanggan Rumah Tangga. Dalam perhitungan yang telah dilakukan, jumlah pelanggan rumah tangga ditargetkan dengan menambah jumlah pelanggan RT sebanyak 3 juta setiap tahunnya sedangkan jumlah rumah tangga dikaitkan dengan proyeksi jumlah penduduk menurut prediksi BPS Proyeksi pertumbuhan penduduk tersebut dapat dinyatakan dengan suatu fungsi polinom pangkat dua sebagai y =1000(-8,8947x ,3x ) juta orang dengan x =1 untuk tahun Dengan persamaan ini, pada tahun 2010 diprediksi jumlah penduduk adalah sebesar orang. Dengan asumsi ada 4 jiwa per rumah tangga, maka jumlah rumah tangga adalah dan jumlah ini seluruhnya dianggap memiliki rumah yang memerlukan pasokan energi listrik. Sensus penduduk tahun 2010 memberikan angka jumlah peduduk 237,641,326 orang, atau 1,71% di atas angka prediksi. Sensus juga memberikan gambaran bahwa rumah tangga yang menghuni tempat tinggal dengan luas lantai antara 20 sampai >300 m2 adalah Jika jumlah tempat tinggal ini diasumsikan sebagai bangunan yang perlu mendapat pasokan energi listrik, maka jumlah pelanggan rumah tangga menjadi lebih tinggi dari prediksi semula sebesar (1000( 8,8947x ,3x )) / 4 100% = 4,7% Selisisih ini disebabkan oleh angka asumsi 4 jiwa per rumah tangga yang terlalu tinggi. Hasil sensus 2010 memberikan angka jumlah jiwa rata-rata per rumah tangga adalah 3,86 jiwa. Jika angka ini digunakan untuk menghitung jumlah pelanggan rumah tangga pada tahun 2010 akan diperoleh jumlah pelanggan RT sebesar pelanggan, 3,66% lebih tinggi dari proyeksi semula. Jika angka 3,86 jiwa per rumah tangga digunakan dalam perhitungan prakiraan-rendah, dan pertambahan jumlah pelanggan RT sebesar 3 juta per tahun tetap dipertahankan, Rasio Elektrifikasi 100% tercapai mundur satu tahun; dari yang semula tercapai pada 2019 menjadi tahun Angkatan Kerja. Sensus 2010 memberikan informasi mengenai angkatan kerja menurut kelompok umur dari umur 15 tahun ke atas yang terdiri dari: (1) Penduduk yang berusaha sendiri; (2). Penduduk yang berusaha dibantu oleh buruh tidak tetap; (3) Penduduk yang berusaha dibantu oleh buruh tetap; (4) Buruh atau karyawan atau pegawai; dan (5) Pekerja bebas. Jumlah kelima kelompok angkatan kerja tersebut adalah jiwa atau 37,20% dari jumlah penduduk Indonesia. Jumlah angkatan kerja ini merupakan jumlah orang yang bekerja baik di sektor formal maupun nonformal dan dianggap sebagai jumlah angkatan kerja yang mengkonsumsi tenaga listrik non-rt, yang untuk tahun 2010 adalah ,53 GWh. Dengan demikian maka kebutuhan tenaga listrik per orang angkatan kerja di tahun itu adalah pejualan Ind + Bis + Pub kwh/tahun angkatan kerja = = 1.007, Pertumbuhan kebutuhan listrik untuk angkatan kerja merefleksikan terjadinya pertumbuhan Industri, Bisnis, dan Publik. Untuk perhitungan ini pertumbuhan rata-rata per tahun ditentukan dari pertumbuhan penjualan (Ind+Bis+Pub) dari tahun 2007 sampai 2010; pertumbuhan rata-rata yang terjadi adalah sebesar 5% per tahun. Pertumbuhan rata-rata ini agak rendah karena pada tahun 2009 terjadi pertumbuhan negatif sebesar 0,23% walaupun pertumbuhan tahun sebelumnya 6,75% dan pertumbuhan tahun berikutnya 8,50%. kwh 6/8
7 Pertumbuhan rata-rata jumlah angkatan kerja tidak dapat dicari karena sensus dilakukan tidak setiap tahun. Namun data sensus 2010 menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja di semua propinsi rata-rata adalah 35,74% dari jumlah penduduk di propinsi yang bersangkutan; persentase tertinggi ada di Bali sebesar 46,06% dan terrendah ada di Papua sebesar 28,41%. Oleh karena itu pertumbuhan jumlah angkatan kerja dikaitkan dengan pertumbuhan jumlah penduduk untuk setiap tahun dipercaya tidak bergeser jauh dari persentase tahun 2010, atau dengan kata lain jumlah angkatan kerja dapat dianggap sama setiap tahun yaitu sebesar 37,20% dari total penduduk. Dengan anggapan ini, konsumsi tenaga listrik per angkatan kerja untuk tahun 2007 sampai 2010 dapat dihitung dan nilai rata-ratanya digunakan sebagai pertumbuhan untuk tahun-tahun berikutnya. Hasil perhitungan dengan koreksi konsumsi rata-rata per pelanggan, koreksi jumlah pelanggan rumah tangga, serta perhitungan konsumsi per angkatan kerja, diberikan dalam Tabel-4 yang sekaligus diperbandingkan dengan RUPTL , sedangkan kurvanya diberikan pada Gb.2. Tabel-4. Prakiraan Kebutuhan Energi [TWh] dengan Koreksi Tahun RT Ind+Bis+Pub Total RE RUPTL , , , % , , , % , , , % , , , % , , , % , , , % , , , % , , , % , , , % Gb.2. Kebutuhan Energi dengan Koreksi TWh Tahun 2020 Prakiraan Rendah RUPTL Pertumbuhan Ekonomi. Telah diberikan argumen bahwa di antara empat kelompok pelanggan PLN, pelanggan RT adalah pelanggan yang paling tidak terlalu terpengaruh oleh gejolak ekonomi baik dilihat dari jumlah pelanggan maupun konsumsi rata-rata tenaga listriknya. Sebaliknya pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pertumbuhan jumlah pelanggan maupun konsumsi energi Industri, Bisnis, maupun Publik. Jika faktor elastisitas adalah 1,5 dan pertumbuhan ekonomi diasumsikan 6%, maka pertumbuhan konsumsi Ind+Bis+Pub menjadi 9%. Prakiraan kebutuhan energi dengan pertumbuhan ini diberikan dalam Tabel-5 dan kurva Gb.3. 7/8 Prakiraan Tinggi Koreksi
8 Tabel-5. Prakiraan Kebutuhan Energi [TWh] pada Pert Ekonomi 6% Tahun RT Ind+Bis+Pub Total RE RUPTL , , , % , , , % , , , % , , , % , , , % , , , % , , , % , , , % , , , % TWh Gb.3. Kebutuhan Energi pada Pertumbuhan Ekonomi 6% Tahun 2020 Prakiraan Rendah Prakiraan Tinggi RUPTL Pada Pertumb Ekonomi 6% 8. Kesimpulan Suatu cara untuk melakukan prakiraan kebutuhan tenaga listrik sampai tahun 2020 telah diusulkan. Proses perhitungan diawali dengan mencari koridor pertumbuhan kebutuhan energi, diteruskan dengan koreksi-koreksi. RUPTL berada dalam koridor yang dihitung. Dengan pertumbuhan pasokan energi rata-rata 5% per tahun pada kelompok pelanggan Industri+Bisnis+Publik, pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik masih lebih rendah dari pertumbuhan menurut RUPTL Makin tinggi persentase ini kurva perhitungan makin mendekati kurva RUPTL. Walaupun tidak ditampilkan perhitungannya, dapat disebutkan disini bahwa kurva RUPTL akan tercapai pada pertumbuhan Industri+Bisnis+Publik sebesar 6,7%. Dengan demikian maka jika faktor elastisitas adalah 1.5, RUPTL dapat terlaksana pada pertumbuhan ekonomi 5%. Pertumbuhan ekonomi sebesar 6% belum cukup untuk meraih kembali pertumbuhan tinggi yang pernah dicapai sebelum krisis ekonomi Referensi: 1].Buku Statistik PLN ]. Proyeksi penduduk, BPS 2005, kolaborasi Bappenas, BPS, UNFPA. 3]. Sensus Penduduk 2010, BPS, /8
PLN Dari 1973 Sampai 2005
PLN Dari 1973 Sampai 25 Sudaryatno Sudirham Tulisan ini dibuat pada waktu penulis masih aktif sebagai Tenaga Ahli Teknik Dewan Komisaris PT PLN (Persero) 1. Pendahuluan Berikut ini disajikan rangkuman
Lebih terperinciANALISIS RAMALAN KEBUTUHAN BEBAN ENERGI LISTRIK DI REGIONAL SUMATERA UTARA TAHUN DENGAN METODE GABUNGAN
ANALISIS RAMALAN KEBUTUHAN BEBAN ENERGI LISTRIK DI REGIONAL SUMATERA UTARA TAHUN 2015-2019 DENGAN METODE GABUNGAN Syafriwel 1 * 1 Program Studi Teknik Elektro, Politeknik LP3I Medan Telp: 061-7322634,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER
Lebih terperinciDISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY
Gambaran Umum Kelistrikan Produksi Listrik Persentase (%) Grafik Persentase Tingkat Pertumbuhan Produksi Listrik (KWh) 020 018 016 014 012 010 008 006 004 002 000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Lebih terperinciPROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK PLN TAHUN 2003 S.D 2020
PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK PLN TAHUN 2003 S.D 2020 Moch. Muchlis dan Adhi Darma Permana ABSTRACT Electricity demand will increase every year to follow population growth, prosperity improvement, and economic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi akan energi listrik dari tahun ke tahun di indonesia selalu mengalami peningkatan seiring pertambahan penduduk dan pertambahan ekonomi. Oleh karena itu, untuk
Lebih terperinciSTUDI PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN WILAYAH KOTA PADANG SIDIMPUAN DENGAN METODE GABUNGAN
STUDI PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN 2013-2017 WILAYAH KOTA PADANG SIDIMPUAN DENGAN METODE GABUNGAN Syahrizal Agus Siregar, Eddy Warman Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinci4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi
4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang timbul akibat adanya
Lebih terperinciPRAKIRAAN KEBUTUHAN BEBAN DAN ENERGI LISTRIK KABUPATEN KENDAL
Makalah Seminar Kerja Praktek PRAKIRAAN KEBUTUHAN BEBAN DAN ENERGI LISTRIK KABUPATEN KENDAL Ayu Adinda Putri 1, Susatyo Handoko, ST. MT. 1 Mahasiswa dan Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupannya yang meliputi pada aspek sosial, ekonomi maupun politik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Nasional merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara terus-menerus dalam rangka mencapai kesejahteraan bagi masyarakatnya. Pencapaian kesejahteraan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis, industri, dan lain sebagainya. Sehingga diperlukan peramalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Seiring dengan kemajuan teknologi, permasalahan pada dunia listrik sering terjadi salah satunya pada kebutuhan energi listrik. Kebutuhan energi listrik yang semakin bertambah
Lebih terperinciAnalisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat
37 Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat M. Iqbal Arsyad Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura iqbalarsyad@yahoo.co.id Abstract Electrical sector plays important
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyumas khususnya kota Purwokerto dewasa ini banyak melakukan pembangunan baik infrastuktur maupun non insfrastuktur dalam segala bidang, sehingga kebutuhan
Lebih terperinciPROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN
PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2007-2020 Tadjuddin Hamdany Dosen Jurusan Teknik Elektro UNTAD Palu, Indonesia email: ophadhanny@yahoo.co.id Abstract The study is devoted
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA UMUM 4.1.1 Keadaan Demografi Provinsi Jawa Timur (Statistik Daerah Provinsi Jawa Timur 2015) Berdasarkan hasil estimasi penduduk, penduduk Provinsi Jawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT. PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara adalah perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara adalah perusahaan yang berwenang menjalankan usaha penyediaan listrik di Indonesia; sebagaimana diatur oleh
Lebih terperinciBidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
ANALISIS KEBUTUHAN LISTRIK BERKAITAN DENGAN PENYUSUNAN TARIF LISTRIK REGIONAL DI DAERAH PROVINSI BALI GUNA MEMENUHI PASOKAN ENERGI LISTRIK 10 TAHUN MENDATANG I Putu Surya Atmaja 2205 100 107 Dosen Pembimbing
Lebih terperinciPERBANDINGAN METODE GABUNGAN DAN METODE KECENDERUNGAN (REGRESI LINIER) UNTUK PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK WILAYAH SUMATERA UTARA
PERBANDINGAN METODE GABUNGAN DAN METODE KECENDERUNGAN (REGRESI LINIER) UNTUK PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK WILAYAH SUMATERA UTARA Mursyid Yazid, Riswan Dinzi Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semua kekayaan bumi Indonesia yang dikelola sebagai pengembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua kekayaan bumi Indonesia yang dikelola sebagai pengembangan ekonomi, yang diantaranya dari sisi kehutanan, pertanian, pertambangan dan energi yang ada seharusnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Wilayah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan listrik merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan berbagai kegiatan dapat dilakukan dengan adanya peralatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013
BAB I PENDAHULUAN Menurut badan statistik PLN, kapastitas terpasang tenaga listrik oleh PLN pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013 dengan total terpasang sebesar 198,601
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menentukan metode penelitian yang akan dipakai pada penelitiannya, karena
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Peneliti yang akan melakukan penelitian harus mengetahui serta menentukan metode penelitian yang akan dipakai pada penelitiannya, karena metode penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012
STUDI PERAMALAN BEBAN LISTRIK PLN JAWA-TIMUR TAHUN 2011 2020 DAN OPTIMALISASI PEMILIHAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JARING DISTRIBUSI DENGAN PENDEKATAN PROGRAM SIMPLE E Arifien Bay Fiermansyah, Udisubakti Ciptomulyono
Lebih terperinciCoffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN () Coffee Morning dengan Para Pemangku Kepentingan Sektor Ketenagalistrikan Ruang Samaun Samadikun Lt.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Asumsi Dasar 4.1.1 Demografi Provinsi Banten Provinsi Banten secara umum merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 200 meter di atas permukaan laut, serta
Lebih terperinciAnalisis Spasial dari Pola Kebutuhan Listrik di Provinsi Banten: Aplikasi Metodologi Berbasis Sistem Informasi Geografis
Analisis Spasial dari Pola Kebutuhan Listrik di Provinsi Banten: Aplikasi Metodologi Berbasis Sistem Informasi Geografis 1 Agus Sugiyono *), 1 Laode M.A. Wahid, 1 Prima Trie Wijaya, 1 Nini Gustriani, 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi terwujudnya ketahanan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menjadi cakupan Provinsi Kalimantan Selatan. Provinsi Kalimantan Tengah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Umum Provinsi Administratif Kalimantan Tengah terbentuk pada tahun 1950, sejak saat itu munculah berbagi aspirasi kalangan masyarakat di Kalimantan Tengah untuk mendirikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adanya daya listrik, hampir semua peralatan kebutuhan sehari-hari membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia teknologi baik di bidang industri, usaha, maupun rumah tangga yang mana semua kebutuhan tersebut membutuhkan adanya daya listrik, hampir
Lebih terperinciSudaryatno Sudirham. Distribusi Energi Listrik
Sudaryatno Sudirham Distribusi Energi Listrik ii BAB 2 Beban di Jaringan Distribusi Dari keseluruhan sistem penyediaan energi, jaringan distribusi merupakan bagian yang langsung berhubungan dengan pengguna
Lebih terperinciBAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI
BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI Indikator yang lazim digunakan untuk mendapatkan gambaran kondisi pemakaian energi suatu negara adalah intensitas energi terhadap penduduk (intensitas energi per kapita)
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Listrik Negara Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. negara, tetapi pembangunan memiliki perspektif yang luas lebih dari itu. Dimensi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan pada dasarnya bukan hanya sekedar fenomena ekonomi. Tidak hanya ditunjukkan oleh prestasi pembangunan yang dicapai oleh suatu negara, tetapi pembangunan
Lebih terperinciPemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia
Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung
Lebih terperinciANALISIS PENYEDIAAN DAN KEBUTUHAN ENERGI SEKTOR RUMAH TANGGA DI PROVINSI GORONTALO
ANALISIS PENYEDIAAN DAN KEBUTUHAN ENERGI SEKTOR RUMAH TANGGA DI PROVINSI GORONTALO Nona Niode Abstract An increase of the energy demand in household sector has made changes behavior of energy consumption
Lebih terperinciSTUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR
STUDI PENGEMBANGAN SERTA PENYUSUNAN RENCANA ENERGI DAN KELISTRIKAN DAERAH DENGAN MEMANFAATKAN POTENSI ENERGI DAERAH DI KABUPATEN LAMONGAN JAWA TIMUR Vian Vebrianto 2205 100 004 Bidang Studi Teknik Sistem
Lebih terperinciKONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040
KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 Ana Rossika (15413034) Nayaka Angger (15413085) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi
Lebih terperinciData yang disajikan merupakan gabungan antara data PLN Holding dan Anak Perusahaan,
Kata Pengantar Buku Statistik PLN 2015 diterbitkan dengan maksud memberikan informasi kepada publik mengenai pencapaian kinerja perusahaan selama tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya. Data yang disajikan
Lebih terperinciAPLIKASI LOGIKA FUZZY PADA PERAMALAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK JANGKA PANJANG DI PROVINSI SUMATERA BARAT SAMPAI TAHUN 2018 TUGAS AKHIR
APLIKASI LOGIKA FUZZY PADA PERAMALAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK JANGKA PANJANG DI PROVINSI SUMATERA BARAT SAMPAI TAHUN 2018 TUGAS AKHIR Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Stratum-1 (S1)
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG
BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG No. 05/6474/Th.V, 28 Desember 2016 TINJAUAN PDRB KOTA BONTANG MENURUT PENGGUNAAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Penggunaan Kota Bontang dalam tahun 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai perusahaan penyedia listrik milik pemerintah di tanah air, PT.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sebagai perusahaan penyedia listrik milik pemerintah di tanah air, PT. (Persero) Perusahaan Listrik Negara (PLN) berusaha untuk terus meningkatkan kualitas
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN LISTRIK
ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN LISTRIK La Ode Muhammad Abdul Wahid Peneliti Bidang Perencanaan Energi Abstract Electricity sales increase with an average growth rate of 11.10% per year during 19972002
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan
Lebih terperinciISSN : NO
ISSN : 0852-8179 NO. 02701-150430 02701-150430 Statistik PLN 2014 Kata Pengantar Buku Statistik PLN 2014 diterbitkan dengan maksud memberikan informasi kepada publik mengenai pencapaian kinerja perusahaan
Lebih terperinciMANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI
MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI 1. Kondisi Kelistrikan Saat Ini Sistem Jawa-Bali merupakan sistem interkoneksi dengan jaringan tegangan ekstra tinggi 500 kv yang membentang
Lebih terperinciYuningsih Akili 1 Yasin Mohamad 2. Abstrak
Analisa Perkiraan Energi Menggunakan Metode Koefisien Energi (Studi Kasus : PT.PLN (PERSERO) Area Gorontalo) Yuningsih Akili 1 Yasin Mohamad 2 Abstrak Meningkatnya kebutuhan energi tidak lepas dari jumlah
Lebih terperinciMakalah Seminar Tugas Akhir PERKIRAAN KONSUMSI ENERGI LISTRIK APJ CILACAP TAHUN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP
Makalah Seminar Tugas Akhir PERKIRAAN KONSUMSI ENERGI LISTRIK APJ CILACAP TAHUN 2011-2016 DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP AP Hendra Pradana. [1],Joko Windarto [2], Bambang Winardi, [2] Jurusan Teknik
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG No. 03/14/Th.IV, 15 September 2014 TINJAUAN PDRB MENURUT KONSUMSI MENCAPAI 69,42 Triliun Rupiah, Net Ekspor 53,44 Triliun Rupiah Dari Harga Berlaku Produk Domestik Regional
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. keras dan perangkat lunak, yaitu sebagai berikut:
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Penelitian Alat dan bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini terdiri atas perangkat keras dan perangkat lunak, yaitu sebagai berikut: 1. Perangkat
Lebih terperinciPenyesuaian Tarif Listrik Tahun 2014 per 1 Juli 2014
Penyesuaian Tarif Listrik Tahun 2014 per 1 Juli 2014 - Industri I 3 non go public - Rumah Tangga R 2 (3.500 VA sd 5.500 VA) - Pemerintah P 2 (di atas 200 kva) - Rumah Tangga R 1 (2.200 VA) - Penerangan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. pelanggan rumah tangga, bisnis, sosial, dan industri pada tahun-tahun yang
III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Tugas akhir ini merupakan survei yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan konsumen dan jumlah penduduk terhadap kebutuhan/permintaan energi listrik di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN , antara tahun 2008 dan 2012,
BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Kebutuhan listrik masyarakat Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN 2013-2022, antara tahun 2008 dan 2012, penjualan listrik meningkat dari
Lebih terperinci2 b. bahwa penyesuaian tarif tenaga listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara sebagaimana dimaksud dala
BERITA NEGARA No.885, 2014 KEMEN ESDM. Tarif. Listrik. PT PLN. Perubahan. MINERAL NOMOR 09 TAHUN 2014 TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 48 TAHUN 2000 TANGGAL : 31 MARET 2000 GOLONGAN TARIF DASAR LISTRIK
LAMPIRAN I GOLONGAN DASAR LISTRIK No. GOLONGAN BATAS DAYA KETERANGAN 1. S-1/TR 220 VA Tarif S-1 yaitu tarif untuk keperluan pemakai sangat kecil (tegangan rendah) 2. S-2/TR 250 VA s.d 200 kva Tarif S-2
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Insider Forum Series Indonesia Energy Roadmap 2017 2025 Jakarta, 25 Januari 2017 I Kondisi
Lebih terperinciTUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA PT PLN (PERSERO) PULAU NIAS PASCA PERUBAHAN STATUS
TUGAS AKHIR EVALUASI KINERJA PT PLN (PERSERO) PULAU NIAS PASCA PERUBAHAN STATUS DiajukanUntukMemenuhiSalah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan PendidikanSarjana (S-1) PadaDepartemenTeknikElektro Sub KonsentrasiTeknikTenaga
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR
STUDI PERENCANAAN PLTP 2X2,5 MW UNTUK KETENAGALISTRIKAN DI LEMBATA NUSA TENGGARA TIMUR Cherian Adi Purnanta 2205 100 147 Dosen pembimbing : Ir. Syariffuddin M, M.Eng Ir. Teguh Yuwono PENDAHULUAN Salah
Lebih terperinciDOSEN PEMBIMBING PROF. DR. IR. UDISUBAKTI CIPTOMULYONO, M ENG SC
STUDI PERAMALAN BEBAN LISTRIK PLN JAWA TIMUR TAHUN 2011 2020 DAN OPTIMALISASI PEMILIHAN PRIORITAS PEMBANGUNAN JARING DISTRIBUSI DENGAN PENDEKATAN PROGRAM SIMPLE E DAN PROGRAM LINIER ARIFIEN BAY F NRP.
Lebih terperinciPERAMALAN PENJUALAN ENERGI LISTRIK DI INDONESIA ( )
73 PERAMALAN PENJUALAN ENERGI LISTRIK DI INDONESIA (213221) Ir. Lela Nurpulaela, MT Abstrak Penjualan Energi listrik di Indonesia untuk setiap sektor pelanggan listrik semakin meningkat tiap tahun. Berdasarkan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POTENSI ENERGI MIKROHIDRO UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI KALIMANTAN UTARA
IDENTIFIKASI POTENSI ENERGI MIKROHIDRO UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI KALIMANTAN UTARA Suparno 1,Yudha Prasetyawan 2, Zahratika Rahmadyani 3 1) Dosen Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciTahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%
Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80% Jika dilihat kembali proyeksi konsumsi energi pelanggan rumah tangga, pada tahun 2014 dengan : Jumlah pelanggan = 255.552 pelanggan Konsumsi energi
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR
37 IV. GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR 4.1 Jalan Jalan merupakan infrastruktur yang penting untuk menghubungkan satu daerah ke daerah lain atau satu pusat perekonomian ke pusat perekonomian lainnya. Ketersediaan
Lebih terperinciPRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN PADA PT. PLN (PERSERO) UNIT AREA PELAYANAN DAN JARINGAN (APJ) TEGAL DENGAN METODE GABUNGAN
PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN 2016 2020 PADA PT. PLN (PERSERO) UNIT AREA PELAYANAN DAN JARINGAN (APJ) TEGAL DENGAN METODE GABUNGAN Ikha Nurjanah *), Bambang Winardi, and Agung Nugroho Jurusan
Lebih terperinci2015, No Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5530); 3. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Kebijakan Energi Nasi
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1151, 2015 KEMEN-ESDM. Ketenagalistrikan. Rencana Umum. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
1. 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Listrik merupakan salah satu sumber daya energi dan mempunyai sifat sebagai barang publik yang mendekati kategori barang privat yang disediakan pemerintah (publicly provided
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Demografis Provinsi DKI Jakarta
47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Asumsi Dasar 4.1.1 Keadaan Demografis Provinsi DKI Jakarta DKI Jakarta merupakan daerah yang terletak di 5 19' 12" - 6 23' 54" LS dan 106 22' 42" - 106 58'
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada
Lebih terperinci2014, No dalam huruf a telah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sesuai hasil Rapat Kerja Komisi VII Dewan Perwakil
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1770, 2014 KEMEN ESDM. Listrik. PT PLN. Tarif. Pencabutan PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG TARIF TENAGA
Lebih terperinciDEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014
OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti
Lebih terperinciPERKIRAAN KONSUMSI ENERGI LISTRIK 2013 HINGGA 2030 ACEH TAMIANG
Perkiraan Konsumsi Energi Listrik 2013 Hingga 2030 Aceh Tamiang PERKIRAAN KONSUMSI ENERGI LISTRIK 2013 HINGGA 2030 ACEH TAMIANG Rahmad Purnama 1, Ahmad Agus Setiawan 2, Suhanan 3 1 Magister Teknik Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah sebuah proses terciptanya kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada dapat dikelola untuk
Lebih terperinciPREDIKSI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK PT.PLN (PERSERO) RAYON PURWOKERTO KOTA (STUDI KASUS)
PREDIKSI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK PT.PLN (PERSERO) RAYON PURWOKERTO KOTA (STUDI KASUS) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Teknik Elektro IKMALUDIN 1203030016 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan berjalannya waktu, permintaan akan tenaga listrik di Indonesia terus meningkat.
Lebih terperinciANALISIS PENYELAMATAN ENERGI DAN KEANDALAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DENGAN ADANYA PDKB-TM DI PT. PLN (PERSERO) APJ SURAKARTA
ANALISIS PENYELAMATAN ENERGI DAN KEANDALAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DENGAN ADANYA PDKB-TM DI PT. PLN (PERSERO) APJ SURAKARTA TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hal ini akan menyebabkan permintaan energi listrik akan mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diimbangi dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, kebutuhan energi listrik dari tahun ke tahun juga akan terus meningkat. Hal ini akan
Lebih terperinciSTUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT
STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT Disusun Oleh : Hamid Paminto Nugroho 2207 100 571 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Syariffuddin Mahmudsyah
Lebih terperinciAnalisis Penyebab Kenaikan Harga Beras
Analisis Kebijakan 1 Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras Ada dua pendapat mengenai faktor penyebab kenaikan harga beras akhirakhir ini yaitu : (1) stok beras berkurang;
Lebih terperinciSeminar TUGAS AKHIR. Fariz Mus abil Hakim LOGO.
Seminar TUGAS AKHIR Fariz Mus abil Hakim 2207 100 010 LOGO www.themegallery.com Studi Keandalan Jaringan Distribusi 20 kv Wilayah Malang dengan Metode Monte Carlo Pembimbing: Prof. Ir. Ontoseno Penangsang,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar dan diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi hingga 59 tahun mendatang (ESDM, 2014). Menurut Kompas
Lebih terperinciBAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS
BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS 3.1 Kerangka Pemodelan Kajian Outlook Energi Indonesia meliputi proyeksi kebutuhan energi dan penyediaan energi. Proyeksi kebutuhan energi jangka panjang dalam kajian
Lebih terperinciPEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA
PEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA Oleh : Togar Timoteus Gultom, ST, MT Dosen STT-Immanuel, Medan Abstrak Penulisan bertujuan untuk mengetahui supply dan demand tenaga listrik di Indonesia. Metode
Lebih terperinciPerkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global
2015 Vol. 2 Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global Oleh: Irfani Fithria dan Fithra Faisal Hastiadi Pertumbuhan Ekonomi P erkembangan indikator ekonomi pada kuartal
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi ekonomi yang cukup kuat di Asia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh
Lebih terperinciAnalisa Perkiraan Energi Menggunakan Metode Koefisien Energi. (Studi Kasus : PT.PLN (PERSERO) Area Gorontalo)
Analisa Perkiraan Energi Menggunakan Metode Koefisien Energi (Studi Kasus : PT.PLN (PERSERO) Area Gorontalo) Yuningsih Akili 1 Yasin Mohamad 2 Abstrak Meningkatnya kebutuhan energi tidak lepas dari jumlah
Lebih terperinciSTRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL
STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL SEMINAR OPTIMALISASI PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN MENUJU KETAHANAN ENERGI YANG BERKELANJUTAN Oleh: DR. Sonny Keraf BANDUNG, MEI 2016 KETAHANAN
Lebih terperincilistrik di beberapa lokasi/wilayah.
PEMBANGUNAN PEMBANGKIT PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 3 x 7 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW TAHAP KEDUA PT. PLN DI KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT Agus Nur Setiawan 2206 100 001 Pembimbing : Ir. Syariffuddin
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Reliability Index Assessment). Adapun hasil dari metode ini adalah nilai indeks
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam proses penelitian ini penulis melakukan penelitian kuantitatif yang menganalisa suatu keandalan sistem distribusi 20 kv menggunkan metode RIA (Reliability
Lebih terperinciPERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG
67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada
Lebih terperinciPENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA. David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
PENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA harga minyak DUNIA David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan davidf_silalahi@djk.esdm.go.id SARI Kecenderungan penurunan harga minyak
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN KERJA (KAK)
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) I. Umum 1. Program : Pengembangan Ketenagalistrikan dan Migas 2. Kegiatan : Evaluasi dan Penyusunan Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah 3. Pekerjaan : Evaluasi Dokumen Rencana
Lebih terperinciPerekonomian Suatu Negara
Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;
Lebih terperinciPERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)
PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) Oleh Ir. EDDY SAPUTRA SALIM, M.Si Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara PADA ACARA SOSIALISASI RENCANA UMUM
Lebih terperinciFira Nafiri ( )
STUDI PEMBANGUNAN PLTP BATURADEN 2 110 MW DI GUNUNG SLAMET TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL JAWA TENGAH Fira Nafiri (2207100632) Dosen Pembimbing : Ir. Syariffudin Mahmudsyah, M. Eng Ir. Teguh Yuwono Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Iva Prasetyo Kusumaning Ayu, FE UI, 2010.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berlangsungnya pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional, maka transformasi struktural dalam perekonomian merupakan suatu proses yang tidak terhindarkan.
Lebih terperinciPENGHAPUSAN SUBSIDI LISTRIK MELALUI PENYESUAIAN TARIF TENAGA LISTRIK SECARA BERTAHAP UNTUK GOLONGAN TERTENTU
Bahan Coffe Morning PENGHAPUSAN SUBSIDI LISTRIK MELALUI PENYESUAIAN TARIF TENAGA LISTRIK SECARA BERTAHAP UNTUK GOLONGAN TERTENTU DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA
Lebih terperincisecara prinsip penggunaan energi di lingkungan hunian penduduk akan meningkat seiring dengan kepadatan rumah.
Sumber penerangan utama yang digunakan oleh rumah tangga menjadi salah satu indikator kemiskinan yang digunakan oleh BPS (Badan Pusat Statistik). Rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan selain
Lebih terperinciPROYEKSI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT & BANTEN MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP
PROYEKSI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN 213-222 PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT & BANTEN MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP Oding *), Susatyo Handoko, and Agung Nugroho Departemen Teknik Elektro, Universitas
Lebih terperinci