secara prinsip penggunaan energi di lingkungan hunian penduduk akan meningkat seiring dengan kepadatan rumah.
|
|
- Utami Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Sumber penerangan utama yang digunakan oleh rumah tangga menjadi salah satu indikator kemiskinan yang digunakan oleh BPS (Badan Pusat Statistik). Rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan selain listrik dari PLN atau non-pln dalam jumlah besar dapat dikategorikan sebagai rumah tangga miskin. PENDAHULUAN Tempat tinggal atau hunian berpengaruh terhadap kondisi lingkungan melalui penggunaan alat-alat atau perabot rumah tangga, seperti listrik, penghangat ruangan, pemanas air, lemari es, dan mesin cuci. Secara prinsip penggunaan energi di lingkungan hunian penduduk akan meningkat seiring dengan kepadatan rumah. Sementara itu, Hass (2004) mengungkapkan fakta tentang implikasi komponen teknologi terhadap penghematan energi listrik dalam penggunaan barang-barang rumah tangga. Peningkatan teknologi memudahkan penduduk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui barang-barang yang disediakan, terutama barang-barang yang membutuhkan input energi lebih sedikit dibandingkan dengan sebelum adanya temuan teknologi. Dengan kekuatan daya yang terpasang, penduduk akan mengatur penggunaan energi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebagai contoh, melalui teknologi penduduk dapat mengombinasikan listrik dan seperangkat televisi agar input yang dibutuhkan lebih sedikit. Penduduk juga dapat mengombinasikan minyak dan sistem pemanas ruangan, gas dan kompor untuk menghemat penggunaan kompor listrik, serta bentuk-bentuk kombinasi lainnya. Kemudian Lutzenheiser (1993) menjelaskan kerangka penggunaan energi dalam lingkungan hunian melalui dua pendekatan,
2 yaitu ekonomi dan perilaku. Dalam kerangka ekonomi, penggunaan energi penduduk menggambarkan tingkat kesejahteraan. Penduduk berpenghasilan tinggi cenderung memiliki pola konsumsi energi yang tinggi pula karena dipicu oleh peralatan atau perabot rumah tangga yang lebih kompleks. Di sisi lain, biaya untuk mengakses listrik berkekuatan besar tidaklah murah sehingga tidak semua golongan mampu mengaksesnya. Sementara itu, dalam pendekatan perilaku, penggunaan energi adalah fungsi dari perilaku. Individu berperilaku positif terhadap lingkungan, dalam arti mereka mampu mengendalikan tingkat kerusakan lingkungan melalui penghematan energi apabila didahului oleh pengetahuan, preferensi, dan sikap yang positif terhadap lingkungan. Energi listrik merupakan salah satu infrastruktur yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Oleh karena itu, penyediaan energi listrik harus dapat terjamin dalam jumlah yang cukup, harga yang wajar, dan mutu yang baik. Semakin meningkat perkonomian suatu daerah akan semakin meningkat juga konsumsi energi listriknya. Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, prakiraan kebutuhan listrik jangka panjang di Indonesia sangat diperlukan agar dapat menggambarkan kondisi kelistrikan saat ini dan masa datang. secara prinsip penggunaan energi di lingkungan hunian penduduk akan meningkat seiring dengan kepadatan rumah. Konsumsi listrik indonesia setiap tahun terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Gambar 1 Daya Terpasang Sumber: Harsono, 2012
3 PLN mendukung kebijakan pemerintah dalam pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT), yaitu menyangkut konservasi energi, efisiensi pemanfaatan sumber energi setempat, diversifikasi energi, dan pelestarian lingkungan. Selain itu, PLN menetapkan kebijakan untuk memprioritaskan pemanfaatan EBT di daerah tertinggal, pulau-pulau terdepan yang berbatasan dengan negara tetangga, dan pulau-pulau terluar lainnya, terutama di wilayah Indonesia Timur (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) , 2010). Kebutuhan listrik Indonesia diperkirakan tumbuh rata-rata 8,46 persen per tahun (Jawa-Bali 7,8 persen, Indonesia Barat 10,2 persen, dan Indonesia Timur 10,8 persen). Masyarakat yang memanfaatkan energi listrik di Indonesia selama ini, menurut data PLN tahun 2004, mencapai 33,3 juta pelanggan. Persentase pengguna listrik terbesar adalah rumah tangga (93 persen). Namun masyarakat belum menunjukkan kepedulian dan kesadaran terhadap arti penting menjaga keberlanjutan pasokan listrik. Hal ini tercermin dari sikap hidup yang boros ketika menggunakan energi listrik. Contoh sikap yang menunjukkan rendahnya kesadaran masyarakat adalah ketika mereka memasang daya listrik yang lebih besar daripada kebutuhan rumah tangganya dan menggunakan peralatan elektronik tanpa memperhatikan daya listriknya. Sayangnya, sebagian besar masyarakat Indonesia tidak menyadari akibat yang ditimbulkan dari pemakaian yang berlebihan ini, khususnya dampak bagi lingkungan hidup. Hemat Energi Listrik Bukan Hanya Hemat Materi Seiring dengan keluarnya Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Penghematan Energi, perlu dibangkitkan kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya hemat energi listrik. Dalam menggugah kesadaran tersebut, kampanye hemat energi memiliki peran penting untuk mengubah cara pandang dan perilaku masyarakat. Akan tetapi, dari berbagai kampanye yang telah dilakukan, penekanan utama mengarah kepada u- paya menghemat listrik. Hal ini seolah-olah upaya menghemat listrik hanya dapat dilakukan dengan mematikan beragam alat-alat elektronik sehingga mengurangi biaya untuk membayar listrik. Dari pemahaman inilah muncul slogan Hemat Energi Listrik Hemat Materi. Penekanan kampanye Hemat Energi Listrik Hemat Materi ini menjadi bias dengan kondisi masyarakat Indonesia. Berhemat umumnya terjadi dengan sendirinya untuk rumah tangga kelas menengah ke bawah dengan pendapatan yang rendah. Mereka telah terbiasa menggunakan listrik dengan daya dan biaya minim sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka. Penerapan kampanye Hemat Energi Listrik Hemat Materi dapat diterapkan pada masyarakat kelas menengah ke atas. Namun permasalahan tidak berhenti di satu aspek ekonomi tersebut. Kondisi lingkungan yang diakibatkan dari penggunaan listrik berlebihan tersebut tidak pernah diungkapkan dalam kampanye hemat listrik ini.
4 Tabel 1 Rumah Tangga yang Menyalakan Lampu di Siang Hari Sumber: Survei Perilaku Masyarakat Peduli Lingkungan, 2012 Dewasa ini terjadi disparitas antara konsumsi energi listrik yang terus tumbuh dengan sumber energi yang semakin terbatas. Hal ini menyebabkan ekplorasi dilakukan dengan mengabaikan tatanan ekosistem alam sehingga menyebabkan hilangnya potensi hayati, deforestasi, dan bencana alam. Perilaku Pemanfaatan Listrik Dalam konteks perilaku pemanfaatan energi listrik, berikut adalah data hasil survei yang dapat dijadikan acuan. Survei Perilaku Masyarakat Peduli Lingkungan yang dilakukan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup pada 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga di Indonesia menggunakan listrik yang bersumber dari PLN. Sebagian besar rumah tangga di Indonesia menggunakan listrik yang bersumber dari PLN, yakni 96,4 persen. Sebagian besar rumah tangga (80,9 persen) yang menggunakan listrik dari PLN memasang daya kurang dari 900 watt. Hal ini karena penggunaan listrik hanya untuk keperluan rumah tangga saja sehingga daya yang terpasang tidak besar. Namun rumah tangga yang memiliki daya listrik dengan besar lebih dari 900 watt mempunyai proporsinya yang cukup besar juga, yaitu 23,2 persen. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menghemat penggunaan energi adalah memasang lampu hemat energi di setiap ruangan. Secara total rumah tangga yang memasang lampu hemat energi mencapai 84,5 persen. Berdasarkan wilayah, diketahui Sebagian besar rumah tangga (80,9 PERSEN) menggunakan listrik dari pln dan memasang daya kurang dari 900 watt. semakin banyak ruangan yang tidak mendapatkan cahaya matahari memperbesar kecenderungan mereka untuk menyalakan lampu di siang hari. masih diperlukan upaya penyadaran kepada masyarakat agar lebih efisien dalam memanfaatkan listrik.
5 bahwa rumah tangga yang tinggal di Jawa memiliki persentase yang paling rendah dalam hal penggunaan lampu hemat energi (41,7 persen). Sementara itu, wilayah yang paling banyak menggunakan lampu hemat energi adalah Sulawesi yang sebesar 99,9 persen. Hal ini berarti hampir rumah tangga telah menggunakan lampu hemat energi. Perilaku rumah tangga di Indonesia dalam hal pemanfaatan energi listrik secara efisien tergolong cukup baik. Selain menggunakan lampu hemat e- nergi untuk mengurangi pemakaian listrik, banyak rumah tangga melakukan penghematan listrik dengan cara tidak menyalakan lampu di siang hari. Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa tujuh dari sepuluh rumah tangga di Indonesia cenderung mematikan lampu di siang hari. Sementara itu, rumah tangga yang menyalakan lampu di siang hari adalah mereka yang memiliki keterbatasan sistem pencahayaan di dalam rumah. Jumlah lampu yang dinyalakan pun sangat bervariasi, yaitu satu hingga lebih dari enam unit. Semakin banyak ruangan yang tidak mendapatkan cahaya matahari memperbesar kecenderungan mereka untuk menyalakan lampu di siang hari. Berdasarkan wilayah, tidak terdapat perbedaan dalam hal kebiasaan menyalakan lampu di siang hari. Paling banyak adalah yang menyalakan satu sampai tiga lampu dengan rata-rata lebih dari 90 persen. Pengukuran perilaku rumah tangga dalam penggunaan listrik didasarkan pada hasil perhitungan tertentu. Perhitungan yang digunakan adalah proporsi jumlah ruangan tiap rumah tangga dengan jumlah lampu terpasang, baik lampu biasa dan lampu hemat energi, lampu yang dinyalakan pada siang dan malam, dan membiarkan alat elektronik tetap menyala meskipun tidak digunakan. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa perilaku rumah tangga menurut tingkat pendidikan menunjukkan hal berikut. Tingkat pendidikan sedang (7-12 tahun atau setingkat SMP-SMA) mempunyai perilaku hemat dalam penggunaan listrik, yakni 51,7 persen. Sementara itu, rumah tangga yang berpendidikan tinggi (SMA ke atas) memiliki perilaku hemat listrik hanya 10,1 persen saja. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan tidak secara langsung berhubungan dengan perilaku penggunaan listrik. Semakin tinggi tingkat pendidikan tidak secara langsung memengaruhi rumah tangga untuk berperilaku hemat listrik. Pola yang sama juga ditemukan untuk rumah tangga dengan perilaku tidak hemat listrik karena yang paling banyak adalah mereka berpendidikan sedang (53,8 persen). Persentase rumah tangga yang memiliki perilaku tidak hemat listrik paling kecil adalah yang berpendidikan tinggi, yaitu sebesar 13 persen. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan rumah tangga, baik kategori rendah, sedang, maupun tinggi, memiliki perilaku hemat dalam penggunaan listrik. Namun perilaku hemat listrik tersebut hanya berselisih sedikit dengan perilaku tidak hemat listrik. Dengan demikian, masih perlu adanya upaya penyadaran kepada masyarakat agar lebih efisien dalam memanfaatkan listrik, baik dalam penggunaan lampu hemat energi dan tidak perlu menyalakan listrik jika tidak diperlukan.
6 Tabel 2 Perilaku Penggunaan Listrik menurut Tingkat Pendidikan Sumber: Survei Perilaku Masyarakat Peduli Lingkungan, 2012 Perilaku rumah tangga dalam pemanfaatan listrik dapat dilihat juga berdasarkan status pekerjaan. Diketahui bahwa penduduk yang memiliki perilaku hemat listrik dengan status bekerja (69,2 persen) lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang tidak bekerja (30,8 persen). Hal ini berarti penduduk yang berstatus bekerja lebih mempertimbangkan segi efisiensi dalam pemanfaatan listrik karena memengaruhi besarnya pengeluaran rumah tangga untuk membayar listrik. Jika dilihat dari sisi penduduk yang berperilaku tidak hemat listrik, paling besar adalah mereka yang statusnya telah bekerja (67,4 persen) dibandingkan dengan yang tidak bekerja (32,6 persen). Hasil ini memperlihatkan bahwa penduduk yang berstatus bekerja juga memiliki perilaku tidak hemat listrik. Oleh karena itu, dapat dikatakan lebih dari separuh penduduk yang berstatus bekerja memiliki perilaku hemat listrik. Hanya saja persentase penduduk yang berstatus tidak bekerja yang berperilaku tidak hemat listrik cukup besar karena hampir mendekati separuhnya (42,6 persen). Gambar 2 Perilaku Pemanfaatan Listrik menurut Status Pekerjaan Sumber: Survei Perilaku Masyarakat Peduli Lingkungan, 2012 Berdasarkan status tempat tinggal, yakni kota dan desa, dapat diketahui bahwa penduduk yang tinggal di desa (52,5 persen) memiliki perilaku hemat listrik lebih tinggi dibandingkan dengan kota (47,5 persen). Kondisi ini memberikan gambaran bahwa penduduk yang tinggal di wilayah perdesaan memiliki perilaku hemat listrik dibandingkan dengan kota. Hal ini dipengaruhi oleh faktor kepemilikan berbagai alat elektronik dan kelengkapan fasilitas
7 rumah tangga, seperti jumlah ruang yang harus terpasangi lampu. Penduduk yang tinggal di kota dan memiliki jumlah ruangan lebih dari tiga mempunyai persentase 52,2 persen, bandingkan dengan yang tinggal di desa yang hanya sebesar 47,8 persen. Dari perilaku pemanfaatan listrik menurut wilayah diketahui bahwa secara nasional perilaku penduduk yang hemat listrik sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk yang berperilaku tidak hemat listrik. Besarnya masing-masing adalah 56,7 persen dan 43,3 persen. Berdasarkan wilayah, ditunjukkan bahwa penduduk di Pulau Bali-NTT memiliki perilaku hemat listrik paling tinggi dibandingkan dengan wilayah lain, yakni sebesar 81,3 persen. Sementara itu, wilayah yang paling rendah dalam hal perilaku hemat listrik adalah Jawa yang hanya mencapai 42,2 persen. Gambar 3 Perilaku Pemanfaatan Listrik menurut Tempat Tinggal Sumber: Survei Perilaku Masyarakat Peduli Lingkungan, 2012 Hal yang menarik terjadi untuk Pulau Jawa, yaitu penduduk yang memiliki perilaku hemat listrik lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak hemat listrik. Kondisi ini tidak terjadi untuk wilayah lain karena rata-rata perilaku hemat listrik lebih tinggi daripada perilaku tidak hemat listrik. Faktor yang menyebabkan penduduk di Jawa lebih banyak yang tidak berperilaku hemat listrik adalah karena tingkat ekonomi dan ketersediaan fasilitas yang dimiliki oleh rumah tangga relatif lebih baik dibandingkan dengan wilayah lain. Di samping itu, ketergantungan penduduk di Jawa terhadap peralatan yang menggunakan listrik cukup tinggi sehingga konsumsi listrik menjadi tinggi.
8 Implikasi Kebijakan Untuk mengurangi pemborosan energi listrik, khususnya di rumah dalam pemakaian lampu dan alat elektronik, perlu adanya upaya untuk mendorong pemakaian hemat listrik. Dampak dari pemakaian listrik yang tidak hemat, salah satunya, adalah beban biaya yang harus ditanggung akibat dari kenaikan harga listrik. Tidak dapat diabaikan bahwa selama sumber energi listrik masih berasal dari energi fosil, maka kuantitasnya akan semakin menurun yang berbanding lurus dengan kenaikan tarif dasar listrik. Langkah nyata yang perlu dilakukan untuk mendorong masyarakat berperilaku hemat listrik adalah dengan cara-cara berikut. 1. mematikan lampu jika tidak digunakan 2. menyalakan lampu dengan kapasitas watt kecil atau remang-remang di saat tidur 3. mematikan peralatan elektronik saat tidak digunakan 4. mengganti lampu rumah dengan lampu hemat energi. Sebagai upaya memberikan pemahaman komprehensif untuk mengubah cara pandang dan perilaku masyarakat menjadi hemat listrik tersebut, perlu adanya upaya kampanye yang terus-menerus lewat berbagai media. Perlu adanya pengembangan pemanfaatan listrik dengan beberapa cara berikut ini. 1. teknologi hijau, hemat energi, dan sumber daya, seperti mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan menggunakan energi dengan efisien 2. pemanfaatan sumber-sumber alam yang tersedia, seperti memperbanyak jumlah ventilasi di rumah agar matahari dapat dimanfaatkan sebagai sumber penerangan pada siang hari. Daftar Pustaka Haas Residential Energy Demand in OECD Countries and the Role of Irreversible Efficiency Improvements. Energy Economics. 29 (3). Pp Kementerian Lingkungan Hidup Perilaku Masyarakat Peduli Lingkungan. Kerja sama dengan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM. Lutzenheiser Population and Environment: An Attemp to Set Some Basic Parameter for Analysis. Makalah dalam presentasi pada Population Association of America Annual Meeting. Cincinati. 1-3 April. Policy Brief ini ditulis oleh Eddy Kiswanto berdasarkan hasil penelitian Indeks Perilaku Masyarakat Peduli Lingkungan di Indonesia yang dibiayai oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Isi sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Jl. Tevesia, Bulaksumur, Yogyakarta Tlp. (0274) , , Faks. (0274) homepage:
Pendahuluan. Pada 2015 setidaknya ada dua momentum penting yang berkaitan dengan pembangunan lingkungan. Pertama, awal tahun 2015 merupakan titik
Saat ini Indonesia tengah serius melakukan agenda pembangunan berwawasan lingkungan. Wacana pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) akan diterapkan setelah pembangunan milenium (Millenium
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Hadirnya energi listrik ke dalam kehidupan manusia merupakan salah satu hal penting yang mendukung pesatnya perkembangan kemajuan kehidupan di dunia sekarang ini. Hampir setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi sangat penting di pusat-pusat perkotaan untuk transportasi, produksi industri, kegiatan rumah tangga maupun kantor. Kebutuhan pada saat sekarang di
Lebih terperinciKebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Kebijakan Manajemen Energi Listrik Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta giriwiyono@uny.ac.id KONDISI ENERGI SAAT INI.. Potensi konservasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai pola pengelolaan energi diperlukan perubahan manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini telah diketahui bahwa permintaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Banyak macam dan jenis energi yang berhubungan dengan kehidupan manusia di alam ini, tetapi secara garis besar di bedakan menjadi dua macam jenis sumber energi yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kv, yang membentang sepanjang Pulau Jawa-Bali. Sistem ini merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik untuk Kabupaten Kulon Progo disuplai melalui sistem distribusi energi listrik Provinsi DIY. Di mana sistem ketenagalistrikan di DIY merupakan bagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah energi listrik di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah energi listrik di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik pribadi. Pengusahaan
Lebih terperinciFAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR. Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada)
1 Formatted: Font: 10 pt, Italic, FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR Formatted: Not Different first page Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan Listrik Negara (PLN)adalah Badan Usaha Milik Negara. jasa yaitu mendistribusikan pasokan listrik bagi masyarakat yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan umum Listrik Negara atau lebih dikenal dengan nama perusahaan Listrik Negara (PLN)adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di wilayah Republik Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menanggapi isu penggunaan clean energy yang sangat santer saat ini, pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh kebijakan dunia dan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, menempatkan manusia sebagai subjek utama yang mengambil. hidup sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan dapat dipengaruhi oleh aktivitas dan perilaku manusia. Kehidupan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan sumber energi tak terbaharui (bahan bakar fosil) semakin menipis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efisiensi proses produksinya sebagai syarat untuk bisa terus bertahan di tengah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuntutan pasar terhadap berbagai inovasi, kualitas dan kuantitas hasil produksi terus meningkat, sehingga perusahaan juga dituntut untuk meningkatkan efisiensi proses
Lebih terperinciKrisis air bersih di Indonesia mulai terlihat dari tidak berfungsinya sumur sebagai sumber
Krisis air bersih di Indonesia mulai terlihat dari tidak berfungsinya sumur sebagai sumber air bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, menurunnya debit air permukaan tanah, berkurangnya pasokan air tanah,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, energi listrik merupakan kebutuhan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Masalah di bidang tersebut yang sedang menjadi perhatian utama saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang elektronika saat ini berkembang cepat sekali dan berpengaruh dalam pembuatan alat-alat canggih, yaitu alat yang dapat bekerja secara otomatis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat, dan pesatnya perkembangan teknologi. Berdasarkan data
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi energi listrik di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupannya yang meliputi pada aspek sosial, ekonomi maupun politik.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Nasional merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara terus-menerus dalam rangka mencapai kesejahteraan bagi masyarakatnya. Pencapaian kesejahteraan tersebut
Lebih terperinci4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi
4. GAMBARAN UMUM 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan dasar pengukuran atas nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang timbul akibat adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan terhadap energi listrik terus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi yang saat ini sedang berada dalam tren positif. Listrik merupakan salah
Lebih terperinciEVALUASI NILAI IKE MELALUI AUDIT ENERGI AWAL KAMPUS 3 UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
EVALUASI NILAI IKE MELALUI AUDIT ENERGI AWAL KAMPUS 3 UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN Riky Dwi Puriyanto 1), Sunardi 2), Ahmad Azhari 3) 1 Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan Email: rikydp@ee.uad.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis, industri, dan lain sebagainya. Sehingga diperlukan peramalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Seiring dengan kemajuan teknologi, permasalahan pada dunia listrik sering terjadi salah satunya pada kebutuhan energi listrik. Kebutuhan energi listrik yang semakin bertambah
Lebih terperinciSTUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING
STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING I Wayan Swi Putra 1, I Nyoman Satya Kumara 2, I Gede Dyana Arjana 3 1.3 Jurusan Teknik Elektro,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semua kekayaan bumi Indonesia yang dikelola sebagai pengembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua kekayaan bumi Indonesia yang dikelola sebagai pengembangan ekonomi, yang diantaranya dari sisi kehutanan, pertanian, pertambangan dan energi yang ada seharusnya
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan
Lebih terperinciAbstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU
ANALISIS AUDIT ENERGI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK (APLIKASI PADA GEDUNG J16 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SUMATERA UTARA) Dewi Riska S. Barus (1), Surya Tarmizi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, permasalahan yang sering sekali menjadi pusat perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. Di Indonesia, hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di Indonesia tidak hanya semata-mata dilakukan oleh PT PLN (Persero) saja, tetapi juga dilakukan
Lebih terperinciMasalah lain yang muncul adalah berubahnya struktur
Di Indonesia proses transisi demografi dapat dikatakan berhasil yang ditunjukkan dengan penurunan tingkat kematian bayi dan kematian maternal secara konsisten. Di sisi yang lain, terjadi peningkatan angka
Lebih terperinciANALISIS EKONOMI PENGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN
ANALISIS EKONOMI PENGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN Endah Asmawati 1, Marlina 2, Junanik Idayani 3 1 Teknik Informatika dan Pusat Studi Energi Terbarukan, 2 Hukum dan Pusat Studi Energi Terbarukan,
Lebih terperinciBAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik
BAB I 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan energi yang hampir tidak dapat dipisahkan lagi dalam kehidupan manusia pada saat ini adalah kebutuhan energi listrik. Banyak masyarakat aktifitasnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk, kemajuan teknologi, dan peningkatan perekonomian menyebabkan peningkatan konsumsi energi di Indonesia. Sementara produksi energi khususnya
Lebih terperinciDisusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008
Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : 131 803 987 Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008 1 KEBIJAKSANAAN ENERGI 1. Menjamin penyediaan di dalam negeri secara terus-menerus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat penting dan sebagai sumber daya ekonomis yang paling utama yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan usaha.
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.557,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL
VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH merupakan suatu pandangan
Lebih terperinciSTRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL
STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL SEMINAR OPTIMALISASI PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN MENUJU KETAHANAN ENERGI YANG BERKELANJUTAN Oleh: DR. Sonny Keraf BANDUNG, MEI 2016 KETAHANAN
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, konsumsi energi listrik pada masyarakat sangat meningkat yang diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan bertambahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketergantungan masyarakat terhadap listrik memang sangat tinggi. Selama 24 jam penuh, aktivitas manusia seakan tergantung penuh dengan listrik. Listrik tidak lagi sekedar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 Sumber energi di Indonesia (Overview Industri Hulu Migas, 2015)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah membutuhkan peranan energi untuk dapat berkembang dengan baik, khususnya energi listrik. Dapat diketahui bahwa listrik sangat bermanfaat
Lebih terperinciPemodelan Kebutuhan Energi Sulawesi Selatan dengan Skenario Energi Baru/Terbarukan
Pemodelan Kebutuhan Energi Sulawesi Selatan dengan Skenario Energi Baru/Terbarukan Rishal Asri 1, T. Haryono 2, Mohammad Kholid Ridwan 3 Mahasiswa Magister Teknik Sistem, Universitas Gadjah Mada 1 rishal.asri@ugm.mail.ac.id/085255807138
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin berkembang menjadi kebutuhan yang tak terpisahkan dari kebutuhan masyarakat sehari-hari seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedangkan rata-rata ASEAN adalah 364 TOE/juta US$, dan negara maju 202 TOE/juta US$
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Energi mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian, baik sebagai bahan bakar, bahan baku, maupun sebagai komoditas ekspor. Konsumsi energi terus
Lebih terperinciANALISIS PENYEDIAAN DAN KEBUTUHAN ENERGI SEKTOR RUMAH TANGGA DI PROVINSI GORONTALO
ANALISIS PENYEDIAAN DAN KEBUTUHAN ENERGI SEKTOR RUMAH TANGGA DI PROVINSI GORONTALO Nona Niode Abstract An increase of the energy demand in household sector has made changes behavior of energy consumption
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melakukan suatu kegiatan, manusia selalu memanfaatkan energi, baik yang disadari maupun tidak disadari. Namun, setiap kegiatan yang memanfaatkan energi memiliki
Lebih terperinci50001, BAB I PENDAHULUAN
Rancangan Penilaian Sistem Manajemen Energi di PT. Semen Padang dengan Menggunakan Pendekatan Integrasi ISO 50001, Sistem Manajemen Semen Padang (SMSP) dan Permen ESDM No. 14 Tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis ekonomi menerpa negeri ini, tak henti-hentinya PLN dihadapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak krisis ekonomi menerpa negeri ini, tak henti-hentinya PLN dihadapkan pada persoalan-persoalan berat yang muncul silih berganti. Tahun demi tahun, tak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik merupakan sumber energy yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik untuk kegiatan industry, kegiatan komersial, maupun dalam kehidupan sehari hari
Lebih terperinciHemat Energi Listrik: Studi Kasus di Badan Diklat Provinsi Banten
Paper Riset Singkat Edisi 3 No. 1, Jan Mar 2016, p.47-52 Hemat Energi Listrik: Studi Kasus di Badan Diklat Provinsi Banten Maslichah Kurdi Widyaiswara Ahli Madya pada Badan Diklat Provinsi Banten Jln.
Lebih terperinciVersi 27 Februari 2017
TARGET INDIKATOR KETERANGAN 7.1 Pada tahun 2030, menjamin akses universal 7.1.1* Rasio elektrifikasi Indikator nasional yang sesuai dengan indikator layanan energi yang global (Ada di dalam terjangkau,
Lebih terperinci2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciLISTRIK DAN MAGNET (Daya Listrik) Dra. Shrie Laksmi Saraswati,M.Pd
LISTRIK DAN MAGNET (Daya Listrik) Dra. Shrie Laksmi Saraswati,M.Pd laksmi.sedec@gmail.com A. Kompetensi Dasar Mengidentifikasi kegunaan energi listrik, konversi energi listrik, transmisi energi listrik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan teknologi saat ini. Energi menjadi kebutuhan primer pada kebutuhan manusia. Menurut Buku Perencanaan Efisiensi dan Elastisitas Energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wida Lidiawati, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dan ekonomi menyebabkan kebutuhan energi listrik saat ini terus mengalami peningkatan. Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tersebut eksploitasi
Lebih terperinciAnalisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat
37 Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat M. Iqbal Arsyad Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura iqbalarsyad@yahoo.co.id Abstract Electrical sector plays important
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Bahan bakar minyak dari bahan bakar fosil merupakan sumber energi yang dikonsumsi paling besar dibandingkan sumber energi lain. Minyak tanah merupakan salah satu sumber energi
Lebih terperinciIV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang paling mudah dan paling banyak digunakan masyarakat luas. Dari tahun ketahun permintaan akan energi listrik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat sekarang ini sangat tergantung dengan energi listrik. Penggunaan energi listrik sekarang ini dirasa terlalu berlebihan atau bisa dibilang terlalu
Lebih terperinciRENCANA UMUM ENERGI NASIONAL
RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL Disampaikan pada The CASINDO Meeting PUSAT DATA DAN INFORMASI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Grand Legi Hotel Mataram, 2 Maret 2011
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan :
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan : 1. Berdasarkan proyeks permintaan energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan manusia yang cepat mendorong manusia memanfaatkan alam secara berlebihan. Pemanfaatan tersebut baik sebagai pemukiman maupun usaha untuk mencukupi kebutuhan
Lebih terperinciDisampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan Direktorat
Lebih terperinciM. Zahri Kadir, Irwin Bizzy, Bhakti Yudho Suprapto, Marwanin, Helmy Alian Fakultas Teknik, Univesitas Sriwijaya, ABSTRAK
SOSIALISASI TATA CARA MENGHEMAT PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA PENGELOLAAN PERALATAN DAN RUANG PADA BEBERAPA SEKOLAH DI SEKITAR INDERALAYA KABUPATEN OGAN ILIR M. Zahri Kadir, Irwin Bizzy, Bhakti Yudho
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut International Finance Corporation (IFC), Indonesia memiliki cadangan minyak bumi, batu bara dan gas alam yang berlimpah. Selama beberapa dekade, Indonesia
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Nama Sekolah : SD Kristen Satya Wacana Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas/ Semester : II/ 2 Alokasi Waktu : 6 x 35 menit (3 kali pertemuan) I.
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia. Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat berbanding lurus dengan
Lebih terperinciRINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN I. PEMOHON Mohamad Sabar Musman II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 47
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA
ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA Erwin Siregar dan Nona Niode ABSTRACT The improvement of device efficiency in the household sector
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyaknya alat rumah tangga yang menggunakan listrik. Akan tetapi, pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini listrik menjadi kebutuhan mendasar bagi masyarakat, oleh karena itu pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk memberikan listrik bagi warga negara
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Insider Forum Series Indonesia Energy Roadmap 2017 2025 Jakarta, 25 Januari 2017 I Kondisi
Lebih terperinciTIPS HEMAT ENERGI & LISTRIK
TIPS HEMAT ENERGI & LISTRIK {sidebar id=3} Kiat Menghemat Energi Listrik di Rumah Tangga Kehidupan modern memungkinkan manusia hidup dalam suasana yang nyaman dan serba praktis. Hal ini semua dimungkinkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan energi listrik merupakan salah satu aspek penting dalam aktivitas manusia. Oleh karena itu, penyediaan tenaga listrik harus menjadi prioritas dalam
Lebih terperinciPT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Lainnya: Keterbukaan Informasi - Press Release PGN Memenuhi Kebutuhan Gas Untuk Industri di Jawa Timur
No Surat/Pengumuman Nama Perusahaan Kode Emiten Lampiran 2 018100.S/HM.05/SPER/2012 PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk PGAS Tanggal dan Jam 18 Jun 2012 18:21:14 Perihal Keterbukaan Informasi Yang Perlu
Lebih terperinciKEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK. Ir. Linggi. Penerima Penghargaan Energi Prakarsa Perorangan S A R I
KEMANDIRIAN MASYARAKAT DESA BATANG URU MERUBAH AIR MENJADI LISTRIK Ir. Linggi Penerima Penghargaan Energi Prakarsa 2011 - Perorangan S A R I Linggi adalah salah seorang Penerima Penghargaan Energi Prakarsa
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMIS ENERGI LISTRIK TENAGA SURYA DESA TERTINGGAL TERPENCIL
KAJIAN EKONOMIS ENERGI LISTRIK TENAGA SURYA DESA TERTINGGAL TERPENCIL Oleh Aditya Dewantoro P (1) Hendro Priyatman (2) Universitas Muhammadiyah Pontianak Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Tel/Fax 0561
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sampai saat ini, Indonesia masih menghadapi persoalan dalam mencapai target pembangunan bidang energi. Ketergantungan terhadap energi fosil terutama minyak bumi dalam
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA
NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA Diajukan oleh: FERI SETIA PUTRA D 400 100 058 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciPulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia
TEKNOLOI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia Abraham Lomi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Malang
Lebih terperinciKONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040
KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 Ana Rossika (15413034) Nayaka Angger (15413085) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR LEMARI PENGERING PAKAIAN
BAB II KONSEP DASAR LEMARI PENGERING PAKAIAN Pada bab ini, penulis akan menjabarkan mengenai prinsip kerja dan beberapa hal yang mendasari terealisasikannya lemari pengering pakaian dengan moving hanger
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling penting bagi kita.tanpa adanya energi listrik, berbagai aktivitas manusia tidak dapat berjalan baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, meningkatnya kegiatan Industri dan jumlah penduduknya, maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik saat ini sudah merupakan suatu kebutuhan primer kehidupan masyarakat maupun bagi perkembangan menyeluruh suatu bangsa. Khususnya di Indonesia, meningkatnya
Lebih terperinciAlat Penghemat Listrik, Optimasi Daya, Bukan Menghemat Monday, 12 March 2007
Alat Penghemat Listrik, Optimasi Daya, Bukan Menghemat Monday, 12 March 2007 Semakin beratnya beban atau biaya hidup akibat naiknya harga sejumlah komponen pokok, nyatanya mampu membuka celah bisnis yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 METODE PENGUMPULAN DATA Agar tujuan penelitian ini tercapai, perlu diketahui penggunaan konsumsi daya yang ada di hotel Permai ini, data-data yang akan dicari adalah data-data
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU
BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU 3.1. Tinjauan Tema a. Latar Belakang Tema Seiring dengan berkembangnya kampus Universitas Mercu Buana dengan berbagai macam wacana yang telah direncanakan melihat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan energi dalam jumlah yang cukup dan kontinu sangat penting dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan
Lebih terperinciSembuh Dari Penyakit Subsidi BBM: Beberapa Alternatif Kebijakan
Sembuh Dari Penyakit Subsidi : Beberapa Alternatif Kebijakan Hanan Nugroho Penyakit subsidi yang cukup lama menggerogoti APBN/ ekonomi Indonesia sesungguhnya bisa disembuhkan. Penyakit ini terjadi karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemanasan global (global warming) semakin terasa di zaman sekarang ini.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global (global warming) semakin terasa di zaman sekarang ini. Matahari memancarkan gelombang radiasinya menembus lapisan atmosfir dan sebagiannya terperangkap
Lebih terperinciVIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA Pada bagian ini dibahas efisiensi energi dalam perekonomian Indonesia, yang rinci menjadi efisiensi energi menurut sektor. Disamping itu,
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, listrik telah menjadi salah satu kebutuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, listrik telah menjadi salah satu kebutuhan utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik menunjukkan trend yang
Lebih terperinci