BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 100 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis yang dilakukan pada penelitian ini meliputi: Estimasi Penumpang Rute Keudah-Darussalam, Analisis Performansi Angkutan Umum, Analisis Kebutuhan Jumlah Armada, Analisis Pemilihan Moda, serta Analisis Kebutuhan Armada Berdasarkan Preferensi Terhadap Moda yang Diinginkan Pengguna Jasa. 5.1 Estimasi Jumlah Penumpang Rute Keudah-Darussalam Jumlah penumpang per kendaraan per hari pada dasarnya menunjukkan jumlah rata-rata penumpang yang terangkut per kendaraan per hari di sepanjang rute yang dilayani, yaitu jumlah penumpang yang menggunakan moda Labi-Labi dan Bus Damri. Dengan mempergunakan data yang diperoleh dari survey dinamis dan statis, maka estimasi jumlah penumpang pada rute Keudah-Darussalam dapat dibedakan berdasarkan hari survey Jumlah Penumpang Labi-Labi Rute Keudah-Darussalam Berdasarkan data survey dinamis diketahui bahwa rata-rata jumlah penumpang Labi-Labi per rit berdasarkan hari survey adalah sebagai berikut : 1. Senin (5 November 2007), terdapat 32 penumpang per kendaraan/rit 2. Jumat (2 November 2007) hanya terdapat 29 penumpang per kendaraan/rit 3. Minggu (4 November 2007), terdapat 25 penumpang per kendaraan/rit Oleh karena itu rata-rata penumpang per rit/kendaraan Labi-Labi rute Keudah-Darussalam adalah 29 orang. Jika dalam satu hari pengemudi dapat melakukan rata-rata 6 ritasi, maka jumlah penumpang per kendaraan/hari, pada setiap periode adalah sebagai berikut: 1. Senin (5 November 2007), terdapat 192 penumpang per kendaraan/hari 2. Jumat (2 November 2007) hanya terdapat 174 penumpang per kendaraan/hari 3. Minggu (4 November 2007), terdapat 150 penumpang per kendaraan/hari 100

2 101 Periode Oleh karena itu rata-rata penumpang per hari/kendaraan Labi-Labi rute Keudah-Darussalam adalah 172 orang. Dengan demikian, maka estimasi jumlah penumpang pada rute Keudah- Darussalam dapat dibedakan berdasarkan hari survey yaitu : 1. Hari Senin (Hari kerja), jika dioperasikan 191 Labi-Labi, maka jumlah estimasi penumpang Labi-Labi rute Keudah-Darussalam adalah penumpang per hari 2. Hari Jumat (setengah hari kerja), jika dioperasikan 150 Labi-Labi, maka jumlah estimasi penumpang Labi-Labi rute Keudah-Darussalam adalah penumpang per hari. 3. Hari Minggu (Hari libur), jika dioperasikan 148 Labi-Labi maka jumlah estimasi penumpang Labi-Labi rute Keudah-Darussalam adalah penumpang per hari Sehingga Estimasi Total Penumpang/hari rute Keudah-Darussalam adalah penumpang per hari. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penumpang per kendaraan/hari dapat dilihat pada Tabel V.1 dibawah ini Tabel V.1 Rata Rata Jumlah Penumpang Per Rit Per Hari Labi-Labi Rute Keudah-Darussalam Armada Operasi Penumpang /Kendaraan/Rit Rit Per Hari Penumpang /Kendaraan/Hari Estimasi Total Penumpang/hari Labi-Labi Keudah-Darussalam Senin Jumat Minggu Jumlah Rata -Rata Sumber : Survey Dinamis 2007 dan Hasil Analisis Jumlah Penumpang Bus Damri Rute Keudah-Darussalam Berdasarkan data survey dinamis diketahui bahwa rata-rata jumlah penumpang Bus Damri per rit berdasarkan adalah 80 penumpang per kendaraan/rit Jika dalam satu hari pengemudi dapat melakukan rata-rata 7 ritasi, maka jumlah penumpang per kendaraan/hari, pada setiap periode adalah 560 penumpang per kendaraan/hari. Dan dikarenakan jumlah armada aperasi pada rute ini sebanyak 5 armada, maka Estimasi Total Penumpang/hari Bus Damri rute Keudah-Darussalam adalah penumpang per hari. Untuk lebih jelasnya,dapat dilihat pada Tabel V.2 dibawah ini 101

3 102 Tabel V.2 Rata Rata Jumlah Penumpang Bus Damri Rute Keudah-Darussalam Rincian Moda Bus Damri Jumlah Penumpang/Kendaraan/Rit (pnp/kend/rit) 80 Rit Per Hari 7 Penumpang/Kendaraan/Hari (pnp/kend/hr) 560 Armada Operasi 5 Estimasi Total Penumpang/hari Bus Damri Rute Keudah-Darussalam (pnp/hr) Sumber : Survey Dinamis 2007 dan Hasil Analisis Estimasi Total Penumpang Rute Keudah-Darussalam Estimasi Total Penumpang Rute Keudah-Darussalam yaitu sebesar pnp/hari. Hasil ini diperoleh dengan menjumlahkan antara estimasi jumlah penumpang/hari moda Labi-Labi dan penumpang/hari moda Bus Damri. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel V.3 dibawah ini Tabel V.3 Total Penumpang Rute Keudah-Darussalam Rincian Jumlah Penumpang/hari moda Labi-Labi (pnp/hr) Penumpang/hari moda Bus Damri (pnp/hr) Estimasi Total Penumpang Rute Keudah-Darussalam (pnp/hr) Sumber : Survey Dinamis 2007 dan Hasil Analisis Analisis Performansi Angkutan Umum Labi-Labi Pada Jumlah Armada Eksisting Analisis performansi angkutan umum Labi-Labi bertujuan untuk mengukur apakah pada tingkat armada eksisting telah terpenuhi kriteria optimal yang dipersyaratkan baik dari sudut pandang operator maupun dari sudut pandang pengguna jasa. Dalam hal ini performansi dari sisi operator maupun pengguna jasa diukur berdasarkan kriteria-kriteria sebagai berikut : 1. Kriteria optimal dari perspektif operator adalah operator harus memperoleh margin keuntungan sebesar 10 % total BOK/Tahun. 2. Kriteria optimal dari perspektif pengguna jasa adalah terpenuhinya kondisi tingkat pelayanan sebagaimana yang dinginkan pengguna jasa, ditinjau dari aspek frekuensi, headway antar Labi-Labi, waktu tunggu penumpang rata-rata, serta tarif. 102

4 Analisis Performansi Labi-Labi Berdasarkan Operator Analisis performansi angkutan umum labi-labi berdasarkan operator, pada dasarnya menghitung jumlah alokasi armada yang membuat setiap operator mencapai titik keseimbangan usaha (Break Even Point) dengan kriteria seperti disebutkan diatas : a. Estimasi BOK/tahun + Margin Keuntungan 10% Berdasarkan hasil perhitungan pada bab 4 diketahui bahwa estimasi BOK/Km adalah Rp 2.245/Km. Dengan jarak tempuh per tahun sebesar ,04 km/th. Maka BOK/tahun Labi-Labi rute Keudah-Darussalam adalah Rp /tahun. Jika ditentukan margin keuntungan sebesar 10 % per tahun, maka besarnya keuntungan yang harus diperoleh setiap operator per tahun adalah 0,10 x Rp = Rp ,- Dengan demikian maka jumlah BOK plus margin keuntungan 10 % adalah Rp Rp = Rp /tahun. b. Estimasi Pendapatan Per Operator Per Tahun Estimasi jumlah pendapatan operator Labi-Labi per tahun sebagai berikut: Hasil survey menunjukkan bahwa tarif formal rute Keudah-Darussalam adalah Rp 2.300/penumpang (jauh dekat, tarif flat). Hasil estimasi jumlah penumpang/kend/rit rute Keudah-Darussalam adalah 29 penumpang/kend/rit. Estimasi penumpang/kend/tahun = jumlah penumpang/kend/hari x Ratarata jumlah hari operasi per tahun = 174 penumpang/kend/hari x 312 hari = pnp/tahun. Pendapatan Per Kend/Tahun adalah : PD/kend/tahun = pnp/th x Rp = Rp Besarnya pendapatan per tahun dan BOK plus Margin 20% per tahun diatas, selanjutnya di cek apakah terdapat keseimbangan (BEP) dengan menggunakan rumus: BEP = Pendapatan/th - [BOK/th + (0,1 x BOK/th)] = 0 = Rp Rp = Rp ,- 103

5 104 Dari perhitungan diatas diketahui bahwa pengalokasian armada sebanyak 163 kendaraan (eksisting) sudah memenuhi kondisi keseimbangan bagi usaha operator. Hal ini terlihat dari antara pendapatan/kend/th dengan (BOK/th/kend + margin 10%) yang menunjukkan angka positif yaitu Rp , Analisis Performansi Labi-Labi Berdasarkan Pengguna Jasa Analisis performansi angkutan umum Labi-Labi dari sudut pandang pengguna jasa, meliputi analisis tingkat pelayanan angkutan umum yang dapat dinikmati pengguna jasa sehubungan dialokasikannya jumlah armada untuk melayani rute Keudah-Darussalam. Tahapan dalam analisis ini meliputi beberapa langkah yaitu : 1. Mengetahui frekuensi angkutan umum per jam, pada jumlah armada operasi eksisting. 2. Menghitung headway waktu antar kendaraan angkutan umum Labi-Labi, pada jumlah armada operasi eksisting. 3. Menghitung waktu tunggu rata-rata penumpang, pada jumlah armada operasi eksisting. Berdasarkan hasil survey statis di Terminal Keudah, maka diketahui frekuensi Labi-Labi dalam 18 kali pengamatan adalah 36 kend/jam. Sedangkan headway antar Labi-Labi yaitu 1,68 menit, yang dapat ditentukan berdasarkan rumus pada persamaan (3.9), sebagai berikut : 1 60 menit h t 1,68 menit antar Labi Labi atau 0 : 01 : 41 F 36 kendaraan / jam Berdasarkan persamaan (3.10), waktu tunggu rata-rata angkutan umum adalah setengah dari waktu headway. Dengan demikian jika waktu headway adalah 1,68 menit. Maka waktu tunggu rata-rata Labi-Labi di Terminal Keudah adalah 0,84 menit. W t rata rata 1 2 x 1,68 menit 0,84 menit atau 0 : 00 : 51 Hasil perhitungan frekuensi menunjukkan bahwa dalam satu jam, jumlah Labi-Labi yang melintasi suatu titik amatan adalah 36 kendaraan. Jika dikaitkan dengan frekuensi menurut persepsi pengguna jasa yaitu 33 kendaraan/jam, maka terlihat bahwa frekuensi angkutan umum yang tercipta pada jumlah armada eksisting lebih baik daripada frekuensi yang diinginkan pengguna jasa. 104

6 105 Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa rata-rata interval waktu antar Labi-Labi yang lewat pada suatu titik untuk arah yang sama adalah rata-rata 1,68 menit. Jika dikaitkan dengan headway waktu menurut persepsi pengguna jasa, yaitu 5,7 menit, maka dapat dikatakan bahwa headway waktu yang tercipta pada jumlah armada eksisiting sudah berada dalam kondisi yang diinginkan pengguna jasa pada umumnya. Hasil perhitungan diatas menunjukkan bahwa rata-rata waktu tunggu Labi- Labi pada jumlah armada eksisting adalah 0,84 menit atau sekitar 51 detik. Jika dikaitkan dengan waktu tunggu rata-rata yang dinginkan pengguna jasa yaitu 3,45 menit, maka dapat dikatakan bahwa waktu tunggu rata-rata yang tercipta pada jumlah armada eksisiting sudah memenuhi kondisi yang dikehendaki pengguna jasa pada umumnya. 5.3 Analisis Performansi Bus Damri Berdasarkan Operator Analisis performansi angkutan umum Bus Damri berdasarkan operator bertujuan untuk mengukur apakah pada tingkat armada eksisting telah terpenuhi kriteria optimal yang dipersyaratkan baik dari sudut pandang operator. Analisis performansi angkutan umum Bus Damri berdasarkan operator, pada dasarnya menghitung jumlah alokasi armada yang membuat setiap operator mencapai tiitk keseimbangan usaha (Break Even Point) dengan kriteria operator harus memperoleh margin keuntungan sebesar 10 % total BOK/tahun. a. Estimasi BOK/tahun + Margin Keuntungan 10% Berdasarkan hasil perhitungan pada bab 4 diketahui bahwa estimasi BOK/Km Bus Damri rute Keudah-Darussalam adalah Rp 3.120/Km. Dengan jarak tempuh per tahun sebesar ,69 km/th. Maka BOK/tahun Bus Damri rute Keudah-Darussalam adalah Rp /tahun Jika ditentukan margin keuntungan sebesar 10 % per tahun, maka besarnya keuntungan yang harus diperoleh setiap operator per tahun adalah 0,10 x Rp = Rp Dengan demikian maka jumlah BOK plus margin keuntungan 10 % adalah Rp Rp = Rp /tahun. 105

7 106 c. Estimasi Pendapatan Per Operator Per Tahun Estimasi jumlah pendapatan operator Bus Damri per tahun sebagai berikut: Hasil survey menunjukkan bahwa tarif formal rute Keudah-Darussalam adalah Rp 1.000/penumpang (jauh dekat, tarif flat). Hasil estimasi jumlah penumpang/kend/rit rute Keudah-Darussalam adalah 80 penumpang/kend/rit. Estimasi penumpang/kend/tahun = jumlah penumpang/kend/hari x Ratarata hari operasi per tahun = 560 penumpang/kend/rit x 312 hari = pnp/tahun. Pendapatan Per Kend/Tahun adalah : PD/kend/tahun = pnp/th x Rp = Rp Besarnya pendapatan per tahun dan BOK plus Margin 10 % per tahun diatas, selanjutnya di cek apakah terdapat keseimbangan (BEP) dengan menggunakan rumus: BEP = Pendapatan/th - [BOK/th + (0,1 x BOK/th)] = 0 = Rp = Rp Dari perhitungan diatas diketahui bahwa pengalokasian armada sebanyak 5 kendaraan (eksisting) sudah memenuhi kondisi keseimbangan bagi usaha operator. Hal ini terlihat dari antara pendapatan/kend/th dengan (BOK/th/kend + margin 10%) yang menunjuukkan angka positif yaitu Rp Tarif Menurut Persepsi Pengguna Jasa Tarif menurut persepsi pengguna jasa adalah tarif yang diperoleh berdasarkan hasil survey persepsi pengguna jasa. Besaran tarif persepsi ini mencerminkan tingkat tarif yang diinginkan oleh pengguna jasa ketika mempergunakan angkutan umum di Kota Banda Aceh. Hasil survey persepsi pengguna jasa mengenai tarif angkutan umum seperti yang ditunjukkan pada tabel IV.20 memperlihatkan bahwa : Tarif Labi- Labi yang diinginkan Rp 1.500/orang, dan Tarif Bus Damri yang diinginkan Rp 800/orang. Sedangkan tarif eksisting Labi-Labi Rp per penumpang dan Bus Damri Rp per penumpang. 106

8 107 Perbedaan tarif ini disebabkan tarif yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh berupa tarif seragam (Flat Fare). Dengan rata-rata jarak tempuh penumpang yang kurang dari 5 km/perjalanan, maka penumpang diharuskan membayar biaya perjalanan sama dengan jarak 1 trip. Berdasarkan perhitungan tarif menggunakan standar Dinas Perhubungan (Lampiran L), tarif Labi-Labi yang harus diterapkan untuk mencapai Break Even Point (BEP) adalah Rp 4.200/penumpang (LF 70 %). Jika kita bandingkan dengan tarif formal maka tarif yang diberlakukan saat ini tidak akan dapat mengembalikan titik impas operator. Oleh karena itu, jika tarif yang diberlakukan tetap Rp 2.300/penumpang maka operator hanya akan mencapai titik impas pada Load Factor (BEP) 131 %. Secara operasional, penentuan tarif flat di Kota Banda Aceh akan menguntungkan operator. Karena dengan jarak perjalanan penumpang yang kurang dari 5 km/perjalanan, maka sering terjadi naik turun penumpang. Hal ini membuat Load Factor Labi-Labi mencapai 181 % dan pendapatan operator akan meningkat hingga mencapai titik impas pengusaha. Sedangkan dengan LF 70 %, tarif Bus Damri yang harus diterapkan untuk mencapai Break Even Point (BEP) adalah Rp 1.500/penumpang (Lampiran M). Jika kita bandingkan dengan tarif formal maka tarif yang diberlakukan saat ini tidak akan dapat mengembalikan titik impas operator. Oleh karena itu, jika tarif yang diberlakukan tetap Rp 1.000/penumpang maka operator hanya akan mencapai titik impas pada Load Factor (BEP) 107,84%. Secara operasional, penentuan tarif flat di Kota Banda Aceh akan menguntungkan operator. Karena dengan jarak perjalanan penumpang yang kurang dari 5 km/perjalanan, maka sering terjadi naik turun penumpang. Hal ini membuat Load Factor Bus Damri mencapai 133 % dan pendapatan operator akan meningkat hingga mencapai titik impas pengusaha. 107

9 Kesimpulan Kondisi Performansi Angkutan Umum Pada Armada Eksisting Dengan memperhatikan kondisi performansi yang tercipta pada armada eksisting diketahui pengalokasian armada Labi-Labi sebanyak 163 kendaraan (eksisting) sudah memenuhi kondisi keseimbangan bagi usaha operator. Pengoperasian Bus Damri sebanyak 5 armada juga sudah memenuhi kondisi keseimbangan bagi usaha operator Jika dilihat dari kepentingan pengguna jasa, maka pengalokasian 163 armada Labi-Labi dan 5 Bus Damri, berdasarkan frekuensi, headway, dan waktu tunggu sudah memenuhi kriteria yang dikehendaki. Namun besaran tarif formal yang berlaku yaitu Rp dan Rp belum sesuai dengan tarif persepsi pengguna jasa. Dengan rata-rata jarak tempuh penumpang yang pendek (< 5 km) maka penerapan tarif seragam (Flat Fare), akan menguntungkan operator angkutan, untuk mencapai titik impas (Break Event Point). Oleh karena itu, maka dapat diambil kesimpulan sementara bahwa performansi yang tercipta pada tingkat armada eksisting (163 armada Labi-labi dan 5 armada Bus Damri) belum memenuhi kriteria keseimbangan antara kepentingan operator dan pengguna jasa. 5.5 Analisis Kebutuhan Jumlah Armada Labi-Labi Optimal Pengalokasian 163 armada belum memenuhi kriteria keseimbangan antara kepentingan operator dan pengguna jasa, maka armada eksisting bukan merupakan armada optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mendapatkan jumlah armada optimal. Analisis penentuan jumlah armada optimal tersebut dilakukan seperti pada perhitungan armada eksisting dengan prosedur seperti dijelaskan dibawah ini : Metode Perhitungan Proses perhitungan kebutuhan jumlah armada dilakukan dengan menggunakan persamaan (2.25 dan 2.26) Untuk mempermudah dan mempercepat proses perhitungan, dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel. 108

10 109 Metode Pendekatan Proses pendekatan menggunakan tiga cara berdasarkan tarif yang digunakan, sebagai berikut : a. Mempergunakan Tarif Eksisting (Kondisi Eksisting) Perhitungan jumlah armada optimal, dimana estimasi pendapatan operator mempergunakan tarif formal sebesar Rp 2.300/penumpang (Flat Fare). b. Mempergunakan Tarif Persepsi Pengguna Jasa Perhitungan jumlah armada optimal, dimana estimasi pendapatan operator mempergunakan tarif persepsi pengguna jasa sebesar Rp per penumpang (Flat Fare). a. Mempergunakan Tarif Penumpang-Km Perhitungan jumlah armada optimal, dimana estimasi pendapatan operator mempergunakan tarif penumpang-km yaitu sebesar Rp 4.200/Pnp-Km Hasil Analisis a. Armada Optimal berdasarkan Tarif Formal (Flat Fare) Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah armada optimal berdasarkan tarif formal adalah 225 kendaraan.. b. Armada Optimal berdasarkan Tarif Rata-Rata Persepsi Pengguna Jasa (Flat Fare). Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah armada optimal berdasarkan tarif persepsi pengguna jasa adalah 147 kendaraan. c. Armada Optimal berdasarkan Tarif Penumpang-Km Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah armada optimal berdasarkan tarif penumpang-km adalah 411 kendaraan. 109

11 110 Tabel V.4 Armada Optimal Berdasarkan Tarif No Armada Optimal Tarif Formal Tarif Persepsi Tarif Per Km Parameter (Rp 2.300/penumpang) (Rp 1.500/penumpang) (Rp 4.200/Penumpang-Km) 1 Biaya Operasional Kendaraan (BOK) Per tahun Rp Rp Rp BOK + Margin 10 % Per Tahun Rp Rp Rp Pendapatan Per Tahun Rp Rp Rp Pendapatan (BOK+ Margin) Per Tahun Rp Rp Rp Load Factor Statis (Rute) Eksisting 180 % 180 % 180 % 6 LF (BEP) = BOK x LF Eksisting Pendapa tan 131 % 201 % 72 % 7 Armada Eksisting Armada Optimal = Sumber : Hasil Analisis, 2008 LF Eksisting x Armada Operasi Eksisting LF( BEP) 5.6 Analisis Kebutuhan Jumlah Armada Bus Damri Optimal Pengalokasian 5 armada Bus Damri belum memenuhi kriteria keseimbangan antara kepentingan operator dan pengguna jasa, maka armada eksisting bukan merupakan armada optimal. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mendapatkan jumlah armada optimal. Analisis penentuan jumlah armada optimal tersebut dilakukan seperti pada perhitungan armada eksisting dengan prosedur seperti dijelaskan dibawah ini : 110

12 111 Metode Perhitungan Proses perhitungan kebutuhan jumlah armada dilakukan dengan menggunakan persamaan (2.25 dan 2.26) Untuk mempermudah dan mempercepat proses perhitungan, dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel. Metode Pendekatan Proses pendekatan menggunakan tiga cara berdasarkan tarif yang digunakan, sebagai berikut : a. Mempergunakan Tarif Eksisting (Kondisi Eksisting) Perhitungan jumlah armada optimal, dimana estimasi pendapatan operator mempergunakan tarif formal sebesar Rp penumpang (Flat Fare). b. Mempergunakan Tarif Persepsi Pengguna Jasa Perhitungan jumlah armada optimal, dimana estimasi pendapatan operator mempergunakan tarif persepsi pengguna jasa sebesar Rp 800 per penumpang (Flat Fare). c. Mempergunakan Tarif Per Km Perhitungan jumlah armada optimal, dimana estimasi pendapatan operator mempergunakan tarif penumpang-km yaitu sebesar Rp 1.500/Pnp-Km. Hasil Analisis a. Armada Optimal berdasarkan Tarif Formal (Flat Fare) Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah armada optimal berdasarkan tarif formal adalah 6 kendaraan.. b. Armada Optimal berdasarkan Tarif Rata-Rata Persepsi Pengguna Jasa (Flat Fare). Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah armada optimal berdasarkan tarif persepsi pengguna jasa adalah 5 kendaraan. c. Armada Optimal berdasarkan Tarif Penumpang-Km Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah armada optimal berdasarkan tarif penumpang-km adalah 9 kendaraan 111

13 112 Tabel V.5 Armada Optimal Bus Damri No Armada Optimal Tarif Formal Tarif Persepsi Tarif Per Km Parameter (Rp 1.000/penumpang) (Rp 800/penumpang) (Rp /Penumpang-Km) 1 Biaya Operasional Kendaraan (BOK) Per tahun Rp Rp Rp BOK + Margin 10 % Per Tahun Rp Rp Rp Pendapatan Per Tahun Rp Rp Rp Pendapatan (BOK+ Margin) Per Tahun Rp Rp Rp Load Factor Eksisting 133 % 133 % 133 % 6 Load Factor (BEP) = BOK x LF Pendapa tan Eksisting 108 % 135 % 72 % 7 Armada Eksisting LF Eksisting Armada Optimal = x Armada Operasi Eksisting LF( BEP) Sumber : Hasil Analisis, Analisis Pemilihan Moda Analisis pemilihan moda dilakukan terhadap nilai-nilai parameter (koefisien regresi) baik secara parsial maupun secara keseluruhan, mengacu pada hasil Output Regresi Logistik seperti pada Lampiran W. Untuk mengestimasi probabilitas pemilihan moda dalam penelitian ini digunakan Regresi Logistik, sedangkan dalam pemilihan variabel yang masuk ke dalam model digunakan metode Forward Stepwise Likehood Ratio yang merupakan suatu cara pemilihan variabel secara berurutan, dimulai dari konstanta, kemudian variabel-variabel lain yang memenuhi kriteria untuk dimasukkan ke dalam model. Selanjutnya diuji apakah gabungan variabel-variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan moda. 112

14 Variabel yang Masuk ke dalam Model Dari hasil pengolahan data dengan program SPSS for Windows Release 11.5 dengan menggunakan analisis Regresi Logistik metode Forward Stepwise Likehood Ratio, sampai dengan tahap terkahir diperoleh 4 variabel yang masuk ke dalam model (variabel in equation) persamaan utilitas moda, yaitu : a. WP (Waktu tempuh perjalanan ), dengan nilai besaran koefisiennya β WP = 3,152 b. WT (Waktu tunggu di Terminal), dengan nilai besaran koefisiennya β WT = 3,143 c. X6 (Prestise /gengsi di dalam Angkutan Umum), dengan nilai besaran koefisiennya β X6 = -14,399 d. X8 (Kemudahan mendapatkan angkutan umum). dengan nilai besaran koefisiennya β X8 = -18,307 e. Nilai Konstanta = -32,921 Pada tabel klasifikasi pemilihan moda (Tabel V.12) menunjukkan bahwa dari 38 responden yang memilih moda Bus Damri, diprediksi oleh model, hanya 1 orang responden memilih moda labi-labi dan 37 orang responden yang memilih moda bus damri, sehingga tingkat kebenaran sebesar 97,4 %. Selanjutnya dari 22 responden yng memilih moda Labi-Labi, diprediksi oleh model, sebanyak 21 orang responden memilih moda Labi-Labi dan 1 orang responden memilih Bus damri, sehingga tingkat kebenaran sebesar 95,5 %. Persentase kebenaran model semakin mendekati 100 % akan semakin baik. Secara keseluruhan persentase kebenaran model dalam memprediksi pemilihan moda adalah sebesar 96,7 %. Hal ini berarti, tingkat kebenaran model dibandingkan dengan keadaan nyata hanya sebesar 96,7 %. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel V.6 dibawah ini 113

15 114 Tabel V.6 Classification Table (a) Predicted Observed Moda Labi-Labi Bus Damri Percentage Correct Step 1 Moda Labi-Labi Bus Damri Overall Percentage 90.0 Step 2 Moda Labi-Labi Bus Damri Overall Percentage 91.7 Step 3 Moda Labi-Labi Bus Damri Overall Percentage 96.7 Step 4 Moda Labi-Labi Bus Damri Overall Percentage 93.3 Step 5 Moda Labi-Labi Bus Damri Overall Percentage 96.7 Step 6 Moda Labi-Labi Bus Damri Overall Percentage 96.7 a The cut value is.500 Sumber : Hasil Output Regresi Logistik, Probabilitas Pemilihan Moda Labi-Labi Sejalan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui probabilitas terpilihnya suatu moda. Berikut ini disajikan rangkuman variabel-variabel yang signifikan mempengaruhi pemilihan moda serta besaran koefisien masing-masing variabel. Hasil akhir keluaran program pengolah data secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran V. Dari hasil perhitungan diperoleh persamaan model fungsi utilitas pemilihan moda Labi-Labi sebagai berikut : U( Labi-Labi ) = -32, ,152 WP + 3,143 WT - 14,399 X 6-18,307 X 8 dimana : U ( Labi-Labi ) = Fungsi Utilitas moda Labi-Labi WP = Waktu tempuh perjalanan WT = Waktu tunggu di Terminal X 6 X 8 = Prestise /gengsi di dalam Angkutan Umum = Kemudahan mendapatkan angkutan umum Berdasarkan fungsi utilitas tersebut di atas dapat diperoleh persamaan probabilitas pemilihan moda Labi-Labi sebagai berikut : 114

16 115 1 Prob ( Labi-Labi ) = Z 1 e dimana : z = U ( Labi-Labi ). Dengan demikian persamaan model probabilitas pemilihan moda Labi- Labi dapat ditulis sebagai berikut : Prob ( Labi-Labi ) = ( 32,921 3,152 WP 3,143 WT 14,399 X 6 18,307 X 8) 1 e Dari persamaan probabilitas tersebut dapat dihitung besarnya probabilitas agregat probabilitas pemilihan moda Labi-Labi 36,69 % dan pemilihan moda Bus Damri sebesar 63,31 %. Probabilitas masing-masing responden dapat diperoleh dengan memasukkan nilai setiap variabel yang ada, seperti yang dapat dilihat pada Lampiran X. Secara grafis hubungan nilai probabilitas pemilihan dengan nilai utilitas pemilihan moda Labi-Labi dapat dilihat pada Gambar V.1 dibawah ini Moda Moda Probabilitas Pemilihan Moda -1,2557 0,00-1, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,9484-5,5535-2,4371 0, , , , , , , , , , Utilitas Utilitas Moda Moda Utilitas Moda Labi-Labi Gambar V.1 Probabilitas Pemilihan Moda Labi-Labi 1 1,00 1,00 1,00 0,50 0,50 0,50 2,7994 2,7994 4,6093 4,5890 5,1554 7,8504 9,1034 1,5644 2,7994 4,6093 4,5890 5,1554 4,6093 4,5890 5,1554 7,8504 7,8504 9, ,1795 9, , , ,1544 1, , , , , , , , ,2373 1,1912 1,1912 0, ,5644 1, , , , ,1912 0, ,4080 0,4080 0,4080 0, ,3436 0, Interpretasi Parameter Utilitas Model yang didapat secara garis besar dapat diterjemahkan dengan memperhatikan tanda e nilai koefisien serta nilai konstanta model tersebut. Nilai konstanta menggambarkan perbedaan utilitas moda jika variabel pelayanan transportasi dianggap nol, dan juga dapat dianggap sebagai penilaian pengguna jasa terhadap karakteristik yang belum terukur dari suatu moda. 115

17 116 Nilai konstanta pada model juga menunjukkan pengaruh dari karakteristik pilihan ataupun individu yang tidak diperhitungkan dalam fungsi selisih nilai utilitasnya. Dengan demikian semakin kecil nilai konstanta maka model tersebut semakin baik. Dari persamaan model utilitas moda Labi-Labi terlihat bahwa nilai estimasi konstanta bertanda negatif sebesar -32,921. Hal ini menunjukkan adanya hipotesis bahwa preferensi pengguna jasa cenderung memilih moda Bus Damri, jika semua parameter berharga nol, atau apabila pengguna jasa tidak mempertimbangkan variabel utilitas dalam pemilihan moda Selanjutnya koefisien-koefisien yang masuk ke dalam model ada yang bertanda positif dan negatif. Nilai kofisien menggambarkan pengaruh kontribusi yang dihasilkan pada setiap atributnya. Tanda positif diartikan apabila nilai utilitas ini mengalami perbaikan atau peningkatan maka akan meningkatkan utilitas moda tersebut, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada meningkatnya probabilitas responden atau pengguna jasa memilih moda tersebut atau sebaliknya. Sedangkan nilai koefisien bertanda negatif, berarti bahwa dengan semakin bertambahnya nilai variabel yang bersangkutan justru akan mengurangi probabilitas responden memilih moda yang bersangkutan. Apabila nilai variabel tersbut menurun akan menyebabkan pertambahan nilai probabilitas memilih moda tersebut. Dari persamaan model utilitas diatas terlihat bahwa koefisien pembentuk model yang bertanda positif adalah β WP (3,152) dan β WT (3,143). Nilai ini dapat diartikan dengan semakin meningkatnya nilai variabel tersebut, maka responden akan cenderung memilih moda tersebut. Dengan demikian jika waktu perjalanan dipercepat maka responden akan cenderung memilih moda Labi-Labi. Begitu juga apabila nilai variabel tersebut menurun akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan pengguna jasa memilih moda tersebut. Sedangkan koefisien model yang bertanda negatif, pada persamaanm utilitas diatas adalah βx 6 (-14,399), βx 8 (-18,307). Hal ini berarti, variabelvariabel tersebut bersifat disutility bagi moda Labi-Labi atau variabel ini tidak disenangi oleh pengguna jasa. Jika nilai variabel ini meningkat, responden akan cenderung memilih moda lain. Dengan demikian semakin tinggi gengsi responden terhadap angkutan umum, maka responden akan cenderung memilih moda lain. 116

18 117 Nilai koefisien tersebut juga menunjukkan besarnya perubahan nilai fungsi utilitas yang diakibatkan oleh pertambahan nilai variabel yang bersangkutan sebesar satu-satuan dengan asumsi variabel lain tetap atau tidak berubah. Dengan nilai koefisien variabel regresi tersebut dapat disimpulkan bahwa urutan variabel yang menentukan pengguna jasa Angkutan umum rute Keudah- Darussalam adalah sebagai berikut : 1. WP (Waktu tempuh perjalanan ), 2. WT (Waktu tunggu di Terminal), 3. X6 (Prestise /gengsi di dalam Angkutan Umum), 4. X8 (Kemudahan mendapatkan angkutan umum). 5.8 Analisis Kebutuhan Armada Optimal Berdasarkan Preferensi Terhadap Moda yang Diinginkan Pengguna Jasa Setelah memperoleh preferensi terhadap moda yang oleh pengguna jasa, maka dilakukan perhitungan kebutuhan armada rute Keudah-Darussalam. Langkah-langkah perhitungan yang dilakukan yaitu : 1. Mengetahui probabilitas terhadap moda Labi-Labi dan moda Damri 2. Mengetahui demand terhadap angkutan umum rute Keudah Darussalam, dengan menjumlahkan penumpang terangkut Labi-Labi dan Bus Damri. 3. Mengetahui estimasi jumlah pengguna motor pada rute Keudah-Darussalam. 4. Menghitung jumlah pengguna Bus Damri, dengan cara mengalikan probabilitas moda Bus Damri dengan demand rute Keudah Darussalam. 5. Menghitung jumlah pengguna labi-labi, dengan cara mengurangi demand rute Keudah Darussalam dengan pengguna motor. Setelah itu dikurangi lagi dengan jumlah pengguna Bus Damri. 6. Menghitung kebutuhan armada rute Keudah Darusalam berdasarkan preferensi terhadap moda yang diinginkan. Berdasarkan estimasi jumlah penumpang yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat diketahui jumlah demand terhadap angkutan umum rute Keudah Darussalam yaitu sebanyak penumpang/hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel V.7 117

19 118 Tabel V.7 Estimasi Preferensi Penumpang Moda Damri dan Labi-Labi Estimasi Preferensi Penumpang Moda Damri Keterangan Estimasi Pengguna Motor Jumlah Total Penumpang Rute Probabilitas (0,39 % x Demand) (pnp/hari) / Demand (pnp/hari) (%) (63,31 % x Demand) = 3 x 0,39 6 = 3 x 4 7 = Moda Lab-Labi , pnp/hari pnp/hari Moda Bus Damri ,31 Total Sumber : Hasil Analisis pnp/hari 327 pnp/kend/rit Estimasi Preferensi Penumpang Moda Labi-Labi pnp/hari 8 pnp/kend/rit Berdasarkan hasil analisis, diperoleh bahwa estimasi jumlah penumpang Bus Damri adalah 327 pnp/kend/rit dan Labi-Labi 8 pnp/kemd/rit (dengan jumlah armada eksisting). Dengan kondisi tersebut Load Factor Eksisting Bus Damri adalah 544 % dan Load Factor Eksisting Labi-Labi 48,41%. Dengan kondisi tersebut untuk mencapai titik impas (Break Event Point), maka diperlukan penambahan jumlah armada Bus Damri dan pengurangan jumlah armada Labi-Labi. Penentuan armada angkutan umum optimal Rute Keudah-Darussalam berdasarkan kriteria sebagai berikut : a. Mempergunakan Tarif Formal Perhitungan jumlah armada Labi-Labi dan Bus Damri optimal, dimana estimasi pendapatan operator dihitung dengan mempergunakan tarif formal Labi-Labi Rp 2.300/penumpang (Flat Fare) dan tarif formal Bus Damri Rp 1.000/penumpang (Flat Fare). b. Mempergunakan Tarif Persepsi Perhitungan jumlah armada Labi-Labi dan Bus Damri optimal, dimana estimasi pendapatan operator dihitung dengan mempergunakan tarif persepsi Labi-Labi yaitu sebesar Rp per penumpang, dan tarif persepsi Bus Damri Rp 800 per penumpang c. Mempergunakan Tarif Penumpang-Km Perhitungan jumlah armada Labi-Labi dan Bus Damri optimal, dimana estimasi pendapatan operator dihitung dengan mempergunakan tarif penumpang-km Labi-Labi yaitu sebesar Rp 4.200/penumpang-km, dan tarif Bus Damri Rp 1.500/penumpang-km 118

20 119 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa dengan mempergunakan 3 pendekatan diperoleh jumlah Labi-Labi optimal sebagai berikut : 1. Jumlah Labi-Labi optimal sebanyak 60 armada (tarif formal Rp 2.300/penumpang) 2. Jumlah Labi-Labi optimal sebanyak 39 armada (tarif persepsi Rp1.500/ penumpang). 3. Jumlah Labi-Labi optimal sebanyak 110 armada (tarif Rp 4.200/Pnp-Km). Sedangkan jumlah Bus Damri optimal dengan mempergunakan 3 pendekatan sebagai berikut : 1. Jumlah Bus Damri optimal sebanyak 25 armada (tarif formal Rp 1.000/penumpang) 2. Jumlah Bus Damri optimal sebanyak 20 armada (tarif persepsi Rp 800/ penumpang). 3. Jumlah Bus Damri optimal sebanyak 38 armada (tarif Rp 1.500/Pnp-Km). Untuk lebih jelasnya mengenai rincian hasil analisis armada angkutan umum optimal, rute Keudah-Darussalam dapat dilihat pada Tabel V.8 dan Tabel V.9 dibawah ini Tabel V.8 Armada Optimal Labi-Labi Berdasarkan Preferensi Moda Armada Optimal Tarif Formal (Rp 2.300/penumpang) No Tarif Persepsi Parameter (Rp 1.500/penumpang) 1 Biaya Operasional Kendaraan (BOK) Per tahun Rp Rp Rp BOK + Margin 10 % Per Tahun Rp Rp Rp Pendapatan Per Tahun Rp Rp Rp Pendapatan (BOK+ Margin) Per Tahun Rp Rp Rp Load Factor Eksisting 48 % 48 % 48 % 6 Load Factor (BEP) = BOK x LF Pendapa tan Eksisting Tarif Per Km (Rp 4.200,/Penumpang-Km) 131 % 201 % 72 % 7 Armada Eksisting LF Eksisting Armada Optimal = x Armada Operasi Eksisting LF( BEP) Sumber : Hasil Analisis,

21 120 No Parameter Tabel V.9 Armada Optimal Bus Damri Berdasarkan Preferensi Moda Armada Optimal Tarif Formal (Rp 1.000/penumpang) Tarif Persepsi (Rp 800/penumpang) Tarif Per Km (Rp 1.500/Penumpang-Km) 1 Biaya Operasional Kendaraan (BOK) Per tahun Rp Rp Rp BOK + Margin 10 % Per Tahun Rp Rp Rp Pendapatan Per Tahun Rp Rp Rp Pendapatan (BOK+ Margin) Per Tahun Rp Rp Rp Load Factor Eksisting 544 % 544 % 544 % 6 Load Factor (BEP) = BOK x LF Eksisting Pendapa tan 108 % 135 % 72 % 7 Armada Eksisting Armada Optimal = Sumber : Hasil Analisis, 2008 LF Eksisting x Armada Operasi Eksisting LF( BEP)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 121 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan permasalahan, tujuan, sasaran serta analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dari studi ini, yaitu : 1. Kondisi Performansi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini mencakup metode pemecahan masalah, metode pengumpulan data, dan metode analisis. 3.1 Metode Pemecahan Masalah Suatu penelitian

Lebih terperinci

STUDI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDA ACEH (Studi Kasus : Rute Keudah - Darusssalam) TESIS KARLIA DIRANGGA NIM :

STUDI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDA ACEH (Studi Kasus : Rute Keudah - Darusssalam) TESIS KARLIA DIRANGGA NIM : STUDI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDA ACEH (Studi Kasus : Rute Keudah - Darusssalam) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM PENUMPANG KOTA MANADO (Studi Kasus : Paal Dua Politeknik)

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM PENUMPANG KOTA MANADO (Studi Kasus : Paal Dua Politeknik) ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM PENUMPANG KOTA MANADO (Studi Kasus : Paal Dua ) Natal Pangondian Siagian Junior Audie L.E.Rumayar, Theo K. Sendow Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

yang sebenarnya dalam setiap harinya. Faktor muat (loadfactor) sangat dipengaruhi

yang sebenarnya dalam setiap harinya. Faktor muat (loadfactor) sangat dipengaruhi BAB III LANDASAN TEORI A. Faktor Muat (loadfactor) Faktor muat adalah merupakan perbandingan antara kapasitas terjual dan kapasitas yang tersedia untuk suatu perjalanan yang dinyatakan dalam persentase.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebaran spasial tata guna lahan mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan pergerakan dari suatu lokasi tata guna lahan dengan lokasi tata guna lahan lainnya. Pesatnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Rute MPU CN

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Peta Rute MPU CN BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Studi Mobil Penumpang Umum trayek Caruban Ngawi (MPU CN) ini menghubungkan Kota Caruban dan Kota Ngawi. Panjang rute Caruban Ngawi 35 km dan rute arah Ngawi - Caruban 33 km

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengamatan Lapangan. Operasional Bus Damri Trayek Perumnas Banyumanik - Johar. Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengamatan Lapangan. Operasional Bus Damri Trayek Perumnas Banyumanik - Johar. Pengumpulan Data 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Bagan Alir Penelitian Pengamatan Lapangan Studi Pustaka Operasional Bus Damri Trayek Perumnas Banyumanik - Johar Pengumpulan Data Data Primer 1. Load Factor 2. Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian adalah cara mencari kebenaran dan asas-asas gejala alam, masyarakat, atau kemanusiaan berdasarkan disiplin ilmu tertentu (Kamus Besar Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan satu kesatuan yang utuh baik intra maupun antar moda

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan satu kesatuan yang utuh baik intra maupun antar moda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya transportasi mengandung azas keterpaduan, dimana transportasi merupakan satu kesatuan yang utuh baik intra maupun antar moda transportasi. Namun saat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. DAMRI rute bandara Soekarno Hatta _ Bogor, dibuat bagan alir sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. DAMRI rute bandara Soekarno Hatta _ Bogor, dibuat bagan alir sebagai berikut : BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Langkah Kerja Untuk mengevaluasi tingkat pelayanan terhadap kepuasaan pelanggan bus DAMRI rute bandara Soekarno Hatta _ Bogor, dibuat bagan alir sebagai berikut : Mulai

Lebih terperinci

BAB VIII APLIKASI MODEL

BAB VIII APLIKASI MODEL BAB VIII APLIKASI MODEL 8.1. Umum Seluruh tahapan dalam proses pengembangan model pemilihan moda, pada akhirnya bertujuan untuk memperoleh prediksi jumlah penumpang yang menggunakan moda tertentu jika

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur.

BAB IV ANALISIS DATA. yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur. BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Hasil Survey Primer Pengumpulan data melalui wawancara dilakukan secara langsung kepada operator yang bertempat di Pool DAMRI jalan Tipar Cakung No. 39 Jakarta Timur. Metode wawancara

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS. yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh

BAB IV DATA DAN ANALISIS. yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh BAB IV DATA DAN ANALISIS Indikator indikator pelayanan yang diidentifikasi sesuai dengan standar yang telah ditentukan Kementerian Perhubungan yang intinya dipengaruhi oleh waktu waktu sibuk pada jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda hidup mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya. Kegiatan transportasi ini membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar yang sedang mengalami perkembangan transportasi. Perkembangan tersebut menjadikan kebutuhan pergerakan masyarakat menjadi

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG WILAYAH PESISIR PANTAI MORODEMAK

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG WILAYAH PESISIR PANTAI MORODEMAK EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG WILAYAH PESISIR PANTAI MORODEMAK Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telp. (0291) 681024

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Magelang berada di Provinsi Jawa Tengah dengan total luas 18,120 km 2 yang terdiri atas 3 kecamatan dan 17 kelurahan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu,secara umum data yang telah diperoleh dari penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Langkah Kerja Untuk melakukan evaluasi kinerja dan kepuasan penumpang terhadap tingkat pelayanan bus DAMRI rutelebakbulus - Bandara Soekarno Hatta dibuat langkah kerja

Lebih terperinci

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN)

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN) ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN) Oktaviani 1, Andre Yudi Saputra 2. 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III. Landasan Teori Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum

BAB III. Landasan Teori Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum BAB III Landasan Teori 3.1. Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum Untuk mengetahui apakah angkutan umum itu sudah berjalan dengan baik atau belum dapat dievaluasi dengan memakai indikator kendaraan angkutan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Untuk melakukan evaluasi kinerja dan tarif bus DAMRI trayek Bandara Soekarno Hatta Kampung Rambutan dan Bandara Soekarno Hatta Gambir dibuat langkah kerja

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Tabel IV.1 Jumlah dan Sebaran Penduduk Kota Banda Aceh

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Tabel IV.1 Jumlah dan Sebaran Penduduk Kota Banda Aceh 64 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Kota Banda Aceh tahun 2004 sebelum Tsunami adalah sebanyak 263.669 jiwa dengan pertumbuhan rata rata sekitar 2,3% per tahun

Lebih terperinci

KINERJA TEKNIS DAN ANALISIS ATP WTP ANGKUTAN TRANS JOGJA

KINERJA TEKNIS DAN ANALISIS ATP WTP ANGKUTAN TRANS JOGJA KINERJA TEKNIS DAN ANALISIS ATP WTP ANGKUTAN TRANS JOGJA Risdiyanto 1*, Edo Fasha Nasution 2, Erni Ummi Hasanah 3 1,2 Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra, 3 Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA BUS PATAS ANTAR KOTA DALAM PROPINSI PO. RUKUN JAYA ( STUDI KASUS TRAYEK SURABAYA - BLITAR )

EVALUASI KINERJA BUS PATAS ANTAR KOTA DALAM PROPINSI PO. RUKUN JAYA ( STUDI KASUS TRAYEK SURABAYA - BLITAR ) EVALUASI KINERJA BUS PATAS ANTAR KOTA DALAM PROPINSI PO. RUKUN JAYA ( STUDI KASUS TRAYEK SURABAYA - BLITAR ) Performance Evaluation of Inter-City in Province Patas Bus PO. Rukun Jaya (Case Study Route

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Angkutan Umum Penumpang (AUP) Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar, seperti angkutan kota (bus, mini bus, dsb), kereta

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dan diatur dalam beberapa peraturan dan undang-undang sebagai berikut :

BAB III LANDASAN TEORI. dan diatur dalam beberapa peraturan dan undang-undang sebagai berikut : BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Peraturan dan Undang-Undang Terkait. Peraturan dan pedoman teknis dari pelayanan trayek angkutan umum dimuat dan diatur dalam beberapa peraturan dan undang-undang sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB III. tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. MULAI SURVEY

BAB III. tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. MULAI SURVEY BAB III METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Bagan Alir Penelitian Agar penelitian lebih sistematis maka pada bab ini dijelaskan mengenai tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada.

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA TRAYEK LYN BM SURABAYA JURUSAN BRATANG MENANGGAL DISUSUN OLEH : BIMA PUTRA

EVALUASI KINERJA TRAYEK LYN BM SURABAYA JURUSAN BRATANG MENANGGAL DISUSUN OLEH : BIMA PUTRA TUGAS AKHIR RC 090412 EVALUASI KINERJA TRAYEK LYN BM SURABAYA JURUSAN BRATANG MENANGGAL DISUSUN OLEH : BIMA PUTRA 3109.040.505 PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB VI PENGUMPULAN DATA

BAB VI PENGUMPULAN DATA BAB VI PENGUMPULAN DATA 6.1. Umum Pengumpulan data dalam tugas akhir ini dibagi dalam 2 jenis. Yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metoda

Lebih terperinci

Ibnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Ibnu Sholichin Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya EVALUASI PENYEDIAAN ANGKUTAN PENUMPANG UMUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERDASARKAN SEGMEN TERPADAT, RATA-RATA FAKTOR MUAT DAN BREAK EVEN POINT (Studi Kasus: Trayek Terminal Taman-Terminal Sukodono) Ibnu

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN (MOTOR AIR) JURUSAN TAMBANGAN KUBUNG KECAMATAN TELUK KERAMAT KABUPATEN SAMBAS. Abstrak

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN (MOTOR AIR) JURUSAN TAMBANGAN KUBUNG KECAMATAN TELUK KERAMAT KABUPATEN SAMBAS. Abstrak ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN (MOTOR AIR) JURUSAN TAMBANGAN KUBUNG KECAMATAN TELUK KERAMAT KABUPATEN SAMBAS Rajina 1), Slamet Widodo 2), Teddy Ariyadi 2) Abstrak Tujuan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUM PERDESAAAN KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus Trayek Sidoarjo - Krian)

ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUM PERDESAAAN KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus Trayek Sidoarjo - Krian) ANALISIS KINERJA ANGKUTAN UMUM PERDESAAAN KABUPATEN SIDOARJO (Studi Kasus Sidoarjo - Krian) Risti Kunchayani Akhmad Hasanuddin Sonya Sulistyono Mahasiswa S-1 Teknik Sipil Fak. Teknik Universitas Jember

Lebih terperinci

PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA

PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 PERENCANAAN RUTE BUS PENUMPANG DARI BANDARA JUANDA MENUJU BEBERAPA KOTA DI SEKITAR SURABAYA Gina Adzani, Ir. Wahju Herijanto, MT. Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah pergerakan orang dan barang bisa dengan kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor atau jalan kaki, namun di Indonesia sedikit tempat atau

Lebih terperinci

gerak yang ada, keselamatan, kenyamanan, dan lain-lain.

gerak yang ada, keselamatan, kenyamanan, dan lain-lain. III. LANDASAN TEORI 3.1. Kriteria Kinerja Menurut Hendarto (2001), untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kinerja dari sistem transportasi, maka diperlukan beberapa indikator yang dapat dilihat. Indikator

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA BUS EKONOMI ANGKUTAN KOTA DALAM PROVINSI (AKDP) TRAYEK PADANG BUKITTINGGI

EVALUASI KINERJA BUS EKONOMI ANGKUTAN KOTA DALAM PROVINSI (AKDP) TRAYEK PADANG BUKITTINGGI EVALUASI KINERJA BUS EKONOMI ANGKUTAN KOTA DALAM PROVINSI (AKDP) TRAYEK PADANG BUKITTINGGI Helga Yermadona Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat ABSTRAK Penelitian mengenai evaluasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI MULAI. Studi Pustaka. Perumusan Masalah dan Tujuan. Persiapan dan Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI MULAI. Studi Pustaka. Perumusan Masalah dan Tujuan. Persiapan dan Pengumpulan Data BAB III METODOLOGI 3.1. Metodologi Pemecahan Masalah Di dalam pemecahan masalah kita harus membuat alur-alur dalam memecahkan masalah sehingga tersusun pemecahan masalah yang sistematis. Berikut ini adalah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Standar Kualitas Angkutan Umum Dalam mengoperasikan angkutan penumpang umum, parameter yang menentukan kualitas pelayanan angkutan umum mengacu pada Pedoman Teknis Penyelenggara

Lebih terperinci

A. Indicator Pelayanan Angkutan Umum 18 B. Waktu Antara {Headway) 18 C. Faktor Muat (Loadfactor) 19

A. Indicator Pelayanan Angkutan Umum 18 B. Waktu Antara {Headway) 18 C. Faktor Muat (Loadfactor) 19 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN KEASLIAN SKR1PSI HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH INTISARI ABSTRACT Halaman i

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menetukan tariff

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menetukan tariff BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Penelitian Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menetukan tariff pada angkutan TransJakarta dapat dilihat pada flowchart berikut.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Bagan Alir Analisis Karakteristik Pergerakan Dan Kebutuhan Prasarana Angkutan Umum Identifikasi Masalah : Kurang berfungsinya halte sebagai tempat henti angkutan umum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Transportasi didefenisikan sebagai proses pergerakan atau perpindahan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan mempergunakan satu sistem tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek (manusia atau barang) dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak beroperasinya Bandara Internasional Kuala Namu tanggal 25 Juli 2013 yang lalu sebagai pengganti Bandara Polonia, menyebabkan semakin meningkatnya mobilitas (pergerakan)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menghitung

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menghitung BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Kerja Penelitian Secara spesifik, tahapan-tahapan langkah yang diambil dalam menghitung Kepuasan Operator bus dan kepuasan bersama adalah sebagai berikut :. START

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. LokasiPengamatan Lokasi pengamatan berada pada terminal Arjosari Kota Malang dan terminal Blitar. Sedangkan survei statis dilakukan di dalam bus sepanjang rute Malang-Blitar.

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Pada bab sebelumnya telah dilakukan analisis-analisis mengenai karakteristik responden, karakteristik pergerakan responden,

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Secara terinci diagram alir penelitian disampaikan pada Gambar 4.1

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Secara terinci diagram alir penelitian disampaikan pada Gambar 4.1 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Langkah Penelitian Secara terinci diagram alir penelitian disampaikan pada Gambar 4.1 Mulai Perumusan Masalah Pembuatan Kuesioner Tujuan Penelitian Pembuatan Matriks House

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL. ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL. ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat STUDI PENENTUAN TARIF PENUMPANG ANGKUTAN BUS KECIL ( Studi Kasus Trayek Medan-Tarutung ) TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Sidang Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh : IMMANUEL A. SIRINGORINGO NPM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Langkah kerja penelitian Secara spesifik, tahapan-tahapan yang diambil dalam menentukan tarif pada angkutan bus BKTB route pantai indah kapuk (PIK)-monas dapat di lihat

Lebih terperinci

TINJAUAN KINERJA OPERASI KENDARAAN ANGKUTAN UMUM DI BANDAR LAMPUNG

TINJAUAN KINERJA OPERASI KENDARAAN ANGKUTAN UMUM DI BANDAR LAMPUNG TINJAUAN KINERJA OPERASI KENDARAAN ANGKUTAN UMUM DI BANDAR LAMPUNG Sulistyo Arintono Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Lampung Jln. Sumantre Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi adalah suatu jaringan yang secara fisik menghubungkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi adalah suatu jaringan yang secara fisik menghubungkan suatu BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Transportasi adalah suatu jaringan yang secara fisik menghubungkan suatu ruang dengan ruang kegiatan lainnya, sebagai suatu kegiatan memindahkan atau mengangkut barang atau penumpang

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN (MOTOR AIR) JURUSAN SUNGAI BEMBAN-SUNGAI SELAMAT KECAMATAN KUBU RAYA KABUPATEN KUBU

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN (MOTOR AIR) JURUSAN SUNGAI BEMBAN-SUNGAI SELAMAT KECAMATAN KUBU RAYA KABUPATEN KUBU ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN PENYEBERANGAN (MOTOR AIR) JURUSAN SUNGAI BEMBAN-SUNGAI SELAMAT KECAMATAN KUBU RAYA KABUPATEN KUBU Evi Tamala 1), Slamet Widodo 2), Siti Mayuni 2) julandaevi@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA KEBUTUHAN ANGKUTAN BUS JURUSAN SEMARANG SUKOREJO. Disusun oleh : Semarang, November 2006 Disetujui :

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA KEBUTUHAN ANGKUTAN BUS JURUSAN SEMARANG SUKOREJO. Disusun oleh : Semarang, November 2006 Disetujui : LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ANALISA KEBUTUHAN ANGKUTAN BUS JURUSAN SEMARANG SUKOREJO (Analyses of Public Transport demand for Semarang Sukorejo) Disusun oleh : NOVEL ZAROCHIM IRKHAM L2A300118 L2A300170

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Dalam suatu wilayah atau area yang sedang berkembang terjadi peningkatan volume pergerakan atau perpindahan barang dan manusia yang menyebabkan meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II. Lintas dan Angkutan Kota (1998) dapat dijabarkan sebagai berikut :

BAB II. Lintas dan Angkutan Kota (1998) dapat dijabarkan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Transportasi Perkotaan Kebijakan transportasi perkotaan menurut Direktorat Bina Sistem Lalu Lintas dan Angkutan Kota (1998) dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Signifikansi Parameter a. Uji serentak parameter regresi logistik Uji serentak adalah uji yang mempunyai fungsi dimana untuk mengetahui signifikansi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah Untuk mendapatkan hasil penelitian yang baik diperlukan urutan langkah penelitian yang terstruktur. Adapun langkah-langkah dalam pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November

BAB IV ANALISIS DATA. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Data Penumpang Dari hasil penelitian yang dilakukan pada hari senin tanggal 10 November 2014 dan minggu 16 November 2014 (data terlampir) diperoleh data naik dan turun penumpang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Persiapan

BAB III METODOLOGI. 3.1 Persiapan BAB III METODOLOGI 3.1 Persiapan Persiapan yang dilakukan yaitu pemahaman akan judul yang ada dan perancangan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam analisa ini. Berikut adalah diagram alir kerangka

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 EVALUASI TARIF BERDASARKAN BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN (BOK), ABILITY TO PAY (ATP), WILLINGNESS TO PAY (WTP), DAN ANALISIS BREAK EVEN POINT (BEP) BUS BATIK SOLO TRANS (STUDI KASUS: KORIDOR 1) Tariff Evaluation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu sebagai pintu masuk ke wilayah kota Yogyakarta, menyebabkan pertumbuhan di semua sektor mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Rujukan penelitian pertama yaitu Tugas Akhir Muhammad Hanafi Istiawan mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya 2013

Lebih terperinci

Studi Kinerja Operasional Mikro Bus Rute KPAD- Antapani ABSTRAK

Studi Kinerja Operasional Mikro Bus Rute KPAD- Antapani ABSTRAK Studi Kinerja Operasional Mikro Bus Rute KPAD- Antapani ANGGRA PRANA LISTIANTO NRP: 0721045 Pembimbing: SANTOSO URIP GUNAWAN.,IR., M.SC. ABSTRAK Mikro bus KPAD-Antapani merupakan salah satu bus yang masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi penggunaan angkutan umum (angkot atau bemo) sangat

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi penggunaan angkutan umum (angkot atau bemo) sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Optimalisasi penggunaan angkutan umum (angkot atau bemo) sangat diperlukan mengingat sulitnya untuk meningkatkan kapasitas jalan dengan memperlebar jalan dalam upaya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan

BAB III LANDASAN TEORI. instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan BAB III LANDASAN TEORI A. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi Definisi evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai sampai dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan. Wakhinuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi yang semakin cepat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi yang semakin cepat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi yang semakin cepat dewasa ini menjadikan transportasi merupakan suatu sarana dan prasarana yang memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Transportasi massal yang tertib, lancar, aman, dan nyaman merupakan pilihan yang ditetapkan dalam mengembangkan sistem transportasi perkotaan. Pengembangan transportasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Kesimpulan. Setelah dilakukan penelitian pada masyarakat baik pengguna moda eksisting seperti

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Kesimpulan. Setelah dilakukan penelitian pada masyarakat baik pengguna moda eksisting seperti BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian pada masyarakat baik pengguna moda eksisting seperti damri dan Xtrans serta masyarakat umum lainnya yang penulis jumpai di sekitar BSD maupun

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kriteria Kinerja Angkutan Umum Pelayanan angkutan umum yang sudah memenuhi kinerja yang baik apabila telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

KAJIAN PERMINTAAN BUS KORIDOR CIBIRU DAGO MENGGUNAKAN TEKNIK STATED PREFERENCE

KAJIAN PERMINTAAN BUS KORIDOR CIBIRU DAGO MENGGUNAKAN TEKNIK STATED PREFERENCE KAJIAN PERMINTAAN BUS KORIDOR CIBIRU DAGO MENGGUNAKAN TEKNIK STATED PREFERENCE TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL Oleh: Rino

Lebih terperinci

EVALUASI EFISIENSI PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA PONTIANAK (ANGKUTAN OPLET RUTE NIPAH KUNING SEROJA)

EVALUASI EFISIENSI PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA PONTIANAK (ANGKUTAN OPLET RUTE NIPAH KUNING SEROJA) EVALUASI EFISIENSI PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA PONTIANAK (ANGKUTAN OPLET RUTE NIPAH KUNING SEROJA) Muhammad Hafidz Habibi 1), Siti Nurlaily Kadarini 2), Said 2) Abstrak Dengan bertambahnya jumlah penduduk

Lebih terperinci

ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA

ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA 1 ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA Rizki Amalia Kusuma Wardhani Jurusan Teknik Sipil, FTSP-ITS email: rizzzkiamalia89@gmail.com ABSTRAK Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. memenuhi kriteria-kriteria yang distandardkan. Salah satu acuan yang dapat

BAB III LANDASAN TEORI. memenuhi kriteria-kriteria yang distandardkan. Salah satu acuan yang dapat BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kriteria Kinerja Angkutan Umum Angkutan umum dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik apabila memenuhi kriteria-kriteria yang distandardkan. Salah satu acuan yang dapat digunakan

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang Krishna Varian K, Hera Widyastuti, Ir., M.T.,PhD Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengantar Dalam rangka penyusunan laporan Studi Kajian Jalur Angkutan Penyangga Kawasan Malioboro berbasis studi kelayakan/penelitian, perlu dilakukan tinjauan terhadap berbagai

Lebih terperinci

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO

STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO STUDI EFEKTIFITAS PELAYANAN ANGKUTAN KOTA JURUSAN ABDUL MUIS DAGO Astrid Fermilasari NRP : 0021060 Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain objek tersebut lebih bermanfaat

Lebih terperinci

ANALISIS SARANA ANGKUTAN UMUM BUS DAMRI DI KOTA SEMARANG

ANALISIS SARANA ANGKUTAN UMUM BUS DAMRI DI KOTA SEMARANG ANALISIS SARANA ANGKUTAN UMUM BUS DAMRI DI KOTA SEMARANG Subhan Rizal Amin Universitas Diponegoro Email: Subhan_r@yahoo.co.id ABSTRACT This study aims to analyze the availability and use of public transportation

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan mempergunakan satu sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan mempergunakan satu sistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Transportasi didefenisikan sebagai proses pergerakan atau perpindahan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan mempergunakan satu sistem tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Perkembangan transportasi pada saat ini sangat pesat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Perkembangan transportasi pada saat ini sangat pesat. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu aspek penunjang kemajuan bangsa terutama dalam kegiatan perekonomian negara yang tidak lepas dari pengaruh pertambahan jumlah penduduk.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat. Meningkatnya kebutuhan dan

Lebih terperinci

Pelayanan dan Tarif Speedboat Nusa Sebayang - Ruslan Effendie

Pelayanan dan Tarif Speedboat Nusa Sebayang - Ruslan Effendie Pelayanan dan Tarif Speedboat Nusa Sebayang - Ruslan Effendie STUDI EVALUASI KINERJA PELAYANAN DAN TARIF MODA ANGKUTAN SUNGAI SPEEDBOAT Studi Kasus: Jalur Angkutan Sungai Kecamatan Kurun ke Kota Palangkaraya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang dari satu tempat ke tempat yang lain. Tujuan dari sarana ini adalah untuk membantu orang atau

Lebih terperinci

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1. Tinjauan Pustaka BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Suwardi (2010), meneliti tentang evaluasi kebutuhan jumlah armada dan tarif bus reguler trayek Surakarta Yogyakarta. Data yang dipergunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOPERASIAN ANGKUTAN KOTA DI KOTA DENPASAR

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOPERASIAN ANGKUTAN KOTA DI KOTA DENPASAR ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGOPERASIAN ANGKUTAN KOTA DI KOTA DENPASAR Putu Alit Suthanaya Jurusan Teknik Sipil, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran-Bali Email:suthanaya@rocketmail.com 1. ABSTRAK

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG KOTA MATARAM (STUDI KASUS : RUTE SWETA AMPENAN)

EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG KOTA MATARAM (STUDI KASUS : RUTE SWETA AMPENAN) EVALUASI KINERJA ANGKUTAN UMUM PENUMPANG KOTA MATARAM (STUDI KASUS : RUTE SWETA AMPENAN) Performance Evaluation of Public Passenger Transport In The City of Mataram (Case Study : Route Sweta - Ampenan)

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA STUDI PUSTAKA EVALUASI KINERJA OPERASIONAL ARMADA BARU PERUM DAMRI UBK SEMARANG TRAYEK BANYUMANIK - JOHAR

BAB II STUDI PUSTAKA STUDI PUSTAKA EVALUASI KINERJA OPERASIONAL ARMADA BARU PERUM DAMRI UBK SEMARANG TRAYEK BANYUMANIK - JOHAR 6 BAB II STUDI PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Transportasi merupakan proses kegiatan memindahkan barang dan orang dari satu tempat ke tempat yang lain ( Morlok, 1985 ), sehingga transportasi adalah bukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Angkutan umum sebagai salah satu elemen dari sistem transportasi perkotaan

BAB II DASAR TEORI. Angkutan umum sebagai salah satu elemen dari sistem transportasi perkotaan BAB II DASAR TEORI 2.1 Pendahuluan Angkutan umum sebagai salah satu elemen dari sistem transportasi perkotaan memegang peranan yang sangat penting. Ketertiban suatu kota dapat dinilai, antara lain, dari

Lebih terperinci

Kata kunci : bus Trans Sarbagita, kinerja, BOK, permintaan, halte, TPB

Kata kunci : bus Trans Sarbagita, kinerja, BOK, permintaan, halte, TPB ABSTRAK Tidak seimbangnya volume kendaraan dengan kapasitas jalan, dimana didominasi oleh kendaraan pribadi menjadi penyebab utama dari permasalahan sistem transportasi di Bali. Untuk menuntaskannya Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kriteria Kinerja Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kenerja dari sistem operasi trasportasi, maka diperlukan beberapa indikator yang dapat dilihat. Indikator tersebut

Lebih terperinci

ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH

ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH ESTIMASI KEBUTUHAN ANGKUTAN UMUM KOTA BANDA ACEH Oleh : 1 Dr. Tonny Judiantono, 2 Rica Rachmawati 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari

Lebih terperinci

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA KERETA API DAN BUS RUTE MAKASSAR PAREPARE DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA KERETA API DAN BUS RUTE MAKASSAR PAREPARE DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA KERETA API DAN BUS RUTE MAKASSAR PAREPARE DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE Andi Hadid Septi Nugraha Djoeddawi, M. Ruslin Anwar, Rahayu Kusumaningrum Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas Untuk mengetahui tingkat validitas dari setiap pernyataan dalam kuisioner, digunakan rumus korelasi product

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data dan hasil analisis data dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari hasil survei didapatkan gambaran umum mengenai karakteristik

Lebih terperinci