ANALISIS EFEKTIVITAS JALUR PEMBIAYAAN DALAM MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA DENGAN METODE VAR/VECM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS EFEKTIVITAS JALUR PEMBIAYAAN DALAM MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA DENGAN METODE VAR/VECM"

Transkripsi

1 ANALISIS EFEKTIVITAS JALUR PEMBIAYAAN DALAM MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA DENGAN METODE VAR/VECM Dini Hasanah Program Studi D4-Keuangan Syariah Abstract This study used VAR/VECM method to analyzed effectiveness of monetary policy transmission mechanism in Indonesia through sharia financing channel period of 2006: :06. The effectiveness was measured by two indicators, they are how fast or how many time lag needed and how strong the variables of sharia financing channel response the shock of rsbis and other variables until the realization of final target monetary policy. The result of the study shows that response velocity of variable in sharia financing channel towards shock instrument of monetary policy (rsbis) until reach the final target about 4 months, but the responses are quiet weak. From all variables in the system, sharia financing variable has strong influence to other variables. Therefore, sharia financing channel is the potential effective channel in transmission mechanism monetary policy to reach final target monetary policy. However, because of the market share of Islamic banking was still low and the sharia system was still not perfect, then the influence of other variables was still relatively weak. This study recommended that Bank Indonesia still considering financing channel as an alternative channel in transmission mechanism of monetary policy because based on theory, sharia financing based on profit and loss sharing can synchronize between growth in real sector and monetary sector. Keywords: Monetary Policy, Impulse Response Function and Variance Decomposition. 1

2 2 1.1 Pendahuluan Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuan itu, Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI Rate sebagai instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian inflasi. Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag). Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. ( Permasalahan mengenai Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter (MTKM) masih merupakan topik yang menarik dan menjadi perdebatan, baik di kalangan akademisi maupun para praktisi di bank sentral. Menariknya mekanisme transmisi kebijakan moneter selalu dikaitkan dengan dua pertanyaan. Pertama, apakah kebijakan moneter dapat mempengaruhi ekonomi riil disamping pengaruhnya terhadap harga. Kedua, jika jawabannya ya, melalui mekanisme transmisi apa pengaruh kebijakan moneter terhadap ekonomi riil tersebut terjadi (Bernanke and Blinder, 1992 dan Taylor, 1995 dalam Natsir) Permasalahan mengenai MTKM tersebut semakin berkembang dan bertambah alternatif penyelesaiannya. Hal ini seiring dengan dikeluarkannya UU Bank Indonesia No. 23 tahun 1999 yang telah diubah dalam UU No. 3 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa Bank Indonesia diberi amanah sebagai otoritas moneter ganda yang dapat menjalankan kebijakan moneter konvensional maupun syariah. Oleh karena itu, transmisi kebijakan moneter pun semakin berkembang jalurnya, seperti jalur bagi hasil sebagai komplemen dari jalur suku bunga dan jalur pembiayaan perbankan syariah sebagai komplemen dari jalur kredit perbankan. Karena sistem keuangan di Indonesia didominasi oleh perbankan (konvensional dan Syariah), maka transmisi kebijakan moneter ganda melalui jalur kredit/pembiayaan perbankan menjadi penting. (Ascarya, 2010) Munculnya tugas baru Bank Indonesia yang dapat menjalankan kebijakan moneter syariah ini menjadi topik yang menarik untuk diteliti. Bagaimana gambaran alur transmisi kebijakan moneter melalui jalur pembiayaan perbankan

3 3 dalam mencapai sasaran akhir kebijakan moneter? Bagaimana efektivitas jalur pembiayaan dalam mencapai sasaran akhir kebijakan moneter tersebut? Efektivitas kebijakan moneter diukur dengan dua indikator yaitu berapa besar kecepatan atau tenggat waktu (time lag) dan berapa kekuatan variabelvariabel pada masing-masing jalur merespons adanya perubahan (shock) instrumen kebijakan moneter (rsbis) dan variabel lainnya hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter. (Natsir, 2008) Kedua indikator tersebut dapat dilihat pada instrumen VAR/VECM yang terdiri dari impuls response function dan variance decomposition. Oleh karena itu penulis mengambil judul Tugas Akhir Analisis Efektifitas Jalur Pembiayaan dalam Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia dengan Metode VAR/VECM. Dalam penulisan Tugas Akhir ini terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai, yaitu : 1. Mengidentifikasi gambaran alur mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur pembiayaan perbankan syariah. 2. Mengetahui pola hubungan antarvariabel dalam alur mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur pembiayaan perbankan syariah. 3. Mengetahui efektifitas jalur pembiayaan perbankan syariah dalam mencapai sasaran akhir kebijakan moneter. 4. Mengetahui peran pembiayaan perbankan syariah dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter. l 1.2 Kerangka Pemikiran Dalam penjelasan PBI No. 10/36/PBI/2008 disebutkan bahwa dalam rangka mendukung tujuan Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia dapat melaksanakan pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 10 ayat (2) Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun Salah satu ukuran keberhasilan pencapaian tujuan

4 4 dimaksud adalah laju inflasi tahunan yang terkendali yang ditetapkan sebagai sasaran akhir dari pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang moneter. Penargetan inflasi dapat dikatakan identik dengan penargetan output, karena tingkat inflasi yang menjadi target akan bersesuaian dengan laju pertumbuhan output tertentu. (Maski, 2007:65). Hal tersebut didukung oleh ekonomi klasik yang menyatakan peningkatan output sebanding dengan peningkatan harga. Hal ini pun relevan dengan teori endogenous uang dalam islam yang menyatakan adanya hubungan searah antara output dan tingkat harga. (Karim, 2008 : 209) Mekanisme Transmisi KebijakanMoneter BI Interaksi Tahap I Interaksi Tahap II Bank Syariah Makroekonomi OPTS Inflasi SBIS PUAS Pembiayaan Output Instrumen Sasaran Akhir Keterangan : Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Kondisi Ideal Alur Transmisi Kemungkinan Hubungan Alur Transmisi Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter (Sumber : Hasil Olahan Penulis) Gambar 1. Kerangka Pemikiran Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter, salah satu cara pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah adalah dengan pelaksanaan operasi moneter syariah melalui operasi pasar terbuka syariah yang instrumennya berupa SBIS. Pelaksanaan operasi moneter syariah ini untuk mempengaruhi tingkat imbal hasil Pasar Uang Antarbank Syariah (rpuas). Tingkat imbal hasil PUAS sebagai instrumen likuiditas perbankan syariah akan mempengaruhi pembiayaan yang dikeluarkan oleh perbankan syariah. Pembiayaan yang

5 5 dikeluarkan oleh sektor perbankan akan mempengaruhi sektor riil yang diharapkan mampu mencapai sasaran akhir kebijakan moneter. Ketika otoritas moneter mengimplementasikan kebijakan moneter, tidak dapat dipastikan variabel-variabel dalam transmisi kebijakan moneter bergerak ke arah yang sama sehingga diasumsikan variabel-variabel dalam mekanisme transmisi saling berhubungan, variabel yang satu saling mempengaruhi dengan variabel lainnya, yang digambarkan oleh garis putus-putus (Lihat Gambar 1). Fenomena ini dikenal dengan istilah black box. Proses dari operasi moneter syariah sampai pada sasaran akhir kebijakan moneter melibatkan pembiayaan perbankan syariah. Proses ini disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur pembiayaan perbankan syariah. Dalam mentransmisikan variabel-variabel moneter syariah ke sasaran akhir kebijakan moneter, memerlukan dua kali interaksi, yaitu yang pertama, interaksi antarsektor keuangan, dalam hal ini bank sentral dengan perbankan syariah dan yang kedua, interaksi antara perbankan dengan sektor makroekonomi. 1.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah metode analisa deskriptif melalui studi kepustakaan yang didukung oleh analisa kuantitatif yaitu dengan menggunakan model ekonometrika, yaitu VAR (Vector Autoregression)/VECM (Vector Error Correction Model). Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah program Eviews 6.0. Sebagian besar studi empiris terkini yang mengkaji transmisi kebijakan moneter menggunakan VAR dan VECM (Fung, 2002; Warjio dan Agung, 2002 dalam Amaluddin, 2005). Hal ini terkait dengan dua hal, yaitu : 1. Keunggulan model VAR dan VECM yang hanya menuntut sedikit landasan teori (atheoritic) karena data menspesifikasikan struktur dinamis model. (Pindyck dan Rubinfeld, 1998; Warjio dan Agung, 2002; dan Julaihah dan Insukindro, 2004 dalam Amaluddin, 2005). 2. Ketidakjelasan mekanisme transmisi moneter yang oleh para ekonom seringkali dianggap sebagai black box. (Bernanke dan Gertler, 1995 dan Wijoyo Agung, 2002 dalam Amaluddin, 2005)

6 6 3. Instrumen VAR/VECM yaitu impuls response function dan variance decomposition mampu mengidentifikasi efektivitas mekanisme transmisi kebijakan moneter. Asumsi VAR Model adalah semua variabel yang masuk ke dalam model bersifat stasioner I(0), apabila tidak stasioner I(d) dan memiliki kointegrasi maka model yang digunakan adalah Vector Error Correction Model (VECM). Model VAR/VECM dalam penelitian ini, yaitu: rsbis t = f(rsbis t-p, rpuas t-p, LFIN t-p, LIPI t-p, INFLASI t-p ) rpuas t = f(rsbis t-p, rpuas t-p, LFIN t-p, LIPI t-p, INFLASI t-p ) LFIN t = f(rsbis t-p, rpuas t-p, LFIN t-p, LIPI t-p, INFLASI t-p ) LIPI t = f(rsbis t-p, rpuas t-p, LFIN t-p, LIPI t-p, INFLASI t-p ) INFLASI t = f(rsbis t-p, rpuas t-p, LFIN t-p, LIPI t-p, INFLASI t-p ) Sebelum menentukan menggunakan model yang tepat untuk data dalam penelitian ini. Terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui terlebih dahulu, yaitu: a. Uji Stasioneritas Data Data ekonomi time series pada umumnya bersifat stokastik (memiliki trend yang tidak stasioner / data tersebut memiliki akar unit). Jika data memiliki akar unit, maka nilainya akan cenderung berfluktuasi tidak di sekitar nilai rata-ratanya sehingga menyulitkan dalam mengestimasi suatu model. (Rusydiana, 2009). Uji Akar Unit merupakan salah satu konsep yang akhir-akhir ini makin popular dipakai untuk menguji kestasioneran data time series. Uji ini dikembangkan oleh Dickey dan Fuller, dengan menggunakan Augmented Dickey Fuller Test (ADF). Uji stasioneritas yang akan digunakan adalah uji ADF (Augmented Dickey Fuller) dengan menggunakan taraf nyata 5%. b. Uji Panjang Lag Optimal Estimasi VAR sangat peka terhadap panjang lag yang digunakan. Penentuan jumlah lag (ordo) yang akan digunakan dalam model VAR dapat ditentukan berdasarkan kriteria Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Information Criterion (SC) ataupun Hannan Quinnon (HQ). Selain itu pengujian panjang lag optimal sangat berguna untuk menghilangkan masalah autokorelasi dalam sistem VAR, sehingga dengan digunakannya lag optimal diharapkan tidak lagi muncul masalah autokorelasi. (Nugroho, 2009).

7 7 c. Uji Stabilitas Model VAR Stabilitas VAR perlu diuji terlebih dahulu sebelum melakukan analisis lebih jauh, karena jika hasil estimasi VAR yang akan dikombinasikan dengan model koreksi kesalahan tidak stabil, maka Impulse Response Function dan Variance Decomposition menjadi tidak valid (Setiawan, 2007 dalam Rusydiana, 2009). d. Analisis Kausalitas Granger Uji kausalitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu variabel endogen dapat diperlakukan sebagai variabel eksogen. Hal ini bermula dari ketidaktahuan keterpengaruhan antar variabel. Jika ada dua variabel y dan z, maka apakah y menyebabkan z atau z menyebabkan y atau berlaku keduanya atau tidak ada hubungan keduanya. Variabel y menyebabkan variabel z artinya berapa banyak nilai z pada periode sekarang dapat dijelaskan oleh nilai z pada periode sebelumnya dan nilai y pada periode sebelumnya. e. Uji Kointegrasi Jika fenomena stasioneritas berada pada tingkat first difference atau I(1), maka perlu dilakukan pengujian untuk melihat kemungkinan terjadinya kointegrasi. Konsep kointegrasi pada dasarnya untuk melihat keseimbangan jangka panjang di antara variabel-variabel yang diobservasi. Terkadang suatu data yang secara individu tidak stasioner, namun ketika dihubungkan secara linier data tersebut menjadi stasioner. Hal ini yang kemudian disebut bahwa data tersebut terkointegrasi. (Rusydiana, 2009) Metode yang dapat digunakan dalam menguji keberadaan kointegrasi ini adalah metode Johansen Cointegration. f. Model Empiris VAR/VECM Setelah diketahui adanya kointegrasi maka proses uji selanjutnya dilakukan dengan menggunakan metode error correction. Jika ada perbedaan derajat integrasi antarvariabel uji, pengujian dilakukan secara bersamaan (jointly) antara persamaan jangka panjang dengan persamaan error correction, setelah diketahui bahwa dalam variabel terjadi kointegrasi. Perbedaan derajat integrasi untuk variabel yang terkointegrasi disebut Lee dan Granger (Hasanah, 2007 dalam Rusydiana, 2009) sebagai multicointegration. Namun jika tidak ditemui fenomena kointegrasi, maka pengujian dilanjutkan dengan menggunakan variabel first difference. (Rusydiana, 2009)

8 8 VECM merupakan bentuk VAR yang terestriksi karena keberadaan bentuk data yang tidak stasioner namun terkointegrasi. VECM sering disebut sebagai desain VAR bagi series nonstasioner yang memiliki hubungan kointegrasi. Spesifikasi VECM merestriksi hubungan jangka panjang variabel-variabel endogen agar konvergen ke dalam hubungan kointegrasinya, namun tetap membiarkan keberadaan dinamisasi jangka pendek. (Departemen Keuangan, 2008). g. Analisis Impuls Response Function Analisis IRF adalah metode yang digunakan untuk menentukan respon suatu variabel endogen terhadap guncangan (shock) variabel tertentu. IRF juga digunakan untuk melihat guncangan dari satu variabel lain dan berapa lama pengaruh tersebut terjadi. (Nugroho, 2009) Melalui IRF, respon sebuah perubaha independen sebesar satu standar deviasi dapat ditinjau. IRF menelusuri dampak gangguan sebesar satu standar kesalahan (standard error) sebagai inovasi pada sesuatu variabel endogen terhadap variabel endogen yang lain. Suatu inovasi pada satu variabel, secara langsung akan berdampak pada variabel yang bersangkutan, kemudian dilanjutkan ke semua variabel endogen yang lain melalui struktur dinamik dari VAR. (Nugroho, 2009) h. Analisis Variance Decomposition Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) atau dekomposisi ragam kesalahan peramalan menguraikan inovasi pada suatu variabel terhadap komponen-komponen variabel yang lain dalam VAR. Informasi yang disampaikan dalam FEVD adalah proporsi pergerakan secara berurutan yang diakibatkan oleh guncangan sendiri dan variabel lain. (Nugroho, 2009) 1.4 Pembahasan a. Hasil Uji Stasioneritas Data Dalam pengujian menggunakan software eviews, panduan yang diambil adalah jika nilai ADF lebih besar dari nilai kritis, maka menerima Ho yang berarti terdapat akar unit dan tidak stasioner sebaliknya jika nilai ADF lebih kecil dari

9 9 nilai kritis (5%), maka menolak Ho yang berarti tidak ada akar unit dan stasioner. Tabel 1 menunjukkan rangkuman hasil uji ADF pada variabel penelitian. Variabel rsbis rpuas LFIN LIPI INFLASI Tabel 1. Hasil Uji ADF Unit Root Include in Test ADF Test Critical Test in Equation Statistic Value 5% Keterangan Level Non-Stasioner Intercept 1 st Difference Stasioner Level Stasioner Intercept 1 st Difference Stasioner Level Non-Stasioner Intercept+Trend 1 st Difference Stasioner Level Non-Stasioner 1 st Difference Stasioner Level Intercept Stasioner 1 st Difference Stasioner (Sumber : Hasil Olahan Penulis) Berdasarkan hasil Uji ADF sebagaimana terlihat pada Tabel 1, variabel rpuas dan inflasi telah stasioner pada tingkat level. Sementara itu variabel rsbis, LFIN dan LIPI tidak stasioner pada tingkat level. Untuk mendapatkan data stasioner, perlu dilakukan uji ADF pada tingkat first difference. Dari hasil uji tersebut diketahui bahwa seluruh variabel dalam penelitian telah stasioner pada derajat integrasi pertama I(1). b. Hasil Uji Panjang Lag Optimal Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Schwarz Information Criterion (SC) sebagai pedoman pemilihan lag optimal. SC terkecil menunjukkan lag optimal. Pemilihan menggunakan SC mengikuti Reimers (1992), menemukan bahwa SC berjalan baik dalam pemilihan lag yang optimal (Departemen Keuangan RI, 2008). Berdasarkan hasil uji lag optimal menggunakan kriteria SC, penulis meyakini untuk menggunakan panjang lag yang optimal adalah lag 1. Hasil penentuan panjang lag disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Hasil Uji Panjang Lag Optimal Lag LogL LR FPE AIC SC HQ NA 8.67e e * e * 2.54e * e-08* * (Sumber : Hasil Olahan Penulis)

10 10 c. Hasil Uji Stabilitas Model VAR Untuk menguji stabil atau tidaknya estimasi VAR yang telah dibentuk maka dilakukan pengecekan kondisi VAR Stability berupa roots of characteristic polynominal. Suatu sistem VAR dikatakan stabil apabila seluruh roots-nya memiliki modulus lebih kecil dari satu (Gudjarati, 2003 dalam Rusydiana, 2009). Berikut ini hasil uji stabilitas VAR yang dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji Stabilitas Model VAR Lag 1 Root Modulus i i (Sumber : Hasil Olahan Penulis) Berdasarkan hasil uji stabilitas model VAR, model VAR yang dibentuk sudah stabil pada lag optimalnya, yaitu lag 1. Jadi, estimasi VAR yang akan digunakan untuk analisis IRF dan VD stabil dan valid. d. Hasil Analisis Kausalitas Granger Uji Kausalitas Granger antarvariabel penelitian dimaksudkan untuk mengetahui dan membuktikan arah hubungan jangka pendek antarvariabel (Wisarjono, 2007:244 dalam Natsir) dan (Hirawan, 2007 dalam Natsir, 2008). Dalam pengujian Kausalitas Granger, jika nilai probabilitas kurang dari 10%, artinya variabel tersebut mempunyai hubungan kausalitas Berdsasarkan hasil uji kausalitas granger ditemukan hubungan satu arah dari LIPI ke inflasi, LFIN ke LIPI, rpuas ke LFIN, rsbis ke LFIN dan rsbis ke rpuas. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan tingkat imbal hasil SBIS di masa lalu mempunyai pengaruh terhadap perubahan volume penyaluran pembiayaan dan tingkat imbal hasil PUAS di masa sekarang. Tingkat imbal hasil PUAS di masa lalu pun mempunyai pengaruh terhadap volume penyaluran pembiayaan di masa sekarang. Perubahan volume pembiayaan di masa lalu pun mempunyai pengaruh terhadap tingkat produksi industri di masa sekarang dan tingkat produksi industri di masa lalu mempunyai pengaruh terhadap inflasi di masa

11 11 sekarang. Gambar 2 di bawah ini menampilkan ringkasan hasil uji kausalitas Granger. rsbis rpuas LFIN LIPI INFLASI e. Hasil Uji Kointegrasi (Sumber : Hasil Olahan Penulis) Gambar 2. Bagan Hasil Uji Kausalitas Granger Dalam uji Johansen, penentuan kointegrasi dilihat dari nilai trace statistic dan max eigen statistic setelah didahului dengan mencari panjang lag yang akan diketahui. Nilai trace statistic dan max eigen statistic yang melebihi nilai kritisnya mengindikasikan bahwa terdapat kointegrasi dalam model yang digunakan. Berdasarkan uji kointegrasi Johansen s terhadap seluruh variabel pada sistem persamaan dapat diketahui jumlah hubungan kointegrasi yang mungkin menurut Trace Test dan Max-Eigenvalue Test adalah sebagai berikut : Trace Test mengindikasikan terdapat 1 persamaan kointegrasi pada level 5%. Max-Eigenvalue Test mengindikasikan terdapat 1 persamaan kointegrasi pada level 5%. Berdasarkan analisis ekonometrik di atas dapat dilihat bahwa di antara kelima variabel dalam penelitian ini, terdapat satu kointegrasi pada tingkat signifikansi 5%. Dengan demikian, dari hasil uji kointegrasi mengindikasikan bahwa di antara pergerakan rsbis, rpuas, LFIN, LIPI dan inflasi memiliki hubungan stabilitas/keseimbangan dan kesamaan pergerakan dalam jangka panjang. Dengan kalimat lain, dalam setiap periode jangka pendek, seluruh variabel cenderung saling menyesuaikan, untuk mencapai ekuilibrium jangka panjangnya. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka model yang paling sesuai digunakan dalam penelitian ini adalah VECM (Vector Error Correction Model). f. Model Empiris VECM Setelah didapati hubungan kointegrasi pada variabel penelitian, maka tahap selanjutnya adalah membentuk model VECM. VECM menunjukkan hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Dalam jangka pendek, variabel-variabel dalam

12 12 penelitian akan cenderung beradaptasi dengan variabel lainnya membentuk keseimbangan jangka panjang. Tabel 4 menyajikan hasil estimasi VECM dari variabel yang terlibat dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter jalur pembiayaan. Variabel Dependen Tabel 4. Hasil Estimasi VECM Variabel Independen Koefisien t- Statistik Keterangan Jangka Panjang rpuas rsbis(-1) Signifikan LFIN rpuas(-1) Signifikan LIPI LFIN(-1) Signifikan INFLASI LIPI(-1) Tidak Signifikan Jangka Pendek D(rPUAS) D(rSBIS(-1)) Tidak Signifikan D(LFIN(-1)) D(rPUAS(-1)) Signifikan D(LIPI(-1)) D(LFIN(-1)) Signifikan D(INFLASI(-1)) D(LIPI(-1)) Signifikan (Sumber : Hasil Olahan Penulis) Keputusan yang diambil dalam model VECM didasarkan pada tingkat signifikansi pada kesalahan yang dapat ditolerir α = 5% yaitu dengan membandingkan nilai t-statistik dibandingkan dengan t-tabel, dimana pada α = 5%, nilai t-tabelnya sebesar 1,6747. Jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka dinyatakan berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil estimasi VECM pada Tabel 4, dalam jangka panjang pengaruh rsbis terhadap rpuas signifikan namun tidak signifikan dalam jangka pendek. Pengaruh rpuas terhadap pembiayaan dan pengaruh pembiayaan terhadap tingkat produksi industri baik dalam jangka panjang maupun pendek signifikan. Pengaruh produksi industri terhadap inflasi dalam jangka panjang tidak signifikan namun signifikan dalam jangka pendek. Hal tersebut menunjukkan tidak semua lag signifikan dalam setiap persamaan. Keadaan ini merupakan tipikal dari VAR. (Pyndick dan Rubinfeld, 1998 dalam Depkeu RI, 2008). g. Hasil Analisis Impuls Response Function (IRF) Hasil uji IRF ini memperlihatkan seberapa cepat waktu yang dibutuhkan suatu variabel merespon perubahan variabel lainnya. Tahapan-tahapan analisis efektifitas mekanisme transmisi kebijakan moneter jalur pembiayaan adalah seperti Gambar 3 di bawah ini.

13 13 Tahap pertama : panel (a) Pada tahap ini diuraikan mengenai analisis hubungan antara instrumen kebijakan moneter (rsbis) dengan rpuas sebagai sasaran opersional kebijakan moneter. Gambar 3 panel (a) menunjukkan bahwa respon rpuas terhadap shock rsbis berfluktuasi sampai bulan ke-10, semua respon positif dan mulai konvergen mulai bulan ke-11, akhir tahun pertama. Panel (a) juga menunjukkan bahwa diperlukan time lag 1 bulan bagi rpuas untuk merespon shock rsbis. Respon positif ini menunjukkan ketika tingkat imbal hasil SBIS naik, hal ini akan diikuti pula oleh kenaikan tingkat imbal hasil rpuas. Response of of RPUAS LFIN to to RSBIS Response of of LFIN RPUAS to RPUAS to RPUAS Response of LFIN of R onse f INFLASI of LIPI to to RPUAS (a) Response Response of INFLASI of LIPI to to LFIN LFIN (b) Response Response of INFLASI of LIPI to to LIPI LIPI Response Response of INF (c) (d) (Sumber : Hasil Olahan Penulis) Gambar 3. Hasil Uji Impuls Response Function Tahap kedua : panel (b) Pada tahap ini diuraikan mengenai hubungan antara pembiayaan perbankan syariah dengan tingkat imbal hasil Pasar Uang Antarbank Syariah (rpuas). Gambar 3 panel (b) menunjukkan bahwa respon pembiayaan perbankan syariah terhadap rpuas adalah negatif. Respon ini semakin melebar seiring dengan

14 14 bertambahnya waktu dan mulai konvergen pada bulan ke-8. Respon ini disebabkan oleh sifat dari Pasar Uang Antarbank Syariah sebagai instrumen likuiditas bagi perbankan syariah. Untuk mengoptimalkan portofolio, dana yang menganggur dapat ditempatkan pada instrumen likuiditas ini sehingga ketika imbal hasil PUAS tinggi bank syariah tidak usah repot-repot mengalokasikan dananya ke pembiayaan. Gambar 3 panel (b) ini pun menunjukkan bahwa diperlukan time lag 1 bulan bagi LFIN untuk dapat merespon shock rpuas. Tahap ketiga : panel (c) Pada tahap ini diuraikan mengenai analisis hubungan antara Indeks Produksi Industri (IPI) dengan pembiayaan perbankan syariah (FIN). Respon IPI terhadap pembiayaan perbankan syariah berfluktuasi dan mulai konvergen pada bulan ke- 10. Respon IPI terhadap FIN positif. Hal ini sesuai dengan karakteristik perbankan syariah yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang tercermin pada meningkatnya produksi industri. Gambar 3 panel (c) pun menunjukkan bahwa diperlukannya time lag 1 bulan untuk IPI dalam merespon pembiayaan perbankan syariah. Tahap keempat : panel (d) Pada tahap ini diuraikan mengenai analisis hubungan indeks produksi industri dengan infasi. Respon inflasi terhadap IPI berfluktuasi dan mulai konvergen pada bulan ke-10. Pola hubungannya bersifat positif. Hal ini membuktikan bahwa sasaran akhir kebijakan moneter bersifat kontradiktif. Misalnya, usaha untuk mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja pada umumnya dapat mendorong peningkatan harga sehingga pencapaian stabilitas ekonomi makro tidak optimal. (Maski, 2007:61). Gambar 3 panel (d) ini pun menunjukkan diperlukannya time lag 1 bulan bagi inflasi untuk merespon LIPI. Dari hasil analisis tersebut, dapat dikatakan bahwa Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter melalui jalur pembiayaan perbankan syariah, sejak dari perubahan kebijakan moneter melalui shock rsbis hingga terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter membutuhkan tenggang waktu atau dengan kecepatan 4 bulan. Untuk lebih jelasnya mengenai time lag dari shock rsbis hingga

15 15 terwujudnya sasaran akhir kebijakan moneter dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini. rsbis 1 rpuas 1 LFIN 1 LIPI 1 INFLASI (Sumber : Hasil Olahan) Gambar 4. Kecepatan Respon Variabel dalam MTKM Jalur Pembiayaan h. Hasil Analisis VD Setelah menganalisis perilaku dinamis melalui impulse response, selanjutnya akan dilihat karakteristik model melalui variance decomposition. Pada bagian ini dianalisis bagaimana varian dari suatu variabel ditentukan oleh peran dari variabel lainnya maupun peran dari dirinya sendiri. Variance decomposition digunakan untuk menyusun forecast error variance suatu variabel, yaitu seberapa besar perbedaan antara variance sebelum dan sesudah shock, baik shock yang berasal dari diri sendiri maupun shock dari variabel lain untuk melihat pengaruh relatif variabel-variabel penelitian terhadap variabel lainnya. Prosedur variance decomposition yaitu dengan mengukur persentase kejutan-kejutan atas masingmasing variabel. Berikut ini disajikan variance decomposition untuk waktu dua puluh empat periode ke depan atas masing-masing variabel pada Gambar 5. Gambar 5. Hasil Uji Variance Decomposition per Panel (Sumber : Hasil Olahan Penulis) Berdasarkan Gambar 5 dapat terlihat bahwa rsbis mampu menjelaskan rpuas sebesar 32,66%. Peran rpuas terhadap pembiayaan 30,14%. Pembiayaan mampu menjelaskan tingkat produksi industri sebesar 20,59%. Berbeda dengan yang lainnya, peran produksi industri terhadap inflasi sangat kecil, yaitu 2,96%. Tabel 5. Hasil Uji Variance Decomposition Variance Decomposition of rsbis rpuas LFIN LIPI INFLASI 1 rsbis (67%) LFIN (38%) LFIN (64%) LIPI (76%) Inflasi (39%) 2 LFIN (27%) rsbis (32%) rpuas (30%) LFIN (20%) LFIN (32%) 3 rpuas (5,85%) rpuas (16%) rsbis (2%) rpuas (2,8%) rpuas (23%) 4 LIPI (0,22%) Inflasi (11%) Inflasi (1,52%) rsbis (0,3%) LIPI (2,96%) 5 Inflasi (0,14%) LIPI (0,63%) LIPI (1,04%) Inflasi (0,2%) rsbis (2,69%) (Sumber : Hasil Olahan Penulis) Rank

16 16 Hasil uji variance decomposition (VD) lain pun menyebutkan bahwa peran pembiayaan perbankan syariah dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter cukup besar apabila dibandingkan dengan variabel lainnya yang ada dalam sistem. Secara umum porsi penjelasan masing-masing variabel masih didominasi oleh dirinya sendiri, kecuali rpuas yang besar pengaruhnya menurun seiring berjalannya waktu. Variabel pembiayaan mempunyai peran peringkat pertama atau kedua yang berperan terhadap variabel tersebut setelah variabel itu sendiri. Misalnya pada VD rsbis, dalam jangka panjang, rsbis mampu dijelaskan oleh rsbis sendiri sebesar 66,9%, LFIN 26,79%, rpuas 5,85%, LIPI 0,22% dan Inflasi 0,13%. Sementara itu, pada VD rpuas, variabel pembiayaan mampu menjelaskan rpuas pada peringkat pertama yaitu sebesar 38,11%, disusul oleh rsbis 32,66%, rpuas sendiri 16,83%, inflasi 11,74% dan LIPI 0,63%. Hasil uji variance decomposition ini dapat dilihat dalam bentuk kuantitatif (Tabel 5). 1.5 Simpulan dan Implikasi Simpulan Efektivitas jalur pembiayaan dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia masih lemah. 1. Berdasarkan hasil uji kausalitas granger, maka dapat diidentifikasi jalur transmisi kebijakan moneter melalui pembiayaan perbankan syariah seperti pada gambar di bawah ini. rsbis rpuas LFIN LIPI INFLASI 2. Hasil uji impuls response function membuktikan pola hubungan satu arah rsbis terhadap rpuas positif, rpuas terhadap pembiayaan negatif, pembiayaan terhadap produksi industri positif dan produksi industri terhadap inflasi positif. Ketika Bank Indonesia menerapkan kebijakan uang ketat dengan meningkatkan tingkat imbal hasil SBIS, hal ini akan diikuti oleh tingkat imbal hasil PUAS. Ketika tingkat imbal hasil PUAS naik, volume pembiayaan yang disalurkan ke sektor riil akan berkurang akibat adanya portofolio dana di PUAS. Pembiayaan turun akan berdampak pada

17 17 turunnya produksi industri yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat inflasi juga. 3. Efektivitas jalur pembiayaan dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter dapat dilihat pada hasil uji impulse response function (IRF) dan variance decomposition (VD). Berdasarkan hasiil uji IRF, kecepatan respon rpuas terhadap shock rsbis membutuhkan jeda waktu 1 bulan. Begitu pula dengan respon pembiayaan terhadap rpuas, tingkat produksi industri terhadap pembiayaan dan inflasi terhadap tingkat produksi industri. Sehingga secara keseluruhan dibutuhkan jeda waktu 4 bulan dari perubahan rsbis untuk sampai pada perubahan tingkat inflasi. Berdasarkan hasil uji variance decomposition, secara keseluruhan, besar pengaruh antar variabel masih lemah. rsbis mampu menjelaskan rpuas sebesar 32%, rpuas mampu menjelaskan LFIN sebesar 30%, LFIN mampu menjelaskan LIPI sebesar 20% dan LIPI mampu menjelaskan inflasi sebesar 2,9%. Dari variabel-variabel yang terlibat dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter jalur pembiayaan, pengaruh LIPI terhadap inflasi sangat kecil. 4. Hasil uji variance decomposition lain pun menyebutkan bahwa peran variabel pembiayaan dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter cukup kuat apabila dibandingkan dengan variabel lain yang ada dalam sistem karena mampu menjelaskan variasi variabel-variabel yang terlibat dalam sistem pada peringkat pertama atau kedua setelah variabel yang bersangkutan.

18 18 Rank Variance Decomposition of rsbis rpuas LFIN LIPI INFLASI 1 rsbis (67%) LFIN (38%) LFIN (64%) LIPI (76%) Inflasi (39%) 2 LFIN (27%) rsbis (32%) rpuas (30%) LFIN (20%) LFIN (32%) 3 rpuas (5,85%) rpuas (16%) rsbis (2%) rpuas (2,8%) rpuas (23%) 4 LIPI (0,22%) Inflasi (11%) Inflasi (1,52%) rsbis (0,3%) LIPI (2,96%) 5 Inflasi (0,14%) LIPI (0,63%) LIPI (1,04%) Inflasi (0,2%) rsbis (2,69%) Implikasi 1. Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran pembiayaan perbankan syariah dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter, studi ini merekomendasikan agar Bank Indonesia tetap mempertimbangkan jalur pembiayaan sebagai jalur alternatif pada mekanisme transmisi kebijakan moneter karena berdasarkan teori, pembiayaan perbankan syariah yang berbasis bagi hasil dapat menyelaraskan antara pertumbuhan sektor riil dan moneter. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai efektivitas mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur lainnya, seperti bagi hasil, nilai tukar dan ekspektasi inflasi agar dapat membandingkan jalur mana yang paling efektif dalam mencapai sasaran akhir kebijakan moneter. 3. Terdapat kekurangan dalam penelitian ini, diantaranya adalah variabel pembiayaan perbankan syariah tidak merinci berdasarkan akad yang digunakan maupun berdasarkan sektor penyaluran pembiayaan. Sehingga untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan studi lanjutan terkait hal tersebut agar dapat mengetahui akad dan sektor mana yang paling berkontribusi dalam efektivitas mekanisme transmisi kebijakan moneter. Daftar Pustaka Ayuniyyah, Qurroh, Noer Azam Achsani dan Ascarya. (2010). Pengaruh Instrumen Moneter Syariah dan Konvensional. Jurnal Ekonomi Islam Republika Iqtishodia. Diakses tanggal 18 Juli 2011 pada website DISI+2.pdf Amaluddin, Friady. (2005). Efektivitas Transmisi Kebijakan Moneter antara Bank Syariah dan Bank Konvensional. Skripsi pada Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Diakses 18 Juli 2011 pada website :

19 19 Ascarya, (2010). Peran Perbankan Syariah dalam Transmisi Kebijakan Moneter Ganda. Jurnal Ekonomi Islam Republika Iqtishodia. Diakses tanggal 18 Juli 2011 pada website DISI+2.pdf Bank Indonesia. (2011). Laporan Perkembangan Perbankan Syariah Diakses tanggal 31 Maret 2011 pada website Laporan+Perbankan+Syariah/ Bank Indonesia. ( ). Statistik Perbankan Syariah-Bank Indonesia (SPS- BI). Diakses tanggal 17 November 2010 pada website n+syariah/ Bank Indonesia. ( ). Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia-Bank Indonesia (SEKI-BI). Diakses tanggal 17 November 2010 pada website donesia/versi+html/sektor+moneter/ Biro Pusat Statistik Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan di Indonesia, Diakses tanggal 15 April 2011 pada website Departemen Keuangan RI. (2008). Analisis Hubungan Kointegrasi dan Kausalitas serta Hubungan Dinamis antara Aliran Modal Asing, Perubahan Nilai Tukar dan Pergerakan IHSG di Pasar Modal Indonesia. Jakarta : Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Departemen Keuangan RI. Fatwa DSN MUI Nomor 38/DSN-MUI/X/2002 Fatwa DSN MUI Nomor 64/DSN-MUI/XII/2007 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah Akad Ju alah. Hadi, Yonathan S. (2003). Analisis Vector Autoregression (VAR) terhadap Korelasi antara Pendapatan Nasional dan Investasi Pemerintah di Indonesia, 1983/ /2000.Jurnal Keuangan dan Moneter, Volume 6 Nomor 2. Hakim. Lukman dan Nopirin. (2001). Perbandingan Peranan Jalur Kredit dan Jalur Tingkat Suku Bunga pada Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jurnal Sosiohumanika. Yogyakarta : Universitas gajah Mada. Hardianto, Erwin. (2005). Mekanisme Transmisi Syariah di Indonesia. Paper

20 20 Karim, Adiwarnan. (2008). Ekonomi Makro Islami. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Liputan 6. (2008). Inflasi selama Mei 2008 menjadi 1,41 Persen. Diakses tanggal 18 Juli 2011 pada website 141_persen Nachrowi, Djalal Nachrowi. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis EKONOMETRIKA Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta : Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Natsir, M. (2008). Analisis Empiris Efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia melalui Jalur Ekspektasi Inflasi Periode 1990:2-2007:1. Unhalu Kendari. Natsir, M. (2008). Analisis Empiris Efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia melalui Jalur Nilai Tukar Periode 1990:2-2007:1. Unhalu Kendari. Natsir, M. (2008). Peranan Jalur Suku Bunga dalam Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia. Unhalu Kendari. Nugroho, Ris Yuwono Yudo. (2009). Analisis Faktor-faktor Penentu Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia : Aplikasi Model Vector Error Correction. Tesis pada Institut Pertanian Bogor. Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 tentang SBIS. Peraturan Bank Indonesia No. 10/36/PBI/2008 tentang Operasi Moneter Syariah. Peraturan Bank Indonesia No. 9/5/PBI/2007 tentang PUAS. Prastowo, Nugroho, J. dan Donni Fajar Anugrah. (2007). Kerangka Kebijakan Moneter dalam Sistem Perbankan Ganda. Occasional Paper : Bank Indonesia. Rusydiana, Aam Slamet. (2009). Mekanisme Transmisi Syariah pada Sistem Moneter Ganda di Indonesia. Bank Indonesia : Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, April p Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/16/DPM Tahun Undang-Undang No. 3/2004 tentang Bank Indonesia. Widiantoro, Rubbi. (2008). Inflasi Bulan Juni Masih Dibayangi Dengan Kenaikan Harga BBM. Harian Swaberita. Diakses pada tanggal 18 Juli 2011 pada website

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen dan independen. Variabel dependen

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series 30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series bulanan periode Mei 2006 sampai dengan Desember 2010. Sumber data di dapat dari Statistik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai salah satunya yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 18 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan dengan cara mengukur variabel yang di lingkari oleh teori atau satu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu (timeseries) bulanan dari periode 2008:04 2013:12 yang diperoleh dari laporan Bank

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 59 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dijelaskan pelaksanaan tahapan-tahapan metode VECM yang terbentuk dari variabel-variabel capital gain IHSG (capihsg), yield obligasi 10 tahun (yieldobl10)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan subjek penelitian menggunakan perbankan syariah di Jawa Tengah diproxykan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioner Test Variabel Level t-statistik Sumber: Data Diolah Tabel 5.1 Uji Stasioneritas Data Prob ULN 2.065415 0.9998

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Dalam mendapatkan estimasi model VECM, tahap pertama yang harus dilakukan pada pengujian data adalah dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit 32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Estimasi VAR 4.1.1 Uji Stasioneritas Uji kestasioneran data pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu guna mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek dan Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah pertumbuhan indeks pembangungan manusia Indonesia dan metode penelitiannya adalah analisis kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. stasioner dari setiap masing-masing variabel, baik itu variabel independent BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kausalitas Intrumen Data. 1. Uji Stasioner Data. Tahap pertama dalam metode VECM yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setiap masing-masing variabel,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock 40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. atas, data stasioner dibutuhkan untuk mempengaruhi hasil pengujian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Hasil Uji Stasioneritas/ Unit Root Test Uji stasioneritas dalam penelitian ini adalah menggunakan uji akar-akar unit (Unit Root Test) dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijadikan landasan dalam setiap tahap penelitian. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Kualitas Instrumen 1. Hasil Uji Stasioneritas Data (Unit Root Test) Uji stasioneritas data menggunakan metode pengujian ADF (Augmented Dickey Fuller)

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 46 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1986-2010. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Stasioner Data / Uji Akar (Unit Root Test) Suatu data atau variabel dapat dikatakan stasioner apabila nilai rata-rata dan memiliki varians yang konstan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perkembangan Instrumen Kebijakan Moneter Syariah di Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perkembangan Instrumen Kebijakan Moneter Syariah di Indonesia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Instrumen Kebijakan Moneter Syariah di Indonesia Industri perbankan syariah mulai berkembang pada awal tahun 1980-an dari diskusi para ekonom yang bertemakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini 27 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).selain

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maupun variabel dependent. Persamaan regresi dengan variabel-variabel yang BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas 5.1.1 Uji Akar Unit ( Unit Root Test ) Tahap pertama dalam metode VAR yaitu dengan melakukan pengujian stasioner dari setipa masing-masing variabel,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengujian Pra Estimasi 5.1.1. Uji Kestasioneran Data Langkah awal yang perlu dilakukan dalam data time series adalah uji stasioner, untuk melihat ada atau tidaknya unit root

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penilitian ini adalah pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini hanya menganalisis mengenai harga BBM dan nilai tukar

Lebih terperinci

PERAN PERBANKAN SYARIAH DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER GANDA DI INDONESIA

PERAN PERBANKAN SYARIAH DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER GANDA DI INDONESIA PERAN PERBANKAN SYARIAH DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER GANDA DI INDONESIA Oleh: A s c a r y a Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, Bank Indonesia Latar Belakang Keuangan Syariah telah lama berkembang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah Perkembangan sistem ekonomi syariah di Indonesia terlihat semakin pesat. Fenomena perbankan syariah di Indonesia dimulai

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12)

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12) Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005:01 2015:12) DISUSUN OLEH : SITI FATIMAH 27212052 LATAR BELAKANG Kebijakan moneter

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. penjelasan kedua variabel tersebut :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. penjelasan kedua variabel tersebut : BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian Pengertian dari variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi, salah satunya ialah

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi, salah satunya ialah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran pemerintah dalam mencapai kesejahteraan masyarakat yang digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi, salah satunya ialah melalui Bank Sentral. Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI 3 BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian seperti

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang 40 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Uji Pra Estimasi 4.1.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Pada penerapan analisis regresi linier, asumsi-asumsi dasar yang telah ditentukan harus dipenuhi. Salah satu asumsi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Produk Domestik Bruto Nasional Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara pasar modal Amerika (DJIA), Jepang (N225) dan Cina (SCI) terhadap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara pasar modal Amerika (DJIA), Jepang (N225) dan Cina (SCI) terhadap BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisa integrasi yang terjadi antara pasar modal Amerika (DJIA), Jepang (N225) dan Cina (SCI) terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah perkembangan perekonomian Indonesia pada dasarnya di mulai seiring dengan industri perbankannya, karena kinerja dari perekonomian Indonesia secara dinamis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah pengeluaran riil pemerintah (G t ), PBD riil (Y t ), konsumsi (CC t ), investasi (I t ), Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1%

BAB 4 PEMBAHASAN. 51 Universitas Indonesia. Keterangan : Semua signifikan dalam level 1% BAB 4 PEMBAHASAN 4.1. Hasil Uji Stasioneritas Data Data yang akan digunakan untuk estimasi VAR perlu dilakukan uji stasioneritasnya terlebih dahulu. Suatu data dikatakan stasioner jika nilai rata-rata

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia

III. METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur,

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur, BAB III METODE PENELITIN A. Jenis dan Pendektan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 69 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian menggunakan data sekunder, baik data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif yang digunakan adalah data sekunder dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework

III. METODOLOGI PENELITIAN. urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework 63 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework (BMTF) periode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif dengan hubungan kausal dimana terdapat variabel bebas dan terikat.dilihat dari data yang diperoleh,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember Data-data

METODE PENELITIAN. time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember Data-data III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember 2011. Datadata yang

Lebih terperinci

1 analisis regresi dengan pendekatan VECM

1 analisis regresi dengan pendekatan VECM 1 analisis regresi dengan pendekatan VECM BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI, SE., M.SI MODEL VECM 10. Pengertian VECM VECM (atau Vector Error Correction Model) merupakan metode turunan dari VAR.

Lebih terperinci

INFLATIONCONTROLINMONETRYPOLICYINSTRUMENTSTHROUGHOPENMARKETOP ERATIONS : STUDYOFBANKINDONESIASHARIACERTIFICATE(SBIS) IN INDONESIA TUGAS AKHIR.

INFLATIONCONTROLINMONETRYPOLICYINSTRUMENTSTHROUGHOPENMARKETOP ERATIONS : STUDYOFBANKINDONESIASHARIACERTIFICATE(SBIS) IN INDONESIA TUGAS AKHIR. PENGENDALIAN INFLASI MELALUI INSTRUMEN KEBIJAKAN MONETER PADA OPERASI PASAR TERBUKA : STUDI TERHADAP SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) DI INDONESIA INFLATIONCONTROLINMONETRYPOLICYINSTRUMENTSTHROUGHOPENMARKETOP

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 70 BAB V ANALISIS HASIL PENELITIAN 5.1. Uji Stasioneritas Uji stasioneritas merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari 40 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Berdsarkan kajian beberapa literatur penelitian ini akan menggunakan data sekunder. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time

Lebih terperinci

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan

Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan LAMPIRAN Lampiran 1. Data Penjualan dan Pasokan Bulan January 2005 2006 2007 Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan Penjualan Pasokan 293.57 291.82 325.64 546.955 359.88 762.063 February 297.05 291.82 341.45

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pembentukan Indeks Kondisi Moneter dan Indeks Kondisi Keuangan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pembentukan Indeks Kondisi Moneter dan Indeks Kondisi Keuangan 53 BAB III METODE PENELITIAN A. Pembentukan Indeks Kondisi Moneter dan Indeks Kondisi Keuangan Penggunaan Indeks Kondisi Moneter dan Indeks Kondisi Keuangan dilakukan dengan pembobotan antara masing-masing

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS EFEKTIVITAS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER GANDA DI INDONESIA OLEH INGRIT MAGDALENA

SKRIPSI ANALISIS EFEKTIVITAS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER GANDA DI INDONESIA OLEH INGRIT MAGDALENA SKRIPSI ANALISIS EFEKTIVITAS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER GANDA DI INDONESIA OLEH INGRIT MAGDALENA 100501098 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total

BAB III METODELOGI PENELITIAN. variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua data mengenai variabel- variabel sebagai berikut : tingkat gross domestic product(gdp), total pembiayaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini

BAB IV. Hasil dan Pembahasan. 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian. dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor-sektor ini BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Analisis Deskriptif Saham Sektor Pertanian Jakarta Islamic Index dimaksudkan untuk digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kinerja suatu

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2012. Penelitian dilakukan di Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo). Penentuan tempat dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan memiliki tujuan yang pada dasarnya mendapatkan keuntungan demi kelancaran usahanya dan mampu bersaing dalam lingkungan bisnis secara

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini 43 III.METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang

Lebih terperinci

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H14103001 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 STABILITAS MONETER PADA SISTEM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian diuraikan menurut metode penghitungannya, sebagai berikut: 1. Inflasi (INF) Inflasi adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku

Lebih terperinci

INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA

INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA 101 IX. INTEGRASI SPASIAL PADA PASAR MINYAK GORENG DI INDONESIA Meskipun industri minyak goreng sawit telah tersebar di 19 propinsi, sentra produksi minyak goreng yang utama masih terpusat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious regression. Jika nilai t-

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious regression. Jika nilai t- BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Unit Root Test Uji akar unit atau disebut juga dengan uji akar stasioner yang digunakan untuk menguji data yang bersifat time series agar terhindar dari spurious

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Data penelitian Penelitian interdependensi pasar saham indonesia dengan pasar saham dunia ini menggunakan data sekunder berupa nilai penutupan harian/daily

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2000-2014 adalah cadangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun waktu (timeseries) yang diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif deskripstif merupakan pengujian hipotesis

Lebih terperinci

Perkembangan M1 dan M2

Perkembangan M1 dan M2 2011 Juni Des Maret Sept 2013 Juni Des Maret Sept 2015 Juni Des Maret Sept dalam miliar rupiah 52 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pergerakan Permintaan Uang di Indonesia Dalam melihat pergerakan permintaan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran 3. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pengembangan bahan bakar alternatif untuk menjawab isu berkurangnya bahan bakar fosil akan meningkatkan permintaan terhadap bahan bakar alternatif, dimana salah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk melihat perkembangan suatu variabel yang digunakan dalam penelitian yang diteliti oleh

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI

APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI BAHAN AJAR APLIKASI MODEL VAR DAN VECM DALAM EKONOMI MODEL VAR Pengertian VAR AGUS TRI BASUKI Dosen Fakultas Ekonomi Univ. Muhammadiyah Yogyakarta Vector Autoregression atau VAR merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

ANALISIS EKSPOR, KURS DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP NILAI PENDAPATAN DOMESTIK BRUTO INDONESIA TAHUN (Suatu Pendekatan Model VECM)

ANALISIS EKSPOR, KURS DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP NILAI PENDAPATAN DOMESTIK BRUTO INDONESIA TAHUN (Suatu Pendekatan Model VECM) ANALISIS EKSPOR, KURS DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP NILAI PENDAPATAN DOMESTIK BRUTO INDONESIA TAHUN 1970-2013 (Suatu Pendekatan Model VECM) Oleh : Prasetyo Ardi Nugroho Mahasiswa Ilmu Ekonomi Universitas

Lebih terperinci