BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di wilayah kerja UPT Puskesmas Pasirkaliki, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, yang terdiri dari 6 kelurahan yaitu Kelurahan Pasirkaliki, Kelurahan Pamoyanan, Kelurahan Arjuna, Kelurahan Husein Sastranegara dan Kelurahan Sukaraja. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 28 Maret 2012 sampai dengan 24 Mei Subyek penelitian adalah seluruh pasien Diabetes Melitus yang berkunjung dan tercatat dalam laporan LB1 di UPT Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung pada tahun Hasil Penelitian Penelitian telah dilakukan terhadap 72 responden beserta anggota keluarga yang dekat dan tinggal serumah dengan responden dan bersedia menjadi responden penelitian. Responden dibagi ke dalam dua kelompok dengan cara pengocokan koin yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi mendapatkan program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga dan tindak lanjut selama 3 minggu, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan pendidikan kesehatan berbasis keluarga pasca penelitian. Metode pendidikan kesehatan menggunakan modul tentang perilaku perawatan kaki sebagai alat bantu penyampaian materi dengan 2 kali kunjungan masing-masing 30 menit. Tindak 103

2 104 lanjut dilakukan dengan metode tindak lanjut melalui telpon 1 kali, dan kunjungan rumah sebanyak 3 kali. Hasil penelitian dibagi menjadi analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat menggambarkan (1) data karakteristik responden, (2) data karakteristik klinis responden, (3) data karakteristik keluarga. Analisis bivariat menggambarkan uji perbedaan rata rata pada sebelum dan sesudah program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga pada kelompok kontrol, uji perbedaan rata rata pada sebelum dan sesudah program edukasi berbasis keluarga pada kelompok intervensi, pengaruh dari program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga terhadap pengetahuan, kepercayaan diri (self-efficacy) dan perilaku perawatan kaki pada kelompok kontrol dan intervensi Analisis Univariat Hasil analisis menggambarkan karakteristik responden berdasarkan usia, jenis kelamin, status, suku, pekerjaan, tingkat pendidikan dan agama Karakteristik Responden Berdasarkan tabel 4.1, sebagian besar subjek pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (66.7%) berusia di rentang tahun, dengan jenis kelamin perempuan pada kelompok intervensi (72.2%) dan kelompok kontrol (75%) dan status menikah pada kelompok intervensi (83.3%) dan kelompok kontrol (75%) adalah menikah. Hampir seluruh responden pada kelompok intervensi (86.1%) dan kelompok kontrol (91.7%) merupakan suku Sunda. Sebagian besar responden pada kelompok intervensi (61.1%) dan kelompok kontrol (72.2%) tidak bekerja. Tingkat pendidikan sebagian dari responden pada

3 105 kelompok intervensi (44.4%) dan kelompok kontrol (38.9%) adalah Sekolah Dasar. Dari tabel 4.1, variabel usia, jenis kelamin, status pernikahan, suku, tingkat pendidikan, pekerjaan menunjukkan nilai p > Hal ini mengandung arti bahwa keenam variabel tersebut pada kelompok intervensi dan kontrol adalah homogen. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi dan Analisis Uji Homogenitas Karakteristik Responden pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di wilayah Puskesmas Pasirkaliki Bandung periode penelitian Maret Mei 2012 (N=72) No Variabel Intervensi (n=36) Kontrol (n=36) Nilai p f % f % 1. Usia tahun a tahun Jenis Kelamin Laki-laki a Perempuan Status Menikah a Janda/duda Suku Sunda b Jawa Minang Pekerjaan Tidak bekerja b Wiraswasta Lain-lain Tingkat pendidikan Tidak tamat SD b SD SMP SMA Perguruan Tinggi Catatan : a = Chi-Square, b = Kolmogorov-Smirnov Z X 2

4 Karakteristik Klinis Responden Tabel 4.2 menggambarkan karakteristik klinis dari responden. Sebagian dari responden kelompok kontrol (58.3%) dan kelompok intervensi (55.6 %) mempunyai lama diabetes 3 tahun. Olahraga yang dijalankan oleh sebagian besar responden kelompok intervensi (61.1 %) dan kelompok kontrol (69.4 %) adalah berjalan kaki. Sebagian besar dari kelompok intervensi (69.4 %) dan kelompok kontrol (58.3 %) tidak pernah merokok. Berdasarkan tabel 4.2, seluruh responden belum pernah mendapat program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga. Sebagian besar kelompok intervensi dan kelompok kontrol (69.4 %) mempunyai keluhan neuropati seperti baal. Sebagian besar dari kelompok intervensi (75 %) dan kelompok kontrol (66.7 %) mempunyai penyakit penyerta selain penyakit Diabetes Melitus. Hampir seluruhnya responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol kedua denyut nadi pada kaki kanan dan kaki kiri dapat diraba. Sebagian besar dari kelompok intervensi (72.2 %) dan control (80.6 %) rangsang monofilament pada kaki kanan dan kaki kiri memiliki sensasi baik. Hampir seluruh responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (94.4 %) tidak pernah mempunyai riwayat kaki diabetik sebelumnya. Berdasarkan tabel 4.2, dapat dilihat hasil uji homogenitas pada 11 variabel menunjukkan nilai p > Hal ini mengandung arti bahwa 11 variabel tersebut pada kelompok intervensi dan kontrol adalah homogen.

5 107 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Analisis Uji Karakteristik Klinis Responden Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki Bandung periode penelitian Maret Mei 2012 (N=72) No Variabel Intervensi (n = 36) Kontrol (n = 36) Nilai p f % f % 1. Lama Diabetes 3 tahun a tahun Olahraga Tidak pernah b Berjalan Lari Senam Bersepeda Riwayat merokok Tidak pernah b Pernah merokok tapi sudah berhenti Masih merokok Program edukasi perawatan kaki Pernah a Tidak pernah Keluhan neuropati Ada a Tidak ada Penyakit penyerta Ada a Tidak ada Denyut nadi kaki kanan Kedua teraba b Satu teraba tidak teraba semua Denyut nadi kaki kiri Kedua teraba b Satu teraba Tidak teraba semua Catatan : a = Chi-Square, b = Kolmogorov-Smirnov Z X 2

6 108 Lanjutan Tabel 4.2 Analisis Uji Karakteristik Klinis Responden Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi di wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki Bandung periode penelitian Maret Mei 2012 (N=72) No Variabel Intervensi (n = 36) Kontrol (n = 36) Nilai p F % f % 9. Monofilamen pada kaki kanan Sensasi baik a Sensasi tidak baik Monofilamen pada kaki kiri Sensasi baik a Sensasi tidak baik Riwayat kaki diabetik Tidak pernah c Pernah Catatan : a = Chi-Square, b = Kolmogorov-Smirnov Z, c = Fisher-Exact X 2 Tabel 4.3 menunjukkan hasil gula darah terakhir sebelum program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga pada kelompok intervensi dengan rata rata nilai (101.45) dan kelompok kontrol dengan rata rata nilai (87.53). Analisis uji homogenitas pada variabel gula darah adalah p > 0.05, artinya variabel gula darah pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah homogen. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Analisis Uji Homogenitas Gula darah pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki Bandung periode penelitian Maret Mei 2012 (N=72) Variabel Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol t Nilai p Gula darah (101.45) (87.53) a Catatan : a = independent t-test

7 Karakteristik Keluarga Responden Tabel 4.4 menunjukkan karakteristik keluarga responden. Sebagian besar keluarga yang dilibatkan pada kelompok intervensi (55.6 %) adalah anak kandung, sedangkan pada kelompok kontrol (52.8 %) adalah suami atau istri. Berdasarkan keluarga yang dilibatkan dalam program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga, lebih dari setengahnya anggota keluarga pada kelompok kontrol (72.2 %) dan setengahnya pada kelompok intervensi (50 %) adalah perempuan. Hampir seluruh keluarga pada kelompok intervensi dan kontrol (88.9 %) masing-masing mempunyai status sudah menikah. Hampir sebagian besar keluarga dari kelompok intervensi dan kontrol (41.7 %) berusia tahun. Lebih dari setengahnya pekerjaan anggota keluarga pada kelompok intervensi (55.7 %) dan hampir sebagian besar pada kelompok kontrol (38.9 %) adalah tidak bekerja. Hampir sebagian besar tingkat pendidikan pada kelompok intervensi (44.4 %) dan kelompok kontrol (36.1 %) adalah SMA. Tipe keluarga pada kelompok intervensi dan kontrol (61.1 %) sebagian besar merupakan keluarga besar (extended family). Analisis uji homogenitas dari variabel hubungan dengan responden, jenis kelamin, status, usia anggota keluarga, pekerjaan, tingkat pendidikan, dan tipe keluarga dengan nilai p > Hal ini mengandung arti bahwa semua variabel tersebut pada kelompok intervensi dan kontrol adalah homogen.

8 110 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Analisis Uji Karakteristik Keluarga pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung periode penelitian Maret Mei 2012 (N=72) No Variabel Intervensi Kontrol X 2 Nilai p f % f % 1. Hubungan dengan responden Suami/Istri a Anak kandung Lain-lain Jenis Kelamin Laki-laki b Perempuan Status Menikah a Belum menikah Janda/duda Usia anggota keluarga tahun b tahun tahun Pekerjaan Tidak bekerja a Buruh PNS Pegawai swasta Wiraswasta Lain-lain Tingkat pendidikan SD b SMP SMA Perguruan Tinggi Tipe keluarga Keluarga inti b Keluarga besar Catatan : a = Kolmogorov-Smirnov Z, b = Chi-Square

9 Analisis Bivariat Uji Perbedaan Rata rata Pengetahuan Perawatan Kaki Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol Tabel 4.5 menggambarkan uji beda rata rata variabel pengetahuang sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol. Nilai rata-rata pengetahuan perilaku perawatan kaki pada kelompok kontrol sebelum dilakukan intervensi adalah (SD = 2.10), sedangkan setelah dilakukan intervensi adalah (2.47). Selisih antara nilai rata - rata sebelum dengan sesudah intervensi program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga adalah sebesar Nilai rata-rata pengetahuan tentang perawatan kaki sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan bermakna, dengan nilai p = Tabel 4.5 Perbedaan Rata-rata Pengetahuan tentang Perawatan Kaki Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung periode penelitian Maret Mei 2012 (N=72) Variabel Kelompok Kontrol t Nilai p Sebelum Sesudah Pengetahuan perawatan kaki (2.10) (2.47) Catatan : t = paired t-test, df = Uji Perbedaan Rata Rata Kepercayaan Diri (Self-Efficacy) Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol Nilai rata-rata self-efficacy responden kelompok kontrol dalam melakukan perawatan kaki sebelum intervensi dilakukan adalah (SD = 4.88),

10 112 sedangkan sesudah intervensi dilakukan adalah (3.71). Selisih nilai rata rata kepercayaan diri (self-eeficacy) antara sebelum dan sesudah program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga pada kelompok kontrol adalah Nilai ratarata kepercayaan diri (self-efficacy) dalam perawatan kaki sebelum dan sesudah intervensi program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga tidak terdapat perbedaan bermakna pada kelompok kontrol, dengan nilai p = Tabel 4.6 Perbedaan Rata-rata Kepercayaan Diri (self-efficacy) tentang Perawatan Kaki Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung periode penelitian Maret Mei 2012 (N=72) Variabel Kelompok Kontrol t Nilai p Sebelum Sesudah Kepercayaan diri (4.88) (3.71) (Self-efficacy) Catatan : t = paired t-test, df = Uji Perbedaan Rata Rata Perilaku Perawatan Kaki (Foot Care Behavior) Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol Nilai rata-rata perilaku perawatan kaki pada kelompok kontrol sebelum dilakukan intervensi adalah (SD = 8.58), sedangkan sesudah dilakukan intervensi adalah (SD = 9.40). Selisih nilai rata rata kepercayaan diri perilaku perawatan kaki antara sebelum dan sesudah program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga pada kelompok kontrol adalah Berdasarkan tabel 4.7, dapat diambil simpulan, tidak terdapat perbedaan bermakna dalam perilaku

11 113 perawatan kaki pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah intervensi, dengan p = Tabel 4.7 Perbedaan Rata-rata Perilaku Perawatan Kaki Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung periode penelitian Maret Mei 2012 (N=72) Variabel Kelompok Kontrol t Nilai p Sebelum Sesudah Perilaku perawatan (8.58) (9.40) Kaki Catatan : t = paired t-test, df = Uji Perbedaan Rata rata Pengetahuan tentang Perawatan Kaki Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Intervensi Berdasarkan tabel 4.8, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pengetahuan perilaku perawatan kaki pada kelompok intervensi sebelum dilakukan intervensi program edukasi berbasis keluarga adalah (SD = 2.68), sedangkan setelah dilakukan intervensi adalah (0.77). Selisih nilai rata rata pengetahuan antara sebelum dan sesudah program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga pada kelompok intervensi adalah 5.5. Menurut tabel 4.8, dapat diketahui terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai rata-rata pengetahuan tentang perilaku perawatan kaki sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi, dengan nilai p =

12 114 Tabel 4.8 Perbedaan Rerata Pengetahuan tentang perilaku Perawatan Kaki Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung periode penelitian Maret Mei 2012 (N=72) Variabel Kelompok Intervensi t Nilai p Sebelum Sesudah Pengetahuan perawatan kaki (2.68) (0.79) Catatan : t = paired t-test, df = Uji Perbedaan Rata rata Self-Efficacy dalam Perawatan Kaki Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Intervensi Berdasarkan tabel 4.9, dapat diketahui rata-rata nilai self-efficacy responden kelompok intervensi dalam melakukan perawatan kaki sebelum intervensi dilakukan adalah (SD = 10.77), sedangkan sesudah intervensi dilakukan adalah (1.53). Selisih rata rata kepercayaan diri (self-eeficacy) antara sebelum dan sesudah program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga pada kelompok intervensi adalah Berdasarkan tabel 4.9, dapat diketahui terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai rata-rata pengetahuan tentang perilaku perawatan kaki sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi, dengan nilai p = Tabel 4.9 Perbedaan Rerata kepercayaan diri (Self-Efficacy) Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung periode penelitian Maret Mei 2012 (n=72) Variabel Kelompok Intervensi t Nilai p Sebelum Sesudah Self-efficacy (9.26) (1.53) Catatan : t = paired t-test, df = 35

13 Uji Perbedaan Rata - rata Perilaku Perawatan Kaki (Foot Care Behavior) Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Intervensi Berdasarkan tabel 4.10, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata nilai perilaku perawatan kaki pada kelompok intervensi sebelum dilakukan intervensi adalah (SD = 10.36), sedangkan sesudah dilakukan intervensi adalah (SD = 4.49). Selisih nilai rata rata perilaku perawatan kaki antara sebelum dan sesudah program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga pada kelompok kontrol adalah Berdasarkan hasil uji statistik maka dapat diambil simpulan yaitu terdapat perbedaan bermakna rata-rata perilaku perawatan kaki pada kelompok intervensi (p = 0.000). Tabel 4.10 Perbedaan Rerata Perilaku Perawatan Kaki (Foot Care Behavior) Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung periode penelitian Maret Mei 2012 (N=72) Variabel Kelompok Intervensi t Nilai p Sebelum Sesudah Perilaku perawatan (10.36) (4.49) Kaki Catatan : t = paired t-test, df = Uji Perbedaan Rata-rata Pengetahuan tentang Perawatan Kaki Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Rata rata nilai pengetahuan perawatan kaki sebelum intervensi pada kelompok intervensi adalah (SD = 2.68), sedangkan pada kelompok kontrol (SD = 2.10). Rata rata nilai pengetahuan perawatan kaki sebelum

14 116 dilakukan intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan bermakna (p = 0.697). Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui, terdapat perbedaan signifikan pada pengetahuan sesudah program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga pada kelompok intervensi (Mean = 16.69, SD = 0.77) dan kelompok kontrol (Mean = 11.22, SD = 2.47) dengan p = Tabel 4.11 Perbedaan Rata-rata Pengetahuan tentang Perilaku Perawatan Kaki Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung periode penelitian Maret Mei 2012 (N=72) Variabel Pengetahuan Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol t Nilai p Sebelum (2.68) (2.10) Sesudah (0.77) (2.47) Catatan : t = independent t-test, df = Uji Perbedaan Rata rata kepercayaan diri (Self-Efficacy) Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Rata rata nilai kepercayaan diri sebelum intervensi (self-efficacy) pada kelompok intervensi adalah (SD = 10.77), sedangkan pada kelompok kontrol (SD = 4.88). Rata rata nilai kepercayaan diri (self-efficacy) dalam perawatan kaki sebelum dilakukan intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan bermakna (p = 0.467). Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui, terdapat perbedaan bermakna kepercayaan diri (selfefficacy) sesudah program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga pada

15 117 kelompok intervensi (M = 73.64, SD = 1.53) dan kelompok kontrol (Mean = 41.72, SD = 4.68) dengan p = Tabel 4.12 Perbedaan Rata-rata Kepercayaan diri (Self-Efficacy) Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung periode penelitian Maret Mei 2012 (N=72) Variabel Self-efficacy Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol t Nilai p Sebelum (10.77) (4.88) Sesudah (1.53) (4.68) Catatan : t = independent t-test, df = Uji Perbedaan Rata-rata Perilaku Perawatan Kaki (Foot Care Behavior) Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi Rata rata nilai perilaku perawatan kaki sebelum intervensi pada kelompok intervensi adalah (SD = 10.36), sedangkan pada kelompok kontrol adalah (8.58). Rata rata nilai perilaku perawatan kaki sebelum dilakukan intervensi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan bermakna (p = 0.181). Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, terdapat perbedaan yang bermakna pada perilaku perawatan kaki sesudah program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol (p = 0.000).

16 118 Tabel 4.13 Perbedaan Rata-rata Perilaku Perawatan Kaki (Foot Care Behavior) Sebelum dan Sesudah Intervensi pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Intervensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung periode penelitian Maret Mei 2012 (N=72) Variabel Perawatan Kaki Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol t Nilai p Sebelum (10.36) (8.58) Sesudah (4.49) (9.40) Catatan : t = independent t-test, df = Pembahasan Analisis Karakteristik Responden Bila diamati berdasarkan usia dari responden pada kelompok intervensi, lebih dari setengahnya (66.7%) berada pada rentang usia tahun. Sama dengan penelitian Vatankhah et al (2009), lebih dari setengah responden berusia diatas 50 tahun. Responden pada penelitian Kurniawan et al (2011) berada pada rata rata usia (SD = 7.33). Hampir setengahnya dari responden kelompok perlakuan dari penelitian Susanti dkk (2012) berada pada rentang usia tahun (48.5 %). Hal ini sesuai dengan karakteristik responden pada penelitian Hastuti (2007), jumlah kasus terjadinya ulkus diabetik terjadi pada usia tahun (36.1 %) dan lebih dari 60 tahun (41.7 %). Usia menjadi salah satu faktor resiko terjadinya kaki diabetik, karena fungsi fisiologis tubuh menurun sehingga terjadi penurunan sekresi insulin atau resistensi insulin sehingga pengendalian gula darah yang tinggi kurang optimal.

17 119 Berdasarkan jenis kelamin, lebih dari setengahnya responden pada kelompok intervensi adalah perempuan (72.2 %). Hal ini didukung dengan beberapa penelitian sebelumnya, bahwa pasien Diabetes Melitus yang dijadikan responden lebih banyak perempuan (Vatankhah et al, 2009; Kurniawan et al, 2011). Berbeda dengan karakteristik responden penelitian Salmani dan Hosseini (2010), rasio perempuan dan laki laki adalah sama. Berdasarkan tingkat pendidikan, hampir sebagian besar responden pada kelompok intervensi telah lulus dari sekolah dasar (44.5 %). Hal ini berbeda dengan karakteristik responden pada penelitian Kurniawan et al (2011), lebih dari setengahnya dari responden kelompok intervensi (51.43 %) mempunyai tingkat pendidikan perguruan tinggi. Berdasarkan lama penyakit Diabetes Melitus yang telah diderita, lebih dari setengah responden pada kelompok intervensi (55.6 %) lebih dari 3 tahun telah menderita penyakit Diabetes Melitus. Karakteristik responden pada penelitian Kurniawan et al (2011) mempunyai rata rata durasi Diabetes Melitus 6.70 (SD = 5.28). Sama dengan penelitian Vatankhah et al (2009), lebih dari setengah responden penelitian sudah menderita Diabetes Melitus 10 tahun (60.8 %). Berdasarkan kondisi kaki, ada atau tidaknya keluhan neuropati, lebih dari setengahnya responden pada kelompok kontrol dan intervensi (69.4 %) mempunyai keluhan neuropati. Hal ini sama dengan karakteristik dari responden penelitian Kurniawan et al (2011), lebih banyak responden yang mempunyai riwayat gejala neuropati.

18 120 Berdasarkan pernah mendapat edukasi perawatan kaki, semua responden pada kelompok kontrol dan intervensi tidak pernah mendapat edukasi perawatan kaki. Hal ini sesuai juga dengan karakteristik responden pada penelitian Salmani & Hosseini (2010) dan Kurniawan et al (2011), hampir seluruh responden pada kelompok intervensi tidak pernah mendapatkan edukasi perawatan kaki Pengaruh Program Edukasi Perawatan Kaki Berbasis Keluarga terhadap Pengetahuan tentang Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Hasil penelitian menunjukkan uji beda rata rata tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga pada kelompok intervensi menyimpulkan perbedaan yang siginifikan. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa ada peningkatan pengetahuan perawatan kaki pada responden setelah diadakan program edukasi (Corbett, 2003; Vatankhah et al, 2009; Kurniawan et al, 2011). Hasil dari pengetahuan responden ini akan sesuai dengan perilaku perawatan kaki dari responden, karena menurut Khamseh et al, (2007). Pasien Diabetes Melitus yang kurang dalam pengetahuan perawatan kaki biasanya juga kurang dalam perilaku perawatan kaki. Pengetahuan tentang perawatan kaki yang diukur pada sebelum dan sesudah intevensi meliputi pemeriksaan kaki, kebersihan kaki, perawatan kuku, pemilihan alas kaki yang sesuai, pencegahan cedera dan pengelolaan jika cedera pada kaki terjadi menggunakan kuesioner yang digunakan dalam penelitian

19 121 Kurniawan et al (2011). Hanya saja ada beberapa pernyataan ditambahkan pada komponen pencegahan cedera dan pengelolaan cedera. Beberapa yang ditambahkan dalam komponen pencegahan cedera adalah senam kaki, menjauhi rokok dan mengurangi melipat kaki terlalu lama. Pernyataan yang ditambahkan dalam komponen pengelolaan cedera adalah penggunaan kasa jika terjadi luka pada kaki. Pernyataan yang dijawab benar oleh semua responden pada kelompok intervensi adalah pemeriksaan kaki, kebersihan kaki yang meliputi mencuci kaki dan mengeringkan sampai ke sela jari kaki, pencegahan cedera yang meliputi hindari merokok dan melipat kaki serta senam kaki secara rutin. Berdasarkan pernyataan tentang menggosok kaki, hanya sebagian kecil dari kelompok intervensi yang menjawab dengan benar (30.6%). Hal ini dikarenakan masih banyak responden yang menggosok kaki dan sela kaki menggunakan tangan pada saat mencuci kaki. Selain itu, lebih dari setengah responden pada kelompok intervensi (77.8 %) masih mengira bahwa kesemutan merupakan hal yang normal pada pasien Diabetes Melitus, walaupun sudah disampaikan pada semua responden dan keluarga saat edukasi berlangsung. Hasil pengetahuan perawatan kaki ini didukung oleh tingkat pendidikan dari responden. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, nilai pengetahuan dari responden di atas rata rata kelompok intervensi (lampiran 11). Penelitian ini merupakan aplikasi penerapan model pendidikan kesehatan dalam program edukasi berbasis keluarga telah dilakukan peneliti sesuai dengan teori yang mendasari, yang mana peneliti berperan sebagai perawat komunitas

20 122 yang menjalankan perannya sebagai edukator. Peran perawat sebagai edukator diabetes merupakan salah satu bidang spesialisasi keperawatan komunitas yang memiliki peran sebagai instruktur pendidikan kesehatan dalam mengelola penyakit diabetes secara mandiri salah satunya untuk mencegah terjadinya kaki diabetik. Tugas perawat edukator diabetes adalah (1) memberikan pendidikan kesehatan mengenai pengelolaan secara mandiri dan berkala, (2) intervensi perilaku, (3) konseling & coaching pengelolaan diabetes secara mandiri (Mensing et al, 2007). Penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian Jack et al (2004) yang menemukan bahwa intervensi Diabetes Self-Management Education (DSME) dengan menggunakan metode, pedoman, konseling dan intervensi perilaku dapat meningkatkan pengetahuan mengenai Diabetes Melitus dan meningkatkan keterampilan individu dan keluarga dalam mengelola penyakit Diabetes Melitus. Penelitian lain yang memperkuat hasil penelitian ini yaitu penelitian Dorresteijn et al (2010) yang menyimpulkan dalam review yang dilakukannya bahwa pengetahuan perawatan kaki dan perilaku perawatan kaki dapat berpengaruh dengan edukasi pada rentang yang pendek. Keterlibatan keluarga juga mempunyai peran penting dalam mengingatkan dan memperbaiki pengetahuan responden. Hal ini berdasarkan hasil penelitian dari Armour et al (2005), hasil penelitian menyarankan bahwa intervensi yang melibatkan keluarga secara efektif meningkatkan pengetahuan responden yang berkaitan dengan Diabetes. Selain itu, adanya modul yang diberikan kepada responden, sehingga responden dapat membaca ulang lagi bersama keluarga. Hal

21 123 ini menjadikan adanya proses diskusi antara keluarga dan responden. Proses diskusi ini yang menambah dan memperbarui pengetahuan dan informasi dari responden tentang perawatan kaki. Informasi merupakan bagian dari kekuatan untuk merubah sikap individu yang akan membuka pikiran seseorang melalui penalaran, pemikiran dan pemahaman lebih mendalam (Sarafino, 1998) Pengaruh Program Edukasi Perawatan Kaki Berbasis Keluarga terhadap Self-Efficacy untuk Melakukan Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Hasil penelitian menunjukkan uji beda rata rata tingkat kepercayaan diri (self-efficacy) sebelum dan sesudah intervensi program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga pada kelompok intervensi menyimpulkan hasil perbedaan yang siginifikan. Ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Corbett (2003) dan Perrin et al (2009). Kepercayaan diri (Self-efficacy) juga mempunyai kontribusi penting dalam meningkatkan perilaku perawatan kaki pada responden. Hal ini sesuai dengan teori self-efficacy dari Bandura, dengan adanya keyakinan terhadap kemampuan dirinya, responden dapat mengatur atau menunjukkan perilaku yang dianggap sebagai tujuan (Passer & Smith, 2004). Strategi program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga ini menggunakan modul. Setelah pemberian edukasi selesai, responden dan keluarga diarahkan untuk membuat perencanaan aktivitas untuk melakukan perilaku perawatan kaki, dengan keluarga sebagai pengingat. Tujuan utama dari perencanaan aktivitas yang ditentukan responden dan keluarga adalah

22 124 meningkatkan kepercayaan diri (self-efficacy) dari responden agar responden dapat mencapai perilaku yang sehat (Bodenheimer et al, 2007). Berdasarkan hasil distribusi frekuensi kepercayaan diri menurut rata rata kelompok (lampiran 11), lebih dari setengahnya dari responden pada kelompok intervensi mencapai nilai diatas rata rata nilai kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam melakukan perawatan kaki dari pasien Diabetes Melitus secara signifikan. Berdasarkan hasil pada tabel 3 (lampiran 14), dapat diketahui peningkatan nilai tertinggi pada kepercayaan diri responden dalam melakukan perilaku pencegahan cedera yaitu percaya diri melakukan senam kaki secara rutin, menjauhi dari merokok, mengurangi melipat kaki terlalu lama. Komponen lain yang mencapai peningkatan cukup tinggi adalah kepercayaan diri responden dalam kebersihan kaki (M sebelum = 8.36, M sesudah = 14.72). Hal ini diperkuat lagi dengan latar belakang seluruh responden yaitu islam, yang mana minimal 5 kali dalam sehari responden membersihkan kaki, mencuci kaki sampai sela jari kaki dan mengeringkan kaki sampai ke sela jari kaki. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Perrin et al (2009) yang mana ada hubungan positif antara kepercayaan diri (selfefficacy) dan perilaku pencegahan dalam perawatan kaki. Penelitian lain tentang kepercayaan diri lainnya adalah hasil penelitian King et al (2010) yang mana melaporkan bahwa suatu intervensi seharusnya fokus pada meningkatkan

23 125 kepercayaan diri (self-efficacy), pemecahan masalah dan dukungan sosiallingkungan dapat meningkatkan perawatan diri dalam penyakit diabetes. Dukungan keluarga sangat penting dalam meningkatkan kepercayaan diri (self-efficacy) responden dalam melakukan perawatan kaki setiap hari. Dukungan sosial yang bertujuan meningkatkan kepercayaan diri (self-efficacy) yang diberikan keluarga berupa dukungan emosional dan dukungan harga diri. Setelah diberikan program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga, antara responden dan keluarga terjadi proses pelaksanaan fungsi keluarga. Salah satu fungsi keluarga yang dijalankan adalah pemberian ekspresi yang mencakup empati, kepedulian dan perhatian yang diberikan orang yang dekat dengan responden kepada responden. Dukungan yang diberikan juga mencakup seperti memberikan motivasi melakukan perawatan kaki, membantu mengingatkan untuk mengeringkan kaki setelah kaki dicuci atau membantu menggunting kuku kaki secara lurus sehingga diabetisi merasa ada yang memberikan perhatian pada kondisi penyakitnya Pengaruh Program Edukasi Perawatan Kaki Berbasis Keluarga terhadap Perilaku Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Hasil penelitian menunjukkan uji beda rata rata tingkat perilaku perawatan kaki sebelum dan sesudah intervensi program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga pada kelompok intervensi menyimpulkan hasil perbedaan yang siginifikan. Program edukasi berbasis keluarga secara signifikan memberikan nilai

24 126 perubahan yang lebih baik terhadap perilaku perawatan kaki pada pasien Diabetes Melitus. Pasien Diabetes memiliki peranan penting dalam manajemen diri selain didukung oleh tim kesehatan, keluarga, maupun orang-orang di sekitarnya. ADA (2012) telah mencatat perubahan perilaku yang diharapkan dari adanya edukasi yaitu tingkat pengetahuan, sikap dan keyakinan, status psikologis, kondisi fisik, serta pola hidup yang sehat. Perilaku perawatan kaki responden pada kelompok intervensi menjadi bertambah dengan melalui proses memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis serta mengevaluasi secara terusmenerus sehingga perilaku perawatan kaki menjadi meningkat lebih baik. Perilaku perawatan kaki pada pasien Diabetes Melitus sangat penting dalam mencegah terjadinya kaki diabetik. Ada beberapa hal yang dapat meningkatkan perilaku perawatan kaki pada pasien Diabetes Melitus setelah program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga selesai dilakukan. Beberapa hal tersebut adalah 1) dasar dari program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga, 2) metode edukasi, 3) dukungan keluarga dan partnership, 4) keterlibatan aktif dari responden, 5) tindak lanjut program. Pertama, dasar dari program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga ditopang oleh Interaction Model of Client Health Behavior yang diadaptasi dari Corbett (2003). Selain itu, dasar penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa program edukasi perawatan kaki dapat meningkatkan perilaku perawatan kaki pasien Diabetes Melitus (Corbett, 2003; Lincoln et al, 2008; Vatankhah et al, 2009; Kurniawan et al, 2011). Hasil penelitian sebelumnya

25 127 melaporkan peningkatan perilaku perawatan kaki pada 5 minggu (Kurniawan et al), 6 dan 12 minggu (Corbett), 6 bulan (Vatankhah et al), 12 bulan (Lincoln et al) setelah intervensi dilakukan. Hasil penelitian ini dapat meningkatkan perilaku perawatan kaki hanya dengan 4 minggu setelah intervensi program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga dilakukan. Hal ini sesuai dengan teori yang mendasari penelitian ini bahwa Diabetes- Self Management Education (DSME) yang merupakan dasar dari program edukasi berbasis keluarga merupakan proses pendidikan kesehatan yang dilakukan secara terus-menerus untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan yang diperlukan untuk perawatan mandiri diabetes (Funnel et al, 2004). Hal ini juga didukung oleh ADA (2012) yang menyatakan bahwa edukasi kepada pasien Diabetes Melitus merupakan komponen yang penting. Pendidikan kesehatan pada pasien Diabetes Melitus secara terus-menerus sangat efektif pada akhirnya akan terjadi perubahan perilaku perawatan kaki pasien Diabetes Melitus (Dorresteijn et al, 2010). Kedua, program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga ini dilakukan pada pasien Diabetes Melitus menggunakan bahan edukasi yaitu modul yang berisi tentang perilaku perawatan kaki yang disertai gambar. Menurut Sudiharto (2007), bahwa penyediaan bahan edukasi yang informatif dan menarik, sebagai pendukung yang sangat kuat dalam memberikan edukasi. Bahan edukasi perawatan kaki yang menarik, akan meningkatkan dan merangsang pasien dan keluarga untuk bertanya dan waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pendidikan kesehatan juga menjadi lebih singkat. Beberapa penelitian yang

26 128 sebelumnya melaporkan, penggunaan modul pada saat sesi pendidikan kesehatan efektif meningkatkan pengetahuan dan perilaku pada 5 minggu (Kurniawan et al, 2011) dan pada 6 bulan (Vatankhah et al, 2009). Responden diberikan modul yang dapat dibaca setiap saat baik oleh responden sendiri dan keluarga. Selain itu, setelah diberikan edukasi perawatan kaki, responden dan keluarga diarahkan untuk mengambil keputusan merencanakan perilaku perawatan kaki yang sesuai dengan kemampuan responden. Selain itu, di dalam modul terdapat self-report tentang perawatan kaki yang diisi oleh responden atau keluarga responden jika telah menjalani perawatan kaki. Self-report dibuat peneliti agar responden dan keluarga responden dapat meningkatkan kesadaran untuk melakukan perawatan kaki walaupun tidak disupervisi langsung setiap hari oleh peneliti. Pengisian self-report dimudahkan oleh peneliti, sehingga responden atau keluarga hanya memberikan tanda cek lis pada kolom perilaku perawatan kaki yang sesuai. Ketiga, dukungan keluarga meningkatkan perilaku perawatan kaki pada responden. Sistem pendukung pasien Diabetes Melitus mempunyai peran penting dalam meningkatkan perilaku perawatan kaki. Salah satu faktor dasar pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan individual adalah dukungan keluarga (Orem, 2001). Hasil penelitian sebelumnya yang menjadikan bukti bahwa ada pengaruh dukungan keluarga terhadap perilaku tingkat kemandirian pasien Diabetes Melitus (Susanti dkk, 2012). Keterlibatan keluarga dalam manajemen Diabetes Melitus sangat diperlukan, keluarga adalah pelaku rawat (caregiver) yang tepat. Lingkungan

27 129 keluarga bisa memberi pengaruh positif dalam upaya edukasi perilaku perawatan kaki kepada pasien Diabetes. Keluarga memiliki peran besar dalam memberi arahan hidup sehat bagi anggota keluarga yang menderita Diabetes. Keterlibatan keluarga sangat menentukan dalam melaksanakan perilaku perawatan kaki secara mandiri. Dukungan keluarga yang tinggi dapat meningkatkan keinginan responden dalam melakukan perawatan kaki agar dapat mencegah terjadinya kaki diabetik. Dukungan keluarga yang diberikan berupa dukungan instrumental seperti memberi bantuan langsung kepada responden dalam melaksanakan perawatan kaki. Keeratan pada anggota keluarga mempengaruhi suasana keluarga di Indonesia. Nilai nilai fungsi afeksi pada anggota keluarga yang memberikan pengaruh dalam memperbaiki dan meningkatkan perilaku perawatan kaki responden. Anggota keluarga yang terlibat dalam program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga dipilih responden berdasarkan orang yang paling dekat dengan responden dan tinggal serumah. Berdasarkan karaketristik keluarga responden lebih dari setengahnya merupakan anak kandung dari responden (55.6%), kurang dari setengahnya merupakan pasangan yaitu suami atau istri (38.9%). Pasangan sebagai anggota keluarga mendukung dan membantu dalam meingkatkan perilaku perawatan kaki. Budaya di Indonesia, anak kandung harus membantu orang tua khususnya jika ada masalah kesehatan pada orang tua. Berdasarkan karakteristik dari anggota keluarga yang mendampingi, setengah dari anggota keluarga responden (50%) adalah perempuan. Hal ini mempunyai kontribusi pada penelitian ini, karena anggota keluarga perempuan

28 130 mampu mengatur anggota keluarga dengan Diabetes Melitus dalam melakukan perawatan kaki. Selain itu, lebih dari setengah responden (61.1%) adalah keluarga besar, sehingga semakin banyak dukungan anggota keluarga dalam melakukan perilaku perawatan kaki. Keempat, keterlibatan aktif dari pasien Diabetes Melitus dan keluarga pada setiap intervensi mempunyai kontribusi dalam meningkatkan perilaku perawatan kaki yang lebih baik. Pasien mempunyai kesempatan untuk bertanya, bertukar pikiran antara anggota keluarga, pasien dan peneliti di setiap fase intervensi yang dilakukan. Hal ini dapat membangun komitmen dan kepercayaan diri pasien dalam melakukan perilaku perawatan kaki. Selain itu, program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga ini mengizinkan pasien untuk mengekspresikan secara bebas hal hal yang menjadi hambatan dalam perilaku perawatan kaki. Hasil penelitian sebelumnya melaporkan bahwa keterlibatan aktif dari responden menghasilkan perilaku perawatan kaki yang lebih baik (Kurniawan et al, 2011). Komunikasi antara pasien, peneliti dan keluarga memperkuat implementasi dari program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga. Strategi variasi komunikasi diaplikasikan di setiap intervensi program ini. Interaksi yang terus - menerus antara peneliti, responden dan anggota keluarga mempunyai pengaruh terhadap kondisi psikologis dari pasien. Kelima, program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga dilakukan tindak lanjut 1 kali melalui telpon dan 3 kali kunjungan rumah. Penelitian sebelumnya juga melakukan tindak lanjut melalui telpon sebanyak 3 kali (Kurniawan et al, 2011). Tindak lanjut sangat penting untuk mengevaluasi

29 131 perilaku perawatan kaki dan untuk membantu pasien mengatasi hambatan dalam melakukan perawatan kaki. Tindak lanjut melalui telpon berisi supervisi perilaku perawatan kaki yang sudah dan belum dijalankan. Peneliti menanyakan perilaku perawatan kaki yang sudah dijalankan serta menanyakan kesulitannya dalam menjalankan perawatan kaki. Selain itu, peneliti juga menanyakan tentang kesulitan dalam menjalalankan perilaku perawatan kaki yang belum dijalankan. Pada saat itu, peneliti memberikan konsultasi singkat berupa solusi sehingga responden dapat menjalankan perilaku perawatan kakinya. Kunjungan rumah dilakukan sebanyak 3 kali dengan metode supervisi langsung kepada responden. Peneliti menanyakan perilaku perawatan kaki yang sudah dijalankan dan memeriksa langsung kebersihan kaki dan kuku serta alas kaki yang dipakai responden. Selain itu, peneliti memberikan intervensi berupa motivasi pada responden agar melakukan perawatan kaki. Pemberian intervensi motivasi juga diberikan kepada keluarga agar dapat mengingatkan responden untuk melakukan perawatan kaki. Tindak lanjut melalui telpon dan kunjungan rumah yang regular dapat memfasilitasi responden untuk meningkatkan pengetahuan, tanggung jawab, keterampilan, dan motivasi secara berkelanjutan untuk memperbaiki perilaku perawatan kaki. Penelitian sebelumnya yang bertujuan merubah perilaku dan menerima tindak lanjut (berupa telpon, dan kunjungan rumah yang berulang) yang mana responden juga mendapatkan respon terhadap perubahan, menghasilkan perubahan perilaku yang diharapkan dibanding dengan hanya

30 132 bertujuan untuk perubahan perilaku tanpa ada tindak lanjut atau respon (Bodenheimer et al, 2007). Sesuai dengan komponen perilaku perawatan kaki yang digunakan oleh Kurniawan et al (2011), penelitian ini menambahkan beberapa komponen perilaku perawatan kaki kepada pencegahan terhadap cedera seperti jauh dari rokok, senam kaki secara rutin dan pengurangan melipat kaki. Pada tabel 4 (lampiran 15), peningkatan rata rata nilai tertinggi kelompok intervensi pada komponen pemeriksaan kaki, pengelolaan terjadinya cedera dan kebersihan kaki. Komponen pemeriksaan kaki dan kebersihan kaki sesuai menunjukkan perilaku yang mengalami peningkatan karena berhubungan dengan agama. Seluruh responden pada kelompok intervensi adalah Muslim. Sebelum melaksanakan sholat, seorang Muslim harus mencuci kaki sekurang-kurangnya lima kali sehari yaitu dengan berwudhu. Jika dibandingkan dengan komponen perilaku perawatan kaki yang lain, kebersihan kaki dan pemeriksaan kaki secara rutin bagi responden merupakan hal yang mudah. Sesuai dengan hasil penelitian Kurniawan et al (2011), walaupun semua subjek pada responden kelompok intervensi diberikan edukasi tentang pemilihan alas kaki dan pencegahan cedera, tetapi hal ini merupakan budaya di Jawa Barat, Indonesia. Memakai sandal jepit dan sandal dengan jari terbuka adalah alas kaki yang dipakai pada keseharian orang - orang Indonesia. Selain itu, untuk membeli alas kaki yang baru dan sesuai dengan memerlukan usaha yang lebih terutama biaya. Tidak pernah memakai alas kaki saat berada di dalam rumah merupakan budaya yang tidak biasa dan kurang sopan di Indonesia. Hal ini juga sesuai

31 133 dengan hasil penelitian Chandalia et al (2008) di India dan Khamseh et al (2007) yaitu alas kaki yang paling umum dipakai adalah sandal. Hal ini menjadi tantangan responden dalam hal budaya. Sesuai dengan komponen perilaku perawatan kaki, menggunting kuku kaki secara lurus tanpa membuat derajat pada jari kuku kaki adalah tantangan yang sulit bagi responden. Setelah responden mengetahui cara memotong kuku yang baik bagi pasien Diabetes Melitus, beberapa responden mencoba untuk memotong dengan tidak membuat derajat yang cukup besar sehingga dapat mencegah terjadinya cantengan. Walaupun telah mengetahui bahwa menggunting kuku sebaiknya menggunakan gunting kuku, ada satu orang pasien yang kadangkadang masih menggunakan silet dalam menggunting kuku kaki. Hasil observasi yang dilakukan peneliti pada saat pengukuran meliputi kebersihan kaki dan cara pemotongan kuku. Hampir semua dari responden menunjukan kebersihan kaki meliputi telapak kaki dan sela jari kaki. Hal ini memperkuat hasil penelitian ini bahwa perilaku perawatan kaki pada kelompok intervensi terjadi perubahan yang sangat signifikan (lampiran 13). Selain itu, berdasarkan tabel 1 (lampiran 11), sebagian besar responden pada kelompok intervensi berada di atas rata rata nilai perilaku perawatan kaki. Program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga selama 5 minggu ini dengan menggunakan kombinasi tindak lanjut menghasilkan peningkatan perilaku perawatan kaki yang efektif pada kelompok intervensi. Selanjutnya, pada akhir program, responden dan keluarga responden menyampaikan kepuasan dan manfaat dari program edukasi berbasis keluarga ini dan tidak ada satupun

32 134 responden dan keluarga yang keluar dari program ini. Ini menandakan bahwa program ini dapat diimplementasikan tetapi tetap sesuai dengan konteks budaya Sunda, umumnya Indonesia. 4.4 Kekuatan dan Keterbatasan Penelitian Kekuatan penelitian ini adalah pertama menggunakan metode quasieksperimental, adanya kelompok kontrol, menggunakan desain pre-test dan posttest yang bertujuan untuk menguji pengaruh dari intervensi program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga dengan minimum bias. Kedua, dengan menggunakan teknik pair-matching dalam pemilihan sampel pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol sehingga meminimalisasi terjadinya bias. Ketiga, kombinasi strategi pada program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga juga membantu responden dalam mencapai perilaku perawatan kaki yang ditargetkan. Keempat, durasi dari evaluasi program edukasi perawatan kaki berbasis keluarga dibuat dalam jangka pendek berdasarkan penelitian Kurniawan et al (2011) sehingga dapat membuat responden mudah mencapai target perubahan perilaku perawatan kaki dan kemungkinan peningkatan perilaku menjadi lebih baik. Strategi lainnya yang dipakai adalah sesi edukasi yang menggunakan modul, perencanaan target perilaku, konseling melalui tindak lanjut telpon dan kunjungan rumah. Kelima, kuesioner yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan dan perilaku perawatan kaki yang pernah digunakan pada penelitian Kurniawan, et al

33 135 (2011), sedangkan kuesioner kepercayaan diri (self-efficacy) berdasarkan Foot Care Confidence Scale dari Perrin, et al (2009). Selain kekuatan penelitian, ada beberapa keterbatasan dari penelitian ini meliputi tempat. Pertama, penelitian ini hanya mengambil setting penelitian pasien yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung. Oleh karena itu, hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisir untuk semua setting. Kedua, data perilaku pengetahuan, kepercayaan diri (self-efficacy) dan perilaku perawatan kaki pada penelitian ini merupakan data langsung berdasarkan pengakuan langsung dari responden (self-report), sehingga data yang didapatkan tidak bersifat objektif.

SIDANG KOMPREHENSIF. Citra Windani Mambang Sari NPM

SIDANG KOMPREHENSIF. Citra Windani Mambang Sari NPM SIDANG KOMPREHENSIF PENGARUH PROGRAM EDUKASI PERAWATAN KAKI BERBASIS KELUARGA TERHADAP PERILAKU PERAWATAN KAKI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PASIRKALIKI KOTA BANDUNG Citra Windani

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan menggunakan desain penelitian dua kelompok yaitu kelompok intervensi dan kelompok kontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan teknologi di dunia kesehatan, telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan teknologi di dunia kesehatan, telah terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi di dunia kesehatan, telah terjadi pola pergeseran penyakit di dunia. Salah satunya adalah jumlah penyakit yang diakibatkan pola hidup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden Responden penelitian ini melibatkan 56 pasien diabetes melitus yang melakukan kontrol rutin di poli penyakit dalam

Lebih terperinci

..., Yang membuat pernyataan

..., Yang membuat pernyataan 55 SURAT PERNYATAAN BERSEDIA BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN Yang bertanda tangan di bawah ini saya: Nama : Umur : Alamat : Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran Umum Penelitian Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota Yogyakarta pada tanggal 9 Agustus - 1 September 2016. Data dikumpulkan

Lebih terperinci

ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (Hyperglikemia)

ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah (Hyperglikemia) GAMBARAN PERAWATAN KAKI DAN SENSASI SENSORIK KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK DM RSUD Dhora Sihombing, 1 Nursiswati, 1 Ayu Prawesti 1 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Halaman Judul... Halaman Pengesahan. Pernyataan.. Abstrak... Abstract.. Kata Pengantar... Daftar Isi. Daftar Tabel...

DAFTAR ISI. Halaman Halaman Judul... Halaman Pengesahan. Pernyataan.. Abstrak... Abstract.. Kata Pengantar... Daftar Isi. Daftar Tabel... DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... Halaman Pengesahan. Pernyataan.. Abstrak... Abstract.. Kata Pengantar... Daftar Isi Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Bagan.. Daftar Singkatan i ii iii iv v vii

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Penelitian Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal 12 sampai 22 Juni 2017. Sampel pada penelitian ini diambil dengan metode Purposive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik yang ditandai adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin

Lebih terperinci

PENJELASAN PENELITIAN. : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kecamatan Medan Johor

PENJELASAN PENELITIAN. : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kecamatan Medan Johor Lampiran 1 PENJELASAN PENELITIAN Judul Penelitian Peneliti : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kecamatan Medan Johor : Annisah Sepwika Sari NIM :

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sedang

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sedang LAMPIRA LEMBAR PERMOHOA MEJADI RESPODE Assalamu alaikum, wr. wb. Kepada Yth. Bapak/ibu/saudara (i) Di tempat Saya ur Sa adah (20120320150), mahasiswi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan penurunan relatif insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009). Sedangkan menurut Chang, Daly,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Padukuhan Kasihan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak yang ditandai adanya hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa dalam darah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berlokasi di jalan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berlokasi di jalan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berlokasi di jalan K.H. Ahmad Dahlan No. 20, Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional adalah penelitian di

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional adalah penelitian di BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Penelitian cross sectional adalah penelitian di mana variabel independen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Masalah komplikasi diabetes merupakan dampak masalah fisik yang dialami oleh klien diabetes mellitus. Selain permasalahan fisik tersebut, diabetes mellitus juga dapat

Lebih terperinci

Pengaruh Program Edukasi Perawatan Kaki Berbasis Keluarga terhadap Perilaku Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

Pengaruh Program Edukasi Perawatan Kaki Berbasis Keluarga terhadap Perilaku Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Pengaruh Program Edukasi Perawatan Kaki Berbasis Keluarga terhadap Perilaku Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Citra Windani Mambang Sari, Hartiah Haroen, Nursiswati Fakultas Keperawatan,

Lebih terperinci

3 KUESIONER PENELITIAN

3 KUESIONER PENELITIAN Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DM TIPE 2 DALAM KONTEKS ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS DI RS HASAN SADIKIN BANDUNG Petunjuk Pengisian : 1.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak bisa secara efektif menggunakan insulin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah suatu penyakit kronis yang terjadi akibat kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau keadaan dimana tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi

Lebih terperinci

ALAT PENELITIAN. lain-lain, sebutkan. 4. suku : 5. tingkat pendidikan : tidak tamat SD tamat SD tamat SMP tamat SMA tamat perguruan tinggi

ALAT PENELITIAN. lain-lain, sebutkan. 4. suku : 5. tingkat pendidikan : tidak tamat SD tamat SD tamat SMP tamat SMA tamat perguruan tinggi ALAT PENELITIAN I. Petunjuk 1. Bapak/Ibu diharapkan bersedia menjawab semua pertanyaan yang ada 2. Tuliskan tanda benar ( ) pada kotak untuk pilihan jawaban yang tepat 3. Pada pertanyaan Data demografi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wonosari Kabupaten. Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wonosari Kabupaten. Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016. 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wonosari Kabupaten Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016. Metode pengumpulan data dalam

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 adalah salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta,

Lebih terperinci

PERNYATAAN SEBAGAI RESPONDEN. Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi

PERNYATAAN SEBAGAI RESPONDEN. Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi Lampiran 1 PERNYATAAN SEBAGAI RESPONDEN Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperwatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang International of Diabetic Federation (IDF, 2015) menyatakan bahwa tingkat prevalensi global penderita Diabetes Melitus (DM) pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan kesehatan yang merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah (glukosa) akibat kekurangan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini gaya hidup modern dengan pilihan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga menyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kode : LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bernama Ardian Hidayah, NIM adalah mahasiswa

Lampiran 1 Kode : LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bernama Ardian Hidayah, NIM adalah mahasiswa Lampiran 1 Kode : LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bernama Ardian Hidayah, NIM 101121094 adalah mahasiswa S1 Ekstensi Fakultas Kerperawatan. Saat ini saya sedang melakukan penelitan mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Suyono, 2014 Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu penyakit degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya dimasa datang. World

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III Bangsal Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013

KUESIONER PENELITIAN. Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III Bangsal Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013 88 KUESIONER PENELITIAN Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III Bangsal Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013 I. Karakteristik Responden No. Responden : Umur :

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh latihan mengunyah dan

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh latihan mengunyah dan BAB V HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang pengaruh latihan mengunyah dan menelan terstruktur terhadap kemampuan mengunyah dan menelan dalam konteks asuhan keperawatan pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut laporan WHO, Indonesia menempati urutan ke empat terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat DM dengan prevalensi 8,6% dari total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psikologis atau kognitif dalam melakukan fungsi harian atau kondisi yang memerlukan

Lebih terperinci

RIWAYAT HIDUP PENELITI

RIWAYAT HIDUP PENELITI RIWAYAT HIDUP PENELITI Nama : Azdkia Yolanda Putri Tempat/tanggal lahir : Padang, 27 Januari 1994 Pekerjaan : Mahasiswa Agama : Islam Alamat : Jln. Dr.Mansyur Gang Idris Achmad No.53 Medan, Kec.Medan Baru,

Lebih terperinci

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Kota Yogyakarta atau Rumah Sakit Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota

Lebih terperinci

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU 1 PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

Obat Penyakit Diabetes dan Berbagai Komplikasi Neuropati

Obat Penyakit Diabetes dan Berbagai Komplikasi Neuropati Obat Penyakit Diabetes dan Berbagai Komplikasi Neuropati Berbagai Jenis Neuropati Serta Cara Menanganinya Dengan Obat Penyakit Diabetes Kerusakan saraf akibat diabetes disebut diabetic neuropathy. Sekitar

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN 71 BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian tentang metode Bobath untuk meningkatkan postural stability pada pasien pasca stroke dibandingkan dengan metode Feldenkrais yang telah dilaksanakan di Sasana Stroke

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing BAB VI HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini disajikan dengan penyajian hasil analisis univariat. Hasil analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing variabel yang diteliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia karena gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia memiliki visi menciptakan masyarakat yang mempunyai kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta Purnomo, S.KM Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Yogyakarta Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan RSUD Kota Yogyakarta OLEH: TUJUAN PENGELOLAAN DM SECARA

Lebih terperinci

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta LAPORAN PENELITIAN Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta Hendra Dwi Kurniawan 1, Em Yunir 2, Pringgodigdo Nugroho 3 1 Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa memproduksi cukup insulin, hormon pengatur kadar gula darah atau tubuh tidak bisa menggunakan

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI BLUD PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT

FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI BLUD PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI BLUD PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT OLEH: SABRINA ADELINA ENGELINE NIM: 2014.33.075 Saya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Karakteristik Responden a. Karakteristik Responden Tabel 6 memperlihatkan data karakteristik responden dan hasil uji homogenitas responden berdasarkan

Lebih terperinci

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN SETELAH MENDAPATKAN PENJELASAN (INFORMED CONCENT)

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN SETELAH MENDAPATKAN PENJELASAN (INFORMED CONCENT) SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN SETELAH MENDAPATKAN PENJELASAN (INFORMED CONCENT) Nama : Debby Anisha Judul Penelitian : Kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 dalam penatalaksanaan DM

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta LAMPIRAN LEMBAR PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN Yang bertanda tangan di bawah ini saya : Nama : Asri Pradhani Kusuma Laily NIM : 20120320058 Program Studi Fakultas Perguruan Tinggi : Ilmu Keperawatan : Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. suatu keadaan secara objektif. Studi kasus ini dilakukan dengan cara meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. suatu keadaan secara objektif. Studi kasus ini dilakukan dengan cara meneliti BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif studi kasus. Metode penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani pengobatan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. : Hubungan Pelayanan Spiritual Yang Diberikan Perawat Dengan Kepuasan Pasien Diabetes melitus

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. : Hubungan Pelayanan Spiritual Yang Diberikan Perawat Dengan Kepuasan Pasien Diabetes melitus LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Judul Penelitian : Hubungan Pelayanan Spiritual Yang Diberikan Perawat Dengan Kepuasan Pasien Diabetes melitus Nama Peneliti : Rina Rahmadani Sidabutar Nomor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian bersifat eksperimen atau percobaan adalah kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. xiii DAFTAR SKEMA. xiv DAFTAR LAMPIRAN. xv

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. xiii DAFTAR SKEMA. xiv DAFTAR LAMPIRAN. xv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN BUKAN PLAGIAT.. ii ABSTRAK. iii ABSTRACT... iv PENGESAHAN SKRIPSI..... v PERNYATAAN PERSETUJUAN. vi RIWAYAT HIDUP PENULIS... vii LEMBAR PERSEMBAHAN... viii

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya karbohidrat (Price, 2006). Pada

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITI. Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Alamat: Jln Abdurrahman Shaleh Kp.Baru, No.62 RT/RW 02/08, Kel.

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITI. Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Alamat: Jln Abdurrahman Shaleh Kp.Baru, No.62 RT/RW 02/08, Kel. Lampiran LEMBAR PERSETUJUAN PENELITI Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Nurholipah Nim : 009--007 Alamat: Jln Abdurrahman Shaleh Kp.Baru, No.6 RT/RW 0/08, Kel.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam keberhasilan sebuah penelitian, seorang peneliti harus bisa memecahkan suatu permasalahan dengan metode yang benar dan tepat serta sesuai dengan apa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii SUMMARY...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Yogyakarta secara geografis terletak antara '19" '53"

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Yogyakarta secara geografis terletak antara '19 '53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kota Yogyakarta secara geografis terletak antara 110 24'19"-110 28'53" Bujur Timur dan 07 15'24"-07 49'26" Lintang Selatan.

Lebih terperinci

Lampiran 1 PENJELASAN PENELITIAN

Lampiran 1 PENJELASAN PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 PENJELASAN PENELITIAN Pengaruh Tai Chi for Diabetes (TCD) terhadap Perubahan Tingkat Depresi dan Kadar Glukosa Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 diwilayah Kelurahan Polehan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini gaya hidup modern dengan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar ke seluruh lapisan masyarakat, sehingga meyebabkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya maka ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya maka ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut: BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya maka ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut: 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Karakteristik

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum penelitian dimulai. Kuisioner divalidasi dengan cara diuji coba pada 30 orang yang mana 20

Lebih terperinci

AKTIVITAS FISIK DAN OLAHRAGA UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI PUSKESMAS DTP CIKALONG KULON 9 APRIL 2015

AKTIVITAS FISIK DAN OLAHRAGA UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI PUSKESMAS DTP CIKALONG KULON 9 APRIL 2015 AKTIVITAS FISIK DAN OLAHRAGA UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS DAN HIPERTENSI PUSKESMAS DTP CIKALONG KULON 9 APRIL 2015 Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyababkan pengeluaran energi

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN Judul Penelitian: Efektivitas Cognitive Behaviour Therapy-Insomnia (CBT-I) terhadap Insomnia dan kadar gula darah pasien diabetes melitus. Peneliti : Nama : Atik

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN 90 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Calon responden penelitian Di Ruang Mawar RSUD Dr. Hardjono Ponorogo Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Program Diploma III Keperawatan

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN PENDEKATAN DOKTER KELUARGA DI PUSKESMAS JELAMBAR 1. Edwin

LAPORAN KASUS PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN PENDEKATAN DOKTER KELUARGA DI PUSKESMAS JELAMBAR 1. Edwin LAPORAN KASUS PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN PENDEKATAN DOKTER KELUARGA DI PUSKESMAS JELAMBAR 1 Edwin 102012096 Diabetes Melitus Dm tipe 1 Diabetes yang bergantung pada insulin di mana tubuh kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang berlangsung kronik progresif, dengan manifestasi gangguan metabolisme glukosa dan lipid, disertai oleh

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik 74 BAB 5 PEMBAHASAN Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik dengan hipertensi terhadap retinopati hipertensi dan gangguan kognitif yang datang berobat ke poli penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Hiperglikemia jangka panjang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan dengan desain penelitian pretest posttest with control group

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan dengan desain penelitian pretest posttest with control group BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quasi experiment menggunakan dengan desain penelitian pretest posttest with control group design. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4. 1 Pelaksanaan Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21-31 Mei 2008 untuk wawancara dengan kuesioner dan tanggal 26 Mei 3 Juni 2008 untuk pemeriksaan fisik dan laboratorium.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO) tahun 2011 jumlah penyandang diabetes melitus di dunia 200 juta jiwa, Indonesia menempati urutan keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN

JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN ISSN 2407-7232 JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN Volume 1, No. 2, Agustus 2015 Perilaku Pemeliharaan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan Lingkungan Berpengaruh dengan Kejadian ISPA pada Balita Tugas Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) tipe 2 yang dahulu dikenal dengan nama non insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan penyakit gangguan metabolik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Lokasi Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari yang merupakan salah satu rumah sakit umum milik pemerintah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang disebabkan karena keadaan hiperglikemia (kadar gula dalam darah meningkat). Penyakit ini sendiri sering

Lebih terperinci

Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya yang bertanda tangan dibawah ini : LAMPIRAN Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth.Sdra/I Responden Dengan hormat Assalamu alaikum Wr. Wb Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Yogyakarta, Maret 2016 Nama : Hasrullah

Lebih terperinci

Definisi Operasional

Definisi Operasional Definisi Operasional No Variabel Definisi Alat ukur Cara Hasil Ukur Skala Operasional Ukur Ukur Variabel Independen : 1. Dukungan : a. Penghargaan Dukungan yang Baik > Ordinal diberikan tentang kuisioner

Lebih terperinci

PENERAPAN PELAYANAN KEFARMASIAN RESIDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA CILACAP

PENERAPAN PELAYANAN KEFARMASIAN RESIDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA CILACAP Ikatan Apoteker Indonesia 201 PENERAPAN PELAYANAN KEFARMASIAN RESIDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA CILACAP Yuhansyah Nurfauzi 1*, Maria Immaculata Iwo 2,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITI. Alamat: Jln Patra Raya Kp.Guji Rt 03/02 Kelurahan Duri Kepa Kecamatan Kebon

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITI. Alamat: Jln Patra Raya Kp.Guji Rt 03/02 Kelurahan Duri Kepa Kecamatan Kebon Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN PENELITI Responden yang saya hormati, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Miki Sutrisno Nim : 2008-33-029 Alamat: Jln Patra Raya Kp.Guji Rt 03/02 Kelurahan Duri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jiwa (Wild et.al., 2004). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah. daerah rural (Pusat Data Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh

BAB I PENDAHULUAN. jiwa (Wild et.al., 2004). Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah. daerah rural (Pusat Data Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengalami peningkatan jumlah penderita DM. Indonesia menempati urutan ke-4 didunia pada tahun 2010 setelah India, China,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014 dengan memperoleh responden

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2014 dengan memperoleh responden BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan menyajikan dan membahas hasil dari pengumpulan data kuisioner tentang Kepatuhan Pasien Hipertensi dalam Minum Obat yang akan diuraikan secara

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat Dalam Mencuci Tangan Cara Biasa Sesuai SOP

Lebih terperinci

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI

DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI DUKUNGAN DENGAN BEBAN KELUARGA MENGIKUTI REGIMEN TERAPEUTIK ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI HALUSINASI Delia Ulpa*, Mahnum Lailan Nst.** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara **Dosen

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam minggu menggunakan rencana eksperimental terhadap dua kelompok penelitian. Subjek penelitian berjumlah 20 orang

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN 72 Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada: Yth. Calon Responden Penelitian di Tempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa Program Studi Diploma III Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN 71 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Assalamu alaikum, wr. wb. Yth. Bapak/Ibu responden, Saya Novia Ratnawati (20120320160), mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang

Lebih terperinci

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru (The Study of Client s Knowledge about Self Medication at Dispensaries in Pekanbaru) Husnawati * ; Armon Fernando; Ayu Andriani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kelompok kelainan metabolik dengan ciri hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi hormon insulin, kerja insulin atau kedua-duanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan VariabelTerikat Status Perkawinan Kejadian Malnutrisi Riwayat Penyakit Aktifitas Fisik Perilaku Merokok

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nurlika Sholihatun Azizah

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Nurlika Sholihatun Azizah PERBEDAAN INTERVENSI SENAM DIABETES PADA DIET RENDAH GULA TERHADAP PENURUNAN GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS USIA 35-70 TAHUN DI PUSKESMAS BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Nurlika

Lebih terperinci