PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA PEMADAM KEBAKARAN-DINAS KEBAKARAN KOTA SURABAYA MELALUI PENDEKATAN MANAJEMEN RISIKO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA PEMADAM KEBAKARAN-DINAS KEBAKARAN KOTA SURABAYA MELALUI PENDEKATAN MANAJEMEN RISIKO"

Transkripsi

1 PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA PEMADAM KEBAKARAN-DINAS KEBAKARAN KOTA SURABAYA MELALUI PENDEKATAN MANAJEMEN RISIKO Arie Andriyan, Maria Anityasari, Naning Aranti Wessiani Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya arie.andriyan@gmail.com ; maria@ie.its.ac.id ; wessiani@ie.its.ac.id ABSTRAK Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya merasa bahwa pekerjaan pemadam kebakaran mengandung risiko tinggi. Sedangkan, kompensasi finansial yang diterima saat ini belum memperhitungkan faktor risiko kerja yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besaran kompensasi finansial atas risiko kerja pemadam kebakaran pada tiap jabatan di Dinas Kebakaran Kota Surabaya dan beban anggaran bagi Pemerintah Kota melalui pendekatan manajemen risiko. Penilaian risiko pada konsep manajemen risiko akan menunjukkan level risiko yang dijadikan dasar pemberian kompensasi. Tahapan penilaian risiko terdiri dari tahap identifikasi, analisis dan evaluasi risiko. Besaran kompensasi finansial dihitung dari biaya rawat jalan penyakit-penyakit yang menjadi risiko kerja pemadam kebakaran berdasarkan hasil penilaian risiko. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerjaan pemadam kebakaran memiliki dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan dan dampak kecelakaan kerja. Kompensasi finansial langsung atas risiko diberikan untuk dampak penyakit/gangguan kesehatan sedangkan dampak kecelakaan kerja diberikan kompensasi finansial tidak langsung melalui asuransi atau Jamsostek. Hasil perhitungan kompensasi finansial langsung menunjukkan jabatan komandan peleton, komandan regu dan anggota pasukan juru padam memiliki nilai kompensasi sama dan tertinggi disusul jabatan juru mudi dan staf operasional. Hasil perhitungan kompensasi finansial atas risiko kerja ini akan meningkatkan beban anggaran Pemerintah Kota Surabaya secara signifikan untuk alokasi anggaran tersebut. Kata kunci:.penilaian Risiko, Kompensasi dan Hazard Pay ABSTRACT Planning and Urban Development Agency (Bappeko) Surabaya thinks that the works of firefighters contain a high risk. Meanwhile, financial compensation currently received doesn t consider an appropriate risk factor yet. This study aims to quantify the amount of financial compensation for the risk of firefighters working at each position in Surabaya City Fire Department and expense budget for the City Government through the risk management approach. Risk assessment on risk management concepts will show the level of risk which is used as a basis for compensation. Stage of risk assessment consists of phase risk identification, risk analysis, and risk evaluation. The amount of financial compensation is calculated from the cost of outpatient illnesses being firefighters working risk based on risk assessment. The results of this study indicate that firefighter s works have impact risks of both disease/health problems and workplace accidents. Direct financial compensation for the risk is given to the impact of diseases/health problems while the financial compensation of impacts caused by workplace accidents is given indirectly through insurance or social security. The result shows the direct financial compensation for office platoon commander, squad commanders and the troops are equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation result of financial compensation for the working risks will increase significantly the budget allocation of Surabaya City Government. Key Words: Risk Assessment, Compensation and Hazard Pay. 1

2 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dinas Kebakaran Surabaya memiliki peranan yang sangat penting dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat, khususnya dalam pencegahan dan penanganan kebakaran. Berdasarkan data yang dimilki Dinas Kebakaran Kota Surabaya, tingkat kejadian kebakaran di kota Surabaya yang cukup tinggi bisa dilihat pada Gambar 1.1 berikut ini. Gambar 1.3. UPTD 1 yang berlokasi di pusat (Pasar Turi) memiliki frekuensi diturunkan lebih banyak daripada rata-rata UPTD dan Pos Pembantu lainnya karena memiliki kendaraan dan fasilitas yang lebih lengkap. Gambar 1.3 berikut ini menunjukkan grafik aktivitas UPTD dan Pos Pembantu dalam memadamkan kebakaran tiap bulannya pada tahun Gambar 1. 1Jumlah kebakaran di Surabaya Kejadian kebakaran tiap tahun rata-rata sekitar 295 kejadian. Dengan tingkat kejadian kebakaran seperti itu, pegawai pemadam kebakaran cukup sering bertugas di lapangan untuk memadamkan api. Menurut data historis pada Gambar 1.2, Dinas Kebakaran menerjunkan sekitar 115 sampai 950 personel setiap bulan untuk melakukan pemadaman kebakaran untuk semua UPTD dan Pos Pembantu. Gambar 1.2 berikut ini menunjukkan data penggunaan personel Dinas Kebakaran dalam kegiatan pemadaman kebakaran pada tahun 2008 dan Gambar 1. 2 Penggunaan personel untuk pemadaman kebakaran Sedangkan untuk aktivitas tiap UPTD dan Pos Pembantu dalam menjalankan tugas pemadaman kebakaran dapat dilihat pada Gambar 1.3Frekuensi pemadaman kebakaran tiap UPTD dan Pos Pembantu tahun 2009 Pekerjaan pemadam kebakaran merupakan pekerjaan yang mengandung risiko kerja sangat tinggi. Dari proses wawancara dengan Kepala Bagian Operasional dan juga pasukan pemadam kebakaran, peneliti mendapatkan informasi tentang kecelakaan kerja yang berakibat fatal seperti cacat permanen bahkan kematian. Selain itu, saat menjalankan tugas di lapangan, pasukan pemadam kebakaran sering mengalami gangguan-gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja tersebut diakibatkan kondisi lingkungan kerja yang memiliki bahaya (hazard) tinggi. Menurut Sherman, kondisi lingkungan kerja (job conditions) merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemberian kompensasi selain tiga faktor lainnya, yaitu kemampuan (skill), usaha (effort) dan tanggungjawab (responsibility) yang diwujudkan dalam kompensasi finansial langsung dan tidak langsung. Saat ini, kompensasi finansial langsung yang diberikan belum disesuaikan dengan tingkat risiko yang terkandung dalam lingkungan kerja. Sedangkan untuk kompensasi finansial tidak 2

3 langsung, pemerintah telah memberikan asuransi kesehatan (ASKES) kepada Pegawai Negeri Sipil (PNS). Akan tetapi, ASKES belum mampu mengcover biaya perawatan yang tinggi untuk pekerjaan dengan tingkat risiko kecelakaan kerja yang sangat tinggi seperti pemadam kebakaran. Pemberian ASKES juga masih terbatas pada pegawai yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) padahal masih ada beberapa pegawai yang belum bersatus PNS. Kondisi demikian bisa menimbulkan tingkat kepuasan kerja pegawai berkurang karena pemberian kompensasi dinilai kurang adil. Dalam suatu pekerjaan, kompensasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menunjang kepuasan dan motivasi kerja. Kepuasan dan motivasi kerja sangat mempengaruhi loyalitas dan kinerja pekerja. Oleh karenanya, pemberian kompensasi harus didesain secara adil sesuai dengan faktor-faktor pekerjaan yang harus dipertimbangkan termasuk pemberian kompensasi atas risiko kerja yang diakibatkan jenis pekerjaan dan kondisi lingkungan kerja. Kompensasi atas risiko kerja harus dihitung secara tepat sebanding dengan tingkat potensi risiko yang diterima pegawai. Besaran kompensasi yang diberikan juga harus memperhatikan kemampuan anggaran Pemeritah Kota Surabaya karena peningkatan kompensasi juga akan meningkatkan pengeluaran Pemerintah. Dengan demikian perlu dilakukan perhitungan atas risiko kerja pegawai pemadam kebakaran yang juga disesuaikan dengan beban anggaran bagi Pemerintah Kota Surabaya. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tugas akhir ini adalah: 1. Mengidentifikasi paparan risiko fisik yang dihadapi pegawai pemadam kebakaran. 2. Mengidentifikasi dampak paparan risiko fisik yang dihadapi pegawai pemadam kebakaran. 3. Melakukan penilaian atas risiko fisik pekerjaan pada tiap jabatan pemadam kebakaran. 4. Menghitung besaran kompensasi finansial langsung atas risiko pemadam kebakaran pada tiap jabatan berdasarkan hasil penilaian risiko dan nilai pengali risiko. 5. Menghitung besaran beban biaya kompensasi atas risiko di Dinas Kebakaran terhadap anggaran pemerintah kota Surabaya. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian Tugas Akhir ini adalah: 1. Memberikan penilaian terhadap risiko pekerjaan pemadam kebakaran pada tiap jabatan. 2. Memberikan rekomendasi besaran kompensasi atas risiko fisik pekerjaan pemadam kebakaran pada tiap jabatan. 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian terdiri dari batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian.batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Jabatan pekerjaan yang diteliti hanya pada Bagian Operasional Dinas Kebakaran Kota Surabaya yang ditugaskan dalam pemadaman kebakaran yang terdiri dari :komandan peleton, komandan regu, anggota pasukan juru padam, juru mudi dan staff operasional khusus yang diterjunkan pada kejadian kebakaran besar. 2. Identifikasi risiko pekerjaan hanya terkait risiko fisik murni yang dihadapi oleh pegawai. 3. Kompensasi yang dihitung hanya berupa kompensasi finansial saja. Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Selama pengamatan tidak terdapat perubahan struktur organisasi, wewenang, dan job description jabatan yang diamati. 2. Kejadian kebakaran tidak berbeda jauh dari tahun sebelumnya. 2. Metodologi Penelitian Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini Metode penelitian terdiri dari tahapantahapan proses penelitian yang dilakukan. Secara umum terdapat empat tahapan yang akan dilakukan yaitu tahap identifikasi permasalahan, tahap pengumpulan dan pengolahan data, tahap analisis dan intrepetasi data, dan tahap kesimpulan dan saran. Tahap Identifikasi masalah dan studi pustaka merupakan tahap awal penelitian. Melalui tahap ini, dilakukan kajian akan permasalahan meliputi pengkajian terhadap 3

4 organisasi Dinas Kebakaran, pengkajian peraturan-peraturan terkait Dinas Kebakaran dan pemberian kompensasi. Proses studi literatur yang dilakukan merupakan prosesng pengkajian dan diskusi mengenai kompensasi, manajemen risiko yang ada dalam buku, penelitian terdahulu, jurnal dan internet. Pemahan yang mendalam terhadap permasalahan dan literatur ini digunakan untuk membangun metodolgi penelitian atau penyelesaian permasalahan. Tahap kedua adalah tahap pengumpulan dan pengolahan data. Data yang dikumpulkan dan diolah terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari observasi, wawancara, pengisian kuesioner dan focus group discussion. Sedangkan data-data sekunder diperoleh dari Dinas Kebakaran, data dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya dan data-data dari sumber atau literatur lainnya. Tahapan ini terdiri dari tahap identifikasi proses bisnis, tahap analisis pekerjaan, tahap identifikasi risiko, tahap analisis risiko, tahap evaluasi risiko, tahap konversi nilai risiko ke perhitungan finansial dan tahap perhitungan beban anggaran pemerintah kota. Tahap analisis dan intepretasi data merupakan penjelasan dan kajian secara mendalam terhadap hasil pengolahan data yang dilakukan pada tahap pengumpulan dan pengolahan data. Tahap akhir dari penelitian ini adalah membuat kesimpulan hasil penelitian dan saran. 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data terkait langkah-langkah penelitian. Data awal yang dikumpulkan mengenai organisasi Dinas Kebakaran Kota Surabaya. Data profil organisasi membantu peneliti memahami objek penelitian lebih mendalam. Data-data profil juga digunakan mendukung perhitungan pada tahapan berikutnya. 5.1 Tahap Identifikasi Proses Bisnis Pemadaman Kebakaran Proses bisnis kegiatan pemadaman kebakaran melibatkan 2 bagian yaitu bagian informasi dan bagian operasional pemadaman. Bagian informasi yang bertanggungjawab petugas piket, sedangkan bagian operasional pemadaman terdiri dari beberapa jabatan yaitu : pasukan juru padam, komandan peleton, komandan regu dan juru mudi. Pada kasus kebakaran besar, Dinas Kebakaran menugaskan staf operasional untuk turut memantau dan membantu pemadaman kebakaran khususnya terkait hal-hal yang sifatnya strategis. Petugas piket bertugas di pos piket di kantor Dinas Pemadaman sedangkan petugas operasional pemadaman bersiaga di tiap UPTD dan Pos Pembantu. Pemberangkatan tim pemadam kebakaran dipimpin kepala peleton dan kepala regu. Tim diangkut di kendaraan pemadam kebakaran yang dikemudikan oleh juru mudi. Juru mudi memiliki tanggungjawab untuk mengantarkan tim pemadam kebakaran agar segera mencapai tempat kejadian kebakaran dengan selamat. Sesampaianya di lokasi kebakaran tim pemadam kebakaran bertugas sesuai peran atau fungsi masing-masing. Komandan peleton bertugas untuk berkordinasi dengan masyarakat sekitar dan pihak-pihak terkait, menganalisis besaran kebakaran untuk dilaporkan melalui radio kepada petugas piket, semua UPTD dan Pos Pembantu. Jika komandan peleton menilai butuh bantuan tim pemadam kebakaran lain maka dia akan melaporkan ke petugas piket. Petugas piket kemudian yang menugaskan UPTD atau Pos Pembantu terdekat untuk memberikan bantuan. Komandan regu bertugas memimpin pasukan di regunya dalam melakukan pemadaman kebakaran. Komandan regu harus berkordinasi dengan komandan peleton dalam mengatur strategi pemadaman kebakaran. Anggota pasukan juru padam pada waktu awal kedatangan langsung menggelar peralatan dan melakukan pemadaman sesuai arahan dari komandan regu atau komandan peleton. Anggota pasukan juru padam bertugas memegang pipa scroll untuk menyemprotkan air di area kebakaran. Juru mudi dalam hal ini bertugas mengoperasikan pompa dan mengatur tekanan pompa. Juru mudi juga bertanggungjawab untuk mencari air di tempat terdekat lokasi kejadian kebakaran. Setelah api berhasil dipadamkan tim pemadam kebakaran kemudian melakukan pembasahan di area kebakaran. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari api tersulut kembali. Komandan peleton harus tetap menjaga komunikasi dengan petugas piket, UPTD dan Pos Pembantu melalui radio dan melaporkan jika kebakaran telah berhasil dipadamkan. Dengan demikian petugas piket bisa mencatat waktu pemadaman dari tiap 4

5 kejadian kebakaran. Jika kegiatan pemadaman dan evakuasi selesai dilakukan maka tim akan membersihkan semua fasilitas, melakukan inventarisasi, mengisi kendaraan dengan bahan bakar dan air sehingga siap untuk digunakan lagi. Untuk mengetahui flowchart proses bisis pemadaman kebakaran bisa dilihat pada lampiran. 5.2 Analisis Pekerjaan Pemadam Kebakaran Analisis pekerjaan dilakukan melalui pengajian job description, observasi dan wawancara dengan tiap jabatan serta menganalisis video kegiatan pemadaman kebakaran yang dilakukan Dinas Kebakaran Surabaya. Proses analisis dimulai dengan identifikasi job description. Berikut ini contoh analisis pekerjaan pada salah satu jabatan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas teknis yang dilakukan. Job description komandan regu : Setiap Dinas pagi, mengawasi, mengecek dan membersihkan semua peralatan perorangan, mobil unit pemadam kebakaran dan mobil rescue.aktivitas teknis dari job description tersebut yaitu : - Mengecheck bahan bakar - Mengecheck air - Mengecheck air radiator - Memanaskan mesin mobil - Mengechek tekanan udara pada ban - Mengecheck perlengkapan pribadi seperti : pakaian tahan panas, helm pelindung, masker, sepatu dll 5.3 Tahap Identifikasi Risiko Pekerjaan Pemadam Kebakaran Risiko pekerjaan pemadam kebakaran diidentifikasikan berdasarkan pada aktivitas teknis pekerjaan dan lingkungan fisik pekerjaan. Risiko yang terkait aktivitas teknis pekerjaan diidentifikasikan berdasarkan proses bisnis dan analisis pekerjaan pada tahap sebelumnya. Sedangkan risiko yang terkait dengan lingkungan kerja diidentifikasikan melalui bantuan ahli Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada aktivitas focus group discussion. Identifikasi risiko dalam hal ini terdiri dari dua tahap yaitu identifikasi paparanpotensi risiko dan identifikasi dampak risiko. Ada 5 jabatan kerja yang akan diidentifikasikan risikonya karena jabatan tersebut diasumsikan memiliki tingkat risiko tinggi. Jabatan tersebut meliputi : komandan peleton, komandan regu, anggota pasukan juru padam, juru mudi dan staf bagian operasional. Paparan risiko yang diidentifikasikan pada pekerjaan operasional pemadam kebakaran merupakan potential hazard yang meliputi physical hazard, chemical hazard, electrical hazard, mechanical hazard dan biological hazard. Sedangkan untuk pshicological hazard dan ergonomic hazard tidak diidentifikasikan karena bukan termasuk paparan risiko fisik murni dari pekerjaan, tetapi ada faktor-faktor personal, tata cara kerja dan teknologi yang juga mempengaruhi munculnya paparan atau potensi risiko tersebut. Bahaya-bahaya (hazards) tersebut mengakibatkan penyakit akibat kerja (occupational desease). Tabel 3.1 berikut ini merupakan hasil identifikasi paparan risiko pada aktivitas pemadaman kebakaran yang dilakukan pegawai operasional Dinas Kebakaran secara umum. Tabel 3.1 Identifikasi paparan risiko No Potensial Identifikasi paparan Hazard risiko 1. Physical Kebisingan Hazard 2. Chemical Hazard 3. Electrical Hazard 4. Mechanic al Hazard 5. Biological Hazard Suhu panas (heat stress) Emisi Gas CO Emisi Gas NO2 Emisi Gas H2S Emisi PCB Emisi Silika Bebas Emisi Hitam/Plumbun Emisi Seng Klorida Emisi gas lain Tersengat aliran listrik Timah Getaran pada scroll selang penyemprot air dan mobil Terpapar bakteri dan parasit Selain berpotensi terpapar bahayabahaya di atas, pekerja operasional juga berpotensi mengalami kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja yang berpotensi terjadi pada kegiatan pemadaman kebakaran meliputi : - Jatuh - Kejatuhan material atau terkena serpihan material - Tersulut api - Tersengat aliran listrik - Tergores atau tertusuk benda tajam - Kecelakaan di perjalanan 5

6 Dampak risiko diidentifikasikan berdasarkan risiko yang diterima dan kondisi lingkungan kerja. Dampak risiko bisa berupa peyakit/gangguan kesehatan dan dampak kecelakaan kerja. Tingkat dampak risiko yang dialami oleh tiap jabatan/unit kerja berbeda tergantung dari job description yang dimiliki. Selain dampak berupa penyakit/gangguan kesehatan, pegawai operasional juga berpotensi mengalami dampak yang diakibatkan kecelakaan kerja. 5.4 Tahap Analisis Risiko Pekerjaan Pemadam Kebakaran Pada tahap analisis risiko dilakukan penilaian terhadap paparan/potensi dan dampak risiko yang sebelumnya sudah diidentifikasi. Pada tahap ini akan disusun kuisioner penilaian risiko. Kuesioner penilaian risiko dibuat berdasarkan hasil identifikasi paparan dan dampak risiko pada tahap sebelumnya. Tahapan penilaian risiko ini berbeda dengan model penilaian risiko pada metode AS/NZS 4360:2004 pada umumnya. Risiko pekerjaan pada kegiatan pemadaman memiliki karakteristik yang unik sehingga perlu dikembangkan model penilaian yang lain. Pada penelitian ini, ada dua kuesioner yang dibuat. Kuesioner pertama merupakan kuesioner penilaian paparan/potensi risiko. Hasil pengolahan data pada kuesioner pertama digunakan untuk menyusun kuesioner ke dua yaitu kuesioner penilaian likelihood dampak risiko. Penilaian paparan/potensi risiko dihitung dengan mengalikan tingkat paparan/potensi risiko (level of occurance) dengan frekuensi terpapar risiko. Penilaian level of occurance dilakukan oleh ahli (expert judgment) dalam hal ini dilakukan oleh kepala bagian operasional Dinas Kebakaran. Sedangkan untuk frekuensi terpapar/ terkena potensi risiko diisi berdasarkan data kegiatan pemadaman kebakaran yang dilakukan selama satu tahun. Data yang digunakan adalah data pemadaman kebakaran tahun Pada kuesioner penilaiaan paparan/potensi risiko, tingkat paparan/potensi yang terjadi diklasifikasikan menjadi 5, berdasarkan tingkat potensi bahaya kebakaran sesuai Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomer 186 tahun 1999 yaitu : bahaya kebakaran ringan, bahaya kebakaran sedang I, bahaya kebakaran sedang II, bahaya kebakaran sedang III dan bahaya kebakaran berat. Database yang dimiliki oleh Dinas Kebakaran Kota Surabaya tidak menggunakan klasifikasi di atas. Dinas Kebakaran Kota Surabaya melakukan pendataan kebakaran atas 5 klasifikasi yaitu: bangunan perumahan, bangunan umum, bangunan industri, kendaraan dan lain-lain. Klasifikasi yang digunakan oleh Dinas Kebakaran Surabaya tidak digunakan sebagai skema penilaian risiko karena klasifikasi tersebut tidak menunjukkan tingkat bahaya. Oleh karenanya pada penilaian paparan risiko, peneliti memilih menggunakan klasifikasi kebakaran berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomer 186 tahun Kelemahan dari penggunaan klasifikasi ini adalah data yang akan dimasukkan sebagai frekuensi harus diasumsikan. Data kebakaran pada bangunan perumahan, bangunan umum, kendaraan dan lain-lain diasumsikan merupakan jenis kebakaran berbahaya ringan. Sedangkan untuk data kebakaran pada industri dibagi rata dalam klasifikasi bahaya kebakaran sedang I, bahaya kebakaran sedang II, bahaya kebakaran sedang III dan bahaya kebakaran berat. Berikut ini proses penilaian paparan/potensi risiko yang dilakukan :... (3.1) Keterangan : Li : level of occurrence (tingkat paparan/potensi risiko) yang dinilai oleh ahli Xi : jumlah kejadian kebakaran pada jenis bahaya kebakaran i pada jangka waktu satu tahun X : total kejadian kebakaran pada jangka waktu satu tahun... (3.2) Keterangan : Nilai dampak paparan risiko bukan menunjukakan nilai consequences. Nilai ini hanya digunakan untuk men-generate dampak yang memiliki kemungkinan besar muncul yaitu dipilih 10 dampak dengan nilai gabungan tertinggi. Nilai gabungan merupakan akumulasi nilai pada dampak yang sama dari paparan risiko yang berbeda. 6

7 Tabel 3.2 berikut menunjukkan hasil penilaian paparan risiko jabatan pekerjaan komandan peleton : Tabel 3.2 Penilaian paparan risiko komandan peleton KOMANDAN PELETON Penilaian level of occurance Hasil kali dengan faktor pengali Ratarata No Jenis Paparan/ Resiko Klasifikasi Potensi Bahaya Kebakaran Klasifikasi Potensi Bahaya Kebakaran Ringan Sedang I Sedang II Sedang III Berat Ringan Sedang I Sedang II Sedang III Berat Nilai Emisi Gas SO Emisi Pb (timbal) Emisi Silika bebas (debu) Emisi H2S Paparan Emisi CO Gabungan Emisi NO yang Emisi Timah Hitam/Plumbum Terhirup Emisi Seng Klorida (ZnCl2) PCB (terkandung dalam tiner, cat, plastik, kertas dll) Lainnya tidak terdefinisi 2 Vibrasi/ Getaran tubuh sebagian diakibatkan Kebisingan Heat stress (paparan panas) Bakteri dan parasit Tersulut Api Tergores atau tertusuk benda tajam Kejatuhan/terkena material Jatuh Tersengat aliran listrik Kecelakaan pada waktu perjalanan Lainnya (disebutkan jika ada) tidak terdefinisi Dampak gabungan diidentifikasikan dari pengakumulasian poin dampak paparan/potensi risiko. Poin dampak risiko diambil dari nilai paparan pada kuesioner I. Dari hasil akumulasi tersebut, dampak gabungan risiko diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : dampak penyakit/gangguan kesehatan akibat kerja, dan dampak yang diakibatkan kecelakaan kerja. Berikut tabel 3.3 dan tabel 3.4 hasil dampak gabungan. Tabel 3.3 Dampak penyakit/gangguan kesehatan akibat kerja No 1 Penyakit/Gangguan Kesehatan yang Dialami Gangguan pernafasan kronis : iritasi pada hidung dan tenggorokan, flu, batuk, syaraf pembau terganggu, batuk berdahak, radang saluran pernafasan, dada terasa sakit/nyeri sementara, pernafasan tersengal-sengal Gangguan pernafasan akut : sesak nafas, batuk parah (menahun), kerusakan permanen syaraf pembau, 2 pendarahan pada saluran pernafasan,batuk darah, infeksi dan peradangan pada paru-paru, bronkitis Sakit kepala, pusing, gangguan konsentrasi, gangguan tidur 3 (insomnia) 4 Iritasi pada kulit, gatal-gatal pada kulit 5 Kelelahan, tegang pada otot dan badan terasa lemah 6 Iritasi pada mata, sakit pada mata Gangguan pencernaan : mual, muntah, gangguan 7 metabolisme 8 Nafsu makan berkurang, berat badan menurun 9 Kehilangan kesadaran, pingsan 10 Gangguan pada jantung 11 Demam, peningkatan suhu badan No Tabel 3.4 Dampak kecelakaan kerja Luka ringan yang diakibatkan kecelakaan pada waktu 1 bekerja, cukup dengan pertolongan pertama Luka sedang yang diakibatkan kecelakaan pada waktu 2 bekerja, perlu mendapatkan perawatan medis Luka parah yang diakibatkan kecelakaan pada waktu 3 bekerja, perlu mendapatkan perawatan medis yang serius, waktu pemulihan lama Luka sangat parah yang diakibatkan kecelakaan pada 4 waktu bekerja, mengakibatkan cacat atau tidak berfungsinya bagian tubuh tertentu 5 Kecelakaan yang berakibat kematian Tersengat listrik yang berakibat sensasi kejut terasa 6 namun tidak menyakitkan dan tidak menyebabkan hilangnya kendali atas otot ( 1-8 ma) Tersengat listrik yang berakibat sensasi kejut terasa 7 menyakitkan namun tidak menyebabkan hilangnya kendali atas otot ( 8-15 ma) Tersengat listrik yang berakibat sensasi kejut terasa 8 menyakitkan dan menyebabkan hilangnya kendali atas otot serta susah bernafas ( ma) Tersengat listrik yang berakibat sensasi kejut terasa menyakitkan, disertai dengan kontraksi pada otot serta 9 menyebabkan hilangnya kendali atas otot ( ma) Tersengat listrik yang berakibat terjadinya VF (kontraksi pada otot cardiac dari ventrikel) pada 10 jantung dan menyebabkan kematian. Selain itu juga menyebabkan kantraksi otot dan kerusakan syaraf ( ma) 11 Dampak Kecelakaan Kerja yang Terjadi Tersengat listrik yang berakibat korban terbakar hebat dan berkontraksinya otot. Korban tidak mungkin dapat bernafas selama mengalami kejutan (di atas 200 ma) 7

8 Penilaian consequence menunjukkan tingkat keparahan dampak. Sebelum dilakukan penilaian consequence dilakukan terlebih dahulu pendefinisian kategori consequence. Kategori consequence dihasilkan dari diskusi pada FGD 1 dengan pakar K3. Dari hasil diskusi tersebut ditetapkan 5 kategori consequence sesuai model AS/NZS 4360:2004. Penilaian kategori didasarkan pada waktu recovery setelah mengalami gangguan kesehatan atau kecelakaan kerja. Tabel 3.5 Kategori penilaian consequence Skala Nilai Sebutan Penjelasan Skala Penilaian 1 Insignificant Waktu recovery kurang dari 1 hari 2 Minor Waktu recovery lebeih dari 1hari hingga 1 minggu 3 Moderate Waktu recovery lebih dari 1 minggu hingga 1 bulan 4 Major Waktu recovery lebih dari 1 bulan hingga 3 bulan Waktu recovery lebih dari 3 5 Catasthropic bulan atau bahkan tidak tertolong. Penilaian likelihood dilakukan oleh staf bagian operasional Dinas Kebakaran Kota Surabaya yang biasa turun di lapangan. Penilaian dilakukan terhadap tiap jabatan yang bertugas di lapangan berdasarkan kategori likelihood. Kategori likelihood yang digunakan ada 2 macam yaitu kategori likelihood untuk dampak penyakit/gangguan kesehatan akibat kerja, dan kategori likelihood untuk kecelakaan kerja. Kategori tersebut didiskusikan dengan pakar K3. Kedua kategori tersebut dibedakan karena mempunyai karakteristik bahaya yang berbeda. Berikut tabel 3.6 menunjukkan kategori penilaian likelihood dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan : Tabel 3.6 Kategori penilaian likelihood dampak risiko penyakit/gagguan kesehatan Skala Nilai Sebutan Penjelasan Skala Penilaian Penyakit/gangguan kesehatan mungkin 1 Rare terjadi pada pegawai dalam kurun waktu 10 tahun bekerja Penyakit/gangguan kesehatan mungkin 2 Unlikely terjadi pada pegawai dalam kurun waktu 1 tahun bekerja Penyakit/gangguan kesehatan mungkin 3 Possible terjadi pada pegawai dalam kurun waktu 6 bulan bekerja Tabel 3.6 Kategori penilaian likelihood dampak risiko penyakit/gagguan kesehatan (lanjutan) Skala Nilai Sebutan Penjelasan Skala Penilaian Penyakit/gangguan kesehatan mungkin 4 Likely sekali terjadi pada pegawai dalam kurun waktu 1 bulan bekerja Penyakit/gangguan kesehatan hampir 5 Almost Certain pasti terjadi pada pegawai setiap menjalankan tugas pemadaman kebakaran Berikut ini tabel 3.7 menunjukkan kategori penilaian likelihood dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan : Tabel 3.7 Kategori penilaian likelihood dampak risiko kecelakaan kerja Skala Nilai Sebutan Penjelasan Skala Penilaian Kejadian tersebut sangat jarang terjadi, 1 Rare tidak pernah terjadi selama 10 tahun terakhir Kejadian tersebut jarang terjadi, mungkin 2 Unlikely hanya 1 kali selama 10 tahun terakhir 3 Possible 4 Likely 5 Almost Kejadian tersebut mungkin terjadi 1 kali selama 1 tahun Kejadian tersebut mungkin sekali terjadi 1 kali selama 1 bulan Kejadian hampir pasti terjadi setiap bertugas memadamkan kebakaran 5.5 Tahap Evaluasi Risiko Ada dua tahapan utama dalam proses ini, yaitu tahap perhitungan nilai risiko dan tahap pemetaan risiko ke dalam peta risiko (risk map). Penghitungan nilai risiko dilakukan setelah mengetahui nilai likelihood dan consequences dari masing-masing dampak risiko. Penilaian risiko dilakukan dengan mengalikan nilai consequence dengan nilai likelihood. Nilai risiko dari masing-masing dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan dapat dilihat pada tabel 3.8 di bawah ini : No Tabel 3.8 Penilaian dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan Penyakit/Gangguan Kesehatan yang Dialami 1 Gangguan pernafasan kronis : iritasi pada hidung dan tenggorokan, flu, batuk, syaraf pembau terganggu, batuk berdahak, radang saluran pernafasan, dada terasa sakit/nyeri sementara, pernafasan tersengal-sengal 2 Gangguan pernafasan akut : sesak nafas, batuk parah (menahun), kerusakan permanen syaraf pembau, pendarahan pada saluran pernafasan,batuk darah, infeksi dan 3 Sakit kepala, pusing, gangguan konsentrasi, gangguan tidur (insomnia) Nilai Risiko KP KR AP JM SO

9 Tabel 3.8 Penilaian dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan (lanjutan) No Penyakit/Gangguan Kesehatan yang Nilai Risiko Dialami KP KR AP JM SO 4 Iritasi pada kulit, gatal-gatal pada kulit Kelelahan, tegang pada otot dan badan Iritasi pada mata, sakit pada mata Gangguan pencernaan : mual, muntah, Nafsu makan berkurang, berat badan menur Kehilangan kesadaran, pingsan Gangguan pada jantung Demam, peningkatan suhu badan Total nilai risiko Nilai risiko dari masing-masing dampak risiko kecelakaan kerja dapat dilihat pada tabel 3.9 di bawah ini : Tabel 3.9 Penilaian dampak risiko kecelakaan kerja No Dampak Kecelakaan Kerja yang Nilai Risiko Terjadi KP KR AP JM SO 1 Luka ringan yang diakibatkan kecelakaan pada waktu bekerja, cukup dengan pertolongan pertama 2 Luka sedang yang diakibatkan kecelakaan pada waktu bekerja, perlu mendapatkan Luka parah yang diakibatkan kecelakaan pada waktu bekerja, perlu mendapatkan perawatan medis yang serius, waktu 4 Luka sangat parah yang diakibatkan kecelakaan pada waktu bekerja, mengakibatkan cacat atau tidak 5 Kecelakaan yang berakibat kematian Tersengat listrik yang berakibat sensasi kejut terasa namun tidak menyakitkan dan tidak menyebabkan hilangnya kendali atas Tersengat listrik yang berakibat sensasi kejut terasa menyakitkan namun tidak menyebabkan hilangnya kendali atas otot ( 8 Tersengat listrik yang berakibat sensasi kejut terasa menyakitkan dan menyebabkan hilangnya kendali atas otot 9 Tersengat listrik yang berakibat sensasi kejut terasa menyakitkan, disertai dengan kontraksi pada otot serta menyebabkan Tersengat listrik yang berakibat terjadinya VF (kontraksi pada otot cardiac dari ventrikel) pada jantung dan menyebabkan kematian. Selain itu juga 11 Tersengat listrik yang berakibat korban terbakar hebat dan berkontraksinya otot Korban tidak mungkin dapat bernafas Total nilai risiko Penilaian risiko pada table di atas dilakukan kepada 5 jabatan. Inisial KP merupakan komandan peleton, inisial KR merupakan komandan regu, inisial AP merupakan anggota pasukan juru padam, inisial JM merupakan juru mudi dan inisial SO merupakan staf operasional yang membantu kegiatan pemadaman kebakaran di lapangan. Peta risiko dibuat berdasarkan hasil dari pernghitungan nilai likelihood, consequences dan tingkat risiko pada masingmasing potensi risiko. Peta risiko dibuat pada tiap jabatan sesuai standar AS/ NZS Pada peta risiko, dampak penyakit/gangguan kesehatan diberikan identitas dengan huruf A, sedangkan dampak risiko kecelakaan kerja diberikan identitas dengan huruf B. Kemudian angka setelah inisial huruf A atau B menunjukkan jenis dampak sesuai tabel 3.3 dan tabel 3.4 di atas. Berikut peta risiko komandan peleton ditunjukkan gambar 3.1. Likelihood Almost Certain 5 A11 A1, A3, A4, A5, A6, A7, B1 Likely 4 A8 Possible 3 A9, B6 B7 B2 A2, B3 A10 Unlikely 2 B8 B9 B4 Rare 1 B5, B10, B Insignificant Minor Moderate Major Catasthropic Consequences Gambar 3.1 Peta risiko komandan peleton Dari peta risiko komandan peleton di atas maka berikut gambar 3.2 menunukkan proporsi dari tiap tingkat risiko. 9% PETA RISIKO KOMANDAN PELETON Keterangan : Extreme risk Hight risk Moderate risk Low risk A : Risiko penyakit/gangguan kesehatan akibat kerja B : Risiko kecelakaan kerja Proporsi kategori risiko kerja komandan peleton 9% 64% 18% Extreme risk Hight risk Medium risk Low risk Gambar 3.2 Proporsi kategori risiko kerja komandan peleton Semua jabatan digambarkan dalam peta risiko di atas untuk mengetahui gambaran dari risiko yang dihadapi oleh tiap jabatan. 5.6 Tahap Konversi Nilai Risiko ke Dalamn Ukuran Finansial Mekanisme pengkorvesian risiko ke dalam satuan finansial ditentukan melalui kajian dan diskusi dengan pakar yang 9

10 dilakukan pada FGD 2. Pada tahap ini peneliti ingin merancang sebuah metodologi perhitungan kompensasi atas risiko. Selanjutnya dilakukan perhitungan kompensasi pada tiap jabatan. FGD 2 dilaksanakan untuk mendiskusikan pengkonversian risiko kerja dalam bentuk kompensasi financial langsung. Kegiatan FDG 2 yang diadakan peneliti dihadiri oleh ahli dalam bidang human resouces management dan ahli dalam bidang administrasi kesehatan. Selain dari ahli, FGD 2 juga dihadiri perwakilan Dinas Kebakaran Surabaya dari Bagian Operasional dan juga dari Bappeko bagian Bina Sarana yang menangani masalah anggaran. Dari diskusi dengan pakar, penyakit yang diakibatkan kerja bisa dihitung nilai rataan finansialnya. Biaya pengobatan tersebut bisa berupa biaya pengobatan inap atau biaya pengobatan jalan. Biaya-biaya tersebut diatur dalam daftar tarif tiap diagnosa RS Umum dan Khusus kelas C dan D. Besaran kompensasi risiko kesehatan yang diderita pegawai bisa dengan mengkonversi besaran risiko ke dalam satuan finansial berdasarkan daftar tersebut. Biaya kompensasi risiko gangguan kesehatan bisa diberikan secara anual dengan asumsiasumsi tertentu. Untuk kasus kecelakaan kerja sebaiknya perusahaan atau organisasi memiliki asuransi kerja apalagi untuk pekerjaan yang berisiko tinggi. 3.7 Perhitungan Nilai Finansial Atas Risiko Berdasarkan Konsep Hazard Pay Pengkonversian risiko kerja ke dalam satuan financial merupakan konsep hazard pay. Hazard pay merupakan bayaran tambahan untuk melakukan tugas berbahaya atau pekerjaan yang melibatkan penderitaan fisik. Konsep hazard pay menilai ketidaknyamanan fisik ekstrim dan bahaya pada pekerjaan tidak cukup diatasi dengan perangkat pelindung. Pekerja atau pegawai seharusnya diberikan bayaran (kompensasi) atas ketidaknyamanan fisik ektrim dan bahaya. Perhitungan hazard pay atas risiko kerja pemadam kebakaran dihitung melalui pendekatan biaya perawatan yang diberikan atas penyakit tertentu yang merupakan dampak risiko kerja. Biaya perawatan yang digunakan acuan yaitu tarif perawatan jalan rumah sakit kelas C dan D sesuai standar INA DRG. Berikut ini langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung kompensasi atas risiko kerja : 1. Dampak risiko yang dihitung nilai kompensasinya adalah dampak penyakit/gangguan kesehatan akibat kerja pada level extreme risk, high risk dan medium risk. Dampak kecelakaan kerja tidak dihitung nilai kompensasinya karena kompensasi kecelakaan kerja bukan berupa kompensasi langsung tetapi merupakan kompensasi tidak langsung yang harus dimasukkan dalam asuransi kecelakaan kerja. 2. Pengenaan tarif perawatan pada dampak penyakit dihitung berdasarkan nilai ratarata tarif perawatan jalan pada klasifikasi dampak yang sama (di lampiran). 3. Pemberian kompensasi atas risiko diklasifikasikan berdasarkan kategori likelihood dampak risiko yang telah didefinisikan sebelumnya. 4. Kompensasi yang diberikan untuk dampak risiko kategori likelihood almost certain (K5), dihitung dengan rumus berikut : Asumsi : - Pemberian kompensasi hanya diberikan pada dampak penyakit yang memiliki tarif perawatan tertinggi dan dianggap telah mewakili biaya perawatan untuk penyakit lain yang tiap kejadian kebakaran. - Rata-rata kebakaran adalah 295 kejadian disesuaikan dengan rata-rata kejadian kebakaran antara tahun Kompensasi yang diberikan untuk dampak risiko kategori likelihood likely (K4), dihitung dengan rumus berikut :...(3.3)... (3.4) Asumsi : - Pemberian kompensasi hanya diberikan pada dampak penyakit yang memiliki tarif perawatan tertinggi dan dianggap telah mewakili biaya perawatan untuk penyakit lain dalam waktu sebulan. 6. Kompensasi yang diberikan untuk dampak risiko kategori likelihood 10

11 possible (K3), dihitung dengan rumus berikut :... (3.5) 7. Kompensasi yang diberikan untuk dampak risiko kategori likelihood unlikely (K2), dihitung dengn rumus berikut :... (3.6) 8. Kompensasi yang diberikan untuk dampak risiko kategori likelihood rare (K1), dihitung dengn rumus berikut :... (3.7) Perhitungan kompensasi dilakukan pada tiap jabatan. Berikut ini hasil perhitungan besaran kompensasi atas risiko kerja pada jabatan komandan peleton : Tabel 3.10 Perhitungan kompensasi atas risiko komandan peleton No Penyakit/Gangguan Kesehatan yang Dialami Likelihood Koefisien Penyakit pengali Kompensasi Gangguan pernafasan kronis : iritasi pada hidung dan 1 tenggorokan, flu, batuk, syaraf pembau terganggu, batuk berdahak, radang saluran pernafasan, dada terasa Rp 65,457 sakit/nyeri sementara, pernafasan tersengal-sengal 3 Sakit kepala, pusing, gangguan konsentrasi, gangguan tidur (insomnia) Rp 69,620 4 Iritasi pada kulit, gatal-gatal pada kulit Rp 62,061 Rp 448,271 5 Kelelahan, tegang pada otot dan badan terasa lemah Rp 72,939 6 Iritasi pada mata, sakit pada mata Rp 62,061 7 Gangguan pencernaan : mual, muntah, gangguan metabolisme Rp 69, Demam, peningkatan suhu badan Rp 62,061 8 Nafsu makan berkurang, berat badan menurun Rp 72,728 Rp 72,728 2 Gangguan pernafasan akut : sesak nafas, batuk parah (menahun), kerusakan permanen syaraf pembau, pendarahan pada saluran pernafasan,batuk darah, infeksi dan peradangan pada paru-paru, bronkitis Kompensasi Total Rp 72,540 Rp 12, Gangguan pada jantung Rp 110,752 Rp 18,459 TOTAL KOMPENSASI ATAS RISIKO/BULAN Rp 551, Perhitungan Beban Kompensasi Atas Risiko Bagi Pemerintah Kota Setelah melakukan perhitungan kompensasi finansial langsung atas risiko kerja, dilakukan perhitungan beban anggaran bagi Pemerintah Kota Surabaya. Perhitungan ini digunakan sebagai acuan Pemerintah Kota untuk membuat kebijakan dalam pemberian kompensasi khususnya bagi pekerjaan berisiko tinggi seperti Dinas Kebakaran. Data personel pemadam kebakaran menggunakan data pada bulan Oktober 2010 dan diasumsikan tidak mengalami perubahan. Kemuidan, beban anggaran Pemerintah Kota atas kompensasi risiko kerja dihitung selama 5 tahun dengan asumsi tingkat inflasi sama tiap tahun yaitu 7%. Berikut tabel 3.11 menunjukkan total biaya kompensasi atas risiko di Dinas Kebakaran Kota Surabaya hingga 5 tahun ke depan : Tabel 3.11 Perhitungan beban kompensasi atas risiko pegawai pemadam kebakaran No Jabatan Jumlah Kompensasi atas Beban anggaran (bunga 7%) personil risiko (Rp) Komandan Peleton 24 Rp 551,547 Rp 13,237,133 Rp 14,163,732 Rp 15,155,193 Rp 16,216,057 Rp 17,351,181 2 Komandan Regu 60 Rp 551,547 Rp 33,092,832 Rp 35,409,330 Rp 37,887,983 Rp 40,540,142 Rp 43,377,952 3 Anggota Pasukan Juru Padam 162 Rp 551,547 Rp 89,350,646 Rp 95,605,191 Rp 102,297,555 Rp 109,458,383 Rp 117,120,470 4 Juru Mudi 60 Rp 536,593 Rp 32,195,589 Rp 34,449,280 Rp 36,860,730 Rp 39,440,981 Rp 42,201,850 5 Staff Operasional 50 Rp 514,458 Rp 25,722,877 Rp 27,523,478 Rp 29,450,121 Rp 31,511,630 Rp 33,717,444 Beban biaya kompensasi atas risiko/tahun Rp 193,599,076 Rp 207,151,012 Rp 221,651,582 Rp 237,167,193 Rp 253,768,897 11

12 4. Analisis dan Interpretasi Data 4.1 Analisis Proses Bisnis Kegiatan Pemadaman Kebakaran Identifikasi proses bisnis dilakukan untuk menggambarkan aktivitas atau proses pekerjaan pemadam kebakaran. Penggambaran tersebut digunakan untuk mengidentifikasi paparan potential hazard pekerjaan pada tiap unit atau jabatan. Dari penggambaran proses bisnis pada lampiran, kegiatan pemadaman kebakaran melibatkan petugas piket dan pemadam kebakaran yang berada di UPTD dan Pos pembantu. Dalam kondisi kebakaran besar, kegiatan pemadaman kebakaran juga dibantu oleh staf operasional. Proses bisnis kegiatan kebakaran meliputi aktivitas-aktivitas prosedural dalam memadamkan kebakaran. Aktivitas prosedural tersebut bisa menunjukkan potensi bahaya yang bisa dialami dari aktivitas tersebut melalui job analysis. 4.2 Analisis Penilaian Risiko Kerja Pemadam Kebakaran Tahapan penilaian risiko kerja dimulai dengan membangun konteks risiko yang akan diteliti. Konteks ini merupakan batasan dalam mengidentifikasi risiko. Konteks pertama, paparan potential hazard yang diidentifikasikan berupa risiko fisik murni. Konteks ini perlu dibangun guna menghindari perbedaan persepsi terhadap risiko yang dibahas. Konteks risiko fisik murni merupakan risiko yang bukan hanya ditimbulkan faktor internal pekerja atau lebih karena lingkungan kerja fisik. Dengan demikian, bisa dijadikan acuan pemberian kompensasi. Konteks kedua, dampak yang dihasilkan paparan potential hazard diklasifikasikan menjadi dua yaitu berupa penyakit/gangguan kesehatan akibat kerja dan dampak kecelakaan kerja.konteks kedua ini menunjukkan bahwa dampak yang ditimbulkan karena akumulasi paparan potential hazard atau dampak yang diakibatkan karena kecelakaan. Akumulasi paparan potential hazard, misalkan menghirup asap dalam kadar tertentu akan mengakibatkan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut bisa diduga atau diperkirakan sebelumnya. Sedangkan dalam konteks kecelakaan kerja, dampak yang terjadi bukanlah hasil akumulasi paparan potential hazard akan tetapi bersifat insidentil atau tidak terduga. Paparan potential hazard diakibatkan dari lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan bahaya (potential hazard). Bahaya pada lingkungan kerja pemadam kebakaran tidak bisa diketahui dengan pasti. Langkah yang bisa dilakukan adalah memprediksi adanya potential hazard. Potential hazard yang bisa terpapar pada pegawai pemadam kebakaran bisa berupa physical hazard, chemical hazard, electrical hazard, mechanical hazard dan biological hazard. Penilaian paparan potential hazard dilakukan di tiap klasifikasi kebakaran. Penilaian menggunakan skala likert (1-5) yang menunjukkan tingkat paparan potential hazard. Penilaian ini dilakukan oleh ahli (kepala bagian operasional Dinas Kebakaran) pada kuesioner penilaian. Hasil penilaian pada pada tiap klasifikasi kebakaran tersebut dikalikan proporsi kejadian pada klasifikasi tersebut. Hasil kali tersebut kemudian diakumulasikan menjadi nilai paparan potential hazard tersebut. Nilai paparan potential hazard yang dihasilkan dari proses perhitungan tersebut dijadikan poin atas dampak yang dihasilkan dari potential hazard tersebut. Poin dampak di sini bukan menunjukkan nilai keparahan dari dampak ataupun tingkat keseringan dari dampak tersebut. Poin tersebut hanya dipakai untuk men-generate dampak gabungan. Dampak yang memiliki kesamaan atau kemiripan jenis penyakit digabungkan menjadi satu dan poinnya diakumulasikan. Dampakdampak gabungan tersebut diurutkan berdasarkan poin gabungan. Dampak yang memiliki poin gabungan tertinggi dijadikan input dampak risiko yang akan dinilai dalam kuesioner penilaian risiko. Penilaian dampak risiko dilakukan dengan mengalikan consequence dengan likelihood. Dari kategori consequence dan likelihood dihasilkan pemetaan risiko. Dari intepretasi pemetaan risiko di atas, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan pemadam kebakaran dengan jabatan anggota pasukan juru padam memiliki tingkat risiko tertinggi. Meskipun demikian, risiko yang dihadapi oleh anggota pasukan juru padam dengan komandan peleton, komandan regu tidaklah jauh berbeda. Sedangkan untuk jabatan juru mudi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dan disusul staf operasional dengan tingkat risiko terendah. 12

13 Peta risiko biasanya digunakan sebagai dasar melakukan mitigasi. Karena penelitian ini bertujuan untuk menentukan kompensasi maka peta risiko digunakan untuk menentukan jenis risiko yang dikompensasi. Kebijakan pemberian kompensasi finansial diberikan untuk extreme risk dan high risk dan medium risk sedangkan untuk low risk tidak dikompensasi. 4.3 Analisis Konversi Nilai Risiko ke Dalam Ukuran Finansial Besaran finansial yang dihasilkan ternyata jauh lebih besar daripada kopensasi saat ini yang diberikan atas faktor tuntutan fisik dan lingkungan kerja. Perbedaan yang cukup tinggi tersebut dikarenakan mekanisme perhitungan yang memang sangat berbeda. Perhitungan yang dilakukan pada penelitian ini mengacu pada besaran perawatan jalan yang diberikan atas munculnya dampak penyakit yang muncul sesuai tingkat keseringannya. Di sisi lain, perhitungan existing didasarkan pada klasifikasi yang sifatnya umum. Keunggulan metode perhitungan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ketelitian perhitungan yang didasarkan pada dampak risiko yang dialami oleh pegawai. Dengan ketentuan tersebut maka jabatan yang memiliki perbedaan dampak risiko akan mendapatkan perbedaan nilai kompensasi. Dengan demikian, pasti akan terjadi margin pada tiap jabatan yang berbeda dampak risikonya. 4.4 Analisis Beban Kompensasi Atas Resiko Bagi Anggaran Pemerintah Kota Surabaya Dengan perubahan nilai kompensasi atas risiko kerja maka akan mengubah beban anggaran bagi Pemerintah Kota Surabaya. Setelah dilakukan perhitungan, nilai kompensasi atas risiko kerja yang dihitung lebih tinggi daripada nilai kompensasi atas risiko kerja existing. Perbedaan yang terjadi cukup besar sehingga jika model perhitungan kompensasi atas risiko ini diberlakukan akan menambah beban anggaran Pemerintah Kota Surabaya. Besaran beban anggaran yang terjadi pada lima tahun ke depan telah dihitung pada tabel 4.39 dengan asumsi tidak ada perubahan organisasi dan nilai bunga tetap yaitu 7%. Jika skenario perhitungan kompensasi atas risko kerja ini diaplikasikan di Dinas Kebakaran maka Pemerintah Kota Surabaya pada tahun 2011 harus menambah anggaran sebesar Rp ,- dari anggaran sebelumnya yang untuk alokasi yang sama sebesar Rp ,-. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat ditarik sesuai dengan tujuan penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Paparan risiko pekerjaan pemadam kebakaran berupa potential hazard yang meliputi kebisingan, heat stress, gas dan partikel berbahaya pada udara (CO, NO2, H2S, PCB, Silica bebas, Pb, ZnCl dan lainlain), aliran arus listrik, getaran pada mobil dan scroll selang, bakteri dan parasit. Potensi risiko kecelakaan meliputi jatuh, kejatuhan material, tersulut api, tersengat listrik, tergores atau tertusuk benda tajam dan kecelakaan di perjalanan. 2. Dampak risiko pekerjaan pemadam bisa berupa dampak penyakit/gangguan kesehatan akibat kerja dan dampak kecelakaan kerja. 3. Hasil penilaian dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan pada jabatan komandan peleton, komandan regu dan anggota pasukan juru padam memiliki nilai sama. Jabatan juru mudi memiliki nilai dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan yang lebih rendah dan disusul jabatan staf operasional. Hasil penilaian dampak risiko kecelakaan kerja menunjukkan jabatan anggota pasukan juru padam memiliki nilai tertinggi disusul jabatan komandan peleton dan komandan regu dengan nilai yang sama, selanjutnya juru mudi dan staf operasional. 4. Kompensasi finansial langsung diberikan untuk dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan sedangkan dampak risiko kecelakaan kerja dikompensasi dengan asuransi atau Jamsostek. Hasil perhitungan kompensasi langsung atas tiap jabatan pemadam kebakaran adalah ; komandan peleton, komandan regu dan anggota pasukan juru padam memiliki nilai kompensasi yang sama yaitu Rp ,-, juru mudi memiliki nilai kompensasi Rp ,- dan staf operasional memiliki nilai kompensasi Rp ,-. 5. Besar beban biaya kompensasi atas risiko pegawai pemadam kebakaran selama lima tahun ke depan dengan asumsi tidak ada perubahan organisasi dan bunga 7% adalah 13

14 Rp (tahun 2011), Rp ,- (tahun 2012), Rp ,- (tahun 2013), Rp ,- (tahun 2014), dan Rp ,- (tahun 2015). 5.2 Saran Berikut ini adalah saran dan rekomendasi : 1. Dinas Kebakaran Kota Surabaya sebaiknya memiliki data kesehatan pegawai pemadam kebakaran. Data tersebut digunakan sebagai dasar penilaian risiko untuk tahun berikutnya sehingga penilaian yang dilakukan lebih tepat. 2. Dinas Kebakaran Kota Surabaya sebaiknya melindungi pegawainya dengan jaminan sosial tenaga kerja atau asuransi sejenis yang bisa mengcover pegawai jika terjadi kecelakaan kerja yang tidak diinginkan. 3. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan benchmark antar metode pemeberian kompensasi atas risiko sehingga bisa diketahui keunggulan dan kelemahan anatar metode pemberian kompensasi. 4. Perlu dilakukan kajian lebih mendalam tentang pengkonversian risiko pekerjaan ke dalam kompensasi finansial langsung. 6. Daftar Pustaka Council Risk Management Standard AS/NZS4360:2004. Council of Standards Australia and Council of Standards New Zaeland : Australia. Dix A, Errington M, Nicholson K, Powe R Law for the medical profession in Australia. 2 nd ed. Butterworth-Heinemann : Australia. Djohanputro, B Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. PPM : Jakarta. Hamzah, Ilham dan Lenni C.A Aplikasi Manajemen Risiko AS/NZS 4360:2004 pada PT. Raharja Sinergi Komunikasi. Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Industri ITS Surabaya. Hanafi, M. M Manajemen Risiko Edisi Kedua. UPP STIM YKPN : Yogyakarta. Harper, D Introduction to Value at Risk (VaR). Investopedia : London. kompensasi.htm. Diakses pada 12 Januari penyakitakibatkerja.htm. Diakses pada 12 Januari Diakses pada 12 Januari Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum RI No 11 tahun 2000 tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran di Perkotaan. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia RI No 10 tahun 2000 tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No 186 tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja. Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tertanggal 27 Februari 1993 tentang Penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Krueger, R.A Focus Group A Practical Guide for Applied Research. Sage Publications : London. Mangkunegara, A.A.A.P Evaluasi Kinerja SDM. Refika Aditama : Bandung. Muslich, M Manajemen Risiko Operasional, Teori & Praktik. Bumi Aksara : Jakarta. Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Jabatan dalam Rangka Penyusunan Struktur Gaji Pegawai Negeri Berbasis Kinerja dan Sistem Merit, Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Peraturan Daerah Kota Surabaya No 7 tahun 2009 tentang Bangunan. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 16 tahun 2009 tentang Standar Kualifikasi Aparatur Pemadam Kebakaran di Daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 62 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pemerintahan Dalam Negeri di Kabupaten/Kota. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20 tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 25 tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No Per-01/MEN/1981 tertanggal 4 April 1981 tentang Kewajiban melaporkan penyakit akibat kerja. 14

SIDANG PENELITIAN TUGAS AKHIR

SIDANG PENELITIAN TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA SIDANG PENELITIAN TUGAS AKHIR ARIE ANDRIYAN 2506 100 174 Dosen Pembimbing Dr. Maria Anityasari, S.T., M.E.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah perkotaan telah membawa sejumlah persoalan penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun berkembangnya berbagai

Lebih terperinci

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Besarnya arus pertumbuhan penduduk mengindikasikan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini mengakibatkan pemerintah dituntut untuk berusaha menyeimbangkan kepadatan

Lebih terperinci

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY Pengendalian Bahaya berguna agar terjadinya incident, accident penyakit akibat hubungan kerja ditempat kerja berkurang atau tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori yang menjadi landasan atau dasar dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Dari pembahasan bab ini nantinya diharapkan dapat

Lebih terperinci

Risk Analysis : Severity & Likelihood

Risk Analysis : Severity & Likelihood LOGO Risk Analysis : Severity & Likelihood Proses Kerja Jenis Bahaya Potensi Bahaya Sub Panel 1 bahaya fisik bahaya kimia bahaya mekanis bahaya ergonomi Severity of Harm Likelihood kebisingan Moderate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang mendasari penelitian diantaranya berisi tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, asumsi penelitian

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Metode HIRARC di PT. Sumber Rubberindo Jaya

Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Metode HIRARC di PT. Sumber Rubberindo Jaya Perbaikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Dengan Metode HIRARC di PT. Sumber Rubberindo Jaya Andreas Arif Gunawan GO 1, Liem Yenny Bendatu 2 Abstract: PT Sumber Rubberindo Jaya is a company that produces

Lebih terperinci

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN:

Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 2016 Vol. 01 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 21 November 2016 ISSN: Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam Praktikum Pengelasan (Studi Kasus: di Welding Centre Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya) Retno Ningsih, Ayu Raisa Azhar, M. Puspita Adi Paripurno

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG)

ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG) ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIRARC (STUDI KASUS PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT SEMARANG) Rani Rumita *, Susatyo Nugroho W.P., Sari Veronica Jantitya

Lebih terperinci

OVERVIEW KONSEP HAZARD, RISK AND CONTROL PERTEMUAN 1 FIERDANIA YUSVITA PRODI KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU

OVERVIEW KONSEP HAZARD, RISK AND CONTROL PERTEMUAN 1 FIERDANIA YUSVITA PRODI KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU OVERVIEW KONSEP HAZARD, RISK AND CONTROL PERTEMUAN 1 FIERDANIA YUSVITA PRODI KESEHATAN MASYARAKAT, FIKES UEU VISI DAN MISI UNIVERSITAS ESA UNGGUL Materi Sebelum UTS Overview konsep hazard, risk dan control

Lebih terperinci

OPTIMASI SISTEM INDUSTRI

OPTIMASI SISTEM INDUSTRI PENENTUAN SISTEM KOMPENSASI BERDASARKAN RISK ASSESSMENT DAN PERFORMANCE APPRAISAL KARYAWAN (Studi Kasus: Petugas Operasional Pemadam Kebakaran Kota Padang) Difana Meilani, Nurmay Rahmah Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Naskah Publikasi Ilmiah PERBAIKAN KONDISI KERJA BERDASARKAN PENDEKATAN HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESMENT (HIRA) UNTUK MENGURANGI

Naskah Publikasi Ilmiah PERBAIKAN KONDISI KERJA BERDASARKAN PENDEKATAN HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESMENT (HIRA) UNTUK MENGURANGI Naskah Publikasi Ilmiah PERBAIKAN KONDISI KERJA BERDASARKAN PENDEKATAN HAZARD IDENTIFICATION AND RISK ASSESMENT (HIRA) UNTUK MENGURANGI KECELAKAAN KERJA KARYAWAN DI UNIT PENGGILINGAN PT MADU BARU YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Oleh : Achmad Sebastian Ristianto

Oleh : Achmad Sebastian Ristianto IDENTIFIKASI BAHAYA MENGGUNAKAN METODE HAZOP DAN FTA PADA DISTRIBUSI BAHAN BAKAR MINYAK JENIS PERTAMAX DAN PREMIUM (STUDI KASUS : PT. PERTAMINA (PERSERO) UPMS V SURABAYA) Oleh : Achmad Sebastian Ristianto

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN PERLUASAN HOTEL MERCURE 8 LANTAI PONTIANAK

MANAJEMEN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN PERLUASAN HOTEL MERCURE 8 LANTAI PONTIANAK MANAJEMEN RISIKO KECELAKAAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN PERLUASAN HOTEL MERCURE 8 LANTAI PONTIANAK Samsuri 1), Lusiana 2), Endang Mulyani 2) Abstrak Risiko Kecelakaan kerja adalah salah satu risiko yang

Lebih terperinci

ANALISIS HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) UNTUK DETEKSI BAHAYA DAN MANAJEMEN RISIKO PADA UNIT BOILER (B-6203) DI PABRIK III PT.

ANALISIS HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) UNTUK DETEKSI BAHAYA DAN MANAJEMEN RISIKO PADA UNIT BOILER (B-6203) DI PABRIK III PT. ANALISIS HAZARD AND OPERABILITY (HAZOP) UNTUK DETEKSI BAHAYA DAN MANAJEMEN RISIKO PADA UNIT BOILER (B-6203) DI PABRIK III PT.PETROKIMIA GRESIK Diajukan Oleh: Septian Hari Pradana 2410100020 Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,

Lebih terperinci

Kata kunci : Kompensasi, Risiko Murni, Analisis Jabatan, Penilaian Risiko

Kata kunci : Kompensasi, Risiko Murni, Analisis Jabatan, Penilaian Risiko PERANCANGAN SISTEM KOMPENSASI BERDASARKAN ANALISIS RISIKO BAGI PETUGAS OPERASIONAL PENGELOLAAN SAMPAH DI TPS DAN TPA SAMPAH DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA SURABAYA Hendra Sidharta, Maria Anityasari,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Pada bagian ini akan dilakukan analisis dan pembahasan mengenai proses dari manajemen risiko yaitu identifikasi risiko, kemudian dilanjutkan proses pemeringkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan lingkungan utama di dunia, khususnya di negara berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Sumber Daya Manusia Manusia sebagai sumber daya pada mulanya diartikan tenaga kerja manusia ditinjau secara fisiknya saja. Dengan kemampuan fisiknya manusia berusaha

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.

Lebih terperinci

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan Umumnya gejala yang timbul seolah-olah ada benda asing di mata, mata terasa nyeri, gatal atau merah, mata terasa lengket, kornea mata lecet atau terdapat goresan, mata terasa seperti terbakar dan sensitif

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3 1 dari 7 STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) Tanggal terbit Ditetapkan, Direktur RS. Dedy Jaya Brebes PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR dr. Irma Yurita 1. Identifikasi bahaya B3 (Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan tulang punggung suksesnya pembangunan bangsa dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya

Lebih terperinci

Analisis Risiko Pekerjaan Pemindahan Barang Dengan Forklift Menggunakan Metode HIRARC Dan Penentuan Risk Ranking Menggunakan Fuzzy Logic Control

Analisis Risiko Pekerjaan Pemindahan Barang Dengan Forklift Menggunakan Metode HIRARC Dan Penentuan Risk Ranking Menggunakan Fuzzy Logic Control Analisis Risiko Pekerjaan Pemindahan Barang Dengan Forklift Menggunakan Metode HIRARC Dan Penentuan Risk Ranking Menggunakan Fuzzy Logic Control (Studi Kasus : Pada Perusahaan Distributor Minuman) Alverda

Lebih terperinci

Rancangan Sistem Keselamatan Kerja Stasiun Kerja Induksi Fumace berdasarkan Metode SWIFT (The Structured What-If Analysis)

Rancangan Sistem Keselamatan Kerja Stasiun Kerja Induksi Fumace berdasarkan Metode SWIFT (The Structured What-If Analysis) Rancangan Sistem Keselamatan Kerja Stasiun Kerja Induksi Fumace berdasarkan Metode SWIFT (The Structured What-If Analysis) (Studi Kasus di Unit PRASKA PT.PINDAD Persero Bandung) Hendro Prassetiyo Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan

Lebih terperinci

ARINA ALFI FAUZIA

ARINA ALFI FAUZIA ARINA ALFI FAUZIA 6507040029 IDENTIFIKASI RESIKO PADA DAPUR INDUKSI MENGGUNAKAN METODE FMEA (FAILURE MODES AND EFFECT ANALYSIS) DAN RCA (ROOT CAUSE ANALYSIS) SERTA EVALUASI MANAJEMEN TANGGAP DARURAT (STUDI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2005). Menurut Soehatman Ramli (2010), risiko merupakan kombinasi dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2005). Menurut Soehatman Ramli (2010), risiko merupakan kombinasi dari BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Risiko 2.1.1. Pengertian Risiko Risiko adalah kemungkinan, bahaya, kerugian, akibat kurang menyenangkan dari sesuatu perbuatan, usaha, dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Lebih terperinci

Analisis Budaya Kerja UKM Industri Bambu di Cebongan Sleman Yogyakarta

Analisis Budaya Kerja UKM Industri Bambu di Cebongan Sleman Yogyakarta Petunjuk Sitasi: Astuti, M., & Nurdin, R. (2017). Analisis Budaya Kerja UKM Industri Bambu di Cebongan Sleman Yogyakarta. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. F91-97). Malang: Jurusan Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PLANT RELIABILITY DAN RISIKO DI PABRIK PHONSKA PT.PETROKIMIA GRESIK

PERHITUNGAN PLANT RELIABILITY DAN RISIKO DI PABRIK PHONSKA PT.PETROKIMIA GRESIK PERHITUNGAN PLANT RELIABILITY DAN RISIKO DI PABRIK PHONSKA PT.PETROKIMIA GRESIK IGP Raka Arthama, Patdono Soewignjo, Nurhadi Siswanto, Stefanus Eko Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi

Lebih terperinci

KUISIONER PENELITIAN PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD. Pengantar

KUISIONER PENELITIAN PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD. Pengantar KUISIONER PENELITIAN No : PENGUKURAN TINGKAT KESIAPAN PTPN II KWALA MADU DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM K3 DAN PENANGANAN HAZARD Pengantar Kuesioner ini disusun untuk melihat dan mengetahui tingkat penerapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi biasanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.selain itu,

Lebih terperinci

Keywords: HIRARC, risk control.

Keywords: HIRARC, risk control. PENERAPAN HAZARD IDENTIFICATION RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL (HIRARC) SEBAGAI PENGENDALIAN POTENSI KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI BODY BUS PT. X MAGELANG Annisa Devi Primasari, Hanifa Maher Denny,

Lebih terperinci

Keselamatan Penanganan Bahan Kimia. Kuliah 9

Keselamatan Penanganan Bahan Kimia. Kuliah 9 Keselamatan Penanganan Bahan Kimia Kuliah 9 Bahan Kimia & Kesehatan Mengetahui apakah suatu gangguan kesehatan berkaitan dengan pekerjaan tidaklah selalu mudah. Jangan mengabaikan pusing-pusing, flu dan

Lebih terperinci

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3 #7 PENGELOLAAN OPERASI K3 Dalam pengelolaan operasi manajemen K3, terdapat beberapa persyaratan yang dapat dijadikan suatu rujukan, yaitu: 1. OHSAS 18001 2. Permenaker 05/MEN/1996 Persyaratan OHSAS 18001

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 77 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN KEPADA KORBAN MUSIBAH KEBAKARAN WARGA KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 77 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN KEPADA KORBAN MUSIBAH KEBAKARAN WARGA KOTA SURABAYA SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 77 TAHUN 2005 TENTANG PEMBERIAN SANTUNAN KEPADA KORBAN MUSIBAH KEBAKARAN WARGA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa telah terjadi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN ANALISIS RISIKO DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN

PENGELOLAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN ANALISIS RISIKO DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PENGELOLAAN BAHAN BAKU DENGAN PENDEKATAN ANALISIS RISIKO DAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN Evi Yuliawati Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya E-mail : evi_y_widodo@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup anggota organisasi dan masyarakat. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup anggota organisasi dan masyarakat. Suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan faktor yang penting untuk menunjang keberhasilan suatu organisasi. Salah satu tugas organisasi yang penting adalah mempertahankan

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS

ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS ANALISIS TINGKAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT. BISMA KONINDO DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS Disusun Oleh: Okky Oksta Bera (35411444) Pembimbing : Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas pembangunan yang semakin meningkat, seiring oleh pemanfaatan ilmu dan teknologi di berbagai bidang yang lebih maju, telah mendorong pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

Abstrak. Abstract METODOLOGI PENELITIAN PENDAHULUAN

Abstrak. Abstract METODOLOGI PENELITIAN PENDAHULUAN ANALISIS RISIKO KESELAMATAN DAN KESEATAN KERJA (K3) PADA PROYEK GUNAWANGSA MERR APARTMENT (RISK ANALYSIS OF SAFETY AND EALT OCCUPATION AT GUNAWANGSA MERR APARTMENT) Enny A Muslim, Anik Ratnaningsih, Sri

Lebih terperinci

Analisis Risiko Kerja Dan Upaya Pengendalian Bahaya Pada Petugas Pemadam Kebakaran Di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Semarang Alfi Nur Aini 1

Analisis Risiko Kerja Dan Upaya Pengendalian Bahaya Pada Petugas Pemadam Kebakaran Di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Semarang Alfi Nur Aini 1 Analisis Risiko Kerja Dan Upaya Pengendalian Bahaya Pada Petugas Pemadam Kebakaran Di Dinas Pemadam Kebakaran Kota Semarang Alfi Nur Aini 1 1. Mahasiswa Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas

Lebih terperinci

PERANCANGAN STANDARD OPERATING PROCEDURE

PERANCANGAN STANDARD OPERATING PROCEDURE PERANCANGAN STANDARD OPERATING PROCEDURE UNTUK MENGURANGI POTENSI KECELAKAAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN MEMENUHI REQUIREMENT OHSAS 18001:2007 (KLAUSUL 4.3.1 DAN 4.4.3) DI PDAM TIRTA MANGUTAMA MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disaster Management Disaster Management adalah sekumpulan kebijakan dan keputusan-keputusan administratif dan aktivitas-aktivitas operasional yang berhubungan dengan berbagai

Lebih terperinci

MODUL 3 KESELAMATAN KERJA (Kebijakan dan Prosedur K3)

MODUL 3 KESELAMATAN KERJA (Kebijakan dan Prosedur K3) MODUL 3 KESELAMATAN KERJA (Kebijakan dan Prosedur K3) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 3 A. PERSPEKTIF Pekerjaan jasa

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO ORLENS FASHION MANADO

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO ORLENS FASHION MANADO MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK PEMBANGUNAN RUKO ORLENS FASHION MANADO Bryan Alfons Willyam Sepang J. Tjakra, J. E. Ch. Langi, D. R. O. Walangitan Fakultas Teknik, Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan di setiap tempat kerja sebagaimana yang diamanatkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 dan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, merupakan kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit ISPA merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul akibat pajanan terhadap bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009). Kelainan saluran

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. lainnya. 2 Divisi Poultry Breeder Charoen Pokphand Indonesia, menyebutkan data

BAB 1. PENDAHULUAN. lainnya. 2 Divisi Poultry Breeder Charoen Pokphand Indonesia, menyebutkan data lainnya. 2 Divisi Poultry Breeder Charoen Pokphand Indonesia, menyebutkan data BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan industri di Indonesia, masalah kecelakaan kerja yang menimbulkan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah.keselamatan dan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Effendi 2009). Di awal tahun 2000 banyak terjadi bencana di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (Effendi 2009). Di awal tahun 2000 banyak terjadi bencana di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, Indonesia terletak di wilayah yang rawan bencana (Effendi 2009). Di awal tahun 2000 banyak terjadi bencana di Indonesia seperti banjir, tanah longsor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana kesehatan untuk menangani masalah kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat, rumah sakit mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Risiko dalam proyek konstruksi merupakan probabilitas kejadian yang muncul 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Risiko Pada manajemen proyek, yang sangat berpengaruh dari risiko ialah kegagalan mempertahankan biaya, waktu dan mencapai kualitas serta keselamatan kerja. Risiko

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS PANDUAN MANAJEMEN RESIKO KLINIS Nomor : Revisi Ke : Berlaku Tgl: Ditetapkan Kepala UPT Puskesmas Cibaliung M. AMSOR, SKM NIP.11987031 1008 PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS

Lebih terperinci

Penggunaan APAR dan Kedaruratan

Penggunaan APAR dan Kedaruratan Penggunaan APAR dan Kedaruratan II. 7 Kode Darurat per 2012 Code Blue (Kegawatdaruratan Medis) Code Red (Kebakaran) Code Grey (Gangguan Keamanan) Code Pink (Penculikan Bayi) Code Purple (Evakuasi) Code

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia memegang peranan utama dalam proses pembangunan industri. Resiko bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja adalah bahaya kecelakaan

Lebih terperinci

Muhammad

Muhammad Oleh: Muhammad 707 100 058 Jurusan Teknik Material dan Metalurgi Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pembimbing: Ir. Muchtar Karokaro M.Sc Sutarsis ST, M.Sc Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

Tabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi

Tabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi, atau dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan karyawan atau pekerja lainnya termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kepuasan Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang kepuasan, adapun berbagai macam pengertian

Lebih terperinci

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt

Petir : Volt Volt = Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt Petir : 30.000 Volt 60.000 Volt = 30-60 Kvolt PLN : Sumber 1 KVolt Gardu 1000 Volt Rumah 220 Volt Baterei : 9 Volt, 1,5 Volt Tubuh Manusia: 70 milivolt = 0,07 Volt Biolistrik_02 Listrik Eksternal. Yang

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB I KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja)

Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Kerugian Kecelakaan Kerja (Teori Gunung Es Kecelakaan Kerja) Gunung Es kerugian pada kecelakaan kerja kerugian yang "tampak/terlihat" lebih kecil daripada kerugian

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Maesaroh, Yayan Harry Yadi, Wahyu Susihono,, Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

Lebih terperinci

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO

PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO PERENCANAAN MANAJEMEN RESIKO 1. Pengertian Manajemen Resiko Menurut Wikipedia bahasa Indonesia menyebutkan bahwa manajemen resiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Udara mempunyai fungsi yang sangat penting bagi makhluk hidup terutama manusia. Di

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis di PDKB TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh gambaran mengenai

Lebih terperinci

MODUL 4 KESELAMATAN KERJA (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)

MODUL 4 KESELAMATAN KERJA (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) MODUL 4 KESELAMATAN KERJA (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 4 A. PPPK Disetiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi telah tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Keselamatan Keselamatan Kerja, Job safety analysis (JSA), Hazard Identification, Risk Assessment And Risk Control (HIRARC)

ABSTRAK. Kata Kunci : Keselamatan Keselamatan Kerja, Job safety analysis (JSA), Hazard Identification, Risk Assessment And Risk Control (HIRARC) Analisis Identifikasi Bahaya Kecelakaan Kerja Menggunakan Job Safety Analysis (JSA) Dengan Pendekatan Hazard Identification, Risk Assessment And Risk Control (HIRARC) di PT. Charoen Pokphand Indonesia-

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG - - SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MOR 35 TAHUN 202 TENTANG ANALISIS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

PENILAIAN RISIKO OPERASIONAL PEKERJAAN BANGUNAN KAPAL BARU DI PT. ADILUHUNG SARANASEGARA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE MATRIK RISIKO

PENILAIAN RISIKO OPERASIONAL PEKERJAAN BANGUNAN KAPAL BARU DI PT. ADILUHUNG SARANASEGARA INDONESIA MENGGUNAKAN METODE MATRIK RISIKO Inovasi Hasil Riset dan Teknologi Rangka Penguatan Kemandirian Pengelolaan Sumber Daya Laut PENILAIAN RISIKO OPERASIONAL PEKERJAAN BANGUNAN KAPAL BARU DI PT. ADILUHUNG SARANASEGARA INDONESIA MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB III PELAKSANAAN MAGANG BAB III PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Penulis memulai praktek pelaksanaan kerja atau magang pada Kantor Pusat Perum BULOG selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 01 sampai dengan

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DI BIDANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DI BIDANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN SALINAN SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG TUNJANGAN KESEJAHTERAAN DI BIDANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian dapat diartikan dengan cara dan tahapan penelitian yang akan dilakukan untuk meneliti suatu topik permasalahan, yang dapat memberikan gambaran mengenai tahap-tahap

Lebih terperinci

SOSIALISASI Pedoman MANAJEMEN risiko dan Petunjuk Teknis AUDIT mutu INTERNAL QMS ISO 9001 : 2015 INSPEKTORAT BADAN POM

SOSIALISASI Pedoman MANAJEMEN risiko dan Petunjuk Teknis AUDIT mutu INTERNAL QMS ISO 9001 : 2015 INSPEKTORAT BADAN POM SOSIALISASI Pedoman MANAJEMEN risiko dan Petunjuk Teknis AUDIT mutu INTERNAL QMS ISO 9001 : 2015 INSPEKTORAT BADAN POM Pendahuluan Tahun 2017 ini merupakan Tahun pertama pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan zaman, tidak dapat dimungkiri bahwa jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan zaman, tidak dapat dimungkiri bahwa jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman, tidak dapat dimungkiri bahwa jumlah manusia semakin bertambah banyak sehingga di berbagai wilayah atau daerah di Indonesia sudah

Lebih terperinci

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TUJUAN Memelihara lingkungan kerja yang sehat. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja. Mencegah dan mengobati

Lebih terperinci

ANALISIS TREND PASIEN RAWAT INAP BRONCHITIS DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2011

ANALISIS TREND PASIEN RAWAT INAP BRONCHITIS DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2011 ANALISIS TREND PASIEN RAWAT INAP BRONCHITIS DI RSUD dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KABUPATEN WONOGIRI PERIODE TAHUN 2011 Eka Novi Astuti 1, Sri Sugiarsi 2, Riyoko 2 Mahasiswa APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit (RS) merupakan suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan rumah sakit menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tegangan tinggi digunakan dalam peralatan X-Ray. Dalam bidang industri, listrik

BAB I PENDAHULUAN. tegangan tinggi digunakan dalam peralatan X-Ray. Dalam bidang industri, listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini listrik tegangan tinggi banyak digunakan dalam berbagai bidang. Listrik tegangan tinggi digunakan dalam bidang sistem tenaga listrik, medis, industri, dan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sumber daya manusia adalah asset yang sangat berharga dimana harus terus dijaga dan diperdayakan. Pemberdayaan dan perhatian terhadap sumber daya manusia yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruangan yang bersih adalah ruangan yang sehat. Dari kalimat tersebut dapat dijelaskan bahwa sebuah ruangan perlu dijaga kebersihannya dari debu, sampah, dan bahkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa,

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa, BAB V PEMBAHASAN A. Potensi Bahaya Potensi bahaya yang dapat menyebabkan insiden atau kecelakaan kerja di PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa, tertabrak, kebakaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gadis Novianita,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gadis Novianita,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak ada seorang manusia pun yang menginginkan hidupnya berada dalam tekanan, kesulitan, dan tidak bahagia, karena pada kenyataannya setiap manusia ingin selalu merasakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang sedang kita hadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan adalah beban ganda penyakit, yaitu disatu pihak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tempat kerja memiliki risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya risiko yang terjadi tergantung pada jenis industri, teknologi yang digunakan serta pengendalian

Lebih terperinci