BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Database Basis Data Menurut Connolly (2002, p14), basis data adalah kumpulan data yang terhubung secara logis, yang dapat digunakan secara bersama, dan deskripsi dari data ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan. Sedangkan menurut O Brien (2003, p145), basis data adalah sebuah kumpulan terintegrasi dari elemen data yang terhubung secara logis. Maka dapat disimpulkan bahwa basis data adalah suatu kumpulan data yang memiliki pola tertentu yang logis Model Relasional Menurut Subekti (1998, p23), dalam model basis data relasional maka data diorganisir dalam bentuk tabel-tabel dua dimensi (seperti halnya bentuk konvensional dari file sequential). Organisasi data dalam bentuk tabel atau disebut juga relation, terdiri atas baris (row/tuple) yang merepresentasikan record dan kolom (column) yang merepresentasikan field (atribut). Berbagai keuntungan yang dimiliki oleh basis data relasional adalah: - Bentuknya sederhana sehingga mudah dimengerti (representasi tabel) - Bentuknya alami (natural) mudah bagi pengguna untuk melakukan berbagai operasi data (insert, update, delete). Menurut Kadir (1998, p25) model relasional merupakan model yang paling sederhana sehingga mudah dipahami oleh pengguna, serta merupakan yang paling populer saat ini. Model relasional ini menggunakan sekumpulan - 7 -

2 tabel dua dimensi atau berupa baris dan atribut. Relasi dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghilangkan kemubaziran data dan menggunakan kunci tamu untuk berhubungan dengan relasi lain. Kesimpulannya model relasional merupakan data yang ditampilkan dalam bentuk dua dimensi yang berupa beberapa baris dan kolom. Pada tiap relasi terdapat kunci yang menghubungkan antara satu relasi dengan relasi yang lain Kunci Relasional Menurut Connolly (2002, p78-79) kunci relasi sangat dibutuhkan untuk mengidentifikasi satu atau lebih atribut (disebut kunci relasi) yang memiliki nilai unik setiap tuple dalam relasi. Macam-macam kunci relasi: 1. Kunci Sederhana (Simple Key) Kunci sederhana adalah suatu kunci yang dibentuk oleh satu atribut. 2. Kunci Komposit (Composite Key) Kunci Komposit adalah kunci yang disusun berdasarkan lebih dari satu atribut. 3. Kunci Kandidat (Candidate Key) Kunci Kandidat adalah satu atribut atau satu set minimal atribut yang mengidentifikasikan secara unik suatu kejadian spesifik dari entity. 4. Kunci Primer (Primary Key) Kunci Primer adalah satu atribut atau satu set minimal atribut yang tidak hanya mengidentifikasikan secara unik suatu kejadian spesifik, tapi juga dapat mewakili setiap kejadian dari suatu entity. 8

3 5. Kunci Alternatif (Alternate Key) Kunci Alternatif adalah kunci kandidat yang tidak dipakai sebagai kunci primer. 6. Kunci Tamu (Foreign Key) Kunci Tamu adalah satu atribut yang melengkapi satu hubungan (relationship) yang menunjukkan ke induknya Struktur Data Relasional Menurut Connolly (2002, p72-74) struktur data relasional terdiri dari: Relasi Suatu relasi adalah sebuah tabel dengan kolom-kolom dan baris-baris. Atribut Suatu atribut adalah sebuah nama kolom dari suatu relasi. Domain Sebuah domain merupakan sekumpulan nilai-nilai yang diperbolehkan bagi satu atau lebih atribut. Tuple Tuple merupakan sebuah baris dari sebuah relasi. Derajat (degree) Derajat dari suatu relasi adalah sejumlah atribut yang terkandung di dalamnya. Kardinalitas (cardinality) Kardinalitas dari sebuah relasi adalah sejumlah tuple yang terkandung di dalamnya. 9

4 Relasi Basis Data Suatu koleksi dari sejumlah relasi normalisasi dengan nama-nama relasi yang jelas Tahapan Perancangan Basis Data Menurut Connolly (2002, p419), proses perancangan dibagi menjadi 3 tahap utama: 1. Perancangan basis data secara konseptual Perancangan konseptual merupakan proses konstruksi suatu informasi yang digunakan dalam sebuah organisasi. Fase perancangan konseptual bermula dari pembuatan data model konseptual dari organisasi, yang sepenuhnya bebas dari pengimplementasian rincian rincian seperti mengenai sasaran dari manajemen sistem basis data (DBMS), program program aplikasi, bahasa pemrograman, platform perangkat keras, persoalan kinerja atau pertimbangan pertimbangan fisik lainnya. 2. Perancangan Basis Data secara logikal Perancangan basis data logikal adalah proses konstruksi suatu informasi yang digunakan dalam sebuah perusahaan berdasarkan pada sebuah model data yang spesifik, tetapi bebas dari pertimbangan pertimbangan fisik lainnya. Fase perancangan basis data secara logikal memerlukan modal perancangan konseptual pada sebuah model logikal, yang mana dipengaruhi oleh model data untuk target basis data (contohnya, model 10

5 relasional). Model data logikal adalah sumber informasi bagi fase perancangan fisik, menyediakan perancangan fisik yang sangat penting untuk sebuah perancangan basis data yang efisien. 3. Perancangan Basis Data secara fisikal Perancangan basis data secara fisik merupakan proses pembuatan deskripsi dari implementasi basis data pada media penyimpanan sekunder, fase ini mendeskripsikan dasar relasi, berkas organisasi dan indeks untuk mencapai pengaksesan data yang efisien, dan beberapa batasan hubungan yang utuh dan tingkat keamanan. Fase perancangan basis data secara fisik memperbolehkan perancang membuat keputusan keputusan berdasarkan bagaimana basis data diimplementasikan, agar perancangan fisikal ditoleransi sebuah untuk sebuah manajemen sistem basis data yang spesifik. Ada timbal balik antara perancangan logical dan perancangan fisikal, karena keputusan keputusan diambil selama perancangan fisikal mengembangkan kinerja yang bisa mempengaruhi model data logikal Entity-Relational Diagram (ERD) Menurut Date (2000, p ), entity relational diagram (ER Diagram) merupakan sebuah teknik untuk menggambarkan struktur logis dari sebuah basis data dalam suatu cara bergambar. Tentu saja, popularitas dari sebuah model ER seperti sebuah pendekatan pada perancangan basis data dapat dilengkapi lebih untuk keberadaan tehnik diagram ER daripada untuk beberapa kasus lainnya. 11

6 2.2 Normalisasi Pengertian Normalisasi Normalisasi adalah sebuah teknik formal untuk menganalisis relasi berdasarkan primary key (candidate key) dan ketergantungan fungsional (Connolly, 2002, p386). Teknik tersebut mencakup serangkaian aturan yang dapat digunakan untuk menguji relasi individual, sehingga sebuah basis data dapat dinormalisasi pada derajat tertentu. Ketika syarat tidak terpenuhi, relasi yang tidak sesuai syarat harus diuraikan ke dalam relasi yang secara individu memenuhi syarat-syarat normalisasi. Tujuan dari proses normalisasi adalah untuk menghilangkan redundansi data (misalnya menyimpan data yang sama di beberapa tabel) dan memastikan ketergantungan data yang ada sudah benar (hanya menyimpan data yang berhubungan ke dalam sebuah tabel). Normalisasi mendukung para perancang basis data dengan memberikan serangkaian percobaan yang dapat digunakan dalam relasi individual sehingga skema relasi tersebut dapat dinormalisasi ke dalam bentuk yang lebih spesifik untuk menghindari kejadian yang memungkinkan terjadinya update anomaly (Connolly, 2002, p377). Normalisasi biasanya dilakukan dalam beberapa tahap. Masing-masing tahap berkaitan dengan bentuk normal tertentu yang telah diketahui propertinya. Dalam pemodelan data, sangatlah penting untuk mengenal normalisasi tingkat pertama (1NF) yang merupakan kondisi kritis untuk membuat relasi-relasi yang diperlukan, sedangkan bagian bentuk normal yang lain merupakan pilihan (optional). Namun, untuk menghindari terjadinya update anomaly, maka dalam proses normalisasi setidaknya harus sampai pada bentuk 12

7 normal ketiga (Connolly, 2002, p386) Pengertian Anomali Menurut Connolly (2002, p376), anomali, adalah suatu masalah yang timbul seperti: data ganda, data hilang, tempat pemborosan memori, dan data yang tidak konsisten akibat proses penghapusan data, pembaruan data, pemasukan data, dan penggantian data. Staf NoStaf NamaStaf Jabatan Gaji NoCabang SL21 John White Manager B005 SG37 Ann Beach Assistant B003 SG14 David Ford Supervisor B003 SA9 Mary Howe Assistant 9000 B007 SG5 Susan Brand Manager B003 SL41 Julie Lee Assistant 9000 B005 Cabang NoCabang B005 B007 B003 AlamatCabang 22 Deer Rd, London 16 Argyll St, Aberdeen 163 Main St, Glasgow Tabel 2.1 Relasi Staf dan Cabang 13

8 StafCabang nostaf namastaf jabatan Gaji nocabang AlamatCabang SL21 John White Manager B Deer Rd, London SG37 Ann Beach Assistant B Main St, Glasgow SG14 David Ford Supervisor B Main St, Glasgow SA9 Mary Howe Assistant 9000 B Argyll St, Aberdeen SG5 Susan Brand Manager B Main St, Glasgow SL41 Julie Lee Assistant 9000 B Deer Rd, London Tabel 2.2 Relasi StafCabang Menurut Subekti (1998, p22), anomali (kejanggalan) akan muncul terhadap operasi dasar karena adanya fakta hubungan many to many (baik untuk operasi insert, delete, maupun update): Anomali insert Ada dua jenis insertion anomaly yang dapat digambarkan dengan menggunakan relasi pada contoh tabel 2.2 di atas. Untuk memasukkan anggota baru staf ke dalam relasi StafCabang, perincian Cabang di mana staf ditempatkan perlu dimasukkan. Sebagai contohnya, untuk memasukkan perincian staf baru yang akan ditempatkan pada cabang nomor B007, perincian cabang nomor B007 perlu dimasukkan dengan benar, sehingga perincian cabang konsisten dengan nilai cabang B007 di tuple lain dalam relasi StafCabang. Relasi yang ditunjukkan pada tabel 2.1 tidak mengalami data yang tidak konsisten, karena hanya memasukkan nomor cabang dengan tepat untuk masing-masing staf dalam relasi Staf. Sedangkan 14

9 perincian cabang nomor B007 disimpan dalam basis data sebagai tuple tersendiri dalam relasi Cabang. Untuk memasukkan perincian cabang baru yang tidak mempunyai nomor anggota staf pada relasi StafCabang, perlu memasukkan nilai null pada atribut staf, seperti nostaf. nostaf adalah primary key dari relasi StafCabang, sehingga memasukkan nilai null pada nostaf akan melanggar konsep integritas data, dan hal semacam ini tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, nilai null tidak bisa dimasukkan pada nostaf ke dalam cabang baru pada relasi StafCabang. Perancangan yang ditunjukkan pada tabel 2.1 menghindari masalah ini karena perincian cabang yang dimasukkan pada relasi Cabang terpisah dari perincian staf. Anomali delete Jika ingin menghapus sebuah tuple dari relasi StafCabang yang merepresentasikan anggota staf yang ditempatkan pada cabang, maka perincian tentang cabang juga hilang dari basis data. Sebagai contohnya, jika ingin menghapus tuple NoStaf SA9 (Mary Howe) dari relasi StafCabang, perincian yang berhubungan dengan cabang nomor B007 akan hilang dari basis data. Rancangan pada relasi yang ditunjukkan pada tabel 2.1 menghindari masalah ini, karena tuple cabang disimpan secara terpisah dari tuple staf dan hanya atribut NoCabang yang berhubungan dengan kedua relasi tersebut. Jika ingin menghapus tuple NoStaf SA9 dari relasi Staf, perincian cabang nomor B007 tetap tidak terpengaruh dalam relasi 15

10 Cabang. Anomali update: Jika ingin mengubah nilai dari salah satu atribut untuk cabang tertentu pada relasi StafCabang, contohnya AlamatCabang dari cabang nomor B003, tuple dari semua staf yang ditempatkan pada cabang tersebut perlu diperbaharui (update). Jika perubahan ini tidak mengubah semua tuple pada relasi StafCabang dengan tepat, maka basis data menjadi tidak konsisten. Pada contoh ini, cabang nomor B003 akan mempunyai AlamatCabang yang berbeda untuk tuple staf yang berbeda Dependensi (Ketergantungan) Menurut Kadir (1999, p680), dependensi merupakan konsep yang mendasari normalisasi. Dependensi menjelaskan hubungan antara atribut, atau secara lebih khusus menjelaskan nilai suatu atribut yang menentukan nilai atribut lainnya. Dependensi ini kelak menjadi acuan bagi pendekomposian data ke dalam bentuk yang paling efisien. Untuk menentukan cara yang sistematik dalam mengambil ketergantungan, perlu diketahui sejumlah inference rule yang dapat digunakan untuk mengambil ketergantungan baru dari sejumlah ketergantungan yang diberikan. Enam aturan yang dikenal sebagai inference rule untuk ketergantungan fungsional adalah sebagai berikut (Elmasri, 2000, p479). 1. Reflektif : Jika A B, maka A B 2. Augmentasi : Jika A B, maka A,C B,C 3. Transitif : Jika A B dan B C, maka A C 16

11 4. Dekomposisi : Jika A B,C, maka A B dan A C 5. Union : Jika A B dan A C, maka A B,C 6. Pseudotransitif : Jika A B dan DB E, maka AD E Misalnya skema R = (A, B, C, G, H,I) dan sejumlah ketergantungan fungsional F {A B, A C, CG H, CG I, B H}. Dengan menggunakan inference rule tersebut maka akan didapatkan F + sebagai berikut : A H didapat dari A B dan B H dengan menggunakan aturan transitif. CG HI didapat dari CG H dan CG I dengan menggunakan aturan union. AG I didapat dari A C dan CG I dengan menggunakan aturan pseudotransitif. Terdapat cara lain juga untuk mendapatkan AG I. Dengan menggunakan aturan augmentasi, A C menjadi AG CG, kemudian menggunakan CG I dengan aturan transitif diperoleh AG I. Macam-macam dependensi: Dependensi fungsional, adalah jenis dependensi yang banyak diulas pada literatur basis data. Dependensi fungsional didefinisikan sebagai berikut: Suatu atribut Y mempunyai dependensi fungsional terhadap atribut X jika dan hanya jika setiap nilai X berhubungan dengan sebuah nilai Y (X Y). Dependensi fungsional sepenuhnya, dapat dijelaskan sebagai berikut: Suatu atribut Y mempunyai dependensi fungsional penuh terhadap atribut X jika: 17

12 Y mempunyai dependensi fungsional terhadap X. Y tidak memiliki dependensi terhadap bagian dari X. Dependensi total, dapat didefinsikan sebagai berikut: Suatu atribut Y mempunyai dependensi total terhadap atribut X jika: Y mempunyai dependensi fungsional terhadap X. X mempunyai dependensi fungsional terhadap Y. Dependensi ini dapat dinyatakan dengan notasi X Y Dependensi multivalued Suatu kondisi di mana terdapat ketergantungan antara atribut (contohnya, A, B, and C) di suatu relasi, di mana untuk setiap nilai dari A terdapat sejumlah nilai dari B dan sejumlah nilai dari C. Tetapi, antara B dan C tidak saling tergantung atau tidak ada hubungan satu sama lainnya Terjadinya multivalued dependencies dalam suatu relasi dikarenakan pada bentuk 1NF tidak diperbolehkan adanya repeating groups (atribut dalam satu baris mempunyai nilai lebih dari satu). Contohnya, jika dalam suatu relasi terdapat dua multivalued atribut, kita harus mengulang setiap nilai dari satu atribut dengan setiap nilai dari atribut lain, untuk menjaga konsistensinya. Hal ini menyebabkan multivalued dependencies dan menghasilkan redundansi data. Dependensi transitif, adalah sebagai berikut Atribut Z mempunyai dependensi transitif terhadap X bila: Y mempunyai dependensi fungsional terhadap X. Z mempunyai dependensi fungsional terhadap Y. 18

13 2.2.6 Proses Normalisasi Pertama kali dikembangkan oleh E.F.Codd (1972 b). Proses normalisasi sering dilakukan sebagai rangkaian test terhadap suatu hubungan untuk menentukan apakah memenuhi atau melanggar kebutuhan dari bentuk normal yang ditentukan. 1. Bentuk normal kesatu (1NF) Mengidentifikasikan dan membuang atribut yang berulang (repeating groups) dan memiliki nilai yang lebih dari satu (multivalued). Grup yang berulang (repeating groups) disini maksudnya adalah sebuah atribut atau sekumpulan atribut dalam tabel yang mengandung banyak nilai untuk satu kejadian. Ada dua pendekatan yang umum digunakan untuk menghilangkan grup yang berulang dalam tabel yang tidak normal (Connolly, 2002, p388) : a. Menghilangkan grup yang berulang dengan memasukkan data yang tepat pada kolom kosong dari baris yang mengandung data yang berulang. Dengan kata lain, kolom yang kosong tersebut diisi dengan menggandakan data yang tidak berulang (jika diperlukan). Tabel yang dihasilkan merupakan suatu relasi yang mengandung nilai tunggal pada irisan untuk tiap baris dan kolom, dan tabel yang dihasilkan sudah berada dalam bentuk normal pertama. b. Menghilangkan grup yang berulang dengan menempatkan data yang berulang bersama dengan salinan atribut key asli. Sebuah primary key diidentifikasi untuk relasi baru. Kadang-kadang tabel yang tidak normal 19

14 mengandung lebih dari satu grup yang berulang. Dalam kasus tersebut, pendekatan ini digunakan berulang-ulang sampai tidak ada grup yang berulang lagi. SewaKlien noklien nmklien noproperti AlmtPro awalsewa akhirsewa Sewa nopemilik nmpemilik CR76 John PG4 6 Lawrence 1-Jul Aug CO40 Tina Kay St, Glasgow 01 Murphy PG16 5 Novar Dr, 1-Sep-01 1-Sep CO93 Tony Shaw Glasgow CR65 Aline PG4 6 Lawrence 1-Jul Aug CO40 Tina Stewart St, Glasgow 01 Murphy PG36 2 Manor Rd 10-Oct-00 1-Dec CO93 Tony Shaw Glasgow PG16 5 Novar Dr, 1-Sep-01 1-Sep CO93 Tony Shaw Glasgow Tabel 2.3 Tabel SewaKlien yang belum dinormalisasi noklien diidentifikasi sebagai kunci atribut dalam tabel yang tidak normal (sewaklien). Struktur dari grup yang berulang adalah {noproperti, AlmtPro, awalsewa, akhirsewa, Sewa, nopemilik, nmpemilik}. Akibatnya, terdapat beberapa nilai pada irisan untuk baris dan kolom tertentu. Sebagai contohnya, untuk klien yang bernama John Kay terdapat dua nilai noproperti (PG4 dan PG16). Untuk mengubah tabel yang tidak normal ke dalam bentuk normal pertama, perlu dipastikan bahwa hanya terdapat nilai yang tunggal pada irisan dari masing-masing baris dan kolom. Oleh karena itu grup yang berulang harus dihilangkan. SewaKlien 20

15 noklien nmklien noproperti AlmtPro awalsewa akhirsewa Sewa nopemilik nmpemilik CR76 John PG4 6 Lawrence 1-Jul Aug CO40 Tina Kay St, Glasgow 01 Murphy CR76 John PG16 5 Novar Dr, 1-Sep-01 1-Sep CO93 Tony Kay Glasgow Shaw CR65 Aline PG4 6 Lawrence 1-Jul Aug CO40 Tina Stewart St, Glasgow 01 Murphy CR65 Aline PG36 2 Manor Rd 10-Oct-00 1-Dec CO93 Tony Stewart Glasgow Shaw CR65 Aline PG16 5 Novar Dr, 1-Sep-01 1-Sep CO93 Tony Stewart Glasgow Shaw Tabel 2.4 Relasi SewaKlien pada bentuk normal pertama Dengan menggunakan pendekatan pertama, grup yang berulang dihilangkan dengan memasukkan data klien yang tepat ke tiap baris. Hasil bentuk normal pertama relasi SewaKlien dapat dilihat pada tabel 2.4. Candidate key untuk relasi SewaKlien diidentifikasi sebagai key gabungan (composite key) yang terdiri dari (noklien, noproperti), (noklien,awalsewa) dan (noproperti, awalsewa). Key yang dipilih sebagai primary key adalah (noklien, noproperti) dan untuk lebih jelasnya, atribut yang dipilih sebagai primary key diletakkan di sebelah kiri dalam relasi. Atribut akhirsewa tidak tepat sebagai komponen dari candidate key karena mungkin berisi nilai null. Relasi SewaKlien dapat didefinisikan sebagai berikut : SewaKlien (noklien, noproperti, nmklien, AlmtPro, awalsewa, akhirsewa, sewa, nopemilik, nmpemilik) Relasi SewaKlien berada dalam bentuk normal pertama jika terdapat nilai tunggal pada irisan dari tiap baris dan kolom. Relasi tersebut 21

16 mengandung data yang mendeskripsikan klien, properti yang disewakan, dan pemilik properti secara berulang-ulang. Sebagai hasilnya, relasi SewaKlien mengandung redundansi data. Jika relasi dalam bentuk normal pertama diimplementasikan, maka akan terjadi update anomaly. Untuk mengatasi hal tersebut maka relasi harus diubah ke dalam bentuk normal kedua. Dengan menggunakan pendekatan kedua, grup yang berulang dihilangkan dengan menempatkan data yang berulang bersama dengan salinan atribut key asli (noklien) dalam relasi yang terpisah seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.5. Kemudian primary key dapat diidentifikasi untuk relasi yang baru, dan hasil relasi dalam bentuk normal pertama adalah sebagai berikut : Klien (noklien, nmklien) PemilikPropertiSewa (noklien, noproperti, AlmtPro,awalSewa,akhirSewa, Sewa, nopemilik, nmpemilik) Kedua relasi Klien dan PemilikPropertiSewa berada dalam bentuk normal pertama di mana terdapat nilai tunggal pada irisan dari tiap baris dan kolom. Relasi Klien berisi data yang mendeskripsikan klien dan relasi PemilikPropertiSewa berisi data yang mendeskripsikan properti yang disewa oleh klien dan pemilik properti. Relasi pada tabel 2.5 juga berisi redundansi data yang menyebabkan terjadinya update anomaly. PemilikPropertiSewa 22

17 noklien noproperti AlmtPro awalsewa akhirsewa Sewa nopemilik nmpemilik CR76 PG4 6 Lawrence St, Glasgow CR76 PG16 5 Novar Dr, Glasgow CR65 PG4 6 Lawrence St, Glasgow CR65 PG36 2 Manor Rd, Glasgow CR65 PG16 5 Novar Dr, Glasgow 1-Jul Aug CO40 Tina Murphy 1-Sep-01 1-Sep CO93 Tony Shaw 1-Jul Aug 350 CO40 Tina 01 Murphy 10-Oct-00 1-Dec CO93 Tony Shaw 1-Sep-01 1-Sep CO93 Tony Shaw Klien noklien CR76 CR56 nmklien John Kay Aline Stewart Tabel 2.5 Relasi Klien dan PemilikPropertiSewa pada 1NF Suatu hubungan dinyatakan normal pertama apabila : a. Setiap dari baris dan kolom berisi atribut yang bernilai tunggal. b. Kunci primer telah ditentukan c. Attribut yang mempunyai nilai banyak (multivalued) telah dihilangkan. 2. Bentuk normal kedua (2NF) Ketergantungan Fungsional (Functional Dependency) Bergantung fungsional dapat didefinisikan sebagai berikut : Jika A dan B merupakan bagian atribut dari suatu hubungan, B bergantung penuh pada A, jika dan hanya jika setiap nilai A berhubungan dengan sebuah nilai B. 23

18 A staff No B is Functionally Dependent on A Position on Functionally Dependent on staffno B Position Position Position is not Functionally Dependent on Position staffno Gambar 2.3 contoh Functional Dependency Bergantung fungsional penuh dapat didefinisikan sebagai berikut : Jika A dan B adalah atribut dari suatu hubungan, B bergantung fungsional sepenuhnya kepada A jika B bergantung fungsional terhadap A, tetapi tidak memiliki ketergantungan kepada subset A lainnya. Suatu hubungan berada dalam bentuk normal kedua jika : a. Berada pada bentuk normal pertama b. Atribut bukan kunci primer (non primary key) telah dihilangkan atau semua atribut bukan kunci primer bergantung fungsional sepenuhnya kepada kunci primer. 3. Bentuk normal ketiga (3NF) Ketergantungan Transitif (Transitive Dependency) Ketergantungan transitif dapat didefinisikan sebagai berikut : Pada kondisi dimana A, B dan C adalah atribut dari suatu hubungan. Jika A B dan B C, maka C merupakan ketergantungan transitif pada A dan B 24

19 (dimana A tidak bergantung fungsional terhadap B atau C) Suatu hubungan berada pada bentuk normal ketiga jika : a. Berada pada bentuk normal pertama dan kedua b. Setiap atribut bukan kunci tidak memiliki dependensi transitif terhadap kunci primer. 4. Bentuk normal Boyce Codd Normal Form (BCNF) Pertama kali diperkenalkan oleh R.Boyce dan E.F.Codd (Codd, 1974). Suatu hubungan berada pada bentuk normal BCNF (Boyce Codd Normal Form) jika hanya jika setiap determinan adalah kunci kandidat. Bentuk normal BCNF merupakan perbaikan dari bentuk normal yang ketiga. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa bentuk normal ketiga memiliki anomali, sehingga perlu dinormalisasi lagi. Suatu relasi yang memenuhi BCNF selalu memenuhi 3NF, tetapi belum tentu bentuk normal 3NF memenuhi bentuk normal BCNF Contoh (Elmasri, 2000, p495): Asumsinya adalah setiap INSTRUCTOR hanya mengajar satu COURSE STUDENT COURSE INSTRUCTOR FD1 FD2 Tabel 2.6 Relasi Teach Karena determinant pada FD2 bukan kunci kandidat, maka relasi ini melanggar ketentuan BCNF. Untuk mengubahnya ke dalam bentuk BCNF, relasi di atas harus di dekomposisi menjadi dua relasi yaitu: 25

20 INSTRUCTOR COURSE FD1 INSTRUCTOR STUDENT FD1 Tabel 2.7 Relasi Teach setelah didekomposisi 5. Bentuk normal keempat (4NF) Ketergantungan nilai banyak (MultiValued Atribut) Menurut Connolly (2002, p ) MultiValued Dependecy adalah suatu kondisi di mana terdapat ketergantungan antara atribut (contohnya, A, B, and C) di suatu relasi, di mana untuk setiap nilai dari A terdapat sejumlah nilai dari B dan sejumlah nilai dari C. Tetapi, antara B dan C tidak saling tergantung atau tidak ada hubungan satu sama lainnya. Terjadinya multivalued dependencies dalam suatu relasi dikarenakan pada bentuk 1NF tidak diperbolehkan adanya repeating groups (atribut dalam satu baris mempunyai nilai lebih dari satu). Contohnya, jika dalam suatu relasi terdapat dua multivalued atribut, kita harus mengulang setiap nilai dari satu atribut dengan setiap nilai dari atribut lain, untuk menjaga konsistensinya. Hal ini menyebabkan multivalued dependencies dan menghasilkan redundansi data. BranchStaffOwner 26

21 branchno sname oname B003 B003 B003 B003 Ann Beech David Ford Ann Beech David Ford Carol Farrel Carol Farrel Tina Murphy Tina Murphy Tabel 2.8 Relasi BranchStaffOwner Seperti terlihat, MVD timbul karena ada dua hubungan 1:* yang independent dalam relasi BranchStaffOwner yaitu: branchno branchno sname oname Suatu relasi dikatakan sudah berada dalam 4NF jika relasi tersebut sudah dalam BCNF dan tidak mengandung nontrivial multivalued dependencies. Sebuah MVD A B dalam suatu relasi R dikatakan trivial jika B adalah subset dari A dan A U B = R. Sebuah MVD dikatakan nontrivial jika kedua kondisi pada trivial tidak dipenuhi.seperti pada contoh di atas terdapat nontrivial MVD, maka untuk mengubahnya ke dalam 4NF, relasi di atas perlu didekomposisi menjadi relasi BranchStaff dan BranchOwner. branchno sname branchno oname B003 Ann Beech B003 Carol Farrel B003 David Ford B003 Tina Murphy Tabel 2.9 Relasi BranchStaffOwner setelah didekomposisi 27

22 Sekarang kedua relasi tersebut sudah dalam 4NF karena relasi BranchStaff mengandung trivial MVD branchno BranchOwner juga mengandung trivial MVD branchno sname, dan relasi oname. 6. Bentuk normal kelima ( 5NF ) Satu hubungan dikatakan berada pada bentuk kelima jika dan hanya jika suatu hubungan tidak memiliki join dependensi. Bentuk normal keempat dan kelima diperkenalkan oleh Fagin, hanya dipakai pada kasus kasus khusus, terdapat hubungan yang mengandung dependensi nilai banyak Overnormalisasi Tabel tabel yang memenuhi 5NF terkadang didekomposisi lagi. Prosesnya dikenal dengan sebutan overnormalisasi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kinerja, caranya adalah dengan memperlihatkan permintaan terhadap data yang sering dilakukan. Kolom kolom data yang sering diperlukan diletakkan pada tabel tersendiri, terpisah dengan kolom kolom data yang jarang diperlukan. Alasan yang lain, tabel yang terlalu banyak memiliki kolom dapat menimbulkan persoalan yang disebut deadlock (saling mengunci) pada pengaksesan yang serentak (sejumlah pengguna mengakses baris yang sama). Namun perlu juga diperlihatkan bahwa tidak selamanya pendekomposisian terhadap tabel yang telah memenuhi 5NF dapat meningkatkan kinerja. Pada kenyataannya tabel yang terlalu pendek (sedikit memiliki kolom) juga menimbulkan persoalan peningkatan waktu CPU dan juga memerlukan banyak I/O disk ketika terjadi penggabungan data (misalnya untuk penyajian laporan). 28

23 2.3 Algoritma Normalisasi BCNF dan 4NF Algoritma Normalisasi BCNF Algoritma yang dipakai untuk menghasilkan bentuk BCNF menurut Elmasri (2000, p509) : Set D := {R}; While there is a relation schema Q in D that is not in BCNF do { choose a relation schema Q in D that is not in BCNF; find a functional dependency X Y in Q that violates BCNF; replace Q in D by two relation schemas (Q Y) and (X U Y); } Keterangan : untuk melakukan testing bahwa suatu relation schema dalam bentuk BCNF atau tidak dapat dilakukan dengan 2 cara : a. Setiap functional dependency X -> Y di Q, apabila X bukan berisi semua attribute di Q, maka X -> Y menyalahi BCNF karena X bukan superkey dari Q b. Jika suatu relational schema Q menyalahi BCNF, terdapat sepasang attribute A dan B di Q berupa {Q {A,B}} -> A. Dengan melihat closure {Q {A,B}}* untuk setiap {A,B} dari Q dan memeriksa setiap closure terdapat A (atau B) maka kita dapat memperkirakan apakah Q pada BCNF. Asumsi : tabel-tabel masukan sudah dalam bentuk 3NF. Adapun algoritma untuk menghasilkan bentuk 1NF - 3NF :: 29

24 Set G := F Replace each functional dependency X -> {A1,A2,,An} in G by the n functional dependencies X -> A1, X -> A2,, X -> An. For each functional dependency X -> A in G For each attribute B that is an element of X If ((G {X->A}) U {(X {B}) -> A}) is equivalent to G Then replace X -> A with (X {B}) -> A in G For each remaining functional dependency X -> A in G If (G {X A}) is equivalent to G Then remove X -> A from G For each left hand side X of a functional dependency that appears in G create a relation schema in D with attributes { X U {A1} U {A2} U {An}}, where X -> A1, X -> A2,, X -> Ak are only dependencies in G with X as left-hand-side ( X is the key of this relation ). If none of the relation schemas in D contains a key of R, then create one more relation schema in D that contains attributes that form a key of R Algoritma Normalisasi 4NF Algoritma yang dipakai untuk menghasilkan bentuk 4NF menurut Elmasri (2000, p519) : Set D := {R}; While there is a relation schema Q in D that is not in 4NF do { choose a relation schema Q in D that is not in 4NF; 30

25 find a nontrivial MVD X Y in Q that violates 4NF; replace Q in D by two relation schemas (Q Y) and (X U Y); } Asumsi : tabel-tabel masukan sudah dalam bentuk BCNF. 2.4 Perancangan Piranti Lunak Menurut Pressman (2001, p6), yang dimaksud dengan piranti lunak adalah (1) kumpulan instruksi (program komputer) yang jika dieksekusi akan menyediakan fungsi dan dayaguna yang diinginkan, (2) kumpulan struktur data yang memungkinkan program untuk memanipulasi informasi dengan memadai, dan (3) kumpulan dokumen yang menggambarkan operasi dan penggunaan program. Dalam perancangan piranti lunak terdapat beberapa macam model seperti linier, spiral, incremental, dll. Penyusun memilih model waterfall ( linier ) karena langkah langkahnya berurutan dan sistematis. System/information engineering analysis design code test Gambar 2.2 Model linear sekuensial Langkah-langkah dalam model waterfall adalah sebagai berikut: 1. Rekayasa dan penyusunan sistem/informasi Tahap ini dimulai dengan menyusun kebutuhan (requirement) 31

26 untuk seluruh elemen sistem dan kemudian mengalokasikan beberapa subset dari kebutuhan tersebut pada piranti lunak (software). Proses ini sangat penting ketika piranti lunak harus berinteraksi dengan elemen yang lainnya seperti, perangkat keras (hardware), manusia, dan basis data (database). 2. Analisis kebutuhan piranti lunak Proses pengumpulan kebutuhan pada tahap ini lebih diintensifkan dan difokuskan pada piranti lunak Pengembang piranti lunak harus memahami tentang fungsi yang dibutuhkan, perilaku, dayaguna dan tampilan layar dari piranti lunak yang akan dikembangkan. 3. Perancangan (Design) Perancangan piranti lunak sesungguhnya merupakan proses bertahap yang berfokus pada empat atribut dari sebuah program: struktur data, arsitektur piranti lunak, representasi tampilan layar, dan detail prosedural (algoritmik). Proses desain menerjemahkan kebutuhan menjadi suatu representasi dari piranti lunak yang dapat diakses sebelum pengkodean dimulai. 4. Pembuatan kode (code generation) Proses penerjemahan bentuk desain menjadi bentuk yang dapat dibaca oleh mesin. 5. Pengujian (testing) Pengujian program dilakukan setelah kode dihasilkan. Proses pengujian difokuskan pada bagian internal software secara logis, memastikan bahwa setiap pernyataan (statement) telah diuji, dan pada 32

27 bagian eksternal fungsi, di mana dilakukan pengujian untuk menemukan error dan memastikan bahwa masukan yang ditentukan akan memberikan hasil yang diharapkan. 6. Pemeliharaan (Maintenance) Ketika piranti lunak telah selesai dikembangkan dan dikirimkan kepada pelanggan, piranti lunak tersebut mungkin akan mengalami masalah atau error yang tidak diharapkan sebelumnya. Untuk itu, tahapan pemeliharaan dilakukan dengan tujuan melakukan penyesuaian dan perbaikan pada piranti lunak tersebut. 2.5 Alat Bantu Perancangan Sistem Use Case Diagram Use Case Diagram adalah diagram yang menggambarkan interaksi antara sistem dengan sistem luar dan user. Dengan kata lain, secara grafik menggambarkan siapa yang akan menggunakan sistem dan dengan cara bagaimana user bisa berinteraksi dengan sistem. Diagram ini secara grafik menggambarkan sistem sebagai kumpulan use case, actor (user) dan hubungan yang terjadi. (Whitten, 2004, p271) Use Case Use case adalah alat untuk menggambarkan fungsi-fungsi sistem dari perspektif pengguna luar dan dalam cara dan istilah yang mereka mengerti (Whitten, 2004, p272). Use case digambarkan secara grafik oleh sebuah elips horizontal dengan nama yang muncul di atas, di bawah atau di dalam elips. Sebuah use case menggambarkan tujuan sistem dan rangkaian kegiatan dan 33

28 interaksi yang dilakukan user dalam mencapai tujuan tersebut. Use case merupakan hasil penguraian batasan-batasan fungsionalitas sistem ke dalam pernyataan pernyataan yang lebih pendek Actor Actor adalah segala sesuatu yang perlu berinteraksi dengan sistem untuk pertukaran informasi (Whitten, 2004, p273) Relationship Relationship digambarkan dengan garis di antara dua simbol di dalam diagram use case. Arti hubungan yang terjadi bisa bervariasi tergantung bagaimana garis digambarkan dan tipe simbol apa yang mereka hubungkan (Whitten, 2004, p273). Jenis jenis hubungan yang terjadi ada lima, yaitu Association Sebuah hubungan antara sebuah actor dengan sebuah use case dimana interaksi terjadi di antara mereka (Whitten, 2004, p274). Extend Sebuah use case yang terdiri dari langkah-langkah yang dikutip dari use case yang lebih kompleks untuk menyederhanakan use case asli dan memperluas fungsionalitasnya. Biasanya ditandai dengan label <<extend>> (Whitten, 2004, p274). Include Sebuah use case yang mengurangi redundansi di antara dua atau lebih use case dengan menggabungkan langkah-langkah yang sering ditemukan. 34

29 Hubungannya digambarkan dengan <<uses>> (Whitten, 2004, p274). Depends on Hubungan yang menggambarkan ketergantungan antar use case. Jenis hubungan ini digambarkan dengan garis yang berpanah dimulai dari satu use case menunjuk ke use case tempat ia bergantung. Garis hubungan ditandai dengan label <<depends on>> (Whitten, 2004, p275). Inheritance Hubungan yang terjadi jika terdapat dua atau lebih actor yang memiliki sifat yang sama (Whitten, 2004, p275) Diagram Alir (flowchart) Menurut O Brien (2003, pg-8), diagram alir merupakan suatu representasi grafis di mana simbol-simbol digunakan untuk merepresentasikan operasi, data, aliran, logika, perlengkapan, dan seterusnya. Suatu diagram alir program mengilustrasikan struktur dan bagian dari operasi program tersebut, sementara sebuah diagram alir sistem mengilustrasikan komponen-komponen dan aliran sistem informasi. Tiga konsep utama dalam pemrograman terstruktur yaitu sekuensial, kondisi (condition), dan pengulangan (repetition) (Pressman, 2001, p ). Sekuensial mengimplementasikan langkah-langkah proses yang penting dalam spesifikasi algoritma-algoritma. Kondisi menyediakan kemudahan untuk memilih proses berdasarkan logika, dan pengulangan untuk melakukan proses perulangan. 35

30 Gambar 2.3 Konsep Diagram Alir 36

BAB 2 LANDASAN TEORI. terhubung secara logis, yang dapat digunakan secara bersama, dan deskripsi dari data ini

BAB 2 LANDASAN TEORI. terhubung secara logis, yang dapat digunakan secara bersama, dan deskripsi dari data ini BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Basis Data Menurut Connolly (2002, p14), basis data adalah kumpulan data yang saling terhubung secara logis, yang dapat digunakan secara bersama, dan deskripsi dari

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2005/2006

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2005/2006 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2005/2006 Perancangan Alat Bantu Normalisasi BCNF dan 4NF R.Bg.AdhiPrakoso Susilo 0600614971 Ie Siong

Lebih terperinci

Database System 4 Normalization

Database System 4 Normalization Database System 4 Normalization Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom Powered by www.redoffice.com Pustaka Data Modeling Fundamentals. By Paulraj Ponniah Published by John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey

Lebih terperinci

Bagian 4 Normalisasi. Kuliah Basis Data Pra S2 Ilmu Komputer - FMIPA Drs. Agfianto Eko Putra, M.Si.

Bagian 4 Normalisasi. Kuliah Basis Data Pra S2 Ilmu Komputer - FMIPA Drs. Agfianto Eko Putra, M.Si. Bagian 4 Normalisasi Kuliah Basis Data Pra S2 Ilmu Komputer - FMIPA Drs. Agfianto Eko Putra, M.Si. Topik Bahasan 1. Pengertian Normalisasi 2. Anomali a. Anomali Peremajaan (update); b. Anomali Penyisipan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Basis Data 2.1.1 Pengertian Data Menurut Turban (2003, p2), data ialah fakta yang belum diolah atau gambaran dari transaksi yang ditangkap, direkam, disimpan dan diklasifikasikan.

Lebih terperinci

NORMALISASI UNTUK BASIS DATA RELASIONAL

NORMALISASI UNTUK BASIS DATA RELASIONAL NORMALISASI UNTUK BASIS DATA RELASIONAL Realitas(1) Realitas(2) Tabel Jadwal Normalisasi adalah pengembangan proses secara formal untuk membantu designer mendefinisikan/memilih skema relasional yang baik.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Database 2.1.1 Pengertian Database Definisi database berdasarkan Connolly (2002, p14) adalah kumpulan dari data-data yang saling berhubungan secara logikal, dan ada

Lebih terperinci

MENGKONTRUKSI ULANG DATABASE SECARA OTOMATIS HINGGA DALAM BENTUK 3NF (THIRD NORMAL FORM)

MENGKONTRUKSI ULANG DATABASE SECARA OTOMATIS HINGGA DALAM BENTUK 3NF (THIRD NORMAL FORM) MENGKONTRUKSI ULANG DATABASE SECARA OTOMATIS HINGGA DALAM BENTUK 3NF (THIRD NORMAL FORM) (Studi Kasus : Database Anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah UIN Malang) SKRIPSI Oleh: M. IQBAL FAHMI NIM. 07650085

Lebih terperinci

BASIS DATA. Desain Database dan Normalisasi. Fakultas Ilmu Komputer UDINUS

BASIS DATA. Desain Database dan Normalisasi. Fakultas Ilmu Komputer UDINUS BASIS DATA Desain Database dan Normalisasi Fakultas Ilmu Komputer UDINUS Relasi (review) Kumpulan atribut yang nilainya : Setiap atribut harus berharga tunggal. Semua harga pada suatu atribut harus mempunyai

Lebih terperinci

Perancangan Basis Data

Perancangan Basis Data NORMALISASI DATA Perancangan Basis Data Tujuan dilakukan perancangan suatu basis data yaitu supaya kita bisa memiliki basis data yang kompak dan efisien dalam penggunaan ruang penyimpanan, cepat dalam

Lebih terperinci

Database Systems : A Practical Approach to Design, Implementation and. Dasar Perancangan & Implementasi Database Relasional Abdul Kadir

Database Systems : A Practical Approach to Design, Implementation and. Dasar Perancangan & Implementasi Database Relasional Abdul Kadir Normalisasi Reff : Database Systems : A Practical Approach to Design, Implementation and Management Carolyn Begg & Thomas Connolly Dasar Perancangan & Implementasi Database Relasional Abdul Kadir 1 Normalisasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Basis Data 2.1.1 Basis Data Menurut Connolly & Begg (2002, p14), basis data adalah suatu koleksi data yang saling berhubungan secara logikal dan sebuah deskripsi data,

Lebih terperinci

BAB V. dimengerti, mudah dipelihara, mudah memprosesnya, dan mudah untuk dikembangkan sesuai kebutuhan baru

BAB V. dimengerti, mudah dipelihara, mudah memprosesnya, dan mudah untuk dikembangkan sesuai kebutuhan baru BAB V NORMALISASI 1. Pengertian Normalisasi adalah suatu teknik yang menstrukturkan data dalam cara-cara tertentu untuk membantu mengurangi atau mencegah timbulnya masalah yang berhubungan dengan pengolahan

Lebih terperinci

OVERVIEW BASIS DATA RELASIONAL. Oleh: Ir. M. Ramadhan, MT

OVERVIEW BASIS DATA RELASIONAL. Oleh: Ir. M. Ramadhan, MT OVERVIEW BASIS DATA RELASIONAL Oleh: Ir. M. Ramadhan, MT Model Relasional Yang akan dibahas: Model relasional: struktur, karakteristik, key, representasi skema basis data Integritas relasional: integritas

Lebih terperinci

SISTEM BASIS DATA AUB SURAKARTA

SISTEM BASIS DATA AUB SURAKARTA SISTEM BASIS DATA STMIK AUB SURAKARTA Normalisasi adalah proses pembentukan struktur basis data sehingga sebagian besar ambiguity bisa dihilangkan. Tahap Normalisasi dimulai dari tahap paling ringan (1NF)

Lebih terperinci

Modul 9 : Normalisasi 1st NF sampai dengan BCNF

Modul 9 : Normalisasi 1st NF sampai dengan BCNF Modul 9 : Normalisasi 1st NF sampai dengan BCNF Tujuan Praktikum - Menguasai konsep normalisasi dan tujuan dilakukan normalisasi - Mampu mengidentifikasi kemungkinan adanya insert, update dan delete anomaly

Lebih terperinci

BASIS DATA (BS203) NORMALISASI. fb: NDoro Edi. Page 1

BASIS DATA (BS203) NORMALISASI. fb: NDoro Edi. Page 1 BASIS DATA (BS203) NORMALISASI k_doroedi@yahoo.com fb: NDoro Edi Page 1 Outline Latar belakang Anomali dan jenisnya Dependensi dan jenisnya Dekomposisi Bentuk Normal 1 (1NF) Bentuk Normal 2 (2NF) Bentuk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN BASIS DATA DGN TEKNIK NORMALISASI

BAB III PERANCANGAN BASIS DATA DGN TEKNIK NORMALISASI 1 BAB III PERANCANGAN BASIS DATA DGN TEKNIK NORMALISASI 1.1. RDBM Terminologi Istilah formal Istilah non formal Keterangan Elemen data (data element), rinci data (data item), entri (entry) Nilai data pada

Lebih terperinci

Contents. Normalisasi. Bentuk Normalisasi. Dependency. Status Kunci (Key) Dekomposisi

Contents. Normalisasi. Bentuk Normalisasi. Dependency. Status Kunci (Key) Dekomposisi (Normalize) merupakan salah satu cara pendekatan atau teknik yang digunakan dalam membangun disain logik basis data relation dengan menerapkan sejumlah aturan dan kriteria standar. Tujuan : menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 4 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Data Menurut O brien (2004, p38), data adalah fakta atau observasi mentah, yang biasanya mengenai fenomena fisik atau transaksi bisnis. Menurut McLeod and Schell (2007,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Menurut Nash dan Sofer (1996), optimasi adalah sarana untuk mengekspresikan model matematika yang bertujuan memecahkan masalah dengan cara terbaik. Untuk tujuan bisnis,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Database Menurut Connolly (2010, p65), database adalah kumpulan data dan deskripsi data yang terhubung secara logika serta dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Aplikasi Perangkat lunak dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu sistem operasi, aplikasi dan utiliti. Sistem operasi merupakan perangkat lunak yang berfungsi

Lebih terperinci

PERANCANGAN DATABASE 04/07/ :53

PERANCANGAN DATABASE 04/07/ :53 PERANCANGAN DATABASE 04/07/2012 11:53 Konsep Dasar Database Database (basis data) : sistem penyimpanan beragam jenis data dalam sebuah entitas yang besar untuk diolah sedemikian rupa agar mudah dipergunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Flippo (1984) mendefinisikan sebagai berikut: Penarikan calon pegawai

BAB III LANDASAN TEORI. Flippo (1984) mendefinisikan sebagai berikut: Penarikan calon pegawai BAB III LANDASAN TEORI 1. 3.1 Rekrutmen Flippo (1984) mendefinisikan sebagai berikut: Penarikan calon pegawai atau tenaga kerja adalah proses pencarian tenaga kerja yang dilakukan secara seksama, sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Utama 2.1.1 Basis Data 2.1.1.1 Pengertian Basis Data Menurut Connolly (2002, p14), database adalah suatu kumpulan logikal data yang terhubung satu sama lain, dan deskripsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Informasi 2.1.1 Pengertian Data dan Informasi Menurut Elmasri dan Navathe (1994, p2), data merupakan fakta-fakta yang telah diketahui untuk dapat disimpan dan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori umum Data Data merupakan aliran fakta yang mewakili kejadian yang terjadi dalam organisasi atau dalam lingkungan fisik sebelum mereka diatur menjadi sebuah bentuk yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Sutabri (2004), sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Basis Data 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Mulyadi (2001, p2), sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Kebutuhan Sistem Hal pertama yang perlu dilakukan dalam analisis kebutuhan sistem adalah menentukan dan mengungkapkan kebutuhan sistem. Kebutuhan sistem

Lebih terperinci

Normalisasi Bagian I

Normalisasi Bagian I Normalisasi Bagian I First Normal Form (1NF) Domain disebut atomic bila elemen yang ada di dalamnya tidak dapat dibagi menjadi unit yang lebih kecil (indivisible) Sebuah skema relasi R berada dalam kondisi

Lebih terperinci

Relational Database & Pemodelan Data [Review]

Relational Database & Pemodelan Data [Review] Modul ke: 02 Alen Fakultas FASILKOM Relational Database & Pemodelan Data [Review] Pemrograman Basis Data & SQL Boby Hartanto, S.Kom,M.M. Program Studi Sistem Informasi Basis Data Relasional Pada pembuatan

Lebih terperinci

di definisikan hanya dengan memperhatikan functional dependencies dan key constrains

di definisikan hanya dengan memperhatikan functional dependencies dan key constrains 11. NORMALISASI Normalisasi merupakan teknik analisis data yang mengorganisasikan atau mengelompokkan atribut-atribut data sehingga terbentuk entitas yang non-redundant, stabil, dan fleksibel. Normalisasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN BASIS DATA

PERANCANGAN BASIS DATA PERANCANGAN BASIS DATA 3 SKS Semester 5 S1 Sistem Informasi Pertemuan 4 Nizar Rabbi Radliya nizar.radliya@yahoo.com Universitas Komputer Indonesia 2014 Tujuan perancangan basis data: tercipta basis data

Lebih terperinci

ANALISA RANCANGAN DATABASE

ANALISA RANCANGAN DATABASE Pertemuan 9 ANALISA RANCANGAN DATABASE Rancangan Database Database File Record Data item atau Field Characters 1 TEKNIK NORMALISASI Merupakan proses pengelompokan data elemen menjadi tabel-tabel yang menunjukkan

Lebih terperinci

Pertemuan 5 TEHNIK NORMALISASI

Pertemuan 5 TEHNIK NORMALISASI Pertemuan 5 TEHNIK NORMALISASI TEHNIK NORMALISASI BEBERAPA PENGERTIAN NORMALISASI : Normalisasi merupakan proses pengelompokan elemen data menjadi tabel tabel yang menunjuk-kan entity dan relasinya. Normalisasi

Lebih terperinci

Konsep Normalisasi dan Anomali Tabel

Konsep Normalisasi dan Anomali Tabel Konsep Normalisasi dan Anomali Tabel Daftar Isi Konsep Normalisasi dan Anomali Tabel Pengantar 11.1. Pengantar Konsep Normalisasi Tahapan Normalisasi Bentuk Normal Kesatu Bentuk Normal Kedua Bentuk Normal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. memiliki arti dan kepentingan dalam lingkungan user (Hoffer, 2005, p5).

BAB 2 LANDASAN TEORI. memiliki arti dan kepentingan dalam lingkungan user (Hoffer, 2005, p5). 7 BAB 2 LANDASAN TEORI Data Data diartikan sebagai representasi objek dan kejadian yang tersimpan yang memiliki arti dan kepentingan dalam lingkungan user (Hoffer, 2005, p5). Data dapat juga diartikan

Lebih terperinci

Perancangan Database Bagian II (Normalisasi( Normalisasi) TUJUAN PEMBELAJARAN

Perancangan Database Bagian II (Normalisasi( Normalisasi) TUJUAN PEMBELAJARAN Perancangan Database Bagian II (Normalisasi( Normalisasi) TUJUAN PEMBELAJARAN Apa itu Normalisasi? Tujuan Normalisasi Proses Normalisasi Tahapan Normalisasi Bentuk Normal Pertama 1NF Bentuk Normal Kedua

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. menghasilkan gejala masalah lain. Cause effect analysis menyebabkan pemahaman

BAB 2 LANDASAN TEORI. menghasilkan gejala masalah lain. Cause effect analysis menyebabkan pemahaman BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Cause Effect Analysis Cause effect analysis adalah sebuah teknik dimana masalah dipelajari untuk mengetahui penyebab dan akibat dari permasalah tersebut. Permasalahan harus dianalisis

Lebih terperinci

Tujuan Umum Tujuan Khusus Pokok Bahasan/Materi

Tujuan Umum Tujuan Khusus Pokok Bahasan/Materi NORMALISASI DATA Eko Darmanto (bi_anto97@yahoo.com) Instruksional Tujuan Umum Mahasiswa dapat mengetahui, memahami, merancang dan menerapkan basis data dalam bidang desain teknologi informasi. Tujuan Khusus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Basisdata Sebelum aplikasi basisdata (DBMS) dikenal, biasanya proses penyimpanan data disimpan di dalam sebuah file. Menurut Connoly (2002, p12), bahwa setiap program mendefinisikan

Lebih terperinci

Pertemuan 7-8 NORMALISASI

Pertemuan 7-8 NORMALISASI Pertemuan 7-8 NORMALISASI INDIKATOR 1. Memahami pentingnya normalisasi. 2. Memahami aturan normalisasi pertama (1NF). 3. Memahami aturan normalisasi kedua (2NF). 4. Memahami aturan normalisasi ketiga (3NF).

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. menentukan dan mengungkapkan kebutuhan sistem. Kebutuhan sistem terbagi menjadi

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. menentukan dan mengungkapkan kebutuhan sistem. Kebutuhan sistem terbagi menjadi BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3. Analisis Kebutuhan Sistem Hal pertama yang perlu dilakukan dalam analisis kebutuhan sistem adalah menentukan dan mengungkapkan kebutuhan sistem. Kebutuhan sistem terbagi

Lebih terperinci

DESAIN DATABASE. Pertemuan 06 3 SKS

DESAIN DATABASE. Pertemuan 06 3 SKS Materi 1. Era Informasi 2. Strategi dan Peluang Yang Kompetitif 3. Database dan Database Warehouse 4. Desain Database 5. Sistem Pendukung Keputusan dan Sistem Cerdas 6. E-Commerce DESAIN DATABASE Pertemuan

Lebih terperinci

Basis Data 1 - TIS3333

Basis Data 1 - TIS3333 Basis Data 1 - TIS3333 3 SKS T.Informatika@2013 Normalisasi Anomali Dependensi Bentuk Normal 1 Normalisasi Proses normalisasi adalah proses menganalisa dan memperbaiki skema relasi menggunakan data atribut

Lebih terperinci

Normalisasi Lanjut. I. Review Normalisasi

Normalisasi Lanjut. I. Review Normalisasi Normalisasi Lanjut I. Review Normalisasi Definisi Normalisasi adalah suatu teknik untuk mengorganisasikan data ke dalam tabeltabel untuk memenuhi kebutuhan pemakai di dalam suatu ogranisasi. Tujuan dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-Teori Dasar / Umum 2.1.1 Pendekatan basis data a. Data Pengertian data menurut Turban, Rainer, Potter (2003, p15) adalah fakta-fakta yang belum diolah atau gambaran lebih

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yaitu di BORASPATI BANDUNG, Jl. Sukamantri no. 109 Bandung, adapun

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yaitu di BORASPATI BANDUNG, Jl. Sukamantri no. 109 Bandung, adapun 25 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan lokasi dimana penelitian berlangsung yaitu di BORASPATI BANDUNG, Jl. Sukamantri no. 109 Bandung, adapun sejarah singkat

Lebih terperinci

1 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

1 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 1 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan hal awal (suatu permasalahan) yang harus ditentukan dalam kegiatan penelitian sehingga penelitian dapat dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sutabri (2004), sistem adalah sekelompok unsur yang erat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sutabri (2004), sistem adalah sekelompok unsur yang erat 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Sutabri (2004), sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. struktur organisasi dan uraian tugas unit-unit organisasi Koperasi Karyawan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. struktur organisasi dan uraian tugas unit-unit organisasi Koperasi Karyawan 38 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Pada bagian objek penelitian ini dijelaskan mengenai profil, sejarah, struktur organisasi dan uraian tugas unit-unit organisasi Koperasi Karyawan

Lebih terperinci

MODEL RELASI DAN NORMALISASI DATABASE

MODEL RELASI DAN NORMALISASI DATABASE MODEL RELASI DAN NORMALISASI DATABASE Fakultas Ilmu Administrasi Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya Malang 2013 i DAFTAR ISI Halaman Judul... i Daftar Isi... ii A. Relasi... 1 B. Normalisasi...

Lebih terperinci

Copyright 2005 PENS-ITS C H A P T E R

Copyright 2005 PENS-ITS C H A P T E R Copyright 2005 PENS-ITS C H A P T E R 6 Objectives Tujuan: 1. Memahami normalisasi bentuk ketiga (3NF) 2. Memahami normalisasi Boyce-Codd Normal Form (BCNF) Lessons 1. Bentuk Normal III (3NF) 2. Bentuk

Lebih terperinci

Database Systems: Ch. 3: The Relational Model. History of The Relational Model. Learning Objectives

Database Systems: Ch. 3: The Relational Model. History of The Relational Model. Learning Objectives 1 Database Systems: Thomas Connolly, Carolyn Begg, Database System, A Practical Approach to Design Implementation and Management, 4 th Edition, Addison Wesley History of The Relational Model Terminology

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori-teori Dasar / Umum 2.1.1 Data Data berasal dari bahasa Latin yaitu datum yang berarti fakta, kejadian, kenyataan atau peristiwa. Mengacu pada tulisan Kenneth C. Laudon dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Dalam membangun aplikasi ini, terdapat teori-teori ilmu terkait yang digunakan untuk membantu penelitian serta menyelesaikan permasalahan yang ada berkaitan dengan sistem yang akan

Lebih terperinci

Desain Sistem Basis Data. 1. Struktur Basis Data 2. Normalisasi Data 3. ERD (entity relationship diagram)

Desain Sistem Basis Data. 1. Struktur Basis Data 2. Normalisasi Data 3. ERD (entity relationship diagram) Desain Sistem Basis Data 1. Struktur Basis Data 2. Normalisasi Data 3. ERD (entity relationship diagram) Normalisasi Data itu? Proses pengelompokkan data elemen menjadi tabel-tabel yang menunjukkan entity

Lebih terperinci

BASIS DATA. Model Data Relational. Fakultas Ilmu Komputer UDINUS

BASIS DATA. Model Data Relational. Fakultas Ilmu Komputer UDINUS BASIS DATA Model Data Relational Fakultas Ilmu Komputer UDINUS MODEL DATA RELATIONAL Data Model High Level Lower Level Model Data Relational Kumpulan tabel berdimensi dua dengan masing-masing relasi (relations)

Lebih terperinci

DESAIN DATABASE DAN NORMALISASI

DESAIN DATABASE DAN NORMALISASI DESAIN DATABASE DAN NORMALISASI Relasi (review) Kumpulan atribut yang nilainya : Setiap atribut harus berharga tunggal. Semua harga pada suatu atribut harus mempunyai tipe yang sama. Setiap atribut harus

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Leuwi Panjang No. 111 Bandung Telpon Terbaik dalam pelayanan servis di bengkel.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. berlokasi di Jl. Leuwi Panjang No. 111 Bandung Telpon Terbaik dalam pelayanan servis di bengkel. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian di Bengkel Trijaya Motor Bandung yang berlokasi di Jl. Leuwi Panjang No. 111 Bandung Telpon 022-70221812 3.1.1. Sejarah

Lebih terperinci

SISTEM BASIS DATA II S A N T I W I D I A N T I

SISTEM BASIS DATA II S A N T I W I D I A N T I SISTEM BASIS DATA II S A N T I W I D I A N T I SISTEM Definisi sebuah tatanan yang terdiri atas sejumlah komponen fungsional (dengan tugas/fungsi khusus) yang saling berhubungan dan secara bersama-sama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Umum 2.1.1 Sistem Manajemen Basis Data (DBMS) Data adalah sebuah sumber yang harus dikontrol dan dikelola. Data yang belum dikelola belum bisa dimanfaatkan sebagai

Lebih terperinci

SISTEM BASIS DATA. Pertemuan 4. 3 SKS Semester 2 S1 Sistem Informasi Nizar Rabbi Radliya

SISTEM BASIS DATA. Pertemuan 4. 3 SKS Semester 2 S1 Sistem Informasi Nizar Rabbi Radliya SISTEM BASIS DATA Pertemuan 4 3 SKS Semester 2 S1 Sistem Informasi ------------------------- Nizar Rabbi Radliya nizar@email.unikom.ac.id Universitas Komputer Indonesia 2017 Tujuan perancangan basis data:

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. CV. Kayu Laris adalah suatu usaha yang bergerak dibidang perdangangan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. CV. Kayu Laris adalah suatu usaha yang bergerak dibidang perdangangan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan objek penelititan pada CV. Kayu Laris. 3.1.1 Sejarah Singkat CV.Kayu Laris CV. Kayu Laris adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori tentang Basis Data Aplikasi basis data sudah umum digunakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai contoh, pembelian barang menggunakan kartu kredit, pemesanan tiket

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.2 Sistem Suku Bunga Secara umum terdapat dua metode dalam perhitungan bunga, yaitu metode Flat dan Efektif.

BAB II DASAR TEORI. 2.2 Sistem Suku Bunga Secara umum terdapat dua metode dalam perhitungan bunga, yaitu metode Flat dan Efektif. BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani credere yang berarti kepercayaan. Maksudnya pemberi

Lebih terperinci

NORMALISASI. Dr.Budi Setiyono, MT

NORMALISASI. Dr.Budi Setiyono, MT NORMALISASI Dr.Budi Setiyono, MT Perancangan basis data Entity Relation Diagram (ERD) Identifikasi entitas table Entitas table Normalisasi Identifikasi keterkaitan field dalam suatu table table Table table

Lebih terperinci

Daftar Isi... Dedikasi... Prakata...

Daftar Isi... Dedikasi... Prakata... Daftar Isi Dedikasi... Prakata... Daftar Isi... iii v vii Bab 1 Permodelan Sistem Informasi... 1.1. Diagram Alir Data... 3 1.2. Normalisasi... 9 1.3. Entity Relationship Diagram... 12 1.4. Logical Relationship

Lebih terperinci

bergantung pada keberadaan entitas lainnya[9]. relasi yang merekatkan dua entitas adalah bersifat

bergantung pada keberadaan entitas lainnya[9]. relasi yang merekatkan dua entitas adalah bersifat a. Istilah Basis Data Ada beberapa istilah yang berkaitan dengan database[4], yaitu : Entity Entity adalah orang, tempat, kejadian atau konsep yang informasinya direkam. Pada bidang administrasi siswa

Lebih terperinci

NORMALISASI BASISDATA 2

NORMALISASI BASISDATA 2 NORMALISASI BASISDATA 2 Oleh: Heru Prasetyo, M.kom Satu mesin dapat melakukan pekerjaan lima puluh orang biasa. Tidak ada mesin dapat melakukan pekerjaan dari satu orang yang luar biasa. (Elbert Hubbard)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga komputer dapat memproses input menjadi output.

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga komputer dapat memproses input menjadi output. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Menurut Jogiyanto (1999) adalah penggunaan dalam suatu komputer, instruksi (instruction) atau pernyataan (statement) yang disusun sedemikian rupa sehingga komputer dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Beberapa definisi tentang Database menurut para ahli: Database adalah koleksi atau kumpulan data yang mekanis,

BAB II LANDASAN TEORI. Beberapa definisi tentang Database menurut para ahli: Database adalah koleksi atau kumpulan data yang mekanis, BAB II LANDASAN TEORI Pada bab landasan teori akan diterangkan teori- teori yang berhubungan dengan laporan ini. 2.1 Pengertian Database Beberapa definisi tentang Database menurut para ahli: a. Menurut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab tinjauan pustaka ini akan diuraikan secara ringkas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan basis data dan topik pendukung analisis dan perancangan aplikasi basis data sistem

Lebih terperinci

Normalisasi Data. Author : Minarni, S.Kom.,MM

Normalisasi Data. Author : Minarni, S.Kom.,MM Normalisasi Data Author : Minarni, S.Kom.,MM Normalisasi Normalisasi merupakan sebuah teknik dalam logical desain sebuah basis data yang mengelompokkan atribut dari suatu relasi sehingga membentuk struktur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. lainnya yang terdapat dalam skripsi ini, yaitu : Secara tradisional data memiliki hierarki sebagai berikut :

BAB 2 LANDASAN TEORI. lainnya yang terdapat dalam skripsi ini, yaitu : Secara tradisional data memiliki hierarki sebagai berikut : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori teori Dasar Teori-teori pokok yang merupakan teori-teori landasan bagi teori-teori lainnya yang terdapat dalam skripsi ini, yaitu : 2.1.1 Pengertian Data Data merupakan sekumpulan

Lebih terperinci

Pemodelan Database. Pengolahan Basis Data

Pemodelan Database. Pengolahan Basis Data Pemodelan Database Pengolahan Basis Data Model Data Menyatakan hubungan antardata dalam database Ada tiga macam model data dasar Hierarkis Jaringan Relasional Model Hierarkis Dikenal pula sebagai model

Lebih terperinci

PERANCANGAN DATA BASE BY LILIS PUSPITAWATI, SE.,M.SI

PERANCANGAN DATA BASE BY LILIS PUSPITAWATI, SE.,M.SI PERANCANGAN DATA BASE BY LILIS PUSPITAWATI, SE.,M.SI SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA Keberhasilan suatu Sistem Informasi sangat dipengaruhi oleh manajemen data base yang merupakan salah satu eleman penyusunan

Lebih terperinci

MODUL 1 SEPUTAR PERANCANGAN DATABASE. 1.1 Entity-Relationship Model (ER Model) dan Entity Relationship Diagram (ERD)

MODUL 1 SEPUTAR PERANCANGAN DATABASE. 1.1 Entity-Relationship Model (ER Model) dan Entity Relationship Diagram (ERD) MODUL 1 SEPUTAR PERACAGA DATABASE TUJUA PRAKTIKUM 1. Praktikan mampu menggambarkan ERD dengan baik dan benar dengan ER Modeling. 2. Praktikan dapat memahami konsep Basis Data Relasional. 3. Praktikan mampu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. beberapa pakar. Definisi tersebut antara lain yaitu : dari beberapa file dokumen yang terhubung secara logis.

BAB 2 LANDASAN TEORI. beberapa pakar. Definisi tersebut antara lain yaitu : dari beberapa file dokumen yang terhubung secara logis. 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Basis Data Ada beberapa macam definisi tentang basis data yang disampaikan oleh beberapa pakar. Definisi tersebut antara lain yaitu : Menurut O Brien (2002, p.166)

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah gambaran umum dari perusahaan tempat penulis

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah gambaran umum dari perusahaan tempat penulis 37 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Berikut ini adalah gambaran umum dari perusahaan tempat penulis melaksanakan kegiatan penelitian, termasuk didalamnya sejarah singkat perusahaan,

Lebih terperinci

SISTEM BASIS DATA. Pertemuan 3. Nizar Rabbi Radliya 3 SKS Semester 2 S1 Sistem Informasi

SISTEM BASIS DATA. Pertemuan 3. Nizar Rabbi Radliya 3 SKS Semester 2 S1 Sistem Informasi SISTEM BASIS DATA 3 SKS Semester 2 S1 Sistem Informasi Pertemuan 3 Nizar Rabbi Radliya nizar@email.unikom.ac.id Universitas Komputer Indonesia 2017 BASIS DATA RELASIONAL Edgar Frank Codd mekanisme untuk

Lebih terperinci

ANALISA RANCANGAN NORMALISASI & DATABASE

ANALISA RANCANGAN NORMALISASI & DATABASE ANALISA RANCANGAN NORMALISASI & DATABASE Pertemuan 10 LANGKAH BENTUK NORMALISASI: BENTUK TIDAK NORMAL UNNORMALIZED FIRST NORMAL FORM (INF) SECOND NORMAL FORM (2NF) MENGHILANGKAN ELEMEN DATA BERULANG MENGHILANGKAN

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6. Normalisasi Database (Conoly-chap 14) (Ramakisman -chap 15)

PERTEMUAN 6. Normalisasi Database (Conoly-chap 14) (Ramakisman -chap 15) PERTEMUAN 6 Normalisasi Database (Conoly-chap 14) (Ramakisman -chap 15) judul Normalisasi adalah teknik desain database yang dimulai dengan memeriksa hubungan antar atribut. Dimana atribut menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori-Teori Umum 2.1.1. Data Mcleod dan Schell (2007, p9). Data adalah kumpulan-kumpulan fakta dan gambaran yang secara umum tidak digunakan karena ukuran yang besar dan belum

Lebih terperinci

Pertemuan Transformasi ER-MODEL INDIKATOR. 1. Memahami ER model 2. Menerapkan transformasi ER- Model ke Model Relasional.

Pertemuan Transformasi ER-MODEL INDIKATOR. 1. Memahami ER model 2. Menerapkan transformasi ER- Model ke Model Relasional. Pertemuan 4-5-6 Transformasi ER-MODEL INDIKATOR 1. Memahami ER model 2. Menerapkan transformasi ER- Model ke Model Relasional. URAIAN MATERI PERANCANGAN DATABASE Perancangan Database adalah proses untuk

Lebih terperinci

C H A P T E R 5-8. Normalisasi Database. Arif Basofi, S.Kom, MT.

C H A P T E R 5-8. Normalisasi Database. Arif Basofi, S.Kom, MT. C H A P T E R 5-8 Normalisasi Database Arif Basofi, S.Kom, MT. Objectives Tujuan: 1. Memahami pentingnya normalisasi. 2. Memahami aturan normalisasi pertama (1NF). 3. Memahami aturan normalisasi kedua

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Bandung yang beralamat di jalan Tubagus Ismail Raya No. 22 Dago Bandung.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Bandung yang beralamat di jalan Tubagus Ismail Raya No. 22 Dago Bandung. BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang penulis lakukan yaitu di CV. Widagdo Production Bandung yang beralamat di jalan Tubagus Ismail Raya No. 22 Dago Bandung.

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM TERINCI DATABASE

PERANCANGAN SISTEM TERINCI DATABASE PERANCANGAN SISTEM TERINCI DATABASE 1. PERANCANGAN DATABASE Perancangan Database adalah proses untuk menentukan isi dan pengaturan data yang dibutuhkan untuk mendukung berbagai rancangan sistem. Perancangan

Lebih terperinci

Menurut E.F. Codd: Normalisasi dipakai untuk membuat struktur tabel (relasi) dalam basis data mengurangi kemubaziran data; Kadang dipakai sebagai

Menurut E.F. Codd: Normalisasi dipakai untuk membuat struktur tabel (relasi) dalam basis data mengurangi kemubaziran data; Kadang dipakai sebagai Menurut E.F. Codd: Normalisasi dipakai untuk membuat struktur tabel (relasi) dalam basis data mengurangi kemubaziran data; Kadang dipakai sebagai perangkat verifikasi terhadap tabel-tabel yang dihasilkan

Lebih terperinci

NORMALISASI DAN TUGAS PRAKTEK

NORMALISASI DAN TUGAS PRAKTEK NORMALISASI DAN TUGAS PRAKTEK Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Basis Data oleh : M. FAISAL IRWANDI 1083057 Jurusan Teknik Informatika Politeknik Pos Indonesia Bandung 2009 NORMALISASI Terdapat

Lebih terperinci

SOAL KUIS. 3. Data aktual yang disimpan pada tiap elemen atau atribute: a. Atribute d. Enterprise b. Data Value e. Tuple c. File

SOAL KUIS. 3. Data aktual yang disimpan pada tiap elemen atau atribute: a. Atribute d. Enterprise b. Data Value e. Tuple c. File Pertemuan 7 Quiz 1. Kumpulan data yang diorganisir menggunakan metode tertentu sehingga menghasilkan informasi yang berguna bagi pemakainya, pengertian dari: a. Arsip d. Basis Data b. Data e. Sistem c.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Basis Data 2.1.1 Basis Data 2.1.1.1 Definisi Basis Data Menurut Connolly-Begg (2002, p14), basis data adalah suatu kumpulan yang dapat digunakan bersama dari data yang

Lebih terperinci

Copyright 2005 PENS-ITS C H A P T E R. Normalisasi Database

Copyright 2005 PENS-ITS C H A P T E R. Normalisasi Database C H A P T E R Normalisasi Database NORMALISASI Objectives Tujuan: 1. Memahami pentingnya normalisasi. 2. Memahami aturan normalisasi bentuk pertama (1NF). 3. Memahami aturan normalisasi bentuk kedua (2NF).

Lebih terperinci

Pemodelan Basis Data Entity-Relationship Diagram (contoh kasus 2) Yusuf 2010

Pemodelan Basis Data Entity-Relationship Diagram (contoh kasus 2) Yusuf 2010 Pemodelan Basis Data Entity-Relationship Diagram (contoh kasus 2) Yusuf Priyandari @Agustus 2010 Tahap Pengembangan Basis Data Model 1 1 2 Topics discussed 3 4 5 6 7 2 Database Design Methodology Topics

Lebih terperinci

NORMALISASI DAN TUGAS PRAKTEK

NORMALISASI DAN TUGAS PRAKTEK NORMALISASI DAN TUGAS PRAKTEK Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Basis Data oleh : Muslim Tagor Nababan 1083058 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA POLITEKNIK POS INDONESIA BANDUNG 2009 NORMALISASI Terdapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Kaitan Basis Data Bagian ini menjelaskan teori-teori yang menjelaskan basis data.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Kaitan Basis Data Bagian ini menjelaskan teori-teori yang menjelaskan basis data. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Kaitan Basis Data Bagian ini menjelaskan teori-teori yang menjelaskan basis data. 2.1.1 Definisi Data, Basis Data dan Sistem Basis Data Data adalah fakta, baik objek, variabel,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum Teori Umum ini berisikan tentang teori-teori yang digunakan secara umum dalam penyusunan skripsi ini dan nantinya yang akan menjadi landasan di dalam melakukan penelitian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. objek-objek yang saling berelasi dan berinteraksi serta hubungan antar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. objek-objek yang saling berelasi dan berinteraksi serta hubungan antar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Al Fatta (2007) sistem secara umum adalah sekumpulan objek-objek yang saling berelasi dan berinteraksi serta hubungan antar

Lebih terperinci