BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Spray Drying dan Spray Pyrolysis adalah metoda yang sangat umum digunakan dibanyak industri. Metoda ini diinisiasi oleh atomizer/penyemprotan larutan dalam bentuk droplet kedalam pemanas, dan akan menghasilkan partikel padatan. Metoda ini sangat efisien dikarenakan oleh adanya area yang luas dalam pemanasanan droplet dan perpindahan massa sebagai akibat dari atomizing larutan menjadi droplet yang sangat kecil dengan ukuran mikrometer. Karena simpel dan proses produksi yang cepat, Spray Drying dan Spray Pyrolysis sangat potensial dalam perancangan bentuk dan sifat partikel nanostruktur. Sehingga banyak partikel nanostruktur yang dapat dipabrikasi dengan mengunakan metoda Spray Drying dan Spray Pyrolysis seperti pada semikonduktor, nanokristalin, carbon nanotube, carbon nanorod, bahkan dapat pula untuk pabrikasi bahan organik dan obat-obatan dalam bentuk nanokapsul. Dalam metoda Spray Drying dan Spray Pyrolysis didisain agar fungsi dan arsitektur partikel yang didapatkan terbentuk berskala nanometer, tetapi dengan material dalam skala mikrometer. Sifat fisis ini sangat penting dikarenakan material dengan ukuran mikrometer mudah ditangani/diaplikasikan daripada partikel dengan ukuran nanometer. Dalam proses eksperimen, temperatur dari spray tidak akan lebih tinggi dibandingkan temperatur pemanas dan waktu penyemprotan sangat cepat sehingga tidak akan merubah sifat dari nanopartikel. Metoda spray atau lebih khusus lagi pada metoda Spray Drying dan Spray Pyrolysis memiliki beberapa keuntungan dalam pembuatan partikel nanostruktur, seperti : (a) ukuran partikel nanostrukur dapat dikontrol dengan mudah melalui pengotrolan konsentrasi larutan. Dan secara umum ukuran droplet tidak dipengaruhi oleh konsentrasi larutan yang digunakan selama konsentrasi tersebut tidak mengubah secara signifkan tegangan permukaan maupun viskositas larutan. 4

2 Makin kecil konsentrasi larutan maka semakin sedikit jumlah partikel terlarut dalam droplet yang menyebakan makin kecil ukuran partikel nanostruktur yang dihasilkan; (b) partikel yang dihasilkan berbentuk sangat bulat, karena bentuk ini memiliki energi yang paling kecil. Dengan asumsi pelarut menguap secara homogen disemua permukaan droplet; (c) dengan konsentrasi larutan yang sangat rendah maka ukuran partikel yang akan terbentuk akan berukuran nanometer pada partikel hasil akhir dari metoda Spray Pyrolysis. Untuk mendapatkan partikel nanostruktur dengan metoda Spray Drying dan Spray Pyrolysis faktor utama pembentuk partikel sangat dipengaruhi proses spray (pembentukan droplet) dan peroses pemanasan (drying). Proses spray sangat berpengaruh terhadap bentuk, ukuran dan morfologi partikel nanostruktur sedangkan proses pemanasan akan berpengaruh terhadap kecepatan produksi. Terdapat banyak metoda untuk mendapatkan droplet dengan ukuran mikrometer salah satu yang digunakan adalah Ultrasonic Nebulizer, alat ini memiliki kemampuan khusus dimana mampu membuat droplet dengan berbagai ukuran bergantung kepada frekuensi piezoelektrik sehingga cocok untuk dipakai dalam eksperimen Spray Drying dan Spray Pyrolysis. 2.1 Spray Pyrolysis dan Spray Drying Metoda pabrikasi partikel nanostruktur dengan mengunakan Spray Drying dan Spray Pyrolysis memiliki banyak kesamaan dimulai dari peralatan, parameter yang digunakan maupun hasil yang diinginkan. Perbedaan mendasar kedua metoda ini adalah terletak pada bahan larutan dasar yang digunakan pada Spray Pyrolysis mengunakan larutan murni. Sedangkan pada metoda Spray Drying mengunakan partikel nanostruktur yang telah terbentuk yang dilarutkan pada air atau pelarut lain. Pada proses selanjutnya kedua metoda ini memiliki kesamaan yaitu merubah larutan menjadi atomizer kemudian dipanaskan didalam reaktor sehingga menghasilkan partikel nanostrukur padat. Metoda Spray Drying dan Spray Pyrolysis adalah terknologi terbaik untuk menghasilkan partikel serbuk. Untuk mereduksi ukuran partikel menjadi ukuran partikel berskala nanometer, ada 2 dasar tahapan yang diperlukan : 5

3 a) Reduksi ukuran awal spray hal ini dapat dilakukan dengan menghasilkan ukuran droplet yang lebih kecil, dan ultrasonik nebulizer menghasilkan droplet dengan ukuran 4,5 µm (Lenggoro, 2000). b) Larutan konsentrasi rendah ketika droplet berisi bahan terlarut akan membentuk padatan setelah dipanaskan. Untuk mendapatkan partikel berukuran 100 nm dibutuhkan droplet dengan ukuran 5 µm dengan pelarut air dan konsentrasi harus dibawah % (Iskandar, 2003). Konsep dasar metoda Spray Drying dan Spray Pyrolysis adalah memanaskan sebuah droplet sehingga pelarut akan menguap sehingga partikel nanostruktur dapat terbentuk. Metoda Spray Pyrolysis mampu mempabrikasi metal, metal oxides atau non-oxides dan partikel nanokomposit bubuk karena metoda ini mampu menghasilkan partikel dengan komposisi dan morfologi partikel yang terkontrol, kristalinitas yang bagus, dan ukuran yang seragam pengontrolan ukuran partikel sangat dipengaruhi oleh kemampuan ultrasonic dalam produksi ukuran droplet. Proses yang terjadi pada metoda Spray Drying adalah pertama larutan dirubah diatomisasi menjadi dalam bentuk droplet dengan diameter sebesar d d, sedangkan didalam droplet terdapat material berukuran nanometer (sol) dengan diameter d p. Sedangkan pada metoda Spray Pyrolysis didalam droplet tidak terdapat partikel nanostruktur tetapi terdapat zat-zat terlarut yang akan bereaksi dengan zat yang lain. Bentuk droplet dengan diameter antara µm dihasilkan alat pengatomisasi seperti Ultrasonic Nebulizer. Kemudian droplet dialirkan kedalam tabung reaktor dengan bantuan gas pembawa untuk dikeringkan sehingga air terdispersi didalam droplet akan menguap didalam reaktor, ketika air dalam menguap akan tersisa material dengan struktur berukuran nanometer yang memiliki ukuran sub-mikrometer berbentuk bola bulat. 6

4 Gambar 1. Proses pembentukan droplet pada Spray Drying dan Spray Pyrolysis 2.2 Parameter Pabrikasi Dengan memperhatikan metoda diatas dapat disimpulkan parameter pembentukan partikel dengan bentuk dan morfologi berukuran nanometer dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Sifat-sifat khusus larutan, seperti viskositas air, diameter dari nanopartikel solid yang terdispersi d p (sol) dan tegangan permukaan antara hubungan droplet-gas pembawa ( ). b) Kondisi dari kontrol pembentukan, seperti frekuensi dari Ultrasonic Nebulizer yang menghasilkan ukuran droplet, kecepatan aliran gas pembawa yang menghasilakan kecepatan V d cm/s dari droplet didalam tabung reaktor, dan pengaturan temperatur tabung reaktor parameter ini berpengaruh terhadap kecepatan penguapan droplet. c) Untuk metoda Spray Drying sangat memperhatikan fraksi massa partikel berukuran nanometer didalam droplet ( ) Stabilitas Droplet Perubahan bentuk dan morfologi partikel nanostrukur dikarenakan adanya perubahan bentuk droplet, bentuk umum droplet adalah bola bulat tetapi dalam proses produksi oleh Ultrasonic Nebulizer dan proses hidrodinamika dapat berubah menjadi bentuk droplet menjadi bentuk seperti mushrum (mushrum-like) 7

5 atau bentuk double complex disc. Perubahan ini sangat mempengaruhi kestabilan struktur dalam proses pengeringan (drying). Gambar 2. Pengaruh getaran Ultrasonic Nebulizer terhadap kestabilan droplet Kestabilan struktur droplet dapat dijelaskan oleh Bond Number, adalah perbandingan gaya lembam dan efek tegangan permukaan, ditunjukan oleh persamaan : (1) (2) dan (3) dengan selisih antara densitas droplet dan gas yang mengelilinginya, percepatan (perubahan kecepatan gas), ukuran droplet, densitas droplet, densitas partikel, densitas droplet, dan adalah tegangan permukaan. Sedangkan percepatan dapat dijelaskan oleh persamaan : 8

6 (4) dengan adalah massa partikel (dua-fase artikel), partikel diameter, vektor kecepatan partikel, vektor kecepatan partikel, viskositas gas dan adalah gaya luar (medan gaya eletromagnetik).s Partikel dapat kehilangan kestabilannya karena perubahan aerodinamika oleh percepatan (perubahan kecepatan gas) dan ketika partikel utama didalam droplet adalah bahan konduktif, partikel ini akan kehilangan kestabilan akibat medan gaya elektromagnetik ( ). Dapat disimpulkan, ketidakstabilan partikel sangat dipengaruhi oleh (i) peningkatan ukuran droplet (ii) peningkatan densitas droplet, dan (iii) penurunan tegangan permukaan ( ) droplet. Dengan mengunakan ultarsonic nebulizer untuk memproduksi droplet ukuran (diameter) droplet dikontrol dengan mengatur frekuensi getaran generator. Hal ini dihasilkan dengan merubah frekuensi kristal piezoelektrik dan karakteristik dari sirkuit elektronik. Sebagai contoh, distribusi ukuran droplet ukuran oleh Ultrasonic Nebulizer dengan frekuensi 1.7 dan 0.8 MHz memiliki diameter ratarata sekitar 5 dan Cara lain adalah meningkatkan energi yang diberikan kedalam nebulizer, hal ini akan meningkatkan produksi droplet dan terakhir, akan terjadi pengentalan (koagulasi) antara droplet-droplet yang berukuran besar. Gambar 3. Pengaruh frekuensi Ultrasonic Nebulizer terhadap ukuran partikel. 9

7 Peningkatan densitas dua-fase droplet dapat dilakukan dengan meningkatkan fraksi volume partikel padatan,, dengan meningkatkan densitas akan menyebabkan kekentalan droplet dan pada akhirnya meningkatkan energi permukaan internal didalam droplet. (5) dengan dan adalah jumlah dan diameter partikel didalam droplet sedangkan adalah adalah tegangan permukaan antara padatan-cairan (solid-liquid). Jika ditingkatkan pada nilai kritis ( ditingkatkan pada nilai kritis), droplet (duafase) menjadi lebih kental dan menyebabkan menjadi lebih stabil dalam bentuk bulatan. Karena kestabilan droplet diakibatkan oleh peningkatan energi internal. Pengurangan tegangan permukaan,, akibat adanya surfaktan yang dimasukan kedalam air/pelarut akan mengakibatkan ketidakstabilan droplet. Dengan kehadiran surfaktan, nilai sehingga memungkinkan bentuk doplet seperti mushrum atau double complex disc Efek Hidrodinamika Efek hidrodinamika (didalam dan diluar droplet) memainkan peranan dalam mengontrol morfologi nanostruktur. Kecepatan gas dan temperatur adalah parameter kuantitatif yang menyebabkan ini, akan mempengaruhi bentuk dan struktur hasil akhir. Peningkatan kecepatan aliran udara didalam reaktor menyebabkan bentuk droplet menjadi tidak stabil, dengan tingkat kecepatan yang besar maka droplet akan terdorong lebih kencang dan bentuk akan berubah akibat adanya gaya eksternal dari kecepatan aliran (pers. 4). 10

8 Gambar 4. Pengaruh kecepatan aliran terhadap bentuk droplet. Mempercepat waktu produksi material nanostruktur dengan meningkatkan kecepatan droplet didalam reaktor mengakibatkan temperatur reaktor harus ditingkatkan agar pengeringan menjadi sempurna, penguapan air membutuhkan Temperatur pemanasan/penguapan yang tinggi. Ketika sebagian kecil air menguap, aliran panas yang kuat mengalir dari permukaan droplet kearah aliran gas. Didalam permukaan droplet akan terbentuk gradien temperatur lokal. Akibatnya dari peristiwa ini ada 2 peristiwa thermophoretic yang terjadi, pertama akan terjadi aliran padatan/sol (nanopartikel) dari permukaan droplet ke arah aliran gas dan yang kedua adalah akan terjadi sirkulasimikro didalam droplet, didekat permukaan, akibat adanya gradien tegangan permukaan. Gradien tempertaur pada permukaan droplet mempengaruhi sifat tegangan permukaan droplet. Hal ini dapat dijelaskan dengan definisi tegangan permukaan sebagai (6) dan (7) 11

9 dengan energi bebas Helmholtz, luas area permukaan droplet, energi total sistem, temperatur/temperatur dan adalah entropi, Gambar 5. efek hidrodinamika didalam droplet, gradien tempertur pada permukaan menciptakan gaya thermophoretic dan gerakan partikel diantara penghubungnya. Persamaan diatas dengan sangat mudah menjelaskan tegangan permukaan akan meningkat seiring dengan penurunan temperatur (8) gradien tegangan permukaan mengakibatkan efek hidrodinamika didaerah dekat permukaan droplet. Efek ini akan memperbanyak keberadaan surfaktan aktif mendekat menjadi satu lapisan dibatas antara cairan-gas. Pembahasan diatas menujukan bahwa thermophoresis dan sirkulasi mikro yang terjadi didalam droplet proses pembentukan nanomaterial (partikel padat/sol) Teori Evaporasi Droplet Analogi transfer panas dan massa ditawakan teori dasar untuk menjelaskan proses penguapan (evaporation) droplet. Model ini mengkombinasikan teori dinamika partikel untuk menjelaskan aliran droplet dan efek aliran udara.dalam kasus ini droplet nergerak mengikuti aliran udara, dan mengalami pemanasan direaktor. Untuk situasi ini Fröessling (1938) membangun persamaan empirikal untuk konstanta transfer massa, : 12

10 (9) dengan Reynold s no, Sc = v/k= Schmit no, D = diameter droplet, V= kecepatan realtif droplet terhadap udara, m/s, v kinematika viskositas udara, m 2 /s, dan K adalah tetapan difusivitas uap air, m 2 /s. Dengan mempertimbangkan analaogi proses transfer panas, Ranz dan Marshall (1952), konstanta transfer panas (Nulsselt Number) dapat dikorelasikan dengan data transfer panas menghsilkan pers : (10) Dengan Pr = Prandtl no. = Cpµ/k, H = koefisien transfer panas, Jm -2 K -1 s -1, Cp kapasistas panas udara pada tekanan tetap, Jkg -1 K -1, µ viskositas udara, kg s -1 m -1, dan k konduktivitas termal udara, Js -1 m -1 K -1. Persamaan diatas secara teoritis menghasilkan nilai Nu = Nu = 2 untuk Re = 0.0. Knudsen dan Kantz (1958) menjelaskan persamaan 1 dan 2 dan memberikan parameter. a) 1 < Re < b) 0.6 < Pr < 400 c) 0.6 < Sc < 400 Marshal (1954) memberikan persamaan empirik transfer massa uap panas dari permukaan bola (droplet) dengan gaya konveksi. (11) dengan k g = koefisisen transfer massa, M m berat molekular rata-rata (M m = 29 untuk udara), P f = tekanan bagian udara, kpa, dan adalah densitas udara, kgm -3. Analisis ini didasarkan berdasarkan asumsi : (a) temperatur udara dan tekanan konstan, (b) penguapan (evaporasi) tidak memberikan pengaruh terhadap kelembaban, (c) didalam tabung rekator tidak terjadi turbulensi udara, dan (d) 13

11 droplet memiliki bentuk bola dan air murni (dikarenakan konsentrasi sangat rendah). Semua asumsi diatas, kecuali c dapat diterima. Dengan ukuran droplet (D<<1 mm), efek turbulensi tidak dapat diabaikan, dan dijelaskan oleh Goering (1972). Goering memodifikasi persamaan Marshall, dan mengunakan definisi geometri dan massa dan menghasilkan persamaan perubahan diameter untuk penguapan droplet : (12) Dengan M v = berat molekul uap air pada proses difusi (M v = 18), = perbedaan tekanan uap, kpa, densitas cairan didalam droplet, 1000 kg/m 3 untuk air. Semua kuantitas diatas tidak berdimensi, kecuali K/D, dengan dimensi adalah L/T. Difusivitas K, sebagai fungsi dari temperatur udara dan tekanan diperoleh oleh List (1963) sebagai : (13) dengan T k = temperatur air dalam Kelvin dan P a = tekanan atmosfer, kpa. Penelitian sebelumnya (Goering et al. 1972, Williamson dan Threadgill 1974, dan Edling, 1985) telah mengasumsikan fungsi diffusivitas hanya sebagai fungsi temperatur. Persamaan diatas memberikan model dan data yang lebih bagus, memberikan fungsi diffusivitas (dan kecepatan penguapan). Dan tekanan udara sebagai fungsi dari (14) dengan E = ketinggian tempat tes/eksperimen, m. Dikarenakan aliran udara hanya mengandung air dan uap air, maka tekanan total P a (atmosfer) mengandung tekanan udara dan uap air, dan 14

12 (15) Semua nilai-nilai pada persamaan diatas dapat dicari, sehingga nilai evaporasi (penguapan) droplet dapat dihitung pada setiap tahap dt (perubahan waktu), dengan mengetahui ukuran awal droplet, solusi persamaan () adalah (16) 2.3 Reaktor Secara sederhana metoda Spray Drying dan Spray Pyrolysis adalah proses pembentukan partikel padatan dengan mengalirkan diatomisasi/larutan dalam bentuk droplet kedalam pemanas, akibat adanya pemanasan didalam reaktor maka larutan akan menguap dan partikel terlarut (sol) akan membentuk padatan. Ada 4 sistem utama dalam metoda spray, a) pertama adalah sistem aliran fluida (carrier gas) sistem ini berfungsi sebagai pendorong droplet sehingga mampu mengalir droplet kedalam reaktor. b) Kedua adalah sistem spray, sistem ini berfungsi sebagai penghasil diatomisasi/ larutan dalam bentuk droplet. c) Ketiga adalah sistem pemanas, seperti yang telah diketahui ada dua fungsi utama dari pemanas dalam metoda spray draying ini pertama adalah menghilangkan pelarut (surfaktan berupa air atau pelarut lainnya) sehingga terbentuk partikel padatan yang kedua adalah jika carrier gas adalah udara biasa pemanas berfungsi mempercepat proses oksidasi. d) Sistem yang terakhir adalah sistem penyaring. Beberapa penelitian terakhir, metoda spray draying/pyroliysis mampu mempabrikasi material nanopartikel nikel dan nikel oksida dengan ukuran nm, pabrikasi ini sukses disintesis pada kondisi tekanan sistem rendah. Seperti yang telah dijelaskan dibagian terdahulu setiap sistem diatas saling berhubungan 15

13 baik secara mekanik maupun secara fungsional. Salah satu parameter yang berhubungan adalah kecepatan aliran gas atau aliran droplet dengan temperatur pemanasan dikarenakan adanya waktu optimum pengeringan air secara sempurna dari droplet. Dengan mengunakan persamaan (16) diatas kita dapat memperkirakan waktu yang dibutuhkan satu buah droplet menguap dan akan membentuk partikel nanostrukur. Waktu pemanasan yang diperlukan akan berhubungan dengan kecepatan aliran yang dibutuhkan, hubungan antara keduanya akan berpengaruh terhadap proses produksi. Dengan asumsi sifat aliran yang terjadi didalam reaktor pemanasan adalah laminer dengan debit udara yang masuk sebesar Q (m 3 s -1 ), maka waktu yang dibutuhkan udara melalui reaktor sepanjang l (m) dan luas penampang melintang A (m) sebesar: (17) Sehingga dengan mengunakan persamaan (13), persamaan (16) dan persamaan (17) didapatkan hubungan matematis antara temperatur, ukuran droplet, dan debit udara. Hubungan ketiganya ditulis dalam fungsi (18) Dengan pendekatan jika hasil akhir droplet berukuran sama dengan ukuran partikel nanostrukur (~ 10-9 m) maka persamaan diatas dapat menjadi (19) atau (20) 16

14 2.4 Karakterisasi Material Scanning Electron Microscope (SEM) Scanning electron microscope adalah sebuah metoda yang sangat berguna untuk mendapatkan gambaran mengenai bentuk dan morfologi partikel nanostruktur. Selain itu scanning electron microscope dapat memperlihatkan karakteristik fisik dan kimia seperti kandungan unsur, orientasi kristalinitas dan ukuran partikel nanostruktur. Scanning Electron Microscopy (SEM) terdiri dari elektron gun yang menghasilkan aliran elektron dengan tegangan 2-30 kv. Sinar yang dihasilkan akan melewati serangkaian lensa elektromagnetik dan melewati bahan. Sinar yang lewat pada bahan akan terpendar dan ada juga yang terdeteksi pada electron detector dikirim ke layar untuk menghasilkan gambar dari permukaan nanopartikel. 17

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI

BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI BAB V ANALISIS HASIL PERCOBAAN DAN DISKUSI Dari hasil percobaan dan uji sampel pada bab IV, yang pertama dilakukan adalah karakterisasi reaktor. Untuk mewakili salah satu parameter reaktor yaitu laju sintesis

Lebih terperinci

BAB IV RANCANGAN PENELITIAN SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS. Rancangan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama :

BAB IV RANCANGAN PENELITIAN SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS. Rancangan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama : BAB IV RANCANGAN PENELITIAN SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS Rancangan penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan utama : a. Uji kerja pemanas, pada penelitiaan ini akan dilihat kemampuan pemanas dan konsistensi

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN REAKTOR SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS

BAB III RANCANG BANGUN REAKTOR SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS BAB III RANCANG BANGUN REAKTOR SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS 3.1 Pemilihan Sistem Pada umumnya sistem Spray Drying/Spray Pyrolysis untuk memproduksi partikel ukuran mikro mengunakan sistem atomizer

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang

BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI Oleh ILHAM AL FIKRI M 04 04 02 037 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI Oleh IRFAN DJUNAEDI 04 04 02 040 1 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving

Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving PERPINDAHAN PANAS Panas berpindah dari objek yang bersuhu lebih tinggi ke objek lain yang bersuhu lebih rendah Driving force perbedaan suhu Laju perpindahan = Driving force/resistensi Proses bisa steady

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

SATUAN OPERASI FOOD INDUSTRY

SATUAN OPERASI FOOD INDUSTRY SATUAN OPERASI RYN FOOD INDUSTRY Satu tujuan dasar industri pangan: mentransformasi bahan baku pertanian menjadi makanan yg layak dikonsumsi melalui serangkaian tahapan proses,. Tipe alat yg digunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan nanoteknologi terus dilakukan oleh para peneliti dari dunia akademik maupun dari dunia industri. Para peneliti seolah berlomba untuk mewujudkan karya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini mengalami peralihan dari teknologi mikro (microtechnology) ke generasi yang lebih kecil yang dikenal

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA

PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA PENGARUH SUHU FURNACE DAN RASIO KONSENTRASI PREKURSOR TERHADAP KARAKTERISTIK NANOKOMPOSIT ZnO-SILIKA Pembimbing:» Prof. Dr. Ir. Sugeng Winardi, M.Eng» Dr. Widiyastuti, ST. MT Penyusun:» Wahyu Puspitaningtyas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut Mandalam & Palsson (1998) ada 3 persyaratan dasar untuk kultur mikroalga fotoautotropik berdensitas tinggi yang tumbuh dalam fotobioreaktor tertutup. Pertama adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN Variasi kecepatan stiring 800 rpm, variasi temperatur sintering 700, 800, 900 C Variasi temperatur 700 C = struktur kristal tetragonal, fase nya anatase, no PDF 01-086-1156,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing

Lebih terperinci

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut: Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan

Lebih terperinci

BAB II SIFAT-SIFAT ZAT CAIR

BAB II SIFAT-SIFAT ZAT CAIR BAB II SIFAT-SIFAT ZAT CAIR Tujuan Intruksional Umum (TIU) Mahasiswa diharapkan dapat merencanakan suatu bangunan air berdasarkan konsep mekanika fluida, teori hidrostatika dan hidrodinamika. Tujuan Intruksional

Lebih terperinci

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) sedimentasi (pengendapan), pemisahan sentrifugal, filtrasi (penyaringan), pengayakan (screening/sieving). Pemisahan mekanis partikel fluida menggunakan gaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat

Lebih terperinci

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan listrik dunia semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Hal ini tentu disebabkan pertumbuhan aktivitas manusia yang semakin padat dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI II DSR TEORI 2. Termoelektrik Fenomena termoelektrik pertama kali ditemukan tahun 82 oleh ilmuwan Jerman, Thomas Johann Seebeck. Ia menghubungkan tembaga dan besi dalam sebuah rangkaian. Di antara kedua

Lebih terperinci

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola Perpindahan Panas Konveksi Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola Pengantar KONDUKSI PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI RADIASI Perpindahan Panas Konveksi Konveksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan 134 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan Prinsip dasar proses pengeringan adalah terjadinya pengurangan kadar air atau penguapan kadar air oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BAB 4 DATA DAN ANALISIS BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN REAKTOR SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS MENGUNAKAN ULTRASONIC NEBULIZER DAN PEMANAS BERTINGKAT

RANCANG BANGUN REAKTOR SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS MENGUNAKAN ULTRASONIC NEBULIZER DAN PEMANAS BERTINGKAT RANCANG BANGUN REAKTOR SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS MENGUNAKAN ULTRASONIC NEBULIZER DAN PEMANAS BERTINGKAT TUGAS AKHIR Sebuah laporan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)

HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA) 10 1. Disiapkan sampel yang sudah dikeringkan ± 3 gram. 2. Sampel ditaburkan ke dalam holder yang berasal dari kaca preparat dibagi dua, sampel ditaburkan pada bagian holder berukuran 2 x 2 cm 2, diratakan

Lebih terperinci

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron

BAB V HASIL PENELITIAN. peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray Fluorecense), SEM (Scanning Electron BAB V HASIL PENELITIAN Berikut ini hasil eksperimen disusun dan ditampilkan dalam bentuk tabel, gambar mikroskop dan grafik. Eksperimen yang dilakukan menggunakan peralatan sebagai berikut : XRF (X-Ray

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen dengan membuat lapisan tipis Au di atas substrat Si wafer, kemudian memberikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daun stevia merupakan daun yang berasal dari tanaman stevia (Stevia

BAB I PENDAHULUAN. Daun stevia merupakan daun yang berasal dari tanaman stevia (Stevia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daun stevia merupakan daun yang berasal dari tanaman stevia (Stevia rebaudiana Bertoni) yang sudah banyak digunakan oleh masyarakat Paraguay sejak ratusan tahun yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar BAB NJAUAN PUSAKA Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar 150.000.000 km, sangatlah alami jika hanya pancaran energi matahari yang mempengaruhi dinamika atmosfer

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Panas merupakan suatu bentuk energi yang ada di alam. Panas juga merupakan suatu energi yang sangat mudah berpindah (transfer). Transfer panas disebabkan oleh adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban manusia di abad ini. Sehingga diperlukan suatu kemampuan menguasai teknologi tinggi agar bisa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

Aliran Fluida. Konsep Dasar

Aliran Fluida. Konsep Dasar Aliran Fluida Aliran fluida dapat diaktegorikan:. Aliran laminar Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan lapisan, atau lamina lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar. Dalam aliran laminar

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem merupakan sekumpulan obyek yang saling berinteraksi dan memiliki keterkaitan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan yang ekstensif pada bahan bakar fosil menyebabkan terjadinya emisi polutan-polutan berbahaya seperti SOx, NOx, CO, dan beberapa partikulat yang bisa mengancam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Kajian Pustaka Ristiyanto (2003) menyelidiki tentang visualisasi aliran dan penurunan tekanan setiap pola aliran dalam perbedaan variasi kecepatan cairan dan kecepatan

Lebih terperinci

Sifat fisika kimia - Zat Aktif

Sifat fisika kimia - Zat Aktif Praformulasi UKURAN PARTIKEL, DISTRIBUSI PARTIKEL BENTUK PARTIKEL / KRISTAL POLIMORFI, HIDRAT, SOLVAT TITIK LEBUR, KELARUTAN KOEFISIEN PARTISI, DISOLUSI FLUIDITAS (SIFAT ALIR), KOMPAKTIBILITAS PEMBASAHAN

Lebih terperinci

Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT)

Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT) 1 Deskripsi METODE UNTUK PENUMBUHAN MATERIAL CARBON NANOTUBES (CNT) Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan metode untuk penumbuhan material carbon nanotubes (CNT) di atas substrat silikon

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan nanoteknologi telah mendapat perhatian besar dari para ilmuwan dan peneliti. Nanoteknologi secara umum dapat didefinisikan sebagai teknologi perancangan,

Lebih terperinci

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI Aliran Viscous Berdasarkan gambar 1 dan, aitu aliran fluida pada pelat rata, gaa viscous dijelaskan dengan tegangan geser τ diantara lapisan fluida dengan rumus: du τ µ

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Polyvinyl alcohol (PVA) merupakan salah satu polimer yang banyak digunakan di kalangan industri. Dengan sifatnya yang tidak beracun, mudah larut dalam air, biocompatible

Lebih terperinci

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap: 1. Pembuatan (sintesis) material. Pada tahap ini, dicoba berbagai kombinasi yaitu suhu, komposisi bahan, waktu pemanasan dan lama pengadukan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 56 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Varian Prinsip Solusi Pada Varian Pertama dari cover diikatkan dengan tabung pirolisis menggunakan 3 buah toggle clamp, sehingga mudah dan sederhana dalam

Lebih terperinci

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction Yuliani Arsita *, Astuti Jurusan Fisika Universitas Andalas * yulianiarsita@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB III SISTEM PENGUJIAN BAB III SISTEM PENGUJIAN 3.1 KONDISI BATAS (BOUNDARY CONDITION) Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu ditentukan kondisi batas yang akan digunakan. Diasumsikan kondisi smoke yang mengalir pada gradien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membran adalah sebuah penghalang selektif antara dua fase. Membran memiliki ketebalan yang berbeda- beda, ada yang tebal dan ada juga yang tipis. Ditinjau dari bahannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini terlihat dari banyaknya komponen semikonduktor yang digunakan disetiap kegiatan manusia.

Lebih terperinci

Materi Fluida Statik Siklus 1.

Materi Fluida Statik Siklus 1. Materi Fluida Statik Siklus 1. Untuk pembelajaran besok, kita akan belajar tentang dua hal berikut ini : Hukum Utama Hidrostatis Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan berubah bentuk (dapat dimampatkan)

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Graphene merupakan susunan atom-atom karbon monolayer dua dimensi yang membentuk struktur kristal heksagonal menyerupai sarang lebah. Graphene memiliki sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar yang berasal dari fosil dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin berkurang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. h = koefisien konveksi [W/m 2. C] T s. = temperatur permukaan [ C] T = temperatur ambien [ C]

BAB II DASAR TEORI. h = koefisien konveksi [W/m 2. C] T s. = temperatur permukaan [ C] T = temperatur ambien [ C] BAB II DASAR TEORI 2.1 PERPINDAHAN PANAS 2.1.1 Konveksi Konveksi adalah perpindahan panas karena adanya pergerakan fluida, fluida yang bergerak adalah udara yang dihembuskan melalui blower yang mengalirkan

Lebih terperinci

SIFAT SIFAT TERMIS. Pendahuluan 4/23/2013. Sifat Fisik Bahan Pangan. Unit Surface Conductance (h) Latent heat (panas laten) h =

SIFAT SIFAT TERMIS. Pendahuluan 4/23/2013. Sifat Fisik Bahan Pangan. Unit Surface Conductance (h) Latent heat (panas laten) h = /3/3 Pendahuluan SIFAT SIFAT TERMIS Aplikasi panas sering digunakan dalam proses pengolahan bahan hasil pertanian. Untuk dapat menganalisis proses-proses tersebut secara akurat maka diperlukan informasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 3 3 Mullite ( AlO.SiO ) merupakan bahan keramik berbasis silika dalam sistem Al yang terbentuk dari (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan O3 SiO alumina ( Al

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahan material dalam skala nano yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia Tenggara. Sebagai negara berkembang, Indonesia melakukan swasembada diberbagai bidang, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partikel adalah unsur butir (dasar) benda atau bagian benda yang sangat kecil dan berdimensi; materi yang sangat kecil, seperti butir pasir, elektron, atom, atau molekul;

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ilmu pengetahuan yang sedang berkembang pesat saat ini adalah nanosains, yaitu ilmu yang mempelajari berbagai gejala alam yang berukuran nanometer. Sedangkan nanoteknologi

Lebih terperinci

SIMAK UI Fisika

SIMAK UI Fisika SIMAK UI 2016 - Fisika Soal Halaman 1 01. Fluida masuk melalui pipa berdiameter 20 mm yang memiliki cabang dua pipa berdiameter 10 mm dan 15 mm. Pipa 15 mm memiliki cabang lagi dua pipa berdiameter 8 mm.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat atau

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biomassa merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang jumlahnya melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat atau diubah ke dalam bentuk cair atau gas.

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian III.1 Flowchart Penelitian Tahap-tahap dalam penelitian ini dijelaskan pada flowchart Gambar III.1. Hasil Uji Struktur Mikro dan Uji Keras Hasil Uji Struktur Mikro dan Uji Keras

Lebih terperinci

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan

MEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan MEKANISME By : Dewi Maya Maharani Pengeringan Prinsip Dasar Pengeringan Proses pemakaian panas dan pemindahan air dari bahan yang dikeringkan yang berlangsung secara serentak bersamaan Konduksi media Steam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan sumber energi merupakan masalah yang harus segera diselesaikan oleh masing-masing negara termasuk Indonesia. Untuk itu perlu dikembangkan suatu teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi alternatif telah mendorong minat yang besar pada device dan material dengan skala nanometer beberapa tahun terakhir ini. Material berskala nano

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian tentang film tipis nanopartikel Au ini menggunakan metode evaporasi yang dilakukan secara eksperimen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh temperatur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Foto Mikro dan Morfologi Hasil Pengelasan Difusi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian sambungan logam tak sejenis antara Baja SS400 dan Aluminium AA5083 menggunakan proses pengelasan difusi ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh ketebalan lapisan

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 37 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA Pada bab ini dijelaskan bagaimana menentukan besarnya energi panas yang dibawa oleh plastik, nilai total laju perpindahan panas komponen Forming Unit

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL A. TUJUAN 1. Mengukur konduktivitas termal pada isolator plastisin B. ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran dapat diperhatikan pada gambar 1.

Lebih terperinci

HIDRODINAMIKA BAB I PENDAHULUAN

HIDRODINAMIKA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinematika adalah tinjauan gerak partikel zat cair tanpa memperhatikan gaya yang menyebabkan gerak tersebut. Kinematika mempelajari kecepatan disetiap titik dalam medan

Lebih terperinci

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT  JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP FENOMENA PERPINDAHAN LUQMAN BUCHORI, ST, MT luqman_buchori@yahoo.com luqmanbuchori@undip.ac.id JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP Peristiwa Perpindahan : Perpindahan Momentum Neraca momentum Perpindahan

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI Pada bab ini dibahas penumbuhan AlGaN tanpa doping menggunakan reaktor PA- MOCVD. Lapisan AlGaN ditumbuhkan dengan variasi laju alir gas reaktan, hasil penumbuhan dikarakterisasi

Lebih terperinci

KAJIAN JURNAL : PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL BATA MERAH PEJAL

KAJIAN JURNAL : PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL BATA MERAH PEJAL KAJIAN JURNAL : PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL BATA MERAH PEJAL Disusun Oleh : Brigita Octovianty Yohana W 125100601111030 Jatmiko Eko Witoyo 125100601111006 Ravendi Ellyazar 125100600111006 Riyadhul

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000

SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000 SINTESIS DAN KARAKTERISASI MAGNESIUM OKSIDA (MgO) DENGAN VARIASI MASSA PEG-6000 Peni Alpionita, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, Padang Kampus Unand Limau Manis, Pauh Padang 25163 e-mail:

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI 3.1 KONDISI ALIRAN FLUIDA Sebelum melakukan simulasi, didefinisikan terlebih dahulu kondisi aliran yang akan dipergunakan. Asumsi dasar yang dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanomaterial memiliki sifat unik yang sangat cocok untuk diaplikasikan dalam bidang industri. Sebuah material dapat dikatakan sebagai nanomaterial jika salah satu

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER NOZEL UDARA PADA SISTEM JET

PENGARUH DIAMETER NOZEL UDARA PADA SISTEM JET i Saat ini begitu banyak perusahaan teknologi dalam pembuatan satu barang. Salah satunya adalah alat penyemprotan nyamuk. Alat penyemprotan nyamuk ini terdiri dari beberapa komponen yang terdiri dari pompa,

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Produksi H 2 Sampai saat ini, bahan bakar minyak masih menjadi sumber energi yang utama. Karena kelangkaan serta harganya yang mahal, saat ini orang-orang berlomba untuk mencari

Lebih terperinci

Klasisifikasi Aliran:

Klasisifikasi Aliran: Klasisifikasi Aliran: 1) Aliran Invisid dan Viskos 2) Aliran kompresibel dan tak kompresible 3) Aliran laminer dan turbulen 4) Aliran steady dan unsteady 5) Aliran seragam dan tak seragam 6) Aliran satu,

Lebih terperinci