BAB I PENDAHULUAN II-1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN II-1"

Transkripsi

1 A I PENDAHULUAN 1.1 Latar elakang Dalam kehidupan sehari-hari kita menghadapi banyak sekali hal yang berhubungan langsung secara fisik dengan diri kita. Seperti misal berlari, berjalan, mengangkat benda, dan memindahkan sesuatu dengan posisi yang bermacam-macam. Dalam ilmu ergonomi kita bisa memecahkan permasalahan tersebut melalui pendekatan, yaitu biomekanika, manual material handling, dan physiological performance. Untuk permasalahan dalam biomekanika, kita sering sekali dihadapkan dalam sebuah kondisi dimana kita diharuskan mengangkat beban berat yang belum diketahui oleh badan kita apakah beban tersebut aman diangkat dalam posisi tertentu ataukah harus diangkat dengan posisi lain yang bisa lebih mendukung pengangkatan tersebut. Kemudian untuk manual material handling, kita sering dihadapkan dalam permasalahan dimana suatu beban yang akan kita angkat memiliki bentuk fisik yang tidak mensupport dan juga kondisi lapangan yang kurang baik bagi kita. Dan yang terakhir adalah physiological performance, dimana kita juga sering dihadapkan pada suatu pekerjaan fisik tanpa disokong oleh waktu istirahat yang optimal. Disini kita bisa dihadapkan pada recovery time yang terlalu sebentar ataupun recovery time yang terlalu lama. Hal ini sama-sama merugikan kita. Untuk waktu yang terlalu lama, pihak perusahaan bisa dirugikan karena kerja menjadi kurang optimal. Sedangkan untuk waktu yang terlalu cepat akan menyebabkan para karyawan menjadi cepat lelah dan akhirnya hasil pekerjaan akan kurang optimal lagi. Hal diatas bisa diatasi dengan pendekatan manual material handling, biomekanika, dan physiological performance. Untuk manual material handling, kita bisa mengaplikasikannya dalam pencarian nilai RWL dan LI. Dimana nilai tersebut akan kita gunakan sebagai pegangan, apakah suatu posisi pemindahan material yang kita lakukan tersebut aman digunakan ataukah termasuk dalam posisi yang tidak baik, sehingga harus dicari posisi lain yang lebih mendukung dalam perlakuan sebuah benda. Untuk biomekanika juga hampir sama, dimana untuk setiap segmen tubuh bisa kita cari berapa beban yang aman diambil dalam posisi tertentu dan menentukan stance yang paling mendukung dalam sebuah kasus material handling. Dan yang terakhir adalah physiological performance, dimana kita bisa menentukan berapa waktu istirahat (recovery time yang optimal dalam sebuah aktivitas). 1.2 Perumusan Masalah Dalam responsi modul 2 ini akan di bahas tentang analisa posisi optimum, posisi maksimum, posisi aman dan posisi back injury pada operator. Kemudian untuk physiological performance kami membahas tentang perbandingan heart rate sebelum dan sesudah aktivitas, dan mencari tahu mengenai perbandingan antara pengaruh berat badan dan jenis kelamin terhadap heart rate dan konsumsi energi, serta perbandingan antara recovery time dan waktu istirahat. Disini kami juga melakukan analisa tentang recovery time dan waktu istirahat agar dapat diketahui perbandinganya. Yang terakhir pada manual material handling, akan di bahas tentang RWL atau yang diketahui sebagai Recommended Weight Limit dan LI atau yang diketahui dengan lifting index dengan melakukan analisa perbandingan antara RWL dan berat beban yang diangkat. Disini juga akan dilakukan analisa tentang REA yaitu Rapid Entire ody Assessment dimana dengan objek operator yang diambil adalah laki-laki. II-1

2 1.3 Tujuan Responsi Tujuan dilaksanakan praktikum modul 2 adalah: 1. Mengetahui Hubungan Tiap Segmen Tubuh pada Tiap Posisi dengan Daya Angkat 2. Menganalisa Posisi dan Daya Angkat. 3. Mengetahui Perbandingan Heart Rate Sebelum dan Sesudah Aktivitas. 4. Menganalisa Perbandingan Recovery Time dengan Waktu Istirahat. 5. Mengetahui Pengaruh erat badan dan Jenis Kelamin terhadap Konsumsi Energi. 6. Mengetahui Pengaruh erat badan dan Jenis Kelamin terhadap Heart Rate 7. Mengetahui Pengaruh Konsumsi Energi Terhadap Heart Rate. 8. Mengetahui Perhitungan Lifting Index 1.4 Manfaat Responsi Adapun manfaat dalam responsi modul 2 kali ini antara lain: 1. Mengetahui posisi yang ideal bagi manusia dalam melakukan pekerjaan 2. Mampu menentukan batas beban yang dapat diangkat pekerja 3. Mampu mendesain sistem kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik pekerja 4. Mampu memperhitungkan berapa lama bekerja secara efektif dan waktu istirahat bagi para pekerja 1.5 Ruang Lingkup Responsi Ruang lingkup responsi meliputi batasan responsi dan asumsi responsi atasan Responsi Adapun batasan responsi dalam modul 2 ini adalah : 1. Pada posisi biomekanika yaitu ada 4 posisi, setiap posisi dilakukan pengukuran beban sebanyak tiga kali. 2. Pada saat treadmill berjalan dengan kecepatan 10 km/jam, operator hanya dibatasi lari selama 5 menit. 3. Pengukuran yang dilakukan sebatas dari mahasiswa Teknik Industri yang mengambil mata kuliah ergonomi pada semester gasal tahun Asumsi Responsi Adapun asumsi yang diberikan diantaranya : 1. Saat pengukuran beban pada posisi floor lift sudut yang dibentuk oleh lutut operator Saat pengukuran vertikal dan horizontal pada manual material handling, titik pusat operator dan beban sesuai dengan semestinya 3. Pada pengukuran biomekanika akan membahas tentang hubungan tiap segmen tubuh pada tiap posisi dengan daya angkat dan operatornya adalah laki-laki 4. Keadaan beban pada manual material handling diasumsikan fair 5. Gravitasi bumi g = 10m/s 2 II-2

3 A II METODOLOGI RESPONSI Dalam bab 2 yang berisi metodologi responsi akan dibagi menjadi 2 sub bab yaitu peralatan responsi dan flowchart responsi. 2.1 Peralatan Responsi Peralatan responsi yang digunakan terdiri atas peralatan yang dilakukan untuk mengukur iomekanika Peralatan responsi yang dibutuhkan pada pengambilan data biomekanika adalah : 1. Dynamometer 2. Penggaris busur 3. Observation sheet Physichological Performance Peralatan responsi yang dibutuhkan pada pengambilan data Physichological Performance adalah sebagai berikut: 1. Timbangan badan 2. Pulsemeter adalah sebuah alat pemantauan pribadi yang memungkinkan subjek mereka untuk mengukur denyut jantung secara real time atau merekam detak jantung 3. Treadmill adalah suatu mesin latihan yang digunakan untuk berjalan atau berlalu pada satu tempat. 4. Observation sheet Manual Material Handling II-3

4 Peralatan responsi yang dibutuhkan pada pengambilan data Manual Material Handling adalah sebagai berikut : 1. eban angkat. 2. Rak bertingkat 3. Kamera 4. alculator 5. Observation sheet 2.2 Flowchart Gambar Flowchart II-4

5 START ASI ERGONOMI IOMEKANIKA PHYSIOLOGIAL PERFORMANE MANUAL MATERIAL HANDLING TANGAN & KAKI UJI HEART RATE REKAP DATA REKAP DATA PERHITUNGAN RWL PROSES DENGAN MS VISIO GRAFIK HEART RATE DENGAN DENGAN WAKTU PENGGAMARAN POSISI PERHITUNGAN REOVERY TIME REKAP DATA REKAP DATA PENGHITUNGAN WAKTU ISTIRAHAT TAEL IOMEKANIKA REKAP DATA PERHITUNGAN LI PENGHITUNGAN SEGMEN REKAP DATA PENGHITUNGAN SOFTWARE ERGO INTELEGENE ANALISA DAN INTERPRETASI DATA KESIMPULAN & SARAN STOP Gambar 2.1 Flowchart iomekanika, Physical Performance, dan Manual Material Handling Penjelasan Flowchart Dalam pengerjaan responsi ergonomi modul 2 ini, dilakukan pengumpulan dan pengolahan data dari tiga jenis bagian dasar ilmu II-5

6 ergonomi, yaitu iomekanika,physical Performance dan Manual Material Handling Penjelasan Flowchart iomekanika Pada Anthropometri pengumpulan data diambil melalui pengukuran tangan dan kaki. Untuk penghitungan, terdapat empat posisi, yaitu 1. Posisi 1 : Arm Lift 2. Posisi 2 : High Far Lift 3. Posisi 3 : Leg Lift 4. Posisi 4 : Floor Lift Lalu semua data yang telah diperoleh direkap, kemudian data yang telah didapat, diproses dengan MS Visio dan juga digambar pada setiap posisinya, lalu data direkap di dalam table biomekanika, setelah itu, data dihitung sesuai panjang dan berat segmen serta dihitung juga momen yang terjadi pada tiap segmen, setelah didapat datanya, direkap kembali ke table dan kemudian semua hasil data yang diperoleh di analisa dan di interpretasikan dan membuat kesimpulan dan saran Penjelasan Flowchart Physical Performance Pada bagian Physical Performance, data yang diambil merupakan pengujian penghitungan Heart Rate terhitung pada sebelum, saat dan setelah melakukan aktivitas, semua data yang telah diperoleh direkap berdasarkan jenis kelamin dan berat. Lalu dibuat grafik hubungan antara Heart Rate dengan waktu. Setelah itu, dihitung juga Recovery Time dan juga waktu istirahat setelah melakukan aktivitas. Lalu data yang telah didapat direkap, kemudian semua hasil data yang diperoleh di analisa dan di interpretasikan, kemudian membuat kesimpulan dan saran Penjelasan Manual Material Handling Data yang telah didapat pada percobaan sebelumnya dihitung menggunakan persamaan Recommended Weight Limit (RWL), hasil yang didapatkan lalu direkap. Setelah itu, dilakukan penghitungan kembali menggunakan Perhitungan Lifting Index (LI), lalu menggunakan software ERGO Intelligence untuk mendapatkan hasil analisa REA. Setelah hasilnya didapatkan, data lalu dianalisa dan diinterpretasikan, kemudian membuat kesimpulan dan saran. II-6

7 A III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 iomekanika Definisi biomekanika dan aplikasinya iomekanika adalah bidang ilmu yang memadukan antara bidang ilmu biologi dan mekanika. iomekanika menggunakan hukum hukum fisika, mekanika teknik, biologi, dan prinsip fisiologi untuk menggambarkan kinematika dan kinetik yang terjadi pada anggota tubuh manusia. Mekanika digunakan sebagai penyusun konsep, analisa, dan desain dalam sistem biologi makhluk hidup. Dalam biomekanika, ada suatu teori yang menjelaskan bahwa terdapat 2 macam gaya yang bekerja pada saat melakukan akivitas. Yang pertama yaitu gaya isometris/statis, yaitu gaya yang dikeluarkan tanpa menghasilkan suatu kerja. ontoh dari kerja statis adalah memegang benda dengan tangan, menyangga beban tubuh pada satu kaki sedangkan kaki yang lain mengoperasikan pedal, mendorong/menarik beban berat, dll. Dan yang kedua yaitu gaya isotonis/dinamis, adalah memanjang dan memendeknya otot dengan melakukan suatu kerja. ontoh dari aplikasi biomekanika pada kehidupan sehari hari di antaranya adalah alat penyangga untuk beban berat, kaki palsu bagi penyandang cacat, klep jantung mekanik, alat pengisi air otomatis pada restoran cepat saji, dll Rekap Data eban dan Sudut Tabel 3.1 Rekap Data eban Tabel 3.2 Rekap Data Sudut Tabel 3.3 Proporsi Segmen Tubuh II-7

8 Segmen tubuh Perhitungan Panjang dan erat Segmen Tubuh Panjan...% * tinggi b Lengan Operator 1 bawah (forearm) 26.5 Nama : Yanuar Tinggi badan erat badan : 173 cm : 91 kg Lengan atas (upper arm) 16.4 Tabel 3.4 Proporsi erat Segmen Tubuh Operator 1 Punggung (trunk) 28.8 Operator 2 Nama Tinggi badan erat badan : Izzudin : 164 cm : 71 kg Tabel 3.5 erat Segmen Tubuh Operator 2 Operator 3 Nama Tinggi badan erat badan : Ferrizal : 172 cm : 81 kg Tabel 3.6 erat Segmen Tubuh Operator 3 II-8

9 3.1.4 Perhitungan Momen Segmen Tubuh untuk Setiap Posisi Posisi 1 : Arm Lift Lengan bawah D 2 F A D 1 A F A W A F A W A Gambar 3.1 Posisi lengan bawah pada Arm Lift Keterangan : w A : erat beban pada tangan (kg) w A : erat segmen (kg) F A : Gaya pada pergelangan tangan (N) F A : Gaya pada pusat massa segmen lengan bawah (N) F : Gaya pada siku (N) θ : Sudut antara lengan bawah dengan bidang horisontal D 1 : Jarak antara siku dengan pusat massa segmen lengan bawah (m) D 2 : Panjang segmen lengan bawah (m) M : Momen pada siku (Nm) Fx =0 Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0 Fy =0 FA / 2 FA + F = 0 F = F / 2+ F F A A = F A / 2. D 2. cos θ - F A. D 1. cos θ = 20,93 N M =0 F 2D os A / 2 θ FA D1os θ + M = II-9 0

10 M F = 2 D osθ + F D osθ A 2 A 1 M = {0 x 0, cos 180 } + {20,93. 0, cos 180 } = 0-3, = - 3, Nm Tabel 3.7 Tabel Gaya dan Momen Posisi 1 Lengan awah Posisi 1 operat or F (N) M (Nm) Yanuar 20,93-3, Izzudin Ferrizal Lengan atas F 90 D 3 D 4 F W 90 F Gambar 3.2 Posisi lengan atas pada Arm Lift Keterangan : w : erat segmen lengan atas (kg) F : Gaya pada segmen lengan bawah (N) F : Gaya pada pusat massa segmen lengan atas (N) F : Gaya pada bahu (N) θ : Sudut antara segmen lengan atas dengan bidang horisontal D 3 : Jarak antara bahu dengan pusat massa segmen lengan atas (m) D 4 : Panjang segmen lengan atas (m) M : Momen pada segmen lengan bawah (Nm) : Momen pada bahu (Nm) M II-10

11 Fx =0 Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0 F F Fy = 0 F = F + F + F = 0 F c = F20,93 + w. g+ [ W. g ] = 20,93 + [ 2, ] = 20, ,48 = 46,41 N F. D4.cos θ F M M = 0 = F. D4.cosθ + F. D3.cosθ + M + M. D3.cosθ M M = { 20,93. 0, cos 90 } + { 25,48. 0, cos 90 } [- 3, ] = , = 3, Nm = 0 Tabel 3.8 Tabel Gaya dan Momen Posisi 1 Lengan Atas Posisi 1 operat or F (N) M (Nm) Yanuar 46,41 3, Izzudin Ferrizal Punggung F 90 D 5 D 6 D F D W D D 90 F D Gambar 3.3 Posisi Punggung pada Arm Lift II-11

12 Keterangan : W D : erat segmen punggung (kg) F : Gaya pada segmen lengan atas (N) F D : Gaya pada pusat massa segmen punggung (N) F D : Gaya pada segmen punggung (N) θ : Sudut antara segmen punggung dengan bidang horisontal D 5 : Jarak antara pinggul dengan pusat massa segmen punggung (m) D 6 : Panjang segmen punggung (m) M : Momen pada segmen lengan atas (Nm) : Momen pada pinggul (Nm) M D Fx =0 Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0 2F F D Fy = 0 F = 2F D + F + F D D = 0 FD = 2F + wd. g F D = 2. 46, , = 92, ,44 = 624,26 N M = 0 2F. D6.cosθ F D. D5.cosθ + M + M D = 0 MD = 2F. D6.cosθ + FD. D5.cosθ M M D = { 2. 41,46. 0, cos 90 } + { 531,44. 0, cos 90 } - 3, = , = - 3, Nm Posisi 2 : High Far Lift Lengan bawah Tabel 3.9 Tabel Gaya dan Momen Posisi 1 Punggung Posisi 1 operat or F D (N) M D (Nm) Yanuar 624,26-3, Izzudin Ferrizal II-12

13 D 2 D 1 A Gambar 3.4 Posisi lengan bawah pada High Far Lift Keterangan : w A : erat beban pada tangan (kg) w A : erat segmen (kg) F A : Gaya pada pergelangan tangan (N) F A : Gaya pada pusat massa segmen lengan bawah (N) F : Gaya pada siku (N) θ : Sudut antara lengan bawah dengan bidang horisontal D 1 : Jarak antara siku dengan pusat massa segmen lengan bawah (m) D 2 : Panjang segmen lengan bawah (m) : Momen pada siku (Nm) M Fx =0 Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0 Fy =0 F / 2 F + F = 0 A A F = FA / 2+ FA F = { W A. g / 2 } + { W A. g } = { / 2 } + { 2, } = ,93 = 20,93 N M =0 F 2D os A / 2 θ FA D1os θ + M = F 40 A F A W A 0 F A W A M = F A / 2. D 2. cos θ - F A. D 1. cos θ = 0 + { 20,93. 0, cos 40 } = 0 + { 3, , } = 3, Nm Tabel 3.10 Tabel Gaya dan Momen Posisi 2 Lengan awah Posisi 2 operat or F (N) M (Nm) Yanuar 20,93 3, Izzudin II-13

14 Ferrizal Lengan atas F 120 D 3 D 4 F W 120 F Gambar 3.5 Posisi lengan atas pada High Far Lift Keterangan : w : erat segmen lengan atas (kg) F : Gaya pada segmen lengan bawah (N) F : Gaya pada pusat massa segmen lengan atas (N) F : Gaya pada bahu (N) θ : Sudut antara segmen lengan atas dengan bidang horisontal D 3 : Jarak antara bahu dengan pusat massa segmen lengan atas (m) D 4 : Panjang segmen lengan atas (m) M : Momen pada segmen lengan bawah (Nm) : Momen pada bahu (Nm) M Fx =0 Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0 F F Fy = 0 F = F + F + F = 0 F c = F20,93 + w. g+ [ W. g ] = 20,93 + [ 2, ] = 20, ,48 = 46,41 N II-14

15 F. D4.cos θ F M M = 0 = F. D4.cosθ + F. D3.cosθ + M + M. D3.cosθ M M = { 20,93. 0, cos 120 } + { 25,48. 0, cos 120 } - 3, = { 5, [-0,5] } + { 3, [-0,5] } - 3, = [-2, ] + [-1, ] 3, = -7, Nm = 0 Tabel 3.11 Tabel Gaya dan Momen Posisi 2 Lengan Atas Posisi 2 operat or F (N) M (Nm) Yanuar 46,41-7, Izzudin Ferrizal Punggung F 90 D 5 D 6 D F DW D 90 D F D Gambar 3.6 Posisi punggung pada High Far Lift Keterangan : W D : erat segmen punggung (kg) : Gaya pada segmen lengan atas (N) F II-15

16 (m) F D F D θ D 5 D 6 M M D : Gaya pada pusat massa segmen punggung (N) : Gaya pada segmen punggung (N) : Sudut antara segmen punggung dengan bidang horisontal : Jarak antara pinggul dengan pusat massa segmen punggung : Panjang segmen punggung (m) : Momen pada segmen lengan atas (Nm) : Momen pada pinggul (Nm) Fx =0 Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0 2F F D Fy = 0 F = 2F D + F + F D D = 0 FD = 2F + wd. g F D = 2. 46, , = 92, ,44 = 624,26 N M = 0 2F. D6.cosθ F D. D5.cosθ + M + M D = 0 MD = 2F. D6.cosθ + FD. D5.cosθ M M D = { 2. 41,46. 0, cos 90 } + { 531,44. 0, cos 90 } - [ -7, ] = , = 7, Nm Posisi 3 : Leg Lift Lengan bawah Tabel 3.12 Tabel Gaya dan Momen Posisi 2 Punggung Posisi 2 operat or F D (N) M D (Nm) Yanuar 624,26 7, Izzudin Ferrizal II-16

17 F D D 2 A F A A W A F A W A Gambar 3.7 Posisi lengan bawah pada Leg Lift Keterangan : w A : erat beban pada tangan (kg) w A : erat segmen (kg) F A : Gaya pada pergelangan tangan (N) F A : Gaya pada pusat massa segmen lengan bawah (N) F : Gaya pada siku (N) θ : Sudut antara lengan bawah dengan bidang horisontal D 1 : Jarak antara siku dengan pusat massa segmen lengan bawah (m) D 2 : Panjang segmen lengan bawah (m) : Momen pada siku (Nm) M Fx =0 Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0 Fy =0 FA / 2 FA + F = 0 F = FA / 2+ FA F = { W A. g / 2 } + { W A. g } = { 62,6. 10 / 2 } + { 2, } = ,93 = 333,93 N M =0 F 2D os A / 2 θ FA D1os θ + M = 0 M = F A / 2. D 2. cos θ + F A x D 1. cos θ = { , cos 260 } + { 20,93. 0, cos 260 } = -24,91762 [-0,83310] II-17

18 = -24,08452 Nm Tabel Tabel Gaya dan Momen Posisi 3 Lengan awah Posisi 3 operat or F (N) M (Nm) Yanuar 333,93-24,08452 Izzudin Ferrizal Lengan atas F D 4 D F 260 F W Gambar 3.8 Posisi lengan atas pada Leg Lift Keterangan : w F F F θ D 3 D 4 M M : erat segmen lengan atas (kg) : Gaya pada segmen lengan bawah (N) : Gaya pada pusat massa segmen lengan atas (N) : Gaya pada bahu (N) : Sudut antara segmen lengan atas dengan bidang horisontal : Jarak antara bahu dengan pusat massa segmen lengan atas (m) : Panjang segmen lengan atas (m) : Momen pada segmen lengan bawah (Nm) : Momen pada bahu (Nm) Fx =0 Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0 F F Fy = 0 F = F + F + F F = F + w. g = 0 II-18

19 F c = 333,93 + [ W x g ] = 333,93 + [ 2,548 x 10 ] = 333, ,48 = 359,51 N F. D4.cos θ F M M = 0 = F. D4.cosθ + F. D3.cosθ + M + M. D3.cosθ M M = { 333,93. 0, cos 90 } + { 25,48. 0, cos 90 } (-24,08452) = ,08452 = 24,08452 Nm = 0 Tabel 3.14 Tabel Gaya dan Momen Posisi 3 Lengan Atas Posisi 3 operat or F (N) M (Nm) Yanuar 359,5 1 24,08452 Izzudin Ferrizal Punggung D 5 65 D 6 F D F D 65 F D D W D Gambar 3.9 Posisi punggung pada Leg Lift Keterangan : W D : erat segmen punggung (kg) F : Gaya pada segmen lengan atas (N) F D : Gaya pada pusat massa segmen punggung (N) F D : Gaya pada segmen punggung (N) θ : Sudut antara segmen punggung dengan bidang horisontal II-19

20 D 5 : Jarak antara pinggul dengan pusat massa segmen punggung (m) D 6 : Panjang segmen punggung (m) M : Momen pada segmen lengan atas (Nm) M D : Momen pada pinggul (Nm) Fx =0 Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0 2F F D Fy = 0 F = 2F D + F + F D D = 0 FD = 2F + wd. g F D = , , = 1250,46 N M = 0 2F. D6.cosθ F D. D5.cosθ + M + M D = 0 MD = 2F. D6.cosθ + FD. D5.cosθ M M D = {2. 359,51. 0, cos 65 } + {531,44. 0, cos 65 } - 24,08452 = Nm Tabel 3.15 Tabel Gaya dan Momen Posisi 3 Punggung Posisi 3 operat or F D (N) M D (Nm) Yanuar 1250, Izzudin Ferrizal II-20

21 Posisi 4 : Floor Lift Lengan bawah F D 1 D 2 A F A W A A 90 F A W A Gambar 3.10 Posisi lengan bawah pada Floor Lift Keterangan : w A : erat beban pada tangan (kg) w A : erat segmen (kg) F A : Gaya pada pergelangan tangan (N) F A : Gaya pada pusat massa segmen lengan bawah (N) F : Gaya pada siku (N) θ : Sudut antara lengan bawah dengan bidang horisontal D 1 : Jarak antara siku dengan pusat massa segmen lengan bawah (m) D 2 : Panjang segmen lengan bawah (m) : Momen pada siku (Nm) M Fx =0 Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0 Fy =0 FA / 2 FA + F = 0 F = FA / 2+ FA F = { W A. g / 2 } + { W A. g } = { 20,3. 10 / 2 } + { 2, } = 122,43 N II-21

22 M =0 F 2D os M A / 2 θ FA D1os θ + M = 0 = F A / 2. D 2. cos θ + F A x D 1. cos θ = { 101,5. 0, cos 90 } + { 20,93. 0, cos 90 } = 0 Nm Tabel 3.17 Tabel Gaya dan Momen Posisi 4 Lengan awah Posisi 4 operat or F (N) M (Nm) Yanuar 122,43 0 Izzudin Ferrizal Lengan atas F 100 D 3 D 4 F W 100 F Gambar 3.11 Posisi lengan atas pada Floor Lift Keterangan : w F F F θ D 3 D 4 M M : erat segmen lengan atas (kg) : Gaya pada segmen lengan bawah (N) : Gaya pada pusat massa segmen lengan atas (N) : Gaya pada bahu (N) : Sudut antara segmen lengan atas dengan bidang horisontal : Jarak antara bahu dengan pusat massa segmen lengan atas (m) : Panjang segmen lengan atas (m) : Momen pada segmen lengan bawah (Nm) : Momen pada bahu (Nm) II-22

23 Fx =0 Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0 F F Fy = 0 F = F + F + F = 0 F c = F122,43 + w. g + [ W. g ] = 122,43 + [ 2, ] = 122, ,48 = 147,91 N M = 0 F. D4.cos θ F M = F. D4.cosθ + F. D3.cosθ + M + M. D3.cosθ M M = { 122,43. 0, cos 100 } + { 25,48. 0, cos 100 } 0 = -6, Nm = 0 Tabel 3.18 Tabel Gaya dan Momen Posisi 4 Lengan Atas Posisi 4 operat or F (N) M (Nm) Yanuar 147,91-6, Izzudin Ferrizal Punggung 75 D 6 D 5 F D F D F D Gambar 3.12 Posisi punggung pada Floor Lift Keterangan : W D : erat segmen punggung (kg) F : Gaya pada segmen lengan atas (N) : Gaya pada pusat massa segmen punggung (N) F D II-23 D 75 W D

24 (m) F D θ D 5 D 6 M M D : Gaya pada segmen punggung (N) : Sudut antara segmen punggung dengan bidang horisontal : Jarak antara pinggul dengan pusat massa segmen punggung : Panjang segmen punggung (m) : Momen pada segmen lengan atas (Nm) : Momen pada pinggul (Nm) Fx =0 Karena tidak ada gaya yang bekerja pada sumbu x, maka Fx = 0 2F F D Fy = 0 F = 2F D + F + F D D = 0 FD = 2F + wd. g F D = , , = 827 N M = 0 2F. D6.cosθ F D. D5.cosθ + M + M D = 0 MD = 2F. D6.cosθ + FD. D5.cosθ M M D = {2. 147,91. 0, cos 75 } + {531,44. 0, cos 75 } (-6,634376) = 76, Nm Tabel 3.19 Tabel Gaya dan Momen Posisi 4 Punggung Posisi 4 operat or F D (N) M D (Nm) Yanuar , Izzudin Ferrizal Analisa Posisi dan Daya Angkat Posisi Optimum Posisi yang memiliki daya angkat optimum adalah posisi yang memiliki nilai F D / M D terbesar. Untuk operator Yanuar, memiliki daya angkat optimum pada posisi 4,yaitu Floor Lift, lalu pada operator Izzudin, memiliki daya angkat optimum pada posisi 2, yaitu High Far Lift, sedangkan pada operator Ferrizal memiliki daya angkut optimum pada posisi 3, yaitu Leg Lift Posisi Maksimum Posisi yang memiliki daya angkat maksimum adalah posisi yang memiliki nilai F D terbesar. Dari semua operator yang telah melakukan pengambilan data, semuanya memiliki posisi yang sama untuk posisi maksimum, yaitu posisi 3, Leg Lift Posisi Aman Posisi paling aman yaitu posisi yang memiliki nilai M D (momen pada pinggul) terkecil. Dari semua operator yang telah melakukan II-24

25 pengambilan data, semuanya memiliki posisi yang sama untuk posisi aman, yaitu posisi 1, Arm Lift Posisi ack Injury Posisi menyebabkan back injury yaitu posisi yang memiliki nilai M D (momen pada pinggul) terbesar. Untuk operator Yanuar, posisi yang dapat mengakibatkan ack Injury yaitu pada posisi 4,yaitu Floor Lift, lalu pada operator Izzudin, posisi yang dapat mengakibatkan ack Injury yaitu pada posisi 2, yaitu High Far Lift, sedangkan pada operator Ferrizal posisi yang dapat mengakibatkan ack Injury yaitu pada posisi 3, yaitu Leg Lift. 3.2 Psychological Performance erikut akan dijelaskan mengenai Psychological Performance, cara mengitung Konsumsi Energi, Recovery Time dan waktu istirahat pada semua operator Definisi Psychological Performance dan aplikasinya Psychological Performance adalah kemampuan fisik manusia dalam melakukan kerja, sehingga kita dapat mengetahui batas kemampuan fisik manusia dalam melakukan kerja tertentu. Aplikasi Psychological Performance dalam ergonomi adalah menentukan waktu recovery time serta mengetahui besar konsumsi energi yang diperlukan dalam melakukan aktivitas tertentu Rekap Data Heart Rate normal, saat dan Setelah Aktivitas Tabel 3.20 Rekap Data Heart Rate normal dan berat badan operator Operator erat (kg) HRNormal Zaki 66,5 110 Hendrick DimasWP Hesti Santi Dewi Tabel 3.21 Rekap Data Heart Rate setelah aktivitas O p e r a t e r a t (K Za k i 6 6, Tabel 3.22 Rekap Data Heart Rate saat aktivitas H R Sa at A ktivita s O p e rat o e ra t (Kg Zaki 66, H e ndr ick D im as W P II H e sti Sant i D e w i H e n d r ic k D im a s W P H e st i

26 3.2.3 Rekap Data erdasarkan Kategori Jenis Kelamin dan erat Tabel 3.23 Rekap Data erdasarkan kategori Jenis Kelamin dan erat Operator erat (kg) Jenis Kelamin Kategori erat Zaki 66,5 Laki-Laki Hendrick 50 Laki-Laki Dimas WP 50 Laki-Laki Hesti 41 Perempuan Santi 49 Perempuan Dewi 60 Perempuan Grafik Heart Rate terhadap Waktu Gambar Grafik Heart Rate terhadap Waktu berdasarkan jenis kelamin Gambar 3.13 Grafik Heart Rate Terhadap Waktu erdasarkan Jenis Kelamin II-26

27 Zaki Gambar 3.14 Grafik Heart Rate Terhadap Waktu erdasarkan Kategori erat adan Pria Gambar 3.15 Grafik Heart Rate Terhadap Waktu erdasarkan Kategori erat adan Perempuan Perhitungan Recovery Time ontoh perhitungan recovery time pada operator zaki menggunakan ekstrapolasi: x = x = 19,6 Tabel 3.24 Tabel Heart Reart Operator x deti = x 110 Tabel 3.25 Rekap Data Recovery Time II-27 Operator HR Normal

28 3.2.6 Perhitungan Waktu Istirahat Setelah melakukan aktivitas treadmill, maka dilakukan penghitungan pengeluaran energi dengan menggunakan persamaan astuti. Perhitungan dilakukan dua kali untuk memperoleh energi pada saat istirahat (Y1) dan energi pada saat aktivitas (Y2). Y (1,2) = 1,804 0,0229 X (1,2) + 4, X (1,2) 2 Ket: Y1 = Energi pada saat istirahat Y2 = Energi pada saat aktivitas X1 = Heart Rate Normal X2 = Heart Rate Aktivitas tertinggi Sebagai contoh: Pada Operator Zaki, diketahui HR Normal = 110 dan HR saat aktivitas tertinggi = 190, maka: Y 1 = 1,804 0,0229 (110) + 4, (110) 2 Y 1 = 1,804 2, ,71 Y 1 = 4,995 kilokalori per menit Y 2 = 1,804 0,0229 (202) + 4, (202) 2 Y 2 = 1,804 4, ,247 Y 2 = 16,425 kilokalori per menit Selanjutnya adalah menghitung Konsumsi Energi pada saat operator berlali di treadmill: KE = Et Ei Ket: KE = Konsumsi Energi Et = Y 2 = Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (kilokalori per menit) Ei = Y 1 = Pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori permenit) Sebagai contoh: Pada Operator Zaki, diketahui Et=16,425 dan Ei=4,995, maka: KE = 16,425 4,995 KE = 11,43 kilokalori per menit erikut data hasil perhitungan KE pada Operator: Tabel 3.26 Rekap Data Hasil perhitungan KE Operator II-28 Aktivitas Zaki 202

29 Setelah mendapatkan nilai Konsumsi Energi untuk masing-masing operator, maka dilakukan perhitungan waktu istrirahat agar sejalan dengan beban kerja, yaitu dengan menggunakan persamaan Murrel: T ( W S ) R= W 1,5 Ket: R = Waktu istirahat ayng dibutuhkan (menit) T = Total waktu kerja W = KE = konsumsi energy rata-rata untuk bekerja (kilokalori per menit) S = Pengeluaran energy rata-rata yang direkomendasikan Sebagai contoh: Pada operator zaki, diketahui KE=8,156, maka: R = 5 (11,43 5) 11,43 1,5 R = 5 (6,43) 9,93 R = 32,15 = 3,238 menit 9,93 erikut data hasil perhitungan waktu istirahat pada operator: Tabel 3.27 Rekap Data Waktu Istirahat Operato Grafik Konsumsi Energi terhadap Heart Rate: Zaki Hendrick 2,743 Dimas WP -10,78 Hesti 0,696 Santi II-29 3,634 Dewi 0,982

30 Gambar 3.16 Grafik Hubungan KE dengan HR Normal Untuk Pria Kategori erat adan II-30

31 Gambar 3.17 Grafik Hubungan KE dengan HR Normal Untuk Perempuan Kategori erat adan Gambar 3.18 Grafik Hubungan KE dengan HR Normal Kategori Jenis Kelamin II-31

32 3.3 Manual Material Handling Definisi dan deskripsi Aktivitas Manual Material Handling Manual Material Handling adalah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang secara manual yang bisa berakibat cedera di bagian tubuh dikarenakan posisi kerja yang tidak baik. Dari alasan tersebut, maka dilakukan penelitian agar pada suatu proses kerja tidak terjadi cedera pada pekerja akibat posisi yang tidak mendukung dalam proses tersebut. Manual Material Handling berfokus kepada pengangkatan suatu beban. Apabila suatu beban pada proses pengangkatanya tidak sesuai dengan standard yang telah ditentukan, dianjurkan kepada pekerja untuk tidak melakukan proses pengangkatan agar tidak terjadi cedera. Maka dari itu, ditemukan metode yang digunakan untuk membantu suatu proses pengangkatan beban yang membantu mencegah atau mengurangi terjadinya low back pain dan injuries ( cedera tulang belakang bagian bawah ) bagi pekerja dalam melakukan aktivitas pengangkatan beban secara manual.metode ini dinamakan NIOSH Lifting Index, yang terdiri dari RWL yaitu nilai beban angkat yang dianjurkan secara teoritis untuk Manual Material Handling, dan LI yaitu nilai estimasi dari tingkat tegangan dalam suatu kegitan Manual Material Handling. Dan pada penelitian kali ini, nilai LI yang diteliti apabila nilai LI yang didapatkan lebih daripada satu ( LI > 1 ) maka pada proses pengangkatan beban tersebut terjadi kesalahan yang berakibat cedera dan perlu perbaikan, begitu juga sebaliknya apabila LI kurang daripa satu ( LI < 1 ) maka proses pengangkatan beban tersebut sudah benar Definisi RULA, REA, JSI, ORA erikut ini adalah penjelasan tentang RULA, REA, JSI, ORA RULA adalah metode pengukuran tubuh yang digunakan untuk mengestimasi resiko kerja yang berkaitan dengan gangguan yang dialami anggota tubuh bagian atas. Jadi metode RULA hanya terbatas menganalisa tubuh bagian atas. Aplikasi penggunaan RULA, terdapat pada biomekanika. Dimana biomekanika hanya menganalisa tubuh bagian atas saat melakukan proses kerja. Seperti contoh aplikasinya, saat seseorang mengangkat beban, digunakan metode RULA untuk menganalisa keadaan tubuh bagian atas. ontohnya dilakukan analisa pada punggung, badan, tangan, leher dan lain-lain. REA adalah metode pengukuran tubuh yang digunakan untuk mengestimasi resiko kerja yang berkaitan dengan gangguan yang dialami seluruh bagian tubuh. Metode REA tidak memiliki batasan dalam menganalisa, seperti metode lainya. ontoh aplikasi penggunaan REA dapat dilihat dari contoh Manual Material Handling. Seperti contoh, pada saat proses kerja khususnya pada pengangkatan beban. Dapat dianalisa menggunakan metode REA keadaan seluruh tubuh orang yang melakukan proses kerja tersebut. Analisa dapat dilakukan contohnya padaposisi tangan, punggung, leher, kepala, kaki dan lain-lain. Jadi analisa keseluruhan dapat dilakukan menggunakan metode REA. II-32

33 JSI adalah metode untuk mengistimasi resiko terjadinya kecelakaan/sakit pada pergelangan tangan dan tangan yang berdasarkan pada berat, frekuensi dan durasi pembebanan. Analisa mekanik adalah analisa mengenai tiga jenis gaya yang bekerja pada tubuh manusia menurut Winter, yaitu: Gaya gravitasi: gaya yang melalui pusat massa dari segmen tubuh manusia dengan arah ke bawah. Gaya reaksi: gaya yang terjadi akibat beban pada segmen tubuh atau berat segmen tubuh itu sendiri. Gaya otot: gaya yang terjadi pada bagian sendi, baik akibat gesekan sendi atau akibat gaya pada otot yang melekat pada sendi. Gaya ini menggambarkan besarnya momen otot. ontoh aplikasi penggunaan metode JSI, tentunya dapat dilihat dari proses pengangkatan beban. Dengan menggunakan metode ini dapat dianalisa maksimal beban yang diangkat oleh tangan, durasi kemampuan dari tangan untuk mengangkat suatu beban, dan kecepatan kerja dari tangan pada saat pengangkatan beban. Jadi, metode JSI ini hanya sebatas menganalisa bagian tubuh, khususnya pada tangan dan pergelangan tangan. ORA pertama kali ditemukan oleh Occhipinti dan olombini merupakan metode kuantitatif untuk mengidentifikasi cara kerja yang digunakan dalam pekerjaan berulang khusus alat gerak tubuh bagian atas. Metode ini mengklasifikasikan tingkat resiko pada tiga zona, yaitu zona tidak beresiko, zona agak beresiko, dan zona beresiko. Metode ini sama seperti metode sebelumnya, hanya terbatas menganalisa tubuh bagian atas. Tetapi, perbedaan metode ini terdapat pada pekerjaan yang dilakukan secara berulang-ulang. ontoh aplikasinya, seseorang yang mengangkat beban ke suatu tempat bolak-balik secara berulang dalam selang waktu tertentu. Disini dianalisa tubuh bagian atas, contohnya pada tangan Perhitungan Recommended Weight Limit (RWL) Persamaan Recommended Weight Limit (RWL) adalah sebagai berikut: RWL = L * HM * VM * DM * AM * FM * M Keterangan : L = Load onstanta, (L= 23 kg / 51 lbs) HM = Horizontal Multiplier, (HM= 25 / H) VM = Vertical Multiplier, (VM =1 0,003 I V 75 I) (VM max saat V=69 VM = 1 0,003 I V 69 I) DM = Distance Multiplier, (DM= 0,82 + I 4,5 / D I) AM = Asymetry Multiplier, (AM= 1 (0,0032 A) M = oupling Multiplier, (dilihat pada tabel) FM = Frequency Multiplier, (dilihat pada tabel) II-33

34 Gambar 3.19 Tabel RWL Pada percobaan Manual Material Handling, diketahui L = 23 kg / 51 lbs H (Origin) = 27 cm / inch HM (Origin) = 2.35 H (Destination) = 41 cm / inch HM (Destination) = 1.55 V (Origin) = 87 cm / inch VM (Origin) = V (Destination) = 57 cm / inch VM (Destination) = D = 30 cm / inch DM = 1.2 A = 0 o AM = 1 = fair M = 0.95 F = 10 lifts / min FM = 0.45 II-34

35 Rumus perhitungan RWL : RWL = L * HM * VM * DM * AM * FM * M RWL Origin : RWL Destination : RWL = 51 * 2.35 * * 1.2 * 1 * 0.45 * 0.95 RWL = lbs RWL = 51 * 1.55 * * 1.2 * 1 * 0.45 * 0.95 RWL = lbs Perhitungan Lifting Index (LI) LI (Lifting Index) adalah menyatakan nilai estimasi dari tingkat tegangan dalam suatu kegiatan pengangkatan material secara manual yang dirumuskan dengan: LI = L / RWL Keterangan: L (Load Weight) = erat beban yang diangkat (kg) Diketahui RWL (Destination) RWL (Origin) eban yang diangkat = lbs = lbs = 11 lbs esar LI (Lifting Index) pada saat mengangkat benda adalah: LI = 11 / = esar LI (Lifting Index) pada saat meletakkan benda adalah: LI = 11 / = Hasil running dengan REA ERGO Intelligence merupakan sebuah software yang dapat digunakan untuk menganalisis suatu aktivitas manual material handling. Adapun software ini terdiri dari bermacam-macam jenis didalamnya seperti RULA, REA, SI, ORA. Dalam penelitian kali ini hanya digunakan satu jenis yang ada didalamnya, yaitu: REA erdasarkan data yang didapatkan, maka dapat diketahui nilai (REA) dengan menggunakan software ERGO Intelligence. II-35

36 Gambar 3.20 Software REA Hasil perhitungan yang diperoleh dengan menggunakan software REA adalah sebagai berikut : Rapid Entire ody Assessment (REA) Analyst: Rama Job Name: Lift uku Workstation ID: 4 Hand: Right Side Job REA ategories Factors Score Wrist > 15 1 Upper Arms 46 to 90 2 Upper Arms Arm is supported -1 Lower Arms Neck > 20 1 Trunk Neutral 2 Legs Legs/feet wellsupported 1 Force >10 kg 0 oupling Poor 1 Muscle Use Repeated+4times/min 1 ody Parts Neck+Leg+Tr unk Posture Force Grip Tota Score Score Score l II-36

37 Arm+Wrist REA Grand Score: 3 Recommendation: Action Level = 1 Risk Level = Low Action (including further assessment) = May be necessary A I V ANALISA DAN INTERPRETASI DATA 4.1 iomekanika Analisa Hubungan Tiap Segmen Tubuh pada Tiap Posisi dengan Daya Angkat erdasarkan data yang didapat, pada : 1. Posisi 1 lengan bawah memberikan gaya yang lebih kecil daripada lengan atas yang keduanya diimbangi dengan gaya yang dihasilkan oleh punggung. Sedangkan momen yang terjadi yaitu lengan bawah menghasilkan momen positif yang sama dengan lengan atas, dan punggung juga menghasilkan momen dengan nilai sama akan tetapi berlawanan arah. Kondisi ini jelas tidak aman karena momen tidak seimbang antara lengan bawah dan atas dengan punggung. Kemungkinan operator akan jatuh ke belakang karena tidak seimbangnya momen yang dihasilkan. 2. Posisi 2 gaya yang dihasilkan pada lengan bawah tetap lebih kecil daripada lengan atas yang kemudian diimbangi oleh punggung. Akan tetapi memiliki perbedaan sedikit pada bagian momen. Lengan bawah menghasilkan momen positif ke arah operator begitu juga punggung. Tapi pada lengan atas dihasilkan momen yang negatif dan menyebabkan tidak seimbang momennya. Kemungkinan ini akan menyebabkan operator jatuh ke belakang. 3. Posisi 3 perbandingan gaya yang dihasilkan di tiap segmen tetap, punggung menghasilkan gaya terbesar. Sedangkan momen yang terjadi, punggung juga menghasilkan momen terbesar dan tidak seimbang sehingga membahayakan operator karena kemungkinan akan jatuh ke depan. 4. Posisi 4 kurang lebih sama perbandingan gaya seperti posisi sebelumnya, punggung mempunyai gaya terbesar untuk menopang tubuh. Sedangkan momennya punggung mempunyai nilai terbesar dan jika diperhitungkan, operator ada kemungkinan jatuh ke belakang karena tidak seimbangnya momen yang dihasilkan Analisa Posisi Optimum Posisi yang memiliki daya angkat optimum adalah posisi yang memiliki nilai F D / M D terbesar. Untuk operator Yanuar, memiliki daya angkat optimum pada posisi 4,yaitu Floor Lift. Pada posisi ini, operator menggunakan berat badan sebagai tumpuan tenaga untuk mengangkat beban, oleh sebab itu, dikarenakan operator memiliki berat badan yang cukup besar, yaitu 91 kg, mampu mengangkat beban dengan daya angkat optimum yang cukup besar dibandingkan posisi lainnya yang menggunakan tumpuan lain. Dan dengan menggunakan punggung II-37

38 sebagai penopang tubuh, dalam posisi ini operator dapat dengan mudah mengangkat beban, tetapi, dengan posisi ini juga, operator memiliki kekurangan dalam posisi ini, yaitu jika operator tidak dalam keadaan seimbang dengan posisinya, operator memiliki kemungkinan untuk jatuh ke arah belakang karena operator dalam posisi jongkok dan tentu saja posisi ini rawan untuk terjadi kecelakaan dan juga membuat operator lebih cepat lelah dibandingkan posisi yang lainnya Analisa Posisi Maksimum Posisi yang memiliki daya angkat maksimum adalah posisi yang memiliki nilai F D terbesar. Dari operator Yanuar, untuk posisi maksimum, yaitu posisi 3, Leg Lift. Pada posisi ini, tubuh menggunakan punggung sebagai tumpuannya, ditambah pula dengan berat badan sebagai sumber tenaga untuk mengangkat beban, sehingga menghasilkan momen yang lebih besar daripada segmen yang lainnya. Selain menggunakan punggung sebagai tumpuan, kaki operator juga memiliki kegunaan untuk tumpuan badan sehingga operator lebih seimbang untuk posisi belakang tubuh, akan tetapi, untuk bagian depan tubuh, keseimbangan operator masih kurang karena dalam posisi ini, operator sedikit membungkuk ke arah depan, sehingga jika operator kurang hati hati, bisa mengakibatkan operator jatuh ke arah depan Analisa Posisi Aman Posisi paling aman yaitu posisi yang memiliki nilai M D (momen pada pinggul) terkecil. Dari operator Yanuar, untuk posisi aman, yaitu menggunakan posisi 1, Arm Lift. Posisi ini menggunakan lengan atas dan lengan bawah sebagai tumpuan untuk mengangkat beban dan juga posisi tubuh operator adalah tegak sehingga keseimbangan operator lebih stabil daripada keseimbangan dengan menggunakan posisi yang lain. Akan tetapi, posisi ini meskipun aman bagi operator, memiliki kekurangan yaitu merupakan posisi yang memiliki daya angkat yang paling kecil dibandingkan dengan posisi yang lainnya. Oleh karena itu, posisi ini tidak cocok untuk digunakan oleh operator jika ingin mengangkat beban karena momennya paling kecil Analisa Posisi ack Injury Posisi back injury yaitu posisi yang memiliki nilai M D (momen pada pinggul) terbesar. Untuk operator Yanuar, posisi yang dapat mengakibatkan ack Injury yaitu pada posisi 4,yaitu Floor Lift. Pada posisi ini, posisi tubuh operator sedikit jongkok dan membungkuk. Meskipun pada posisi ini operator memiliki daya angkat yang lebih besar dibandingkan posisi yang lainnya, jika digunakan secara terus menerus akan dapat menyebabkan cedera karena posisi ini menggunakan punggung sebagai titik tumpuannya, selain itu juga, karena dalam posisi jongkok, pinggul dari operator juga mengalami stress yang berat karena harus menopan berat badan tubuh operator saat dalam posisi jongkok. 4.2 Psychological Performance Analisa Perbandingan Heart Rate Sebelum dan Setelah Aktivitas Heart Rate operator sebelum aktivitas adalah normal, karena kondisi tubuh sedang tidak melakukan kerja atau aktivitas, namun ketika melakukan aktivitas di treadmill Heart Rate tiap operator naik perlahan dari Heart Rate normalnya, hal ini disebabkan operator sedang II-38

39 melakukan kerja sehingga konsumsi energi yang dibutuhkan lebih tinggi dan akan berpengaruh terhadap kenaikan Heart Rate. Ketika setelah aktivitas Heart Rate operator perlahan menurun menuju kondisi Heart Rate normalnya, sebab waktu setelah aktivitas konsumsi energi menjadi sedikit sehingga Heart Rate akan menuju kondisi normal, naumn pada beberapa operator dalam kurun waktu lima menit belum juga mencapai Heart Rate normalnya, sehingga dibutuhkan waktu lebih dari lima menit untuk kembali ke Heart Rate normalnya Analisa Recovery Time Pada analisis Recovery Time berdasarkan data Heart Rate setelah aktivitas dapat dilihat bahwa operator mengalami penurunan Heart Rate stabil dari 190 menjadi 123 dalam waktu 5 menit. Selama 5 menit operator belum bisa mencapai Heart Rate normal yaitu 110 dikarenakan waktu istirahat kurang lama atau butuh lebih dari 5 menit Analisa Waktu Istirahat Pada perhitungan waktu istirahat, dapat dilihat bahwa terdapat variasi waktu istirahat antara 0,696 menit hingga 3,238 menit. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan heart rate normal, heart rate pada saat aktifitas serta tingkat konsumsi energi praktikan. Salah satu praktikan juga mendapat nilai negatif dalam perhitungan waktu istirahat, yang diakibatkan tingkat konsumsi energi yang dimiliki lebih rendah dibandingkan konsumsi energi yang direkomendasikan Analisa Pengaruh erat adan dan Jenis Kelamin terhadap Heart Rate erdasarkan hasil pengamatan, berat badan dan jenis kelamin berpengaruh terhadap intensitas heart rate. Dari data yang didapat, ada dua kelompok berat badan, yakni dan untuk pria, serta dan untuk wanita. Praktikan pria yang memiliki berat antara Kg, memiliki heart rate normal yang lebih kecil dibandingkan praktikan pria dengan berat badan Kg. egitupula praktikan wanita yang memiliki berat badan antara Kg, memiliki heart rate lebih kecil dibandingan praktikan wanita dengan berat badan Kg. Dari segi jenis kelamin, praktikan pria memilki kisaran heart rate antara , sedangkan praktikan wanita antara Jadi, praktikan pria cenderung memiliki heart rate normal yang lebih tinggi dibandingkan praktikan wanita. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi berat badan manusia, maka semakin tinggi pula laju metabolismenya. Laju metabolisme itu sendiri ada kaitannya dengan heart rate yang mereka miliki. Kebutuhan akan energy yang lebih besar, membuat jantung bekerja lebih ekstra pada kondisi normal. Perbedaan jenis kelamin antara pria dan wanita juga membuat perbedaan heart rate, karena pria dan wanita memilki ukuran organ, aktifitas, dan dimensi tubuh yang berbeda. Pria memiliki rata-rata dimensi tubuh yang lebih besar, serta aktifitas harian yang lebih berat dibandingkan wanita. Sehingga, laju heart rate pria, menjadi cenderung lebih besar. II-39

40 4.2.5 Analisa Pengaruh erat adan dan Jenis Kelamin terhadap Konsumsi Energi erat badan dan jenis kelamin juga mempunyai pengaruh yang serupa pada konsumsi energi. Dari hasil pengamatan, praktikan pria dengan berat badan Kg memliki konsumsi energi yang lebih rendah dibandingkan praktikan dengan berat badan Kg dalam margin 2-8. Sedangkan konsumsi energi pada praktikan wanita yang memilki berat badan antara Kg cenderung lebih besar dibandingkan praktikan dengan berat badan Kg. Dari segi jenis kelamin, praktikan pria memiliki kisaran konsumsi energi antara 2,6-11,4. Sementara konsumsi energi praktikan wanita berada pada kisaran antara 4,4-10,6. Jadi, praktikan pria cenderung memiliki konsumsi energi yang lebih tinggi, namun lebih variatif dibandingkan praktikan wanita. Perbedaan berat badan terhadap konsumsi energi tidak lepas dari heart rate yang dimiliki. Karena, rumus yang digunakan untuk menghitung konsumsi energi membutuhkan data heart rate. Sehingga logikanya, manusia dengan heart rate yang tinggi akan mempunyai konsumsi energi yang besar pula. erat badan juga mencerminkan porsi kebutuhan energi tubuh. Dan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, berat badan yang lebih besar, cenderung membutuhkan energi yang lebih besar pula untuk metabolisme tubuh. Pada praktikan wanita, kelompok berat badan Kg memilki konsumsi energi yang lebih rendah karena disebabkan variasi heart rate maksimal dan normal yang lebih kecil. Hal ini sedikit berbeda dengan teori karena pada saat pengamatan, banyak faktor yang mempengaruhi, seperti kesehatan praktikan. Selain itu, kelompok berat badan ini hanya diwakilkan oleh satu praktikan saja. Perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi konsumsi energi karena pria cenderung membutuhkan energi yang lebih besar dibandingkan wanita, karena postur tubuh yang lebih besar. Namun variasi konsumsi energi pria pada pengamatan lebih besar dibandingkan wanita. Hal ini disebabkan karena pada saat pengamatan, banyak faktor yang tidak diukur, salah satunya kesehatan praktikan, serta kebiasaan (pola hidup). Yang membuat perbedaan konsumsi energi semakin bervariasi Analisa Perbandingan Recovery Time dengan Waktu Istirahat erdasarkan data hasil pengamatan, recovery time praktikan cukup bervariasi. Dari 10 detik ke-1,63 hingga 10 detik ke-26,45. Sedangkan perhitungan waktu istirahat berkisar antara -10,78 hingga 3,634 menit. Pada perhitungan recovery time, data yang digunakan adalah pada saat praktikan mencapai titik heart rate normal. eberapa praktikan memerlukan recovery time dibawah 2 menit, namun ada pula yang sampai di atas 6 menit. Hal ini diakibatkan oleh kondisi fisik tiap praktikan yang berbeda. Semakin fit kondisi praktikan, maka semakin cepat ia menormalkan denyut jantung. Sedangkan perhitungan waktu istirahat, berkaitan dengan konsumsi energi untuk tiap praktikan. Pada praktikan ketiga, perhitungan waktu istirahat adalah -10,78 menit. Hal ini dikarenakan konsumsi energi (KE) praktikan yang lebih kecil dari konsumsi energi yang direkomendasikan. Sehingga menyebabkan nilainya menjadi negatif. II-40

41 4.3 Manual Material Handling Analisa RWL Telah dilakukan uji RWL pada operator, dan diperoleh data dari percobaan dan perhitungan tersebut. Data yang diperoleh terdapat dua jenis data yang berbeda, yaitu data RWL Origin dan data RWL Destination. Faktor penting yang membuat perbedaan pada data tersebut adalah jarak VM (Vertikal) dan HM (Horizontal) pada posisi origin maupun destination berbeda. Sedangkan pada data yang lain seperti L, DM, AM, M dan FM tetap sama, ini dikarenakan pada posisi origin maupun destination memiliki banyak kesamaan pada data tersebut seperti besar sudut putar dan tingkat genggaman. tingkat genggaman yang didapat pada percobaan kali ini adalah fair. Ini dikarenakan beban yang diangkat, tidak memiliki suatu pegangan yang nyaman, dimana suatu pegangan pada beban akan meningkatkan tingkat genggaman menjadi good. egitu juga sebaliknya, apabila beban tidak mempunyai pegangan dan ada gangguan yang menghambat pegangan, tingkat pegangan tesebut akan bersifat poor. Setelah melakukan proses perhitungan dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan NIOSH Lifting Index, ditemuan nilai RWL origin sebesar dan RWL destination sebesar. Nilai RWL sangat berpengaruh kepada nilai LI yang didapatkan nanti. Karena jika harga suatu nilai RWL besar mendekati harga nilai beban (L), maka nilai LI yang didapatkan akan semakin kecil dan itu akan berakibat baik. egitu juga sebaliknya apabila harga nilai RWL yang didapatkan kecil, menjauhi nilai beban (L), maka nilai LI yang didapatkan akan semakin besar, dan itu akan berakibat buruk. Jadi, jika nilai RWL makin besar, itu akan menjadi lebih baik. Dan sebaliknya jika RWL makin kecil itu akan berakibat buruk Analisa LI LI (Lifting Index) adalah menyatakan nilai estimasi dari tingkat tegangan dalam suatu kegiatan pengangkatan material secara manual. Perhitungan LI dibagi menjadi dua yakni pada saat mengangkat dan meletakkan beban. Semakin mendekati nilai 1, maka semakin maksimal tingkat tegangan yang dialami oleh pekerja. Sedangkan apabila angka tersebut melebihi dari 1, maka artinya beban yang diangkat sudah melewati dari batas berat yang direkomendasikan (RWL). Nilai LI destination memiliki nilai lebih daripada 1 ( LI > 1 ) juga berarti posisi pengangkatan masih memiliki potensi yang menyebabkan cedera yang lebih besar daripada posisi origin. Jadi, di kedua posisi pengangkatan baik origin dan destination masih salah dan masih perlu perbaikan agar tidak terjadi cedera Nilai LI pada saat mengangkat lebih kecil dibandingkan pada saat meletakkan karena nilai RWL saat mengangkat lebih tinggi. Atau dengan kata lain, beban maksimum yang mampu diangkat pada saat awal lebih tinggi. Artinya, estimasi tingkat tegangan pada saat meletakkan beban lebih besar dibandingkan saat mengangkat. II-41

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan semakin meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut banyak orang membuka usaha di bidang bahan

Lebih terperinci

Ada yang pernah tau tentang Niosh Lifting Equation??? Disini saya mencoba menulis gambaran tentang Niosh Lifting Equation (NLE).

Ada yang pernah tau tentang Niosh Lifting Equation??? Disini saya mencoba menulis gambaran tentang Niosh Lifting Equation (NLE). NIOSH LIFTING EQUATION Ada yang pernah tau tentang Niosh Lifting Equation??? Disini saya mencoba menulis gambaran tentang Niosh Lifting Equation (NLE). NLE merupakan perhitungan batas berat objek (RWL)

Lebih terperinci

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

Oleh: DWI APRILIYANI ( ) ANALISIS POSISI KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA PEKERJA PENGANGKATAN PRODUK JADI DI PT JAYA FOOD INDONESIA MENGGUNAKAN METODE NIOSH Oleh: DWI APRILIYANI (32412271) LATAR BELAKANG Pekerjaan fisik adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. MODUL VI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) (Sekarang)

LAMPIRAN 1. MODUL VI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) (Sekarang) LAMPIRAN 1 MODUL VI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) (Sekarang) I. Tujuan Umum Tujuan praktikum PSK&E ini secara umum adalah: a) Memberikan pemahaman kepada praktikan pentingnya menjaga keselamatan dan

Lebih terperinci

BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mampu merancang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan MODUL 10 REBA 1. Deskripsi Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator. Berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM

ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM M. Ansar Bora 1, Dian Azhari 2 1 Dosen Program Studi Teknik Industri, 2 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

Metode dan Pengukuran Kerja

Metode dan Pengukuran Kerja Metode dan Pengukuran Kerja Mengadaptasi pekerjaan, stasiun kerja, peralatan dan mesin agar cocok dengan pekerja mengurangi stress fisik pada badan pekerja dan mengurangi resiko cacat kerja yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer

Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Maret 0, pp.77-8 ISSN 0-95X Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer Saepul Bahri, Ja far Salim, Wahyu Susihono,, JurusanTeknik

Lebih terperinci

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan Ery Suhendri¹, Ade Sri Mariawati²,Ani Umiyati³ ¹ ² ³ Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa erysuhendri@yahoo.com¹,adesri77@gmail.com²,

Lebih terperinci

BAB 2. REVISED NIOSH LIFTING EQUATION

BAB 2. REVISED NIOSH LIFTING EQUATION BAB 2. REVISED NIOSH LIFTING EQUATION Metode ini digunakan untuk mmperkirakan risiko yang berhubungan dengan pekerjaan aktivitas lifting berdasarkan parameter NIOSH (National Institute of Occupational

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT Tri Wibawa Teknik Industri UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari 2 Tambakbayan Yogyakarta, 55281 Telp. 0274-485363 Fax. 0274-486256

Lebih terperinci

19/03/2013. Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet. Klasifikasi Skor RULA. Penghitungan Skor RULA. Contoh Kasus

19/03/2013. Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet. Klasifikasi Skor RULA. Penghitungan Skor RULA. Contoh Kasus Winda Halim, ST., MT IE-402 Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi 2 Jurusan Teknik Industri Fakutas Teknik Universitas Kristen Maranatha Apa Itu RULA? Contoh RULA Worksheet Klasifikasi Skor RULA Penghitungan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar -8. Modul 5: BIOMEKANIKA. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc. Modul-5, data M Arief Latar

Kegiatan Belajar -8. Modul 5: BIOMEKANIKA. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc. Modul-5, data M Arief Latar Kegiatan Belajar -8 Modul 5: BIOMEKANIKA Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Modul-5, data M Arief Latar 1 I. PENDAHULUAN Modul-5, data M Arief Latar 2 1.1. PENGERTIAN Secara terminologi, terdiri atas : kata Bio

Lebih terperinci

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik BIOMEKANIKA Definisi Biomekanika Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi ergonomi, yakni penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik

Lebih terperinci

Analisis Beban Kerja dengan Menggunakan Metode Recommended Weight Limit (RWL) di PT. Indah Kiat Pulp and Paper. Tbk

Analisis Beban Kerja dengan Menggunakan Metode Recommended Weight Limit (RWL) di PT. Indah Kiat Pulp and Paper. Tbk 49 Analisis Beban Kerja dengan Menggunakan Metode Recommended Weight Limit (RWL) di PT. Indah Kiat Pulp and Paper. Tbk Denny Astrie Anggraini 1, Riko Ahmad Daus 2 Program Studi Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Standard Nordic Questionnaire (SNQ) Nama Umur Jenis kelamin Tugas :.. :.. tahun : Pria / Wanita :.... Berilah tanda ( ) pada kolom yang tersedia berikut ini : NO JENIS KELUHAN 0 Sakit kaku di

Lebih terperinci

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik BIOMEKANIKA Definisi Biomekanika Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi ergonomi, yakni penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik

Lebih terperinci

Perancangan Peralatan Material Handling Pada Lantai Produksi Percetakan Koran PBP Di PT X

Perancangan Peralatan Material Handling Pada Lantai Produksi Percetakan Koran PBP Di PT X Perancangan Peralatan Material Handling Pada Lantai Produksi Percetakan Koran PBP Di PT X Niken Parwati dan Nidia Jurusan Teknik Industri, Universitas Bina Nusantara KH Syahdan, Rawa Belong. Jakarta E-mail:

Lebih terperinci

BAB 11 LIBERTY MUTUAL TABLES LIFTING LOWER TASKS

BAB 11 LIBERTY MUTUAL TABLES LIFTING LOWER TASKS BAB 11 LIBERTY MUTUAL TABLES LIFTING LOWER TASKS Manual material handling (MMH) merupakan penyebab utama dari low back pain dan cedera akibat dari pekerjaan yang terlalu berat dalam dunia industri. Pada

Lebih terperinci

BAB 9. 2D BIOMECHANICS

BAB 9. 2D BIOMECHANICS BAB 9. 2D BIOMECHANICS Tool ini digunakan untuk memperkirakan kompresi pada low back spinal (jajaran tulang belakang), shear force (gaya geser), momen pada lengan, bahu, L5/ S1, lutut, pergelangan kaki,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas analisis dan interpretasi hasil yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pengolahan data. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan

Lebih terperinci

BIOMEKANIKA. Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya

BIOMEKANIKA. Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya BIOMEKANIKA Ergonomi Teknik Industri Universitas Brawijaya Biomekanika Biomekanika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK TUGAS AKHIR ANALISA POSTUR KERJA DAN PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING INDUSTRI KECIL (Studi kasus: Industri Kecil Pembuatan Tahu di Kartasuro) Diajukan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu pekerjaan yang sering dilakukan oleh tenaga kerja yang bekerja di industri atau pabrik adalah pekerjaan mengangkat beban atau sering disebut dengan manual

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Ergonomi Ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu Ergo, yang berarti kerja, dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuwan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar dari aktivitas fisik manusia dalam industri terjadi dalam kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan sebagai pemindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam menjalankan proses produksi terutama kegiatan yang bersifat manual. Salah satu bentuk peranan manusia

Lebih terperinci

EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA) Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fisiologi Kerja Fisiologi kerja adalah ilmu untuk mempelajari fungsi organ tubuh manusia yang dipengaruhi oleh otot. Fungsi utama pada fisiologi adalah sistem yang mengizinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan juga semakin meningkat. Banyak pembangunan dilakukan di wilayah perkotaan maupun

Lebih terperinci

BAB 13 LIBERTY MUTUAL TABLES CARRYING LOWER TASKS

BAB 13 LIBERTY MUTUAL TABLES CARRYING LOWER TASKS BAB 13 LIBERTY MUTUAL TABLES CARRYING LOWER TASKS Manual material handling (MMH) merupakan penyebab utama dari low back pain dan cedera akibat dari pekerjaan yang terlalu berat dalam dunia industri. Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Biomekanika, Loading, Low Back Pain, L5/S1 Disc Compression, Manual Material Handling

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Biomekanika, Loading, Low Back Pain, L5/S1 Disc Compression, Manual Material Handling USULAN PERANCANGAN METODE PEMINDAHAN MATERIAL PADA PROSES LOADING SAYURAN BUNCIS DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BIOMEKANIKA (STUDI KASUS DI PT ABO FARM) 1 Ni Made Yunita Sari Dewi; 2 Rino Andias Anugraha;

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah pendekatan yang dilakukan untuk memcahkan masalah dalam penelitian ini, maka dalam bab ini akan dijelaskan secara terperinci

Lebih terperinci

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc MUSCULOSKELETAL DISORDERS dr.fauziah Elytha,MSc Muskuloskeletal disorder gangguan pada bagian otot skeletal yang disebabkan oleh karena otot menerima beban statis secara berulang dan terus menerus dalam

Lebih terperinci

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT Model Konsep Interaksi Ergonomi POSTURE??? Postur Kerja & Pergerakan An active process and is the result of a great number

Lebih terperinci

NIOSH Work Practices Guide for Manual Lifting. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc

NIOSH Work Practices Guide for Manual Lifting. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Modul-2 NIOSH Work Practices Guide for Manual Lifting Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Kegiatan Belajar -2 Pekerjaan Penanganan Material Secara Manual Katakanlah: Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP KERJA OPERATOR PENGISIAN BOTOL LITHOS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

ANALISIS SIKAP KERJA OPERATOR PENGISIAN BOTOL LITHOS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RECOMMENDED WEIGHT LIMIT ANALISIS SIKAP KERJA OPERATOR PENGISIAN BOTOL LITHOS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) (Studi Kasus di PT. Pertamina Unit Produksi Cilacap) Hendro Prassetiyo Jurusan Teknik dan Manajemen

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA SISTEM KERJA & ERGONOMI BIOMEKANIKA DAN POSTUR KERJA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA SISTEM KERJA & ERGONOMI BIOMEKANIKA DAN POSTUR KERJA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA SISTEM KERJA & ERGONOMI BIOMEKANIKA DAN POSTUR KERJA Disusun oleh: 1. Rizki Akbar Rismawan (3333110483) 2. Gina Andini (3333110951) 3. Alfian Kello (3333111444) 4. Puput Puspitasari

Lebih terperinci

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kursi roda menjadi alat bantu yang sangat penting bagi penyandang cacat fisik khususnya penyandang cacat bagian kaki dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Akan tetapi, kursi roda yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan industri pada masa kini telah berada pada masa perkembangan yang sangat pesat. Hal ini bisa dilihat dari begitu banyaknya perusahaan ataupun industri-industri

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE-METODE BIOMEKANIKA UNTUK MENGANALISIS POSTUR PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING (MMH) KAJIAN PUSTAKA

PERBANDINGAN METODE-METODE BIOMEKANIKA UNTUK MENGANALISIS POSTUR PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING (MMH) KAJIAN PUSTAKA PERBANDINGAN METODE-METODE BIOMEKANIKA UNTUK MENGANALISIS POSTUR PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING (MMH) KAJIAN PUSTAKA Edi Budiman, ST., Ratih Setyaningrum, ST. Program Studi Teknik Industri Sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Data dan Informasi Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Maret 2016. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanganan material secara manual (Manual Material Handling) didefinisikan sebagai pekerjaan penanganan material yang terdiri dari mengangkat, menurunkan, mendorong,

Lebih terperinci

Analisa Beban Kerja Pekerja Tahapan Pengemasan Unit Padatan PT Petrosida Gresik dengan Metode Recommeded Weight Limit (RWL)

Analisa Beban Kerja Pekerja Tahapan Pengemasan Unit Padatan PT Petrosida Gresik dengan Metode Recommeded Weight Limit (RWL) Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 206 Vol. 0 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 2 November 206 ISSN: 2548-509 Analisa Beban Kerja Pekerja Tahapan Pengemasan Unit Padatan PT Petrosida

Lebih terperinci

APLIKASI RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DALAM PERBAIKAN CARA PENGANGKATAN

APLIKASI RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DALAM PERBAIKAN CARA PENGANGKATAN Sanjaya, Aplikasi Recommended Weight Limit (RWL) APLIKASI RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DALAM PERBAIKAN CARA PENGANGKATAN Andree Afandy Sanjaya Fakultas Teknik Universitas Surabaya Abstrak : CV. X adalah

Lebih terperinci

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak Analisis Tingkat Risiko Cedera MSDs pada Pekerjaan Manual Material Handling dengan Metode REBA dan RULA pada Pekerjaan Area Produksi Butiran PT. Petrokimia Kayaku Reza Rashad Ardiliansyah 1*, Lukman Handoko

Lebih terperinci

POSTUR KERJA. 1. Video postur kerja operator perakitan 2. Foto hasil screencapture postur kerja

POSTUR KERJA. 1. Video postur kerja operator perakitan 2. Foto hasil screencapture postur kerja A. Deskripsi POSTUR KERJA Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator. Rapid

Lebih terperinci

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi perkembangan teknologi semakin pesat maka dengan berkembangnya teknologi manusia berusaha untuk membuat peralatan yang bisa membantu pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemindahan dengan tenaga sendiri itu disebut manual material handling.

BAB I PENDAHULUAN. Pemindahan dengan tenaga sendiri itu disebut manual material handling. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menarik dan mendorong dalam memindahkan suatu barang dari suatu tempat ke tempat lain merupakan aktivitas manusia dalam dunia kerja ataupun dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, beregrak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh : Erick Rinaldi ( ) : Prof. Dr. Ing. I Made Londen Batan, M.Eng

TUGAS AKHIR. Oleh : Erick Rinaldi ( ) : Prof. Dr. Ing. I Made Londen Batan, M.Eng TUGAS AKHIR Oleh : Erick Rinaldi (2105 100 069) Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ing. I Made Londen Batan, M.Eng Pada tahun 2004 telah dibuat sepeda santai yang ringan dan kuat yang sudah dievaluasi uji tarik

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS ANGKAT BEBAN PISAU HAND PRESS

ANALISIS AKTIVITAS ANGKAT BEBAN PISAU HAND PRESS TUGAS AKHIR ANALISIS AKTIVITAS ANGKAT BEBAN PISAU HAND PRESS DITINJAU DARI ASPEK BIOMEKANIKA DAN FISIOLOGI (Studi Kasus di PT. Bahama Lasakka, Batur, Ceper, Klaten) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

ANALISA ERGONOMI KEGIATAN MENGANGKAT BEBAN STUDI KASUS MENGANGKAT GALON AIR KE ATAS DISPENSER oleh: I Wayan Sukania *

ANALISA ERGONOMI KEGIATAN MENGANGKAT BEBAN STUDI KASUS MENGANGKAT GALON AIR KE ATAS DISPENSER oleh: I Wayan Sukania * ANALISA ERGONOMI KEGIATAN MENGANGKAT BEBAN STUDI KASUS MENGANGKAT GALON AIR KE ATAS DISPENSER oleh: I Wayan Sukania * Abstrak. Kegiatan mengangkat merupakan kegiatan yang sangat banyak ditemui baik di

Lebih terperinci

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR MENGGUNAKAN METODE RULA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR MENGGUNAKAN METODE RULA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR MENGGUNAKAN METODE RULA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS (Studi Kasus pada Bagian Bad Stock Warehouse PT. X Surabaya) ANALYSIS IMPROVEMENT OF OPERATOR

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEREDUKSI ISSUE ERGONOMICS BACKBONE PAIN PADA PROSES WELDING NUT

SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEREDUKSI ISSUE ERGONOMICS BACKBONE PAIN PADA PROSES WELDING NUT SKRIPSI PERANCANGAN ALAT BANTU UNTUK MEREDUKSI ISSUE ERGONOMICS BACKBONE PAIN PADA PROSES WELDING NUT Disusun Oleh : Sanusi Akbar NPM. 201310217011 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ISBN:

ISBN: ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA PENANGANAN MATERIAL SECARA MANUAL DENGAN MENGGUNAKAN MANNEQUIN PRO 7.1 (Studi Kasus di PT. Hidup Baru Garment & Printing) Thedy Yogasara, Daniel Siswanto, dan Indra

Lebih terperinci

Universitas Indonesia

Universitas Indonesia 36 BAB V HASIL 5. 1 Profil PT Soraya Intercine Films PT Soraya Intercine Flims merupakan rumah produksi yang didirikan pada tahun 1982. Aktivitas bisnis dari perusahaan ini antara lain adalah: 1. Memproduksi

Lebih terperinci

PERBAIKAN WORKSTATION DI PT. YUSHIRO INDONESIA UNTUK MENGURANGI RESIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL

PERBAIKAN WORKSTATION DI PT. YUSHIRO INDONESIA UNTUK MENGURANGI RESIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL Volume 8 No.2 Juli 2016 ISSN : 2085 1669 e-issn : 2460 0288 Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek Email : jurnalteknologi@umj.ac.id U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H J A K A R T A PERBAIKAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA

PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA PENGEMBANGAN ALAT PEMOTONG TAHU YANG ERGONOMIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RULA Dwi Nurul Izzhati Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik UDINUS Jl. Nakula I, No.5-11, Semarang E-mail: dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi mengenai analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Demikian juga dalam dunia industri, penggunaan teknologi atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Demikian juga dalam dunia industri, penggunaan teknologi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia tidak bisa terlepas dari suatu peradaban dunia dari waktu-kewaktu yang semakin berkembang. Perubahan tersebut tentunya menuju kearah yang

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA 60 ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA Friska Pakpahan 1, Wowo S. Kuswana 2, Ridwan A.M. Noor 3 Departemen Pendidikan Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya teknologi yang ada. Sampai saat ini tenaga kerja manusia

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya teknologi yang ada. Sampai saat ini tenaga kerja manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri pada masa sekarang ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal tersebut diimbangi dengan semakin berkembangnya teknologi yang

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali Alfian Destha Joanda *1) dan Bambang Suhardi *2) 1,2) Program Pascasarjana

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIFITAS ANGKAT BEBAN DITINJAU DARI ASPEK BIOMEKANIKA DAN FISIOLOGI

ANALISIS AKTIFITAS ANGKAT BEBAN DITINJAU DARI ASPEK BIOMEKANIKA DAN FISIOLOGI ANALISIS AKTIFITAS ANGKAT BEBAN DITINJAU DARI ASPEK BIOMEKANIKA DAN FISIOLOGI Etika Muslimah 1, Muchlison Anis 2, Rina Asri Mulyaningrum 3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penggergajian adalah proses dimana seseorang merubah bentuk suatu material dari bentuk awal menjadi bentuk yang diinginkan. Dalam dunia perindustrian saat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu menggunakan analsisi biomekanika dapat dikaitkan dengan penulisan Tugas Akhir ini. Diantaranya Budiman (2006), Theresia (2008), Dwijayanto

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA Etika Muslimah 1*, Dwi Ari Wibowo 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manual material handling atau penanganan material secara manual masih menjadi sebagian besar aktivitas yang ada di dunia industri seperti aktivitas pengangkatan,

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT. ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT PADA OPERATOR DALAM PEMBUATAN PEMBERSIH AIR LIMBAH DI PT. KAMIADA LESTARI INDONESIA Disusun Oleh: Roni Kurniawan (36411450) Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Obyek penelitian ini dilaksanakan pada UD. Raina Kota Gorontalo. Jln.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Obyek penelitian ini dilaksanakan pada UD. Raina Kota Gorontalo. Jln. 12 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini dilaksanakan pada UD. Raina Kota Gorontalo. Jln. Jend Katamso No. 22. Kelurahan Biau. Kecamatan Kota Selatan. 3.2. Waktu dan

Lebih terperinci

ANALISIS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN NIOSH EQUATION

ANALISIS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN NIOSH EQUATION ANALISIS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN NIOSH EQUATION Etika Muslimah Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta email: etika_muslimah@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 29 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan 4.1.1 Sejarah Umum Perusahaan PT BMC merupakan perusahaan orang Belanda yang kemudian dipindahkan kepemilikannya oleh pemerintah

Lebih terperinci

Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI

Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI DAFTAR ISI ABSTRAK... i PEDOMAN TUGAS AKHIR... iii KATA PENGANTAR... iv AYAT AL-QURAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR SINGKATAN... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB 4. RULA Tool ini tidak memberikan rekomendasi yang spesifik terhadap modifikasi pekerjaan. APLIKASI

BAB 4. RULA Tool ini tidak memberikan rekomendasi yang spesifik terhadap modifikasi pekerjaan. APLIKASI BAB 4. RULA RULA (Rapid Upper Limb Assessment) merupakan suatu tool yang berbentuk survei untuk mengidentifikasikan pekerjaan yang menyebabkan resiko cedera kumulatif (Cummulative Trauma Disorders/CTD)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT...

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT.XYZ merupakan industri yang bergerak di bidang konstruksi dan fabrikasi baja yang berlokasi di Bandung. Peneliti melakukan pengamatan di lantai produksi ragum bangku PT.XYZ. Pada lantai produksi

Lebih terperinci

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa ANALISIS POSTUR KERJA PADA INDUSTRI GERABAH Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI, FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA, Jln.

Lebih terperinci

Usulan Desain Proses Pengangkatan Sari Kedelai ke Penyaringan (Studi Kasus Pabrik Tahu di Batam)

Usulan Desain Proses Pengangkatan Sari Kedelai ke Penyaringan (Studi Kasus Pabrik Tahu di Batam) Petunjuk Sitasi: Siboro, B. A., Siagian, M. F., & Purbasari, A. (2017). Usulan Desain Proses Pengangkatan Sari Kedelai ke Penyaringan (Studi Kasus Pabrik Tahu di Batam). Prosiding SNTI dan SATELIT 2017

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia diawali dengan mengetahui semua pekerjaan yang dilakukan di pabrik. Setelan itu, dilakukan pengenalan istilah-istilah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK... i ii iii iv vi vii ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah...... I-1

Lebih terperinci

Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi Kata Pengantar

Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi Kata Pengantar Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi --- 1 Kata Pengantar Alhamdulillahi robbil alamin, puji syukur kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena Jurnal Tekinfo (Jurnal Ilmiah Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah tata cara yang terperinci mengenai tahap-tahap melakukan sebuah penelitian. Metodologi penelitian pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masalah utama dalam aktivitas produksi ditinjau dari segi kegiatan / proses produksi adalah bergeraknya material dari satu proses ke proses produksi berikutnya. Untuk

Lebih terperinci

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR Dewi Mulyati 1 Vera Viena 2 Irhamni 3 dan Baharuddinsyah 4 1 Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Batu bata Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah dibersihkan dari kerikil dan batu-batu lainnya. Tanah ini banyak ditemui di sekitar kita. Itulah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi Aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, teknik, manajemen dan desain / perancangan yang berkenaan pula dengan optimasi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Egonomi Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek

Lebih terperinci

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL SECARA MANUAL PEKERJA PENGANGKUT GENTENG UD. SINAR MAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA) Dian Herdiana Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas teori-teori yang digunakan sebagai landasan dan dasar pemikiran yang mendukung analisis dan pemecahan permasalahan dalam penelitian ini. 2.1 Kajian Ergonomi

Lebih terperinci

ANALISA POSISI KERJA PADA PROSES PENCETAKAN BATU BATA MENGGUNAKAN METODE NIOSH

ANALISA POSISI KERJA PADA PROSES PENCETAKAN BATU BATA MENGGUNAKAN METODE NIOSH ANALISA POSISI KERJA PADA PROSES PENCETAKAN BATU BATA MENGGUNAKAN METODE NIOSH Merry Siska 1 dan Multy Teza 2 Abstrak: Dalam melakukan aktivitas kerja, manusia sebagai pekerja mempunyai batas-batas tertentu.

Lebih terperinci

PENENTUAN MAXIMUM ACCEPTABLE WEIHGHT LIMIT (MAWL) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN FISIOLOGI

PENENTUAN MAXIMUM ACCEPTABLE WEIHGHT LIMIT (MAWL) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN FISIOLOGI ARIKA, Vol. 06, No. 1 Pebruari 2012 ISSN: 1978-1105 PENENTUAN MAXIMUM ACCEPTABLE WEIHGHT LIMIT (MAWL) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN FISIOLOGI Rapiah Sarfa Marasabessy Dosen Program Study Teknik Industri

Lebih terperinci

Analisa Postur Tubuh Pekerja Penjemuran Batako di Batam ( Studi Kasus UKM Batako Pak Sirom) Abstrak

Analisa Postur Tubuh Pekerja Penjemuran Batako di Batam ( Studi Kasus UKM Batako Pak Sirom) Abstrak Analisa Postur Tubuh Pekerja Penjemuran Batako di Batam ( Studi Kasus UKM Batako Pak Sirom) Benedikta Anna Haulian Siboro Universitas Riau Kepulauan, Batam * Email: b.anna79@gmail.com Abstrak Pekerjaan

Lebih terperinci

C.6. Perancangan Alat Bantu Kerja Pada Pekerjaan Manual Material Handling...

C.6. Perancangan Alat Bantu Kerja Pada Pekerjaan Manual Material Handling... PERANCANGAN ALAT BANTU KERJA PADA PEKERJAAN MANUAL MATERIAL HANDLING (MMH) UNTUK MEMPERBAIKI SIKAP KERJA DAN BEBAN KERJA BURUH ANGKUT (Studi Kasus di Pasar Gede Surakarta) Taufiq Rochman, Irwan Iftadi,

Lebih terperinci