BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA"

Transkripsi

1 29 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA 4.1 Sejarah Perusahaan Sejarah Umum Perusahaan PT BMC merupakan perusahaan orang Belanda yang kemudian dipindahkan kepemilikannya oleh pemerintah Indonesia. Pada masa kejayaannya, BMC merupakan kebanggan warga Bandung sekaligus merupakan fasilitas pemenuhan kebutuhan sehari hari dalam bentuk susu dan produk turunannya. Sejak awal berdiri BMC merupakan satu satunya koperasi dan pusat pengelolaan susu pertama di Bandung. Berdasarkan sejarah kepemilikannya diketahui bahwa pemilik bangunan pertama BMC dengan melihat Persil Tanah No 1713 dan No 1714 berdasarkan pengukuran tanah pada tanggal 18 Juni 1932 ( Jl Aceh no 30 sekarang) adalah Louis Hirscland. Ia bersama Van Zijl adalah peternak sapi. Kemudian dengan berdasarkan pada UU no 86 /1958 tentang nasionalisasi perusahaan perusahaan Belanda,maka pengelolaan BMC dilimpahkan pada Kodam Siliwangi yang dua tahun kemudian diserahkan kepada Departemen Peternakan. Sejak tahun 1965 hingga sekarang pengelolaan PT BMC diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat sesuai dengan keputusan Mendagri No 1 tahun Pada pelaksanaanya, pusat pengelola PT BMC adalah PD.Kertasari Marmin melalui salah satu unit usaha yaitu Unit Pusat Susu Bandung. BMC sendiri melayani kebutuhan produk susu bagi masyarakat Bandung umumnya dan orang orang Belanda pada khususnya. Kemudian Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat mengeluarkan Peraturan Daerah no 33.tentang peleburan perusahaan dari 10 Perusahaan Daerah menjadi 3 Perusahaan Daerah,yang salah satunya merupakan Perusahaan Daerah Industri Jawa Barat di bidang industri perkaretan, industri makanan serta minuman dan industri lainnya. Dimana BMC merupakan salah satu unit dari PD Industri Jawa Barat. Kemudian dari PT BMC itu sendiri dilebur menjadi satu dengan nama PT Agronesia yang mempunyai 3 divisi yaitu Divisi Makanan dan

2 Minuman (BMC), Divisi Karet (INKABA) dan Divisi Industri Es (Saripetodjo). PT Agronesia didirikan pada tanggal 1 Juli Data Umum Perusahaan PT BMC berlokasi di Jalan Aceh no 30 Bandung. PT BMC memproduksi beberapa macam produk diantaranya susu, roti, es krim,yogurt,kefir dan sample sirup. Jumlah karyawan BMC ada 32 orang bagian produksi yang terdiri dari operator susu cup, es krim, susu liter, supir, bagian kimia analysist dan bagian produksi admin seperti manajer, staff produksi, asisten manajer. Jumlah produksi yang dihasilkan untuk produk susu cup biasanya cup/hari (terdiri dari pesanan Krakatau Steel, RS Hasan Sadikin, PT Nikkon, PT Yamaha, PT Astra). Untuk susu liter biasanya plastik/hari (terdiri dari pesanan untuk hotel, rumah makan, catering, dll). Untuk sampel sirup berkisar plastik/hari (terdiri dari pesanan untuk hotel, catering, dll).untuk yogurt berkisar cup/hari Struktur Organisasi Perusahaan Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT BMC Sumber: Kantor produksi PT BMC

3 Hasil Observasi Lapangan Mesin atau Alat yang Digunakan Pada proses pembuatan susu pack, mesin dan peralatan yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1 Mesin dan Peralatan Pada Produksi Manual No Nama Alat Gambar Keterangan 1 Mesin expired date Mesin ini digunakan untuk memberi tanda expired date pada plastik susu. 2 Mesin press Mesin ini digunakan untuk mengepress susu plastik bagian atas. 3 Ember Berikut ini gambar ember yang digunakan di ruangan produksi. 4 Jerigen Berikut ini gambar jerigen yang digunakan di ruangan produksi. 5 Cedok Berikut ini gambar cedok yang digunakan di ruangan produksi. 6 Keranjang Berikut ini gambar keranjang yang digunakan di ruangan produksi. 7 Trolli Berikut ini adalah gambar trolli yang digunakan diruangan produksi. Alat ini merupakan salah satu alat material handling.

4 Jumlah Pekerja Jumlah karyawan BMC ada 32 orang bagian produksi yang terdiri dari operator produksi manual (5 orang), operator produksi mesin (5 orang) susu cup (4 orang), es krim (3 orang), yogurt (3 orang), supir (2 orang), bagian kimia analysist (2 orang) dan bagian produksi admin seperti manajer (1 orang),staff produksi (6 orang), asisten manager (1 orang) Jam Pekerja Berikut ini jam kerja yang berlaku di PT BMC diantaranya: Tabel 4.2 Jam Kerja Karyawan BMC Bagian Hari Jam Kerja Istirahat Produksi Senin-Kamis Sabtu Kantor Senin-Jumat Pembersihan Jumat Sumber: Kantor produksi PT BMC

5 Peta Proses Operasi Berikut ini adalah peta proses operasi pembuatan susu pack Gambar 4.2 Peta Proses Operasi Pembuatan Susu Pack Sumber: Kantor produksi PT BMC

6 Proses Pekerjaan Adapun proses pekerjaan yang ada pada proses pembuatan susu pack 1. Stasiun penandaan expired dated Pekerjaan ini dilakukan di atas meja kerja oleh seorang operator dalam posisi duduk. Plastik yang telah berlogo BMC diletakkan di atas rak, lalu operator memberi expired date pada plastik tersebut menggunakan mesin. 2. Stasiun pengadukan susu Pekerjaan ini dilakukan di atas meja kerja oleh seorang operator dalam posisi berdiri. Susu yang telah dipasteurisasi pada mesin pasteurisasi lalu dibawa menggunakan jerigen 20 liter ke ruang manual, lalu dituang ke ember untuk selanjutnya ditambahkan perisa sesuai dengan produksi saat itu. 3. Stasiun pengisian susu Pekerjaan ini dilakukan di atas meja kerja oleh seorang operator dalam posisi berdiri. Susu yang telah ditambahkan perisa lalu dimasukkan ke dalam plastik yang telah diberi expired date menggunakan cedok ukur, lalu diletakkan dalam keranjang untuk disealling. 4. Stasiun pengepresan/sealling Pekerjaan ini dilakukan di atas meja kerja oleh seorang operator dalam posisi berdiri. Plastik yang telah berisi susu lalu dipres atau disegel agar susu tidak tumpah, lalu diletakkan di keranjang. 5. Stasiun penyusunan susu Pekerjaan ini dilakukan di atas meja kerja oleh seorang operator dalam posisi berdiri. Susu yang telah siap untuk dimasukkan ke dalam storage disusun dalam keranjang, setelah terdapat beberapa keranjang lalu diangkat ke troli untuk disimpan.

7 Layout sistem kerja keseluruhan Skala 1:100 Gambar 4.3 Layout Stasiun Kerja Keseluruhan Sumber: Kantor produksi PT BMC

8 Pengumpulan dan Pengolahan Data Nordic Questionnaire Nordic questionnaire disebarkan kepada masing-masing operator di 5 stasiun kerja yang bertugas pada ruang produksi manual. Penyebaran kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya keluhan rasa sakit yang dialami operator selama melakukan pekerjaan. Hasil kuesioner dapat dilihat pada lampiran, berikut adalah tabel hasil kuesioner yang disebarkan.

9 37 Tabel 4.3 Hasil Nordic Questionnaire Part of Body Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5 12 bln 7 hari Sampai Tidak Bekerja 12 bln 7 hari Sampai Tidak Bekerja 12 bln 7 hari Sampai Tidak Bekerja 12 bln 7 hari Sampai Tidak Bekerja Neck Shoulders Elbows Wrists Hand Upper Back Lower Back One or Both hips One or Both Knees One or Both ankles feet Keterangan : - = tidak = iya 12 bln 7 hari Sampai Tidak Bekerja

10 38 1. Stasiun penandaan expired date Hasil kuesioner menunjukkan adanya keluhan rasa sakit di bagian leher, bahu, punggung atas, punggung bawah, dan pinggul di kedua sisi. Hal ini disebabkan karena kursi dan meja yang digunakan operator terlalu rendah dan mengakibatkan postur operator tidak nyaman pada saat menggunakan kursi dan meja untuk waktu yang lama. Maka berdasarkan analisa tersebut, diperlukan perancangan kursi dan meja yang lebih ergonomis. 2. Stasiun pengadukan susu Hasil kuesioner menunjukkan banyaknya keluhan rasa sakit terdapat pada leher, bahu, pergelangan tangan, pinggul di kedua sisi, lutut, dan pergelangan kaki. Hal ini disebabkan karena posisi operator yang terlalu banyak berdiri dan melakukan pekerjaannya menggunakan tangan. Operator bekerja dalam posisi berdiri dengan menggunakan tangan, dengan alat kerja berupa jerigen dan ember yang ditempatkan di lantai. Hal ini menyebabkan operator harus membungkuk untuk mengambil jerigen yang berisi susu untuk dituangkan ke dalam ember. Ketidaknyamanan dan rasa sakit juga diakibatkan lamanya proses pengadukan susu yang mengharuskan operator terus berdiri dan leher menunduk selama kurang lebih 3 jam lamanya. Setelah melihat hasil kuesioner, dapat diberikan solusi yang lebih rinci yaitu dilakukan penambahan fasilitas seperti meja hidrolik untuk mengangkat jerigen agar lebih mudah diangkat oleh pekerja untuk menuangkan jerigen yang berisi susu ke dalam ember. Penambahan fasilitas ini digunakan untuk membantu operator agar tidak membungkuk dalam mengambil jerigen susu. Dan penambahan fasilitas ini adalah salah satu pilihan yang dilakukan untuk mengurangi rasa sakit atau keluhan yang disebabkan dari pengangkatan susu tersebut. 3. Stasiun pengisian susu Hasil kuesioner menunjukkan banyaknya keluhan rasa sakit terdapat pada leher, pergelangan tangan, punggung bawah, pinggul dikedua sisi, lutut, dan pergelangan kaki. Hal ini disebabkan karena

11 39 posisi operator yang sama seperti pada stasiun 2 yaitu posisi operator banyak berdiri akibatnya operator sering merasakan keluhan pada bagian tubuh tersebut. Setelah melihat hasil kuesioner, diusulkan perancangan kursi dan meja yang lebih ergonomis agar operator lebih nyaman dalam melakukan pengisian susu ke dalam plastik yang sudah disiapkan. Penambahan fasilitas ini merupakan salah satu pilihan yang dilakukan untuk mengurangi rasa sakit atau keluhan yang disebabkan dari pengisian susu tersebut dikarenakan tidak tersedianya kursi dan meja pada stasiun 3 yang mengharuskan operator berdiri dalam mengerjakan pekerjaannya tersebut. 4. Stasiun sealling kemasan Hasil kuesioner menunjukkan banyaknya keluhan rasa sakit terdapat pada leher, bahu, siku, pergelangan tangan, punggung bagian atas, pinggul di kedua sisi, lutut, dan pergelangan kaki. Hal ini disebabkan karena posisi operator yang sama seperti pada stasiun 2 dan 3 yaitu posisi berdiri, akibatnya operator sering merasakan keluhan pada bagian tubuh tersebut. Setelah melihat hasil kuesioner, dapat diberikan solusi yang lebih rinci yaitu dilakukan perancangan kursi dan meja untuk membantu operator dalam meletakkan susu yang sudah berisikan susu untuk dilakukan penyegelan atau penutupan kemasan susu yang sudah diisi susu. Penambahan fasilitas tersebut digunakan agar operator dapat lebih nyaman dalam meletakkan susu yang sudah diisi ke dalam kantung plastik yang sudah ada di stasiun Stasiun penyusunan susu Hasil kuesioner menunjukkan banyaknya keluhan rasa sakit terdapat pada bahu, pergelangan tangan, punggung bagian atas, punggung bagian bawah, pinggul, lutut, dan pergelangan kaki. Hal ini disebabkan karena posisi operator lebih banyak berdiri dan mengangkat keranjang yang berisikan susu yang telah di packing akibatnya operator sering merasakan keluhan pada bagian tubuh tersebut. Setelah melihat hasil kuesioner, dapat diberikan solusi yang lebih rinci yaitu dilakukan analisis REBA dan NIOSH untuk mengetahui faktor resiko yang ditimbulkan karena pekerjaan tersebut,

12 40 dan setelah melihat nilai dari perhitungan NIOSH dilakukan perbaikan pada beberapa faktor Meja dan Kursi Kerja 1. Meja kerja Meja kerja yang digunakan operator adalah meja kerja untuk melakukan pekerjaan pada stasiun expired date. Berikut ini adalah gambar meja kerja: Gambar 4.4 Meja Kerja di Ruang Produksi Manual Sumber: Ruang produksi manual PT BMC 2. Kursi Kerja Gambar 4.5 Kursi Kerja di Ruang Produksi Manual

13 Perhitungan Anthropometri Kursi dan Meja Kerja Berdasarkan pengamatan dan hasil Nordic questionnaire, maka diperlukan perancangan meja dan kursi kerja untuk operator yang bekerja dari stasiun 1 hingga 5 agar para pekerja dapat lebih nyaman dalam melakukan pekerjaan. Berikut adalah hasil pengukuran beberapa ukuran tubuh dari 5 operator yang dibutuhkan untuk perancangan. Kode Hasil Pengukuran (cm) Opr 1 Opr 2 Opr 3 Opr 4 Opr 5 Tinggi siku posisi duduk Rentang tangan Panjang jangkauan ke depan Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Pekerja Saat Duduk Untuk Perancangan Meja Kerja Kode Hasil Pengukuran (cm) Opr 1 Opr 2 Opr 3 Opr 4 Opr 5 Lebar bahu Lebar pinggul Tinggi popliteal Pantat ke popliteal Tinggi bahu duduk Tabel 4.5 Rekapitulasi Data Pekerja Saat Duduk Untuk Perancangan Kursi Kerja Berikut adalah tabel standar deviasi perancangan meja dan kursi berdasarkan data ukuran tubuh pekerja yang telah diolah. Tabel 4.6 Standar Deviasi Perancangan Meja Kode o Tinggi siku 1.95 Rentang tangan 2 Panjang jangkauan ke depan 1.14 Perhitungan standar deviasi (o) untuk tinggi siku posisi duduk = = 23.6 o

14 42 = 1.95 Perhitungan standar deviasi (o) untuk rentang tangan = = 177 o = 2 Perhitungan standar deviasi (o) untuk panjang jangkauan ke depan = = 76.4 o = 1.14 Tabel 4.7 Standar Deviasi Perancangan Kursi Kode o Lebar bahu 1.48 Lebar pinggul 1.58 Tinggi popliteal 3.83 Pantat ke popliteal 2.28 Tinggi bahu duduk 3.03 Perhitungan standar deviasi (o) untuk lebar bahu = = 42.3 o = 1.48

15 43 Perhitungan standar deviasi (o) untuk lebar pinggul = = 33 o = 1.58 Perhitungan standar deviasi (o) untuk tinggi popliteal = = 48.2 o = 3.83 Perhitungan standar deviasi (o) untuk pantat ke popliteal = = 49.8 o = 2.28 Perhitungan standar deviasi (o) untuk tinggi bahu duduk = = 63.8 o = 3.03

16 44 Berdasarkan data ukuran tubuh 5 operator tersebut, data yang diambil untuk penentuan lebar kursi adalah data lebar pinggul. Pertimbangan hal ini karena alasan estetika sehingga lebar sandaran dan alas kursi mempunyai lebar yang sama (Panero & Zelnik, 2003), dan agar siku dapat bergerak dengan nyaman dan bebas tanpa terhalang sandaran yang terlalu lebar (Nurmianto, 2008). Berdasarkan perhitungan di atas, maka diperoleh ukuran perancangan sebagai berikut. Tabel 4.8 Ukuran Perancangan Meja dan Kursi Ukuran (cm) Meja Ukuran (cm) Kursi Tinggi (tinggi siku duduk+tinggi popliteal) 71.8 Lebar (lebar pinggul) Panjang (rentang tangan) 177 Panjang (pantat ke popliteal) Tinggi sandaran (tinggi bahu Lebar (panjang jangkauan 76.4 duduk) ke depan) Tinggi kaki (tinggi popliteal) Perhitungan persentil untuk tinggi meja atau tinggi siku ditambah tinggi popliteal Tinggi siku: P50 = = 23.6 Tinggi meja = = Perhitungan persentil untuk panjang meja atau rentang tangan P50 = = Perhitungan persentil untuk lebar meja atau panjang jangkauan ke depan P50 = = Perhitungan persentil untuk lebar kursi atau lebar pinggul P95 = o = 33 - (1.645 x 1.58) = = Perhitungan persentil untuk panjang kursi atau pantat ke popliteal P5 = o = (1.645 x 3.82) = = Perhitungan persentil untuk tinggi sandaran atau tinggi bahu duduk P95 = o = (1.645 x 3.03) = = Perhitungan persentil untuk tinggi kaki atau tinggi popliteal P50 = = 48.2

17 REBA Berdasarkan analisis hasil Nordic questionnaire, didapat bahwa ketika operator melakukan material handling pada stasiun 2 dan 5, operator mengalami keluhan pada beberapa bagian. Untuk melihat ada tidaknya resiko kecelakaan pada pekerjaan tersebut, maka dilakukan perhitungan menggunakan software REBA. Pemilihan stasiun 2 dan 5 untuk perbaikan pada material handling karena pada stasiun ini terdapat pekerjaan yang berat dan merupakan pemindahan material, jika dibandingkan dengan stasiun lainnya yang tidak terdapat proses material handling dan pekerjaannya lebih ringan Berikut adalah hasil REBA untuk material handling stasiun 2 dan 5. Gambar 4.6 REBA pada Stasiun Kedua Sumber: Pengolahan data, 2012

18 46 Gambar 4.7 REBA pada Stasiun Kelima Sumber: Pengolahan data, NIOSH Pada material handling stasiun 5 yaitu pengangkatan keranjang berisi susu ke troli, dilakukan perhitungan NIOSH sebagai perbandingan dengan REBA. Perhitungan NIOSH dilakukan untuk mengetahui nilai Lifting Index (LI) dari pekerjaan tersebut, dengan mengetahui nilai LI, maka dapat diketahui pula apakah terjadi peningkatan resiko cedera pada pekerja. Berikut adalah data perhitungan persamaan pengangkatan beban NIOSH. = 44 cm, = 52 cm = 82 cm, V akhir = 112 cm, Sudut (A) =180º Frekuensi (F) = 5 kali, LC = 23 kg, LW=30 kg Durasi = 3 menit, Coupling = Fair 1. Perhitungan Tempat Awal = = = 0,568 = 1- (0, ) = 1- (0, ) = 1- (0,021 = 0,979 D = - = =30 cm DM = = = 0,97 AM = 1- (0,0032 x A) = 1- (0,0032 x 180) = 0.424

19 47 Frekuensi = = = 1.67 pengangkatan/menit Karena frekuensi >1, waktu 1 jam, dan V 75 maka FM menjadi 0.91 CM = 1 ( Fair, V 75 cm) RWL awal = LC x x x DM x AM x FM x CM = 23 x x x 0.97 x x 0.91 x 1 = = = = Perhitungan Tempat Akhir = = = 0.48 = 1- ( ) = 1- (0.111) = D = - = =30 cm DM = = = 0.97 AM = 1- ( x A) = 1- ( x 180) = Frekuensi = = = 1.67 Karena frekuensi >1, waktu 1 jam, dan V 75 maka FM menjadi 0.91 CM = 1 ( Fair, V 75 cm) RWL akhir = LC x x x DM x AM x FM x CM = 23 x x x 0.97 x x 0.91 x 1 = = = = Tabel 4.9 Perbandingan Perhitungan NIOSH Tempat Awal dan Akhir Faktor Pengali Tempat Awal Tempat Akhir HM VM DM AM FM CM 1 (fair) 1 (fair) RWL LI

20 Keadaan Lingkungan Fisik Keadaan lingkungan fisik diukur untuk mengetahui apakah sudah memenuhi standar atau belum. Lingkungan fisik yang diukur meliputi temperatur yang diukur menggunakan termometer, pencahayaan menggunakan luxmeter, dan kebisingan menggunakan desibelmeter. Berikut adalah hasil pengukuran keadaaan lingkungan fisik selama 3 hari Temperatur Stasiun Pengukuran temperatur dan kelembaban dilakukan pada pagi hari pukul 08.00, siang hari pada pukul dan sore hari pada pukul Hasil pengukuran temperatur pada ruang produksi manual selama tiga hari dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.10 Data Temperatur Lingkungan Fisik Selama Tiga Hari (Celcius) Hari pertama Hari kedua Hari ketiga Ratarata Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Sumber: Ruang produksi manual PT BMC Didasarkan pada rekomendasi NIOSH, tentang kriteria untuk suhu nyaman; suhu udara dalam ruang yang dapat diterima adalah C dan nilai ambang batas untuk suhu bekerja adalah C. Rata-rata suhu pada ruang produksi manual adalah C maka tidak diperlukan perbaikan karena telah memenuhi standar Pencahayaan Pada pencahayaan, pengukuran dilakukan pagi hari pada pukul 08.00, siang hari pada pukul dan sore hari pada pukul Hasil pengukuran pencahayaan di lingkungan fisik kerja selama tiga hari adalah:

21 49 Stasiun Tabel 4.11 Data Pencahayaan Lingkungan Fisik Selama Tiga Hari (Luxmeter) Hari pertama Hari kedua Hari ketiga Ratarata Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Sumber: Ruang produksi manual PT BMC Dari data tersebut terlihat bahwa rata-rata intensitas cahaya adalah luxmeter. Intensitas cahaya ini sangat kurang, maka diperlukan perbaikan atau penambahan sumber cahaya yaitu berupa lampu TCL karena standar untuk perusahaan makanan dan minuman adalah 300 luxmeter (Nurmianto, 2006) Kebisingan Stasiun Untuk kebisingan, pengukuran dilakukan pada pagi hari pada pukul 08.00, siang hari pada pukul dan sore hari pada pukul Hasil pengukuran kebisingan di lingkungan fisik kerja selama tiga hari adalah Tabel 4.12 Data Kebisingan Lingkungan Fisik Selama Tiga Hari ( db ) Hari pertama Hari kedua Hari ketiga Ratarata Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore Sumber: Ruang produksi manual PT BMC Berdasarkan data di atas, rata-rata kebisingan adalah db, berdasarkan skala intensitas kebisingan standar perusahaan adalah db. Maka tidak dibutuhkan perbaikan lebih lanjut untuk kebisingan pada ruang produksi manual Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kecelakaaan kerja yang sering terjadi di antaranya pada stasiun 1: kaki tergores sudut meja dan jari tangan terkena mesin expired dated, pada stasiun

22 50 4 jari tangan terkena mesin press, dan pada stasiun 5 jatuh tergelincir. Berikut adalah diagram sebab akibat untuk kecelakaan kerja tersebut. Gambar 4.8 Diagram Fishbone Kecelakaan Kerja Kali Tergores Sudut Meja. Gambar 4.9 Diagram Fishbone Kecelakaan Kerja Jari Tangan Terkena Mesin Expired Dated

23 51 Gambar 4.10 Diagram Fishbone Kecelakaan Kerja Jari Tangan Terkena Mesin Press Gambar 4.11 Diagram Fishbone Kecelakaan Kerja Pekerja Tergelincir Analisis 5W+1H dapat dilihat pada tabel berikut.

24 52 Tabel 4.13 Analisis 5W+1H No. 1 2 Analisis 5W+1H What Why When Who Where How Kaki tergores sudut meja pada saat melakukan expired date. Jari tangan terkena mesin expired date. Kurang hati hati, kecerobohan operator, pencahayaaan kurang, sudut meja terlalu tajam. Operator kurang konsentrasi, pencahayaan kurang, operator kurang hati hati, operator tergesa-gesa., penempatan jari tangan salah, tidak ada pemegang benda kerja Saat operator melakukan pekerjaan expired date. Saat operator bekerja pada melakukan pekerjaan expired date. Operator yang melakukan pekerjaan expired date. Operator yang melakukan pekerjaan expired date. Di area kerja stasiun 1 (Expired date) Di area kerja stasiun 1 (Expired date) Kecerobohan pekerja pada saat melakukan expired date. Pekerja yang kurang konsentrasi dan ceroboh serta pencahayaan yang kurang mengakibatkan jari tangan terkena mesin expired date. 3 Jari tangan terkena mesin press. Pekerja kurang konsentrasi, operator tergesa gesa, kurang hati-hati, pencahayaan kurang, penempatan posisi jari tangan salah, keamanan mesin kurang baik. Saat operator bekerja pada mengepres plastik berisi susu Operator melakukan pekerjaan mengepres plastik berisi susu. Di area kerja stasiun 4 (Pengepresan susu). Operator kurang konsentrasi dan ceroboh, serta pencahayaan yang kurang baik mengakibatkan jari tangan terkena mesin press. 4 Jatuh tergelincir Lantai licin, operator tergesa gesa saat mengangkut keranjang susu, kurang hati hati dalam mengakut keranjang susu, pencahayaan kurang, metode mengangkat keranjang salah. Saat operator mengangkut keranjang susu. Operator yang mengangkut keranjang susu. Di ruang produksi manual. Operator yang tergesagesa saat mengangkut keranjang susu, lantai licin serta pencahayaan kurang baik sehingga mengakibatkan operator tergelincir.

25 Analisis Hasil Pengolahan Data Perbaikan Fasilitas Kerja dan Penambahan Alat Bantu 1. Perancangan kursi dan meja kerja Berdasarkan hasil pengukuran pada 5 operator, maka selanjutnya data tersebut diolah sebagai acuan perancangan fasilitas kerja yaitu meja dan kursi. Rancangan kursi dan meja ini dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran produk, yaitu bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim (terlalu besar atau terlalu kecil bila dibandingkan dengan rata-ratanya). Dan tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang ada (Wignjosoebroto, 2004). Maka agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut, digunakan persentil 5, 50, dan 95 untuk dimensi perancangan kursi dan meja ini. Perancangan kursi ini dinilai cukup dan tidak berlebihan untuk operator, karena lapisan busa pada kursi hanya lapisan tipis saja dan tidak seperti kursi kantor. Selain itu perancangan kursi ini untuk mendorong operator agar memiliki kinerja yang lebih baik karena ditunjang sarana-sarana yang memadai Gambar 4.12 Meja Perancangan

26 54 Gambar 4.13 Kursi Perancangan 2. Penambahan alat bantu Penambahan alat bantu yang diusulkan untuk stasiun 2 berupa meja hidrolik, meja hidrolik ini dipilih karena ketinggian meja tersebut dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Ukuran meja ini didesain sesuai dengan luas ruang produksi manual yang tidak terlalu luas, maka ukuran alat bantu harus minimalis namun dapat membantu operator dalam mengangkat jerigen berisi susu dari lantai untuk dituang ke ember. Gambar 4.14 Meja Hidrolik Analisis REBA Hasil skor REBA yang telah didapatkan lalu dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi skor REBA tersebut. Berikut adalah analisis skor REBA pada stasiun 2 dan 5.

27 55 1. Skor REBA stasiun 2 Sumber: Pengolahan data, 2012 Gambar 4.15 REBA Score Stasiun 2 Hasil analisis skor REBA pada stasiun 2 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.14 Analisis Skor REBA Stasiun 2 Job Factors Kategori Keterangan Wrist >15 º Membuat operator kurang nyaman Upper Arms 21-45º Cukup baik karena sejajar dengan bahu Lower Arms 0-60º Cukup Baik Neck >20º Dapat menimbulkan peregangan otot Trunk 0-20º Cukup berbahaya, operator terlalu membungkuk Legs Stable Tubuh seimbang pada dua kaki Force >10 kilogram Beban yang diangkat cukup berlebih Coupling Fair Cukup Action Level 2 Cukup Berbahaya Risk Level Medium Diperlukan adanya perbaikan

28 56 2. Skor REBA stasiun 5 Sumber: Pengolahan data, 2012 Gambar 4.16 REBA Score Stasiun 5 Analisis skor REBA pada stasiun 5 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.15 Analisis Skor REBA Stasiun 5 Job Factors Kategori Keterangan Wrist >15 º Membuat operator kurang nyaman Upper Arms 21-45º Cukup baik karena sejajar dengan bahu Lower Arms 0-60º Cukup Baik Neck >20º Dapat menimbulkan peregangan otot Trunk 21-60º Berbahaya sekali, operator terlalu membungkuk Legs Stable Tubuh seimbang pada dua kaki Force >10 kilogram Beban yang diangkat cukup berlebih Coupling Fair Cukup Action Level 3 Berbahaya Sekali Risk Level High Amat perlu adanya perbaikan

29 Analisis NIOSH Dilihat dari hasil perhitungan pengangkatan beban, besar nilai RWL awal adalah dan RWL akhir sebesar 2.391, dan nilai LI awal sebesar dan LI akhir sebesar Hasil yang didapat tidak terlalu berbeda secara signifikan yaitu karena nilai RWL awal pada saat pengangkatan beban yang dilakukan, posisi operator mengangkat beban (LW) 30 kg yang diletakkan di meja adalah berdiri dengan posisi tangan tangan memegang beban. Sedangkan pada saat RWL akhir posisi operator adalah meletakkan beban 30 kg pada lantai yang berada di sebelah kanan operator dengan meletakkan beban di lantai pada sudut 180º. RWL (Recommended Weight Limit) adalah menyatakan berat beban yang dapat diangkat oleh operator atau pekerja selama rentang waktu yang lama tanpa terjadi resiko sakit punggung yang berkitan dengan pengangkatan. Berikut analisa perhitungan tiap perhitungan pada persamaan RWL (Recommended Weight Limit) : a) LC (Load Constant) LC adalah konstanta beban yang bernilai 23 kg.besaran beban tersebut merupakan beban maksimum yang direkomendasikan untuk pengangkatan pada lokasi yang telah ditentukan. Saat dalam posisi diam, besar jarak horizontal ( ) adalah 44 cm dan besar jarak vertikal ( ) adalah 82 cm dari titik tengah antara mata kaki dan pada kondisi optimal, pengangkatan yang terus menerus pada 3 menit, dan pemegangan yang baik. Beban seberat 23 kg dapat diangkat oleh 75 % pekerja wanita dan 90% pekerja pria pada kondisi ideal. b) HM (Horizontal Multiplier) Dalam HM ditentukan jarak horizontal dari titik tengah antara mata kaki dan titik hasil proyeksi titik tengah pegangan kedua tangan ke lantai. Faktor pengali horizontal dinyatakan dalam rumus HM = (dalam cm) dimana adalah 44 cm, sehingga didapat hasil 0.568, sedangkan pada adalah Objek benda yang dipegang oleh operator cukup dekat dan dapat diangkat tanpa terhalang oleh perut dan tidak terjadi pemajangan bahu yang berlebihan dan tidak terjadi kehilangan keseimbangan. Jarak tersebut

30 58 cukup aman untuk jarak menjangkau benda. Jika nilai HM semakin kecil, posisi tangan operator saat mengangakat beban menjadi semakin turun, begitu pula sebaliknya, jika nilai semakin besar posisi tangan mengangkat benda juga akan semakin tinggi. Hasil yang didapat tersebut membuktikan bahwa kondisi tersebut cukup berbahaya karena nilainya mendekati (0), sedangkan pada sangat berbahaya karena nilai tersebut semakin mendekati nol. c) VM ( Vertical Multiplier) VM ditentukan dari jarak vertikal dari titik tengah antara dua pegangan ke lantai. Faktor pengali vertikal dinyatakan dalam rumus = 1- (0.003 V-75 ) dalam cm, dimana besar = 82 cm. Sehingga didapatkan hasil adalah dan sebesar Makin kecil besar VM, maka posisi operator saat menjangkau benda akan semakin membungkuk. Maka besar VM harus besar dan mendekati 1,sehingga posisi tubuh pada operator menjadi tegak dan tidak menyebabkan sakit punggung jika dilakukan berulang ulang pada saat menganbil benda tersebut. Dari hasil tersebut dilihat dari, kondisi yang didapat cukup berbahaya katrena nilai mendekati nol (0) dan akan berpengaruh pada LI (Lifting Index). d) DM ( Distance Multiplier) DM adalah faktor pengali jarak yang ditentukan dari perpindahan vertikal kedua tangan, mulai dari titik asal samapi ke tujuan pengangkatan. Rumus perhitungan DM = untuk cm. Hasil perhitungan DM yang didapat adalah Nilai yang didapat tersebut cukup aman karena lebih dari nol (0). e) AM ( Distance Multiplier) AM adalah faktor pengali asimetri yang ditentukan dari rumus AM = 1-( x A) dimana nilai A adalah sudut berputar pada operator saat meletakkan benda ke tujuan sehingga didapat hasil AM = Semakin besar sudut berputar (A), kemungkinan akan menyebabkan sakit pinggang juga akan semakin besar karena perputaran pinggang akan semakin ekstrim, sehingga sangat berbahaya bagi operator untuk melakukan perpindahan benda ke

31 59 tempat yang akan dituju dengan posisi berdiri tidak berubah. Dari hasil yang didapat, kondisi tersebut cukup berbahaya karena nilainya mendekati nol (0). f) FM ( Frequency Multiplier) Faktor pengali frekuensi ditentukan berdasarkan jumlah pengangkatan operator, durasi waktu pengangkatan, dan jarak vertikal pengangkatan dari lantai. Untuk mencari frekuensi, jumlah pengangkatan dibagi dengan waktu dimana jumlah pengngkatan oleh operator sebanyak 5 kali dan durasi waktu selama 2 menit, sehingga didapat hasil frekuensi sebesar 2.5. Hasil tersebut jika dilihat dari tabel Frequency Multiplier berada diantara 2 dan 3, sehingga nilai yang diambil adalah 3 dengan V 75 cm dan durasi 1 jam. g) CM ( Coupling Multiplier) Cara memegang objek mempengaruhi gaya yang diberikan pekerja kepada objek. Persamaan NIOSH membagi pemegangan bedasarkan kualitas pemegangan. Nilai yang diberikan kepada operator saat melakukan pemegangan adalah cukup (fair) yang berarti pegangan kurang optimal. Solusi Perbaikan Pengangkatan Beban dari Lingkungan Kerja Untuk solusi perbaikan pengangkatan beban dan lingkungan kerja ada beberapa faktor yang harus diubah yaitu pada faktor AM (Asymmetric Multiplier), LW (Load Weight) dan HM (Horizontal Multiplier) AM = 1- ( x A) = 1- ( x 60) = LW =15 kg = = = = = = RWL awal = LC x x x DM x AM x FM x CM = 23 x x x 0.97 x x 0.91 x 1= = = = 1.196

32 60 RWL akhir = LC x x x DM x AM x FM x CM = 23 x x x 0.97 x x 0.91 x 1 = = = = 1.44 Berikut ini adalah penjelasan dari solusi dari tiap masing masing faktor yang harus diubah: a) AM ( Distance Multiplier) Untuk besar nilai yang harus diubah dari yang besar sudut awal sebesar 180º menjadi 60º karena besar sudut 60º tidak terlalu memakan energi untuk perputaran bagian tubuh ketika mengangkat dan memindahkan beban dan akan terasa lebih nyaman, selain itu sudut 60º merupakan sudut maksimal untuk memindahkan beban tanpa terhalang oleh meja. Sehingga nilai AM akan menjadi dimana AM = 1-(0,0032 x 90). Nilai akan mendekati satu (1) yang berarti resiko terjadi cedera pada operator menjadi lebih berkurang walaupun tingkat keamanannya masih relatif berbahaya. b) LW (Load Weight) LW atau berat beban yang diangkat oleh operator dikurangi menjadi 15 kg. Pengurangan berat beban ini memang akan berpengaruh pada frekuensi pengangkatan namun nilai FM tidak berubah karena akan diikuti dengan perubahan waktu pengangkatan yaitu sebesar 6 menit atau dua kali waktu sebelumnya, karena beban pengangkatan dikurangi setengah dari berat pengangkatan sebelumnya. Penurunan berat beban ini berpengaruh besar pada nilai LI karena akan mengurangi resiko terjadi cedera punggung pada operator. c) HM (Horizontal Multiplier) Besar H awal sebelum perbaikan adalah 44 cm dan H akhir 52 cm. Berdasarkan pengamatan, jarak horizontal awal terlalu jauh dari operator sehingga diturunkan menjadi 32 cm atau lebih dekat 12 cm, dan jarak horizontal akhir diturunkan menjadi 35 cm. Penurunan jarak horizontal berpengaruh pada nilai HM awal menjadi yang sebelumnya adalah 0.568, dan HM akhir menjadi yang sebelumnya adalah 0.48.

33 61 Setelah diadakan perbaikan pada ketiga faktor tersebut, maka didapat nilai LI awal sebesar dan nilai LI akhir sebesar Penurunan nilai LI ini sangat signifikan dari nilai LI sebelum perbaikan, walaupun nilai LI masih lebih besar dari 1 namun hal ini dapat mengurangi terjadinya peningkatan resiko pada operator saat melakukan pengangkatan keranjang berisi susu Analisis Keadaan Lingkungan Fisik Pekerja Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, keadaan lingkungan fisik yang perlu diperbaiki adalah sistem pencahayaan. Rata-rata intensitas cahaya pada ruang produksi manual sebesar luxmeter, intensitas cahaya ini termasuk redup karena biasa digunakan untuk area istirahat, ruang loker, dan ruang ganti pakaian sehingga belum cukup jika digunakan untuk bekerja. Lampu yang digunakan untuk masing masing stasiun kerja adalah lampu TCL dengan ukuran 40 watt yang terletak di antara stasiun ketiga dan keempat. Pemakaian lampu lampu TL dengan ukuran 40 watt tentu dinilai sudah baik karena stasiun kerja yang ada memiliki ruang produksi yang sama sehingga cahaya yang masuk di ruangan produksi bersifat menyeluruh tetapi karena jumlah lampu yang ada hanya satu buah maka pencahayaan kurang optimal. Penempatan lampu lampu pada area produksi belum sepenuhnya baik. Setelah memperhatikan letak, intensitas dan sumber cahaya pada setiap stasiun kerja maka dapat diusulkan untuk menambahkan lampu pada stasiun pertama dan kedua sebanyak 1 buah agar cahaya dalam ruang produksi manual dapat menyebar dengan baik Analisis Kesehatan dan Keselamatan Kerja Setelah diagram sebab akibat dianalisis dan diketahui penyebabpenyebab terjadinya kecelakaan kerja tersebut, maka selanjutnya dilakukan analisis apakah sudah ada tindakan pencegahan dari perusahaan dan apakah pencegahan tersebut sudah efektif atau belum, lalu dilakukan pengusulan untuk pencegahan kecelakaan tersebut. Berikut adalah tabel analisis upaya pencegahan dari perusahaan dan usulannya.

34 62 Tabel 4.16 Analisis Pencegahan Kecelakaan Kerja Dari Perusahaan dan Usulannya No. Jenis Kecelakaan Kerja Upaya Pencegahan Perusahaan Usulan Pencegahan Kaki tergores sudut meja 1 pada saat melakukan expired dated. Jari tangan terkena mesin 2 expired dated. Jari tangan terkena mesin 3 press. 4 Jatuh tergelincir Perusahaan belum melakukan tindakan pencegahan. Perusahaan belum melakukan tindakan pencegahan. Perusahaan belum melakukan tindakan pencegahan. Perusahaan mewajibkan memakai sepatu boot. Menggunakan seragam dari bahan tebal dan sepatu boot. Menggunakan pelindung jari karena pelindung jari lebih tebal dari sarung tangan. Menggunakan pelindung jari karena pelindung jari lebih tebal dari sarung tangan. Mengganti sepatu boot yang kondisinya sudah usang dan telah aus, serta memberi sanksi yang tegas pada operator yang tidak memakai peralatan kerja.

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

Oleh: DWI APRILIYANI ( ) ANALISIS POSISI KERJA DAN TINGKAT KELELAHAN PADA PEKERJA PENGANGKATAN PRODUK JADI DI PT JAYA FOOD INDONESIA MENGGUNAKAN METODE NIOSH Oleh: DWI APRILIYANI (32412271) LATAR BELAKANG Pekerjaan fisik adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram alir Mulai Penelitian pendahuluan: Wawancara dengan pihak manajemen. Pengamatan pada ruang produksi mesin dan manual. Pengamatan kondisi sistem kerja. Identifikasi

Lebih terperinci

BAB 2. REVISED NIOSH LIFTING EQUATION

BAB 2. REVISED NIOSH LIFTING EQUATION BAB 2. REVISED NIOSH LIFTING EQUATION Metode ini digunakan untuk mmperkirakan risiko yang berhubungan dengan pekerjaan aktivitas lifting berdasarkan parameter NIOSH (National Institute of Occupational

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Analisis Postur Tubuh Dan Pengukuran Skor REBA Sebelum melakukan perancangan perbaikan fasilitas kerja terlebih dahulu menganalisa postur tubuh dengan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan hasil dari

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan semakin meningkat pula. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan tersebut banyak orang membuka usaha di bidang bahan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan penulis pada PT BMC, maka diperoleh kesimpulan yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM

ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM M. Ansar Bora 1, Dian Azhari 2 1 Dosen Program Studi Teknik Industri, 2 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan Ery Suhendri¹, Ade Sri Mariawati²,Ani Umiyati³ ¹ ² ³ Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa erysuhendri@yahoo.com¹,adesri77@gmail.com²,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terfokus pada lingkungan kerja saat ini dan data antropometri yang dibutuhkan untuk perancangan

Lebih terperinci

Ada yang pernah tau tentang Niosh Lifting Equation??? Disini saya mencoba menulis gambaran tentang Niosh Lifting Equation (NLE).

Ada yang pernah tau tentang Niosh Lifting Equation??? Disini saya mencoba menulis gambaran tentang Niosh Lifting Equation (NLE). NIOSH LIFTING EQUATION Ada yang pernah tau tentang Niosh Lifting Equation??? Disini saya mencoba menulis gambaran tentang Niosh Lifting Equation (NLE). NLE merupakan perhitungan batas berat objek (RWL)

Lebih terperinci

Analisis Beban Kerja dengan Menggunakan Metode Recommended Weight Limit (RWL) di PT. Indah Kiat Pulp and Paper. Tbk

Analisis Beban Kerja dengan Menggunakan Metode Recommended Weight Limit (RWL) di PT. Indah Kiat Pulp and Paper. Tbk 49 Analisis Beban Kerja dengan Menggunakan Metode Recommended Weight Limit (RWL) di PT. Indah Kiat Pulp and Paper. Tbk Denny Astrie Anggraini 1, Riko Ahmad Daus 2 Program Studi Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai model dan kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian mengenai desain perbaikan kursi untuk karyawan pada bagian kerja penyetelan dan pelapisan

Lebih terperinci

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT Tri Wibawa Teknik Industri UPN Veteran Yogyakarta Jl. Babarsari 2 Tambakbayan Yogyakarta, 55281 Telp. 0274-485363 Fax. 0274-486256

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian merupakan serangkaian aktivitas merumuskan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan dari suatu permasalahan yang dijadikan objek

Lebih terperinci

Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer

Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer Jurnal Teknik Industri, Vol., No., Maret 0, pp.77-8 ISSN 0-95X Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer Saepul Bahri, Ja far Salim, Wahyu Susihono,, JurusanTeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar pekerjaan dan aktivitas dalam dunia industri tidak lepas dari penanganan material secara manual (Manual Material Handling). Manual Material Handling

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manual material handling (MMH) dapat diartikan sebagai tugas pemindahan barang, aliran material, produk akhir atau benda-benda lain yang menggunakan manusia sebagai

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 Standard Nordic Questionnaire (SNQ) Nama Umur Jenis kelamin Tugas :.. :.. tahun : Pria / Wanita :.... Berilah tanda ( ) pada kolom yang tersedia berikut ini : NO JENIS KELUHAN 0 Sakit kaku di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Indonesia, membuat pembangunan juga semakin meningkat. Banyak pembangunan dilakukan di wilayah perkotaan maupun

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Nai Shoes Collection merupakan home industry yang bergerak di bidang industri sepatu safety dan sepatu boot yang berlokasi di Jl. Cibaduyut Raya Gang Eteh Umi RT. 2 RW 1 kota Bandung.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. MODUL VI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) (Sekarang)

LAMPIRAN 1. MODUL VI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) (Sekarang) LAMPIRAN 1 MODUL VI KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA (K3) (Sekarang) I. Tujuan Umum Tujuan praktikum PSK&E ini secara umum adalah: a) Memberikan pemahaman kepada praktikan pentingnya menjaga keselamatan dan

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP KERJA OPERATOR PENGISIAN BOTOL LITHOS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

ANALISIS SIKAP KERJA OPERATOR PENGISIAN BOTOL LITHOS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RECOMMENDED WEIGHT LIMIT ANALISIS SIKAP KERJA OPERATOR PENGISIAN BOTOL LITHOS DENGAN MENGGUNAKAN METODE RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) (Studi Kasus di PT. Pertamina Unit Produksi Cilacap) Hendro Prassetiyo Jurusan Teknik dan Manajemen

Lebih terperinci

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak Analisis Tingkat Risiko Cedera MSDs pada Pekerjaan Manual Material Handling dengan Metode REBA dan RULA pada Pekerjaan Area Produksi Butiran PT. Petrokimia Kayaku Reza Rashad Ardiliansyah 1*, Lukman Handoko

Lebih terperinci

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa ANALISIS POSTUR KERJA PADA INDUSTRI GERABAH Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI, FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA, Jln.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Dalam suatu sistem kerja, manusia memegang peranan penting karena harus merencanakan, mengendalikan serta mengevaluasi keluaran yang diharapkan. Untuk dapat merancang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA 138 BAB V HASIL DAN ANALISA 5.2. Hasil PT. Intan Pertiwi Industri merupakan perusahaan industri yang bergerak dalam pembuatan elektroda untuk pengelasan. Untuk menemukan permasalahan yang terdapat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini memunculkan berbagai jenis usaha. Semua kegiatan perindustrian tersebut tidak terlepas dari peran manusia, mesin dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia industri saat ini sangat berkembang pesat di Indonesia. Akan tetapi kepedulian para pengusaha baik perusahaan besar maupun kecil terhadap

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT. ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESMENT PADA OPERATOR DALAM PEMBUATAN PEMBERSIH AIR LIMBAH DI PT. KAMIADA LESTARI INDONESIA Disusun Oleh: Roni Kurniawan (36411450) Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 30 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1. Pengumpulan data 4.1.1 Layout Lini Produksi Sekarang Gambar 4.1 Layout Assembly Line Gambar di atas menunjukkan denah lini produksi PT. Federal Karyatama yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii AYAT AL-QURAN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR

Lebih terperinci

BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA BIOMEKANIKA PERTEMUAN #14 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mampu merancang

Lebih terperinci

Metode dan Pengukuran Kerja

Metode dan Pengukuran Kerja Metode dan Pengukuran Kerja Mengadaptasi pekerjaan, stasiun kerja, peralatan dan mesin agar cocok dengan pekerja mengurangi stress fisik pada badan pekerja dan mengurangi resiko cacat kerja yang berhubungan

Lebih terperinci

Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo

Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo Performa (2011) Vol. 10, No. 2: 119-130 Perancangan Alat Bantu Pemasangan Stiker Gitar untuk Mengurangi Keluhan dan Memperbaiki Postur Kerja di Tarjo Guitar Sukoharjo Maria Puspita Sari, Rahmaniyah Dwi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire

Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire Lampiran 1. Format Standard Nordic Quetionnaire A. DATA RESPONDEN Nama : Usia : Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan Status Pernikahan : Berat Badan Tinggi Badan : kg : cm Tangan dominan : a. Kanan

Lebih terperinci

MODUL I DESAIN ERGONOMI

MODUL I DESAIN ERGONOMI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu sistem kerja, pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama, yaitu: manusia, bahan, mesin dan lingkungan kerja. Dari keempat komponen tersebut, komponen manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya era globalisasi, pemenuhan kebutuhan dari pada manusia semakin bertambah. Bukan hanya kebutuhan primer saja yang harus terpenuhi oleh manusia,

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas analisis dan interpretasi hasil yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pengolahan data. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan gambaran tentang langkah-langkah pendekatan yang dilakukan untuk memcahkan masalah dalam penelitian ini, maka dalam bab ini akan dijelaskan secara terperinci

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT X bergerak di bidang industri manufaktur yang memproduksi karet sebagai hasil utamanya. Operator mengalami keluhan sakit pada leher, punggung, lengan, dan kaki akibat pekerjaan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan dalam diagram alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Pustaka Studi Lapangan Identifikasi

Lebih terperinci

PERANCANGAN FASILITAS DAN PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA STASIUN PENGEBORAN DI PT. PEPUTRA MASTERINDO

PERANCANGAN FASILITAS DAN PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA STASIUN PENGEBORAN DI PT. PEPUTRA MASTERINDO PERANCANGAN FASILITAS DAN PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA STASIUN PENGEBORAN DI PT. PEPUTRA MASTERINDO Zayyinul Hayati Zen 1, Satriardi 2, Kismadi 3 1,2,3 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Perancangan Peralatan Material Handling Pada Lantai Produksi Percetakan Koran PBP Di PT X

Perancangan Peralatan Material Handling Pada Lantai Produksi Percetakan Koran PBP Di PT X Perancangan Peralatan Material Handling Pada Lantai Produksi Percetakan Koran PBP Di PT X Niken Parwati dan Nidia Jurusan Teknik Industri, Universitas Bina Nusantara KH Syahdan, Rawa Belong. Jakarta E-mail:

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pabrik Tahu Cibuntu merupakan salah satu dari sekian banyak perusahaan di Bandung yang memproduksi tahu. Berlokasi di daerah jalan Babakan Ciparay, Kecamatan Bandung Kulon, pabrik ini memiliki

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA Etika Muslimah 1*, Dwi Ari Wibowo 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas yang dilakukan oleh manusia pada dasarnya memberikan dampak yang positif dan negatif pada tubuh manusia. Salah satu bagian yang paling berdampak pada aktivitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI... xiv ABSTRACT...

Lebih terperinci

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

B A B III METODOLOGI PENELITIAN B A B III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penulisan laporan ini, penulis membagi metodologi pemecahan masalah dalam beberapa tahap, yaitu : 1. Tahap Indentifikasi Masalah 2. Tahap Pengumpulan Data dan Pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahu Sumedang yaitu makanan khas dari Kota Sumedang yang terbuat dari kacang kedelai, kemudian dicampur dengan bibit tahu. Makanan khas Sumedang ini biasa disajikan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC BAB V ANALISA HASIL 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, OWAS & QEC Berdasarkan bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan analisis hasil pengolahan data terhadap pengukuran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi 2.1.1 Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah suatu ilmu yang dapat digunakan untuk menggunakan informasi/data sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang sistem

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan dengan cara melihat langsung pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja pada perusahaan yang diteliti. Data yang diambil

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Postur Kerja Berdasarkan Metode REBA. area Die Casting dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Postur Kerja Berdasarkan Metode REBA. area Die Casting dapat dijelaskan sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN A. Analisis Postur Kerja Berdasarkan Metode REBA Berdasarkan hasil penilaian postur kerja berdasarkan metode REBA di area Die Casting dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Station Melting

Lebih terperinci

PERBAIKAN WORKSTATION DI PT. YUSHIRO INDONESIA UNTUK MENGURANGI RESIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL

PERBAIKAN WORKSTATION DI PT. YUSHIRO INDONESIA UNTUK MENGURANGI RESIKO KELUHAN MUSKULOSKELETAL Volume 8 No.2 Juli 2016 ISSN : 2085 1669 e-issn : 2460 0288 Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/jurtek Email : jurnalteknologi@umj.ac.id U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H J A K A R T A PERBAIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Kondisi Lapangan Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat usaha informal pejahitan pakaian di wilayah Depok, khususnya Kecamatan Sukmajaya. Jumlah tempat usaha

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Toko Sinar Mustika, Bandung berdiri sejak tahun 1990, merupakan toko yang bergerak di bidang jual beli kain. Masalah yang dihadapi oleh toko ini adalah mengenai troli yang tidak ergonomis dan tidak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kemajuan perekonomian di Indonesia telah membuat perusahaan semakin bersaing. Oleh karena itu, perusahaan terus memperbaiki dan mempertahankan produk yang mereka hasilkan. Perusahaan terus memperbaiki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia industri manufaktur di Indonesia tengah berkembang dengan baik. Tetapi perkembangan ke arah yang baik ini tidak diimbangi dengan kepedulian para pengusaha

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tahu Sumedang adalah salah satu makanan khas Kota Sumedang. Pabrik Tahu di Sumedang semakin berkembang karena potensi pasar yang tinggi. Salah satu pabrik tahu di Kota Sumedang yaitu pabrik tahu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan dunia modern, mesin, peralatan dan segala produk sudah dipasarkan kepada seluruh masyarakat agar mereka merasa lebih mudah dan diuntungkan. Pada awalnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan industri di negara Indonesia sedang mengalami peningkatan yang cukup pesat, baik itu dalam bidang jasa atau manufaktur. Persaingan antara

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Hasil A. Penilaian Postur Kerja Berdasarkan Metode RULA Hasil pengolahan data postur kerja pengawas radiasi pertama di SDPFPI- DPFRZR-BAPETEN dengan metode RULA, dapat dilihat

Lebih terperinci

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS Dian Palupi Restuputri *1, Erry Septya Primadi 2, M. Lukman 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang akan di lewati dalam melakukan penelitian. Metodologi penelitian ini akan membantu menyelesaikan penelitian

Lebih terperinci

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN Disusun oleh: Daryono (344169) Jurusan : Teknik Industri Fakultas : Teknologi Industri

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN (Studi Kasus Industri Tenun Pandai Sikek Sumatera Barat) Nilda Tri Putri, Ichwan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses persalinan merupakan tantangan bagi seorang ibu dan bayi yaitu antara hidup dan mati. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi mengenai analisis dan interpretasi hasil berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi hasil bertujuan untuk menjelaskan

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) Julianus Hutabarat,Nelly Budiharti, Ida Bagus Suardika Dosen Jurusan Teknik Industri,Intitut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas teori-teori yang digunakan sebagai landasan dan dasar pemikiran yang mendukung analisis dan pemecahan permasalahan dalam penelitian ini. 2.1 Kajian Ergonomi

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Dari hasil analisis mengenai sarana- sarana fisik dan lingkungan fisik ruangan laboratorium sistem produksi jurusan teknik industri ada yang sudah ergonomis

Lebih terperinci

BAB 9. 2D BIOMECHANICS

BAB 9. 2D BIOMECHANICS BAB 9. 2D BIOMECHANICS Tool ini digunakan untuk memperkirakan kompresi pada low back spinal (jajaran tulang belakang), shear force (gaya geser), momen pada lengan, bahu, L5/ S1, lutut, pergelangan kaki,

Lebih terperinci

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan MODUL 10 REBA 1. Deskripsi Rapid Entire Body Assessment (REBA) merupakan metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomic dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur kerja seorang operator. Berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS ERGONOMI PADA PEKERJA LAUNDRI

ANALISIS ERGONOMI PADA PEKERJA LAUNDRI ANALISIS ERGONOMI PADA PEKERJA LAUNDRI Peneliti : Anita Dewi Prahastuti Sujoso 1 Mahasiswa : Melisa Fani 2, Alifatul Fitria 3, Rsikita Ikmala 4 Sumber dana : 1, Dosen Bagian Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan

Lebih terperinci

Analisa Beban Kerja Pekerja Tahapan Pengemasan Unit Padatan PT Petrosida Gresik dengan Metode Recommeded Weight Limit (RWL)

Analisa Beban Kerja Pekerja Tahapan Pengemasan Unit Padatan PT Petrosida Gresik dengan Metode Recommeded Weight Limit (RWL) Seminar Nasional Maritim, Sains, dan Teknologi Terapan 206 Vol. 0 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 2 November 206 ISSN: 2548-509 Analisa Beban Kerja Pekerja Tahapan Pengemasan Unit Padatan PT Petrosida

Lebih terperinci

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR Abstrak. Meja dan kursi adalah fasilitas sekolah yang berpengaruh terhadap postur tubuh siswa. Postur tubuh akan bekerja secara alami jika menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Penyelesaian masalah yang diteliti dalam penelitian ini memerlukan teoriteori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut

Lebih terperinci

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG

Lebih terperinci

ANALISIS DAN USULAN PERANCANGAN SISTEM KERJA DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi Kasus di Konveksi Pakaian XYZ ) Winda Halim 1*, Budiman 2

ANALISIS DAN USULAN PERANCANGAN SISTEM KERJA DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi Kasus di Konveksi Pakaian XYZ ) Winda Halim 1*, Budiman 2 ANALISIS DAN USULAN PERANCANGAN SISTEM KERJA DITINJAU DARI SEGI ERGONOMI (Studi Kasus di Konveksi Pakaian XYZ ) Winda Halim 1*, Budiman 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kegiatan perusahaan, kajian tentang produktivitas umumnya selalu dikaitkan hanya pada masalah teknologi produksi dan masalah ekonomi, padahal disamping hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas manual material handling atau penanganan material secara manual masih menjadi sebagian besar aktivitas yang ada di dunia industri seperti aktivitas pengangkatan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanganan material secara manual (Manual Material Handling) didefinisikan sebagai pekerjaan penanganan material yang terdiri dari mengangkat, menurunkan, mendorong,

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.1.1 Kondisi Fasilitas Fisik di Tempat Produksi Dilihat dari kondisi aktual dari fasilitas fisik di tempat produksi mochi kacang, jika ditinjau dari segi antropometri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cuci jet stream motor Al-Hidayah adalah suatu bidang jasa mencuci motor dengan menggunakan engine spray. Kelebihan dari cuci jet stream motor adalah bisa membersihkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 - Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 - Pendahuluan Bab 1 - Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin banyaknya bengkel di Kota Bandung menyebabkan terjadinya persaingan ketat, dimana masing-masing bengkel berlomba menawarkan harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap produktivitas kerja manusia. Perancangan atau redesain

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap produktivitas kerja manusia. Perancangan atau redesain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stasiun kerja merupakan salah satu komponen yang harus diperhatikan berkenaan dalam upaya peningkatan produktivitas kerja. Kondisi kerja yang tidak memperhatikan kenyamanan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Meja Belajar Tabel 4.1 Data pengukuran meja Pengukuran Ukuran (cm) Tinggi meja 50 Panjang meja 90 Lebar meja 50 4.1.. Data Kursi Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar dari aktivitas fisik manusia dalam industri terjadi dalam kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan sebagai pemindahan

Lebih terperinci

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kursi roda menjadi alat bantu yang sangat penting bagi penyandang cacat fisik khususnya penyandang cacat bagian kaki dari kalangan anak-anak hingga dewasa. Akan tetapi, kursi roda yang digunakan

Lebih terperinci

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol18.no1.19-28 Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja Dian Palupi Restuputri, M. Lukman, Wibisono Teknik Industri, Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD Satria merupakan usaha kecil menengah yang bergerak di bidang produksi linggis. Usaha ini dikelola secara turun menurun yang didirikan pada tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Ergonomi Ergonomi adalah ilmu yang menemukan dan mengumpulkan informasi tentang tingkah laku, kemampuan, keterbatasan, dan karakteristik manusia untuk perancangan mesin, peralatan,

Lebih terperinci

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe Farida Ariani 1), Ikhsan Siregar 2), Indah Rizkya Tarigan 3), dan Anizar 4) 1) Departemen Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan perekonomian di Indonesia pada saat ini telah membuat perusahaan semakin bersaing satu sama lain. Terutama di era globalisasi ini,

Lebih terperinci

Usulan Desain Proses Pengangkatan Sari Kedelai ke Penyaringan (Studi Kasus Pabrik Tahu di Batam)

Usulan Desain Proses Pengangkatan Sari Kedelai ke Penyaringan (Studi Kasus Pabrik Tahu di Batam) Petunjuk Sitasi: Siboro, B. A., Siagian, M. F., & Purbasari, A. (2017). Usulan Desain Proses Pengangkatan Sari Kedelai ke Penyaringan (Studi Kasus Pabrik Tahu di Batam). Prosiding SNTI dan SATELIT 2017

Lebih terperinci