KATA PENGANTAR. Ponorogo, Desember 2014 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN PONOROGO. Ir. SUMARNO, MM Pembina Tingkat I NIP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Ponorogo, Desember 2014 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN PONOROGO. Ir. SUMARNO, MM Pembina Tingkat I NIP"

Transkripsi

1

2

3 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, hidayah serta karunia-nya hingga publikasi Indeks Kesulitan Geografis Desa Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 ini dapat diterbitkan. Dari penyusunan publikasi ini akan diperoleh gambaran umum mengenai tingkat kesulitan geografis desa pada wilayah administrasi yang berstatus desa di Kabupaten Ponorogo. Tingkat kesulitan geografis desa ditinjau dari komponen ketersediaan pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan, ketersediaan infrastruktur dan geografis wilayah desa, keberadaan sarana transportasi umum serta kemudahan akses berkomunikasi dengan dunia luar. Dengan mencermati lebih lanjut angka-angka indeks tersebut akan diperoleh perbandingan tingkat aksesibilitas antar desa. Hal ini tentunya akan membantu Pemerintahan Kabupaten Ponorogo dalam penentuan skala prioritas pelaksanaan program pembangunan khususnya pembangunan wilayah pedesaan. Kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan guna perbaikan pada penyusunan publikasi selanjutnya. Serta kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya publikasi ini. Harapan kami publikasi ini bisa bermanfaat bagi pengguna data secara luas, tidak hanya terbatas untuk Pemerintah Kabupaten Ponorogo tetapi juga bagi para pengusaha, akademisi, dan pengguna data lainnya. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Ponorogo, Desember 2014 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN PONOROGO Ir. SUMARNO, MM Pembina Tingkat I NIP i

4 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i Ii iv v vi BAB I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN KETERBATASAN DAN KEKUATAN STUDI 3 BAB II. METODELOGI KONSEP DAN DEFINISI DATA PENGHITUNGAN INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS KETERSEDIAAN PELAYANAN DASAR KONDISI INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRANSPORTASI KOMUNIKASI 19 ii

5 Halaman BAB III. GAMBARAN UMUM 3.1 PROFIL KABUPATEN PONOROGO GAMBARAN UMUM GAMBARAN UMUM PELAYANAN DASAR GAMBARAN UMUM INFRASTRUKTUR GAMBARAN UMUM TRANSPORTASI GAMBARAN UMUM KOMUNIKASI 29 BAB IV. ULASAN SINGKAT INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH KOMPONEN PELAYANAN DASAR KOMPONEN INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS KOMPONEN TRANSPORTASI KOMPONEN KOMUNIKASI INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS 44 BAB V. PENUTUP KESIMPULAN SARAN 50 LAMPIRAN 51 iii

6 DAFTAR TABEL Halaman TABEL 4.1 DESA DENGAN TINGKAT AKSESIBILITAS TERTINGGI 32 TABEL 4.2 PENYEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN TINGKAT 33 TABEL 4.3 TABEL 4.4 DASAR DAN LANJUTAN PERTAMA PENYEBARAN PUSKESMAS / PUSTU DAN BALAI PENGOBATAN / POLIKLINIK DESA DENGAN INDEKS KOMPONEN PELAYANAN DASAR TERTINGGI TABEL 4.5 KEBERADAAN JALAN ASPAL / BETON DAN 37 TABEL 4.6 PENERANGAN JALAN UTAMA DESA KEBERADAAN PASAR DAN KIOS PENJUAL SARANA PRODUKSI PERTANIAN 38 TABEL 4.7 KONDISI TOPOGRAFI DAN ALTITUDE DESA 38 TABEL 4.8 TABEL 4.9 DESA DENGAN INDEKS KOMPONEN INFRASTRUKTUR TERTINGGI DESA DENGAN INDEKS KOMPONEN TRANSPORTASI TERTINGGI TABEL 4.10 DESA DENGAN INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS 45 TERTINGGI TABEL 4.11 DISTRIBUSI FREKUENSI IKG BERDASAR KELOMPOK 46 iv

7 DAFTAR GAMBAR Halaman GAMBAR 3.1 PETA SEBARAN PENDUDUK MENURUT 21 GAMBAR 3.2 KECAMATAN PETA SEBARAN SARANA PENDIDIKAN MENURUT KECAMATAN 25 GAMBAR 3.3 KOMPOSISI JALAN MENURUT KONDISI JALAN 27 GAMBAR 4.1 PETA SEBARAN IKG DESA MENURUT KELOMPOK 48 v

8 DAFTAR LAMPIRAN Halaman LAMPIRAN 1 IKG DESA KECAMATAN JENANGAN 51 LAMPIRAN 2 IKG DESA KECAMATAN NGRAYUN 52 LAMPIRAN 3 IKG DESA KECAMATAN BABADAN 53 LAMPIRAN 4 IKG DESA KECAMATAN JETIS 54 LAMPIRAN 5 IKG DESA KECAMATAN MLARAK 55 LAMPIRAN 6 IKG DESA KECAMATAN SAWOO 56 LAMPIRAN 7 IKG DESA KECAMATAN BALONG 57 LAMPIRAN 8 IKG DESA KECAMATAN SAMBIT 58 LAMPIRAN 9 IKG DESA KECAMATAN KAUMAN 59 LAMPIRAN 10 IKG DESA KECAMATAN NGEBEL 60 LAMPIRAN 11 IKG DESA KECAMATAN SOKOO 61 LAMPIRAN 12 IKG DESA KECAMATAN BADEGAN 62 LAMPIRAN 13 IKG DESA KECAMATAN PULUNG 63 LAMPIRAN 14 IKG DESA KECAMATAN SLAHUNG 64 LAMPIRAN 15 IKG DESA KECAMATAN SIMAN 65 LAMPIRAN 16 IKG DESA KECAMATAN SAMPUNG 66 LAMPIRAN 17 IKG DESA KECAMATAN JAMBON 67 LAMPIRAN 18 IKG DESA KECAMATAN PUDAK 68 LAMPIRAN 19 IKG DESA KECAMATAN BUNGKAL 69 LAMPIRAN 20 IKG DESA KECAMATAN SUKOREJO 70 vi

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu tujuan pembangunan adalah memantapkan perekonomian bagi peningkatan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan. Hal ini sejalan dengan rencana kerja pemerintah tahun 2014 yang menekankan pada penanganan isu strategis antara lain : Pemantapan Perekonomian Nasional, Peningkatan Kesejahteraan Rakyat, dan Pemeliharaan Stabilitas Sosial dan Politik. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, pemerintahan desa memiliki peranan yang sangat vital untuk kesuksesan pembangunan, karena selain pemerintahan desa terlibat atau bersentuhan langsung dengan masyarakat sebagai subyek pembangunan, juga sebagian besar penduduk Indonesia berada di wilayah pedesaan. Begitu pula kondisi di Kabupaten Ponorogo, berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 tercatat lebih dari 70 persen penduduknya berada di wilayah pedesaan. Mengingat lebih dari dua pertiga penduduknya berada di wilayah pedesaan, maka perlu disusun strategi pembangunan wilayah pedesaan agar pelaksanaan pembangunan berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuannya dengan optimal. Perlu dilakukan identifikasi potensi dan kendala desa sehingga dapat diketahui desa mana yang membutuhkan perhatian lebih guna mengejar ketertinggalan sehingga akan tercipta kesejahteraan rakyat yang merata dan berkeadilan. Salah satu kendala dalam pemerataan pembangunan adalah tingkat kesulitan geografis desa. Tingkat kesulitan geografis desa dapat di setarakan 1

10 dengan aksesibilitas desa, semakin tinggi tingkat kesulitan geografis desa maka semakin rendah aksesibilitas desa. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah tingkat kesulitan geografis desa maka semakin tinggi aksesibilitas desa. Desa dengan tingkat kesulitan geografis tinggi atau aksesibilitas rendah akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan program pembangunan dibandingkan dengan desa yang memiliki tingkat kesulitan geografis rendah atau aksesibilitas tinggi. Kondisi ini akan menyebabkan desa dengan tingkat kesulitan geografis tinggi atau aksesibilitas rendah relatif akan mengalami ketertinggalan pencapaian hasil pembangunan. Dengan kondisi tersebut maka dibutuhkan pembiayaan yang lebih besar untuk hasil output yang sama bila dibandingkan dengan desa yang mempunyai tingkat kesulitan geografis rendah atau aksesibilitas tinggi. Dengan demikian, desa dengan tingkat kesulitan geografis tinggi atau aksesibilitas rendah seharusnya mendapatkan perhatian yang lebih dibanding desa dengan tingkat kesulitan geografis rendah atau aksesibilitas tinggi sehingga output yang dicapai akan sama untuk semua desa baik desa dengan aksesibilitas tinggi maupun desa dengan aksesibilitas rendah. Semua itu akan bermuara pada pemerataan kesejahteraan rakyat antar desa. Untuk kebutuhan pengelompokkan tipologi desa menurut tingkat kesulitan geografis diperlukan sebuah standar ukuran yang sama untuk semua desa. Diperlukan beberapa indikator yang sama untuk semua desa sehingga dapat ditentukan peringkat kesulitan geografis desa dari yang termudah sampai yang tersulit. 1.2 TUJUAN Tujuan dari publikasi ini adalah memberikan data dan informasi sebagai gambaran wilayah desa menurut tingkat kesulitan geografis dengan cara 2

11 mengidentifikasi kondisi geografis desa, ketersediaan pelayanan dasar, kondisi infrastruktur, transportasi dan komunikasi masing-masing desa untuk menentukan indeks kesulitan geografis desa. Semakin besar indeks kesulitan geografis desa berarti semakin sulit wilayah desa tersebut di jangkau dan atau semakin tertinggal baik dari segi ketersediaan pelayanan dasar, kondisi infrastruktur, transportasi dan komunikasi desa ke ibu kota kabupaten dibanding desa dengan indeks kesulitan geografis desa yang lebih kecil. Sehingga desa dengan indeks kesulitan geografis desa yang besar perlu mendapatkan perhatian yang lebih besar. 1.3 KETERBATASAN DAN KEKUATAN STUDI Ketersediaan data yang lengkap sampai wilayah administrasi terendah merupakan sebuah kendala dalam penyusunan publikasi ini. Data dasar yang digunakan bersumber dari data Potensi Desa (PODES) yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ponorogo. Sayangnya kegiatan tersebut tidak rutin dilakukan setiap tahun, kegiatan ini hanya dilakukan menjelang kegiatan sensus, baik sensus penduduk, sensus pertanian maupun sensus ekonomi. Untuk melengkapi data dasar diperlukan data penunjang lainnya berupa data yang dikumpulkan langsung baik di tingkat kecamatan maupun desa. Disamping kelengkapan data, ketersediaan ragam data indikator yang mendukung penghitungan indeks geografis desa masih relatif masih terbatas. Kondisi ini tentunya menyebabkan jumlah indikator yang bisa ditampilkan pada publikasi ini menjadi sangat terbatas. Kekuatan publikasi ini terletak pada integrasi dan kompilasi data kewilayahan pada level desa. Dengan demikian diharapkan hasil indeks yang di peroleh dapat menggambarkan variasi aksesibilitas sampai pada satuan wilayah 3

12 administrasi terkecil (small area statistik). Sehingga variasi aksesibilitas antar desa di Kabupaten Ponorogo secara nyata dapat diketahui secara jelas, desa mana yang mempunyai aksesibilitas rendah dan desa mana yang mempunyai aksesibilitas tinggi. 4

13 BAB II METODOLOGI 2.1 KONSEP DAN DEFINISI Pengumpulan data pada publikasi ini dilakukan cara sensus (complete enumeration), pencacahan dilakukan melalui wawancara langsung oleh petugas pelaksana teknis kegiatan terhadap responden. Dalam hal ini responden di tingkat kecamatan adalah camat maupun staff yang ditunjuk serta nara sumber lain yang relevan. Adapun untuk responden di tingkat desa adalah kepala desa maupun perangkat desa yang ditunjuk serta nara sumber lain yang relevan Beberapa konsep dan definisi yang digunakan dalam publikasi ini antara lain sebagai berikut : Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa). Kondisi topografi desa dilihat berdasarkan letak sebagian besar wilayah desa, dibedakan menjadi : 1. Lereng adalah bagian dari gunung / bukit yang terletak di antara puncak sampai lembah. Lereng yang dimaksud juga mencakup punggung bukit dan puncak (bagian paling atas dari gunung). 2. Lembah adalah daerah rendah yang terletak diantara dua pegunungan atau dua gunung atau daerah yang mempunyai kedudukan lebih rendah 5

14 dibandingkan daerah sekitarnya. Lembah di daerah pegunungan lipatan sering disebut sinklin. Lembah di daerah pegunungan patahan disebut graben atau slenk. Sedangkan lembah di daerah yang bergunung-gunung disebut lembah antar pegunungan. 3. Dataran adalah bagian atau sisi bidang tanah yang tampak datar, rata, dan membentang. Kantor Kepala Desa adalah bangunan aset desa yang diperuntukkan secara khusus untuk kegiatan operasional pemerintahan desa yang tidak dimiliki oleh pribadi. Ketinggian (altitude) kantor kepala desa dari permukaan laut adalah ketinggian kantor kepala desa dari permukaan laut dalam satuan meter dpal yang diukur menggunakan altimeter. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan). Lokasi wilayah desa terhadap hutan dibedakan ke dalam : 1. Di dalam hutan adalah desa yang seluruh wilayahnya terletak di tengah / dikelilingi hutan. 2. Di tepi / sekitar hutan adalah desa yang wilayahnya berbatasan langsung dengan hutan, atau sebagian wilayah desa tersebut berada di dalam hutan. 3. Diluar hutan adalah desa yang seluruh wilayahnya tidak berbatasan langsung dengan hutan. Bencana alam adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang kejadiannya tidak terduga, mengancam dan mengganggu kehidupan / penghidupan 6

15 masyarakat yang di sebabkan oleh faktor alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor sehingga dapat (berpotensi) mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerugian materi (harta benda), kerusakan lingkungan, dan rasa khawatir bagi sebagian besar penduduk. Lembaga pendidikan adalah lembaga yang menghasilkan siswa yang lulus dan diakui / di sahkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang dibuktikan dengan sertifikat / ijazah. Lembaga pendidikan dalam hal ini tidak termasuk lembaga pendidikan baru terdaftar secara definitif dan belum melakukan aktifitas belajar mengajar. Banyak lembaga kursus keterampilan yang menyebutkan bahwa lulusan kursusnya setara dengan diploma padahal belum tentu diakui oleh Kemendikbud sebagai diploma. Jenjang pendidikan SD / MI meliputi jenjang Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), baik negeri maupun swasta. Jenjang pendidikan SMP / MTs meliputi jenjang Sekolah Lanjutan Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), baik negeri maupun swasta. Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, dalam hal ini adalah sarana kesehatan yang masih aktif / beroperasi. Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah sebagai unit pelayanan kesehatan milik pemerintah (pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten / kota) yang bertanggungjawab terhadap pelayanan kesehatan masyarakat untuk wilayah kecamatan, sebagian kecamatan, atau kelurahan / desa. Puskesmas memberikan pelayanan berobat jalan dengan rawat inap. Biasanya puskesmas berada di setiap kecamatan dan dapat terdiri dari dua sampai tiga puskesmas di dalam satu kecamatan. 7

16 Puskesmas pembantu (Pustu) adalah sarana kesehatan / bangunan yang dipakai sebagai pusat kesehatan masyarakat untuk wilayah yang lebih kecil, misal di desa / kelurahan. Pustu merupakan sarana kesehatan milik pemerintah yang berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan puskesmas dalam ruang lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Pustu memberikan pelayanan berobat jalan. Pustu bertanggung jawab ke puskesmas induk di kecamatan. Poliklinik adalah sarana kesehatan / bangunan yang dipakai untuk pelayanan berobat jalan. Biasanya dikelola oleh swasta atau organisasi keagamaan tertentu. Balai pengobatan adalah tempat pemeriksaan kesehatan di bawah pengawasan mantri kesehatan. Tempat praktek dokter adalah sarana kesehatan / bangunan yang digunakan untuk tempat praktek dokter yang biasanya memberikan pelayanan berobat jalan, termasuk praktek dokter yang mempunyai fasilitas rawat inap dan apotek. Tempat praktek bidan adalah sarana kesehatan / bangunan yang digunakan untuk tempat praktek bidan yang biasanya memberikan pelayanan ibu hamil dan bayi. Pos kesehatan desa (Poskesdes) atau yang lebih sering dikenal sebagai PKD di beberapa wilayah adalah sarana kesehatan / bangunan yang dibentuk di desa / kelurahan dalam rangka mendekatkan / menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa / kelurahan. Poskesdes merupakan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) sehingga 8

17 masyarakat dapat berperan aktif dalam meningkatkan taraf kesehatan di lingkungannya dengan kewaspadaan dini terhadap berbagai risiko dan masalah kesehatan. Poskesdes dikelola oleh bidan dan dibantu beberapa kader. Pondok Bersalin Desa (Polindes) adalah bangunan yang dibangun dengan sumbangan dana pemerintah dan partisipasi masyarakat desa untuk tempat pertolongan persalinan dan pemondokan ibu bersalin, sekaligus tempat tinggal bidan di desa. Disamping pertolongan persalinan juga dilakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), dan pelayanan kesehatan lain sesuai kebutuhan masyarakat dan kompetensi teknis bidan tersebut. Posyandu adalah salah satu wadah peran serta masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan dasar dan memantau pertumbuhan balita dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara dini. Kegiatan tersebut meliputi pelayanan imunisasi, pendidikan gizi masyarakat serta pelayanan kesehatan ibu dan anak. Bidan desa adalah seorang petugas paramedis yang bertugas sebagai bidan di desa / kelurahan dengan SK (bidan di desa). Bidan yang dimaksud adalah seorang petugas paramedis yang memperoleh pendidikan formal mengenai kebidanan dan tidak termasuk seseorang yang memperoleh pendidikan dan pelatihan kebidanan dari instansi terkait, seperti dinas kesehatan. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, 9

18 kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Jenis permukaan jalan terluas adalah jenis permukaan jalan terluas yang ada di desa / kelurahan. Jenis permukaan jalan terdiri dari : aspal / beton, diperkeras (dengan kerikil atau batu), tanah, dan lainnya yaitu terbuat dari kayu / papan yang biaanya digunakan di daerah rawa, termasuk jalan setapak, jalan di hutan dan sejenisnya. Jalan poros utama adalah jalan utama yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, serta merupakan jalan strategis provinsi. Jalan utama desa adalah jalan yang di anggap oleh sebagian besar penduduk desa / kelurahan setempat sebagai jalan yang paling penting atau paling sering digunakan untuk arus transportasi dari / menuju kantor camat terdekat. Penerangan jalan adalah lampu yang digunakan untuk penerangan jalan di malam hari sehingga pejalan kaki, pesepeda, dan pengendara dapat melihat dengan lebih jelas jalan yang akan dilalui pada malam hari, sehingga dapat meningkatkan keselamatan lalu lintas dan keamanan para pengguna jalan. Angkutan adalah suatu kegiatan usaha menyediakan jasa angkutan penumpang dan atau barang / ternak dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat angkutan bermotor maupun tidak bermotor, baik melalui darat maupun air. Angkutan umum adalah salah satu media transportasi yang digunakan masyarakat secara bersama-sama dengan membayar tarif. Trayek angkutan adalah lintasan / rute / jalur angkutan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang, barang, dan atau orang dan barang yang 10

19 mempunyai asal, tujuan dan lintasan perjalanan yang tetap tidak termasuk hanya barang saja. Kendaraan umum dengan trayek tetap, tetapi operasionalnya dapat di luar jalur trayek (sesuai permintaan penumpang), maka termasuk trayek tetap. Jarak tempuh adalah jarak yang sering dilalui dengan kendaraan, yang biasa digunakan oleh warga. Waktu tempuh yang dicacat adalah rata-rata waktu tempuh dengan kendaraan yang biasanya digunakan oleh warga. Biaya transportasi adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk sekali jalan. Bila rute yang digunakan pulang dan pergi berbeda maka yang digunakan adalah biaya rata-rata. Jika untuk menuju kantor bupati, warga menggunakan lebih dari satu modal transportasi maka pilih angkutan yang paling banyak digunakan oleh warga. Komunikasi adalah proses penyampaian lambang-lambang yang mengandung arti antara satu orang dengan orang lain. Komunikasi meliputi kegiatan telekomunikasi dan kegiatan pos dan giro. Informasi adalah hasil dari proses pengolahan data atau komunikasi antara satu orang dengan orang lain melalui media, media TV, radio, surat kabar, dan lain-lain. Telekomunikasi adalah hubungan komunikasi jarak jauh melalui pemancaran, pengiriman atau penerimaan segala jenis tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, atau berita melalui kawat, radio, secara visual atau sistem elektronik. Keluarga yang berlangganan telepon kabel adalah keluarga yang berlangganan sambungan telepon dengan sistem jaringan operasionalnya menggunakan kabel sambungan telepon rumah. 11

20 Sinyal telepon seluler / handphone adalah besaran elektromagnetik yang berubah dalam ruang dan waktu dengan membawa informasi yang memberikan konfirmasi bahwa layanan telepon seluler sudah tersedia. Telepon seluler yang dimaksud tidak termasuk mobile phone satelite. Kantor kepala desa dikategorikan mempunyai fasilitas internet jika di kantor kepala desa tersedia fasilitas akses internet melalui instalasi khusus internet terdiri dari jaringan telepon, modem, wifi, dan sebagainya. Warung internet (warnet) adalah tempat yang disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan jasa internet. Progam TV adalah progam yang dirancang / disusun oleh stasiun / pemancar TV, baik stasiun TVRI, TV daerah, maupun TV luar negeri. Progam TV yang dimaksud disini adalah progam TV baik menggunakan antena parabola / TV kabel ataupun tidak. TV kabel atau cable television adalah sistem penyiaran acara televisi lewat isyarat frekuensi radio yang ditransmisikan melalui serat optik yang tetap atau kabel coaxial dan bukan lewat udara seperti siaran televisi biasa yang harus ditangkap antena (over-the-air). Antena parabola adalah sebuah antena berdaya jangkau tinggi yang digunakan untuk komunikasi radio, televisi dan data dan juga untuk radiolocation (RADAR), pada bagian UHF and SHF dari spektrum gelombang elektromagnetik. Panjang gelombang energi (radio) elektromagnetik yang relatif pendek pada frekuensi-frekuensi ini menyebabkan ukuran yang digunakan untuk antena parabola masih dalam ukuran yang masuk akal dalam rangka tingginya unjuk kerja respons yang diinginkan baik untuk menerima atau pun memancarkan sinyal. Antena parabola berbentuk seperti piringan. Antena parabola dapat digunakan untuk mentransmisikan berbagai 12

21 data, seperti sinyal telepon, sinyal radio dan sinyal televisi, serta beragam data lain yang dapat ditransmisikan melalui gelombang. Fungsi antena parabola yang umum diketahui oleh masyarakat di Indonesia adalah sebagai alat untuk menerima siaran televisi satelit. Pasar adalah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang dan jasa. Pasar bisa menggunakan bangunan yang bersifat permanen atau semi permanen ataupun tanpa bangunan. Barang yang diperjualbelikan di dalam pasar bisa terdiri dari banyak komoditas (campuran) ataupun secara khusus komoditas tertentu. Pasar dengan bangunan permanen adalah pasar pada bangunan tetap, yang memiliki lantai, atap, dan dinding permanen. Pasar dengan bangunan semi permanen adalah pasar pada bangunan tetap, yang memiliki lantai dan atap, tetapi tanpa dinding. Bangunan pada pasar tradisional yang mencakup bangunan permanen dan semi permanen dikategorikan sebagai pasar dengan bangunan permanen. Pasar tanpa bangunan adalah pasar yang tidak berada dalam bangunan, seperti pasar kaget (pasar yang muncul di lokasi yang bukan di peruntukkan pasar dan selesai dengan cepat). Kios yang menjual sarana produksi pertanian (saprotan) adalah tempat penjualan pupuk, bibit, dan lain-lain untuk keperluan tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan yang dibedaan menurut kepemilikan (KUD atau non-kud). Koperasi (Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian) adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip : 1. Keanggotaannya sukarela dan terbuka. 13

22 2. Pengelolaannya dilakukan secara demokratis. 3. Pembagian sisa hasil usahanya dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. 4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. 5. Kemandirian, serta sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan. Koperasi unit desa (KUD) adalah suatu organisasi ekonomi yang berwatak sosial merupakan wadah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan yang diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. 2.2 DATA Pubikasi ini menggunakan data dari berbagai sumber data baik primer maupun sekunder. Sumber data yang utama berasal dari hasil Podes yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Ponorogo. Disamping itu juga dilakukan pengumpulan data penunjang dengan cara penggalian data di lapangan. Penggalian data di lapangan dilakukan dengan obyek kecamatan maupun kantor desa. Data podes yang merupakan data dan informasi berbasis wilayah (spasial) digunakan untuk melengkapi data dan informasi sektoral yang telah ada. Data dan informasi tentang potensi spesifik yang dimiliki oleh semua wilayah hingga tingkat terkecil (small areas) digabungkan dengan master file desa sebagai penghubung untuk mencocokkan wilayah administrasi pada sumber data yang berbeda tersebut. 14

23 2.3 PENGHITUNGAN INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS Indeks Kesulitan Geografis (IKG) merupakan ukuran untuk menentukan tipologi desa berdasarkan tingkat kesulitan untuk akses ke wilayah suatu desa. IKG pada dasarnya merupakan indeks yang disusun berdasarkan skoring yang dilakukan untuk masing-masing instrumen penilaian. Pemilihan instrumen ini dilakukan dengan mengacu pada empat komponen utama yaitu : 1. Ketersediaan pelayanan dasar; 2. Kondisi infrastuktur dan geografis desa; 3. Transportasi; dan 4. Komunikasi desa ke kabupaten/kota. Dalam menjabarkan keempat komponen tersebut, diperlukan indikator yang dipilih dengan harapan dapat mewakili ketersediaan dan kondisi dari masing-masing komponen di atas. Masing-masing indikator diberikan skoring dengan nilai skor 0 atau 1. Penentuan nilai skoring 0 atau 1 berdasakan kepada kondisi masing-masing indikator pada desa yang bersesuaian, dimana untuk kondisi yang menggambarkan nilai positif atau tingkat aksesibilitas tinggi diberikan nilai skor 1, sedangkan kondisi yang menggambarkan tingkat aksesibilitas rendah diberikan nilai skor 0. Sehingga indeks yang nanti dihasilkan dari hasil skoring ini merupakan Indeks Keterbukaan Wilayah (IKW). Hasil skoring untuk masing-masing indikator dalam komponen digunakan untuk menghitung indeks untuk masing-masing komponen, dimana indeks akan bernilai 0 (buruk) dan 1 (terbaik). Untuk memudahkan analisa biasanya dikalikan 100. Agar mudah dipahami, maka keempat komponen tersebut disusun menjadi indeks komposit yang digabung menjadi indeks tunggal. Teknik penyusunan indeks tersebut pada dasarnya mengikuti rumus sebagai berikut : 15

24 IKW = 1 4 I 4 i=1 (i) dimana I (i) = {X (i) Min.X (i) } {Max.X (i) Min.X (i) } dimana : I (i) : Indeks Komponen IKW ke-i (i =1,2,3,4) X (i) : Nilai indikator komponen IKW ke-i Max. X (i) : Nilai Maksimum X (i) Min. X (i) : Nilai Minimun X (i) Berdasarkan nilai IKW yang diperoleh (setelah dikalikan 100 untuk mempermudah analisis), kita dapat menghitung besaran nilai IKG dengan rumusan sebagai berikut : IKG = 100 IKW Sedangkan untuk penghitungan masing-masing komponen indikator yang digunakan adalah sebagai berikut : Ketersediaan Pelayanan Dasar Ketersediaan pelayanan dasar merupakan salah satu komponen yang cukup penting dalam penghitungan IKG. Pelayanan dasar pada prinsipnya merupakan hak-hak warga negara yang harus dipenuhi oleh pemerintah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun Dalam konteks ini terdapat beberapa indikator yang dapat menggambarkan ketersedian pelayanan dasar secara umum yaitu pelayanan kesehatan dan pendidikan. Indikator pelayanan dasar yang dipilih adalah sebagai berikut: 16

25 a. Pendidikan Meliputi ketersediaan fasilitas pendidikan tingkat dasar 9 tahun yang dirinci menurut jenjang pendidikan yaitu tingkat dasar atau yang sederajat serta tingkat lanjutan pertama atau yang sederajat baik negeri maupun swasta. b. Kesehatan Meliputi ketersedian sarana kesehatan maupun tenaga kesehatan yang ada. Indikator yang dipilih diantaranya keberadaan puskesmas baik dengan ataupun tanpa rawat inap atau puskesmas pembantu; keberadaan poliklinik / balai pengobatan; keberadaan tempat praktek dokter; keberadaan tempat praktek bidan; keberadaan poskesdes / polindes; keberadaan posyandu serta keberadaan bidan desa (BDD) Kondisi Infrastruktur dan Geografis Desa Kondisi infrastruktur dan geografis desa sangat mempengaruhi tingkat aksesibilitas ke desa tersebut. Semakin minim infrastruktur maka akan semakin sulit desa tersebut dijangkau. Selain itu kondisi geografis yang kurang mendukung, biasanya berupa daerah pegunungan atau lereng yang curam juga akan menurunkan tingkat aksesibilitas desa. Beberapa indikator yang dapat menggambarkan kondisi infrastuktur dan geografis yang dipilih adalah sebagai berikut: a. Infrastruktur Meliputi jenis permukaan jalan yang terluas; kondisi jalan apakah dapat dilalui kendaraan roda empat atau lebih sepanjang tahun; dilewati poros jalan utama; keberadaan penerangan di jalan utama desa; keberadaan pasar baik berupa pasar permanen, semi permanen atau pasar tanpa bangunan; serta keberadaan kios yang menjual sarana produksi pertanian baik milik KUD maupun non-kud. 17

26 b. Geografis desa Meliputi kondisi topografi wilyah desa; letak ketinggian kantor kepala desa; lokasi wilayah desa terhadap hutan; serta kejadian bencana alam (yang mengganggu kehidupan dan menyebabkan bagi masyarakat) yang terjadi selama 3 tahun terakhir Transportasi Transportasi merupakan komponen yang sangat vital dalam penentuan aksesibilitas desa. Ketersediaan transportasi khususnya transportasi umum yang murah dan mudah bagi masyarakat sangat berperan dalam menentukan tingkat aksesibilitas suatu wilayah. Semakin mudah dan murah transportasi umum di suatu wilayah akan mendorong orang untuk melakukan aktifitas baik ekonomi, pendidikan maupun pariwisata yang pada muaranya akan meningkatkan taraf perekonomian masyarakat setempat. Indikator yang dipilih dalam komponen transportasi sebagian telah terwakili dalam komponen infrastruktur diantaranya kondisi jalan. Namun demikian beberapa indikator yang transportasi yang belum dimasukkan dalam komponen infrastuktur yang dipilih sebagai berikut : a. Angkutan Umum Meliputi keberadaan angkutan umum dengan trayek tetap yang melewati / melintasi desa; operasional angkutan umum utama; serta keberadaan operasional angkutan umum di siang dan malam hari. b. Akses ke Kantor Bupati (pusat pemerintahan) Menunjukkan tingkat aksesibilitas penduduk menuju pusat pemerintahan, dalam hal ini diwakili oleh kantor bupati. Indikator yang digunakan meliputi jarak tempuh ke kantor bupati; waktu tempuh ke kantor bupati; angkutan umum yang biasa digunakan penduduk ke kantor bupati serta perkiraan biaya transportasi yang digunakan untuk menuju ke kantor bupati. 18

27 2.3.4 Komunikasi desa ke kabupaten / kota Komunikasi desa ke kabupaten / kota merupakan salah satu komponen dalam penentuan aksesibilitas desa. Kemudahan komunikasi dan penyampaian informasi akan mendukung kemajuan desa. Semakin lancar jalur komunikasi maka akan semakin tinggi aksesibilitas desa. Beberapa indikator dari komponen komunikasi desa ke kabupaten / kota yang dipilih sebagai berikut : a. Telepon Meliputi keberadaan keluarga pengguna telepon kabel; serta keberadaan sinyal telepon seluler / handphone yang kuat di wilayah desa tersebut. b. Internet dan televisi Meliputi keberadaan fasilitas internet di desa, baik fasilitas internet di kantor kepala desa maupun keberadaan warnet; serta penerimaan siaran televisi tanpa menggunakan antena parabola maupun TV kabel. 19

28 BAB III GAMBARAN UMUM 3.1 PROFIL KABUPATEN PONOROGO Kabupaten Ponorogo yang juga dikenal sebagai tanah reog terletak di sebelah barat daya Kota Surabaya atau tepatnya berada pada koordinat Bujur Timur dan Lintang Selatan, dengan wilayah seluas 1.371,78 km² dan berada pada ketinggian antara 143 sampai dengan meter di atas permukaan air laut. Wilayah ini berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Magetan dan Nganjuk di sebelah utara, Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek di sebelah timur, Kabupaten Pacitan di sebelah Selatan serta Kabupaten Pacitan dan Wonogiri (Jawa Tengah) di sebelah Barat. Wilayah Kabupaten Ponorogo dilewati 16 sungai dengan panjang antara 4 sampai dengan 58 Km sebagai sumber irigasi bagi lahan pertanian. Sebagian besar lahan yang ada digunakan untuk area pertanian yaitu seluas 872,57 Km 2, sedang sisanya adalah lahan hutan negara, pekarangan dan bangunan serta lainnya. Secara administratif wilayah Kabupaten Ponorogo terbagi menjadi 21 kecamatan yang membawahi 26 kelurahan dan 281desa dengan RW dan RT. Pada Tahun 2013 jumlah total perangkat desa / kelurahan sebanyak orang yang terdiri dari 306 Kepala Desa / Kelurahan, 222 Sekretaris Desa / Kelurahan, 891 Kaling / Kasun / Kamituwo dan petugas urusan teknis desa. Sedangkan untuk menjalankan roda pemerintahan, Pemerintah Kabupaten Ponorogo didukung oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan komposisi 20

29 PNS pria mencapai 55 persen (7.188 orang), dan sisanya PNS wanita (5.817 orang). Pendapatan daerah Kabupaten Ponorogo tahun 2013 mencapai 1,45 triliun rupiah dengan sumber terbesar berasal dari pendapatan transfer (90,1 persen). Peningkatan signifikan terjadi pada penerimaan pajak daerah yang naik 92,7 persen dibanding tahun 2012 karena mulai tahun 2013 terdapat pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dari pemerintah pusat ke pemerintah kabupaten dengan tujuan untuk meningkatkan PAD. Realisasi belanja daerah tahun 2013 mencapai 1,4 triliun rupiah, naik 10,42 persen dibanding tahun Belanja terbesar diperuntukkan untuk belanja operasional (91,76 persen). Di sisi lain total belanja modal mengalami penurunan sebesar 42,68 persen dibanding tahun Gambar 3.1. Peta sebaran kepadatan penduduk menurut kecamatan 21

30 Dalam satu dekade terakhir periode 2000 hingga 2010 jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo meningkat 1,64 persen dengan sex ratio (perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan) 98,96 pada tahun 2000 dan 99,98 pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa pada dekade 2000 hingga 2010 secara rata-rata perkembangan jumlah penduduk perempuan lebih lambat dibanding perkembangan penduduk laki-laki. Sementara itu pada tahun 2013 jumlah penduduk mencapai jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak jiwa dan penduduk perempuan jiwa. Selama tiga tahun terakhir rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,33 persen per tahun dengan sex ratio sebesar 99,74 pada tahun Luas lahan sawah pada tahun 2013 mencapai Ha (mengalami penurunan 162 Ha dibanding tahun 2012), yang terdiri dari sawah irigasi teknis seluas Ha, sawah irigasi setengah teknis seluas 625 Ha, sawah irigasi non teknis Ha dan sawah tadah hujan seluas Ha. Meski luas panen tanaman padi pada tahun 2013 meningkat 5,23 persen dibanding tahun 2012 namun produksinya menurun 0,2 persen dengan total produksi sebesar ton. Serangan hama yang terjadi pada tahun 2013 menyebabkan produktivitas tanaman padi merosot pada angka 60,88 kuintal per hektar. Selain padi, tanaman palawija yang cukup potensial adalah ubi kayu dan jagung dengan produksi pada tahun 2013 masing-masing sebesar ton dan ton. Seluruh komoditi tanaman palawija kecuali jagung dan ubi jalar mengalami penurunan produksi dibanding tahun Komoditas yang turun paling tinggi adalah kacang tanah sebesar 39,14 persen dan kedelai sebesar 28,00 persen. Faktor panjangnya musim penghujan pada tahun

31 menyebabkan pertumbuhan tanaman yang membutuhkan cuaca panas menjadi terganggu dan akhirnya berpengaruh pada produktivitasnya. Potensi tanaman perkebunan utama di Kabupaten Ponorogo adalah tebu, kelapa, tembakau, kakao, cengkeh dan beberapa jenis tanaman biofarmaka. Komoditas tebu, tembakau, kelapa dan cengkeh mengalami penurunan produksi dibanding tahun Produksi tebu turun 31,05 persen, tembakau ram turun 0,19 persen, kelapa turun 31,17 persen dan cengkeh turun 34,86 persen. Sementara untuk tanaman biofarmaka yang cukup dominan di Kabupaten Ponorogo adalah kunyit, jahe dan temulawak. Produksi jenis tanaman ini pada tahun 2013 meningkat tajam mencapai ,58 ton jahe, 4.971,48 ton kunyit dan 1.409,70 ton temulawak. Selain tanaman perkebunan, Kabupaten Ponorogo juga merupakan penghasil tanaman buah-buahan yang cukup potensial seperti alpukat, nangka, pepaya, jeruk keprok, durian, mangga dan pisang. Untuk komoditi mangga, jeruk keprok, pepaya, durian dan alpukat produksinya meningkat dibanding tahun Namun untuk komoditi pisang, nangka dan melon pada tahun 2013 hasilnya tidak sebaik tahun sebelumnya. Sementara komoditi sayur-sayuran seperti wortel, cabe, petai, bawang daun dan bawang merah produksinya juga merosot dibanding tahun Bahkan produksi wortel dan petai masing-masing turun hingga 53,97 persen dan 48,04 persen. Secara keseluruhan total produksi sayur-sayuran di Kabupaten Ponorogo pada tahun 2013 mencapai ton, menurun 20,92 persen dibanding tahun sebelumnya. PDRB Kabupaten Ponorogo tahun 2013 atas dasar harga berlaku sebesar 10,7 triliun rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan sebesar 3,9 triliun rupiah. Sektor Pertanian merupakan sektor yang paling besar kontribusinya dalam pembentukan PDRB yaitu sebesar 32,48 persen meski dari 23

32 tahun ke tahun cenderung semakin menurun. Sementara sektor yang kontribusinya paling kecil adalah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (1,22 persen). PDRB per kapita (adhb) penduduk Kabupaten Ponorogo selama tahun 2013 sebesar 12,4 juta rupiah, naik 12,44 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 11 juta rupiah per tahun. Laju pertumbuhan PDRB pada tahun 2013 sebesar 5,67 persen, melambat dibanding tahun 2012 yang mencapai 6,52 persen karena melemahnya kinerja sektor pertanian. Sektor yang tumbuh paling cepat adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 10,2 persen. 3.2 GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Pelayanan Dasar Ketersediaan sarana maupun prasarana pendidikan baik berupa fisik maupun non fisik yang memadai merupakan upaya untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas akan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi spiritual, intelegensi, keahlian. Dengan demikian maka cita-cita menjadi bangsa yang maju tentu akan dapat dicapai, karena kemajuan suatu bangsa dapat diukur atau dilihat dari tingkat pendidikan penduduknya. Menurut data Dinas Pendidikan, pada tahun 2013 sarana pendidikan tingkat dasar yang tersedia sebanyak 601 sekolah (baik negeri maupun swasta). Sedangkan untuk tingkat SLTP tersedia sarana pendidikan sebanyak 88 sekolah baik negeri maupun swasta. Sedangkan berdasarkan data Kantor Departemen Agama, pada tahun 2013 sarana pendidikan tingkat ibtidaiyah yang tersedia sebanyak 87 madrasah 24

33 baik negeri maupun swasta. Adapun untuk tingkat tsanawiyah tersedia sarana pendidikan sebanyak 78 madrasah baik negeri maupun swasta. Gambar 3.2. Peta Sebaran Sarana Pendidikan Menurut Kecamatan Tahun 2013 Salah satu indikator keberhasilan program pembangunan di bidang kesehatan adalah penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang bermutu menjadi sebuah keharusan, begitu pula yang dilakukan pemerintah Kabupaten 25

34 Ponorogo dalam beberapa tahun terakhir terus melakukan pembenahan terhadap sarana kesehatan yang ada. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, tercatat bahwa jumlah fasilitas kesehatan menurut jenisnya sebagai berikut: rumah sakit sebanyak 6 unit, yang terdiri dari 1 rumah sakit pemerintah dan 5 rumah sakit swasta, puskesmas sebanyak 31 unit, pustu sebanyak 57 unit, puskesmas keliling sebanyak 46 unit, balai pengobatan sebanyak 26 unit, posyandu unit serta dokter praktek sebanyak 128 unit pelayanan Gambaran Umum Kondisi Infrastruktur Sarana infrastruktur khususnya infrastruktur perhubungan berperan penting sebagai penunjang, pendorong dan penggerak pertumbuhan ekonomi daerah. Terutama dalam upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya. Infrastruktur jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting untuk memperlancar kegiatan hubungan perekonomian, baik antara satu kota dengan kota lainnya, maupun antara kota dengan desa, dan antara satu desa dengan desa lainnya. Kondisi jalan yang baik akan memudahkan mobilitas penduduk untuk mengadakan hubungan perekonomian dan kegiatan sosial lainnya. Berdasarkan data, panjang jalan di Kabupaten Ponorogo sepanjang 1.002,58 km yang terdiri dari 86,47 km jalan provinsi atau jalan poros utama dan 916,11 km jalan kabupaten. Jenis permukaan jalan provinsi semuanya aspal, sedangkan untuk jalan kabupaten terdiri dari 728,09 km jalan aspal, 142,02 km jalan kerikil serta 46 km jalan tanah. Kondisi jalan propinsi sepanjang 14,18 km berada pada kondisi baik, 39,35 km kondisi sedang, 28,64 km kondisi rusak serta 4,30 km berada pada kondisi rusak berat. Adapun jalan kabupaten sepanjang 26

35 450,01 km berada pada kondisi baik, 221, 35 km kondisi sedang, 152,42 kondisi rusak serta 92,33 km pada kondisi rusak berat. Gambar 3.3. Komposisi jalan menurut kondisi jalan. Infrastruktur perkonomian yang tidak kalah pentingnya dalam percepatan pembangunan adalah pasar. Keberadaan pasar mempunyai fungsi yang sangat vital dalam pembangunan khususnya bidang ekonomi. Pasar bagi konsumen merupakan fasilitas yang mempermudah memperoleh barang dan jasa kebutuhan sehari-hari, sedangkan bagi produsen, pasar menjadi tempat untuk mempermudah proses penyaluran barang hasil produksi. Disamping itu pasar mempunyai fungsi sebagai sarana distribusi yang akan memperlancar proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya kepada konsumen. Berdasarkan data podes, di Kabupaten Ponorogo terdapat infrastruktur bangunan pasar sejumlah 103 lokasi yang tersebar di seluruh kecamatan, dengan perincian jumlah pasar dengan bangunan permanen sebanyak 52 lokasi, 27

36 jumlah pasar dengan bangunan semi permanen 35 lokasi serta jumlah pasar tanpa bangunan sebanyak 16 lokasi Gambaran Umum Transportasi Transportasi mempunyai peran vital dalam kehidupan sehari-hari. Dewasa ini hampir semua aktifitas utamanya terkait pembangunan tentu memerlukan transportasi. Transportasi berperan penting dalam mengoakomodasi aktifitas sosial dan ekonomi masyarakat. Disamping itu pembangunan sarana dan prasarana transportasi dapat membuka aksesibilitas wilayah yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi masyarakat. Perkembangan sarana transportasi umum di Kabupaten Ponorogo tahun 2013 bila dibandingkan tahun sebelumnya mengalami kemajuan. Hal ini terlihat dari data jumlah kendaraan wajib uji yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan. Jumlah mobil penumpang umum pada tahun 2013 sebanyak 63 unit, naik dibanding kondisi tahun sebelumnya sebanyak 62 unit. Jumlah bus umum mengalami peningkatan jumlah dari 383 unit pada tahun 2012 menjadi 306 unit pada tahun Begitu pula bus bukan umum mengalami peningkatan dari 120 unit pada tahun 2012 naik menjadi 129 unit pada tahun Mobil barang juga mempunyai fenomena yang tidak jauh berbeda dengan mobil penumpang. Dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan jumlah yang cukup signifikan. Tercatat jumlah mobil barang umum sebanyak 669 unit pada tahun 2012 naik menjadi 838 unit pada tahun Begitupun jenis mobil barang bukan umum, naik menjadi unit pada tahun 2013 dari sebelumnya unit pada tahun

37 Gambaran Umum Komunikasi Sarana komunikasi serta kualitas pelayanannya saat ini dirasakan sangat penting, karena dengan tersedianya sarana komunikasi yang baik akan memperlancar segala aktivitas sosial, ekonomi maupun pemerintahan. Peranan komunikasi melalui teknologi informasi dan komunikasi khususnya internet semakin besar dalam memberikan akses tanpa batas. Dengan menggunakan internet, berbagai macam transaksi perdagangan dapat dilakukan tanpa perlu beranjak dari tempat kita. Bahkan tidak ada lagi antrian berjam-jam di loket-loket pelayanan. Disamping itu juga dimanfaatkan dalam melakukan transaksi pembelian barang secara online tanpa harus ke pasar untuk bertemu dengan penjual. Akses internet saat ini sudah dapat dilakukan dengan menggunakan telepon seluler / handphone, dengan syarat ketersediaan jaringan dan ditunjang harga gadget yang semakin terjangkau maka tidak mengherankan bila beberapa tahun terakhir internet sudah masuk ke semua kecamatan yang ada. Namun demikian masih juga dijumpai warnet di beberapa tempat bahkan sampai di wilayah pedesaan. Hal ini mengindikasikan animo masyarakat untuk mengakses internet cukup tinggi. Sebagai imbas perkembangan pada penggunaan telepon seluler, hal sebaliknya terjadi pada penggunaan telepon kabel. Menurut data dari PT. Telekomunikasi Indonesia Cabang Ponorogo, tercatat jumlah pelanggan telepon baik residensial maupun bisnis pada tahun 2013 sebanyak pelanggan, menurun dibanding tahun Sementara jasa pelayanan pos utamanya pengiriman surat dalam negeri luar negeri terus mengalami penurunan. Agaknya layanan pos saat ini dirasa kurang bersaing dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi saat ini. Masyarakat cenderung menggunakan sarana short massages service 29

38 (SMS) untuk kepeluan berkirim kabar maupun sms banking untuk keperluan transaksi perbankannya. 30

39 BAB IV ULASAN SINGKAT 4.1 INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH Berdasarkan hasil penghitungan yang dilakukan terhadap 281 wilayah administrasi desa, ternyata didapat kesimpulan bahwa Desa Balong Kecamatan Balong dan Desa Kauman Kecamatan Kauman sebagai desa yang paling tinggi aksesibilitasnya dengan nilai IKW 91,15. Pada kedua desa tersebut mempunyai skor yang tinggi untuk keempat komponen, baik dari fasilitas pelayanan dasar, infrastruktur dan geografis, transportasi maupun komunikasi. Komponen komunikasi memiliki skor tertinggi di kedua desa tersebut, selain itu juga relatif lengkap dalam hal fasilitas dan infrastruktur, berada pada poros jalan utama juga memiliki jarak ke ibukota kabupaten pun relatif dekat. Beberapa desa lain yang mempunyai IKW cukup tinggi diantaranya Desa Slahung Kecamatan Slahung dengan IKW 88,93 dengan sumbangan utama pada komponen kelengkapan fasilitas pelayanan dasar dan komunikasi. Desa Ngrupit Kecamatan Jenangan serta Desa Beton dan Madusari di Kecamatan Siman, tercatat sebagai desa yang juga mempunyai IKW cukup tinggi dengan nilai diatas 88. Ketiganya tercatat cukup lengkap pada ketersediaan komponen komunikasi dan infrastruktur. Secara lengkap desa desa yang memiliki tingkat aksesibilitas terbaik di Kabupaten Ponorogo dalam hal ini desa dengan nilai IKW di atas 88,00 disajikan pada tabel

40 Tabel 4.1. Desa dengan tingkat aksesibilitas tertinggi INDEKS NO KECA- MATAN DESA Pelayanan Dasar KOMPONEN Infrastruktur Transportasi Komunikasi IKW 1. Kauman Kauman 88,89 90,00 85,71 100,00 91,15 2. Balong Balong 88,89 90,00 85,71 100,00 91,15 3. Slahung Slahung 100,00 70,00 85,71 100,00 88,93 4. Jenangan Ngrupit 88,89 80,00 85,71 100,00 88,65 5. Siman Beton 77,78 90,00 85,71 100,00 88,37 6. Siman Madusari 66,67 100,00 85,71 100,00 88, Komponen Pelayanan Dasar Pelayanan dasar yang dalam hal ini diwakili oleh ketersediaan fasilitas dan pelayanan dibidang pendidikan dan kesehatan ternyata belum semua desa tersedia fasilitas pelayanan dasar khususnya bidang pendidikan. Tercatat dari 281 desa yang ada, sebanyak 2 desa (0,71%) tidak terdapat fasilitas sekolah baik tingkat SD ataupun MI, yaitu desa Nglarangan Kecamatan Kauman serta Desa Krisik Kecamatan Pudak. Adapun keberadaan sekolah lanjutan pertama baik SMP maupun MTs tercatat di 113 desa, atau sekitar 40,21%. Untuk lebih detail penyebaran fasilitas pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Dari Tabel 4.2. terlihat terdapat 1 desa yang tidak terdapat fasilitas pendidikan baik SD/MI mauapun SMP/MTs yaitu Desa Nglarangan Kecamatan Kauman. Disamping itu terdapat 1 desa yang tidak tersedia fasilitas SD/MI tetapi tersedia SMP/MTs yaitu Desa Krisik Kecamatan Pudak. Adapun jumlah desa 32

41 yang hanya tersedia fasilitas SD/MI saja sekitar 167 desa, serta desa yang tersedia fasilitas SD/MI dan SMP/MTS sejumlah 112 desa. Hal ini secara umum menggambarkan ketersediaan fasilitas pendidikan sudah cukup merata diantara desa yang ada. Minimal terdapat satu sekolah pada jenjang pendidikan dasar kecuali pada 2 desa tersebut di atas, bahkan salah satunya masih tersedia sekolah jenjang pendidikan lanjutan pertama. Tabel 4.2. Penyebaran Fasilitas Pendidikan Tingkat Dasar dan Lanjutan Pertama Keberadaan Fasilitas Pendidikan SD/MI 0. Tidak Ada 1. Ada SMP/MTs 0. Tidak Ada Ada Dibidang kesehatan tercatat dari 281 desa yang menjadi obyek penelitian ternyata semua desa telah memiliki posyandu. Kondisi ini tetntu cukup mengembirakan dimana semua balita yang nota bene merupakan generasi penerus bangsa, minimal mendapatkan pelayanan pantauan kesehatan khususnya peningkatan berat badan secara teratur setiap bulan. Diharapkan apabila terjadi pertumbuhan balita yang kurang baik akan segera terdeteksi, karena dengan penimbangan rutin disertai pemberian makanan tambahan untuk balita di posyandu maka akan terdeteksi bila seorang balita tidak mengalami penambahan berat badan setiap bulannya. Sehingga angka gizi buruk yang mungkin dialami oleh balita khususnya di wilayah pedesaan akan dapat ditekan serendah mungkin, yang pada muaranya akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. 33

42 Keberadaan sarana kesehatan berupa puskesmas / pustu maupun balai pengobatan / poliklinik sudah cukup memadai. Puskesmas maupun pustu dengan layanan rawat inap maupun rawat jalan telah tersebar di 80 desa (28,47%), sedangkan keberadaan balai pengobatan / poliklinik tersebar di 8 desa saja. Penyebaran puskesmas / pustu dan balai pengobatan / poliklinik secara lengkap disajikan pada Tabel 4.3. Tabel Penyebaran Puskesmas / pustu dan Balai pengobatan / Poliklinik Keberadaan Fasilitas Kesehatan Balai Pengobatan / Poliklinik 0. Tidak Ada 1. Ada Puskesmas / Pustu 0. Tidak Ada Ada 76 4 Berdasarkan Tabel 4.3. dapat terlihat bahwa terdapat 197 desa yang tidak terdapat fasilitas kesehatan baik berupa puskesmas / pustu maupun balai pengobatan / poliklinik. Sedangkan 76 desa tercatat keberadaan fasilitas berupa puskesmas / pustu saja serta 4 desa yang hanya terdapat fasilitas balai pengobatan. Adapun Desa Slahung Kecamatan Slahung, Desa Balong Kecamatan Balong, Desa Sukosari Kecamatan Babadan serta Desa Sukorejo Kecamatan Sukorejo tercatat sebagai desa yang memiliki ketersediaan fasilitas balai pengobatan / poliklinik maupun puskesmas / pustu. Keberadaan polindes / poskesdes belum menyentuh pada semua desa, tercatat masih terdapat sekitar 11,39% atau 32 desa yang belum memiliki fasilitas poskesdes / polindes. Namun demikian dari ke 32 desa tersebut sudah terdapat fasilitas kesehatan berupa puskesmas / pustu, sehingga pelayanan dasar khusunya terhadap kesehatan ibu hamil sudah cukup baik. Bahkan 34

43 terdapat 48 desa yang tersedia fasilitas baik puskesmas / pustu maupun polindes / poskesdes secara bersama. Disamping ketersediaan sarana kesehatan dasar, penyebaran tenaga medis juga mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya. Tanpa adanya ketersediaan tenaga medis yang mencukupi maka ketersediaan fasilitas kesehatan tidak akan memberikan manfaat yang maksimal. Keberadaan tenaga bidan di desa (BDD) sudah hampir merata disemua desa, dimana hanya terdapat 3 desa yang tidak memiliki BDD yaitu Desa Bulak Kecamatan Balong, Desa Jrakah Kecamatan Sambit serta Desa Babadan Kecamatan Babadan. Keberadaan tempat praktek dokter terdapat di 36 desa, sedangkan keberadaan praktek bidan terdapat di 222 desa. Kombinasi tempat praktek bidan dan tempat praktek dokter tercatat sebanyak 55 desa yang tidak dijumpai tempat praktek dokter maupun bidan. Selain itu terdapat 190 desa yang terdapat praktek bidan namun tidak terdapat praktek dokter serta 4 desa yang terdapat praktek dokter namun tidak terdapat praktek bidan yaitu Desa Sambilawang dan Desa Padas di Kecamatan Bungal, Desa Tanjungsari Kecamatan Jenangan serta Desa Sukosari Kecamatan Babadan. Secara umum beberapa desa tercatat memiliki fasilitas pelayanan dasar yang sangat baik diantaranya Desa Slahung Kecamatan Slahung, Desa Kauman Kecamatan Kauman, Desa Balong Kecamatan Balong, Desa Ngrupit Kecamatan Jenangan, Desa Ngunut dan Desa Sukosari Kecamatan Babadan, Desa Ngasinan Kecamatan Jetis, Desa Bungkal Kecamatan Bungkal serta Desa Pulung dan Desa Kesugihan Kecamatan Pulung. Kesepuluh desa tersebut memiliki indek komponen pelayanan dasar di atas 88,00. Desa desa yang mempunyai skor pelayanan dasar tertinggi secara lengkap disajikan pada Tabel

44 SD / MI SMP / MTs Puskesmas/pustu Balai Pengobatan / Poliklinik Praktek Dokter Praktek Bidan Poskesdes /Polindes Posyandu Bidan di Desa INDEKS KOMPONEN PELAYANAN DASAR Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Tabel 4.4. Desa dengan Indeks Komponen Pelayanan Dasar Tertinggi SCORING No KECA- MATAN DESA 1 SLAHUNG SLAHUNG ,00 2 KAUMAN KAUMAN ,89 3 BALONG BALONG ,89 4 JENANGAN NGRUPIT ,89 5 BABADAN NGUNUT ,89 6 JETIS NGASINAN ,89 7 BABADAN SUKOSARI ,89 8 BUNGKAL BUNGKAL ,89 9 PULUNG PULUNG ,89 10 PULUNG KESUGIHAN , Komponen Infrastuktur dan Geografis Pada komponen infrastruktur dan geografis terdapat beberapa hal yang cukup menarik untuk diamati diantaranya dari 281 desa yang ada masih terdapat 31 desa yang jenis permukaan jalan terluas bukan aspal / beton, serta masih ada dua desa yang pada saat tertentu khususnya ketika turun hujan kendaraan roda empat atau lebih tidak dapat melintasinya yaitu Desa Dayakan Kecamatan Badegan dan Desa Munggu Kecamatan Bungkal. Fasilitas penerangan jalan utama desa juga mempunyai peran yang penting dalam meningkatkan aksesibilitas wilayah, dengan penerangan jalan 36

45 utama desa yang memadai diharapkan para tingkat keselamatan pengguna jalan khususnya dimalam hari semakin meningkat yang pada akhirnya akan memperlancar arus lalulintas dari dan ke desa tersebut. Masih terdapat sekitar 12 desa yang belum memiliki penerangan jalan utama desa atau sekitar 4,27 persen yang berada di Kecamatan Ngrayun sebanyak tujuh desa, Kecamatan Balong sebanyak 3 desa, Desa Jrakah Kecamatan Sambit, serta Desa Tumpuk Kecamatan Sawoo. Tabel 4.5. Keberadaan Jalan Aspal/Beton dan Penerangan Jalan Utama Desa Keberadaan Infrastruktur Jalan Permukaan Jalan Terluas Aspal/Beton 0. Tidak 1. Ya Penerangan Jalan Utama Desa 1. Tidak Ada Poros jalan utama yang merupakan jalur utama yang menghubungkan Kabupaten Ponorogo dengan kabupaten tetangga melewati 49 desa. Kesemua desa yang dilewati poros jalan utama sudah memiliki penerangan jalan utama desa. Sedangkan 232 desa yang tidak dilalui poros jalan utama tercatat sebanyak 220 desa memiliki penerangan jalan utama desa, sedangkan sisanya 12 desa belum memiliki penerangan jalan utama desa. Keberadaan infrastruktur ekonomi pertanian tercatat sebanyak 84 desa atau sekitar 29,89 persen dari jumlah desa yang memiliki pasar baik berupa pasar permanen, semi permanen maupun pasar tanpa bangunan seperti pasar krempyeng. Disamping itu fasilitas yang menjual sarana produksi pertanian baik yang dikelola KUD ataupun non-kud dapat dijumpai di 203 desa yang berarti mencakup sekitar 72,24 persen dari jumlah desa. Dengan kondisi ini diharapkan masyarakat khususnya petani yang merupakan penyokong perekonomian 37

46 terbesar di Kabupaten Ponorogo dimana share sektor pertanian terhadap PDRB Tahun 2013 sebesar 32,48 persen, dapat menjalankan proses produksinya dengan lancar. Dengan adanya ketersediaan bahan dan alat produksi sudah sampai ke level desa maka perekonomian akan tumbuh lebih cepat didaerah tersebut karena proses produksi dapat segera dilakukan. Tabel 4.6. Keberadaan Pasar dan Kios Penjual Sarana Produksi Pertanian Keberadaan Infrastruktur Ekonomi Pertanian Pasar 0. Tidak 1. Ada Kios Penjual Sarana Produksi Pertanian 0. Tidak Ada Daya dukung geografis wilayah desa di Kabupaten Ponorogo secara umum cukup baik. Tercatat sebanyak 206 desa atau sekitar 73,31 persen desa memiliki topografi desa sebagian besar berupa dataran. Sisanya sebanyak 75 desa memiliki topografi sebagian besar wilayah desa berupa lereng / puncak ataupun lembah. Adapun ketinggian rata-rata desa yang dalam hal ini diambil pada satu titik dimana kantor desa berada menyiratkan bahwa terdapat sekitar 80 desa yang memiliki ketinggian kantor desa di atas 200 meter di atas permukaan laut. Ini berarti kondisi sebagian besar desa berupa dataran rendah yang landai. Tabel 4.7. Kondisi Topografi dan Altitude Desa Kondisi Geografis Desa Sebagian Besar Topografi Berupa Dataran 0. Tidak 1. Ya Ketinggian Kantor Desa < 200 mdpl 0. Tidak Ya

47 Secara umum beberapa desa terdeteksi memiliki fasilitas yang lengkap dalam komponen infrastruktur dan geografis dalam baik dari sisi infrastruktur jalan, infrastruktur ekonomi pertanian maupun dukungan geografis wilayah. Desa Madusari Kecamatan Siman, Desa Kapuran Kecamatan Badegan, Desa Nailan dan Jebeng Kecamatan Slahung, Desa Ploso Jenar Kecamatan Kauman, serta Desa Gandu Kepuh Kecamatan Sukorejo memiliki kelengkapan fasilitas baik dari sisi ifrastuktur jalan, infrastruktur ekonomi pertanian maupun dukungan geografis wilayah. Pada keenam desa tersebut tercatat memiliki permukaan jalan terluas berupa aspal/beton, dapat dilalui kendaraan roda empat atau lebih sepanjang tahun, dilalui poros jalan utama, serta terdapat fasilitas pasar maupun kios sarana produksi. Disamping itu dukungan geografis wilayah cukup baik yaitu sebagian besar topografi desa berupa dataran, ketinggian desa dalam hal ini diwakili oleh ketinggian kantor desa kurang dari 200 meter di atas permukaan air laut, letak wilayah desa berada di luar hutan serta tidak ada kejadian bencana selama tiga tahun terakhir. Hasil scoring keenam desa tersebut untuk komponen infrastruktur dan geografis secara lengkap disajikan pada Tabel 4.8. Disamping ke enam desa tersebut di atas, terdapat 3 desa yang memiliki skoring tertinggi untuk komponen infrastruktur. Ke tiga desa tersebut memiliki kelengkapan fasilitas infrastruktur baik jalan maupun ekonomi pertanian, namun daya dukung geografis tidak sebagus ke enam desa yang mempunyai nilai indeks komponen infrastruktur dan geografis tertinggi tersebut. Daya dukung geografis yang dimaksud disini meliputi topografi wilayah, keberadaan wilayah di sekitar hutan, ketinggian wilayah desa serta kejadian bencana alam. Ketiga desa tersebut adala Desa Balong Kecamatan Balong, Desa Somoroto Kecamatan Kauman serta Desa Badegan Kecamatan Badegan. 39

48 Permukaan Jalan Terluas Aspal/beton Dapat Dilalui R4 Sepanjang Tahun Dilalui Poros Jalan Utama Penerangan Jalan Utama Desa Keberadaan Pasar Keberadaan Kios Sarana Produksi Pertanian Topografi Dataran Altitude < 200mdpl Diluar Wil. Hutan Bencana Alam INDEKS KOMPONEN INFRASTRUKTUR & GEOGRAFIS Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Tabel 4.8. Desa dengan Indeks Komponen Infrastruktur Tertinggi SCORING INFRASTRUKTUR GEOGRAFIS No KECA- MATAN DESA 1 SIMAN MADUSARI ,00 2 BADEGAN KAPURAN ,00 3 SLAHUNG NAILAN ,00 4 KAUMAN PLOSOJENAR ,00 5 SLAHUNG JEBENG ,00 6 SUKOREJO GANDUKEPUH , Komponen Transportasi Komponen transportasi merupakan gambaran aksesibilitas desa ditinjau dari ketersediaan angkutan umum untuk mencapai suatu wilayah. Semakin mudah, murah, tersedia setiap saat dan waktu tempuh yang pendek akan menggambarkan semakin terbukanya aksesibilitas suatu wilayah. Pada umumnya keberadaan angkutan umum malam hari masih jarang di temui, biasanya hanya pada jalan poros utama saja di jumpai operasional angkutan umum yang beroperasi siang dan malam hari. Berdasarkan data tercatat dari 281 desa yang ada ternyata hanya 31 desa atau sekitar 11 persen desa yang dilalui angkutan umum dengan operasional angkutan siang dan malam hari. Bila diperluas kategori operasional 40

49 angkutan umum menjadi ketersediaan angkutan umum setiap hari ternyata terdapat 121 desa atau sekitar 43,1 persen desa yang dilalui angkutan umum setiap hari. Sehingga dapat dikatakan meskipun hampir separo desa terjangkau pelayanan angkutan umum setiap hari, namun keberadaan angkutan tersebut umumnya hanya melayani trayek pada siang hari. Berdasarkan kategori angkutan umum dengan trayek tetap, tercatat sebanyak 133 desa atau sekitar 47,3 persen desa dilalui angkutan umum dengan trayek tetap. Dari 133 desa yang dilalui angkutan umum trayek tetap sebanyak 107 desa hanya beroperasi di siang hari saja, serta sisanya 26 desa beroperasi siang dan malam hari. Sedangkan bila dilihat dari operasional angkutan setiap hari, terdapat 103 desa yang dilalui angkutan umum bertrayek tetap yang beroperasi setiap hari, sedangkan 30 desa lainnya angkutan umum bertrayek tetap tidak beroperasi setiap hari. Kebiasaan masyarakat menggunakan angkutan umum untuk mencapai ibukota kabupaten hanya tercatat di 58 desa atau sekitar 20,6 persen dari desa yang ada, hal ini dimungkinkan karena waktu tempuh menggunakan angkutan umum yang relatif lama juga keterbatasan ketersediaan angkutan umum serta menjamurnya kepemilikan sepeda motor. Berdasarkan data yang ada ternyata sebagian besar desa (54,4 persen) memiliki waktu tempuh dari desa ke ibukota kabupaten lebih dari 30 menit. Desa Wonoketro, Winong, Josari dan Turi di Kecamatan Jetis tercatat sebagai desa-desa yang mempunyai skor tinggi di komponen transportasi. Hal ini selain didukung oleh jalur jalan poros utama yang notabene banyak tersedia angkutan umum, juga jarak ke ibukota kabupaten relatif tidak begitu jauh. Secara lengkap pada Tabel 4.9 disajikan beberapa desa yang mempunyai skor cukup menonjol di komponen transportasi. 41

50 Angkutan Umum Trayek Tetap Operasional Angkutan Umum Setiap Hari Operasional Angkutan Umum Siang dan Malam Jarak tempuh Ke Ibukota Kabupaten Waktu Tempuh Ke Ibukota Kabupaten Angkutan Umum Biasa Digunakan Masyarakat Biaya Transport Ke Ibukota Kabupaten INDEKS KOMPONEN TRANSPORTASI Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Tabel 4.9. Desa dengan Indeks Komponen Transportasi Tertinggi SCORING No KECA- MATAN DESA 1 JETIS WONOKETRO ,00 2 JETIS WINONG ,00 3 JETIS JOSARI ,00 4 JETIS TURI ,00 5 SIMAN MADUSARI ,71 6 SIMAN BETON ,71 7 JENANGAN NGRUPIT ,71 8 KAUMAN KAUMAN ,71 9 BALONG NGAMPEL ,71 10 SLAHUNG NAILAN ,71 11 BALONG BALONG ,71 12 SLAHUNG MENGGARE ,71 13 SLAHUNG SLAHUNG ,71 14 SLAHUNG BROTO , Komponen Komunikasi Sarana komunikasi yang saat ini berkembang cukup pesat dan telah menjadi kebutuhan hidup bagi sebagian besar penduduk adalah telepon seluler atau handphone. Tak terkecuali di masyarakat pedesaan, teknologi ini sudah menjadi lumrah dikalangan masyarakat umum, disamping harga perangkat atau 42

51 gadget yang relatif terjangkau juga keberadaan sinyal handphone yang cukup kuat sudah menjangkau hampir semua desa yang ada (82,6). Tercatat tinggal 46 desa yang belum mendapatkan sinyal telepon seluler dengan baik, mayoritas berada di Kecamatan Ngrayun, Pudak dan Ngebel yang memiliki topografi berupa pegunungan. Bahkan pada lima kecamatan yang relatif dekat dengan ibukota kabupaten semua desa memiliki sinyal telepon seluler yang kuat. Pada kecamatan lainnya hanya terdapat beberapa desa yang masih memiliki sinyal telepon seluler yang lemah. Penggunaan telepon seluler yang luas dimasyarakat juga diikuti oleh akses internet meskipun tidak se pesat pengguna telepon seluler. Separo desa yang ada (140 dari 281 desa) telah menikmati keberadaan akses internet dikantor kepala desa maupun dari warung internet yang ada di wilayahnya. Hal ini memberikan gambaran bahwa kebutuhan informasi pada masyarakat pedesaan sudah tidak dapat dibendung lagi. Disamping melalui internet akses informasi masyarakat pedesaan juga dapat dilihat dari penerimaan siaran televisi baik lokal, nasional maupun manca negara tanpa menggunakan antena parabola maupun TV kabel. Tercatat tinggal 12 desa yang masih kurang bagus dalam penangkapan siaran televisi tanpa bantuan antena parabola maupun TV kabel. Keberadaan jaringan telepon kabel yang ditandai dengan adanya rumah tangga yang berlangganan telepon kabel terdapat pada 151 desa. Meskipun baru 53,7 persen jangkauan telepon kabel namun manfaatnya cukup dirasakan masyarakat dalam berkomunikasi. Meskipun beberapa tahun terakhir fungsinya tergeser oleh penggunaan telepon seluler namun penggunaan telepon kabel dalam beberapa waktu kedepan masih tetap eksis. Apalagi pada saat ini operator telepon kabel sudah mengintegrasikan penggunaan jaringan telepon kabel dengan jaringan internet yang semakin hari semakin banyak penggunanya. 43

52 Beberapa desa tercatat mempunyai skor komunikasi yang kurang baik umumnya disebabkan oleh kondisi topografi wilayah yang mayoritas berupa pegunungan serta berada di sekitar hutan. Desa yang memiliki keterbatasan fasilitas komponen komunikasi diantaranya Desa Sendang dan Wonodadi di Kecamatan Ngrayun, Desa Senepo dan Tugurejo di Kecamatan Slahung, Desa Jrakah di Kecamatan Sambit serta Desa Pupus di Kecamatan Ngebel. Adapun desa-desa yang tercatat memiliki nilai skoring komponen komunikasi tertinggi atau dengan kata lain memiliki akses komunikasi yang baik dari segi akses telepon kabel, telepon seluler, internet maupun siaran televisi tercatat sebanyak 78 desa yang menyebar seluruh kecamatan serta berada pada ibukota kecamatan dan sekitarnya. 4.2 INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS Berdasarkan hasil penghitungan indeks kesulitan geografi desa, maka Desa Jrakah di Kecamatan Sambit tercatat sebagai desa dengan indeks tertinggi dengan nilai 84,17. Hal ini mengindikasikan bahwa Desa Jrakah merupakan wilayah desa yang paling sulit jangkauan wilayah geografisnya. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa dimensi kesulitan wilayah geografis merupakan penggabungan komponen ketersediaan pelayanan dasar, ketersediaan infrastruktur wilayah, geografis, transportasi dan komunikasi. Beberapa desa yang tercatat memiliki IKG cukup tinggi diantaranya Desa Pupus di Kecamatan Ngebel dengan IKG sebesar 78,61 dengan sumbangan utama pada komponen kesulitan transportasi dan komunikasi serta ketersediaan pelayanan dasar yang baru mencapai 30 persen. Desa Sendang Kecamatan Ngrayun dengan IKG sebesar 77,26 dengan sumbangan utama pada keterbatasan sarana komunikasi serta ketersediaan infrastruktur dan transportasi 44

53 masih cukup rendah yaitu dikisaran 15 persen. Desa Senepo Kecamatan Slahung dengan IKG sebesar 75,04 dengan sumbangan utama pada keterbatasan sarana komunikasi serta ketersediaan infrastruktur dan transportasi masih cukup rendah yaitu dikisaran 30 persen. Desa Talun Kecamatan Ngebel dan Desa Wates Kecamatan Jenangan dengan IKG sebesar 74,86 dengan sumbangan utama pada keterbatasan sarana transportasi serta ketersediaan infrastruktur komunikasi masih cukup rendah yaitu dikisaran 25 persen. Enam desa yang mempunyai IKG tertinggi disajika secara lengkap pada Tabel Tabel Desa dengan Indeks Kesulitan Geografis tertinggi INDEKS NO KECA- MATAN DESA Pelaya -nan Dasar KOMPONEN Infrastruktur Transportasi Komunikasi IKW IKG 1. SAMBIT JRAKAH 33,33 30,00 0,00 0,00 15,83 84,17 2. NGEBEL PUPUS 55,56 30,00 0,00 0,00 21,39 78,61 3. NGRAYUN SENDANG 66,67 10,00 14,29 0,00 22,74 77,26 4. SLAHUNG SENEPO 55,56 30,00 14,29 0,00 24,96 75,04 5. NGEBEL TALUN 55,56 20,00 0,00 25,00 25,14 74,86 6. JENANGAN WATES 55,56 20,00 0,00 25,00 25,14 74,86 Untuk memudahkan dalam analisis maka nilai IKG dikelompokkan ke dalam empat kelompok dengan pembagian kelompok berdasarkan pada range IKG tersebut. Pengelompokan ini digunakan untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan besarnya IKG yang cukup variatif 45

54 antar desa, sehingga pada range IKG tertentu akan diperlakukan sama untuk setiap desa. Untuk batas kelompok berdasarkan metode tersebut didapatkan pengelompokan sebagai berikut : a. Kelompok 1 dengan nilai : IKG 26,00 b. Kelompok 2 dengan nilai : 26,00 < IKG 44,00 c. Kelompok 3 dengan nilai : 44,00 < IKG 62,00 d. Kelompok 4 dengan nilai : IKG > 62,00 Untuk desa-desa yang masuk kelompok 1 merupakan desa-desa yang relatif kecil tingkat kesulitan geografisnya, sedangkan desa-desa yang masuk kedalam kelompok 4 merupakan desa-desa yang memiliki tingkat kesulitan geografis tertinggi. Adapun kelompok 2 dan 3 merupakan desa-desa yang memiliki tingkat kesulitan geografis medium, cenderung sulit untuk kelompok 3 dan cenderung mudah untuk kelompok 2. Tabel Distribusi Frekuensi IKG berdasar kelompok KELOMPOK FREKUENSI PERSEN PERSEN KUMULATIF 1 : IKG 26, : 26,00 < IKG 44, : 44,00 < IKG 62, : IKG > 62, Berdasarkan hasil pengolahan data IKG yang ada didapatkan distribusi frekuensi untuk masing-masing kelompok seperti pada Tabel Dari Tabel tersebut terlihat bahwa terdapat 45 desa atau sekitar 16 persen yang masuk 46

55 dalam kategori kelompok 1. Sedangkan yang masuk ke dalam kelompok 2 yang merupakan kelompok dengan jumlah terbesar meliputi 120 desa atau sekitar 42,7 persen, kelompok 3 sebanyak 91 desa atau sekitar 32,4 persen. Adapun kelompok yang paling perlu mendapatkan perhatian lebih karena tingkat kesulitan geografis yaitu pada kelompok 4 yang juga merupakan kelompok dengan jumlah paling sedikit yaitu 25 desa atau sekitar 8,9 persen. Pada kelompok ini umumnya berada pada daerah dataran tinggi seperti sebagian wilayah Kecamatan Ngrayun, Kecamatan Pudak, Kecamatan Ngebel dan Sawoo. Namun demikian beberapa kecamatan seperti Jenangan, Sambit, Badegan, Pulung, Slahung, Sampung dan Bungkal memiliki antara satu sampai dua desa yang masuk dalam kategori ini, yang umumnya pada desa tersebut memiliki topografi wilayah yang cukup tinggi. Berdasarkan visualisasi gambar 4.1 terlihat bahwa desa yang masuk kedalam kategori kelompok 4 umumnya merupakan desa yang berada di perbatasan serta semakin jauh dari pusat pemerintahan yang digambarkan dengan simbol berwarna merah. Adapun kelurahan yang dberikan simbol warna putih nampak mengumpul di sekitar pusat pemerintahan. Adapun kelompok 2 dan kelompok 3 berada di pinggiran dari wilayah Kabupaten Ponorogo. Sedangkan kelompok 1 yang paling baik dalam aksesibilitas umumnya berada di sekitar ibukota kabupaten. Berdasarkan gambaran dan paparan di atas maka nampak secara jelas bahwa kondisi geografis wilayah yang umumnya berupa daerah lereng atau bukit dan di dukung jarak ke ibukota kabupaten yang semakin jauh, bahkan mungkin akses ke ibukota kecamatan pun memerlukan perjuangan yang tidak ringan serta ketersediaan fasilitas dan infrastruktur yang kurang memadai menjadi penyebab utama desa-desa pada wilayah perbatasan umumnya masuk ke dalam kelompok 4. 47

56 Gambar 4.1. Peta Sebaran IKG Desa Menurut Kelompok Kabupaten Magetan Kabupaten Madiun Kabupaten Wonogiri Prov. Jateng Kabupaten Trenggalek Kabupaten Pacitan Sumber : Peta Wilayah Kerja BPS,

57 BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Indeks Kesulitan Geografis yang menggambarkan tingkat aksesibilitas dan ketersediaan infrastruktur serta pelayanan dasar di tingkat desa di Kabupaten Ponorogo tahun 2014 dalam hal ini untuk 281 wilayah dengan status desa berkisar antara 8,85 sampai 84,17. Indeks terkecil adalah Desa Kauman Kecamatan Kauman serta Desa Balong Kecamatan Balong dengan nilai indek kesulitan geografis yang sama yaitu sebesar 8,85 diikuti Desa Slahung Kecamatan Slahung dengan nilai indeks sebesar 11,07. Ketiga desa tersebut merupakan desa yang dianggap lebih maju dibandingkan desa-desa yang lain di wilayah Kabupaten Ponorogo. Sedangkan angka Indeks terbesar adalah Desa Jrakah Kecamatan Sambit yang merupakan desa baru hasil pemekaran wilayah dari Desa Gajah Kecamatan Sambit dengan nilai indek kesulitan geografis sebesar 84,17. Desa Jrakah selama ini dikenal sebagai wilayah yang cukup sulit dijangkau selain topografi dataran tinggi juga wilayahnya dikelilingi hutan. Berikutnya Desa Pupus Kecamatan Ngebel dengan nilai indeks sebesar 78,61 serta Desa Sendang Kecamatan Ngrayun dengan nilai indeks sebesar 77,26 dimana kedua desa tersebut juga merupakan daerah topografi tinggi serta berada disekitar wilayah hutan. Ketiga desa tersebut tercatat berada wilayah terluar Kabupaten Ponorogo yang umumnya dianggap terpencil dibandingkan desa-desa yang lain di wilayah Kabupaten Ponorogo. 49

58 5.2 SARAN Berdasarkan hasil penghitungan Indeks Kesulitan Geografis Desa yang sudah dilakukan di atas seyogyanya dalam setiap kegiatan pelaksanaan program pembangunan khususnya pembangunan infrastruktur kewilayahan di berikan bobot yang berbeda diantara desa-desa yang ada. Pembobotan ini diberikan karena titik start desa dalam kegiatan tersebut berbeda. Misalkan Desa Kauman Kecamatan Kauman serta Desa Jrakah Kecamatan Sambit tentunya harus diberikan perlakuan yang berbeda. Berdasarkan analogi bahwa Desa Kauman start di line up pertama sedangkan Desa Jrakah start di line up terakhir, rasanya kurang fair kalau diberikan perlakuan yang sama, yang pada akhirnya Desa Jrakah akan selalu lebih tertinggal dibandingka Desa Kauman. Dengan pembedaan perlakuan yang tentunya dengan memberikan perhatian lebih serta prioritas ke desa yang mempunyai Indeks Kesulitan Geografis tinggi diharapkan semua desa pada akhirnya akan mencapai garis finis secara bersama. Kondisi ini yang tentunya sangat diharapkan masyarakat yaitu terciptanya keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia khususnya di Kabupaten Ponorogo. 50

59 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 LAMPIRAN Lampiran 1. IKG Desa di Kecamatan Jenangan INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) MRICAN 66,67 60,00 71,43 100,00 74,52 25, PLALANGAN 55,56 80,00 71,43 100,00 76,75 23, NGLAYANG 66,67 60,00 42,86 75,00 61,13 38, JENANGAN 77,78 70,00 42,86 100,00 72,66 27, JIMBE 66,67 50,00 57,14 100,00 68,45 31, NGRUPIT 88,89 80,00 85,71 100,00 88,65 11, PINTU 66,67 80,00 57,14 75,00 69,70 30, SEDAH 66,67 80,00 42,86 75,00 66,13 33, PANJENG 66,67 80,00 14,29 75,00 58,99 41, SRATEN 55,56 80,00 28,57 50,00 53,53 46, SEMANDING 77,78 60,00 28,57 75,00 60,34 39, TANJUNG SARI 55,56 70,00 42,86 100,00 67,10 32, PARINGAN 77,78 50,00 42,86 50,00 55,16 44, WATES 55,56 20,00 0,00 25,00 25,14 74, KEMIRI 55,56 50,00 28,57 50,00 46,03 53,

60 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 2. IKG Desa di Kecamatan Ngrayun INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) BAOSANKIDUL 77,78 40,00 42,86 25,00 46,41 53, WONODADI 77,78 20,00 42,86 0,00 35,16 64, SENDANG 66,67 10,00 14,29 0,00 22,74 77, MRAYAN 77,78 30,00 42,86 25,00 43,91 56, BINADE 66,67 40,00 0,00 25,00 32,92 67, BAOSANLOR 77,78 40,00 42,86 100,00 65,16 34, NGRAYUN 77,78 50,00 42,86 75,00 61,41 38, TEMON 77,78 30,00 42,86 75,00 56,41 43, SELUR 66,67 40,00 42,86 25,00 43,63 56, CEPOKO 66,67 50,00 14,29 25,00 38,99 61, GEDANGAN 77,78 10,00 0,00 25,00 28,19 71,

61 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 3. IKG Desa di Kecamatan Babadan INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) CEKOK 55,56 80,00 57,14 100,00 73,17 26, JAPAN 66,67 70,00 42,86 100,00 69,88 30, GUPOLO 44,44 80,00 42,86 100,00 66,83 33, POLOREJO 66,67 80,00 42,86 100,00 72,38 27, BARENG 44,44 80,00 28,57 100,00 63,25 36, NGUNUT 88,89 80,00 42,86 100,00 77,94 22, SUKOSARI 88,89 90,00 28,57 100,00 76,87 23, LEMBAH 55,56 80,00 28,57 100,00 66,03 33, PONDOK 66,67 90,00 28,57 100,00 71,31 28, BABADAN 55,56 90,00 42,86 100,00 72,10 27, PURWOSARI 66,67 90,00 28,57 100,00 71,31 28, TRISONO 55,56 80,00 0,00 100,00 58,89 41,

62 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 4. IKG Desa di Kecamatan Jetis INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) NGASINAN 88,89 90,00 57,14 75,00 77,76 22, KUTUKULON 55,56 90,00 71,43 100,00 79,25 20, KUTUWETAN 44,44 90,00 71,43 50,00 63,97 36, KRADENAN 44,44 80,00 14,29 75,00 53,43 46, MOJOMATI 44,44 80,00 28,57 50,00 50,75 49, COPER 66,67 90,00 28,57 100,00 71,31 28, MOJOREJO 44,44 90,00 0,00 50,00 46,11 53, KARANGGEBANG 55,56 70,00 14,29 75,00 53,71 46, JETIS 55,56 90,00 57,14 100,00 75,67 24, TEGALSARI 66,67 80,00 57,14 75,00 69,70 30, WONOKETRO 66,67 90,00 100,00 75,00 82,92 17, JOSARI 55,56 80,00 100,00 75,00 77,64 22, TURI 66,67 80,00 100,00 75,00 80,42 19, WINONG 44,44 90,00 100,00 75,00 77,36 22,

63 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 5. IKG Desa di Kecamatan Mlarak INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) TUGU 55,56 90,00 28,57 50,00 56,03 43, CANDI 55,56 60,00 28,57 50,00 48,53 51, TOTOKAN 55,56 60,00 28,57 50,00 48,53 51, NGRUKEM 55,56 80,00 28,57 75,00 59,78 40, SIWALAN 55,56 90,00 42,86 100,00 72,10 27, JORESAN 66,67 80,00 57,14 100,00 75,95 24, NGLUMPANG 77,78 80,00 42,86 100,00 75,16 24, GONTOR 66,67 80,00 42,86 100,00 72,38 27, GANDU 66,67 80,00 57,14 100,00 75,95 24, JABUNG 66,67 80,00 42,86 100,00 72,38 27, BAJANG 77,78 80,00 57,14 100,00 78,73 21, MLARAK 77,78 80,00 42,86 75,00 68,91 31, SERANGAN 55,56 70,00 28,57 75,00 57,28 42, SUREN 44,44 60,00 28,57 50,00 45,75 54, KAPONAN 55,56 70,00 28,57 75,00 57,28 42,

64 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 6. IKG Desa di Kecamatan Sawoo INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) TUMPUK 55,56 20,00 0,00 50,00 31,39 68, PANGKAL 77,78 60,00 42,86 50,00 57,66 42, TUMPAKPELEM 55,56 50,00 28,57 50,00 46,03 53, TEMPURAN 66,67 40,00 0,00 25,00 32,92 67, SRITI 66,67 40,00 14,29 25,00 36,49 63, TEMON 66,67 50,00 28,57 25,00 42,56 57, SAWOO 66,67 70,00 57,14 100,00 73,45 26, PRAYUNGAN 77,78 80,00 57,14 100,00 78,73 21, TUGUREJO 55,56 70,00 14,29 100,00 59,96 40, GROGOL 66,67 70,00 42,86 75,00 63,63 36, KETRO 55,56 70,00 14,29 75,00 53,71 46, KORI 55,56 70,00 14,29 50,00 47,46 52, BONDRANG 55,56 70,00 0,00 50,00 43,89 56, NGINDENG 44,44 60,00 0,00 50,00 38,61 61,

65 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 7. IKG Desa di Kecamatan Balong INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) PANDAK 55,56 50,00 14,29 50,00 42,46 57, BULUKIDUL 55,56 70,00 14,29 50,00 47,46 52, BULAK 33,33 70,00 14,29 50,00 41,90 58, NGENDUT 44,44 60,00 0,00 50,00 38,61 61, KARANGPATIHAN 66,67 60,00 14,29 50,00 47,74 52, SUMBEREJO 66,67 70,00 14,29 25,00 43,99 56, NGUMPUL 77,78 80,00 14,29 75,00 61,77 38, NGRAKET 66,67 90,00 14,29 75,00 61,49 38, DADAPAN 55,56 60,00 14,29 50,00 44,96 55, SINGKIL 55,56 80,00 57,14 100,00 73,17 26, KARANGAN 77,78 80,00 28,57 100,00 71,59 28, BAJANG 55,56 70,00 0,00 75,00 50,14 49, BALONG 88,89 90,00 85,71 100,00 91,15 8, JALEN 66,67 60,00 14,29 100,00 60,24 39, KARANGMOJO 55,56 70,00 57,14 100,00 70,67 29, SEDARAT 55,56 60,00 14,29 50,00 44,96 55, PURWOREJO 55,56 70,00 14,29 50,00 47,46 52, TATUNG 44,44 80,00 14,29 75,00 53,43 46, MUNENG 44,44 50,00 28,57 75,00 49,50 50, NGAMPEL 44,44 70,00 85,71 100,00 75,04 24,

66 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 8. IKG Desa di Kecamatan Sambit INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) GAJAH 77,78 30,00 0,00 50,00 39,44 60, WRINGINANOM 77,78 60,00 0,00 75,00 53,19 46, NGADISANAN 55,56 80,00 0,00 50,00 46,39 53, MAGUWAN 55,56 80,00 0,00 75,00 52,64 47, NGLEWAN 55,56 70,00 0,00 50,00 43,89 56, BEDINGIN 55,56 70,00 0,00 50,00 43,89 56, BANCANGAN 55,56 80,00 28,57 75,00 59,78 40, CAMPUREJO 66,67 80,00 42,86 75,00 66,13 33, CAMPURSARI 77,78 80,00 57,14 100,00 78,73 21, BULU 66,67 90,00 28,57 100,00 71,31 28, SAMBIT 66,67 90,00 42,86 100,00 74,88 25, BESUKI 55,56 80,00 28,57 100,00 66,03 33, WILANGAN 66,67 70,00 0,00 75,00 52,92 47, BANGSALAN 55,56 80,00 0,00 75,00 52,64 47, KEMUNING 55,56 80,00 0,00 50,00 46,39 53, JRAKAH 33,33 30,00 0,00 0,00 15,83 84,

67 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 9. IKG Desa di Kecamatan Kauman INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) TEGALOMBO 66,67 90,00 28,57 75,00 65,06 34, NONGKODONO 66,67 90,00 42,86 100,00 74,88 25, SUKOSARI 55,56 80,00 0,00 50,00 46,39 53, NGRANDU 66,67 80,00 28,57 75,00 62,56 37, NGLARANGAN 44,44 80,00 42,86 75,00 60,58 39, BRINGIN 66,67 80,00 57,14 100,00 75,95 24, PENGKOL 55,56 80,00 42,86 75,00 63,35 36, GABEL 55,56 80,00 42,86 75,00 63,35 36, CILUK 55,56 80,00 0,00 50,00 46,39 53, SEMANDING 66,67 70,00 14,29 100,00 62,74 37, TOSANAN 66,67 80,00 28,57 75,00 62,56 37, MARON 55,56 90,00 42,86 75,00 65,85 34, SOMOROTO 77,78 90,00 57,14 100,00 81,23 18, PLOSOJENAR 55,56 100,00 71,43 100,00 81,75 18, CARAT 66,67 90,00 71,43 100,00 82,02 17, KAUMAN 88,89 90,00 85,71 100,00 91,15 8,

68 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 10. IKG Desa di Kecamatan Ngebel INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) NGROGUNG 77,78 30,00 28,57 75,00 52,84 47, SAHANG 44,44 30,00 28,57 25,00 32,00 68, WAGIRLOR 55,56 50,00 28,57 50,00 46,03 53, TALUN 55,56 20,00 0,00 25,00 25,14 74, GONDOWIDO 55,56 30,00 0,00 75,00 40,14 59, PUPUS 55,56 30,00 0,00 0,00 21,39 78, NGEBEL 66,67 40,00 28,57 50,00 46,31 53, SEMPU 44,44 40,00 28,57 25,00 34,50 65,

69 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 11. IKG Desa di Kecamatan Sooko INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) NGADIROJO 66,67 40,00 28,57 25,00 40,06 59, KLEPU 55,56 40,00 28,57 50,00 43,53 56, SURU 77,78 60,00 57,14 75,00 67,48 32, SOOKO 77,78 50,00 42,86 75,00 61,41 38, BEDOHO 55,56 20,00 28,57 50,00 38,53 61, JURUG 66,67 50,00 42,86 75,00 58,63 41,

70 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 12. IKG Desa di Kecamatan Badegan INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) DAYAKAN 55,56 30,00 0,00 25,00 27,64 72, KARANGAN 77,78 50,00 0,00 75,00 50,69 49, TANJUNGGUNUNG 55,56 50,00 0,00 50,00 38,89 61, KARANGJOHO 66,67 70,00 0,00 50,00 46,67 53, TANJUNGREJO 55,56 60,00 0,00 50,00 41,39 58, BANDARALIM 44,44 80,00 28,57 75,00 57,00 43, KAPURAN 66,67 100,00 28,57 75,00 67,56 32, WATUBONANG 55,56 80,00 28,57 75,00 59,78 40, BITING 55,56 90,00 28,57 50,00 56,03 43, BADEGAN 66,67 90,00 28,57 75,00 65,06 34,

71 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 13. IKG Desa di Kecamatan Pulung INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) KARANGPATIHAN 55,56 50,00 0,00 50,00 38,89 61, TEGALREJO 44,44 50,00 28,57 75,00 49,50 50, BEDRUG 44,44 60,00 0,00 75,00 44,86 55, WAGIRKIDUL 55,56 50,00 28,57 50,00 46,03 53, SINGGAHAN 66,67 70,00 14,29 75,00 56,49 43, PATIK 55,56 50,00 28,57 75,00 52,28 47, PULUNG 88,89 60,00 42,86 100,00 72,94 27, PULUNG MERDIKO 66,67 60,00 42,86 75,00 61,13 38, SIDOHARJO 66,67 60,00 42,86 75,00 61,13 38, WOTAN 44,44 50,00 42,86 100,00 59,33 40, PLUNTURAN 55,56 50,00 28,57 25,00 39,78 60, POMAHAN 55,56 50,00 14,29 75,00 48,71 51, KESUGIHAN 88,89 60,00 28,57 100,00 69,37 30, SERAG 55,56 50,00 28,57 100,00 58,53 41, WAYANG 55,56 40,00 14,29 50,00 39,96 60, BANARAN 44,44 40,00 0,00 50,00 33,61 66, BEKIRING 44,44 30,00 0,00 50,00 31,11 68, MUNGGUNG 66,67 50,00 14,29 100,00 57,74 42,

72 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 14. IKG Desa di Kecamatan Slahung INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) TUGUREJO 77,78 20,00 42,86 0,00 35,16 64, SENEPO 55,56 30,00 14,29 0,00 24,96 75, SLAHUNG 100,00 70,00 85,71 100,00 88,93 11, CALUK 55,56 50,00 71,43 50,00 56,75 43, BROTO 55,56 60,00 85,71 50,00 62,82 37, MENGGARE 55,56 80,00 85,71 75,00 74,07 25, KAMBENG 66,67 90,00 42,86 100,00 74,88 25, WATES 77,78 20,00 14,29 50,00 40,52 59, NGILO-ILO 55,56 50,00 28,57 25,00 39,78 60, DURI 66,67 70,00 0,00 75,00 52,92 47, NGLONING 55,56 70,00 42,86 100,00 67,10 32, PLANCUNGAN 55,56 80,00 42,86 75,00 63,35 36, JEBENG 55,56 100,00 71,43 100,00 81,75 18, GALAK 66,67 90,00 71,43 100,00 82,02 17, TRUNENG 44,44 60,00 71,43 75,00 62,72 37, SIMO 55,56 80,00 42,86 75,00 63,35 36, MOJOPITU 55,56 80,00 14,29 75,00 56,21 43, GUNDIK 66,67 80,00 42,86 75,00 66,13 33, NAILAN 55,56 100,00 85,71 100,00 85,32 14, GOMBANG 55,56 80,00 28,57 75,00 59,78 40, JANTI 55,56 80,00 14,29 75,00 56,21 43, CRABAK 55,56 80,00 42,86 75,00 63,35 36,

73 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 15. IKG Desa di Kecamatan Siman INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) DEMANGAN 77,78 90,00 57,14 75,00 74,98 25, NGABAR 66,67 90,00 71,43 100,00 82,02 17, MADUSARI 66,67 100,00 85,71 100,00 88,10 11, BETON 77,78 90,00 85,71 100,00 88,37 11, SEKARAN 55,56 70,00 42,86 75,00 60,85 39, BRAHU 44,44 70,00 71,43 75,00 65,22 34, KEPUH RUBUH 55,56 70,00 71,43 50,00 61,75 38, SAWUH 55,56 80,00 71,43 75,00 70,50 29, JARAK 55,56 70,00 42,86 50,00 54,60 45, TRANJANG 55,56 80,00 42,86 100,00 69,60 30, PIJERAN 55,56 80,00 42,86 75,00 63,35 36, MANUK 55,56 70,00 57,14 100,00 70,67 29, SIMAN 66,67 80,00 71,43 100,00 79,52 20, PATIHAN KIDUL 55,56 90,00 57,14 100,00 75,67 24, RONOSENTANAN 55,56 70,00 42,86 50,00 54,60 45, TAJUG 55,56 80,00 71,43 75,00 70,50 29,

74 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 16. IKG Desa di Kecamatan Sampung INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) GELANGKULON 55,56 70,00 42,86 50,00 54,60 45, KARANG WALUH 55,56 80,00 42,86 75,00 63,35 36, GLINGGANG 55,56 80,00 42,86 75,00 63,35 36, CARANG REJO 55,56 80,00 14,29 75,00 56,21 43, TULUNG 55,56 70,00 28,57 75,00 57,28 42, KUNTI 66,67 80,00 0,00 50,00 49,17 50, PAGERUKIR 55,56 30,00 0,00 50,00 33,89 66, POHIJO 66,67 60,00 0,00 50,00 44,17 55, JENANGAN 55,56 60,00 0,00 50,00 41,39 58, NGLURUP 55,56 60,00 0,00 75,00 47,64 52, SAMPUNG 77,78 70,00 14,29 75,00 59,27 40, RINGIN PUTIH 66,67 80,00 14,29 75,00 58,99 41,

75 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 17. IKG Desa di Kecamatan Jambon INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) BLEMBEM 66,67 70,00 71,43 75,00 70,77 29, SRANDIL 55,56 80,00 71,43 75,00 70,50 29, PULOSARI 66,67 90,00 57,14 75,00 72,20 27, BULU LOR 44,44 80,00 14,29 50,00 47,18 52, KREBET 66,67 80,00 14,29 75,00 58,99 41, JAMBON 77,78 90,00 42,86 100,00 77,66 22, MENANG 55,56 90,00 71,43 100,00 79,25 20, JONGGOL 55,56 60,00 14,29 25,00 38,71 61, POKO 55,56 70,00 14,29 50,00 47,46 52, BRINGINAN 44,44 80,00 0,00 50,00 43,61 56, SENDANG 66,67 70,00 0,00 75,00 52,92 47, KARANG LOKIDUL 66,67 70,00 14,29 75,00 56,49 43, SIDOHARJO 66,67 70,00 14,29 50,00 50,24 49,

76 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 18. IKG Desa di Kecamatan Pudak INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) BANJARJO 66,67 50,00 14,29 25,00 38,99 61, PUDAK WET AN 55,56 50,00 14,29 75,00 48,71 51, BARENG 66,67 30,00 14,29 25,00 33,99 66, TAMBANG 55,56 30,00 14,29 25,00 31,21 68, KRISIK 55,56 30,00 14,29 50,00 37,46 62, PUDAK KULON 44,44 40,00 14,29 50,00 37,18 62,

77 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 19. IKG Desa di Kecamatan Bungkal INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) PELEM 44,44 40,00 0,00 25,00 27,36 72, KORIPAN 66,67 40,00 14,29 50,00 42,74 57, BEKARE 66,67 40,00 14,29 75,00 48,99 51, NAMBAK 55,56 70,00 28,57 75,00 57,28 42, KALISAT 77,78 80,00 14,29 100,00 68,02 31, MUNGGU 44,44 20,00 14,29 75,00 38,43 61, PAGER 44,44 40,00 14,29 50,00 37,18 62, BELANG 55,56 70,00 14,29 100,00 59,96 40, BUNGKAL 88,89 70,00 42,86 100,00 75,44 24, KETONGGO 44,44 70,00 14,29 75,00 50,93 49, KUNTI 55,56 70,00 28,57 75,00 57,28 42, BANCAR 66,67 70,00 42,86 100,00 69,88 30, PADAS 55,56 60,00 14,29 75,00 51,21 48, BUNGU 55,56 70,00 14,29 75,00 53,71 46, KUPUK 55,56 70,00 14,29 100,00 59,96 40, BEDIWETAN 44,44 70,00 42,86 75,00 58,08 41, BEDIKULON 44,44 70,00 14,29 100,00 57,18 42, KWAJON 55,56 70,00 14,29 75,00 53,71 46, SAMBILAWANG 66,67 70,00 14,29 75,00 56,49 43,

78 PELAYANAN DASAR INFRASTRUKTUR DAN GEOGRAFIS TRASPORTASI KOMUNIKASI INDEKS KETERBUKAAN WILAYAH (IKW) INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG) KELOMPOK IKG Indeks Kesulitan Geografis Desa 2014 Lampiran 20. IKG Desa di Kecamatan Sukorejo INDEKS KOMPONEN KODE DESA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) MOROSARI 55,56 70,00 42,86 75,00 60,85 39, SRAGI 55,56 80,00 42,86 50,00 57,10 42, KALIMALANG 55,56 90,00 71,43 75,00 73,00 27, KARANGLOLOR 66,67 90,00 71,43 75,00 75,77 24, GOLAN 55,56 70,00 42,86 75,00 60,85 39, GANDUKEPUH 55,56 100,00 71,43 100,00 81,75 18, NAMBANGREJO 55,56 80,00 42,86 100,00 69,60 30, LENGKONG 66,67 90,00 42,86 75,00 68,63 31, NAMPAN 55,56 80,00 28,57 75,00 59,78 40, SUKOREJO 77,78 80,00 42,86 100,00 75,16 24, BANGUNREJO 55,56 90,00 0,00 75,00 55,14 44, SIDOREJO 55,56 80,00 0,00 75,00 52,64 47, GELANGLOR 66,67 90,00 14,29 75,00 61,49 38, KRANGGAN 44,44 80,00 42,86 75,00 60,58 39, SERANGAN 77,78 80,00 14,29 75,00 61,77 38, PRAJEGAN 66,67 80,00 0,00 75,00 55,42 44, GEGERAN 66,67 90,00 0,00 50,00 51,67 48, KEDUNG BANTENG 66,67 90,00 28,57 75,00 65,06 34,

79

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

https://probolinggokab.bps.go.id

https://probolinggokab.bps.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN TONGAS 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TONGAS 2015 Katalog BPS : 1101002.3513.230 Ukuran Buku : 17,6 X 25 cm Jumlah Halaman Naskah : : iv + 10 halaman Koordinator Statistik Kecamatan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR No. 16/02/35/Th. XIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Jawa Timur Hasil Pendataan Potensi Desa 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, maksud tujuan dan sasaran, ruang lingkup, serta sistematika pembahasan, yang menjadi penjelasan dasar

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT.

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 No.Publikasi : 91080.12.37

Lebih terperinci

https://probolinggokab.go.id

https://probolinggokab.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN KREJENGAN 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KREJENGAN 2014 Katalog BPS : 1101002.3513.160 Ukuran Buku : 17,6 X 25 cm Jumlah Halaman Naskah : : iv + 10 halaman Koordinator Statistik

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 ISSN : No. Publikasi : 3211.1608 Katalog BPS : 1102001.3211050 Ukuran Buku : 17,6 cm 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Kabupaten Ponorogo Data Agregat per Kecamatan

Kabupaten Ponorogo Data Agregat per Kecamatan Kabupaten Ponorogo Data Agregat per Kecamatan BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PONOROGO Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS

INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2015 KERJASAMA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung Barat Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 KATA SAMBUTAN

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 Statistik Daerah Kecamatan Teras Terunjam 2014 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TERAS TERUNJAM 2014 Nomor

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Sepaku rata-rata 177,2 mm pada tahun 2010 Kecamatan Sepaku memiliki luas 438,50 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kecamatan Waru 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WARU No. Publikasi : 640950.1611 Katalog BPS : 1101002.6409020 Ukuran Buku : 17 cm x 24,5 cm Jumlah Halaman : viii + 12 halaman Naskah :

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Banten

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Banten No. 13/02/36/Th.IX, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Banten Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan hasil Podes

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KOTA MUKOMUKO 2014 Nomor ISSN : Nomor Publikasi : 1706.1416 Katalog BPS : 4102004.1706040

Lebih terperinci

KATALOG BPS:

KATALOG BPS: KATALOG BPS: 1101002.190 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GIRI 2013 Katalog BPS : 1101002.3510190 Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman : vi + 14 Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi

Lebih terperinci

pelalawankab.bps.go.id

pelalawankab.bps.go.id ISBN : 979 484 622 8 No. Publikasi : 25 Katalog BPS : 1101002.1404041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 12 + iii Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Gambar Kulit : Seksi Integrasi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

NO KATALOG :

NO KATALOG : NO KATALOG : 1101002.3510210 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONGSOREJO 2013 Katalog BPS : 1101002.3510210 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Daftar Tabel. Tabel Jumlah Partai Politik, Lsm Dan Ormas Di Tingkat Kabupaten 21 GAMBARAN UMUM

DAFTAR TABEL. Daftar Tabel. Tabel Jumlah Partai Politik, Lsm Dan Ormas Di Tingkat Kabupaten 21 GAMBARAN UMUM DAFTAR TABEL GAMBARAN UMUM Kondisi Geografis Tabel 1.1.1. Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Ketinggian Tempat Di Kabupaten Subang, 6 Tabel 1.1.2. Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Kemiringan Lereng Di Kabupaten

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.3510071 STATISTIK DAERAH KECAMATANTEGALSARI 2015 Katalog BPS : 1101002.3510071 Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman : vi + 16 Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 19/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Menurut Podes 2014, di DIY terdapat sebanyak 438 wilayah administrasi

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015 ISSN : No Publikasi : 2171.15.30 Katalog BPS : 1102001.2171.080 Ukuran Buku: 25 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BABULU No Publikasi : 640950.1608 Katalog : 1101002.6409010 Ukuran Buku : 17 cm x 24,5 cm Jumlah Halaman : viii + 12 halaman Naskah : BPS

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Penajam rata-rata 239,5 mm pada tahun 2010 Kecamatan Penajam memiliki luas Peta Kecamatan Penajam 1.207,37 km

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung Tengah Provinsi Lampung. Kecamatan ini mulai dibuka pada tahun 1954,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung Tengah Provinsi Lampung. Kecamatan ini mulai dibuka pada tahun 1954, IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Kecamatan Punggur Kecamatan Pungur merupakan salah satu dari 28 Kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung. Kecamatan ini mulai dibuka

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 Katalog BPS : 1101002.6271020 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 BADAN PUSAT STATISTIK No. 15/02/82/Th.XIV, 16 Februari 2015 TIPOLOGI WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10

Lebih terperinci

S T A T I S T I K D A E R A H K E C A M A T A N P A G E R W O J O 2012

S T A T I S T I K D A E R A H K E C A M A T A N P A G E R W O J O 2012 S T A T I S T I K D A E R A H K E C A M A T A N P A G E R W O J O 2012 Katalog BPS : 1101002.3504180 No. Publikasi : 35040.1241 Ukuran Buku : B5 (17,6 cm x 25 cm) Jumlah Halaman : iv + 15 Halaman Naskah

Lebih terperinci

w tp :// w ht ja.r a w.g.b ps ab tk pa am o. id STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI TENGAH 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI TENGAH 214 ISSN : No. Publikasi : 918.14.35 Katalog BPS : 1112.918.33

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TOMMO 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TOMMO 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU STATISTIK DAERAH KECAMATAN TOMMO 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TOMMO 2012 ISSN : No. Publikasi : 76045.1204.033 Katalog BPS : 1202001.7604.033 Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

BAB II DESKRIPSI WILAYAH BAB II DESKRIPSI WILAYAH 1.1 Kondisi Geografis 2.1.1 Kota Magelang a. Letak Wilayah Berdasarkan letak astronomis, Kota Magelang terletak pada posisi 110 0 12 30 110 0 12 52 Bujur Timur dan 7 0 26 28 7

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

http ://ppukab.bps.go.id

http ://ppukab.bps.go.id Statistik Daerah Kecamatan Sepaku 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEPAKU No Publikasi : 640950.1610 Katalog : 1101002.6409040 Ukuran Buku : 17 cm x 24,5 cm Jumlah Halaman : viii + 12 halaman Naskah : BPS

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-nya kepada kita sekalian.

SAMBUTAN. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-nya kepada kita sekalian. KATA PENGANTAR Kecamatan Adiwerna Dalam Angka Tahun 2008, merupakan publikasi data statistik dan data sekunder yang memuat data lengkap dan diterbitkan secara series setiap tahunnya tentang Kacamatan Adiwerna.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak, Batas Wilayah, dan Keadaan Alam Provinsi Jawa Timur merupakan satu provinsi yang terletak di Pulau Jawa selain Provinsi Daerah Khusus

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

Katalog BPS

Katalog BPS Katalog BPS 1403.8271.012 Kecamatan Pulau Batang Dua Dalam Angka 2012 PULAU BATANG DUA DALAM ANGKA 2012 Nomor Katalog : 1403.8271.012 Nomor Publikasi : 8271.000 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

Bab IV Ulasan Ringkas Disparitas Wilayah 18

Bab IV Ulasan Ringkas Disparitas Wilayah 18 ii Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...... ii iii v vi Bab I Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang..... 2 1.2 Tujuan Penulisan...... 4 1.3 Manfaat........ 5 Bab II Konsep dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH. Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara Sumber: Chapman, D. J (2004) Gambar 4. Kerangka Habitat Equivalency Analysis V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah penelitian pada masyarakat Kecamatan Rumpin secara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran. 1. Kondisi Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran. 1. Kondisi Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran 50 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran 1. Kondisi Umum Desa Negara Saka Kabupaten Pesawaran Dinamika pembangunan masyarakat Desa Negara Saka Kabupaten

Lebih terperinci

pekanbarukota.bps.go.id

pekanbarukota.bps.go.id Katalog BPS : 1101002.1471.010 2014 Statistik Daerah Kecamatan Tampan Tahun 2014 i STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMPAN TAHUN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMPAN TAHUN 2014 Katalog BPS : 1101002.1471.1

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 1102001.3510160 KECAMATAN SONGGON DALAM ANGKA TAHUN 2014 ISSN : 2407-036X No. Publikasi : 35106.1420 Katalog BPS : 1102001.3510160 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : x + 54 Halaman

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SILIRAGUNG 2013 Katalog BPS : 1101002.3510011 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + 14 Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik Kecamatan Siliragung Badan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Ciamis, secara geografis wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 0 20 sampai dengan 108 0

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

Katalog BPS : 1403.9108030 KECAMATAN MEOS MANSAR DALAM ANGKA 2011 Badan Pusat Statistik Kab Raja Ampat I Geografis BAB I GEOGRAFIS A. Letak Geografis Kecamatan Meos Mansar terletak pada bagian selatan

Lebih terperinci

KAUDITAN DALAM ANGKA 2012 KAUDITAN DALAM ANGKA 2012 ISSN : - No. Publikasi : 71060.1205 Katalog BPS : 1102001.7106020 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xiii + 79 halaman Naskah : Seksi Neraca

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

kaurkab.bps.go.id Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 Halaman i

kaurkab.bps.go.id Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 Halaman i Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 Halaman i STATISTIK KECAMATAN PADANG GUCI HILIR 2016 Halaman ii Statistik Daerah Kecamatan Padang Guci Hilir 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PADANG GUCI

Lebih terperinci

pelalawankab.bps.go.id

pelalawankab.bps.go.id ISBN : 979 484 615 5 No. Publikasi : 18 Katalog BPS : 1101002.1404020 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 12 + iii Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Gambar Kulit : Seksi Integrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian di Wilayah Distrik Sorong Timur

BAB I PENDAHULUAN. pertanian di Wilayah Distrik Sorong Timur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tersedianya data dan informasi yang memberi gambaran akurat tentang potensi wilayah sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan bagi Pemerintah kalangan pertanian

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA BARAT No.15/2/13 Th XVIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam

Lebih terperinci

Bab IV Ulasan Ringkas Disparitas Wilayah 18

Bab IV Ulasan Ringkas Disparitas Wilayah 18 ii Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...... ii iii v vi Bab I Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang..... 2 1.2 Tujuan Penulisan...... 4 1.3 Manfaat........ 5 Bab II Konsep dan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMBELAN 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1423 Katalog BPS : 1101001.2102.070 Ukuran Buku : 17,6

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN KAUDITAN 2016 Statistik Daerah Kecamatan Kauditan 2016 i STATISTIK DAERAH KECAMATAN KAUDITAN 2016 Nomor Publikasi : 71060.1621 Katalog BPS : 1101002.7106020 Ukuran Buku : 17,6

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN ANGKONA

PROFIL KECAMATAN ANGKONA PROFIL KECAMATAN ANGKONA Link Website Kecamatan Angkona 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Angkona terletak 32 km di jazirah timur ibukota Kabupaten LuwuTimur. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Nuha

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PARMAKSIAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PARMAKSIAN 2016 ISBN : 978-602-6431-04-2 No. Publikasi : 12060.1532 Katalog BPS : 1101002.1206073 Ukuran Buku : 17,6 x 25 cm Jumlah

Lebih terperinci