INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS"

Transkripsi

1 INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS KABUPATEN BANDUNG BARAT TAHUN 2015 KERJASAMA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung Barat Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015

2 KATA SAMBUTAN Assalamu alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah dan karunia-nya penyusunan dokumen Indeks Kesulitan Geografis Kabupaten Bandung Barat ini dapat diselesaikan. Dokumen ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan data yang menggambarkan tingkat kesulitan geografis desa di wilayah administrasi Kabupaten Bandung Barat. Tingkat kesulitan geografis desa tersebut meliputi ketersediaan pelayanan dasar, kondisi infrastruktur dan aksesibilitas/transportasi sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan Dan Evaluasi Dana Desa. Dokumen ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat aksesibilitas desa terhadap ketersediaan pelayanan dasar yaitu pendidikan dan kesehatan, fasilitas kegiatan ekonomi dan ketersediaan energi serta aksesibilitas/transportasi yang meliputi akses jalan dan sarana transportasi. Dengan nilai indeks yang berbeda di tiap desa, hal ini dapat membantu pemerintah Kabupaten Bandung Barat dalam menentukan skala prioritas pembangunan, khususnya wilayah pedesaan. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung Barat sebagai mitra kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Bandung Barat, yang telah membantu dalam penyusunan dokumen Indeks Kesulitan Geografis Kabupaten Bandung Barat ini. Semoga, hasil penyusunan dokumen ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik pemerintah daerah maupun stakeholders yang ada di Kabupaten Bandung Barat. Wassalamu alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh Bandung Barat, Desember 2015 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung Barat Ir. H. ASEP SODIKIN, MUM NIP

3 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan memuji syukur ke hadirat Allah SWT, publikasi Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 dapat terbit pada waktunya. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat sebagai lembaga yang menangani statistik, melaksanakan kerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung Barat dalam melakukan penyusunan IKG Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 ini. Publikasi ini memuat gambaran kondisi geografisdesa Kabupaten Bandung Barat pada tahun Informasi yang disajikan adalah mengenai kondisi pelayanan dasar, kondisi infrastruktur dan aksesibilitas/transortasi. Selain sebagai bahan dasar monitoring dan evaluasi, analisis ini diharapkan dapat dijadikan dasar perencanaan pembangunan Kabupaten Bandung Barat untuk waktu mendatang. Akhirnya, ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah mendukung Penyusunan Indeks Kesulitan Geogafis Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 ini. Semoga publikasi ini dapat bermanfaat dan dijadikan rujukan dalam penentuan kebijakan pembangunan selanjutnya. Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Bandung Barat, Desember 2015 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANDUNG BARAT Dra. Hj. Lilis Pujiawati NIP. :

4

5 Daftar Isi Daftar ISI Halaman KATA SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii v vi vii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup Sistematika Penulisan... 4 BAB II. METODOLOGI 2.1 Sumber Data Konsep Dan Definisi Perhitungan Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Ketersediaan Pelayanan Dasar Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/Transportasi Penentuan Penimbang Setiap Variabel Penyusun IKG Rumus Perhitungan IKG Dan IKW BAB III. GAMBARAN UMUM 3.1 Profil Kabupaten Bandung Barat Gambaran Umum Gambaran Umum Pelayanan Dasar Gambaran Umum Kondisi Infrastruktur Gambaran Umum Transportasi Gambaran Umum Komunikasi BAB IV. PENCAPAIAN IKG DESA 4.1 Keterbukaan Wilayah Pelayanan Dasar Kondisi Infrastuktur Aksesibilitas/Transportasi Indeks Kesulitan Geografis (IKG) BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 iii

6 Daftar Isi DAFTAR PUSTAKA Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 iv

7 Daftar Tabel DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Penimbang setiap Variabel Penyusun IKG Tabel 4.1. Desa dengan Tingkat Aksesibilitas Tertinggi Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6. Tabel 4.7. Tabel 4.8. Tabel 4.9. Penyebaran Fasilitas Pendidikan di Kecamatan se Kabupaten Bandung Barat Tahun Jumlah Desa Yang Memiliki Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bandung Barat Tahun Desa dengan Tingkat Kesulitan Tertinggi dalam Ketersediaan Pelayanan Dasar di Kabupaten Bandung Barat Tahun Jumlah dan persentase desa menurut jenis Infrastruktur di Kabupaten Bandung Barat Tahun Keberadaan Pasar dan Kios Penjual Sarana Produksi Pertanian di Kabupaten Bandung Barat Tahun Jumlah dan persentase desa menurut jenis infrastruktur di Kabupaten Bandung Barat Tahun Desa dengan Tingkat KesulitanTertinggi untuk akses ke Infrastruktur di Kabupaten Bandung Barat Tahun Gambaran Kondisi Transportasi di Kabupaten Bandung Barat Tahun Tabel Desa dengan Tingkat Kesulitan Indeks Faktor Infrastruktur Tertinggi di Kabupaten Bandung Barat Tahun Tabel Kondisi Komunikasi Desa di Kabupaten Bandung Barat Tabel Desa dengan Indeks Kesulitan Geografis Tertinggi Tabel Distribusi Frekuensi IKG berdasarkan Kelompok Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 v

8 Daftar Gambar DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1. Peta Administratif Kabupaten Bandung Barat Gambar 3.2. Gambar 3.3. Peta sebaran penduduk menurut kecamatan Tahun Persentase Tingkat Pendidikan Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas di Kabupaten Bandung Barat Tahun Gambar 3.4. Komposisi Jalan menurut kondisi jalan di Kabupaten Bandung Barat Tahun Gambar 4.1. Penyebaran Puskesmas/pustu dan Balai pengobatan/poliklinik di Desa se Kabupaten Bandung Barat Gambar 4.2. Keberadaan Jalan Aspal/Beton dan Penerangan Jalan Utama Desa Gambar 4.3. Peta Sebaran IKG Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 vi

9 Daftar Lampiran DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 IKG Kecamatan Batujajar Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Batujajar Lampiran 2 IKG Kecamatan Cihampelas Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cihampelas Lampiran 3 IKG Kecamatan Cikalongwetan Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cikalongwetan Lampiran 4 IKG Kecamatan Cililin Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cililin Lampiran 5 IKG Kecamatan Cipatat Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cipatat Lampiran 6 IKG Kecamatan Cipeundeuy Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cipeundeuy Lampiran 7 IKG Kecamatan Cipongkor Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cipongkor Lampiran 8 IKG Kecamatan Cisarua Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cisarua Lampiran 9 IKG Kecamatan Gununghalu Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Gununghalu Lampiran 10 IKG Kecamatan Lembang Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Lembang Lampiran 11 IKG Kecamatan Ngamprah Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Ngamprah Lampiran 12 IKG Kecamatan Padalarang Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Padalarang Lampiran 13 IKG Kecamatan Parongpong Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Parongpong Lampiran 14 IKG Kecamatan Rongga Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Rongga Lampiran 15 IKG Kecamatan Saguling Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Saguling Lampiran 16 IKG Kecamatan Sindangkerta Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Sindangkerta Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 vii

10 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujan yang ingin di capai dalam pembangunan adalah adanya pemerataan kesejahteraan masyarakat. Hal ini sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang di undangkan pada tahun 2000 untuk mendorong percepatan dan pemerataan pembangunan disemua daerah. Pelaksanaan pembangunan daerah sebagai wujud pelaksanaan otonomi dan desentralisasi bagi Kabupaten/Kota tidaklah semakin mudah dan ringan karena dihadapkan pada berbagai tantangan dan hambatan yang ada di daerah, khususnya daerah tertinggal atau desa sebagai menjangkau fasilitas publik. wilayah terkecil, yang sulit dalam Sesuai dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014, Desa merupakan daerah yang memiliki batas wilayah, yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat. Pemerintahan desa memiliki peranan yang sangat vital dalam keberhasilan pembangunan, maka dari itu perlu disusun strategi pembangunan untuk wilayah pedesaan agar pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan baik. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

11 Pendahuluan Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010 secara umum sebagian besar penduduk di Indonesia, khususnya di Kabupaten Bandung Barat berada di wilayah pedesaan, yang terdiri dari 165 desa dengan letak geografis yang berbeda-beda dan tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bandung Barat. Desa sebagai wilayah terkecil dalam pelaksanaan pembangunan daerah, tidak dengan mudah dapat melaksanakan proses pembangunan. Salah satu yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pembangunan di desa adalah tingkat kesulitan geografis desa. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai tingkat aksesibilitas desa. Desa dengan tingkat aksesibilitas tinggi maka desa tersebut memiliki tingkat kesulitan yang rendah dan akan lebih mudah dalam melaksanakan pembangunan, karena desa dengan aksesibilitas yang tinggi dapat dengan mudah menjangkau sarana dan prasarana umum, baik itu sarana kesehatan, pendidikan dan perekonomian. Sebaliknya desa dengan tingkat aksesibilitas rendah, maka desa tersebut memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Dengan tingkat kesulitan geografis yang tinggi, desa tersebut akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan program-program pembangunan. Dampak lebih luas yang diakibatkan oleh perbedaan dari tingkat kesulitan geografis desa adalah ketimpangan kesejahteraan masyarakat antar desa. Untuk memberikan gambaran mengenai tipologi desa menurut tingkat kesulitan geografis diperlukan sebuah standar ukuran yang sama untuk semua desa. Diperlukan beberapa indikator yang sama Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

12 Pendahuluan untuk semua desa sehingga dapat ditentukan peringkat kesulitan geografis desa dari yang termudah sampai yang tersulit. Tingkat kesulitan geografis diukur berdasarkan jangkauan ketersediaan pelayanan dasar, infrastruktur dan aksesibilitas/transportasi. Semakin besar tingkat kesulitan geografis berarti semakin sulit desa dalam menjangkau ketersediaan akan pelayanan dasar, infrastruktur dan aksesibilitas/transportasi, dibandingkan dengan desa yang memiliki tingkat kesulitan geografis yang lebih rendah. Sehingga desa dengan Indeks Kesulitan Geografis yang tinggi perlu perhatian yang lebih besar dari pemerintah Tujuan Penyusunan publikasi Indeks Kesulian Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015, dengan tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui seberapa besar perbedaan tingkat kesulitan geografis antar desa di Kabupaten Bandung Barat Tahun Menghitung keterbukaan wilayah setiap desa dengan mengidentifikasi kondisi geografis desa, ketersediaan pelayanan dasar, kondisi infrastruktur, dan aksesibilitas/transportasi. 3. Memberikan rekomendasi implementasi program berdasarkan perbedaan Indeks Kesulitan Geografis (IKG) desa di Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

13 Pendahuluan 1.3. Ruang Lingkup Ruang lingkup Penyusunan Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 ini adalah mencakup seluruh wilayah administratif desa di Kabupaten Bandung Barat Sistematika Penulisan Publikasi ini terdiri dari 5 (lima) bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang, tujuan, ruang lingkup dan sistematika penulisan. BAB II Metodologi, berisi sumber data, konsep dan definisi serta perhitungan Indeks Kesulitan Geografis (IKG) yang digunakan pada penulisan publikasi ini. BAB III Gambaran umum, mengemukakan Profil dan kondisi umum Kabupaten Bandung Barat dilihat dari kondisi geografis desa, ketersediaan pelayanan dasar, kondisi infrastruktur, dan aksesibilitas/ transportasi serta komunikasi. BAB IV Pencapaian Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa, mengemukakan tentang IKG Desa Kabupaten Bandung Barat tahun 2015 beserta faktor pembentuknya. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

14 Pendahuluan BAB V Kesimpulan dan Saran Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

15 Metodologi BAB II METODOLOGI 2.1. Sumber Data Publikasi ini menggunakan data dari berbagai sumber, baik data primer maupun sekunder. Data sekunder digunakan sebagai data penunjang dalam melakukan analisis, data sekunder ini merupakan data terpilah dari berbagai dinas/instansi yang ada di Kabupaten Bandung Barat dan data pendukung lainnya dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat yang memiliki kaitan dengan pembahasan pada publikasi ini. Sumber data yang utama berasal dari hasil pemutakhiran (updating) PODES dan Basis Data Pembangunan. Pencacahan dilakukan melalui wawancara langsung oleh petugas pelaksana teknis kegiatan terhadap responden. Dalam hal ini responden di tingkat kecamatan adalah camat maupun staf yang ditunjuk serta nara sumber lain yang relevan. Adapun untuk responden di tingkat desa adalah kepala desa maupun perangkat desa yang ditunjuk serta nara sumber lain yang relevan. Basis Data Pembangunan merupakan data dan informasi berbasis wilayah (spasial) digunakan untuk melengkapi data dan informasi sektoral yang telah ada. Data dan informasi tentang potensi Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

16 Metodologi spesifik yang dimiliki oleh semua wilayah hingga tingkat terkecil (small areas) digabungkan dengan master file desa sebagai penghubung untuk mencocokkan wilayah administrasi pada sumber data yang berbeda tersebut. Basis Data Pembangunan yang telah termutakhirkan kemudian dilakukan perekaman (entri data) selanjutnya dilakukan pemeriksaan konsistensi data (validasi). Data yang sudah dipastikan kebenarannya kemudian dilakukan perhitungan Indeks Kesulitan Geografis Konsep dan Definisi Beberapa konsep dan definisi yang digunakan dalam publikasi ini antara lain sebagai berikut : Angkutan suatu kegiatan usaha menyediakan jasa angkutan penumpang dan atau barang/ternak dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat angkutan bermotor maupun tidak bermotor, baik melalui darat maupun air. Angkutan umum salah satu media transportasi yang digunakan masyarakat secara bersamasama dengan membayar tarif. Antena parabola sebuah antena berdaya jangkau tinggi yang digunakan untuk komunikasi radio, televisi dan data dan juga untuk radiolocation (RADAR), pada bagian UHF and SHF dari spektrum gelombang elektromagnetik. Fungsi antena parabola yang umum diketahui oleh masyarakat di Indonesia adalah Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

17 Metodologi sebagai alat untuk menerima siaran televisi satelit. Apotek Balai pengobatan Bank Umum suatu sarana kesehatan yang digunakan untuk pekerjaan kefarmasian, dan penyaluran/ penjualan obat/ bahan farmasi tempat pemeriksaan kesehatan di bawah pengawasan mantri kesehatan. bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Usaha dari bank umum adalah menghimpun dana masyarakat dalam bentuk giro, deposito berjangka, sertifikat deposito dan tabungan serta menyalurkan kredit Bencana alam peristiwa atau serangkaian peristiwa yang kejadiannya tidak terduga, mengancam dan mengganggu kehidupan/penghidupan masyarakat yang di sebabkan oleh faktor alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor sehingga dapat (berpotensi) mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerugian materi (harta benda), kerusakan lingkungan, dan rasa khawatir bagi sebagian besar penduduk. Biaya transportasi rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk sekali jalan. Bila rute yang digunakan pulang dan pergi berbeda maka yang digunakan adalah biaya rata-rata. Jika untuk menuju kantor bupati, warga menggunakan lebih dari satu modal transportasi maka pilih angkutan yang paling banyak digunakan oleh warga. Rata-rata biaya transportasi dari desa ke ibukota kabupaten untuk sekali jalan adalah Rp ,- Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

18 Metodologi Bidan desa seorang petugas paramedis yang bertugas sebagai bidan di desa/kelurahan dengan SK (bidan di desa). Bidan yang dimaksud adalah seorang petugas paramedis yang memperoleh pendidikan formal mengenai kebidanan dan tidak termasuk seseorang yang memperoleh pendidikan dan pelatihan kebidanan dari instansi terkait, seperti dinas kesehatan. Dataran Bagian atau sisi bidang tanah yang tampak datar, rata, dan membentang. Desa kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2015 Tentang Desa). Di dalam hutan desa yang seluruh wilayahnya terletak di tengah/dikelilingi hutan. Di tepi/sekitar hutan desa yang wilayahnya berbatasan langsung dengan hutan, atau sebagian wilayah desa tersebut berada di dalam hutan. Diluar hutan Fasilitas internet Hotel desa yang seluruh wilayahnya tidak berbatasan langsung dengan hutan. tersedia fasilitas akses internet melalui instalasi khusus internet terdiri dari jaringan telepon, modem, wifi, dan sebagainya. jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bangunan untuk jasa pelayanan penginapan, penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi masyarakat umum Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

19 Metodologi yang dikelola secara komersial dengan ijin usaha sebagai hotel Hutan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan). Informasi hasil dari proses pengolahan data atau komunikasi antara satu orang dengan orang lain melalui media, media TV, radio, surat kabar, dan lain-lain. Jalan prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Jalan poros utama jalan utama yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, antar ibukota kabupaten/kota, atau jalan kabupaten serta merupakan jalan strategis kabupaten. Jalan umum Jalan utama desa Jarak tempuh ke ibukota kabupaten jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. jalan yang di anggap oleh sebagian besar penduduk desa/kelurahan setempat sebagai jalan yang paling penting atau paling sering digunakan untuk arus transportasi dari/menuju kantor camat terdekat. jarak yang sering dilalui dengan kendaraan, yang biasa digunakan oleh warga untuk menuju ibukota Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

20 Metodologi kabupaten. Rata-rata jarak tempuh di kabupaten bandung barat dari desa ke ibukota kabupaten adalah 29,35 km. Jenis permukaan jalan terluas Jenjang Pendidikan SD/MI/Sederajat Jenjang pendidikan SMP / MTs/Sederajat Jenjang Pendidikan SMU/SMA/SMK/Sederajat Jenjang Pendidikan TK/RA/BA Kantor Kepala Desa Kelompok Pertokoan Keluarga berlangganan telepon kabel jenis permukaan jalan terluas yang ada di desa/kelurahan. Jenis permukaan jalan terdiri dari : aspal/beton, diperkeras (dengan kerikil atau batu), tanah, dan lainnya yaitu terbuat dari kayu/papan yang biasanya digunakan di daerah rawa, termasuk jalan setapak, jalan di hutan dan sejenisnya. meliputi jenjang Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), baik negeri maupun swasta meliputi jenjang Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), baik negeri maupun swasta meliputi Sekolah Menengah Umum, Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan dan Madrasah Aliyah kejuruan (MAK) baik negeri maupun swasta meliputi Taman Kanak-kanak (TK), Bustanuf Athfal (BA) dan Raudatul Athfal (RA) bangunan aset desa yang diperuntukkan secara khusus untuk kegiatan operasional pemerintahan desa yang tidak dimiliki oleh pribadi. sejumlah toko yang terdiri dari minimal 10 toko dan mengelompok dalam satu lokasi. Dalam satu kelompok pertokoan, jumlah bangunan fisiknya bisa lebih dari satu. keluarga yang berlangganan sambungan telepon dengan sistem jaringan operasionalnya menggunakan kabel sambungan telepon rumah. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

21 Metodologi Ketinggian (altitude) Kios yang menjual sarana produksi pertanian Komunikasi Koperasi Koperasi unit desa (KUD Lembaga pendidikan ketinggian wilayah desa dari permukaan air laut dalam satuan meter dpal yang diukur menggunakan altimeter. Rata-rata ketinggian wilayah desa di Kabupaten Bandung Barat adalah 769,16 mdpal. tempat penjualan pupuk, bibit, dan lainlain untuk keperluan tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan yang dibedakan menurut kepemilikan (KUD atau non- KUD). proses penyampaian lambang-lambang yang mengandung arti antara satu orang dengan orang lain. Komunikasi meliputi kegiatan telekomunikasi dan kegiatan pos dan giro. badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Keanggotaannya sukarela dan terbuka. suatu organisasi ekonomi yang berwatak sosial merupakan wadah bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan yang diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat itu sendiri. lembaga yang menghasilkan siswa yang lulus dan diakui/di sahkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang dibuktikan dengan sertifikat/ijazah. Lembaga pendidikan dalam hal ini tidak termasuk lembaga pendidikan baru terdaftar secara definitif dan belum melakukan aktifitas belajar mengajar. Banyak lembaga kursus keterampilan yang menyebutkan bahwa lulusan kursusnya setara dengan diploma padahal belum tentu diakui oleh Kemendikbud sebagai diploma. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

22 Metodologi Lembah Lereng Pasar Pasar dengan bangunan permanen Pasar dengan bangunan semi permanen daerah rendah yang terletak diantara dua pegunungan atau dua gunung atau daerah yang mempunyai kedudukan lebih rendah dibandingkan daerah sekitarnya. Lembah di daerah pegunungan lipatan sering disebut sinklin. Lembah di daerah pegunungan patahan disebut graben atau slenk. Sedangkan lembah di daerah yang bergunung-gunung disebut lembah antar pegunungan. bagian dari gunung/bukit yang terletak di antara puncak sampai lembah. Lereng yang dimaksud juga mencakup punggung bukit dan puncak (bagian paling atas dari gunung). tempat pertemuan antara penjual dan pembeli barang dan jasa. Pasar bisa menggunakan bangunan yang bersifat permanen atau semi permanen ataupun tanpa bangunan. pasar pada bangunan tetap, yang memiliki lantai, atap, dan dinding permanen. pasar pada bangunan tetap, yang memiliki lantai dan atap, tetapi tanpa dinding. Bangunan pada pasar tradisional yang mencakup bangunan permanen dan semi permanen dikategorikan sebagai pasar dengan bangunan permanen. Pasar tanpa bangunan pasar yang tidak berada dalam bangunan, seperti pasar kaget (pasar yang muncul di lokasi yang bukan di peruntukkan pasar dan selesai dengan cepat). Penerangan jalan lampu yang digunakan untuk penerangan jalan di malam hari sehingga pejalan kaki, pesepeda, dan pengendara dapat melihat dengan lebih jelas jalan yang akan dilalui pada malam hari, Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

23 Metodologi sehingga dapat meningkatkan keselamatan lalu lintas dan keamanan para pengguna jalan. Penginapan jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau keseluruhan bangunan untuk jasa pelayanan penginapan bagi umum, biasanya tanpa fasilitas pelayanan makan minum yang dikelola secara komersial dengan ijin usaha bukan hotel Poliklinik sarana kesehatan/bangunan yang dipakai untuk pelayanan berobat jalan. Biasanya dikelola oleh swasta atau organisasi keagamaan tertentu. Pondok Bersalin Desa (Polindes) Pos kesehatan desa (Polindes) bangunan yang dibangun dengan sumbangan dana pemerintah dan partisipasi masyarakat desa untuk tempat pertolongan persalinan dan pemondokan ibu bersalin, sekaligus tempat tinggal bidan di desa. sarana kesehatan/bangunan yang dibentuk di desa/ kelurahan dalam rangka mendekatkan/ menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa/kelurahan. Posyandu salah satu wadah peran serta masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan dasar dan memantau pertumbuhan balita. Progam TV progam yang dirancang/disusun oleh stasiun/ pemancar TV, baik stasiun TVRI, TV daerah, maupun TV luar negeri. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

24 Metodologi Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) Puskesmas pembantu (Pustu) Restoran Rumah Makan sebagai unit pelayanan kesehatan milik pemerintah (pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/ kota) yang bertanggungjawab terhadap pelayanan kesehatan masyarakat untuk wilayah kecamatan, sebagian kecamatan, atau kelurahan/desa. sarana kesehatan/bangunan yang dipakai sebagai pusat kesehatan masyarakat untuk wilayah yang lebih kecil, misal di desa/kelurahan. Pustu merupakan sarana kesehatan milik pemerintah yang berfungsi menunjang dan membantu memperluas jangkauan puskesmas. suatu jenis usaha yang mempergunakan seluruh bangunan secara permanen untuk menyediakan jasa pangan yang pengolahan dan penyajiannnya secara langsung di tempat sesuai dengan keinginan para pengguna jasa yang mempunyai ciri pembeli biasanya dikenakan pajak jenis usaha yang menyediakan jasa pangan yang pengolahan makanannya bisa dilakukan diluar rumah makan, yang mempunyai ciri pembeli biasanya dikenakan pajak Rumah Sakit sarana kesehatan/bangunan tempat untuk melayani penderita yang sakit untuk berobat rawat jalan atau rawat inap yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga ahli kesehatan lainnya Sarana kesehatan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, dalam hal ini adalah sarana kesehatan yang masih aktif/beroperasi. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

25 Metodologi Sinyal telepon seluler Telekomunikasi besaran elektromagnetik yang berubah dalam ruang dan waktu dengan membawa informasi yang memberikan konfirmasi bahwa layanan telepon seluler/handphone sudah tersedia. hubungan komunikasi jarak jauh melalui pemancaran, pengiriman atau penerimaan segala jenis tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, atau berita melalui kawat, radio, secara visual atau sistem elektronik. Tempat praktek bidan sarana kesehatan/bangunan yang digunakan untuk tempat praktek bidan yang biasanya memberikan pelayanan ibu hamil dan bayi. Tempat praktek dokter sarana kesehatan/bangunan yang digunakan untuk tempat praktek dokter yang biasanya memberikan pelayanan berobat jalan, termasuk praktek dokter yang mempunyai fasilitas rawat inap dan apotek. Trayek angkutan lintasan/rute/jalur angkutan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang, barang, dan atau orang dan barang yang mempunyai asal, tujuan dan lintasan perjalanan yang tetap tidak termasuk hanya barang saja. Kendaraan umum dengan trayek tetap, tetapi operasionalnya dapat di luar jalur trayek (sesuai permintaan penumpang), maka termasuk trayek tetap. TV kabel sistem penyiaran acara televisi lewat isyarat frekuensi radio yang ditransmisikan melalui serat optik yang tetap atau kabel coaxial dan bukan lewat udara seperti siaran televisi biasa yang harus ditangkap antena (over-the-air). Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

26 Metodologi Waktu tempuh ke ibukota kabupaten rata-rata waktu tempuh dengan kendaraan yang biasanya digunakan oleh warga untuk menuju ibukota kabupaten. Rata-rata waktu tempuh di kabupaten bandung barat dari desa menuju ibukota kabupaten adalah 1,7 jam atau 102 menit. Warung internet (warnet) tempat yang disediakan untuk menyelenggarakan pelayanan jasa internet. Warung/kedai makanan minuman usaha yang menjual makanan dan minuman siap saji yang dijual di bangunan yang tetap dan tidak mempunyai surat ijin usaha. Ciri utama adalah pembeli tidak dikenakan pajak 2.3. Penghitungan Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Indeks Kesulitan Geografis (IKG) merupakan ukuran untuk menentukan tipologi desa berdasarkan tingkat kesulitan untuk akses ke wilayah suatu desa. IKG pada dasarnya merupakan indeks yang disusun berdasarkan skoring yang dilakukan untuk masing-masing instrumen penilaian. Pemilihan instrumen ini dilakukan dengan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan Dan Evaluasi Dana Desa. Berdasarkan PMK ini Indeks Kesulitan Geografis (IKG) disusun berdasarkan 3 faktor yaitu : Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

27 Metodologi 1. Ketersediaan pelayanan dasar, yang meliputi pelayanan dasar yang terkait pendidikan dan kesehatan; 2. Kondisi infrastuktur, yang meliputi infrastruktur yang terkait dengan fasilitas kegiatan ekonomi dan ketersediaan energi; 3. Aksesibilitas/Transportasi, yang meliputi asksesibilitas jalan dan sarana transportasi. Dalam menjabarkan ketiga faktor tersebut, diperlukan indikator ataupun variabel yang dipilih dengan harapan dapat mewakili ketersediaan dan kondisi dari masing-masing faktor di atas. Pada prinsipnya desa yang memiliki fasilitas dan aksesibilitasnya mudah akan memiliki skor variabel yang relatif rendah (mendekati nol), sebaliknya desa yang tidak memiliki fasilitas dan aksesibilitas nya sulit atau relatif jauh akan memiliki skor variabel yang relatif tinggi (mendekati 5) Ketersediaan Pelayanan Dasar Ketersediaan pelayanan dasar merupakan salah satu komponen yang cukup penting dalam penghitungan IKG. Pelayanan dasar pada prinsipnya merupakan hak-hak warga negara yang harus dipenuhi oleh pemerintah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun Dalam konteks ini terdapat beberapa indikator variabel yang digunakan untuk mengukur ketersedian pelayanan dasar secara umum yaitu pelayanan kesehatan dan Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

28 Metodologi pendidikan. Indikator pelayanan dasar yang dipilih berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 93/PMK.07/2015 adalah sebagai berikut : 1. Ketersediaan dan akses ke TK/RA/BA 2. Ketersediaan dan akses ke SD/MI/Sederajat 3. Ketersediaan dan akses ke SMP/MTS/Sederajat 4. Ketersediaan dan akses ke SMA/MA/SMK/Sederajat 5. Ketersediaan dan kemudahan akses ke Rumah Sakit 6. Ketersediaan dan kemudahan akses ke Rumah Sakit Bersalin 7. Ketersediaan dan kemudahan akses ke Puskesmas 8. Ketersediaan dan kemudahan akses ke Polklinik/Balai Pengobatan 9. Ketersediaan dan kemudahan akses ke Tempat Praktek Dokter 10. Ketersediaan dan kemudahan akses ke Tempat Praktek Bidan 11. Ketersediaan dan kemudahan akses ke Poskesdes atau Polindes 12. Ketersediaan dan akses ke Apotek Kondisi Infrastruktur Kondisi infrastruktur dan geografis desa sangat mempengaruhi tingkat aksesibilitas ke desa tersebut. Semakin minim infrastruktur maka akan semakin sulit desa tersebut dijangkau. Selain itu kondisi geografis yang kurang mendukung, biasanya berupa daerah pegunungan atau lereng yang curam juga akan menurunkan tingkat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

29 Metodologi aksesibilitas desa. Beberapa indikator variabel yang yang dipilih untuk mengukur faktor kondisi infrastruktur berdasarkan PMK Nomor : 93/PMK.07/2015 adalah sebagai berikut: 1. Ketersediaan dan akses ke kelompok Pertokoan 2. Ketersediaan dan akses ke Pasar 3. Akses ke Restoran, Rumah Makan atau Warung/Kedai Makan 4. Akses ke Bank 5. Akses ke Energi Listrik 6. Akses ke Penerangan Jalan 7. Akses ke Bahan Bakar Aksesibilitas/Transportasi Transportasi merupakan komponen yang sangat vital dalam penentuan aksesibilitas desa. Ketersediaan transportasi khususnya transportasi umum yang murah dan mudah bagi masyarakat sangat berperan dalam menentukan tingkat aksesibilitas suatu wilayah. Semakin mudah dan murah transportasi umum di suatu wilayah akan mendorong orang untuk melakukan aktifitas baik ekonomi, pendidikan maupun pariwisata yang pada muaranya akan meningkatkan taraf perekonomian masyarakat setempat. Indikator yang dipilih dalam komponen transportasi sebagian telah terwakili dalam komponen infrastruktur diantaranya kondisi jalan. Namun demikian beberapa variabel yang digunakan untuk mengukur faktor aksesibilitas/ Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

30 Metodologi transportasi berdasarkan PMK Nomor : 93/PMK.07/2015 adalah sebagai berikut : 1. Lalu lintas dan Kualitas Jalan 2. Aksesibilitas Jalan 3. Ketersediaan Angkutan Umum 4. Operasional Angkutan Umum 5. Lama Waktu per kilometer menuju Kantor Camat 6. Biaya per kilometer menuju Kantor Camat 7. Lama Waktu per kilometer menuju Kantor Bupati/Walikota 8. Biaya per kilometer menuju Kantor Bupati/Walikota Penentuan Penimbang Setiap Variabel Penyusun IKG IKG merupakan indeks komposit tertimbang dari 28 Variabel yang secara substansi dan bersama-sama menggambarkan tingkat kesulitan geografis desa. Setiap variabel harus memiliki kontribusi terhadap IKG. Besarnya kontribusi setiap variabel menggambarkan besarnya pengaruh variabel tersebut terhadap faktor dan IKG. Besarnya kontribusi setiap variabel tidak ditetapkan dengan nilai yang sama atau berdasarkan penilaian subyektif, tetapi dihitung berdasarkan sebaran data mengggunakan teknik statistik. Kontribusi setiap variabel merupakan statistik yang besarnya cenderung tidak sama antar variabel. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

31 Metodologi Untuk mendapatkan kontribusi setiap variabel, digunakan metode analisis komponen utama (principal component analysis). Selanjutnya nilai kontribusi setiap variabel digunakan sebagai penimbang/pembobot masing-masing variabel untuk menghasilkan nilai IKG. Berdasarkan PMK Nomor : 93/PMK.07/2015 penimbang setiap variabel penyusun IKG adalah sebagai berikut : Kode No Variabel 1 K1101 Tabel 2.1 Penimbang setiap Variabel Penyusun IKG Faktor Penimbang 0, K1102 0, K1103 0, K1104 0, K1201 0, K1208 Ketersediaan Pelayanan 0, K1202 Dasar 0, K1205 0, K1204 0, K1203 0, K1206 0, K1207 0, K2101 0, K2102 0, K2103 0, K2104 0, Kondisi Infrastruktur 17 K2201 0, K2202 0, K2203 0, K2106 0, K3101 0, K3102 0, K3103 0, K3104 0, Aksesibilitas/Transportasi 25 K3201 0, K3202 0, K3203 0, K3204 0, Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

32 Metodologi Rumus Penghitungan IKG dan IKW Dalam menghitung IKG, setiap variabel dari masing-masing faktor penyusun dijumlahkan secara tertimbang. Nilai yang dijumlahkan adalah skor setiap variabel yang sudah ditimbang/dikalikan dengan bobot masing-masing variabel. Penghitungan IKG setiap desa di formulasikan sebagai berikut : IKG = (V1 x B V28 x B28) x 20 Keterangan :: IKG = Nilai Indeks Kesulitan Geografis setiap desa (bernilai 0-100) Vn = Skor variabel ke - n (variabel 1 sd 28) Bn = Penimbang/pembobot variabel ke n (variabel 1 sd 28) Hasil dari perhitungan nilai IKG tersebut menggambarkan tingkat kesulitan geografis desa. Semakin besar nilai IKG maka semakin tinggi tingkat kesulitan desa dalam mengakses fasilitasfasilitas publik. Sedangkan untuk mengukur tingkat kemudahan desa dalam mengakses fasilitas publik maka digunakan Indeks Keterbukaan Wilayah (IKW). Untuk mendapatkan nilai IKW tersebut digunakan rumus sebagai berikut : IKW = 100 IKG Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

33 Metodologi Semakin besar nilai IKW maka semakin mudah desa dalam mengakses fasilitas-fasilitas publik, baik itu sarana pendidikan, kesehatan dan akses terhadap aktivitas ekonomi. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

34 Gambaran Umum BAB III GAMBARAN UMUM 3.1. Profil Kabupaten Bandung Barat Kabupaten Bandung Barat secara geografis terletak di antara koordinat 107 1, ,40 Bujur Timur dan Lintang Selatan, dengan wilayah seluas 1.305,77 km2 atau Ha. Wilayah ini berbatasan di sebelah utara dengan Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta,, dan Kabupaten Subang. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Cimahi, Kota Bandung dan Kabupaten Bandung di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung Dan Kabupaten Cianjur. Wilayah Kabupaten Bandung Barat dilewati sungai besar yaitu sungai citarum yang didalamnya ada dua waduk besar yaitu waduk saguling dan waduk Cirata sebagai sumber irigasi bagi lahan pertanian dan sumber Listrik. Selama tiga tahun terakhir penggunaan lahan untuk pemukiman dan industri menunjukan peningkatan yang signifikan. Pembangunan perumahan atau pemukiman terus dilaksanakan guna memenuhi kebutuhan penduduk terhadap perumahan, namun disayangkan bahwa pembangunan tersebut sebagian dilaksanakan dilahan pertanian. Sebagian besar lahan yang Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

35 Gambaran Umum ada digunakan untuk area pertanian, sisanya adalah lahan hutan negara, pekarangan dan bangunan serta lainnya. Secara administratif wilayah Kabupaten Bandung Barat terbagi menjadi 16 kecamatan yang membawahi 165 desa dengan RW dan RT. Sedangkan untuk menjalankan roda pemerintahan, Pemerintah Kabupaten Bandung Barat didukung oleh orang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dengan tingkat pendidikan 55 persen lulusan D4/S1 diikuti oleh SMA/D1/D2 sebanyak 17 persen ini menunjukan terjadinya peningkatan kompentensi PNS. Gambar 3.1. Peta Administratif Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

36 Gambaran Umum Penerimaan daerah Kabupaten Bandung Barat tahun 2014 mencapai 1,67 triliun rupiah dengan sumber terbesar berasal dari pendapatan transfer (88,80 persen). Peningkatan signifikan terjadi pada penerimaan pajak daerah dibanding tahun 2013 karena mulai tahun 2014 terdapat pengalihan pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dari pemerintah pusat ke pemerintah kabupaten dengan tujuan untuk meningkatkan PAD. Realisasi belanja daerah tahun 2014 mencapai 1,68 triliun rupiah, dengan rasio penerimaan terhadap pengeluaran yang semakin baik sebesar 99,51 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesarnya 94,85 persen. Penduduk Merupakan salah satu aset yang harus terus ditingkatkan kualitas dan kompentensinya Dalam satu dekade terakhir periode 2000 hingga 2010 jumlah penduduk Kabupaten Bandung Barat meningkat 1,62 persen dengan sex ratio (perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan) 103 pada tahun 2000 dan 104 pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa pada dekade 2000 hingga 2010 secara rata-rata perkembangan jumlah penduduk perempuan lebih lambat dibanding perkembangan penduduk laki-laki. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

37 Jiwa Gambaran Umum Gambar 3.2. Peta sebaran penduduk menurut kecamatan Tahun Sumber : BPS Kabupaten Bandung Barat 2014 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bandung Barat, dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2013) yaitu jiwa, maka pada tahun 2014 terjadi penambahan jumlah penduduk sebesar jiwa atau mengalami laju pertumbuhan penduduk (LPP) sebesar 1,89 persen atau mengalami perlambatan dari tahun 2013 yang LPP nya hanya 2,03 persen. Seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bandung Barat, pertumbuhan migrasi masuk di Kabupaten Bandung Barat cenderung mengalami kenaikan sehingga menyebabkan tingginya laju pertumbuhan penduduk terutama di beberapa kecamatan perkotaan yang menjadi pusat bisnis (industri, perdagangan dan jasa) dan pusat pendidikan. Dilihat dari sebaran Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

38 Gambaran Umum penduduknya di 16 kecamatan di Kabupaten Bandung Barat, pada tahun 2014 kecamatan yang memiliki jumlah penduduk paling banyak adalah Kecamatan Lembang dengan penduduk sebanyak orang, diikuti oleh Kecamatan Padalarang yaitu sebanyak orang. Sementara itu kecamatan dengan penduduk terkecil adalah Kecamatan Saguling dengan penduduk sebanyak jiwa. Sektor pertanian bukan merupakan sektor unggulan untuk perekonomian Kabupaten Bandung Barat, namun merupakan sektor potensial dengan potensi lahan yang ada harus terus dioptimalkan untuk mengembangkan sektor ini. Produksi padi tetap memberikan kontribusi terbesar dalam hal produksi sebesar 73,05 persen dari total produksi padi dan palawija. Pada sub sektor peternakan khususnya ternak besar domba lebih dari ekor merupakan ternak yang paling banyak dibudidayakan memberikan kontribusi sebesar 96 persen terhadap populasi ternak besar. Sedangkan ternak sapi baik sapi perah maupun potong merupakan ternak yang potensi dan menjadi andalan penduduk sebagai salahsatu sumber penghasilan dan ini merupakan andalan segi ekonomi bagi masyarakat kanupaten Bandung Barat dengan populasi sebanyak ekor. Potensi perikanan di Kabupaten Bandung Barat memperlihatkan angka yang stagnan walaupun mempunyai kolam jaring apung di Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

39 Gambaran Umum wilayah waduk cirata dan waduk saguling sebanyak petak dengan produksi sebesar ton per tahun. Sementara komoditi sayur-sayuran seperti wortel, cabe,, bawang daun dan bawang merah produksinya juga merosot dibanding tahun Bahkan produksi wortel dan petai masing-masing turun hingga 53,97 persen dan 48,04 persen. Secara keseluruhan total produksi sayur-sayuran di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2014 mencapai ton, menurun 20,92 persen dibanding tahun sebelumnya. PDRB Kabupaten Bandung Barat tahun 2014 atas dasar harga berlaku sebesar 27,43 triliun rupiah. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan sebesar 10,09 triliun rupiah. Sektor Industri Pengolahan merupakan sektor yang paling besar kontribusinya dalam pembentukan PDRB yaitu sebesar 40,11 persen meski daritahun ke tahun cenderung semakin menurun. Sementara sektor yang kontribusinya paling kecil adalah sektor Pertambangan dan Penggalian (3,17 persen). PDRB per kapita (adhb) penduduk Kabupaten Bandung Barat selama tahun 2014 sebesar 17,04 juta rupiah, naik 9,73 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 15,53 juta rupiah per tahun. Laju pertumbuhan PDRB pada tahun 2014 sebesar 5,68 persen, melambat dibanding tahun 2013 yang mencapai 5,94 persen karena melemahnya kinerja sektor pertanian. Sektor yang tumbuh paling Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

40 Gambaran Umum cepat adalah Bangunan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,23persen dan 7,52 persen Gambaran Umum Gambaran Umum Pelayanan Dasar Ketersediaan sarana maupun prasarana pendidikan baik berupa fisik maupun non fisik yang memadai merupakan upaya untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas akan mencetak sumber daya manusia yang berkualitas baik dari segi spiritual, intelegensi, keahlian. Dengan demikian maka cita-cita menjadi bangsa yang maju tentu akan dapat dicapai, karena kemajuan suatu bangsa dapat diukur atau dilihat dari tingkat pendidikan penduduknya. Menurut data Dinas Pendidikan, pada tahun 2014 sarana pendidikan tingkat dasar yang tersedia sebanyak 702 sekolah (baik negeri maupun swasta).sedangkan untuk tingkat SLTP tersedia sarana pendidikan sebanyak 276 sekolah baik negeri maupun swasta. Jenjang Pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk merupakan indikator untuk potensi sumberdaya manusia. Berdasarkan data Suseda Kabupaten Bandung Barat pada Tahun 2014, persentase penduduk Kabupaten Bandung Barat usia 10 tahun ke atas yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 58,77 persen; Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

41 Gambaran Umum tamat SMP sebesar 21,60 persen; tamat SMU/SMK sebesar 16,29 persen; dan sebanyak 3,34 persen yang tamat pendidikan tinggi (Akademi/Perguruan Tinggi). Gambar 3.3. Persentase Tingkat Pendidikan Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas di Kabupaten Bandung Barat Tahun ,29% 3,34% 14,32% 21,60% 44,45% < SD SD SLTP sederajat SMU sederajat Akademi/PT Sumber : Bappeda dan BPS Kabupaten Bandung Barat, IPM Tahun 2014 Salah satu indikator keberhasilan program pembangunan di bidang kesehatan adalah penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu.ketersediaan fasilitas kesehatan yang bermutu menjadi sebuah keharusan, begitu pula yang dilakukan pemerintah Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

42 Gambaran Umum KabupatenBandung Barat dalam beberapa tahun terakhir terus melakukan pembenahan terhadap sarana kesehatan yang ada. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, tercatat bahwa jumlah fasilitas kesehatan menurut jenisnya sebagai berikut: rumah sakit sebanyak 6 unit, yang terdiri dari 2 rumah sakit pemerintah (RSUD) dan 3 rumah sakit swasta, puskesmas sebanyak 31 unit, pustu sebanyak 57 unit, puskesmas keliling sebanyak 46 unit, balai pengobatan sebanyak 26 unit, posyandu unit serta dokter praktek sebanyak 128 unit pelayanan Gambaran Umum Kondisi Infrastruktur Sarana infrastruktur khususnya infrastruktur perhubungan berperan penting sebagai penunjang, pendorong dan penggerak pertumbuhan ekonomi daerah.terutama dalam upaya peningkatan dan pemerataan pembangunan serta hasil-hasilnya. Infrastruktur jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting untuk memperlancar kegiatan hubungan perekonomian, baik antara satu kota dengan kota lainnya, maupun antara kota dengan desa, dan antara satu desa dengan desa lainnya. Kondisi jalan yang baik akan memudahkan mobilitas penduduk untuk mengadakan hubungan perekonomian dan kegiatan sosial lainnya. Berdasarkan data, panjang jalan di Kabupaten Bandung Barat sepanjang 553,65 km yang terdiri dari 86,47 km jalan provinsi atau Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

43 Gambaran Umum jalan poros utama dan 916,11 km jalan kabupaten. Jenis permukaan jalan provinsi semuanya aspal, sedangkan untuk jalan kabupaten terdiri dari 553,65 km jalan aspal, 142,02 km jalan kerikil serta 46 km jalan tanah. Kondisi jalan propinsi sepanjang 14,18 km berada pada kondisi baik, 39,35 km kondisi sedang, 28,64 km kondisi rusak serta 4,30 km berada pada kondisi rusak berat. Adapun jalan kabupaten sepanjang 213,67 km berada pada kondisi baik, 127,66 km kondisi sedang, 169,70 kondisi rusak serta 42,62 km pada kondisi rusak berat. Gambar 3.4. Komposisi Jalan menurut kondisi jalan di Kabupaten Bandung Barat Tahun ,70% 30,65% 38,59% 23,06% Baik Sedang Rusak Rusak Berat Sumber: Dinas Bina Marga dan Pengairan Kab. Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

44 Gambaran Umum Infrastruktur perkonomian yang tidak kalah pentingnya dalam percepatan pembangunan adalah pasar.keberadaan pasar mempunyai fungsi yang sangat vital dalam pembangunan khususnya bidang ekonomi. Pasar bagi konsumen merupakan fasilitas yang mempermudah memperoleh barang dan jasa kebutuhan sehari-hari, sedangkan bagi produsen, pasar menjadi tempat untuk mempermudah proses penyaluran barang hasil produksi. Disamping itu pasar mempunyai fungsi sebagai sarana distribusi yang akan memperlancar proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya kepada konsumen. Di Kabupaten Bandung Barat terdapat infrastruktur bangunan pasar sejumlah 103 lokasi yang tersebar di seluruh kecamatan, dengan perincian jumlah pasar dengan bangunan permanen sebanyak 52 lokasi,jumlah pasar dengan bangunan semi permanen 35 lokasi serta jumlahpasar tanpa bangunan sebanyak 16 lokasi Gambaran Umum Transportasi Transportasi mempunyai peran vital dalam kehidupan seharihari.dewasa ini hampir semua aktifitas utamanya terkait pembangunan tentu memerlukan transportasi.transportasi berperan Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

45 Gambaran Umum penting dalam mengakomodasi aktifitas sosial dan ekonomi masyarakat. Disamping itu pembangunan sarana dan prasarana transportasi dapat membuka aksesibilitas wilayah yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi masyarakat. Perkembangan sarana transportasi umum di Kabupaten Bandung Barat tahun 2013 bila dibandingkan tahun sebelumnya mengalami kemajuan.hal ini terlihat dari data jumlah kendaraan wajib uji yang dikeluarkan oleh Dinas Perhubungan. Jumlah mobil penumpang umum pada tahun 2014 sebanyak 735 unit dengan jumlah trayek sebanyak 16 trayek. Mobil barang juga mempunyai fenomena yang tidak jauh berbeda dengan mobil penumpang.dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan jumlah yang cukup signifikan. Tercatat jumlah mobil barang umum sebanyak 669 unit pada tahun 2013 naik menjadi 838 unit pada tahun Begitupun jenis mobil barang bukan umum, naik menjadi unit pada tahun 2014 dari sebelumnya unit pada tahun Gambaran Umum Komunikasi Sarana komunikasi serta kualitas pelayanannya saat ini dirasakan sangat penting, karena dengan tersedianya sarana komunikasi yang baik akan memperlancar segala aktivitas sosial, ekonomi maupun pemerintahan. Peranan komunikasi melalui teknologi Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

46 Gambaran Umum informasi dan komunikasi khususnya internet semakin besar dalam memberikan akses tanpa batas.dengan menggunakan internet, berbagai macam transaksi perdagangan dapat dilakukan tanpa perlu beranjak dari tempat kita.bahkan tidak ada lagi antrian berjam-jam di loket-loket pelayanan.disamping itu juga dimanfaatkan dalam melakukan transaksi pembelian barang secara online tanpa harus ke pasar untuk bertemu dengan penjual. Akses internet saat ini sudah dapat dilakukan dengan menggunakan telepon seluler / handphone, dengan syarat ketersediaan jaringan dan ditunjang harga gadget yang semakin terjangkau maka tidak mengherankan bila beberapa tahun terakhir internet sudah masuk ke semua kecamatan yang ada.namun demikian masih juga dijumpai warnet di beberapa tempat bahkan sampai di wilayah pedesaan.hal ini mengindikasikan animo masyarakat untuk mengakses internet cukup tinggi. Sebagai imbas perkembangan pada penggunaan telepon seluler, hal sebaliknya terjadi pada penggunaan telepon kabel. Menurut data dari PT. Telekomunikasi Indonesia Cabang Bandung Barat, tercatat jumlah pelanggan telepon baik residensial maupun bisnis pada tahun 2014 sebanyak pelanggan, menurun dibanding tahun Sementara jasa pelayanan pos utamanya pengiriman surat dalam negeri luar negeri terus mengalami penurunan. Agaknya layanan pos saat ini dirasa kurang bersaing dengan berkembangnya Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

47 Gambaran Umum teknologi informasi dan komunikasi saat ini. Masyarakat cenderung menggunakan sarana short massages service (SMS) untuk kepeluan berkirim kabar maupun sms banking untuk keperluan transaksi perbankannya. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

48 Pencapaian IKG Desa BAB IV PENCAPAIAN IKG DESA 4.1. Keterbukaan Wilayah Menurut Black (1981) dalam Boris (2010) menyebutkan bahwa, Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain, dan mudah atau sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui transportasi. Berdasarkan hasil penghitungan yang dilakukan terhadap 165 wilayah administrasi desa, ternyata didapat kesimpulan bahwa Desa Cililin Kecamatan Ciliin, Desa Lembang dan Desa Jayagiri di Kecamatan Lembang serta Desa Cipeundeuy Kecamatan Padalarang sebagai desa yang paling tinggi aksesibilitasnya dengan nilai Indeks Keterbukaan Wilayah (IKW)diatas 85. Pada keempat desa tersebut, yang mempunyai skor yang sempurna untuk kondisi infrastruktur adalah Desa Lembang di Kecamatan Lembang, lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut : Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

49 Pencapaian IKG Desa Tabel 4.1. Desa dengan Tingkat Aksesibilitas Tertinggi No Kecamatan Desa Pelayanan Dasar Nilai Penyusun IKG Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/ Transportasi 1 Lembang Lembang 4,849 0,000 6,913 11,761 88,239 2 Cililin Cililin 3,466 3,684 7,447 14,597 85,403 3 Lembang Jayagiri 6,067 0,550 8,065 14,682 85,318 4 Padalarang Cipeundeuy 3,413 3,008 8,389 14,810 85,190 IKG IKW Komposisi tingkat aksesibilitas desa di Kabupaten Bandung Barat yaitu sebesar 18desa atau 11%memiliki aksesibilitas rendah, 119 desa atau 72% memiliki aksesibilitas sedang dan hanya 17% atau sekitar 28 desayang memikili aksesibilitas tinggi Pelayanan Dasar Pelayanan dasar adalah hak seluruh masyarakat yang menjadi kewajiban pemerintah untuk memenuhinya. Pemerintah pusat dan daerah memiki kewajiban untuk melayani seluruh masyarakat tanpa kecuali agar kebutuhan dasarnya terpenuhi, terlebih di era otonomi ini. Daerah otonom diarapkan dapat lebih tanggap terhadap tuntuntan masyarakat berdasar kemampuan dan potensi yang dimiliki oelh masyarakat di daerah tersebut. Pelayanan dasar yang dalam hal ini diwakili oleh ketersediaan fasilitas dan pelayanan dibidang pendidikan dan kesehatan. Kabupaten Bandung Barat ternyata sudah semua desa tersedia fasilitas pelayanan dasar khususnya bidang pendidikan, bahkan Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

50 Pencapaian IKG Desa sebagian besar desa (141 desa) telah memiliki fasilitas sekolah dasar (SD/MI) dan sekolah tingkat menengah pertama (SMP/MTs). Hanya 24 desa yang memiliki fasilitas sekolah dasar (SD/MI) saja dan tidak memiliki fasilitas sekolah tingkat menengah pertama (SMP/MTs).Data lebih detail penyebaran fasilitas pendidikan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2. Penyebaran Fasilitas Pendidikan di Kecamatan se Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 Keberadaan Fasilitas Pendidikan SMP/MTs Tidak ada SD/MI Ada Tidak ada 0 24 Ada Hal menggembirakan untuk fasilitas kesehatan di Kabupaten Bandung Barat relatif lengkap, tercatat dari 165 desa semua telah memiliki posyandu. Kondisi ini tentu cukup mengembirakan dimana semua balita yang nota bene merupakan generasi penerus bangsa, minimal mendapatkan pelayanan pantauan kesehatan khususnya peningkatan berat badan secara teratur setiap bulan. Diharapkan apabila terjadi pertumbuhan balita yang kurang baik akan segera terdeteksi, karena dengan penimbangan rutin disertai pemberian makanan tambahan untuk balita di posyandu maka akan terdeteksi bila seorang balita tidak mengalami penambahan berat badan setiap bulannya. Sehingga angka gizi buruk yang mungkin dialami oleh balita khususnya di wilayah pedesaan akan dapat ditekan serendah Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

51 Pencapaian IKG Desa mungkin, yang pada muaranya akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. Disamping ketersediaan sarana kesehatan dasar, penyebaran tenaga medis juga mempunyai peranan yang tidak kalah pentingnya. Tanpa adanya ketersediaan tenaga medis yang mencukupi maka ketersediaan fasilitas kesehatan tidak akan memberikan manfaat yang maksimal. Keberadaan tempat praktek dokter terdapat di 60 desa (36,36%) Angka kematian ibu dan anak secara umum masih menjadi kendala dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia. Keberadaan tenaga medis bidan desa (BDD) sangatlah penting dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak, di Kabupaten Bandung Barat 95,76 % desa terdapat bidan desa dan 90,3 % terdapat praktek bidan. Ada tujuh desa yang tidak memiki bidan desa. Tabel 4.3. Jumlah Desa Yang Memiliki Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 Jenis Fasilitas/Tenaga Medis Jumlah Desa Persentase Puskesma/Pustu ,82 Balai Pengobatan/Poloklinik 65 39,39 Praktek dokter 60 36,36 Praktek bidan ,30 Poskesdes/polindes ,82 Posyandu ,00 Bidan Desa ,76 Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

52 Pencapaian IKG Desa Keberadaan sarana kesehatan berupa puskesmas/pustu maupun balai pengobatan/poliklinik sudah cukup memadai. Puskesmas maupun pustu tersebar di 102 desa (61,82%), sedangkan keberadaan balai pengobatan/poliklinik tersebar di 65 desa (39,39%). Jumlah desa yang tidak memiliki Puskesmas/Pustu maupun Balai pengobatan/poliklinik sebanyak 47 desa. Penyebaran Puskesmas/pustu dan balai pengobatan/poliklinik secara lengkap disajikan pada gambar 4.1 berikut : Gambar 4.1 Penyebaran Puskesmas/pustu dan Balai pengobatan/poliklinik di Desa se Kabupaten Bandung Barat Tidak Ada Puskesmas/Pustu dan Tidak Ada Balai Pengobatan/Poliklinik Ada Puskesmas/Pustu dan Tidak Ada Balai Pengobatan/Poliklinik 16 Tidak Ada Puskesmas/Pustu dan Ada Balai Pengobatan/Poliklinik 53 Ada Puskesmas/Pustu dan Ada Balai Pengobatan/Poliklinik Secara umum beberapa desa tercatat memiliki fasilitas pelayanan dasar yang sangat baik, ada 18 desa memiliki nilai sempurna (100%), artinya semua fasilitas pendidikan dan kesehatan dasar terdapat secara lengkap. Desa-desa yang memerlukan perhatian adalah mempunyai skor tingkat kesulitan dalam menjangkau pelayanan dasar tinggi, setidaknya ada lima desa yang memiliki skor kesulitan tertinggi dalam menjangkau pelayanan dasar. Desa-desa Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

53 TK/RA/BA SD/MI/Sederajat SMP/MTS/Sederajat SMA/MA/SMK/Sederajat Rumah Sakit Rumah Sakit Bersalin Puskesmas Poliklinik/Balai Pengobatan Tempat Praktek Dokter Tempat Praktek Bidan Poskesdes Atau Polindes Apotek Indeks Pelayanan Dasar Pencapaian IKG Desa tersebut adalah, Desa Nanggerang Kecamatan Cililin, Desa Pakuhaji Kecamatan Ngamprah, Desa Cicadas Kecamatan Rongga, Desa Ganjarsari Kecamatan CikalongWetan dan Desa Mekarjaya Kecamatan Cikalong Wetan, secara lengkap disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.4. Desa dengan Tingkat Kesulitan Tertinggi dalam Ketersediaan Pelayanan Dasar di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 Skor Tingkat Kesulitan Terhadap Akses ke Pelayanan Dasar No Kec / Desa Cililin /Nanggerang Ngamprah /Pakuhaji Rongga /Cicadas Cikalong Wetan /Ganjarsari Cikalong Wetan /Mekarjaya 0,17 0,00 0,04 0,00 0,16 0,16 0,00 0,19 0,18 0,18 0,22 0,15 29,10 0,14 0,06 0,20 0,15 0,16 0,16 0,12 0,14 0,14 0,00 0,00 0,11 27,48 0,17 0,00 0,04 0,18 0,12 0,12 0,00 0,14 0,14 0,13 0,13 0,11 25,88 0,07 0,00 0,12 0,15 0,16 0,16 0,15 0,14 0,18 0,00 0,00 0,15 25,70 0,10 0,04 0,12 0,15 0,16 0,16 0,12 0,14 0,14 0,00 0,00 0,15 25, Kondisi Infrastuktur Infrastruktur selain merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi juga berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, antara lain dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

54 Pencapaian IKG Desa lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran nyata dan terwujudnya stabilisasi makro ekonomi. Pada komponen infrastruktur dan geografis terdapat beberapa hal yang cukup menarik untuk diamati diantaranya dari 165 desa yang ada, masih terdapat 42 desa yang jenis permukaan jalan terluas bukan aspal/beton, serta masih ada 25 desa yang pada saat tertentu khususnya ketika turun hujan kendaraan roda empat atau lebih tidak dapat melintasinya. Tabel 4.5. Jumlah dan persentase desa menurut jenis infrastruktur di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 Jenis Infrasruktur Jumlah Desa Persentase Permukaan jalan terluas aspal Dapat dilalui R4 sepanjang tahun Dilalui Poros Jalan Utama Penerangan jalan utama desa Keberadaan pasar Keberadaan kios sarana produksi pertanian Fasilitas penerangan jalan utama desa juga mempunyai peran yang penting dalam meningkatkan aksesibilitas wilayah, dengan penerangan jalan utama desa yang memadai diharapkan para tingkat keselamatan pengguna jalan khususnya dimalam hari semakin meningkat yang pada akhirnya akan memperlancar arus lalulintas dari dan ke desa tersebut. Hanya 48,48% atau 80 desa yang memiliki penerangan jalan. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

55 Pencapaian IKG Desa Desa yang jalan utamanya sebagian besar aspal/beton dan telah dilengkapi penerangan jalan sebanyak 64 desa, sementara desa yang tidak memiliki kedua infrastruktur tersebut sebanyak 26 desa, selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut : Gambar 4.2 Keberadaan Jalan Aspal/Beton dan Penerangan Jalan Utama Desa Penerangan Jalan Utama dan Jalan Terluas Aspal Tidak ada Penerangan Jalan Utama dan Jalan Terluas Aspal Penerangan Jalan Utama dan Jalan Terluas Bukan Aspal 59 Tidak ada Penerangan Jalan Utama dan Jalan Terluas Bukan Aspal Keberadaan infrastruktur ekonomi pertanian tercatat sebanyak 71 desa atau sekitar 43,03 persen dari jumlah desa yang memiliki kios sarana produksi pertanian begitupun dengan desa yang memiliki pasar, baik itu pasar permanen maupun bukan permanen. Dengan kondisi ini perlu ditingkatkan kembali keberadaan infrastruktur ekonomi pertanian agar para petani yang merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat dapat menjalankan proses produksinya dengan lancar. Dengan adanya ketersediaan bahan dan alat produksi sudah sampai ke level desa maka perekonomian akan Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

56 Pencapaian IKG Desa tumbuh lebih cepat didaerah tersebut karena proses produksi dapat segera dilakukan. Tabel 4.6. Keberadaan Pasar dan Kios Penjual Sarana Produksi Pertanian di Kabupaten Bandung Barat Tahun Keberadaan Ekonomi Pertanian Kios Penjual Sarana Produksi Tidak ada Pasar Ada Tidak ada Ada Daya dukung geografis wilayah desa di Kabupaten Bandung Barat secara umum cukup baik. Tercatat sebanyak 109 desa atau sekitar 66,06 persen desa memiliki topografi desa sebagian besar berupa dataran. Sisanya sebanyak 56 desa memiliki topografi sebagian besar wilayah desa berupa lereng / puncak ataupun lembah. Sekitar 40 persen atau 66 desa berada di wilayah dataran tinggi. Ada sepuluh desa yang berbatasan dengan hutan sementara sisanya yaitu 155 desa atau 93,94 persen berada di luar wilayah hutan. Tabel 4.7. Jumlah dan persentase desa menurut jenis infrastruktur di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 Keadaan Geografis Jumlah Desa Persentase Topografi daratan Altitute < 769,16 (Rata-rata) Di luar wilayah hutan Ketiadaan Bencana Alam Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

57 Pencapaian IKG Desa Masalah yang harus menjadi perhatian adalah hampir setengahnya (49,70%) desa pernah mengalami bencana alam. Indikasi ini perlu diwaspadai, bencana alam memang bukan kehendak manusia tetapi bila itu terjadi perlu ada langkah-langkah antisipasi agar ketika bencana hadir, kerugian berupa jiwa dan harta dapat dikurangi. Desa Cipangeran Kecamatan Saguling merupakan desa yang memiliki tingkat kesulitan tertinggi dalam menjangkau akses terhadap infrastruktur dari desa-desa lainnya di Kabupaten Bandung Barat.Lima desa dengan tingkat kesulitan tertinggi terhadap akses ke infrastruktur adalah Desa Cipangeran Kecamatan Saguling, Desa Kidangpananjung Kecamatan Cililin, Desa Bojongsalam Kecamatan Rongga, Desa Mekarjaya Kecamatan Cikalong Wetan, dan Desa Bojong Mekar Kecamatan Cipeundeuy. Sebagian besar faktor yang menjadi penyumbang terhadap sulitnya akses ke infrastruktur adalah akses ke Pasar, Energi Listrik dan Bahan Bakar. Lebih jelas nya dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut : Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

58 Kelompok Pertokoan Pasar Restoran, Rumah Makan Atau Warung/Kedai Makan Akomodasi Hotel Atau Penginapan Bank Energi Listrik Penerangan Jalan Bahan Bakar Indeks Infrastruktur Pencapaian IKG Desa Tabel 4.8. Desa dengan Tingkat KesulitanTertinggi untuk akses ke Infrastruktur di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 Skor Tingkat Kesulitan Terhadap Akses Ke Infrastruktur No Kec / Desa 1 2 Saguling /Cipangeran Cililin /Kidangpananjung 0,00 0,14 0,09 0,13 0,12 0,15 0,09 0,16 17,75 0,12 0,14 0,09 0,13 0,12 0,00 0,09 0,16 17,13 3 Rongga /Bojongsalam 0,09 0,03 0,09 0,13 0,12 0,15 0,09 0,13 16,69 4 Cikalong Wetan /Mekarjaya 0,12 0,14 0,09 0,13 0,12 0,00 0,09 0,13 16,48 5 Cipeundeuy /Bojongmekar 0,03 0,08 0,07 0,13 0,12 0,15 0,09 0,13 16, Aksesibilitas/Transportasi Akses akan sarana transportasi memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian. Hal tersebut dikarenakan transportasi berhubungan dengan kegiatan-kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. Pemerintah daerah perlu mengedepankan pentingnya transportasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Berbagai aktifitas terkait dengan pemenuhan kebutuhan dasar memerlukan ketersediaan infrastruktur yang baik, sekarang Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

59 Pencapaian IKG Desa transportasi berperan penting dalam mengakomodasi aktifitas sosial dan ekonomi masyarakat. Peran lain pada tahap ini adalah sebagai fasilitas bagi sistem produksi dan investasi sehingga memberikan dampak positif pada kondisi ekonomi baik pada tingkat nasional maupun daerah. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi dapat membuka aksesibilitas sehingga meningkatkan produksi masyarakat yang berujung pada peningkatan daya beli masyarakat. Komponen transportasi merupakan gambaran aksesibilitas desa ditinjau dari ketersediaan angkutan umum untuk mencapai suatu wilayah. Semakin mudah, murah, tersedia setiap saat dan waktu tempuh yang pendek akan menggambarkan semakin terbukanya aksesibilitas suatu wilayah. Pada umumnya keberadaan angkutan umum malam hari masih jarang di temui, biasanya hanya pada jalan poros utama saja di jumpai operasional angkutan umum yang beroperasi siang dan malam hari. Tabel 4.11 Menggambarkan kondisi transportasi di Kabupaten Bandung Barat pada tahun Angkutan umum trayek tetap sebagai aspek terpenting dalam bidang transportasi hanya mencakup 59,39 persen (98 desa). Desa dengan operasi angkutan umum setiap hari sebanyak 122 desa (73,94%), adapun operasional angkutan tersebut tidak dapat diakses setiap saat, hanya 52 desa (31,52%) saja yang dapat diakses siang dan malam. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

60 Pencapaian IKG Desa Tabel 4.9. Gambaran Kondisi Transportasi di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 Komponen Transportasi Jumlah Desa Persentase Angkutan Umum Trayek Tetap Operasional Angk. Umum Setiap Hari Operasional Angk. Umum Siang Dan Malam Jarak Tempuh Ke Ibu Kota Kab< 29,35 Km (Rata-rata) Waktu Tempuh Ke Ibu Kota Kab <1,7 Jam (Rata-rata) Angk Umum Yg Biasa Digunakan Masyarakat Biaya Ke Ibukota Kab <Rp ,- (Rata-rata) Geografis Kabupaten Bandung Barat yang sebagiannya tidak landai (berbukit) mengakibatkan waktu tempuh yang cukup lama, masih sebagian besar menempuh waktu ke ibu kota kabupaten diatas 1jam perjalanan. Konsekuensi dari waktu tempuh yang lama adalah harga angkutan yang relatif tinggi.terdapat 28 desa memiliki nilai sempurna (100%), berarti desa-desa tersebut memiliki fasilitas transportasi yang lengkap, jarak tempuh ke ibukota kabupaten yang tidak lama, dan biaya yang dikeluarkan relatif terjangkau. Bebererapa desa memiliki tingkat kesulitan tinggi dalam aksesibilitas/ transportasi. Lima desa dengan tingkat kesulitan tertinggi dalam aksesibiilitas/ transportasi adalah Desa Cimerang Kecamatan Padalarang, Desa Cipangeran Kecamatan Saguling, Desa Mekarjaya Kecamatan CIhampelas, Desa Sukamanah Kecamatan Rongga dan Desa Cihampelas Kecamatan Cihampelas. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut : Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

61 Lalulintas dan Kualitas jalan Askesibilitas Jalan Ketersediaan Angkutan Umum Operasional Angkutan Umum Lama Waktu per kilometer menuju camat Biaya Per kilometer menuju kantor camat Lama Waktu per kilometer menuju kantor bupati/walikota Biaya per kilometer menuju kantor bupati/walikota Indeks Aksesibilitas/Transportasi Pencapaian IKG Desa Tabel Desa dengan Tingkat Kesulitan Indeks Faktor Infrastruktur Tertinggi di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015 Skor Tingkat Kesulitan Terhadap Aksesibilitas/Transportasi No Kec / Desa Padalarang /Cimerang Saguling /Cipangeran Cihampelas /Mekarjaya Rongga /Sukamanah Cihampelas /Cihampelas 0,00 0,00 0,13 0,26 0,09 0,15 0,07 0,14 16,77 0,03 0,00 0,13 0,26 0,09 0,15 0,02 0,14 16,40 0,03 0,00 0,13 0,26 0,06 0,15 0,05 0,14 16,26 0,03 0,00 0,13 0,26 0,03 0,15 0,05 0,14 15,68 0,00 0,00 0,13 0,26 0,09 0,15 0,07 0,07 15,38 Faktor yang menjadi penyumbang terbesar dalam aksesibiilitas/ Transportasi dari lima desa tersebut diatas adalah operasional angkutan umum (0,26). Hal ini disebabkan karena hanya 52 desa (31,52%) dari 165 desa di Kabupaten Bandung Barat yang memiliki operasional angkutan umum pada siang dan malam hari, sehingga untuk mencapai suatu tempat atau wilayah dibutuhkan biaya tidak sedikit. Hal yang tidak kalah penting dalam aksesibilitas selain transportasi adalah sarana komunikasi. Teknologi komunikasi pada saat ini berkembang pesat, terutama dengan adanya televisi, internet, dan telepon. Perkembangan ini menyebabkan jarak psikologis Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

62 Pencapaian IKG Desa mendekatkan jarak geografis antar manusia. Namun di sebagian negara sedang berkembang, masih terdapat ketimpangan informasi dalam sistem komunikasi mereka. Ketimpangan komunikasi tersebut dapat menimbulkan perbedaan persepsi tentang pembangunan, yang pada akhirnya menghambat pembangunan itu sendiri. Tabel Kondisi Komunikasi Desa di Kabupaten Bandung Barat Komponen Komunikasi Jumlah Desa Persentase Sinyal Telepon Seluler Kuat Keberadaan Akses Internet Penerimaan Siaran TV Tanpa Parabola Atau TV Kabel Keberadaan Jaringan Telepon Kabel Tercatat tinggal 35 desa yang belum mendapatkan sinyal telepon seluler dengan baik, mayoritas berada desa yang memiliki topografi berupa pegunungan. Penggunaan telepon seluler yang luas dimasyarakat juga diikuti oleh akses internet meskipun tidak se pesat pengguna telepon seluler. Sebagian besar desa (98 desa) telah menikmati keberadaan akses internet dikantor kepala desa maupun dari warung internet yang ada di wilayahnya. Disamping melalui internet akses informasi masyarakat pedesaan juga dapat dilihat dari penerimaan siaran televisi baik lokal, nasional maupun manca negara tanpa menggunakan antena parabola maupun TV kabel. Tercatat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

63 Pencapaian IKG Desa tinggal 12 desa yang masih kurang bagus dalam penangkapan siaran televisi tanpa bantuan antena parabola maupun TV kabel. Keberadaan jaringan telepon kabel yang ditandai dengan adanya rumah tangga yang berlangganan telepon kabel terdapat pada 95 desa. Meskipun baru 57,58 persen jangkauan telepon kabel namun manfaatnya cukup dirasakan masyarakat dalam berkomunikasi. Meskipun beberapa tahun terakhir fungsinya tergeser oleh penggunaan telepon seluler namun penggunaan telepon kabel dalam beberapa waktu kedepan masih tetap eksis. Apalagi pada saat ini operator telepon kabel sudah mengintegrasikan penggunaan jaringan telepon kabel dengan jaringan internet yang semakin hari semakin banyak penggunanya Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Berdasarkan hasil penghitungan indeks kesulitan geografi desa, maka Desa Cicadas di Kecamatan Rongga tercatat sebagai desa dengan indeks tertinggi dengan nilai 55,42. Hal ini mengindikasikan bahwa Desa Cicadas merupakan wilayah desa yang paling sulit jangkauan wilayah geografisnya. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya bahwa dimensi kesulitan wilayah geografis merupakan penggabungan komponen ketersediaan pelayanan dasar, ketersediaan infrastruktur wilayah, geografis dan aksesibilitas/transportasi. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

64 Pelayan an Dasar Kondisi Infrastruktur Aksesibi litas/ Transpo rtasi Pencapaian IKG Desa Desa dengan indeks kesulitan geografis tertinggi adalah di Kecamatan Rongga yaitu Desa Cicadas sebesar 55,42dan Desa Bojongsalam (55,12). Sumbangan terbesar sehingga nilai IKG tinggi adalah pada faktor pelayanan dasar. Sepuluh desa yang mempunyai IKG tertinggi disajikan secara lengkap pada Tabel berikut : Tabel Desa dengan Indeks Kesulitan Geografis Tertinggi NilaiPenyusun IKG No Kecamatan Desa IKG 1 Rongga Cicadas 25,88 14,68 14,86 55,42 2 Rongga Bojongsalam 23,21 16,69 15,22 55,12 3 Cililin Nanggerang 29,10 12,92 11,17 53,89 4 Cililin Kidangpananjung 24,81 17,13 11,95 53,19 5 Cikalong Wetan Mekarjaya 25,54 16,48 9,82 51,84 6 Cipongkor Sirnagalih 23,13 14,83 12,20 51,68 7 Ngamprah Sukatani 22,82 12,09 16,77 51,19 8 Saguling Cipangeran 17,05 17,75 16,39 50,17 9 Cipongkor Cibenda 20,63 14,28 14,32 49,24 10 Cipeundeuy Margaluyu 19,43 14,53 14,37 48,33 Hal yang menarik dari urutan nilai IKG, 3 sampai 4 desa yang ada di Kecamatan Rongga, Cipongkor dan Cililin berada di dua puluh besar dengan IKG tertinggi. Ini dapat dipahami karena selain faktor jarak ke ibukota kabupaten faktor topografi desa-desa dikecamatankecamatan tersebut berada di perbukitan/lereng. Untuk memudahkan dalam analisis maka nilai IKG dikelompokkan ke dalam empat kelompok dengan pembagian Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

65 Pencapaian IKG Desa kelompok berdasarkan pada range IKG tersebut. Pengelompokan ini digunakan untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan berkaitan dengan besarnya IKG yang cukup variatifantar desa, sehingga pada range IKG tertentu akan diperlakukan sama untuk setiap desa. Untuk batas kelompok berdasarkan metode tersebut didapatkan pengelompokan sebagai berikut : a. Kelompok 1 (mudah) dengan nilai : IKG 22,26 b. Kelompok 2 (cenderung mudah) dengan nilai : 22,26< IKG 32,76 c. Kelompok 3 (cenderung sulit) dengan nilai : 32,76< IKG 43,25 d. Kelompok 4 (sulit) dengan nilai : IKG > 43,25 Untuk desa-desa yang masuk kelompok 1 merupakan desa-desa yang relatif kecil tingkat kesulitan (sangat mudah) geografisnya, sedangkan desa-desa yang masuk kedalam kelompok 4 merupakan desa-desa yang memiliki tingkat kesulitan geografis tertinggi (sangat sulit). Adapun kelompok 2 dan 3 merupakan desa-desa yang memiliki tingkat kesulitan geografis medium, cenderung sulit untuk kelompok 3 dan cenderung mudah untuk kelompok 2. Desa-desa yang memiliki tingkat kesulitan geografis yang tinggi atau memiliki aksesibilitas rendah sebagian besardi Kabupaten Bandung Barat dapat dilihat pada table 4.14 berikut : Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

66 Pencapaian IKG Desa Tabel Distribusi Frekuensi IKG berdasarkan Kelompok KELOMPOK FREKUENSI PERSEN PERSEN KUMULATIF 1 : IKG 22, ,52 11,52 2 : 22,26< IKG 32, ,85 56,36 3 : 32,76< IKG 43, ,09 85,45 4 : IKG > 43, , Jumlah Berdasarkan hasil pengolahan dan tabel distribusi frekuensi IKG diatas, didapatkan bahwa sebesar 11,52 persen atau 19 desa berada pada kelompok 1 atau desa dengan tingkat aksesibilitas tinggi atau mudah. Sedangkan sebesar 44,85 persen atau sebanyak 74 desa berada di kelompok 2 atau desa dengan tingkat aksesibilitas cenderung mudah dan sebesar 29,09 persen atau 48 desa berada kelmpok 3. Adapun kelompok yang perlu mendapat perhatian lebih karena tingkat kesulitan geografis nya tinggi adalah kelompok 4 atau sebesar 14,54 persen (24 desa). Pada kelompok ini pada umumnya letak wilayah desa berada di dataran tinggi (lereng/puncak), sekitar daerah hutan, dan kondisi permukaan jalan terluas bukan aspal seperti sebagian wilayah Kecamatan Rongga, Kecamatan Cipongkor, Kecamatan Cililin dan sebagian wilayah selatan Kabupaten Bandung Barat. Beberapa desa di bagian barat seperti Desa Mekarjaya dan Desa Cipada di Kecamatan Cikalong Wetan, Desa Cimanggu Desa Pakuhaji, dan Desa Sukatani di Kecamatan Ngamprah juga masuk kelompok ini. Sebagian besar Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

67 Pencapaian IKG Desa disebabkan kurangnya ketersediaan angkutan umum, operasional angkutan umum, serta kesulitan akses ke infrastruktur, dan pelayanan pendidikan dan kesehatan. Berdasarkan gambar 4.3 terlihat bahwa hampir sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten Bandung Barat memiliki tingkat kesulitan geografis yang cenderung sulit, terutama di wilayah bagian selatan dan bagian barat. Kecamatan-kecamatan yang memiliki tingkat kesulitan geografis yang mudah hanya di Lembang, Parongpong dan Padalarang. Gambar 4.3 Peta Sebaran IKG Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

68 Kesimpulan dan Saran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Indeks Kesulitan Geografis (IKG) merupakan indeks yang memberikan gambaran mengenai tingkat aksesibilitas dan ketersediaan akan pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan) dan infrastruktur desa. Berdasarkan hasil perhitungan, di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2015 terdiri dari 165 desa, dengan rentang IKG berkisar antara 11,76 sampai dengan 55,42. Desa dengan Indeks terkecil adalah Desa Lembang Kecamatan Lembang (11,76), kemudian diikuti oleh Desa CIlilin Kecamatan Cililin (14,60), Desa Jayagiri Kecamatan Lembang (14,68) dan Desa Cipeundeuy Kecamatan Padalarang (14,81). Keempat desa ini dianggap memiliki akses yang mudah dalam menjangkau pelayanan dasar, infrastruktur dan aksesibilitas/transportasi dibandingkan dengan desadesa lain di Kabupaten Bandung Barat. Khususnya desa-desa di Kecamatan Lembang yang memiliki kemudahan dalam akses ke infrastruktur (pasar, bahan bakar,bank, dsb). Sedangkan desa dengan indeks terbesar adalah Desa di Kecamatan Rongga yaitu Desa Cicadas (55,42) dan Desa Bojongsalam (55,12). Desa-desa tersebut selain tidak tersedianya angkutan umum juga kondisi jalan masih berupa tanah, kerikil dan batu, sehingga untuk Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

69 Kesimpulan dan Saran menjangkau sarana pendidikan, kesehatan dan perekonomian membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Disamping itu, letak wilayah berdasarkan topografi dataran desa-desa tersebut berada di lereng/puncak dan di sekitar hutan, yang akan menambah jarak tempuh dalam mencapai sarana pendidikan, kesehatan dan perekonomian. Berikutnya desa yang memiliki indeks terbesar adalah Desa Kidangpananjung (53,89) dan Desa Nanggerang (53,20) di Kecamatan Cililin. Kondisinya tidak jauh berbeda dengan kedua desa di Kecamatan Rongga diatas, persamaannya lebih kepada letak wilayah desa yang berada di lereng/puncak dan di sekitar hutan. 5.2 Saran Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Kesulitan Geografis Desa di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2015, pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah seyogyanya diarahkan lebih kepada pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur tersebut diharapkan dapat mendorong kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat.desa-desa dengan nilai IKG tinggi menjadi prioritas utama pembangunan, sehingga program dan kegiatan akan lebih besar diarahkan kepada desa-desa yang tinggi nilai IKG nya dibandingkan dengan desa-desa yang nilai IKG nya rendah. Dengan demikian, akan memberikan rasa keadilan kepada desadesa yang selama ini masih dianggap tertinggal. Dengan perlakuan Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

70 Kesimpulan dan Saran yang berbeda tersebut diharapkan tidak ada ketimpangan antar desa sehingga dapat mengoptimalkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki serta kesejahteraan yang dicita-citakan dapat tercapai, sesuai dengan visi Kabupaten Bandung Barat yaitu Mewujudkan Masyarakat Yang Cerdas, Rasional, Maju, Agamis Dan Sehat Berbasis Pada Pengembangan Dan Pemberdayaan Potensi Wilayah. Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

71 Daftar Pustaka DAFTAR PUSTAKA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung Barat dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat Basis Data Pembangunan Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung Barat dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat Data Makro Sosial Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung Barat dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat Data Makro Ekonomi Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ponorogo. Indeks Kesulitan Geografis Desa Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Barat Kabupaten Bandung Barat Dalam Angka Tahun 2014 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 93/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

72 Lampiran IKG per Kecamatan Lampiran1 IKG Kecamatan Batujajar Nilai Penyusun IKG No Desa Pelayanan Dasar Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/ Transportasi IKG IKW 1 Batujajar Barat 5,18 4,19 7,45 16,81 83,19 2 Giriasih 7,11 6,64 8,98 22,73 77,27 3 Galanggang 9,72 6,16 8,98 24,85 75,15 4 BatujajarTimur 13,03 6,27 6,60 25,90 74,10 5 Selacau 14,96 7,19 6,86 29,00 71,00 6 Pangauban 9,53 8,24 14,07 31,84 68,16 7 Cangkorah 18,80 9,12 14,72 42,65 57,35 Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

73 Lampiran IKG per Kecamatan Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

74 Lampiran IKG per Kecamatan Lampiran 2 IKG Kecamatan Cihampelas Nilai Penyusun IKG No Desa Pelayanan Dasar Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/ Transportasi IKG IKW 1 Pataruman 12,06 9,55 4,33 25,93 74,07 2 Tanjungwangi 10,01 7,78 9,18 26,97 73,03 3 Cipatik 12,79 10,83 7,45 31,07 68,93 4 Citapen 12,03 10,09 8,98 31,10 68,90 5 Cihampelas 4,83 11,46 15,38 31,67 68,33 6 Singajaya 7,67 11,55 15,24 34,46 65,54 7 Mekarmukti 12,80 9,09 13,28 35,17 64,83 8 Mekarjaya 13,73 5,99 16,26 35,98 64,02 9 Tanjungjaya 14,07 11,67 11,64 37,37 62,63 10 Situwangi 20,78 12,72 12,46 45,95 54,05 Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

75 Lampiran IKG per Kecamatan Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

76 Lampiran IKG per Kecamatan Lampiran 3 IKG Kecamatan CikalongWetan Nilai Penyusun IKG No Desa Pelayanan Dasar Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/ Transportasi IKG IKW 1 Mandalamukti 8,94 6,61 7,30 22,85 77,15 2 Cikalong 11,38 6,25 6,67 24,30 75,70 3 Ciptagumati 13,35 4,64 6,38 24,38 75,62 4 Rende 9,86 11,74 4,81 26,41 73,59 5 Mandalasari 18,60 9,07 4,96 32,63 67,37 6 Cisomang Barat 15,43 10,31 7,63 33,37 66,63 7 Wangunjaya 18,93 10,67 7,18 36,77 63,23 8 Tenjolaut 18,21 12,13 8,30 38,65 61,35 9 Puteran 17,85 14,07 7,92 39,84 60,16 10 Kanangasari 20,33 13,05 8,91 42,29 57,71 11 Cipada 23,65 13,05 6,84 43,53 56,47 12 Ganjarsari 25,70 13,75 6,68 46,13 53,87 13 Mekarjaya 25,54 16,48 9,82 51,84 48,16 Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

77 Lampiran IKG per Kecamatan Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan CikalongWetan Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

78 Lampiran IKG per Kecamatan Lampiran 4 IKG Kecamatan Cililin No Desa Pelayanan Dasar Nilai Penyusun IKG Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/ Transportasi IKG IKW 1 Cililin 3,47 3,68 7,45 14,60 85,40 2 Rancapanggung 8,89 4,12 5,26 18,28 81,72 3 Mukapayung 7,99 7,93 8,31 24,23 75,77 4 Bongas 11,08 6,70 6,52 24,30 75,70 5 Karangtanjung 15,63 7,19 8,21 31,03 68,97 6 Batulayang 14,32 7,69 9,52 31,52 68,48 7 Budiharja 14,52 10,22 9,07 33,82 66,18 8 Karyamukti 17,43 12,78 13,33 43,54 56,46 9 Karanganyar 23,91 12,18 10,86 46,95 53,05 10 Nanggerang 29,10 12,92 11,17 53,20 46,80 11 Kidangpananjung 24,81 17,13 11,95 53,89 46,11 Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

79 Lampiran IKG per Kecamatan Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cililin Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

80 Lampiran IKG per Kecamatan Lampiran 5 IKG Kecamatan Cipatat No Desa Pelayanan Dasar Nilai Penyusun IKG Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/ Transportasi IKG IKW 1 Nyalindung 6,02 8,53 3,77 18,32 81,68 2 Rajamandala Kulon 12,68 3,64 6,36 22,68 77,32 3 Mandalawangi 11,83 6,73 5,72 24,29 75,71 4 Ciptaharja 8,75 8,53 10,81 28,09 71,91 5 Cipatat 13,05 7,33 8,21 28,59 71,41 6 Gunungmasigit 14,49 8,52 6,04 29,05 70,95 7 Mandalasari 17,17 8,40 4,51 30,08 69,92 8 Kertamukti 13,06 8,63 8,42 30,11 69,89 9 Citatah 14,99 11,37 5,35 31,71 68,29 10 Sarimukti 14,98 10,02 7,65 32,66 67,34 11 Sumurbandung 17,43 12,06 7,07 36,57 63,43 12 Cirawamekar 16,45 14,67 12,10 43,21 56,79 Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

81 Lampiran IKG per Kecamatan Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

82 Lampiran IKG per Kecamatan Lampiran 6 IKG Kecamatan Cipeundeuy No Desa Pelayanan Dasar Nilai Penyusun IKG Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/ Transportasi IKG IKW 1 Cipeundeuy 7,65 4,55 5,91 18,11 81,89 2 Ciroyom 13,42 7,28 6,65 27,35 72,65 3 Margalaksana 13,99 7,19 8,01 29,19 70,81 4 Sirnagalih 10,79 9,98 8,73 29,50 70,50 5 Ciharashas 17,29 8,24 7,92 33,45 66,55 6 Nyenang 20,05 8,92 8,91 37,88 62,12 7 Bojongmekar 14,69 16,14 9,83 40,66 59,34 8 Jatimekar 18,68 12,77 9,24 40,69 59,31 9 Nanggeleng 19,36 13,74 8,33 41,43 58,57 10 Sukahaji 20,62 10,29 11,20 42,11 57,89 11 Sirnaraja 22,90 15,34 8,91 47,15 52,85 12 Margaluyu 19,43 14,53 14,37 48,33 51,67 Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

83 Lampiran IKG per Kecamatan Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

84 Lampiran IKG per Kecamatan Lampiran 7 IKG Kecamatan Cipongkor Nilai Penyusun IKG No Desa Pelayanan Dasar Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/ Transportasi IKG IKW 1 Citalem 12,42 6,90 4,22 23,54 76,46 2 Sarinagen 9,88 10,17 7,51 27,57 72,43 3 Baranangsiang 12,86 12,33 5,29 30,48 69,52 4 Sukamulya 19,44 10,03 3,45 32,92 67,08 5 Mekarsari 13,13 12,73 10,23 36,10 63,90 6 Cijenuk 17,13 7,91 14,03 39,07 60,93 7 Karangsari 13,90 13,69 12,20 39,79 60,21 8 Neglasari 13,69 13,69 13,61 40,99 59,01 9 Girimukti 14,51 14,43 12,20 41,15 58,85 10 Cicangkang Hilir 21,68 10,68 11,48 43,84 56,16 11 Cijambu 18,85 13,97 11,78 44,61 55,39 12 Cintaasih 19,54 14,88 12,97 47,39 52,61 13 Cibenda 20,63 14,28 14,32 49,24 50,76 14 Sirnagalih 23,13 14,83 12,20 50,17 49,83 Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

85 Lampiran IKG per Kecamatan Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

86 Lampiran IKG per Kecamatan Lampiran 8 IKG Kecamatan Cisarua No Desa Pelayanan Dasar Nilai Penyusun IKG Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/ Transportasi IKG IKW 1 Jambudipa 9,07 6,50 8,98 24,55 75,45 2 Kertawangi 7,87 9,20 8,92 25,99 74,01 3 Pasirhalang 9,60 12,98 6,27 28,84 71,16 4 Tugumukti 12,79 8,24 8,16 29,18 70,82 5 Cipada 11,16 13,08 6,35 30,59 69,41 6 Padaasih 13,02 10,78 7,62 31,42 68,58 7 Sadangmekar 15,22 12,68 4,61 32,51 67,49 8 Pasirlangu 13,56 13,04 6,81 33,41 66,59 Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

87 Lampiran IKG per Kecamatan Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

88 Lampiran IKG per Kecamatan Lampiran 9 IKG Kecamatan Gununghalu Nilai Penyusun IKG No Desa Pelayanan Dasar Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/ Transportasi IKG IKW 1 Bunijaya 5,71 10,64 5,43 21,78 78,22 2 Celak 10,20 9,58 3,90 23,68 76,32 3 Wargasaluyu 9,45 8,83 5,78 24,05 75,95 4 Gununghalu 9,28 8,39 7,90 25,57 74,43 5 Sirnajaya 10,20 7,67 8,36 26,24 73,76 6 Tamanjaya 11,58 12,78 7,51 31,87 68,13 7 Sindangjaya 16,38 13,23 7,52 37,13 62,87 8 Sukasari 14,18 15,57 7,91 37,67 62,33 9 Cilangari 16,31 12,78 8,67 37,77 62,23 Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

89 Lampiran IKG per Kecamatan Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Gununghalu Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

90 Lampiran IKG per Kecamatan Lampiran 10 IKG Kecamatan Lembang Nilai Penyusun IKG No Desa Pelayanan Dasar Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/ Transportasi IKG IKW 1 Lembang 4,85 0,00 6,91 11,76 88,24 2 Jayagiri 6,07 0,55 8,06 14,68 85,32 3 Cikole 8,25 3,64 5,12 17,01 82,99 4 Cibodas 8,22 8,01 6,38 22,60 77,40 5 Langensari 11,78 4,59 6,79 23,16 76,84 6 Kayuambon 12,46 5,67 6,08 24,21 75,79 7 Gudangkahuripan 11,48 8,24 5,05 24,77 75,23 8 Sukajaya 9,67 8,09 7,17 24,94 75,06 9 Cibogo 16,14 4,17 5,95 26,26 73,74 10 Cikahuripan 15,38 7,54 8,01 30,93 69,07 11 Pagerwangi 9,95 6,41 14,81 31,17 68,83 12 Suntenjaya 15,72 10,59 5,06 31,37 68,63 13 Wangunharja 12,24 12,37 8,42 33,03 66,97 14 Wangunsari 14,55 10,73 9,68 34,97 65,03 15 Cikidang 15,68 11,32 9,95 36,95 63,05 16 Mekarwangi 16,40 7,40 13,35 37,15 62,85 Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

91 Lampiran IKG per Kecamatan Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

92 Lampiran IKG per Kecamatan Lampiran 11 IKG Kecamatan Ngamprah Nilai Penyusun IKG No Desa Pelayanan Dasar Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/ Transportasi IKG IKW 1 Cimareme 4,86 8,02 7,62 20,50 79,50 2 Tanimulya 6,65 6,39 10,27 23,32 76,68 3 Cilame 11,50 8,13 6,98 26,61 73,39 4 Gadobangkong 15,65 6,72 6,45 28,82 71,18 5 Mekarsari 12,09 8,04 10,28 30,41 69,59 6 Ngamprah 17,10 9,49 4,44 31,03 68,97 7 Margajaya 15,42 10,28 7,04 32,74 67,26 8 Bojongkoneng 20,76 13,03 7,04 40,82 59,18 9 Cimanggu 20,76 11,57 10,99 43,32 56,68 10 Pakuhaji 27,48 11,59 8,28 47,35 52,65 11 Sukatani 22,82 12,09 16,77 51,68 48,32 Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

93 Lampiran IKG per Kecamatan Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

94 Lampiran IKG per Kecamatan Lampiran 12 IKG Kecamatan Padalarang Nilai Penyusun IKG No Desa Pelayanan Dasar Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/ Transportasi IKG IKW 1 Cipeundeuy 3,41 3,01 8,39 14,81 85,19 2 Kertamulya 8,36 2,68 7,62 18,66 81,34 3 Padalarang 6,68 5,13 8,98 20,78 79,22 4 Laksanamekar 8,82 6,27 7,04 22,13 77,87 5 Ciburuy 6,31 8,89 7,93 23,13 76,87 6 Kertajaya 7,41 3,63 13,30 24,34 75,66 7 Tagogapu 9,24 8,79 7,04 25,07 74,93 8 Jayamekar 9,59 7,48 8,21 25,28 74,72 9 Cempakamekar 16,30 10,92 6,27 33,49 66,51 10 Cimerang 9,88 7,48 16,77 34,13 65,87 Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

95 Lampiran IKG per Kecamatan Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

96 Lampiran IKG per Kecamatan Lampiran 13 IKG Kecamatan Parongpong No 1 Desa Cihanjuang Rahayu Pelayanan Dasar Nilai Penyusun IKG Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/ Transportasi IKG IKW 5,61 8,69 7,66 21,96 78,04 2 Ciwaruga 12,17 5,13 4,85 22,14 77,86 3 Cihideung 12,67 1,99 8,21 22,88 77,12 4 Sariwangi 10,75 5,63 7,42 23,80 76,20 5 Cihanjuang 12,12 6,78 6,63 25,53 74,47 6 CigugurGirang 13,33 9,23 7,70 30,25 69,75 7 Karyawangi 13,33 9,23 7,70 30,25 69,75 Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

97 Lampiran IKG per Kecamatan Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

98 Lampiran IKG per Kecamatan Lampiran 14 IKG Kecamatan Rongga Nilai Penyusun IKG No Desa Pelayanan Dasar Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/ Transportasi IKG IKW 1 Bojong 9,66 7,28 11,22 28,16 71,84 2 Cibedug 9,69 9,38 14,48 33,54 66,46 3 Cibitung 17,13 12,43 5,24 34,80 65,20 4 Cinengah 15,48 10,38 14,57 40,44 59,56 5 Sukaresmi 21,10 15,47 5,94 42,50 57,50 6 Sukamanah 20,16 12,06 15,68 47,89 52,11 7 Bojongsalam 23,21 16,69 15,22 55,12 44,88 8 Cicadas 25,88 14,68 14,86 55,42 44,58 Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

99 Lampiran IKG per Kecamatan Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Rongga Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

100 Lampiran IKG per Kecamatan Lampiran 15 IKG Kecamatan Saguling Nilai Penyusun IKG No Desa Pelayanan Dasar Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/ Transportasi IKG IKW 1 Saguling 10,20 6,54 4,76 21,51 78,49 2 Cikande 11,86 14,47 6,29 32,62 67,38 3 Girimukti 14,56 12,06 9,40 36,02 63,98 4 Jati 15,08 12,37 9,53 36,99 63,01 5 Bojonghaleuang 19,87 11,97 7,83 39,67 60,33 6 Cipangeran 17,05 17,75 16,40 51,20 48,80 Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

101 Lampiran IKG per Kecamatan Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Saguling Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

102 Lampiran IKG per Kecamatan Lampiran 16 IKG Kecamatan Sindangkerta Nilai Penyusun IKG No Desa Pelayanan Dasar Kondisi Infrastruktur Aksesibilitas/ Transportasi IKG IKW 1 Cintakarya 9,47 6,06 5,84 21,37 78,63 2 Cicangkang Girang 8,09 6,54 6,79 21,42 78,58 3 Sindangkerta 10,04 8,57 5,84 24,46 75,54 4 Puncaksari 14,96 8,24 7,83 31,03 68,97 5 Wangunsari 9,70 10,17 14,76 34,64 65,36 6 Cikadu 11,40 11,82 13,15 36,37 63,63 7 Pasirpogor 10,20 11,59 14,96 36,75 63,25 8 Buninagara 10,20 11,59 14,96 37,86 62,14 9 RancaSenggang 10,20 11,59 14,96 41,39 58,61 10 Mekarwangi 10,20 11,59 14,96 45,57 54,43 11 Weninggalih 10,20 11,59 14,96 46,28 53,72 Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

103 Lampiran IKG per Kecamatan Peta Sebaran IKG Desa Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat Indeks Kesulitan Geografis (IKG) Desa Kabupaten Bandung Barat Tahun

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 06 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPANN INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS SETIAP DESA DI KABUPATEN KARO TAHUN ANGGARAN 2016 BUPATI KARO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Daftar Tabel. Tabel Jumlah Partai Politik, Lsm Dan Ormas Di Tingkat Kabupaten 21 GAMBARAN UMUM

DAFTAR TABEL. Daftar Tabel. Tabel Jumlah Partai Politik, Lsm Dan Ormas Di Tingkat Kabupaten 21 GAMBARAN UMUM DAFTAR TABEL GAMBARAN UMUM Kondisi Geografis Tabel 1.1.1. Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Ketinggian Tempat Di Kabupaten Subang, 6 Tabel 1.1.2. Luas Wilayah Menurut Klasifikasi Kemiringan Lereng Di Kabupaten

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR No. 16/02/35/Th. XIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Jawa Timur Hasil Pendataan Potensi Desa 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ponorogo, Desember 2014 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN PONOROGO. Ir. SUMARNO, MM Pembina Tingkat I NIP

KATA PENGANTAR. Ponorogo, Desember 2014 KEPALA BAPPEDA KABUPATEN PONOROGO. Ir. SUMARNO, MM Pembina Tingkat I NIP KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, hidayah serta karunia-nya hingga publikasi Indeks Kesulitan Geografis

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten baru pemekaran dari Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang di sebelah

Lebih terperinci

Katalog BPS

Katalog BPS Katalog BPS 1403.8271.012 Kecamatan Pulau Batang Dua Dalam Angka 2012 PULAU BATANG DUA DALAM ANGKA 2012 Nomor Katalog : 1403.8271.012 Nomor Publikasi : 8271.000 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Sepaku rata-rata 177,2 mm pada tahun 2010 Kecamatan Sepaku memiliki luas 438,50 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i 1. GEOGRAFI Tabel : 1.01 Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat Dan Kabupaten/Kota... 1 Tabel : 1.02 Jumlah Kecamatan Dan Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011... 2 2. KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kecamatan Waru 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WARU No. Publikasi : 640950.1611 Katalog BPS : 1101002.6409020 Ukuran Buku : 17 cm x 24,5 cm Jumlah Halaman : viii + 12 halaman Naskah :

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

pelalawankab.bps.go.id

pelalawankab.bps.go.id ISBN : 979 484 622 8 No. Publikasi : 25 Katalog BPS : 1101002.1404041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 12 + iii Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Gambar Kulit : Seksi Integrasi

Lebih terperinci

pekanbarukota.bps.go.id

pekanbarukota.bps.go.id Katalog BPS : 1101002.1471.010 2014 Statistik Daerah Kecamatan Tampan Tahun 2014 i STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMPAN TAHUN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TAMPAN TAHUN 2014 Katalog BPS : 1101002.1471.1

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Banten

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Banten No. 13/02/36/Th.IX, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Banten Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan hasil Podes

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH BALI HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH BALI HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 No. 17/02/51/Th. I, 16 Februari 2015 TIPOLOGI WILAYAH BALI HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan hasil Podes 2014 pada

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 1102001.3510160 KECAMATAN SONGGON DALAM ANGKA TAHUN 2014 ISSN : 2407-036X No. Publikasi : 35106.1420 Katalog BPS : 1102001.3510160 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : x + 54 Halaman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) KHUSUS 2005 KABUPATEN NIAS DAN NIAS SELATAN

PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) KHUSUS 2005 KABUPATEN NIAS DAN NIAS SELATAN Dibuat 1 rangkap : Untuk BPS Provinsi REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK, SENSUS EKONOMI 2006 Rahasia PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) KHUSUS 2005 KABUPATEN NIAS DAN NIAS SELATAN I. PENGENALAN TEMPAT

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAY JEPARA TAHUN 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAY JEPARA TAHUN 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAY JEPARA TAHUN 2015 Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Timur STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAY JEPARA TAHUN 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WAY JEPARA 2015 ISBN : No. Publikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 19/03/34/Th.XVII, 2 Maret 2015 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Menurut Podes 2014, di DIY terdapat sebanyak 438 wilayah administrasi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

BAB II DESKRIPSI WILAYAH BAB II DESKRIPSI WILAYAH 1.1 Kondisi Geografis 2.1.1 Kota Magelang a. Letak Wilayah Berdasarkan letak astronomis, Kota Magelang terletak pada posisi 110 0 12 30 110 0 12 52 Bujur Timur dan 7 0 26 28 7

Lebih terperinci

TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006

TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124 /PMK.02/2005 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DAN PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS TAHUN ANGGARAN 2006 Menimbang : a. bahwa sesuai dengan hasil

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Cakupan Wilayah Kabupaten Bandung Barat Kabupaten Bandung Barat terdiri dari 13 kecamatan dan 165 desa. Beberapa kecamatan terbentuk melalui proses pemekaran. Kecamatan yang

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GUNUNG KIJANG 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1419 Katalog BPS : 1101001.2102.061 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : Naskah:

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SUMEDANG SELATAN 2016 ISSN : No. Publikasi : 3211.1608 Katalog BPS : 1102001.3211050 Ukuran Buku : 17,6 cm 25 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung.

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

S T A T I S T I K D A E R A H K E C A M A T A N P A G E R W O J O 2012

S T A T I S T I K D A E R A H K E C A M A T A N P A G E R W O J O 2012 S T A T I S T I K D A E R A H K E C A M A T A N P A G E R W O J O 2012 Katalog BPS : 1101002.3504180 No. Publikasi : 35040.1241 Ukuran Buku : B5 (17,6 cm x 25 cm) Jumlah Halaman : iv + 15 Halaman Naskah

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT.

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 No.Publikasi : 91080.12.37

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR HAL i iv vi vii BAB I PENDAHULUAN I - 1 1.1 DASAR HUKUM I - 4 1.2 GAMBARAN UMUM DAERAH I - 3 1. Kondisi Geografis Daerah I - 5 2. Batas Administrasi

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAERAH DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

Lebih terperinci

KABUPATEN HALMAHERA SELATAN

KABUPATEN HALMAHERA SELATAN KABUPATEN HALMAHERA SELATAN ii Kecamatan Kayoa Selatan Dalam Angka 2013 Katalog BPS : 1102001.8204062 Ukuran Buku : 15 cm 21 cm Jumlah Halaman : xii + 51 Halaman Naskah : BPS Kabupaten Halmahera Selatan

Lebih terperinci

https://probolinggokab.go.id

https://probolinggokab.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN KREJENGAN 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KREJENGAN 2014 Katalog BPS : 1101002.3513.160 Ukuran Buku : 17,6 X 25 cm Jumlah Halaman Naskah : : iv + 10 halaman Koordinator Statistik

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Ciamis, secara geografis wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 0 20 sampai dengan 108 0

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai hasil pemekaran Kabupaten Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkaan uraian sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Topografinya, Kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 (tiga) zona/klasifikasi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini menjelaskan mengenai kondisi umum wilayah studi yang terdiri dari kondisi geografis kota Cimahi, kondisi geografis kota Bandung, aspek kependudukan kota Cimahi, aspek kependudukan

Lebih terperinci

Katalog : pareparekota.bps.go.id

Katalog : pareparekota.bps.go.id Katalog : 1101002.7372011 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BACUKIKI BARAT TAHUN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BACUKIKI BARAT TAHUN 2014 ISSN : Katalog BPS : 1101002.7372011 Ukuran Buku : 21 cm x 14,8 cm Jumlah

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 BADAN PUSAT STATISTIK No. 15/02/82/Th.XIV, 16 Februari 2015 TIPOLOGI WILAYAH PROVINSI MALUKU UTARA HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun

Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Per-Kecamatan di Kabupaten Sintang Tahun... Jumlah Penduduk Yang Mengurus KTP, KK, dan Akta Kelahiran Kabupaten Sintang Tahun 2010... Jumlah Kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kecamatan merupakan bagian integral dari pembangunan daerah dan pembangunan nasional. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan

Lebih terperinci

https://probolinggokab.bps.go.id

https://probolinggokab.bps.go.id STATISTIK DAERAH KECAMATAN TONGAS 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TONGAS 2015 Katalog BPS : 1101002.3513.230 Ukuran Buku : 17,6 X 25 cm Jumlah Halaman Naskah : : iv + 10 halaman Koordinator Statistik Kecamatan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor :

STATISTIK DAERAH. Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG. Katalog BPS nomor : Katalog BPS nomor : 9213.3273.240 RSUP HASAN SADIKIN BANDUNG KECAMATAN SUKAJADI MAJU STATISTIK DAERAH Kecamatan Sukajadi Kota Bandung Tahun 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung Barat yang merupakan kabupaten baru di Provinsi Jawa Barat hasil pemekaran dari Kabupaten Bandung. Kabupaten

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA BARAT No.15/2/13 Th XVIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Kuningan 4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kuningan terletak di ujung Timur Laut Provinsi Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN BARAT 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.040 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

NO KATALOG :

NO KATALOG : NO KATALOG : 1101002.3510210 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONGSOREJO 2013 Katalog BPS : 1101002.3510210 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

Katalog BPS: 1102001.3510200 Sumber : http://www.utiket.com/id/obyek-wisata/banyuwangi/312-pulau_merah.html BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANYUWANGI Sumber : http://www.utiket.com/id/obyek-wisata/banyuwangi/312-pulau_merah.html

Lebih terperinci

Tipologi Wilayah Provinsi Bengkulu Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

Tipologi Wilayah Provinsi Bengkulu Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 No. 14/02/17/1/2015 Tipologi Wilayah Provinsi Bengkulu Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan hasil Podes 2014, pada bulan

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 18 BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Letak Geografis dan Luas Kecamatan Sukanagara secara administratif termasuk dalam Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat. Letak Kabupaten Cianjur secara geografis

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci