RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) TAHUN"

Transkripsi

1 RENCN STRTEGIS ( RENSTR ) THUN -7 BDN PEMBERDYN PEREMPUN DN PERLINDUNGN NK Jalan Tk. Malem Nomor Kuta lam Banda ceh 4

2 BB I PENDHULUN. Latar Belakan Pemerintah ceh menamanatkan bahwa perencanaan Pembanunan ceh harus disusun secara komprehensif sebaai baian dari sistem Perencanaan Nasional dalam keranka Neara Kesatuan Republik Indonesia denan memperhatikan nilai-nilai Islam, sosial budaya, berkelanjutan dan berwawasan linkunan, serta adil dan merata. Perencanaan pembanunan ceh jua harus disusun untuk menjamin konsistensi perencanaan, penanaran, pelaksanaan dan penawasan. Demikian pula denan Pembanunan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak di ceh, dalam pelaksanaannya jua harus memperhatikan nilai-nilai yan dianut oleh Pemerintah ceh. spek yuridis formal dalam pelaksanaan Pembanunan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak adalah Undan-Undan Dasar (UUD) 94, Undan-undan Nomor 7 Tahun 984 tentan Penesahan Konvensi menenai Penhapusan Seala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on the Elimination of ll Forms of Discrimination ainst Women/CEDW), Undan-Undan Nomor 39 Tahun 999 tentan Hak sasi Manusia, Undan-Undan Nomor 3 tahun tentan Perlindunan nak, Undan-Undan nomor 3 tahun 4 tentan Penhapusan Tindak Kekerasan dalam Rumah Tana, Inpres No 9 Tahun tentan Penarusutamaan Gender dalam Pembanunan Nasional serta Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun tentan Rencana Pembanunan Janka Menenah Nasional (RPJMN) 4-9 yan merupakan landasan idiil dan operasional dari pelaksanaan pembanunan nasional. Tujuan Pembanunan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak di ceh adalah untuk meninkatkan status, posisi dan kondisi perempuan aar dapat mencapai kemajuan yan setara denan laki-laki dan membanun anak yan sehat, cerdas, ceria, bertaqwa serta terlinduni. Pencapaian tujuan Pembanunan pemberdayaan perempuan tersebut, antara lain ditandai denan terinterasinya kebijakan pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak pada semua kebijakan proram dan keiatan pembanunan, terwujudnya 3 kabupaten/kota yan responsif ender dan peduli anak serta berperannya Lembaa Masyarakat dalam Pemberdayaan Perempuan dan peninkatan kesejahteraan dan perlindunan anak. Pencapaian tujuan tersebut masih terus diupayakan secara bertahap aar kesetaraan dan keadilan antara laki-laki dan perempuan serta kesejahteraan dan perlindunan anak dalam kehidupan berkeluara, bermasyarakat, berbansa dan berneara berlandaskan nilai-nilai kecehan dan ke Islaman dapat terwujud. Hal ini sesuai denan visi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ceh yaitu Terwujudnya kesejahteraan yan bermartabat bai perempuan dan anak sesuai denan ke Islaman dan ke cehan.. Upaya untuk membanun anak menjadi SDM yan berkualitas jua sudah ditetapkan dalam Undan-Undan Dasar 94, Konvensi Hak nak (KH) atau Convention on The Riht Of Children (CRC) yan merupakan salah satu instrumen internasional yan telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 99 dan Undan- Undan Nomor 3 Tahun tentan Perlindunan nak yan menamanatkan bahwa

3 penjaminan dan pemenuhan hak-hak anak menjadi tanun jawab bersama tua, keluara, masyarakat, dan neara. Untuk menindaklanjuti Undan-Undan Nomor 3 tahun tentan Perlindunan nak dan Undan-Undan Nomor 3 tahun 4 tentan Penhapusan Kekerasan dalam Rumah Tana, ceh jua sudah mempunyai dua Qanun yan sanat terkait denan Pemberdayaan dan Perlindunan bai perempuan dan anak yaitu Qanun No. 9 Tahun 8 Tentan Perlindunan nak dan Qanun No. 6 Tahun 9 Tentan Pemberdayaan dan Perlindunan Perempuan. Jua telah diterbitkan Peraturan Gubernur yan berkaitan denan uaya melinduni perempuan dan anak, yaitu Peraturan Gubernur Nanroe ceh Darussalam Nomr 8 tahun 7 tentan Pembentukan Guus Tuas Penhapusan Perdaanan Perempuan dan nak, Peraturan Gubernur Provinsi Nanroe ceh Darussalam Nomor tahun 8 tentan Rencana ksi Provinsi Penhapusan perdaanan Oran khususnya Perempuan dan nak, Peraturan Gubernur ceh Nomor 6 tahun tentan Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan nak Korban Kekerasan, serta Peraturan Gubernur ceh Nomor 66 tahu tentan Standar Operasional Prosedur Penyelenaraan Pelayanan Terpadu Peremuan dan nak Korban Kekerasan. Secara umum, Perempuan ceh dapat dibai dalam dua baian yakni perempuan yan telah berdaya dan perempuan yan belum berdaya. Karena itu pendekatan pemberdayaan perempuan pun dilakukan denan stratei yan berbeda, yaitu: () stratei penarusutamaan ender; dan () aksi affirmasi. Stratei pertama ditujukan bai perempuan yan sudah berdaya sehina diarahkan kepada upaya bai mereka untuk mencapai tahap kemandirian dalam memberdayakan diri dan lain, menuju kesetaraan dan keadilan ender. Stratei kedua (aksi afirmasi) ditujukan bai perempuan yan belum berdaya aar dapat menjadi berdaya sehina mampu untuk berpartisipasi sebaai subyek pembanunan. Pembanunan Pemberdayaan Perempuan jua sanat terkait denan peninkatan kualitas enerasi penerus bansa, karena perempuan adalah pendidik pertama/ Madrasatul Ula dan utama bai anak-anaknya dalam keluara, melalui kerjasama denan suami sebaai mitra sejajar,dalam upaya mewujudkan anak denan tumbuh kemban yan berkualitas serta menanamkan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan ender sejak anak berusia dini sesuai denan nilai-nilai ke cehan yan Islami. Di pihak lain, anak sebaai enerasi penerus bansa merupakan investasi masa depan bai tua, masyarakat, bansa dan neara. Dalam ranka mewujudkan anak sebaai enerasi penerus bansa yan sehat, cerdas, ceria, bertaqwa dan terlinduni, maka pembanunan ceh harus memean prinsip-prinsip pemenuhan hak-hak anak. Prinsipprinsip tersebut meliputi non-diskriminasi, mempertimbankan kepentinan terbaik anak, perlindunan dan menharai partisipasi anak. Kondisi dan realitas kehidupan perempuan dan anak pada saat ini masih perlu mendapat perhatian dari semua pihak. Kita masih mendapati bahwa akses perempuan di berbaai bidan belum memenuhi asas keadilan dan perimbanan. Di lembaa pemerintahan, dari 46 posisi yan tersedia untuk walikota/wakil walikota dan bupati/wakil bupati, hanya yan dijabat oleh perempuan. Di lembaa leislatif, dari 3 kursi DPR-RI untuk ceh, tidak ada yan perempuan, demikian jua denan 4 kursi untuk DPD tidak ada sepun

4 perempuan. Untuk DPR, dari 69 kursi yan tersedia, hanya ada 4 kursi yan diduduki oleh perempuan. Dan dari 3 kabupaten/kota hanya terpilih 43 anota DPRK perempuan. Jumlah perwakilan perempuan dalam lembaa pemerintahan dan leislatif tersebut tampaknya tidak sebandin bila kita melihat data kependudukan berdasarkan jenis kelamin di Provinsi ceh pada pril, yaitu 4,63 juta penduduk, denan perbandinan laki-laki sebanyak,34 juta sedankan perempuan sebanyak, 9 juta. Menurut data Tahun, nka Kematian Ibu melahirkan di ceh sebesar 97/.. Sedankan nka Kematian Ibu melahirkan di Tinkat Nasional 8/.. nka Kematian Bayi di ceh sebesar 3/. kelahiran, sedankan di Tinkat Nasional sebesar 34/. kelahiran. nka diatas menunjukkan bahwa perkembanan kedua komponen tersebut sudah cukup baik, tetapi nka Kematian Balita masih cukup banyak yaitu 44/, Balita Gizi Buruk 7, % (47 Kasus) dan Gizi Kuran 6,6 %. Hal lain yan pentin untuk diperhatikan adalah semakin meninkatnya anka penderita HIV / ids dimana pada tahun berjumlah 79 Kasus dan pada tahun ditemukan 69 Kasus. IPM ceh masih berada pada anka 7,7 sementara Nasional 7,7. Kekerasan terhadap perempuan dan anak menalami peninkatan dalam tia tahun terakhir ini. Data menunjukkan peninkatan tesebut, yaitu tahun 9 ditemukan 43 kasus, tahun terdapat 766 kasus, sedankan tahun sd ditemukan 96 kasus. Sementara ini, Kekerasan terhadap anak pada tahun 9 ditemukan 78 Kasus, pada tahun ada 3 kasus dan pada tahun sd meninkat menjadi 468 kasus. Untuk kasus Trafickin yan bisa ditanani pada Tahun sebanyak kasus, tahun berjumlah 7 kasus.pada awal 3, sampai denan Bulan Maret, sudah terjadi 9 Kasus. Di bidan Pendidikan belum dikembankan sekolah yan Responsif Gender dan tanpa kekerasan. Kepemimpinan perempuan dilevel Sekolah Meneah tas dan keterwakilan perempuan dalam komite sekolah masih sanat minim. Fasilitas Sekolah dan uru pembimbin, belum memiliki kapasitas untuk melakukan konselin yan ramah kepada kepentinan anak. nka Putus Sekolah karena pernikahan dini masih terjadi dibeberapa kabupaten/kota. Sosialisasi dan pemenuhan Kesehatan Reproduksi sehat, HIV ids dan penyakit menular lainnya, penceahan Narkoba dan mekanisme untuk memberikan dan mendapatkan informasi bai anak, jua belum dikembankan secara maksimal, beitu jua ketersediaan tenaa dan fasilitas yan ramah bai anak-anak yan berkebutuhan khusus. Sementara itu, di kehidupan sehari-hari kita dapati serentetan masalah yan menambah panjan daftar permasalahan perempuan dan anak di ceh. Di berbaai ruan publik, tempat wudu dan kamar kecil bai perempuan disamakan denan pihak laki-laki, padahal dalam hal tersebut terdapat kebutuhan khusus (specific needs) untuk perempuan. Demikian pula denan jembatan penyeberanan, tidak memiliki penutup, jarak dan tini tana tidak memperhatikan kepentinan perempuan. Kondisi ruan yan dibutuhkan perempuan memerlukan persyaratan lebih khusus dibandinkan denan yan dibutuhkan laki-laki. Perkant jua belum memberikan fasilitas ruan untuk para perempuan yan sedan menyusui anak dan tempat untuk menitipkan anak mereka. Di tempat-tempat publik lainnya, kita jua bisa melihat secara benderan terbatasnya fasilitas yan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan khusus perempuan dan anak. 3

5 . Landasan Hukum Kebijakan Nasional dan Daerah yan menjadi Dasar Hukum Pembanunan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak antara lain sebaai berikut :. Undan-Undan Dasar 94 Pasal 4 dan Pasal 7;. TP MPR Nomor IV Tahun 999 tentan GBHN; 3. TP MPR Nomor II dan Nomor VI Tahun ; 4. Undan-Undan Nomor 7 tahun 984 tentan Ratifikasi Konvensi Penhapusan Seala Bentuk Diskriminasi dan Kekerasan terhadap Perempuan;. Undan-Undan Nomor 39 Tahun 999 tentan Hak sasi Manusia; 6. Undan-Undan Nomor 44 Tahun 999 tentan Penyelenaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa ceh; 7. Undan-undan Nomor Tahun tentan Proram Pembanunan Nasional (Propenas); 8. Undan-Undan No Tahun 4 tentan Sistim Perencanaan Pembanunan Nasional; 9. Undan-Undan Nomor 3 Tahun tentan Perlindunan nak;. Undan-Undan Nomor 3 Tahun 4 tentan Penhapusan Kekerasan Dalam Rumah Tana;. Undan-Undan Nomor 3 Tahun 4 tentan Pemerintahan Daerah sebaaimana telah diubah denan Undan-Undan Nomor 8 Tahun tentan Penetapan Peraturan Pemerintah Penanti Undan-Undan Nomor 3 Tahun tentan Perubahan atas Undan-Undan Nomor 3 tentan Pemerintahan Daerah menjadi Undan-Undan;. Undan-Undan Nomor 33 Tahun 4 tentan Perimbanan Keuanan ntara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 3. Undan-Undan Nomor Tahun 6 tentan Pemerintahan ceh; 4. Undan-Undan Nomor 3 tahun 6 tentan Perlindunan Saksi dan Korban;. Undan-Undan Nomor tahun 7 tentan Penhapusan Tindak Pidana Pedaanan Oran; 6. Undan-Undan Nomor tahun tentan Sistem Peradilan nak; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 6 tentan Penyelenaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan dalam Rumah Tana; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 8 tentan Tatacara dan Mekanisme Pelayanan Terpadu bai Saksi dan/atau korban Tindak Pidana Perdaanan Oran; 9. Peraturan Presiden Nomor 69 tahun 8 tentan Guus Tuas Penceahan dan Penananan tindak Pidana Perdaanan Oran;. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun tentan Penarusutamaan Gender dalam Pembanunan Nasional;. Keputusan Presiden Nomor 36 tahun 99 tentan penesahan Konvensi Hak nak;. Keputusan Presiden Nomor 88 tahun tentan Rencana ksi Nasional (RN) Penhapusan Trafikin Perempuan dan nak; 4

6 3. Instruksi Menteri Dalam Neeri Nomor 7 Tahun 996 tentan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peelolaan Proram Peninkatan Peranan Wanita dalam Pembanunan di Daerah; 4. Peraturan Menteri Neara Pemberdayaan Perempuan No. Tahun Tentan Standard Pelayanan Minimal (SPM) Pelayanan Terpadu bai Perempuan dan anak korban kekerasan;. Surat Keputusan Menteri Neara Pemberdayaan Perempuan Nomor 3/SK/Mene PP/VI/ tentan Pedoman Penetapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Pemberdayaan Perempuan di Provinsi, Kabupaten/Kota sebaai Daerah Otonom; 6. Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan, Menteri PP, Menteri Ssosial dan Kapolri Nomor 4/Men.PP/Dep.V/X/7, Nomor 39/Menkes/SKB/X/, Nomor 7/HUK/ dan No.Pol B/348/X/ Tentan Pembentukan Pelayanan Terpadu Korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan nak 7. Peraturan Menteri Dalam Neeri Nomor 3 Tahun 3 Tentan Pedoman Umum Pelaksanaan Penarustamaan Gender dalam Pembanunan di Daerah Juncto Permendari No Tahun 8 Tentan Pedoman Umum Pelaksanaan Penarustamaan Gender Di Daerah Juncto Permendari 7 Tahun Tentan Pedoman Umum Pelaksanaan PUG di Daerah; 8. Qanun Nomor Tahun 7 tentan Susunan Oranisasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaa Teknis Daerah dan Lembaa Daerah Provinsi Nanroe ceh Darussalam. 9. Qanun No. Tahun 8 Tentan Perlindunan nak 3. Qanun No. 6 Tahun 9 Tentan Pemberdayaan dan Perlindunan Perempuan; 3. Peraturan Gubernur Provinsi Nanroe ceh Darussalam Nomor 8 tahun 7 tanal 6 Februari tahun 7 tanal 6 Februari 7 tentan Pembentukan Guus Tuas Penhapusan ( Perdaanan ) Traffickin Perempuan dan nak; 3. Peraturan Gubernur Provinsi Nanroe ceh Darussalam Nomor tahun 8 tentan Rencana ksi Provinsi Provinsi Penhapusan Perdaanan Oran khususnya Perempuan dan nak. 33. Peraturan Gubernur ceh Nomor 6 tahun tentan Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan nak Korban Kekerasan; 34. Peraturan Gubernur ceh Nomor 66 tahun tentan Standar Operasional Prosedur Penyelenaraan Pelayanan Terpadu Perempuan dan nak Korban Kekerasan; 3. Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Istimewa ceh Nomor 8 tahun 999 tentan Pembentukan Biro Pemberdayaan Perempuan; 36. Keputusan Gubernur Provinsi Nanroe ceh Darussalam Nomor 4.4/79/ tentan Pembentukan Tim Koordinasi Pemberdayaan Perempuan (TKPP) Provinsi Nanroe ceh Darussalam; 37. Keputusan Gubernur Prov. Nanroe ceh Darussalam No.4.4/39/3 Tanal Juli 3 tentan tentan Tim Penelola Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan(PTP) Provinsi ND dan diperbaiki denan Keputusan Gubernur Nomor 6/8/7 tanal 7 Maret Keputusan Gubernur Provinsi Nanroe ceh Darussalam Nomor 6/3/6 tentan Pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu( PPT) penananan terhadap perempuan dan nak Korban Tindak Kekerasan.

7 39. Keputusan Gubernur Provinsi Nanroe ceh Darussalam Nomor 6/494/ 6 tantan Pembentukan dan penankatan nota Komisi Perlindunan nak Indonesia Daerah (KPID) Provinsi nanroe ceh Darussalam. Menurut Qanun Nomor tahun 7 tentan Susunan Oranisasi dan tata Kerja Dinas, Lembaa Teknis Daerah dan Lembaa Daerah Provinsi Nanroe ceh Darussalam, pada pasal 3, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak mempunyai tuas menyiapkan bahan kebijakan di bidan pembanunan pemberdayaan perempuan, kesetaraan dan keadilan, peninkatan sumber daya manusia dan hak asasi manusia perempuan dan anak serta mendukun kelembaaan dan isasi perempuan, lembaa swadaya masyarakat, pemerhati perempuan dan anak serta menkoordinasikan kebijakan pembanunan yan responsif ender di seala bidan pembanunan. Untuk dapat melaksanakan tuas tersebut, dibutuhkan sebuah Rencana Strateis (Renstra) yan disusun berdasarkan pada semua latar belakan, masalah dan tantanan, serta peluan dan momentum yan tersedia denan tujuan utama untuk menjadi acuan kerja Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak untuk tahun sampai denan 7. Renstra ini merupakan renstra revisi yan disusun untuk lebih mempertajam arah kebijakan, tujuan dan sasaran yan akan dicapai, khususnya denan memuat indikator kinerja untuk menukur tinkat keberhasilan pelaksanaan kinerja pemberdayaan perempuan dan perlindunan anak. Diharapkan renstra Revisi ini dapat dijadikan pijakan dasar dalam menyusun Rencana kinerja tahunan dan Rencana Kerja Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak setiap tahunnya..3 Sistematika Penulisan dapun sistematika penulisan Rencana Strateis ini adalah sebaai berikut : KT PENGNTR DFTR ISI BB I : PENDHULUN. Latar Belakan. Landasan Hukum.3 Maksud dan Tujuan.4 Sistematika Penulisan BB II BB III : GMBRN PELYNN SKP. Tuas, Funsi dan Struktur Oranisasi. Sumber Daya.3 Kinerja Pelayanan SKP.4 Tantanan dan Peluan Pembanunan Pelayanan SKP : ISU-ISU STRTEGIS BERDSRKN TUGS DN FUNGSI 3. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tuas dan Funsi Pelayanan SKP; 3. Telaahan Visi, Misi dan Proram Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih; 6

8 3.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra 3.4 Telaahan Rencana Tata Ruan Wilayah dan Kajian Linkunan Hidup Strateis; 3. Penentuan Isu-Isu Strateis. BB IV BB V BB VI : VISI, MISI, TUJUN DN SSRN, STRTEGI dan KEBIJKN 4. Visi dan Misi SKP; 4. Tujuan dan Sasaran Janka Menenah SKP; 4.3 Stratei dan Kebijakan SKP : RENCN PROGRM DN KEGITN, INDIKTOR KINERJ, KELOMPOK SSRN, DN PENDNN INDIKTIF : INDIKTOR KINERJ SKP YNG MENGCU PD TUJUN DN SSRN RPJM 7

9 BB II GMBRN PELYNN SKP. Tuas, Funsi dan Struktur Oranisasi SKP Sesuai denan Qanun ceh Nomor tahun 7, Tuas Pokok Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak adalah menyiapkan bahan kebijakan di bidan Pembanunan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak yan mencakup pemberdayaan, kesetaraan dan keadilan, peninkatan Sumber Daya Manusia dan Hak zasi Manusia perempuan dan anak serta mendukun kelembaaan dan isasi perempuan, Lembaa Swadaya Masyarakat Pemerhati Perempuan dan nak, serta menkoordinasikan kebijakan pembanunan yan responsif ender di seala bidan pembanunan. Funsi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak Provinsi ceh adalah sebaai berikut : Pelaksanaan urusan ketatausahaan Badan; Penyusunan proram kerja tahunan, janka menenah dan janka panjan; Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis di bidan pemberdayaan perempuan dan perlindunan anak; Penumpulan data dan analisa dalam ranka penyusunan kebijakan di bidan peranan perempuan dan perlindunan anak; Penyusunan proram dan pelaksanaan proram rintisan pemberdayaan dalam ranka menankat harkat dan martabat serta HM bai perempuan dan perlindunan anak, isasinya dan aktifitas lanjut; Peninkatan kualitas hidup perempuan diberbaai bidan kehidupan dan pembanunan, terutama di bidan hukum, ekonomi, politik, pendidikan dan sosial budaya serta linkunan; Peninkatan partisipasi masyarakat termasuk upaya pemampuan kelembaaan untuk kemajuan perempuan dan perlindunan anak; Pelaksanaan monitorin, evaluasi dan pelap; dan Pembinaan unit pelaksana teknis badan. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak Provinsi ceh, mempunyai susunan isasi sebaai berikut :. Kepala Badan;. Sekretariat terdiri ; - Sub Baian Umum - Sub Baian Kepeawaian dan Tatalaksana - Sub Baian Keuanan 3. Bidan Kebijakan dan Pemberdayaan yan terdiri dari : - Sub Bidan Data dan nalisa Kebijakan - Sub Bidan Peninkatan Kualitas Hidup Perempuan 8

10 4. Bidan Partisipasi dan Pemampuan yan terdiri dari : - Sub Bidan Partisipasi Politik, Sosial dan Linkunan - Sub Bidan Pemampuan Penarusutamaan Gender (PUG). Bidan Perlindunan nak yan terdiri dari : - Sub Bidan Data dan Kebijakan - Sub Bidan dvokasi dan Fasilitasi 6. Bidan Evaluasi dan Pelap yan terdiri dari ; - Sub Bidan Kebijakan dan Proram - Sub Bidan Pelap. STRUKTUR BDN PEMBERDYN PEREMPUN DN PERLINDUNGN NK Kepala Sekretariat Sub Baian Kepeawaian Sub Baian Keuanan Sub Baian Umum Bidan Kebijakan dan Pemberdayaan Bidan Perlindunan nak Bidan Partisipasi dan Pemampuan Bidan Evaluasi dan Pelap Subbid nalisa Data Dan Kebijakan Subbid dvokasi dan Fasilitasi Subbid Pemampuan PUG Subbid Pelap Subbid Peninkatan Kualitas Hidup Perempuani Subbid Data dan Kebijakan Subbid Partisipasi Politik, Sosial dan Linkunan Subbid Kebijakan dan Proram UPT PPP. Sumber Daya SKP Dalam melaksanakan tuas pokok dan funsinya, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak Provinsi ceh didukun oleh 67 peawai yan sebaiannya menduduki jabatan struktural seperti tertera pada struktur di atas. Selain itu, untuk menunjan pelaksanaan tuas pada masin-masin baian diperbantukan beberapa peawai denan jumlah dan jenis kelamin sebaaimana terlihat dalam Tabel berikut : 9

11 Tabel Jumlah Peawai berdasarkan Jenis Kelamin per Bidan pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak No Satuan Kerja Laki-laki Perempuan Jlh Kepala Badan Sekretariat Bidan Kebijakan dan Pemberdayaan Bidan Perlindunan nak Bidan Partisipasi dan Pemampuan Bidan Evaluasi dan Pelap PTP Total Jumlah peawai tersebut di atas terdiri dari pejabat struktural sebanyak 7, staf 6 dan tenaa kontrak sebanyak 4. Sedankan berdasarkan aspek kepankatan dan pendidikan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel Jumlah Peawai berdasarkan Kepankatan dan Pendidikan pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak No Jabatan Pankat Pendidikan Kepala Badan Sekretariat Bidan Kebijakan dan Pemberdayaan Bidan Partisipasi dan Pemampuan Bidan Perlindunan nak Bidan Evaluasi dan Pelap PTP II III IV SLT D-3 S-I S- Jlh Total Dilihat dari aspek pankat dan pendidikan sebaaimana tersebut dalam Tabel di atas, terambar bahwa kekuatan peawai Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak relatif sudah terpenuhi terutama kalau dikaitkan denan persyaratan jabatan, dimana sudah

12 ada pejabat yan menduduki jabatan structural yan memenuhi persyaratan pankat awal bahkan ada yan sudah mencapai pankat maksimal. Sedankan dari aspek persyaratan pendidikan seluruhnya terpenuhi, bahkan (sepuluh) diantaranya berstrata S- atau melebihi dari persyaratan minimal..3 Kinerja Pelayanan SKP Pada tahun pertama keberadaannya yaitu tahun 8, kepada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak Provinsi Nanroe ceh Darussalam dialokasikan dana sebesar Rp ,- yan terdiri dari Belanja Tidak Lansun sebesar Rp ,- dan Belanja Lansun sebesar Rp ,-. denan realisasi 83,46%. Kemudian pada tahun 9, pau anaran yan dialokasikan kepada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ceh menalami penurunan sebesar,4 % dari Rp ,- menjadi sebesar Rp ,- yan terdiri dari Belanja Tidak Lansun sebesar Rp ,- dan Belanja Lansun sebesar Rp ,- denan realisasi hanya mencapai 8,99%. Selanjutnya pada tahun anaran Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ceh memperoleh alokasi sebesar Rp ,- artinya kembali menalami penurunan sebesar,3 % yan terdiri dari Belanja Tidak Lansun sebesar Rp ,-dan Belanja Lansun sebesar Rp denan realisasi 93,9%. Untuk tahun jumlah anaran yan di alokasikan untuk Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ceh sebesar Rp ( sepuluh milyar tia ratus enam puluh enam juta seratus empat puluh tujuh ribu tia ratus empat puluh enam rupiah). Belanja Lansun Rp ,- dan belanja Tidak Lansun Rp ,- denan realisasi 98, %. Sedankan Untuk tahun jumlah anaran yan di alokasikan untuk Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ceh sebesar Rp ( Tia belas milyar enam ratus tia puluh dua juta tujuh ratus tujuh ribu enam ratus delapan puluh lima rupiah.). Belanja Lansun Rp ,- dan Belanja Tidak Lansun Rp ,- denan realisasi Rp atau 86,9 %. Pada Tahun naran 3, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ceh mendapatkan alokasi tambahan anaran yan sanat lumayan denan jumlah anaran Rp ,- denan perincian anaran sebaai berikut, Belanja Tidak Lansun Rp ,- dan Belanja Lansun sejumlah Rp ,- denan realisasi Rp ,- atau 83,83%..4 Tantanan dan Peluan Pembanunan Pelayanan SKP. Kendala da sejumlah kendala dan tantanan pokok yan harus dihadapi oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ceh. Berdasarkan fakta disebutkan diawal Renstra ini, menunjukkan kepada kita bahwa diperlukan adanya upaya dari berbaai

13 pihak untuk mewujudkan ceh yan lebih adil buat perempuan dan anak. Upaya ini tentunya tidak mudah karena ada sejumlah kendala dan tantanan pokok yan harus dihadapi oleh Badan pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ceh. Pertama, belum ada pemahaman yan sama di tinkat lintas-instansi tentan kesetaraan dan keadilan ender. Perencanaan Penanaran Pembanunan belum responsif ender dan pemenuhan hak kepada perempuan dan anak korban kekerasan jua belum memenuhi standar pelayanan minimal, sehina banyak proram yan bersifat parsial dan sektoral. Selain itu, masih belum kuatnya perspektif ender di tinkat eksekutif dan leislatif sehina setiap produk kebijakan sampai perencanaan anaran, belum responsive ender. Kedua, terdapat kendala dalam penentuan kebutuhan strateis dalam penyusunan perencanaan dan anaran yan responsif ender karena belum tersedianya data terpilah pada semua sektor. Secara internal Badan Pemberdayaan perempuan dan perlindunan nak ceh harus terus melakukan peninkatan kapasitas dan untuk eksternal jua harus memperkuat Kelompok Kerja PUG (POKJ PUG) dan Tim Focal Point aar dapat melahirkan fasilitator daerah yan mampu melakukan advokasi dalam perencanaan dan penanaran pada semua Instansi dan lembaa dilinkup Pemerintahan ceh. Ketia, terdapat kelemahan dalam reulasi Daerah yan tidak menyebutkan besaran anaran untuk Pemberdayaan perempuan dan perlindunan nak walaupun itu dikataorikan dalam belanja dan urusan wajib dari pemerintah, sehina dalam perencanaan dan penanaran yan diusulkan oleh Kab/Kota baik denan sumber dana Otsus, Mias maupun PBD belum memenuhi minimal 4 % dari anaran sebaaimana yan seharusnya. Keempat, ketidakseraaman Nomenklatur di Kabupaten/Kota terkait urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak menjadi kendala dan hambatan untuk melaksanakan koordinasi, edukasi dan informasi pada setiap proses pembanunan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak di Daerah. B. Peluan Selain kendala dan tantanan di atas, tentu terdapat peluan dan keuntunan yan mempermudah kinerja Badan Pemberdayaan perempuan dan Perlindunan nak ceh. Terdapat dukunan yan luas dari masyarakat nasional dan internasional untuk mendukun pembanunan di ceh. Demikian pula Oranisasi Masyarakat, LSM Lokal dan peruruan Tini memberikan dukunan penuh kepada upaya Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak di ceh. Hal ini dapat dilihat dari ambaran keadaan sebaai berikut: Pertama, di tinkat nasional telah ada UU No. 44 Tahun 999 Tentan Keistimewaan ceh dan UU No. Tahun 6 Tentan Pemerintahan ceh. Melalui kedua undanundan ini ceh diberi kewenanan untuk melaksanakan Syari at Islam, adat istiadat dan jua penakuan atas peran ulama serta berbaai otonomi khusus lainnya. Kedua, terkait denan landasan hukum yan dapat diunakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindunan anak ceh untuk menjalankan berbaai peran

14 dan kewenanannya, sudah ada beberapa perundan-undanan yan pentin untuk disosialisasikan yaitu : Undan-Undan nomor 7 Tahun 984 tentan Penesahan Konvensi Menenai Penhapusan Seala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (CEDW), Undan-Undan Nomor 3 Tahun 997 tentan Penadilan nak, Undan-Undan Nomor 3 tahun tentan Perlindunan nak, Undan-Undan Nomor 3 Tahun 4 tentan Penhapusan Kekerasan Dalam rumah Tana, Undan-Undan Nomor Tahun 7 tentan Penhapusan Tindakan Pidana Perdaanan Oran, dan Undan-Undan Nomor 3 Tahun 6 tentan Perlindunan Saksi dan Korban. Sebaian dari Undan-Undan tersebut sudah ditindaklanjuti denan Qanun dan Peraturan Gubernur( Perub) untuk pelaksanaannya di daerah antara lain Qanun Nomor tahun 8 tentan Perlindunan nak, Qanun Nomor 6 tahun 9 tentan Pemberdayaan dan Perlindunan Perempuan, Perub Nomor 8 tahun 7 tentan Pembentukan Guus Tuas Penhapusan Perdaanan Oran (Trafickin) khususnya perempuan dan anak, Perub nomor tahun 8 tentan Rencana ksi Provinsi Penhapusan Perdaanan Oran khususnya Perempuan dan anak, Perub Nomor 6 tahun tentan Pusat Pelayanan terpadu Perempuan dan anak Korban Kekerasan dan Perub Nomor 66 tahun tentan Standar Operasional Penyelenaraan Pelayanan Terpadu Perempuan dan nak Korban kekerasan. Ketia, telah terbit PP Nomor 38 Tahun 7 tentan Pembaian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota yan menetapkan bahwa pemberdayaan perempuan dan perlindunan anak merupakan salah satu urusan dari 3 bidan urusan pemerintahan yan dibai bersama antar-tinkatan dan/atau susunan pemerintahan (Pasal ayat 3 dan ayat 4). Selain itu, pemberdayaan perempuan dan perlindunan anak merupakan salah satu dari 6 urusan yan wajib diselenarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota (Pasal 7 ayat dan ayat ). Keempat, terkait denan Penarusutamaan Gender maka beberapa kebijakan yan menjadi peluan adalah terbitnya Inpres Nomor 9 Tahun tentan Penarusutamaan Gender (PUG) dalam pembanunan Nasional, Kesepakatan Bersama ntara Menteri Neara Pemberdayaan Perempuan RI, Menteri Kesehatan RI, Menteri Sosial RI dan Kepala Kepolisian Neara RI Nomor 4/men PP/Dep. V/X/, nomor 39/MENKES/ SKB/X/, Nomor 74WK/ dan Nomor Pol. B/348/X/ tentan Pelayanan Terpadu korban Kekerasan Terhadap Perempuan dan nak dan Peratutran Menteri dalam Neeri Nomor Tahun 8 tentan Pedoman Umum PUG dalam Pembanunan di Daerah juncto Permendari Nomor 7 tahun tentan Pedoman Umum Pelaksanaan PUG di Daerah. Kelima, di tinkat daerah, telah ditetapkan beberapa Qanun yan dapat dijadikan landasan pijak oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ceh untuk menjalankan tuas dan kewenanannya yaitu Qanun Nomor tahun 7 ditetapkan pada Oktober 7 tentansusunan Oransasi dan Tata Kerja Dinas, Lembaa Tehnis Daerah dan Lembaa Daerah Provinsi Nanroe ceh Darussalam, Qanun Nomor tahun 8 tentan Perlindunan nak dan Qanun Nomor 6 Tahun 9 tentan Pemberdayaan dan Perlindunan Perempuan. 3

15 Keenam, sudah tersedianya beberapa fasilitas pendukun antara lain Pusat Pelayanan Terpadu Perlindunan Perempuan (PTP) Rumoh Putroe ceh yan dibentuk pada tahun 3 dan di 3 Kabupaten/Kota sejak tahun telah dibentuk pula Pusat Pelayanan Terpadu Perlindunan Perempuan dan nak(ptp), yan salah satunya telah menjadi UPTB. PTP dibeberapa Kabupaten/Kota sedan dipersiapkan menjadi UPTB. Di Kabupaten/Kota jua sudah memiliki Kelompok Kerja( Pokja) PUG. Sudah dibentuk jua Pusat Pelayanan Terpadu(PPT) bai Perempuan dan nak korban Kekerasan pada tahun 6 bertempat di Rumah sakit Bhayankara denan Keputusan Gubernur Nomor 6/3/6, sedankan Guus Tuas Penhapusan Perdaanan perempuan dan nak dibentuk pada tahun 7 denan Peraturan Gubernur Nomor 8 tahun 7, dan Rencana ksi Provinsi Penhapusan Perdaanan Oran khususnya perempuan dan nak sudah dibentuk denan Peraturan Gubernur Nomor tahun 8. Komisi Perlindunan nak Indonesia Daerah ( KPID) ceh dibentuk pada tahun 7 denan Keputusan Gubernur Nomor 6/494/6, demikian pula Kelompok Kerja (Pokja) Perlindunan Perempuan dan nak jua sudah terbentuk pada tahun. Ketujuh, sudah terbanunnya beberapa jarinan pelayanan seperti yan tertuan dalam kesepakatan bersama denan 3 lembaa yan ditandatanai pada tanal 3 Maret yan bersepakat untuk untuk memberikan pelayanan secara terpadu kepada Perempuan dan anak korban kekerasan di Provinsi ceh. Pusat Pelayanan Terpadu(PPT) bai Perempuan dan nak Korban Kekerasan telah dibentuk pada tahun 6 denan Keputusan Gubernur nomor 6/3/6 bertempat di Rumah Sakit Bhayankara, dan telah dilenkapi denan Peraturan Gubernur Nomor 6 tahun tentan Pusat Pelayanan Terpadu Perempuan dan anak Korban Kekerasan serta Peraturan Gubernur Nomor 66 tahun tentan Standar Operasional Prosedur Penyelenaraan pelayanan Terpadu perempuan dan anak Korban Kekerasan. Guus Tuas Perhapusan Perdaanan (trafikin) Perempuan dan nak telah dibentuk denan Peraturan Gubernur Nomor 8 Tahun 7 yan telah dilenkapi denan Peraturan Gubernur nomor tahun 8 tentan Rencana ksi Provinsi Guus Tuas Penhapusan Perdaanan (trafikin) Perempuan dan nak Provinsi ceh. Untuk melinduni nak ceh,telah dibentuk pula Komisi Perlindunan nak Indonesia daerah( KPID) ceh pada awal tahun 7. 4

16 BB III ISU-ISU STRTEGIS BERDSRKN TUGS DN FUNGSI 3. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tuas dan Funsi Pelayanan SKP Dalam era lobalisasi saat ini, kesetaraan dan keadilan ender serta pemberdayaan perempuan merupakan salah satu isu strateis yan menjadi perhatian dunia. Berbaai upaya untuk meninkatkan peran perempuan pada posisi strateis dalam ranka memecahkan berbaai masalah dan memberikan perlindunan bai anak terus dikembankan. Dalam mencapai upaya ini, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak diharapkan dapat memberikan peran secara optimal. Namun dalam menjalankan tuas dan funsinya Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak harus melakukan fokus keiatan untuk menjawab persoalan dan masalah-masalah yan dihadapi oleh perempuan sebaai berikut : Pertama, perempuan dan kesehatan. Menurut data tahun, nka Kematian Ibu melahirkan di ceh sebesar 97/.. Sedankan anka kematian ibu melahirkan di tinkat Nasional 8/.. Itu artinya, tinkat kematian ibu melahirkan di ceh lebih rendah dibandinkan denan rata-rata nasional. nka kematian bayi di ceh sebesar 3/. kelahiran, sedankan di tinkat nasional sebesar 34/. kelahiran. nka kematian balita 44/, Balita Gizi Buruk 7, % (47 Kasus), Gizi Kuran 6,6 %. Hal lain yan pentin untuk diperhatikan adalah semakin meninkatnya anka penderita HIV ids yan ada di ceh. Pada tahun penderita HIV ids berjumlah 79 Kasus dan pada tahun ditemukan 69 Kasus. Kedua, Perempuan dan Pendidikan. Perempuan masih menalami diskriminasi dalam memperoleh akses terhadap pendidikan dan pelatihan. Selain itu, kesempatan dan partisipasi perempuan terhadap pendidikan dan pelatihan belum merata. nka buta huruf terutama bai perempuan dipelosok ceh masih harus menjadi perhatian. Pelatihan-pelatihan untuk mendidik perempuan aar memiliki semanat kepemimpinan perlu terus dilaksanakan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak antara lain Pelatihan bai Mubalihah aar berwawasan Gender yan memperhatikan kepentinan laki-laki dan perempuan, demikian pula Pendidikan Politik bai Perempuan dan calon leislatif perempuan. Jua dilakukan pelatihan bai pasanan untuk membanun kemitraan dalam keluara sebaai upaya internalisasi isu ender. Penuatan dan pemahaman perempuan tentan Gender yan berwawasan Islam perlu diberikan kepada perempuan aar bersama lakilaki dapat mendidik anak-anaknya sejak dini denan nilai-nilai aama (Islam) untuk menjadi enerasi penerus yan bermartabat dan bermoral dan memahami nilai-nilai kecehan yan islami

17 Ketia, Perempuan dan Kemiskinan. persoalan kemiskinan perempuan di berbaai belahan dunia dan di ceh adalah hal yan memprihatinkan dan membahayakan bai perempuan dan enerasi bansa. Kemiskinan perempuan bisa membuat perempuan terjerumus ke dalam berbaai kasus memilukan seperti kekerasan seksual, prostitusi, buruh miran, traffickin, KDRT serta berbaai bentuk eksploitasi lainnya yan sanat meruikan perempuan, keluara dan masyarakat. pabila perempuan dibiarkan terus berada dalam kemiskinan, banyak hak-hak dasar perempuan akan terabaikan dari berbaai sector pelayanan publik, seperti kesehatan, pendidikan, social, budaya dan penelolaan Linkunan karena kemiskinan menyebabkan melemahnya posisi tawar perempuan dalam berbaai aspek baik dalam linkup publik maupun domestik. Berkaitan denan hal tersebut, khususnya bai perempuan miskin di pedesaan, perlu dibantu dan diberdayakan denan berbaai ketrampilan dan bantuan modal kerja serta peralatan aar mereka bisa mandiri dan dapat pula membantu ekonomi keluaranya. Keempat Perempuan dan perlindunan Hukum. Kurannya pemahaman masyarakat tentan tindak kekerasan terhadap perempuan terutama dalam rumah tana menyebabkan tininya prevalensi anka kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan terhadap perempuan akan berdampak terhadap kualitas hidup perempuan dan anak dalam rumahtana. Demikian pula Sistem Pendataan Kekerasan dan Pusat Pelayanan Terpadu untuk menanani masalah kekerasan perempuan belum berjalan sebaaimana tertuan dalam Standard Pelayanan Minimal(SPM). Dilain sisi, peneakan hukum terhadap kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak belum maksimal dijalankan sehina hak-hak korban terabaikan. Budaya Patriarki yan masih menakar dikomunitas jua ikut mempenaruhi meninkatnya kekerasan dan ketidakadilan bai perempuan. Penuatan mekanisme perlindunan bai perempuan dan anak terutama yan berbasis komunitas perlu dikembankan sehina perlindunan terhadap perempuan bisa menjadi lebih maksimal dan semakin mudah diakses oleh korban. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan nak( PTP) Rumoh Putroe ceh yan sudah terbentuk sejak tahun 3 perlu terus didoron untuk meninkatkan kinerjanya dalam menanani perempuan dan anak korban kekerasan, memberikan bantuan hukum dan pelayanan lainnya bai yan memerlukan serta menupayakan kemandirian korban dalam hidupnya denan memberikan pendidikan dan latihan ketrampilan serta penetahuan lainnya. Demikian pula Pusat Pelayanan Terpadu (PPT) terhadap Perempuan dan nak korban Kekerasan Provinsi ceh yan telah dibentuk pada tahun 6 perlu lebih meninkatkan kinerjanya. Guus Tuas Penhapusan Perdaanan Oran khususnya Perempuan dan nak yan dibentuk pada tahun 7 perlu terus didoron untuk lebih mensosialisasikan bahaya Trafickin kepada masyarakat, baaimana upaya menceahnya dan harus melakukan penananan yan maksimal bai yan telah terjerat trafikin ini.. Kelima, Perempuan dan Politik. Keterwakilan perempuan dalam politik dan penambilan keputusan, maupun peran dan partisipasi perempuan dalam politik masih belum maksimal. Jumlah perempuan yan menduduki jabatan strateis di pemerintahan, dalam partai politik, maupun di Leislatif relatif masih kuran optimal. Sementara itu menenai proses perencanaan baik dari tinkat ampon sampai pada level yan lebih tini belum 6

18 memperlihatkan kemajuan yan maksimal sehina kebutuhan dan aspirasi serta penalaman perempuan tidak sepenuhnya terakomodir dalam dokumen-dokumen perencanaan dan penanaran. Karena itu perlu dilakukan penuatan dan pendidikan politik bai tokoh-tokoh perempuan dan bai masyarakat luas aar memahami hak dan kewajibannya sebaai wara neara. Perempuan jua harus dilibatkan dalam perencanaan pembanunan, mulai dari tinkat desa, kabupaten/kota dan Provinsi. Keenam, Perempuan dan Media. Permasalahan perempuan dan media adalah menenai pencitraan perempuan oleh media yan dapat mempenaruhi pandanan masyarakat terhadap perempuan, apakah sebaai subyek yan harus diharai dan dihormati, ataukah sebaai obyek yan direndahkan hak dan martabatnya. Maraknya pornorafi dan porno aksi yan melibatkan media menunjukkan bahwa perempuan masih dianap sebaai obyek seksual semata. Demikian pula adanya sikap permisif dari sebaian masyarakat terhadap tayanan atau pemberitaan yan sebenarnya meruikan fisik dan moral korban perempuan. Selain itu, informasi media serin tidak menutip lansun penalaman perempuan yan bersankutan, sehina pemberitaan tidak berimban dan meruikan posisi perempuan. Karena itu, media jua perlu diajak dan dihimbau untuk bersama-sama meninkat harkat dan martabat perempuan dan anak aar pemberitaan tentan issue ender di media masa berimban. Perlu pula dibentuk Guus Tuas penceahan dan penananan pornorafi denan melibatkan berbaai unsur termasuk unsur dari media cetak dan media elektronik, serta Komisi Penyiaran ceh. Ketujuh, Perempuan dan Linkunan Hidup. Peranan perempuan dalam linkunan ditunjukkan dari partisipasi perempuan dalam menelola dan menjaa kelestarian linkunan hidup. Selain itu dilihat pula dari keterlibatan perempuan sebaai penambil keputusan dalam kebijakan-kebijakan yan terkait denan penelolaan dan pelestarian linkunan hidup. Eksploitasi linkunan yan dilakukan saat ini jua berdampak bai kehidupan, baik dari sei kesehatan maupun menurani akses perempuan pada sumber daya yan ramah bai perempuan. Kedelapan, Perempuan dan Kebencanaan. Persoalan yan dihadapi perempuan dalam kebencanaan antara lain adalah rentannya perlindunan terhadap mereka sehina rawan kekerasan dan tidak terpenuhinya kebutuhan spesifik perempuan dalam situasi darurat bencana, maupun pasca bencana terjadi. Kurannya informasi yan diperoleh dalam proses penyelamatan pada saat bencana menyebabkan perempuan lebih banyak menjadi korban. Karena itu, mulai dari penyusunan kebijakan, perencanaan sampai denan proram, keiatan dan monitorin serta evaluasi tentan kebencanaan perlu melibatkan perempuan aar lebih memahami kebutuhan dasar perempuan pada saat bencana terjadi. Kesembilan, Kelembaaan Daerah untuk Penarusutamaan Gender. Permasalahan yan dihadapi di bidan ini adalah belum optimalnya kapasitas SDM yan memahami issue ender, kurannya penyediaan data terpilah, belum cukupnya anaran untuk kelembaaan Pokja dan Fokal Point, serta tidak diunakannya instrumen analisis yan responsif ender dalam penyusunan kebijakan, proram dan keiatan di berbaai instansi dan lembaa. 7

19 Seharusnya Penarusutamaan Gender merupakan stratei pembanunan yan harus diinterasikan dan dipahami oleh semua sektor. Saat ini pemahaman dari sektor lainnya seolah persoalan perempuan hanya menjadi tanun jawab Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak saja. Karena itu perlu dilakukan dvokasi dan komunikasi yan berkala denan instansi terkait aar proram yan disusun berperspektif ender, memperhatikan kepentinan perempuan dan laki-laki secara berimban. Permasalahan mendasar yan dihadapi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak Provinsi ceh dalam menanani Perlindunan nak terletak di bidan hukum, pendidikan, kesehatan, HIV-IDS, perlindunan atas partisipasi anak, denan rincian sebaai berikut:. nak dan Perlindunan Hukum. Permasalahan yan dihadapi di bidan hukum adalah terdapatnya peraturan perundan-undanan yan belum ramah anak dan adanya peraturan perundan-undanan yan salin bertentanan, seperti Undan-Undan Nomor 3 Tahun tentan Perlindunan nak denan Undan-Undan Nomor 3 Tahun 6 tentan dministrasi Kependudukan, menenai penaturan janka waktu pembebasan biaya akta kelahiran. Permasalahan utama di bidan Perlindunan nak saat ini adalah terjadinya tindak kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak yan masih sanat tini, baik di rumah, sekolah maupun di linkunan masyarakat serta media cetak dan elektronik. Selain itu, kasus perdaanan anak, eksploitasi seksual komersial anak (ESK), pelecehan dan perkosaan anak yan berimbas pada kehilanan hak hidup anak jua mulai terjadi. Perlindunan anak jua terkait pada anak yan bermasalah dan berhadapan denan hukum dan anak di daerah bencana dan konflik. Selain itu, pemahaman tentan pemenuhan hak anak serta partisipasi anak dalam pembanunan, jua masih belum maksimal. Walaupun untuk melinduni anak sudah diterbitkan Undan-Undan Nomr 3 tahun tentan Perlindunan nak dan jua Qanun Nomor tahun 8 tentan Perlindunan nak, tapi pelaksanaannya masih belum maksimal. Karena itu masih perlu dilakukan sosialisasi baik tentan Undan-Undan Perlindunan nak maupun Qanun Perlindunan nak, ke sekolah-sekolah, pasantren, serta di masyarakat, termasuk sosialisasi dan dvokasi kepada aparat Peneak Hukum.. nak dan Pendidikan. Di bidan pendidikan, permasalahan yan dihadapi berkaitan denan belum maksimalnya fasilitas dan mekanisme yan menjamin anak bebas dari kekerasan serta masih rendahnya akses dan cakupan fasilitas Pendidikan nak Usia Dini (PUD), terutama di perdesaan. nak jua masih kuran memperoleh pendidikan aama sejak dini di rumah maupun di sekolah karena berbaai keterbatasan yan dimiliki oleh keluara dan masih kurannya uru-uru aama khususnya di daerah terpencil dan perbatasan. Denan diberlakukannya Syariat Islam secara kaffah di ceh, seharusnya pendidikan aama dan moral dalam keluara lebih diutamakan, sehina nantinya anak-anak ceh dapat diharapkan menjadi enerasi yan tanuh, yan berkwalitas dan bermoral baik, jauh dari tindak kekerasan dan hal-hal yan dilaran dalam aama. Proram pemberdayaan keluara khususnya dibidan aama, masih 8

20 sanat kuran dan harus dilakukan, sehina ibu dan bapak dapat mendidik anakanaknya denan baik, yan kemudian nantinya dilanjutkan denan pendidikan umum disekolah oleh para uru. 3. nak dan Kesehatan. Di bidan kesehatan, permasalahan yan dihadapi ialah tininya anka kematian bayi dan balita, anak penderita izi buruk, anak penderita HIV/IDS, serta korban rokok dan napza pada anak dan remaja. Selain itu, pemahaman remaja terhadap kesehatan reproduksi pada umumnya masih sanat minim. Pemahaman anak tentan bahaya HIV/IDS, rokok dan NPZ serta arti pentin kesehatan reproduksi secara islami perlu disosialisasikan pada anak dan remaja bekerja sama denan Instansi terkait lainnya dan tokoh-tokoh masyarakat serta tokoh aama. 4. Kelembaaan nak, Permasalahan yan dihadapi di bidan ini adalah belum optimalnya pemahaman tentan konsep pemenuhan hak anak. Demikian pula Lembaa struktural dan funsional yan menanani masih kuran. Penyediaan data anak serta peran serta lembaa masyarakat terutama dunia usaha dalam pemenuhan hak anak jua masih kuran. Rankaian permasalahan tersebut diatas, memberikan penaruh yan cukup sinifikan terhadap pelaksanaan tuas dan funsi pelayanan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ceh. 3. Telahaan Visi, Misi, dan Proram Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih. Perencanaan pembanunan di Provinsi ceh pada dasarnya merupakan penjabaran visi dan misi yan di usun oleh Gubernur dan Wakil Gubernur pada saat pencalonan dalam ranka membuat perubahan mendasar dan membawa masyarakat ceh ke arah yan lebih baik. Berdasarkan kondisi kekinian ceh, permasalahan dan tantanan yan dihadapi dalam (lima) tahun mendatan harus memperhitunkan potensi daerah yan dimiliki oleh masyarakat ceh. Visi pembanunan ceh tahun -7 adalah: CEH YNG BERMRTBT, SEJHTER, BERKEDILN, DN MNDIRI BERLNDSKN UNDNG-UNDNG PEMERINTHN CEH SEBGI WUJUD MoU HELSINKI Visi pembanunan ceh tahun -7 adalah kondisi ceh yan diharapkan, yaitu menjadi ceh yan Bermartabat, Sejahtera, Berkeadilan, dan Mandiri Berlandaskan Undan-Undan Pemerintahan ceh sebaai Wujud MoU Helsinki yan sejalan denan Rencana Pembanunan Janka Panjan ceh (RPJP) -. 9

21 Bermartabat adalah kondisi masyarakat ceh yan dicirikan denan ketahanan dan daya juan yan tini, cerdas, taat aturan, kooperatif dan inovatif yan menjunjun tini harkat dan martabat manusia berlandaskan penerapan syariat Islam yan kaffah. Perwujudannya antara lain melalui penuntasan peraturan-peraturan hasil turunan UUP dan peraturan perundanan lainnya, pelaksanaan tata kelola pemerintahan yan baik dan bersih, bebas dari praktek Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, serta peneakan supremasi hukum dan HM, menankat kembali budaya ceh yan islami dan pelaksanaan nilai-nilai Dinul Islam dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Sejahtera adalah terwujudnya kesejahteraan masyarakat ceh melalui pembanunan ekonomi berazaskan pada potensi unulan lokal dan berdaya sain, menoptimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan eopolitik ceh, peninkatan indeks pembanunan manusia dan menembankan kemampuan menuasai kemajuan ilmu penetahuan dan teknoloi. Berkeadilan adalah terwujudnya pembanunan yan adil dan merata yan dilakukan secara partisipatif, proporsional dan berkelanjutan berdasarkan prinsip kebutuhan dan azas manfaat bai masyarakat ceh. Mandiri adalah ceh mampu memanfaatkan potensi sumber daya alam yan melimpah dan keunulan eostrateis melalui penuatan kapasitas sumberdaya manusia, efesiensi dan efektifitas anaran, serta penuasaan teknoloi informasi, sehina bermanfaat sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat ceh. Berlandaskan UUP sebaai wujud MoU Helsinki adalah mewujudkan pelaksanaan Pemerintahan ceh yan efektif dan efesien sebaaimana yan telah dituankan dalam Undan-Undan tersebut una tercapainya masyarakat ceh yan mandiri, makmur dan sejahtera dalam binkai Neara Kesatuan Republik Indonesia. Misi Dalam mewujudkan visi ceh tersebut ditempuh melalui (lima) misi pembanunan ceh sebaai berikut: a. Memperbaiki tata kelola Pemerintahan ceh yan amanah melalui implementasi dan penyelesaian peraturan pelaksana Undan-Undan Nomor Tahun 6 tentan Pemerintahan ceh (UUP) untuk menjaa perdamaian yan abadi. Ini bermaksud mewujudkan penyelenaraan pemerintahan yan bersih dan amanah melalui implementasi peraturan-peraturan turunan UUP. Selanjutnya, peninkatan profesionalisme dan penelolaan sumber daya aparatur, penuatan sistem pendataan penyelenaraan pemerintahan, peninkatan kualitas pelayanan publik melalui efesiensi struktur pemerintahan, membanun transparansi dalam perencanaan dan penanaran pembanunan daerah. Menjadikan UUP dan turunan peraturannya sebaai acuan pelaksanaan dan percepatan pembanunan ceh secara menyeluruh serta mewujudkan perdamaian abadi di Provinsi ceh; b. Menerapkan nilai-nilai budaya ceh dan Nilai-Nilai Dinul Islam di semua sektor kehidupan masyarakat adalah membanun masyarakat ceh yan beriman, bertakwa, berakhlak mulia, beretika dan berkarakter, denan menankat kembali budaya ceh yan bernafaskan Islami dalam upaya penembalian harkat dan martabat masyarakat ceh. Menimplementasikan

22 budaya ceh dan nilai-nilai Dinul Islam dalam tatanan pemerintahan dan kehidupan bermasyarakat secara efektif dan tepat. c. Memperkuat struktur ekonomi dan kualitas sumber daya manusia adalah menembankan keranka ekonomi kerakyatan melalui peninkatan potensi sektor unulan daerah dalam upaya membanun kualitas hidup masyarakat secara optimal; menurunkan anka kemiskinan dan penanuran dalam memenuhi capaian Millenium Development Goals (MDGs), memperluas kesempatan kerja melalui pembanunan infrastruktur ekonomi sektor riil dan pemihakan kepada UKM dan koperasi. Pembanunan ekonomi difokuskan kepada sektor pertanian yan berbasis potensi lokal masin-masin wilayah. Meninkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat ceh adalah mewujudkan kualitas pelayanan pendidikan melalui peninkatan anka partisipasi sekolah, menurunkan anka buta aksara, meninkatkan anka partisipasi kasar (PK) dan anka partisipasi murni (PM) dalam berbaai tinkat pendidikan, menurunkan disparitas partisipasi antar wilayah, ender dan sosial ekonomi serta antar satuan pendidikan. Mewujudkan pelayanan kesehatan yan berkualitas melalui meninkatnya umur harapan hidup, menurunya anka kematian bayi, menurunnya anka prevalensi izi buruk serta efektifitas penananan penyakit menular una pencapaian MDGs dan penendalian penyakit tidak menular ditenah-tenah masyarakat; d. Melaksanakan pembanunan ceh yan proporsional, terinterasi dan berkelanjutan adalah terwujudnya pembanunan daerah yan berbasis kebutuhan dan kemanfaatan melalui perencanaan yan tepat, fokus dan tuntas. Terwujudnya penananan tata ruan terpadu dalam pelaksanaan pembanunan daerah melalui pembanunan berbasis linkunan, penelolaan dan penendalian bencana, perbaikan sistem dan jarinan sarana dan prasarana transportasi dalam mendukun pertumbuhan ekonomi yan adil dan merata; e. Mewujudkan peninkatan nilai tambah produksi masyarakat dan optimalisasi pemanfaatan SD adalah terwujudnya masyarakat ceh yan mampu memanfaatkan potensi-potensi sumber daya alam yan berdaya una dan berhasil una secara optimal denan mendoron masyarakat yan lebih produktif, kreatif, dan inovatif. 3.3 Tujuan dan Sasaran Tujuan pembanunan ceh selama -7 ditetapkan berdasarkan (lima) misi pembanunan yan telah diuraikan sebelumnya. Selanjutnya sasaran pembanunan ceh ditetapkan sesuai denan masin-masin tujuan pembanunan. Keterkaitan visi, misi, tujuan dan sasaran pembanunan secara rinci diuraikan pada Tabel 3..

23 Tabel 3. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Visi : ceh Yan Bermartabat, Sejahtera, Berkeadilan, dan Mandiri Berlandaskan Undan-Undan Pemerintahan ceh Sebaai Wujud MoU Helsinki Misi Tujuan Sasaran Misi : Memperbaiki tata kelola Pemerintahan ceh yan amanah melalui Implementasi dan penyelesaian peraturan pelaksana Undan-Undan Nomor Tahun 6 tentan Pemerintahan ceh (UUP) untuk menjaa perdamaian yan abadi Misi : Menerapkan nilainilai budaya ceh dan Nilai-Nilai Dinul Islam di semua sektor kehidupan masyarakat Misi 3: Mewujudkan tata kelola Pemerintahan ceh yan amanah melalui penyelesaian peraturan pelaksana dan Implementasi UUP untuk menjaa perdamaian yan abadi Mewujudkan nilainilai budaya ceh dan nilai-nilai Dinul Islam di semua sektor kehidupan Meninkatnya jumlah peraturan pelaksana UUP yan harus diselesaikan persen sampai tahun (6 PP, Perpres dan Qanun ceh). Meninkatnya implementasi UUP dalam percepatan pembanunan dan menjaa keberlanjutan perdamaian. Meninkatnya tata kelola pemerintahan yan ood overnance dan clean overnment (perolehan dari WDP menjadi WTP, akuntabilitas, LKIP Pemerintah ceh dari C ++ menjadi B, indeks kepuasan masyarakat). Meninkatnya pelayanan publik yan transparan (lama waktu perizinan dari 7 hari menjadi 3 hari dan tersedianya akses informasi dokumen publik (RPJP, RTRW, RPJM, RKP, Statistik Daerah, PB, LKPJ, LPPD) pada website pemerintah). Meninkatnya peran serta masyarakat dalam pembanunan ceh (meninkatnya persentase partisipasi masyarakat dalam penyusunan rencana pembanunan, penawasan dan pelaksanaan) dan meninkatnya persentase usulan masyarakat yan diakomodir dalam dokumen anaran). Meninkatnya pemahaman masyarakat tentan keberlanjutan perdamaian. Meninkatnya pemberdayaan masyarakat untuk menjaa keberlanjutan perdamaian. Meninkatnya penarusutamaan perdamaian dalam perencanaan, monitorin dan evaluasi pembanunan. Meninkatnya penyelenaraan kehidupan masyarakat yan sesuai denan nilai-nilai budaya ceh yan sejalan denan nilai-nilai Dinul Islam. Meninkatnya pemahaman, penhayatan, penamalan dan ketaatan masyarakat serta aparatur pemerintah terhadap pelaksanaan nilai-nilai Dinul Islam. Meninkatnya peran ulama terhadap penetapan kebijakan penyelenaraan pemerintahan untuk penefektifan penerapan nilai-nilai Dinul Islam dan menankat kembali budaya-budaya ceh yan Islami. Menurunnya anka kemiskinan ceh dari

24 Visi : ceh Yan Bermartabat, Sejahtera, Berkeadilan, dan Mandiri Berlandaskan Undan-Undan Pemerintahan ceh Sebaai Wujud MoU Helsinki Misi Tujuan Sasaran Memperkuat Mewujudkan 9,7 persen menjadi 9, persen. struktur ekonomi struktur ekonomi Menurunnya anka penanuran terbuka dan kualitas sumber dan Kualitas ceh dari 7,43 persen menjadi persen. daya manusia Sumber Daya Meninkatnya pendapatan asli daerah (PD) Manusia yan dari 9 Miliyar menjadi, Triliyun. handal Meninkatnya struktur perekonomian yan mantap berlandaskan keunulan kompetitif wilayah pada sektor pertanian, industri, perdaanan dan pariwisata. Meninkatnya pertumbuhan ekonomi ceh tanpa mias dari,89 persen menjadi 7,3-8 persen (DHK). Meninkatnya pendapatan perkapita masyarakat non mias (DHK) dari 6,7 juta menjadi 8, juta. Meninkatnya sentra-sentra aribisnis dalam penyediaan produk-produk pertanian yan cukup, bermutu dan aman konsumsi. Meninkatnya profesionalisme Badan Usaha Milik ceh (BUM). Meninkatnya investasi asin dari USD,3 M menjadi USD M. Meninkatnya investasi dalam neeri dari Rp 6,3 T menjadi Rp 3 T. Meninkatnya keberdayaan dan kemandirian masyarakat denan penyediaan fasilitas usaha mikro dan kawasan pesisir. Meninkatnya pertumbuhan ekonomi daerah terpencil dan pesisir. Meninkatnya peran dan funsi lembaa otoritas investasi dalam menembankan usaha penjamin hasil produksi pertanian dan perikanan. Meninkatnya penembanan sektor pertanian berbasis komoditi unulan sesuai denan sumberdaya alam dan aro ekosistem wilayah. Tercapainya tujuan pembanunan millenium (MDGs) bidan pendidikan pada tahun. Meninkatnya kualitas pendidikan dasar, pendidikan menenah, pendidikan dayah, pendidikan vokasional dan pendidikan tini dalam memenuhi kebutuhan ketenaakerjaan. Tercapainya tujuan pembanunan millenium (MDGs) bidan kesehatan pada tahun. Meninkatnya mutu pelayanan kesehatan melalui pemenuhan kebutuhan sumberdaya kesehatan denan menjaa keseimbanan antar wilayah. Meninkatnya penyediaan pelayanan medik spesialistik dan kesehatan jiwa serta tersedianya obat esensial di sarana pelayanan dasar dan rujukan. 3

25 Visi : ceh Yan Bermartabat, Sejahtera, Berkeadilan, dan Mandiri Berlandaskan Undan-Undan Pemerintahan ceh Sebaai Wujud MoU Helsinki Misi 4: Misi Tujuan Sasaran Terjaminnya pelayananan kesehatan ratis bai masyarakat miskin ceh denan jaminan kesehatan berbasis asuransi sosial atau Jaminan Kesehatan Masyarakat ceh (JKM). Menurunnya anka kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak menular. Melaksanakan pembanunan ceh yan proporsional, terinterasi dan berkelanjutan Misi : Mewujudkan peninkatan nilai tambah produksi masyarakat dan optimalisasi pemanfaatan SD Mewujudkan pembanunan ceh yan proporsional, terinterasi dan berkelanjutan Mewujudkan peninkatan nilai tambah produksi masyarakat dan optimalisasi pemanfaatan SD Meninkatnya pembanunan yan terinterasi denan berbaai sektor pembanunan secara berkelanjutan. Meninkatnya keselarasan dan keserasian proram pembanunan ceh antara RKP, RPJM, RPJP, RTRW dan dokumen lainnya. Meninkatnya pembanunan infrastruktur antara wilayah dan daerah yan seimban dan proporsional sesuai denan kebutuhan masyarakat dan potensi daerah. Meninkatnya kondisi mantap jalan provinsi dari 8 persen menjadi persen. Berkurannya panjan jalan provinsi yan belum tembus dari 7 km menjadi km. Meninkatnya indeks areal terairi dari 6,7 persen menjadi 7 persen. Meninkatnya kapasitas adaptasi dan mitiasi masyarakat terhadap bencana dan penelolaan linkunan yan berkualitas. Meninkatnya ketahanan dan kemandirian panan ceh. Menurunnya jumlah daerah rawan panan (kecamatan) dari,99 persen menjadi persen. Meninkatnya nilai tambah dan daya sain daerah. Meninkatnya pemanfaatan sumber daya alam terbarukan dan tidak terbarukan yan berkelanjutan. Meninkatnya kapasitas kelembaaan dan kesadaran masyarakat dalam pelestarian linkunan. Meninkatnya luasan areal pertanian yan baru. Meninkatnya eksplorasi sumberdaya alam secara lestari dan berkelanjutan. Meninkatnya produktivitas dan nilai tambah pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Terciptanya pusat pertumbuhan ekonomi (rowth pole and rowth center) sebaai daya sain wilayah. Meninkatnya produk unulan lokal yan kreatif, inovatif, serta memiliki nilai kekhasan. 4

26 3.4 Telahaan Renstra K/L dan Renstra Undan-Undan Nomor Tahun 4 tentan Sistem Perencanaan Pembanunan Nasional menamanatkan tentan perlunya perencanaan strateis (renstra) di tinkat unit kerja dalam mendukun perencanaan daerah. Renstra merupakan dokumen perencanaan yan bersifat sistematis dan indikatif yan memuat proram-proram pembanunan dan upaya pemberdayaan masyarakat dalam pembanunan. Kebijakan ini semakin mendoron Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ceh untuk menyusun kebijakan dan perencanaan, una menerakkan seenap potensi pembanunan yan ada di daerah sesuai denan kewenanan dalam penyelenaraan otonomi daerah secara terencana dan terukur, maka diperlukan perencanaan strateis. Renstra tersebut merupakan acuan untuk menyusun proram dan keiatan secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan tanap terhadap perubahan dan permasalahan yan cenderun berkemban dan semakin komplek. Dalam upaya meninkatkan keterpaduan, keselarasan antar proram-proram dilinkunan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak, penyusunan renstra tersebut menacu pada perundanundanan yan berlaku. Selain itu, penyusunan renstra dimaksudkan untuk menyesuaikan dan mewujudkan penyelenaraan dan pembanunan di Bidan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak yan terarah, efektif dan efisien serta berdaya sain. Renstra Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak lebih diarahkan untuk peninkatan peran serta dan kesetaraan dan keadilan ender dalam pembanunan dan peninkatan kualitas hidup perempuan dan anak yan akan berkontribusi positif terhadap peninkatan indeks pembanunan manusia, Indeks Pemberdayaan Gender dan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Namun untuk mewujudkan tujuan tersebut tidak mudah, karena dipenaruhi oleh multi factor, yan salah satunya adalah faktor kebijakan dan penyusunan rencana. Badan pemberdayaan Perempuan dan perlindunan anak ceh memiliki Visi Terwujudnya kesejahteraan yan bermartabat bai perempuan dan anak, sesuai denan ke-islaman dan ke-cehan. Berdasarkan visi tersebut di atas, misi yan dijalankan BP3 meliputi: Meninkatkan kualitas hidup perempuan dan anak di berbaai bidan. Memajukan tinkat keterlibatan perempuan dalam proses politik dan jabatan politik. Menupayakan penhapusan seala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak. Menupayakan keadilan ekonomi bai perempuan. Meninkatkan partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan perempuan dan perlindunan anak. Memperkuat kelembaaan BP3 dalam penarusutamaan ender. Sasaran yan inin dicapai adalah sebaai berikut:. danya Produk peraturan/kebijakan, proram dan keiatan pembanunan yan responsif ender yan berwawasan Islam.. Meninkatnya Indeks pembaunan dan pemberdayaan Gender 3. Meninkatnya kualitas hidup perempuan dalam berbaai bidan pembanunan 4. Meninkatnya kesejahteraan, tumbuh kemban dan perlindunan nak.

27 . Meninkatnya efektifitas perlindunan kepada perempuan dan anak korban kekerasan, dan menurunnya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak. 6. Meninkatnya kemampuan kelembaaan dan jarinan penarusutamaan ender dan anak termasuk ketersediaan data dan peninkatan pertisipasi masyarakat ditinkat Propinsi dan Kabupaten/Kota. Yan menjadi Isu Strateis saat ini adalah :. Kebijakan Perencanaan dan Penanaran yan belum responsif ender. Masih kurannya koordinasi dan kemitraan serta jejarin denan Instansi terkait/lembaa pada tinkat Propinsi dan Kabupaten/Kota khususnya denan para penambil kebijakan maupun aparat hukum untuk peninkatan kwalitas hidup perempuan dan anak serta untuk peninkatan upaya perlindunan prempuan dan anak 3. Rendahnya kualitas hidup perempuan dan pendidikan politik perempuan serta kesejahteraan dan tumbuh kemban anak 4. Belum terbanunnya mekanisme yan efektif untuk perlindunan terhadap perempuan dan anak korban kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi termasuk upaya penceahan dan penanulanannya. Masih rendahnya peran serta perempuan dalam proses pembanunan dan rendahnya akses perempuan pada sumber-sumber ekonomi untuk meninkatkan kemandirian perempuan 6. Belum maksimalnya peran keluara dalam mendidik anak untuk memahami aama sehina anak-anak dan remaja rentan terhadap bahaya peraulan bebas, NPZ dan HIV/IDS. Outcome yan akan dicapai dalam periode samapai 7 adalah sebaai berikut:. Meninkatnya Kebijakan yan berpihak kepada perempuan dan nak. Tersedianya Rencana Strateis Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ceh 3. Meninkatnya Kapasitas kelembaaan PUG dan nak serta terlaksananya perencanaan dan penanaran yan responsif ender 4. Terbanunnya komitmen denan instansi terkait untuk membanun upaya pemberdayaan perempuan secara berkelanjutan sesuai denan bidan masin-masin. Tersedianya data terpilah laki-laki dan perempuan 6. Meninkatnya Kualitas Hidup Perempuan dalam berbaai bidan 7. Meninkatnya Perlindunan bai Perempuan dan nak 8. Meninkatnya peran dan kemandirian Ekonomi perempuan Kepala Keluara Miskin 9. Meninkatnya peran keluara dalam mendidik anak untuk memahami aama sehina anak-anak dan remaja terlinduni dari bahaya peraulan bebas, NPZ dan HIV ids. Dalam upaya untuk mewujudkan sasaran dan outcome diatas, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak mempunyai 4 proram sebaai berikut, yaitu:. Proram keserasian Kebijakan Peninkatan Kualitas nak dan Perempuan. Proram Peninkatan Kualitas Hidup dan Perlindunan Perempuan 3. Proram penuatan Kelembaaan Penarusutamaan Gender dan nak 4. Proram Peninkatan Peran Serta dan Kesetaraan Gender dalam Pembanunan 6

28 Pelaksanaan proram tersebut diatas diharapkan akan dapat diukur melalui indikator Outcome sebaai berikut:. tase SKP/D yan meneluarkan dan melaksanakan PUG di semua bidan meninkat. Presentase SKP/D yan melaksanakan kebijakan perlindunan perempuan, perlindunan anak dan hak tumbuh kemban anak meninkat. 3. SKP/D dapat memakai Renstra Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak sebaai landasan di dalam menyusun kebijakan dan proram masin-masin. 4. Masyarakat luas, lembaa masyarakat, dunia usaha dan akademisi dapat berperan serta seluas-luasnya dalam pelaksanaan rencana tindak lanjut dari dokumen Renstra Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ceh. Susunan Rencana Strateis yan telah ditetapkan diatas, tidak terlepas dari prinsip dan nilai dasar Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ceh, yaitu:. Kesetaraan dan keadilan ender bahwa semua manusia baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak dan kewajiban yan sama di depan hukum dan Tuhan.. Hak perempuan antara lain dapat denan mudah memperoleh akses, dapat ber partisipasi dan menontrol serta memperoleh manfaat yan sama denan laki-laki di berbaai bidan antara lain: hukum, politik, sosial, ekonomi dan budaya, baik dalam keluara maupun masyarakat. 3. Hak dasar anak adalah: a. Hak hidup meliputi: hak mendapatkan identitas diri dan status kewaranearaan; hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan jasmani dan rohani; hak untuk beribadah; b. Hak tumbuh dan berkemban meliputi: hak untuk mendapatkan pemenuhan izi yan seimban; hak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luan, berkreasi dan beraul; hak untuk mendapatkan pendidikan; c. Hak mendapatkan perlindunan meliputi: perlindunan dari tindakan eksploitasi; penelantaran; kekerasan dan penaniayaan dan perlakuan salah lainnya; d. Hak berpartisipasi meliputi: hak untuk menyatakan dan didenar pendapatnya; hak mendapat, mencari dan memberikan informasi sesuai denan tinkat kecerdasan dan usianya. 4. Kesejahteraan adalah kondisi dimana perempuan dan anak terpenuhi hak dan kebutuhan dasar mereka.. Bermartabat adalah kondisi dimana perempuan dan anak mendapatkan penharaan, penakuan, dan kesempatan secara setara dan adil. 6. Nilai-nilai ke-islaman adalah dikembalikan kepada tujuan syari ah yakni hifdz alhayat (perlindunan atas kehidupan), hifdz al-din (perlindunan atas aama), hifdz alaql (perlindunan atas nalar), hifdz al-mal (perlindunan atas harta), hifdz al-nasl (perlindunan atas keturunan), hifdz al- irdhi (perlindunan atas martabat). Intinya adalah demokrasi dan Keadilan. 7. Ke-cehan berintikan dat Bak Poe Teumeureuhom, Hukom Bak Syiah Kuala, Qanun Bak Putroe Phan, Reusam Bak Laksamana. rtinya kuran-lebih pembaian wewenan yan diberikan kepada Sultan, Ulama, Perempuan dan Panlima Peran. Dimasukkannya unsur Perempuan, menunjukkan bahwa sejak dulu di ceh, penharaan terhadap perempuan sudah ada. 7

29 3. Telahaan Rencana Tata Ruan Wilayah dan Kajian Linkunan Hidup Strateis Undan-Undan No 3 Tahun 9 menamanatkan Pemerintah Daerah wajib membuat Kajian Linkunan Hidup Strateis (KLHS) untuk memastikan bahwa prinsip pembanunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terinterasi dalam pembanunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau proram, serta wajib melaksanakan KLHS tersebut ke dalam penyusunan atau evaluasi Rencana Tata Ruan Wilayah (RTRW), Rencana Pembanunan Janka Panjan (RPJP), Rencana Pembanunan Janka Menenah (RPJM) nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Hal tersebut dilakukan sebaai upaya/lankah penceahan terhadap timbulnya dampak neatif kerusakan sumber daya alam dan linkunan hidup, seirin denan semakin meninkatnya masalah linkunan hidup di berbaai wilayah. Kerusakan sumber daya alam dan pencemaran linkunan akan lebih efektif diceah bila sejak proses formulasi kebijakan Rencana dan Proram (KRP) telah dipertimbankan masalah linkunan hidup dan ancaman terhadap keberlanjutannya sesuai denan konsep pembanunan berkelanjutan. Rencana strateis Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak tidak berkaitan secara lansun denan rencana tata ruan wilayah dan Kajian Linkunan Hidup strateis, namun lebih menitik beratkan pada proram-proram pemberdayaan perempuan dan anak yan diarahkan pada peninkatan kualitas hidup dan peran serta perempuan dalam pembanunan, kesejahteraan dan perlindunan anak di berbaai bidan pembanunan, serta penurunan jumlah tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi terhadap perempuan dan anak. Hal tersebut berkaitan denan pembanunan sumber daya manusia. Pembanunan sumber daya manusia sejatinya diorientasikan pada upaya untuk mendukun tercapainya status pembanunan manusia Indonesia setini-tininya yan berarti mempunyai kesempatan yan seluas-luasnya dalam menentukan pillihan-pilihan melalui kesempatan untuk hidup sehat dan berumur panjan, berpendidikan, dan menikmati hidup layak. Di dalam konteks pembanunan, berbaai kesempatan tersebut diukur perkembanannya denan Indeks Pembanunan Manusia (IPM). Pembanunan sumber daya manusia mempunyai dimensi yan sanat luas. Pembanunan sumber daya manusia pada mulanya dipandan sebaai upaya peninkatan sumber daya manusia yan berarti menambah atau memperkuat kemampuan sumber daya manusia yan ada aar lebih produktif dalam kaitannya denan kualitas tenaa kerja. Pada perkembanannya, pembanunan sumber daya manusia diarahkan untuk penembanan sumber daya manusia yan diartikan untuk membina dan menembankan kemampuan dasar aar dapat berkemban secara optimal dalam kaitannya denan kualitas pendidikan yan pada hakikatnya akan dapat meninkatkan harkat, martabat, berakhlak mulia dan menharai keberaaman yan dilandasi oleh penhormatan pada hak-hak asasi manusia sehina mempunyai daya sain. 8

30 Pembanunan sumber daya manusia merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan aar masyarakat ceh bisa berdaya sain tini, Selain itu, berbaai arah pembanunan untuk peninkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia tersebut jua sejalan denan berbaai komitmen dan kesepakatan di tinkat internasional seperti tujuan pembanunan millennium atau Millennium Development Goals (MDGs), Konvensi Hak nak, serta Konvensi Penhapusan Seala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. 9

31 BB IV VISI, MISI, TUJUN DN SSRN, STRTEGI DN KEBIJKN 4. Visi dan Misi SKP 4.. Visi Visi adalah cara pandan jauh kedepan kemana instansi harus dibawa aar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Visi adalah suatu ambaran yan menantan tentan keadaan masa depan yan diininkan instansi. Rumusan Visi mencakup ambaran aspirasi dimasa depan serta pencapaian hasil. Visi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ditetapkan untuk menjaa konsistensi dan selalu menacu pada pencapaian cita-cita pembanunan daerah denan mempertimbankan aspirasi dari masyarakat, antisipatif dan responsif terhadap berbaai issue strateis yan berkemban di daerah di bidan pemberdayaan perempuan dan perlindunan anak. dapun Visi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak adalah : "Terwujudnya kesejahteraan yan bermartabat bai perempuan dan anak sesuai denan ke-islaman dan ke-cehan. Visi ini harus ditopan oleh nilai-nilai:. Kesetaraan dan keadilan ender bahwa semua manusia baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak dan kewajiban yan sama di depan hukum dan Tuhan.. Kesejahteraan adalah kondisi dimana perempuan dan anak terpenuhi hak dan kebutuhan dasar mereka. 3. Bermartabat adalah kondisi dimana perempuan dan anak mendapatkan penharaan, penakuan, dan kesempatan secara setara dan adil. 4. Nilai-nilai ke-islaman adalah dikembalikan kepada tujuan syari ah yakni hifdz alhayat (perlindunan atas kehidupan), hifdz al-din (perlindunan atas aama), hifdz alaql (perlindunan atas nalar), hifdz al-mal (perlindunan atas harta), hifdz al-nasl (perlindunan atas keturunan, hifdz al- irdhi (perlindunan atas martabat). Intinya adalah demokrasi dan Keadilan.. Ke-cehan berintikan dat Bak Poe Teumeureuhom, Hukom Bak Syiah Kuala, Qanun Bak Putroe Phan, Reusam Bak Laksamana. rtinya kuran-lebih pembaian wewenan yan diberikan kepada Sultan, Ulama, Perempuan dan Panlima Peran. Dimasukkannya unsur Perempuan di sana, menunjukkan bahwa sejak dulu di ceh, penharaan terhadap perempuan sudah ada. 4.. Misi Misi merupakan pemyataan yan menetapkan tujuan instansi dan sasaran yan inin dicapai. Pernyataan Misi membawa oanisasi atau menjawab pertanyaan untuk apa isasi dibentuk dan lankah-lankah apa yan akan dijalankan untuk mewujudkan visinya. Berdasarkan Visi di atas, maka rumusan Misi Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak Provinsi ceh adalah sebaai berikut : 3

32 . Meninkatkan kualitas hidup perempuan dan anak dalam berbaai bidan;. Memajukan tinkat keterlibatan perempuan dalam proses politik dan jabatan publik; 3. Menupayakan penhapusan seala bentuk kekerasan terhadap perempuan dan anak; 4. Menupayakan keadilan ekonomi bai perempuan;. Meninkatkan partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan dan perlindunan perempuan dan anak; 6. Memperkuat kelembaaan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak dalam Penarusutamaan Gender. 4. Tujuan dan Sasaran Janka Menenah SKP 4.. Tujuan Dalam kurun waktu tahun, penjabaran/implementasi Misi tersebut di atas di arahkan pada pencapaian tujuan tertentu. Sesuatu yan akan dicapai atau dihasilkan sampai tahun 7 adalah sebaai berikut : Tujuan dari pembanunan pemberdayaan perempuan adalah untuk meninkatkan status, posisi dan kondisi perempuan aar dapat mencapai kemajuan. Sementara tujuan dari peninkatan kesejahteraan dan perlindunan anak adalah membanun anak ceh yan sehat, cerdas, ceria, dan bertaqwa serta terlinduni. Perempuan dan anak ceh harus memiliki akses dan kontrol dalam perencanaan, pelaksanaan, penawasan dan pemanfaatan hasil pembanunan. Pencapaian tujuan tersebut ditandai denan terinterasinya kebijakan pemberdayaan perempuan dan peninkatan kesejahteraan dan perlindunan anak pada semua kebijakan, proram dan keiatan pembanunan, terwujudnya 3 Kabupaten/Kota yan responsif ender dan peduli anak serta berperannya lembaa masyarakat dalam pembedayaan perempuan dan peninkatan kesejahteraan serta perlindunan anak. 4.. Sasaran Sasaran yan akan dicapai oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak tahun 7 - /3-8 berdasarkan tujuan tersebut di atas adalah sebaai berikut :. danya Produk peraturan/kebijakan, proram dan keiatan pembanunan yan responsif ender yan berwawasan Islam.. Meninkatnya Indeks pembaunan dan pemberdayaan Gender 3. Meninkatnya kwalitas hidup perempuan dalam berbaai bidan pembanunan 4. Meninkatnya kesejahteraan, tumbuh kemban dan perlindunan nak.. Meninkatnya efektifitas perlindunan kepada perempuan dan anak korban kekerasan, dan menurunnya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak. 6. Meninkatnya kemampuan kelembaaan dan jarinan penarusutamaan ender dan anak termasuk ketersediaan data dan peninkatan pertisipasi masyarakat ditinkat Propinsi dan Kabupaten/Kota. 3

33 4.3 Stratei dan Kebijakan SKP Stratei RH KEBIJKN DN STRTEGI. rah Kebijakan dan Stratei Pembanunan Kesetaraan dan keadilan Gender dan Pemberdayaan Perempuan. Dalam ranka mencapai sasaran pembanunan pada tahun 7 maka pembanunan kesetaraan dan keadilan ender dan pemberdayaan perempuan difokuskan pada: a. memastikan adanya peraturan Daerah, kebijakan, proram, keiatan, anaran dan koordinasi pelaksanaannya yan mendoron peninkatan kualitas hidup dan perlindunan perempuan di bidan sosial budaya, ekonomi, politik, hukum, aama dan HM; b. meninkatkan kelembaaan dan jejarin yan mendukun peninkatan kualitas hidup dan perlindunan perempuan di bidan sosial budaya, ekonomi, politik, hukum, aama dan HM. Untuk pembanunan kesejahteraan dan perlindunan anak, difokuskan pada: a. memastikan implementasi UU dan Qanun Perlindunan anak, kebijakan, proram, keiatan, anaran dan koordinasi pelaksanaannya yan mendoron pemenuhan hak-hak anak; b. meninkatkan kelembaaan dan jejarin yan mendukun pemenuhan hak-hak anak.. Identifikasi kinerja Impact dan Indikator kinerja Impact Pembanunan Pemberdayaan dan Perlindunan nak Dalam ranka mencapai sasaran pembanunan pada tahun 7 maka kinerja impact Pembanunan Pemberdayaan Perempuan ceh yan diharapkan adalah meninkatnya kualitas hidup dan perlindunan kepada perempuan dan anak.yan ditunjukkan denan meninkatnya:. tase cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yan mendapat layanan kesehatan. tase cakupan perempuan korban kekerasan yan mendapatkan penananan penaduan dalam unit pelayanan terpadu.3 tase peninkatan Pendampinan Desa Prima Madani dan Usaha kelompok Produktif Perempuan untuk akses pendampinan dan mendapatkan bantuan permodalan dan pemasaran.4 tase cakupan perempuan yan memiliki ketrampilan dan mandiri dibidan ekonomi. Jumlah PTP yan berjejarin denan forum dan kelembaaan lainnya yan menyediakan layanan upaya peninkatan ekonomi bai Perempuan.6 tase peninkatan partisipasi perempuan dalam proses politik dan jabatan publik.7 tase peninkatan partisipasi perempuan dalam penambilan keputusan di eksekutif, leislatif dan yudikatif.8 tase peninkatan partisipasi perempuan dalam wawasan Kebansaan dan Kepemimpinan Perempuan 3

34 .9 tase Mubaliah Perempuan dan Ulama Perempuan yan mendapatkan penuatan Kapasitas dan berwawasan Gender. tase cakupan peneakan hukum dari tinkat penyidikan sampai denan penuntutan di penadilan atas kasus-kasus kekerasan denan menunakan peraturan perundan-undanan yan berkaitan denan kekerasan terhadap perempuan dan anak.. tase cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yan mendapatkan layanan bantuan hukum. tase cakupan pelayanan pemulanan bai perempuan dan anak korban kekerasan.3 tase cakupan reinterasi sosial bai perempuan korban kekerasan.4 tase cakupan perempuan yan mandiri dalam berbaai bidan 3. Meninkatnya sineri pelaksanaan proram kesetaraan ender dan pemberdayaan perempuan denan indikator kinerja impact : 3. Meninkatnya jumlah SKP/D yan melakukan dan menerapkan Perencanaan Penanaran Yan Responsif Gender 3. Meninkatnya jumlah SKP/D Provinsi dan Kabupaten/Kota yan menyelenarakan data Terpilah dan analisis ender. 3.3 Meninkatnya jumlah Kabupaten/Kota yan membentuk Pokja PUG dan Fokal Point diikuti denan Peninkatan Kapasitas Pokja dan Fokal Point. 3.4 Meninkatnya jumlah peraturan Gubernur, Bupati, Walikota, dan MOU denan pemerintah dan lembaa masyarakat untuk meninkatkan kualitas hidup dan perlindunan perempuan. 3. Meninkatnya tase cakupan pelayanan rehabilitasi sosial bai perempuan korban kekerasan dalam unit pelayanan terpadu (PTP) 3.6 Meninkatnya tase Penerima manfaat Sosialisasi dan dvokasi untuk implementasi PUG dan PPRG 3.7 Meninkatnya tase Efektifitas PTP Provinsi dan Kab/Kota sebaai Pusat Rujukan Utama dalam Penananan Kasus. 4. Meninkatnya kualitas tumbuh kemban, partisipasi dan perlindunan anak denan indikator kinerja impact sebaai berikut: 4. Meninkatnya nak Usia Dini yan tercakup dalam Proram Penembanan nak Usia Dini yan holistik dan interatif dan Islami. 4. Terbanunnya sistem untuk partisipasi anak dan meninkatnya jumlah forum anak dan keterlibatannya dalam penetapan kebijakan publik 4.3 Menurunnya prevalensi kekerasan terhadap anak 4.4 Menurunnya insidensi perdaanan anak 4. Meninkatnya jumlah Kab/kota sebaai Kota Layak nak 4.6 Diterbitkannya kebijakan penelolaan bencana yan peduli anak 4.7 Meninkatnya persentase Penananan anak bermasalah denan hukum yan dipenuhi hak-haknya 4.8 Meninkatnya persentase Keluara dan Pasanan hidup dalam membanun Parentin untuk menasuh nak sesuai denan nilai-nilai Keacehan dan Keislaman 4.9 Meninkatnya jumlah kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam upaya peninkatan kualitas hidup sumber daya manusia perempuan, anak dan remaja 33

35 . danya pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pembanunan yan berkesetaraan dan berkeadilan ender, pemberdayaan dan perlindunan perempuan dan anak denan indikator kinerja proram adalah jumlah evaluasi kebijakan, proram, dan keiatan pembanunan pemberdayaan perempuan di tinkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Demikian pula perlu adanya sistem monitorin dan evaluasi kesetaraan dan keadilan ender, pemberdayaan perempuan dan sistem data ender Kebijakan Kebijakan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak adalah sebaai berikut :. Meninkatkan jumlah dan implementasi kebijakan dan proram yan responsif ender yan berwawasan Islam pada semua sektor pembanunan. Meninkatkan tinkat keterlibatan perempuan dalam proses politik dan jabatan publik 3. Meninkatkan Kualitas Hidup dan kemandirian perempuan dalam berbaai bidan 4. Meninkatkan efektifitas Perlindunan kepada Perempuan dan anak sesuai denan Standard Pelayanan Minimal.. Meninkatkan Komunikasi, Edukasi dan Pemberian Informasi dalam ranka pemenuhan hak kepada perempuan dan anak, khususnya kepada perempuan dan anak korban kekerasan denan memberikan pendampinan secara Islami, yan menyejukkan dan menenankan korban. 6. Membanun dan memperkuat kelembaaan Keluara/Rumah Tana dalam ranka memperkuat Parentin untuk Penasuhan nak aar sejak dini memperkenalkan dan menamalkan nilai-nilai aama/islam, dalam ranka mewujudkan anak ceh yan bermoral, bermartabat dan berkualitas. 7. Meninkatkan kesejahteraan, tumbuh kemban dan perlindunan nak. 8. Memperkuat kelembaaan dan jarinan PUG dan anak termasuk ketersediaan data dan peninkatan partisipasi masyarakat serta Dunia Usaha. 34

36 BB V RENCN PROGRM DN KEGITN, INDIKTOR KINERJ, KELOMPOK SSRN DN PENDNN INDIKTIF. Rencana Proram Dan Keiatan Penjabaran dari kebijakan yan telah ditetapkan, dirumuskan dalam bentuk proram sebaai kumpulan keiatan nyata, sistematis dan terpadu una mencapai tujuan dan sasaran. Proram yan akan dilaksanakan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak meliputi :. Proram Pelayanan dministrasi Perkant,. Proram Peninkatan Sarana dan Prasarana paratur, 3. Proram Peninkatan Disiplin paratur, 4. Proram Keserasian Kebijakan Peninkatan Kualitas anak dan perempuan. Proram Penuatan Kelembaaan Penarusutamaan Gender dan nak, 6. Proram Peninkatan Kualitas Hidup dan perlindunan Perempuan 7. Proram Peninkatan Peran serta dan Kesetaraan Gender dalam Pembanunan. Indikator Kinerja Indikator kinerja keiatan yan telah ditetapkan meliputi kateori penelompokan sebaai berikut : a. Indikator masukan (inputs) b. Indikator Keluaran (outputs) c. Indikator hasil (outcomes) d. Indikator manfaat (benefits) e. Indikator dampak (impacts) Indikator kinerja sebaaimana disebutkan di atas diharapkan dapat diukur seluruhnya meskipun untuk keiatan yan sifatnya sosial. Penukuran kinerja benefits dan impacts belum bisa dilakukan seera setelah keiatan dilakukan..3 Kelompok Sasaran Kelompok sasaran meliputi : a. SKP/SKPD, Instansi Terkait, Lembaa Pemerintah dan Masyarakat pemerhati Perempuan dan nak serta Kelompok Dunia Usaha b. Unsur Peruruan Tini, lembaa-lembaa Kajian/penelitian dan sekolah serta Pesantren c. Unsur Perempuan dan anak yan masuk dalam kelompok Rentan dan menalami diskriminasi dan tindak kekerasan d. Unsur leilatif dan Tim Teknis naran Daerah e. Tokoh Masyarakat, tokoh aama, tokoh adat, Tokoh Perempuan dan parat peneak Hukum..4 Pendanaan Indikatif Pendanaan berasal dari Dana reuler PB, Dana Otsus dan TDBH Mias seta bantuan dana lainnya yan tidak menikat. 3

37 BB VI INDIKTOR KINERJ SKP YNG MENGCU PD TUJUN DN SSRN RPJM Indikator kinerja keiatan yan telah ditetapkan meliputi kateori penelompokan sebaai berikut : a) Indikator masukan (inputs) b) Indikator Keluaran (outputs) c) Indikator hasil (outcomes) d) Indikator manfaat (benefits) e) Indikator dampak (impacts) Indikator kinerja yan harus dicapai oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ceh tahun 7 terlampir pada lampiran 6. 36

38 BB VII PENUTUP Demikian Rencana Strateis 7 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ceh ini dibuat sebaai bahan acuan dalam penyusunan Rencana Kerja dan Keiatan Tahunan. Banda ceh, 6 Pebruari 4 KEPL BDN PEMBERDYN PEREMPUN DN PERLINDUNGN NK CEH DHLI, M. Pembina Utama Madya NIP

39 SKP : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak Lampiran : Pencapaian Kinerja Pelayanan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak Provinsi ceh No Indikator SPM/Standar Nasional IKK Taret Renstra SKP Realisasi Capaian Proyeksi Tahun Tahun 3 Tahun 4 Tahun Tahun Tahun 3 Tahun 4 Tahun Catatan nalisis Jumlah Kebijakan yan berpihak kepada perempuan dan anak Jumlah SKP/SKPD yan melaksanakan PPRG Cakupan Mubalihah Perempuan yan mendapatkan penuatan kapasitas untuk penuasaan Isu Perlindunan Perempuan dan nak Oran - 9% 33% 37% 44% 9% 33% 37% 44% Responsif Gender untuk Semua Kebijakan Pendataan Ulama Perempuan/ Mubaliah tahun (77 Oran) 4 Rasio KDRT/tase kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak yan mendapatkan pendampinan terpenuhi, terutama pelayanan ditinkat provinsi pada PTP, PPT dan beberapa isasi pemberi layanan lainnya.,% -,%,%,4%,%,%,%,%,4% tase keterwakilan perempuan di leislatif 3% - 7% 7% % % 7% % % % 6 Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yan mendapatkan penananan penaduan oleh petuas terlatih di dalam unit pelayanan terpadu % - % 3% % 7% 8,7% 89,44% 89,44% 89,44% 38

40 7 Cakupan Layanan Kesehatan bai perempuan dan anak korban kekerasan yan mendapatkan layanan kesehatan oleh tenaa kesehatan terlatih di puskesmas mampu tata laksana kasus KtP/ dan PPT/PKT di Rumah Sakit % - % 3% % 6% 8% 4% 4% 4% 8 Cakupan layanan rehabilitasi sosial yan diberikan oleh petuas rehabilitasi sosial terlatih bai perempuan dan anak korban kekerasan di dalam unit pelayanan terpadu 7% - % % 3% 4% 33% % 3% 4% 9 Cakupan layanan bimbinan rohani yan diberikan oleh petuas layanan rohani terlatih bai perempuan dan anak korban kekerasan di dalam Unit Pelayanan terpadu. 7% - % % % % % % 3% % Tidak ada Data/Korban Tidak menakses layanan Cakupan peneakan hukum dari tinkat penyidikan sampai denan putusan penadilan atas kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak 8% - 4% % 6% 7% 6% 48% 63% 6% Sebaian Data sal Cakupan perempuan dan anak korban kekerasan yan mendapat layanan bantuan hukum % - % % 3% 4% 4,% 8,3% 8% 3% Jumlah kelompok Perempuan yan mendapatkan bantuan untuk PPEP (Peninkatan Produktifitas Ekonomi Perempuan) 7 Kelompok - Kelompok Kelompok 4 Klpk 4 Klpk 44 klpk BND CEH, 4 KEPL BDN PEMBERDYN PEREMPUN DN PERLINDUNGN NK CEH DHLI, M. Pembina Utama Madya NIP

41 LMPIRN 3 : TUJUN DN SSRN JNGK MENENGH PELYNN SKP SKP Tahun naran : 4 : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ceh SSRN STRTEGIS INDIKTOR KINERJ TRGET PROGRM / KEGITN NGGRN 3 4 Jumlah penelitian terkait peninkatan kualitas hidup perempuan dan anak. Meninkatnya kebijakan yan berpihak kepada perempuan dan anak. Jumlah Kab/Kota yan menerima dan menerapkan Kebijakan Kab/Ko Layak nak 3 Penuatan Pemahaman Masyarakat dan pelajar terkait perankat hukum perlindunan anak 3 penelitian Proram Keserasian kebijakan peninkatan kualitas anak dan perempuan 37 Proram Keserasian kebijakan peninkatan kualitas anak dan perempuan 3. or Proram Keserasian kebijakan peninkatan kualitas anak dan perempuan Jumlah Remaja/Calon penantin yan mendapatkan penuatan Kapasitas untuk membanun keluara sejahtera bai remaja Penuatan Mekanisme Koordinasi untuk Kelompok kerja Perlindunan nak 6 Jumlah Calon Penantin dan PUS yan mendapatkan Penuatan Informasi KIE Kespro 4 Proram Keserasian kebijakan peninkatan kualitas anak dan perempuan 8 Proram Peninkatan kualitas hidup dan perlindunan perempuan 36 Proram Keserasian kebijakan peninkatan kualitas anak dan perempuan

42 . Meninkatnya kapasitas kelembaaan PUG dan anak serta terlaksananya perencanaan dan penanaran yan responsif ender Jumlah PSW/PSG di Peruruan Tini yan mendaptkan Penuatan Kapasitas dan Lealitas Pembentukannya serta Penuatan PPRG untuk para perencana di SKP or Proram Penuatan Kelembaaan Penarusutamaan Gender dan nak Penuatan PTP dan perlindunan anak Rumoh Putroe ceh untuk pencapaian Taret SPM 4 Jumlah penadaan media kampanye baik tulisan maupun elektronik untuk sosialisasi PP dan P Jumlah Seleksi FD, HN, Duta nak, Konres nak dan PHI 6 Jumlah Pendampin yan mendapatkan Pelatihan pemulihan psikososial bai perempuan dan anak korban kekerasan serta penananan perempuan korban kekerasan Korban, Oran Penurus/Tenaa terlatih, or Pr Korban,, Masyarakat Proram Penuatan Kelembaaan Penarusutamaan Gender dan nak 94 r Proram Penuatan Kelembaaan Penarusutamaan Gender dan nak.9 Proram Penuatan Kelembaaan Penarusutamaan Gender dan nak 4 masyarakat dan Pendampin Korban Proram Penuatan Kelembaaan Penarusutamaan Gender dan nak danya Dukumen Penukuran Kinerja dan Evaluasi Interasi PUG di Kab/Ko 8 Jumlah pelatihan untuk penembanan sistem informasi ender dan anak dan survei data di 3 kab/ko 3 Buah Proram Penuatan Kelembaaan Penarusutamaan Gender dan nak 7 or Proram Penuatan Kelembaaan Penarusutamaan Gender dan nak 9 Terlaksananya Rakor-rakor terkait PP dan P 7 or Proram Penuatan Kelembaaan Penarusutamaan Gender dan nak Jumlah perlindunan anak di provinsi aceh KPID Jumlah Masyarakat yan mendapatkan sosialisasi dan Pemahaman bahaya Tindak Pidana trafckin Ke Proram Penuatan Kelembaaan Penarusutamaan Gender dan nak or Proram Penuatan Kelembaaan Penarusutamaan Gender dan nak

43 3. Meninkatnya kualitas hidup dan efektifitas perlindunan bai perempuan dan anak 4. Meninkatnya kemandirian ekonomi perempuan dan peran serta ender dalam pembanunan Jumlah masyarakat yan menerima Sosialisasi Perub PP, Qanun keluara dan UU pornorafi jumlah pendampin yan dilatih untuk menjadi Trainer Pelayanan dan pendampinan korban 3 penyusunan buku mekanisme Komunitas ampon man untuk perempuan dan anak 4 Jumlah peserta Sosialisasi tentan sistem pencatatan dan pelap KDRT Jumlah peserta Workshop membanun mekanisme perlindunan terhadap perempuan dan anak 6 Jumlah peserta TOT tentan perlindunan anak bai remaja 7 jumlah peserta pelatihan pendidikan politik bai perempuan 8 jumlah peserta pelatihan Mubalihah dan penuatan ulama perempuan jumlah lembaa/oranisasi Pemerhati perempuan dan anak yan mendapatkan pembinaan dan penuatan Kapasitas 47 Proram Peninkatan kualitas hidup dan perlindunan perempuan 6 Proram Peninkatan kualitas hidup dan perlindunan perempuan Proram Peninkatan kualitas hidup dan perlindunan perempuan 69 Proram Peninkatan kualitas hidup dan perlindunan perempuan 63 or Proram Peninkatan kualitas hidup dan perlindunan perempuan 4 or Proram Peninkatan kualitas hidup dan perlindunan perempuan 8 or Proram Peninkatan kualitas hidup dan perlindunan perempuan Proram Peninkatan kualitas hidup dan perlindunan perempuan 6 Oranisasi Keiatan peran serta dan kesetaraan ender dalam pembanunan Pelatihan keterampilan bai ibu rumah tana 6 Keiatan peran serta dan kesetaraan ender dalam pembanunan 3 jumlah kelompok usaha yan mendapatkan pembinaan dan pendampinan untuk PPEP ( Peninkatan Produktivitas Ekonomi Perempuan) dalam desa prima madani 4 Jumlah event ruan apresiasi karya-karya perempuan dan anak 4 kelompok Keiatan peran serta dan kesetaraan ender dalam pembanunan pameran Keiatan peran serta dan kesetaraan ender dalam

44 pembanunan. Meninkatnya sarana prasarana dan kapasitas aparatur dalam memberikan pelayanan Terbanunnya paar edun kantor PTP Kota Subulussalam Terbanunnya edun kantor Badan PP dan P Provinsi ceh 3 Terbanunnya edun kantor PTP Provinsi ceh 4 jumlah staf BP3 yan mendapatkan penuatan kapasitas terbilan: Sembilan Belas Milyar Lima Ratus Satu Juta Tia Ratus Ribu Tujuh Ratus Dua Puluh Sembilan Rupiah paket Proram Peninkatan Sarana dan Prasarana paratur Gedun Proram Peninkatan Sarana dan Prasarana paratur Kontruksi /StrukturDasar Proram Peninkatan Sarana dan Prasarana paratur Proram peninkatan kapasitas sumber daya aparatur Banda ceh, 7 Februari 4 Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindunan nak ceh DHLI, M. PEMBIN UTM MUD NIP

Renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kab. Soppeng Tahun

Renstra Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kab. Soppeng Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rencana strategis () Perangkat Daerah merupakan dokumen perencanaan perangkat daerah untuk periode 5 (lima) tahun yang berisi tujuan, sasaran, strategi, kebijakan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimban : a. dalam ranka usaha menjamin obyektifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yang sangat penting bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yang sangat penting bagi setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakan Sektor layanan kesehatan merupakan sektor yan sanat pentin bai setiap masyarakat.diantara berbaai jasa layanan kesehatan, rumah sakit memean peranan pentin karena menyediakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PENILAIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimban : a. dalam ranka usaha menjamin obyektifitas

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Nilai Ekspor Mebel Indonesia, dan negara-negara pesaing di Asia, 2005

Gambar 1.1 Nilai Ekspor Mebel Indonesia, dan negara-negara pesaing di Asia, 2005 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakan Funiture merupakan salah satu kebutuhan dalam setiap rumah. Funsinya tak hanya untuk memperindah interior dalam rumah tapi jua untuk sebuah estetika yan mencitrakan

Lebih terperinci

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA Penduduk Indonesia 231 Juta 49,9% Perempuan Aset dan Potensi,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN LEMBAGA MASYARAKAT DI BIDANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

Lebih terperinci

PERAN SJSN DALAM MENURUNKAN KETIMPANGAN DAN. Jakarta, 21 DESEMBER 2016

PERAN SJSN DALAM MENURUNKAN KETIMPANGAN DAN. Jakarta, 21 DESEMBER 2016 PERAN SJSN DALAM MENURUNKAN KETIMPANGAN DAN MEMPERKUAT KOHESI SOSIAL DI INDONESIA Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 21 DESEMBER 2016 Adalah Suatu tata cara penyelenaraan proram jaminan sosial oleh

Lebih terperinci

RENSTRA BKD

RENSTRA BKD RENSTRA BKD 6 BAB I PENDAHULUAN.. LATAR BELAKANG Sebaaimana dijelaskan dalam Unun Nomor 5 Tahun tentan Sistem Perencanaan Pembanunan Nasional bahwa Rencana Pembanunan Janka Menenah Daerah merupakan penjabaran

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Permasalahan mendasar dalam pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak yang terjadi selama ini adalah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI BIDANG POLITIK MENYONGSONG PEMILU 2009

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI BIDANG POLITIK MENYONGSONG PEMILU 2009 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI BIDANG POLITIK MENYONGSONG PEMILU 2009 Deputi Bidang Pemberdayaan Lembaga Masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015 BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN SALINAN Menimbang BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) diberikan kewajiban untuk menyusun Rencana Kerja Organisasi Perangkat Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Renstra BKD 213 218 i DKATA PENGANTAR DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1. Latar Belakan... 1 I.2. Landasan Hukum... 3 I.3. Hubunan Renstra BKD Kabupaten Maetan denan Dokumen Perencanaan Lainnya...4

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) diberikan kewajiban untuk menyusun Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA KOTA PROBOLINGGO NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 11 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK A. KONDISI UMUM

BAB 11 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK A. KONDISI UMUM BAB 11 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK A. KONDISI UMUM Upaya peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan serta kesejahteraan dan perlindungan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sedang dijalankan oleh Pemerintah RI. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sedang dijalankan oleh Pemerintah RI. Selain itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan mewujudkan kesejahteraan rakyat. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 26 Tahun 2016 Seri E Nomor 18 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita Daerah

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Nagan Raya merupakan salah satu kabupaten yang sedang tumbuh dan berkembang di wilayah pesisir barat-selatan Provinsi Aceh. Kabupaten yang terbentuk secara

Lebih terperinci

TABEL 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BANDUNG

TABEL 5.1 RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BANDUNG TABEL 5.1 RENCANA,,, KELOMPOK DAN PENDANAAN INDIKATIF BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA BANDUNG NO TUJUAN (OUTPUT) KERANGKA PENDANAAN 1 Tersedianya Peninkatan Persentase 1 20 1 20 09 32 Proram Peninkatan Terpenuhinya

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 04 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR.. TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR.. TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR.. TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa perempuan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. LKjIP Dinas, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Tahun

BAB I PENDAHULUAN. LKjIP Dinas, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Tahun BAB I PENDAHULUAN Kedudukan Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Kabupaten Jombang telah diatur dalam Peraturan Bupati Jombang Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara melindungi dan menjamin

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI BULUNGAN TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BULUNGAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI BULUNGAN TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BULUNGAN. BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH 1 BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA PEKALONGAN, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 2 TAHUN 2013 SERI C NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

Lebih terperinci

DI SELURUH DUNIA. DI SETIAP WAKTU. Kita Dipandu Oleh Nilai-Nilai Kita PEDOMAN PERILAKU KITA

DI SELURUH DUNIA. DI SETIAP WAKTU. Kita Dipandu Oleh Nilai-Nilai Kita PEDOMAN PERILAKU KITA DI SELURUH DUNIA. DI SETIAP WAKTU. Kita Dipandu Oleh Nilai-Nilai Kita PEDOMAN PERILAKU KITA DAFTAR ISI 3 PANDUAN KITA, NILAI-NILAI KITA 5 Surat Dari CEO 6 Nilai-Nilai Inti Kita 9 KOMITMEN KITA 10 Kita

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER PADA SATUAN KERJA PERANGKAT ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GAWI SABARATAAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1488, 2014 KEMENPPA. Pengarusutamaan Gender. Hak Anak. Organisasi Keagamaan. Rencana Aksi Nasional. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DI KOTA DEPOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA DEPOK, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG KABUPATEN LAYAK ANAK

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG KABUPATEN LAYAK ANAK BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG KABUPATEN LAYAK ANAK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH BARAT DAYA, Menimbang : a. bahwa setiap

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PANDUAN TEKNIS PENGARUSUTAMAAN GENDER DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI POLEWALI MANDAR BUPATI POLEWALI MANDAR PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PEMERINTAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2014

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PEMERINTAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PEMERINTAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 I. Ruang lingkup pembangunan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak meliputi antara lain

Lebih terperinci

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

SALINAN WALIKOTA LANGSA,

SALINAN WALIKOTA LANGSA, SALINAN QANUN KOTA LANGSA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEREMPUAN, DAN KELUARGA BERENCANA KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN 1 PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH RESPONSIF GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SABANG, Menimbang : a. bahwa dokumen perencanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PENDAPATAN DAERAH BULAN : JANUARI T.A 2016 LAPORAN REALISASI ANGGARAN

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PENDAPATAN DAERAH BULAN : JANUARI T.A 2016 LAPORAN REALISASI ANGGARAN LAPORAN REALISASI PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PENDAPATAN DAERAH BULAN : JANUARI T.A 2016 Kode U r a i a n Taret / Anaran % Sisa 1 2 3 4 5 4 1 PENDAPATAN DAERAH 5,141,980,172,500.00 627,351,103,527.00

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp. 024-8311729 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur

Lebih terperinci

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Pe No.927, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengarusutamaan Gender. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58 Tambahan Le WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN RENCANA KERJA SATUAN KERJA PEMERINTAH DAERAH BERPERSPEKTIF GENDER KOTA PAREPARE WALIKOTA PAREPARE

Lebih terperinci

Pendahuluan. Latar Belakang

Pendahuluan. Latar Belakang Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan yang dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2008 2013 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Namun

Lebih terperinci

Target Capaian Kinerja. Lokasi 88% ,50% orang peserta dan 2 kali sosialisasi. Purworejo/Semaran g/jatinangor

Target Capaian Kinerja. Lokasi 88% ,50% orang peserta dan 2 kali sosialisasi. Purworejo/Semaran g/jatinangor No Urusan/Bidan Urusan Pemerintah Daerah/Proram/Keiatan Lokasi Taret Capaian Kinerja Kebutuhan Dana/Pau Indikatif 2017 Sumber Dana Catatan Pentin lainnya Taret Capaian Kinerja 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 FUNGSI

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan tuntutan dalam Pelaksanaan pembangunan lima tahun ke depan guna memenuhi kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH 1 BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SOPPENG,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 7 TAHUN : 2013 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, khususnya dalam Pasal 1, angka 12 disebutkankan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salah satu dari keempat NSPK yang diterbitkan dalam bentuk pedoman ini adalah Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.

KATA PENGANTAR. Salah satu dari keempat NSPK yang diterbitkan dalam bentuk pedoman ini adalah Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak. KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BLITAR, Menimbang : a. bahwa Kota Blitar memiliki

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 3

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 3 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN PEREMPUAN KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran Visi Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Visi tersebut harus bersifat dapat dibayangkan (imaginable), diinginkan oleh

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci