1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH KACANG TANAH. Pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH KACANG TANAH. Pendahuluan"

Transkripsi

1 Latar belakang. PENGARUH KONDISI BENIH DAN KONDISI SIMPAN TERHADAP DAYA SIMPAN BENIH KACANG TANAH Pendahuluan Penyimpanan benih merupakan suatu upaya untuk mempertahankan viabilitas selama mungkin sehingga mutu benih saat ditanam tetap tinggi. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap daya simpan benih adalah faktor internal, faktor lingkungan simpan. Faktor internal mencakup-sifat-sifat benih secara genetik, faktor kondisi benih meliputi kadar air dan vigor awal, kebersihan, tingkat kerusakan mekanis.faktor lingkungan meliputi faktor biotik dan abiotik. Faktor abiotik mencakup RH, suhu dan gas. Kondisi benih apakah disimpan dalam polong atau dalam bentuk biji akan berpengaruh terhadap viabilitas benih selama penyimpanan. Peningkatan kadar air benih karena kondisi lingkungan khususnya RH akan mempercepat laju kemunduran benih. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh kondisi benih kacang tanah dan RH ruang simpan terhadap viabilitas benih kacang tanah selama di penyimpanan. Bahan dan Metode :. Siapkan benih kacang tanah dalam bentuk biji dan polong. Kemas benih dalam plastic yang telah beri lubang-lubang.. Siapkan toples diisi dengan silica, dan toples yang lain diisi dengan larutan garam NaCl jenuh. Siapkan toples untuk penyimpanan selama 0 minggu.. Selanjutnya simpan benih yang sudah dikemas pada toples tersebut. Penyimpanan dilaksanakan pada kondisi kamar. Amati suhu dan RH toples penyimpanan. 4. Setiap minggu dilakukan pengujian daya berkecambah benih dan kadar air benih 5. Masukan data pengamatan ke dalam tabel. Buat grafik untuk menjelaskan viabilitas benih selama periode penyimpanan. Amati bagaimana kecenderungan daya berkecambah benih dan kadar air benih sampai akhir periode penyimpanan. Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

2 Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0 Tabel. Pengamatan kadar air benih (KA) Periode simpan (minggu) Ulangan Perlakuan Polong Biji RH Tinggi RH rendah RH Tinggi RH rendah

3 Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0 Tabel. Pengamatan daya berkecambah benih (DB) Periode simpan (minggu) Ulangan Perlakuan Polong Biji RH Tinggi RH rendah RH Tinggi RH rendah

4 . PENENTUAN BOBOT KERING KECAMBAH Pendahuluan Latar belakang Pengujian viabilitas benih melalui pendekatan fisiologis dilakukan dengan mengamati gejala pertumbuhan benih tersebut. Tolok ukur yang digunakan untuk pengujian tersebut misalnya daya berkecambah benih yaitu penentuan persentase kecambah normal dari benih yang diuji. Viabilitas benih juga dapat dinilai berdasarkan kemampuannya dalam pembentukan biomas kecambah yang diukur berdasarkan bobot kering kecambah. Lot benih yang viabilitasnya lebih tinggi akan mampu menghasilkan bobot kering kecambah lebih besar. Pengukuran bobot kering kecambah merupakan tolok ukur yang lebih kuantitatif dan obyektif. Praktikum ini bertujuan untuk menguji viabilitas benih dengan tolok ukur bobot kering kecambah dari lot benih kacang tanah. Bahan dan Metode. Tanam benih kacang tanah dengan metoda UKDdp, 0 butir setiap gulung dan dikecambahkan dalam alat pengecambah benih tipe IPB 7-. Hitung daya berkecambah benih pada hari ke-5. Setelah pengamatan daya berkecambah, lakukan pengukuran bobot kering kecambah normal dengan cara sebagai berikut : 4. Buang kotiledon dengan hati-hati 5. Masukkan kecambah yang sudah dibuang kotiledonnya ke dalam kantong kecambah. Kantong ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui bobot awal (Ko) 6. Masukkan kantong berisi kecambah dalam keadaan terbuka ke dalam oven suhu 60 o C selama x 4 jam 7. Selanjutnya masukkan kantong dalam desikator, tunggu sampai dingin dan ditimbang (K) 8. Bobot kering kecambah = K Ko Hasil pengamatan dimasukkan ke dalam tabel berikut Tabel. Hasil pengamatan daya berkecambah dan bobot kering kecambah Lot Benih Ulangan Daya berkecambah (%) Viabilitas tinggi Viabilitas rendah Bobot kering kecambah (g) Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

5 . EFISIENSI ALAT PEMBERSIH DAN PEMILAH BENIH Pendahuluan Latar Belakang Pembersihan benih sangat penting karena benih yang kotor tidak baik bila disimpan lama, secara tidak langsung akan mempengaruhi viabilitas benih karena tersumbat ruang antara benih akan menimbulkan panas dan kelembaban yang tinggi sehingga menjadi tempat bersarangnya cendawan maupun hama. Proses pembersihan benih bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran fisik maupun biji-bijian lain yang mencampuri suatu kelompok benih. Kotoran fisik antara lain yaitu pecahan-pecahan biji, benih-benih yang berukuran kurang sempurna (keriput, inferior, membatu akibat kurang masak atau terserang penyakit), pecahan-pecahan batu maupun ranting-ranting yang terbawa pada waktu proses permanen. Dalam proses pembersihan dapat terjadi kerusakan fisik atau kurang sempurna proses pembersihannya sehingga diperoleh hasil yang tidak bersih 00%. Prinsip kerja dari alat pembersih ini adalah, memisahkan benih berdasarkan perbedaan ukuran/bentuk dan berat benih Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari efisiensi alat pembersih benih model clipper Bahan dan metode Siapkan calon benih padi 5 kg untuk setiap ulangan. Masukkan ke dalam mesin ASC dengan perlakuan sbb :. Hoper lebar, blower kecepatan tinggi. Hoper sedang, blower kecepatan tinggi. Hoper lebar, blower kecepatan sedang 4. Hoper sedang, blower kecepatan sedang Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

6 Tabel 4. Hasil Pengamatan pembersihan dan pemilahan benih padi Perlakuan Jumlah benih bersih (kg) Jumlah kotoran (g).hoper lebar,blower tinggi.hoper sedang, blower tinggi 4.Hoper lebar,blower sedang.hoper sedang,blower sedang Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

7 4. EFISIENSI PEMBERSIHAN DAN PEMILAHAN DENGAN BLOWER SEPARATOR Latar belakang Pendahuluan Blower separator merupakan alat prosesing benih yang berfungsi untuk memisahkan kotoran atau pemilahan benih berdasarkan bobot materinya Materi yang ringan akan tertiup lebih jauh dan akan tertampung di posisi paling atas. Materi yang lebih berat akan tertampung di bagian yang lebih bawah. Sehingga berdasarkan bobotnya kotoran atau benih dapat dipisahkan Praktikum ini bertujuan untuk membersihkan calon benih cabe Bahan dan metode Benih cabe. Siapkan calon benih cabe sebanyak 5 g.. Masukan dalam blower separator dan lakukan pembersihan dengan kecepatan tinggi, sedang dan rendah.. Amati komponen pada tiap-tiap bagian Tabel 5. Hasil Pengamatan pembersihan cabe dengan blower Perlakuan Bayam Padi Tinggi Sedang Rendah Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

8 5.PENETAPAN KADAR AIR BENIH Latar Belakang Pendahuluan Kadar air benih merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan pada kegiatan pemanenan, pengolahan, penyimpanan dan pemasaran benih. Kadar air benih sangat menentukan ketepatan saat panen, tingkat kerusakan mekanis saat pengolahan, kemampuan benih mempertahankan viabilitasnya selama penyimpanan sehingga pengukuran kadar air benih harus dilakukan dalam pengujian mutu benih (termasuk uji rutin). Ada dua metode pengukuran kadar air yang dapat dilakukan, yaitu metode langsung dan metode tak langsung. Pada metode langsung kadar air benih dihitung secara langsung dari berkurangnya berat benih akibat hilangnya air dari dalam benih. Sedangkan secara tidak langsung kadar air dapat diukur tanpa mengeluarkan air dalam benih, tetapi dengan memanfaatkan hambatan listrik dalam benih yang kemudiaan dikorelasikan dengan kadar air. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar air benih menggunakan metoda langsung dengan oven suhu tinggi (0-0 C), dan metoda tidak langsung menggunakan alat moisture tester yaitu Steinlite moisture tester Bahan dan Metode. Metode langsung. Ambil benih padi untuk masing-masing lot kurang lebih 5 g dan benih dihancurkan dengan blender selama 0.5 menit.. Timbang cawan dan tutup (M), kemudian masukkan benih yang sudah dihancurkan ke dalam cawan dan timbang kembali (M).. Masukan cawan tersebut kedalam oven 0-0 C, waktu sesuai komoditas dengan kondisi cawan terbuka. 4. Setelah min. jam cawan dikeluarkan dari oven dalam keadaan tertutup, kemudian dimasukkan kedalam desikator selama 0 menit hingga dingin 5. Timbang benih, cawan dan tutup yang telah di oven (M). 4. Hitunglah kadar air benih dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Keterangan : (M M) KA= X 00% (M-M) KA = Kadar air benih M = Berat cawan + tutup kosong M = Berat cawan + tutup + benih sebelum dipanaskan M = Berat cawan + tutup + benih setelah dipanaskan Metode tidak langsung Timbang masing-masing lot benih 00 g padi. Kadar air diukur dengan alat Steinlite moisture tester. Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

9 Data kadar air yang diperoleh dimasukkan dalam Tabel 6. Tabel 6. Penentuan kadar air benih padi dengan metode oven dan Steinlite Benih ulangan Lot Lot Oven Steinlite Oven Steinlite Padi Rata-rata Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

10 Latar Belakang 6. PEMATAHAN DORMANSI BENIH Pendahuluan Dormasi benih merupakan suatu kondisi dimana benih tidak berkecambah walaupun ditanam dalam kondisi yang optimum. Salah satu keuntungan sifat dormansi pada benih yaitu untuk melestarikan spesies tersebut. Namun dormansi dapat menjadi masalah karena saat konsumen benih akan menanam benih yang masih dorman tidak tumbuh dengan seragam, selain itu juga mengacaukan interpretasi dalam pengujian benih. Beberapa jenis benih tidak dapat berkecambah karena adanya hambatan dari kulit benih yang impermeabel terhadap air dan gas, kulit benih yang tebal dan keras. Sebagian jenis benih yang lain tidak mampu berkecambah ketika baru dipanen dan baru dapat berkecambah setelah melampaui periode penyimpanan kering. Kasus tersebut disebut afterfipening. Beberapa metode pematahan dormansi telah dikembangkan berdasarkan kasus penyebab dormansi benihnya, karena metode yang efektif untuk suatu kasus belum tentu efektif untuk kasus dormansi lainnya. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik pematahan dormansi yang tepat pada kasus dormansi fisiologi (salah satunya after-ripening) dan dormansi fisik. Bahan dan Metode Bahan yang diperlukan adalah benih padi yang baru dipanen, benih saga pohon, 0. % KNO, air panas (mendidih), aquades, kertas merang, plastik, label dan pasir. Teknik pematahan dormansi benih padi. kontrol (P0). perendaman KNO 0. % selama 4 jam (P). perendaman dengan air selama 4 jam (P). 4. Setelah diberi perlakuan benih ditanam dengan metode UKDdp 5. Pengamatan dilakukan setelah minggu dengan menghitung daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum Teknik pematahan dormansi benih saga. kontrol (P0). perendaman KNO 0. % selama 4 jam (P). Skarifikasi fisik yaitu dengan menggunting kulit benih pada posisi yang berlawanan dengan embrio (P). 4. Setelah diberi perlakuan benih ditanam dengan media pasir 5. Pengamatan dilakukan setelah minggu dengan menghitung daya berkecambah dan potensi tumbuh maksimum Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

11 Tabel 7. Pengamatan daya berkecambah benih saga 4 Ulangan Perlakuan Kontrol Skarifikasi KNO 0. % Tabel 8. Pengamatan potensi tumbuh maksimum benih saga 4 Ulangan Perlakuan Kontrol Skarifikasi KNO 0. % Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

12 Tabel 9. Pengamatan potensi tumbuh maksimum /daya berkecambah benih padi Periode Ulangan simpan (minggu) Perlakuan Kontrol KNO Air Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

13 Latar belakang 7.PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH BENIH Pendahuluan Viabilitas benih dapat diketahui dengan melakukan pengujian benih. Berbagai macam metode pengujian benih dibuat untuk mendeteksi parameter viabilitas benih. Pengujian daya berkecambah benih digunakan untuk mendeteksi parameter viabilitas potensial benih. Daya berkecambah atau daya tumbuh benih adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi lingkungan yang optimum. Sesuai dengan tujuan pengujian yaitu untuk mendeteksi viabilitas benih dalam kondisi optimum, kondisi pengujian daya berkecambah benih dibuat serba optimum dan standar. Media untuk menumbuhkan benih digunakan : kertas merang dan pasir, kertas saring atau kertas koran bila benih dikecambahkan dalam alat pengecambah benih. Media pasir, serbuk gergaji atau arang sekam digunakan bila benih ditumbuhkan diruang persemaian (leathouse). Ukuran media kertas atau boks plastik yang digunakan harus standar untuk menanam sejumlah benih tertentu, pelembaban media harus optimum karena media terlalu kering atau terlalu basah akan menyebabkan kondisi menjadi tidak optimum. Metode penanaman benih dalam uji daya berkecambah yang menggunakan media kertas: benih ditanam diatas media kertas (UDK), diantara media kertas (UAK), diantara media kertas kemudian digulung (UKD) yang diletakkan berdiri dalam germinator (UKDdp), bila dilapisi plastik dibagian luarnya adalah UKDdp. Ciri lain dan khas dari pengujian daya berkecambah benih adalah pengamatan terhadap benih yang tumbuh dilakukan dua kali. Pengamatan pertama biasa disebut hitungan pertama, dilakukan pada hari ketiga setelah tanam untuk benih jagung, kedelai, kacang tanah; untuk benih padi pada hari kelima dan untuk benih cabe, tomat dan terong pada 7 hari setelah benih ditanam. Pengamatan pertama ditujukan untuk optimalisasi media, benih yang telah tumbuh menjadi kecambah normal dihitung, dicatat jumlahnya, setelah itu dikeluarkan dari media. Benih yang busuk, bercendawan juga disingkirkan. Bila media kering ditambah kelembabannya. Benih yang belum berkecambah atau kecambah belum tumbuh normal dibiarkan dalam media tanam hingga akhir pengujian. Pengamatan kedua atau hitungan kedua semua kecambah normal, kecambah abnormal, benih mati dan benih segar tidak tumbuh dijumlah. Penentuan daya berkecambah benih adalah jumlah kecambah normal hitungan satu dan dua dibagi jumlah benih yang diuji dikali 00%. Kriteria kecambah normal yang digunakan bagi bermacam jenis tanaman juga harus standar. Untuk tanaman dikotil bagian kecambah yang harus diperhatikan ialah : perakaran yang terdiri akar primer dan sekunder, hipokotil yaitu calon batang yang terletak di bawah kotiledon, kedua kotiledon, epikotil dan plumula. Untuk kecambah monokotil bagian yang diperhatikan : akar seminal primer dan sekunder, mesokotil, koleoptil, dan plumula. Tujuan Setelah mengikuti praktikum Pengujian Daya Berkecambah Benih mahasiswa dapat melakukan beberapa metode uji daya berkecambah benih serta dapat mendetek si viabilitas potensial suatu lot benih dengan tolok ukur daya berkecambah benih Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

14 Bahan dan Metode Bahan Benih yang digunakan : kangkung,bayam jagung, kacang panjang,, caisin, cabe, terong, bawang, Media yang digunakan : kertas merang segi empat panjang berukuran 0X0 cm, kertas merang bentuk bulat diameter 0 cm Alat yang digunakan : germinator tipe : IPB 7-; IPB 7-A/B, IPB 7-A. Boks Plastik ukuran 0X0X0, Alat pengepres kertas merang IPB 75-. IPB 7 IPB 7-A/B IPB 7-A Metode Alat pengepres kertas merang IPB 75- Pengujian daya berkecambah benih dengan metode UDK (Uji Diatas Kertas) - Cawan petri diameter 0 cm dilapisi tiga lembar media kertas merang bentuk bulat - Diatas kertas merang ditetesi air hingga merata. Cawan dimiringkan sehingga air yang berlebih terkumpul dibagia bawah. Air berlebih dibuang. - Benih yang ditanam dengan metode UDK ialah benih yang berukuran kecil : cabe,terong caisin, bawang, bayam. - Jumlah benih yang ditanam satu cawan petri 5 butir. - Cawan petri ditutup, diletakkan dalam germinator tipe IPB 7-A. Setelah benih mulai berkecambah, tutup cawan dibuka. - Pengamatan terhadap jumlah kecambah nornal Pengujian daya berkecambah benih dengan metode UKDdp (Uji Kertas Digulung dalam Plastik) Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

15 - Kertas merang segi empat panjang berukuran 0X0 cm direndan dalam air. Setelah lembab diangkat dan diriskan airnya menggunakan alat pengepres kertas merang IPB Benih ditanam diatas media kertas merang yang dibawahnya dilapisi plastik, untuk media ukuran 0X0 ditanam 5 butir benih ukuran sedang-besar (jagung, kacang panjang, kangkung). Setelah benih ditanam, ditutup dengan lembar media lembab, kemudian digulung. - Benih dikecambahkan dalam germinator tipe IPB Pengujian UKDdp untuk padi digunakan media kertas merang ukuran 0X0 cm dilipat jadi dua sejajar panjangnya. Diatas media ditanam 5 butir benih padi, media setengahnya ditutupkan, kemudian media digulung. Germinator yang digunakan Tipe IPB 7-A/B. Tabel 0. Pengamatan Daya Berkecambah Benih Komoditi Ulangan Kecambah Normal Kangkung Jagung Kacang panjang Caisin Bawang Bayam Cabe Terong Kecambah Abnormal Benih Mati % Daya Berkecambah Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

16 Latar Belakang 8.UJI VIGOR BENIH Pendahuluan Vigor benih adalah kemampuan tumbuh benih menjadi tanaman berproduksi normal dalam kondisi subobtimum. Beberapa kondisi suboptimum di lapang misalnya ; kondisi kekeringan, tanah salin, tanah asam, tanah penyakit, dsb. Benih yang mampu mengatasi kondisi tersebut termasuk lot benih bervigor tinggi. Pengujian ketahanan benih terhadap kekeringan dapat dilakukan secara simulasi di Laboratorium menggunakan larutan NaCl. Pada konsentrasi tinggi larutan ini tidak hanya memberikan cekaman akibat tekanan osmotiknya sehingga benih mengalami hambatan dalam proses imbibisi, tetapi juga memberikan cekaman terhadap kondisi salin. Pada kondisi tersebut hanya benih vigor yang mampu tumbuh dengan baik. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari uji vigor kekuatan tumbuh benih kedelai terhadap kekeringan (V KT kekeringan ). Bahan dan Metoda Bahan dan Alat Bahan yang diperlukan adalah dua lot benih kedelai yang berbeda vigornya, kertas merang, plastik, label, larutan NaCl 5. g/l dan air. Alat yang dibutuhkan adalah alat pengecambah benih IPB 7-, gelas ukur, beaker glass, pengaduk gelas, timbangan serta alat penunjang yang lain. Metode Prosedur pelaksanaan. Tanam masing-masing lot benih kedelai sebanyak 5 butir pada substrat kertas merang yang sudah dilembabkan dengan larutan NaCl 5. g/l. Untuk kontrol substrat perkecambahan dilembabkan dengan aquades. Lakukan sebanyak 4 ulangan untuk masing-masing perlakuan pada kedua lot benih.. Pengecambahan dilakukan pada alat pengecambah benih IPB 7-.. Pengamatan dilakukan pada hari ke-5 setelah tanam terhadap kecambah normal, abnormal dan mati (isikan pada Tabel ). Bandingkan bagaimana pertumbuhan kecambah pada kedua substrat (kontrol dan perlakuan NaCl) pada kedua lot benih. 4. Bahas dan buat kesimpulannya. Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

17 Tabel. Hasil pengamatan uji vigor dengan media yang dilembabkan larutan NaCl Lot Perlakuan Ulangan Kontrol 4 Kecambah Normal Kecambah Abnormal Mati Vigor Tinggi Vigor Rendah Rata-rata NaCl Rata-rata Kontrol Rata-rata NaCl Rata-rata Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

18 Latar Belakang 9.UJI CEPAT VIABILITAS BENIH DENGAN TETRAZOLIUM Pendahuluan Uji tetrazolium juga disebut uji biokhemis benih atau uji cepat viabilitas. Disebut uji biokhemis karena uji tetrazolium mendeteksi adanya proses biokimia yang berlangsung di dalam sel-sel benih khususnya sel-sel embrio. Disebut uji cepat viabilitas karena indiksi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah, melainkan polapola pewarnaan pada embrio, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengujian tetrazolium tidak sepanjang waktu yang diperlukan untuk pengujian yang indikasinya berupa kecambah. Pengujian tetrazolium menggunakan senyawa indikator..5 Trifenil tetrazolium klorida yang larut dalam air untuk mengindikasi adanya sel-sel yang hidup. Bila indikator diimbibisi oleh benih kedalam sel-sel benih yang hidup dengan bantuan enzim dehidrogenase akan terjadi proses reduksi sehingga terbentuk endapan formazan yang berwarna merah. Pada selsel yang mati tidak terjadi reduksi, sehingga warnanya tetap. Adanya pola-pola warna merah pada bagian-bagian penting pada embrio benih mengindikasikan benih mampu menumbuhkan embrio menjadi kecambah yang normal. Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak : untuk mengetahui viabilitas benih yang segera akan ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman, untuk mengetahui hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah benih. Uji tetrazolium sebagai uji vigor bila dilakukan, dengan cara membuat penilaian benih lebih dapat dikembangkan ketat untuk katagori benih vigor diantar benih viabel. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam uji tetrazolium ialah : penyiapan benih yang akan diuji dengan menghitung jumlahnya, pelembaban benih untuk aktivasi enzim dan pelunakan jeringan benih, pembukaan jaringan benih untuk pewarnaan ( penusukan, pemotongan, pengupasan testa, pengeluaran embrio), penyiapan larutan tetrazolium, suhu dan lama perendaman, penilaian benih viabel dan benih non viabel. Bahan dan Metode. Dua lot benih jagung masing-masing 50 butir dilembabkan selama malam.. Belah bagian embrio untuk mempercepat masuknya larutan tetrazolium ke dalam benih. Rendam benih tersebut dengan larutan Tetrazolium 0.5 % secukupnya sampai benih terendam seluruhnya. Untuk mempercepat proses pewarnaan bisa dipakai suhu 40 0 C selama jam. Evaluasi/Pengamatan Setelah proses pewarnaan biji harus segera diamati : Tuang larutan tetrazolium dengan menggunakan saringan teh, cuci benih dengan air mengalir sampai bersih (bebas dari larutan tetrazolium). Rendam dalam air bersih. Amati benih satu per satu dengan kaca pembesar, klasifikasikan sesuai dengan gambar 0. Gambar dan hitung persentase benih viabel. Apabila perlu gunakan mikroskop stereo Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

19 Gambar. Pola pewarnaan Tetrazolium untuk benih /biji jagung yang hidup dan yang mati Kriteria dalam interpretasi hasil uji tetrazolium pada biji jagung. Bagian gambar yang berwarna hitam menunjukkan adanya pewarnaan merah dari jaringan yang hidup; bagian yang berwarna putih adalah bagian yang tidak berwarna yang berarti jaringannya mati. No. Biji dapat tumbuh (Germinable) Seluruh embrio berwarna merah cemerlang No.-4 Biji dapat tumbuh (Germinable) Bagian ujung dari skutelum tidak berwarna No.5-6 Biji dapat tumbuh (Germinable) Bagian ujung dari skutelum tidak berwarna;dan bagian yang tidak kritis dari radikula (calon akar) juga tidak berwarna No.7-8 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Bagian di mana tempat akar seminal berasal (pada struktur biji) tidak ada pewarnaan No.9 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Plumula tidak terjadi pewarnaan (kadar jaringannya mati) No.0 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Bagian tengah dari skutelum dan bagian dari tempat pertumbuhan akar seminal tidak berwarna No. Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Plumula dan radikula tidak berwarna No. Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

20 Bagian bawah skutelum dan radikula sampai ke bagian tempat tumbuh akar seminal tidak berwarna No. Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Skutelum seluruhnya tidak berwarna No.4 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Skutelum dan radikula tidak berwarna No.5 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Pewarnaan embrio merah muda yang sangat redup No.6 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Seluruh embrio tidak berwarna Gambar. Benih/biji dan struktur bibit jagung Keterangan: A. Penampang luar kariopsis a. Pericap b. Embrio c. Endosperm B. Penampang membujur dari luar a. Skutelum b. Koleoptil c. Plumula C. Bibit a. Akar seminal b. Radikula c. Koleoriza Hasil Pengamatan Uji Cepat Viabilitas Benih dengan Tetrazolium Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

21 Gambar. Pola pewarnaan Tetrazolium untuk benih /biji kedele yang hidup dan yang mati Kriteria dalam interpretasi hasil uji tetrazolium pada biji kedele. Ilustrasi berupa gambar sepasang kotiledon, dan menyajikan kedua belah permukaan dari biji tersebut. Bagian gambar yang berwarna hitam adanya pewarnaan merah dari jaringan yang hidup; bagian yang berwarna putih adalah bagian yang tidak berwarna yang berarti jaringannya mati. No. Biji dapat tumbuh (Germinable) Biji seluruhnya berwarna (merah); di mana pewarnaannya tidak amat sangat berlebihan hingga berwarna merah tua (keunguan) No.-5 Biji dapat tumbuh (Germinable) Hanya bagian kecil kotiledon tidak berwarna No.6 Biji dapat tumbuh (Germinable) Sedikit bagian ujung dari radikula (calon akar) tidak berwarna dan bagian kecil kotiledon tidak berwarna. No.7 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Bagian ujung dari radikula yang tidak berwarna cukup panjang (lebih dari titik ujung radikula) No.8 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

22 Pada bagian bertautnya kotiledon dengan poros radikula-hipokotil tidak berwarna (jaringannya mati) No.0 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Terdapat beberapa bagian tidak berwarna pada bagian atas poros radikula-hipokotil No. Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Lebih dari setengah kotiledon bagian atas tidak berwarna No. Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Bagian bawah kotiledon dan poros radikula-hipokotil pewarnaan merah kusam atau merah keputihan seperti susu; sedangkan bagian kotiledon yang lain berwarna merah. No. Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Sama seperti no., namun bagian yang dengan pewarnaan merah keputihan seperti susu lebih besar No.4 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Biji berwarna merah tua keunguan. Pewarnaan tersebut pada seluruh bagian kedua permukaan kotiledon. No.5 Biji tidak dapat tumbuh (Non-Germinable) Biji seluruhnya tidak terjadi pewarnaan (semua jaringan mati). Gambar 4. Benih/biji dan struktur kedelai Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

23 A. Benih B. Bibit C. Embrio a. kulit biji b. Hilum c. Hipokotil d. Plumula e. Kotiledon f. Akar primer Tabel. Hasil pengamatan uji tetrazolium Ulangan Jenis Benih Viable (%) Non-Viable (%) Kecambah Normal (%) Kecambah Abnormal (%) Benih Mati (%) Jagung Kedelai Jagung Kedelai Jagung Kedelai 4 Jagung Kedelai Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

24 0. STRUKTUR BENIH Pendahuluan Latar Belakang : Struktur internal benih pada dasarnya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu benih yang mempunyai endosperm (endospermik) dan benih yang tidak mempunyai endoaperm (non endospermik). Contoh benih endospermik adalah benih tanaman dari familia Gramineae dan Euphorbiaceae, sedangkan contoh benih non endospermik adalah benih tanaman dari familia Leguminosae da Cucurbitaceae. Struktur lain dari benih adalah kult benih (testa) dan embrio. Testa benih bervariasi warnanya, teksturnya serta ada atau tidaknya struktur tambahan seperti sayap, karunkula. Embrio tanaman terdisi dari poros embrio dan kotiledon. Poros embrio terdiri dari calon akar (radikula), calon batang (eppikotil, hipokotil atau mesokotil), dan calon daun (plumula). Pada embrio benih monokotil calon daun dibungkus oleh koleoptil. Letak, ukuran dan bentuk embrio bervariasi. Tujuan : Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari variasi struktur benih tanaman beberapa familia. Bahan dan Metode : Benih dari beberapa familia tanaman : Gramineae (jagung, padi), Leguminosae (kacang tanah, kedele, kacang merah, lamtoro), Solanaceae (tomat, cabe, terong), Eophorbiacea (jarak kepyar, jarak pagar, karet) dan lainnya yang tersedia.. Benih yang kering dilembabkan dahulu selama 4 jam supaya lunak, mempermu dah diiris atau dikupas. Iris benih dengan arah vertikal sehingga seluruh bagian internal dapat diamati. Amati warna, tekstur kulit benih serta adanya struktur tambahan 4. Gambar benih utuk dan struktur internalnya, beri keterangan masing masing ba gian benih Panduan Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Tahun 0

PERCOBAAN I Pengaruh Kondisi Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai. Pendahuluan

PERCOBAAN I Pengaruh Kondisi Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai. Pendahuluan PERCOBAAN I Pengaruh Kondisi Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai Pendahuluan Latar belakang Penyimpanan benih merupakan suatu upaya untuk mempertahankan viabilitas benih sampai benih saat ditanam

Lebih terperinci

PERCOBAAN I STRUKTUR BENIH. Pendahuluan

PERCOBAAN I STRUKTUR BENIH. Pendahuluan PERCOBAAN I STRUKTUR BENIH Pendahuluan Latar Belakang : Benih terdiri atas tiga komponen, yaitu kulit benih, embrio dan cadangan makanan. Kulit benih,yang merupakan lapisan terluar benih, dapat terdiri

Lebih terperinci

PERCOBAAN I Pengaruh Kondisi Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai. Pendahuluan

PERCOBAAN I Pengaruh Kondisi Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai. Pendahuluan PERCOBAAN I Pengaruh Kondisi Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai Pendahuluan Latar belakang Penyimpanan benih merupakan suatu upaya untuk mempertahankan viabilitas benih sampai benih saat ditanam

Lebih terperinci

PERCOBAAN I Pengaruh Kondisi Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai. Pendahuluan

PERCOBAAN I Pengaruh Kondisi Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai. Pendahuluan PERCOBAAN I Pengaruh Kondisi Simpan terhadap Daya Simpan Benih Kedelai Pendahuluan Latar belakang Penyimpanan benih merupakan suatu upaya untuk mempertahankan viabilitas benih sampai benih saat ditanam

Lebih terperinci

PERCOBAAN I STRUKTUR BENIH. Pendahuluan

PERCOBAAN I STRUKTUR BENIH. Pendahuluan PERCOBAAN I STRUKTUR BENIH Pendahuluan Latar Belakang : Benih terdiri atas tiga komponen, yaitu kulit benih, embrio dan cadangan makanan. Kulit benih,yang merupakan lapisan terluar benih, dapat terdiri

Lebih terperinci

PEMATAHAN DORMANSI BENIH

PEMATAHAN DORMANSI BENIH PEMATAHAN DORMANSI BENIH A. Pendahuluan 1. Latar Belakang. Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan

Lebih terperinci

PEMECAHAN DORMANSI DAN UJI TETRAZOLIUM BENIH TOPOGRAFIS

PEMECAHAN DORMANSI DAN UJI TETRAZOLIUM BENIH TOPOGRAFIS PEMECAHAN DORMANSI DAN UJI TETRAZOLIUM BENIH TOPOGRAFIS Dormansi merupakan strategi benih tumbuhan tertentu untuk dapat mengatasi lingkungan suboptimum guna mempertahankan kelanjutan hidup spesiesnya.

Lebih terperinci

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ PENDAHULUAN UJI VIABILITAS Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh secara normal pada kondisi optimum. - Kondisi optimum : kondisi yang

Lebih terperinci

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ

MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ MATERI 3. VIABILITAS, VIGOR DAN UJI TZ PENDAHULUAN UJI VIABILITAS Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh secara normal pada kondisi optimum. - Kondisi optimum : kondisi yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Darmaga pada

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di 14 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Fakultas Pertanian,, Medan dengan ketinggian ± 32 meter di atas permukaan laut, pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 4 bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih serta Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Oktober 2013 sampai bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dalam penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura Faperta IPB. Pelaksanaan percobaan dimulai dari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan Oktober 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor dan di Balai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Februari 2012 sampai Mei 2012. Penderaan fisik benih, penyimpanan benih, dan pengujian mutu benih dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH UJI DAYA KECAMBAH

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH UJI DAYA KECAMBAH LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH UJI DAYA KECAMBAH Nama : Amul Heksa Bajafitri NIM : 125040201111131 Kelompok : Jumat 11.00 Asisten : Intan Ratri Prasundari PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat 8 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2008 hingga Maret 2009 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai

Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai Lampiran 1 : Deskripsi Varietas Kedelai VARIETAS ANJASMORO KABA SINABUNG No. Galur MANSURIAV395-49-4 MSC 9524-IV-C-7 MSC 9526-IV-C-4 Asal Seleksi massa dari populasi Silang ganda 16 tetua Silang ganda

Lebih terperinci

Uji cepat viabilitas benih tanaman kehutanan: tusam, mangium, sengon, mahoni dan gmelina

Uji cepat viabilitas benih tanaman kehutanan: tusam, mangium, sengon, mahoni dan gmelina Standar Nasional Indonesia Uji cepat viabilitas benih tanaman kehutanan: tusam, mangium, sengon, mahoni dan gmelina ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata... iii

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan 1 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan tegalan Perumahaan Puri Sejahtera, Desa Haji Mena Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada Oktober 2013

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboraturium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Sumber Benih

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian Sumber Benih 13 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Departemen Agronomi dan Hortikultura, Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor dan Kebun Percobaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan di Desa Jatimulyo, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Produksi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum

BAHAN DAN METODE. = nilai peubah yang diamati µ = nilai rataan umum 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih Leuwikopo, Institut Pertanian Bogor, Dramaga-Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai TINJAUAN PUSTAKA Botani Kedelai Kedelai termasuk tanaman kacang-kacangan dengan klasifikasi lengkap tanaman kedelai adalah sebagai berikut, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 13 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 hingga Januari 2011 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan

III. BAHAN DAN METODE. dengan Januari Pengujian viabilitas dilakukan di Laboratorium Pemuliaan 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan tegalan Perumahaan Puri Sejahtera, Desa Haji Mena, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada Oktober 2013

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Uji perkecambahan benih padi dengan menggunakan konsentrasi larutan Kalium Nitrat (KNO 3 ) 3%

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Uji perkecambahan benih padi dengan menggunakan konsentrasi larutan Kalium Nitrat (KNO 3 ) 3% BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari hasil pengamatan diperoleh data persentase kecambah normal, kecambah abnormal, benih segar tidak tumbuh, benih mati yang disajikan dalam bentuk Tabel 1 berikut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode 23 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Agustus 2012. Perbanyakan benih dilakukan pada bulan Maret-Juni 2012 di KP Leuwikopo. Pengujian benih dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah lama perendaman (L) di dalam

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri dari 4 taraf perlakuan. Faktor kedua adalah lama perendaman (L) di dalam BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG 6000 (K) terdiri dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 5x4. Faktor pertama adalah konsentrasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim 15 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Buncis Buncis berasal dari Amerika Tengah, kemudian dibudidayakan di seluruh dunia di wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 11 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Desember 2011 di Laboratorium Agromikrobiologi, Balai Pengkajian Bioteknologi, BPPT PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan;

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih

TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Viabilitas dan Vigor benih 4 TINJAUAN PUSTAKA Benih Bermutu Mutu benih merupakan sebuah konsep yang kompleks yang mencakup sejumlah faktor yang masing-masing mewakili prinsip-prinsip fisiologi, misalnya daya berkecambah, viabilitas,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAK A. 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai II. TINJAUAN PUSTAK A 2.1 Karakteristik dan Komposisi Kimia Benih Kedelai Ukuran benih kacang kedelai berbeda-beda antarvarietas, ada yang kecil, sedang, dan besar. Warna bijinya kebanyakan kuning kecoklatan

Lebih terperinci

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) Standar Nasional Indonesia Uji mutu fisik dan fisiologis benih sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro pada tanggal 27 Maret 2017-23 Mei

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Asam Jawa (Tamarindus indica) Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai umur hingga 200 tahun. Akar pohon asam jawa yang dalam, juga membuat

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SORTASI BENIH, UJI VIABILITAS DAN UJI VIGOR BENIH

LAPORAN PRAKTIKUM SORTASI BENIH, UJI VIABILITAS DAN UJI VIGOR BENIH LAPORAN PRAKTIKUM SORTASI BENIH, UJI VIABILITAS DAN UJI VIGOR BENIH Oleh : Golongan A/Kelompok 6B 1. Kizah Musdalifah 161510501012 2. Ulin Nuha Soraya 161510501210 LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH PROGRAM

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari Oktober 2013 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

Pengujian Daya Berkecambah

Pengujian Daya Berkecambah Pengujian Daya Berkecambah Siti Fadhilah, SP., M.Si Balai Besar Pengembangan Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura 2018 Disampaikan dalam Bimbingan Teknis Petugas Pengambilan Contoh dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan menggunakan 2 faktor, 12 kombinasi perlakuan dan 3 kali ulangan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Bahan dan Alat Metode Pelaksanaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Darmaga, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Februari 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Juni tahun 2009. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan 30 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Laboratorium Teknologi Benih dan Pemuliaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Agustus sampai Oktober

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL

PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) VARIETAS OVAL J. Agrotek Tropika. ISSN 27-4 24 Jurnal Agrotek Tropika 1():24-251, 21 Vol. 1, No. : 24 251, September 21 PENGARUH KONSENTRASI ETANOL DAN LAMA PENDERAAN PADA VIABILITAS BENIH TOMAT (Lycopersicon esculentum

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian produksi benih dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian produksi benih dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian produksi benih dilaksanakan di Kebun Percobaan Politeknik Negeri Lampung mulai dari bulan Maret sampai Juni 2009. Pengujian viabilitas benih

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai dengan Bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai dengan Bulan 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari Bulan Agustus 2011 sampai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu, di Laboratorium PKHT IPB, Baranangsiang untuk pengujian kadar air dan penyimpanan dengan perlakuan suhu kamar dan suhu rendah.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Benih Indigofera yang digunakan dalam penelitian ini cenderung berjamur ketika dikecambahkan. Hal ini disebabkan karena tanaman indukan sudah diserang cendawan sehingga

Lebih terperinci

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi.

I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit keras dengan fisik dan kimiawi. I. Judul Pematahan Dormansi Biji II. Tujuan Untuk mengetahui pengaruh cara pematahan dormansi pada biji berkulit III. keras dengan fisik dan kimiawi. Tinjauan Pustaka Biji terdiri dari embrio, endosperma,

Lebih terperinci

UJI POTENSI BERKECAMBAH BENIH, UJI DAYA BERKECAMBAH BENIH, UJI KESEREMPAKAN BERKECAMBAH BENIH, DAN UJI INDEKS KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH

UJI POTENSI BERKECAMBAH BENIH, UJI DAYA BERKECAMBAH BENIH, UJI KESEREMPAKAN BERKECAMBAH BENIH, DAN UJI INDEKS KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH UJI POTENSI BERKECAMBAH BENIH, UJI DAYA BERKECAMBAH BENIH, UJI KESEREMPAKAN BERKECAMBAH BENIH, DAN UJI INDEKS KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk hidup yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG (Polyethylene

BAB III METODE PENELITIAN. dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG (Polyethylene BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi larutan PEG (Polyethylene Glycol)

Lebih terperinci

Tipe perkecambahan epigeal

Tipe perkecambahan epigeal IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran dan jumlah sel tanaman sedangkan perkembangan tanaman merupakan suatu proses menuju kedewasaan. Parameter pertumbuhan meliputi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

MODUL III UJI POTENSI BERKECAMBAH BENIH,UJI DAYA BERKECAMBAH BENIH, UJI KESEREMPAKAN BERKECAMBAH BENIH DAN UJI INDEKS KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH

MODUL III UJI POTENSI BERKECAMBAH BENIH,UJI DAYA BERKECAMBAH BENIH, UJI KESEREMPAKAN BERKECAMBAH BENIH DAN UJI INDEKS KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH MODUL III UJI POTENSI BERKECAMBAH BENIH,UJI DAYA BERKECAMBAH BENIH, UJI KESEREMPAKAN BERKECAMBAH BENIH DAN UJI INDEKS KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk hidup yang

Lebih terperinci

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN

MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN MATERI 1 STRUKTUR BENIH DAN TIPE PERKECAMBAHAN I. PENDAHULUAN Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik benih yang mencangkup

Lebih terperinci

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Pengamatan Pengamatan dilakukan dengan mengamati kecambah benih merbau yang hidup yaitu dengan cara memperhatikan kotiledon yang muncul ke permukaan tanah. Pada tiap perlakuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi 11 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Viabilitas Benih 2.1.1 Viabilitas benih Viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Juli - September 2010.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kabupaten 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di desa Pajaresuk Kecamatan Pringsewu Kabupaten Pringsewu untuk mendapatkan benih tomat dan di Laboratorium Benih dan

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang

HASIL DA PEMBAHASA. Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang HASIL DA PEMBAHASA 21 Percobaan 1. Pengujian Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Viabilitas Benih Padi Gogo Varietas Towuti dan Situ Patenggang Tabel 1 menunjukkan hasil rekapitulasi sidik ragam pengaruh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Biji Buru Hotong Gambar biji buru hotong yang diperoleh dengan menggunakan Mikroskop Sterio tipe Carton pada perbesaran 2 x 10 diatas kertas millimeter blok menunjukkan

Lebih terperinci

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan : hibrida Bentuk tanaman : tegak Tinggi tanaman : 110-140 cm Umur tanaman : mulai berbunga 65 HST mulai panen 90 HST Bentuk kanopi : bulat Warna batang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium silvikultur Institut Pertanian Bogor serta laboratorium Balai Penelitian Teknologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim Ordo Solanales, family solanaceae, genus Lycopersicon, spesies Lycopersicon esculentum Mill. Tomat sangat bermanfaat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Benih, Laboratorium Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Dramaga

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Maret 2014 di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Maret 2014 di 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Maret 2014 di Lahan BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Merbau Darat 1. Deskripsi Ciri Pohon Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut (Martawijaya dkk., 2005). Regnum Subregnum Divisi Kelas Famili

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 21 I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perkecambahan Biji 1. Kecepatan Kecambah Viabilitas atau daya hidup biji biasanya dicerminkan oleh dua faktor yaitu daya kecambah dan kekuatan tumbuh. Hal

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 25 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian dilaksanakan di PPKS Marihat, Pematang Siantar, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan selama 5 bulan, dimulai tanggal 1 Maret hingga 24 Juli 2010.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Desember 2016 April 2017 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Desember 2016 April 2017 di 15 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Materi Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada Desember 2016 April 2017 di Laboratorium Fisiologi dan Pemuliaan Tanaman, Universitas Diponegoro, Semarang. Bahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit 20 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Percobaan I. Pengaruh Suhu Air dan Intensitas Perendaman terhadap Perkecambahan Benih Kelapa Sawit Berdasarkan rekapitulasi hasil sidik ragam pada Tabel 1 menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 13 METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor pada bulan Desember 2011 sampai Agustus

Lebih terperinci

PENYIAPAN BENIH TANAMAN PADI

PENYIAPAN BENIH TANAMAN PADI PETUNJUK LAPANGAN Oleh : M Mundir BP3K Nglegok PENYIAPAN BENIH TANAMAN PADI 1 PENYIAPAN BENIH UNTUK PERBENIHAN PADI I. LATAR BELAKANG Benih padi bermutu tinggi sangat penting dalam suatu usahatani, karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri atas 2 faktor dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah suhu penyimpanan

Lebih terperinci

1. Kecambah Normal. adalah kecambah yang menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal jika ditanam dalam kondisi optimum.

1. Kecambah Normal. adalah kecambah yang menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal jika ditanam dalam kondisi optimum. 1. Kecambah Normal adalah kecambah yang menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal jika ditanam dalam kondisi optimum. Tiga kategori kecambah yang dapat diklasifikasikan sebagai kecambah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Dramaga, Bogor untuk pengujian

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM EKOFISIOLOGI TUMBUHAN. Disusun oleh: Ni Luh Arpiwi, S.Si., M.Sc., Ph.D

PENUNTUN PRAKTIKUM EKOFISIOLOGI TUMBUHAN. Disusun oleh: Ni Luh Arpiwi, S.Si., M.Sc., Ph.D PENUNTUN PRAKTIKUM EKOFISIOLOGI TUMBUHAN Disusun oleh: Ni Luh Arpiwi, S.Si., M.Sc., Ph.D PRODI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM 04 DAFTAR ISI. CEKAMAN GARAM TERHADAP PERTUMBUHAN KCANG

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Jengkol Klasifikasi tanaman jengkol dalam ilmu tumbuh-tumbuhan dimasukkan dalam klasifikasi sebagai berikut (Pitojo,1992). Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae

Lebih terperinci

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN Jl. Pakuan Ciheuleut, PO Box 105 Bogor, Telp/Fax :

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN Jl. Pakuan Ciheuleut, PO Box 105 Bogor, Telp/Fax : BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN Jl. Pakuan Ciheuleut, PO Box 105 Bogor, Telp/Fax : 0251-8327768, E-mail : btpbogor@dephut.go.id KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 13 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan Oktober 2015 sampai dengan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan I dilakukan pada Laboratorium Benih Fakultas Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan I dilakukan pada Laboratorium Benih Fakultas Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini terdiri atas 2 (dua) percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan I dilakukan pada Laboratorium Benih Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri Maulana Malik Ibrahim malang. Pada bulan Desember 2011 sampai

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri Maulana Malik Ibrahim malang. Pada bulan Desember 2011 sampai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim malang. Pada bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 24 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Propagul Rhizophora mucronata dikecambahkan selama 90 hari (3 bulan) dan diamati setiap 3 hari sekali. Hasil pengamatan setiap variabel pertumbuhan dari setiap

Lebih terperinci

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan November 2013

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan November 2013 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan November 2013 sampai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat ketiga setelah padi dan jagung. Konsumsi penduduk dunia, khususnya penduduk negara-negara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam ordo Palmales, Famili Palmae, Subfamili Cocoidae,

Lebih terperinci

Benih jambu mete (Anacardium occidentale L.)

Benih jambu mete (Anacardium occidentale L.) Standar Nasional Indonesia Benih jambu mete (Anacardium occidentale L.) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1

Lebih terperinci

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN

MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN MUTU FISIOLOGIS BENIH JAGUNG DARI BEBERAPA UJI PENGECAMBAHAN Oom Komalasari dan Ramlah Arief Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Mutu fisiologis jagung berpengaruh terhadap vigor awal tanaman dan

Lebih terperinci

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN 1. Serealia ) Pengolahan jagung : a. Pembuatan tepung jagung (tradisional) Bahan/alat : - Jagung pipilan - Alat penggiling - Ember penampung

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ektrak Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap Persentase Daya Berkecambah Benih Kakao (Theobroma cacao L.) Pengamatan persentase

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Pengaruh Lot Benih dan Kondisi Tingkat Kadar Air Benih serta Lama Penderaan pada PCT terhadap Viabilitas

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Pengaruh Lot Benih dan Kondisi Tingkat Kadar Air Benih serta Lama Penderaan pada PCT terhadap Viabilitas 16 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Laboratorium Hortikultura dan rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga. Penelitian ini

Lebih terperinci

PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN

PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN PENGARUH PERLAKUAN PENGAMPLASAN TERHADAP KECEPATAN BERKECAMBAH BENIH AREN (Arenga pinnata) Kamaludin Fakultas pertanian Universitas Kapuas Sintang e-mail : kamaludinkamal27@yahoo.co.id Abstrak: Tanaman

Lebih terperinci