EVALUASI KURIKULUM STTN SEBAGAI PENGANALISIS KESELAMATAN PLTN DALAM MENDUKUNG KEGIATAN TSO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI KURIKULUM STTN SEBAGAI PENGANALISIS KESELAMATAN PLTN DALAM MENDUKUNG KEGIATAN TSO"

Transkripsi

1 EVALUASI KURIKULUM STTN SEBAGAI PENGANALISIS KESELAMATAN PLTN DALAM MENDUKUNG KEGIATAN TSO D. T. Sony Tjahyani Pusat Teknologi dan Keselamatan Nuklir-BATAN Kawasan Puspiptek-Serpong, Tangerang, Abstrak EVALUASI KURIKULUM STTN SEBAGAI PENGANALISIS KESELAMATAN PLTN DALAM MENDUKUNG KEGIATAN TSO. Salah satu infrastruktur yang diperlukan dalam persiapan pembangunan PLTN adalah TSO (Technical Support Organization) yang bertugas untuk mengevaluasi keselamatan PLTN yang dibangun. Oleh karena itu diperlukan SDM sebagai penganalis keselamatan yang berasal dari BATAN dan lulusan dari universitas/sekolah tinggi yang berbasis teknologi Nuklir. Salah satu sekolah tinggi yang memenuhi persyaratan tersebut adalah STTN yang mempunyai jurusan Teknokimia Nuklir dan Teknofisika Nuklir. Makalah ini membahas kesiapan lulusan STTN sebagai penganalisis keselamatan dalam kegiatan TSO. Kajian dilakukan dengan membandingkan lingkup tugas dalam analisis keselamatan dari pedoman IAEA SS-23, SS-30 dan SS-25 terhadap kurikulum di STTN khususnya dalam jurusan Teknofisika. Berdasarkan hasil kajian menunjukkan bahwa kurikulum yang diajarkan pada jurusan Teknofisika khususnya pada program studi Elektromekanik mampu menunjang kegiatan TSO sebagai penganalisis keselamatan baik secara deterministik maupun probabilistik. Katakunci: kurikulum, SDM, penganalisis keselamatan, PLTN, TSO Abstract EVALUATION OF STTN CURICULUM AS NPP SAFETY ANALYST TO SUPPORT TSO ACTIVITY. TSO (Technical Support Organization) is one of infrastructure which is needed for preparation of NPP construction. Task of TSO is to evaluate NPP safety which is built. So, it is necessary human resources as safety analyst which are from BATAN and university/college graduate based on nuclear technology. One of college which comply with a request is STTN that is consist of department for nuclear technochemistry and nuclear technophysics. This paper discusses about STTN graduate readiness as safety analyzer of TSO activity. The assessment is done by comparing task of safety analysis based on SS-23, SS-30 and SS-25 with STTN curriculum especially department of technophysics. The assessment results showed that curriculum are learned in technophysics department especially in electromechanic study program is capable to support TSO activity as safety analyst both deterministic and probabilistic analysis. Keywords: curriculum, human resources, safety analyst, NPP, technical support organization PENDAHULUAN Energi selalu menjadi prioritas dalam pembangunan karena mempunyai posisi strategis dalam kelangsungan suatu bangsa, sehingga kebijakan pemerintah mengusahakan sistem pembauran (mixed) dalam penggunaan energi. PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) merupakan salah satu jenis energi yang diharapkan sebagai penyedia energi di Indonesia. Program pembangunan PLTN telah dipersiapkan sejak lama, hal ini terbukti dengan banyaknya produk hukum D. T. Sony T. STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 59

2 yang dihasilkan untuk menjamin kelangsungan program PLTN dalam jangka pendek, menengah maupun panjang [1-7]. Salah satu infrastruktur yang harus disediakan atau dipersiapkan dalam pembangunan PLTN adalah SDM. Salah satunya adalah mempersiapkan SDM sebagai TSO (Technical Support Organization). TSO merupakan organisasi yang memberikan bantuan teknis berupa jasa konsultasi, studi kelayakan, persyaratan teknis, pendesainan, rekayasa teknis dan lain-lainnya terhadap industri, operator/pemilik serta badan regulasi. Oleh karena itu TSO dapat berfungsi berdasarkan permintaan dari ke-3 lembaga tersebut, walaupun sebagai tahap awal dan harus segera dilakukan adalah menunjang kegiatan badan regulasi dan operator. Secara institusi, salah satu tugas BATAN adalah sebagai TSO. Dalam kajian sebelumnya [8,9] telah didapatkan kesimpulan bahwa SDM di BATAN siap sebagai mitra bestari atau reviewer untuk laporan analisis keselamatan probabilistik, demikian juga untuk laporan analisis keselamatan pendahuluan dan merevisi laporan analisis keselamatan akhir. Meskipun demikian masih diperlukan banyak SDM untuk mendapatkan tingkat kualitas dan kuantitas sebagai TSO yang andal. Terutama untuk menyusun laporan analisis keselamatan masih diperlukan sejumlah SDM yang berkompeten. Hal ini diperparah lagi walaupun secara infrastruktur (peraturan dan regulasi) program PLTN disiapkan secara terus menerus serta berdasarkan lembaga survey independen sebesar 57,6% menerima pembangunan PLTN [10], tetapi kepastian tahun pembangunan masih belum dipastikan. Kondisi ini mempersulit dalam penyiapan jumlah SDM yang tepat yaitu apabila dibutuhkan secara mendadak. Maka salah satu strategi adalah mengambil SDM dari lulusan sekolah tinggi/universitas/institut yang berbasis keilmuan teknologi nuklir. Salah satu sebagai penyedia SDM untuk menunjang TSO dari jalur perguruan tinggi adalah lulusan STTN (Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir). Hal ini sesuai dengan visi STTN yaitu penyedia SDM iptek nuklir yang profesional [11]. Dengan misinya adalah menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat secara profesional dan berkelanjutan. Membangun dan menerapkan nilai-nilai moral dan etika akademis. Menerapkan dan mengembangkan Sistem Manajemen Mutu Terpadu. Dalam makalah ini akan dibahas tentang evaluasi kurikulum STTN untuk mengkaji kemampuan lulusan STTN dalam menunjang TSO secara nasional. Kajian dilakukan dengan membandingkan kurikulum STTN dengan persyaratan kompetensi berdasarkan ketentuan/pedoman IAEA serta membandingkan silabus kurikulum tersebut dengan silabus pada pendidikan lain yang mengkhususkan dalam bidang teknologi nuklir. Lingkup bahasan hanya berdasarkan persiapan SDM sebagai penganalisis keselamatan dalam mendukung kegiatan TSO tahap pertama. TUGAS SDM PENGANALISIS KESELAMATAN DAN PROGRAM STUDI DI STTN Sesuai dengan persyaratan dari IAEA [12], proses analisis (kajian) keselamatan mencakup analisis keselamatan secara deterministik dan probabilistik. Analisis tersebut harus mempertimbangkan kejadian pemicu terpostulasi (PIE, Postulated Initiating Event) yang mencakup banyak faktor baik secara tunggal atau kombinasi, yang berpengaruh terhadap keselamatan. Faktor tersebut berasal dari pengoperasian PLTN itu sendiri, tindakan manusia dan faktor eksternal. Berdasarkan analisis ini, dasar desain untuk item yang penting bagi keselamatan harus ditetapkan dan dipastikan. Dalam kegiatan ini juga harus ditunjukkan bahwa PLTN yang di desain mampu memenuhi batas yang ditentukan dalam lepasan radioaktif dan batasan yang dapat diterima untuk dosis radiasi potensial pada setiap kategori kondisi PLTN, serta pertahanan berlapis (defence in depth) telah dilakukan. Program komputer, metoda analitik dan model PLTN yang digunakan dalam analisis keselamatan harus diverifikasi dan divalidasi, serta pertimbangan yang cukup harus diberikan untuk mengatasi ketidakpastian. Tugas dalam analisis keselamatan deterministik harus melakukan hal-hal berikut: memastikan bahwa kondisi dan batas operasional adalah sesuai dengan asumsi dan tujuan desain pada kondisi normal; mengkarakterisasi PIE sudah sesuai dengan desain dan tapak; melakukan analisis dan evaluasi rentetan kejadian (event sequence) yang dihasilkan dari PIE; membandingkan hasil analisis dengan batas desain dan kriteria penerimaan radiologi; menetapkan dan memastikan dasar desain; serta menunjukkan bahwa manajemen kejadian operasional terantisipasi dan kecelakaan dasar desain adalah dimungkinkan melalui respon secara otomatik dari sistem keselamatan dikombinasikan dengan tindakan operator. Tugas dalam analisis keselamatan probabilistik harus melakukan hal berikut: memberikan analisis secara sistematik untuk memberikan tingkat kepercayaan bahwa desain sesuai dengan tujuan keselamatan; menunjukkan bahwa kesetimbangan desain telah tercapai yaitu tidak ada fitur atau PIE tertentu yang menimbulkan kontribusi signifikan STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA D. T. Sony T. 60

3 terhadap resiko keseluruhan; menunjukkan bahwa 2 (dua) level pertama dari pertahanan berlapis mempunyai tugas utama dalam menjamin keselamatan nuklir; memberikan kepastian bahwa dapat mencegah segala penyimpangan kecil pada parameter PLTN yang menimbulkan perlakuan PLTN menjadi kondisi abnormal yang parah (cliff edge effects); melakukan kajian terhadap frekuensi kerusakan teras dan resiko lepasan karena kegagalan pengungkung (containment); melakukan kajian secara probabilistik terhadap kejadian dan konsekuensi bahaya eksternal, khususnya pada tapak PLTN yang mempunyai spesifik tertentu; mengidentifikasi sistem untuk perbaikan desain atau modifikasi prosedur operasional sehingga dapat mengurangi probabilitas kecelakaan parah atau memitigasi konsekuensinya; menjamin kecukupan prosedur kedaruratan; serta memverifikasi pemenuhan target probabilistik. Sebagai sekolah tinggi yang menghasilkan SDM berbasis teknologi nuklir, maka STTN mempunyai 2 jurusan yaitu: Teknokimia Nuklir dan Teknofisika Nuklir. Jurusan Teknofisika Nuklir terdiri dari 2 program studi yaitu Elektronika dan Instrumentasi (ELIN) serta Elektromekanik (ELEMEK) [11]. Seperti halnya dalam kurikulum perguruan tinggi lainnya, maka mata kuliah STTN terbagi atas 5 (lima) kelompok yaitu: MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian), MKK (Mata Kuliah Keilmuan dan Ketrampilan), MKB (Mata Kuliah Keahlian Berkarya), MPB (Mata Kuliah Perilaku Berkarya) dan MBB (Mata Kuliah Berkehidupan Bersama). METODE Evaluasi kurikulum ditekankan pada mata kuliah yang termasuk kelompok MKK, MKB dan MPB dengan melihat silabus pada program studi teknofisika nuklir yang berhubungan dengan tugas analisis keselamatan pada PLTN, selanjutnya menentukan jenis mata kuliahnya. Dalam kajian ini dipilih program studi teknofisika karena silabus dari program tersebut lebih sesuai dengan tugas TSO dalam persiapan pembangunan PLTN di Indonesia. Evaluasi dibatasi berdasarkan persiapan SDM untuk TSO dalam lingkup penganalisis keselamatan. Kajian dihubungkan dengan lingkup tugas yang dipersyaratkan dalam analisis keselamatan baik secara deterministik maupun probabilistik dari pedoman IAEA SS-23 [13], SS-30 [14] dan SS-25 [15]. Kajian juga dibandingkan dengan kurikulum program studi S-1 untuk Teknik Nuklir [16]. Selanjutnya dilakukan saran atau rekomendasi silabus yang harus ditambahkan sehingga SDM lulusan STTN siap pakai sebagai penganalisis keselamatan dalam TSO. PEMBAHASAN Seperti diuraikan pada SS-23, SS-30 dan SS-25 serta substansi dari ketiga pedoman tersebut telah dibahas dalam kajian sebelumnya [8,9], maka secara garis besar lingkup kegiatan analisis keselamatan deterministik adalah memprediksi atau memperkirakan respon PLTN pada kondisi operasi tertentu terhadap kejadian pemicu terpostulasi. Analisis dilakukan berdasarkan aturan-aturan dan kriteria penerimaan (acceptance criteria) tertentu. Sebagai fokus analisis adalah neutronik/fisika reaktor; perilaku bahan bakar, thermohidrolik, aspek radiologi dan struktur (dispersi dan pengungkung), serta manajemen kecelakaan parah. Faktor-faktor tersebut dianalisis dengan menggunakan peralatan komputasi yang berbeda baik dari segi perangkat keras maupun lunak. Secara umum lingkup kegiatan analisis keselamatan probabilitik (PSA) merupakan kombinasi kejadian pemicu dan skenario (rentetan kecelakaan) dalam pengembangan kejadian serta konsekuensinya dalam memperkirakan frekuensi kerusakan teras, faktor sumber (source term) atau semua resiko yang ditimbulkan dari operasi PLTN. Maka dari itu analisis terbagi atas 3 level yaitu level 1, level 2 dan level 3. Sebagai fokus analisis untuk PSA level 1 adalah keandalan sistem, skenario rentetan kecelakaan, kegagalan komponen dan kesalahan manusia. Sedangkan level 2 adalah evaluasi dan kuantifikasi fenomena fisis kecelakaan kerusakan teras parah. Untuk level 3, melakukan analisis tentang proses transport radionuklida setelah lepas dari pengungkung yaitu melakukan analisis pemodelan deposisi dan transport di udara; pathway model dan model pengaruh terhadap kesehatan manusia/makhluk hidup dan lingkungan. Namun demikian sesuai dengan peraturan pemerintah No. 43 Tahun 2006 yang diharapkan dalam analisis probabilistik pada pembangunan PLTN pertama adalah PSA level 1 yaitu menentukan frekuensi/probabilitas kerusakan teras (CDF, Core Damage Frequency). Maka dari itu, tugas awal dan yang dianggap mendesak sebagai TSO dalam persiapan pembangunan PLTN pertama di Indonesia adalah minimal mampu mengevaluasi LAK (Laporan Analisis Keselamatan) khususnya pada bagian analisis keselamatan/kecelakaan dan analisis keselamatan probabilistik. Berdasarkan hal tersebut, maka sebagai dasar dari SDM penganalisis keselamatan harus mempunyai knowledge terhadap 3 (tiga) hal. Pertama harus mengetahui prinsip sistem kerja PLTN dengan berbagai tipenya. Kedua memahami fenomena atau prinsip secara ilmiah untuk berbagai fokus analisis seperti disebutkan di atas yang terjadi D. T. Sony T. STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 61

4 pada setiap komponen dan sistem, serta ketiga penggunaan dan logika pemodelan dalam perangkat lunak (computer code). Mengenai hal ke-1 dan ke-2 perlu ditekankan pada teknologi PLTN generasi III atau III + karena kedua jenis tipe PLTN tersebut yang mempunyai peluang terbesar untuk dibangun di Indonesia. Terutama pada bagian fitur keselamatan teknis (ESF, Engineered Safety Feature) yang bekerja secara pasif. Sesuai dengan Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa [17], mata kuliah kelompok MKK ditujukan untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan ketrampilan tertentu. MKB untuk menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan dasar ilmu dan ketrampilan yang dikuasai, sedangkan MPB bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan dasar ilmu dan ketrampilan yang dikuasai. Maka berdasarkan definisi tersebut, ketiga kelompok mata kuliah tersebut yang sesuai sebagai bahan kajian. Seperti diketahui bahwa jenis metoda analisis keselamatan adalah deterministik dan probabilistik, serta sebagai penganalisis keselamatan merupakan kegiatan yang interdisiplin terutama apabila dihubungkan dengan kegiatan penyusunan atau review dalam laporan analisis keselamatan (LAK) atau deterministik dan laporan analisis keselamatan probabilistik (LAKP). Maka dari itu seluruh mata kuliah yang berbasiskan teknologi nuklir di STTN pada prinsipnya diperlukan dalam mendukung kegiatan TSO. Namun sebagai fresh graduate serta dihubungkan dengan persiapan awal pembangunan PLTN pertama di Indonesia dan persyaratan regulasi di Indonesia ada beberapa mata kuliah yang perlu mendapat penekanan khusus karena mendukung langsung sebagai penganalisis keselamatan, seperti ditunjukkan dalam Tabel 1 dan 2. Dari kedua tabel tersebut bila dikelompokkan mata kuliah yang mendukung analisis deterministik dan analisis probabilistik seperti ditunjukkan dalam Tabel 3. Dalam Tabel 3 tersebut, no 1 s/d no. 3 untuk mendukung analisis deterministik bidang thermohidrolik, sedangkan no 4 s/d 5 yang berhubungan dengan analisis deterministik bidang neutronik. Dari Tabel 3 tersebut juga terlihat bahwa beberapa mata kuliah diperlukan baik dalam analisis deterministik maupun probabilistik, terutama pemograman komputer dan komputasi numerik, karena dalam analisis keselamatan diperlukan bantuan penggunaan program komputer yang berukuran besar dan sudah tervalidasi, misalnya: WIMS, CITATION, RELAP5/SCDAP, SAPHIRE, dan lain-lainnya, serta membuat pemodelan. Maka secara substansi, beberapa mata kuliah yang diberikan di STTN untuk jurusanteknofisika nuklir khususnyan program studi elektromekanik, sudah dapat sebagai persiapan SDM penganalisis keselamatan baik deterministik maupun probabilistik. Namun demikian SDM yang diperlukan memang harus mempunyai kompetensi yang cukup baik, maka nilai-nilai dari mata kuliah yang menunjang dalam analisis tersebut diharapkan minimal mempunyai nilai B. Kurikulum tersebut bila dibandingkan dengan mata kuliah untuk program S-1 pada program studi Teknik Nuklir memamg berbeda terutama kelompok mata kuliah yang digunakan sebagai penganalisis keselamatan, yaitu mata kuliah teori yang bersifat tingkat lanjut (advanced). Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan program diploma- IV yang menekankan komposisi praktek yang cukup besar. Mata kuliah yang sangat diperlukan sebagai pendukung dalam analisis keselamatan tetapi mempunyai komposisi yang kecil adalah kelompok mata kuliah Komputer dan Numerik. Kelompok mata kuliah tersebut adalah: Pemograman Komputer, Metode Numerik, Komputasi Nuklir dan Matematika Teknik (dalam program S-1, Matematika Teknik mempunyai komposisi 5 SKS). Pada program S-1, mata kuliah tersebut dipisahkan cukup jelas dengan mendapatkan porsi SKS yang cukup besar. Pada STTN, Pemograman Komputer dan Metode Numerik dijadikan satu menjadi Pemograman Komputer dan Komputasi Numerik, walaupun praktek Pemograman Komputer pada STTN mempunyai porsi yang cukup besar yaitu 2 SKS. Sedangkan mata kuliah Komputasi Nuklir yang banyak diperlukan dalam mendukung analisis keselamatan deterministik (terutama untuk neutronik) tidak diberikan. Mungkin saja konsep dasar matematisnya sudah disinggung dalam mata kuliah Matematika Teknik, tetapi belum dibahas mengenai penyelesaian dan pendekatan secara numerik. Mata kuliah mengenai pemograman komputer dan numerik diperlukan dalam prosedur analisis keselamatan terutama dalam tahapan pemilihan STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA D. T. Sony T. 62

5 Tabel 1. Mata Kuliah Program Studi ELIN STTN Sebagai Penganalisis Keselamatan Dalam Menunjang Tugas TSO MKK MKB MPB 1. Fisika Modern 2. Statistik 3. Thermodinamika 4. P. Komputer dan K. Numerik (T&P) 5. Fisika 6. Perpindahan Panas 7. Mekanika Fluida 8. Ilmu bahan I *) T = Teori P= Praktek 1. Alat Deteksi dan Pengukuran Radiasi (T& P) 2. Instrumentasi Nuklir 3. PLTN dan Pembangkit Konvensional 4. Teknik instrumentasi dan kendali (T&P) 5. Pemeliharaan Instrumentasi Nuklir (T&P) 6. Kinetika dan Pengendalian (T &P) 7. Minat Teknologi : a. Perancangan Sistem b. Instrumentasi dan Kendali c. Keselamatan 1. Proteksi dan Keselamatan radiasi (T&P) 2. Perundang-undangan Tenaga Nuklir Tabel 2. Mata Kuliah Program Studi ELEMEK STTN Sebagai Penganalisis Keselamatan Dalam Menunjang Tugas TSO MKK MKB MPB 1. Statistik 2. Prakt. Gambar Teknik I dan II 3. Termodinamika 4. Fisika Modern 5. P. Komputer & Numerik (Teori dan Praktek) 6. Fisika 7. Perpindahan Panas 8. Mekanika Fluida 9. Ilmu Bahan (Teori dan Praktek) 10. Mekatronika II 1. Teknik Tenaga Listrik I & II 2. Elemen Mesin I & II 3. Statika Struktur 4. Mekanika Kekuatan Bahan 5. Sistem PLTN dan Pembangkit Konvensional 6. Perlengkapan Sistem Tenaga 7. Kinetika dan Pengendalian (T&P) 8. Pembangkit Uap dan Turbin 9. Kelompok Pilihan Teknologi : a. Perancangan Sistem b. Keselamatan c. Instrumentasi dan Kendali 10. Kelompok Pilihan Sistem Tenaga: a. Keandalan Distribusi Daya Listrik b. Sistem Proteksi dan Keselamatan 11.Kelompok Pilihan Teknologi Bahan: a. Teknik Metalurgi b. Teknik Pengujian dan Inspeksi c. UTR 1. Alat Deteksi & Pengukuran Radiasi (T dan P) 2. Perundang-undangan Tenaga Nuklir *) T = Teori P= Praktek D. T. Sony T. STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 63

6 pendekatan (selection of approach) dimana dalam tahapan ini diperlukan pendekatan secara konservatif dan perkiraan terbaik (best estimate). Sehingga dalam tahapan tersebut akan menentukan pemilihan perangkat lunak yang digunakan serta pengembangan metodologi. Dalam pengembangan metodologi ini diperlukan untuk menentukan skenario dan modifikasi plant dengan mempertimbangkan kondisi awal dan batas. Tabel 3. Mata Kuliah STTN yang Berhubungan Langsung Dengan Analisis Deterministik Dan Probabilistik No Mata Kuliah Analisis Deterministik Analisis Probabilistik 1. Thermodinamika 2. Mekanika Fluida 3. Perpindahan Panas 4. Fisika 5. Kinetika dan Pengendalian (T &P) 6. Statistik 7. Gambar Teknik 8. Mekatronika II 9. Teknik instrumentasi dan kendali (T&P) 10 P. Komputer dan K. Numerik (T&P) 11 Instrumentasi dan Kendali 12 Perancangan Sistem 13 Keselamatan Sedangkan mata kuliah yang bersifat praktek yang menunjang langsung analisis keselamatan relatif sama bila dibandingkan dengan Program S-1 teknik nuklir, seperti praktikum fisika reaktor/praktikum kinetika dan pengendalian reaktor. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak menjadikan masalah karena memang tujuan pendidikan program S-1 dan D-4 agak sedikit berbeda (walapun jumlah SKS minimal sama yaitu 144 SKS). Dari sudut pandang sebagai penganalisis keselamatan, kurikulum program S-1 dalam program studi teknik nuklir menekankan secara detil pada sisi nuclear islands, sedangkan pada STTN (untuk program studi ELEMEK) walaupun tidak mendalam tetapi mencakup secara keseluruhan dari instalasi PLTN, sehingga tidak hanya nuclear islands, tetapi termasuk juga BOP (Balance of Plant) bahkan juga mencakup masalah distribusi kelistrikan yang dihasilkan dari PLTN. Bahkan bila dibandingkan dengan kelompok mata kuliah kompetensi teknologi reaktor pada program studi S-1 Teknik Nuklir, maka hampir 50% mata kuliah wajib kelompok teknologi reaktor pada program studi ELIN dan ELEMEK sama, yaitu: dinamika reaktor nuklir/kinetika dan pengendalian reaktor, keselamatan reaktor nuklir dan perancangan reaktor nuklir. Namun demikian, dalam kaitannya mempersiapkan SDM yang mampu menunjang kegiatan TSO dalam persiapan pembangunan PLTN yang pertama serta untuk menambah pemahaman atau lebih memperluas wacana mahasiswa, maka dalam silabus mata kuliah jurusan teknofisika perlu dilakukan penambahan/penajaman materi, baik secara teori maupun praktek. Secara praktek dapat diberikan penggunaan program komputer yang digunakan dalam analisis deterministik dan probabilistik dengan sebagai model analisis adalah sistem PLTN yang sederhana atau reaktor Kartini, TRIGA-Bandung dan RSG-GAS. Khususnya dalam analisis probabilistik, diperlukan materi statistik tingkat lanjut yang dihubungkan dengan teknik keandalan. Serta konsep pemahaman analisis pohon kegagalan (FTA, Fault Tree Analysis) dan analisis pohon kejadian (ETA, Event Tree Analysis) dengan memodelkan sistem yang sederhana dan tidak harus sistem yang ada di PLTN. Karena dalam FTA yang lebih penting adalah menumbuhkan cara logika berpikir secara induktif yaitu komponen atau faktor apa saja yang dapat menimbulkan kegagalan sistem sehingga nilai probabilitasnya dapat dihitung. Sedangkan ETA mengembangkan logika berpikir deduktif yaitu mengembangkan analisis terhadap rentetan kejadian atau kecelakaan, sehingga diharapkan dengan pemahaman kedua metoda ini mahasiswa dapat menganalisis secara probabilistik terhadap sistem dan antar sistem di dalam instalasi PLTN. Materi lain yang diperlukan dalam analisis probabilistik adalah mengenai analisis keandalan manusia (HRA, Human Reliability Analysis) yaitu untuk menentukan probabilitas kesalahan manusia yang sangat diperlukan dalam analisis sistem secara keseluruhan. Dalam silabus di program studi teknofisika-sttn, belum ada materi yang membahas hal tersebut. Mata kuliah yang ada hubungannya dengan hal tersebut adalah mata kuliah Keselamatan Kerja dan Ergonomi, namun bila dilihat dari silabusnya hanya menekankan keselamatan kerja serta K3 dalam bidang industri. STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA D. T. Sony T. 64

7 Namun demikian, apabila silabus untuk beberapa mata kuliah sudah padat karena dibatasi oleh jumlah SKS yang hanya 2 SKS untuk setiap mata kuliah pada program D-4, maka jika dianggap penting dan mendesak, penambahan materi atau praktek dapat dilakukan setelah lulus dengan diberikan semacam pelatihan atau kursus selama 1 semester. Materi-materi yang perlu ditambahkan antara lain: 1. Termohidrolika meliputi materi: mekanisme aliran fluida dan perpindahan panas, perpindahan panas yang aman dari teras reaktor, dasar perhitungan termohidrolik, pengaruh termohidrolik pada parameter desain reaktor, hidrolika pada kanal panas dan kalang (loop) sistem reaktor, batasan kriteria dalam parameter termohidrolik. 2. Kendali dan Dinamika plant lanjut meliputi materi: kondisi normal operasi, sistem kendali dan instrumentasi, konsep dinamika reaktor dan kendali proses, kendali gangguan dan transien, reaktor trip, turbin trip, transien berhubungan dengan air umpan dan sistem pendingin, analisis gangguan. 3. Perlengkapan mekanik dalam plant meliputi materi: bejana tekan reaktor, perisai, pompa sirkulasi dan umpan, pressurizer, pembangkit uap, perlengkapan pendingin dan ventilasi. 4. Keselamatan PLTN meliputi materi: persyaratan keselamatan, konsep dalam keselamatan dan keandalan, kecelakaan kehilangan pendingin, konsep desain sistem keselamatan, analisis resiko dan keandalan, prosedur keselamatan operasi. Salah satu hal yang biasa terjadi dan sering ditemui pada lulusan yang termasuk dalam klasifikasi fresh graduate sebagai penganalisis keselamatan adalah mahasiswa mampu menghitung dengan menggunakan program komputer yang cukup besar, tetapi naluri dan insting keteknikan atau kerekayasaannya belum berkembang sehingga tidak mampu mengetahui tingkat kebenarannya dari hasil yang telah dihitung. Sehingga hanya sekedar menghitung tetapi belum mampu menganalisis. Hal ini dapat diminimalkan dengan cara mahasiswa mulai diperkenalkan tentang kriteria penerimaan dan dilatih dalam engineering judgement berdasarkan pedoman-pedoman misalnya dari IAEA/NRC/BAPETEN maka dari itu materi mata kuliah Perundangan Tenaga Nuklir dapat diperluas. Untuk meningkatkan kemampuan dalam penggunaan program komputer dapat mengikuti kerja praktek di unit kerja di BATAN yang tugasnya melakukan analisis keselamatan. KESIMPULAN Beberapa mata kuliah pada kurikulum di jurusan Teknofisika Nuklir khususnya program studi Elektromekanik sesuai dengan materi yang diperlukan untuk analisis keselamatan berdasarkan pedoman SS-23, SS-30 dan SS-25. Maka dari itu lulusan STTN dapat berfungsi sebagai penganalisis keselamatan baik secara deterministik maupun probabilistik untuk menunjang kegiatan TSO dalam persiapan pembangunan PLTN pertama di Indonesia. Namun demikian tetap perlu dilakukan penambahan materi dan praktek untuk jenis kuliah tertentu, serta pemahaman kriteria penerimaan (acceptance criteria) dalam keselamatan untuk menumbuh kembangkan naluri engineering judgemnet. DAFTAR PUSTAKA 1. Menteri Negara Sekretaris Negara RI, Ketenaganukliran, Undang-undang No.10 Tahun Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun , Undang-undang No. 17 Tahun Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Energi, Undang-undang No. 30 Tahun Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Perizinan Nuklir, Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum, Kebijakan Energi Nasional, Peraturan Presiden No. 5 Tahun Sekretaris Kabinet RI, Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, Instruksi Presiden No. 1 Tahun Deputi Sekretaris Kabinet Bidang Hukum, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun , Peraturan Presiden No. 5 Tahun Sony Tjahyani, D. T., Kesiapan SDM Analisis Keselamatan Probabilistik Dalam PLTN Pertama Di Indonesia, Prosiding Seminar Nasional IV SDM Teknologi Nuklir, STTN- BATAN, Sony Tjahyani, D. T., Kesiapan SDM Sebagai TSO Dalam Analisis Keselamatan Deterministik Pada PLTN Pertama di Indonesia, Prosiding Seminar Nasional V SDM Teknologi Nuklir, STTN-BATAN, Hasil Jajak Pendapat Rencana Pembangunan PLTN, Profil Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, D. T. Sony T. STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA 65

8 12. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Safety of Nuclear Power Plant: Design, NS-R-1, IAEA, INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Accident Analysis for Nuclear Power Plants, SS-23, IAEA, INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Accident Analysis for Nuclear Power Plants with Pressurized Water Reactors, SS-30, IAEA, INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Review of Probabilistic Safety Assessment by Regulatory Bodies, IAEA-SRS- 25, Kurikulum Program Studi Teknik Nuklir, Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat Depdiknas RI, Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiwa, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, No. 232/U/2000. TANYA JAWAB Pertanyaan: 1. SDM dengan keahlian seperti apa yang diharapkan oleh STTN menghadapi era PLTN (yang belum tahu kapan) mendatang, khususnya untuk persiapan TSO-PLTN. Fokusnya pada persiapan operasi dan perawatan PLTN atau pada SDM untuk mendukung industri PLTN (manufaktur dllnya.). Pertanyaan ini sering menjadi alasan bagi penentang PLTN, bahwa SDM kita belum siap (Sriyana) 2. STTN berorientasi untuk lulusannya bekerja, sedang disiapkan konsentrasi PLTN kalau PLTN beroperasi. (Kris Tri Basuki) 3. Tugas TSO adalah untuk mengevaluasi dokumen (PSAR, SAR dsb) kaitannya dalam menguasai tool komputasi, namun yang paling penting adalah penguasaan filosofi dasar fisik dan teori (misal: Fisika dan Dinamika ) yang harus memahami dalam matematika dan fisika. Apakah cukup SKS untuk ini atau metode apa yang harus dikembangkan. (Djoko Hari Nugroho) 4. Di BATAN siapakah yang melegalkan seseorang (SDM) dikatakan sebagai TSO (Technical Support Organization) pada persiapan infrastruktur PLTN? (Budi Santoso) terutama sebagai penganalisis dari LAK mengenai bab Analisis Keselamatan/kecelakaan (Bab VII untuk LAK versi 14 bab atau bab XV dan XIX untuk LAK versi 19). Karena inti dari LAK terdapat dalam bab-bab tersebut. 2. Ya saya kira demikian, karena secara substansi beberapa mata kuliah sudah diberikan, namun jumlah/beban SKS nya masih kurang kalau untuk tujuan dikonsentrasikan pada PLTN. Maka kalau memang dipersiapkan sebagai TSO harus diberikan penyegaran atau pendalaman materi beberapa item terutama mengenai thermohidrolik, neutronik dan keselamatan reaktor. 3. Saya kira tidak ada pendidikan yang siap kerja seperti seorang yang sudah berpengalaman bertahun-tahun. Namun mata kuliah yang diberikan di STTN secara substansi seperti yang diperlukan untuk menganalisis secara deterministik dan probabilistik dalam SS-23, SS-25 dan SS-30. Maka agar efektif dan mengetahui sistem kerja PLTN yang mempunyai peluang dibangun di Indonesia. Diperlukan pemahaman teknologi sistem untuk reaktor generasi III (III + ) dan generasi IV, serta praktek menjalankan perangkat lunak yang diperlukan dalam analisis deterninistik dan probabilistik. Dalam penggunaan perangkat harus diajarkan mulai dari pembuatan input data (pemodelan). 4. TSO merupakan organisasi yang memberikan bantuan teknis berupa jasa konsultasi, studi kelayakan, persyaratan teknis, pendesainan, rekayasa teknis dan lain-lainnya terhadap industri, operator/pemilik serta badan regulasi. Oleh karena itu TSO dapat berfungsi berdasarkan permintaan dari ke-3 lembaga tersebut, walaupun sebagai tahap awal dan harus segera dilakukan adalah menunjang kegiatan badan regulasi dan operator. Aturan yang mensertifikasi SDM sebagai TSO tersebut sampai saat ini belum ada, mungkin dapat dari PUSDIKLAT BATAN. Namun secara tusi di BATAN, unit kerja yang dapat berfungsi sebagai TSO adalah PTRKN. Jawaban: 1. Seperti diketahui bahwa dalam persiapan PLTN diperlukan beberapa bidang. Sesuai dengan judul makalah, yang saya maksud adalah sebagai TSO penganalisis keselamatan STTN-BATAN & Fak. Saintek UIN SUKA D. T. Sony T. 66

KESIAPAN SDM ANALISIS KESELAMATAN PROBABILISTIK DALAM PLTN PERTAMA DI INDONESIA

KESIAPAN SDM ANALISIS KESELAMATAN PROBABILISTIK DALAM PLTN PERTAMA DI INDONESIA YOGYAKARTA, 25-26 AGUSTUS 2008 KESIAPAN SDM ANALISIS KESELAMATAN PROBABILISTIK DALAM PLTN PERTAMA DI INDONESIA D.T. SONY TJAHYANI Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN Kawasan Puspiptek,

Lebih terperinci

KESIAPAN SDM SEBAGAI TSO DALAM ANALISIS KESELAMATAN DETERMINISTIK PADA PLTN PERTAMA DI INDONESIA

KESIAPAN SDM SEBAGAI TSO DALAM ANALISIS KESELAMATAN DETERMINISTIK PADA PLTN PERTAMA DI INDONESIA KESIAPAN SDM SEBAGAI TSO DALAM ANALISIS KESELAMATAN DETERMINISTIK PADA PLTN PERTAMA DI INDONESIA D. T. SONY TJAHYANI Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN Kawasan Puspiptek-Serpong, Tangerang,

Lebih terperinci

KESIAPAN SDM SEBAGAI TSO DALAM ANALISIS KESELAMATAN DETERMINISTIK PADA PLTN PERTAMA DI INDONESIA

KESIAPAN SDM SEBAGAI TSO DALAM ANALISIS KESELAMATAN DETERMINISTIK PADA PLTN PERTAMA DI INDONESIA KESIAPAN SDM SEBAGAI TSO DALAM ANALISIS KESELAMATAN DETERMINISTIK PADA PLTN PERTAMA DI INDONESIA D. T. SONY TJAHYANI Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN Kawasan Puspiptek-Serpong, Tangerang,

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN ECCS TERHADAP FREKUENSI KERUSAKAN TERAS PADA PWR

ANALISIS DESAIN ECCS TERHADAP FREKUENSI KERUSAKAN TERAS PADA PWR ANALISIS DESAIN ECCS TERHADAP FREKUENSI KERUSAKAN TERAS PADA PWR D. T. Sony Tjahyani, Surip Widodo Bidang Pengkajian dan Analisis Keselamatan Reaktor Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN

Lebih terperinci

Analisis Keselamatan Probabilistik (Probabilistic Safety Analysis)

Analisis Keselamatan Probabilistik (Probabilistic Safety Analysis) Analisis Keselamatan Probabilistik (Probabilistic Safety Analysis) D T Sony Tjahyani Bidang Analisis Risiko dan Mitigasi Kecelakaan Pusat Pengembangan Teknologi Keselamatan Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional

Lebih terperinci

KURIKULUM TEKNIK MESIN 2016

KURIKULUM TEKNIK MESIN 2016 KURIKULUM TEKNIK MESIN 06 INFORMASI JURUSAN TEKNIK MESIN Jurusan Teknik Mesin berada dibawah Fakultas Teknik yang dipimpin oleh seorang Dekan dengan dibantu oleh orang Pembantu Dekan. Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

LAMPIRAN I METODE DAN PENDEKATAN ANALISIS KESELAMATAN

LAMPIRAN I METODE DAN PENDEKATAN ANALISIS KESELAMATAN LAMPIRAN I METODE DAN PENDEKATAN ANALISIS KESELAMATAN I-101. Lampiran I berisi beberapa pertimbangan yang mungkin bermanfaat dalam melakukan analisis keselamatan untuk suatu reaktor penelitian. Pendekatan

Lebih terperinci

PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI

PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Lebak Bulus Raya No.49, Kotak Pos 7043 JKSKL, Jakarta

Lebih terperinci

Bab 5 PERKEMBANGAN PERTAHANAN BERLAPIS UNTUK REAKTOR DAYA DI MASA DEPAN

Bab 5 PERKEMBANGAN PERTAHANAN BERLAPIS UNTUK REAKTOR DAYA DI MASA DEPAN Bab 5 PERKEMBANGAN PERTAHANAN BERLAPIS UNTUK REAKTOR DAYA DI MASA DEPAN 116. Beberapa konsep mengenai reaktor maju sedang dipertimbangkan, dan pencapaian perbaikan dalam keselamatan dan keandalan merupakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA - 2 - KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI (PIE) 1.1. Lampiran ini menjelaskan definisi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 106, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4668) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 107) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI

Lebih terperinci

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA FORMAT DAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA - 2 - KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI (PIE) 1.1. Lampiran ini menjelaskan definisi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang

Lebih terperinci

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.107, 2012 NUKLIR. Instalasi. Keselamatan. Keamanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5313) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA. BAB I KETENTU

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA. BAB I KETENTU No.535, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Desain Reaktor Daya. Ketentuan Keselamatan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011

Lebih terperinci

PENYIAPAN SDM UNTUK PLTN PERTAMA DI INDONESIA

PENYIAPAN SDM UNTUK PLTN PERTAMA DI INDONESIA PENYIAPAN SDM UNTUK PLTN PERTAMA DI INDONESIA Hendriyanto Haditjahyono Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional Pusat Penelitian Tenaga Nuklir Pasar Jumat Jl. Lebak Bulus Raya No. 9,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) didesain berdasarkan 3 (tiga) prinsip yaitu mampu dipadamkan dengan aman (safe shutdown), didinginkan serta mengungkung produk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

EVALUASI KESELAMATAN REAKTOR AIR MENDIDIH (BWR) DALAM PENGAWASAN REAKTOR DAYA

EVALUASI KESELAMATAN REAKTOR AIR MENDIDIH (BWR) DALAM PENGAWASAN REAKTOR DAYA EVALUASI KESELAMATAN REAKTOR AIR MENDIDIH (BWR) DALAM PENGAWASAN REAKTOR DAYA Oleh: Budi Rohman Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2015 BAPETEN. Reaktor Nondaya. Keselamatan. Penilaian. Verifikasi. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA KP PERKA- 24 OKT 2014 RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA DIREKTORAT PENGATURAN PENGAWASAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET

2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET 2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET KRITERIA DAN TANGGUNG-JAWAB PENGKAJIAN 201. Untuk suatu reaktor riset yang akan dibangun (atau mengalami suatu modifikasi

Lebih terperinci

Kurikulum Tahun Jurusan Teknik Mesin ITS Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kurikulum Tahun Jurusan Teknik Mesin ITS Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kurikulum Tahun 004-009 Jurusan Teknik Mesin ITS Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Semester I 1 UG 13.. Agama UG 1307 Bahasa Indonesia 3 RM 1401 Menggambar Teknik 4 RM 1409

Lebih terperinci

ANALISIS PROBABILISTIK KECELAKAAN PARAH PWR SISTEM PASIF UNTUK MENINGKATKAN MANAJEMEN KECELAKAAN

ANALISIS PROBABILISTIK KECELAKAAN PARAH PWR SISTEM PASIF UNTUK MENINGKATKAN MANAJEMEN KECELAKAAN ANALISIS PROBABILISTIK KECELAKAAN PARAH PWR SISTEM PASIF UNTUK MENINGKATKAN MANAJEMEN KECELAKAAN D. T. Sony Tjahyani, Andi Sofrany Ekariansyah Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN Kawasan

Lebih terperinci

Bab 2 PENDEKATAN TERHADAP PERTAHANAN BERLAPIS

Bab 2 PENDEKATAN TERHADAP PERTAHANAN BERLAPIS Bab 2 PENDEKATAN TERHADAP PERTAHANAN BERLAPIS 15. Pertahanan berlapis merupakan penerapan hierarkis berbagai lapisan peralatan dan prosedur untuk menjaga efektivitas penghalang fisik yang ditempatkan di

Lebih terperinci

Bab 3 IMPLEMENTASI PERTAHANAN BERLAPIS

Bab 3 IMPLEMENTASI PERTAHANAN BERLAPIS Bab 3 IMPLEMENTASI PERTAHANAN BERLAPIS 54. Konsep penghalang dan lapisan-lapisan proteksi yang menyusun pertahanan berlapis dan juga beberapa elemen penghalang dan lapisan yang umum dibahas di Bagian 2.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR NON REAKTOR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR NON REAKTOR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR NON REAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang

Lebih terperinci

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN Syahrudin PSJMN-BATAN, Kawasan PUSPIPTEK, GD71, Lt.2,Cisauk, Tangerang Abstrak Jaminan Mutu untuk Persiapan Pembangunan PLTN. Standar sistem manajemen terus

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR

KEPUTUSAN KEPALA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa pembangunan dan pengoperasian

Lebih terperinci

PRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (I)

PRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (I) PRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (I) Khoirul Huda Badan Pengawas Tenaga Nuklir Jl. Gajah Mada 8, Jakarta 1 KESELAMATAN NUKLIR M I S I Misi keselamatan nuklir adalah untuk melindungi personil, anggota masyarakat

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

ANALISIS KEANDALAN KOLAM PENYIMPAN BAHAN BAKAR BEKAS PADA PWR AP1000

ANALISIS KEANDALAN KOLAM PENYIMPAN BAHAN BAKAR BEKAS PADA PWR AP1000 ANALISIS KEANDALAN KOLAM PENYIMPAN BAHAN BAKAR BEKAS PADA PWR AP1000 D. T. Sony Tjahyani Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN Kawasan Puspiptek Gd. 80, Serpong, Tangerang 15310 Telp/Fax:

Lebih terperinci

REACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION

REACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION REACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION Puradwi I.W. Bidang Analisis Risiko dan Mitigasi Sistem P2TKN-BATAN NATIONAL BASIC PROFESSIONAL TRAINING COURSE ON NUCLEAR SAFETY PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI TERHADAP BAHAYA INTERNAL

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI TERHADAP BAHAYA INTERNAL SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI TERHADAP BAHAYA INTERNAL SELAIN KEBAKARAN DAN LEDAKAN

Lebih terperinci

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2012

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2012 BATAN B.41 ANALISIS KECELAKAAN PARAH REAKTOR DAYA PRESSURIZED WATER REACTOR MAJU BELAJAR DARI KEJADIAN FUKUSHIMA MENGGUNAKAN RELAP/SCDAPSIM 1. Ir. Surip Widodo, M.IT 2. Dipl.Ing. (FH) Andi Sofrany Ekariansyah

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI DAN PROSEDUR OPERASI REAKTOR DAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI DAN PROSEDUR OPERASI REAKTOR DAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI DAN PROSEDUR OPERASI REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Lebih terperinci

FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya

FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA I. Kerangka Format

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN PENYIAPAN SDM TAHAP PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN PLTN DI INDONESIA

PEMETAAN DAN PENYIAPAN SDM TAHAP PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN PLTN DI INDONESIA PEMETAAN DAN PENYIAPAN SDM TAHAP PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN PLTN DI INDONESIA Moch. Djoko Birmano, Yohanes Dwi Anggoro Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN), BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan,

Lebih terperinci

DASAR ANALISIS KESELAMATAN

DASAR ANALISIS KESELAMATAN Modul 1 DASAR ANALISIS KESELAMATAN Anhar R. Antariksawan Bidang Analisis Risiko dan Mitigasi Kecelakaan (BARMiK) P2TKN BATAN anharra@centrin.net.id 20-10-03 antariksawan 1 Tujuan Mengetahui metodologi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :

Lebih terperinci

Analisis Keselamatan Probabilistik BAB I PENDAHULUAN

Analisis Keselamatan Probabilistik BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Diktat ini disusun sebagai pegangan peserta kursus pada pelatihan National Basic Professional Training Course On Nuclear Safety yang diselenggarakan oleh Pusdiklat BATAN. Untuk materi

Lebih terperinci

KURIKULUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

KURIKULUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA KURIKULUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN 2014 A. VISI Visi Program Studi Pendidikan Fisika: Menghasilkan tenaga

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENYETARAAN DAN PENEMPATAN PEGAWAI PADA JABATAN DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA

Lebih terperinci

PENYETARAAN KELAS JABATAN PENYETARAAN KELAS JABATAN BERDASARKAN PERKA BATAN NOMOR 004/KA/I/2012

PENYETARAAN KELAS JABATAN PENYETARAAN KELAS JABATAN BERDASARKAN PERKA BATAN NOMOR 004/KA/I/2012 5 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2 TAHUN 2014 TENTANG DAN PENEMPATAN PEGAWAI PADA DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 392/KA/XI/2005 14 TAHUN 2013 1 Kepala Badan Tenaga Nasional 2 Sekretaris

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :

Lebih terperinci

Diterima editor 27 Agustus 2014 Disetujui untuk publikasi 30 September 2014

Diterima editor 27 Agustus 2014 Disetujui untuk publikasi 30 September 2014 ANALISIS SKENARIO KEGAGALAN SISTEM UNTUK MENENTUKAN PROBABILITAS KECELAKAAN PARAH AP1000 D. T. Sony Tjahyani, Julwan Hendry Purba Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir E-mail: dtsony@batan.go.id;

Lebih terperinci

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.534, 2011 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Keselamatan Operasi Reaktor Nondaya. Prosedur. Pelaporan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JA DAN PENEMPATAN PEGAWAI PADA KELAS JA DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR

Lebih terperinci

2 TKM4105 Fisika 1 C1 2 TKM4103 Kimia Dasar A 2 TKM4103 Kimia Dasar B 2

2 TKM4105 Fisika 1 C1 2 TKM4103 Kimia Dasar A 2 TKM4103 Kimia Dasar B 2 TKM4101 Kalkulus A1 2 TKM4101 Kalkulus B1 2 TKM4191 Material Teknik C1 2 TKM4191 Material Teknik D1 2 TKM4113 Elemen Mesin I A 3 TKM4102 Matematika Teknik II D 3 07.30 - TKM4172 Proses Manufaktur II B

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU HASIL UJI KOMPETENSI PERSONIL PPR SEBAGAI STRATEGI PENGAWASAN TENAGA NUKLIR

PENINGKATAN MUTU HASIL UJI KOMPETENSI PERSONIL PPR SEBAGAI STRATEGI PENGAWASAN TENAGA NUKLIR PENINGKATAN MUTU HASIL UJI KOMPETENSI PERSONIL PPR SEBAGAI STRATEGI PENGAWASAN TENAGA NUKLIR ARIS SANYOTO, SUPENI Balai DIKLAT BAPETEN Jl. Alam Asri Desa Tugu Utara, Cisarua Bogor. ABSTRAK PENINGKATAN

Lebih terperinci

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r No.533, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Reaktor Nondaya. Keselamatan Desain. Persyaratan PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

TAHAPAN PENGEMBANGAN DESAIN, DAN VERIFIKASI DAN VALIDASI SISTEM YANG PENTING UNTUK KESELAMATAN BERBASIS KOMPUTER

TAHAPAN PENGEMBANGAN DESAIN, DAN VERIFIKASI DAN VALIDASI SISTEM YANG PENTING UNTUK KESELAMATAN BERBASIS KOMPUTER KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN SISTEM YANG PENTING UNTUK KESELAMATAN BERBASIS KOMPUTER

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI ADMINISTRASI. Instansi Nuklir. Bahan Nuklir. Perizinan. Pemanfaatan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 8) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Dokumen Kurikulum Program Studi Teknik Mesin. Lampiran II

Dokumen Kurikulum Program Studi Teknik Mesin. Lampiran II Dokumen Kurikulum 013-018 Program Studi Teknik Mesin Lampiran II Fakultas Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung Kode

Lebih terperinci

Keselamatan Instalasi Nuklir

Keselamatan Instalasi Nuklir Keselamatan Instalasi Nuklir (Draft Terjemahan dokumen Safety Series SS 110 : The Safety of Nuclear Installations) The International Atomic Energy Agency (IAEA) makes no warranty and assumes no responsibility

Lebih terperinci

Reactor Safety System and Safety Classification BAB I PENDAHULUAN

Reactor Safety System and Safety Classification BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Tujuan Keselamatan... 3 1.2. Fungsi Keselamatan Dasar... 3 1.3. Konsep Pertahanan Berlapis... 6 BAB II SISTEM KESELAMATAN REAKTOR DAYA PWR DAN BWR... 1 2.1. Pendahuluan...

Lebih terperinci

Analisis Pohon Kejadian (ETA)

Analisis Pohon Kejadian (ETA) Analisis Pohon Kejadian (ETA) Analisis induktif : Suatu analisis diawali dengan kejadian awal dan diikuti dengan bekerja atau tidaknya sistem-sistem keselamatan/mitigasi Hal yang penting : Menghubungkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESELAMATAN DETERMINISTIK

ANALISIS KESELAMATAN DETERMINISTIK BASIC PROFESSIONAL TRAINING COURSE ON NUCLEAR SAFETY JULY 19 30, 2004 ANALISIS KESELAMATAN DETERMINISTIK Anhar R. Antariksawan Bidang Analisis Risiko dan Mitigasi Kecelakaan P2TKN E-mail: anharra@centrin.net.id

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR I. UMUM Pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia meliputi berbagai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) LILIANA Y. PANDI, YUSRI HENI NA, BUDI ROHMAN Pusat Pengkajian Sistem dan Teknologi Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir

Lebih terperinci

Lampiran IV.a : Prospektus Perguruan Tinggi di Indonesia: UGM, ITB, UI, STTN

Lampiran IV.a : Prospektus Perguruan Tinggi di Indonesia: UGM, ITB, UI, STTN Lampiran IV.a : Prospektus Perguruan Tinggi di Indonesia: UGM, ITB, UI, STTN UNIVERSITAS GAJAH MADA Universitas Gadjah Mada (UGM) resmi didirikan pada tanggal 19 Desember 1949 dan sekarang memiliki 18

Lebih terperinci

Persyaratan Keselamatan Untuk Keselamatan Reaktor Riset

Persyaratan Keselamatan Untuk Keselamatan Reaktor Riset Persyaratan Keselamatan Untuk Keselamatan Reaktor Riset Terjemahan dokumen IAEA DS272: Safety Requirements on Safety of Research Reactors BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Revisi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) UNTUK MENYONGSONG ERA PLTN DI INDONESIA

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) UNTUK MENYONGSONG ERA PLTN DI INDONESIA PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM PENYIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) UNTUK MENYONGSONG ERA PLTN DI INDONESIA Ari Darmawan Pasek Pusat Rekayasa Industri - Institut Teknologi Bandung ABSTRAK PERAN PERGURUAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAN KRITERIA PENERIMAAN

ANALISIS DAN KRITERIA PENERIMAAN SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN PROTEKSI BAHAYA INTERNAL SELAIN KEBAKARAN DAN

Lebih terperinci

SISTEM PELAPORAN KEJADIAN DI RSG GAS

SISTEM PELAPORAN KEJADIAN DI RSG GAS SISTEM PELAPORAN KEJADIAN DI RSG GAS A.Mariatmo, Edison, Jaja Sukmana ABSTRAK Sistem pelaporan kejadian di RSG GAS mengikuti sistem pelaporan kejadian untuk reaktor riset IRSRR yang dikeluarkan oleh IAEA,

Lebih terperinci

DEFINISI. Definisi-definisi berikut berlaku untuk maksud-maksud dari publikasi yang sekarang.

DEFINISI. Definisi-definisi berikut berlaku untuk maksud-maksud dari publikasi yang sekarang. DEFINISI Definisi-definisi berikut berlaku untuk maksud-maksud dari publikasi yang sekarang. Batas-batas Yang Dapat Diterima (Acceptable limits) Batas-batas yang dapat diterima oleh badan pengaturan. Kondisi

Lebih terperinci

EVALUASI DESAIN TERAS REAKTOR DAYA TIPE PWR PERTAMA INDONESIA

EVALUASI DESAIN TERAS REAKTOR DAYA TIPE PWR PERTAMA INDONESIA EVALUASI DESAIN TERAS REAKTOR DAYA TIPE PWR PERTAMA INDONESIA Endiah Puji Hastuti Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) -BATAN Gedung 80 Kawasan PUSPIPTEK, Serpong,Tangerang 15310 e-mail:

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, - 1 - RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA

Lebih terperinci

KURIKULUM PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA) SEMARANG 2009

KURIKULUM PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA) SEMARANG 2009 KURIKULUM PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA) SEMARANG 009 I. MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN (MPK) TI Pendidikan Agama Islam I TI Pendidikan

Lebih terperinci

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK RINGKASAN Apabila ada sistem perpipaan reaktor pecah, sehingga pendingin reaktor mengalir keluar, maka kondisi ini disebut kecelakaan

Lebih terperinci

Kurikulum Prodi per Semester

Kurikulum Prodi per Semester Kurikulum Prodi per Semester Keterangan jenis prasyarat: (A). MK prasyarat bisa diambil bersamaan pada semester berjalan atau semester sebelumnya (B). MK prasyarat sudah memiliki nilai (C). MK prasyarat

Lebih terperinci

KAJIAN PERPANJANGAN UMUR OPERASI REAKTOR RISET DI INDONESIA

KAJIAN PERPANJANGAN UMUR OPERASI REAKTOR RISET DI INDONESIA KAJIAN PERPANJANGAN UMUR OPERASI REAKTOR RISET DI INDONESIA S. Nitiswati 1), Djoko H.N 1), Yudi Pramono 2) 1) Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN 2) Direktorat Pengaturan, Pengawasan Instalasi

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN SISTEM YANG PENTING UNTUK KESELAMATAN BERBASIS KOMPUTER PADA

Lebih terperinci

Peningkatan Mutu Hasil Uji Kompetensi Personil Sebagai Strategi Pengawasan Tenaga Nuklir. Aris Sanyoto Balai DIKLAT - BAPETEN

Peningkatan Mutu Hasil Uji Kompetensi Personil Sebagai Strategi Pengawasan Tenaga Nuklir. Aris Sanyoto Balai DIKLAT - BAPETEN Widyanuklida Vol. 9 No. 1-2, November 2009 Peningkatan Mutu Hasil Uji Kompetensi Personil Sebagai Strategi Pengawasan Tenaga Nuklir Aris Sanyoto Balai DIKLAT - BAPETEN Abstrak Badan Tenaga Atom Intemasional

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang

Lebih terperinci

AKTIVITAS SDM UJI TAK RUSAK-PTRKN UNTUK MENYONGSONG PLTN PERTAMA DI INDONESIA

AKTIVITAS SDM UJI TAK RUSAK-PTRKN UNTUK MENYONGSONG PLTN PERTAMA DI INDONESIA AKTIVITAS SDM UJI TAK RUSAK-PTRKN UNTUK MENYONGSONG PLTN PERTAMA DI INDONESIA SRI NITISWATI, ROZIQ HIMAWAN Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir-BATAN Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang 15310,

Lebih terperinci

Jadwal Mata Kuliah Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 Jurusan Teknik Mesin - Fakultas Teknologi Industri - Institut Teknologi Medan

Jadwal Mata Kuliah Semester Ganjil Tahun Ajaran 2017/2018 Jurusan Teknik Mesin - Fakultas Teknologi Industri - Institut Teknologi Medan SEMESTER 1 1M1 17202001 s.d 17202100 Senin 1-3 DR 404 1M2 17202101 s.d 17202200 Senin 4-6 DR 304 1 MS-11 Agama Islam/3 17202201 s.d seterusnya 1M3 Jum at 1-3 DR 404 1M1 17202001 s.d 17202100 Senin 1-3

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan reaktor nuklir, baik reaktor daya (yang jika digunakan sebagai pembangkit listrik disebut pembangkit listrik tenaga nuklir, PLTN) dan reaktor riset (RR),

Lebih terperinci

Badan Tenaga Nuklir Nasional 2012

Badan Tenaga Nuklir Nasional 2012 BATAN B.38 ANALISIS KONSEKUENSI KECELAKAAN PARAH PRESSURIZED WATER REACTOR DENGAN BACKWARDS METHOD Dr. Ir. Pande Made Udiyani Dr. Jupiter Sitorus Pane, M.Sc Drs. Sri Kuntjoro Ir. Sugiyanto Ir. Suharno,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang-undang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.844, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BATAN. Unit Kerja. Rinvian Tugas. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran. LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN DESAIN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DAN LEDAKAN INTERNAL PADA REAKTOR DAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN Pencegahan Kebakaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menejemen Resiko Manajemen resiko adalah suatu proses komprehensif untuk mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengendalikan resiko yang ada dalam suatu kegiatan. Resiko

Lebih terperinci

SEMESTER 5 K P T SEMESTER 5 K P T SEMESTER 5 K P T KODE Total SKS KODE Total SKS KODE Total SKS D402 Matematika Teknik III

SEMESTER 5 K P T SEMESTER 5 K P T SEMESTER 5 K P T KODE Total SKS KODE Total SKS KODE Total SKS D402 Matematika Teknik III SEMESTER 5 K P T SEMESTER 5 K P T SEMESTER 5 K P T KODE Total SKS 18 2 20 KODE Total SKS 16 4 20 KODE Total SKS 15 3 18 301D402 Matematika Teknik III 2 0 2 301D402 Matematika Teknik III 2 0 2 301D402 Matematika

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci