SOLUTION FOCUSED BRIEF GROUP THERAPY (SFBGT)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SOLUTION FOCUSED BRIEF GROUP THERAPY (SFBGT)"

Transkripsi

1 43 MODUL SOLUTION FOCUSED BRIEF GROUP THERAPY (SFBGT) Untuk Perilaku Agresif Remaja Oleh : Danang Setyo Budi Baskoro

2 44 Solution Focused Brief Group Therapy Untuk Perilaku Agresif Remaja Pengertian Solution Focused Brief Group Therapy(SFBGT)merupakan hubungan teraputik antara terapis dan beberapa klien dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi klien dengan menggunakan hubungan kelompok.klien bersama-sama dengan terapis membicarakan mengenai solusi terhadap suatu permasalahan yang sering dialami, lalu bersama-sama membahas, memperjelas dan menerapkan solusi tersebut dalam kehidupan nyata, sehingga klien dapat belajar berperilaku lebih baik dengan dirinya dan orang lain. Pendekatan SFBGT ini menggunakan pendekatan konstruktivisme, yaitu suatu pandangan yang beranggapan bahwa seseorang memandang diri mereka serta menciptakan realita secara subjektif, sehingga dalam terapi ini klien berperan aktif dalam membuat solusi yang akan diterapkannya dalam menghadapi permasalahan. Sasaran Sasaran SFBGT ini adalah remaja yang mempunyai perilaku agresif dan sering melakukan kekerasan fisik serta verbal dalam menghadapi suatu situasi permasalahan. Tujuan Untuk mengurangi perilaku agresif remaja dan membantu menemukan solusi dan perilaku baru. Waktu 1. SFBGT ini dilakukan dalam waktu 7 pertemuan (sesi). 2. Frekwensi pertemuan dalam satu minggu adalah sebanyak 2 kali. 3. Durasi setiap pertemuan adalah 60 menit. Jumlah kelompok Jumlah anggota kelompok untuk SFBGT ini adalah 5-10 anak.

3 45 Konselor dan Pendamping Konselor Terapis merupakan seseorang yang secara khusus dididik dalam bidang konseling dan terapi psikologi, yaitu konselor atau psikolog. Jika diperlukan, konselor atau terapis dapat dibantu pendamping konselor/terapis. Pendamping terapis adalah orang yang memiliki dasar-dasar profesi konseling atau terapi psikologi. Pendamping terapis dapat orang yang memiliki pengalaman dalam bidang konseling/terapi yang setara atau dibawah terapis. Posisi Klien dan Konselor Dalam proses terapi kelompok, bentuk kegiatan dilakukan dalam posisi duduk melingkar, terapis dan pendamping terapis (jika diperlukan), berada dalam posisi lingkaran dengan diameter jarak 2 meter. = konselor = klien Tahapan SFBGT SFBGT dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Persiapan (10%) : 1 pertemuan 2. Eksplorasi masalah (10%) : 1 pertemuan 3. Mencari alternative dan menetapkan tujuan (10%) : 1 pertemuan 4. Identifikasi dan memperkuat perilaku solusi (60%) : 3 pertemuan 5. Penghentian tahap dan sesi (10%) : 1 pertemuan

4 46 Pola kegiatan setiap pertemuan Setiap pertemuan membutuhkan waktu 60 menit, dengan pola kegiatan sebagai berikut : 1. Pembukaan : 5 menit 2. Kegiatan kelompok : 45 menit 3. Umpan balik : 5 menit 4. Penutup : 5 menit Rincian pola kegiatan 1. Pembukaan - Membahas mengenai topik yang dibahas pada sesi sebelumnya - Membahas mengenai terapi yang akan dilakukan 2. Kegiatan kelompok - Klien mengemukakan pengalaman, pikiran dan perasaan mengenai permasalahan yang dihadapi - Klien menyusun solusi dan dibantu oleh terapis untuk membahas, memperjelas dan melaksanakan dalam kehidupan nyata. - Mambahas solusi yang telah disusun pada sesi sebelumnya dan telah diterapkan. - Terapis memberikan umpan balik, sanggahan, dan mendorong perubahan untuk menemukan solusi dan menerapkannya kembali. 3. Umpan balik - Anggota kelompok memberikan tanggapan atau pendapat mengenai 4. Penutup proses terapi kelompok. - Merangkum hasil proses terapi kelompok. - Informasi rencana terapi kelompok pada sesi berikutnya. Rancangan Kegiatan SFBGT Rancangan kegiatan SFBGT ini disusun untuk memberikan arahan didalam pelaksanaan SFBGT dilapangan, meskipun tentu saja beberapa keadaan perlu disesuaikan dengan realitas dilapangan. Pedoman pelaksanaan ini dapat dijadikan acuan bagi terapis dalam melakukan SFBGT.

5 47 Sesi : ke 1 Fase :Persiapan Waktu : 60 menit Tujuan : 1. Membangun hubungan awal 2. Menetapkan peraturan, struktur serta melakukan penggabungan antar anggota kelompok dengan terapis sebagai pemimpin. 3. Melakukan pengukuran sebelum dilakukan terapi. 4. Penggabungan antara anggota kelompok dengan kelompok dan terapis serta menciptakan kohesifitas. Langkah kegiatan : 1. Pembukaan (5 menit) Terapis menyampaikan mengenai tujuan kegiatan yang akan dilakukan dan manfaat yang akan didapat setelah melakukan kegiatan tersebut. 2. Kegiatan kelompok (45 menit) a. Perkenalan Terapis memperkenalkan dirinya terlebih dahulu dengan maksud menciptakan hubungan yang hangat dan terbuka dengan anggota kelompok. Terapis memperkenalkan dirinya dengan dimulai dari nama, alamat, status pekerjaan, kegiatan yang relevan dengan pelaksanaan kegiatan serta pengalaman yang dapat meningkatkan hubungan terapis dan kelompok. Perkenalan selanjutnya dilakukan oleh klien, dengan menyebutkan nama, alamat dan kelas. b. Memperkenalkan tujuan terapi yang akan dilakukan dan manfaat yang akan didapat oleh klien dalam mengembangkan diri. c. Menyajikan kontrak Keterangandisajikanuntuk memberikangambaran, kontrak aturan, dengan menyajikan script yang meliputi topik sebagai berikut :

6 48 Tujuan dari terapi adalah untuk : Belajar untuk mengelola kemarahan Menetapkan tujuan untuk diri sendiri Mengenali perilaku alternatif terhadap perilaku agresif bermasalah Menerima dukungan berupa saran dan umpan balik dari orang lain Memanfaatkan perilaku alternatif selama dan pada akhir kelompok Peraturan : Menghadiri semua 7 sesi Menangani konflik didalam aktifitas kelompok dengan cara yang tidak agresif dan tanpa kekerasan Menjaga kerahasiaan topik dan isi pembicaraan anggota yang lain Berpartisipasi dalam diskusi kelompok d. Melakukan pengukuran Pengukuran dilakukan untuk mengetahui kondisi sebelum dikenakan terapi, sehingga terapis dapat mengetahui mengenai pengaruh dari terapi yang diberikan. 3. Umpan balik Terapis memberikan kesempatan anggota kelompok untuk bertanya mengenai hal yang belum dipahami. 4. Penutup Terapis memberikan info mengenai pertemuan sesi kedua dan mengucapkan terimakasih atas partisipasi dan kesediaan dalam mengikuti kegiatan terapi serta mendorong klien untuk bersedia mengikuti seluruh sesi terapi.

7 49 Sesi : ke 2 Fase : Eksplorasi masalah Waktu : 60 menit Tujuan : 1. Menggali permasalahan klien. 2. Penggabungan antara anggota kelompok dengan kelompok dan terapis serta menciptakan kohesifitas. Langkah kegiatan a. Pembukaan Terapis melakukan pembukaan dengan diawali ucapan terimakasih dan apresiasi terhadap keinginan serta niat klien untuk mengembangkan diri dalam terapi kelompok. Selanjutnya terapis menjelaskan tujuan dari terapi sesi dua dan kegiatan yang akan dilakukan. b. Kegiatan kelompok Setiap anggota kelompok mengemukakan pikiran, perasaan serta pengalamannya terkait dengan perilaku agresif yang pernah dilakukan. Klien menceritakan pengalamannya berupa perilaku sebab serta akibat dari perilaku yang dilakukannya. Terapis mendorong klien menceritakan pengalamannya dengan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dan dapat menciptakan suasana saling percaya. c. Umpan balik Terapis memberikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk bertanya mengenai cerita yang telah dikemukakan oleh anggota lain. d. Penutup Terapis memberikan kesimpulan mengenai cerita dari masing-masing anggota kelompok. Terapis memberikan informasi mengenai pelaksanaan terapi sesi ketiga.

8 50 Sesi : ke 3 Fase : Mencari exception dan menetapkan tujuan Waktu : 60 menit Tujuan 1. Mencari exception, yaitu perilaku yang pernah dilakukan oleh klien dalam menyikapi situasi permasalahan dengan lebih adaptif. 2. Memperkuat exception dengan reinforcement positif berupa pujian. 3. Mendorong klien untuk melihat dan merasakan mengenai hidup tanpa masalah 4. Menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam terapi yang dilakukan. Langkah kegiatan a. Pembukaan Terapis menyampaikan hasil dari kegiatan sesi dua, yaitu merangkum eksplorasi masalah. Terapis menginformasikan tujuan pelaksanaan sesi yang akan dilakukan. b. Kegiatan kelompok Terapismenanyakan tentangapakah pernah klien menghadapi situasi yang biasanya membuat ia marah dan melakukan perilaku agresif dengan cara yang berbeda atau lebih baik. Ketika klien menemukan pengalamannya di masa lalu dalam bertindak lebih adaptif terhadap situasi yang memancing kemarahannya, selanjutnya terapis memperdalam dengan pertanyaan mengenai detail situasi dan hasil yang didapat. Setiap anggotakelompokdidorong untukberbagisetidaknyasalah satucontoh di mana mereka berhasildalam menanganikemarahan mereka secara tepatatauadaptif Terapis memberikan pujian terhadap kekuatan mereka, usaha dalam menghadapi masalah secara adaptif atau perilaku pengecualian (exception) dan mendorong anggota lain untuk melakukan hal yang sama.terapis melakukan check kepada klien dan melakukan konfrontasi terhadap mereka untuk mengenali hasil positif dari perilaku pengecualian (exception), serta bagaimana perasaan mereka ketika melakukan perilaku tersebut.

9 51 Bagian selanjutnya adalah menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam terapi. Tujuan yang dimaksud adalah suatu keadaan dimana klien ada dalam kondisi tidak mengalami permasalahan.teknik yang dapat digunakan adalah dengan miracle question, pertanyaan ini bermaksud untuk mendorong klien melihat suatu keadaan tanpa masalah.pertanyaan ini berupa bayangkan ketika kamu tidur dan saat itu tiba-tiba masalahmu telah hilang, kira-kira apa yang dapat kamu kenali dari diri kamu atas perubahan tersebut. Apabila miracle question tidak efektif karena mungkin klien kurang memahami maksud pertanyaan, maka dapat digunakan outcome question dan specific relationship question, dimana pertanyaan ini berorientasi kepada hasil yang akan dicapai dan perasaan ketika hasil tersebut berhasil dicapai. Outcome question dapat berupa kira-kira hal apa yang berubah ketika kamu telah berhasil dalam terapi ini. Specific relationship question dapat berupa bayangkan dia (seseorang yang khusus untuk klien) ada disini, kirakira apa yang ia perhatikan mengenai perubahanmu?. c. Umpan balik Terapis memberikan umpan balik berupa pujian terhadap exception dari masing-masing klien, serta meyakinkan bahwa klien dapat melakukan perilaku tersebut dalam menghadapi situasi yang sama dimasa berikutnya. Terapis memberikan kesempatan bertanya kepada anggota kelompok mengenai proses terapi kelompok. d. Penutup Terapis merangkum hasil dari kegiatan kelompok. Terapis mengingatkan mengenai kegiatan terapi selanjutnya.

10 52 Sesi : ke 4, 5 dan 6 Fase : Identifikasi dan memperkuat perilaku solusi Waktu : 60 menit Tujuan 1. Identifikasi perilaku solusi 2. Memperluas dan memperkuat perilaku solusi yang telah diidentifikasi. 3. Mendorong terjadinya perubahan. 4. Mendorong anggota kelompok untuk menerapkan perilaku solusi. Langkah kegiatan a. Pembukaan Terapis menyampaikan hasil terapi kelompok yang dicapai pada sesi sebelumnya. Terapis menyampaikan informasi mengenai tujuan terapi yang akan dilaksanakan. b. Kegiatan kelompok Identifikasi perilaku solusi Terapis membantu anggota kelompok mencari perilaku solusi yang tepat untuk digunakan dalam mengatasi situasi permasalahan, yang biasanya dapat memunculkan respon berupa perilaku agresif bagi anggota kelompok. Perilaku solusi dapat ditemukan dari perilaku pengecualian (exception) yang telah diidentifikasi dari sesi tiga. Namun demikian apabila tidak ditemukan perilaku pengecualian (exception) dari sesi tiga, maka terapis dan anggota kelompok dapat merumuskan sendiri perilaku solusi yang dinggap tepat. Memperluas dan memperkuat perilaku solusi yang telah diidentifikasi. Perilaku solusi yang sudah teridentifikasi maka akan diperkuat oleh terapis dengan teknik EARS. Terapis menggunakan teknik EARS, yaitu Elicit (menanyakan mengenai perubahan yang positif), Amplify (menanyakan mengenai detil mengenai perubahan yang positif), Reinforce (meyakinkan

11 53 partisipan melihat dan menghargai perubahan yang positif) dan Start again (menanyakan apalagi yang bisa lebih baik). Mendorong terjadinya perubahan. Terapis juga dapat secara bertahap mendorong anggota kelompok untuk melakukan perubahan. Terapis memberikan pujian kepada anggota kelompok serta menggunakan teknik yang berfokus kepada solusi untuk memperkuat realitas baru bahwa mereka sedang mengalami dan bekerja untuk berkembang. Teknik untuk mendorong terjadinya perubahan diantaranya sebagai berikut : 1. Specific relationhip question Tujuan dari pertanyaan ini adalah untuk membantu anggota kelompok untuk mengerti mengenai perubahan yang mereka lakukan. Pertanyaan ini berupa bayangkan dia (seseorang yang khusus untuk klien) ada disini, kira-kira apa yang ia perhatikan mengenai perubahanmu?. 2. Coping question Coping question digunakan jika seorang anggota kelompok melaporkan tidak ada perubahan. Seperti, bagaimana kamu dapat bertahan ketika sebenarnya semua tidak terjadi secara baik?, apa yang kamu telah lakukan untuk membiarkan kemarahanmu menjadi perilaku yang demikian?. 3. Scaling question Pertanyaan ini bertujuan untuk membantu anggota kelompok untuk memantau perkembangan dirinya dalam menerapkan perilaku solusi serta hasil yang didapat. Angka 1 bisa digambarkan sebagai keadaan yang paling tidak diinginkannya, dan angka 10 digambarkan sebagai keadaan yang diinginkannya dimana tujuannya telah tercapai. 4. Kohesifitas kelompok Terapis memanfaatkan kohesifitas kelompok untuk mendorong perubahan anggota kelompok dengan memberikan kesempatan bagi anggota kelompok menerima dan juga memberi feedback kepada anggota kelompok lainnya.

12 54 Mendorong anggota kelompok untuk menerapkan perilaku solusi. Perilaku solusi yang sudah diperkuat selama sesi terapi selanjutnya akan diterapkan oleh anggota kelompok sebagai tugas rumah. Anggota kelompok bertugas melakukan, mencatat atau mengingat perilaku solusi yang dilakukan serta respon dari orang-orang terhadap perilakunya tersebut. c. Umpan balik Terapis memberikan waktu bagi anggota kelompok untuk bertanya mengenai proses terapi dan hasil yang telah dicapai. Anggota kelompok diperbolehkan mengajukan pertanyaan kepada anggota kelompok lainnya ataupun memberikan pendapatnya. d. Penutup Terapis merangkum hasil dari kegiatan kelompok. Terapis mengingatkan mengenai kegiatan terapi selanjutnya.

13 55 Sesi : ke 7 Fase : Penghentian sesi Waktu : 60 menit Tujuan 1. Evaluasi dan perbaikan 2. Konsolidasi dan merayakan kemajuan 3. Memperjelas gambaran solusi dan realitas kedalam pikiran kelompok. 4. mengenali kapan mereka menjadi maladaptif dalam mengelola kemarahan mereka. Langkah kegiatan a. Pembukaan Terapis menyampaikan hasil terapi kelompok yang dicapai pada sesi sebelumnya. Terapis menyampaikan informasi mengenai tujuan terapi yang akan dilaksanakan. b. Kegiatan kelompok Evaluasi dan perbaikan Terapis menanyakan hal yang masih menjadi hambatan bagi anggota kelompok untuk selanjutnya mengkaji kembali, menambah hal yang kurang serta mendorong perubahan anggota atas yang dilakukan kelompok. Konsolidasi dan merayakan kemajuan Terapis menggunakan pertanyaan skala (scaling question) untuk menentukan kemajuan anggota antara sesi pertama dan sesi terakhir.terapis menggunakan pertanyaan skala untuk menentukan keyakinan masing-masing anggota dalam mempertahankan perubahan yang telah mereka ciptakan.anggota kelompok dapat melaksanakan perubahan positif mereka kedalam perilaku dan bertanggung jawab terhadap hal tersebut.

14 56 Memperjelas gambaran solusi dan realitas kedalam pikiran kelompok. Anggota kelompok merangkum mengenai hasil yang didapat dari sesi awal kegiatan terapi menjadi gambaran yang jelas. Hal ini penting untuk membuat anggota kelompok menyadari mengenai dampak dari apa yang mereka kerjakan dan membawa gambaran solusi dan realitas kedalam pikiran mereka, sehingga mereka dapat menghubungkan antara upaya positif terhadap hasil positif yang mereka alami. Mengenaliperilaku maladaptif Terapis membantu anggota dalam membedakan, mengenali kapan mereka menjadi maladaptif dalam berperilaku.anggota kelompok mampumembedakandanmengenali kapan perilakumerekakembali menjadimaladaptive. c. Umpan balik Terapis memberikan waktu bagi anggota kelompok untuk bertanya mengenai proses terapi dan hasil yang telah dicapai. Anggota kelompok diperbolehkan mengajukan pertanyaan kepada anggota kelompok lainnya ataupun memberikan pendapatnya. d. Penutup Terapis memberikan pujian yang produktif dan tulus untuk setiap anggota kelompok pada perubahan mereka, yang dapat mengelola perilaku agresifnya dalam menghadapi situasi tertentu dan menggunakan cara yang lebih sesuaidan dapat diterima orang lain. Anggota kelompok mendapat penghargaan untuk perubahan yang telah mereka buat dan merayakan pencapaian tujuan mereka.

15 PARTISIPAN DAN DESKRIPSI HASIL TERAPI 57

16 58 Lampiran 5 DESKRIPSI HASIL TERAPI SIKLUS 1 Sesi ke-1 Fase Tempat : Persiapan dan eksplorasi masalah : Ruang kelas Tanggal : 14 Juni 2012 EK Pada sesi EK lebih sering diam dan hanya menjawab pertanyaan terapis ketika diberi pertanyaan oleh terapis. EK bercerita bahwa ia mempunyai kebiasaan mengumpat atau berkata kotor serta enggan jika disuruh membantu pekerjaan orangtua. Kebiasaan EK mengeluarkan kata-kata kotor ketika ia diganggu oleh teman dan ia merasa marah maka ia seringkali berkata kotor atau mengumpat. BN Pada sesi I BN nampak tidak terlalu banyak berbicara, namun demikian sesekali ia melontarkan kata-kata bercanda ketika partisipan yang lain sedang berbicara. BN menceritakan pengalamannya bahwa ia pernah dimarahi oleh neneknya karena memukul adik keponakannya dan berkata kotor jika ia merasa marah diganggu teman-temannya. LK LK Cukup aktif menceritakan pengalamannya dan terlihat cukup antusias. Menceritakan pengalamannya bahwa ia sering dimarahi oleh orangtua karena tidak mau membantu orangtua bekerja disawah dengan alas an tidur. LK juga pernah bertengkar dengan temannya yang sebenarnya pada awalnya bercanda, akan tetapi LK marah saat ban sepeda motornya dibuat kemps oleh temannya sehingga ia marah dan terjadi perkelahian. Selain itu LK juga sering berkelahi dengan BN karena BN sering mengganggu dirinya, ketika ia marah maka ia berkelahi dengan BN. NV Pada sesi I ini NV menceritakan tentang pengalamannya bertengkar dengan temannya. Hal ini dikarenakan NV dituduh mengganggu hubungan temannya dengan pacarnya, karena NV sering berbicara dengan pacar temannya. Ketika NV dituduh merebut pacar temannya itulah NV marah dan mengumpat pada temannya sebagai pelampiasan rasa marahnya. NV juga pernah dilempar piring oleh orangtuanya karena memukul adiknya yang tidak mau disuruhnya mandi. NV banyak bertanya kepada peneliti mengenai apa tujuan kegiatan yang diadakan dan mempertanyakan apakah yang dilibatkan adalah anak-anak yang nakal KK KK dalam sesi ini sering bercanda dengan partisipan lain, atau memandangi orang yang ada diluar ruangan, sambil sesekali berdiri untuk melihat keluar ruangan. KK menceritakan bahwa ia sering dimarahi orangtuanya karena sering pulang sore hari dan tidak pernah membersihkan rumah. Selain itu KK juga mengatakan bahwa ia sering berkata kotor dan juga bertengkar temannya.

MATERI DAN PROSEDUR. Pertemuan I : Pre-Session

MATERI DAN PROSEDUR. Pertemuan I : Pre-Session MATERI DAN PROSEDUR Pertemuan I : Pre-Session 1. Sesi 1 : Penjelasan tentang program intervensi Tujuan : - Membuat partisipan paham tentang terapi yang akan dilakukan - Memunculkan motivasi pada diri partisipan

Lebih terperinci

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Konseling Kelompok Salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar

Lebih terperinci

NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan

NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan 179 LAMPIRAN 180 181 A. Pedoman Wawancara NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan 1. Perkenalan dan Rapport 2. Riwayat Penyakit 3. Dampak penyakit terhadap kehidupan secara keseluruhan 4. Aspek Tujuan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I

KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I KETERAMPILAN PEMIMPIN KELOMPOK S I T I R O H M A H N U R H A Y A T I Kategori Keterampilan Kepemimpinan 1. Keterampilan reaksi Yaitu keterampilan untuk menanggapi, yang menjadikan pemimpin mudah untuk

Lebih terperinci

PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING

PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING PROSES DAN TEKNIK-TEKNIK KONSELING Proses-proses konseling meliputi tahap awal, tahap pertengahan (tahap kerja), tahap akhir. Teknik-teknik konseling meliputi ragam teknik konseling, penguasaan teknik

Lebih terperinci

Bab 5 PENUTUP. 1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebencian Hd. a. Ayah Hd melakukan poligami. contoh yang baik bagi anaknya.

Bab 5 PENUTUP. 1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebencian Hd. a. Ayah Hd melakukan poligami. contoh yang baik bagi anaknya. 78 Bab 5 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebencian Hd terhadap ayahnya adalah: a. Ayah Hd melakukan poligami. b. Ayahnya kurang perhatian dikala istrinya (ibu Hd

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor yang menyebabkan perilaku maladaptif di TPA Baitul Hamid

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor yang menyebabkan perilaku maladaptif di TPA Baitul Hamid 102 BAB IV ANALISIS DATA A. Faktor yang menyebabkan perilaku maladaptif di TPA Baitul Hamid Wonocolo Surabaya Untuk menganalisis faktor yang menyebabkan perilaku maladaptif di TPA Baitul Hamid Wonocolo

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Subyek diteliti oleh penulis berjumlah 3 (tiga) siswa yaitu MD, FL dan BS. Ketiga siswa ini mempunyai nilai rata-rata cukup baik. Ketiga

Lebih terperinci

Observasi dan Wawancara

Observasi dan Wawancara Observasi dan Wawancara Modul ke: Struktur wawancara Fakultas PSIKOLOGI Rizka Putri Utami, M.Psi Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id opening Kita perlu membangun rapport, antara lain dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

A. Komunikasi Massa Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak menggunakan media.

A. Komunikasi Massa Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak menggunakan media. Bentuk Komunikasi A. Komunikasi Massa Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak menggunakan media. 1. Karakteristik komunikasi massa

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan pembelajaran. Sudarmantep.com

Capaian Pembelajaran. Menerapkan keterampilan dasar mengajar dalam kegiatan pembelajaran. Sudarmantep.com Komunikasi EFEKTIF KETERAMPILAN DASAR h t t: p ws w w. /d a r e m a n t e p. S u d a r m a n t e p. 0 h t t: p ws w w. /u s /d e ra r e m a n t e p Capaian Pembelajaran Menerapkan keterampilan dasar mengajar

Lebih terperinci

SATUAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK SIKLUS I

SATUAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK SIKLUS I SATUAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK SIKLUS I 1. Topik Permasalahan : Tidak mampu menolak ajakan teman 2. Bidang Bimbingan : Pribadi 3. Kompetensi Dasar : Siswa dapat menemukan masalah yang dihadapi dan belajar

Lebih terperinci

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai BAB IV ANALISIS ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURING DALAM MENANGANI KONSEP DIRI RENDAH SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP KHADIJAH SURABAYA A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Seorang Siswa Kelas VIII Mengalami

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kondisi Awal A. Aktivitas Pembelajaran Ekonomi Dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam penugasan, siswa cenderung pasif kurang termotivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Menurut Reiss (dalam Lestari, 2012;4), keluarga adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab III ini merupakan data yang disajikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempuh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Observasi yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tempuh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Observasi yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Sebagaimana dijelaskan pada bab terdahulu bahwa prosedur pengumpulan data yang di tempuh dalam pelaksanaan penelitian ini adalah observasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ISTRUMEN EVALUASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PENGEMBANGAN ISTRUMEN EVALUASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING PENGEMBANGAN ISTRUMEN EVALUASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada siswa Sekolah Menengah Pertama berusia 12 tahun sampai 15 tahun, mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak keluarga dan sekolah agar mereka dapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Autistic Social Skill Profile (ASSP) Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN A. Autistic Social Skill Profile (ASSP) Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN A Autistic Social Skill Profile (ASSP) RAHASIA No. SKALA PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013/2014 Dengan Hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy)

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Terapi Realitas (Reality

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi interpersonal

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS DOSEN DAN MAHASISWA

LAMPIRAN A. LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS DOSEN DAN MAHASISWA LAMPIRAN A. LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS DOSEN DAN MAHASISWA Nama Observer : Wulandari NIM : 20130830046 Tempat Observasi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal Observasi : 15 Februari 2017 Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil 1

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam proses belajar-mengajar, guru tidak hanya menjelaskan materi di depan kelas dengan metode ceramah saja (teacher center), namun guru juga dituntut mampu menciptakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Faktor-faktor yang melatar belakangi post power syndrome. seorang pensiunan tentara di Kelurahan Kemasan Krian

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Faktor-faktor yang melatar belakangi post power syndrome. seorang pensiunan tentara di Kelurahan Kemasan Krian BAB IV ANALISA DATA Setelah data diperoleh dari lapangan yang berupa wawancara, observasi yang disajikan pada awal bab yang telah dipaparkan oleh peneliti maka peneliti menganalisa dengan analisa deskriptif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. 1. Analisis Tentang Faktor yang Mempengaruhi Seorang Siswa Pelaku. Bullying di Sekolah Al-Asyhar Sungonlegowo Bungah Gresik

BAB IV ANALISA DATA. 1. Analisis Tentang Faktor yang Mempengaruhi Seorang Siswa Pelaku. Bullying di Sekolah Al-Asyhar Sungonlegowo Bungah Gresik 96 BAB IV ANALISA DATA 1. Analisis Tentang Faktor yang Mempengaruhi Seorang Siswa Pelaku Bullying di Sekolah Al-Asyhar Sungonlegowo Bungah Gresik Untuk mengetahui apakah Bimbingan dan Konseling Islam dengan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Problem Solving Counseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 10 MK 61033 Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog Abstract Modul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuasi-eksperimen dengan model rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design (Neuman,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERAPI REALITAS UNTUK MEMBANTU PENYESUAIAN DIRI SANTRI MADRASAH DINIYAH

BAB IV ANALISIS TERAPI REALITAS UNTUK MEMBANTU PENYESUAIAN DIRI SANTRI MADRASAH DINIYAH BAB IV ANALISIS TERAPI REALITAS UNTUK MEMBANTU PENYESUAIAN DIRI SANTRI MADRASAH DINIYAH Pada penelitian ini konselor menggunakan analisis deskriptif komparatif yakni membandingkan data teori dengan data

Lebih terperinci

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS : MENARIK DIRI) BAB I PENDAHULUAN

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS : MENARIK DIRI) BAB I PENDAHULUAN PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS : MENARIK DIRI) BAB I PENDAHULUAN A. DEFINISI TAK Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII B SMP NEGERI 1 NGABLAK Kabupaten Magelang. Subjek penelitian

Lebih terperinci

KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR. Dyesi Kumalasari

KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR. Dyesi Kumalasari Konsep Behavioral Therapy KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR Dyesi Kumalasari Dyesi91kumalasari91@gmail.com Abstrak Artikel ini mendiskripsikan tentang

Lebih terperinci

yang melihat bagaimana perilaku konseli secara langsung. Teknik analisa tingkah laku sebelum dan sesudah dilakukan proses bimbingan.

yang melihat bagaimana perilaku konseli secara langsung. Teknik analisa tingkah laku sebelum dan sesudah dilakukan proses bimbingan. 119 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK MODELLING MELALUI SIKAP PEDULI DALAM MENGATASI PERILAKU AGRESIF ANAK DI DESA KETEGAN, TANGGULANGINSIDOARO Dalam penelitian ini, konseli menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I A. Tahap Perencanaan Setelah diperoleh informasi pada waktu observasi, maka peneliti melakukan diskusi

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING BAGI GURU. 6/14/2010 Anne Hafina PPB UPI Bandung

KETERAMPILAN KONSELING BAGI GURU. 6/14/2010 Anne Hafina PPB UPI Bandung KETERAMPILAN KONSELING BAGI GURU Konseling sekolah merupakan kekuatan baru dalam pendidikan, sumber kontroversi, sumber inspirasi, sumber pemahaman teoritis, dan sumber keterampilan praktis. Komponen Keterampilan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Salatiga. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IX A dan Kelas IX B yang berjumlah

Lebih terperinci

LAYANAN KONSELING KELOMPOK

LAYANAN KONSELING KELOMPOK sugiyatno@uny.co.id LAYANAN KONSELING KELOMPOK Program Studi Bimbingan Konseling FIP Universitas Negeri Yogyakarta 2010 Konseling Proses membantu individu mengatasi hambatan2 perkembangan dirinya dan utk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang berarti pertumbuhan menuju kedewasaan. Dalam kehidupan seseorang, masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan

Lebih terperinci

PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA SESI I: PENGENALAN ORANG

PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA SESI I: PENGENALAN ORANG PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA SESI I: PENGENALAN ORANG Topik Sesi ke Terapis Sasaran Tempat : TAK Orientasi Realita : I (Pengenalan Orang) : 5 orang mahasiswa Fak. Keperawatan

Lebih terperinci

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI Nama Klien : Diagnosa Medis : No MR : Ruangan : Tgl No Dx Diagnosa Keperawatan Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. observasi yang disajikan pada awal bab, adapun data yang di analisis. sesuai dengan fokus penelitian yaitu sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. observasi yang disajikan pada awal bab, adapun data yang di analisis. sesuai dengan fokus penelitian yaitu sebagai berikut: BAB IV ANALISIS DATA Setelah data diperoleh dari lapangan yang berupa wawancara dan observasi yang disajikan pada awal bab, adapun data yang di analisis sesuai dengan fokus penelitian yaitu sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian komunikasi antar pribadi Komunikasi antar pribadi merupakan proses sosial dimana individu-individu yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo,

Lebih terperinci

MODUL PSIKOEDUKASI MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK MENTAL RETARDASI. : Menjalin rapport dengan anak serta membuat peraturan-peraturan dengan

MODUL PSIKOEDUKASI MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK MENTAL RETARDASI. : Menjalin rapport dengan anak serta membuat peraturan-peraturan dengan LAMPIRAN 1. Informed Consent 152 153 154 LAMPIRAN 2. Modul Psikoedukasi 155 MODUL PSIKOEDUKASI MENINGKATKAN REGULASI EMOSI PADA ANAK MENTAL RETARDASI Sesi 1 Tema Tujuan : ice breaking : Menjalin rapport

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN SEORANG AYAH

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN SEORANG AYAH BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN SEORANG AYAH PADA PERKEMBANGAN ANAKNYA DI DESA SUKODONO PANCENG GRESIK Analisis data yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Tentang Proses Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Tentang Proses Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Tentang Proses Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku Cyberbullying Seorang Remaja Di wonocolo Surabaya Adapun proses pelaksanaan konseling keluarga dalam mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial tertentu. Proses komunikasi antar pribadilah yang dapat menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sosial tertentu. Proses komunikasi antar pribadilah yang dapat menumbuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial setiap individu akan selalu berkeinginan untuk berbicara, saling tukar-menukar pendapat dan informasi ataupun saling berbagi pengalaman dengan

Lebih terperinci

PROPOSAL Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Orientasi Realita

PROPOSAL Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Orientasi Realita PROPOSAL Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Orientasi Realita A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk social yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang lainnya saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Intervensi Psikososial

Intervensi Psikososial PSIKOSOSIAL SEBAGAI ISU POKOK LAYANAN Intervensi Psikososial Agus Suriadi Materi Pokok Kuliah...! Pengertian intervensi psikososial Permasalahan-permasalahan psikososial Tujuan dari intervensi psikososial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Awal Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas ini, peneliti mencari data awal tentang proses pembelajaran yang terjadi di RA Masyithoh Tugurejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran. Kesimpulan dalam penelitian ini berisi gambaran sibling rivalry pada anak ADHD dan saudara kandungnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA 92 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) BAGI PENYANDANG TUNARUNGU DI SMALB-B KARYA MULIA SURABAYA A. Bagaimana proses

Lebih terperinci

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) ORIENTASI REALITA

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) ORIENTASI REALITA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) ORIENTASI REALITA Disusun Oleh : Kelompok 3 1. Afnur Rafli (14.401.15.002) 2. Amelia Ferdina Widodo (14.401.15.004) 3. Angga Rofyanzah (14.401.15.008) 4. Arik Ismail Wahyudi

Lebih terperinci

Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan Sehari-hari Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian 1. Pra siklus Pada tahap pra siklus ini yang dilakukan oleh peneliti berupa pendokumentasian daftar nama, daftar nilai peserta didik, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap individu mengalami perubahan melalui serangkaian tahap perkembangan. Pelajar dalam hal ini masuk dalam tahap perkembangan remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Coakley (dalam Lerner dkk, 1998) kadang menimbulkan terjadinya benturan antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa terjadinya banyak perubahan. Remaja haus akan kebebasan dalam memutuskan dan menentukan pilihan hidupnya secara mandiri. Erikson (dalam

Lebih terperinci

Komunikasi yang Efektif Meningkatkan Hubungan yang Positif antara Orang Tua dan Anak Oleh Siti Nurhidayah

Komunikasi yang Efektif Meningkatkan Hubungan yang Positif antara Orang Tua dan Anak Oleh Siti Nurhidayah Komunikasi yang Efektif Meningkatkan Hubungan yang Positif antara Orang Tua dan Anak Oleh Siti Nurhidayah Abstract This paper studies on effective communication between parent and children. Language of

Lebih terperinci

Modul intervensi merupakan tindak lanjut dari hasil assesment. Modul intervensi seyogyanya tailor made, rasional dan mampu laksana

Modul intervensi merupakan tindak lanjut dari hasil assesment. Modul intervensi seyogyanya tailor made, rasional dan mampu laksana MODUL KONSELING DAN TERAPI PERILAKU BAGI PELAKU KDRT PENGANTAR: Modul intervensi merupakan tindak lanjut dari hasil assesment Modul intervensi seyogyanya tailor made, rasional dan mampu laksana Modul intervensi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi seperti yang sudah dipaparkan peneliti maka peneliti. Anak Berkebutuhan Khusus (Down Syndrom) di SDN ۱ Inklusi

BAB IV ANALISIS DATA. dan dokumentasi seperti yang sudah dipaparkan peneliti maka peneliti. Anak Berkebutuhan Khusus (Down Syndrom) di SDN ۱ Inklusi ۸٤ BAB IV ANALISIS DATA Setelah data diperoleh dari lapangan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi seperti yang sudah dipaparkan peneliti maka peneliti menganalisa dengan analisa deskriptif.

Lebih terperinci

perawatmasadepanku@blogspot.com Join With Us : Email : hendritriyulianto@gmail.com Facebook : Hendri Ty Kunjungi dan D a p a t k a n!!! K u m p u l a n A s k e p L e n g k a p H a n y a D i : perawatmasadepanku@blogspot.com

Lebih terperinci

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu? Lampiran 1 Kerangka Wawancara Anamnesa Dimensi Cohesion Separateness/Togetherness 1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giatgiatnya membangun. Agar pembangunan ini berhasil dan berjalan dengan baik, maka diperlukan partisipasi

Lebih terperinci

MODUL BERMAIN PERAN AKU SAYANG TEMANKU. Untuk Anak Usia Dini

MODUL BERMAIN PERAN AKU SAYANG TEMANKU. Untuk Anak Usia Dini MODUL BERMAIN PERAN AKU SAYANG TEMANKU Untuk Anak Usia Dini Penyusun: Nissa Tarnoto, M. Psi, Psikolog Dr. Fatwa Tentama, S. Psi, M. Si. Dessy Pranungsari, M. Psi, Psikolog FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA SASTRA DAN BUDAYA JAWA MELALUI PAIR CHECK

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVIII/Mei 2014 PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA SASTRA DAN BUDAYA JAWA MELALUI PAIR CHECK PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA SASTRA DAN BUDAYA JAWA MELALUI PAIR CHECK Parminingsih Guru Kelas IVB SD Jetis 1 Yogyakarta Abstrak Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

Panduan Konseling. Untuk Peningkatan Kapasitas Kesiapan Kerja Siswa

Panduan Konseling. Untuk Peningkatan Kapasitas Kesiapan Kerja Siswa Panduan Konseling Untuk Peningkatan Kapasitas Kesiapan Kerja Siswa ii Panduan Konseling Untuk Peningkatan Kapasitas Kesiapan Kerja Siswa Harlina Nurtjahjanti, S.Psi., M.Si. Dinie Ratri Desiningrum, S.Psi.,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING 1. Topik : Menyelesaikan Masalah 2. Kompetensi : Kematangan Intelektual 3. Sub Kompetensi : Mengetahui perlunya menyelesaikan masalah dan resiko yang mungkin timbul 4. Indikator : 1. Mengetahui langkah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORETIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Komunikasi Matematis a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis Agus (2003) komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian makna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain untuk dapat mempertahankan hidupnya. Proses kehidupan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian sesuai metode penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut : A. Analisis Bimbingan dan Konseling Islam dengan pendekatan

BAB IV ANALISIS DATA. diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut : A. Analisis Bimbingan dan Konseling Islam dengan pendekatan BAB IV ANALISIS DATA Setelah menyajikan data hasil lapangan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi maka peneliti melakukan analisis data. Analisis data ini dilakukan untuk memperoleh suatu hasil

Lebih terperinci

Membangun Ketrampilan Memfasilitasi

Membangun Ketrampilan Memfasilitasi Membangun Ketrampilan Memfasilitasi Fasilitasi menjelaskan proses membawa satu kelompok melalui cara pembelajaran, atau berubah dengan cara yang mendorong semua anggota kelompok tersebut, untuk berpartisipasi.

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian pada tanggal 3 Maret 2012 penulis terlebih dahulu meminta surat ijin penelitian dari Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia, tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN TINDAKAN

BAB III PELAKSANAAN TINDAKAN 14 BAB III PELAKSANAAN TINDAKAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini di Kelas IV SDN Kalisalak Batang yang mempunyai 28 siswa. Dari 28 siswa tersebut terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 13 siswa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI SEORANG PEMUDA PUTUS CINTA DI DESA BADANG NGORO JOMBANG A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 4.1.1. Pra siklus Pembelajaran matematika yang dilaksanakan di kelas V SD 4 Bulungkulon Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus tahun ajaran 2013/2014

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Sepanjang daur kehidupan tidak terlepas dari situasi yang dapat mempengaruhi respon emosi individu. Salah satu situasi yang mempengaruhi emosi individu adalah

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Gestalt Therapy and Behavior Therapy

Psikologi Konseling Gestalt Therapy and Behavior Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Gestalt Therapy and Behavior Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Gestalt Therapy Pendekatan Gestalt:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Secara umum kebiasaan menonton sinetron di SMP Negeri 5 Bandung

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Secara umum kebiasaan menonton sinetron di SMP Negeri 5 Bandung BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Secara umum kebiasaan menonton sinetron di SMP Negeri 5 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 berada pada kategori tinggi. 2. Secara umum kebiasaan belajar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa kanak-kanak, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang sangat pesat. Hurlock (1997) mengatakan bahwa masa golden age atau masa

Lebih terperinci

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER) TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh

Lebih terperinci

KONSELING. Oleh: Muna Erawati

KONSELING. Oleh: Muna Erawati TAHAPAN dan TEKNIK KONSELING Oleh: Muna Erawati Tujuan Konseling Insight: mendapat pemahaman mengenai asal muasal dan perkembangan kesulitan emosi, lalu meningkat pada peningkatan kapasitas pengendalian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian ini adalah 12 siswa yang hasil pre-testnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian ini adalah 12 siswa yang hasil pre-testnya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah 12 siswa yang hasil pre-testnya menunjukkan percaya diri siswa yang rendah. Dari 12 siswa dibagi menjadi

Lebih terperinci

Reality Therapy. William Glasser

Reality Therapy. William Glasser Reality Therapy William Glasser 1. Latar Belakang Sejarah William Glasser lahir tahun 1925, mendapatkan pendidikan di Cleveland dan menyelesaikan sekolah dokter di Case Western Reserve University pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak. merasa bangga dan bahagia ketika harapan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak. merasa bangga dan bahagia ketika harapan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak yang normal baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak yang normal.

Lebih terperinci

D. Hipotesis Penelitian. social emotional learning dalam menurunkan tingkat agresivitas pada siswa sekolah

D. Hipotesis Penelitian. social emotional learning dalam menurunkan tingkat agresivitas pada siswa sekolah 61 D. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ialah adanya pengaruh pelatihan social emotional learning dalam menurunkan tingkat agresivitas pada siswa sekolah dasar H Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF PADA SEORANG IBU YANG MEMPUNYAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai berbagai tujuan yang dapat membawa perubahan yang lebih baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai berbagai tujuan yang dapat membawa perubahan yang lebih baik. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran sejarah, di dalam kurikulum pendidikan sejarah dapat diarahkan untuk mencapai berbagai tujuan yang dapat membawa perubahan yang lebih baik. Sebagaimana

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan Sekolah Dasar Negeri Dukuh 02 Salatiga. Penelitian ini rancang dengan menggunakan tahap-tahap penelitian seperti

Lebih terperinci

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL 1 STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi klien : Senang menyendiri, tidak mau melakukan aktivitas, tampak murung, lebih banyak menunduk

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 12 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci