199 Tahun, Garut Masih Andalkan Kekuatan Ekonomi Pertanian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "199 Tahun, Garut Masih Andalkan Kekuatan Ekonomi Pertanian"

Transkripsi

1 199 Tahun, Garut Masih Andalkan Kekuatan Ekonomi Pertanian Tahun 2011 telah berlalu, meninggalkan ragam kenyataan setidaknya bagi Kabupaten Garut. Harapan dan kenyataan senantiasa selalu beriringan. Meski harapan itu dibalut dengan kenyataan yang membawa daerah agraris ini tidak luput dari berbagai permasalahan yang senantiasa menggelayuti waktu demi waktu, mulai dari masalah sosial, politik, hingga bencana alam. Tengok saja, selama 2011 (periode Januari hingga Oktober 2011) tidak kurang dari 231 kejadian bencana, mengakibatkan 24 orang meninggal dunia (6 meninggal dunia akibat kebakaran, 13 orang akibat banjir, dan 5 orang terkena longsor), dengan kerugian ditaksir Rp Kejadian bencana lebih banyak terjadi pada kebakaran (171 kali), puting beliung (17 kali), banjir (13 kali), dan longsor (28 kali). Banjir bandang yang terjadi pada Jum at sore (6/5) di beberapa kecamatan di Garut Selatan yakni Kecamatan Cikelet, Kecamatan Pameungpeuk, Mekarmukti dan Kecamatan Cisompet, merupakan kejadian memilukan bagi Kabupaten Garut. Selain menyebabkan korban tewas, banjir ini menyebabkan kerusakan sejumlah bangunan, termasuk perumahan warga. Bupati Garut H. Aceng H.M. Fikri, S.Ag, saat meninjau lokasi bencana bersama Gubernur Jawa Barat, menyatakan bencana banjir bandang yang terjadi pada Jumat malam itu menimpa kepala keluarga di Kecamatan Cisompet, Pameungpeuk, Cibalong, Cikelet, dan Mekarmukti. Berdasarkan data sementara, akibat banjir bandang ini sebanyak 59 rumah hancur, 342 rusak berat, dan rumah rusak ringan. Ironisnya, kebanyakan korban banjir bandang kali ini merupakan korban gempa bumi yang juga sempat melanda kawasan selatan Jabar pada "Gempa belum selesai, sudah kena lagi bencana banjir. Sehingga, mereka benar-benar butuh bantuan," katanya. Dengan lokasi bencana yang dianggap menyulitkan penyaluran logistik bagi korban bencana dibutuhkan sebuah koordinasi dan komunikasi yang baik. Bahkan Gubernur Ahmad Heryawan menegaskan, dalam penanganan bencana, komunikasi merupakan salah satu hal yang paling penting. Karena itu, komunikasi harus ditingkatkan sehingga pendistribusian logistik tidak menemui kendala di lapangan. Tidak berlebihan, bila Kabupaten Garut sebagai salah satu dari 26 Kabupaten/ Kota di Jawa Barat yang memiliki tingkat potensi rawan bencana yang cukup tinggi, sehingga orang lebih mengenal daerah ini layaknya sebagai mini marketnya bencana di Jawa Barat termasuk di Indonesia. Sejarah mencatat pula, di Kabupaten Garut pernah terjadi dua letusan gunung berapi yang sampai sekarang gunung tersebut masih berpotensi untuk meletus kembali, yaitu Gunung Guntur dan Gunung Papandayan. Gunung Papandayan terakhir kali meletus pada tahun 2002, menimbulkan dampak fisik/infrastruktur maupun dampak psikis/psikologis bagi masyarakat. Potensi rawan bencana lain di antaranya gerakan tanah, longsor serta tsunami. Secara geografis Kabupaten Garut terletak di bagian selatan pada posisi 107º25'8" - 107º6' Bujur Timur dan 6º56'49"- 7º45'00" Lintang Selatan, dengan luas wilayah ± 3.066,88 Km 2, dengan jumlah penduduk ± Jiwa. Kondisi Kabupaten Garut sebagai berikut :

2 1. Curah hujan cukup tinggi 2. Banyaknya aliran sungai yang bermuara ke pantai selatan maupun ke pantai utara jawa, dan hal inilah yang menyebabkan sebagian besar dari luas wilayahnya dipergunakan untuk lahan pertanian. 3. Sebelah utara, timur dan barat secara umum merupakan dataran tinggi dengan kondisi alam yang berbukit-bukit dan pegunungan. 4. Sebelah selatan sebagian besar permukaan tanahnya memiliki kemiringan yang relatif cukup curam. Secara geografis, geologis, hidrologis, dan klimatologi dikategorikan cukup rentan bencana, khusus yakni bencana : a. Tanah longsor, b. Gempa bumi, c. Letusan gunung [Papandayan], d. Puting beliung e. Kebakaran pemukiman/hutan. f. Tsunami. Kondisi potensi rawan bencana di Kabupaten Garut tidak hanya di sebagian wilayah, akan tetapi di seluruh wilayah kecamatan pun hampir sama, seperti potensi gerakan tanah. Secara umum, Kabupaten Garut merupakan wilayah yang dinamis, berbagai dinamika pembangunan terus berlangsung baik bidang politik, ekonomi, sosial maupun budaya, sehingga berbagai perkembangan hampir terjadi pada semua sektor. Secara administratif, sampai saat ini Kabupaten Garut mempunyai jumlah kecamatan sebanyak 42 kecamatan, 21 kelurahan dan 421 desa, RW dan RT, dengan luas wilayah Ha. Kecamatan Cibalong merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah terluas mencapai 6,97% dari wilayah Kabupaten Garut atau seluas Ha, sedangkan Kecamatan Kersamanah merupakan wilayah terkecil dengan luas Ha atau 0,54%. Sebagai Kabupaten yang mempunyai wilayah cukup luas, tentu saja Kabupaten Garut tidak terlepas dari permasalahan intern maupun ekstern dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Dengan segala kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada, Pemerintah Kabupaten Garut berusaha untuk menerapkan arah kebijakan pembangunan dan strategi yang tepat, bertekad untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Kabupaten Garut, berjuluk Swis Van Java, beriklim tropis basah (humid tropical climate), di mana menurut hasil studi data sekunder, iklim dan cuaca itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu : pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circ ulation pattem), topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat, dan elevasi topografi dengan curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar antara mm dengan bulan basah 9 bulan berturut-turut dan bulan kering berkisar 3 bulan berturut-turut, sedangkan di sekelilingnya terdapat daerah pengunungan dengan ketinggian mencapai meter di atas permukaan laut dengan variasi temperatur bulanan berkisar antara 24ºC - 27ºC. Garut memiliki ketinggian tempat yang bervariasi antara wilayah yang paling rendah, yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi di puncak gunung. Wilayah yang berada pada ketinggian mdpl terdapat di Kecamatan Cikajang,

3 Pakenjeng, Pamulihan, Cisurupan dan Cisewu, wilayah yang berada pada ketinggian mdpl terdapat di Kecamatan Pakenjeng dan Pamulihan. Wilayah yang terletak pada ketinggian mdpl terdapat di Kecamatan Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan Bungbulang serta wilayah yang terletak di daratan rendah pada ketinggian kurang dari 100 mdpl terdapat di Kecamatan Cibalong dan Pameungpeuk. Wilayah Kabupaten Garut mempunyai kemiringan lereng yang bervariasi antara 0 2% sebesar 10,51% atau Ha, kemiringan lahan antara 2 15% adalah seluas ha atau seluas 12,43%, kemiringan lahan antara 15 40% adalah seluas ha atau sebesar 35,99%. Lahan dengan kemiringan di atas 40% adalah seluas ha atau sebesar 41,06%. Akibat pengaruh adanya daerah pegunungan, daerah aliran sungai dan daerah dataran rendah pantai, maka tingkat kesuburan tanah di Kabupaten Garut bervariasi. Secara umum jenis tanahnya terdiri dari tanah sedimen hasil letusan Gunung Berapi Papandayan dan Gunung Guntur, dengan bahan induk batuan turf dan batuan kuarsa. Pada daerah sepanjang aliran sungai, terbentuk jenis tanah aluvial yang merupakan hasil sedimentasi tanah akibat erosi di bagian hulu. Jenis tanah podsolik merah kekuningkuningan, podsolik kuning dan regosol merupakan bagian paling luas dijumpai di wilayah Kabupaten Garut, terutama di wilayah Garut Selatan, sedangkan Garut bagian utara didomiasi oleh jenis tanah andosol. Dari permasalahan politik, Kabupaten Garut kembali harus diuji. Melalui SK. Mendagri Nomor Tahun 2011 Tertanggal 29 Nompember 2011, Bupati Garut H. Aceng H.M. Fikri, S.Ag, saat mengawali pidato Nota Pengantar Raperda Tentang RAPBD Kab. Garut, Raperda tentang penambahan penyertaan modal Pemerintah Daerah Kab. Garut, dalam Rapat Paripurna DPRD, di gedung DPRD Kabupaten Garut, Senin (5/12), menyatakan prihatin dengan mundurnya Diky candra sebagai wakil bupati Garut. Saya merasa prihatin dan merasa kecewa yang mendalam atas mundurnya Wakil Bupati Garut. Pada dasarnya saya tidak menghendaki Wakil Bupati mundur karena saya memiliki keinginan supaya bisa bersama sampai akhir masa jabatan, tapi saya menghormati hak konstitusional dari Wakil Bupati untuk mengajukan pengunduran diri dalam jabatannya karena hal itu telah diatur dalam undang-undang, tuturnya Dalam kesempatan itulah Bupati menyatakan permohonan maafnya kepada masyarakat Garut atas dinamika yang berlangsung dalam penyelenggaraan pemerintah di Kabupaten Garut, terkait dengan pengunduran diri Wakil Bupati Garut Diky Candra. Kondisi tersebut, menurutnya, di luar kemampuannya selaku pasangan bupati dan wakilnya, yang secara manusiawi perlu dipandang sebagai dinamika hubungan antara dua individu. Tentunya hal tersebut tidak dimaksud untuk melakukan pengingkaran atas amanah yang diembannya, namun semata-mata karena situasi dan kondisi yang pada akhirnya membuat pasangan ini mengambil pilihan politik yang berbeda. Meski demikian daerah ini memang telah teruji dari segi politis, sehingga kondisi dengan mundurnya pendamping bupati tidak berdampak negatif terhadap pelayanan publik. Sekadar catatan, Pemerintah Kabupaten Garut pernah memiliki wakil bupati semasa Bupati H. Toharudin Gani, saat itu pendampingnya adalah Drs. H. Mamad Suryana yang kemudian di akhir karirnya ia dipercaya sebagai Kepala Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat. Begitu pula dengan masa pemerintahan H. Agus Supriadi, Wakil Bupati Memo Hermawan pun turut mencatat proses politik di Pemerintahan Kabupaten Garut, meski kemudian pasangan ini tidak berlanjut hingga akhir pemerintahannya karena H. Agus Supriadi tersandung hukum yang kemudian menjadikan Memo Hermawan ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas Bupati hingga akhir jabatannya Januari 2009.

4 Tuntutan pelayanan publik yang kerap dilontarkan sebagian masyarakat pasca mundurnya Diky Candra, tentu menjadi hal yang menarik, terlebih reformasi birokrasi yang menjadi fokus perhatian masyarakat memberi sinyalemen agar Bupati Aceng Fikri segera menunjuk penggantinya. Permasalahan pun datang, seiring dengan tidak diaturnya proses penggantian wakil bupati dari jalur independen. Namun demikian Pemkab Garut kini telah mempersiapkan proses penggantian itu melalui konsultasi-konsultasi dengan pihak Kementrian dalam Negeri, pengamat hukum, atau bahkan tokoh-tokoh masyarakat yang dapat dijadikan bekal berharga bagi proses estafeta kepemimpinan di Garut ini. Seiring dengan dinamika kehidupan sosial kemasyarakatan yang tinggi, Bupati Garut Aceng Fikri berharap tentunya menjadi sebuah tantangan bagi seluruh jajaran pemerintah daerah untuk tetap konsisten dalam menjalankan tupoksinya. Jajaran birokrasi pemerintah daerah tetap memegang teguh nilai-nilai sebagaimana terkandung dalam Panca Prasetya Korpri, tidak terpengaruh atas situasi yang berkembang akhir-akhir ini. Kami berharap seluruh pihak senantiasa mengedepankan kepentingan bersama dan menghindarkan diri dari upaya untuk mempertajam setiap perbedaan pandangan. Kita harus fokus pada tujuan bersama dalam rangka meningkatkan kapasitas pembangunan di Kabupaten Garut demi mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat, ungkapnya. Kini masyarakat pun semakin berharap kepada Pemerintah Kabupaten Garut pasca mundurnya Diky Candra. Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Garut , Kabupaten Garut akan diarahkan sebagai kawasan konservasi dengan dukungan utama sektor agribisnis, pariwisata dan kelautan. Kabupaten Garut juga termasuk dalam Kawasan Andalan Nasional dan Kawasan Andalan Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Garut ditetapkan sebagai Kawasan Andalan Nasional dengan sektor unggulan bidang pertanian, industri, perkebunan, pariwisata, dan perikanan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26/2008 tentang RTRWN, selain sebagai Kawasan Andalan Nasional (KAN), Kabupaten Garut juga termasuk ke dalam Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan adanya kawasan fasilitas peluncuran roket dan stasiun pengamat dirgantara di Kecamatan Pemeungpeuk dan Kecamatan Cikelet. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22/2010 tentang RTRW Provinsi Jawa Barat, dari luas wilayah Kabupaten Garut yang mencapai hektar ditetapkan sebesar 81,39% merupakan kawasan lindung dan diarahkan menjadi daerah unggulan. Dalam hal tersebut yang diprioritaskan yakni sektor pertanian dan industri pengolahan pertanian, perikanan dan industri pengolahan perikanan, wisata alam dan minat khusus, serta kegiatan pertambangan mineral logam dan non logam. Menurut RTRW Provinsi Jawa Barat tersebut, Kabupaten Garut termasuk ke dalam Kawasan Strategis Provinsi dengan adanya potensi panas bumi Kamojang-Darajat- Papandayan yang potensi pengembangannya bersifat lintas kabupaten/kota. Ditambah dengan potensi masalah lintas kabupaten yang ditimbulkan akibat dibukanya jalur Selatan Jabar Sebagai daerah agraris, Kabupaten Garut memiliki daya tarik mempesona, bagai putri yang tengah tidur, ia memiliki aura yang membuat orang luar tertarik. Tengok saja di sektor pertanian yang masih menjadi sektor andalan, hal tersebut tercermin dari mata pencaharian masyarakatnya 65% bertumpu kepada sektor pertanian. Dari produk

5 domestik bruto sektor pertanian yang mencapai 47,62 % pada tahun 2009, hampir 42%- nya merupakan kontribusi sub sektor tanaman pangan dan holtikultura. Nilai ini memperlihatkan bahwa sub sektor tanaman pangan dan holtikultura memberikan andil yang cukup besar terhadap perkembangan perekonomian Kabupaten Garut, sehingga perlu mendapatkan perhatian yang lebih seksama. Komoditas unggulan sayuran di Kabupaten Garut antara lain kentang, tomat, kubis, dan cabai merah, berdasarkan data yang ada, khususnya untuk cabai luas tanam untuk tiap tahunnya tidak kurang dari Ha, yang tersebar di bebepara kecamatan sentra pengembangan holtikultura di Kabupaten Garut. Oleh karenanya Kabupaten Garut sangat potensial untuk dijadikan pengembangan Cluster cabai merah di wilayah kerja KBI Bandung Jawa Barat. Menyikapi harga cabai di tingkat konsumen yang sangat fluktuatif pada beberapa tahun terakhir, Bupati Garut turut angkat bicara. Menurutnya, Pemerintah Kabupaten Garut berupaya mendorong terjalinnya kemitraan antara petani cabai dengan pihak swasta yang bergerak di bidang pengolahan berbahan baku cabai. Dengan harapan terjalinnya kemitraan, para petani mendapatkan jaminan pasar, jaminan harga serta bagi pihak yang menjadi mitranya mendapatkan jaminan pasokan bahan baku. Ia menilai salah satu kendala yang dihadapi para petani dalam melakukan agrobisnis cabai antara lain lemahnya dukungan kelembagaan, teknologi budi daya serta dukungan pembiayaan. Ia berharap tercipta kluster-kluster yang mampu bekerja sama saling melengkapi serta mengakomodir berbagai kebutuhan terkait berbagai hal dari mulai pembibitan, penanaman, pengadaan sarana produksi sampai kepada pemasaran hasil bisa berjalan dengan baik. Lebih jauhnya yang menjadi harapan terbesar para petani, ialah adanya dukungan dari pihak bank-bank untuk bisa memberikan layanan jasa bagi berlangsungnya pelaksanaan pengembangan cabai di Kabupaten Garut terutama dalam hal permodalan. Menurut Pimpinan Bank Indonesia Bandung Lucky Fathul Aziz Hadibrata, mengungkapkan perkembangan komoditas cabai merah di Jawa Barat, khususnya dari faktor harga. Berdasarkan pantauan KBI Bandung, bahwa perubahan harga bulanan komoditas Volatile Foods di Jawa Barat meningkat sebesar 6,24%, lebih tinggi dari peningkatan harga rata-rata nasional sebesar 5,15%. Di antara komoditas tersebut cabai merah merupakan komoditas yang mengalami peningkatan harga tertinggi atau meningkat sebesar 75,89%, lebih tinggi dari rata-rata peningkatan harga cabai merah Nasional sebesar 53,70%. Untuk menekan fluktuasi harga yang terjadi, diperlukan dukungan dan koordinasi dari semua pihak yang terkait. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan membentuk struktur rantai nilai usaha cabai merah yang efektif dari hulu sampai hilir, atau juga disebut dengan kluster. Dan Kabupaten Garut dipandang sebagai daerah yang sangat potensial untuk pengembangan kluster cabai merah, yang merupakan salah satu bagian dari sektor komoditas pertanian penyumbang terbesar 49 % PDRD Kabupaten Garut. Unggulan daerah ini di bidang agribisnis padi sawah, salah satunya adalah beras, sebagai komoditas strategis berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian kedepan. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan beras di Kabupaten Garut diproyeksikan masih terus akan meningkat, produksi padi tahun 2010 diproyeksikan sebesar ton GKG. Realisasi produksi padi tahun 2010 mencapai ton GKG atau naik sebesar 14,21 % bila dibandingkan dengan realisasi tahun 2009 ( ton GKG).

6 Pemerintah berkeinginan mempertahankan swasembada beras secara berkelanjutan. Peningkatan produktivitas padi 5,03 % per tahun dengan indeks panen 1,52 diperkirakan dapat mempertahankan swasembada beras hingga tahun Untuk mencapai sasaran tersebut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah dan akan menghasilkan varietas unggul padi hibrida dan padi tipe baru. Varietas-varietas unggul yang berdaya hasil tinggi ini diharapkan dapat diaktualisasikan potensi genetiknya melalui pengembangan teknologi budi daya dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumber Daya Terpadu (PTT). Dalam penggunaan varitas unggul, varitas Sarinah merupakan varitas unggul lokal Garut, penggunaan varitas ini tidak kurang dari 80 % dari total luas pertanaman. Secara umum, Padi Sarinah dikembangkan di Kecamatan Cilawu, Samarang, Tarogong Kaler, Karangpawitan, Wanaraja, Sukawening, Leuwigoong, Kadungora, dan Bayongbong. Sayang keberhasilan itu tidak diiringi dengan perluasan lahan, bahkan terjadi penyempitan. Dalam kurun waktu 8 tahun terakhir ini saja, luas lahan persawahan di Kabupaten Garut berkurang sekitar hektar dari total lahan sawah sebelumnya seluas sekitar hektar. Padahal Kabupaten Garut termasuk salah satu daerah pemasok beras nasional berkualitas bagus. "Penyempitan luas lahan sawah dalam beberapa tahun terakhir terutama akibat alih fungsi lahan menjadi perumahan. Ditambah dengan bertambahnya infrastruktur jalan seperti adanya jalan lintas Jabar Selatan, dan jalan by pass di Kubang Banyuresmi. Ke depan mungkin lahan sawah terus berkurang," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut Tatang Hidayat dalam suatu kesempatan. Diakui Tatang, pihaknya kesulitan mengatur penyempitan lahan sawah yang terjadi akibat alih fungsi lahan. Pasalnya, hingga kini belum ada aturan khusus yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengatasi persoalan tersebut. Data luasan sawah yang digunakan hingga saat ini pun merupakan data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) pada Tatang menuturkan, berdasarkan data BPS terkait alokasi rencana tanam dan target produksi padi pada 2003, luas lahan baku sawah di Kabupaten Garut tersebar di 42 kecamatan mencapai hektar. Luas lahan sawah terluas berada di Kecamatan Bungbulang sekitar hektar. Sedangkan luas lahan paling sempit terdapat di Kecamatan Cigedug yang hanya mencapai 220 hektar. Dalam kurun waktu 7-8 tahun, luas lahan sawah di Kabupaten Garut ternyata berkurang seiring banyaknya lahan beralih fungsi ke non sawah. Berdasarkan data yang dikeluarkan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) Kementrian Pertanian pada 2010, terjadi pengurangan lahan sawah di Kabupaten Garut seluas hektar. Sehingga total luas lahan sawah di Kabupaten Garut tinggal seluas ,88 hektar. Berkaitan dengan penyempitan lahan sawah tersebut, Institut Pertanian Bogor (IPB) pun melakukan penelitian pada Hasilnya, diketahui bila luas lahan di Kabupaten Garut berkurang seluas 4.752,42 hektar. "Ada selisih mengenai luas lahan sawah di Garut antara Pusdatin dengan IPB sekitar 682,70 hektar," kata Tatang. Di bidang kelautan, yang berada di bagian selatan Kabupaten Garut, hingga kini masih belum tergali secara maksimal. Padahal, potensi produksi ikan laut dari kawasan selatan Garut diperkirakan mencapai ton MSY (Maximum Suistanable Year/ tingkat penyediaan ikan di laut secara lestari) per tahun, termasuk di dalamnya potensi rumput laut, dan potensi kelautan lainnya.

7 Dengan kewenangan pengelolaan laut sejauh 4 mil dari garis pantai untuk Kabupaten Garut, potensi ikan yang bisa diproduksi sekitar ton MSY per tahun, namun potensi itu baru dapat dikelola hanya 40%. Bentangan pantai selatan Kabupaten Garut sendiri mencapai 83 kilometer. Mencakup 23 desa dan 7 kecamatan, yakni Kecamatan Cibalong, Pameungpeuk, Cikelet, Mekarmukti, Pakenjeng, Bungbulang, dan Caringin. Dan total jumlah nelayan sebanyak dengan sarana tangkap ikan terdiri dari 17 kapal (perahu berukuran 10 gross ton ke atas) dan 452 perahu. Sedangkan jenis ikan yang bisa diproduksi di antaranya tongkol, tuna, cakalang, layur, kakap, kerapu, lobster/udang karang, cumi-cumi, dan gurita. Pihak Pemkab Garut melalui Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan (Disnakanla), telah berupaya meningkatkan produksi ikan laut di perairan laut Selatan Garut telah dilakukan melalui program akselerasi Selatan Jabar mulai Sukabumi hingga Ciamis. Antara lain berupa pemberian GPS fish finder agar nelayan bisa melihat potensi ikan dari permukaan laut, dan rumponisasi. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) pun direncanakan ditambah di pantai Cicalobak Kecamatan Mekarmukti. Sedangkan PPI yang ada saat ini hanya lima buah, yakni di Cibalong, Pameungpeuk, Cikelet Cilauteureun, Cimari Muara Pakenjeng, dan Ranca Buaya Caringin. Selama ini pemanfaatan potensi laut yang dilakukan para nelayan di daerah ini masih sederhana dengan menggunakan alat tangkap ikan congkrang yang jangkauannya tak terlalu jauh. Di sektor energi dan pertambangan, Garut hingga kini sebagian besar masih belum termanfaatkan, padahal selain geothermal (panas bumi) juga terd apat energi angin, air laut, sinar matahari dan sungai. Dari sekitar Mega Watt Elektrik (MWE) potensi geothermal Garut, baru termanfaatkan 110 MWE yang diekploitasi PT. Chevron Geothermal Energi Indonesia di lapangan panas bumi Kampung Darajat, Kecamatan Pasirwangi. Pemkab Garut saat ini pun tak memiliki kesiapan dana Rp12 milyar, untuk memenuhi biaya studi pendahuluan geothermal oleh konsultan. Meski studi pendahuluan tersebut semestinya dilaksanakan tahun 2011, sebagai persyaratan pelaksanaan tender kegiatan ekplorasi dan eksploitasi potensi geothermal MWE di Kampung Arinem, Kecamatan Pakenjeng, pada 2012 ini. Sehingga studi pendahuluan termasuk tender serta realisasi eksplorasi dan eksploitasi sumber energi terbarukan itu, terpaksa mengalami penundaan, menunggu alokasi bantuan dana dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jabar. Sedangkan potensi geothermal lainnya, yang hingga kini masih dibiarkan telantar di Kabupaten Garut antara lain di Kampung Cilayu, Kecamatan Cisewu serta yang berlokasi di antara Gunung Guntur dan Masigit, masing-masing berkapasitas energi terpasang berkisar MWE. Sementara itu, potensi pengembangan energi sumber daya air sungainya, antara lain terdapat di Cibatarua Kecamatan Pamulihan, Cirompang Kecamatan Bungbulang dan Cimerak Kecamatan Cibalong dengan kapasitas berkisar 19,57 KW hingga 277,5 KW, sehingga masih banyak diperlukan sentuhan investor. Satu lagi Potensi Sumber Ekonomi Kabupaten Garut, yaitu Domba Garut. Sebagai salah satu ternak alternatif, ternak domba garut sangat berpotensi untuk di kembangkan, selain harganya mahal domba garut sangat langka. Domba Garut, Ovies Aries, adalah hasil persilangan dari 3 rumpun bangsa domba : Merino Australia, Kaapstad dari Afrika dan Jawa Ekor Gemuk di Indonesia. Domba Jawa Ekor Gemuk sudah ada sebelumnya

8 sejak lama sebagai jenis domba lokal, Domba Merino dibawa oleh pedagang Belanda ke Indonesia sedangkan Domba Kaapstad didatangkan para pedagang Arab ke tanah Jawa sekitar abad ke-19. Domba Garut sendiri adalah jenis domba tropis bersifat proliflic yaitu dapat beranak lebih dari dua ekor dalam 1 siklus kelahiran. Dalam periode 1 tahun, Domba Garut dapat mengalami 2 siklus kelahiran. Domba ini memiliki berat badan rata-rata di atas domba lokal Indonesia lainnya. Domba jantan dapat memiliki berat sekitar 60 hingga 80 kg bahkan ada yang dapat mencapai lebih dari 100 kg. Sedangkan domba betina memiliki berat antara kg. Ciri fisik Domba Garut jantan yaitu bertanduk, berleher besar dan kuat, dengan corak warna putih, hitam, cokelat atau campuran ketiganya. Ciri domba betina adalah dominan tidak bertanduk, kalaupun bertanduk namun kecil dengan corak warna yang serupa domba jantan. Domba Garut merupakan plasma nutfah terlangka di dunia karena postur hewan ternak ini nyaris menyerupai bison di USA. Populasi Domba Garut terbesar di Indonesia tentunya ada di wilayah provinsi Jawa Barat dengan lokasi daerah penyebaran antara lain : Garut, Majalengka, Kuningan, Cianjur, Sukabumi, Tasikmalaya, Bandung, Sumedang, Indramayu dan Purwakarta. Satu hal penting dalam mendukung kehidupan perekonomian di Kabupaten Garut adalah sarana transportasi terutama infrastruktur jalan. Keterbatasan sarana transportasi, terutama jalan mengakibatkan rendahnya aksesibilitas antar wilayah dan banyaknya wilayah yang terisolir, sehingga berpotensi terhadap dinamika perkembangan daerah. Prasarana jalan yang ada belum sepenuhnya dapat mendukung / menunjang kelancaran lalu lintas perekonomian masyarakat yang merata. Lihat saja, panjang jalan total di Kabupaten Garut mencapai 4.750,59 km, terdiri dari jalan nasional 30,08 km, jalan provinsi 282,68 km, jalan Kabupaten 828,76 km, Jalan desa 3.617,32 km Di luar jaringan jalan yang sudah memiliki status itu terdapat ruas jalan yang belum ditetapkan fungsi dan statusnya (non status yaitu ruas jalan di koridor Horizontal Garut bagian Selatan mulai dari Cilaki Batas Kabupaten Cianjur sampai batas Kabupaten Tasikmalaya sepanjang 94 Km. Dari total panjang jalan tersebut kondisi faktual hingga Desember 2011 adalah kondisi mantap sepanjang 323,80 km, kondisi sedang 195,75 km, kondisi rusak / rusak berat 309,29 km, dengan jenis permukaan terdiri dari hotmix 80,24 km, aspal 626,81 km, kerikil/batu 113,71 km, tanah 8,00 km. Pada Tahun 2011, Pemkab Garut dapat menangani sepanjang 199,62 Km (24,01 %) dari total 828,76 KM, yaitu berupa pembangunan jalan baru sepanjang 0,80 Km, pembangunan saluran drainase/gorong-gorong sepanjang 970,00 meter, pembangunan turap/bronjong sebanyak 470,00 Pkt, pemeliharaan rutin jalan kabupaten sepanjang 171,22 Km, pemeliharaan berkala sepanjang 28,40 Km, serta rehabilitasi jembatan sebanyak 20 buah. Penanganan jalan desa pada tahun angaran 2011 sepanjang 42,63 Km untuk rehablitasi/pengaspalan (29,66 Km) dan reahabilitasi/ pengaspalan sepanjang 12,07 Km dari Bantuan Provinsi. Tahun ini, Pemkab Garut melalui Dinas Bina Marga akan menangani jalan dalam kota, meliputi pemeliharaan jalan dalam kota wilayah Garut Kota dan Tarogong sepanjang 14,64 Km, kemudian pembangunan Jalan By Pass Garut Tahap IV di wilayah Kecamatan Tarogong dan Banyuresmi yang dianggarkan sebesar Rp 7,5 M. Selain itu dibangun pula Jembatan Maleer II Jalan By Pass Kecamatan Banyuresmi, serta peningkatan jalan Wanaraja Talagabodas yang dianggarkan tidak kurang dari Rp 3,9 M.

9 Proyek pembangunan Jalan Bypass Kubang-Banyuresmi sendiri baru dimulai sejak tahun 2008 lalu dengan pembebasan lahan. Direncanakan proyek Jalan Bypass sepanjang 2,457 Km dan lebar 21 meter itu akan selesai pada tahun 2013 mendatang. Bupati Garut H. Aceng HM Fikri, S.Ag, di sela-sela peninjauan beberapa waktu lalu, mengatakan, pembangunan jalan ini dimaksudkan selain untuk membuka pusat pertumbuhan ekonomi dan perluasan kota, juga dimaksudkan sebagai jalur alternatif dalam menghadapi Hari Raya Idul Fitri mendatang. Pembangunan jalan diharapkan dapat selesai pada tahun 2013, yang masih membutuhkan anggaran sebesar Rp 38 milyar, sementara Pemkab Garut sudah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 3,8 milyar ditambah dari anggaran perubahan 2011 sebesar 1,5 milyar rupiah, yang digunakan selain untuk pengerjaan jalan juga untuk pembebasan lahannya. Kabupaten Garut di usianya yang ke-199 tahun ini, memang terus membenahi potensi berbasis pelayanan publik guna mengejar ketertinggalan dari daerah lain. Langkah strategis diupayakan untuk memperkuat insfrastruktur terhadap akses pengembangan ekonomi. Dalam upaya mewujudkan pembangunan tersebut, dirumuskan 26 prioritas pembangunan yakni, peningkatan kualitas pendidikan pada penuntasan wajar dikdas 9 tahun dan pancanangan wajar 12 tahun, peningkatan semua jenjang pada jalur pendidikan, pemberdayaan pemuda dan peningkatan prestasi olah raga serta partisipasi sekolah menengah kejuruan. Menurut Bupati Garut Aceng H.M. Fikri, S.Ag, yang menjadi prioritas pembangunan adalah peningkatan daya saing usaha dan nilai tambah produk lokal, diprioritaskan pada pembangunan pusat informasi potensi, produksi dan pasar termasuk peningkatan nilai tambah dan daya saing produk lokal. Di sektor pariwisata adalah pengembangan budaya daerah serta menggali potensi wisata. Tentu saja harapan itu tidak sekadar jadi wacana, semestinya perlu adanya kesamaan visi dan persepsi melalui rempug jukung, kebersamaan antar pihak pemerintah, legislatif, yudikatif, media massa, masyarakat, dan unsur stake holder agar Visi Garut mewujudkan Kabupaten Garut wujud yang Mandiri dalam Ekonomi, Adil dalam Budaya dan Demokratis dalam Politik yang Didasari Ridlo Alloh SWT bisa segera terwujud dan dinikmati masyarakat. Selamat Hari Jadi ke-199 Kabupaten Garut. Bangkit dan Maju Bersama!!!!

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM WILAYAH

4 KONDISI UMUM WILAYAH 32 4 KONDISI UMUM WILAYAH Kondisi Geografis Kondisi Fisik Wilayah Kabupaten Garut adalah kabupaten yang berada di wilayah selatan Provinsi Jawa Barat. Memiliki luas 311.007,50 ha, dengan ibukota berada

Lebih terperinci

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008. Luas Panen (Ha)

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008. Luas Panen (Ha) Tabel 5.1.03 : Tambah Tanam,, dan Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2008 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.087 3.359 19.790 58.92 011. Caringin 1.308 1.110 6.524 58.77 020. Talegong

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

Geografi. Kab. SUMEDANG. Kab. CIANJUR. Kab. TASIKMALAYA

Geografi. Kab. SUMEDANG. Kab. CIANJUR. Kab. TASIKMALAYA GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Fisik Daerah Geografi Kabupaten Garut secara geografis terletak di antara 6 0 56 49-7 0 45 00 Lintang Selatan dan 107 o 25 8-1088 o 7 30 Bujur Timur dengan batas wilayah

Lebih terperinci

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006 TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 2.925 3.669 19.642 53,54 011. Caringin 795

Lebih terperinci

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha)

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha) Tabel 5.1.03 : Tambah Tanam,, dan Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut 2009 Tambah Tanam (Ton) (Kw) (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.151 2.877 17.955 62,41 011. Caringin 1.562 1.503 9.345 62,18 020. Talegong

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007 TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI Kecamatan Tambah Tanam (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3.861 2.568 14.265 55,55 011. Caringin 1.611 1.383 7.673 55,48 020. Talegong

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN I : PERATURAN NOMOR TANGGAL : : 18 Tahun 2013 31 Desember 2013 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA TAHUN ANGGARAN 2014 Rekening Hal 1 dari 2 1 2 3 4. PENDAPATAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 93 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 33 629 12,676 2,424-011. Caringin - 701 632 6,921

Lebih terperinci

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005)

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005) TABEL 3.19. PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH Laki-laki pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekol- pernah Masih bersekolsekolah 010. Cisewu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki Tabel 4.1.02 : Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Sekolah Guru Murid laki-laki Murid Perempuan Total Murid (1) (2) (3) (4) (5) (6) 010. Cisewu 6 81 9 97 106 011.

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011 BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 446 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN NAMA-NAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI,

Lebih terperinci

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2004 Kecamatan Sekolah Jml Rombel Guru R. Kelas Murid Lulusan Mengulang Putus Sekolah Cisewu 27 168 154 167 3.647 598 35 - Caringin 20 145 91 107 3.844 556 24 11 Talegong 23

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009 Tabel 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009 Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kuda Domba Kambi ng (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 60 549-11.099 2.415 011. Caringin

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano 23 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kecamatan Leles dan Desa Dano 4.1.1 Keadaan Umum Kabupaten Garut Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat sebelah selatan, di antara 6

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT 2009-2029 BAB V RENCANA KAWASAN STRATEGIS PROVINSI 5.1. Lokasi dan Jenis Kawasan Strategis Provinsi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) memuat penetapan Kawasan

Lebih terperinci

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab, Garut, 2010 Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Kuda Domba Kambin g (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 010. Cisewu - 500 452-15.559 2.291 011.

Lebih terperinci

Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009

Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009 Tabel 4.2.19 : Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009 PLKB DOKTER BIDAN JUMLAH (1) (2) (3) (4) (5) 010. Cisewu 3-3 6 011. Caringin 3-2 5 020. Talegong 3-3

Lebih terperinci

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012 DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012 SKPD ALAMAT : BADAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT : Jl. OTTISTA NO. 278 TAROGONG KIDUL NO Nama Kegiatan/Nama Paket Volume & Satuan Lokasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan Pulau Jawa yang termasuk dalam kelompok Kawasan Telah Berkembang di Indonesia, merupakan wilayah dengan perkembangan perekonomian yang sangat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu bentuk penutup lahan di permukaan bumi yang terbagi menjadi beberapa golongan antara lain berdasarkan fungsinya yaitu hutan lindung untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang bermuara dan berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan diyakini

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH

RKPD KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH RKPD RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 205 Peningkatan Infrastruktur Dasar, Kinerja Aparatur Dan Tata Kelola Pemerintahan Dalam Pelayanan Publik Guna Mewujudkan Pemerintahan Yang Bermartabat.

Lebih terperinci

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2010 TANGGAL : 30 NOVEMBER 2010 TENTANG : RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT ARAHAN PEMBAGIAN WILAYAH PENGEMBANGAN I. KAWASAN

Lebih terperinci

Peternakan/Husbandary. Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012.

Peternakan/Husbandary. Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012. 5.4. 01 : Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012 Kecamatan District Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda (1) (2) (3)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemanfaatan Lahan Aktual Berdasarkan hasil interpretasi citra satelit Landsat ETM 7+ tahun 2009, di Kabupaten Garut terdapat sembilan jenis pemanfaatan lahan aktual. Pemanfaatan lahan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah) 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis dan astronomis Indonesia sangat strategis. Secara georafis, Indonesia terletak diantara dua Benua dan dua samudera. Benua yang mengapit Indonesia adalah

Lebih terperinci

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan 122 Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan IV.1 Kondisi/Status Luas Lahan Sawah dan Perubahannya Lahan pertanian secara umum terdiri atas lahan kering (non sawah)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Lampung Barat yang didiikan berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1991 memiliki luas wilayah 4.550,4 ~m'. Sebagian besar wilayah Kabupaten Lampung Barat memiliki

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI II-1 BAB II 2.1 Kondisi Alam 2.1.1 Topografi Morfologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali secara umum di bagian hulu adalah daerah pegunungan dengan topografi bergelombang dan membentuk cekungan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang banyak memberikan sumber kehidupan bagi rakyat Indonesia dan penting dalam pertumbuhan perekonomian. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT di Bumi ini tiada lain untuk kesejahteraan umat manusia dan segenap makhluk hidup. Allah Berfirman dalam Al-Qur an Surat An-Nahl, ayat 14 yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek 3.1.1 Kondisi Administratif Kabupaten Kulon Progo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dan memiliki kurang lebih 17.504 buah pulau, 9.634 pulau belum diberi nama dan 6.000 pulau tidak berpenghuni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya sektor produksi primer seperti kegiatan sektor pertanian di negara negara yang sedang berkembang merupakan sektor yang masih cukup dominan. Secara logis

Lebih terperinci

Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang

Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang Lampiran 86 Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang Gambar Gambar Longsor Sukalaksana, Kec.Sucinaraja X : 830452,Y : 9199898, Zona 48S Longsor Girimukti, Kec.Cisewu X : 77650,Y : 9188436, Zona 48S Longsor Pekenjeng,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha)

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha) B A B KONDISI GEOGRAFIS 3.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Sumedang terletak antara 6º44 70º83 Lintang Selatan dan 107º21 108º21 Bujur Timur, dengan Luas Wilayah 152.220 Ha yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. PENDAHULUAN Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa sektor pertanian di Indonesia telah memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi secara keseluruhan. Beberapa peran penting sektor pertanian antara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN 2010-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN A. Letak Geografis Kabupaten Sleman Berdasarkan kondisi geografisnya wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110⁰ 13' 00" sampai dengan 110⁰ 33' 00" Bujur Timur, dan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan 68 V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan tingkat produksi gula antar daerah. Selain itu Jawa Timur memiliki jumlah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

Visi dan Misi Calon Bupati Kolaka Timur Periode GAMBARAN UMUM KABUPATEN KOLAKA TIMUR A. Kondisi Wilayah

Visi dan Misi Calon Bupati Kolaka Timur Periode GAMBARAN UMUM KABUPATEN KOLAKA TIMUR A. Kondisi Wilayah 1. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KOLAKA TIMUR A. Kondisi Wilayah Kabupaten Kolaka Timur yang dimekarkan pada Tanggal 22 April 2013 melalui Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pembentukan Kabupaten Kolaka

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN DAN KARAKTERISTIK KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN

BAB III KEBIJAKAN DAN KARAKTERISTIK KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN BAB III KEBIJAKAN DAN KARAKTERISTIK KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN Peran kota kecil tidak terbatas pada internal wilayahnya saja. Untuk melihat bagaimana suatu wilayah dapat tumbuh berkembang harus diperhatikan

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT 37 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT Pada bab sebelumnya telah diuraikan mengenai konsep pengembangan wilayah berbasis pada sektor pertanian. Sektor pertanian dianggap penting dilihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, sehingga sering disebut sebagai negara agraris yang memiliki potensi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

: Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012

: Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012 4.1.01 : Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012 Ijasah/STTB yang Dimiliki Laki-laki Male Perempuan Female Jumlah Total (1) (2) (3) (4) Tdk punya

Lebih terperinci

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal

Tabel 2.2. Tingkat Produksi Pertanian di Kabupaten Tegal kentang, kubis, tomat, wortel, bawang merah dan cabe merah. Kondisi budidaya hortikultura di kawasan Tegal bagian Selatan walaupun telah mempunyai tujuan pemasaran yang jelas, tetapi masih dirasakan belum

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013 TANJUNGPANDAN, MARET 2014 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan memberikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan teori dan temuan studi yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Selain itu, juga akan diberikan rekomendasi

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategi, merupakan satu langkah penting dalam perjalanan suatu organisasi karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 25 2004 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DAN LEMBAGA TEKNIS DAERAH DENGAN MENGHARAP

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 27 2004 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci