IMPLEMENT ASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (ISO 14001) DALAM MANAJEMEN OPERASI INST ALAS I NUKLIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENT ASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (ISO 14001) DALAM MANAJEMEN OPERASI INST ALAS I NUKLIR"

Transkripsi

1 Seminar Tahunan Pengawas,n Pemanfaatan Tenaga Nuklir Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN IMPLEMENT ASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (ISO 14001) DALAM MANAJEMEN OPERASI INST ALAS I NUKLIR Nur Tri Harjanto Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir dan Daur Ulang (P2TBDU) - BATAN ABSTRAK IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (ISO 14001) DALAM MANAJEMEN OPERASI INSTALASI NUKLIR. Instalasi nuklir disamping mempunyai potensi bahaya radiasi juga menghasilkan limbah yang berdampak pada lingkungan, sehingga dalam pembangunan, operasi, & perawatannya perlu memperhatikan aspek yang ada dan harus mengikuti persyaratan yang ditentukan. Salah satu persyaratan yang mutlak diperlukan adalah adanya kewajiban untuk melaksanakan fungsi jaminan mutu. Dalam Program Jaminan Mutu (PJM) operasi instalasi nuklir sesuai standar IAEA SS 50 C-QA ditekankan pentingnya aspek keselamatan dalam operasi instalasi nuklir, namun aspek penting lingkungan belum dipersyaratkan secara nyata. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) yang kompaktibel terhadap manajemen yang lain dapat diimplementasikan dalam manajemen operasi instalasi nuklir dengan mengembangkan dan memasukkan persyaratan SML pada Program Jaminan Mutu. Beberapa persyaratan SML seperti : Kebijakan, Perencanaan, Organisasi, Struktur dan tanggung jawab, Pelatihan, Komunikasi, Dokumentasi, Pengendalian Dokumen, Pengendalian Operasi/proses, Pengecekan dan Tindakan perbaikan, Pengendalian Ketidaksesuaian, Rekaman, dan Audit serta Kajian Manajemen sudah ada dalam PJM, hanya perlu pengembangan lingkup substansinya. Selain itu perlu ditambahkan persyaratan yang belum ada dalam PJM yakni Program Lingkungan serta Kesiagaan dan Tanggap Darurat. Dengan mengimplementasikan SML dalam PJM akan menunjukkan bahwa ada komitmen manajemen untuk memenuhi persyaratan kebijakan lingkungan, adanya penekanan pada tindakan pencegahan yang lebih dari pada tindakan koreksi, serta sistem memasukkan dan memadukan proses penyempurnaan berkelanjutan. Kata kunci : Manajemen Lingkungan ABSTRACT IMPLEMENTASTION OF THE ENVIROMENTAL MANAGEMENT SYSTEM (ISO 14001) IN THE OPERATION MANAGEMENT OF NUCLEAR INSTALLATION. Beside possesses radiation danger potential, nuclear installation also produces waste substances effecting to the environment, so that in the construction, operation, and maintenance, it shall consider the existing aspects and comply with the specified requirements. One requirement that unconditionally needed is the duty to perform the quality assurance function. In the Quality Assurance Program (QAP), the nuclear installation operation pursuant to IAEA SS 50 C-QA standar shall be stressed on the importance of the safety aspect in the nuclear installation operation, however the important aspect of environment has not been actually required. The Environmental 50

2 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN Management System (EMS) compactible to other management may be implemented into the nuclear installation operational management by developing and taking the the EMS requirements to the Quality Assurance Program. Some requirements of EMS such as : Policy, Planning, Organization, Structure and Responsibility, Training, Communication, Documentation, Documentation control, Operational! processing control, Examination and Repair Action, Unconformity Control, Record and Audit, and Management Review have been contained in QAP, and it shall only necessary to develop their subtantial scopes. In addition, it is necessary to add the requirements are not contained in QAP, they are the Environmental Program as well as the Readiness and Emergency Perceptive. The implementation of EMS in the QAP shall that there are management commitment to comply with the policy requirements, an emphasizing on the preventive action more than a correction action, and the system of taking and combining the continuous improvement process. Keywords: Enviromental Management "- ~ 51

3 Seminar Ta/lUnan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN PENDAHULUAN Dunia industri saat ini terus berkembang seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi serta tuntutan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat mulai kritis dalam mensikapi, memilih dan menilai suatu produk yang dihasilkan oleh suatu industri baik itu industri kebutuhan rumah tangga yang merupakan industri kecil, industri menengahjbesar dan bahkan industri nuklir yang memiliki teknologi tinggi. lnstalasi nuklir yang meliputi reaktor nuklir, instalasi konversi dan pemumian, fabrikasi bahan bakar nuklir danjatau pengolahan ulang bahan bakar bekas, instalasi radioisotop, instalasi radiometalurgi, instalasi iradiator, instalasi akselerator, siklotron dan instalasi pengelolaan limbah radio aktif, disamping memiliki teknologi yang cukup tinggi juga mempunyai potensi bahaya radiasi. Oleh sebab itu mulai dari pembangunan hingga operasi dan perawatannya harus memenuhi ketentuanjpersyaratan keselamatan yang ditentukan. Sesuai Surat Keputusan Kepala BAPETEN Nomor 07/Ka-BAPETENN-99 Tentang Jaminan Kualitas lnstalasi Nuklir, maka setiap organisasi pengelola instalasi nuklir wajib melaksanakan fungsi jaminan mutu. Fungsi-fungsi jaminan mutu(l) tersebut meliputi : Penyusunan program jaminan mutu. Organisasi dan tata kerja jaminan mutu. Pengawasan jaminan mutu. Program Jaminan Mutu untuk operasi instalasi nuklir disusun berdasarkan Safety Series No 50 C-QA yang merupakan bagian dari program IAEA yang disebut Standar Keselamatan Nuklir (NUSS Program) yang menekankan pentingnya aspek keselamatan dalam manajemen operasi instalasi nuklir. LA TAR BELAKANG MASALAH. lnstalasi/industri Nuklir seperti PLTN sampai saat ini masih menimbulkan pro dan kontra sehingga belum bisa diterima oleh masyarakat sepenuhnya. Hal ini disebabkan karena masyarakat masih khawatir akan bahaya potensi radiasi dan limbah yang dihasilkan oleh industri nuklir yang cukup berbahaya, disamping faktor non teknis 52

4 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN seperti investasi yang tinggi. Seiring dengan hal tersebut di atas, dalam era globalisasi kita juga akan dihadapkan dengan beberapa isue/masalah yang meliputi : Hak Asasi ManusiaIHAM Demokrasi ~Hak Atas Kekayaan Intelektual Standarisasi dan Lingkungan Semua isue tersebut bermuara pada transparasi/keterbukaan. Untuk itu maka manajemen instalasi nuklir hams dapat meyakinkan kepada masyarakat bahwa disamping instalasi nuklir terse but memiliki teknologi sistem keamanan yang tinggi dan berwawasan lingkungan juga memiliki sistem pengelolaan yang memenuhi persyaratan manajemen keselamatan dan manajemen lingkungan sesuai standar internasional. Untuk mendapatkan dukungan dalam menentukan kebijakan dibidang industri nuklir maka perlu adanya transparasi dalam menginformasikan kepada masyarakat bahwa suatu instalasi nuklir memiliki sistem pengelolaan yang menjamin tingkat keamanan dan keselamatan yang tinggi dengan menerapkan program jaminan mutu sesuai dengan standar SS 50 C-QA yang mendapatkan pengawasan baik internal (oleh organisasi itu sendiri) maupun eksternal oleh badan pengawas independen (BAPETEN). Selain itu juga perlu adanya pembuktian bahwa pengelolaan operasi instalasi nuklir telah memenuhi standar pengelolaan lingkungan yang baik yang ramah terhadap lingkungan sesuai standar ISO 14001, yang dapat dibuktikan dengan pernyataan diri untuk siap dilakukan audit lingkungan atau dengan sertifikasi lingkungan (sertifikat ISO 14001). Kompaksibilitas SML (ISO 14001) Terhadap Manajemen Mutu Lainnya Sistem Manajemen Lingkungan menurut ISO adalah bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang meliputi struktur organisasi, kegiatan perencanaan, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumberdaya untuk mengembangkan, menerapkan, mencapai, mengkaji dan memelihara kebijakkan lingkungan(2). Model sistem manajemen lingkungan dalam standar SNI (adopsi dari ISO 14001) dapat digambarkan seperti terlihat pada gambar 1. Standar sistem manajemen lingkungan dimaksudkan untuk memberikan unsurunsur sistem manajemen lingkungan yang dapat dipadukan dengan persyaratan 53

5 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir Jakarta, II Desember 2003 ISSN manajemen lainnya di dalam organisasi gun a membantu organisasi mencapai tujuan mutu, keselarnatan, ekonomi dan lingkungan(3). Standar ISO memiliki sistem manajemen dasar yang sarna dengan standar sistem manajemen mutu yang lain seperti ISO 9000 (Sistem manajemen mutu prod uk), ISO (Sistem manajemen mutu laboratorium uji dan kalibrasi), atau IAEA SS 50 C-QA (Sistem manajemen/jaminan mutu untuk kearnanan dan keselarnatan instalasi nuklir). Penyempurnaan Berkelanjutan Pengkajian Manajemen Kebijakan Lingkungan r Pemeriksaan dan Tindakan Koreksi Perencanaan Penerapan dan Operasi Gambar 1. Model sistem manajemen lingkungan ISO (2) Organisasi dapat memilih untuk menggunakan sistem manajemen yang berlaku diorganisasi yang konsisten dengan standar tersebut sebagai dasar untuk sistem manajemen lingkungannya. Narnun perlu dipaharni bahwa penerapan berbagai unsur sistem manajemen ini mungkin berbeda karena tujuannya yang berbeda dan karena pihak-pihak yang terkait juga berbeda. Sistem manajemen mutu produk (ISO 9000) misalnya berkaitan dengan kebutuhan pelanggan atau konsurnen, sistem manajemen/jarninan mutu keselarnatan instalasi nuklir (IAEA SS 50 C-QA) berkaitan dengan kearnananlkeselarnatan pembangunan, dan operasi instalasi nuklir, sedangkan sistem manajemen lingkungan (ISO 14001) mengarah pada kebutuhan dari berbagai pihak yang terkait dan adanya kebutuhan masyarakat akan perlindungan lingkungan yang semakin berkembang. Persyaratan Sistem Manajemen Lingkungan yang ditetapkan dalarn standar ISO tidak perlu dirumuskan secara terpisah dari unsur-unsur sistem manajemen yang berlaku di dalarn suatu organisasi. Dalarn beberapa hal dimungkinkan untuk memenuhi 54

6 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN semua persyaratan melalui penyesuaian terhadap unsur-unsur sistem manajemen yang sedang berlaku. Manajemen Mutu Prod uk (ISO 9000) I INST ALASI NUKLIR I Program Jaminan Mutu Keselamatan (SS IAEA 50 C-QA) Manajemen Mutu Lab. (ISO 17025) SML / Mutu Lingkungan (ISO 14001) Gambar 2. Penerapan Sistem Manajemen dalam Instalasi Nuklir STRUKTUR SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO Struktur (elemen-elemen) dalam Sistem Manajemen Lingkungan meliputi (2) : Kebijakan Lingkungan Kebijakan ini ditetapkan oleh manajemen puncak yang berisi pernyataan mengenai maksud dan prinsip-prinsip dalam peningkatan kinerja lingkungan. Kebijakkan ini sesuai dengan jenis kegiatan, skala dan dampak lingkungan akibat kegiatan, produk atau jasa yang dihasilkan, yang mencakup komitmen untuk perbaikan secara terus menerus dan pencegahan pencemaran, serta mencakup komitmen pentaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait. lingkungan yang relevan dan ketentuan lainnya Perencanaan 1. Aspek Lingkungan Organisasi perlu membuat prosedur untuk mengidentifikasi aspek-aspek lingkungan sehingga organisasi dapat mengendalikan atau mengantisipasinya Menentukan aspek mana yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan dan menjamin bahwa aspek-aspek yang berkaitan dengan dampak \ 55

7 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN penting telah dipertimbangkan dalam penentuan tujuan dan sasaran pengelolaan lingkungan 2. Persyaratan Hukum dan Persyaratan lainnya Organisasi hams menetapkan dan memberlakukan prosedur untuk mengidentifikasi dan mendapatkan akses pada peraturan dan ketentuanketentuan lain yang berhubungan dengan organisasi terutama yang berkaitan dengan aspek lingkungan dari kegiatan, produk maupun jasa yang dihasilkan. 3. Tujuan dan Sasaran. Organisasi hams menetapkan dan memelihara tujuan dan sasaran yang terdokumentasi pada setiap fungsi dan tingkatan manajemen organisasi. Tujuan dan sasaran harus konsisten dengan kebijakan lingkungan, termasuk merefleksikan komitmen terhadap pencegahan pencemaran. 4. Program Manajemen lingkungan Organisasi menetapkan dan memelihara program untuk mencapai tujuan dan sasaran lingkungan. Program berisi perencanaan kegiatan yang meliputi arahan dan tanggungjawab dalam pencapaian tujuan dan sasaran pada setiap tingkatan dan fungsi yang relevan serta cara bagaimana sasaran dan tujuan tersebut dapat dicapai dan jangka waktu pencapaiannya. Penerapan dan Operasi 1. Struktur dan Tanggung jawab Peran/fungsi, tanggungjawab dan kewenangan harus ditetapkan, didokumentasikan dan disampaikan untuk menunjang terciptanya manajemen lingkungan yang efektif. Manajemen harus menyediakan sumber daya yang diperlukan dalam implementasi dan pengendalian SML. 2. Pelatihan, kepedulian, dan kompetensi. Organisasi harus mengkaji kebutuhan pelatihan. Selain itu, semua karyawan yang bekerja pada area yang berpotensi mengakibatkan dampak penting lingkungan, hams telah menerima pelatihan yang memadai. Karyawan yang melakukan tugas-tugas yang dapat menyebabkan timbulnya dampak penting terhadap lingkungan, hams memiliki kompetensi pelatihan, danl atau pengalaman yang sesuai. pendidikan 56

8 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Oesember 2003 ISSN Komunikasi. Dengan berlandaskan pada aspek-aspek lingkungan dan SML, organisasi perlu menetapkan dan memberlakukan prosedur untuk melakukan komunikasi internal pada setiap tingkatan dan fungsi dalam organisasi. Selain itu juga prosedur penerimaan dan dokumentasi tanggapan atas komunikasi dari pihakpihak eksternalyang berkepentingan. 4. Dokumentasi SML Organisasi perlu menetapkan dan memelihara informasi secara tertulis ataupun di dalam data elektronik untuk menjelaskan elemen-elemen inti dari sistem manajemen lingkungan dan interaksi antara elemen-elemen tersebut, serta memberikan arahan atas dokumen yang terkait. Ada 4 tingkatan sistem dokumentasi SML yakni : Manual, Prosedur, Instruksi kerja, dan Rekaman/ catatan. 5. Pengendalian Dokumen Organisasi perlu menetapkan dan memberlakukan prosedur untuk mengendalikan seluruh dokumen yang dipersyaratkan oleh standar internasional ini untuk memastikan bahwa : Dokumen-dokumen secara periodik ditinjau kembali, direvisi, dan versi terbaru dari dokumen yang relevan tersedia, Dokumen kadaluwarsa segera ditarik dari setiap lokasi penyimpanan dan penggunaan atau diamankan dari pemakaian yang tidak sengaja. 6. Pengendalian Operasi Orgimisasi harus mengetahui operasi dan kegiatan yang berhubungan dengan aspek-aspek penting lingkungan yang telah teridentifikasi, agar dilaksanakan sejalan dengan kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan organisasi. Menetapkan dan memelihara prosedur operasi agar tidak terjadi penyimpangan terhadap kebijakan, tujuan dan sasaran lingkungan. 7. Kesiagaan dan Tanggap Darurat Organisasi harus menetapkan dan memberlakukan prosedur untuk mengidentifikasi dan tanggap terhadap kecelakaan dan keadaan darurat yang mungkin terjadi, serta prosedur untuk menghindari dan mengatasi dampak lingkungan yang mungkin terjadi akibat kecelakaan atau keadaan darurat terse but. Organisasi perlu mengkaji dan memperbaiki prosedur kesiagaan, 57

9 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN selain itu perlu menguji secara berkala prosedur-prosedur untuk diuji. yang memungkinkan Pengecekan dan Tindakan Perbaikan 1. Pemantauan dan Pengukuran Organisasi perlu membuat dan memberlakukan proseaur tertulis untuk secara berkala memantau dan mengukur karakteristik kunci dari operasi dan kegiatan yang dapat menimbulkan dampak penting pada lingkungan. Alat-alat pemantau lingkungan harus dikalibrasi dan disimpan sesuai dengan ketentuan. Organisasi perlu membuat dan memberlakukan prosedur tertulis untuk secara berkala melakukan evaluasi tentang kesesuaian dengan peraturan dan perundang-undangan lingkungan hidup. 2. Ketidaksesuaian, Perbaikan dan Tindakan Pencegahan. Organisasi perlu membuat dan memberlakukan prosedur dalam menetapkan tanggung jawab dan wewenang untuk menangani dan menyelidiki kasus-kasus ketidaksesuaian, pengambilan tindakan untuk mengatasi dampak lingkungan akibat ketidaksesuaian terse but, dan untuk memulai dan menyelesaikan tindakan koreksi dan pencegahan. Organisasi harus menetapkan dan mendokumentasikan semua perubahan dalam prosedur tertulis yang diakibatkan oleh tindakan koreksi dan pencegahan. 3. Rekaman Organisasi perlu membuat dan memberlakukan prosedur untuk identifikasi, pemeliharaan, dan pendistribusian rekaman lingkungan. Rekaman harus jelas, dapat diidentifikasi dan dilacak hubungannya dengan aktivitas tertentu, hasil atau jasa. Rekaman lingkungan harus disimpan dan dipelihara sehingga rekaman tersebut siap digunakan dan terjaga dari kerusakan atau hilang. Waktu penyimpanan hams ditetapkan dan dicatat. 4. Audit Sistem Manajemen Lingkungan Organisasi hams menetapkan dan memberlakukan suatu program dan prosedur untuk melaksanakan audit sistem manajemen lingkungan secara periodik. Tujuan dari audit adalah agar dapat menetapkan apakah sistem manajemen lingkungan telah diterapkan dan diberlakukan dengan benar sesuai dengan 58

10 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN aturan atau ketetapan yang direncanakan termasuk ketetapan-ketetapan ini serta memberikan informasi atas hasil audit kepada manajemen puncak. standar Pengkajian Manajemen Manajemen puncak organisasi harus mengkaji sistem manajemen lingkungan sesuai dengan jadwal/interval waktu yang ditetapkan untuk memastikan kesesuaian, ketepatan, dan keefektifan sistem terse but. Proses kajian manajemen ini harus memastikan bahwa informasi penting telah dikumpulkan sehingga dapat dievaluasi. Kaji ulang pelaksanaan SML secara berkala oleh manajemen puncak diperlukan untuk memastikan keberlanjutan dan ketepatan serta keef~ktifal1:::p~aksanaan yang meliputi pengkaj ian terhadap : fi ~ ~\) 1'" h41- i< ~,,,' \ Tujuan dan sasaran lingkungan :,.~r'!}! S"AK4~ ~ Kinerja lingkungan secara keseluruhan ~ '~if1.j ~ -za; ~ Temuan hasil audit SML '+/J~NGAW"''i:>'\~~ Kajian manajemen harus terbuka terhadap kemungkinan adanya perubahan kebijakan, tujuan dan elemen-elemen lain dalam sistem manajemen lingkungan sejalan dengan hasil audit sistem manajemen lingkungan, perubahan situasi, dan adanya komitmen terhadap perbaikan secara terus menerus. IMPLEMENT ASI SML DALAM MANAJEMEN PENGELOLAAN INST ALAS I NUKLIR Suatu Instalasi Nuklir dalam operasinya harns menerapkan program jaminan mutu untuk keselamatan sesuai dengan IAEA SS 50 C-QA. Hal ini sesuai dengan SK Ka BAPETEN Nomor 07/Ka-BAPETENN-99 tentangjaminan mutu untuk instalasi nuklir. Kode/Aturan ini sifatnya wajib, sehingga suatu instalasi nuklir yang tidak melaksanakan ketentuan tersebut akan mendapatkan sangsi dari Bapeten yang dapat berupa pencabutan ijin operasi atau penutupan/denda atas pelanggaran aturan ini. Sistem Manajemen Lingkungan sesuai standar ISO (SNI 14001) sampai saat ini masih bersifat sukarela, namun tidak menutup kemungkinan pada suatu saat akan berubah menjadi wajib sesuai dengan perkembangan hukurn/undang-undang dan tuntutan masyarakat. Suatu instalasi nuklir sebaiknya menerapkan sistem manajemen lingkungan secara efektif agar membantu melindungi kesehatan manusia dan 59

11 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN lingkungan dari dampak penting kegiatan, produk atau jasanya, dan untuk membantu memelihara serta memperbaiki mutu lingkungan. Dengan menerapkan SML dapat membantu organisasi untuk memberikan kepercayaan kepada pihak terkait bahwa : a). ada komitmen manajemen untuk memenuhi persyaratan kebijakan, tujuan, dan sasaran lingkungan. b). adanya penekanan pada tindakan pencegahan yang lebih dari pada tindakan koreksi. c). dapat memberikan bukti adanya perhatian yang cukup dan kesesuaian dengan perundang -undangan. d). Sistem memasukkan dan memadukan proses penyempumaan berkelanjutan. Penerapan SML dalam manajemen operasi instalasi nuklir dapat dilakukan dengan mengembangkan manajemen yang sudah ada dalam hal penekanan aspek dan ruang lingkup serta menambahkan elemen-elemen yang belum diatur dalam program jaminan mutu instalasi nuklir. (8) ijakan) Tabel 1. Perbandingan Elemen-elemen IAEA SS 50 C-QA dengan Elemen elemen SML I., -III. II.I.3 1. Struktur PJM sesuai IAEA SS I. I Struktur III.3. & Penstafan dan Tanggung Kepedulian danjawab Pelatihan III II II. III.Kinerja Tanggung Managemen 11.1.Umum II. I.Pendahuluan (11.1.) 1.2. Program Ruang Organisasi Jwb, Lingkup Jaminan Wewenang, Mutu 50 CQ (1996) Tanggungjawab Tujuan Struktur & Sasaran SML (ISO 14001) 60

12 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN gujian ain roses Pemantauan Rekaman 3. Komunikasi Pengendalian Ketidak Dokumentasi (III. II.2. 1) Prosedur, X. sesuaian, Pengendalian & Dokumen SML Pengukuran Instruksi, Perbaikandan Ketidaksesuai- I IXII.Rekaman IV IIIA.2 an IXIII. IX.l. Pengendalian IV IIIA.l II.3.1 IX. Pengujian Penilaian Program Audit Inspeksi Inspeksi Dokumen dan Pengendalian I I IV. XI. VII. VI. IX.3. Pengecekan brasi Tindakan jian/pengukuran Pengendalian Koreksi & Tindakan Pengadaan Bahan alat& pengu- kali- I I - V. Kajian Manajemen II.3. Review Manajemen PENYESUAIAN SML DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM JAMINAN MUTU INST ALAS I NUKLIR. Sistem Manajemen Lingkungan (SML) dapat diterapkan pada seluruh kegiatan/manajemen lain selain dari manajemen tersebut, termasuk manajemen keselamatan operasi instalasi nuklir. Program Jaminan Mutu Instalasi Nuklir yang mengacu pad a Pedoman IAEA SS 50 C-QA menekankan manajemen operasi instalasi nuklir terhadap keselamatan operasi instalasi nuklir. Untuk menyesuaikan SML dalam manajemen tersebut harus dilakukan revisi terhadap PJM sehingga dapat 61

13 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN mengakomodir persyaratan-persyaratan yang ada dalam SML tersebut. Penerapan SML dalam manajemen operasi instalasi nuklir dapat dilakukan dengan mengembangkan manajemen yang sudah ada dalam hal penekanan aspek dan ruang lingkup serta menambahkan nuklir. elemen-elemen yang belum diatur dalam program jaminan mutu instalasi I Tabel 2. Penyesuaian PJM Operasi Instalasi Nuklir dengan persyaratan dalam SML PJM Operasi IAEA SS 50 C-QA Kebijakan Program Organisasi Pengendalian lingkup kebijakan yakni diperluas Jaminan Mutu Desain Pengadaan Dokumen Bahan Mutu Perlu Tidak Ruang Sudah *) Struktur ditambahkan dipersyaratkan sesuai berkaitan organisasi, dengandalam SML dalam tanggung PJM lingkungan SML : jawab, seperti wewenanmatan Pelatihan Program BKK. Aspek BAPETEN tingkat komunikasi lingkungan SK dan dengan (Sub dan Ka terhadap kesiagaan Manajemen Bapedal. radioaktivitas mengenai sasaran hukum lingkungan Aturan & disamping persyaratan IAEAperlu aspek ISOSS lainnya ditambah 4), kesela- C-QA : Penyesuaian dengan SML dll *) Baku Garis Penstafan P2PLR dulian Keselamatan *) Tujuan kan di Komitmen limbah) Sesuai relevan Persyaratan No SK Ka BAPETEN untuk Pelatihan. Keselamatan BAT perlu komunikasi. limbah eksternal perlu AN pengelolaan dan kemampuan dan Lingkungan ditambahkan. 73/99 tanggap selain & lingkungan pengelolaan tugas No 02 03limbah yakni dengan darurat dan yang kepe- ada dengan tentan~ (5), 62

14 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir Jakarta, 11 Desember 2003 ISSN PJM Operasi IAEA SS 50 C-QA *) kebijakan, menyelesaikan Rekaman Audit PengendalianPengujian Tindakan Inspeksi terj berhubungan berkaitan ditambahkan penting penyimpangan yaitu kesesuaian program SML dan aspek adi Audit audit proses/operasi koreksi Ketidaksesuaian lingkungan untuk pengambilan harns dampak & dalam akibat (Record) yang thd Koreksi tindakan yang terulangnya kembali Proses Ketidaksesuaian Sudah Perlu Prosedur Prosedur sesuaiinspeksi dengan SML harus meliputi inspeksi No Penyesuaian dengan SML adap en III but, dan lingkungan. persyaratan dan dilaksanakan untuk perlusml *) memulai ditetapkan Kalibrasi dan tidak terhadap memantau untuk menimbulkan Program agar Ditambahkan identifikasi. kegiatan alat Pengendalian kondisi ukur dampak pengujian/ dan lingkungan operasi penting alat Pengujian pengukuran yang lingkungan. dapatuntuk Program kesiagaan dan tanggap darurat dalam instalasi nuklir sudah ada hanya belum ditetapkan dalam PJM oprerasi sehingga dengan penerapan SML ini maka program tersebut dapat dimasukan dalam kebijakan PJM. 63

15 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, II Desember 2003 ISSN KESIMPULAN 1. Instalasi Nuklir disamping memiliki potensi bahaya radiasi juga menghasilkan limbah yang memberikan dampak pada lingkungan sehingga dalam pembangunan, operasi maupun perawatannya harus memperhatikan aspek keselamatan dan aspek penting lingkungan. 2. Adanya pro dan kontra dalam masyarakat berkaitan dengan instalasi nuklir harus di hadapi secara transparan bahwa instalasi nuklir disamping memiliki teknologi keselamatan yang tinggi dan bersih lingkungan juga dalam pengelolaannya sesuai dengan standar manajemen intemasional 3. Untuk menjamin bahwa instalasi nuklir beroperasi dengan tingkat keamanan yang memadai serta ramah terhadap lingkungan maka perlu pengelolaanlmanajemen yang memenuhi persyaratan standar keamanan dan standar manajemen lingkungan yang dituangkan dalam suatu Program Jaminan Mutu. 4. Untuk mengimplementasikan SML ISO dalam manajemen operasi instalasi nuklir dapat dilakukan penyesuaian dengan mengembangkan manajemen yang sudah ada yaitu aspek aspek yang perlu diperhatikan, ruang lingkup serta menambahkan elemen-elemen yang belum diatur dalam program jaminan mutu instalasi nuklir. 5. Dengan penerapan SML dalam PJM Instalasi nuklir maka ada komitmen manajemen untuk memenuhi persyaratan kebijakan lingkungan, adanya penekanan pada tindakan pencegahan yang lebih dari pada tindakan koreksi, serta sistem memasukkan dan memadukan proses penyempumaan berkelanjutan. DAFTARPUSTAKA 1. Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor : 07/Ka-BAPETENN 99 Tentang Jaminan Kualitas Instalasi Nuklir; 2. ISO Environmental Managemen Standars (EMS), 1996; 3. SNI : Sistem Manajemen Lingkungan (SML) - Spesifikasi dengan panduan penggunaan, Dewan Standarisasi Nasional, 1997; 4. Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor : 02/Ka-BAPETENN 99 Tentang Baku Tingkat Radioaktivitas di Lingkungan; 64

16 Seminar Tahunan Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir - Jakarta, 11 Oesember 2003 ISSN Keputusan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor : 03/Ka-BAPETENN 99 Tentang Ketentuan Keselamatan untuk Pengelolaan Limbah Radioaktif; 6. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1997 Tentang Ketenaganukliran; 7. Safety Series No.50-C-QA : Quality Assurance for Safety in Nuclear Power Plants IAEA Safety Standars, International Atomic Energy Agency, Vienna 1978; 8. Keputusan Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional Nomor 564/DJ1X Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jaminan Kualitas Instalasi Nuklir; 9. Program Jaminan Mutu P2TBDU Revisi : 1 No : JM 10 F Pusat Pengembangan Teknologi Bahan Bakar Nuklir Dan Daur Ulang, DISKUSI Pertanyaan (Priyanto M Joyosukarto - INDUS) Sejaumana kompabilitas jaminan mutu nuklir dengan SML 14001? Jawaban (Nur Tri Harjanto, P2TBDU - BATAN) Jaminan mutu instalasi nuklir yang mengacu pada SS.50-C-QA menekankan aspek 1 keselamatan dan belum secara nyata untuk aspek lingkungan sehingga dengan mengkombinasikan klausul-klausul yang ada seperti dibahas didalam paper ini diharapkan kedua aspek tersebut terpenuhi, masing-masing klausul dalam SML maupun PJM ada yang sudah sesuai dan ada yang saling melengkapi. 65

KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (SML) DALAM SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI UNTUK KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR

KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (SML) DALAM SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI UNTUK KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (SML) DALAM SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI UNTUK KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR Nur Tri Harjanto ABSTRAK KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LlNGKUNGAN (SML) DALAM

Lebih terperinci

PRINSIP 1: KOMITMEN DAN KEBIJAKAN PRINSIP 2: PERENCANAAN

PRINSIP 1: KOMITMEN DAN KEBIJAKAN PRINSIP 2: PERENCANAAN PRINSIP 1: KOMITMEN DAN KEBIJAKAN 4.2. Kebijakan Lingkungan Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan lingkungan organisasi dan memastikan bahwa kebijakan tersebut: a) sesuai dengan skala dan karakteristik

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi FMIPA IPB bekerja sama dengan Bagian PKSDM

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001 SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi

Lebih terperinci

ID0200135 IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN MUTU UNTUK KESELAMATAN DAN KEAMANAN OPERASIONAL INSTALASI P2TBDU

ID0200135 IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN MUTU UNTUK KESELAMATAN DAN KEAMANAN OPERASIONAL INSTALASI P2TBDU Prosiding Presentasi llmiah DaurBahan BakarNuklir V P2TBDU & P9RGM - RATAM Jakatia 99 Febmari 2000 ID0200135 IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN MUTU UNTUK KESELAMATAN DAN KEAMANAN OPERASIONAL INSTALASI P2TBDU

Lebih terperinci

ISO : Click to edit Master text styles. Environmental Management System. Second level. Third level. Lely Riawati, ST., MT

ISO : Click to edit Master text styles. Environmental Management System. Second level. Third level. Lely Riawati, ST., MT ISO 14001 : Environmental Management System Lely Riawati, ST., MT Global Environmental Issues Environment Click to edit Master text styles Surrounding where an organization operates, including air, water,

Lebih terperinci

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN Syahrudin PSJMN-BATAN, Kawasan PUSPIPTEK, GD71, Lt.2,Cisauk, Tangerang Abstrak Jaminan Mutu untuk Persiapan Pembangunan PLTN. Standar sistem manajemen terus

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM BAGI PENYEDIA JASA Elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN MUTU UNTUK KESELAMATAN DAN KEAMANAN OPERASIONAL INST ALASI P2TBDU

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN MUTU UNTUK KESELAMATAN DAN KEAMANAN OPERASIONAL INST ALASI P2TBDU Prosiding Presentasi I/miah Daur Bahan Bakar Nuklir V P2TBDU & P2BGN -BATAN Jakarta, 22 Februari 2000 IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN MUTU UNTUK KESELAMATAN DAN KEAMANAN OPERASIONAL INST ALASI P2TBDU N.T.Harjanto,

Lebih terperinci

DOKUMENTASI SMK3 PERTEMUAN #7 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

DOKUMENTASI SMK3 PERTEMUAN #7 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI DOKUMENTASI SMK3 PERTEMUAN #7 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

Persyaratan Dokumentasi

Persyaratan Dokumentasi Materi #7 TIN211 K3I Persyaratan Dokumentasi 2 OHSAS 18001 Permenaker 05 Organisasi harus menetapkan dan memelihara informasinya dengan media yang sesuai, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik, serta:

Lebih terperinci

Persyaratan Dokumentasi

Persyaratan Dokumentasi Dokumentasi SMK3 Referensi: 6623 Taufiqur Rachman Rudi Suardi, 2005, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Edisi I, PPM, Jakarta (Halaman 55 68) 2013 Persyaratan Dokumentasi OHSAS 18001 Organisasi

Lebih terperinci

ISO Sistem Manajemen Lingkungan. MRY, Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB

ISO Sistem Manajemen Lingkungan. MRY, Departemen Teknologi Industri Pertanian, IPB ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan Apa itu SML? Suatu sistem untuk mengevaluasi resiko lingkungan sehingga dapat dikelola dengan cara yang konsisten. Prosesnya sistematis dan komprehensif, meliputi

Lebih terperinci

Model Rencana Impelementasi Pengembangan SML-14001

Model Rencana Impelementasi Pengembangan SML-14001 Model Rencana Impelementasi Pengembangan SML-14001 ELEMEN ISO 14001 IMPLEMENTASI PENANGGUNG- 4.2. Kebijakan Lingkungan Mengevaluasi kebijakan SMM & SMK3 dan menyusun kebijakan lingkungan sesuai persyaratan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JAMINAN MUTU DI RSG GAS*)

IMPLEMENTASI JAMINAN MUTU DI RSG GAS*) IMPLEMENTASI JAMINAN MUTU DI RSG GAS*) Pranto Busono, Warsono, Rohadi, Rofei**) ABSTRAK IMPLEMENTASI JAMINAN MUTU DI RSG GAS. Jaminan Mutu merupakan prasyarat untuk pengoperasian instalasi nuklir sehingga

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS

Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS Sistem Manajemen Lingkungan (SML) Dr. Ir. Katharina Oginawati MS 1 SNI Standar Nasional Indonesia Dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) SNI SNI 19-14001 14001-1997: 1997: Sistem manajemen

Lebih terperinci

Sumber: ISO Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996)

Sumber: ISO Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996) Sumber: ISO 14001 Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996) DAFTAR ISI Pengantar Prinsip-Prinsip Standar ISO 14001 Cara Menggunakan Cheklist Interpretasi Penilaian Standar ISO

Lebih terperinci

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN I. Persiapan Penerapan a. Langkah-langkah penerapan SML; Tahap 1 : Pengembangan dan komitmen terhadap kebijakan lingkungan Tahap 2 : Perencanaan Aspek lingkungan dan dampak

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan SNI ISO 9001-2008 Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 9001-2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1

Lebih terperinci

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, KEPUTUSAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 163/KA/XII/2009 TENTANG PENETAPAN STANDAR BATAN TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN DAN PANDUAN PENGGUNAAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN KEPALA BADAN TENAGA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :

Lebih terperinci

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA

Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA Lampiran 3 FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA FORMAT DAFTAR SIMAK AUDIT INTERNAL PENYEDIA JASA 1 NO U R A I A N 1 KEBIJAKAN 7.00% a. Apakah Penyedia Jasa mempunyai Kebijakan K3? 0 50 100

Lebih terperinci

AUDIT TERHADAP SISTEM MANAJEMEN K3 BERBASIS OHSAS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAYUAGUNG

AUDIT TERHADAP SISTEM MANAJEMEN K3 BERBASIS OHSAS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAYUAGUNG AUDIT TERHADAP SISTEM MANAJEMEN K3 BERBASIS OHSAS 18001 PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KAYUAGUNG Oleh : Saladdin Wirawan Effendy Email : uibila360@gmail.com Dosen STIM AMKOP Palembang ABSTRACT Kayuagung

Lebih terperinci

KRITERIA SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

KRITERIA SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN KRITERIA SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN KRITERIA PENILAIAN SML Aspek-aspek lingkungan yang dikelola dalam sistem tersebut diidentifikasi berdasarkan dampak dari kegiatan, produk

Lebih terperinci

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009 PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009 L.Kwin Pudjiastuti, Syahrir,Untara, Sri widayati*) ABSTRAK PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. sesuai standar ISO 9001 di PT X. dan rekomendasi dari penulis kepada BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan penutup yang berisi simpulan untuk menjawab pertanyaan dengan justifikasi hasil penelitian penerapan sistem manajemen mutu sesuai standar ISO 9001 di PT

Lebih terperinci

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1 KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1 Dewi Prima Meiliasari, Zulfiandri, dan Taruniyati Handayani Direktorat Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir ABSTRAK.

Lebih terperinci

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2000/SNI 19-9001-2001 ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 1 OBJEKTIF : Mendapatkan gambaran

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI B.Y. Eko Budi Jumpeno Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi BATAN Jalan Cinere Pasar Jumat, Jakarta 12440 PO Box 7043 JKSKL, Jakarta 12070 PENDAHULUAN Pemanfaatan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI

KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI KEBIJAKAN ALKOHOL DAN OBAT TERLARANG PT BENING TUNGGAL MANDIRI Kami PT Bening Tunggal Mandiri berkomitmen untuk melaksanakan kegiatan bisnis perusahaan berdasarkan aspek HSE. PT Bening Tunggal Mandiri

Lebih terperinci

Kriteria untuk evaluasi dan pemilihan pemasok (klausul 8.4.1)

Kriteria untuk evaluasi dan pemilihan pemasok (klausul 8.4.1) ISO 9001: 2015 Dokumen Wajib Ruang Lingkup SMM (klausul 4.3) Kebijakan Mutu (klausul 5.2) Sasaran Mutu (klausul 6.2) Kriteria untuk evaluasi dan pemilihan pemasok (klausul 8.4.1) Untuk persyaratan dengan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN PENGUKURAN SML

PEMANTAUAN DAN PENGUKURAN SML No.Terbit: 01 Halaman: 1 / 5 PEMANTAUAN SML-2.451.00-00 Disiapkan oleh Jabatan: Sekretaris ISO Diperiksa oleh Jabatan: Manajer Disetujui oleh Jabatan: Wakil Manajemen TERKENDALI STATUS DOKUMEN (beri tanda

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG PT. Indonesia Power UBP Kamojang saat ini telah menerapkan sistem manajemen terpadu, dengan tiga sub sistemnya yang terdiri dari Sistem Manajemen Mutu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 ISO (International Organization for Standardization) ISO (International Organization for Standardization) merupakan pengembang standard internasional terbesar di dunia. Standard

Lebih terperinci

Audit Internal Sistem Manajemen Lingkungan ISO

Audit Internal Sistem Manajemen Lingkungan ISO PEMBINAAN DAN PENGAWASAN SML DI KOTA SURABAYA Surabaya 20 JUNI 2013 Audit Internal Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 2004 Ir. M. Razif MM JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, - 1 - RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1 Umum... vi 0.2 Pendekatan proses...

Lebih terperinci

EVALUASI AUDIT INTERNAL LUB PTBN UNTUK MENILAI EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI ISO/IEC 17025:2005

EVALUASI AUDIT INTERNAL LUB PTBN UNTUK MENILAI EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI ISO/IEC 17025:2005 ISSN 1979-2409 Evaluasi Audit Internal LUB PTBN 2008-2011 Untuk Menilai Efektifitas Implementasi ISO/I 17025:2005 (Masripah) EVALUASI AUDIT INTERNAL LUB PTBN 2008-2011 UNTUK MENILAI EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

Advance Internal Audit Lingkungan IEA/ 1/Rev-0/HSE-Division Copyrights, Sentral Sistem Feb 07

Advance Internal Audit Lingkungan IEA/ 1/Rev-0/HSE-Division Copyrights, Sentral Sistem Feb 07 Menetapkan tujuan dan proses yang diperlukan untuk memberikan hasil yang sesuai dengan kebijakan lingkungan perusahaan Menerapkan proses tersebut Memantau dan mengukur proses terhadap kebijakan lingkungan,

Lebih terperinci

Sistem manajemen lingkungan Persyaratan dan panduan penggunaan

Sistem manajemen lingkungan Persyaratan dan panduan penggunaan Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen lingkungan Persyaratan dan panduan penggunaan ICS 13.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata... Pendahuluan... i ii iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.534, 2011 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Keselamatan Operasi Reaktor Nondaya. Prosedur. Pelaporan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.844, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BATAN. Unit Kerja. Rinvian Tugas. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu Quality Mangement System ISO 9000 series.. Published by International Organization for Stantardization (ISO) a world wide federation of national

Lebih terperinci

Penyusunan dan Evaluasi Pelaporan Kegiatan/Kinerja Dunia Usaha dan Industri Sesuai Sistem Manajemen Lingkungan

Penyusunan dan Evaluasi Pelaporan Kegiatan/Kinerja Dunia Usaha dan Industri Sesuai Sistem Manajemen Lingkungan Penyusunan dan Evaluasi Pelaporan Kegiatan/Kinerja Dunia Usaha dan Industri Sesuai Sistem Manajemen Lingkungan Dr. Ir. Mohammad Razif, MM JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU HASIL UJI KOMPETENSI PERSONIL PPR SEBAGAI STRATEGI PENGAWASAN TENAGA NUKLIR

PENINGKATAN MUTU HASIL UJI KOMPETENSI PERSONIL PPR SEBAGAI STRATEGI PENGAWASAN TENAGA NUKLIR PENINGKATAN MUTU HASIL UJI KOMPETENSI PERSONIL PPR SEBAGAI STRATEGI PENGAWASAN TENAGA NUKLIR ARIS SANYOTO, SUPENI Balai DIKLAT BAPETEN Jl. Alam Asri Desa Tugu Utara, Cisarua Bogor. ABSTRAK PENINGKATAN

Lebih terperinci

PENERAPAN STANDAR ISO 9001 DAN ISO SECARA BERSAMAAN

PENERAPAN STANDAR ISO 9001 DAN ISO SECARA BERSAMAAN PENERAPAN STANDAR ISO 9001 DAN ISO 14001 SECARA BERSAMAAN Sumito Abstrak ISO seri 9000 tentang sistem manajemen mutu pertama kali diterbitkan oleh organisasi standardisasi internasional (ISO) pada tahun

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR: 153/KA/VII/2010 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN SISTEM MANAJEMEN KEAMANAN (STANDAR BATAN BIDANG ADMINISTRASI, MANAJEMEN, DAN ORGANISASI) KEPALA BADAN TENAGA

Lebih terperinci

INSPEKSI IN DAN PENGEMBANGANNYA. Dedi Sunaryadi Direktorat Inspeksi Instalasi dan Bahan Nuklir (DI2BN).

INSPEKSI IN DAN PENGEMBANGANNYA. Dedi Sunaryadi Direktorat Inspeksi Instalasi dan Bahan Nuklir (DI2BN). INSPEKSI IN DAN PENGEMBANGANNYA Dedi Sunaryadi Direktorat Inspeksi Instalasi dan Bahan Nuklir (DI2BN). PENDAHULUAN Pasal 4 UU No. 10/97 tentang ketenaganukliran memberi mandat kepada BAPETEN untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Hand-out Industrial Safety Dr.Ir. Harinaldi, M.Eng Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Tempat Kerja Produk/jasa Kualitas tinggi Biaya minimum Safety comes

Lebih terperinci

HARMONISASI SISTEM MANAJEMEN ISO 9001 DAN ISO DI TAHUN 2015

HARMONISASI SISTEM MANAJEMEN ISO 9001 DAN ISO DI TAHUN 2015 Selama bertahun-tahun, ISO menerbitkan banyak standar sistem manajemen dengan bentuk dan struktur yang berbeda. Beberapa standar sistem manajemen dengan struktur yang berbeda terkadang sulit bagi Organisasi

Lebih terperinci

Peningkatan Mutu Hasil Uji Kompetensi Personil Sebagai Strategi Pengawasan Tenaga Nuklir. Aris Sanyoto Balai DIKLAT - BAPETEN

Peningkatan Mutu Hasil Uji Kompetensi Personil Sebagai Strategi Pengawasan Tenaga Nuklir. Aris Sanyoto Balai DIKLAT - BAPETEN Widyanuklida Vol. 9 No. 1-2, November 2009 Peningkatan Mutu Hasil Uji Kompetensi Personil Sebagai Strategi Pengawasan Tenaga Nuklir Aris Sanyoto Balai DIKLAT - BAPETEN Abstrak Badan Tenaga Atom Intemasional

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

TL-4103 Manajemen Teknik Lingkungan AUDIT LINGKUNGAN

TL-4103 Manajemen Teknik Lingkungan AUDIT LINGKUNGAN TL-4103 Manajemen Teknik Lingkungan AUDIT LINGKUNGAN SIKLUS MANAJEMEN VISI (Cita-cita) MISI (Tujuan, Sasaran) KEBIJAKAN DAN STRATEGI ACTION Tindakan Perbaikan & Pencegahan PLAN (PERENCANAAN/ PERANCANGAN)

Lebih terperinci

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan Kode Dokumentasi : M SPS SMK3 Halaman : 1 dari 2 J udul Dokumen : M - SPS - P2K3 Dokumen ini adalah properti dari PT SENTRA PRIMA SERVICES Tgl Efektif : 09 Februari 2015 Dibuat Oleh, Disetujui Oleh, Andhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Manajemen Lingkungan didefinisikan sebagai bagian dari keseluruhan sistem manajemen, termasuk struktur organisasi, perencanaan, kegiatan, tanggung jawab, prosedur

Lebih terperinci

MANUAL SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP

MANUAL SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP Halaman : 1/ 32 KERJA D LINGKUNG HIDUP No Dokumen : SMK3LH-ISP/M No. KESELAMAT, KESEHAT KERJA D LINGKUNG HIDUP Nama Jabatan Tanggal Tanda Tangan Disusun oleh : Assistant Manager SHE 15 Oktober 2012 Diperiksa

Lebih terperinci

PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC : 2005

PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC : 2005 PERSYARATAN MANAJEMEN LABORATORIUM PENGUJIAN SESUAI ISO/IEC 17025 : 2005 ASIAH PUSLITBANG KUALITAS DAN LABORATORIUM LINGKUNGAN - KLHK asiah1312@yahoo.com 081318888067 1 Latar Belakang Apakah lab pengujian

Lebih terperinci

GAMBARAN SUMBER DAYA PENGAWAS PLTN DI INDONESIA

GAMBARAN SUMBER DAYA PENGAWAS PLTN DI INDONESIA GAMBARAN SUMBER DAYA PENGAWAS PLTN DI INDONESIA Aris Sanyoto 1, Eko Legowo 2 1 Balai Diklat Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Jl. Gajah Mada No. 8, Jakarta Pusat 2 Biro Umum Badan Pengawas Tenaga Nuklir, Jl.

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBE

KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBE Hasil-hasil Penelitian ESN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 KAJIAN PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN DI IEBE ABSTRAK KAJIAN PENERAPAN SUOAYA KESELAMATAN lese. Kajian Suatu kajian terhadap penerapan budaya keselamatan

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 196/KA/XI/2011 TENTANG PEDOMAN KUALIFIKASI DAN SERTIFIKASI PETUGAS DAN SUPERVISOR IRADIATOR (STANDAR BATAN BIDANG APLIKASI TEKNOLOGI ISOTOP DAN RADIASI)

Lebih terperinci

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2000 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 :2008 4. 4.1 4.1 4.1 Sistem Manajemen Mutu Persyaratan Umum Apakah organisasi menetapkan dan mendokumentasikan sistem manajemen mutu

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FORMAT DAN ISI

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FORMAT DAN ISI KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR FORMAT

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang Mengingat a. Bahwa

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari hasil analisis dari klausul akuisisi pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi, manajemen insiden keamanan, manajemen keberlanjutan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NUCLEAR ENERGY REGULATORY AGENCY BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR Jl. Gajah Mada 8, Jakarta-10120, Telp.021-638 582 69-70, Fax: 021-638 566 13 Homepage: www.bapeten.go.id E-mail:

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS PELATIHAN DALAM RANGKA PENINGKATAN KOMPETENSI PETUGAS PROTEKSI RADIASI BIDANG MEDIS

PENGEMBANGAN SILABUS PELATIHAN DALAM RANGKA PENINGKATAN KOMPETENSI PETUGAS PROTEKSI RADIASI BIDANG MEDIS PENGEMBANGAN SILABUS PELATIHAN DALAM RANGKA PENINGKATAN KOMPETENSI PETUGAS PROTEKSI RADIASI BIDANG MEDIS Nanang Triagung Edi Hermawan Direktorat Pengaturan Pengawasan Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif

Lebih terperinci

MIA APRIANTHY ( )

MIA APRIANTHY ( ) OLEH: I PUTU WIDHARMADI (122080050) ACHMAD ANWARUDIN (122080002) MIA APRIANTHY (122080076) KELOMPOK II PENDAHULUAN Seri ISO 9000 adalah suatu system terpadu untuk mengoptimalkan efektifitas mutu suatu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER. 05/MEN/1996 TENTANG SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA Menimbang : a. bahwa terjadinya kecelakaan di tempat kerja sebagian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Struktur Organisasi

Lampiran 1. Struktur Organisasi Lampiran 1. Struktur Organisasi Kepala Pabrik Administrasi Produksi Quality Assurance and Environment Utilitas Bussiness Accounting Seksi Kesehatan & Keselamatan Kerja Seksi Gudang Material Seksi Stock

Lebih terperinci

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN 4. Sistem Manajemen Mutu (=SMM) 4.1 Persyaratan Umum Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara suatu SMM

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Audit Internal Audit ini meliputi semua departemen. Coordinator audit/ketua tim audit ditentukan oleh Manajemen Representative dan kemudian ketua tim audit menunjuk tim

Lebih terperinci

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN

SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN SISTEM-SISTEM TERKAIT MANAJEMEN MUTU PADA INDUSTRI PANGAN ISO 22000 ISO 14001 ISO 17025 OHSAS Budaya Kerja 5S/5R Budaya Kerja K3 Sistem Manajemen Halal ISO 9001 Konsumen/Masyarakat IMPLEMENTASI ISO 9001:

Lebih terperinci

Kepemimpinan & Komitmen

Kepemimpinan & Komitmen Materi #4 TIN211 - Keselamatan & Kesehatan Kerja Industri Kepemimpinan & Komitmen 2 Dengan menyediakan sumber daya yang memadai. Perwujudan komitmen: Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan

Lebih terperinci

TATA CARA DAN ETIKA INSPEKSI. Oleh : SUYATI

TATA CARA DAN ETIKA INSPEKSI. Oleh : SUYATI TATA CARA DAN ETIKA INSPEKSI Oleh : SUYATI PENYELENGGARAAN INSPEKSI DASAR HUKUM KEWENANGAN INSPEKSI UU NO. 10/1997 TENTANG KETENAGANUKLIRAN, PASAL 20 PP 33/2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN

Lebih terperinci

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008 Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008 Klausul 4.0 Sistem Manajemen Mutu 4.1 Persyaratan umum Apakah organisasi telah : (a) Menetapkan proses-proses yang dibutuhkan oleh SMM serta aplikasinya

Lebih terperinci

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN 5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. 7. 8. 1.1 UMUM Persyaratan SMM ini untuk organisasi adalah: Yang membutuhkan kemampuan untuk menyediakan produk secara konsisten yang sesuai dengan persyaratan pelanggan

Lebih terperinci

ANALISIS GAP AUDIT INTERNAL UNTUK MELIHAT KESIAPAN CV. BINA RAKSA DALAM MENERAPKAN ISO 9001:2000

ANALISIS GAP AUDIT INTERNAL UNTUK MELIHAT KESIAPAN CV. BINA RAKSA DALAM MENERAPKAN ISO 9001:2000 ANALISIS GAP AUDIT INTERNAL UNTUK MELIHAT KESIAPAN CV. BINA RAKSA DALAM MENERAPKAN ISO 9001:2000 Hendang Setyo Rukmi Ambar Harsono Boga Kascaryanjati Teknik Industri Institut Teknologi Nasional hendang@itenas.ac.id

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S)

REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERHUBUNGAN PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL (P.K.P.S) SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 20 TAHUN 2009 TANGGAL : 17 FEBRUARI

Lebih terperinci

MANAJEMEN TEKNIK LINGKUNGAN. Pengertian ISO 14000

MANAJEMEN TEKNIK LINGKUNGAN. Pengertian ISO 14000 MANAJEMEN TEKNIK LINGKUNGAN Pengertian ISO 14000 Apa sebenarnya standar ISO 14000 series dan apa saja yang tercakup di dalamnya? ISO 14000 series merupakan seperangkat standar internasional bidang manajemen

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S.

INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S. INTERNAL AUDIT K3 TJIPTO S. LANGKAH SMK3 TAHAPAN 1. INPUT : KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN 2. PROCESS: IMPLEMENTASI DAN OPERASI 3. OUTPUT : EVALUASI DAN TINJAU ULANG INPUT 1. Pembentukan tim 2. Penentuan lingkup

Lebih terperinci

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL No.05 / Tahun III April 2010 ISSN 1979-2409 PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL Suliyanto, Budi Prayitno Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

KESIAPAN SUMBER DAYA PENGAWAS PLTN DI INDONESIA

KESIAPAN SUMBER DAYA PENGAWAS PLTN DI INDONESIA KESIAPAN SUMBER DAYA PENGAWAS PLTN DI INDONESIA Aris Sanyoto 1 dan Eko Legowo 2 1 Balai Diklat Badan Pengawas Tenaga Nuklir 2 Biro Umum Badan Pengawas Tenaga Nuklir Jalan Gajah Mada No. 8, Jakarta Pusat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam pemanfaatan sumber

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN SUMBER RADIASI PENGION DAN BAHAN NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005 PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 005 Agus Gindo S., Syahrir, Sudiyati, Sri Susilah, T. Ginting, Budi Hari H., Ritayanti Pusat Teknologi Limbah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2015 BAPETEN. Reaktor Nondaya. Keselamatan. Penilaian. Verifikasi. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA KP PERKA- 24 OKT 2014 RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA DIREKTORAT PENGATURAN PENGAWASAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERATURAN TERKAIT PERIZINAN INSTALASI NUKLIR

PENGEMBANGAN PERATURAN TERKAIT PERIZINAN INSTALASI NUKLIR PENGEMBANGAN PERATURAN TERKAIT PERIZINAN INSTALASI NUKLIR Bambang Riyono, Yudi Pramono dan Dahlia Cakrawati Sinaga Direktorat Pengaturan Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir,

Lebih terperinci

UPAYA/TINDAKAN HUKUM DALAM PENGAWASAN KEGIATAN PEMANFAATAN KETENAGANUKLIRAN : Preventif, Represif dan Edukatif

UPAYA/TINDAKAN HUKUM DALAM PENGAWASAN KEGIATAN PEMANFAATAN KETENAGANUKLIRAN : Preventif, Represif dan Edukatif UPAYA/TINDAKAN HUKUM DALAM PENGAWASAN KEGIATAN PEMANFAATAN KETENAGANUKLIRAN : Preventif, Represif dan Edukatif Amil Mardha Direktorat Peraturan Keselamatan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN)

Lebih terperinci

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU -1- LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU 1. Lingkup Sistem Manajemen

Lebih terperinci

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013

KAN-G-XXX Nomor terbit: 1 Mei 2013 PANDUAN LEMBAGA INSPEKSI DALAM RANGKA MELAKUKAN KAJIAN KESESUAIAN (GAP ANALYSIS) DOKUMENTASI SISTEM MUTU OPERASIONAL INSPEKSI TERHADAP STANDAR ISO/IEC 17020:2012 1. PENDAHULUAN 1) Panduan Kajian Kesesuaian

Lebih terperinci

KOMITMEN DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN K3 PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

KOMITMEN DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN K3 PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI KOMITMEN DAN KEBIJAKAN DALAM MEMBANGUN K3 PERTEMUAN #4 TKT302 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN

Lebih terperinci