Hubungan antara Kepuasan Citra Tubuh dengan Harga Diri pada Laki-Laki yang Melakukan Fitness

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hubungan antara Kepuasan Citra Tubuh dengan Harga Diri pada Laki-Laki yang Melakukan Fitness"

Transkripsi

1 1 Hubungan antara Kepuasan Citra Tubuh dengan Harga Diri pada Laki-Laki yang Melakukan Fitness Ratna Ciciillabaika Sumi Lestari Ratri Nurwanti Program Studi Psikologi, Universitas Brawijaya Malang ABSTRACT The purpose of this research was to determine the correlation between body image satisfaction and self esteem of fitness male member. Participants in this research were 100 males in X Fitness Centre defined with purposive sampling. This research used Body Image Satisfaction Scales and Self Esteem Scales to collect data. The analysis method used Product Moment. Correlation analysis showed there was significant and positive correlation between body image satisfaction and self esteem, r = 0,48 and p = 0,00 (p < 0,05). The effective contribution of body image satisfaction to self esteem was 22,80%. Additional analysis using regression analysis, showed that Body Mass Index (BMI) did not contribute to body image satisfaction and self esteem (p > 0,05). Keywords: body image satisfaction, self esteem, Body Mass Index (BMI), fitness ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan citra tubuh dengan harga diri pada laki-laki yang melakukan fitness. Subjek penelitian ini adalah 100 orang laki-laki yang melakukan fitness di Fitness Centre X yang ditentukan dengan purposive sampling. Penelitian ini menggunakan Skala Kepuasan Citra Tubuh dan Skala Harga Diri untuk mengumpulkan data. Teknik analisis data menggunakan Product Moment. Uji korelasi menunjukkan hubungan yang signifikan dan positif antara kepuasan citra tubuh dengan harga diri, r sebesar 0,48 dengan nilai p sebesar 0,00 (p < 0,05). Sumbangan efektif kepuasan citra tubuh terhadap harga diri sebesar 22,80%. Hasil analisis tambahan yang menggunakan uji regresi, diperoleh hasil yaitu Body Mass Index (BMI) tidak berperan terhadap kepuasan citra tubuh dan harga diri (p > 0,05). Kata kunci: kepuasan citra tubuh, harga diri, Body Mass Index (BMI), fitness

2 2 LATAR BELAKANG Penampilan fisik yang menarik merupakan salah satu aspek yang dilihat dalam kesan pertama individu. Tidak dapat dipungkiri bahwa penampilan fisik merupakan salah satu cara yang digunakan oleh individu dalam menarik lawan jenisnya. Menurut Conger dan Petersen (dalam Perdani, 2009) seseorang yang memasuki masa remaja akan semakin memperhatikan penampilan fisik mereka dan mulai berpikir bagaimana memperbaiki penampilan fisik agar semakin menarik. Bukan hanya remaja, individu yang memasuki usia dewasa awal juga selalu memperhatikan penampilan fisik dan berusaha tampil menarik saat berhadapan dengan orang lain. Salah satu cara yang banyak digemari dan sudah lazim dilakukan oleh laki-laki untuk mendapatkan penampilan fisik yang baik ialah dengan berolahraga, salah satunya dengan fitness. Sears (dalam Nugraha, 2010) mengemukakan bahwa fitness merupakan gaya hidup yang melibatkan unsur latihan (beban dan aerobik), pengaturan pola makan, dan istirahat dalam kadar yang proporsional. Olahraga fitness muncul sebagai fenomena baru, serta tumbuh dan berkembang mengikuti gaya hidup modern, khususnya di kota-kota besar. Menurut Febrianto (2013), fitness kini bukan hanya sebagai media untuk menjaga kebugaran dan membentuk tubuh menjadi lebih ideal, akan tetapi juga menjadi gaya hidup di masyarakat. Masyarakat di kota-kota besar cenderung memilih fitness sebagai olahraga mereka karena praktis dan mudah, tanpa harus mencari tempat atau lapangan terbuka di tengah kepadatan kota besar (Yudha, 2006). Selain karena praktis dan mudah, para pelaku fitness memiliki beragam alasan dalam melakukan latihan fitness yaitu untuk mempertahankan kebugaran dan kesehatan fisik, ataupun untuk mendapatkan tubuh ideal (Yudha, 2006). Banyaknya model laki-laki di media massa yang tampil dengan tubuh kekar dan berotot yang diperolehnya dari latihan fitness turut menjadikan fitness sebagai salah satu olahraga yang banyak digemari oleh laki-laki untuk mendapatkan tubuh ideal yang mereka impikan (Aswi, 2008). Seperti individu pada umumnya, laki-laki yang melakukan fitness melakukan penilaian terhadap tubuhnya dengan membandingkannya dengan orang lain yang dianggap ideal. Teori komparasi sosial (Dorian & Garfinkel dalam Herabadi, 2007) menyatakan bahwa setiap orang akan membandingkan antara keadaan dirinya

3 3 sendiri dengan keadaan orang lain yang mereka anggap sebagai pembanding yang realistis. Laki-laki yang memiliki proporsi tubuh yang ideal belum tentu memiliki penilaian positif terhadap tubuhnya. Vilegas dan Tinsley (dalam Herabadi, 2007) mengemukakan bahwa tidak mengherankan jika orang-orang yang sebenarnya memiliki proporsi tinggi badan serta berat badan yang normal mungkin saja memiliki penilaian yang negatif mengenai tubuhnya karena menggunakan tubuh model-model yang dilihatnya di media massa sebagai pembanding. Standar yang digunakan oleh masyarakat dalam menilai tubuh ideal laki-laki pada zaman dahulu dengan zaman modern tentu berbeda. Friedman & Schustack (2008) mengemukakan bahwa laki-laki pada zaman dahulu dituntut untuk memiliki tubuh yang kuat, akan tetapi tubuh yang kuat tersebut tidak identikkan dengan kekar atau berotot. Sedangkan pada zaman modern, konsep maskulinitas tentang standar tubuh ideal laki-laki mengalami perubahan. Pope, Phillips, dan Olivardia (dalam Putri, 2008) mengemukakan bahwa standar tubuh ideal laki-laki telah meningkat jauh selama dekade terakhir, dari yang hanya bugar dan atletis menjadi berotot dan super kekar. Menurut Putri (2008), penekanan pada tubuh laki-laki berotot pada awalnya berasal dari komunitas gay dan kini semakin membudaya selama sepuluh tahun terakhir. Penilaian laki-laki terhadap tubuh dapat diwujudkan dengan penilaian positif maupun negatif, yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya citra tubuh. Citra tubuh menurut Rice (dalam Nugraha, 2010) ialah gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya yang meliputi pikiran, perasaan, sensasi, kesadaran, dan perilaku yang terkait dengan tubuhnya yang merupakan pengalaman individual seseorang tentang tubuhnya. Oleh karena citra tubuh lebih bersifat subyektif, maka citra tubuh yang dimiliki antara satu orang dengan yang lain tentu berbeda (tinggi atau rendah) yang kemudian mempengaruhi tingkat kepuasan terhadap tubuhnya. Melliana (2006) mengemukakan bahwa cara berpikir yang positif atau negatif merupakan hal terpenting dalam meningkatkan atau menurunkan citra tubuh seseorang. Individu yang berpikir positif terhadap tubuhnya akan memiliki citra tubuh yang positif yang kemudian mengarahkannya pada rasa puas terhadap tubuhnya, sedangkan individu yang berpikir negatif

4 4 terhadap tubuhnya akan memiliki citra tubuh negatif yang mengarahkannya pada ketidakpuasan tubuh. Menurut Mintz dan Betz (dalam Pratiwi, 2009) kepuasan citra tubuh ialah derajat kepuasan mengenai bagian-bagian dan karakteristik tubuh seseorang, sedangkan ketidakpuasan citra tubuh akan terjadi jika derajat kepuasan seseorang terhadap tubuhnya rendah. Adanya ketidaksesuaian antara tubuh riil dengan standar tubuh ideal yang dijadikan sebagai pembanding dapat berpengaruh pada rendahnya kepuasan citra tubuh, sebaliknya memiliki bentuk tubuh yang baik dapat berpengaruh pada kepuasan citra tubuh. Menurut Hurlock (dalam Sari, 2012) memiliki bentuk fisik yang baik akan menimbulkan kepuasan dalam diri terhadap tubuh individu. Papalia, Old, dan Feldman (2008) juga mengemukakan bahwa lakilaki yang berotot akan semakin puas dengan tubuh mereka. Selain melakukan penilaian terhadap tubuhnya, laki-laki fitness tentunya juga melakukan penilaian terhadap keberhargaan dirinya. Harga diri (self-esteem) diartikan sebagai taraf atau derajat seseorang menilai dirinya sendiri (Reber & Reber, 2010). Menurut Baumeister (Santrock, 2007) harga diri tinggi dapat merujuk pada persepsi yang tepat atau benar mengenai martabatnya sebagai seorang pribadi, termasuk keberhasilan dan pencapaiannya. Sebaliknya individu dengan harga diri rendah mempersepsikan dirinya memiliki keterbatasan, penyimpangan, atau bahkan kondisi yang tidak aman. Kaitan antara citra tubuh dan harga diri diungkapkan oleh Burn (dalam Sari, 2012) yang mengemukakan lima faktor yang mempengaruhi harga diri yaitu pengalaman, pola asuh, lingkungan, sosial ekonomi, dan citra tubuh. Henggaryadi dan Fakhurrozi (dalam Sari, 2012) mengemukakan bahwa semakin menarik atau efektif kepercayaan diri terhadap tubuh maka semakin positif harga diri yang dimiliki, karena citra tubuh positif akan meningkatkan nilai diri, kepercayaan diri, serta mempertegas jati diri terhadap orang lain maupun dirinya sendiri, yang akan mempengaruhi harga diri. Hubungan antara citra tubuh dan harga diri juga diperlihatkan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari (2012) yang meneliti tentang kaitan antara citra tubuh dan harga diri pada dewasa awal tuna daksa, hasilnya menunjukkan adanya hubungan antara body image dan self esteem pada dewasa awal tuna daksa.

5 5 TINJAUAN PUSTAKA Kepuasan Citra Tubuh Rice (dalam Nugraha, 2010) mengemukakan bahwa citra tubuh adalah gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya yang meliputi pikiran, perasaan, sensasi, kesadaran, dan perilaku yang terkait dengan tubuhnya yang merupakan pengalaman individual seseorang tentang tubuhnya. Cara berpikir yang positif atau negatif merupakan hal terpenting dalam meningkatkan atau menurunkan citra tubuh seseorang. Individu yang berpikir positif terhadap tubuhnya akan memiliki citra tubuh yang positif yang kemudian mengarahkannya pada rasa puas terhadap citra tubuhnya, sedangkan individu yang berpikir negatif terhadap tubuhnya akan memiliki citra tubuh yang negatif yang mengarahkannya pada rasa tidak puas terhadap citra tubuhnya (Melliana, 2006). Menurut Thompson (dalam Pratiwi, 2009) kepuasan citra tubuh ialah kepuasan dengan salah satu aspek dari tubuh, biasanya skala yang menentukan situs nilai (misalnya pinggang, pinggul, paha, payudara, rambut, dan lain-lain). Mintz dan Betz (dalam Pratiwi, 2009) mendefinisikan kepuasan citra tubuh ialah derajat kepuasan mengenai bagian-bagian dan karakteristik tubuh seseorang, sedangkan ketidakpuasan citra tubuh akan terjadi jika derajat kepuasan seseorang terhadap tubuhnya rendah. Kepuasan citra tubuh yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan ialah berbeda, laki-laki memiliki kepuasan citra tubuh yang lebih tinggi dibandingkan perempuan (Santrock, 2007). Pada masa remaja awal, remaja perempuan kurang puas dengan tubuhnya dan memiliki citra tubuh yang lebih negatif selama pubertas, dibandingkan dengan remaja laki-laki. Pada saat yang sama, laki-laki semakin puas dengan tubuhnya yang menjadi lebih berotot setelah pubertas (Papalia dkk., 2008). Pendapat yang sama dikemukakan oleh Phillips dan Seiffge-Krenke (dalam Santrock, 2007) bahwa seiring dengan berlangsungnya perubahan di masa pubertas, remaja perempuan sering merasa tidak puas dengan tubuhnya sehubungan dengan meningkatnya jumlah lemak, sementara itu remaja laki-laki menjadi lebih puas ketika melewati masa pubertas sehubungan dengan meningkatnya massa otot. Hal tersebut dikarenakan perempuan memandang tubuhnya dari segi estetika, sedangkan laki-laki lebih memandang tubuhnya secara fungsional dan aktif, sehingga laki-laki

6 6 merasa lebih puas ketika tubuhnya berotot karena memandang tubuhnya dapat menunjang aktivitasnya. Thompson (dalam Nugraha, 2010) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan dan ketidakpuasan citra tubuh individu, yaitu gender, persepsi terhadap berat badan dan derajat kekurusan atau kegemukan, masyarakat dan budaya, tahap perkembangan, media massa, tren dan sosialisasi, dan konsep diri. Menurutnya, kepuasan citra tubuh memiliki tiga dimensi yaitu persepsi, sikap, dan tingkah laku. Dimensi persepsi ialah tentang apa yang dipikirkan individu mengenai keadaan tubuhnya dan merupakan ketepatan individu dalam mempersepsi atau memperkirakan ukuran tubuhnya; dimensi sikap yaitu tentang bagaimana individu menyikapi keadaan tubuhnya dan berkaitan erat dengan kepuasan atau ketidakpuasan individu terhadap tubuhnya, kognisi, evaluasi, dan kecemasan individu terhadap penampilan tubuhnya; dimensi tingkah laku (behavioral) yaitu menitikberatkan pada penginderaan terhadap situasi yang menyebabkan individu mengalami ketidaknyamanan yang berhubungan dengan penampilan fisik dan dimensi ini lebih menekankan bagaimana individu bertingkah laku dalam menghadapi keadaan tubuhnya. Harga Diri Rosenberg (dalam Herabadi, 2007) mengemukakan bahwa harga diri merupakan sikap positif ataupun negatif terhadap diri individu. Lebih lanjut lagi, Papalia dkk.(2008) mendefinisikan harga diri sebagai bagian evaluasi dari konsep diri yang meliputi penilaian yang dibuat individu mengenai keberhargaan dirinya sendiri. Dari beberapa hasil penelitian, diketahui bahwa harga diri laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Chubb, Fertman, dan Ross (dalam Papalia dkk., 2008) menjelaskan bahwa remaja laki-laki memiliki harga diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja perempuan. Hasil analisis dari penelitian terbarunya terhadap hampir responden menunjukkan hasil bahwa anak dan remaja lakilaki memiliki harga diri yang lebih tinggi dibandingkan anak dan remaja perempuan, terutama pada akhir masa remaja, akan tetapi perbedaannya tipis sekali. Harter (dalam Santrock, 2007) menjelaskan bahwa harga diri remaja perempuan lebih

7 7 rendah karena mereka memiliki citra tubuh yang lebih negatif selama mengalami perubahan pubertas, dibandingkan remaja laki-laki. Sepanjang masa remaja, sebagian besar harga diri berkembang dalam konteks hubungan dengan teman sebaya, khususnya yang berjenis kelamin sama. Gilligan (dalam Papalia dkk., 2008) mengemukakan bahwa harga diri pada laki-laki tampaknya dapat dikaitkan dengan kompetisi demi prestasi individual, sedangkan harga diri perempuan lebih tergantung kepada koneksi dengan orang lain. Laki-laki yang memiliki harga diri yang tinggi cenderung berkeinginan untuk menonjolkan diri di antara teman laki-laki lainnya (bersaing), sedangkan perempuan yang memiliki harga diri tinggi cenderung menonjolkan diri mereka dalam cara yang kolaboratif, bukan kompetitif. Brecht (2000) mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya harga diri yaitu orang tua, teman sebaya, prestasi (baik akademik maupun dari segi penampilan fisik), dan diri sendiri. Selanjutnya Rosenberg (dalam Herabadi, 2007) mengemukakan bahwa harga diri terdiri dari dua aspek yaitu penerimaan diri dan penghormatan diri. Kedua aspek tersebut memiliki lima dimensi yaitu akademik, sosial, emosional, keluarga, dan fisik. Dimensi akademik yaitu mengacu pada persepsi individu terhadap kualitas pendidikan atau prestasi individu, dimensi sosial yaitu mengacu pada persepsi individu terhadap hubungan sosialnya, dimensi emosional merupakan keterlibatan individu terhadap emosi individu, dimensi keluarga yaitu mengacu pada keterlibatan individu dalam partisipasi dan integrasi di dalam keluarga, dan dimensi fisik yaitu mengacu pada persepsi individu terhadap kondisi fisiknya. METODE PENELITIAN Responden dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antara kepuasan citra tubuh dengan harga diri pada laki-laki yang melakukan fitness. Subjek penelitian terdiri dari 100 orang anggota laki-laki Fitness Centre X yang dipilih berdasarkan teknik sampling purposive. Kriteria subjek yang digunakan ialah berjenis kelamin laki-laki, terdaftar sebagai anggota aktif Fitness Centre X, melakukan fitness minimal 3 bulan, dan alasan mengikuti

8 8 fitness karena ingin memperbaiki penampilan dan mendapatkan bentuk tubuh ideal. Gambaran usia subjek dalam penelitian ini ialah 44% subjek berusia <21 tahun, 47% subjek berusia antara tahun, 8% subjek berusia antara tahun, dan 1% subjek berusia >30 tahun. Dari hasil perhitungan Body Mass Index (BMI) yang diketahui dari berat dan tinggi tubuh subjek, menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki tubuh ideal yaitu 72% subjek, sedangkan sisanya 22% subjek bertubuh overweight, 4% subjek obesitas, dan 2% subjek memiliki berat tubuh yang kurang. Alat Ukur dan Prosedur Penelitian Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan skala kepuasan citra tubuh dan skala harga diri. Untuk mengukur kepuasan citra tubuh digunakan skala kepuasan citra tubuh yang terdiri dari 19 item yang disusun berdasarkan dimensi kepuasan citra tubuh dari Thompson (dalam Nugraha, 2010), dengan reliabilitas sebesar 0,881. Selanjutnya untuk mengukur harga diri digunakan skala harga diri yang terdiri dari 22 item yang disusun berdasarkan dimensi harga diri dari Rosenberg (dalam Herabadi, 2007), dengan reliabilitas sebesar 0,898. Subjek diminta untuk menjawab setiap item berdasarkan keadaan subjek yang sebenarnya, masing-masing item memiliki empat alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). HASIL PENELITIAN Analisis Deskripstif Skala Kepuasan Citra Tubuh Harga Diri Tabel 1. Deskripsi Data Skor Empirik dan Hipotetik Skor Empirik Skor Hipotetik Mean Min Max SD Mean Min Max SD 49, ,77 47, ,50 62, , Dari tabel 1, dapat diketahui bahwa dari data skor empirik variabel kepuasan citra tubuh memiliki rata-rata (mean) sebesar 49,63 dengan skor minimal sebesar 40

9 9 dan skor maksimal sebesar 65, serta standar deviasi sebesar 5,77. Variabel harga diri memiliki rata-rata sebesar 62,74 dengan skor minimal sebesar 49 dan skor maksimal sebesar 81, serta standar deviasi sebesar 6,24. Dari data skor hipotetik pada skala kepuasan citra tubuh, skor minimal yang dapat diperoleh subjek adalah 19, skor maksimal yang dapat diperoleh subjek adalah 76, rata-rata hipotetik sebesar 47,50 dan standar deviasi sebesar 9,50. Pada skala harga diri, skor minimal yang dapat diperoleh subjek adalah 22, skor maksimal yang dapat diperoleh subjek adalah 88, rata-rata hipotetik sebesar 55, dan standar deviasi sebesar 11. Gambaran Umum Subjek Tabel 2. Kategori Kepuasan Citra Tubuh Kategori Skor Prosentase (%) Sangat Tinggi 61,75 < X 3% Tinggi 52,25 < X 61,75 23% Sedang 42,75 < X 52,25 67% Rendah 33,25 < X 42,75 7% Sangat Rendah X 33,25 0% Dari hasil deskripsi statistik tentang gambaran kepuasan citra tubuh subjek, diperoleh hasil yaitu 3% subjek memiliki kepuasan citra tubuh sangat tinggi, 23% subjek memiliki kepuasan citra tubuh tinggi, 67% subjek memiliki kepuasan citra tubuh sedang, dan 7% subjek memiliki kepuasan citra tubuh rendah. Tabel 3. Kategori Harga Diri Kategori Skor Prosentase (%) Sangat Tinggi 71,5 < X 7% Tinggi 60,5 < X 71,5 56% Sedang 49,5 < X 60,5 35% Rendah 38,5 < X 49,5 2% Sangat Rendah X 38,5 0% Deskripsi statistik mengenai gambaran harga diri subjek menunjukkan hasil yaitu 7% subjek memiliki harga diri sangat tinggi, 56% subjek memiliki harga diri tinggi, 35% subjek memiliki harga diri sedang, dan 2% subjek memiliki harga diri rendah.

10 10 Uji Asumsi Beberapa asumsi yang harus dipenuhi untuk dapat menggunakan teknik statistik parametrik Product Moment dalam mengolah data adalah data memiliki distribusi normal dan bersifat linear (Arikunto, 2010). Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah memenuhi kedua asumsi tersebut. Dari hasil uji normalitas yang dilakukan dengan menggunakan metode statistik one sample Kolmogorov Smirnov, menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel kepuasan citra tubuh sebesar 0,15 (p >0,05) yang berarti data kepuasan citra tubuh berdistribusi normal dan nilai signifikansi variabel harga diri sebesar 0,84 (p > 0,05) yang berarti data harga diri berdistribusi normal. Hasil uji normalitas juga dapat dilihat dari pola penyebaran data dengan menggunakan histogram pada gambar 1 dan 2. Dari gambar tersebut diketahui bahwa pola penyebaran data menyebar di sekeliling kurva dan kurva berbentuk lonceng, sehingga dapat disimpulkan bahwa data dari kedua variabel berdistribusi normal. Gambar 1.Histogram Variabel Kepuasan Citra Tubuh Gambar 2. Histogram Variabel Harga Diri Untuk uji linieritas yang dilakukan dengan uji F, diperoleh nilai F sebesar 31,49 dengan nilai signifikansi sebesar 0,00 (p < 0,05) yang berarti variabel kepuasan citra tubuh memiliki hubungan yang linier dengan harga diri. Hubungan linier dari kedua variabel juga dapat dilihat dari grafik Scatter Plot pada gambar 3, terlihat bahwa koordinat titik-titik variabel kepuasan citra tubuh dan harga diri mengikuti pola garis lurus dan menyebar dimulai dari bagian kiri bawah menuju kanan atas, yang berarti bahwa kedua variabel memiliki hubungan linier.

11 11 Gambar 3. Grafik Scatter Plot Uji Hipotesis Dari hasil uji korelasi dengan menggunakan Product Moment, diperoleh nilai r sebesar 0,48 dengan signifikansi sebesar 0,00 (p < 0,05), maka hipotesis penelitian diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan citra tubuh dengan harga diri pada laki-laki yang melakukan fitness. Nilai r sebesar 0,48 menunjukkan kekuatan hubungan yang agak rendah (Arikunto, 2010). Nilai r yang bernilai positif menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kepuasan citra tubuh dengan harga diri. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat kepuasan citra tubuh maka semakin tinggi harga diri, begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat kepuasan citra tubuh maka semakin rendah harga diri. Analisis Tambahan Analisis tambahan dilakukan untuk mengetahui apakah Body Mass Index (BMI) memiliki peran terhadap kepuasan citra tubuh dan harga diri subjek. Dari hasil uji regresi antara BMI dengan kepuasan citra tubuh yang menggunakan bantuan program SPSS 20.0 for windows, diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,14 dengan signifikansi sebesar 0,16 (p > 0,05) yang berarti BMI tidak memiliki peran terhadap kepuasan citra tubuh. Selanjutnya, hasil uji regresi antara BMI dengan harga diri juga menunjukkan bahwa BMI tidak memiliki peran terhadap harga diri yang ditunjukkan dari nilai koefisien regresi sebesar 0,05 dengan signifikansi sebesar 0,64 (p >0,05).

12 12 DISKUSI Dari hasil deskripsi statistik tentang gambaran kepuasan citra tubuh subjek, menunjukkan bahwa sebagian besar laki-laki yang melakukan fitness memiliki kepuasan citra tubuh yang sedang (67% subjek), yaitu di atas rata-rata. Besarnya kepuasan citra tubuh pada laki-laki yang melakukan fitness berkaitan dengan perubahan bentuk tubuh yang dialami setelah rutin melakukan fitness, perubahan tersebut secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat kepuasan terhadap citra tubuhnya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan oleh Hurlock (dalam Sari, 2012) yaitu memiliki bentuk fisik yang baik akan menimbulkan kepuasan dalam diri terhadap tubuhnya. Jika dilihat dari gambaran usia subjek, subjek dalam penelitian ini termasuk dalam kategori usia dewasa awal, faktor usia ini mungkin juga dapat berkontribusi pada besarnya kepuasan citra tubuh subjek. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Perdani (2009) yaitu kepuasan citra tubuh ditentukan oleh faktor usia, karena seorang laki-laki maupun perempuan yang tumbuh menjadi dewasa telah belajar untuk menerima perubahan-perubahan pada tubuhnya, meskipun penampilannya tidak sebagaimana yang diharapkan dan sekalipun berusaha untuk memperbaiki penampilannya. Hasil tingginya kepuasan citra tubuh subjek juga dapat dikaitkan dengan jenis kelamin subjek dalam penelitian ini, seluruh subjek berjenis kelamin laki-laki. Sesuai dengan pendapat Papalia, dkk. (2008), laki-laki semakin puas dengan tubuhnya yang menjadi lebih berotot setelah pubertas, ini yang kemudian menjadikan laki-laki cenderung memiliki kepuasan terhadap citra tubuh. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa laki-laki yang melakukan fitness memiliki kepuasan citra tubuh di atas rata-rata (sedang). Selain perubahan bentuk fisik dan usia yang berperan dalam menimbulkan kepuasan citra tubuh laki-laki, peneliti mencoba menganalisis faktor lain yaitu apakah berat dan tinggi tubuh yang proporsional dapat menimbulkan kepuasan terhadap citra tubuh laki-laki. Dari hasil perhitungan Body Mass Index (BMI) subjek, diketahui bahwa sebagian besar subjek dalam penelitian ini memiliki tubuh yang ideal. Hasil uji regresi antara BMI dengan kepuasan citra tubuh menunjukkan bahwa BMI atau berat dan tinggi tubuh yang proporsional tidak berperan dalam menimbulkan kepuasan citra tubuh individu. Hal ini sesuai dengan Thompson

13 13 (dalam Nugraha, 2010) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan citra tubuh adalah persepsi individu terhadap derajat kegemukan atau kekurusan tubuhnya dan bukan berdasarkan proporsi tubuhnya. Dari hasil deskripsi statistik mengenai gambaran harga diri subjek, menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki harga diri yang tinggi (56% subjek). Untuk mengetahui faktor apa yang mungkin berkontribusi terhadap tingginya harga diri, peneliti melakukan uji regresi antara BMI dengan harga diri. Dari uji regresi, diperoleh hasil bahwa BMI atau berat dan tinggi tubuh yang proporsional tidak memiliki peran terhadap harga diri individu. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Herabadi (2007) yang menunjukkan bahwa body esteem, kebiasaan berpikir tentang tubuh, dan evaluasi subjektif individu terhadap tubuhnya lebih berkontribusi terhadap pembentukan harga diri dibandingkan dengan pengukuran proporsi tubuh yang lebih objektif seperti BMI. Jadi, harga diri seseorang tidak tergantung dari proporsi berat dan tinggi tubuhnya, akan tetapi tergantung dari cara berpikir dan evaluasi yang dilakukan individu terhadap tubuhnya secara subjektif. Harter (dalam Santrock, 2007) mengemukakan bahwa harga diri laki-laki berkaitan dengan citra tubuh positif. Laki-laki yang memiliki kepuasan citra tubuh tinggi akan mempengaruhi harga dirinya menjadi lebih tinggi, sebaliknya laki-laki yang memiliki kepuasan citra tubuh rendah akan mempengaruhi harga dirinya menjadi lebih rendah pula. Hal yang sama juga diungkap dalam penelitian Rahmania dan Yuniar (2012) yang menunjukkan bahwa tingkat harga diri yang tinggi berkaitan dengan gambaran positif individu mengenai tubuhnya dan sebaliknya gambaran negatif individu terhadap tubuhnya berkaitan dengan rendahnya tingkat harga diri yang dapat mengarah pada kecenderungan body dismorphic disorder (BDD). Hal ini sesuai dengan hasil deskripsi statistik subjek dalam penelitian ini yang menunjukkan bahwa tingginya harga diri ini diimbangi dengan kepuasan citra tubuh subjek yang berkategori sedang (di atas rata-rata). Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tingginya harga diri pada laki-laki yang melakukan fitness berkaitan dengan kepuasan terhadap citra tubuh. Adanya hubungan antara kepuasan citra tubuh dengan harga diri juga diperkuat dari hasil penelitian-penelitian terdahulu, salah satunya hasil penelitian Sari (2012) yang menunjukkan bahwa kepuasan citra tubuh berhubungan dengan harga diri

14 14 individu. Hasil penelitian terdahulu tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini, dari hasil uji korelasi didapatkan nilai korelasi (r) sebesar 0,48 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,00 (p < 0,05), yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan citra tubuh dengan harga diri pada laki-laki yang melakukan fitness dengan arah hubungan yang positif, yaitu semakin tinggi tingkat kepuasan citra tubuh pada laki-laki yang melakukan fitness maka semakin tinggi harga diri dan begitu pula sebaliknya semakin rendah tingkat kepuasan citra tubuh maka semakin rendah harga diri, sementara kekuatan korelasi antara kedua variabel agak rendah (Arikunto, 2010). Menurut Rice (dalam Nugraha, 2010), kepuasan citra tubuh merupakan perwujudan dari harga diri positif, khususnya pada remaja dan orang dewasa, hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan adanya korelasi antara keduanya. Hal ini juga diperkuat dengan hasil koefisien determinasi kepuasan citra tubuh dengan harga diri, sumbangan efektif kepuasan citra tubuh terhadap harga diri sebesar 22,80% yang berarti bahwa varian yang terjadi pada harga diri 22,80% berhubungan dengan kepuasan citra tubuh dan sisanya 77,20% berhubungan dengan faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Burn (dalam Sari, 2012) mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri selain citra tubuh yaitu pengalaman, pola asuh, lingkungan, dan sosial ekonomi. KESIMPULAN Dari metode analisis data, hipotesis dalam penelitian ini diterima yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan citra tubuh dengan harga diri pada lakilaki yang melakukan fitness dengan arah hubungan yang positif, yaitu semakin tinggi tingkat kepuasan citra tubuh maka semakin tinggi harga diri dan sebaliknya semakin rendah tingkat kepuasan citra tubuh maka semakin rendah harga diri, sementara kekuatan korelasi antara kedua variabel agak rendah. Sumbangan efektif kepuasan citra tubuh terhadap harga diri sebesar 22,80% dan sisanya 77,20% berhubungan dengan faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Berdasarkan analisis tambahan, hasil uji regresi menunjukkan bahwa Body Mass Index (BMI) tidak memiliki peran terhadap kepuasan citra tubuh dan harga diri.

15 15 DAFTAR PUSTAKA Ariani, F., Carpenito, & Juall, L. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Aswi. (2008). Rahasia Cowok. Jakarta: Hi-Fest Publishing. Azwar, S. (2010). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2014). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Branden, N. (2001). Kiat Jitu Meningkatkan Harga Diri. Jakarta: Delapratasa. Brecht, G. (2000). Mengenal dan Mengembangkan Harga Diri. Jakarta: Prenhalindo. Chaplin, J. P. (2009). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Cleghorn, P. (2002). 30 Minutes to Boost Your Self Esteem. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Febrianto, Bayu. (2013). Hubungan Kepercayaan Diri dengan Kemampuan Hubungan Interpersonal pada Anggota UB (Universitas Brawijaya) Fitness Centre. Skripsi. (tidak diterbitkan). Malang: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Friedman, H., & Schustack, M. W. (2006). Kepribadian: Teori Klasik dan Riset Modern. Jakarta: Erlangga. Herabadi, A. G. (2007). Hubungan antara Kebiasaan Berpikir Negatif tentang Tubuh dengan Body Esteem dan Harga Diri. Jurnal Makara Sosial Humaniora, 11 (1). Diakses 15 April 2014, journal.ui.ac.id/humanities/article/view/42/38. Juliadilla, Risa. (2012). Hubungan Kepuasan terhadap Citra Tubuh dengan Komunikasi Interpersonal yang Efektif pada Remaja Madya Putri. Skripsi. (tidak diterbitkan). Malang: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya. Melliana, A. (2006). Menjelajah Tubuh: Perempuan dan Mitos Kecantikan. Jogjakarta: LKIS. Nadesul, H. (2009). Resep Mudah Tetap Sehat-Cerdas Menaklukkan Semua Penyakit Orang Sekarang. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Nasution. (2007). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

16 16 Nugraha, Julhairman Agung. (2010). Pengaruh Kepuasan Citra Tubuh terhadap Kepercayaan Diri Orang yang Mengikuti Fitness Center. Skripsi. Diakses 15 April 2014, repository.uinjkt.ac.id/julhairman%20agung%20 NUGRAHA-FPS.pdf. Papalia, Old, & Feldman. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana. Perdani, D. P. (2009). Kepuasan Body Image pada Mahasiswa yang Menggunakan Body Piercing. Jurnal Psikologi, 7 (1). Diakses 15 April 2014, ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/psi/article/download/68/67. Prameswari, S., Aisah, S., & Mifbakhuddin. (2013). Hubungan Obesitas dengan Citra Diri dan Harga Diri pada Remaja Putri di Kelurahan Jomblang Kecamatan Candisari Semarang. Jurnal Keperawatan Komunitas, 1 (1). Diakses 15 April 2014, jurnal.unimus.ac.id/index.php/jkk/article/view/ 925/977. Pratiwi, Nani. (2009). Citra tubuh pada Remaja Putri Melakukan Suntik Kurus. Jurnal Psikologi. Diakses 15 April 2014, Putri, Theresia E. W. (2008). Hubungan antara Citra Raga dan Kepercayaan Diri pada Mahasiswi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Skripsi. Diakses 16 April 2014, Prasetyo, B., & Jannah, L. M. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Rai, A., & Tsiang, H. (2009). Tingkatkan Fitness IQ Anda: Rahasia Tuntas Bakar Lemak dan Gaya Hidup Sehat. Jakarta: Libri. Reber, A., & Reber, E. (2010). Psychology Dictionaries. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rahmania P. N. & Yuniar, Ika. (2012). Hubungan antara Self Esteem dengan Kecenderungan Body Dysmorphic Disorder pada Remaja Putri. Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental, 1 (2). Diakses 15 April 2014, journal.unair.ac.id/filerpdf/ _9v.pdf. Santoso, S. (2006). Menggunakan SPSS untuk Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Kompetindo. Santrock, J. W. (2007). Adolescence: Remaja. Jakarta: Erlangga. Sari, Dahlia N. P. (2012). Hubungan antara Body Image dan Self Esteem pada Dewasa Awal Tuna daksa. Jurnal Ilmiah, 1 (1). Diakses 16 April 2014,

17 17 Sarwono, S., & Meinarno, E. A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Yudha, M. (2006). Beri Tenaga Hidup Anda: Fitness, Fit Sepanjang Hari. Jakarta: Penebar Plus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berbagai penelitian terdahulu tentang body dissatisfaction dan perilaku diet

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berbagai penelitian terdahulu tentang body dissatisfaction dan perilaku diet BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subjek Penelitian ini dimulai dengan merumuskan variabel penelitian melalui berbagai penelitian terdahulu tentang body dissatisfaction

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI BADRAN NO. 123 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Vania Dwi Tristiana (14541084) Prodi : PGSD FKIP UNISRI ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena

Lebih terperinci

Hubungan Antara Body Image dan Self-Esteem. Pada Dewasa Awal Tuna Daksa. Dahlia Nur Permata Sari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, 2012

Hubungan Antara Body Image dan Self-Esteem. Pada Dewasa Awal Tuna Daksa. Dahlia Nur Permata Sari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, 2012 Hubungan Antara Body Image dan Self-Esteem Pada Dewasa Awal Tuna Daksa Dahlia Nur Permata Sari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, 2012 Abstrak. Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh body image

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN Bab III membahas mengenai lokasi, populasi, sampel, desain penelitian, metode penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi

BAB V HASIL PENELITIAN. dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis korelasi Regresi BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan data penelitian yang diperoleh dari skala perilaku konsumtif dan harga diri, peneliti melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis diuji dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang sering dialami oleh remaja seperti kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan bisa terjadi karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum subjek, hasil pengolahan data, dan pembahasan hasil penelitian. 4.1 Gambaran Umum Subjek Pengambilan data lapangan berlangsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam melakukan suatu penelitian, khususnya penelitian kuantitatif, perlu secara jelas diketahui variabel-variabel apa saja yang akan diukur dan instrumen seperti apa yang akan

Lebih terperinci

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Data Subjek yang sesuai dengan karakteristik penelitian berjumlah 30 orang. Setelah memperoleh data yang diperlukan, maka dilakukan pengujian hipotesis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. kemampuan penerimaan diri dan perilaku sendiri. Self - esteem juga dapat

BAB II LANDASAN TEORI. kemampuan penerimaan diri dan perilaku sendiri. Self - esteem juga dapat BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Self Esteem (Harga Diri) 2.1.1. Definisi Self Esteem Self - esteem adalah penilaian atau perasaan seseorang mengenai diri sendiri, tolak ukur harga diri kita sebagai manusia,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Uji asumsi harus terlebih dahulu dilakukan sebelum melakukan uji hipotesis. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA Fitria Fauziah Psikologi, Gading Park View ZE 15 No. 01, 081298885098, pipih.mail@gmail.com (Fitria Fauziah, Cornelia Istiani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO.

HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO. HUBUNGAN ANTARA CITRA RAGA DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI MENGIKUTI SENAM PADA REMAJA PUTRI DI SANGGAR SENAM 97 SUKOHARJO Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi responden disini akan menganalisa identitas para konsumen yang menjadi sampel dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Asumsi. Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan analisis regresi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Asumsi. Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan analisis regresi, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis dengan menggunakan analisis regresi, terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi terhadap data penelitian. Uji asumsi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, peneliti akan membahas mengenai laporan pelaksanaan penelitian yang terdiri dari gambaran umum subjek, hasil uji validitas dan reliabilitas, uji normalitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif adalah metode tradisional yang data penelitiannya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI REMAJA YANG MENGIKUTI SEKOLAH MODELLING

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI REMAJA YANG MENGIKUTI SEKOLAH MODELLING HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN HARGA DIRI REMAJA YANG MENGIKUTI SEKOLAH MODELLING M. Rinna Rosalia S. mariarosalia69@yahoo.co.id Dian Putri Permatasari, S. Psi., M.Si. Yoyon Supriyono, S. Psi., M.Psi.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat korelasional, yaitu penelitian yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel yang diprediksi memiliki hubungan. A. IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Awal Persiapan awal yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah mematangkan konsep

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004).

BAB III METODE PENELITIAN. inferensial atau dalam rangka pengujian hipotesis sehingga diperlukan. kuantitatif maupun kualitatif (Azwar, 2004). BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan yang dialami

Lebih terperinci

48 Universitas Indonesia

48 Universitas Indonesia 5. KESIMPULAN, DISKUSI dan SARAN Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian, dilanjutkan dengan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian. Pada bagian akhir akan dikemukakan

Lebih terperinci

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri

Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri Jurnal Mediapsi 2016, Vol. 2, No. 1, 45-50 Hubungan Antara Perilaku Konsumtif Pada Produk X Dengan Citra Diri Remaja Putri R. A. Adinah Suryati Ningsih, Yudho Bawono dhobano@yahoo.co.id Program Studi Psikologi,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA DENGAN PRESTASI BELAJAR FISIKA p-issn: 337-5973 e-issn: 44-4838 HUUNGAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PENERAPAN MODEL PEMELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEAYA DENGAN PRESTASI ELAJAR FISIKA Effendi Program Studi Pendidikan Fisika STKIP Nurul

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subjek SMK Wira Maritim Surabaya adalah sekolah swasta di Surabaya barat, tepatnya di Jalan Manukan Wasono. SMK ini berjumlah dengan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan strategi yang mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang tetap sesuai dengan karateristik dan tujuan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Gita Handayani Ermanza, F.PSI UI, 20081 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja mengalami masa puber yang dianggap sebagai periode tumpang tindih karena mencakup masa akhir kanak-kanak dan masa awal remaja. Masa puber ditandai dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENGGUNAKAN PRODUK SKIN CARE PADA MAHASISWI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENGGUNAKAN PRODUK SKIN CARE PADA MAHASISWI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENGGUNAKAN PRODUK SKIN CARE PADA MAHASISWI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO Liestianti Surya Putri 1, Hastaning Sakti 2 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWI YANG MENGALAMI OBESITAS

HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWI YANG MENGALAMI OBESITAS HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KEPERCAYAAN DIRI MAHASISWI YANG MENGALAMI OBESITAS NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan individu yang merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan biologis,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan. B. Definisi Operasional pada Wanita Pasca Melahirkan BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Setelah semua data penelitian diperoleh, maka dilakukan uji asumsi sebagai syarat untuk melakukan analisis data. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas kehidupan bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika memulai relasi pertemanan, orang lain akan menilai individu diantaranya berdasarkan cara berpakaian, cara berjalan, cara duduk, cara bicara, dan tampilan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri Oleh: SUCI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII

HUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII 1 HUBUNGAN ASPIRASI MELANJUTKAN KE PERGURUAN TINGGI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XII Ari Widayat (ariwidayat.716@gmail.com) 1 Giyono 2 Rani Rahmayanthi 3 ABSTRACT The purpose of this study was to

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Setelah data penelitian didapat, maka selanjutnya dilakukan uji asumsi untuk mengetahui apakah data yang terkumpul memenuhi syarat untuk dianalisis statistik. Uji asumsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Subyek dalam penelitian ini adalah siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya. Siswa MA Boarding School Amanatul Ummah Surabaya kelas XI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 74 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Persiapan Penelitian Sebelum mengadakan penelitian, langkah awal yang perlu dilakukan oleh penelitian adalah persiapan penelitian terlebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak

Lebih terperinci

Kontribusi Social Comparison Terhadap Body Image pada Wanita Dewasa Awal

Kontribusi Social Comparison Terhadap Body Image pada Wanita Dewasa Awal Kontribusi Social Comparison Terhadap Body Image pada Wanita Dewasa Awal Disusun oleh : Rani Pratiwi Istifarah 17513285 Dosen pembimbing : Desi Susianti, S. Psi., M.Si. Universitas Gunadarma Jakarta 2016

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA Dwini Aisha Royyana, Nailul Fauziah Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan dijabarkan kesimpulan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Bagian yang paling utama di dalam membuat suatu penelitian adalah bagaimana membuat rencana (rancangan penelitian). Menurut Babbie, yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI DITINJAU DARI LINGKUNGAN SEKOLAH DAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 KLEGO BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013 JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka dan analisis menggunakan statistik. subjek dari mana data dapat diperoleh. 30

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka dan analisis menggunakan statistik. subjek dari mana data dapat diperoleh. 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang peneliti gunakan adalah jenis penelitian field risearch (penelitian lapangan) dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini adalah di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. 2. Populasi Penelitian Populasi

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASILPENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASILPENELITIAN BAB IV PELAKSANAAN DAN HASILPENELITIAN Pengumpulan data penelitian ini di lakukan pada tanggal 18 Mei 2014 sampai tanggal 21 Mei 2014. Sampel yang digunakan adalah mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepercayaan Diri. 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan diri merupakan sebagai suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga seseorang tidak terpengaruh oleh orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian yang ilmiah pula, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian yang ilmiah pula, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan salah satu dari tindakan yang dapat dikatakan sebagai tindakan dalam mencari kebenaran dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Pendekatan pendekatan kuantitatif menekankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitiatu

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan One. Sample Kolmogorov-Smirnov Tes dan memberikan hasil sebagai

BAB V HASIL PENELITIAN. normal atau tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan One. Sample Kolmogorov-Smirnov Tes dan memberikan hasil sebagai BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Uji Asumsi Sebelum dilakukan analisis statistik dengan menggunakan Product Moment Pearson, maka dilakukan uji asumsi normalitas dan linearitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan terhadap guru-guru SMA Negeri di Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan terhadap guru-guru SMA Negeri di Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian Penelitian ini dilaksanakan terhadap guru-guru SMA Negeri di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan sampel sebanyak 140 orang. Data penelitian diambil menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PEELITIA Pembahasan metode penelitian ini akan menguraikan: a) jenis penelitian. b) Identifikasi variabel penelitian, c) Defenisi oprasional penelitian, d) populasi dan teknik pengambilan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdahulu mengenai self-esteem dan kecenderungan kesepian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini dimulai dari penemuan masalah yang telah terjadi di lapangan. Dari permasalahan tersebut peneliti mencoba mencari penelitianpenelitian

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pegawai BPBD Semarang yang berjumlah 56 orang. Untuk mendapatkan

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. pegawai BPBD Semarang yang berjumlah 56 orang. Untuk mendapatkan BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini diawali dengan membagikan kuesioner kepada seluruh pegawai BPBD Semarang yang berjumlah 56 orang. Untuk mendapatkan

Lebih terperinci

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1. Jurusan Pendidikan Akuntansi.

JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1. Jurusan Pendidikan Akuntansi. PENGARUH INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DAN PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP 1 AL-ISLAM SURAKARTA TAHUN 2013-2014 JURNAL PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi.

NASKAH PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Akuntansi. NASKAH PUBLIKASI PENGARUH INTENSITAS BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA DALAM PELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI IPS SMA NEGERI 3 WONOGIRI TAHUN AJARAN 2015/2016 Usulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak yang harus dipersiapkan oleh bangsa. Tidak hanya dengan memperhatikan kuantitas individunya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan peralihan masa perkembangan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang melibatkan perubahan besar dalam aspek fisik, kognitif, dan psikososial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 Kelurahan Isola yang berjumlah 61 orang. Peneliti menggunakan teknik sampling

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random, BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah metode yang berlandaskan

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR Tiara Rosalina E-mail: tiararosalina99@yahoo.co.id Universitas Negeri Malang, Jl. Surabaya 5 Malang 65145 Abstract: The purpose

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Responden Responden terdiri dari 200 orang dan merupakan mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran rentang usia responden

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABEL DAN DEFENISI OPERASIONAL 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel independen (bebas) adalah Brand Image sedangkan variabel dependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Pada penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (Independent Variable) dan variabel terikat (Dependent Variable). Pada

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis korelasi Product BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dari skala kepuasan perkawinan dan keterbukaan diri peneliti melakukan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Moh. Nazir variabel adalah konsep yang mempunyai

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Moh. Nazir variabel adalah konsep yang mempunyai BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Menurut Moh. Nazir variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam- macam nilai. 1 Adapun variabel terdiri dari macam, yaitu : 1. Variabel bebas

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR, DAN GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS. Eddi Artanti Puji Lestari L.A

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR, DAN GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS. Eddi Artanti Puji Lestari L.A PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR, DAN GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS Eddi Artanti Puji Lestari L.A La.tanti@yahoo.co.id Abstract This study aims to determine whether parenting

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identivikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini rancangan penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Subjek Penelitian. Unit Kegiatan Mahasiswa Forum Mahasiswa Islam Psikologi Ar-Ruuh.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Subjek Penelitian. Unit Kegiatan Mahasiswa Forum Mahasiswa Islam Psikologi Ar-Ruuh. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai pelaksanaan penelitian berupa kancah penelitian dan segala persiapan yang telah dilakukan, pelaksanaan penelitian, hasil perhitungan analisis

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG) HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG) Gea Lukita Sari 1, Farida Hidayati 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl.

Lebih terperinci

Hubungan Persepsi Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Hubungan Persepsi Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Hubungan Persepsi Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. Riski Tri Astuti Dr. Awaluddin Tjalla Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKTIK INDUSTRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XII TKR

HUBUNGAN ANTARA HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKTIK INDUSTRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XII TKR 72 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif Edisi XVI, Nomor 1, Tahun 2016 HUBUNGAN ANTARA HASIL BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN PRAKTIK INDUSTRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XII TKR THE RELATIONSHIP BETWEEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Sugiyono disebut sebagai metode positivistik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Arikunto (2010) menjelaskan bahwa penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subjeknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Menurut Sugiyono (011: 8) metode penelitian kuantitatif dapat digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode

METODE PENELITIAN. nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode 50 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Pada penelitian hubungan virginitas dengan intensitas melakukan seks pra nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan diolah dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerik dan diolah dengan metode 52 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) tentang

Lebih terperinci