KEMAMPUAN MENJADI NEGOSIATOR DALAM MENGHADAPI MASSA YANG BERUNJUK RASA. Putri Agustina Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMAMPUAN MENJADI NEGOSIATOR DALAM MENGHADAPI MASSA YANG BERUNJUK RASA. Putri Agustina Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK"

Transkripsi

1 KEMAMPUAN MENJADI NEGOSIATOR DALAM MENGHADAPI MASSA YANG BERUNJUK RASA Putri Agustina Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris kemampuan menjadi negosiator dalam menghadapi massa yang berunjuk rasa. Peneliti menggunakan 44 Polwan negosiator Polda Jateng. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan Skala Kemampuan Menjadi Negosiator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan negosiasi pada kategori sedang. Polwan negosiator Polda Jateng cukup dapat menunjukkan kemampuan dalam mencari solusi atas permasalahan atau sengketa hingga terselesaikan secara memuaskan. Kata kunci: kemampuan menjadi negosiator dalam menghadapi massa yang berunjuk rasa NEGOTIATE ABILITY TO THE MASS PROTEST ABSTRACT This research had purpose to know the empirical negotiate ablitiy to the mass protest. Researchers used 44 women negotiator of Polda Jateng. This research is research population. The Research Data was collected using the Scale of Negotiate Ability to The Mass Protest. The result of the research showed that the negotiate ability of women negotiator Polda Jateng in the medium category. Woman negotiator of Polda Jateng have enough ability to solve problems and find solutions, until good ending. Keywords: negotiate ability to the mass protest PENDAHULUAN Polri dalam menjalankan tugas berusaha mengimplementasikan niat dan komitmen bangsa Indonesia untuk menegakkan supremasi hukum, kewajiban tersebut akibat adanya berbagai ancaman kekerasan dan kerusuhan massa yang merugikan bangsa dan negara. Polri sesuai tugas, fungsi dan perannya sebagai alat negara. Pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Polri memprogamkan berbagai upaya untuk mengantisipasi dan menanggulangi kekerasan dan kerusuhan massa tersebut, meskipun hasilnya dirasakan belum optimal. Berbagai 182

2 bentuk aksi massa masih memunculkan rusuh dan menyebabkan kerusakan. Salah satu fungsi Kepolisian yang berwenang dalam penanganan aksi massa adalah Direktorat Sabhara (selanjutnya disingkat Dit Sabhara). Dit Sabhara Polda Jateng merupakan sebagian fungsi Kepolisian yang bersifat preventif, fungsi ini memerlukan keahlian dan ketrampilan khusus dalam mencegah atau mengendalikan sesuatu kerumunan massa, agar tidak berkembang menjadi gangguan Kamtibmas dan juga tidak diganggu oleh pihak lain. Polri dalam pelaksanaan penanganan unjuk rasa selalu dihadapkan pada berbagai permasalahan yang belum dapat memberikan kontribusi yang positif, seperti halnya dengan penyelesaian masalah tanpa adanya kekerasan. Penanganan terhadap unjuk rasa lebih terkesan represif, padahal para pimpinan Polri sudah berupaya semaksimal mungkin dengan mengeluarkan berbagai petunjuk pelaksanaan maupun petunjuk teknis untuk keberhasilan penanganan unjuk rasa di lapangan. Selama ini setiap ada unjuk rasa, Polisi laki-laki (Polki) selalu dikedepankan dan masih kurang efektif. Bentrokan antara polisi dengan massa masih terjadi yang disebabkan karena anggota polisi mudah terpancing emosi dan langsung melakukan tindakan represif para pengunjuk rasa. Ada beberapa faktor yang menjadikan seringnya terjadi bentrokan dengan massa, salah satunya adalah Pasukan Dalmas yang digunakan diberbagai Polda masih menggunakan Polki yang masih mudamuda, yang baru lulus dari pendidikan Bintara Kepolisian. Berdasarkan Surat Perintah Kapolda Jateng Nomor : SPRIN/893/III/2012 berdasarkan Surat Kapolri Nomor : B/350/I/2012 tanggal 31 Januari 2012 menerangkan bahwa untuk kepentingan organisasi Polri dalam rangka pembentukan Detasemen Dalmas Kerangka Polda Jateng maka dibentuk suatu tim negosiator Polda Jateng yang beranggotakan Polwan dari setiap fungsi yang ada di Polda Jateng untuk menangani aksi unjuk rasa agar tidak berakhir dengan ricuh. Hal tersebut sejalan dengan Petunjuk Pelaksanaan SDEOPS yang dikeluarkan oleh Mabes Polri (2010) tentang Pengendalian dan Cara Bertindak terhadap Aksi Unjuk Rasa, dijelaskan bahwa negosiator dibentuk untuk memfasilitasi pengunjuk rasa untuk menunjuk perwakilan apabila ada keinginan untuk menemui atau tatap muka dengan sasaran atau tokoh yang akan dituju. Penugasan Polwan dalam penanganan unjuk rasa diharapkan dapat mencegah konflik yang destruktif dan mendorong penghentian konflik secara konstruktif. Keterlambatan dalam menyelesaikan konflik yang disebabkan karena penundaan waktu berpengaruh terhadap penundaan solusi, yang berarti memberikan peluang bagi makin terbukanya konflik antara dua pihak (Liliweri, 2006: 355). 183

3 Banyak cara untuk menyelesaikan konflik dalam suatu aksi massa, diantaranya dengan melakukan negosiasi. Negosiasi sudah ada sejak zaman dahulu dan merupakan bagian dari aktivitas manusia yang sudah lazim dilakukan dalam berbagai hal. Negosiasi merupakan sebuah proses yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang pada mulanya memiliki pemikiran berbeda hingga akhirnya mencapai kesepakatan. Proses negosiasi akan memberi pandangan yang lebih jelas mengenai apa yang diinginkan dan bagaimana cara mencapainya (Jackman, 2005: 8-9). Berawal dari kerjasama yang dilakukan segala tuntutan/keinginan, aspirasi dan opini masingmasing pihak dapat diarahkan demi tercapainya situasi konformitas secara optimal, selanjutnya diperoleh manfaat semaksimal mungkin dengan faktor risiko seminimal mungkin (Jackman, 2005: 68). Anggota Polri yang berperan sebagai negosiator diharapkan dapat memiliki kemampuan negosiasi yang baik, sehingga suatu aksi massa tidak berakhir dengan anarkis. Negosiator Polri memiliki peran penting untuk mencari solusi terhadap pelaksanaan unjuk rasa, sehingga unjuk rasa tidak meluas dan berubah menjadi tindakan anarkis. Kadangkala negosiator hadir di lapangan dalam pelaksanaan unjuk rasa, dan inipun sifatnya mendadak karena kerawanan unjuk rasa sudah mulai meningkat. Kehadiran negosiator yang mendadak inipun tidak memiliki kemampuan dalam bernegosiasi maupun kemampuan dalam berbicara, negosiator lebih terkesan sebagai orang yang ingin dihargai, arogan dan berbicarapun tidak mencerminkan kesantunan, sehingga hal ini jelas tidak dapat menurunkan eskalasi kerawanan, dan bahkan sama sekali tidak memberikan kontribusi yang positif untuk mencari solusinya. Pemberdayaan Polwan sebagai pelaksanaan negosiasi akan terasa pengaruhnya, keberadaan negosiator tersebut akan dapat diterima oleh massa pengunjuk rasa dan pelaksanaan dialog dimungkinkan tidak membosankan, sehingga akan dicapai winwin solution yang merupakan keberhasilan dari negosiator. Namun berbagai bentuk kegagalan dalam negosiasi masih saja terjadi dan menyebabkan terjadinya bentrokan antara polisi dan demonstran. Fakta yang menunjukkan kurangnya kemampuan dalam negosiasi terjadi pada bentrokan polisi dengan mahasiswa yang tak dapat dihindarkan saat demo menolak kenaikan harga BBM. Upaya Polri menerjunkan Polisi Wanita (Polwan) sebagai negosiator ternyata tidak berhasil. Hal tersebut sebagai bukti ketidakmampuan anggota Polri dalam melakukan negosiasi, sehingga demonstrasi berakhir dengan ricuh. Aksi saling lempar batu antara Polisi dan demonstran tidak terhindar, seperti yang terjadi pada saat demo kenaikan BBM (Lia, 2012). 184

4 Berdasarkan analisis terhadap hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap tiga orang Polwan yang menjadi negosiator, diketahui bahwa Polwan masih mengalami kesulitan saat melakukan negosiasi dengan para demonstran. Polwan yang bertugas sebagai negosiator merasa sulit sekali untuk mencapai kesepakatan dengan para demonstran. Demonstrasi yang berlangsung dengan keras dan diwarnai dengan berbagai tuntutan dari demonstran, memengaruhi proses negosiasi yang berlangsung, sehingga negosiasi terpaksa tidak dapat mencapai mufakat dan berakhir dengan aksi dorong hingga aksi anarkis yang melibatkan Polri dan demonstran. Kemampuan negosiasi dipengaruhi oleh faktor emosi individu (Yasin, 2003: 170). Ketenangan yang dimiliki negosiator akan dapat memberikan kesempatan kepada dua pihak untuk berpikir tentang apa yang sedang dipikirkan oleh seorang negosiator (Liliweri, 2006: 349). Kemampuan dalam regulasi emosi diharapkan dapat menjadikan negosiator mampu memilih strategi yang konkret dan berpikir bagaimana mengatasi permasalahan yang sedang terjadi. Transformasi untuk mengurangi ekspresi perasaan negatif primer menuju pemahaman terhadap diri sendiri dan orang lain secara lebih baik akan dapat mengurangi permusuhan, meningkatkan asertifitas dan kepercayaan diri, meningkatkan kesehatan fisik dan fungsi fisiologis. Tranformasi untuk mengelola emosi ini disebut dengan regulasi emosi atau pengelolaan emosi. Analisis terhadap hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap tiga orang Polwan yang menjadi negosiator juga menunjukkan bahwa Polwan negosiator mampu mengelola dorongan yang muncul ketika memiliki keinginan untuk melakukan tindakan anarkis saat demonstran mencoba memancing amarahnya. Polwan negosiator mampu menahan diri untuk tidak mengikutinya. Polwan negosiator juga mengaku mendapatkan pelatihan penanganan massa yang membantu dalam mengelola emosi, sehingga tetap tenang meskipun situasi demonstrasi berubah menjadi tidak terkendali. Hasil penelitian yang dilakukan Gross dan Barrett (2011: 13) menunjukkan bahwa emosi yang dipahami sebagai tindakan (atau disposisi terhadap tindakan) dengan fungsi tersendiri. Generasi emosi dan regulasi mendukung perilaku, karena emosi dianggap sebagai konstruksi sosial yang berfungsi untuk mengatur atau membentuk perasaan dan perilaku individu dalam konteks sosial tertentu. Lebih lanjut dijelaskan oleh Safari dan Saputra (2009: 18) bahwa individu semakin memiliki kemampuan dalam memahami, membedakan dan menamakan emosi, maka semakin terhindar individu dari sifat cemas dan kalut. Kemampuan regulasi emosi juga berpengaruh terhadap pembentukan sifat keterbukaan (openess) dan sifat mengikuti kata 185

5 hati (conscientiousness) serta berkaitan dengan coping yang lebih aktif, terencana dan konstruktif. Regulasi emosi atau kemampuan dalam mengelola emosi pada negosiator Polri khususnya Polwan akan dapat menghindarkan anggota dari adanya tindakan-tindakan yang berada di luar ketentuan, sehingga tetap dapat berupaya agar demonstrasi berjalan dengan lancar dan dapat teratasi tanpa harus menggunakan tindakan-tindakan kekerasan. Kemampuan menjadi negosiator dalam menghadapi massa yang berunjuk rasa Luecke dan James (2009: 1) menyatakan bahwa negosiasi adalah sarana mengatasi perbedaan antara beberapa individu ketika penyelesaian yang telah ditetapkan tidak bisa dijalankan. Webb, Maughan dan Maudhan (2011: 149) menyatakan bahwa negosiasi adalah suatu proses di mana terdapat dua pihak atau lebih berusaha mencari solusi atas permasalahan atau sengketa hingga terselesaikan secara memuaskan. Lebih lanjut Lewicki, Barry, dan Saunders (2012: 3) menyatakan bahwa negosiasi terjadi untuk beberapa alasan, antara lain menyetujui bagaimana cara membagi sebuah sumber terbatas, menciptakan sesuatu yang baru dimana kedua belah pihak akan melakukannya dengan cara mereka sendiri, atau dilakukan untuk menyelesaikan masalah atau perselisihan antara kedua belah pihak. Negosiator memiliki peran yang cukup penting dalam mengantisipasi jalannya unjuk rasa, sehingga pemilihan seseorang untuk menjadi negosiator akan sangat berperan dalam pelaksanaan di lapangan. Peran negosiator sangat menentukan baik buruknya pelaksanaan unjuk rasa, sehingga negosiator diharapkan akan mampu untuk meredam massa unjuk rasa maupun pasukan Dalmas untuk tidak terpancing emosi yang disebabkan massa pengunjuk rasa yang sengaja memancing emosi pasukan. Negosiator memiliki peran yang cukup penting dalam mengantisipasi jalannya unjuk rasa, sehingga pemilihan seseorang untuk menjadi negosiator akan sangat berperan dalam pelaksanaan dilapangan. Pengamanan unjuk rasa dilakukan oleh berbagai fungsi dalam Kepolisian, salah satunya adalah anggota negosiator Dit Sabhara. Negosiator dalam aksi unjuk rasa bertugas melakukan aksi negosiasi dengan pengunjuk rasa, serta memfasilitasi pengunjuk rasa untuk menunjuk perwakilan apabila ada keinginan untuk menemui atau tatap muka dengan sasaran atau tokoh yang akan dituju (Mabes Polri, 2010). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, Bab I Pasal 1 menyatakan bahwa unjuk rasa atau demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum. Penyampaian pendapat di muka umum 186

6 dilaksanakan di tempat-tempat terbuka, kecuali di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah, instalasi militer, rumah sakit, pelabuhan udara atau laut, stasiun kereta api, terminal angkutan darat, dan objek-objek vital nasional. Penyampaian pendapat di muka umum juga tidak boleh dilakukan pada hari besar nasional. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan bahwa kemampuan negosiasi dalam menghadapi massa yang berunjuk rasa adalah sarana mengatasi perbedaan antara beberapa individu ketika penyelesaian yang telah ditetapkan tidak bisa dijalankan dengan berbagai cara/alternatif, sehingga aksi massa tidak semakin meluas dan berubah manjadi tindakan anarkis. Webb, dkk (2011: 150) menyatakan bahwa terdapat beberapa karakteristik negosiator yang efektif, yaitu: a. Menganalisis masalah, fakta-fakta dan tujuan dari masing-masing pihak. b. Mendengarkan, mencari informasi, dan memberikan informasi c. Memengaruhi pihak lain agar tujuan dalam negosiasi diterima d. Mengenali kapan harus mengakui dan ketika Anda diam e. Mengenali kapan harus melanjutkan negosiasi f. Berpikir kreatif g. Meninjau pengalaman bernegosiasi Lewicki, dkk (2012: 88) menyatakan bahwa seorang negosiator yang baik harus berhasil meneladani beberapa karakteristik atau sifat-sifat, sebagai berikut: a. Kejujuran dan integritas Negosiasi berbasis kepentingan memerlukan tingkat kepercayaan di antara kedua pihak. b. Mentalitas berkecukupan Seorang negosiator dengan mentalitas berkecukupan mengetahui bahwa membuat konsesi membantu membangun hubungan jangka panjang. c. Kedewasaan Kedewasaan adalah memiliki keberanian utnuk memperjuangkan kepentingan dan nilai-nilai individu sekaligus mampu mengakui bahwa kepentingan dan nilainilai orang lain juga sama pentingnya. d. Orientasi sistem Para pemikir sistem akan melihat dengan cara-cara yang memandang bahwa keseluruhan sistem dapat dioptimalkan dan bukan berfokus pada mengurangi optimasi komponen-komponen di dalam sistem. e. Kemampuan mendengar yang unggul Sembilan puluh persen dari komunikasi bukanlah kata-kata seseorang, tetapi pada keseluruhan konteks komunikasi, termasuk ekspresi, bahasa tubuh, dan tanda-tanda lain. Pendengar yang efektif juga mengharuskan seseorang hanya 187

7 mendengarkan berdasarkan bingkai pemikiran pribadi. Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil simpulan bahwa karakteristik negosiator yang baik adalah kejujuran dan integritas, mentalitas berkecukupan, kedewasaan, orientasi sistem, kemampuan mendengar yang unggul, merasa nyaman tentang diri sendiri, mampu memenuhi berbagai tuntutan hidup, keinginan untuk menggali lebih banyak informasi, kesabaran untuk bertahan lebih lama dari negosiator lawan, serta kemampuan menganalisa masalah. Metode Penelitian Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah Polwan negosiator Polda Jateng yang berjumlah 45 orang, 15,15,15. Penelitian ini menggunakan semua subjek yang sesuai dengan karakteristik pada populasi. Penelitian ini menggunakan Skala Kemampuan Negosiasi. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil data penelitian yang diperoleh, variabel kemampuan negosiasi diperoleh Mean Empirik sebesar 170,59, Mean Hipotetiknya sebesar 142,5 dan Standar Deviasi Hipotetiknya sebesar 28,5. Mean Empiriknya variabel Kemampuan negosiasi pada area (+)1SD dari Mean Hipotetiknya. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan negosiasi pada kategori sedang. Hal ini berarti bahwa Polwan negosiator Polda Jateng cukup dapat menunjukkan kemampuan dalam mencari solusi atas permasalahan atau sengketa hingga terselesaikan secara memuaskan. Penugasan Polwan dalam penanganan unjuk rasa diharapkan dapat mencegah konflik yang destruktif dan mendorong penghentian konflik secara konstruktif. Keterlambatan dalam menyelesaikan konflik yang disebabkan karena penundaan waktu berpengaruh terhadap penundaan solusi, yang berarti memberikan peluang bagi makin terbukanya konflik antara dua pihak (Liliweri, 2006: 355). Banyak cara untuk menyelesaikan konflik dalam suatu aksi massa, diantaranya dengan melakukan negosiasi. Negosiasi sudah ada sejak zaman dahulu dan merupakan bagian dari aktivitas manusia yang sudah lazim dilakukan dalam berbagai hal. Negosiasi merupakan sebuah proses yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang pada mulanya memiliki pemikiran berbeda hingga akhirnya mencapai kesepakatan. Proses negosiasi akan memberi pandangan yang lebih jelas mengenai apa yang diinginkan dan bagaimana cara mencapainya (Jackman, 2005: 8-9). Berawal dari kerjasama yang dilakukan segala tuntutan/keinginan, aspirasi dan opini masing-masing pihak dapat diarahkan demi tercapainya situasi konformitas secara optimal, selanjutnya diperoleh manfaat semaksimal mungkin dengan faktor risiko seminimal mungkin (Jackman, 2005: 68). Anggota Polri yang berperan sebagai negosiator diharapkan dapat memiliki 188

8 kemampuan negosiasi yang baik, sehingga suatu aksi massa tidak berakhir dengan anarkis. Negosiator Polri memiliki peran penting untuk mencari solusi terhadap pelaksanaan unjuk rasa, sehingga unjuk rasa tidak meluas dan berubah menjadi tindakan anarkis. Kadangkala negosiator hadir di lapangan dalam pelaksanaan unjuk rasa, dan inipun sifatnya mendadak karena kerawanan unjuk rasa sudah mulai meningkat. Kehadiran negosiator yang mendadak inipun tidak memiliki kemampuan dalam bernegosiasi maupun kemampuan dalam berbicara, negosiator lebih terkesan sebagai orang yang ingin dihargai, arogan dan berbicarapun tidak mencerminkan kesantunan, sehingga hal ini jelas tidak dapat menurunkan eskalasi kerawanan, dan bahkan sama sekali tidak memberikan kontribusi yang positif untuk mencari solusinya. Pemberdayaan Polwan sebagai pelaksanaan negosiasi akan terasa pengaruhnya, keberadaan negosiator tersebut akan dapat diterima oleh massa pengunjuk rasa dan pelaksanaan dialog dimungkinkan tidak membosankan, sehingga akan dicapai win-win solution yang merupakan keberhasilan dari negosiator. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa kemampuan negosiasi pada kategori sedang. Daftar Pustaka Gross, J. J., dan Barrett, L. F Emotion Generation and Emotion Regulation: One or Two Depends on Your Point of View. International Society for Research on Emotion. Vol. 3. No. 1. Hal %20Barrett%20Emotion%20Review. Diakses pada tanggal 19 November Jackman, A How to Negotiate. Alih Bahasa: Chefira Inda. Jakarta: Erlangga. Lia Kemana Polwan Cantik Saat Demo Rusuh. (Minggu, 15 April 2012). Liliweri, A Prasangka dan Konflik. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta. Luecke, R. A., dan James, G. P Better Negosiator: Cara Lihai Menjadi Negosiator Ulung. Yogyakarta: Locus. Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Pengendalian dan Cara Bertindak terhadap Aksi Unjuk Rasa.Jakarta: Mabes Polri. Safari, N., dan Saputra, T Manajemen Emosi : Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Yasin, N Mengenal Klaim Konstruksi dan Penyelesaian Sengketa Konstruksi. Jakarta: PT. Gramedia. Webb, J., Maughan, C., dan Maughan, M Lawyers Skill. United State: Oxford University Press. LD_c8C&printsec=frontcover&dq=Lawyer s%e2%80%99+skill&hl=id&sa=x&ei=ti KrUKDoFNDJrAeU2YCYDA&ved=0CE MQ6AEwCQ#v=onepage&q=Lawyers%E 2%80%99%20Skill&f=false. Diakses pada tanggal 19 November

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang a. bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan orang yang melaksanakan hak-haknya, misalnya hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan orang yang melaksanakan hak-haknya, misalnya hak untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Polisi adalah aparat penegak hukum yang memiliki tugas dalam menjaga ketertiban masyarakat dan berperan sebagai penjaga keseimbangan antara kepentingan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kekuatan mutlak untuk mempertahankan sebuah negara adalah kekuatan militer, Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) merupakan bagian dari birokrasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. HASIL WAWANCARA DENGAN KOMPOL R. SITUMORANG, KASI. OPS. LAT. DIT. SAMAPTA POLDASU

LAMPIRAN 1. HASIL WAWANCARA DENGAN KOMPOL R. SITUMORANG, KASI. OPS. LAT. DIT. SAMAPTA POLDASU LAMPIRAN 1. HASIL WAWANCARA DENGAN KOMPOL R. SITUMORANG, KASI. OPS. LAT. DIT. SAMAPTA POLDASU Pertanyaan : Apa sebenarnya faktor faktor penyebab terjadinya kerusuhan pada waktu melakukan demonstrasi? Jawaban

Lebih terperinci

FAQ HAK BURUH MELAKUKAN AKSI DEMONSTRASI 1

FAQ HAK BURUH MELAKUKAN AKSI DEMONSTRASI 1 FAQ HAK BURUH MELAKUKAN AKSI DEMONSTRASI 1 1. Apa itu Demonstrasi? Pasal 1 ayat 3 UU No 9 tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Dimuka Umum. Unjuk rasa atau Demonstrasi adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

FAQ HAK PEKERJA MELAKUKAN AKSI UNJUK RASA 1

FAQ HAK PEKERJA MELAKUKAN AKSI UNJUK RASA 1 FAQ HAK PEKERJA MELAKUKAN AKSI UNJUK RASA 1 1. Apa itu unjuk rasa? 2. Apakah seorang Pekerja boleh melakukan aksi demonstrasi? Pasal 102 ayat (2) UU Ketenagakerjaan menyatakan : Dalam melaksanakan hubungan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum adalah

Lebih terperinci

PERILAKU KOPING ANGGOTA SAMAPTA POLRI KETIKA MENGHADAPI KERUSUHAN MASSA

PERILAKU KOPING ANGGOTA SAMAPTA POLRI KETIKA MENGHADAPI KERUSUHAN MASSA PERILAKU KOPING ANGGOTA SAMAPTA POLRI KETIKA MENGHADAPI KERUSUHAN MASSA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Fakultas Psikologi Disusun Oleh : CAHYA NINDHAYATI

Lebih terperinci

PENGENDALIAN DAN CARA BERTINDAK TERHADAP AKSI UNJUK RASA

PENGENDALIAN DAN CARA BERTINDAK TERHADAP AKSI UNJUK RASA MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA S D E O P S PENGENDALIAN DAN CARA BERTINDAK TERHADAP AKSI UNJUK RASA 1. REFERENSI : a. UU No. 2 tahun 2002 tentang Polri. b. UU No. 9 tahun 1998 tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia saat ini telah memasuki era reformasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia saat ini telah memasuki era reformasi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia saat ini telah memasuki era reformasi yang memungkinkan masyarakat memiliki kebebasan untuk dapat menyampaikan aspirasinya tanpa perlu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENGAWASAN KEGIATAN KERAMAIAN UMUM, KEGIATAN MASYARAKAT LAINNYA, DAN PEMBERITAHUAN KEGIATAN POLITIK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

NASKAH SEMENTARA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PENGENDALIAN MASSA SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN

NASKAH SEMENTARA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PENGENDALIAN MASSA SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA BARAT Jalan Telaga Baru - Taliwang 84355 NASKAH SEMENTARA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PENGENDALIAN MASSA SAT SABHARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan salah satu lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) merupakan salah satu lembaga Negara yang ada di Negara Republik Indonesia yang dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian

Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA APEL GELAR PASUKAN DALAM RANGKA OPERASI LILIN 2014 TANGGAL 23 DESEMBER 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian Yang Saya

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PENERBITAN SURAT IJIN, PEMBERITAHUAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PENERBITAN SURAT IJIN, PEMBERITAHUAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH JAWA TENGAH RESOR KENDAL STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PENERBITAN SURAT IJIN, PEMBERITAHUAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DIMUKA UMUM

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN I998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN I998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN I998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Polisi Republik Indonesia (POLRI) merupakan alat negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Polisi Republik Indonesia (POLRI) merupakan alat negara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Polisi Republik Indonesia (POLRI) merupakan alat negara yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan keamanan dalam negeri, termasuk di dalamnya mengemban

Lebih terperinci

Wahyu Hidayat Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

Wahyu Hidayat Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Kinerja ditinjau dari Strategi Coping pada Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Direktorat Pembinaan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Tengah (Performance in terms of Coping Strategy on Members

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK Hsl rpt tgl 24 Maret 2009 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK DALAM PENANGGULANGAN HURU-HARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 9 Tahun Tentang. Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 9 Tahun Tentang. Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik Indonesia Menimbang:

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PENERBITAN SURAT IJIN, PEMBERITAHUAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN PENYAMPAIAN PENDAPAT DIMUKA UMUM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PENERBITAN SURAT IJIN, PEMBERITAHUAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN PENYAMPAIAN PENDAPAT DIMUKA UMUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TENGAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN PENERBITAN SURAT IJIN, PEMBERITAHUAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN PENYAMPAIAN PENDAPAT

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

KETERAMPILAN NEGOSIASI

KETERAMPILAN NEGOSIASI MODUL 04 KETERAMPILAN NEGOSIASI 10 JP ( 450 menit) Pengantar Modul keterampilan negosiasi dibahas dengan tujuan agar peserta pelatihan memahami dan terampil melakukan negosiasi. Standar Kompetensi Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya. Hubungan Persepsi..., Adnan, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jakarta Raya. Hubungan Persepsi..., Adnan, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah salah satu organisasi pemerintahan yang berfungsi untuk menjaga keamanan serta ketertiban ditengah masyarakat disamping

Lebih terperinci

PROFESIONALISME KERJA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL PADA ANGGOTA SAMAPTA POLRI SKRIPSI. Diajukan oleh : EVA TRI AGUSTINA F.

PROFESIONALISME KERJA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL PADA ANGGOTA SAMAPTA POLRI SKRIPSI. Diajukan oleh : EVA TRI AGUSTINA F. PROFESIONALISME KERJA DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL PADA ANGGOTA SAMAPTA POLRI SKRIPSI Diajukan oleh : EVA TRI AGUSTINA F. 100060161 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 BAB

Lebih terperinci

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK Resolusi dan Alternatif Resolusi Konflik (1) Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto 1 Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu menentukan alternatif resolusi konflik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.453, 2013 KEPOLISIAN. Tunjangan Khusus. Wilayah Terluar. Perbatasan. Kriteria. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KRITERIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN TUGAS PENGAMANAN KEGIATAN UNJUK RASA DARI KELOMPOK BADAN PENYELAMAT PEMERINTAH ACEH (BPPA ) DI KANTOR DPRA KOTA BANDA ACEH

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN TUGAS PENGAMANAN KEGIATAN UNJUK RASA DARI KELOMPOK BADAN PENYELAMAT PEMERINTAH ACEH (BPPA ) DI KANTOR DPRA KOTA BANDA ACEH KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK NDONESIA DAERAH ACEH DIREKTORAT SABHARA LAPORAN HASIL PELAKSANAAN TUGAS PENGAMANAN KEGIATAN UNJUK RASA DARI KELOMPOK BADAN PENYELAMAT PEMERINTAH ACEH (BPPA ) DI KANTOR DPRA KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

Jakarta, 18 Januari 2007

Jakarta, 18 Januari 2007 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR PERATURAN KAPOLRI NO. POL.: 2 TAHUN 2007 TENTANG DUKUNGAN PSIKOLOGI DALAM POLA PENGASUHAN SISWA BINTARA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG KERETA API PT KCMTA AP> «OONCAA (KMCftO ) NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK.223/IV/6/KA-2013 NOMOR : B / 13 / IV / 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENGAMANAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, MANTAN PRESIDEN DAN MANTAN WAKIL PRESIDEN BESERTA KELUARGANYA SERTA TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari Sabang hingga ke Merauke. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari Sabang hingga ke Merauke. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa besar yang bersifat majemuk dan heterogen, yaitu terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang tersebar mulai

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENILAIAN KINERJA BAGI PEGAWAI NEGERI PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN SISTEM MANAJEMEN KINERJA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA HASIL FINAL 26 Mei 2011 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI WILAYAH DUSUN BUNCIT DESA LEMBAR SELATAN KEC. LEMBAR KAB. LOMBOK BARAT TANGGAL 29 SEPTEMBER 2016

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI WILAYAH DUSUN BUNCIT DESA LEMBAR SELATAN KEC. LEMBAR KAB. LOMBOK BARAT TANGGAL 29 SEPTEMBER 2016 KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI WILAYAH DUSUN BUNCIT DESA LEMBAR SELATAN KEC. LEMBAR KAB. LOMBOK BARAT TANGGAL 29 SEPTEMBER 2016

Lebih terperinci

BUKU AJAR (BAHAN AJAR) HAK MENYATAKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM SECARA BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB. Oleh : I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH

BUKU AJAR (BAHAN AJAR) HAK MENYATAKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM SECARA BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB. Oleh : I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH BUKU AJAR (BAHAN AJAR) HAK MENYATAKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM SECARA BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB Oleh : I Gede Pasek Eka Wisanjaya SH, MH FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA 2013 HAK MENYATAKAN PENDAPAT DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia meliputi: Hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia meliputi: Hak untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Konsep hak asasi manusia bukanlah hal yang baru terdengar dewasa ini, namun seakan mendapatkan perhatian yang lebih intens ketika Indonesia memasuki era reformasi. Pernyataan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN EMOSI PADA ANGGOTA SABHARA (SAMAPTA BHAYANGKARA) DALAM MENANGANI UNJUK RASA NASKAH PUBLIKASI

PENGELOLAAN EMOSI PADA ANGGOTA SABHARA (SAMAPTA BHAYANGKARA) DALAM MENANGANI UNJUK RASA NASKAH PUBLIKASI PENGELOLAAN EMOSI PADA ANGGOTA SABHARA (SAMAPTA BHAYANGKARA) DALAM MENANGANI UNJUK RASA NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Ari Nugroho Irianto F. 100 070 068 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

_ Nomor : Bl r74 I X I 2011 / Res Mimika Timika,$t Aktober Perihal :HIMBAUAN. 1. Rujukan;

_ Nomor : Bl r74 I X I 2011 / Res Mimika Timika,$t Aktober Perihal :HIMBAUAN. 1. Rujukan; 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH PAPUA RESOR MIMIKA Jl. Aqimuqa No. 03 Timika 99910 _ Nomor : Bl r74 I X I 2011 / Res Mimika Timika,$t Aktober 201 1 Klasifikasi :B la S A Lampiran :- Perihal

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN Jalan Imam Bonjol 37 Pariaman 25519 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN Pariaman, 02 Januari 2012 2 KEPOLISIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG PENILAIAN KINERJA BAGI PEGAWAI NEGERI PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN SISTEM MANAJEMEN KINERJA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO.POL. : 1 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN TINDAKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PENEGAKAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENGAMANAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, MANTAN PRESIDEN DAN MANTAN WAKIL PRESIDEN BESERTA KELUARGANYA SERTA TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN ISU KEBEBASAN BERAGAMA

KEBIJAKAN KEPOLISIAN DALAM PENANGGULANGAN ISU KEBEBASAN BERAGAMA SEMINAR Peran Polisi, Masyarakat dan Tokoh Agama dalam Penanggulangan Isu Keamanan: Studi Kasus Kekerasan Bernuansa Keagamaan Jogjakarta Plaza Hotel, 23 September 2013 MAKALAH KEBIJAKAN KEPOLISIAN DALAM

Lebih terperinci

PEDOMAN TINDAKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PENEGAKAN HUKUM DAN KETERTIBAN DALAM PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PEDOMAN TINDAKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PENEGAKAN HUKUM DAN KETERTIBAN DALAM PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PEDOMAN TINDAKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PENEGAKAN HUKUM DAN KETERTIBAN DALAM PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL 1 2 - Pedoman Tindakan Kepolisian Negara RI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

TEKNIK DAN TAKTIK NEGOSIASI

TEKNIK DAN TAKTIK NEGOSIASI MODUL 03 TEKNIK DAN TAKTIK NEGOSIASI 29 JP ( 1305 menit) Pengantar Modul teknik dan taktik negosiasi dibahas dengan tujuan agar peserta pelatihan memahami dan terampil menerapkan teknik dan taktik negosiasi.

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI PANTAI INDUK DESA TAMAN AYU KAB. LOMBOK BARAT BULAN MARET 2016

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI PANTAI INDUK DESA TAMAN AYU KAB. LOMBOK BARAT BULAN MARET 2016 KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI PANTAI INDUK DESA TAMAN AYU KAB. LOMBOK BARAT BULAN MARET 2016 Lembar, 26 Maret 2016 KEPOLISIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PENANGANAN UNJUK RASA OLEH ANGGOTA UNIT DALMAS SATSABHARA POLRESTABES SEMARANG

TINJAUAN HUKUM PENANGANAN UNJUK RASA OLEH ANGGOTA UNIT DALMAS SATSABHARA POLRESTABES SEMARANG TINJAUAN HUKUM PENANGANAN UNJUK RASA OLEH ANGGOTA UNIT DALMAS SATSABHARA POLRESTABES SEMARANG PENULISAN HUKUM Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna menyelesaikan program

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK Hsl rpt tgl 24 Maret 2009 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK DALAM PENANGGULANGAN HURU-HARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) tentang SISTEM PENGAMANAN KANTOR KPUD LOMBOK BARAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) tentang SISTEM PENGAMANAN KANTOR KPUD LOMBOK BARAT KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT LOMBOK BARAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) tentang SISTEM PENGAMANAN KANTOR KPUD LOMBOK BARAT Gerung, Januari 2017 - 2 - KEPOLISIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beranjak dewasa. Selain tugas-tugas akademis yang dikerjakan, mahasiswa juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beranjak dewasa. Selain tugas-tugas akademis yang dikerjakan, mahasiswa juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa memiliki tugas yang beragam meliputi tugas-tugas kehidupannya yaitu sebagai seorang remaja ataupun seseorang yang sedang beranjak dewasa. Selain tugas-tugas

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA HASIL FINAL 26 Mei 2011 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

JURNAL KEBIJAKAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI AKSI DEMONSTRAN YANG BERTINDAK ANARKIS. Diajukan oleh: Meita Sinaga NPM :

JURNAL KEBIJAKAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI AKSI DEMONSTRAN YANG BERTINDAK ANARKIS. Diajukan oleh: Meita Sinaga NPM : JURNAL KEBIJAKAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI AKSI DEMONSTRAN YANG BERTINDAK ANARKIS Diajukan oleh: Meita Sinaga NPM : 11 05 10626 Program Studi Program Kekhususan : Ilmu Hukum : Peradilan Dan Penyelesaian

Lebih terperinci

Kamar Kecil. Merokok. Agenda. Telepon selular

Kamar Kecil. Merokok. Agenda. Telepon selular 1 Kamar Kecil Merokok Agenda Telepon selular 2 Menjelaskan manfaat dari negosiasi yang efektif. Menjelaskan lima tahap negosiasi. Menekankan persiapan dan negosiasi berbasiskepentingan Menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

UPAYA POLRES JAYAPURA KOTA DALAM MENANGANI DEMONSTRASI ANARKIS DI KOTA JAYAPURA

UPAYA POLRES JAYAPURA KOTA DALAM MENANGANI DEMONSTRASI ANARKIS DI KOTA JAYAPURA Upaya Polres Jayapura Kota Dalam.. Muslim UPAYA POLRES JAYAPURA KOTA DALAM MENANGANI DEMONSTRASI ANARKIS DI KOTA JAYAPURA Muslim, SH.,MHum 1 Abstrak : Upaya yang dilakukan Polres Jayapura Kota dalam menangani

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Sub Dit Dalmas Sat Sabhara Polda Metro Jaya

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Sub Dit Dalmas Sat Sabhara Polda Metro Jaya BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Sub Dit Dalmas Sat Sabhara Polda Metro Jaya Sub Dit Dalmas Sat Sabhara Polda Metro Jaya adalah bagian dari keanggotaan kepolisian Sub Direktorat Pengendalian Massa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH)

SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH) KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015 tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH) 1; Rujukan: a; Kitab Undang-Undang Hukum Pidana; b; Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan dari adanya Kepolisian Republik Indonesia adalah untuk melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat dalam berbagai lini kehidupan masyarakat. Selain

Lebih terperinci

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang

2012, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Penang LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2012 SOSIAL. Stabilitas Nasional. Konflik. Penanganan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5315) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

TINDAKAN KEPOLISIAN TERHADAP MASSA YANG ANARKIS PADA SAAT UNJUK RASA DI MUKA UMUM. (Studi Unjuk Rasa di Wilayah Hukum Polresta Padang) JURNAL.

TINDAKAN KEPOLISIAN TERHADAP MASSA YANG ANARKIS PADA SAAT UNJUK RASA DI MUKA UMUM. (Studi Unjuk Rasa di Wilayah Hukum Polresta Padang) JURNAL. TINDAKAN KEPOLISIAN TERHADAP MASSA YANG ANARKIS PADA SAAT UNJUK RASA DI MUKA UMUM (Studi Unjuk Rasa di Wilayah Hukum Polresta Padang) JURNAL Oleh : JAMALDI NPM: 0810005600154 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI DESA GUNUNG MALANG KEC. PRINGGABAYA LOMBOK TIMUR TANGGAL 28 JANUARI 2016

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI DESA GUNUNG MALANG KEC. PRINGGABAYA LOMBOK TIMUR TANGGAL 28 JANUARI 2016 KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT KEPOLISIAN PERAIRAN LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN POLMAS DI DESA GUNUNG MALANG KEC. PRINGGABAYA LOMBOK TIMUR TANGGAL 28 JANUARI 2016 Lembar, 28 Januari 2016

Lebih terperinci

SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS. Oleh: Nia Agustiningsih

SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS. Oleh: Nia Agustiningsih SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS Oleh: Nia Agustiningsih BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berbagai masalah ekonomi yang terjadi menjadi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan bernegara, aspek pertahanan merupakan faktor yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut. Tanpa mampu mempertahankan diri terhadap

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk terwujudnya tujuan nasional negara

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI PELAKSANAAN TUGAS PENJAGAAN SUBDIT GASUM DITSABHARA POLDA NTB BULAN FEBRUARI 2017

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI PELAKSANAAN TUGAS PENJAGAAN SUBDIT GASUM DITSABHARA POLDA NTB BULAN FEBRUARI 2017 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT SABHARA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI PELAKSANAAN TUGAS PENJAGAAN SUBDIT GASUM DITSABHARA POLDA NTB BULAN FEBRUARI 2017 I. PENDAHULUAN.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998, Polri sebagai salah satu organ pemerintahan dan alat negara penegak hukum mengalami beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat yang dapat. mengenai pembegalan yang meresahkan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan terjadinya kesenjangan sosial di masyarakat yang dapat. mengenai pembegalan yang meresahkan masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini dengan semakin bertambahnya penduduk, berkembangnya teknologi, bertambahnya sarana/prasarana dan perkembangan ekonomi di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dinamika kegiatan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dinamika kegiatan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan era globalisasi, Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah daerah dilatarbelakangi oleh berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan Penduduk,

Lebih terperinci

Negosiasi Bisnis. Minggu-11: Agen, Konstituen, dan Khalayak. By: Dra. Ai Lili Yuliati, MM, Mobail: ,

Negosiasi Bisnis. Minggu-11: Agen, Konstituen, dan Khalayak. By: Dra. Ai Lili Yuliati, MM, Mobail: , Negosiasi Bisnis Minggu-11: Agen, Konstituen, dan Khalayak By: Dra. Ai Lili Yuliati, MM, Mobail: 08122035131, Email: ailili1955@gmail.co.id Jumlah Pihak Dalam Negosiasi Negosiasi antar dua orang negosiator.

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN PELAYANAN, PENGAMANAN, DAN PENANGANAN PERKARA PENYAMPAIAN PENDAPAT DI MUKA UMUM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MOU SAT BINMAS POLRES SUMBAWA DENGAN DINAS PENDIDIKAN NASIONAL SDN 06 SUMBAWA

MOU SAT BINMAS POLRES SUMBAWA DENGAN DINAS PENDIDIKAN NASIONAL SDN 06 SUMBAWA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR SUMBAWA MOU SAT BINMAS POLRES SUMBAWA DENGAN DINAS PENDIDIKAN NASIONAL SDN 06 SUMBAWA Sumbawa, Agustus 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA I. UMUM Bahwa hak asasi manusia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945, Deklarasi Universal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang menjujung nilai-nilai demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang menjujung nilai-nilai demokrasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang menjujung nilai-nilai demokrasi. Setelah terjadinya reformasi, sistem demokrasi menjadi pilihan yang dirasa cocok dengan kondisi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

NEGOSIASI BISNIS DALAM PERSAINGAN GLOBAL

NEGOSIASI BISNIS DALAM PERSAINGAN GLOBAL Majalah Bisnis dan Iptek Lasmaya, Vol.7, Negosiasi No. 1, April Bisnis 2014, Dalam 13-17 Persaingan 2014 NEGOSIASI BISNIS DALAM PERSAINGAN GLOBAL S. Mia Lasmaya STIE Pasundan Bandung Email: mia@stiepas.ac.id

Lebih terperinci

Hubungan Industrial. Pemogokan dan Penutupan Perusahaan serta Tindakan Pengusaha dan Pekerja dalam Upaya Pencegahannya. Rizky Dwi Pradana, M.

Hubungan Industrial. Pemogokan dan Penutupan Perusahaan serta Tindakan Pengusaha dan Pekerja dalam Upaya Pencegahannya. Rizky Dwi Pradana, M. Modul ke: Hubungan Industrial Pemogokan dan Penutupan Perusahaan serta Tindakan Pengusaha dan Pekerja dalam Upaya Pencegahannya. Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Rizky Dwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. Berdasarkan pada berbagai pemberitaan di media, khususnya media televisi, setiap pemberitaan yang berkaitan dengan serangkaian kegiatan penertiban selalu

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDURE ( SOP ) PENGGALANGAN

STANDART OPERASIONAL PROSEDURE ( SOP ) PENGGALANGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT INTELKAM STANDART OPERASIONAL PROSEDURE ( SOP ) PENGGALANGAN I. PENDAHULUAN 1. Umum : a. Dalam rangka prelaksanaan tugas pokok

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MANAJEMEN EMOSI PADA NARAPIDANA. Kuntoro

KEMAMPUAN MANAJEMEN EMOSI PADA NARAPIDANA. Kuntoro KEMAMPUAN MANAJEMEN EMOSI PADA NARAPIDANA Kuntoro FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEMARANG ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi kemampuan manajemen emosi pada narapidana di Lapas

Lebih terperinci

akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang

akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga kini belum ada upaya kongkrit untuk mengatasi tawuran pelajar di Kota Yogya, akibatnya fenomena seperti ini menjadi hal yang berdampak sistemik. Tawuran pelajar yang

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWALAN

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWALAN PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWALAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG Draft Final 10-12-2009 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN EKSTERNAL PENERIMAAN CALON ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Data yang diperoleh selama penelitian berlangsung, sebelum dianalisis lebih lanjut terlebih dahulu dilakukan uji asumsi dengan tujuan untuk mengetahui apakah data

Lebih terperinci

A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan

A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan A. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan Litigasi atau jalur pengadilan merupakan suatu proses gugatan atas suatu konflik yang diritualisasikan yang menggantikan konflik sesungguhnya, dimana para pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asasi manusia dijamin oleh UUD 1945 dan Deklarasi Universal Hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. Asasi manusia dijamin oleh UUD 1945 dan Deklarasi Universal Hak-hak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum adalah Hak Asasi manusia dijamin oleh UUD 1945 dan Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia. Kemerdekaan setiap

Lebih terperinci

RAHASIA. INFORMASI KHUSUS Tanggal 15 Januari 2017

RAHASIA. INFORMASI KHUSUS Tanggal 15 Januari 2017 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KALIMANTAN TIMUR DIREKTORAT INTELIJEN KEAMANAN Nomor : R / Infosus / 04 / I / 2017 / DIK INFORMASI KHUSUS Tanggal 15 Januari 2017 I. PERIHAL Rencana aksi unjuk

Lebih terperinci

SURAT PENGANTAR. No I S I BANYAKNYA KETERANGAN

SURAT PENGANTAR. No I S I BANYAKNYA KETERANGAN Jl. Siliwangi No. 145 Banjar 46333 Tlp. 743945 Nomor Klasifikasi : B / 719 / VII / 2014 / Humas Res Bjr : BIASA Banjar, 28 Juli 2014 Kepada Yth. KEPALA KEPOLISIAN di Bandung SURAT PENGANTAR up. Kabid Humas

Lebih terperinci

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM

MENGATASI KONFLIK, NEGOSIASI, PENDEKATAN KEAMANAN BERPERSPEKTIF HAM SEMINAR DAN WORKSHOP Proses Penanganan Kasus Perkara dengan Perspektif dan Prinsip Nilai HAM untuk Tenaga Pelatih Akademi Kepolisian Semarang Hotel Santika Premiere Yogyakarta, 7-9 Desember 2016 MAKALAH

Lebih terperinci

SALINAN. Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; NOMOR 60 TAHUN 2017

SALINAN. Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; NOMOR 60 TAHUN 2017 SALINAN PRES IDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENGAWASAN KEGIATAN KERAMAIAN UMUM, KEGIATAN MASYARAKAT LAINNYA, DAN PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN KEGIATAN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FASILITASI PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FASILITASI PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FASILITASI PENANGANAN SENGKETA DAN KONFLIK PERTANAHAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, :

Lebih terperinci

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ( KESEPAKATAN BERSAMA )

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ( KESEPAKATAN BERSAMA ) MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ( KESEPAKATAN BERSAMA ) ANTARA KEPOLISIAN RESORT MATARAM DENGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM No.Pol.. : B / 02 / II / 2015 Nomor : 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN

Lebih terperinci

Keterangan Pers Presiden RI Seusai Buka Puasa Bersama 5000 Anak Yatim, 21 Juli 2013, di Jakarta Minggu, 21 Juli 2013

Keterangan Pers Presiden RI Seusai Buka Puasa Bersama 5000 Anak Yatim, 21 Juli 2013, di Jakarta Minggu, 21 Juli 2013 Keterangan Pers Presiden RI Seusai Buka Puasa Bersama 5000 Anak Yatim, 21 Juli 2013, di Jakarta Minggu, 21 Juli 2013 KETERANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SEUSAI BUKA PUASA BERSAMA 5000 ANAK YATIM DI

Lebih terperinci

SURAT PENGANTAR. No I S I BANYAKNYA KETERANGAN

SURAT PENGANTAR. No I S I BANYAKNYA KETERANGAN Jl. Siliwangi No. 145 Banjar 46333 Tlp. 743945 Nomor Klasifikasi : B / 720 / VII / 2014 / Humas Res Bjr : BIASA Banjar, 28 Juli 2014 Kepada Yth. KEPALA KEPOLISIAN di Bandung SURAT PENGANTAR up. Kabid Humas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang

Lebih terperinci