BAB 2 BUKU PUTIH SANITASI 2013
|
|
- Herman Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik Kondisi Geografis Kepulauan Talaud merupakan bagian integral dari Propinsi Sulawesi Utara, dengan Ibukota Melonguane yang berjarak sekitar 271 mil laut dari Manado Ibukota Provinsi Sulawesi Utara, terletak pada posisi geografis 3º º Lintang Utara dan Bujur Timur, di mana batas administrasi Kabupaten Kepulauan Talaud adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Bebatasan dengan Republik Philipina Sebelah Timur : Berbatasan dengan Samudera Pasifik Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Talaud Sebelah Barat : Berbatasan dengan Laut Sulawesi Berada diantara Pulau Sulawesi dengan Pulau Mindanao (Republik Philipina), sehingga Kabupaten Kepulauan Talaud bersama dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe, di sebut Daerah Perbatasan. Kemudian disamping Daerah Perbatasan, karateristik lain yang cukup signifikan membedakan Kabupaten Kepulauan Talaud dengan Kab/Kota lain yakni: sebagai Daerah Kepulauan dan Daerah Tertinggal. Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Sangihe (pada saat itu masih Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud), berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun Sebagai daerah kepulauan, Kabupaten Kepulauan Talaud merupakan daerah bahari dengan luas lautnya sekitar km2 dan luas wilayah daratan 1.251,02 Km2. Terdapat tiga pulau utama di Kabupaten Kepulauan Talaud, yaitu Pulau Karakelang, Pulau Salibabu dan Pulau Kabaruan. Administratif Kabupaten Kepulauan Talaud memiliki luas wilayah secara keseluruhan baik luas laut maupun darat sebesar ,02 Km 2. Luas tersebut terdiri dari Km 2 laut sedangkan luas wilayah daratan hanya sebesar 1.251,02 Km 2. Dari luas daratan tersebut diatas terbagi dalam 19 kecamatan dengan 142 desa dan 11 Kelurahan. Menurut data yang diperoleh dari Kabupaten Kepulauan Talaud dalam Angka Tahun 2012, Kecamatan Beo Utara merupakan kecamatan dengan wilayah terluas yaitu 11,58 % dari total luas wilayah kabupaten. Sedangkan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Miangas yaitu sebesar 0,19 % dari luas wilayah total. Berikut adalah tabel dan gambar yang menunjukkan luas wilayah per kecamatan (Km 2 ), kelurahan serta prosentasenya (Tabel dan Gambar 2.11). 15 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
2 Tabel 2.1. Nama, Luas Wilayah per Kecamatan (Km 2 ) dan Jumlah Kelurahan N0 KECAMATAN LUAS (Km 2 ) JUMLAH KELURAHAN 1 Kabaruan 66,03-2 Damau 49,58-3 Lirung 31, Salibabu 21,8-5 Kalongan 24,81-6 Moronge 20,35 7 Melonguane 77, Melonguane Timur 48,35-9 Beo 70, Beo Utara 144, Beo Selatan 63,87-12 Rainis 80,68-13 Tampan'Amma 124,18-14 Pulutan 58,81-15 Essang 94,76-16 Essang selatan 75,02-17 Gemeh 137,71-18 Nanusa 58,4-19 Miangas 2,39 - Total 1.251,02 11 Sumber : Talaud Dalam Angka 2012 Gambar.2.1 Persentase Luas Berdasarkan Kecamatan 8% 6% 11% 5% 5% 4% 2% 2% Kabaruan Damau 2% Lirung Salibabu 6% 2% 4% Kalongan Melonguane Beo Beo Selatan Moronge Melonguane Timur Beo Utara Rainis 5% 6% Tampan Amma Essang Pulutan Essang Selatan 10% 12% Gemeh Nanusa 6% 5% Miangas Berdasarkan tabel dan gambar diatas maka pembagian wilayah secara administratif berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada peta administrasi Kabupaten Kepulauan Talaud (Gambar 2.1.2) 16 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
3 Gambar 2.2 Peta Administrasi Kabupaten Kepulauan Talaud 17 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
4 Kondisi Fisik Keadaan iklim di wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud secara global menurut klasifikasi iklim dari schmidt & Ferguson adalah bertipe iklim A (iklim basah) yang memiliki bulan basah sebanyak 8 9 bulan dengan jumlah curah hujan bulanan pada tahun 2010 mencapai 316 mm/bulan. Menurut data klimatologi yang dikeluarkan oleh Stasiun Meteorolgi KL. III Naha Tahun keadaan iklim di gugusan Kepulauan Talaud kejadian hujan lebih sering terjadi pada bulan Januari, Pebruari, Nopember dan Desember yang bervariasi antara hari hujan. Intensitas tertinggi terjadi pada bulan Desember dan Januari dengan diselingi intensitas sedang pada bulan Pebruari, Maret dan Nopember, intensitas terendah terjadi pada 4 bulan pertengahan tahun yaitu bulan April, Mei, Juni dan Oktober. Bulan kering terjadi pada akhir bulan Agustus hingga pertengahan September. Tabel berikut memperlihatkan data klimatologi untuk jumlah curah hujan dan suhu rata rata setiap tahunnya yang dicatat oleh Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah IV, Stasiun Meteorologi KL. III Naha Tahuna sepanjang tahun Tabel. 2.2 Banyaknya Curah Hujan (mm) di Kabupaten Kepl. Talaud No. Bulan Januari Februari Maret April Mei 16, Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Rata-rata ,2 342 Sumber : Talaud dalam Angka Tahun PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
5 Tabel 2.3 Keadaan suhu rata-rata ( C) Kabupaten Kep. Talaud No. Bulan Januari 26, ,9 26,6 26,9 2 Februari 26,9 26,6 27,1 27,5 26,7 3 Maret 27, , ,8 4 April 28, , ,3 5 Mei , ,9 27,8 6 Juni 28, ,4 27,8 26,1 7 Juli 26,7 26,9 27,2 25,5 27,2 8 Agustus 26,9 27,8 27,5 27,7 27,2 9 September 27,5 27,1 27,8 28,1 27,4 10 Oktober 28 27,4 27, ,9 11 November 27,6 26,9 27,3 27,8 26,4 12 Desember 27, ,7 26,7 26,4 Rata-rata 27, ,5 27,5 27 Sumber : Talaud Dalam Angka 2012 Keadaan topografi di Kabupaten Kepulauan Talaud sebagian besar terdiri dari wilayah pegunungan dan tanah berbukit-bukit yang dikelilingi oleh lautan. Ketinggian tanah terbagi atas : mdpl, mdpl dan lebih dari 500 mdpl, hampir 50 % dari luas keseluruhan memiliki ketinggian berkisar antara mdpl. Sedangkan kemiringan lerengnya berkisar antara 0 2 %, 2 15 %, % dan lebih besar dari 40 %. Pada tabel di bawah ini adalah tinggi wilayah kecamatan terhadap permukaan laut. Tabel 2.4 Tinggi Wilayah di atas permukaan Laut (DPL) NO KECAMATAN TINGGI DPL (M) 1 Kabaruan 20 2 Damau 15 3 Lirung 4 4 Salibabu 3 5 Kalongan 5 6 Moronge 20 7 Melonguane 12 8 Melonguane Timur 2 9 Beo 3 10 Beo Utara 7 11 Beo Selatan 2 12 Rainis 3 13 Tampan'Amma 6 14 Pulutan 3 15 Essang Essang selatan Gemeh 6 18 Nanusa 4 19 Miangas 4 Sumber : Talaud Dalam Angka PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
6 Topografi wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud sebagian besar wilayah Talaud memiliki topografi bergunung-gunung yang membentang dari utara ke selatan, yang tersebar dalam pulau-pulau. Gambaran tentang morfologi wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.5 Morfologi Kabupaten Kepulauan Talaud Berdasarkan Tabel Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud yang terdiri dari pulua-pulau tersebut didominasi oleh morfologi dengan sistem punggung bukit yang sangat curam yaitu hampir mencapai 53,37 % wilayah. Sedangkan wilayah yang datar hanya mencapai 19,93 %. Daerah Ailran Sungai atau disingkat (DAS) di Kabupaten Kepulauan Talaud dalam upayanya mengelola hubungan tibal balik antar sumberdaya alam terutama vegetasi, tanah dan air dengan sumberdaya manusia di DAS dan segala aktifitasnya untuk mendapatkan mafaat ekonomi dan jasa lingkungan bagi kepentingan pembangunan dan kelestarian ekosisten DAS. Adapun Sungai yang terdapat pada subsub DAS di Kabupaten Kepulauan Talaud dapat di lihat pada table DAS berikut: Tabel 2.6 Luas, Pembagian Satuan Wilayah Pengelolaan DAS Essang dan Sungai utama NO Sub DAS Luas (Ha) Prosentase (%) Sungai Utama 1 Essang 45463,89 57 Sungai Essang 2 Bantane 34284, Sungai Anggun Jumlah 79747, Sumber : Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Tondano 20 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
7 Tabel 2.7 Deskripsi Kondisi dan Debit Sungai Sub DAS Essang NO Nama Sungai Lebar Sungai (m) Kedalaman Sungai (m) 1 Sungai Bune Sungai Tarun Sungai Pampalu Besar Sungai Andaaran Sungai Moong Sungai Wune Sungai Marat Sungai Lua Sungai Bahunia Sungai Kinawang Sungai Lobbo Sungai Essang 39 6 Sumber : Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Tondano Tabel 2.8 Daftar Nama Sungai Sub DAS Bantane NO Nama Sungai Lebar Sungai (m) 1 Anggun 35 2 Sawang 20 3 Bune Tarun 20 4 Arelo 21 5 Borowo 35 6 Bune Kiama 20 Sumber : Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Tondano 2.2 Demografi Berdasarkan Sensus Penduduk 2010 (SP2010) diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten Kepulauan Talaud sebanyak Kemudian pada tahun 2011 meningkat menjadi jiwa, jiwa(lihat Tabel 2.2.1). Distribusi / persebaran penduduk di 19 kecamatan terlihat bervariasi, jumlah penduduk tertinggi berada di Kecamatan Melonguane, yaitu jiwa atau sekitar 12,51 persen dari jumlah penduduk Kabupaten, dan memiliki tingkat kepadatan sebesar 136,35 orang perkilometer persegi. Sedangkan wilayah kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil yaitu kecamatan Miangas. Kepadatan penduduk rata-rata di Kabupaten Kepulauan Talaud adalah 67,45 jiwa per kilometer persegi. Jumlah penduduk, laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk disetiap daerah bervariasi seperti pada table ( laju pertumbuhan penduduk) dan tabel (jumlah penduduk, luas dan kepadatan). 21 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
8 Tabel 2.9 Jumlah Penduduk Per kecamatan Tabel 2.10 Laju Pertumbuhan Penduduk Sumber : Talaud Dalam Angka PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
9 Tabel 2.11 Jumlah Penduduk, Luas dan Kepadatan Sumber : Hasil Susenas BPS Tabel 2.12 Tingkat Pertumbuhan dan Proyeksi Jumlah Penduduk NO KECAMATAN TINGKAT PERTUMBUHAN PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK Kabaruan 1, Damau 0, Lirung 0, Salibabu 0, Kalongan 1, Moronge 0, Melonguane 5, Melonguane Timur 1, Beo 1, Beo Utara 0, Beo Selatan -0, Rainis 0, Tampan'Amma 1, Pulutan 1, Essang 0, Essang selatan 1, Gemeh -0, Nanusa -0, Miangas 1, Sumber : Talaud Dalam Angka PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
10 2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah Pembiayaan sanitasi di Kabupaten Kepulauan Talaud dianggarkan pada beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yaitu Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Dinas Kesehatan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Adapun realisasi APBD Kabupaten Kepulauan Talaud mengalami fluktuasi selama lima tahun terakhir tetapi tetap menunjukkan peningkatan pertahunnya seperti terrlihat pada table dibawah ini. Untuk ringkasan belanja sanitasi selama 5 tahun terakhir datanya tidak tersedia di DPPKAD. Tabel 2.13 Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Kepulauan Talaud NO URAIAN REALISASI A PENDAPATAN , Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan ( Transfer) Lain-lain Pendapatan yang sah JUMLAH PENDAPATAN , , B BELANJA Belanja Tidak Langsung ,976,483, Belanja Langsung SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN ( ) Percepatan pertumbuhan ekonomi merupakan prasyarat utama untuk penciptaan lapangan kerja dan penurunan kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi dapat ditinjau dari pertumbuhan Produk Domestik Regional Broto (PDRB). Semakin tinggi pertumbuhan PDRB semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi yang positif dan cenderung meningkat secara progresif mengindikasikan adanya pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan. Kondisi perekonomian Kabupaten Kepulauan Talaud pada tahun 2011 terus menunjukkan nilai positif. Pertumbuhan ekonomi tahun 2011 sebesar 5,65 persen, angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,51 persen. Bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Propinsi Sulawesi Utara sebesar 7,39 persen, terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kepulauan Talaud sebesar 5,65 persen masih berada dibawah pertumbuhan ekonomi Propinsi Sulawesi Utara. 24 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
11 Tabel 2.14 PDRB Kabupaten Kepulauan Talaud Agregat Pendapatan Regional PDRB - ADHB ,38** ,08** ,82*** PDRB - ADHK ,09** ,92** ,05*** PDRB - ADHB per Kapita PDRB - ADHK per Kapita Pertumbuhan Ekonomi 5,15 % 5,51 % 5,65 % Sumber : Talaud Dalam Angka Tata Ruang Wilayah Tujuan penataan ruang Kabupaten Kepulauan Talaud adalah: Mewujudkan Kabupaten Kepulauan Talaud sebagai Beranda Depan Indonesia Timur Bagian Utara dengan mengandalkan sektor perikanan, pertanian, perkebunan dan pertahanan keamanan sebagai basis untuk meningkatkan pendapatan kabupaten Untuk melaksanakan tujuan di atas, maka ada beberapa aspek penting yang dijadikan sebagai dasar untuk melaksanakan tujuan penataan ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud, yaitu: 1. Prioritas Pemanfaatan dan Pengembangan Ruang Fungsi Strategis sebagai kawasan perbatasan. 2. Perlindungan Ruang terluar sebagai Fungsi Lindung Untuk pertahanan dan keamanan. 3. Pembangunan Terpadu Kawasan perbatasan dengan Mengedepankan Sinergitas dan Menghindari Ego-sektoral. 4. Optimalisasi Pintu Gerbang Wilayah berbatasan Untuk Meningkatkan Citra Kawasan Kabupaten Kepulauan. 5. Menempatkan Ruang Wilayah Kabupaten dalam sinergitas pembangunan Wilayah Provinsi Sulawesi Utara 6. Meningkatkan fungsi dan peran Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang meliputi perkotaan Melonguane (Kabupaten Kepulauan Talaud) 7. Pembangunan dan penataan Pemukiman serta Sarana dan Prasarana Ekonomi Rakyat yang berbasis pertahanan dan keamanan Dengan Karakter Desa Pesisir 8. Mengembangkan Kawasan Unggulan Sektor Perikanan dan Pertanian guna meningkatkan produktifitas agar lebih maju dan bersaing dengan kabupaten/kota di Indonesia 9. Mengembangkan sistem jaringan perekonomian antar pulau sentra produksi, kolektif dan distribusi, berupa prasarana jalan, energi, informasi-telekomunikasi. 25 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
12 10. Peningkatan dan pengembangan Kelas Jalan, Pelabuhan dan sarana/prasarana transportasi lainnya untuk Menunjang perkembangan arus barang sektor pertanian dan penunjangnya. 11. Pembatasan Delineasi yang jelas dan informatif terhadap kawasan fungsi perbatasan. 12. Pembangunan Kawasan Perkotaan PORODISA (Melongguane, Beo, Rainis, Lirung, Mangaran) sebagai Kawasan kota didaerah kepulauan yang Mendukung fungsi strategis pertahanan dan keamanan. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud 1. Kebijakan dan Strategi Dasar Sesuai dengan kebijakan Nasional penataan ruang, serta visi, misi, dan tujuan pembangunan Kabupaten Kepulauan Talaud, maka kebijakan dasar penataan ruang wilayah Kabupaten Kepulauan Talaud ditetapkan sebagai berikut : a. Membangun struktur ruang yang berhirarki untuk meningkatkan efisiensi sarana dan prasarana. b. Memprioritaskan pengembangan pusat-pusat kegiatan primer yang menyebarkan pengaruh kegiatan dibawahnya. c. Mempertahankan kawasan lindung sesuai dengan Kepres No. 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. d. Mengembangkan kawasan budidaya sesuai dengan kebutuhan, potensi,dan kesesuaian lahan dengan memperhatikan Kepres No. 7 tahun 1989 tentang Pengelolaan Kawasan Budidaya. e. Menetapkan kawasan penghasil komoditi unggulan. Potensi perekonomian wilayah dengan komoditi unggulan dikembangkan dalam konteks menjangkau peluang pasar yang lebih luas, terutama di kawasan Indonesia bagian Timur. f. Membuka peluang bagi penyelesaian konflik kepentingan pemanfaatan ruang, baik antara kepentingan Provinsi dan Kabupaten; antar sektor; dan antara fungsi konservasi dengan fungsi budidaya. g. Membatasi pemanfaatan ruang di daerah permukiman yang berada di kawasan lindung. Strategi dasar penataan ruang wilayah di Kabupaten Kepulauan Talaud ditetapkan sebagai berikut : 1. Penetapan neraca lahan secara seimbang sesuai dengan amanat UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang dan demi kelestarian lingkungan hidup. 26 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
13 2. Pengalokasian ruang bagi kegiatan-kegiatan untuk memperkuat kinerja Kecamatan Melonguane sebagai pusat utama/primer Kabupaten Kepulauan Talaud. Pusat utama Kabupaten Kepulauan Talaud akan didukung secara hierarkis oleh pusat-pusat lainnya pada ordinasi yang lebih rendah. 3. Pengalokasian ruang bagi pengembangan sektor-sektor unggulan. 4. Pengalokasian ruang berupa sentra-sentra produksi pangan bagi kegiatankegiatan untuk membangun ketahanan pangan di Kabupaten Kepulauan Talaud. 5. Pengalokasian ruang untuk infrastruktur kawasan. 2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Dalam rangka mewujudkan upaya pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten, kebijakan dan strategi yang diperlukan adalah: Kebijakan a. Menciptakan kerangka ruang kabupaten yang baru yang merangkai seluruh kecamatan dalam wilayah administrasi Kabupaten Kepulauan Talaud. Kerangka ruang yang baru ini dibentuk dengan mempertimbangkan berbagai aspek pembangunan yang telah eksis. b. Mempertahankan, meningkatkan dan membangun jaringan jalan di Kabupaten Kepulauan Talaud yang menjadi bagian dari tulang pembentuk struktur ruang kabupaten. c. Kebijakan pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten, terdiri dari dan dijabarkan dalam bentuk strategi pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten yang mengatur : - Peningkatan akses pelayanan kawasan kabupaten dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten yang merata dan berhierarki; dan - Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Kabupaten. Strategi a. Strategi untuk peningkatan akses pelayanan pusat-pusat pertumbuhan kota dan kawasan penunjangnya: - Menjaga keterkaitan antar kecamatan dan kelurahan, antara kawasan pusat kota dan kawasan sub pusat kota, serta antara kawasan kota dan wilayah di sekitarnya; 27 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
14 - Mengembangkan pusat pertumbuhan baru sebagai kompensasi menjaga kelebihan kepadatan di kawasan lainnya; - Mengendalikan perkembangan kelurahan-kelurahan yang dilalui jaringan jalan utama ; dan - Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam pengembangan wilayah kecamatan dan sekitamya. b. Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana meliputi: - Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi; - Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik; dan - Meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air. - Meningkatkan kualitas jaringan pengelolaan limbah diantaranya melalui penerapan pengelolaan sampah dengan metode 3R 28 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
15 Gambar. 2.3 Peta Struktur Ruang Kabupaten Kepulauan Talaud 29 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
16 3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Kabupaten Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi: a. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung Kabupaten; dan b. Kebijakan dan Strategi pengembangan kawasan budidaya Kabupaten a. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Lindung Kabupaten Kebijakan 1) Mengkonservasi dan memproteksi kawasan hutan lindung, hutan Kabupaten dan hutan mangrove untuk fungsi ekologis dan biologis. 2) Meningkatkan kualitas kawasan konservasi alam Kabupaten Kepulauan Talaud terutama pada kawasan geomorfological disaster. 3) Pengembangan kawasan lindung untuk direhabilitasi / reboisasi pada kawasan hutan lindung yang mengalami kerusakan, mencegah meluasnya kerusakan di kawasan lindung. Yang ditempuh dengan cara : - Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; dan - Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup. Strategi 1) Pemantapan kawasan lindung sesuai dengan fungsinya masing-masing, baik untuk melindungi kawasan bawahannya, melindungi kawasan setempat, memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman flora-fauna dan ekosistemnya, serta melindungi kawasan yang rawan terhadap bencana alam; 2) Penetapan batas kawasan lindung sesuai dengan fungsi yang telah di tetapkan. Setelah mendapatkan kawasan lindung berdasarkan fungsi hasil super impose rencana tata ruang daerah, maka kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan yang tidak boleh dilakukan kegiatan budidaya (produksi, pembangunan fisik); 3) Pengendalian pemanfaatan ruang pada kawasan lindung agar sesuai fungsi yang telah ditetapkan. Pada prinsipnya kegiatan budidaya yang terdapat dalam kawasan lindung, dapat dilanjutkan sejauh hal ini tidak mengganggu fungsi lindung yang ditetapkan bagi kawasan tersebut. Apabila kegiatan ini diangap dapat menganggu fungsi lindung, maka perlu dilakukan pembatasan terhadap pengembangannya atau dihentikan sama sekali. Strategi ini diambil mengingat pertimbangan kebutuhan pembangunan dengan tetap mengupayakan kelestarian dan keseimbangan lingkungan. 4) Strategi untuk pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup meliputi: 30 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
17 - Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi; - Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah. 5) Strategi untuk pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup meliputi: - Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup; - Melindungi kemampuan lingkungan hidup dan tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya; - Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya; - Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan; - Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; - Mengelola sumber daya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya. b. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya Kabupaten Kebijakan 1) Memanfaatkan kawasan hutan lindung, hutan Kabupaten dan hutan mangrove sebagai kawasan wisata ekologi / ekowisata. 2) Mengembangkan kegiatan budidaya hanya pada lahan yang berfungsi sebagai kawasan budidaya. 3) Membatasi perkembangan pemanfaatan lahan yang sudah berlangsung di kawasan lindung, untuk secara bertahap dikembalikan menjadi kawasan lindung. 4) Kebijakan pengembangan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b meliputi: - Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budidaya; dan 31 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
18 - Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan. Strategi 1) Mengoptimalkan aturan pemanfaatan ruang bagi kegiatan budidaya, sesuai dengan kemampuan daya dukung lingkungannya. Secara umum pengembangan kawasan budidaya harus didasarkan pada kesesuaian lahan. Pengembangan kawasan budidaya diarahkan untuk mengakomodasikan kegiatan produksi, seperti perkebunan, pertanian tanaman pangan lahan kering, lahan basah, perkebunan, perikanan, peternakan, kegiatan pertambangan, pariwisata serta permukiman. 2) Pengendalian pemanfaatan ruang guna menghindari konflik antar berbagai kepentingan karena hal ini sering terjadi, dan akan banyak menimbulkan permasalahan, yang berdampak pada kurang optimalnya pemanfaatan lahan karena terjadinya perebutan lahan dari berbagai pihak. 3) Strategi untuk perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya meliputi: - Menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis Kabupaten untuk pemanfaatan sumber daya alam di ruang darat, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten; - Mengembangkan kegiatan sektor unggulan khususnya kegiatan jasa & perdagangan beserta prasarana secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian kawasan dan wilayah sekitarnya; - Mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi; - Mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan diwilayah Kabupaten untuk membantu ketahanan pangan nasional serta sebagai bagian dari pengembangan teknologi dan industri pertanian; dan 4) Strategi untuk pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan meliputi: - Membatasi perkembangan kegiatan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana; 32 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
19 - Pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan bencana gempa bumi (garis sesar), maka diberlakukan kawasan penyangga selebar 100 m mengelilingi batas kawasan - Mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mengendalikan dan mengoptimalkan keberadaan sawah sebagai citra penguasaan teknologi pangan. 33 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
20 Gambar 2.4 Peta Pola Ruang Kabupaten Kepulauan Talaud PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
21 5. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Kawasan Strategis Kabupaten Kebijakan Kebijakan pengembangan kawasan strategis Kabupaten sebagaimana dimaksud meliputi: 1) Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, dan melestarikan keunikan bentang alam 2) Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian Kota yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional; Strategi 1) Strategi untuk pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi: - Menetapkan kawasan strategis Kabupaten berfungsi lindung; - Mencegah pemanfaatan ruang di kawasan strategis Kabupaten yang berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan; - Membatasi pengembangan prasarana dan sarana di dalam dan di sekitar kawasan strategis Kabupaten yang dapat memicu perkembangan kegiatan budi daya; - Mengembangkan kegiatan budi daya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis Kabupaten yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan lindung dengan kawasan budi daya terbangun; dan - Merehabilitasi fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis Kabupaten. 2) Strategi untuk pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian Kabupaten meliputi: - Menetapkan Kawasan Strategis berfungsi ekonomi - Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam, manusia dan kegiatan budi daya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah; - Menciptakan iklim investasi yang kondusif; - Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung kawasan; - Mengelola dampak negatif kegiatan budi daya agar tidak menurunkan kualitas lingkungan hidup dan efisiensi kawasan; 35 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
22 - Mengintensifkan promosi peluang investasi; dan - Meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi. 6. Kebijakan dan Strategi Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Kebijakan 1) Mengembangkan sistem perkotaan dalam Kabupaten yang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta fungsi kegiatan dominannya. 2) Meningkatkan daya dukung lingkungan alamiah dan buatan serta menjaga keseimbangan daya tampung lingkungan untuk menjaga proses pembangunan berkelanjutan. Strategi 1) Penyusunan program utama pembangunan, penetapan perkiraan biaya pembangunan beserta sumbernya, serta pemilihan instansi pelaksana dan waktu pelaksanaan program pembangunan. 2) Penetapan peraturan zonasi, ketentuan perijinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta pemberian sanksi terhadap pelanggaran pemanfaatan lingkungan alamiah 7. Kebijakan dan Strategi Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Kabupaten Kebijakan 1) Pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui pengawasan dan penertiban yang didasarkan kepada RTRW Kabupaten Kepulauan Talaud. Strategi 1) Pemberian izin pemanfaatan ruang sebagai salah satu alat pengendalian pemanfaatan ruang dan merupakan kewenangan Kabupaten agar memperhatikan dan mempertimbangkan RTRW Kabupaten Kepulauan Talaud. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD Kebijakan 1) Pengembangan perdagangan dan industri dengan mengutamakan pengembangan industri daerah berbasis sumber daya lokal yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah relatif besar seperti pertanian, 2) perikanan, dan kelautan, pariwisata, dan sumber daya alam lainnya yang memiliki potensi pengembangan ekspor 36 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
23 3) Mengarahkan pengembangan industri daerah berorientasi nilai tambah seperti industri produk turunan kelapa, pala, industri produk turunan hasil laut seperti ikan layang, tongkol abu-abu, cakalang, dan industri kerajinan rakyat 4) Menciptakan kondisi daerah yang berdaya saing, memiliki nuansa yang proinvestasi dan bisnis, pro-lingkungan melalui penataan institusi, sistem, dan prosedur yang transparan serta regulasi-regulasi investasi di daerah 5) Mendorong dan melibatkan Pemerintah Pusat dan Provinsi untuk secara langsung membantu dalam bentuk asset dan/atau modal serta mendukung pihak swasta dalam mengelola kegiatan-kegiatan investasi strategis bagi masyarakat di Kabupaten Kepulauan Talaud 6) Mendorong pemerintah Pusat dan Provinsi untuk menfasilitasi dan membantu bisnis yang masih dihadapkan dengan kendala-kendala internal dan eksternal seperti manajemen, teknologi, modal kerja, informasi, pemasaran, dan ketenagakerjaan Strategi 1) Pengembangan UKM dan Koperasi 2) Peningkatan dan Perbaikan pengelolaan sumber keuangan daerah 3) Mengembangkan praktek-praktek budidaya pertanian dengan menggunakan teknik seperti pola terasering dan usaha non pertanian yang ramah lingkungan dan sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai bagian dari upaya mempertahankan daya dukung lingkungan 4) Pengembangan usaha pertanian dengan pendekatan kewilayahan terpadu dengan konsep pengembangan agribisnis 5) Memanfaatkan hasil hutan dan jasa lingkungannya secara optimal 6) Pengembangan sektor pariwisata yang meliputi pengembangan dan pengelolaan objek-objek wisata secara lebih profesional dengan menerapkan pembangunan pariwisata berkelanjutan, bersinergi, dan terintegrasi sebagai salah satu penggerak utama ekonomi daerah 7) Meningkatkan manfaat pertambangan dan nilai tambahnya 8) Memanfaatkan dan mengelola ruang kawasan jasa dan perdagangan secara efektif untuk mencapai keuntungan signifikan 9) Membuka keluasaan masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan usaha serta menarik pasar dari kawasan / kabupaten di sekitar Kabupaten Kepulauan Talaud. 37 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
24 10) Pengembangan usaha industri pertanian dengan pendekatan kewilayahan terpadu dengan konsep pengembangan agribisnis, agroteknologi serta agroriset. 11) Pengembangan pelayanan pendidikan tinggi dengan membangun Politeknik ataupun sekolah tinggi Pertanian untuk mendapatkan sumber daya manusia berdaya saing unggulan dan akan menghasilkan penambahan aset modal sumber daya manusia dimasa mendatang. 12) Pengembangan pelayanan kesehatan pada tingkatan Rumah Sakit Tipe B sebagai rujukan bagi kawasan kabupaten/kota di sekitarnya. 2.5 Sosial dan Budaya Fasilitas pendidikan di Kabupaten Kepulauan Talaud saat ini telah tersedia hampir disetiap ibukota kecamatan bahkan didalam tata ruang wilayah telah ditetapkan salah-satu wilyah yaitu Kecamatan Beo sebagai kawasan pendidikan, dimana pada saat ini telah berdiri perguruan tinggi, Community College of Talaud sebagai bakal universitas di Kabupaten Kepulauan Talaud. Yang menjadi kendala adalah ketersediaan tenaga pengajar disetiap wilayah apalagi di wilayah-wilayah terpencil dan pulau-pulau terluar. Di bawah ini adalah sebaran sektor/ fasilitas pendidikan disetiap kecamatan (Tabel dan Gambar 2.5.1) Tabel 2.15 Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Kepulauan Talaud NO KECAMATAN TK SD SLTP SLTA PT 1 KABARUAN DAMAU LIRUNG SALIBABU KALONGAN MORONGE MELONGUANE MELONGUANE TIMUR BEO BEO UTARA BEO SELATAN RAINIS TAMPAN' AMMA PULUTAN ESSANG ESSANG SELATAN GEMEH NANUSA MIANGAS JUMLAH Sumber : Talaud Dalam Angka PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
25 Gambar 2.5 Sebaran Sektor Pendidikan di Kabupaten Kepulauan Talaud 39 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
26 Kemiskinan Persoalan kemiskinan sudah menjadi permasahan yang hampir tidak dapat di uraikan penyebabnya karena kompleksitasnya yang multidimensional. Berbagai upaya pembangunan disegala bidang telah dilaksanakan untuk mengurangi tingkat kemiskinan. Upaya yang dilakukan secara berkelanjutan adalah membangun dan mengembangkan sarana dan prasarana dasar disamping pembangunan ekonomi. Jumlah KK miskin di Kabupaten Kepulaun Talaud masih sebanyak 8885 KK yang tersebar diseluruh kecamatan, dapat dilihat pada (tabel ) Tabel 2.16 Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan NO KECAMATAN RUMAH TANGGA INDIVIDU 1 KABARUAN DAMAU LIRUNG SALIBABU KALONGAN MORONGE MELONGUANE MELONGUANE TIMUR BEO BEO UTARA BEO SELATAN RAINIS TAMPAN' AMMA PULUTAN ESSANG ESSANG SELATAN GEMEH NANUSA MIANGAS JUMLAH Sumber : Talaud Dalam Angka PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
27 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah Gambarr. 2.6 Struktur Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud 41 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
28 Gambar 2.7 Struktur Organisasi BAPPEDA Kabupaten Kepulauan Talaud 42 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
29 Gambar 2.8 Struktur Organisasi Badan Pengelolah Lingkungan Hidup Kabupaten Kepulauan Talaud 43 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
30 Gambar 2.9 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Talaud 44 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
31 Gambar 2.10 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah 45 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
32 Gamabar 2.11 Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan Talaud 46 PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD
BAB 2 BUKU PUTIH SANITASI 2013 GAMBARAN UMUM WILAYAH
BAB 2 GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1 Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik Kondisi Geografis Kepulauan Talaud merupakan bagian integral dari Propinsi Sulawesi Utara, dengan Ibukota Melonguane yang berjarak
Lebih terperinciBAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,
Lebih terperinciBAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI 2014
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan
Lebih terperinci2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis
2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,
Lebih terperinciKETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP
LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS
KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso
KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah
Lebih terperinciBAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang
Lebih terperinciGambaran Umum Wilayah
Bab 2: Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geogrfis, Administratif dan Kondisi Fisik Kabupaten Minahasa Selatan adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Minahasa Selatan adalah Amurang,
Lebih terperinciTABEL ARAHAN INDIKASI PROGRAM UTAMA
- 51 - TABEL ARAHAN INDIKASI PROGRAM UTAMA No Program Utama Lokasi Besaran A. Perwujudan Struktur Ruang PJM-1 2014-2019 PJM-2 2019-2024 PJM-3 2024-2029 PJM-4 2029-2034 Sumber Dana Instansi Pelaksana 1
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah
Lebih terperinciIV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN
92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi
Lebih terperinci2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH
2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Banda Aceh dirumuskan untuk mengatasi permasalahan tata ruang dan sekaligus memanfaatkan potensi yang dimiliki, serta
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117
Lebih terperinciRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4
Lebih terperinciKAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar
BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah
Lebih terperinciGambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV
LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak
IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015
Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim
IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru
V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar
Lebih terperinciKATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN
KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI ORGANISASI
BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR
4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.
Lebih terperinciPROFIL SANITASI SAAT INI
BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga
Lebih terperinciBAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,
BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN 2010-2029 I. UMUM Jawa Barat bagian Selatan telah sejak lama dianggap
Lebih terperinciBab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006
KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan
Lebih terperinciBAB 5 RTRW KABUPATEN
BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan
Lebih terperinciTUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE
C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2011-2030 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan
Lebih terperinciMendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia
E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan
Lebih terperinciAnalisis Isu-Isu Strategis
Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu
Lebih terperinciBab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan
Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU
IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara
Lebih terperincioleh para pelaku pembangunan dalam mengembangkan Kabupaten Pacitan.
1.1 LATAR BELAKANG Kabupaten Pacitan merupakan bagian dari Koridor Tengah di Pantai Selatan Jawa yang wilayahnya membentang sepanjang pantai Selatan Pulau Jawa. Berdasarkan sistem ekonomi, geokultural
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang
IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang Hasil inventarisasi peraturan perundangan yang paling berkaitan dengan tata ruang ditemukan tiga undang-undang, lima peraturan pemerintah, dan empat keputusan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG
I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kabupaten Toba Samosir Kabupaten Toba Samosir dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1998 tentang Pembentukan
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH
29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi
PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat
Lebih terperinciBUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN
BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN
GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN
PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang
Lebih terperinciBAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH
BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH A. VISI DAN MISI Kebijakan Pemerintahan Daerah telah termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 015 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Lebih terperinciPangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 2032merupakan suatu rencana yang disusun sebagai arahan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten Banyuasin untuk periode jangka panjang 20
Lebih terperinciRencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin
2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi
Lebih terperinciD A F T A R I S I Halaman
D A F T A R I S I Halaman B A B I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2 1.3 Hubungan RPJM dengan Dokumen Perencanaan Lainnya I-3 1.4 Sistematika Penulisan I-7 1.5 Maksud
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB III Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi. derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70 derajat 25 Lintang
33 BAB III OBYEK LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN 3.1.1 Gambaran Umum BAPPEDA Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi terletak antara 106 derajat 49 sampai 107 derajat Bujur Timur dan 60 derajat 57 sampai 70
Lebih terperinciMemorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Buru Selatan Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif
28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperlihatkan dan menguraikan keadaan dari
Lebih terperinciRencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lingga
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI III.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Terbitnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciDisampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016
Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD DI PROVINSI SULAWESI UTARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciBab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional
Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan mahluk termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
Lebih terperinciSosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) dan Kawasan Strategis () Imam S. Ernawi Dirjen Penataan Ruang, Kementerian PU 31 Januari 2012 Badan Outline : 1. Amanat UU RTR dalam Sistem
Lebih terperinciBAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN
BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD DI PROVINSI SULAWESI UTARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinci2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPeta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera
Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera Jakarta, 29 Juli 2011 1 2 3 Progress Legalisasi RTR Pulau Sumatera Konsepsi Tujuan, Kebijakan, Dan Strategi Rtr Pulau Sumatera Muatan
Lebih terperinciMPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang
MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012-2032 DISEBARLUASKAN OLEH : SEKRETARIAT DEWAN SUMBER
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SINTANG
1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,
Lebih terperinci