SOCIAL & ECONOMIC MAPPING SISI MADURA DAN SISI SURABAYA DALAM MENDUKUNG TATA RUANG SURAMADU. M.Andri Hakim.A Abstract

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SOCIAL & ECONOMIC MAPPING SISI MADURA DAN SISI SURABAYA DALAM MENDUKUNG TATA RUANG SURAMADU. M.Andri Hakim.A Abstract"

Transkripsi

1 SOCIAL & ECONOMIC MAPPING SISI MADURA DAN SISI SURABAYA DALAM MENDUKUNG TATA RUANG SURAMADU M.Andri Hakim.A Abstract The view of the Madura as the isolated area and low investment attractiveness, to be turned toward the post-development of Suramadu Bridge. Madura become potential and suitable for investment area. Therefore, land use on the side of Surabaya and Madura must be controlled or defined as "high control zone". The development of a less controlled area, in the long run will cause many problems. This research is aimed to provide an overview of the socio-economic aspects of cultural aspects of Madura Island & City of Surabaya is expected to affect the compilation of spatial Suramadu. This research uses descriptive method with qualitative approaches.the sustainable aspects that may affect the optimum use of Suramadu Bridge has been identified and the short term program has also formulated. The seven aspects representing sustainable development of Suramadu Bridge among other the spatial planning status, access & transportation, migration of population, impact of new technology,production & market, Socio culture, public services, administration & institutional. It is recommended that this research finding could be the important input of Social and Economic factor for the preparation of BPPWS Master Plan & Suramadu Spacial Planning. Keywords : Suramadu Bridge, Sustainable Development, Spatial Plannin, Social Economic Mapping PENDAHULUAN Latar Belakang Pandangan tentang Pulau Madura sebagai kawasan yang relatif tertinggal dan mempunyai daya tarik investasi yang rendah dibandingkan kab/kota lain di sekitar Kota Surabaya, menjadi berbalik arah ketika Jembatan Suramadu diresmikan. Madura menjadi sangat potensial dan cocok dijadikan daerah investasi yang menjanjikan. Begitu juga Kota Surabaya yang sudah terlalu padat dengan berbagai aktivitas maka dengan pasca operasionalisasi jembatan Suramadu, aktivitas sosial ekonomi dapat dialihkan ke wilayah Madura. Oleh karena itu, peruntukan lahan perlu dikendalikan secara ketat atau ditetapkan sebagai high control zone, kondisi tersebut diupayakan melalui penataan disekitar area kaki jembatan Suramadu agar tidak terjadi adanya squater. Rencana pengembangan kawasan industri, fair ground, dan permukiman bagi karyawan industri serta pelabuhan (peti kemas) harus diikuti dengan pengembangan soft management. Pengembangan kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada aspek sosial dan ekonomi adalah salah satu Soft management yang perlu dikembangkan. Selain itu, pengembangan kawasan, tentunya tidak hanya terpusat disekitar jembatan Suramadu saja, tetapi harus terintegrasi dengan pengembangan wilayah lainnya di Pulau Madura. Soft Management tersebut diperlukan untuk memastikan bahwa masyarakat lokal tidak hanya sebagai penonton saja, tetapi benar benar menerima manfaat pembangunan. Oleh karenanya, penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kebijakan sosial ekonomi kepada para pihak berkepentingan misalnya terhadap Halaman 1

2 penyesuaian RTRW dan penyusunan Master Plan prasarana dan sarana kawasan Suramadu. Perumusan Masalah Bagaimana gambaran aspek sosial dan ekonomi sisi Madura dan Surabaya dalam mendukung tata ruang Suramadu untuk kesejahteraan masyarakat Tujuan Penelitian ini ditujukan untuk memberikan gambaran tentang aspek aspek sosial ekonomi Pulau Madura & Kota Surabaya yang diperkirakan dapat mendukung penyusunan tata ruang Suramadu Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metoda deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metoda deskriptif hasil identifikasi, kategorisasi, interpretasi, dan penarikan kesimpulan 1. Adapun data untuk analisis dikumpulkan melalui 1) Studi Pustaka/Literatur; 2) Indepth Interview (Wawancara Mendalam); 3) Pengamatan (Observation) ; 4) Focus Group Discussion (FGD. Lokus pengambilan data pada penelitian ini adalah : Sisi Madura yaitu kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep Sisi Surabaya yaitu Kota Surabaya, difokuskan pada kecamatan Bulak dan Kenjeran Kajian Pustaka Konsepsi Pembangunan Berkelanjutan Pembangunan berkelanjutan dapat diwujudkan melalui keterkaitan yang tepat antara alam, aspek sosio-ekonomis dan kultur (budaya). Sustainable development bukanlah suatu harmoni yang tetap dan statis, namun merupakan suatu proses perubahan dimana, eksploitasi sumber alam, arah investasi, orientasi perkembangan teknologi, perubahan kelembagaan konsisten dengan kebutuhan pada saat ini dan masa datang. Demikian pula perkembangan penduduk perlu diperhatikan dalam mencapai keberlanjutan pembangunan, dan karenanya jumlah dan perkembangan penduduk haruslah dalam kesimbangan dengan perubahan produksi ekosistem 2. Adapun, aspek aspek yang perlu dikaji meliputi 7 (tujuh) aspek pembangunan berkelanjutan yaitu aspek aspek (i) fisik khusunya akses dan transportasi, (ii) Ekonomi, khususnya produksi dan pemasaran, (iii) penduduk, khusunya migrasi dan keterkaitannya, (iv) teknologi dan dampaknya terhadap sosial ekonomi masyarakat, (v) Sosial budaya, (vi) pelayanan sosial. Jasa / publik, dan (vii) Administrasi, Politik, dan Kelembagaan 3 Pola Keterkaitan faktor internal dan eksternal Dalam pembangunan jembatan Suramadu hendaknya tidak hanya diarahkan untuk kepentingan negara dalam mengembangkan devisa dan pengembangan industri 1 Neuman, W.Lawrence, Djajadiningrat dalam Tjokrowinoto, Pembangunan Dilema dan Tantangan 3 Luthfi Muta ali, Materi Workshop Optimalisasi Pemanfaatan Jembatan Suramadu, Hotel Elmi, Surabaya, 19 Oktober 2009 Halaman 2

3 berbasis teknologi tinggi (hightech industries), namun juga perlu mencari keterkaitan dengan perekonomian rakyat lokal, untuk dapat melibatkan peran serta masyarakat lokal secara optimal. Oleh karena itu perlu dicari pola-pola keterkaitan antara faktor internal (domestic/local entity) dan eksternal (national/macro entity) untuk mencegah terjadinya friksi kepentingan diantara kedua faktor tersebut. Pertumbuhan wilayah akan dimulai dari titik-titik tertentu dimana terdapat industri pendorong (propulsive industries) dengan intensitas tinggi sebagai mesin pertumbuhan (engine of growth), yang akan menyebarkan pertumbuhan ke wilayah sekitarnya melalui mekanisme spread effect atau trickle down effect. Keterkaitan (linkages), baik keterkaitan kedepan (forward linkages) maupun ke belakang (backward linkages). HASIL & PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Kajian Sisi Surabaya Surabaya merupakan salah satu pintu gerbang perdagangan utama di wilayah Indonesia Timur. Dengan segala potensi, fasilitas, dan keunggulan geografisnya Surabaya memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Sektor primer, sekunder, dan tersier df kota ini sangat mendukung untuk semakin memperkokoh sebutan Surabaya sebagai kota perdagangan dan ekonomi. Surabaya merupakan kota multi etnis yang kaya budaya. Beragam etnis ada di Surabaya, seperti etnis Melayu, Cina, India, Arab, dan Eropa. Etnis Nusantara pun dapai dijumpai, seperti Madura, Sunda, Batak, Kalimantan, Bali, Sulawesi yang membaur dengan penduduk asli Surabaya membentuk pluralisme budaya yang selanjutnya menjadi ciri khas kota Surabaya. Sebagian besar masyarakat Surabaya adalah orang Surabaya asli dan orang Madura. Mayoritas masyarakat bekerja sebagai pegawai dan pedagang. Di pusat kota banyak dijumpai pusat perdagangan dan perkantoran 4. Kenjeran dan Bulak merupakan kecamatan di wilayah Surabaya Utara yang termasuk dalam Kawasan Kaki Jembatan Suramadu (KKJS). Kenjeran memiliki kepadatan penduduk yang relatif sangat tinggi dibandingkan dengan Bulak (Lihat Tabel 1). Bulak memiliki banyak potensi sosial ekonomi, seperti THP Kenjeran, Kenjeran Baru, Sentra Kerajinan, Sentra penjualan hasil laut, dan potensi wisata lain yang belum dimanfaatkan dengan baik. Dalam konteks pengembangan wilayah, potensi sosial, ekonomi yang ada di Kenjeran dan Bulak harus dimanfaatkan sebagai esensi pengembangan wilayah. Tabel 1. Profil Kenjeran dan Bulak (2007) No Uraian Kenjeran Bulak 1 Luas Wilayah (Km2) 7,72 5,62 2 Penduduk (jiwa) Jumlah Kelurahan Kepadatan Penduduk rata rata (Jiwa/Km) Sumber : diolah dari Dalam Angka Halaman 3

4 Gambaran Umum Wilayah Kajian Sisi Madura Madura termasuk salah satu daerah miskin di provinsi Jawa Timur. Tanah di Madura kurang subur sebagai lahan pertanian. Adanya keterbatasan tersebut telah mengakibatkan pengangguran dan kemiskinan serta emigrasi jangka panjang. Sampai saat ini, banyak masyarakat suku Madura tidak tinggal di Madura, dan penduduk Madura termasuk peserta program transmigrasi terbanyak. Pertanian subsisten (skala kecil untuk bertahan hidup) dengan Jagung dan singkong sebagai tanaman budi daya utama tersebar di banyak lahan kecil. Tanaman budi daya yang paling komersial di Madura adalah tembakau. Tanah di pulau Madura membantu menjadikan sebagai produsen penting tembakau bagi industri kretek domestik. Sejak zaman kolonial Belanda, Madura juga telah menjadi penghasil dan pengekspor utama garam. Madura dibagi menjadi empat kabupaten, yaitu: Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep (Tabel-1) Tabel 2. Profil Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep (2007) No Uraian Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep 1 Luas Wilayah (Km2) 1.260, ,30 792, ,45 2 Penduduk (jiwa) Jumlah Kepadatan Penduduk rata rata (Jiwa/Km) Sumber : diolah dari Kabupaten Dalam Angka 2007 Kabupaten Bangkalan menjadi pintu gerbang untuk berbagai kegiatan terutama lintas barang dan jasa yang menghubungkan Jawa dan Madura. Bangkalan menjadi bagian wilayah pulau Madura yang masuk dalam pengembangan kota Surabaya. Kota Bangkalan menjadi kutub pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jawa Timur yang berperan penting dalam mendukung perkembangan sektor industri, perdagangan, pertanian, dan pariwisata. Letaknya yang strategis yaitu berada diujung barat Pulau Madura dan berseberangan dengan Kota Surabaya, Kota pusat pemerintahan dan bisnis di Jawa Timur 5. Di Kabupaten Sampang dan Pamekasan terdapat berbagai potensi sumber daya alam seperti pertanian, perikanan, peternakan, industri, dan pertambangan yang dapat menunjang sektor perdagangan dan jasa. Penduduknya cenderung terkonsentrasi pada daerah perkotaan karena daerah tersebut merupakan pusat aktivitas dan tempat tinggal. Kabupaten Sumenep yang secara geografis berada diujung Timur Pulau Madura adalah Wilayah yang unik, karena selain memiliki daratan, juga memiliki 126 pulau. Luas Kabupaten Sumenep adalah Km2, terdiri dari luas daratan 1.146, Km2 (54,79%) dan luas kepulauan Km2 (45,21%). Luas wilayah perairan Kabupaten Sumenep ± Km2 (Hasil Sinkronisasi luas Kabupaten Sumenep Tahun 2002). Gugus pulau paling utara adalah Pulau Karamian yang terletak di Masalembu dengan jarak ±151 Mil laut dari Pelabuhan Kalianget, dan pulau yang paling Timur adalah Plilau Sakala dengan jarak ±165 MiI laut dari Pelabuhan Kalianget. Kabupaten Sumenep memiliki potensi alam dan berada di posisi strategis dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena memiliki keragaman jenis fauna laut dan sumberdaya migas yang cukup besar. Selain itu, wilayah kabupaten ini secara langsung berhadapan dengan Alur Laut Kepulauan 5 Halaman 4

5 Indonesia (ALKI) II, yang dapat dilalui oleh kapal-kapal asing untuk menyeberangi kepulauan di Indonesia 6 Rambu-Rambu Penataan Ruang Wilayah Madura & Kota Surabaya Beroperasinya Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) membawa dampak bagi struktur tata ruang pembangunan Jawa Timur. Kini Pulau Madura tidak lagi terpisah, namun sudah menjadi bagian strategis pembangunan Surabaya Metropolitan. Oleh karena itu, konsep pengembangan kota metropolitan Gerbangkertosusilo (Peraturan Pemerintah-No.26 Tahun 2008) yang menempatkan kota Bangkalan sebagai salah satu pusat kegiatannya, perlu dikaji ulang dengan mempertimbangkan potensi kota kota lain di Pulau Madura sebagai pusat kegiatan Sementara itu, penataan Ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan (Undang-Undang No.26 Tahun 2007). Dalam kerangka pengembangan Gerbangkertasusila, jembatan Suramadu berperan dalam melancarkan arus barang dan jasa, memicu pertumbuhan ekonomi Madura, mengurangi kesenjangan ekonomi, dan mendekatkan interaksi budaya Jawa dengan Madura (Djoko Kirmanto, 2009). Peningkatan kesejahteraan rakyat Madura adalah tujuan akhir dari pembangunan tersebut. Untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut diperlukan rambu rambu pembangunan yang dituangkan kedalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Rencana tersebut memang belum selesai, namun fungsi fungsi kawasan perkotaan di Pulau Madura sudah dirumuskan oleh Pemda setempat (Tabel-3). Tabel 3. Rencana Fungsi Wilayah Suramadu & Pulau Madura No Perkotaan/wilayah Rencana fungsi wilayah Kawasan Pertanian tanaman pangan, perkebunan, SWP Gerbangkertosusila Plus hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, transportasi, industri 1 Kota Surabaya Pusat Pelayanan, perdagangan, jasa, industri, pemerintahan, pendidikan, kesehatan, transportasi, prasarana wisata 2 Bangkalan (Bagian SWP Gerbangkertosusilo Plus) Industri, pertanian, perikanan, peternakan, perdagangan, jasa, dan pariwisata, kesehatan 3 Pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, perikanan, Kabupaten Pamekasan Pendidikan, kesehatan dan pariwisata. 4 Pusat pemerintahan, perdagangan,pendidikan, Kabupaten Sampang kesehatan, pertanian, perikanan dan penggaraman 5 Pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pertanian, Kabupaten Sumenep perkebunan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan dan pariwisata Sumber : Bappeda Prop. Jatim 2008 Pembagian wilayah menjadi beberapa bagian wilayah kota/kabupaten (BWK) dengan fungsi fungsi yang berbeda dimaksudkan untuk memudahkan pengisian dan pemanfaatan ruang ruang wilayah didalamnya. Artinya, jenis maupun besaran infrastruktur yang perlu dibangun, dapat dirancang berdasarkan penetapan fungsi fungsi ruang yang ditetapkan. Penetapan ukuran atau besaran infrastuktur mempertimbangkan kemampuan lingkungan menyediakan sumberdaya produksi yang 6 Halaman 5

6 perlu didistribusikan didalam maupun keluar Pulau Madura. Eksplorasi sumberdaya produksi yang berlebihan sehingga melampaui daya dukung lingkungannya, akan menimbulkan kerusakan lingkungan yang berujung pada bencana dan kesengsaraan. Pengembangan wilayah yang terlalu luas beserta penyediaan infrastruktur yang berlebihan, sehingga melampaui daya tampung lingkungan, juga akan merusak lingkungan dan berujung pada bencana serta kesengsaraan. Aspek Fisik (Akses dan Transportasi) Semakin mudahnya akses dan transportasi ke Pulau Madura akan meningkatkan investasi pengusaha besar dan investor asing, karena Investasi di Madura relatif sama, bahkan lebih ekonomis bila dibandingkan dengan Surabaya. Harga tanah di Madura masih relatif lebih murah dibandingkan dengan di Surabaya. Pembangunan pabrik dan kantor akan lebih murah di Bangkalan dibandingkan dengan Gresik, Lamongan, Sidoarjo maupun Mojokerto. Untuk itu dukungan infrastruktur yang tepat ukuran sangat dibutuhkan untuk pengembangan Madura ke depan. Atas dasar hal tersebut, perubahan perubahan strategis yang perlu dirancang secara seksama adalah sebagai berikut: a. Peningkatan Jaringan Jalan Nasional, Propinsi dan Kabupaten. Jaringan jalan yang ada di Madura dibedakan atas Jalan Nasional, Jalan Propinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Poros Desa, dan Jalan Desa. Kualitas jalan ini perlu ditingkatkan seiring dengan prediksi pertumbuhan ekonomi, pasca pembangunan Jembatan Suramadu. Untuk Bulak, akses jalan menuju THP Kenjeran, Kenjeran Baru, Sentra Kerajinan, Sentra penjualan hasil laut perlu dilakukan pelebaran jalan. b. Realisasi Pelabuhan peti kemas. Dengan telah direncanakannya pelabuhan Tanjung Bumi di Kabupaten Bangkalan, serta Pelabuhan Pasean di Kabupaten Pamekasan, maka diharapkan wilayah utara pulau Madura dapat mengalami percepatan pertumbuhan pasca dioperasionalkan jembatan Suramdu. Pelabuhan Tanjung Bumi by nature memiliki karakteristik alami dan cocok dijadikan pelabuhan, karena pada keadaan air surut kedalamannya masih mencapai 20 meter. Dengan kedalaman seperti itu, Tanjung Bumi dapat dilabuhi kapal supertanker berukuran raksasa. Berdasarkan hasil FGD dengan Kepala BBWS tentang realisasi pelabuhan peti Kemas di pelabuhan Tanjung Bumi, maka alokasi lahan KKJS yang semula untuk sisi Surabaya seluas 600 Ha, maka mengingat padatnya penduduk di Kenjeran, alokasi lahan KKJS di sisi Surabaya cukup 200 Ha saja, sedangkan sisanya dapat diperuntukkan untuk menambah areal Pelabuhan peti kemas di sisi utara Madura. c. Pembangunan Terminal induk tipe A Bupati Bangkalan telah menggagas pembangunan terminal (tipe A) di sekitar jalan akses Suramadu di Dusun Tangkel, Burneh. Adanya terminal tersebut diharapkan dapat meningkatkan jumlah Mobil Penumpang Umum (MPU) yang melintasi jembatan Suramadu. Keberadaan terminal induk di sekitar jalan akses Suramadu dapat menjadi solusi penurunan pendapatan jasa peron di sekitar Kamal, dan peningkatan PAD dari sektor non formal lainnya. Halaman 6

7 d. Revitalisasi Jalan Kereta Api. Konservasi jalan Kereta Api yang sudal lama tidak dipergunakan, menjadi salah satu rencana strategis dari kabupaten di Pulau Madura. Hal ini dikarenakan angkutan kereta api memiliki prospek yang bagus sebagai angkutan massal antar wilayah, antar potensi ekonomi, maupun antar angkutan barang khususnya jarak jauh. Selain itu, pengembangan trayek angkutaan umum massal (komuter dan bus metro) kedepan dapat melayani kebutuhan pertumbuhan ekonomi secara terpola dalam kerangka pengembangan kota metropolitan GERBANGKERTASUSILA / GERMAKERTOSUSILA/ GERDUKERTOSUSILA Tabel 5. Kebutuhan Akses dan Transportasi sisi Madura dan sisi Surabaya No Kebutuhan Akses & Transportasi 1 Peningkatan Jaringan Jalan Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Surabaya Jalan Lintas Utara Jalan Lintas Utara Jalan Lintas Utara Jalan Lintas Utara Bulak, Menuju Pantai THR 2 Realisasi Pelabuhan Tanjung Pasean Peti Kemas Bumi 3 Terminal Induk Tipe A Bangkalan 4 Revitalisasi Jalan KA Revitalisasi Revitalisasi Revitalisasi Revitalisasi Sumber : Hasil FGD dengan BPPWS, Pemkot Surabaya & Renstra Kabupaten Aspek Ekonomi (Produksi Dan Pemasaran) a. Sektor Pertanian & Perkebunan ( Penyangga Industrialisasi di Madura) Sektor pertanian di kabupaten Sampang, menempati urutan pertama dalam hal kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 51,75 %, sedangkan di Kabupaten Bangkalan juga memberikan kontribusi sebesar 32,09%. Demikian pula halnya dengan di kabupaten Pamekasan dan Sumenep. Ini berarti bahwa sektor pertanian cukup potensial untuk dikembangkan terutama untuk komoditas kelapa dan jambu mente, karena terdapat hampir di semua wilayah Madura (Tabel 3) Tabel 3. Komoditas Potensial Sektor Pertanian & Perkebunan Pulau Madura 2007 No Komoditas Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Potensial 1 Tanaman Pangan Semua Semua Semua (padi, jagung, ubi Burneh, Socah, kayu, ubi jalar, Blega, Modung, kacang tanah, Arosbaya dan kedelai, kacang Kwanyar hijau, sayursayuran, buahbuahan) 2 Kelapa Semua Omben, Tambelangan & Banyuates. Pakong, Palengaan, Pagantenan, Pasean Batangbatang, Halaman 7

8 3 Kapuk Randu Galis dan Tanah Merah Ketapang, Banyuates, dan Sokobanah. 4 Tembakau - Sokobanah 5 Jambu Mente Tanjung Bumi, Geger dan Kokop Banyuates, Robatal, Karang Penang, Ketapang dan Sokobanah. - - Semua Pakong, Pasean, Waru Semua Dasuk 6 Cabe Jamu Tanjung Bumi dan Kokop - Larangan, Kadur, Batu Marmar Gayam, Bluto, Pragaan Sumber : Dinas Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten & dari berbagai Sumber Di Madura, tanaman tembakau merupakan tanaman idola masyarakat dan petani Madura. Tanaman tembakau memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi dan ditunjang dengan kondisi alam yang relatif kering. Hampir seluruh masyarakat kabupaten Pamekasan dan Sumenep memprioritaskan tanam tembakau sebagai mata pencarian utama di musim kemarau maupun daerah kering. Komoditas tanaman tembakau sebagian besar dipasarkan pada pasar regional, nasional maupun internasional Khususnya pada pabrik rokok (Gudang garam, Sampurna, Djarum, dan lain-lain). Untuk tanaman tembakau di Pamekasan, tembakau Pamekasan memiliki citra rasa tersendiri dan biasanya digunakan sebagai bahan campuran dari tembakau yang ada di tempat lain. Namun, luas areal tembakau maupun hasil panennya di kedua kabupaten tersebut mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir (Tabel-4). Tabel 4. Areal dan Produksi Tembakau di Kabupaten Pamekasan & Sumenep No Kabupaten Luas Areal Tembakau (Ha) Hasil Produksi/Panen (Ton) Thn 2004 Thn 2007 Thn 2004 Thn Pamekasan Sumenep Sumber : Bappeda Pamekasan dan Sampang 2007 Namun, terdapat hal yang cukup unik mengenai tembakau di Madura dan berpotensi meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap peluang profitnya. Tembakau Campalok adalah tembakau spesial yang dikenal memiliki aroma yang khas sehingga harganya yang sangat tinggi. Jika kisaran harga tembakau biasa harga rata-ratanya Rp. 30 ribu, maka harga tembakau Campalok ini bisa mencapai Rp. 650 s/d 750 ribu per kilonya. Selain itu, jenis tembakau camplok hanya tumbuh di daerah perbatasan antara Pamekasan dan Sumenep. Selain tembakau Campalok, masih ada tiga lagi jenis tembakau yang kualitanya sama yaitu Salakah, Kepoden, Treburi. Tembakau tembakau tersebut memiliki potensi untuk dikembangluaskan dan dapat dijadikan ikon pengembangan dan semangat para petani yang ada di Sumenep maupun Pamekasan. Mempertimbangkan hal tersebut, maka dalam rangka menjada ketahanan pangan, meningkatkan Halaman 8

9 kepercayaan dan kesejahteraan petani tembakau di Pulau Madura, diperlukan upaya upaya berikut ini: Meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil petanian. Pertanian tanaman semusim seperti tembakau harus sesuai dengan kondisi lahan dan karakteristik lahan tersebut serta sistem irigasinya. Hal ini diperlukan agar kualitas panen, khususnya komoditas unggulan dapat terjaga. Menambah luas areal intensifikasi tanaman pangan. Penurunan luas lahan pertaniaan seharusnya tidak mempengaruhi hasil panen, apabila diikuti dengan peningkatan areal intensifikasi tanaman pangan. Peningkatan areal intensifikasi, tentunya perlu diikuti dengan peningkatan unsur unsur terkait misalnya peningkatan (i) kegiatan balai balai latihan kerja (BLK), (ii) sekolah sekolah kejuruan, (iii) penyuluhan dan pelatihan dll. Pengaturan Pola tanam Pertanian. Peningkatan fungsi pos-pos informasi pasar, diperlukan untuk meningkatkan pengaturan ndan pengendalian pola tanam dan mencegak budaya latah menanam. Saat ini, masyarakat cenderung latah melakukan penanaman sesuai trend tanaman pertanian saat ini. Petani Sampang dan Sumenep, yang berlomba lomba menanam tembakau adalah contoh kelatahan tersebut karena lahannya tidak cocok untuk ditanami tembakau. Hal tersebut berakibat pada kualitas hasil panen dan berlebihnya produksi sehingga harga jualnya rendah. Sentra Pemasaran & Pengembangan Komoditi Potensi. Sentra-sentra pengembangan kegiatan dari suatu komoditi potensial, diperlukan untuk menjaga kualitas produksi dan juga memacu perkembangan wilayah. Sentra sentra tersebut diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan sistem pengelolaan yang masih sangat tradisonal dan meningkatkan efisiensinya. Peningkatan Modal Petani. Modal awal diperlukan petani untuk menyiapkan lahan, menyediakan bibit unggul, membasmi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Modal yang cukup dapat meningkatkan kuantitas maupun kualitas hasil produksi meskipun luas lahannya tidak berubah. Peningkatan produksi dan pendapatan diharapkan dapat meningkatkan motivasi petani untuk berusaha dalam memperbaiki sistem budidaya dan pola usaha yang dilakukan. b. Sektor Industri Kerajinan & Industri Rumah Sektor Industri kerajinan dan Industri Rumah (Home Industri) dinilai sebagai sektor yang berpotensi menambah PDRB baik di sisi Madura maupun di sisi Surabaya. Industri kerajinan dan rumah tangga tersebut yang tersebar di seluruh kabupaten Madura & Kota Surabaya. Sentra-sentra industri kerajinan dan industri rumah ini merupakan cikal bakal pengembangan kegiatan dari suatu komoditi potensial, oleh karena itu, diperlukan sebuah perencanaan wilayah ke depan untuk menjaga kualitas produksi dan juga memacu perkembangan wilayah. Sentra sentra tersebut diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk masyarakat baik di sisi Madura maupun di sisi Surabaya ( Tabel 5) Halaman 9

10 Tabel 5. Sentra Industri Kerajinan dan Industri rumah sisi Madura dan Sisi Surabaya No Sentra Industri Kerajinan & Industri Rumah 1 Kerajinan Batik 2 Industri Garam Rakyat Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Surabaya Tanjung Bumi 3 Sentra Ranjang Palek & Mebel 4 Kerajinan Kerang 5 Petis Ikan kwanyar 6 Industri Kerupuk 7 Industri Genteng 8 Kerajinan Topeng Aspek Penduduk Kwanyar, Kamal Sampang, Jrengkik Sampang, Camplong, Torjun, Pangarengan, Jrengik dan Sreseh Sampang Camplong Sampang, Camplong, Ketapang Karang Penang Propo, Pagentenan, Pamekasan Pademawu, Galis, Pamekasan, Galis, Larangan Galis, Pademawu, Tlanakan, Pasean Pamekasan, Tlanakan, Kadur Palengaan Bluto Kali Anget Pasongsong an, Ambunten, Dasuk, Batu Putih, Batangbatang, Dungkek, Dasuk Bulak Bulak Bulak Manfaat langsung dari Jembatan Suramadu adalah meningkatnya kelancaran arus lalu lintas atau angkutan barang dan orang. Dengan semakin lancarnya arus lalu lintas berarti menghemat waktu dan biaya. Manfaat selanjutnya adalah merangsang tumbuhnya aktivitas perekonomian. Manfaat langsung lainnya yang dapat diperhitungkan adalah nilai penerimaan dari tarif tol yang diberlakukan. Transportasi barang dan orang yang semakin meningkat, akan meningkatkan penerimaan dari tarif tol. Manfaat tidak langsung atau manfaat sekunder adalah multiplier effect dari Jembatan Suramadu. Ini merupakan dinamika yang timbul dan merupakan pengaruh sekunder (secondary effect), antara lain: Meningkatnya jumlah penduduk akan merangsang naiknya permintaan barang dan jasa. Selanjutnya akan merangsang meningkatnya kegiatan perekonomian, berkembangnya usaha di sektor pertanian, industri, perdagangan, jasa dan meningkatnya arus barang masuk ke Pulau Madura. Meningkatnya kebutuhan untuk kawasan pemukiman dan infrastruktur Halaman 10

11 Meningkatkan PDRB dan kesejahteraan masyarakat. Grafik 1. Volume Penyebrangan Ujung-Kamal Tahun Volume Penyebrangan Ujung-Kamal Periode Volume Rata-Rata Per Hari Penumpang Roda 2 Roda 4 0 Th.2004 Th.2005 Th.2006 Th.2007 Th.2008 Th.2009 Periode Sumber : diolah dari PT Indonesia Ferry (Persero Surabaya) & Kompas 17 November 2009 Berdasarkan pada Grafik 1.Volume penyebrangan Ujung-Kamal Tahun , terlihat sejak Tahun 2004 telah terjadi penurunan penumpang kapal Fery hingga di resmikannya jembatan Suramadu. Ini berarti bahwa transportasi penyebrangan Fery tidak meningkatkan mobilitas orang dan barang, sehingga jembatan Suramadu sangat dibutuhkan untuk menggairahkan mobilitas orang dan barang dari dan ke pulau Madura. Di sisi lain, sejak diresmikanny jembatan Suramadu, mobilitas orang dan barang yang melintasi jembatan Suramadu cukup tinggi (lihat Grafik 2). Rata-Rata orang yang ke dan dari Pulau Madura terus mengalami peningkatan sejak bulan Juni Ini mengindikasikan bahwa meningkatnya mobilitas penduduk akan merangsang naiknya permintaan barang dan jasa di sebuah wilayah. Selanjutnya akan merangsang meningkatnya kegiatan perekonomian, berkembangnya usaha di sektor pertanian, industri, perdagangan, jasa dan meningkatnya arus barang masuk ke Pulau Madura. Grafik 2. Volume pengguna Jembatan Suramadu periode Juni Oktober 2009 Volume Pengguna Jembatan Suramadu Periode Juni - Oktober , ,000 Volume Rata-Rata Per Hari 120, ,000 80,000 60,000 40,000 Penumpang Roda 2 Roda 4 20,000 0 Juni'09 Juli'09 Augt'09 Sept'09 Okt'09 Periode Halaman 11

12 Sumber : Diolah dari PT Jasa Marga, dengan asumsi 1 Mobil dan Motor ditumpangi oleh 2 orang Aspek Teknologi Kebutuhan air di Madura kedepan, merupakan hal yang sangat penting untuk diantisipasi mulai dari sekarang. Hal ini dikarenakan Madura direncanakan menjadi daerah industri sehingga membutuhkan pasokan air bersih yang besar. Kebutuhan air baku seluruh Madura diperkirakan mencapai ltr/dtk, dan setengahnya untuk industri sedangkan sisanya untuk kebutuhan air masyarakat. Sementara itu, karakteristik Pulau Madura, khusunya KKJS adalah sebagai berikut: hanya sedikit sungai-sungai di Madura yang dialiri air sepanjang tahun Lokasi KKJS jauh dari sungai KKJS suhunya sangat panas, dan jauh dari sumber air serta tanahnya gersang sehinggahanya sedikit tanaman yang dibudidayakan Potensi air tanah dalam termasuk kecil. Dari 7 sumur P2AT di daerah irigasi Bangkalan, hanya 4 yang berfungsi, karena selain debitnya kecil, banyak yang rusak akibat pemeliharaan yang minim dan pengrusakan oleh warga Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan sentuhan teknologi seperti pemanfaatan air laut untuk air baku air industri, menjadi alternatif yang perlu dipertimbangkan. Kelangsungan penyediaan air baku, menjadi pertimbangan utama pemilihan sistem. Biaya investasi dan O&P menjadi pertimbangan kedua. Diperlukan studi kelayakan untuk keperluan ini. Aspek Sosial Budaya a. Dualisme Sosio Kultural Masyarakat. Dalam merencanakan pemanfaatan ruang (KKJS) sebaiknya perlu melihat sosio kultural masyarakat. Pembangunan Jembatan Suramadu bukan saja menghubungkan kedua pulau Jawa dan Madura, namun juga menghubungkan dua kultur masyarakat. Kultur masyarakat di sisi Madura ternyata sangat berbeda dengan kultur masyarakat di sisi Surabaya (Tabel 4). Perbedaan Sosio Kultural tersebut sangat berpengaruh terhadap karakteristik ruang sosial baik di sisi Madura maupun di sisi Surabaya, oleh karenanya hal ini perlu dipertimbangkan dalam menyusun pemanfaatan ruang spasial baik di sisi Madura maupun di sisi Surabaya Tabel 4. Dualisme Sosio Kultural Masyarakat Surabaya dan Madura No Masyarakat Madura Masyarakat Surabaya 1 Dominasi ethnic Madura homogen 2 Dominasi ethnic Jawa heterogen 3 Pola hidup pedesaan, pertanian & Nelayan Dominasi ethnic Jawa heterogen Memiliki perekonomian baik akses lebih Pola hidup perkotaan, Buruh & nelayan Halaman 12

13 4 Keterdidikan masih lemah 5 Lebih memegang teguh nilai-nilai tradisionil 6 Peran pemuka masyarakat sebagai panutan lebih kental (paternalistik) Keterdidikan tinggi lebih Lebih terbuka terhadap budaya baru Peran pemuka masyarakat sudah tidak terlalu dominan b. Pengembangan Obyek Wisata di sisi Madura dan Surabaya Hingga saat ini, obyek-obyek wisata di Pulau Madura & Kota Surabaya belum dikembangkan secara maksimal karena obyek wisata belum termasuk skala prioritas. Pariwisata di Madura, terbagi atas wisata alam, dan wisata buatan serta wisata sejarah dan budaya. Ada kesan obyek wisata di Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep dikelola apa adanya. Pengembangan pariwisata yang belum maksimal tersebut antara lain disebabkan hal hal sebagai berikut: Persepsi masyarakat tentang kedekatan industri pariwisata dengan kemaksiatan masih belum terhapus, sehingga belum mendapat cukup dukungan dari tokoh masyarakat. Akibatnya, pariwisata terkesan berjalan sendiri tanpa panduan. Objek wisata Api tak Kunjung Padam di daerah Pamekasan yang hanya dimanfaatkan untuk membakar jagung, adalah contoh konkrit kurangnya perhatian terhadap objek wisata. Infrastruktur jalan nasional, propinsi dan kabupaten belum mendukung sektor pariwisata. Akses jalan terutama ke pantai utara di kabupaten Pamekasan dan Sampang belum memadai. Sebagai contoh pantai Camplong, pantai Nipah, air terjun Toroan memiliki potensi wisata pantai. Sayangnya dari sejumlah potensi pantai tersebut, hanya Pantai Camplong yang dikelola dengan baik. Sedangkan air terjun Toroan di Ketapang dan Pantai Nipah masih dibiarkan tetap perawan. Padahal kedua objek itu juga mempunyai daya tarik tersendiri. Air terjun Toroan yang mengucurkan air langsung ke pantai Laut Jawa masih dibiarkan apa adanya. Sedangkan Pantai Nipah yang berhutan pantai dan dihuni sekawanan kera masih dibiarkan apa adanya. Padahal objek ini bisa dijadikan tontonan bagi setiap wisatawan yang berkunjung kesana. Pengembangan pariwisata di empat (4) kabupaten, dikembangkan sendirisendiri sesuai kemampuan dan kewenangan otonomi daerah. Hal ini yang menyebabkan tidak tersinerginya obyek daerah tujuan wisata satu dengan yang lainnya. Selain objek-objek wisata berpanorama alam pantai, sebenarnya Madura juga memiliki objek wisata sejarah, budaya dan alam. Inventarisasi potensi Wisata di sisi Madura dan Surabaya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Halaman 13

14 Tabel 4. Potensi Wisata sisi Madura dan Surabaya No Potensi Wisata 1 Wisata Alam 2 Wisata Budaya 3 Wisata Sejarah/Re ligi 4 Wisata Buatan Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Kota Surabaya Pantai siring Pantai Pantai Talang kemuning Camplong Siring (kecamatan (Kec.Camplong) (Kec.Galis) ; Api Tanjung ; Air Terjun tak kunjung Bumi); Toroan Padam Pantai (Kec.Ketapang); (Kec.Tlanakan); Rongkang Hutan Kera Pantai Batu (Kec.Kwany Nepa Kerbuy ar); Pantai (Kec.Banyuates) (Kec.Pasean); Sampilangan ; Gua Lebar Pantai Jumiang (Kec.bangkal (Kec.Sampang); (Kec. an) Goa Macan Pademawu); (Kec.Sokobanah Lembah Sembir ); Goa Kelelawar (Kec.Batumarm (Kec.Sokobanah ar) Kesenian Salabadan (semua kecamatan), Karapan Sapi (Kec. Bangkalan) Bukit Geger ( Geger); Makam Ratu Ebhu (Kec.Arosbo yo); Pasarean M.Cholil (Kec.Bangka lan); Makam Aer Mata (Aros Baya) Museum Purbakala (Kec.Bangka lan) ) Karapan Sapi, Sapi Sonok Makam Sayyid Ustman Bin Ali Bin Abdillah Al- Habsyi (Kec.Sokobanah ) Sumber Otto (Kec.Camplong) ; Waduk Klampis (Kec.Kedungdun g); Waduk Nipah (Kec.Banyuates) Karapan Sapi;Sapi Sonok; (Kec.Pamekasa n)upacara Petik Laut Pesarean Batuampar (Kec.Proppo) Vihara Alokitesvara (Kec.Galis) Monumen Are' Lancor (Kec. Pamekasan), Kolam Renang Tirta Besuki (Kec.Pamekasa n) Taman Hiburan Pantai Kenjeran (Kec. Bulak) Guna mensinergikan dan meningkatkan potensi sosial budaya sisi Madura dan sisi Surabaya, diperlukan solusi antara lain : Memberikan jaminan hukum dan kenyamanan usaha bagi investor di bidang pariwisata, termasuk mengurangi persepsi kekhawatiran bahwa pariwisata berdekatan dengan maksiat. Meningkatkan infrastruktur jalan serta fasilitas obyek tujuan wisata (tempat istirahat/penginapan, restorasi, sarana bermain anak-anak, dll) sebagai solusi konkrit untuk membuka lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi masyarakat. MoU 4 (Empat) kabupaten di Madura yang ada tentang pengembangan pariwisata terpadu, melalui pembinaan dan pengembangan pariwisata di tingkat Propinsi Jawa Timur. Halaman 14

15 Aspek Pelayanan Sosial, Jasa/Publik a. Kebutuhan Masyarakat Madura terhadap BLK, SMK dan SMA Unggulan (Antisipasi terhadap Industrialisasi) Upaya antisipasi terhadap perubahan pola pikir, perilaku masyarakat terutama sisi Madura agar dapat mendukung aktivitas ekonomi, layak diperlukan agar masyarakat Madura tetap menjadi tuan rumah seiring perkembangan ekonomi. Dengan direncanakannya Kawasan Kaki Jembatan Suramadu (KKJS) sisi Madura sebagai area Industri, dibarengi dengan rencana Pelabuhan peti kemas di bagian utara Madura, memerlukan tenaga kerja terampil siap kerja. Upaya-upaya peningkatan kapasitas SDM perlu segera direalisasi. Kemitraan antara pondok pesantren dengan Balai Latihan Kerja / Sekolah Unggulan / Universitas harus segera diaplikasikan. Santri Pondok Pesantren di Madura perlu dibekali dengan kemampuan siap kerja (Keahlian, keterampilan, dll). Pondok Pesantren Plus perlu diperbanyak guna peningkatan kapasitas SDM ke depan. Sebagai contoh, pada tahun 2009 Pemerintah Kabupaten Bangkalan telah merencanakan dana alokasi untuk pendidikan dengan total APBD untuk anggaran pendidikan sebesar Rp. 54,2 Milyar. Selain itu Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah memberikan tambahan dana pendidikan sebesar Rp. 5,5 Milyar. Namun dana tersebut tidak hanya diperuntukkan untuk pembangunan BLK, SMK dan SMU Unggulan saja melainkan untuk seluruh strata pendidikan mulai dari SD, SMP dan SMA di seluruh Bangkalan. Upaya pembangunan BLK & SMK yang mencukupi merupakan solusi konkrit untuk mengejar kebutuhan industrialisasi di Kawasan Kaki Jembatan Suramadu dan meningkatkan kualitas SDM di Madura. Diperlukan alokasi ruang wilayah dan dana pembangunan untuk BLK & SMK yang cukup, untuk mengejar ketersediaan fasilitas BLK dan SMK di Pulau Madura khususnya di Kawasan Kaki Jembatan Suramadu. b. Sinergitas Konsep Tata Ruang. Madura memiliki sumber daya, seperti tanaman pangan, peternakan, perikanan, pertambangan golongan C, minyak dan gas bumi, serta kawasan wisata. Namun, besarnya potensi tersebut belum membuat wilayah Madura berkembang pesat. Konsep tata ruang masing-masing Kabupaten Sampang, Pamekasan dan Sumenep, hingga saat ini belum terintegrasi dalam satu kesatuan, yaitu Pulau Madura. Bahkan ada sebagian berpendapat, jika tataruang disatukan, Pulau Madura bisa menjadi propinsi tersendiri. Namun, upaya untuk menyatukan tata ruang menjadi satu kesatuan harus segera direalisasi. Mensinergikan penataan ruang kawasan metropolitan Gerbangkertosusilo, memang tidak mudah. Diperlukan anggaran, waktu dan kebersamaan. Salah satu solusi konkritnya, adalah pemberian batuan teknis dari Direktorat Jenderal Tata Ruang Departemen Pekerjaan Umum untuk mensinergikan penataan ruang tersebut. Aspek Administrasi, Politik, dan Kelembagaan a. Sosialisasi Konsep Gerbangkertasusila/Germakertasusila/Gerdukertasusila Pengembangan kawasan metropolitan di sisi Madura yang sebelumnya hanya terbatas untuk Kabupaten Bangkalan, kini diperluas ke seluruh Pulau Madura. Pentingnya Jembatan Suramadu untuk memacu pengembangan kawasan Halaman 15

16 strategis nasional (KSN) telah dinyatakan pada peresmian pengoperasiannya. Pada awalnya, KSN tersebut terdiri dari 7 (tujuh) daerah yaitu Kabupaten Gresik, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Mojokerto, Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Lamongan. Pasca terwujudnya Jembatan Suramadu, Pemprov Jatim memandang perlu untuk memperluas kawasan tersebut menjadi Germakertasusila/Gerdukertasusila. Namun, berdasar hasil survey di Kabupaten Sampang, Pamekasan dan Sumenep, masyarakat termasuk pejabat di pemerintah kabupaten, belum semua memahami konsep kawasan metropolitan Gerbangkertasusila/ Germakertasusila/ Gerdukertasusila tersebut. Ada kekhawatiran dan ketidakrelaan jika nanti pengembangan Madura hanya di Bangkalan saja. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan antara lain: Sinergikan konsep Renstra ke empat kabupaten yang ada kedalam satu tujuan yaitu untuk kemajuan masyarakat di Pulau Madura. Mengkomunikasikan secara terus menerus tentang konsep Gerbangkertasusila/ Germakertasusila/Gerdukertasusila. Ada solusi konkrit terkait dengan kemudahan investasi yang langsung dapat dinikmati oleh masyarakat Madura. b. Sosialisasi Peran BPPWS Berdasarkan Peraturan Presiden No.27 Tahun 2008, tugas BPPWS (Badan Pelaksana Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura) yang perlu dipahami oleh para pihak yang berkepentingan (Stakeholder) adalah sebagai berikut: 1) menyusun rencana induk dan rencana kegiatan pengembangan sarana dan prasarana serta kegiatan pengembangan wilayah Suramadu; 2) melaksanakan pengusahaan (i) Jembatan Tol Suramadu dan (ii) Jalan Tol Lingkar Timur (Simpang Juanda - Tanjung Perak) melalui kerja sama dengan badan usaha pemenang pelelangan pengusahaan jembatan tol dan jalan tol dimaksud;, dan (iii) pelabuhan petikemas di Pulau Madura; 3) membangun dan mengelola: a) wilayah kaki Jembatan Surabaya - Madura, yang meliputi (i) wilayah di sisi Surabaya Ha (enam ratus hektar); dan (ii) wilayah di sisi Madura Ha (enam ratus hektar). b) kawasan khusus di Pulau Madura seluas Ha (enam ratus hektar) dalam satu kesatuan dengan wilayah pelabuhan petikemas dengan perumahan dan industri termasuk jalan aksesnya. 4) menerima dan melaksanakan pelimpahan sebagian wewenang dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah; 5) menyelenggarakan pelayanan satu atap untuk urusan perizinan di wilayah Suramadu; 6) melakukan fasilitasi dan stimulasi percepatan pertumbuhan ekonomi masyarakat Jawa Timur, antara lain dalam: a) pembangunan jalan akses menuju Jembatan Tol Suramadu, baik di wilayah sisi Surabaya maupun di wilayah sisi Madura; b) pembangunan jalan pantai utara Madura (Bangkalan - Sumenep); c) pembangunan jalan lintas selatan Madura (Bangkalan - Sumenep); Halaman 16

17 d) pembangunan jalan penghubung pantai utara Madura dengan lintas selatan Madura; e) pembangunan infrastruktur perhubungan antarwilayah kepulauan; f) pengembangan sumber daya manusia (SDM) dalam rangka (i) industrialisasi di Pulau Madura; dan (ii) penyediaan infrastruktur air baku, air minum, sanitasi, energi, dan telekomunikasi di wilayah Suramadu. Tersirat dalam tugas tersebut adalah bahwa BPPS diharapkan dapat menjadi penengah dalam menyelesaikan berbagai kepentingan yang berbeda untuk mengoptimalisasikan pemanfaatan jembatan Suramadu. Namun, ada dua hal penting yang perlu segera diperhatikan dalam merealisasikan tugas tugas tersebut yaitu: 1. Kewenangan. Meskipun pembentukan lembaga BPPWS berdasarkan Perpres no 27 tahun 2008, batasan dan operasionalisasi kewenangan sebaiknya dibahas dengan pemda terkait. Hasilnya ditulis dalam suatu berita acara atau memorandum of understanding. Masalah Ijin investasi, penerimaan daerah dari pengusahaan jalan tol, pelabuhan peti kemas adalah beberapa aspek kewenangan yang memerlukan kejelasan operasionalisasinya. 2. Struktur kepengurusan di BPPWS, BPPS adalah lembaga independent dan professional. Oleh karena itu rekruitmen SDM harus dilakukan secara professional dan transparan. Integritas, kompetensi, dan interpreunership adalah beberapa kriteria yang perlu masuk dalam proses seleksi. Sistem manajemen mutu (SMM) harus menjadi instrument perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian proses proses kerja BPPS untuk menjamin profesionalismenya. KESIMPULAN & SARAN Kesimpulan Saran 1. Potensi pariwisata, budaya dan industri rakyat Madura dapat dijadikan potensi andalan Pulau Madura untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, selain itu sektor pertanian dan perkebunan perlu ditingkatkan sebagai penyangga industrialisasi kedepan, khususnya penggalakan tanaman tembakau sebagai tanaman idola masyarakat. 2. Masyarakat Madura membutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan merealisasikan Balai Latihan Kerja (BLK) untuk mempersiapkan dan menyongsong industrialisasi kedepan, sehingga masyarakat Madura tidak hanya menjadi penonton dalam pembangunan. 3. Pengembangan potensi pariwisata dan industri rakyat di kawasan pesisir sisi Surabaya tepatnya di kecamatan Bulak dan Kenjeran dapat dilakukan dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan yang tinggal bersinggungan dengan jembatan Suramadu yaitu dengan pembangunan sentra industri hasil laut, peningkatan sarana penangkapan ikan dan penataan lingkungan nelayan sebagai wisata kuliner. 1. Diperlukan langkah koordinasi antara pemerintah kota/daerah dengan BPPWS (Badan Pelaksana Pengembangan Wilayah Surabaya Madura), dalam hal Halaman 17

18 merumuskan skenario kebijakan Sosial Ekonomi, Teknis & Tata Ruang yang berpihak kepada semua 2. Selain kebutuhan air baku, pasokan listrik perlu diperhatikan untuk memenuhi kebutuhan industrialisasi di Madura. 3. Potensi pariwisata, budaya Madura dan industri rakyat sebagai Daerah Tujuan Wisata (DTW) perlu dikembangkan dengan membangun sarana dan prasarana yang mencukupi seperti peningkatan jalan akses, penginapan yang memadai dan dibutuhkan sentuhan investor dalam hal pengelolaannya. 4. Perlu percepatan pembangunan infrastruktur jalan akses di kota Surabaya menuju jembatan Suramadu seperti percepatan Middle East Ring Road, dan penataan kawasan permukiman di kawasan kaki jembatan Suramadu. Halaman 18

19 DAFTAR PUSTAKA Abdul Wahab. Solichin, Masa Depan Otonomi Daerah : Kajian Sosial, Ekonomi dan Politik untuk Menciptakan Sinergi dalam Pembangunan Daerah, Penerbit SIC, Surabaya Adi, Rukminto Isbandi Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI. Anonymous Hasil Sensus Penduduk 2000 : Karakteritik Kabupaten Bangkalan Anonymous Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2001 Propinsi Jawa Timur Surabaya Anonymous Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bangkalan 2004, Bappeda dan BPS Bangkalan Anonymous Jawa Timur Dalam Angka. BPS Propinsi Jawa Timur. Anonymous. 2007, Kabupaten Bangkalan Dalam Angka, Jawa Timur Anonymous. 2007, Kabupaten Pamekasan Dalam Angka, Jawa Timur Anonymous. 2007, Kabupaten Sampang Dalam Angka, Jawa Timur Anonymous. 2007, Kabupaten Sumenep Dalam Angka, Jawa Timur Bappeda Pamekasan, 2007 Laporan Akhir Rencana Tata Ruang Kabupaten Pamekasan, 2007 Bappeda Kabupaten Sampang, Profil Daerah Sampang, 2009 Balitbang Departemen Dalam Negeri dan Otonomi daerah, 2000, Metode Penelitian Sosial (Terapan dan Kebijaksanaan), Jakarta Burgess, Robert G, In The Filed: An Introduction to Field Research, London: George Allen & Unwin Publisher Ltd. Erny Susanti Hendarso, 2005, Metode Penelitian, Jakarta, 2005 Ife, Jim, Community Development: Creating Community Alternatives Vision, Analysis and Practice. Longman. Neuman, W.Lawrence. Social Research Methods : Qualitative and Quantitative Approach 4th Edition. Boston : Allym an Bacon, 2000 Soekanto, Soejono Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Tjokrowinoto, Moeljarto 2001, Pembangunan dilema dan tantangan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001 Halaman 19

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMPANG

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMPANG 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMPANG 4.1 Kondisi Geografis dan Administratif Luas wilayah Kabupaten Sampang 1 233.30 km 2. Kabupaten Sampang terdiri 14 kecamatan, 6 kelurahan dan 180 Desa. Batas administrasi

Lebih terperinci

Gambaran Umum Kondisi Daerah

Gambaran Umum Kondisi Daerah Gambaran Umum Kondisi Daerah Daya Saing Kabupaten Bangkalan Daya Saing Kabupaten Bangkalan merupakan kemampuan perekonomian Kabupaten Bangkalan dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Indonesia sedang melakukan pembangunan wilayah yang bertujuan menyejahterakan rakyat atau menjadi lebih baik dari sebelumnya. Indonesia terdiri dari pulau-pulau

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

Sidang Akhir Tugas Akhir

Sidang Akhir Tugas Akhir Sidang Akhir Tugas Akhir Aji Muda Casaka Laboratorium E-Bisnis Jurusan Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Dosen Pembimbing: Faizal Johan Atletiko, S.Kom,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak didominasi oleh lahan-lahan kering (tegalan). Hal inilah yang. pendirian perkebunan relatif kurang menguntungkan.

I. PENDAHULUAN. banyak didominasi oleh lahan-lahan kering (tegalan). Hal inilah yang. pendirian perkebunan relatif kurang menguntungkan. I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kabupaten Bangkalan umumnya dihuni oleh masyarakat yang relatif homogen, yaitu masyarakat bersuku bangsa Madura, walaupun beberapa tahun terakhir mulai berdatangan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA - MADURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka optimalisasi pengembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN KABUPATEN BANGKALAN SEBAGAI DAERAH LOKASI KEGIATAN INDUSTRI DI PROPINSI JAWA TIMUR TERKAIT RENCANA PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU

BAB V PENGEMBANGAN KABUPATEN BANGKALAN SEBAGAI DAERAH LOKASI KEGIATAN INDUSTRI DI PROPINSI JAWA TIMUR TERKAIT RENCANA PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU 107 BAB V PENGEMBANGAN KABUPATEN BANGKALAN SEBAGAI DAERAH LOKASI KEGIATAN INDUSTRI DI PROPINSI JAWA TIMUR TERKAIT RENCANA PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU Pada bab ini akan dipaparkan mengenai peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

EVALUASI DAMPAK PASCA PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU

EVALUASI DAMPAK PASCA PEMBANGUNAN JEMBATAN SURAMADU Pasca Pembangunan Jembatan Nasional Suramadu Jembatan Nasional Suramadu adalah jembatan yang melintasi Selat Madura, menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan, tepatnya timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat. Dimana kenaikan pendapatan

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Garam merupakan komoditas vital yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari untuk dikonsumsi maupun untuk kegiatan industri. Permintaan garam terus meningkat seiring

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015 BALAI SIDANG JAKARTA, 24 FEBRUARI 2015 1 I. PENDAHULUAN Perekonomian Wilayah Pulau Kalimantan

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA Wilayah Pekanbaru dan Dumai berada di Provinsi Riau yang merupakan provinsi yang terbentuk dari beberapa kali proses pemekaran wilayah. Dimulai dari awal

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik sesuai dalam UUD 1945 (Ramelan, 1997). Peran pemerintah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 18 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan ekonomi Nasional yang bertumpu pada upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur seperti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kawasan Gerbangkertosusila (Gresik-Bangkalan-Mojokerto-Surabaya- Sidoarjo-Lamongan) merupakan salah satu Kawasan Tertentu di Indonesia, yang ditetapkan dalam PP No.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan nasional Negara Indonesia adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, diantaranya melalui pembangunan ekonomi yang berkesinambungan. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 61 TAHUN 2006 TENTANG PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN PENGENDALIAN KETAT SKALA REGIONAL DI PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481)

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481) IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481) disusun oleh : MOHAMMAD WAHYU HIDAYAT L2D 099 437 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) BAB V PEMBAHASAN Pembahasan ini berisi penjelasan mengenai hasil analisis yang dilihat posisinya berdasarkan teori dan perencanaan yang ada. Penelitian ini dibahas berdasarkan perkembangan wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2010-2015 MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah No Tujuan Indikator Kinerja Tujuan Kebijakan Umum Sasaran Indikator Sasaran Program Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH Perencanaan dan implementasi pelaksanaan rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 akan dipengaruhi oleh lingkungan strategis yang diperkirakan akan terjadi dalam 5 (lima)

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMPANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS -54- BAB III ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Pola penentuan isu-isu strategis sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teluk Bungus yang luasnya ± 17 km 2 atau 1383,86 Ha berada di Kecamatan Bungus Teluk Kabung. Kecamatan ini merupakan kecamatan pesisir di wilayah selatan Kota Padang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang 3.977 mil diantara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik terdiri dari luas daratan 1.91

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share Metode shift share digunakan dalam penelitian ini untuk melihat

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

Potensi Cabe Jamudi Beberapa Kabupaten di Madura sebagai Bahan Jamu

Potensi Cabe Jamudi Beberapa Kabupaten di Madura sebagai Bahan Jamu Potensi Cabe Jamudi Beberapa Kabupaten di Madura sebagai Bahan Jamu Ratna Dewi Judhaswati Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Timur ratnajudhas14@yahoo.com Abstrak Ramuan Jamu Madura sudah

Lebih terperinci

KEBUTUHAN HIDUP LAYAK PNS DI KABUPATEN KEBUMEN

KEBUTUHAN HIDUP LAYAK PNS DI KABUPATEN KEBUMEN KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) RISET UNGGULAN DAERAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2015 KEBUTUHAN HIDUP LAYAK PNS DI KABUPATEN KEBUMEN Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan tentang studi pengembangan wilayah di Kapet Bima dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kapet Bima memiliki beragam potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 2 0 T A H U N TANGGAL :

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 2 0 T A H U N TANGGAL : STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH PENDIDIKAN TK DAN SD PENDIDIKAN SMP DAN SM TENAGA PENDIDIKAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH PENGAJARAN TK DAN SD PENGAJARAN SMP DAN SM TENAGA

Lebih terperinci

KEPALA DINAS BIDANG PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN BIDANG TANAMAN PANGAN BIDANG TANAMAN HORTIKULTURA BIDANG PETERNAKAN

KEPALA DINAS BIDANG PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN BIDANG TANAMAN PANGAN BIDANG TANAMAN HORTIKULTURA BIDANG PETERNAKAN DINAS PERTANIAN KEPEG DAN KEU TANAMAN PANGAN TANAMAN HORTIKULTURA PETERNAKAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN SARANA PRASARANA TANAMAN PANGAN SARANA PRASARANA TANAMAN HORTIKULTURA SARANA PRASARANA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan adanya kecenderungan menipis (data FAO, 2000) terutama produksi perikanan tangkap dunia diperkirakan hanya

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH - 125 - BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan untuk mencapai Visi dan Misi selanjutnya dipertegas melalui strategi pembangunan daerah yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI REGIONAL KOMODITAS TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN

ANALISIS EKONOMI REGIONAL KOMODITAS TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN ANALISIS EKONOMI REGIONAL KOMODITAS TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN Isdiana Suprapti Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Abstract Tobacco is a seasonal crop, an important commodity

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN UMUM Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan 66 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian diperoleh dari survei primer dan sekunder terhadap ketersediaan dan kebutuhan prasarana dan sarana transportasi perkotaan di empat kelurahan di wilayah

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : DR.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan basis perekonomiannya berasal dari sektor pertanian. Hal ini disadari karena perkembangan pertanian merupakan prasyarat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkebunan merupakan salah satu subsektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan

Lebih terperinci

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN PERKEBUNAN DI KABUPATEN BIREUEN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 08 Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi serta Sosial Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang Tujuan Sosialisasi Pedoman Teknik Analisis Aspek Fisik ik & Lingkungan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata diposisikan sebagai sektor yang strategis dalam pembangunan nasional sekaligus menjadi salah satu sumber devisa. Sektor ini perlu dikembangkan karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk. meningkatkan taraf hidup manusia. Aktivitas pembangunan tidak terlepas

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk. meningkatkan taraf hidup manusia. Aktivitas pembangunan tidak terlepas I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Aktivitas pembangunan tidak terlepas dari pemanfaatan sumberdaya alam yang dapat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci