Rencana Strategis Direktorat SPKP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rencana Strategis Direktorat SPKP"

Transkripsi

1 Rencana Strategis Direktorat SPKP Formatted: Header distance from edge: 0.49", Footer distance from edge: 0.49" KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan (disingkat Direktorat SPKP). Direkrorat SPKP bertugas menyelenggarakan kegiatan surveilan keamanan pangan, promosi keamanan pangan dan penyuluhan keamanan pangan sekaligus merupakan kawal depan Badan POM untuk memperkuat Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) di seluruh Indonesia. Penyusunan Dokumen Rencana Strategis (Renstra) adalah merupakan amanat Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dengan maksud untuk dijadikan pedoman dalam arah proses perubahan yang dilakukan oleh Direkrorat SPKP agar terlaksana secara lebih terstruktur, lebih terukur dan tepat sasaran. Meskipun demikian, Renstra ini hendaknya dilaksanakan dengan tetap memerhatikan perkembangan yang terjadi di tingkat nasional, regional, maupun global. Akhirnya, mewakili Direktorat SPKP, saya menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada Tim Penyusunseperti disebut dalam Lampiran. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita semua dalam menerjemahkan Renstra ini ke dalam program tahunan selama lima tahun dari Jakarta, Januari Direktur Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Drs. Halim Nababan, MM NIP ii

2 DAFTAR ISI Rencana Strategis Direktorat SPKP KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... Iii BAB I BAB II BAB III BAB IV PENDAHULUAN 1. Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan... 3 VISI,MISI, DAN TUJUAN 1. Visi Misi Tujuan dan Sasaran Strategis& Sasaran Strategis 6... ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN 1. Arah Kebijakan dan Strategi BPOM Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat SPKP Kerangka Regulasi Kerangka Kelembagaan TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 1. Target Kinerja Indikator Kinerja Kerangka Pendanaan BAB V PENUTUP LAMPIRAN... Lampiran I. Matriks Kerangka Regulasi & Regulasi yang ada saat ini terkait SPKP Lampiran II.Struktur Organisasi SPKP Lampiran III. Program Kerja Direktorat Surveilan Dan Penyuluhan Keamanan Pangan Lampiran IV. Matrik kinerja dan Pendanaan SPKP Pada Renstra BPOM Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted Table Formatted: Right, Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted: Right, Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted: Right, Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted: Right, Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted: Indent: Left: 0.02", Hanging: 0.2", Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted: Space After: 0 pt Formatted: Space After: 0 pt Formatted: Space After: 0 pt Formatted: Space After: 0 pt iii

3 Rencana Strategis Direktorat SPKP iv

4 Rencana Strategis Direktorat SPKP Formatted: Header distance from edge: 0.49", Footer distance from edge: 0.49" BAB I PENDAHULUAN 1. KONDISI UMUM Secara internasional, sistem surveilan keamanan pangan memiliki tujuan ganda; yang pertama adalah untuk mendeteksi, mengendalikan dan mencegah terjadinya kasus-kasus di bidang keamanan pangan. Sebagian besar negara-negara anggota WHO telah memiliki sistem surveilan dan respon yang berfungsi dengan baik, tetapi efektivitas dan cakupan dari sistem tersebut bervariasi dari satu negara ke negara lainnya seperti halnya di Indonesia masih perlu dioptimalkan. Untuk melakukan pencegahan terjadinya kasuskasus keamanan pangan dengan baik, maka penting untuk mengembangkan sistem surveilan dan respon keamanan pangan dengan pendekatan analisis risiko (asesmen risikokajian resiko, manajemen risiko, dan komunikasi risiko). Tujuan kedua dari sistem surveilan keamanan pangan adalah untuk menginformasikan isu-isu jangka panjang, termasuk: (1) mengidentifikasi prioritas dan mengembangkan kebijakan untuk pengendalian dan pencegahan kasus-kasus keamanan pangan; (2) memperkirakan beban kasus-kasus keamanan pangan dan trend pemantauan; dan (3) mengevaluasi strategi pencegahan dan pengendalian kasus-kasus keamanan pangan. Data surveilan keamanan pangan mendorong pengembangan intervensi untuk berhasil mengurangi beban kasus-kasus keamanan pangan sekaligus mengatasi masalah kesehatan masyarakat jangka panjang. Namun sayangnya, hanya beberapa negara yang memiliki sistem surveilan keamanan pangan yang dapat memenuhi tujuan tersebut. Hal ini sangat dipengaruhi efisiensi sistem pengawasan keamanan pangan yang dimiliki satu negara seperti halnya Indonesia. Dari segi perspektif keamanan pangan, intervensi melibatkan upaya pengendalian ke dalam satu proses untuk mengurangi, dan pada akhirnya, mencegah atau menghilangkan risiko keamanan pangan. Inspektur pangan sering melakukan tugasnya dengan menindaklanjuti temuannya dengan intervensi terutama untuk mengendalikan potensi bahaya misalnya bahaya mikrobiologi di mana ada kemungkinan bahwa tindakan Formatted: Indent: Left: 0.19", Don't adjust space between Latin and Asian text, Don't adjust space between Asian text and numbers 1

5 selanjutnya tidak akan menghilangkan bahaya itu. Pendekatan ini tentu saja harus sesuai dengan regulasi dan standar kinerja di industri tersebut. Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan telah melakukan surveilan terkait keamanan pangan. Pada tahun 2013, kajian terkait early warning ialah kajian risiko aflatoksin B1 pada kacang dan jagung serta olahannya dan kajian salmonella kuantitatif pada karkas ayam. Hasil kajian menunjukan bahwa pada produk kacang dan jagung yang beredar dimasyarakat terdapat aflatoksin B1 dan terdapat Salmonella pada karkas ayam. Hasil kajian early warning pada tahun 2014 ialah Indonesia Rapid Alert System for Food and Feed : Kajian Residu Antibiotik (Kloramfenikol) pada produk Perikanan dan Surveilan Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan : Kajian mikrobiologi masakan rumah tangga sebagai penyebab KLB keracunan pangan. Selain kajian early warning, kajian lain yang telah dilakukan kajian implementasi peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) terkait Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP), kajian keamanan PJAS, dan kajian paparan logam berat Pb dan Cd. Formatted: List Paragraph, Left, Line spacing: single Formatted: Indent: Left: 0.19", Don't adjust space between Latin and Asian text, Don't adjust space between Asian text and numbers Formatted: No underline Formatted: No underline Formatted: Font: Italic Intervensi yang tepat dapat mengurangi risiko bahaya potensial, terutama, mikroorganisme patogen. Intervensi dapat dilakukan di sepanjang rantai suplai dan demand pangan (from farm to fork). Namun, penting untuk memastikan ketepatan intervensi terutama untuk mencapai tingkat kinerja yang diperlukan. Validasi ketepatan intervensi melalui evaluasi dokumen pendukung, serta pengujian produk harus dilakukan, terutama ketika alokasi sumber daya keuangan cukup besar. Sedangkan intervensi yang melibatkan public awareness perlu mengembangkan komunikasi risiko dan membangun jejaring promosi keamanan pangan berbasis analisis risiko. Pengembangan intervensi seperti disebutkan di atas pada prinsipnya adalah mempromosikan keamanan pangan hingga tingkat individu antara lain melalui komunikasi risiko, ketersediaan data dan informasi, program edukasi dan informasi dan opini/saran profesional, serta opini yang dibangun melalui masyarakat umum terutama melalui media sosial. Hal ini melibatkan dukungan kerjasama ilmiah di antara institusi yang memiliki tugas di bidang keamanan pangan seperti regulator, laboratorium, dan riset dengan industri pangan serta konsumen. 2

6 Intervensi untuk meningkatkan pengetahuan keamanan pangan dalam bisnis seperti di Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) merupakan pendekatan yang dinilai efektif untuk memperbaiki tingkat pemenuhan regulasi dan standar keamanan produk pangan termasuk tingkat daya saing produk pangan IRTP. Skema asistensi regulasi melalui mekanisme Sertifikasi Produksi Pangan IRT (SPP-IRT) dan Piagam Bintang Keamanan Pangan merupakan komponen penting dalam proses pemenuhan regulasi. Strategi implementasi regulasi oleh Pemerintah Daerah sangat bervariasi, misalnya dapat dilihat dari kualitas pelabelan produk yang masih memerlukan perbaikan cukup signifikan. Label produk pangan merupakan salah satu entry point untuk melihat seberapa besar regulasi keamanan pangan memberikan perlindungan kepada konsumen. Perlu pula diperhatikan bahwa, intervensi ini akan lebih efektif apabila dilakukan dalam rangka proses pemenuhan regulasi. Intervensi ini dapat dilakukan melalui asistensi regulatori kepada Pemerintah Daerah yang diamanatkan undang-undang untuk melakukan pembinan dan pengawasan IRTP. Selain itu, penting untuk dikembangkan sertifikasi profesi keamanan pangan baik untuk tenaga Pemerintah Daerah seperti tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dan tenaga District Food Inspector (DFI), begitu juga untuk tenaga kerja di IRTP. Pengembangan modul untuk PKP dan DFI dilakukan secara kontinu dan komprehensif. Sepanjang tahun telah dilakukan pelatihan dan dihasilkan 2978 tenaga PKP dan 2597 tenaga DFI. Proses sertifikasi dan juga modul online dikembangkan untuk meningkatkan kompentasi PKP dan DFI. Pada tahun 2014, sudah dilakukan pelatihan secara virtual untuk 22 orang PKP dan 22 DFI. Namun jumlah ini, masih belum sebanding dengan jumlah penduduk dan jumlah IRTP yang berkembang saat ini. Idealnya kebutuhan tenaga PKP dan DFI yaitu 1: orang (1 orang tenaga PKP dan DFI membina dan mengawasi orang penduduk Indonesia). Berdasarkan data BPS September 2014, tercatat bahwa jumlah penduduk kurang lebih orang (sehingga dibutuhkan kurang lebih orang tenaga PKP dan orang DFI). Dibandingkan jumlah kebutuhan tersebut, maka jumlah tenaga yang telah dilatih masih sangat jauh dari jumlah ideal kebutuhan tenaga PKP dan DFI. Formatted: Indent: Left: 0.2", Space After: 10 pt, Font color: Auto, Font color: Auto, Font color: Auto Formatted: Font color: Blue, English (United States) 3

7 Program nasional edukasi keamanan pangan untuk IRTP cukup berhasil meningkatkan kepatuhan dengan topik khusus seperti GMP, HACCP, dll. Hasil analisis kajian implementasi SPP-IRT menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pelaku usaha memiliki efek yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan regulasi. Sedangkan penegakan hukum memiliki efek signifikan terhadap inspeksi formal. Begitu pula arti kepatuhan yang berbeda antara IRTP dengan regulator. IRTP cenderung percaya bahwa bisnis mereka sesuai dengan regulasi yang ada jika sudah memperoleh Nomor P-IRT. Sebaliknya, regulator melihat kepatuhan sebagai proses proaktif dan terus-menerus yang melibatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip keamanan pangan. IRTP biasanya tampil secara reaktif terhadap kepatuhan keamanan pangan. Sesuai uraian di atas, maka Direktorat SPKP perlu menyusun rencana strategis yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada pada lingkungan Direktorat SPKP. Rencana strategis ini dijabarkan ke dalam program yang kemudian diuraikan kedalam rencana tindakan. Rencana Strategis ini kelak didukung dengan anggaran yang memadai, dilaksanakan oleh sumber daya manusia yang kompeten, ditunjang sarana dan prasarana serta memperhitungkan perkembangan lingkungan baik internal maupun external. 2. POTENSI DAN PERMASALAHAN Secara spesifik potensi dan permasalahan pelaksanaan tugas dan fungsi surveilan dan penyuluhan keamanan pangan diidentifikasi melalui analisis SWOT. Kekuatan yang dimiliki Direktorat SPKP berujud sumber daya baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya termasuk di dalamnya SDM, goodwill, modal, mesin dan sebagainya. Kelemahan dapat berupa kendala-kendala yang menyebabkan Direktorat SPKP sulit meningkatkan kinerjanya. Direktorat SPKP hanya menyesuaikan diri dengan kesempatan yang muncul karena peluang yang ada umumnya tidak dapat disediakan organisasi. Ancaman adalah situasi yang dapat mengurangi kemampuan Direktorat SPKP untuk memperbaiki kedudukan kompetitifnya dan termasuk variable yang tidak dapat diciptakan dan dihilangkan. Namun Direktorat SPKP dapat memperkecil intensitasnya untuk muncul. Berikut adalah tantangan yang dihadapi Direktorat SPKP dan harus 4

8 dipikirkan cara terbaik untuk tetap dapat melakukan perbaikan sebagaimana diharapkan. KEKUATAN (STRENGTH) 1. Menjadi unit Food Safety RiskAssessment di BPOM 2. Menjadi pelaksana Sertifikasi Profesi Keamanan Pangan di Indonesia. 3. Memiliki kapasitas respons dan intervensi keamanan pangan. 4. Memiliki Peraturan Kepala BPOM untuk asistensi regulatory ke Pemerintah Kabupaten/Kota. Tabel 1. Analisis SWOT Direktorat SPKP KELEMAHAN (WEAKNESS) 1. Kuantitas dan kualitas tenaga Risk Assessormasih terbatas. 2. Risk AssessmentCentre belum dibangun. 3. e-learning dan Food Safety Clearing House tenaga PKP dan DFI masih dalam tahap penyelesaian. 4. JKPD dan RAD-PG belum berfungsi dengan baik. Formatted: Centered PELUANG (OPPORTUNITY) ANCAMAN (THREAT) 1. Selaku NCP INRASFF dan ECP INFOSAN. 1. Notifikasi produk bermasalah menggunakan scientific measurement. 2. Selaku Sekretariat JKPN dan Ketua 2. KLB Keracunan Pangan masih terus Pokja JIP. menimbulkan kesakitan dan kematian. 3. Selaku Manajer LSP Keamanan 3. Metode-metode deteksi terkini belum Pangan. prioritas di laboratorium pangan. 4. Seluruh Kabupaten/Kota telah 4. UMKM termasuk IRTP salah satu mengimplementasikan skema SPP-IRT. prioritas harmonisasi MEA

9 Rencana Strategis Direktorat SPKP BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN 1. VISI DIREKTORAT SPKPBPOM Dalam menghadapi dinamika lingkungan dengan segala bentuk perubahannya serta mendukung visi, misi presiden dan wakil presiden terpilih, maka Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan sebagai bagian dari organisasi Badan Pengawas Obat dan Makanan memiliki visi untuk tahun yaitu : Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa Formatted: Font: Bold Formatted: Font: (Default) +Body Formatted: Font: (Default) +Body Penjelasan Visi: Proses penjaminan pengawasan Obat dan Makanan harus melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan serta dilaksanakan secara akuntabel serta diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan yang lebih baik. Sejalan dengan itu, maka pengertian kata Aman dan Daya Saing adalah sebagai berikut: Aman : Keadaan bebas dari bahaya. Semua Obat dan Makanan harus dijamin keamanannya, agar tidak membahayakan bagi masyarakat pengunaannya. Formatted: Indent: First line: 0" 6

10 Daya Saing : Kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang telah memenuhi standar, baik standar nasional maupun internasional, sehingga adanya kesiapan suatu produk bangsa untuk interaksi daya saing di masa depan. Agar menjadi kompetitif, dalam arti ini adalah memiliki peluang untuk menang bagi sejumlah pemain industri yang menghadapi biaya tinggi. Di bawah payung Visi BPOM Menjadi institusi pengawas obat dan makanan yang inovatif, kredibel dan diakui secara internasional untuk melindungi masyarakat maka, Direktorat SPKP merumuskan pernyataan visinya, yaitu: Menjadi institusi yang diakui menyediakan saran ilmiah dan intervensi berbasis risiko untuk mendukung perlindungan masyarakat 2. MISI DIREKTORAT SPKP Untuk mewujudkan BPOM merumuskan misi untuk periode , sebagai berikut: Sejalan dengan misi BPOM, yaitu: (1) Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakatmelakukan pengawasan premarket dan post-market berskala internasional; (2) Mewujudkan kemandirian pelaku usaha dalam memberikan jaminan keamanan Obat dan Makanan serta memperkuat kemitraan dengan pemangku kepentinganmenerapkan sistem manajeman mutu secara konsisten; (3) Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOMMengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di berbagai lini; (4) Memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan; (5) Membangun organisasi pembelajaran (learning organization); maka, Direktorat SPKP mengarahkan pernyataan misinya untuk: "Melakukan perbaikan food safety risk analysis secara terus menerus khususnya mekanisme kinerja food safety risk assessment dan food safety risk communication di sepanjang rantai suplai pangan serta memastikan kepercayaan pangan aman untuk semua" Formatted: Indent: Left: 0.2", Space After: 0 pt Formatted: Normal, Indent: Left: 0.2" 7

11 Sebagai salah satu unit post market surveillance di BPOM dan untuk mencapai misi kami, Direktorat SPKP menyiapkan respon dan intervensi keamanan pangan melalui berbagai kajian risiko dan komunikasi risiko untuk melindungi bangsa terhadap ancaman kesehatan dan mempertahankan performance keamanan produk pangan Indonesia. Formatted: Font: Italic 3. TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS DIREKTORAT SPKP Dalam rangka pencapaian visi dan misi pengawasan obat dan makanan, maka tujuan yang akan dicapai BPOM dalam kurun waktu adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman, bermanfaat, dan bermutu dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat; 2. Meningkatnya daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global dengan menjamin mutu dan mendukung inovasi, atau terciptanya iklim inovasi yang kondusif dalam rangka meningkatkan daya saing Obat dan Makanan di pasar lokal dan global. Penetapan sasaran strategis diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan program dan alokasi sumberdaya organisasi dalam kegiatan atau operasional organisasi tiap tahun untuk kurun waktu 5 tahun. Sejalan dengan Rencana Strategis Badan POM RI tahun , sasaran strategis BPOM yang sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan ialah Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan. Formatted: Font: (Default) +Body Formatted: Font: (Default) +Body Formatted: Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.25" + Tab after: 0.5" + Indent at: 0.5" Formatted: Space After: 0 pt Formatted: Font: (Default) +Body, Not Bold, Font color: Auto Formatted: Font: (Default) +Body, Font color: Auto Formatted: Font: (Default) +Body 8

12 Formatted: Font color: Red, English (United States) Formatted: Font color: Red Tabel 2: Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BPOM periode VISI MISI TUJUAN SASARAN STRATEGIS Obat dan Makanan Aman Meningkatkan Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko untuk melindungi masyarakat Meningkatnya jaminan produk Obat dan Makanan aman Menguatnya Sistem Pengawasan Obat dan Makanan INDIKATOR KINERJA 1. Persentase obat yang memenuhi syarat; 2. Persentase obat Tradisional yang memenuhi syarat; 3. Persentase Kosmetik yang memenuhi syarat; 4. Persentase Suplemen Kesehatan yang memenuhi syarat; 5. Persentase makanan yang memenuhi syarat. Comment [a1]: Narasi Visi sudah sesuai. Narasi Misi dalam table 5 ini kami usulkan agar sesuai dengan narasi di bagian depan menggunakan kata kerja bukan hasil. Narasi Tujuan diubah menjadi 2 atau 3 agar konsisten. Selama ini kami hanya menggunakan 2 tujuan dan baru dijabarkan menjadi 3 sasaran strategis.. Narasi sasaran strategis sudah sesuai. Indikator Sasaran Strategis ke-2 perlu disesuaikan dengan uraian (hasil diskusi dan kesepakatan dengan unit kerja tgl 10 Des) Formatted: Justified, Indent: Left: 0", Hanging: 0.79", Tab stops: 0.79", Left Formatted Table, English (United States), English (United States), English (United States), English (United States), English (United States), English (United States) 9

13 Tujuan-1: Memperkuat kapasitas nasional untuk surveilans dan respon keamanan pangan. Sangat strategis bagi BPOM membangun kapasitas di pusat dan daerah serta membangun jejaring yang kuat untuk melakukan kajian keamanan pangan di sepanjang rantai suplai pangan dengan metode-metode deteksi terkini, misalnya mengoperasionalkan IndonesiaRapid Alert System for Food and Feed (INRASFF), Indonesia Risk Assessment Centre (INA-RAC), dan pelatihan quantitative risk assessment, advance risk analysis, dll. Formatted: Font: Italic Tujuan-2: Mendorong kemitraan yang relevan dengan tujuan nasional, regional dan internasional. Sangat strategis bagi BPOM selaku kompeten otoritas keamanan pangan untuk selalu meningkatkan kemitraan dan komunikasi risiko di antara pemangku kepentingan di sepanjang rantai suplai pangan termasuk industri pangan dan konsumen misalnya penyusunan risk profile keamanan pangan nasjonal, kajian economic burdenpenanggulangan keamanan pangan,interkoneksi laboratorium pengawas pangan dengan laboratorium kesehatan masyarakat, penanganan terpadu penolakan produk pangan Indonesia dan Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus keracunan pangan. Selain itu, berpartisipasi aktif dalam globaldanregional network seperti RASFF, INFOSAN, ARAC. Tujuan-3: Memantapkan asistensi regulasi komprehensif kepada Pemerintah Daerah. Jumlah UMKM di Indonesia mencapai 56,2 juta unit (termasuk IRTP) dan mampu menyerap 97,2% tenaga kerja dari total angkatan kerja yang ada. Sangat strategis bagi BPOM untuk melaksanakan amanat PP No. 28 tahun 2014 khususnya pasal 51 bahwa BPOM melakukan pembinaan terhadap Pemerintah Daerah (Pemda) dan masyarakat di bidang pengawasan pangan. Pemda harus mampu memberdayakan IRTP menerapkan standar keamanan pangan guna memenuhi persyaratan peraturan melalui skema SPP-IRT, PBKP 10

14 dan Sertifikasi Profesi Keamanan Pangan tenaga PKP dan DFI sertatenaga kerja di IRTP. Rencana Strategis Direktorat SPKP BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN 1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BPOM Sesuai Rancangan Teknokratis RPJMN Sub Bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat, telah ditetapkan arah Kebijakan 5 yaitu Meningkatkan pengawasan obat dan makanan dengan 5 76 (limatujuhenam) strategi yaitu: a. penguatan sistem pengawasan obat dan makanan berbasis risikopenguatan sistem pengawasan obat dan makanan; b. Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan c. Penguatan kemitraan pengawasan Obat dan Makanan dengan lintas sector d. Peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko oleh masyarakat dan pelaku usaha; e. Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka mendorong peningkatan daya saing produk obat dan makanan a.f. Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian obat dan makanan b. peningkatan Sumber Daya Manusia pengawas obat dan makanan; c. penguatan kemitraan dengan lintas sektor terkait pengawasan Obat dan makanan; d. peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko oleh masyarakat dan pelaku usaha; dan e. peningkatan daya saing produk obat dan makanan. Formatted: Space After: 0 pt Formatted: Font: Bold, Font color: Auto, Indonesian (Indonesia) Formatted: Font: Bold, Font color: Auto, Indonesian (Indonesia) Formatted: Font: Bold, Font color: Auto, Indonesian (Indonesia) Formatted: Font: Bold, Font color: Auto, Indonesian (Indonesia) Formatted: Font: Bold, Font color: Auto, Indonesian (Indonesia) Formatted: Indent: Left: 0.55", No bullets or numbering Formatted: Font: 12 pt 11

15 Formatted: Indent: Left: 0.55", Line spacing: 1.5 lines 2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DIREKTORAT SPKP Formatted: Space After: 0 pt Dalam rangka mewujudkan visi dan misi, tujuan dan sasaran yang ditetapkan, Direktorat SPKP menetapkan arah dan kebijakan dan strategi sebagai berikut : a. Peningkatan Kinerja. Peningkatan kinerja sangat menentukan dalam meningkatkan capaian kinerja Direktorat SPKP yang akuntabel dan transparan. Peningkatan kinerja bertujuan untuk meningkatkan integritas sumber daya aparatur Direktorat SPKP. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mendukung kebijakan dan strategi peningkatan kinerja, antara lain: Sistem karir merupakan perbaikan dalam mekanisme promosi dan mutasi sesuai dengan kompetensi. Pengawasan eksternal dan internal. Hal ini disebutkan untuk menjamin berjalannya proses pelaksanaan kegiatan. Menguasai Standard Operational Prosedur (SOP) sesuai bidangnya. Dukungan sarana dan prasarana serta teknologi informasi yang memadai untuk meningkatkan kinerja. b. Peningkatan Kualitas Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan 1) Surveilan dan Respon Keamanan Pangan Formatted: Indent: Left: 0.5" a) Kajian Risiko Keamanan Pangan Surveilan keamanan pangan dirancang untuk mengendalikan dan mencegah bahaya masuk di sepanjang rantai pangan. Ini merupakan komponen kunci dari program jaminan keamanan pangan nasional dan bertujuan untuk mengetahui keamanan pasokan pangan di negara kita. Surveilan keamanan pangan akan diperkuat dengan rancangan komprehensif yang berbasis kajian risiko dengan cakupan yang lebih luas. Dalam rangka penilaian risiko, laboratorium analisis akan diminta untuk mampu menyediakan data ilmiah dengan menggunakan metode-metode deteksi terkini. Risk Assessor terlatih melakukan kajian di tingkat importir, 12

16 grosir dan eceran untuk analisis keamanan pangan misalnya melalui pengujian mikrobiologi dan kimia. Pengujian mikrobiologi mencakup baik bakteri dan virus, sedangkan pengujian kimia termasuk racun alami, bahan tambahan pangan dan kontaminan. Agar sejalan dengan trend internasional maka Direktorat SPKP akan lebih fokus pada surveilan berbasis target. Direktorat SPKP telah mulai mengadopsi pendekatan yang lebih bertarget dan berorientasi pada kebutuhan unit risk management di bidang keamanan pangan terutama di lingkungan BPOM. Tiga pendekatan surveilan untuk respon keamanan pangan berbasis analisis risiko yang akan dilakukan yaitu surveilan keamanan pangan rutin, surveilan keamanan pangan bertarget, dan surveilan keamanan pangan musiman. Formatted: Indent: Left: 0" b) Alert dan Respon Keamanan Pangan Saat ini sudah dikembangkan Indonesia Rapid Alert System for Food and Feed (INRASFF) dan Direktorat SPKP bertindak selaku National Contact Point (NCP). Untuk mendukung kebijakan joint FAO/WHO, Direktorat SPKP juga bertindak selaku Emergency Contat Point (ECP) untuk International Food Safety AuthotitiesNetwork (INFOSAN). INRASFF working groupterdiri dari otoritas kompeten keamanan pangan di tingkat pusat (CCP) dan juga di tingkat daerah (LCCP). CCP INRASFF terdiri dari perwakilan di Kementrian Pertanian, Kementrian Kesehatan, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Kementrian Perindustrian, Kementrian Perdagangan dan BPOM. INRASFF dirancangan sebagai subsiteearly warning keamanan pangan untuk Indonesia. Subsite INRASFF merupakan sumber utama informasi untuk mempersiapkan dan menanggapi notifikasi pangan baik yang bersifat upstream (sumber informasi dari dalam negeri) maupun downstream (sumber informasi dari luar negeri). Formatted: Indent: Left: 0.94" 13

17 Situs ini terus menindaklanjuti notifikasi dan memberikan informasi publik yang dibutuhkan untuk melindungi kesehatan masyarakat. Prioritas utama Direktorat SPKP adalah respon tepat waktu dan efektif untuk semua notifikasi pangan baik yang sifatnya upstream maupun downstream. Sesuai SOP, ditetapkan standar respon notifikasi 1x24 jam untuk penanganan kasus-kasus emergency. Ke depan, subsite INRASFF akan dirancang untuk dapat memberikan informasi publik yang dibutuhkan untuk melindungi dan menjaga keselamatan individu dari pangan dan pakan yang berisiko terhadap kesehatan. Selain itu, penting untuk meningkatkan awareness pelaku usaha pangan agar secara proaktif memanfaatkan subsite INRASFF dan segera menginformasikan apabila menjual, mendistribusikan atau mengimpor produk yang dapat menimbulkan risiko serius bagi konsumen. Saat ini sudah dikembangkan Indonesia Rapid Alert System for Food and Feed (INRASFF) dan Direktorat SPKP bertindak selaku National Contact Point (NCP). Untuk mendukung kebijakan joint FAO/WHO, Direktorat SPKP juga bertindak selaku Emergency Contat Point (ECP) untuk International Food Safety Network (INFOSAN). INRASFF dirancangan sebagai subsiteearly warning keamanan pangan untuk Indonesia. Subsite INRASFF merupakan sumber utama informasi untuk mempersiapkan dan menanggapi notifikasi pangan baik yang bersifat upstream maupun downstream. Situs ini terus menindaklanjuti notifikasi dan 2emberikan informasi publik yang dibutuhkan untuk melindungi dan menyelamatkan kesehatan masyarakat. Prioritas utama Direktorat SPKP adalah respon tepat waktu dan efektif untuk semua notifikasi pangan baik yang sifatnya upstream maupun downstream. Sesuai SOP, baru ditetapkan standar respon notifikasi pangan berupa 1x24 jam di sekretariat INRASFF dan belum mampu menetapkan timeline tindaklanjut di Competent Contact Point (CCP). Ke depan, subsite INRASFF akan dirancang untuk dapat memberikan informasi publik yang dibutuhkan untuk melindungi dan menjaga keselamatan individu dari pangan yang berisiko terhadap kesehatan. Selain itu, penting untuk meningkatkan awareness pelaku usaha pangan agar secara proaktif memanfaatkan subsite INRASFF dan segera menginformasikan apabila menjual, Formatted: Indent: Left: 0" 14

18 mendistribusikan atau mengimpor produk yang dapat menimbulkan risiko serius bagi konsumen. 2) Asistensi Regulatori Kepada Pemerintah Daerah Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan, pasal 51 ayat (5) diamanatkan bahwa pembinaan terhadap Pemerintah Daerah dan masyarakat di bidang pengawasan pangan dilaksanakan oleh Kepala BPOM. Untuk itu, Direktorat SPKP melakukan asistensi regulatori kepada Pemerintah Kabupaten/Kota melalui berbagai strategi. Formatted: Indent: Left: 0", Line spacing: 1.5 lines a) Peningkatan Kepatuhan Melalui Skema SPP-IRT Hasil kajian Direktorat SPKP menunjukkan bahwa IRTP melihat kepatuhan sebagai cara untuk melindungi bisnis dan reputasi mereka, bukan sebagai isu moral. Pemerintah Kabupaten/Kota, khususnya tenaga PKP dan DFI, adalah motivator utama dalam memastikan ketidakpatuhan diperbaiki di IRTP. Hambatan utama terkait kepatuhan keamanan pangan di IRTP adalah: Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang persyaratan dan prinsip-prinsip keamanan pangan; Kurangnya akses compliance, jika hanya melalui Tenaga PKP dan DFI; Kurangnya motivasi karena sikap reaktif dalam menangani keamanan pangan. Dampak dari implementasi SPP-IRT sangat bervariasi karena proses penerapannya oleh Pemerintah Daerah juga bervariasi dan begitu pula tingkat keberhasilannya. Intervensi yang dapat meningkatkan pengetahuan IRTP di bidang keamanan pangan paling efektif pada saat mengikuti penyuluhan/pelatihan keamanan pangan dengan topik spesifik dan inspeksi oleh petugas DFI. Penyuluhan keamanan pangan sebagai salah satu tahap dalam skema SPP-IRT terlihat meningkatkan pengetahuan, moral, dan implementasi praktek keamanan pangan yang baik. Belakangan ini, IRTP di Indonesia semakin mempertimbangkan untuk memproduksi produk pangan 15

19 yang berkualitas sebagai bagian penting untuk eksistensi bisnisnya. Konsumen dan pembeli menjadi lebih sadar akan pentingnya kata-kata aman dan kualitas produk yang tinggi. Saat ini telah, dikembangkan e-learning Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) dan District Food Inspector (DFI). Pada subsite ini, ( tenaga PKP dan DFI dapat mengikuti proses sertifikasi profesi keamanan pangan. Subsite ini dilengkapi dengan kurikulum pelatihan dan setiap peserta memiliki user name masing-masing.saat ini telah didirikan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) keamanan pangan dan Pusat Uji Kompetensi (PUK) di BB/BPOM seluruh Indonesia. Formatted: Font: Italic Formatted: Indent: Left: 1", First line: 0.25" Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Italic Formatted: Font: Italic b) Daya Saing IRTP Direktorat SPKP ingin menyoroti peran penting yang dimainkan oleh IRTP tidak hanya di sektor keamanan pangan, tetapi dalam ekonomi Indonesia secara lebih luas. IRTP dapat membentuk tulang punggung dari sektor pangan di Indonesia dan memainkan peran penting dalam mendorong pemulihan ekonomi Indonesia. Direktorat SPKP bekerja sama erat dengan para pemangku kepentingan lainnya terhadap pengembangan kebijakan industri makanan sektor tertentu yang akan memperhitungkan kebutuhan khusus dan kekhawatiran IRTP di sektor ini. Industri pangan dalam negeri tidak hanya dihadapkan dengan permasalahan dari dalam, tetapi juga harus bersiap menghadapai masyarakat ekonomi ASEAN Produk dalam negeri harus bisa bersaing dengan produk luar dengan mutu dan harga yang lebih baik. Sebanyak 56 juta UKM di Indonesia, 70% diantaranya adalah UKM pangan. Pembinaan dan pendampingan perlu dilakukan oleh Pemerintah agar UKM pangan Indonesia lebih optimal meningkatkan potensi pasar dalam negeri. Salah satu prioritas utama adalah mengembangkan daya saing IRTP dengan menempatkan penekanan khusus pada kebutuhan spesifik dan memastikan kerangka peraturan yang lebih baik. Direktorat SPKP akan memperkuat IRTP dengan membangun food safety clearing house, sehingga diperoleh kemudahan akses untuk: (1) compliace; 16

20 (2) permodalan; (3) teknologi proses; (4) manajemen usaha; (5) pemasaran termasuk akses promosi ke pasar internasional. Beberapa hal yang masih terus menerus harus diminimalisasi adalah mengurangi beban regulasi dan administrasi dan mempromosikan kewirausahaan dan menanggapi kebutuhan untuk tenaga kerja terampil. Direktorat SPKP akan melakukan kajian dan mengevaluasi implementasi regulasi SPP-IRT dengan memperhitungkan kebutuhan dan menjamin tingkat kepatuhan yang lebih baik dan lebih tinggi, antara lain melalui: Pelacakan implementasi regulasi SPP-IRT dan penargetan intervensi bagi IRTP. Pengembangan Sertifikasi Profesi Keamanan Pangan di IRTP. Mendukung internasionalisasi IRTP untuk memasuki akses pasar global dan mempromosikan ekspor pangan Indonesia Mempromosikan fungsi rantai suplai pangan untuk mencegah praktekpraktek komersial yang tidak adil. Untuk meningkatkan daya saing industri pangan khususnya UMKM telah dikembangkan subsite Food Safety Clearing House sebagai bentuk intermediasi BPOM RI terutama untuk inovasi, upaya kolaborasi, joint operation keamanan pangan diantara lintas sektor termasuk industri pangan, akademisi, masyarakat dan pemerhati keamanan pangan. Subsite ini diharapkan dapat memudahkan akses dan memberikan informasi kepada industri kepada industri pangan utamanya UMKM pangan terkait dengan akses compliance, permodalan, pemasaran, teknologi proses, dan manajemen usaha. Formatted: Indent: Left: 1.06", First line: 0.19", Line spacing: 1.5 lines 3) Komunikasi Risiko Keamanan Pangan Direktorat SPKP akan terus mempromosikan respon awareness publik melalui komunikasi risiko dan menyebarluaskan hasil kajian risiko keamanan pangan dengan disain promosi keamanan pangan yang komprehensif. Ke depan, Direktorat SPKP akan merancang pertukaran informasi dan opini mengenai risiko dan faktor risiko terkait antara risiko asesor, manajer risiko, konsumen termasuk 17

21 pihak lain yang berkepentingan. Penting untuk memanfaatkan Jejaring Promosi Keamanan pangan (JPKP) untuk membahas topik-topik hangat yang menonjol di media sosial dan perlu diluruskan dengan komunikasi risiko misalnya meliputi keamanan produk rekayasa genetika, bahaya akrilamida, penggunaan minyak goreng yang berulang-ulang, dan masalah keamanan lainnya. Kebutuhan untuk komunikasi risiko yang efektif semakin diakui oleh pemerintah dan industri pangan. Direktorat SPKP perlu menrancang bagaimana meningkatkan komunikasi risiko antara pemerintah, industri pangan, dan konsumen. Berbagai saranan komunikasi risiko telah dikembangkan meliputi : a. Majalah Keamanan Pangan. Majalah ini terbit sejak tahun 2002 dan diterbitkan 2 (dua) kali dalam setahun dan memiliki lima rublik utama (info utama, wawasan, regulasi, cemaran dan teknologi pangan). Majalah ini didistribusikan kepada para pengambil keputusan baik pada lingkungan BPOM maupun pemerintah daerah, pelaku usaha dan industri yang terkait dengan keamanan pangan. b. Subsite Klub POMpi Subsite ini dilaunching pada tanggal 7 mei 2012 sebagai salah satu sarana edukasi keamanan pangan, dapat diakses melalui klubpompi.pom.go.id. Menu pada subsite ini antara lain :Sahabat POMpi, Edukasi, Galeri, Aturan dan Bantuan, Berita, Permainan, Teater, TanyaJawab, dankontak. 4) Koordinator Jejaring Keamanan Pangan Nasional (JKPN) Menjadi salah satu instansi pemangku kepentingan di rantai suplai pangan, BPOM selaku kompeten otoritas keamanan pangan membawa tanggung jawab baru. Tanggung jawab ini antara lain membangun dan menginisiasi network di antara pemangku kepentingan di sepanjang rantai suplai pangan termasuk produsen dan konsumen. Indonesia telah memiliki Sistem Keamanan Pangan Terpadu yang diwujudkan melalui Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 23 tahun 2011 tentang Tim Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Nasional. (JKPN). Direktorat SPKP selaku sekretariat JKPN, Formatted: Font: 12 pt Formatted: List Paragraph, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.79" + Indent at: 1.04" Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 1.04" Formatted: Font: Italic Formatted: List Paragraph, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0.79" + Indent at: 1.04" Formatted: Font: Italic Formatted: List Paragraph, Indent: Left: 1.04" Formatted: Font: Italic 18

22 perlu menyelenggarakannya lebih strategis, membawa visi dan misi keamanan pangan nasional yang lebih luas melebihi rantai suplai pangan. Subsite JKPN dapat diakses pada Formatted: Font: Italic Koordinasi nasional bidang keamanan pangan sangat penting untuk mendukung fokus pengawasan keamanan pangan pada pencegahan, mengkatalisasi tindakan di masyarakat, dan melaksanakan arah strategis dan prioritas pembangunan keamanan pangan. Direktorat SPKP selaku sekretariat akan terus mengawal JKPN melibatkan beragam pemangku kepentingan, memfasilitasi koordinasi dan keselarasan antar intansi, lembaga, dan mitra kerja lainnya untuk melaksanakan kebijakan dan program yang efektif, dan memastikan akuntabilitas kegiatan. Direktorat SPKP harus memahami bahwa apa yang diinisiasi dan dipromosikan ini memiliki efek cascading. Ini berarti perlu mengembangkan strategi komunikasi risiko nasional yang dapat membawa JKPN menjadi wadah yang dapat menyatukan program, output dan dampak dari risk assessment dan risk management yang dilakukan masing-masing instansi terkait di sepanjang rantai suplai pangan. JKPN membangun kemitraan dan koordinasi di bidang keamanan pangan baik di pusat maupun di daerah serta mengidentifikasi cara-cara koordinasi yang dapat membuat instansi di sepanjang rantai suplai pangan dapat melaksanakannya secara individual, serta bersama-sama, untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. JKPN akan memastikan keterlibatan berkelanjutan mitra kerja dari semua stakeholder di sepanjang rantai suplai pangan termasuk asosiasi industri pangan, akademia, dan masyarakat untuk memahami dan bertindak atas kemajuan dan perkembangan sistem pengawasan keamanan pangan nasional dengan pendekatan pencegahan. Untuk itu, JKPN hendaknya mampu mengembangkan kemitraan, mengidentifikasi area untuk koordinasi, ditingkatkan dan diselaraskan, dan disebarkannya pendekatan praktek-praktek keamanan pangan terbaik. Tiga jejaring akan diperkuat pada tingkat pusat yaitu Jaringan Intelejen Pangan (JIP), Jaringan Pengawasan Pangan (JPP) dan JPrKN (Jaringan Promosi Keamanan Pangan). Pada tingkat daerah, jejaring yang akan diperkuat ialah JPP dan JPrKN, karena JIP akan difokuskan pada pusat. Formatted: Indent: Left: 0.81", First line: 0.19" Formatted: Font: Italic 19

23 5) Food Safety and Science a. Profil Risiko Keamanan Pangan Salah satu tugas penting terkait risk assessmentdan risk managementdi Direktorat SPKP adalah menyiapkan Profil Risiko Keamanan Pangan. Tujuan dari Profil Risiko adalah untuk memberikan informasi kontekstual dan latar belakang yang relevan bagi kombinasi antara pangan dan, bahaya dan resiko sehingga manajer risiko dapat membuat keputusan dan, jika perlu, mengambil tindakan lebih lanjut.oleh karena itu, Profil Risiko sebanyak mungkin memuat penaksiran risiko secara kuantitatif termasuk bahayanya dan jenis pangannya, evaluasi efek risiko terhadap kesehatan, evaluasi risiko itu sendiri, serta ketersediaan pengukuran pengendalian.profil Risiko menjadi dasar bagi: Manajer risiko untuk mengambil keputusan sebagai langkah tindak lanjut; Regulator mengembangkan persyaratan untuk program pengawasan pangan berbasis risiko; Auditor untuk menilai keamanan proses pengolahan pangan; Komunikator resiko, untuk menyusun media komunikasi ririko keamanan pangan sesuai target groupnya secara efektif dan efisien Asosiasi industri pangan, konsultan keamanan pangan, industri pangan serta kliennya terutama untuk signifikansi bahaya tersebut bagi kesehatan masyarakat. Formatted: Bulleted + Level: 1 + Aligned at: 1.04" + Indent at: 1.29" b. Keamanan Pangan di IRTP Direktorat SPKP akan terus mengembangkan kajian cost benefit regulasi SPP-IRT, better education on food safety untuk IRTP, pendampingan IRTP sebagai transfer pengetahuan khusunya untuk implementasi GMP dan HACCP. Melalui Public Private Partnership (PPPs), Direktorat SPKP menargetkan kajian bisnis dan inovasi dengan meningkatkan investasi di teknologi proses untuk inovasi di IRTP. Untuk itu, Direktorat SPKP akan: 20

24 mengembangkan best practice guidelines/manuals seperti toolbox Uji Organoleptik, untuk mendorong berbagai pengetahuan dan praktek keamanan pangan di antara IRTP. meningkatkan partisipasi IRTP dalam berbagai kajian keamanan pangan dengan mengembangkan aplikasi kajian online keamanan pangan. Mendorong minat karir di bidang food science untuk memenuhi kebutuhan keterampilan dan profesi keamanan pangan industri khususnya untuk IRTP. memperkenalkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk penanganan dan mematenkan produk dan proses pengembangannya. meningkatkan partisipasi UKM dalam program spesifik dan jejarng untuk mengoptimalkan pengetahuan di antara IRTP. 3. KERANGKA REGULASI Untuk mendukung tercapainya sasaran strategis, kebijakan, dan target kinerja Direktorat SPKP, saat ini sudah tersedia berbagai regulasi yang dapat dilihat pada Lampiran-.... Namun demikian, pada tahun akan diidentifikasi dampak regulasi yang sudah ada utamanya peraturan yang terkait dengan industri rumah tangga pangan. Berdasarkan hasil analisis ini akan dirumuskan alternatif rekomendasi perlunya dukungan baru yaitu regulasi turunan atau bahkan revisi regulasi. Kerangka regulasi yang diperlukan Dit. SPKP terdapat pada Matriks Kerangka Regulasi (Lampiran I). Formatted: Indent: Left: 0.25" 4. KERANGKA KELEMBAGAAN Kerangka Kelembagaan ialah Perangkat Kementerian/Lembaga - struktur organisasi, ketatalaksanaan, dan pengelolaan aparatur sipil negara yang digunakan untuk mencapai visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga yang disusun dengan Formatted: Font: (Default) +Body, Not Bold, No underline Formatted: Font: (Default) +Body, Not Bold, No underline 21

25 berpedoman pada RPJM Nasional. Organisasi dan tata kerja BPOM di tingkat Pusat disusun berdasarkan Keputusan Kepala BPOM Nomor 02001/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK tahun Sesuai dengan struktur BPOM yang ada, secara garis besar Direktorat SPKP bertanggung jawab langsung kepada Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Organisasi Direktorat SPKP dipimpin seorang Direktur dan membawahi 3 (tiga) Subdirektorat dan 5 7 Kepala Seksi. Struktur organisasi Direktorat SPKP terdapat Lampiran II. Saat ini jumlah SDM Direktorat SPKP ialah 31 orang. Terdapat gap antara jumlah pegawai dengan analisis beban kerja. Berdasarkan analisis beban kerja jumlah SDM yang diperlukan ialah.secara lengkap struktur organisasi Direktorat SPKP seperti pada Lampiran... Sesuai dengan perkembangan dan lingkungan strategis, Direktorat SPKP melakukan kegiatan di luar tupoksi sebagai contoh pengelolaan JKPN, INSRAFF, INA-RAC sehingga diperlukan perubahan struktur organisasi. Formatted: Font: (Default) +Body Formatted: Font: (Default) +Body Formatted: Highlight Formatted: Font: (Default) +Body, Highlight Formatted: Highlight Formatted: Font color: Blue, Highlight Formatted: Indent: Left: 0.25", No bullets or numbering Formatted: Font color: Blue Formatted: Font color: Blue Dalam melaksanakan kerangka kerja, Direktorat SPKP menggunakan pendekatan (perspektif) yang diadopsi dengan melihat best practice kegiatan surveilan dan penyuluhan keamanan pangan di tingkat global dan regional. Adapun pendekatan yang dipergunakan antara lain adalah : a. Mengoptimalkan kemitraan keamanan pangan nasional melalui perkuatan Jejaring Keamanan Pangan Nasional (JKPN). b. Memastikan prinsip dan pendekatan penerapan analisis risiko. c. Mendorong terciptanya profesionalisme keamanan pangan. d. Meningkatkan jumlah dan kapasitas sumber daya potensi daya saing keamanan pangan di Indonesia. Untuk mempercepat pencapaian tersebut, organisasi Direktorat SPKP diberi kewenangan untuk bertindak selaku: a. National Contact Point (NCP) untuk Indonesia Rapid Alert System for Food and Feed (INRASFF). Formatted: Font: (Default) +Body, English (United States) 22

26 b. Emerging Contact Point (ECP) untuk International Food Safety Authorities Network (INFOSAN). c. Pengelola Lembaga Sertifikasi Profesi Keamanan Pangan di Indonesia. d. Sekretariat Jejaring Keamanan Pangan Nasional (JKPN). e. Ketua Kelompok Kerja Jejaring Intelijen Keamanan Pangan (JIP). f. Sekretariat Program Piagam Bintang Keamanan Pangan (PBKP). 23

27 Rencana Strategis Direktorat SPKP BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 1. TARGET KINERJA Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Menteri/Pimpinan Lembaga menyampaikan dokumen Penetapan Kinerja kepada Presiden melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi meliputi dokumen Penetapan Kinerja tingkat Kementerian Negara/Lembaga, tingkat Eselon I dan tingkat Eselon II. Penetapan Kinerja Direktorat SPKP antara lain berisi indikator kinerja yang mendukung pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) BPOM seperti telah ditetapkan dalam Rencana Strategis BPOM Adapun Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat SPKP sesuai rencana kinerja adalah: Tabel-1 3: RKP RPJMN Direktorat SPKP Sasaran Meningkatnya intervensi hasil pengawasan keamanan pangan dan penguatan rapid alert system keamanan pangan Indikator Jumlah hasil kajian profil risiko keamanan pangan Jumlah Kabupaten/kota yang sudah menerapkan Peraturan Kepala BPOM tentang IRTP Jumlah desa pangan aman yang menerima Intervensi Pengawasan Keamanan pangan Target Kinerja Formatted: Space After: 0 pt Formatted: Font: 10 pt, Not Bold Formatted: Left, Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted Table Formatted: Left, Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted: Left, Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted: Left, Space After: 0 pt, Line spacing: single Unit Organisasi Eselon II: Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Formatted Table 24

28 Tahun Anggaran: NO SASARAN STRATEGIS IKU TARGET 1 Meningkatnya intervensi Jumlah Profil Risiko Keamanan 10 dokumen Profil Formatted: Space After: 0 pt pengawasan keamanan Pangan Kategori Early Warning pangan dan penguatan Jumlah Kabupaten / Kota yang 500 Kabupaten/Kota Formatted: Space After: 0 pt rapid alert system dikaji Benefit-Cost Analysis keamanan pangan Implementasi Peraturan Kepala BPOM tentang IRTP Jumlah Desa Pangan Aman yang 500 Desa Pangan menerima Intervensi Pengawasan Aman Keamanan Pangan Formatted: Indent: Left: 0.19", Line spacing: 1.5 lines Program kerja dan indikator Direktorat SPKP tahun , terdapat secara detail pada lampiran III. Matrik kinerja dan Pendanaan SPKP Pada Renstra BPOM terdapat pada Lampiran IV. Formatted: Font: 12 pt 2. KERANGKA PENDANAAN Sesuai target kinerja masing-masing indikator kinerja yang telah ditetapkan maka kerangka pendanaan untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran strategis Direktorat SPKP periode adalah sebagai berikut Sasaran Meningkatnya intervensi hasil pengawasan keamanan pangan dan penguatan rapid alert system keamanan pangan Tabel 4: Alokasi Dana Direktorat SPKP Indikator Jumlah hasil kajian profil risiko keamanan pangan Jumlah Kabupaten/kota yang sudah menerapkan Peraturan Kepala BPOM tentang IRTP Jumlah desa pangan aman yang menerima Intervensi Pengawasan Keamanan pangan Alokasi (Rp Milyar) Formatted: Font: (Default) +Body Formatted: Font: (Default) +Body Formatted: Font: (Default) +Body, Font color: Auto Formatted: Centered Formatted Table Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted: Space After: 0 pt, Line spacing: single Formatted: Font color: Blue 25

29 Prioritas dan plafon anggaran sudah disepakati melalui Finalisasi Dokumen kesepakata tiga pihak Badan Perencanaan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Keuangan, dan BPOM, Nomor OR tanggal 14 April 2014 seperti pada Lampiran-... Kebutuhan biaya untuk pelaksanaan kegiatan Direktorat SPKPtelah diestimasi sejak awal (bersifat indikatif). Sesuai hasil pembahasan Trilateral antara BAPPENAS, Kementerian Keuangan, dan BPOM, maka alokasi PAGU Anggaran Direktorat SPKP seperti pada Lampiran... Alokasi PAGU Anggaran 2015 untuk Direktorat SPKP sesuai surat Sekretaris Utama BPOM pada bulan Agustus 2014 sebesar Rp ,-seperti pada Lampiran...Pada pembahasan Trilateral antara BAPPENAS, Kementerian Keuangan, dan BPOM, mengenai RPJMN total alokasi PAGU Anggaran Direktorat SPKP ialah M. 26

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keamanan Pangan Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TAHUN Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

LAPORAN KINERJA TAHUN Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya KATA PENGANTAR Tahun 2016 merupakan tahun kedua pelaksanaan Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan

Lebih terperinci

Formatted: Bottom: 1.6" Formatted: Tab stops: 6.69", Left

Formatted: Bottom: 1.6 Formatted: Tab stops: 6.69, Left Formatted: Bottom: 1.6" Formatted: Tab stops: 6.69", Left Formatted: Font: 5 pt, Not Bold, Font color: Auto Formatted: Left, None, Indent: Left: 0", First line: 0", Space Before: 0 pt, Don't keep with

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Direktur Pengawasan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Nomor HK.06.02.351.03.15.196 Tahun 2015 Tentang Rencana Strategis Direktorat Pengawasan Narkotika, Psikotropika

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG

KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG II. KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG 2.1 Sejarah dan Perkembangan BPOM RI Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bertugas untuk mengawasi obat dan makanan sehingga dapat melindungi masyarakat dari bahaya penggunaan

Lebih terperinci

NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 Formatted: Font: (Default) Formatted: Centered Formatted: Space After: 0 pt PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KERJA ANGGARAN SATKER RINCIAN BELANJA SATUAN KERJA TAHUN ANGGARAN 2016 TAHUN ANGGARAN 6 (63) () (63..6) PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN SATUAN KERJA (44) DEPUTI III BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA PROPINSI () DKI JAKARTA () KOTA JAKARTA PUSAT PERHITUNGAN

Lebih terperinci

Obat dan Makanan Terjamin Aman, Bermutu dan Bermanfaat

Obat dan Makanan Terjamin Aman, Bermutu dan Bermanfaat Sejalan dengan prioritas pembangunan jangka menengah, tantangan, beban dan tanggung jawab pengawasan obat dan makanan dirasakan semakin berat. Untuk itu, Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM) yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2008 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.05.21.1732 TAHUN 2008 TENTANG GRAND STRATEGY BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

KEAMANAN PANGAN DALAM RANGKA PENINGKATAN DAYA SAING USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH UNTUK PENGUATAN EKONOMI NASIONAL

KEAMANAN PANGAN DALAM RANGKA PENINGKATAN DAYA SAING USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH UNTUK PENGUATAN EKONOMI NASIONAL KEAMANAN PANGAN DALAM RANGKA PENINGKATAN DAYA SAING USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH UNTUK PENGUATAN EKONOMI NASIONAL BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA

Lebih terperinci

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 Kata Pengantar Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rancangan RPJMD Tahun Hal. I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Rancangan RPJMD Tahun Hal. I LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN Perencanaan pembangunan DKI Jakarta telah banyak mengalami perubahan sejalan dengan perubahan lingkungan strategis dan peraturan perundangan. Sebelum periode tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI BIDANG PANGAN

PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI BIDANG PANGAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI BIDANG PANGAN Disampaikan oleh: Ir. Tetty Helfery Sihombing, MP Direktur Standardisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Visi dan Misi Badan

Lebih terperinci

perusahaan asuransi jiwa, oleh karena diusulkan untuk menyempurnakan rumusan alamat.

perusahaan asuransi jiwa, oleh karena diusulkan untuk menyempurnakan rumusan alamat. Formatted: Right: 0.99", Top: 1.2", Bottom: 1.6", Header distance from edge: 0.49" Yth. 1. Perusahaan Asuransi Kerugian dan Perusahaan Reasuransi; Jiwadan; 2. Perusahaan Asuransi Kerugian; dan 2.3. Perusahaan

Lebih terperinci

2012, No e. bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas, dan sebagai pelaksanaan Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Horti

2012, No e. bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas, dan sebagai pelaksanaan Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Horti BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.974, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Fungsi Lahan. Hortikultura. Perlindungan. Peningkatan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58/Permentan/OT.140/9/2012

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

BALAI BESAR POM DI SEMARANG JL. MADUKORO BLOK AA BB NO 8 SEMARANG TELP

BALAI BESAR POM DI SEMARANG JL. MADUKORO BLOK AA BB NO 8 SEMARANG TELP BALAI BESAR POM DI SEMARANG JL. MADUKORO BLOK AA BB NO 8 SEMARANG TELP 024 7612324 email : likpomsm@yahoo.com AGENDA 1. Pendahuluan 2. Sistem Keamanan Pangan Terpadu dan JKPN 3. Jejaring Keamanan Pangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

Theresia Ronny Andayani Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat

Theresia Ronny Andayani Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Theresia Ronny Andayani Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Jakarta, 10 April 2015 Outline Paparan 1. Kerangka pikir penyelenggaranaan pangan 2. Pengawasan Makanan dalam RPJMN 2015-2019 3. Gambaran

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N 1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/ LEMBAGA : BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN (BPOM) 1 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Teknis Lainnya BPOM 1.1

Lebih terperinci

Click to edit Master title style Kuliah Program Magister Profesi Teknologi Pangan IPB

Click to edit Master title style Kuliah Program Magister Profesi Teknologi Pangan IPB Click to edit Master title style Kuliah Program Magister Profesi Teknologi Pangan IPB RIA dan STUDI KASUSNYA PIAGAM BINTANG KEAMANAN PANGAN Winiati P. Rahayu Pendahuluan Department of Food Science and

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI

TUGAS POKOK DAN FUNGSI Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001, Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 2006 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI Bambang Tjahjono Bidang Program

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016 DINAS PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOPERASI DAN UMKM KOTA PEKALONGAN 2016 DAFTAR ISI Prakata Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH

RENCANA STRATEGIS PENGADILAN NEGERI MUARA TEWEH 1 i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmatnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Rencana Strategis (Renstra) Pengadilan Negeri Muara Teweh Tahun 2015-2019.

Lebih terperinci

2016, No Nomor 400); 3. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 2 Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Nomor 400); 3. Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Nomor 2 Tahun 2015 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1512, 2016 BPKP. kebijakan Pengawasan. Tahun 2017. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN BADAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh i KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Rencana Strategis (Renstra) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

Manual Prosedur. PENGEMBANGAN Instruktur DI/Dietetic Internship PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Manual Prosedur. PENGEMBANGAN Instruktur DI/Dietetic Internship PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Manual Prosedur PENGEMBANGAN Instruktur DI/Dietetic Internship PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Style Definition: Heading 1: All caps, Centered Style Definition: Heading

Lebih terperinci

BADAN POM RI RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT STANDARDISASI OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK DAN PRODUK KOMPLEMEN

BADAN POM RI RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT STANDARDISASI OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK DAN PRODUK KOMPLEMEN BADAN POM RI RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT STANDARDISASI OBAT TRADISIONAL, KOSMETIK DAN PRODUK KOMPLEMEN 2015- BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Direktorat Standardisasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 46 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

INSTITUT PERTANIAN BOGOR - DKSI LOaDED IPB : POB-SJSK-004

INSTITUT PERTANIAN BOGOR - DKSI LOaDED IPB : POB-SJSK-004 2.1. TUJUAN 1.1. Memberikan pedoman hosting di domain ipb.ac.id bagi unit kerja di lingkungan Institut Pertanian Bogor 1.1.1.2. Menetapkan ketentuan alokasi server dan penamaan domain di lingkungan Institut

Lebih terperinci

PERAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK PENJAMINAN KEAMANAN PANGAN

PERAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK PENJAMINAN KEAMANAN PANGAN PERAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK PENJAMINAN KEAMANAN PANGAN DIREKTORAT SURVEILAN DAN PENYULUHAN KEAMANAN PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/321/KPTS/013/2015 TENTANG TIM KOORDINASI JEJARING KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa keamanan

Lebih terperinci

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai

Lebih terperinci

KETUA PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT

KETUA PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT Nomor: W9-A1/93/OT.01.3/I/2015 TENTANG PENETAPAN RENCANA STRATEGIS PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT TAHUN 2015-2019 KETUA PENGADILAN AGAMA JAKARTA PUSAT

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Komp.Perkantoran Pemda Tulang Bawang Jl. Cendana Gunung Sakti Kec. Menggala Kab.Tulang Bawang Provinsi Lampung 34596 Telp (0726)

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah- Nya kami dapat menyusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun 2016 Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kota Bandung Tahun

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN INDUSTRI Jalan Ki Mangunsarkoro 6 Semarang 50136 Tromol Pos 829 Telp.

Lebih terperinci

LAKIP TAHUN BADAN POM i

LAKIP TAHUN BADAN POM i alam rangka menciptakan good governance dan clean government di lingkungan Badan POM, LAKIP Badan POM tahun 2011 ini disusun. Sebagai bentuk penjabaran prinsip transparansi dan akuntabilitas, penyampaian

Lebih terperinci

KLB KERACUNAN PANGAN

KLB KERACUNAN PANGAN STRATEGI PENANGGULANGAN KLB KERACUNAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA Roy Sparringa dan Winiati P. Rahayu Agenda presentasi

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DESA PANGAN AMAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DESA PANGAN AMAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DESA PANGAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

- 1 - BAB I PENDAHULUAN - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015

SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DITJEN. PERKEBUNAN Tahun 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN rencana kinerja tahunan (rkt) sekretariat ditjen.perkebunan tahun 2015 1 rencana

Lebih terperinci

RENSTRA PENGADILAN AGAMA JAKARTAA PUSAT

RENSTRA PENGADILAN AGAMA JAKARTAA PUSAT RENSTRA PENGADILAN AGAMA JAKARTAA PUSAT Jl. KH. Mas Mansyur/Awaluddin II No. 2 Tanah Abang Jakarta Pusat 10230 Telp. 021-31927910 Fax. 021-3161118 e-mail: pa.jakartapusat@gmail.com website: pa-jakartapusat.go.id

Lebih terperinci

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Pelalawan 2016 BAB. I PENDAHULUAN BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil merupakan unsur pelaksanaan Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Style Definition: Heading 1: Font color: Auto, Space Before: 0 pt Formatted: Heading 1, Line spacing: Double

BAB 1 PENDAHULUAN. Style Definition: Heading 1: Font color: Auto, Space Before: 0 pt Formatted: Heading 1, Line spacing: Double BAB 1 PENDAHULUAN Style Definition: Heading 1: Font color: Auto, Space Before: 0 pt Formatted: Heading 1, Line spacing: Double 1.1. Latar Belakang Penelitian Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Lebih terperinci

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEBIJAKAN Reformasi Birokrasi NASIONAL ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI Pengorganisasian Pelaksanaan Tim Pengarah Kementerian/Lembaga Ketua: Pimpinan K/L Sekretaris: Sekjen Anggota: Pejabat Eselon I Pemerintah

Lebih terperinci

Dit Was Distribusi PT dan PKRT

Dit Was Distribusi PT dan PKRT ASEAN Industri Farmasi Tenaga Kesehatan/ Rumah sakit/ Asosiasi Profesi Biro Hukmas BB/BPOM DITLAI Obat &PB/Dit Standar Dit Was Distribusi PT dan PKRT Tim Pengkaji ESO POM-04.01.CFM.01 Tindak Lanjut Hasil

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.04.1.24.11.12.7154 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN TIM REFORMASI BIROKRASI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan Departemen perdagangan adalah departemen dalam pemerintahan indonesia yang membidangi urusan perdagangan. Departemen perdagangan dipimpin oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 2017 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi... i... ii Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum dari penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Dengan terbitnya Undang-undang

Lebih terperinci

PENGANTAR. Ir. Suprapti

PENGANTAR. Ir. Suprapti PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan tersusunnya Rencana Strategis Direktorat Alat dan Mesin Pertanian Periode 2015 2019 sebagai penjabaran lebih lanjut Rencana Strategis

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 21 Maret 2011 Kepada, Nomor : 050 / 883 / SJ Yth. 1. Gubernur. Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota. Lamp : Satu berkas di - Hal : Pedoman Penyusun Program

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIK ( RENSTRA ) PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK TAHUN

RENCANA STRATEGIK ( RENSTRA ) PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK TAHUN RENCANA STRATEGIK ( RENSTRA ) PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK TAHUN 2010-2014 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya merupakan upaya perubahan yang lebih baik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei 2015 Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. Drs. Mustofa, Apt, M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Mei 2015 Direktur Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. Drs. Mustofa, Apt, M.Kes NIP KATA PENGANTAR Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, setiap kementerian dan lembaga diwajibkan untuk menyusun rencana strategis termasuk

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS...

BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS... KATA PENGANTAR Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PPN/Bappenas periode 2010-2014 adalah panduan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Kementerian PPN/Bappenas untuk 5 (lima) tahun ke depan, yang disusun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDUHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDUHULUAN Latar Belakang BAB I PENDUHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah saat sekarang, daerah diberi kewenangan dan peluang yang luas untuk mengembangkan potensi ekonomi, sosial, politik dan budaya. Sebagian besar

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KATA PENGANTAR Sebagai salah satu unit Eselon

Lebih terperinci

Rencana Strategis (RENSTRA)

Rencana Strategis (RENSTRA) Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2014 Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN PENGADILAN NEGERI GUNUNG SUGIH RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2015-2019 PENGADILAN NEGERI KELAS II GUNUNG SUGIH Jl. Negara, No. 100 Gunung Sugih Telp. 0725 529858, 0725 529859, fax. 0725 529859 Website

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN TAHUN 2013 6 DINAS KEPENDUDUKAN DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

Independensi Integritas Profesionalisme

Independensi Integritas Profesionalisme BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Independensi Integritas Profesionalisme VISI Menjadi lembaga pemeriksa keuangan negara yang kredibel dengan menjunjung tinggi nilainilai dasar untuk berperan

Lebih terperinci

PENGADILAN NEGERI SLAWI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN JL. A. YANI NO. 99 PROCOT, SLAWI

PENGADILAN NEGERI SLAWI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN JL. A. YANI NO. 99 PROCOT, SLAWI PENGADILAN NEGERI SLAWI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) TAHUN 2015-2019 PENGADILAN NEGERI SLAWI JL. A. YANI NO. 99 PROCOT, SLAWI KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

Lebih terperinci

Otoritas Nasional Keamanan Pangan Di Indonesia, mungkinkah?

Otoritas Nasional Keamanan Pangan Di Indonesia, mungkinkah? Otoritas Nasional Keamanan Pangan Di Indonesia, mungkinkah? Purwiyatno Hariyadi 1 Majalah : SNI VALUASI Volume : Vol. 2 No.2 Tahun 2008 Halaman : 7-9 Abstrak (INA) Ide mengenai Otoritas Nasional Keamanan

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan Pengembangan Ekonomi Kreatif,

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : bahwa sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN

RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN RENCANA STRATEGIS 2015 2019 DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA 2015 KEPUTUSAN DIREKTUR

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

2013, No dengan perkembangan keadaan sehingga harus diubah; (3) bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b p

2013, No dengan perkembangan keadaan sehingga harus diubah; (3) bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b p Hanging: 1 cm, Right: 0 cm, Space Before: 3 pt, After: 3 pt, No widow/orphan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.162, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Sengketa Pemilu. Penyelesaian. Tata Cara. PERATURAN

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci