OPTIMALISASI DISTRIBUSI SEMEN CURAH PT. SEMEN TONASA MELALUI JALUR LAUT DENGAN METODE SIMULASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMALISASI DISTRIBUSI SEMEN CURAH PT. SEMEN TONASA MELALUI JALUR LAUT DENGAN METODE SIMULASI"

Transkripsi

1 PROS ID I NG HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK OPTIMALISASI DISTRIBUSI SEMEN CURAH PT. SEMEN TONASA MELALUI JALUR LAUT DENGAN METODE SIMULASI Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea - Makassar, irwan@tiunhas.net Abstrak Pendistribusian semen curah PT Semen Tonasa 80 % melalui jalur laut yang menggunakan kapal sewaan ke packing plant yaitu Bitung, Banjarmasin, Ambon, Makassar, Celukan Bawang dan lainnya serta untuk kebutuhan ekspor. Saat kedatangan kapal di pelabuhan muat di Biringkassi, kapal mengidentifikasi keadaan dermaga, apabila dermaga muat sedang melayani kapal lain, maka kapal harus menunggu sampai dermaga berada dalam keadaan kosong. Hal ini menyebabkan waktu tunggu kapal yang besar untuk masing-masing kelas kapal yang memiliki kapasitas yang berbeda-beda menyebabkan tidak tercapai jumlah target pengiriman semen yang diinginkan perusahaan, akibatnya pasokan semen untuk daerah tujuan pemasaran tidak terpenuhi. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengoptimalkan pendistribusian semen curah PT. Semen Tonasa menuju packing plant. Dengan ini diberikan tiga alternatif skenario untuk menyelesaikan masalah ini. Setelah dianalisa maka didapatkan bahwa simulasi dari skenario ketiga merupakan alternatif yang paling optimal. Dengan menggunakan skenario ini bisa meningkatkan realisasi pengiriman semen sebesar ton dan mengurangi jumlah armada 33% dari jumlah armada sebelumnya. Selain itu dari hasil analisis, skenario ini memiliki biaya distribusi dan waktu tunggu kapal yang paling rendah. Kata kunci: distribusi, optimalisasi, target pengiriman, metode simulasi, jumlah armada PENDAHULUAN Perkembangan industri di Indonesia, khususnya di kawasan timur Indonesia saat ini semakin pesat, hal ini mendorong timbulnya persaingan antarperusahaan dalam memasarkan hasil produksinya. Sehingga strategi distribusi menjadi hal yang sangat penting. Begitupun halnya bagi industri semen seperti PT. Semen Tonasa. PT. Semen Tonasa merupakan pabrik semen terbesar di kawasan Indonesia Timur. Hingga saat ini PT. Semen Tonasa telah memiliki empat pabrik yang memiliki kapasitas produksi sebesar / tahun. (Pramita dan Sahar, 2010) Strategi distribusi yang dilakukan PT. Semen Tonasa adalah distribusi darat 20% dan distribusi laut 80%. Jalur laut di tempuh guna memenuhi permintaan dari luar Sulawesi Selatan dan mancanegara melalui pelabuhan Biringkassi, maka dari itu PT. Semen Tonasa memprioritaskan penjualan melalui jalur laut untuk meningkatkan penjualannya (Materi Diklat PT. Semen Tonasa). Angkutan kapal yang dipakai untuk memasok fasilitas pengantongan tersebut adalah kapal untuk semen curah dan kapal untuk semen bag, dengan kapasitas dan tipe kapal yang berbeda-beda. Kondisi ini menyebabkan biaya pendistribusian sangat bergantung pada keakuratan pengaturan operasional kapal. Pendistribusian semen curah untuk kebutuhan daerah pemasaran dengan menggunakan kapal sewaan PT Semen Tonasa. Pemuatan semen curah di Pelabuhan Biringkassi memiliki dua Dermaga. Sistem pelayanan di Dermaga Semen Tonasa adalah sistem first come first served dimana kapal yang datang lebih dulu maka kapal tersebut yang akan dilayani terlebih dahulu. Namun dalam proses pemuatan semen, jadwal yang direncanakan bisa saja berubah dikarenakan adanya gangguan-gangguan yang dapat dikendalikan dan yang tidak dapat dikendalikan. Sehingga berakibat besarnya waktu tunggu kapal di pelabuhan muat dan tidak tercapainya target pengiriman semen. Adapun contoh dari gangguan yang dapat dikendalikan adalah mesin rusak, shifting, stok silo kurang, tunggu buruh dan kapal rusak. Sedangkan gangguan yang tidak dapat dikendalikan adalah cuaca. Dengan tingginya waktu tunggu masingmasing kapal, mengakibatkan waktu siklus yang besar sehingga jumlah pendistribusian semen yang ditargetkan tidak tercapai. Mengubah proses layanan dapat dilakukan dengan cara menambah fasilitas layanan, mengalokasikan beberapa kapal ke daerah yang bisa di tempuh oleh kapal tersebut menjadi prioritas dalam perancangan simulasi penjadwalan. Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Mesin ISBN : TM4-1

2 Optimalisasi Distribusi Semen Curah Untuk mengoptimalkan pendistribusian semen curah dari Pelabuhan Biringkassi ke packing plant yang berada di luar Sulawesi Selatan, maka perlu diadakan perencanaan distribusinya dari segi penjadwalan. Dalam pelaksanaan penelitian ini digunakan beberapa asumsi dasar antara lain: Kapal yang digunakan dalam kondisi baik. Stok silo di pelabuhan muat selalu dalam keadaan penuh. Proses pendistribusian semen berjalan normal. Definisi Distribusi Distribusi adalah kegiatan penyaluran hasil produksi berupa barang dan jasa dari produsen ke konsumen guna memenuhi kebutuhan manusia. Produsen artinya orang yang melakukan kegiatan produksi. Konsumen artinya orang yang menggunakan atau memakai barang/jasa dan pihak yang melakukan kegiatan distribusi disebut distributor. Pengertian distribusi tidak jauh beda dengan pemasaran dimana kegiatannya sama-sama memperkenalkan dan menyalurkan barang yang diproduksi guna memenuhi kebutuhan konsumen (Galuh, 2011). Distribusi melakukan kegiatan ekonomi yang menjembatani kegiatan produksi dan konsumsi. Berkat distribusi, barang dan jasa dapat sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian kegunaan barang dan jasa akan lebih meningkat setelah dapat dikonsumsi. Dari apa yang diuraikan di atas, tampaklah bahwa distribusi turut serta meningkatkan kegunaan menurut tempatnya (place utility) dan menurut waktunya (time utility). Fungsi Distribusi Ada pun kegiatan yang termasuk fungsi distribusi terbagi secara garis besar menjadi dua yaitu: 1. Fungsi Pokok Distribusi Yang dimaksud dengan fungsi pokok adalah tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Dalam hal ini fungsi pokok distribusi meliputi: Pengangkutan (Transportation) Pada umumnya tempat kegiatan produksi berbeda dengan tempat tinggal konsumen, perbedaan tempat ini harus diatasi dengan kegiatan pengangkutan. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin majunya teknologi, kebutuhan manusia semakin banyak. Hal ini mengakibatkan barang yang disalurkan semakin besar sehingga membutuhkan alat transportasi (pengangkutan). Penjualan (Selling) Di dalam pemasaran barang, selalu ada kegiatan menjual yang dilakukan oleh produsen. Pengalihan hak dari tangan produsen kepada konsumen dapat dilakukan dengan penjualan. Dengan adanya kegiatan ini maka konsumen dapat menggunakan barang tersebut. Pembelian (Buying) Setiap ada penjualan berarti ada pula kegiatan pembelian. Jika penjualan barang dilakukan oleh produsen, maka pembelian dilakukan oleh orang yang membutuhkan barang tersebut. Penyimpanan (Stooring) Sebelum barang-barang disalurkan pada konsumen biasanya disimpan terlebih dahulu. Dalam menjamin kesinambungan, keselamatan dan keutuhan barang-barang, perlu adanya penyimpanan (pergudangan). Pembakuan Standar Kualitas Barang Dalam setiap transaksi jual-beli, banyak penjual maupun pembeli selalu menghendaki adanya ketentuan mutu, jenis dan ukuran barang yang akan diperjualbelikan. Oleh karena itu perlu adanya pembakuan standar baik jenis, ukuran, maupun kualitas barang yang akan diperjualbelikan tersebut. Pembakuan (standardisasi) barang ini dimaksudkan agar barang yang akan dipasarkan atau disalurkan sesuai dengan harapan. Penanggung Resiko Resiko kerusakan dan cacat barang akibat proses distribusi mungkin saja terjadi dan akan ditanggung oleh distributor. Pada zaman sekarang untuk menanggung resiko yang muncul bisa dilakukan kerjasama dengan lembaga/perusahaan asuransi. 2. Transportasi Sejak dahulu kala transportasi telah digunakan dalam kehidupan masyarakat, hanya saja alat angkut yang digunakan pada saat tersebut bukan seperti sekarang ini. Transportasi memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Tanpa adanya transportasi sebagai sarana penunjang tidak dapat diharapkan ISBN : Group Teknik Mesin Volume 6 : Desember 2012 TM4-2

3 PROS ID I NG HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK tercapainya hasil yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatau Negara (Pramita dan Sahar, 2010). Untuk dapat mempelajari transportasi lebih mendalam, perlu diketahui makna dari sistem transportasi (transportation system). Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Dalam transportasi ada dua unsur terpenting yaitu : Pemindahan/pergerakan (movement). Secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke tempat lain (AM Sinaga,2011). Dalam sistem transportasi terdapat unsur pemindahan bahan-bahan dan hasil-hasil produksi dengan menggunakan alat angkut ataupun pengangkutan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Selanjutnya menurut Tamin (1997) dalam Pramita dan Sahar (2010) menyebutkan tiga elemen dasar dalam sistem transportasi sebagai berikut: Sistem prasarana (penunjang), misalnya jaringan jalan raya atau jalan rel; Sistem manajemen transportasi, misalnya undang-undang, peraturan dan kebijakan; dan Beberapa jenis moda transportasi dengan berbagai macam operatornya. Fungsi-Fungsi Dasar Manajemen Distribusi dan Transportasi Secara tradisional kita mengenal manajemen distribusi dan transportasi dengan berbagai sebutan. Sebagian perusahaan menggunakan istilah manajemen logistik, sebagian lagi menggunakan istilah distribusi fisik (physical distribution). Manajemen transportasi dan distribusi mencakup baik aktivitas fisik yang secara kasat mata bisa kita saksikan, seperti menyimpan dan mengirim produk, maupun fungsi non-fisik yang berupa aktivitas pengolahan informasi dan pelayanan kepada pelanggan yang bisa dilihat dari tingkat servie level yang dicapai, kecepatan pengiriman, kesempurnaan barang sampai ke tangan pelanggan, serta pelayanan purna jual yang memuaskan (Pujawan, 2005). Kegiatan transportasi dan distribusi bisa dilakukan oleh perusahaan manufaktur dengan membentuk bagian distribusi/transportasi tersendiri atau diserahkan ke pihak ke tiga. Dalam upayanya untuk memenuhi tujuantujuan di atas, siapapun melaksanakan (internal perusahaan atau mitra pihak ketiga), manajemen distribusi dan transportasi pada umumnya melakukan sejumlah fungsi dasar (Pujawan, 2005) yang terdiri dari: 1. Melakukan segmentasi dan menentukan target service level Segmentasi pelanggan perlu dilakukan karena konstribusi mereka pada revenue perusahaan bisa sangat bervariasi dan karakteristik tiap pelanggan bisa sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Dari segi revenue, sering kali hukum Pareto 20/80 berlaku di sini. Artinya, hanya 20% dari pelanggan atau area penjualan menyumbang sejumlah 80% dari pendapatan yang diperoleh perusahaan. Perusahaan tidak bisa menomorsatukan semua pelanggan. Dengan memahami perbedaan karakteristik dan kontribusi tiap pelanggan atau area distribusi, perusahaan bisa mengoptimalkan alokasi persediaan maupun kecepatan pelayanan. Misalnya, pelanggan Kelas I, yang menyumbangkan pendapatan terbesar, memilki target service level yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelanggan kelas 2 atau kelas 3 yang konstribusinya jauh lebih rendah. 2. Menentukan mode transportasi yang digunakan Tiap mode tranportasi memiliki karakteristik yang berbeda dan mempunyai keunggulan serta kelemahan yang berbeda juga. Sebagai contoh, tranportasi laut memiliki keunggulan dari segi biaya yang lebih rendah, namun lebih lambat dibandingkan dengan transportasi udara. manajemen transportasi harus bisa menentukan mode apa yang akan digunakan dalam mengirimkan /mendistribusikan produk produk mereka ke pelanggan. Kombinasi dua atau lebih mode transportasi tentu bisa atau bahkan dilakukan tergantung pada situasi yang dihadapi. 3. Melakukan konsolidasi informasi dan pengiriman Konsolidasi merupakan kata kunci yang sangat penting dewasa ini. Tekanan untuk melakukan pengiriman cepat namun murah menjadi pendorong utama perlunya melakukan konsolidasi informasi ataupun pengiriman. Salah satu contoh konsolidasi informasi adalah konsolidasi data permintaan dari berbagai regional distribusi center oleh central warehouse untuk keperluan pembuatan jadwal pengiriman. Sedangkan konsolidasi pengiriman dilakukan misalnya dengan menyatukan permintaan beberapa toko atau ritel yang berbeda dalam sebuah truk. Dengan cara ini, truk ini bisa berjalan lebih sering tanpa harus membebankan biaya lebih pada pelanggan / klien yang mengirimkan produk tersebut. 4. Melakukan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman Salah satu kegiatan operasional yang dilakukan oleh gudang atau distributor adalah menentukan kapan sebuah truk harus berangkat dan rute mana yang harus dilalui untuk memenuhi permintaan dari sejumlah pelanggan. Aabila jumlah pelanggan sedikit, keputusan ini bisa diambil dengan relatif gampang. Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Mesin ISBN : TM4-3

4 Optimalisasi Distribusi Semen Curah Moda Transportasi serta Keunggulan dan Kelemahannya Dalam manajemen transportasi/pengiriman, kita biasanya membedakan antara pihak yang memiliki barang dan pihak yang melakukan pengiriman. Pemilik barang yang berkepentingan barangnya untuk dikirim biasanya disebut shipper, sedangkan pihak yang bertugas melakukan pengiriman, (misalnya perusahaan jasa pengiriman) dinamakan carieer. Mode transportasi mana yang paling baik digunakan bisa berbeda apabila ditinjau dari sudut berbeda (sudut carrier vs sudut shipper). Beberapa hal yang biasa dipakai sebagai dasar pertimbangan dalam mengevaluasi mode tranportasi (Pujawan, 2005) adalah: Dilihat dari sudut pengiriman atau carrier, hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah biaya-biaya yang terlibat, mulai dari biaya sewa alat transportasi sendiri (bisa berupa biaya beli atau sewa alat transportasi), biaya operasional tetap ( biaya terminal atau bandara yang besarnya tidak tergantung pada volume barang yang dikirim), dan biaya operasional variabel (seperti biaya bahan bakar) di mana besarnya biaya tergantung pada volume angkut atau jarak yang ditempuh dalam pengiriman. Biaya-biaya lain seperti biaya overhead juga harus menjadi pertimbangan. Di sisi lain, beberapa aspek tidak langsung terkait dengan biaya, seperti kecepatan, volume yang bisa diangkut,maupun fleksibilitas dalam melakukan pengiriman. Dari sisi shipper, pertimbangannya bisa didasarkan pada berbagai ongkos yang timbul pada supply chain, termasuk ongkos selain yang terkait langsung dengan transportasi, namun sebagai konsekuensi dari pemilihan mode transportasi tersebut. Jadi, disamping biaya transportasi yang harus ditanggung, perusahaan juga harus mempertimbangkan biaya persediaan, biaya loading-unloading, dan biaya fasilitas (seperti gudang, dll). Konsekuensi lain, seperti tingkat service level yang diperoleh dan ketidakpastian waktu pengiriman penting untuk dipertimbangkan oleh shipper. Tradeoff antar berbagai ongkos tersebut harus dicari dalam menentukan mode trandportasi yang akan dipilih. Misalnya, ada mode transportasi yang mahal, namun cepat dan mengakibatkan penurunan inventory secara signifikan. Secara umum, tiap transportasi memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri ditinjau dari berbagai pertimbangan tersebut. Sebagai contoh, volume yang bisa diangkut kereta jauh lebih besar dibandingkan truk, namun fleksibilitas truk jauh lebih tinggi, baik fleksibilitas rute maupun fleksibilitas waktu pengiriman. Table 1 memberikan evaluasi umum dari berbagai mode transportasi ditinjau dari beberapa kriteria supply chain. Salah satu hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam mengelola kegiatan pengiriman adalah tradeoff antara biaya dengan kecepatan respon sangat mementingkan kecepatan respon. Misalnya, apabila semua order harus dikirim dalam jangka waktu satu hari sejak ada permintaan order diterima, maka sering kali pengiriman dilakukan dengan volume kecil dan tidak mencapai skala ekonomi yang memadai. Perusahaan sering melakukan penggabungan (agregasi) pesanan dalam beberapa periode yang berbeda sehingga pengirman tidak dilakukan setiap hari misalnya, tetapi tiap dua atau tiga hari. Praktek melakukan agregasi waktu dalam proses pengiriman ini biasanya dinamakan dengan istilah temporal aggregation (Pujawan, 2005). Tabel 1. Evaluasi Umum Berbagai Moda Transportasi Mode Fleksibilita Fleksibilitas Inventory Vol. Kecepatan Biaya Transportasi waktu rute (in transit) Truk Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Sedikit Kereta Rendah Sedang Rendah Banyak Banyak rendah Kapal Rendah Rendah Rendah Banyak rendah Banyak Pesawat Banyak Rendah Tinggi Rendah rendah Tinggi Paket Tinggi Tinggi Sedikit tinggi Tinggi Rendah Sumber : Pujawan, 2005 Antrian 1. Teori Antrian Siagian (1987) dalam Pramita dan Sahar (2010) menyebutkan antrian adalah suatu garis tunggu dari pelanggan (satuan) yang memerlukan layanan dari satu atau lebih pelanggan (fasilitas layanan). Studi matematikal dari kejadian atau garis tunggu ini disebut Teori Antrian Quencing Theory. Kejadian garis tunggu timbul disebabkan ISBN : Group Teknik Mesin Volume 6 : Desember 2012 TM4-4

5 PROS ID I NG HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK oleh kebutuhan akan layanan melebihi kemampuan (kapasitas) pelayanan atau fasilitas layanan, sehingga pelanggan yang tiba bisa segera mendapat pelayan yang disebabkan kesibukan pelayanan. Sistem ekonomi dunia usaha (bisnis) sebagian besar beroperasi dengan sumber daya yang relatif terbatas. Sering terjadi orang-orang, barang, komponen atau kertas kerja harus menunggu untuk mendapatkan jasa pelayanan. Garis-garis tunggu ini sering disebut dengan antrian (queues). Berkembang karena fasilitas pelayanan (server) adalah relatif mahal untuk memenuhi permintaan pelayanan sangat terbatas (Pramita dan Sahar, 2010) Teori antrian diciptakan pada tahun 1909 oleh ahli matematika dan insinyur berkebangsaan Denmark yang bernama A. K. Erlang. Dia mengebangkan model antrian untuk menentukan jumlah optimal dari fasilitas telephone switching yang digunakan untuk melayani permintaan pengguna saat itu dan penggunaan model tersebut semakin meluas tepat sejak akhir Perang Dunia II (Pramita dan Sahar, 2010). Tujuan dalam mempelajari pengoperasian sebuah pelayan dalam kondisi acak adalah untuk memperoleh beberapa karakteristik yang mengukur kinerja sistem yang sedang dipelajari tersebut. Misalnya, satu ukuran yang logis dari kinerja adalah seberapa lama seorang pelanggan diperkirakan harus menunggu sebelum dilayani. Satu ukuran lain adalah persentase waktu sarana pelayanan tersebut tidak digunakan. Ukuran pertama memandang sistem dari sudut pandang pelanggan, sementara ukuran kedua mengevaluasi derajat pemanfaatan sarana tersebut. Secara intuitif terlihat bahwa semakin lama seorang pelanggan menunggu, semakin kecil persentase waktu sarana tersebut tidak dipergunakan, dan sebaliknya. Maka kedua ukuran kinerja ini dipergunakan untuk memilih tingkat pelayanan atau laju pelayanan yang akan menghasilkan keseimbangan yang wajar antara kedua situasi yang bertentangan ini (Pramita dan Sahar, 2010). 2. Sistem Antrian Taha (1997) dalam Pramita dan Sahar (2010) menyebutkan pelanggan tiba dengan laju tetap atau tidak tetap untuk memperoleh pelayanan pada fasilitas layanan. Bila pelanggan yang dapat masuk ke dalam fasilitas pelayanan, maka itu akan ia lakukan. Tetapi kalau harus menunggu, maka mereka akan membentuk suatu antrian hingga tiba waktunya untuk dilayani. Mereka akan dilayani dengan laju yang tetap atau tidak tetap. Setelah selesai, mereka pun keluar dari sistem antrian. Dari penjelasan di atas ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam mekanisme pelayanan yaitu: Tersedianya Pelayanan Mekanisme pelayanan tidak selalu tersedia untuk setiap saat. Misalnya dalam pertunjukkan bioskop, loket penjualan karcis masuk hanya dibuka pada waktu tertentu antara satu pertunjukkan dengan pertunjukkan dengan pertunjukkan berikutnya, sehingga pada saat loket ditutup, mekanisme pelayanan terhenti dan petugas pelayanan istirahat. Kapasitas Pelayan Kapasistas dari mekanisme pelayan diukur berasarkan jumlah pelanggan (satuan) yang dapat dilayani secara bersama-sama. Kapasitas pelayanan tidak selalu sama untuk setiap saat, ada yang tetap, tapi ada juga yang berubah. Karena itu, fasilitas pelayanan dapat memilki satu atau lebih saluran disebut saluran tunggal atau sistem pelayanan tunggal dan fasilitas yang mempengaruhi lebih dari satu saluran disebut saluran ganda atau pelayanan ganda. Lamanya pelayanan Lamanya pelayanan adalah waktu yang dibutuhkan untuk melayani seorang pelanggan atau satuan dalam suatu sistem. Oleh karena itu, waktu pelayanan boleh tetap dari waktu ke waktu untuk semua layanan atau lebih juga tanpa variabel acak. Umumnya untuk keperluan analisis, waktu pelayanan dianggap sebagai variabel acak (Mawengkang,2011). Berdasarkan ketiga sifat ini dan kombinasi daripadanya membentuk bermacam-macam sistem antrian diantaranya. 3. Disiplin Antrian Kebiasaan ataupun kebijaksanaan dalam suatu sistem antrian di mana para pelanggan dipilih unutk dapat dilayani oleh server, disebut disiplin pelayanan. Taha (1997) dalam Pramita dan Sahar (2010) menyebutkan ada 3 (tiga) bentuk disiplin pelayanan yang biasa digunakan dalam praktek yaitu: First Come First Served (FCFS) Disiplin pelayanan FCFS yang biasa juga disebut first in first out (FIFO) adalah pelayanan yang mengutamakan pelayanan pada pelanggan yang tiba terlebih dahulu. Pelayanan ini paling banyak digunakan sebab asumsi ini digunakan bila pada disiplin pelayanan tanpa keterangan dan dapat digunakan baik itu pada pelayanan dengan single server maupun multi server. Last Come First Served (LCFS) Disiplin pelayanan LCFS yang biasa disebut last in first out (LIFO) adalah pelayanan yang melayani pelanggan yang tiba terakhir, pertama dilayani server. Pelayanan ini sangat jarang digunakan karena Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Mesin ISBN : TM4-5

6 Optimalisasi Distribusi Semen Curah pelayanan ini diberlakukan pada barang yang sangat sensitif dan utama, misalnya bahan pangan, ikan segar dan lain sebagainya. Service In Random Order (SIRO) Disiplin pelayanan SIRO biasa juga disebut disiplin pelayanan random atau pelayanan secara acak. Pelayanan ini sangat jarang digunakan karena sistem yang diberikan tidak menjanjikan bahwa pelayanan dapat dilakukan tepat waktu. Ketiga disiplin pelayanan ini adalah yang paling dikenal dan umum digunakan dalam model antrian, tapi tidak menutup kemingkinan alam sistem pelayanan, disiplin pelayanan tidak digunakan, contoh paling jelas, yaitu pada sistem antrian ruang operasi rumah sakit, mereka selalu mendahulukan yang gawat, artinya ketiga disiplin tersebut tidaka dapat diterapkan, disiplin pelayanan itu biasa disebut Priority Service, artinya pelayanan diutamakan kepada pelanggan yang mempunyai prioritas lebih tinggi (Pramita dan Sahar, 2010) Simulasi Simulasi merupakan salah satu cara untuk memodelkan suatu sistem. Simulasi adalah sekumpulan metode dan aplikasi yang menirukan tingkah laku sistem nyata, biasanya pada sebuah komputer dan menggunakan suatu software yang cocok. Beberapa jenis simulasi yaitu: 1. Sistem dan Pemodelan sistem Menurut Schmidt & Taylor (1970) di dalam Pramita an Sahar (2010) sistem adalah suatu kumpulan entity, misalnya orang atau mesin, yang didalamnya teradapat aksi dan reaksi antar atribut komponen tersebut untuk mencapai suatu hasil akhir yang logis. Dari definisi tersebut terlihat bahwa sistem dibentuk oleh komponenkomponen dan terdapat interaksi yang terjadi menurut cara tertentu sehingga dapat dibedakan dengan interaksi-interaksi lain di luar sistem, untuk mencapai tujuan tertentu. Komponen-komponen yang sama mungkin berinteraksi dengan cara yang berbeda jika tujuan yang harus dicapai berbeda pula. Law & Kelton (1991) dalam Pramita an Sahar (2010)menyatakan bahwa studi mengenai sistem diperlukan untuk mendapatkan pengetahuan yang dalam tentang hubungan antara komponen-komponen sistem yang beragam, atau untuk memprediksi performansi sistem terhadap kondisi-kondisi baru yang dipertimbangkan. Sistem Eksperimen dengan Sistem aktual Eksperimen dengan model sistem Model Fisik Model Matematika Solusi Analitik Simulasi Gambar 1. Cara Mempelajari Sistem Sumber: Pramita dan Sahar (2010) Pada gambar diatas dapat dilihat cara mempelajari sistem itu ada dua yaitu melalui eksperimen dengan sistem aktual dan eksperimen dengan model sistem. Jika mungkin (dan biaya ada) untuk mengubah sistem secara fisik dan membuatnya beroperasi pada kondisi baru, maka akan lebih baik untuk melakukannya. Namun bagaimanapun juga percobaan seperti itu sering membutuhkan biaya yang besar atau akan sangat mengganggu sistem. Model fisik disebut juga model ikonik dan tidak dapat digunakan untuk penelitian operasional dan analisis sistem, namun berguna untuk mempelajari sistem manajemen dan teknik. Model matematika menggambarkan sistem dalam bentuk hubungan logika dan kuantitatif, yang kemudian dimanipulasi dan diubah untuk melihat bagaimana reaksi model dan bagimana sistem bereaksi jika model matematika valid. Jika model yang dibuat merupakan model matematika, maka ada dua pendekatan yang digunakan untuk mneghasilkan model yaitu dengan pendekatan solusi analitik dan simulasi. jika Model yang dibuat tersebut juga mudah atau sederhana, ISBN : Group Teknik Mesin Volume 6 : Desember 2012 TM4-6

7 PROS ID I NG HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK maka solusi analitik dapat digunakan uhtuk menyelesaikan model matematika tersebut. untuk kasus seperiti ini model harus dipelajari dengan menggunakan simulasi. 2. Model Simulasi Simulasi menggambarkan persoalan atau penyelesaian dalam kehidupan nyata tanpa harus mengalami keadaan nyata/sesungguhnya. Simulasi merupakan upaya untuk melakukan pendekatan terhadap sistem yang nyata dengan menggunakan model. Dengan model tersebut dilakukan percobaan beberapa kali untuk mengetahui perilaku sistem yang sebenarnya. Ide dasar simulasi adalah membangun alat peraga sebagai percobaan yang hampir menyerupai dari sistem yang sesungguhnya, sehingga dapat mempelajari respon tiap-tiap variabel dalam waktu yang lebih cepat, dengan biaya yang lebih murah. Model matematika yang digunakan untuk simulasi dibagi menjadi dua (berdasar pengaruh waktu), yaitu: Model statis, yaitu menunjukkan perilaku sistem secara spesifik pada kondisi tertentu saja, tidak terpengaruh oleh waktu. Model dinamis, perilaku sistem untuk beberapa kondisi, dipengaruhi oleh perubahan waktu. Terdapat beberapa alasan mengapa diperlukan simulasi diperlukan antara lain: Terdapat masalah/kasus yang sangat sulit (kompleks) pada saat diimplementasikan Terdapat masalah/kasus yang perlu biaya sangat besar jika langsung diimplementasikan Terdapat masalah/kasus yang perlu data dalam jumlah yang sangat besar (sulit dan mahal untuk memperoleh data) Terdapat masalah/kasus yang sangat berbahaya (beresiko tinggi) pada saat diimplementasikan Terdapat masalah/kasus yang perlu waktu yang lama untuk menyelesaikannya Suatu masalah dapat memiliki lebih dari satu sifat (alasan-alasan) tersebut diatas. Untuk menghindari atau meminimalkan dari terjadinya keadaan sulit (kompleks), biaya besar, data besar, berbahaya (beresiko), waktu lama, pada saat mengimplementasikan suatu sistem atau pembuatan produk maka perlu melakukan simulasi. Simulasi berhubungan erat dengan proses pemodelan, pembuatan prototype, pemanfaatan komputer untuk melakuan komputasi atau pembuatan program simulasi (Bernardus,2011). METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam pengolahan data dibagi menjadi beberapa tahapan sehingga membentuk suatu kerangka yang sistematis. Adapun masing-masing tahapan tersebut: 1. Tahap Identifikasi Variabel / Indikator Pada tahap ini dilakukan identifikasi indikator yang akan dijadikan tolak ukur bagi proses pendistribusian semen curah yang optimal. 2. Tahap Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan pengambilan / pengumpulan data yang dibutuhkan untuk tugas akhir ini ke perusahaan yang menjadi tempat penelitian. Adapun proses pengambilan / pengumpulan data tersebut dilakukan melalui wawancara ke karyawan perusahaan mengenai data yang dibutuhkan dan juga melalui data milik perusahaan yang sudah ada sebelumnya. 3. Tahap Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan pengolahan terhadap data yang sudah didapatkan. Untuk mempermudah penganalisaan selanjutnya maka dibuatlah beberapa skenario atau alternatif proses pendistribusian semn curah. Ada tiga skenario simulasi dalam perancangan proses pendistribusian ini, Perbedaan mendasar dari ketiga alternatif secara umum dijelaskan sebagai berikut: Skenario 1 Merupakan pensimulasian sistem distribusi semen curah ke masing-masing packing plant yang sesuai keadaan sekarang. Dimana pengisian kapal dilakukan dengan sistem first come first serve dari tiga unit loader. Skenario 2 Merupakan pengembangan dari skenario satu, akan tetapi unit loader kapal curah ditambah menjadi 6 unit loader. Penambahan ini dengan tujuan meminimumkan antrian agar target dapat tercapai. Skenario 3 Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Mesin ISBN : TM4-7

8 Optimalisasi Distribusi Semen Curah Pada skenario ini, simulasi dijalankan dengan menambah satu buah pelabuhan muat yaitu Makassar. Kondisi ini dicapai apabila kondisi dermaga Pelabuhan Biringkassi sedang berisi maka kapal akan dialihkan ke dermaga Makassar. Setelah dirancangkan beberapa skenario atau jalur alternatif dari proses pendistribusian tersebut, selanjutnya membuat simulasi dari ketiga alternatif tersebut dengan menggunakan Microsoft Excel. Input dari simulasi ini adalah waktu loading, waktu berlayar, waktu unloading dan rencana produksi packing plant. Outputnya simulasi berupa panjadwalan kapal selama satu tahun untuk tiap skenario. PEMBAHASAN Proses simulasi yang dilakukan diawali dengan melihat kebutuhan packing plant yang paling besar, kemudian kapal dengan tonase yang paling besar yang dapat ke packing plant tersebut yang akan ditugaskan terlebih dahulu dibandingkan kapal yang lain. Untuk selanjutnya dalam simulasi penjadwalan ini, aliran pelayan dimulai dengan kedatangan kapal. Kapal yang tiba di packing plant kemudian akan mengantri untuk diisi. Sebelum dilakukan pengisian kapal, diperhatikan terlebih dahulu packing plant apa yang lebih membutuhkan asupan semen dalam waktu dekat. Setelah itu dilihat kapal apa yang dapat menuju packing plant tersebut dan tiba di palabuhan muat paling awal, maka kapal tersebutlah yang akan segera diisi dan mengantarkan semen menuju packing plant yang telah ditentukan. Setelah tiba di packing plant kapal tersebut akan bongkar muatan semenya dan kembali ke pelabuhan muat untuk mengantri. Setelah simulasi penjadwalan dilakukan, tahap selanjutnya adalah menganalisa hasil simulasi pendistribusian semen dari aspek, ketercapaian target pengiriman semen, biaya distribusi, dan waktu tunggu kapal. Analisa Pencapaian Target Pemenuhan Kebutuhan Packing Plant Dari hasil simulasi pada bab sebelumnya dapat dilihat nama-nama kapal serta muatan kapal yang berlayar menuju masing-masing packing plant PT. Semen Tonasa. Perbandingan target dan hasil akumulasi muatan kapal untuk masing-masing packing plant tersebut antara lain: Dimana penentuan biaya distribusi untuk pembahasan penelitian ini yaitu biaya yang dibayar oleh pihak PT. Semen Tonasa pada pihak pemilik kapal atas sejumlah semen yang diangkutnya menuju packing plant. Sedangkan, yang dimaksud waktu tunggu kapal adalah interval waktu dari waktu kedatangan dan waktu pengisian kapal. Serta, yang dimaksud pencapaian target pengiriman semen dalam penelitian ini adalah seberapa besar kesesuaian realisasi pengiriman semen dengan target pengiriman semen yang ditentukan perusahaan. Jika data sekunder dari PT. Semen Tonasa dibandingkan dengan tiga data hasil simulasi maka tampak bahwa 3 data hasil simulasi lebih mendekati target pengiriman semen menuju packing plant yang telah direncanakan sebelumnya oleh pihak perusahaan. Akan tetapi jika membandingkan data hasil tiga skenario yang di buat maka tampak penggunaan 6 ship loader dalam sistem distribusi semen curah lebih optimal dibandingkan dengan penggunaan 3 ship loader dan 4 ship loader. Perbandingan target dan realisasi pengiriman semen untuk skenario 1 adalah ton; skenario 2 adalah ton dan untuk sekenario 3 adalah ton. Perbandingan ini menunjukkan bahwa skenario 2 dengan enam ship loaderlah yang paling mendekati target. Tabel 1. Target dan Realisasi Pengiriman Semen/Tahun untuk Skenario 3 ISBN : Group Teknik Mesin Volume 6 : Desember 2012 TM4-8

9 PROS ID I NG HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK Analisis Biaya Distribusi Dari hasil simulasi berdasarkan jumlah muatannya dan jumlah trip yang dilakukan kapal, dapat dihitung biaya distribusi untuk tiap skenario. Biaya distribusi didapatkan dengan mengalikan muatan kapal, jumlah trip dan harga/ton untuk tiap packing plant. Dari hasil akumulasi biaya distribusi untuk tiap skenario di atas, diperoleh bahwa biaya terendah adalah biaya yang dihasilkan oleh skenario 3 yaitu sebesar Rp sedangkan untuk skenario 1 dan 2 menghasilkan biaya distribusi yang sama yaitu sebesar Rp dan Rp Sehingga biaya distribusi yang paling optimal adalah pada skenario 3. Analisa Waktu Tunggu Kapal Waktu tunggu kapal merupakan salah hal yang penting dalam analisa distribusi ini karena waktu tunggu kapal menunjukkan seberapa besar penggunaan kapal dan keefisienan jumlah kapal yang digunakan. Dimana waktu tunggu merupakan interval waktu kedatangan kapal ke pelabuhan muat dan waktu pengisian kapal. Melihat kondisi aktual bahwa kapal yang digunakan untuk pendistribusian semen curah ini ternyata memilki waktu tunggu yang cukup besar maka simulasi yang disusun mencoba meminimasi jumlah kapal yaitu yang dahulunya menggunakan 15 buah kapal menjadi 10 buah kapal. Dari hasil simulasi pada bab sebelum dihitung waktu tunggu kapal yaitu waktu sejak kapal tiba di pelabuhan muat sampai kapal diisi kembali untuk dialokasikan ke packing plant adapun waktu tunggu kapal untuk masingmasing skenario adalah sebagai berikut: Tabel 2. Perbandingan Waktu Tunggu Kapal Nama Kapal Kapasitas Waktu Tunggu 3 SL 6 SL 4 SL KM LT. V KM LT. XVI MV. Gembira KM TL. VI KM TL. IX (Tomar) KM TL. XII (Tiffany) KM TL. XV (Tomaru) KM TL. XI (Valerine) MV. Hebat KM Parnaraya TOTAL Berdasarkan table diatas perbandingan waktu tunggu di atas terlihat bahwa jumlah waktu tunggu yang terendah adalah pada skenario 3 yaitu sebesar 1307 hari, sedangkan untuk skenario 1 dan 2 menghasilkan rata-rata waktu tunggu 1324 dan 1312 hari tiap kapal. Sehingga waktu tunggu paling optimal adalah pada skenario 3. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Sistem distribusi PT. Semen Tonasa belum optimal karena ditemukan beberapa kendala seperti: Adanya waktu tunggu kapal besar yakni waktu kapal tiba di Pelabuhan Biringkassi hingga kapal diisi kembali untuk dialokasikan ke salah satu packing plant. Penggunaan armada yang terlalu banyak dibandingkan dengan unit pengisian dan target distribusi packing plant. Target distribusi yang tidak terpenuhi. Berdasarkan simulasi penjadwalan maka skenario distribusi penjadwalan yang optimal adalah skenario ketiga dengan alasan: Memiliki realisasi pengiriman semen yang mendekati target distribusi perusahaan setelah skenario 2. Memilki estimasi biaya distribusi yang paling kecil. Memiliki waktu tunggu kapal yang paling kecil. Volume 6 : Desember 2012 Group Teknik Mesin ISBN : TM4-9

10 Optimalisasi Distribusi Semen Curah Berdasarkan simulasi penjadwalan skenario kedua di dapatkan pengalokasian kapal sebagai berikut lima kapal ke Bitung, empat kapal ke Palu, tiga kapal ke Samarinda, dua kapal ke Banjarmasin, dua kapal ke Pontianak, tiga kapal ke Celukan Bawang, tiga kapal ke Ambon dan dua kapal ke Makassar. DAFTAR PUSTAKA AM Sinaga, 2011, Chapter II, repository.usu.ac.id/bitstream/ /24226/3/Chapter%2011.pdf, diakses tanggal 20 Juni Bernadus Budi Hartono, 2009, Teknik Simulasi, press.com/2009/09/08/teknik-simulasi/, diakses tanggal 20 Juni E. Fitri, 2009, Simulasi Antrian dan Implementasinya, repository.usu.ac.id /bitstream/ /14072/1/09e02904.pdfz, diakses tanggal 12 April 2011 Galuh, 2011, Struktur Produksi, 01_ar chive.html, diakses tanggal 23 April H Mawengkang, 2011 Chapter II, repository.usu.ac.id/bitstream/ /26702/3/Chapter%2011.pdf, diakses tanggal 20 Juni Materi Diklat PT. Semen Tonasa (2010) Pramita, Anidya Pemodelan Sistem Transportasi Semen Curah PT. Semen Tonasa Unit V dari Plant Site ke Pelabuhan Biringkassi (Studi kasus PT. Semen Tonasa). Tugas Akhir Program Studi Teknik Industri, Jurusan Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pujawan, I Nyoman Supply Chain Management. Guna Widya, Surabaya. ISBN : Group Teknik Mesin Volume 6 : Desember 2012 TM4-10

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI

MANAJEMEN TRANPORTASI DAN DISTRIBUSI MANAJEMEN TRANPRTASI DAN DISTRIBUSI PENDAHULUAN Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat menentukan apakah produk

Lebih terperinci

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N

Manajemen Transportasi dan Distribusi. Diadopsi dari Pujawan N Manajemen Transportasi dan Distribusi Diadopsi dari Pujawan N Pendahuluan Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat

Lebih terperinci

Manajemen Tranportasi dan Distribusi. Dosen : Moch Mizanul Achlaq

Manajemen Tranportasi dan Distribusi. Dosen : Moch Mizanul Achlaq Manajemen Tranportasi dan Distribusi Dosen : Moch Mizanul Achlaq Pendahuluan Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Simulasi 2.1.1. Pengantar Simulasi Dalam dunia manufaktur, simulasi digunakan untuk menentukan schedule produksi, inventory level, dan prosedur maintenance, merencanakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Antrian 2.1.1. Sejarah Teori Antrian. Teori antrian adalah teori yang menyangkut studi matematis dari antrian atau baris-baris penungguan. Teori antrian berkenaan dengan

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Persediaan merupakan aset terbesar yang dimiliki supply chain. Banyak perusahaan yang memiliki nilai persediaanya melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset. Manajemen persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Teori antrian adalah teori yang menyangkut studi sistematis dari antrian atau baris-baris penungguan. Formasi baris-baris penungguan ini tentu saja merupakan suatu

Lebih terperinci

Mode Distribusi & Transportasi. Tita Talitha, MT

Mode Distribusi & Transportasi. Tita Talitha, MT Mode Distribusi & Transportasi Tita Talitha, MT Pikirkan bagaimana produk-produk berikut sampai ke tangan pelanggan: Gula pasir Sabun cuci Roti kaleng Minyak goreng Air mineral Coca cola Pelanggan Pelanggan

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI DISTRIBUSI SEMEN CURAH PT. SEMEN PADANG MELALUI JALUR LAUT DENGAN PENDEKATAN SIMULASI

ANALISIS PERFORMANSI DISTRIBUSI SEMEN CURAH PT. SEMEN PADANG MELALUI JALUR LAUT DENGAN PENDEKATAN SIMULASI AALISIS PERFORMASI DISTRIBUSI SEME CURAH PT. SEME PADAG MELALUI JALUR LAUT DEGA PEDEKATA SIMULASI Asmuliardi Muluk 1, Ramadhani Fahmi 2 1) Dosen Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT. SEMEN GRESIK

STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT. SEMEN GRESIK STUDI PENGGUNAAN PACKING PLANT PADA DISTRIBUSI SEMEN DI KALIMANTAN MENGGUNAKAN METODE TRANSSHIPMENT: STUDI KASUS PT SEMEN GRESIK Ikhyandini GA dan Nadjadji Anwar Bidang Keahlian Manajemen Proyek Program

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RISET OPERASIONAL 2

MODUL PRAKTIKUM RISET OPERASIONAL 2 MODUL PRAKTIKUM RISET OPERASIONAL 2 Versi 3.1 Tahun Penyusunan 2012 1. Muhammad Yunanto, SE., MM. 2. Iman Murtono Soenhadji, Ph.D. Tim Penyusun 3. Darmadi, SE.,MM. 4. Ririn Yuliyanti, SE. 5. Padyan Khatimi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari arus teknologi dan informasi yang sudah semakin meningkat dari

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari arus teknologi dan informasi yang sudah semakin meningkat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi dinamika sistem persaingan dalam dunia usaha sebagai akibat dari arus teknologi dan informasi yang sudah semakin meningkat dari tahun ke tahun menuntut para

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Metode Pengambilan Sampling 2.1.1. Populasi Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Sistem Antrian Antrian ialah suatu garis tunggu pelanggan yang memerlukan layanan dari satu/lebih

Lebih terperinci

MODEL ANTRIAN YULIATI, SE, MM

MODEL ANTRIAN YULIATI, SE, MM MODEL ANTRIAN YULIATI, SE, MM Model Antrian Teori antrian pertama kali diciptakan oleh A.K. Erlang seorang ahli matematik Denmark pada tahun 1909. Sejak itu penggunaan model antrian mengalami perkembangan

Lebih terperinci

Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan

Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan Transportasi memindahkan produk dari satu tempat ke tempat lain, mendukung suatu rantai pasokan menjalankan fungsi pengiriman barang dari hulu (pemasok)

Lebih terperinci

Kargo adalah semua barang yang dikirim melalui udara (pesawat terbang), laut (kapal) atau darat baik antar wilayah atau kota di dalam negeri maupun

Kargo adalah semua barang yang dikirim melalui udara (pesawat terbang), laut (kapal) atau darat baik antar wilayah atau kota di dalam negeri maupun Kargo adalah semua barang yang dikirim melalui udara (pesawat terbang), laut (kapal) atau darat baik antar wilayah atau kota di dalam negeri maupun antar negara (internasional) Menurut International Air

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Suatu antrian ialah suatu garis tunggu dari nasabah yang memerlukan layanan dari satu atau lebih fasilitas pelayanan. Kejadian garis tunggu timbul disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang penting dipelajari karena menyangkut pengembangan berpikir dan erat dengan kehidupan sehari-hari serta bidang lain. Hal ini diperkuat

Lebih terperinci

Riset Operasional. Tahun Ajaran 2014/2015 ~ 1 ~ STIE WIDYA PRAJA TANA PASER

Riset Operasional. Tahun Ajaran 2014/2015  ~ 1 ~ STIE WIDYA PRAJA TANA PASER Dari sebuah artikel BUDAYA ANTRI MEMBERI BANYAK MANFAAT, kalimat pembuka dari kata seorang guru di Australia menyatakan, Kami tidak terlalu khawatir jika anak-anak sekolah dasar kami tidak pandai matematika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Teori Antrian Dalam kehidupan sehari-hari, antrian (queueing) sangat sering ditemukan. Mengantri sering harus dilakukan jika kita menunggu giliran misalnya mengambil

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Sistem Antrian Antrian ialah suatu garis tunggu pelanggan yang memerlukan layanan dari satu/lebih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Rantai Pasok 2.1.1 Definisi Manajemen Rantai Pasok Pujawan dan Mahendrawathi (2010), mengemukakan rantai pasok adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama

Lebih terperinci

PRAKTIKUM STOKASTIK MODUL TEORI ANTRIAN

PRAKTIKUM STOKASTIK MODUL TEORI ANTRIAN PRAKTIKUM TOKATIK MODUL TEORI ANTRIAN.. Tujuan Praktikum Dari kegiatan praktikum ini, praktikan diharapkan :. Dapat memahami fungsi dan manfaat dari teori antrian.. Dapat memahami konsep dasar dari teori

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Antrian 2.1.1 Definisi Antrian Antrian adalah suatu garis tunggu dari nasabah yang memerlukan layanan dari satu atau lebih pelayanan. Kejadian garis tunggu timbul disebabkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Transportasi merupakan bagian dari distribusi. Ong dan Suprayogi (2011) menyebutkan biaya transportasi adalah salah

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR MODEL PERENCANAAN PENGANGKUTAN DAN DISTRIBUSI SEMEN DI WILAYAH INDONESIA TIMUR. Oleh : Windra Iswidodo ( )

SIDANG TUGAS AKHIR MODEL PERENCANAAN PENGANGKUTAN DAN DISTRIBUSI SEMEN DI WILAYAH INDONESIA TIMUR. Oleh : Windra Iswidodo ( ) SIDANG TUGAS AKHIR MODEL PERENCANAAN PENGANGKUTAN DAN DISTRIBUSI SEMEN DI WILAYAH INDONESIA TIMUR Oleh : Windra Iswidodo (4107 100 015) Pembimbing : I G. N. Sumanta Buana, S.T., M.Eng. LATAR BELAKANG Pengembangan

Lebih terperinci

Antrian adalah garis tunggu dan pelanggan (satuan) yang

Antrian adalah garis tunggu dan pelanggan (satuan) yang Pendahuluan Antrian Antrian adalah garis tunggu dan pelanggan (satuan) yang membutuhkan layanan dari satu atau lebih pelayan (fasilitas pelayanan). Masalah yang timbul dalam antrian adalah bagaimana mengusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya persaingan antar perusahaan di. sektor perdagangan dan jasa, maka Manajemen operasi memegang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya persaingan antar perusahaan di. sektor perdagangan dan jasa, maka Manajemen operasi memegang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang Dengan semakin meningkatnya persaingan antar perusahaan di sektor perdagangan dan jasa, maka Manajemen operasi memegang peranan penting bagi perusahaan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-13. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-13. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-13 Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikasikan pada tahun 1909 oleh Agner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi, akan mempengaruhi perekonomian Indonesia dimana akan semakin terbuka

BAB I PENDAHULUAN. investasi, akan mempengaruhi perekonomian Indonesia dimana akan semakin terbuka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini dengan semakin berkembangnya dunia perdagangan dan investasi, akan mempengaruhi perekonomian Indonesia dimana akan semakin terbuka

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran BAB II KERANGKA TEORETIS 2.1. Teori Tentang Distribusi 2.1.1. Pengertian Distribusi Kebanyakan produsen bekerja sama dengan perantara pemasaran untuk menyalurkan produk-produk mereka ke pasar. Mereka membantu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada Bab 1, permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada Bab 1, permasalahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada Bab 1, permasalahan yang teridentifikasi adalah bagaimana melihat performansi antrian hauler pada jalan 7F. Oleh

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU Universitas Esa Unggul Jakarta PENGERTIAN BAHAN BAKU Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku dapat diperoleh dari pembelian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 17 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Fenomena menunggu untuk kemudian mendapatkan pelayanan, seperti halnya nasabah yang menunggu pada loket bank, kendaraan yang menunggu pada lampu merah, produk yang

Lebih terperinci

Simulasi Model Sistem Jasa. DosenPengampu: Ratih Setyaningrum,MT Hanna Lestari, M.Eng

Simulasi Model Sistem Jasa. DosenPengampu: Ratih Setyaningrum,MT Hanna Lestari, M.Eng Simulasi Model Sistem Jasa DosenPengampu: Ratih Setyaningrum,MT Hanna Lestari, M.Eng Pendahuluan Sistem jasa Sebuah sistem pemrosesan dimana didalamnya disediakan satu atau lebih jasa bagi pelanggan Karakter

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK)

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK) TM. 091486 - Manufaktur TUGAS AKHIR PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK) Cipto Adi Pringgodigdo 2104.100.026 Dosen

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGATURAN SANDAR KAPAL PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA

OPTIMASI PENGATURAN SANDAR KAPAL PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA 1 OPTIMASI PENGATURAN SANDAR KAPAL PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA Richson Lamron P Dosen Pembimbing : Sunaryo dan Riko Butarbutar Program Sarjana Teknik Perkapalan Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari banyak terlihat kegiatan mengantri seperti, pasien

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari banyak terlihat kegiatan mengantri seperti, pasien BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari banyak terlihat kegiatan mengantri seperti, pasien yang ingin periksa ke dokter, orang yang mengantri beli bensin di SPBU, orang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban. dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban. dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut: BAB V PENUTUP Hasil penelitian yang telah diperoleh dan simpulan merupakan jawaban dari perumusan masalah yang ada sebagai berikut: 5.1. Simpulan 5.1.1. Hasil analisis menunjukkan bahwa dapat didentifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Herjanto (2008:2) mengemukakan bahwa manajemen operasi merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Herjanto (2008:2) mengemukakan bahwa manajemen operasi merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajemen Operasi 2.1.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Herjanto (2008:2) mengemukakan bahwa manajemen operasi merupakan kegiatan

Lebih terperinci

Sesi XVI METODE ANTRIAN (Queuing Method)

Sesi XVI METODE ANTRIAN (Queuing Method) Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XVI METODE ANTRIAN (Queuing Method) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan Teori

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Yang dimaksud pelayanan pada area anti karat adalah banyaknya output pallet yang dapat dihasilkan per hari pada area tersebut. Peningkatan pelayanan dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI Menunggu dalam suatu antrian adalah hal yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam sebuah sistem pelayanan tertentu. Dalam pelaksanaan pelayanan pelaku utama dalam

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Terminal Peti Kemas (Steenken, 2004)

Gambar 1.1 Terminal Peti Kemas (Steenken, 2004) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan transportasi laut dengan peti kemas dalam dua dekade belakangan ini mencapai sekitar 7-9% per tahun dengan perbandingan jenis angkutan laut lain hanya mengalami

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI KAPAL DRY-BULK CARRIER PT. X DENGAN METODOLOGI SISTEM DINAMIK

ANALISIS KOMPOSISI KAPAL DRY-BULK CARRIER PT. X DENGAN METODOLOGI SISTEM DINAMIK Program Studi MMT-ITS, Surabaya Agustus 2 ANALISIS KOMPOSISI KAPAL DRY-BULK CARRIER PT. X DENGAN METODOLOGI SISTEM DINAMIK Dian Pratiwi Sahar ), Ahmad Rusdiansyah 2), dan Nurhadi Siswanto 3) ) Program

Lebih terperinci

Pemanfaatan Algoritma Program Dinamis dalam Pendistribusian Barang

Pemanfaatan Algoritma Program Dinamis dalam Pendistribusian Barang Pemanfaatan Algoritma Program Dinamis dalam Pendistribusian Barang Amelia Natalie / 13509004 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, serta manfaat penelitian yang dapat diperoleh. 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang sering terjadi adalah menunggu dalam sebuah pelayanan. Fenomena menunggu tersebut sering disebut antrian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2.2 Klasifikasi Model Simulasi

I. PENDAHULUAN. 2.2 Klasifikasi Model Simulasi SIMULASI SISTEM ANTRIAN DI KANTOR BPJS MENGGUNAKAN MATLAB Bella Nurbaitty Shafira 1), Risdawati Hutabarat 2), Winal Prawira 3) Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung BNShafira@gmail.com, Risdawatihtb@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pabrik atau distributor tentunya memiliki konsumen-konsumen yang harus dipenuhi kebutuhannya. Dalam pemenuhan kebutuhan dari masing-masing konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Operasi 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi utama dari sebuah organisasi dan secara utuh berhubungan dengan

Lebih terperinci

URGENSI ANGKUTAN BARANG DALAM PERFORMANSI TRANSPORTASI 12/8/2014

URGENSI ANGKUTAN BARANG DALAM PERFORMANSI TRANSPORTASI 12/8/2014 Pertemuan ke - 14 Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada URGENSI ANGKUTAN BARANG DALAM PERFORMANSI TRANSPORTASI Angkutan barang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses produksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sembarang tempat. Selain itu sumber bahan baku tersebut harus melalui

BAB I PENDAHULUAN. di sembarang tempat. Selain itu sumber bahan baku tersebut harus melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangkutan diperlukan karena sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat. Selain itu sumber bahan baku tersebut harus melalui tahapan produksi yang

Lebih terperinci

Operations Management

Operations Management Operations Management OPERATIONS RESEARCH William J. Stevenson 8 th edition Pendahuluan Analisis antrian pertama kali diperkenalkan oleh A.K Erlang (1913) yang mempelajari fluktuasi permintaan fasilitas

Lebih terperinci

Analisis Sistem Antrian Pada Pelayanan Poli Kandungan Dan Ibu Hamil Di Rumah Sakit X Surabaya

Analisis Sistem Antrian Pada Pelayanan Poli Kandungan Dan Ibu Hamil Di Rumah Sakit X Surabaya Analisis Sistem Antrian Pada Pelayanan Poli Kandungan Dan Ibu Hamil Di Rumah Sakit X Surabaya Zarah Ayu Annisa 1308030058 Dosen Pembimbing : Dra. Sri Mumpuni R., MT PENDAHULUAN Antrian Meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN Produksi bunga krisan yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun memberikan kontribusi yang positif kepada petani dalam peningkatan kesejahteraan mereka.

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN SISTEM ANTRIAN MODEL M/M/S PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO)

ANALISIS PENERAPAN SISTEM ANTRIAN MODEL M/M/S PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No. 2 (2015), hal 111 118. ANALISIS PENERAPAN SISTEM ANTRIAN MODEL M/M/S PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk. KANTOR CABANG PONTIANAK

Lebih terperinci

Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan

Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan Ir. Dicky Gumilang, MSc. Manajemen Rantai Pasokan Transportasi memindahkan produk dari satu tempat ke tempat lain yang membuat suatu rantai pasokan menjalankan pengiriman barang dari hulu ke hilir (pelanggan).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Teori antrian pertama kali disusun oleh Agner Krarup Erlang yang hidup pada periode 1878-1929. Dia merupakan seorang insinyur Demark yang bekerja di industri telepon.

Lebih terperinci

TRANSPORTASI DALAM RANTAI PASOK DAN LOGISTIK

TRANSPORTASI DALAM RANTAI PASOK DAN LOGISTIK TRANSPORTASI DALAM RANTAI PASOK DAN LOGISTIK Oleh: Dr. Zaroni, CISCP. Senior Consultant at Supply Chain Indonesia Transportasi berperan penting dalam manajemen rantai pasok. Dalam konteks rantai pasok,

Lebih terperinci

Teknik Simulasi. Disajikan oleh: FTI - Universitas Stikubank Semarang. Bernardus Budi Hartono

Teknik Simulasi. Disajikan oleh: FTI - Universitas Stikubank Semarang. Bernardus Budi Hartono Teknik Simulasi Disajikan oleh: Bernardus Budi Hartono Web : http://pakhartono.wordpress.com/ E-mail : pakhartono at gmail dot com budihartono at acm dot org Teknik Informatika [Gasal 2009 2010] FTI -

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1. Teori Antrian Menunggu dalam suatu antrian adalah hal yang sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Teori Antrian (Queueing Theory), meliputi studi matematika dari antrian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. antrian (queuing theory), merupakan sebuah bagian penting dan juga alat yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. antrian (queuing theory), merupakan sebuah bagian penting dan juga alat yang 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Ilmu pengetahuan tentang bentuk antrian yang sering disebut dengan teori antrian (queuing theory), merupakan sebuah bagian penting dan juga alat yang sangat berharga

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi

Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E-6 Studi Perbandingan Metode Bongkar Muat untuk Pelayaran Rakyat: Studi Kasus Manual vs Mekanisasi Aulia Djeihan Setiajid dan

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GARDU KELUAR YANG OPTIMAL PADA GERBANG TOL TANJUNG MULIA

ANALISIS SISTEM ANTRIAN UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GARDU KELUAR YANG OPTIMAL PADA GERBANG TOL TANJUNG MULIA Seminar Nasional Teknik Industri [SNTI2017] Lhokseumawe-Aceh, 13-14 Agustus 2017 ANALISIS SISTEM ANTRIAN UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GARDU KELUAR YANG OPTIMAL PADA GERBANG TOL TANJUNG MULIA Anwar 1, Mukhlis

Lebih terperinci

PERENCANAAN FASILITAS SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU

PERENCANAAN FASILITAS SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU PERENCANAAN FASILITAS SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU DAGANGANE ISIH MAS?? Aktifitas Perencanaan Produk Perencanaan Lokasi Usaha Perencanaan Tata Letak Perencanaan Sistem Material Handling Tujuan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam pelayanan ada beberapa faktor penting pada sistem antrian yaitu pelanggan dan pelayan, dimana ada periode waktu sibuk maupun periode dimana pelayan menganggur. Dan waktu dimana

Lebih terperinci

OPTIMASI PENUGASAN KAPAL SEMEN CURAH DARI PABRIK KE PABRIK PENGANTONGAN DI LINGKUNGAN SEMEN GRESIK GROUP

OPTIMASI PENUGASAN KAPAL SEMEN CURAH DARI PABRIK KE PABRIK PENGANTONGAN DI LINGKUNGAN SEMEN GRESIK GROUP OPTIMASI PENUGASAN KAPAL SEMEN CURAH DARI PABRIK KE PABRIK PENGANTONGAN DI LINGKUNGAN SEMEN GRESIK GROUP Suhandik, Ahmad Rusdiansyah, Nurhadi Siswanto Manajemen Industri-Program Studi Magister Manajemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen operasional adalah the term operation management

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen operasional adalah the term operation management BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Manajemen Operasional Krajewski dan Ritzman (2002:6) mengemukakan bahwa manajemen operasional adalah the term operation management refers to the direction

Lebih terperinci

Model Antrian. Tito Adi Dewanto S.TP LOGO. tito math s blog

Model Antrian. Tito Adi Dewanto S.TP LOGO. tito math s blog Model Antrian Tito Adi Dewanto S.TP tito math s blog titodewanto@yahoo.com LOGO Intro Menunggu dalam suatu antrian adalah hal yang paling sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari Intro Siapapun yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian

BAB II LANDASAN TEORI. tujuan yang sama. Menurutnya juga, Sistem Informasi adalah serangkaian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut Hall (2009), Sistem adalah kelompok dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang saling berhubungan yang saling berfungsi dengan tujuan yang sama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam sistem distribusi pupuk terdapat beberapa masalah yang mucul. Masalah sistem distribusi pupuk antara lain berupa masalah pengadaan pupuk, penentuan stock, proses

Lebih terperinci

Riset Operasional JAWABAN KISI-KISI UAS PENAWARAN G N O PERMINTAAN = 140

Riset Operasional JAWABAN KISI-KISI UAS PENAWARAN G N O PERMINTAAN = 140 Riset Operasional JAWABAN KISI-KISI UAS 1. Dengan berdasarkan data biaya transportasi dari pabrik ke gudang di samping, hitunglah biaya transportasinya dengan menggunakan METODE SUDUT BARAT LAUT & VAM!

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB ANDASAN TEORI. Teori Antrian Sistim ekonomi dan dunia usaha (bisnis) sebagian besar beroperasi dengan sumber daya yang relatif terbatas.sering terjadi pada orang, barang, dan komponen harus menunggu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management Supply chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL

PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL Indri Hapsari, Dermanto Ang Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya

Lebih terperinci

Operations Management

Operations Management Operations Management OPERATIONS RESEARCH William J. Stevenson 8 th edition Proses Antrian Suatu proses yang berhubungan dengan kedatangan pelanggan pada suatu fasilitas pelayanan, menunggu dalam baris

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan Transportasi Transportasi adalah suatu bagian yang integral dari hampir seluruh kegiatan manusia, sehingga secara prinsip sukarlah membedakan sebab dan akibatnya

Lebih terperinci

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Perancangan jaringan supply chain merupakan kegiatan strategis yang perlu dilakukan. Tujuanya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang permintaanya berubah secara dinamis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ANGKUTAN BARANG 2/23/2018. Pertemuan 1 MATA KULIAH: PERENCANAAN SISTEM LOGISTIK DAN TRANSPORTASI

PENDAHULUAN ANGKUTAN BARANG 2/23/2018. Pertemuan 1 MATA KULIAH: PERENCANAAN SISTEM LOGISTIK DAN TRANSPORTASI Pertemuan 1 PENDAHULUAN MATA KULIAH: PERENCANAAN SISTEM LOGISTIK DAN TRANSPORTASI Dr.Eng. M. Zudhy Irawan, S.T, M.T zudhyirawan.staff.ugm.ac.id ANGKUTAN BARANG 1 Urgensi Angkutan Barang dalam Performansi

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI CROSS FUNCTIONAL MANAGEMENTS Materi Bahasan Pertemuan 6 Konsep Dasar CRM Contoh Aliran Informasi CRM Konsep Dasar SCM Contoh Aliran Informasi SCM 1 CRM Customer Relationship Management Konsep Dasar CRM

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 SISTEM PENGELOLAAN STOK BARANG Stok barang dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Stok barang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Dalam skripsi ini akan dibahas tentang model antrean satu server dengan

BAB III PEMBAHASAN. Dalam skripsi ini akan dibahas tentang model antrean satu server dengan BAB III PEMBAHASAN Dalam skripsi ini akan dibahas tentang model antrean satu server dengan disiplin antrean Preemptive dengan pola kedatangan berdistribusi Poisson dan waktu pelayanan berdistribusi Eksponensial.

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Riset Operasional 2, Anisah SE., MM 1

TEORI ANTRIAN. Riset Operasional 2, Anisah SE., MM 1 TEORI ANTRIAN Riset Operasional 2, Anisah SE., MM 1 Riset Operasional Riset operasional merupakan cabang interdisiplin dari matematika terapan dan sains formal yang menggunakan model-model seperti model

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negara Indonesia, jasa kepelabuhanan merupakan hal strategis untuk kebutuhan logistik berbagai industri dan perpindahan masyarakat dari satu tempat ke tempat

Lebih terperinci

SIMULASI PROGRAM ANTRIAN BANK

SIMULASI PROGRAM ANTRIAN BANK TEKNIK SIMULASI SIMULASI PROGRAM ANTRIAN BANK Nama : Heni Indrawati NPM : 10 411 130 Kelas : C Jurusan : Teknik Informatika S 1 FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN MANAJEMEN UNIVERSITAS SAINS DAN TEKNOLOGI JAYAPURA

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori Antrian merupakan waktu tunggu yang dialami pelanggan untuk mencapai tujuan, dikarenakan jumlah pelanggan melebihi kapasitas layanan yang tersedia. Waktu tunggu yang terlalu lama

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI PENJADWALAN PENGIRIMAN BARANG PADA PERUSAHAAN DISTRIBUSI ROKOK PT. X DENGAN METODE STEPPING STONE

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI PENJADWALAN PENGIRIMAN BARANG PADA PERUSAHAAN DISTRIBUSI ROKOK PT. X DENGAN METODE STEPPING STONE PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI PENJADWALAN PENGIRIMAN BARANG PADA PERUSAHAAN DISTRIBUSI ROKOK PT. X DENGAN METODE STEPPING STONE Yulia 1, Andreas Handojo 2, Mira Karina Soesetio 3 1,2 Dosen tetap Fakultas

Lebih terperinci

STUDI ANTRIAN DI GERBANG TOL TAMALANREA SEKSI IV MAKASSAR

STUDI ANTRIAN DI GERBANG TOL TAMALANREA SEKSI IV MAKASSAR PROS ID I NG 2 0 1 2 HASIL PENELITIAN FAKULTAS TEKNIK STUDI ANTRIAN DI GERBANG TOL TAMALANREA SEKSI IV MAKASSAR Nur Ali & David Ferdi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unhas Jl. Perintis Kemerdekaan

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

A. Pengertian Supply Chain Management

A. Pengertian Supply Chain Management A. Pengertian Supply Chain Management Supply Chain adalah adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir.

Lebih terperinci

BAB VI 6 ANALISIS KEBIJAKAN

BAB VI 6 ANALISIS KEBIJAKAN BAB VI 6 ANALISIS KEBIJAKAN 6.1 Umum Pada bab analisis dapat diketahui bahwa sebetulnya dari segi harga angkutan barang yang melalui TPKB Gedebage membutuhkan biaya lebih kecil daripada melalui jalan raya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Suatu antrian ialah suatu garis tunggu dari nasabah yang memerlukan layanan dari satu atau lebih fasilitas pelayanan. Kejadian garis tunggu timbul disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkot Angkutan adalah mode transportasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia khususnya di Purwokerto. Angkot merupakan mode transportasi yang murah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era sekarang proses distribusi yang efektif dan efisien menjadi salah satu faktor yang posisinya mulai sejajar dengan indikator-indikator yang lain dalam

Lebih terperinci