BAB IV DESAIN STAK FUEL CELL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV DESAIN STAK FUEL CELL"

Transkripsi

1 BAB IV DESAIN STAK FUEL CELL 4.1 Sistem Sel bahan bakar Meskipun sel bahan bakar memproduksi listrik, fuel cell juga memerlukan sistem daya integrasi yang besar melebihi fuel cell stack itu sendiri, untuk fuel cell hanya akan menghasilkan daya DC tertentu dan memanfaatkan proses bahan bakar. Berbagai system komponen dapat dimasukan ke dalam system daya yang memungkinkan untuk sistem operasi konvensional dengan bahan bakar, untuk mengikat daya AC ke dalam kotak, dan sering, menolak untuk memanfaatkan panas tinggi untuk mencapai efisiensi. Dalam bentuk yang belum sempurna, daya fuel cell terdiri dari sistem prosesor fuel cell, power kondisioner dan cogeneration atau bottoming yang berpotensi untuk memanfaatkan panas yang ditolak. 4.2 Spesifikasi tumpukan Sel bahan bakar Stack fuel cell di sini adalah ukuran dengan menentukan standar motor tegangan dan menghubungkan banyak fuel cell secara seri untuk menghasilkan tegangan yang diinginkan. Densitas Maksimum berdasarkan pada sifat membran, tetapi dapat ditingkatkan dengan memilih luas permukaan sel yang lebih besar. Untuk jumlah yang diberikan daya output, sebuah fuel cell yang berukuran besar mempunyai jumlah daya yang berarti sistem daya lebih sering beroperasi dengan fraksi yang lebih rendah dari daya maksimum sehingga memiliki tegangan dan efisiensi yang tinggi. Di sisi lain, fuel cell tersebut sangat mahal dan tidak efisien dari bentuk sangat keseluruhan perspektif membuat fuel cell berat dan mahal tumpukan, terutama kendaraan yang memiliki daya maksimun sangat jarang diperlukan. Namun, untuk memberikan yang berakhir, maksimum kotor adalah output daya 5,9 kw untuk memandu standar perkotaan (5,6 kw bersih dari parasit daya).

2 4.4 Karakteristik Stack Jenis PEM fuel cell yang terbaik untuk saat ini, dan banyak lainnya pada kendaraan aplikasi. Langkah selanjutnya adalah bagaimana untuk membuat karakteristik fuel cell yang lebih besar sehingga diperlukan untuk pasokan daya yang diminta. Hal ini dilakukan pertama untuk perbandingan dengan diterbitkan overviews dari mobil berdaya fuel cell, dan kedua dengan lebih rinci, model-model berdasarkan Tekonologi pembuatan fuel cell, Inc (DTI) studi. 4.5 Published automobile fuel cell stack Pertama kali, karakteristik PEM fuel cell stack diperkirakan berdasarkan studi untuk mobil. Menurut PNGV (Kemitraan untuk Generasi Baru Kendaraan dari pemerintah/industri kolaborasi) dari massa dan berat fuel cell stack diperkirakan mencapai 0,35 kw / kg dan 0,35 kw / L, sekitar tahun 2000, menjadi eksklusif dari sistem penolong seperti radiator dan blower. Sumber yang sama menetapkan 0,5 kw / L dan 0.5 kw / kg pada tahun Untuk 5.9 kw sistem pembelajaran menterjemahkan ke dalam 12 kg dan 12 L. Namun, perlu dicatat bahwa Ballard mencapai 1 kw / L pada awal tahun PNGV menetapkan pada tahun 2004, bahwa dari 50 $ / kw netto tenaga listrik untuk sistem fuel cell (tumpukan dan alat pembantu) berkisar dengan harga $ 150 / kw. Oleh karena itu, di lima tahun mendatang untuk sistem 5,6 kw, biaya diperkirakan serendah-rendahnya sebesar $ 280 jika sistem yang digunakan pada skala bawah seperti sepeda motor (scooter). Hal ini tergantung pada penurunan biaya yang signifikan dari harga saat ini, yang berada pada urutan $ 1000/kW. Menurut Ogden et. al. mensurvei harga perkiraan dalam literatur ditemukan kisaran harga dari $ 33 hingga $ 100 per net kw untuk fuel cell stack dan $ 10 hingga $ 20 per kw untuk peaking daya baterai. Rentang biaya diperkiraan $ $ 560 untuk 5.6 kw fuel stack pada scooter.

3 Detailed construction (Rincian konstruksi) Mesin fuel cell terbuat dari beberapa sel elektrik dan terhubung dalam boxshaped "stack". Oksigen dan hidrogen harus dibawa ke membran di mana mereka dapat bereaksi, sedangkan membran tersebut harus dijaga tetap basah agar dapat menghasilkan ion-ion hidrogen (proton). Surplus air harus didorong keluar dari stack, dan limbah panas harus dikeluarkan dari stack untuk menghindari panas yang terlalu tinggi yang dapat mengakibatkan kerusakan pada membran. Sel yang terbuat dari elektrik arus listrik grafit atau logam, yang dirancang seri menjadi tegangan dari setiap sel tumpukan di atasnya yang sama sehingga dapat mengalir melalui seluruh tumpukan. Hidrogen dan oksigen mengalir dalam manifold 107 biasanya dibangun di bagian samping stack, dan dibagi menjadi umpan secara paralel ke dalam tiap-tiap sel sedangkan air dan gas yang terkumpul di dalam manifold harus dikeluarkan ke lingkungan (air dapat didaur ulang untuk melembabkan gas yang masuk). Pada dasarnya, setiap fuel cell di stack berisi MEA, atau membran elektroda assembly, yang terdiri dari konduksi ion-polimer dengan membran elektroda yang terpasang berbentuk lembaran di bagian samping. Oksigen dan hidrogen disalurkan ke masing-masing katoda dan anode dalam bidang plate yang berada di samping elektroda. Hal ini dapat dipisahkan di dua plate, masing-masing mendapatkan satu elektroda ( "unipolar" design), atau satu plate pada kedua bidang aliran yang dapat digunakan untuk dua elektroda ( bipolar design"). Membran yang sudah dilewati oleh ion-ion hidrogen tetapi tidak bersifat listrik yang harus melakukan konduksi listrik ke plate, bersamaan dengan proses tersebut air, hidrogen, atau oksigen tidak diperbolehkan untuk menembus membran.

4 Studi dari DTI memeriksa sejumlah pilihan membran aktif dari luar permukaan 116 cm2 hingga 697 cm2, dan dihitung biaya dan massa untuk masing-masing subkomponen yang menggunakan desain untuk manufaktur dan teknik assembly ( "DFMA"). Empat kemungkinan sel desain menurut studi DTI yaitu: Unitized stainless steel (unitized stainless steel) Tiga potong stainless steel (three-piece stainless steel) Amorphous karbon (amorphous carbon) Karbon-komposit polimer (carbon-polymer composite) Tiga potong stainless steel sel banyak dipilih karena diperkirakan memiliki umur pemakaian jangka panjang. Pada dasarnya, model dibangun dari bawah ke atas, bukan hanya dari extrapolasi dari ukuran otomotif kendaraan, meskipun beberapa angkanya masih berdasarkan model otomotif. MEA dari model DTI memiliki ketebalan total 70 µm. MEA terdiri dari 5 µm komposit membran, 28 µm tebal lapisan elektroda (ini terdiri dari elektroda platinum yang terdapat pada karbon hitam yang dibawa pada inert ionomer, dan kemudian 25 µm elektrik dari arus listrik backing berporos, terbuat dari kertas karbon dengan fluoropolymer untuk menghilangkan akumulasi air). Sekarang, membran memiliki ketebalan antara 50 µm µm untuk jenis nafion, dan serendah-rendahnya 25 µm untuk versi baru Gore membran. Sebuah prediksi bahwa ukuran membran 5 µm adalah sedikit agresif meskipun model dari DTI memiliki ketebalan yang sangat tipis, hal ini untuk mengurangi beban biaya, tetapi tidak untuk ukuran stack. Saat ini separator plate terbuat dari grafit, yang sudah di konduktivitas listrik dengan kapasitas rendah tetapi tahan terhadap korosi yang disebabkan oleh potensi elektrokimia dalam sel. Namun, saat ini sangat mahal untuk aliran mesin ke luas permukaan

5 graphit, dan grafit itu sendiri tidak murah. Mesin graphit separator plate saat ini biayanya sebesar 200 $ / kw. Harga mendatang diperkirakan serendah-rendahnya 5 $ / kw, dan akan lebih murah jika bahan pilihan tersebut termasuk arus listrik polimer, amorphous karbon dan logam dengan anticorrosive Coatings. Tiga potong sel desain yang dipilih yaitu : di setiap sel aktif, satu plat logam pemisah dihubungkan dengan dua plate pemisah, unipolar plate dengan aliran kolom. 51 µm pemisah plat 76 µm aliran anode 1000 µm anode paking 70 µm MEA 76 µm aliran katoda 1000 µm katoda paking (diulangi kembali dengan plat pemisah berikutnya, total tebal 2,3 mm)

6 Setiap sistem memerlukan pendinginan secara berkala. Sel pendingin yang memungkinkan aliran coolant ke dalam stack, dan pada dasarnya aliran kolom yang hanya melalui aliran air. Sel tersebut terbuat dari elektrik konduktif stainless steel untuk memperbolehkan pengaliran secara bersamaan. Alasan yang sama untuk menggunakan sel pendingin dengan desain sederhana. Sel tiga potong logam dingin terdiri dari : 51 µm pemisah plate 76 µm aliran coolant 1000 µm paking (diulangi kembali dengan plat pemisah berikutnya, total tebal 1.1 mm) Tipe Saluran Design Stack Aliran plate biasanya memiliki arus hubungan pada permukaan. Bentuk saluran mungkin berbeda pada anoda dan katoda. Arus pada arah elektroda mungkin juga berbeda dengan satu sama yang lain. Selain itu juga untuk aliran searah, aliran berlawanan arah dan juga pola aliran-aliran yang lain. Pemilihan dan optimasi yang bentuk bidang aliran dari dua kutub plate sangat mempengaruhi kinerja dari PEMFC, khususnya melalui pengolahan air dan distribusi gas ke elektroda. Di samping itu pemilihan bentuk dasar, yang merekat dari saluran dan rangka stack dan juga di daerah antara saluran harus dipertimbangkan. Besarnya saluran akan mempengaruhi rangka stack efektifitas gas difusi dan pengaturan air khususnya pada katoda. Kemampuan dari membran untuk menahan perbedaan tekanan juga tergantung pada besarnya saluran.

7 a. Saluran berbentuk berkelok-kelok Gambar 1. The Serpentine Channel Geometry Salah satu jenis saluran yang sederhana banyak digunakan di prototipe sel dimana satu-satunya bentuk saluran yang berkelok-kelok (Gambar 1). Jenis saluran ini hanya ada satu jalan untuk aliran gas di saluran plate, dan banyak air yang terkumulasi dalam saluran itu sehingga dengan cepat didorong keluar dari dalam sel. Perlu diperhatikan bahwa, ketika gas masuk melalui saluran sel dari tumpukan yang terhubung dalam konfigurasi paralel ada beberapa jalur untuk aliran gas. Penemuan optimasi untuk kinerja saluran jenis ini telah diungkapkan oleh Watkins dkk, (1991) bahwa pemilihan ukuran yang digunakan berkisar antara : mm untuk saluran lebar mm untuk dasar yang lebar mm untuk saluran dalam.

8 b. Saluran berbentuk konfigurasi paralel lurus dan berkelok-kelok Gambar 2. The Parallel Channels Geometry Gambar 3. The Parallel Serpentine Channels Geometry Saluran berbentuk konfigurasi paralel lurus atau berkelok-kelok (gambar 2 dan 3) mempunyai keuntungan yang memungkinkan tekanan rendah yang hilang dalam satu saluran. Sedangkan kerugiannya adalah banyak bagian plate yang berbeda arah aliran sehingga dapat mengakibatkan distribusi air tidak efektif karena adanya kemungkinan arus distribusi yang tidak merata di dalam saluran paralel tersebut. Bila saluran paralel digunakan, biasanya jumlah tiap-tiap saluran besar akan melintasi bagian dari setiap saluran yang kecil dan saluran yang melintasi kumpulan distribusi aliran yang besar. Dalam stack yang kecil, pasokan udara ke katoda mungkin harus dicapai oleh konveksi

9 udara bebas atau dengan bantuan sebuah kipas kecil. Saat ini metode yang biasa digunakan untuk memasok udara adalah jenis katoda dengan saluran paralel lurus. Saluran akan melanjutkan ke tepi-tepi plate dan berakhir ke udara luar yang terbuka. c. Saluran berbentuk putus-putus Gambar 4. The Discontinuous Channels Geometry Saluran terputus-putus (gambar 4) telah diusulkan sebagai solusi yang baik untuk peningkatan difusi gas di lapisan difusi Wilson, (1997). Dari jenis ini, saluran yang terputus-putus akan mendorong gas ke dalam lapisan difusi dan memfasilitasi pemindahan air. Transportasi gas di dalam lapisan difusi harus dipaksa karena tidak bisa melakukan konveksi bebas. d. Saluran berbentuk spiral Gambar 5. Spiral Channel Geometry

10 Saluran bentuk spiral (gambar 5) merupakan alternatif menarik yang diusulkan oleh Kaskimies, (2000). Ia menggabungkan secara efektif untuk mengeluarkan air dari satu bentuk saluran yang mempunyai keuntungan yaitu saluran tersebut berisi air bersih dan kotor dalam gas katode yang berdampingan. Hal ini berpotensi untuk menghasilkan distribusi oksigen dan air yang banyak hanya dengan satu lintasan berkelok. Optimasi ukuran dari saluran bentuk dasar mempunyai beberapa persyaratan. Pada umumnya masalah yang sering timbul banyak memerlukan pertimbangan pada sisi katoda. Beberapa masalah umum tersebut yaitu : Berkurangnya lebar dari rangka stack antara saluran lintasan air dan gas masuk dan keluar dari bagian MEA di bawah rangka stack. Genangan pada katoda terlihat pertama kali terjadi di bawah daerah rangka stack dari plate (Djilali & Lu, 1998). West dan Fuller (1996) memaparkan hasil serupa, menunjukkan bahwa rangka yang lebar memiliki efek yang kuat pada kondisi banjir. Namun, ketika kawasan permukaan total rangka menurun, permukaan tekanan terdesak oleh rangka tersebut pada lapisan difusi gas yang meningkat, dapat berdampak pada difusi gas yang negatif. Penurunan bagian lintasan dari saluran akan meningkatkan kecepatan aliran gas, yang harus membuat pemindahan air lebih efektif. Kehilangan tekanan dalam saluran gas dapat membantu menghindari tetesan-tetesan air. Untuk alasan ini, Büchi dkk. (1996) merekomendasikan kehilangan tekanan mbar di setiap saluran pada sisi katoda. Kerugian yang tampak, dapat menghilangkan tekanan meningkat sehingga efisiensi sistem berkurang karena konsumsi daya dari sistem pasokan udara akan meningkat.

11 Meningkatnya saluran yang lebar dapat menghilangkan tekanan yang rendah di saluran tetapi hal ini dapat menyebabkan distribusi gas yang tidak merata (Thirumalai dkk., 1995). Selain itu, bagian permukaan MEA pada daerah saluran tidak dapat menerima dukungan mekanis yang memadai dan risiko kegagalan membrane yang meningkat. Meningkatnya saluran dalam juga dapat menghilangan tekanan yang rendah, namun dengan meningkatnya ketebalan pada dwipolar plate menyebabkan densitas pada tumpukan akan rendah. Sel stokiometri yang sedang dioperasikan akan menghilangkan tekanan yang dapat mempengaruhi densitas. Detailed construction result ( Rincian hasil konstruksi ) Hasil ini terangkum di bawah ini untuk tiga ukuran fuel cell stack, masing-masing panjang 56 sel untuk menutup total tegangan 48 V.

12 Hal ini adalah jangka panjang harga yang dihasilkan. Sebagai perbandingan, saat ini stack Ballard 37 kw memiliki daya densitas 1.1 kw / L dan 0,8 kw / kg, sehingga hasil di atas tidak terlalu diinginkan. Untuk tujuan perbandingan simplistik dari model DTI hasil fuel cell untuk mesin otomotif memberikan biaya lebih rendah dari $176, $125, dan $96 sekitar dibawah 20 % - 30 %. Pengaturan Aliran Gas Untuk menambahkan stack itu sendiri, diperlukan beberapa subsistem dalam pembangkit tenaga listrik fuel cell. Salah satu yang paling penting adalah subsistem aliran gas. Oksigen dan hidrogen yang diperkenalkan masuk dalam sistem fuel cell memerlukan kecepatan alir yang tepat untuk suatu waktu pada momen tertentu, gas ini memerlukan variable sistem aliran jika Stoikiometri tetap konstan. Bahkan dalam sebuah sistem tekanan atmosfer, tekanan diatas atmosfer diperlukan agar gas dapat melalui pipa yang membelit dalam plate aliran dan memaksa cair dari air keluar pada lintasan yang sama. Tekanan tambahan ini berlangsung pada 0,1 ke 2,0 psi (0,7-13,8 KPA) di atas atmosfer sedangkan IFC (International Fuel Cells) pada0,8 psi. Kecepatan aliran minimum 0,35 m / s diperlukan untuk menghilangkan produk air, dan sebuah Pusat Penelitian Energi Schatz memperkiraan velocities aliran yang diizinkan adalah mencapai 7 m/s. Karena pada kenyataannya reaksi katoda jauh lebih lambat dibandingkan dengan reaksi anode, oksigen seringkali diberikan dalam jumlah yang besar daripada kecepatan alir stoikiometri. Rasio dari kecepatan udara untuk aliran arus minimum yang diperlukan untuk reaksi stoichiometric oksigen-hidrogen adalah 2.0 atau lebih tinggi agar konsentrasi oksigen di udara tidak turun terlalu banyak karena melewati dasar aliran,

13 dan kelebihan udara dapat membantu mendorong air produk yang dihasilkan di katoda dari sel bahan bakar. Saringan udara diperlukan untuk mencegah benda asing dari dibawa ke dalam fuel cell. Hidrogen diberikan terus menerus dalam rancangan yang diusulkan di sini. Ini berarti bahwa tidak ada jalan keluar ke sisi anode, tekanan hanya diperbolehkan untuk mengimbangi stack agar sesuai dengan tekanan regulator output. Konsumsi elektrochemical disesuaikan dengan pengganti yang berasal dari penyedia hidrogen. Hasilnya adalah 100% pemanfaatan hidrogen. Teknik ini hanya dapat digunakan untuk kendaraan hidrogen murni karena aliran anode dari reformasi hidrokarbon atau amoniak akan berisi inerts (N2, CO2, H2O) dan racun (CO) yang akan terbuang di akhir anode. Fuel cell masih memerlukan saringan sesekali untuk membersihkan impurities yang mungkin telah terbawa, ini melibatkan pembukaan keran anode exhaust untuk jangka waktu yang singkat dan memperkenankan hidrogen untuk mengalir secara langsung ke dalam atmosfer untuk waktu yang sangat singkat. Pemanfaatan efektif diabaikan kurang lebih 100% untuk alasan ini, meskipun dalam kajian kerugian ini diasumsikan diabaikan. Stack berjalan buka-tutup mempunyai pemanfaatan hidrogen sekitar 85% kecuali hidrogen murni akan didaur ulang. Blower Blowers digunakan dalam sistem atmosfer untuk menarik udara ke dalam fuelcell, tidak sesuainya perangkat yang diperlukan untuk hidrogen, karena pada saat ini semua desain hidrogen disimpan di bawah tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan operasi dari fuel cell dan memperluas pangsa pasar karena mengeluarkannya dari tempat penyimpanan atau memproduksi diatas tekanan atmosfer sebagai pembaharuan. Blower

14 biasanya bertenaga mesin elektrik dari output fuel cell, dengan baterai yang diperlukan untuk startup. Daya blower yang diperlukan adalah: Dimana W adalah efisiensi blower. Untuk persyaratan daya dari 5 kw fuel cell (2,0 psi tekanan drop dan kecepatan alir 15,6 feet kubik per menit) dan 50% efisiensi blower konsumsi dayanya adalah 200 W. Dalam industri blower yang dapat digunakan untuk memberikan output yang diperlukan adalah Ametek 5,7" BLDC tiga tahap-blower, model , dengan katalog harga jual sebesar $ 430,29. Kompresor Mengompresi udara masuk akan meningkatkan konsentrasi oksigen per volume per waktu, tekanan parsial yang efektive, sehingga meningkatkan efisiensi fuelcell. Ini berarti fuel cell yang kecil dan ringan dapat digunakan dengan menetapkan daya parasit yang diperlukan oleh kompresor dan peningkatan biaya. Selain itu, drop-off pada tegangan disebabkan oleh masalah transportasi massa yang terganggu hingga saat densities lebih tinggi. Manfaat lain dari tekanan tinggi untuk kecepatan molal yang sama, kecepatan aliran volumetric yang rendah dapat digunakan. Dengan demikian, kelembaban lebih mudah karena kurangnya air yang diperlukan untuk jenuh (per mol udara).disain bidang aliran kurang terbatas karena besarnya tekanan drop yang dapat ditoleransi di medan aliran. Karena sebagian besar teknik penyimpanan hidrogen melibatkan tekanan hidrogen, sehingga tidak akan sulit untuk mendapatkan pencocokan tekanan aliran hidrogen. Dalam banyak kasus seperti PEM dapat mentolerir sebuah perbedaan tekanan dari sekitar 0,5 bar untuk Nafion- 115,30.

15 Dalam system integreted terpadu, kompresor dapat menggerakkan mesin seperti turbocharger, menggunakan sebuah batang yang terpasang ke turbin berjalan keluar dari exhaust dari fuel cell. Hal ini memungkinkan pemulihan beberapa perluasan kerja. Di sisi lain, sistem boleh menjadi lebih sederhana jika daya kompresor hanya dengan sebuah motor listrik, dengan baterai terpisah untuk persiapan startup. Kompresor pada urutan kw sulit untuk ditemukan dan umumnya tidak efesien. Departemen Energi memiliki tujuan dari 3 kg, 4 L, 68% efisiensi, dan $ 200 pada gram / detik untuk turbocompressor 50 kw untuk sel bahan bakar system. Catatan ini adalah sepuluh kali kecepatan aliran yang diperlukan untuk kecepatan 5-6 kw, dan efisiensi menurun secara dramatis dengan "turndown" (beroperasi di bawah titik desain), sehingga efisiensi sebenarnya menjadi lebih rendah. Selain itu, untuk kecepatan aliran rendah melibatkan variabel kecepatan positif. Beratnya kompresor (bukan mesin turbo) biasanya digunakan dan efisiensi menjadi lebih rendah untuk alasan yang baik. DOE target yang ukuran dan bobot yang cukup rendah yang bermanfaat dalam tegangan, tetapi biaya akan signifikan bila dibandingkan dengan biaya total sistem. Manfaat sebenarnya dari kompresi untuk sistem kecepatan dianalisa bagian di 4/6 dalam sistem pemodelan chaoter. Pengaturan Air Air sangat penting untuk sel bahan bakar di elektroda dan elektrolit sehingga harus dijaga kondisi basah untuk memungkinkan konduksi proton melalui media asam. Air akan memasuki sistem dari kelembaban eksternal hidrogen atau aliran udara dan generasi di katoda dengan reaksi electrochemical. Hydrogen bonding mempunyai rata-rata 1-2,5 molekul air yang membawa bersama setiap proton bermigrasi dari anode ke katoda,peristiwa ini dikenal sebagai " electro-osmotic drag."

16 Aliran air dalam arah yang lain akan mendifusi kembali, karena konsentrasi air di dalam elektroda katoda jauh lebih tinggi daripada di elektroda anode. Sehingga air yang keluar dari sistem katoda berupa cairan atau uap air akan diserap habis. Bahaya yang terbesar adalah air yang mengering. Kekurangan air dapat mengeringkan elektroda atau membran, sehingga menimbulkan temperature yang terlalu panas (tinggi), kerugian dan kerusakan pada membran. Di sisi lain, jika terlalu banyak air akan terakumulasi pada elektroda sehingga dapat memblokir difusi gas ke dalam elektroda, mencegah disosiasi dan konversi keseluruhan ke listrik akan membutuhkan waktu yang lama. Penurunan densitas sering menyebabkan gejala flooding. Tegangan (efisiensi) merupakan aliran humidified yang lebih tinggi dibandingkan dengan unhumidified aliran reaktan. Dalam uji station, "external humidification biasanya dicapai oleh reaktan yang menggelembung terus-menerus dalam sebuah reservoir air. Sedangkan IFC telah menunjukkan "internal humidification" dengan menyerap air di plat separator dalam dua kutub berporos, dan reservoir ini menggunakan air untuk memenuhi elektroda dan elektrolit. Berbagai macam metode telah diusulkan untuk mengeluarkan air dari katoda. Jika suhu dan aliran yang cukup tinggi, oxidant yang panas dapat menguap menjadi produk air dan membawa pergi sebagai uap air. Jika tekanan dan aliran yang cukup tinggi, secara fisik air akan mendorong keluar, walaupun aliran yang terlalu tinggi akan mengeringkan membrane dan anode. Akhirnya, akan terpisah jalan polimer hydrophilic yang dapat digunakan untuk "wick" (gambar dengan capillary action) sehingga air dari katoda kembali ke sisi anode, yang cenderung lebih cepat untuk mengering. Berjalannya sel bahan bakar akan berakhir jika tidak ada pasokan bahan bakar yang tidak dapat melembabkan arus anode, karena air dapat terakumulasi sehingga hidrogen tidak

17 terbentuk. Jadi, untuk mencegah arus anode mengering, maka aliran udara dimasukan untuk menjaga kelembaban yang melewati sumbu air pada wetted polymer dari reservoir, atau melalui water bottle. Pendifusian ulang diperbolehkan untuk membawa kembali uap air melalui membran ke anode, dan membran yang tipis akan lebih cepat dapat beroperasi melakukan difusi ulang. Jika suhu rendah, difusi ini cukup untuk dapat menghilangkan kebutuhan untuk humidification eksternal. Air dalam sel bahan bakar harus dilakukan proses deionized. Proses ini dapat dilakukan dengan mendorong air melalui filter atau hanya memasok penyediaan air ke vehicle dengan proses deionized. Dalam kasus di mana semua kebutuhan air disupply oleh proses kondensasi dan juga recycle dari produk air. Dalam scooter system tidak ada kondensor dan kipas pendingin, air hanya boleh digunakan sampai habis. Pengaturan Panas Direncanakan suhu operasi dari sel bahan bakar akan mempengaruhi berbagai faktor. Semakin tinggi suhu beroperasi akan menghasilkan penguapan air yang lebih banyak, sehingga banyak panas yang terbuang pindah ke panas laten dan mengurangi penguapan air dari sel bahan bakar. Temperatur Tinggi menyebabkan kinetik lebih cepat dan mendapatkan tegangan yang secara umum melebihi tegangan termodinamik negatif dari hubungan antara aliran terbuka antara tegangan dan suhu. Panas karena suhu tinggi dapat menyebabkan perbedaan besar antara suhu sel bahan bakar dan suhu ambient. Batas atas dari operasi untuk PEMFCs sekitar 90 o C (karena air dapat menguap pada permukaan membran) sehingga kerja dapat menurun dengan cepat dan menyebabkan terjadinya kerusakan permanen pada membran. Di Princeton dan berbagai tempat lain, membran dikembangkan dapat menahan suhu lebih tinggi yang dapat menangani daya

18 densitas PEMF. Usaha yang dilakukan dengan membuat elektrolit dari nafion dengan bahan yang tahan air dapat mencegah penguapan proton-gelas dan melakukan hydrated oxides dari silicon. Teknik lainnya adalah untuk menggantikan air dengan berbagai jenis nafion lebih tinggi yang mendidih pada titik 34. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kadar CO tanpa kehilangan kinerja. Panas lain yang terkait dengan masalah ini adalah preheating dari saluran masuk udara dan hidrogen. Hal ini menguntungkan karena dapat mencegah banjir di bagian dalam yang paling dekat dengan udara masuk dimana suhu udara paling dingin dan memiliki konsentrasi oksigen yang tinggi sebelum udara kekurangan oxidant. Produksi air yang terbanyak terdapat pada katoda dan udara dingin dapat menyebabkan bertambahnya air supaya air berkurang dilakukan preheated. Dalam kondisi yang paling baik, sel bahan bakar beroperasi dengan efisiensi 50% yang dapat memproduksi 5.9 kw dari limbah panas yang signifikan untuk mengelola beban. Namun, rata-rata sel bahan bakar untuk kendaraan sepeda motor di dalam kota adalah satu siklus dari kesepuluh yang maksimal dan di tingkat ini daya efisiensi lebih tinggi dari beban maksimum. Pendinginan dapat dicapai melalui berbagai cara. Pertama, penguapan dari beberapa produk air di katoda yang menyerap panas. Kedua, pendinginan aktif dengan udara dapat digunakan untuk mentransfer panas ke radiator. Ketiga, pendinginan pasif dari sel bahan bakar dapat dilakukan dengan pendinginan fins dan panas sinks. Selanjutnya sel bahan bakar digabungkan dengan subsistem yang menyerap panas seperti turbin reheaters dan logam hydride kontainer. Pendinginan Aktif

19 Pemompaan suatu fluida pendingin (mis. Udara / air) melalui jalan lintasan/ bagian2 pendingin,dibawah tumpukan fuel cell akan memberikan banyak panas untuk dihilangkan. Panas ini akan menjadi tidak teratur pada sebuah radiator, lalu tambahan pula pada energy pemompaan, sebuah kipas akan dibutuhkan untuk menambah konveksi radiator. Memasukkan syarat-syarat tidak korosif pada fluida pendingin, sebuah pompa untuk mengedarkan fluida, sebuah radiator dan kipas pendingin radiator, sebuah penyaring ion dan sebuah tangki yang bergelombang. Beberapa peneliti di Institute Integrated Energy Systems dengan University Victoria memperkirakan bahwa tenaga yang dibutuhkan oleh tiupan kipas pada radiator yaitu 83 W untuk 5 kw Ballard Mark V stack Radiator. Pendinginan Pasif Penggunaan pendingin tanpa sebuah tenaga tiupan kipas sebenarnya tidak mungkin untuk mencapai ukuran lebih besar dari pada 50W karena luas permukaannya terbatas dan suhunya rendah yang mempunyai perbedaan maksimum antara 80 0 C di Taiwan dapat lebih tinggi 40 0 C. Bagaimanapun, ventilasi udara terpaksa didekatkan dengan bagian sel bahan bakar hal ini tepat dilakukan untuk sel-sel dari segi ratio, tenaga pada stack sel bahan bakar dapat ditunjukkan. Jumlah aliran udara pendingin yang dibutuhkan kurang daripada air pendingin disebabkan karena tingkat lanjutan (sirkulasi air) ditiadakan, serta berat dan volume dihemat karena tidak memiliki cell cooler diantara cell aktif. Penanganan lainnya, beberapa macam panas konduksi dibutuhkan untuk mengambil dari stack ke lingkungan dan juga kapasitas panas dari udara jauh lebih rendah dibandingkan air, dan ketika dipasangkan dengan sedikit perubahan temperatur dari sel bahan bakar untuk lingkungan hasilnya adalah transfer panas yang tidak baik. Titik Didih Refrigerant

20 Penggunaan putaran tertutup refrigerant yang mendidih di sel bahan bakar beroperasi pada temperatur 50 0 C C akan memberikan suatu perlakuan besar untuk pengambilan energi thermal dari stack. Di dalam penjumlahan, tekanan pendingin yang diuapkan (dalam sambungan dengan perbandingan katup) dapat digunakan untuk menggerakkan sirkulasi pendingin tanpa membutuhkan sebuah pompa dengan tujuan meminimalkan kerugian. Sebuah kipas akan mungkin dibutuhkan bahkan pada pengembunan (radiator), tetapi sebaliknya sistem akan mengutamakan control otomatis. Pendinginan aktif dengan siklus air pendingin lebih dipilih karena untuk mencukupi beberapa pendinginan. Udara pendingin tidak mungkin berhasil pada tumpukan sebesar 5.9 kw selama luas permukaan yang didapat rendah. Daftar Pustaka Mennola, Tuomas, 2000, Design and Experimental Characterization of Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cells, Helsinki University Technology, Finland. NN, 2004, The Hydrogen Fuel Cell Power System, EG & G Technical Services Inc., West Virginia.

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2) 15 hidrogen mengalir melewati katoda, dan memisahkannya menjadi hidrogen positif dan elektron bermuatan negatif. Proton melewati elektrolit (Platinum) menuju anoda tempat oksigen berada. Sementara itu,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA Ramadoni Syahputra 6.1 HIDROGEN 6.1.1 Pendahuluan Pada pembakaran hidrokarbon, maka unsur zat arang (Carbon, C) bersenyawa dengan unsur zat asam (Oksigen, O) membentuk karbondioksida

Lebih terperinci

Pembangkit Non Konvensional OTEC

Pembangkit Non Konvensional OTEC Pembangkit Non Konvensional OTEC OTEC Ada yang tahu apa itu OTEC? OTEC OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) atau Konversi Energi Termal Lautan atau dapat juga disebut : Pembangkit listrik tenaga panas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gas HHO Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses elektrolisis air. Elektrolisis air akan menghasilkan gas hidrogen dan gas oksigen, dengan

Lebih terperinci

MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR

MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR MAKALAH ENERGI TEKNOLOGI FUEL CELL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGUNAAN BAHAN BAKAR Oleh : Kelompok 9 Maratus Sholihah (115061100111019) Hairunisa Agnowara (125061100111033) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik sifat..., Hendro Sat Setijo Tomo, FMIPA UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik sifat..., Hendro Sat Setijo Tomo, FMIPA UI, 2010. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Sel bahan bakar adalah sebuah peralatan yang mampu mengkonversi hydrogen dan oksigen secara elektrokimia menjadi energi listrik dan air, tanpa adanya emisi gas buang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber energi bahan bakar minyak yang berasal dari fosil saat ini diprediksi sudah tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan konsumsi hidup penduduk dunia di masa datang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR 2.1. Pendahuluan Sel Bahan Bakar adalah alat konversi elektrokimia yang secara kontinyu mengubah energi kimia dari bahan bakar dan oksidan menjadi energi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra 6.2 SEL BAHAN BAKAR Pada dasarnya sel bahan bakar (fuel cell) adalah sebuah baterai ukuran besar. Prinsip kerja sel ini berlandaskan reaksi kimia, bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. portable tersebut biasanya menggunakan baterai litium yang dapat diisi ulang.

BAB I PENDAHULUAN. portable tersebut biasanya menggunakan baterai litium yang dapat diisi ulang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, peralatan elektronik yang bersifat portable semakin banyak digunakan oleh masyarakat. Sumber energi peralatan elektronik portable tersebut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menit tiap percobaan, didapatkan data tekanan gas pada tabel berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menit tiap percobaan, didapatkan data tekanan gas pada tabel berikut : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tekanan gas Dari hasil eksperimen sebanyak 27 kali dalam rentan waktu satu menit tiap percobaan, didapatkan data tekanan gas pada tabel berikut : No Luas

Lebih terperinci

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger Pengertian Turbocharger Turbocharger merupakan sebuah peralatan, untuk menambah jumlah udara yang masuk kedalam slinder dengan memanfaatkan energi gas buang. Turbocharger merupakan perlatan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Termodinamika 2.1.1 Siklus Termodinamika Siklus termodinamika adalah serangkaian proses termodinamika mentransfer panas dan kerja dalam berbagai keadaan tekanan, temperatur,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM KELISTRIKAN BATERAI MOBIL LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN FUEL CELL

BAB III PERANCANGAN SISTEM KELISTRIKAN BATERAI MOBIL LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN FUEL CELL BAB III PERANCANGAN SISTEM KELISTRIKAN BATERAI MOBIL LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN FUEL CELL Tujuan dari penyusuan tugas akhir ini merancang baterai untuk memenuhi kebutuhan yang dipakai pada mobil listrik

Lebih terperinci

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. MAKALAH SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. Kelas : XI. OTOMOTIF Tahun Ajaran : 2013/2014 SMK Negeri 5 Balikpapan Pendahuluan Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, ketersediaan sumber energi fosil dunia semakin menipis, sumber energi ini semakin langka dan harganya pun semakin melambung tinggi. Hal ini tidak dapat dihindarkan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

Penghematan Gas H2 Pada Sistem PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) Sesuai Perubahan Daya Beban

Penghematan Gas H2 Pada Sistem PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) Sesuai Perubahan Daya Beban POLI REKAYASA Volume 10, Nomor 2, April 2015 ISSN : 1858-3709 Penghematan Gas H2 Pada Sistem PEMFC (Proton Exchange Membrane Fuel Cell) Sesuai Perubahan Daya Beban Saving Gas System H2 PEMFC (Proton Exchange

Lebih terperinci

Skala ph dan Penggunaan Indikator

Skala ph dan Penggunaan Indikator Skala ph dan Penggunaan Indikator NAMA : ENDRI BAMBANG SUPRAJA MANURUNG NIM : 4113111011 KELAS PRODI : DIK A : PENDIDIKAN JURUSAN : MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Apabila meninjau mesin apa saja, pada umumnya adalah suatu pesawat yang dapat mengubah bentuk energi tertentu menjadi kerja mekanik. Misalnya mesin listrik,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Termodinamika 2.1.1 Siklus Termodinamika Siklus termodinamika adalah serangkaian proses termodinamika mentransfer panas dan kerja dalam berbagai keadaan tekanan, temperatur,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK)

Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK) Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Kejuruan (JIPTEK) Jurnal Homepage: https://jurnal.uns.ac.id/jptk PENGARUH PENGGUNAAN HYDROGEN ECO BOOSTER TIPE DRY CELL DENGAN VARIASI LARUTAN ELEKTROLIT TERHADAP TORSI

Lebih terperinci

1. EMISI GAS BUANG EURO2

1. EMISI GAS BUANG EURO2 1. EMISI GAS BUANG EURO2 b c a Kendaraan Anda menggunakan mesin spesifikasi Euro2, didukung oleh: a. Turbocharger 4J 4H Turbocharger mensuplai udara dalam jumlah yang besar ke dalam cylinder sehingga output

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid Darwin Rio Budi Syaka, Furqon Bastian dan Ahmad Kholil Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Pengeringan Udara panas dihembuskan pada permukaan bahan yang basah, panas akan berpindah ke permukaan bahan, dan panas laten penguapan akan menyebabkan kandungan air bahan teruapkan.

Lebih terperinci

PENGHEMATAN BAHAN BAKAR SERTA PENINGKATAN KUALITAS EMISI PADA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PEMANFAATAN AIR DAN ELEKTROLIT KOH DENGAN MENGGUNAKAN METODE

PENGHEMATAN BAHAN BAKAR SERTA PENINGKATAN KUALITAS EMISI PADA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PEMANFAATAN AIR DAN ELEKTROLIT KOH DENGAN MENGGUNAKAN METODE Oleh: Dyah Yonasari Halim 3305 100 037 PENGHEMATAN BAHAN BAKAR SERTA PENINGKATAN KUALITAS EMISI PADA KENDARAAN BERMOTOR MELALUI PEMANFAATAN AIR DAN ELEKTROLIT KOH DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

Lebih terperinci

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika Oleh : Robbin Sanjaya 2106.030.060 Pembimbing : Ir. Denny M.E. Soedjono,M.T PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Refrigerant Refrigeran adalah zat yang mengalir dalam mesin pendingin (refrigerasi) atau mesin pengkondisian udara (AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari benda/media

Lebih terperinci

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi

Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi Mesin Kompresi Udara Untuk Aplikasi Alat Transportasi Ramah Lingkungan Bebas Polusi Darwin Rio Budi Syaka a *, Umeir Fata Amaly b dan Ahmad Kholil c Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik, Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER *Bambang Yunianto, Dwi Septiani Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

SISTEM AIR CONDITIONER (AC)

SISTEM AIR CONDITIONER (AC) SISTEM AIR CONDITIONER (AC) KOMPETENSI Setelah mempelajari materi ini, siswa diharapkan dapat : 1. Menjelaskan prinsip terjadinya pendinginan pada sistem AC. 2. Menjelaskan Fungsi AC pada mobil. 3. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman sekarang ini, kebutuhan manusia akan listrik semakin meningkat. Peran listrik dalam kehidupan manusia sangatlah penting karena listrik merupakan sumber energi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang berkelanjutan kian mengemuka di ranah global. Krisis energi terjadi di berbagai negara di dunia bahkan di Indonesia. Berdasarkan Indonesia Energy

Lebih terperinci

ANALISA KERUGIAN TEGANGAN DAN PENURUNAN TEKANAN PADA RUANG ALIR TERHADAP SEL BAKAR JENIS MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER KAPASITAS 20W

ANALISA KERUGIAN TEGANGAN DAN PENURUNAN TEKANAN PADA RUANG ALIR TERHADAP SEL BAKAR JENIS MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER KAPASITAS 20W ANALISA KERUGIAN TEGANGAN DAN PENURUNAN TEKANAN PADA RUANG ALIR TERHADAP SEL BAKAR JENIS MEMBRAN ELEKTROLIT POLIMER KAPASITAS 20W William Ryan Wijaya 1, Himsar Ambarita 2 1 Mahasiswa Departemen Teknik

Lebih terperinci

TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM

TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM PENEMPATAN TANKI PADA KENDARAAN BAGIAN-BAGIAN TANKI DAN NAMA KOMPONEN ALUR LAJU BAHAN BAKAR MOTOR

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Pengaruh Arus Listrik Terhadap Hasil Elektrolisis Elektrolisis merupakan reaksi yang tidak spontan. Untuk dapat berlangsungnya reaksi elektrolisis digunakan

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR

PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR MAKALAH PELATIHAN PENGELASAN DAN PENGOPERASIAN KOMPRESOR PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM).

Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Rencana Pembelajaran Kegiatan Mingguan (RPKPM). Pertemuan ke Capaian Pembelajaran Topik (pokok, subpokok bahasan, alokasi waktu) Teks Presentasi Media Ajar Gambar Audio/Video Soal-tugas Web Metode Evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring meningkatnya kebutuhan dunia akan energi dan munculnya kesadaran mengenai dampak lingkungan dari penggunaan sumber energi yang berasal dari bahan bakar fosil,

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR

PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR PENGARUH JUMLAH SEL PADA HYDROGEN GENERATOR TERHADAP PENGHEMATAN BAHAN BAKAR A. Yudi Eka Risano Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, UNILA Jl. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145 Telp. (0721)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bahan bakar fosil telah digunakan di hampir seluruh aktivitas manusia seperti penggunaan kendaraan bermotor, menjalankan mesin-mesin pabrik, proses memasak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 30 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PENDAHULUAN Baterai seng udara merupakan salah satu bentuk sumber energi secara elektrokimia yang memiliki peluang sangat besar untuk aplikasi sumber energi masa depan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN

BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN BAB 3 METODOLOGI PENGUJIAN Setiap melakukan penelitian dan pengujian harus melalui beberapa tahapan-tahapan yang ditujukan agar hasil penelitian dan pengujian tersebut sesuai dengan standar yang ada. Caranya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi fosil seperti batu bara, bensin dan gas secara terusmenerus menyebabkan persediaan bahan bakar fosil menjadi menipis. Kecenderungan ini telah mendorong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1] BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dewasa ini kelangkaan sumber energi fosil telah menjadi isu utama. Kebutuhan energi tersebut setiap hari terus meningkat. Maka dari itu, energi yang tersedia di bumi

Lebih terperinci

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HRSG HRSG (Heat Recovery Steam Generator) adalah ketel uap atau boiler yang memanfaatkan energi panas sisa gas buang satu unit turbin gas untuk memanaskan air dan

Lebih terperinci

Gambar 1 menunjukkan komponen-komponen yang menjalankan mobil kriogenik (cryocar) ini. Nitrogen cair yang sangat dingin disimpan dalam tangki

Gambar 1 menunjukkan komponen-komponen yang menjalankan mobil kriogenik (cryocar) ini. Nitrogen cair yang sangat dingin disimpan dalam tangki Mobil Hijau Mobil Hijau? Jangan salah sangka dulu! Mobil-mobil masa depan ini disebut Mobil Hijau bukan karena warnanya. Justru warna mobil-mobil ini bermacam-macam, bukan hanya hijau. Mobil ini disebut

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Data data yang diperoleh dari penulisan Tugas Akhir ini : pendingin dengan refrigeran R-22 dan MC-22.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Data data yang diperoleh dari penulisan Tugas Akhir ini : pendingin dengan refrigeran R-22 dan MC-22. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Data data yang diperoleh dari penulisan Tugas Akhir ini : 1. Data dari hasil pengujian Data diperoleh dari hasil pengujian alat praktikum mesin pendingin

Lebih terperinci

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Kampus 3, Paingan, Maguwoharjo,

Lebih terperinci

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin Galuh Renggani Wilis, ST.,MT ABSTRAKSI Pengkondisian udara disebut juga system refrigerasi yang mengatur temperature & kelembaban udara. Dalam beroperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap manusia di dunia terutama energi listrik. Dewasa ini kebutuhan energi yang semakin meningkat tidak

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas BAB II DASAR TEORI. rinsip embangkit Listrik Tenaga Gas embangkit listrik tenaga gas adalah pembangkit yang memanfaatkan gas (campuran udara dan bahan bakar) hasil dari pembakaran bahan bakar minyak (BBM)

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional

Gambar 2.1. Grafik hubungan TSR (α) terhadap efisiensi turbin (%) konvensional BAB II DASAR TEORI Bab ini berisi dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain daya angin, daya turbin angin, TSR (Tip Speed Ratio), aspect ratio, overlap ratio, BHP (Break Horse

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL

PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN. Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL PELATIHAN PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN MESIN PENDINGIN Oleh : BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN TEGAL PRINSIP PENDINGINAN PROSES MEMINDAHKAN ATAU MENAMBAHKAN PANAS DARI SUATU BENDA ATAU TEMPAT KE

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. oksigen (O2) dan hydrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik yang

BAB II LANDASAN TEORI. oksigen (O2) dan hydrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Elektrolisasi Air Elektroisasi air merupakan peristiwa penguraian air (H2O) menjadi oksigen (O2) dan hydrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik yang melalui air tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya konsumsi bahan bakar khususnya bahan bakar fosil sangat mempengaruhi peningkatan harga jual bahan bakar tersebut. Sehingga pemerintah berupaya mencari

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kemajuan teknologi. Tahun 1885, Karl Benz membangun Motorwagen,

1. PENDAHULUAN. kemajuan teknologi. Tahun 1885, Karl Benz membangun Motorwagen, 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah sarana bagi manusia untuk memindahkan sesuatu, baik manusia atau benda dari satu tempat ke tempat lain, dengan ataupun tanpa mempergunakan alat bantu.

Lebih terperinci

BUKU V SISTEM ALAT BANTU

BUKU V SISTEM ALAT BANTU BUKU V SISTEM ALAT BANTU TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti pelajaran ini peserta mampu memahami sistem alat bantu sesuai dengan kebutuhan pengoperasian sistem air pendingin serta prosedur perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian 17 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan Juni 2011, bertempat di Laboratorium Surya, Bagian Teknik Energi Terbarukan, Departemen

Lebih terperinci

BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI

BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI BAB 3 PROSES-PROSES MESIN KONVERSI ENERGI Motor penggerak mula adalah suatu alat yang merubah tenaga primer menjadi tenaga sekunder, yang tidak diwujudkan dalam bentuk aslinya, tetapi diwujudkan dalam

Lebih terperinci

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA Muhammad Ilham, Moch. Arif Nurdin,Septia Eka Marsha Putra, Hanani, Robbi Hidayat. 10211078, 10211003, 10211022, 10211051, 10211063. Program Studi Fisika, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Split Air Conditioner (AC) split merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondikan udara didalam ruangan sesuai dengan yang diinginkan oleh penghuni.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi berperan penting dalam kelangsungan hidup manusia. Selama ini manusia bergantung pada energi yang berasal dari minyak bumi untuk menjalankan sistem transportasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hingga peningkatan efesiensi energi yang digunakan. Namun sayangnya

I. PENDAHULUAN. hingga peningkatan efesiensi energi yang digunakan. Namun sayangnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini energi listrik merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia, mulai dari sektor industri, transportasi, komersial hingga perumahan. Akibatnya manusia mengembangkan

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK ANTAR CELL ELEKTRODA TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO TIPE DRY CELL

PENGARUH JARAK ANTAR CELL ELEKTRODA TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO TIPE DRY CELL Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PENGARUH JARAK ANTAR CELL ELEKTRODA TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO TIPE DRY CELL THE EFFECT OF ELECTRODE CELL DISTANCE ON PERFORMANCE OF DRY CELL TYPE HHO GENERATOR Adhes

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA.1 Teori Pengujian Sistem pengkondisian udara (Air Condition) pada mobil atau kendaraan secara umum adalah untuk mengatur kondisi suhu pada ruangan didalam mobil. Kondisi suhu yang

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH VARIASI VOLUME AIR PADA WATER TANK DAN BEBAN LISTRIK TERHADAP PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC)

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH VARIASI VOLUME AIR PADA WATER TANK DAN BEBAN LISTRIK TERHADAP PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC) SKRIPSI ANALISIS PENGARUH VARIASI VOLUME AIR PADA WATER TANK DAN BEBAN LISTRIK TERHADAP PERFORMANSI POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE FUEL CELL (PEMFC) Oleh : I NYOMAN JULI ADI PUTRA NIM: 0804305006 JURUSAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyejuk udara atau pengkondisi udara atau penyaman udara atau erkon atau AC (air conditioner) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara

Lebih terperinci

Efisiensi termal proses elektrolisis pada saat ini sudah dapat dioptimalkan dengan melakukan proses penyempurnaan pada generator HHO, sehingga dapat m

Efisiensi termal proses elektrolisis pada saat ini sudah dapat dioptimalkan dengan melakukan proses penyempurnaan pada generator HHO, sehingga dapat m BAB II TEORI DASAR 2.1. Pendahuluan Dengan semakin melonjaknya harga bahan bakar minyak dan gas hampir terjadi pada setiap tahunnya dan penggunaan bahan bakar minyak yang berasal dari energi fosil yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Motor Bakar. Motor bakar torak merupakan internal combustion engine, yaitu mesin yang fluida kerjanya dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar di ruang mesin tersebut. Fluida

Lebih terperinci

Apakah itu Neptunuss

Apakah itu Neptunuss Apakah itu Neptunuss Neptunus adalah generator gas Hydroxy atau yang dinamakan gas HHO melalui elektrolisis air murni memproduksi terutama H 2 dan O 2 dengan memanfaatkan teknologi ZCLC (Zero Current Lost

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG

PEMANFAATAN PANAS TERBUANG 2002 Belyamin Posted 29 December 2002 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor Desember 2002 Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C Tarumingkeng (Penanggung Jawab)

Lebih terperinci

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak

3.2 Pembuatan Pipa Pipa aliran air dan coolant dari heater menuju pipa yang sebelumnya menggunakan pipa bahan polimer akan digantikan dengan menggunak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan alahan yang diteliti, sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL

PLANT 2 - GAS DEHYDRATION AND MERCURY REMOVAL PROSES PENGOLAHAN GAS ALAM CAIR (Liquifed Natural Gas) Gas alam cair atau LNG adalah gas alam (metana terutama, CH4) yang telah diubah sementara untuk bentuk cair untuk kemudahan penyimpanan atau transportasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini transportasi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Transportasi dapat diartikan sebagai kegiatan pengangkutan barang oleh berbagai jenis

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Penyimpanan Energi Termal Es merupakan dasar dari sistem penyimpanan energi termal di mana telah menarik banyak perhatian selama beberapa dekade terakhir. Alasan terutama dari penggunaan

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKING AND ROASTING

RINGKASAN BAKING AND ROASTING RINGKASAN BAKING AND ROASTING Bab I. Pendahuluan Baking dan Roasting pada pokoknya merupakan unit operasi yang sama: keduanya menggunakan udara yang dipanaskan untuk mengubah eating quality dari bahan

Lebih terperinci

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

LAMPIRAN II PERHITUNGAN LAMPIRAN II PERHITUNGAN 1. Menghitung jumlah KOH yang dibutuhkan Konsentrasi KOH Volume Elektrolit Berat Molekul KOH Maka, gram KOH gram KOH : 1.25 M : 12 Liter : 56. 11 gram = M V BM (Sumber : Kimia Analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Solar Cell Solar Cell atau panel surya adalah suatu komponen pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar matahari menjadi arus listrik atas dasar efek fotovoltaik. untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Radiator BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Radiator Radiator adalah alat penukar panas yang digunakan untuk memindahkan energi panas dari satu medium ke medium lainnya yang tujuannya untuk mendinginkan maupun memanaskan.radiator

Lebih terperinci