Analisis Dampak Kebijakan Globalisasi Ekonomi terhadap Kemiskinan dan Kesenjangan di India pasca liberalisasi Ekonomi tahun 1991

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Dampak Kebijakan Globalisasi Ekonomi terhadap Kemiskinan dan Kesenjangan di India pasca liberalisasi Ekonomi tahun 1991"

Transkripsi

1 Analisis Dampak Kebijakan Globalisasi Ekonomi terhadap Kemiskinan dan Kesenjangan di India pasca liberalisasi Ekonomi tahun 1991 Disusun oleh Vanadia Sofaria 09/282192/SP/23397 Diego Boni Septana 09/286683/SP/23735 Wimanda Febrian 09/281024/SP/23299 Etta Desita R 09/280537/SP/23211 Desy Valentin 09/280270/SP/23169 Ario W haryono 10/296902/SP/23890 Aulia Istiqomah 10/305682/SP/24382 Bara E. Brahmantika 10/297296/SP/23964

2 I. Pendahuluan A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, berbagai alat untuk memudahkan berbagai kegiatan manusia ditemukan. Hal ini menyebabkan manusia di dunia semakin mudah untuk terhubung satu sama lain. Komunikasi dan transportasi kian hari kian beragam, membuat batas-batas negara menjadi transparan. Kemudahan-kemudahan ini membuat jarak dan waktu menjadi semakin sempit yang membuat manusia menjadi lebih bergantung satu sama lain. Globalisasi telah dimulai sejak abad ke-19, ketika berbagai penemuan baru dalam bidang komunikasi dan transportasi dikembangkan. Globalisasi telah menjamah berbagai bidang kehidupan manusia, salah satunya adalah bidang ekonomi. Globalisasi ekonomi menurut Gao Shangquan merujuk pada meningkatnya saling ketergantungan ekonomi akibat semakin berkembangnya perdagangan berbagai komoditas dan jasa yang melewati batas negara, aliran modal internasional, dan semakin cepatnya penyebaran teknologi. 1 Dengan semakin terintegrasinya negara di dalam perdagangan internasional, tentu akan semakin banyak investasi yang masuk ke negara itu. Perdagangan berbagai jenis komoditi juga akan semakin banyak terjadi. Globalisasi dan kemiskinan telah menjadi salah satu isu yang ramai diperbincangkan oleh halayak internasional saat ini, berbagai diskusi, dan penelitian oleh akademisi, dan praktisi dari berbagai ilmu pengetahuan telah berusaha untuk melihat bagaimana dampak dari globalisasi terhadap kemiskinan secara global. Perdebatan tentang hubungan globalisasi dengan kemiskinan dan kesenjangan sosial di dominasi oleh dua kubu yang mana kubu pertama diwakili oleh para suporter dari perdagangan bebas yang meyakini bahwasanya dengan meningkatnya arus perdagangan internasional yang terspesialisasi diantara negara negara dunia akan meningkatkan pendapatan dari keseluruhan masayrakatnya. Namun kelompok yang lain berpendapat bahwasanya banyak dari masyrakat miskin yang memiliki kendala dalam kapasitasnya menyesuaikan diri, melengkapi diri, dan berpindah menyesuakian dengan kondisi pasar, dimana para pendukung pandangan ini menganggap, walau spesialisasi perdagangan kan menguntungkan dalam jangka panjang dengan asumsi bahwasanya tenaga kerja dan sumber daya mampu berpindah sektor ekonomi secara bebas, 1 G. Shangquan, Economic Globalization: Trends, Risks and Risk Prevention, United Nations website (online), 2000, hlm. 1, < diakses 15 Januari

3 dalam jangka pendek perubahan dan penyesuaian struktur akan berdampak buruk bagi masyarakat miskin 2. GDP India meningkat diakibatkan dengan meningkatnya aktifitas ekonomi (impor, ekspor) dan arus modal internasional yang berputar di India, namun pertanyaan lainpun muncul, di China yang juga melakukan reformasi ekonomi dengan mengglobalisasi perekonomiannya mengalami surplus perdagangan internasional, kenaikan GDP secara tajam, dan juga berkurangnya angka kemiskinan, namun secara bersamaan Cina yang sebelumnya dikenal sebagai negara yang paling kecil kesenjangannya karena pemerataaan ekonomi sebelum globalisasi ekonomi menjadi negara yang sekarang semakin lebar jurang kesenjangan ekonomi diantara rakyatnya, dimana dalam beberapa tahun diprediksi kesenjangan perekonomian di Cina akan melebihi Amerika, lalu apakah kasus serupa terjadi di India? Apakah Globalisasi akhirnya akan berdampak pada mengayakan yang kaya dan semakin memiskinkan yang miskin? pertanyaan inilah yang akanberusaha dijawab leh paper ini, dimana kami akan menganalisis hubungan diantara globalisasi dan kemiskinan juga kesenjangan dengan studi kasus negara India. B. Kerangka Konseptual Teori Globalisasi Globalisasi didefiniskan oleh George Ritzer sebagai mendunianya kebiasaan, hubungan, kesadaran dan organisasi kehidupan sosial. Dan dilihat dari prespektif ekonomi, globalisasi ekonomi yang ditandai dengan semakin meluasnya ekonomi pasar yang dipromosikan oleh lembaga lembaga internasional seperti IMF dan Bank Dunia. 3 Dalam paper ini kami menggunakan indikator yang digunakan oleh Ann Harrison dalam mengukur globalisasi ekonomi yaitu perdagangan internasional yang diukur dengan peningkatan volume impor dan ekspor. 4 Indikator lainnya yang digunakan oleh Pranab Bardhan adalah 2 Pranab Bardhan, Does Globalization Help or Hurt the World s Poor?, Robert mackay s homepage (online), diakses April 19, Robert. O Keel, Globalization theory, University of Missouri (online), diakses 19 April Ann Harrison, On the Links Between Globalization and Poverty, The Academic Platform Switzerland UN (online), onde%20pauvrete/globalization%20and%20poverty%20-%20a%20harrisson.pdf, diakses 19 April

4 arus masuk modal asing yang dilihat dari tingkat FDI yang masuk ke dalam sebuah negara. 5 Sehingga yang penulis maksud dengan Globalisasi Ekonomi adalah peningkatan arus perdagangan dan arus investasi modal asing dalam sebuah negara. Definisi Kemiskinan dan Kesenjangan Ekonomi Definisi Kemiskinan yang kami gunakan adalah definisi kemiskinan absolut dengan dengan menggunakan garis kemiskinan ekstreme yang digunakan oleh World Bank, yaitu setiap individu individu yang hidup dengan penghasilan dibawah satu dollar perharinya yang nanti akan dilihat dengan statistik jumlah orang miskin ekstreme dalam persen per populasinya. 6 Dan yang kamu maksud dengan kesenjangan ekonomi adalah dimana perbedaan mendasar terjadi dalam sebuah masyarakat yang akhirnya memperbolehkan individu tertentu untuk memiliki pilihan tertentu yang bersifat materiil, namun disaat yang sama menghalangi individu individu yang lain, untuk mendapatkan pilihan yang sama. 7 Kesenjangan ekonomi yang dimaksud adalah perbedaaan kesempatan dan pilihan bagi masyarakat terdidik dan memiliki keahlian dengan masayrakat yang miskin dan tidak memiliki kemampuan dalam memperoleh penghasilan dan pekerjaan yang layak, ini nanti akan dilihat dengan merujuk pada koefisin Gini yang digunakan oleh World Bank C. Rumusan Masalah Bagaimana Globalisasi Ekonomi dalam bentuk peningkatan Perdagangan Internasional dan Masuknya Foreign Direct Investment berpengaruh pada tingkat kemiskinan dan kesenjangan ekonomi di India pasca liberalisasi ekonomi tahun 1991? II. ISI A. Dampak-Dampak Globalisasi terhadap Kemiskinan dan Kesenjangan Perdebatan tentang hubungan globalisasi dengan kemiskinan dan kesenjangan sosial di dominasi oleh dua kubu yang mana kubu pertama diwakili oleh para suporter dari 5 Pranab Bardhan, Does Globalization Help or Hurt the World s Poor?, Robert Mackay s homepage (online), diakses April 19, Ann Harrison, On the Links Between Globalization and Poverty, The Academic Platform Switzerland UN (online), onde%20pauvrete/globalization%20and%20poverty%20-%20a%20harrisson.pdf, diakses 19 April Andrew McKay, Inequality Briefing, Overseas Development Institute (Online), diakses 16 April

5 perdagangan bebas yang meyakini bahwasanya dengan meningkatnya arus perdagangan internasional yang terspesialisasi diantara negara negara dunia akan meningkatkan pendapatan dari keseluruhan masayrakatnya. Namun kelompok yang lain berpendapat bahwasanya banyak dari masyrakat miskin yang memiliki kendala dalam kapasitasnya menyesuaikan diri, melengkapi diri, dan berpindah menyesuakian dengan kondisi pasar, dimana para pendukung pandangan ini menganggap, walau spesialisasi perdagangan kan menguntungkan dalam jangka panjang dengan asumsi bahwasanya tenaga kerja dan sumber daya mampu berpindah sektor ekonomi secara bebas, dalam jangka pendek perubahan dan penyesuaian struktur akan berdampak buruk bagi masyarakat miskin 8. Kompetisi di dalam pasar global secara umum memberikan keuntungan bagi masyarakat yang memiliki keahlian, informasi dan kewirausahaan. Dan masyarakat miskin sering kali justru tidak mampu untuk bersaing, dikeranakan sulitnya akses terhadap modal dan kesempatan untuk mempelajari keahlian baru bagi masyarakat miskin. Dalam kasus mexico misalnya, dimana banyak pekerja yang tidak memiliki keahlian kehilangan pekerjaan karena kalah bersaing dengan negara negara Asia yang memiliki pekerja yang memeiliki keterampilan dan sama murahnya, namun investasi asing di mexico diwaktu yang sama juga membuka lowongan pekerjaan baru bagi masyarakat Mexico. Bukti yang lain juga menunjukkan bahwasanya pada daerah di mexico yang lebih terexpose oleh globalisasi mempunya pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang terisolasi oleh Globalisasi. 9 Integrasi ekonomi kedalam sistem internasional tidak hanya membawa kesempatan namun juga masalah bagi negara berkembang, karena ketika sebuah negara mengglobalisasi ekonominya dan masuk kedalam sebuah sistem ekonomi internasional maka akan terjadi proses spesialisasi perdagangan, dimana negara tersebut akan cenderung mengutamakan komoditas ekspor yang bisa bersaing ditingkat global dan menguntungkan, dan melepas tarif dan perlindungan pada sektor sektor yang sebelumnya di subsidi oleh pemerintah. Sehingga dalam transisi itu sering kali akhirnya berdampak pada banyak nya orang yang kehilangan pekerjaan pada sektor yang mengalami merugi karena persaingan dengan barang-barang impor dari negra lain, sehingga para pekerja tersebut harus beralih ke pekerjaan lain pada sektor sektor yang berkembang yang berhasil bersaing dan untung dalam ekspor, namun 8 Pranab Bardhan, Does Globalization Help or Hurt the World;s Poor?, accessed April 19, 2012, 9 ibid 5

6 transisi dari pekerjaan baru ke pekerjaan lama ini akan sangat menyakitkan, dan tidak berlangsung secara serta merta, sehingga perlu pemerintah meringankan beban masyarakat miskin pada periode transisi ini. Namun kebanyakan negara miskin tidaklah memiliki program proteksi sosial untuk membantu orang-orang yang kehilangan pekerjaannya dan belum menemukan pekerjaan baru. Hambatan hambatan domestik juga menjadi kendala bagi masyarakat miskin di negara negara berkembang dalam bersaing di tataran internasional, halangan domestik seperti kesulitan akses terhadap kredit modal, birokrasi yang menyulitkan, hukum kepemilkan lahan yang lemah, pendistribusiaan kekayaan yang tidak merata, dan korupsi sering kali menjadi penghalang bagi masyarakat miskin untuk mendapat kesempatan, sehingga membuka ekonomi pada sistem masyrakat internasional ketika halangan halangan tersebut masih tidak teratasi dengan baik akan justru membuat masayrakat miskin kalah dalam persaingan dan semakin miskin nantinya. 10 Bardhan berusaha menjelaskan bagaiamana globalisasi dapat berdampak positif maupun negatif terhadap kemiskinan dengan menggunakan delapan skenario kemungkinan dari proses globalisasi dan dampaknya terhadap kemiskinan. 11 Pada skenario (a) Bardhan menggunakan asumsi tradisional Stolper-Samuelson yang mengatakan bahwasanya dinegara negara miskin yang memiliki banyak buruh tanpa keahlian yang murah akan mendapatkan keuntungan dari liberalisasi perdangan pada sektor sektor yang menggunakan buruh secara intensif, namun pada kenyataannya di antara negara negara berkembang sendiri seperti Brazil atau Turki, masih banyak negara yang menggunakan buruh dari negara lain yang lebih miskin dan lebih murah seperti Indonesia atau Cina untuk memproduksi barang barang yang jauh lebih murah, sehingga dalam skenario ini, justru akhirnya liberalisasi perdagangan menurunkan penghasilan rata-rata dari negara berkembang yang lain, dan juga apabila negara berkembang tersebut memiliki komoditas utama yang tidak menggunakan tenaga buruh secara intensif, seperti pertambangan yang bertumpu pada alat berat, pada kondisi seperti itu buruh buruh miskin tidak akan terlalu mendapat manfaat dari liberalisasi perdagangan. Dalam skenario (b), Bardhan menggunakan asumsi bahwasanya dalam sebuah negara akan ada beberapa tipe produksi, seperti dalam contoh pangan dimana ada tanaman yang ditanam oleh para pekerja yang jenis tanaman itu merupakan kebutuhan pokok masyrakat 10 Pranab Bardhan, Does Globalization Help or Hurt the World s Poor?, Robert Mackay s homepage (online), diakses April 19, Pranab Bardhan, The Impact of Globalization on the Poor, Bureau for reserach in Economic Analysis of Development (online), diakses April 19,

7 sehingga tidak akan diekspor, jenis tanaman kedua adalah jenis tanaman yang ditanam oleh para pekerja yang mampu diekspor seperti kopi, dan barang yang ketiga adalah barang yang mampu dimpor oleh pemerintah sebagai barang pengganti kebutuhan pokok makanan masyarakat, dalam skenario ini para pekerja yang menanam tanaman yang bisa diekspor akan mendapatkan keuntungan dari liberalisasi, namun pakerja pertama yang menanam tanaman untuk kebutuhan pokok akan justru berkurang penghasilannya, karena impor dengan harga yang lebih murah karena penghilangan tarif akibat dari liberalisasi perdagangan tersedia dipasaran, sehingga terjadi persaingan pasar terhadap produk yang sejenis. Pada skenario (c), dimana terdapat dua macam pekerja, pekerja dengan kontrak jangka panjang, dan pekerja dengan kontrak jangka pendek, yang mana pekerja dengan kontrak jangka pendek akan bekerja lebih tidak produktif dan digaji dengan gaji lebih rendah. Ketika globalisasi ekonomi terjadi, maka kompetisi akan semakin ketat, dan kemungkinan perusahaan untuk mengalami kerugian ataupun bangkrut juga semakin besar, sehingga para pekerja akan lebih berhati hati dengan memilih kontrak dengan jangka yang pendek pada perusahaan tertentu, sehingga produktifitas pekerja jadi semakin rendah, dan gaji rata-rata pekerjapun juga makin rendah. Sehingga globalisasi bisa dibilang akhirnya berdampak pada menurunnya pemasukan masyarakat. Pada skenario (d), meningkatnya kompetisi global karena globalisasi bisa berdampak positif pula, dengan kompetisi, maka perusahaan perusahaan yang tidak effisien bisa digantikan dengan perusahaan yang lebih effisien ataupun akhirnya memaksa perusahaan untuk effisien dengan mengalokasikan secara lebih baik sumber sumber daya di dalam perusahaan yang akan berdampak pada kenaikan gaji pekerja dikarenakan produktifitas perusahaan yang menjadi lebih meningkat. Pada skenario (e), persaingan global akan memaksa perusahaan perusahaan besar untuk mengalihkan sebagian pekerjaan pekerjaan mereka ke perusahaan yang lebih kecil atau sektor informal untuk melakukan kerja sama dan efisiensi sehingga walaupun dalam skenario ini gaji karyawan di perusahan utama itu menurun, gaji masayrakat secara kesuluruhan menjadi merata dan naik. Pada skenario (f), ketika perusahaan transnasional global melakukan bisnis di negara miskin, dimana perusaan tersebut mendapatkan situasi dimana satu perusahaan menghadapi banyak pencari kerja, dalam skenario seperti ini maka gaji karyawan menjadi kecil, karena perusahaan memonopoli lapangan kerja dalam sektor tersebut, namun sedikit sekali bukti 7

8 bahwasanya gaji karyawan menurun dalam hal tersebut, apabila dibandingkan dengan kondisi dimana perusahaan tersebut tidak ada. Pada skenario (g), ketika perkembangan teknologi yang diakibatkan oleh globalisasi akhirnya merugikan jasa para pekerja tanpa keahlian, dimana globalisasi akan membawa dampaknya sampai pada pelosok dunia, maka perkembangan teknologi yang dapat mengurangi penggunaan jasa pekerja tanpa ketrampilan ini akan mengakibatkan lapangan kerja dan gaji bagi para pekerja tanpa ketrampilan menurun, Dan di skenario terakhir (h) dimana liberalisasi ekonomi akan berujung pada bertambahnya persainagn antar perusahaan sehingga keuntungan perusahaanpun akan mengecil, dimana pada akhirnya perusahaan akan memiliki modal dan sumber daya manusia yang makin terbatas, sehingga sering kali sumber daya manusia lah yang seringkali dipotong dalam segi jumlah untuk menstabilkan modal, sehingga meningkatkan kemungkinan pemotongan gaji dan bahkan pemutusan hak kerja, Sehingga Globalisasi dapat saja menghasilkan efek yang beragam pada tiap negara tergantung dari skenario yang terjadi di negara tersebut, dan perlu dicatat walau globalisasi tidak bisa memperbaiki kondisi perekonomian seluruh lapisan masyrakat sendirian, agar globalisasi memberikan dampak positif bagi masyarakat secara keseluruhan, makan program globalisasi harus diikuti dengan program-program domestik yang dapat meringankan beban para pekerja yang terkena dampak negatif globalisasi dimasa masa awal transisi. 12 Studi Kasus: Kondisi perekonomian dan kebijakan ekonomi India sebelum globalisasi ekonomi tahun 1991 dan setelahnya. Sebelum tahun 1991, India menerapkan kebijakan ekonomi yang tidak pro pasar. Karena kebijakan ini tidak tertuju pada pasar, maka disini pemerintah mempunyai kekuatan penuh dalam mengontrol segala kegiatan perekonomian. Kebijakan semacam ini telah diterapkan sejak tahun 1947 ketika India meraih kemerdekaan. Ekonomi India di bawah pola sosialis menerapkan pembatasan yang diberlakukan tanpa pandang bulu, korupsi yang merajalela dan tidak adanya akuntabilitas dalam pemerintahan 13. Pemerintah juga turut campur tangan dalam perekonomian dan kegiatan pasar. Perekonomian yang sentralistik dan 12 ibid 13 S.Choubey, N. G. Pendse, Economic Reforms in India: Needs, Effects and Suggestions, Sarup &Sons, New Delhi, 2005, p.i. 8

9 hanya di kuasai oleh pemerintah menjadikan aktivitas ekonomi berjalan lambat. Pandangan dunia luar terhadap India pada waktu ini kurang mendapat citra yang baik. India dipandang tidak ramah dengan investor asing karena yang diperbolehkan masuk ke India adalah sektor teknologi tinggi, selebihnya dilarang 14. Karena adanya isolasi agar tidak ada pihak luar yang masuk, maka India mengalami kondisi perekonomian pasang surut dimulai pada tahun 1950 sampai dengan 1990-an. Selama dua dekade yaitu dan , skala pertumbuhan ekonomi berada pada angka 4 persen per tahun, angka ini pun memburuk pada periode dekade berikutnya, , menjadi 3 persen per tahun 15. Pertumbuhan ekonomi India yang terus menerus seperti itu sangat bergantung pada kebijakan pemerintah, pada saat itu pasar yang diatur secara terpusat, kemudian pasar yang berbasis pada konsumen ini lah yang mengakibatkan ekonomi India mengalami stagnansi. Sebagai puncaknya, pada tahun 1991, kondisi yang sudah buruk dan terjadinya pelonjakan harga minyak dunia akibat Perang Teluk Pertama menghantarkan India kepada krisis 16. Berbagai sektor di India mengalami penurunan. Defisit fiskal bruto pemerintah (pusat dan negara bagian) naik dari 10,4 persen pada menjadi 12,7 persen pada tahun Karena defisit harus dipenuhi oleh pinjaman, utang internal pemerintah akumulasi cepat, naik dari 35 persen dari PDB pada akhir menjadi 53 persen dari PDB pada akhir Cadangan devisa telah kering ke titik bahwa India hampir tidak bisa membiayai tiga minggu senilai impor. Investasi asing pun tidak menunjukkan angka yang dapat dijadijan harapan untuk memulihkan perekonomian. Sehingga dapat dikatakan pada masa itu India berada di ambang kebangkrutan. Perekonomian India saat itu merupakan salah satu yang terburuk di Asia. Liberalisasi ekonomi di India kemudian menjadi pilihan kebijakan yang dicanangkan sebagai respon bagi krisis ekonomi yang menimpa pada tahun 1991 tersebut. Reformasi perekonomian ini merupakan sebuah terobosan yang penting dalam sejarah perekonomian India karena melalui reformasi ini India berhasil menerapkan kebijakan-kebijakan baru yang lebih liberal dan terbuka dalam rangka meningkatkan perekonomian negaranya. Kebijakankebijakan ini meliputi bentuk-bentuk pembukaan peluang dan jalur untuk investasi dan perdagangan internasional seperti kebijakan deregulasi, privatisasi, reformasi pajak, privatisasi, dll. 14 Cateora (MGH), Pemasaran Internasional, Salemba Empat, Jakarta, 200z, p S. Ahmed, A. Varney. Battles Half Won: Political Economy of India s Growth and Economic Policy since Independence, Direvisi pada 13 September 2007, p Cateora (MGH), Pemasaran Internasional, Salemba Empat, Jakarta, 200z, p

10 Perdana menteri dan menteri keuangan yang menjabat pada masa itu, P.V Narashima Rao dan Dr. Manmohan Singh, menggunakan krisis ekonomi yang terjadi sebagai momentum yang tepat untuk merubah atau mereformasi kebijakan perekonomian India menjadi lebih liberal dengan menetapkan Market-Friendly Policies 17. Melalui kebijakan ini pemerintah India mematok jangka waktu 2 tahun untuk mengembalikan stabilitas ekonomi makro negaranya dengan terjun langsung memberi bantuan dalam permasalahan perekonomian makro. Untuk melakukan hal ini pemerintah meminjam dana kepada IMF dengan beberapa perjanjian untuk melakukan percepatan dalam tindak liberalisasi perekonomian dan membuka pasar perdagangan internasional didalam negeri. 18 India setelah mengalami reformasi ekonomi, menunjukkan peningkatan yang pesat, terlebih untuk masalah investasi asing. Foreign Direct Investment (FDI) menjadi tren pasca reformasi ekonomi. Ada 120 negara yang berinvestasi di India pada 2008, angka yang menunjukkan kemajuan dibandingkan dengan 15 negara pada tahun Melihat dari bertambahnya Negara untuk menjadi sumber FDI menyiratkan bahwa India telah di percaya pihak asing untuk melakukan kerjasama. Saham investasi langsung asing (FDI) di India melonjak dari kurang dari US $ 2 miliar pada tahun 1991, ketika negara melakukan reformasi utama untuk membuka ekonomi untuk pasar dunia, hampir US $ 39 miliar pada tahun 2004 (UNCTAD database online) 20. Melalui derasnya arus investasi luar negeri ini banyak sektor yang mengalami pertumbuhan, seperti telekomunikasi, agrikulturtur, jasa, dan industri tidak lagi berpangku tangan kepada kebijakan pemerintah, sehingga India mengalami pertumbuhan ekonomi yang yang sangat signifikan dalam membantu pertumbuhan ekonomi India. Statistik menyatakan bahwa industri dan jasa telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di India sebesar 55% dan agrikultur sebesar17%. 21 Sebelum India menerapkan Indian Economy: A Peek into Its Economic Liberalization, The Economy of India (online), diakses pada 14 Aprl India s Economic Growth since 1980, Indian Child (online), < diakses pada 17 April S. Hooda, A Study of FDI and Indian Economy, National Institue of Technology, Kurukshetra (online), diakses 14 April C. Chakraborty, P. Nunnenkamp, Economic Reforms, Foreign Direct Investment and its Economic Effects in India, The Kiel Institute for The World Economy (online), s%20fdi%20and%20its%20economic%20effects%20on%20india.pdf?1, diakses 14 April Indian Economy: A Peek into Its Economic Liberalization, The Economy of India (online), diakses pada 10

11 liberalisasi ekonomi, sektor telekomunikasi merupakan usaha yang dimonopoli oleh negara, sehingga tidak ada persaingan dan terkesan monoton karena pasar tidak melakukan inovasi produk yang membuat konsumen jenuh atau bosan. Namun adanya pasar bebas membuat private sector dan investor asing ikut terlibat dalam sektor telekomunikasi, dengan adanya inovasi produk yang dilakukan oleh mereka membuat sektor telekomunikasi menjadi salah satu sektor yang mengalami pertumbuhan yang signifikan dan dilirik oleh banyak investor asing karena telecommunication services telah menjadi usaha yang menjamur di India. 22 Dengan kebijakan liberalisasi ekonomi tersebut, India menjadi salah satu negara yang kekuatan ekonominya diperhitungkan bersama dengan AS dan China. India juga dikatakan akan menjadi negara dengan kekuatan baru bersama China, Brazil, dan Rusia menggantikan hegemoni AS karena kekuatan ekonomi India tersebut. Banyak pengamat ekonomi yang mengatakan bahwa pada tahun 2012 ini India akan menggantikan Jepang di posisi tiga sebagai third largest economy in the world. Globalisasi berperan cukup besar dalam kebijakan liberalisasi yang diterapkan oleh India ini karena apabila tidak ingin tertinggal jauh dengan negara-negara maju lainnya, India harus meninggalkan kebijakan isolasi dari negara lain tersebut dan harus membuka dirinya dalam perdagangan dunia. Karena dengan adanya pasar bebas, India dapat berintegrasi dengan negara-negara lainnya dan semakin terintegrasi dengan sistem perdagangan dunia yang ada. Namun yang menjadi perhatian selanjutnya adalah, kemiskinan yang menjadi kendala bagi India tidak lantas dapat teratasi juga meskipun dengan menjamurnya investasi luar negeri ini. B. Analisis: Melihat hubungan Antara Globalisasi Ekonomi dan Kemiskinan serta Kesenjangan Ekonomi di India Dalam mengukur apakah telah terjadi proses globalisasi ekonomi di suatu negara, dalam kasus ini India, ada dua indikator yang akan kami gunakan dalam tulisan ini, yaitu (1) pergerakan arus modal internasional di negara tersebut (Foreign Direct Investment), dan (2) jumlah perdagangan internasional (ekspor/impor) di negara tersebut. (1) Pergerakan Arus Modal Internasional (Foreign Direct Investment) 14 Aprl A. Panagariya, India s Economic Reforms: What Has Been Acomplished? What Remains to Be Done?, United Nations Public Administration Network (online), diakses pada 14 April

12 Melalui data di atas, jelas sekali terlihat perubahan kondisi yang terjadi di India dari pra-reformasi sampai dengan pasca-reformasi. Perbedaan yang mencolok terlihat di bidang ekonomi. Peningkatan ekonomi menjadi pesat karena India memberi keterbukaan terhadap pihak asing. Ketika India masih terisolasi, sebenarnya pihak asing sudah menjadikan India sebagai sasarannya. Dapat dikatakan demikian karena India merupakan negara berkembang yang memiliki warga miskin banyak sehingga sangat mudah sekali utuk mendapatkan tenaga kerja murah. Ketika terjadi liberalisasi ekonomi, negara maju semakin berlomba-lomba menanamkan investasinya. Dengan melihat dari fakor ini, dapat dikatakan bahwa FDI sendiri merupakan produk dari globalisasi yang dapat semakin ditingkatkan keberadaannya melalui liberalisasi, FDI dapat dengan pesat berkembang secara kuantitas. 12

13 Namun distribusi FDI di India sendiri tampak tidak merata di tiap-tiap wilayahnya. Mayoritas FDI hanya terkonsentrasi di beberapa kota yang dianggap strategis. Seperti yang ditunjukkan dalam tabel di atas, dapat dilihat bahwa terdapat kesenjangan dalam pemerataan FDI. Tiga negara bagian Selatan (Andhra Pradesh, Karnataka dan Tamil Nadu) menerima lebih dari 20% dari total FDI, sedangkan Maharashtra dan Gujarat (keduanya di India Barat) menerima hanya 17,35% dan 7,7% dari total FDI 23. Pola arus masuk FDI di India menunjukkan bahwa arus masuk sangat terkonsentrasi di beberapa wilayah India yang mampu menawarkan pasar domestik yang besar, tenaga kerja murah dan terampil infrastruktur yang lebih baik. 24 Dengan demikian, walaupun FDI mengalir deras ke India, apabila arusnya terkonsentrasi ke wilayah-wilayah yang unggul saja, tetap tidak akan memberikan solusi bagi usaha pengentasan rakyat dari kemiskinan dan yang merasakan dampak positif dari besarnya arus FDI hanyalah orang-orang yang tinggal di wilayah tertentu yang sebenarnya kondisinya sudah baik atau cukup makmur, sedangkan orang miskin tidak merasakan dampak baik arus masuknya FDI ini secara utuh dan maksimal. (2) Jumlah Perdagangan Internasional (Ekspor/Impor) Sumber: Tabel di atas menjelaskan bagaimana India melakukan kegiatan ekspor impor. Terlihat baik kegiatan ekspor maupun impor keduanya mengalami peningkatan yang mulai terlihat signifikan pasca reformasi ekonomi. Kegiatan ekspor-impor yang semula tidak terlalu terlihat 23 P. Pal, J. Ghosh, Inequality in India: A Survey of Recent Trends, United Nations website (online), diakses 14 April Pal, Ghosh. 13

14 sebelumnya kemudian menjadi agenda wajib karena telah terasa dampak globalisasinya. Adanya reformasi ekonomi membuat volume perdagangan meningkat, begitu pula dengan proses masuk dan keluarnya. Adanya liberalisasi membuat garis batas negara menjadi kabur, kondisi geografis tidak lagi menjadi penghalang bagi hubungan perdagangan antarnegara. Hal ini sesuai dengan sifat globalisasi yang borderless. Selanjutnya dampak dari reformasi ekonomi India yang menjadi liberal dan terbuka ini juga dapat dilihat dari segi internal, yaitu keadaan masyarakatnya sendiri. Salah satunya adalah kondisi kemiskinan masyarakay India. Dalam tenggang waktu sejak pra reformasi sampai dengan pasca reformasi, menurut data di atas angka kemiskinan di India mengalami penurunan. Namun jika dilihat lebih lanjut, terjadinya penurunan kemiskinan ini tidak seimbang dengan pesatnya perekonomian yang dialaminya. Seharusnya kemajuan perekonomian berbanding lurus dengan penurunan kemiskinan, namun kenyataannya tidak. Penjelasan mengenai FDI sebelumnya dapat menjelaskan mengapa kemiskinan tidak ikut mengalami penurunan yang signifikan. Memang kemiskinan menurun, akan tetapi masih banyak bagian dari masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah yang jauh dari kota yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya. 14

15 Selain melihat faktor tingkat kemiskinan dan pemerataan tersebut, terdapat pula indikator lain yang dapat menjadi acuan, seperti GDP. Indira Gandhi membawa angin segar dengan memprioritaskan pertumbuhan ekonomi sebagai kepentingan nasional dan berani bermain dengan aktor bisnis swasta dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada masa itu. Usaha-usaha ini membuahkan hasil dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan ekonomi India pada periode dan berturut-turut di angka 5,8% dan 5,5% per tahunnya 25. Sayangnya, pertumbuhan ekonomi ini tidak disertai dengan pembangunan kesejahteraan yang merata. Antara satu daerah di India dengan daerah lainnya terjadi kesenjangan yang begitu besar. Akibatnya, masih banyak masyarakat India yang hidup dibawah garis kemiskinan meskipun di dunia internasional India telah mendapat legitimasi sebagai negara yang perkembangan teknologi informasi dan kemajuan ekonomi yang cukup pesat. Terdapat tiga daerah di India yang kini mulai termarjinalisasikan, yaitu Orissa, Uttar Pradesh, dan Bihar. Tiga daerah tersebut mengalami pembangunan yang lambat dan tidak dapat menyesuaikan diri dalam skala rata-rata kesejahteraan daerah nasional karena inkapabilitas daerah dalam memacu pertumbuhan ekonominya untuk menyetarakan dengan daerah lain. Inkapabilitas ini dipicu oleh masih berkutatnya daerah-daerah ini pada sektor agrikultural sementara daerah-daerah lain sudah mulai meninggalkan sektor tersebut dan beralih ke bidang jasa serta industrial. C. Regional Pattern of India s Growth, (percent per-annum) State Andhra Pradesh S. Ahmed, A. Varney. Battles Half Won: Political Economy of India s Growth and Economic Policy since Independence, Direvisi pada 13 September 2007, p.2. 15

16 Bihar Gujarat Haryana Karnataka Kerala Maharashtra Madhya Pradesh Orissa Punjab Rajasthan Tamil Nadu Uttar Pradesh West Bengal India Average Sumber: World Bank South Asia Regional Database, May 2007 Jarak antara daerah-daerah miskin ini dengan daerah-daerah yang lebih mampu semakin melebar pada periode 1990-an. Sehingga patut dipertanyakan apakah liberalisasi ekonomi dan reformasi yang dimulai pada periode itu adalah baik bagi India ataupun buruk karena berimplikasi pada semakin melaratnya masyarakat miskin, dan semakin makmurnya masyarakat yang sudah mapan. 16

17 Pada gambar diatas terlihat perbedaan pendapatan per kapita tiap negara bagian di India. Ini merupakan tantangan bagi pemerintah India dalam membangun ekonominya, karena pertumbuhan di daerah-daerah marjinal harus dipercepat untuk memperoleh kesetaraan ekonomi. Ketidaksetaraan pendapatan seperti yang ditunjukkan oleh gambar diatas merupakan bukti nyata bahwa lapangan-lapangan kerja yang disediakan belum bisa memberikan solusi terbaik. Lapangan kerja yang dibuka dalam sektor jasa oleh pemerintah India cenderung hanya bisa dinikmati oleh kelompok-kelompok masyarakat berpendidikan dibanding masyarakat biasa yang hanya bermodalkan skill. Padahal rasio perbandingan antara dua kelompok masyarakat tersebut sangat jauh, dimana lebih sedikit yang berpendidikan dibanding yang tidak. Pemerintah India dengan ini dituntut untuk bisa bersikap lebih adil dalam menyediakan sarana dan prasarana publik, seperti membuka akses yang lebih besar kepada buruh kasar, menyediakan pelatihan skill secara intensif untuk mereka, sehingga ke depannya diskriminasi terhadap buruh dapat diminimalisir atau lebih baik lagi dapat hilang secara keseluruhan. Berikut data kesenjangan pendidikan antara pekerja di India, yang digambarkan melalui urban dan rural worker 17

18 Untuk mengukur kesenjangan ekonomi yang terjadi, digunakan Index GINI dari World Bank. Indeks GINI mengukur sejauh mana distribusi pendapatan (atau, dalam beberapa kasus, pengeluaran konsumsi) di antara individu atau rumah tangga dalam suatu perekonomian menyimpang dari distribusi sempurna sama. 26 Berdasarkan data tersebut, kesenjangan yang jauh terlihat di antara urban dan rural yang disebabkan distribusi pendapatan. Kesenjangan tersebut membuat kondisi rakyat yang miskin menjadi semakin miskin, dan rakyat yang sudah berkecukupan menjadi semakin kaya. Hal ini dikarenakan adanya liberalisasi ekonomi dengan masuknya aktor asing melalui FDI yang justru memperlebar disparitas pendapatan daerah-daerah di India. 26 GINI index, The World Bank (online), 2012, diakses 14 April

19 Secara general, kemiskinan di India mengalami penurunan, namun hanya sedikit sekali. Adanya liberalisasi ekonomi menjadi salah satu faktornya. Tetapi, ketika melihat antara globalisasi, perekonomian dan kemiskinan, dapat ditarik kesimpulan untuk kasus di India bahwa globalisasi yang diterapkan dengan reformasi ekonomi tidak signifikan mengurangi kemiskinan. Dikarenakan adanya sentralisasi dalam penyebaran FDI sehingga pendapatan antar daerah menjadi berbeda bahkan menjadikan kesenjangan sosial yang semakin tinggi di antara yang kaya dan yang miskin. III. Kesimpulan Krisis ekonomi yang dialami India pada tahun 1991 mendesak pemerintahnya untuk segera melakukan reformasi ekonomi. Di bawah Menteri Keuangannya, Dr. Manmohan Singh, India mengarahkan perekonomiannya kepada liberalisasi pasar, perekonomian India yang awalnya bersifat terpusat dan terisolasi menjadi tidak hanya lebih terbuka dalam berinteraksi dengan dunia luar, tetapi juga cukup aktif dalam mengundang pihak luar untuk melakukan hubungan dagang. Dengan kata lain, melalui kebijakan reformasi ini, India mengijinkan negaranya untuk berperan aktif dalam proses globalisasi. Melalui Market-Friendly Policies dan berbagai keunggulan yang dimiliki India seperti sumber daya alam dan tenaga kerja murah, India berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonominya melalui peningkatan pergerakan foreign direct investment dan kegiatan eksporimpor secara signifikan. Secara teori, peningkatan pertumbuhan ekonomi ini seharusnya dapat meningkatkan pula kesejahteraan rakyat India dan mengentaskan rakyat dari kemiskinan, namun kenyataan yang terjadi berkata lain. Distribusi investasi asing yang tidak merata di tiap-tiap daerah di India (yang dilatarbelakangi oleh perbedaan kondisi dan kesiapan masing-masing daerah) justru meningkatkan kesenjangan dalam masyarakat. Daerah yang awalnya cukup makmur menjadi semakin makmur, dan sebaliknya, daerah yang miskin menjadi semakin miskin pula. Hal ini kemudian membuat tingkat penurunan kemiskinan di India menjadi tidak sebanding dengan peningkatan pertumbuhan ekonominya. Kesimpulan yang dapat diambil dari sini adalah meskipun proses globalisasi yang terjadi dalam kegiatan ekonomi India dapat membantu meningkatkan petumbuhan ekonomi dan secara statistik dapat mengurangi angka kemiskinan, apabila input dari luar negeri ini tidak dapat dikelola dengan baik di dalam negeri, peningkatan kesejahteraan rakyat dan penghapusan kesenjangan tetap tidak akan tercapai. India justru dapat terpuruk ke dalam situasi yang lebih buruk ari sekedar krisis ekonomi apabila kondisi ini terus berlanjut. Untuk 19

20 itu di samping memfasilitasi liberalisasi pasar, pemerintah juga perlu membantu mempersiapkan tiap-tiap daerah di India untuk menerima arus globalisasi ini dengan baik, secara merata. Seperti misalnya dengan menyediakan pendidikan yang layak bagi sumber daya manusianya, mempersiapkan infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan asing, serta menyediakan akses yang cukup untuk pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki masing-masing daerah. BIBLIOGRAPHY Artikel online Shangquan, G., Economic Globalization: Trends, Risks and Risk Prevention, United Nations website (online), 2000, hlm. 1, Bardhan, P. The Impact of Globalization on the Poor, Bureau for Research in Economic Analysis of Development (online), 2004, < diakses 19 April 2012 Bardhan, P. Does Globalization Help or Hurt the World s Poor, Robert Mackay s Homepage (Online), 2006, < Keel, R. Globalization Theory, University of Missouri (online), < Harrison, A. On the Links Between Globalization and Poverty, The Academic Platform Switzerland UN (online), 2007, < 20

21 enauxcours0809/gironde%20pauvrete/globalization%20and%20poverty%20- %20A%20Harrisson.pdf,> McKay A, Inequality Briefing, Overseas Development Institute (Online), < Horrison. A (ed.), Globalization and Poverty, The National Bureau of Economic Research (online), Maret 2007, hlm. 2-3, < Indian Economy: A Peek into Its Economic Liberalization, The Economy of India (online), < diakses 14 April India s Economic Growth since 1980, Indian Child (online), < diakses 17 April Hooda, S., A Study of FDI and Indian Economy, National Institue of Technology, Kurukshetra (online), diakses 14 April 2012 Chakraborty, C., Nunnenkamp, P., Economic Reforms, Foreign Direct Investment and its Economic Effects in India, The Kiel Institute for The World Economy (online), mic%20reforms%20fdi%20and%20its%20economic%20effects%20on%20india.pdf?1 Panagariya, A., India s Economic Reforms: What Has Been Acomplished? What Remains to Be Done?, United Nations Public Administration Network (online), diakses pada 14 April Pal, P., Ghosh, J., Inequality in India: A Survey of Recent Trends, United Nations website (online), diakses 14 April GINI index, The World Bank (online), 2012, diakses 14 April

22 Buku Choubey, S., Pendse, N. G., Economic Reforms in India: Needs, Effects and Suggestions, Sarup &Sons, New Delhi, 2005, p.i. Cateora (MGH), Pemasaran Internasional, Salemba Empat, Jakarta, 200z, p.448. Ahmed, S., Varney, A., Battles Half Won: Political Economy of India s Growth and Economic Policy since Independence, 2007, p.2. Terbitan Pemerintah Government of India, Ministry of Finance, Department of Economic Affairs, Economic Reforms : Two Years After and the Task Ahead, Discussion Paper, New Delhi, 1993, p

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

DAMPAK OPEN DOOR POLICY YANG DITERAPKAN DENG XIAOPING TERKAIT PENINGKATAN SEKTOR INDUSTRI CINA PASCA RERORMASI Ida Bagus Gde Restu Adhi

DAMPAK OPEN DOOR POLICY YANG DITERAPKAN DENG XIAOPING TERKAIT PENINGKATAN SEKTOR INDUSTRI CINA PASCA RERORMASI Ida Bagus Gde Restu Adhi DAMPAK OPEN DOOR POLICY YANG DITERAPKAN DENG XIAOPING TERKAIT PENINGKATAN SEKTOR INDUSTRI CINA PASCA RERORMASI 1978 Ida Bagus Gde Restu Adhi 0921105004 Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Structural Adjustment Programs (SAPs) adalah sebuah program pemberian pinjaman yang dicanangkan oleh IMF. SAPs pada mulanya dirumuskan untuk membendung bencana

Lebih terperinci

BAB IX KONTROVERSI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) & UTANG LUAR NEGERI (ULN)

BAB IX KONTROVERSI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) & UTANG LUAR NEGERI (ULN) BAB IX KONTROVERSI PENANAMAN MODAL ASING (PMA) & UTANG LUAR NEGERI (ULN) 1997 INDONESIA KRISIS EKONOMI Kondisi krisis diperburuk oleh praktek-praktek ekonomi yang tidak sesuai /tidak mengindahkan tata

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Permodalan tersebut salah

I. PENDAHULUAN. mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Permodalan tersebut salah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang masih membutuhkan modal untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Permodalan tersebut salah satunya didapat dari ekspor

Lebih terperinci

Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds. Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung

Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds. Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung Outline 1. Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds 2. The

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan pesat merupakan tujuan utama dari kegiatan perekonomian suatu negara di berbagai belahan dunia, termasuk negara yang sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, perekonomian dunia memberikan peluang yang besar bagi berbagai negara untuk saling melakukan hubunga antarnegara, salah satunya dibidang ekomomi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia selalu mengalami perjalanan yang berfluktuasi, minyak dan gas alam yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan, harganya dipasar internasional

Lebih terperinci

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F 0102058 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menyelenggarakan pemerintahan, suatu negara memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 110 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab terakhir ini bertujuan untuk menyimpulkan pembahasan dan analisa pada bab II, III, dan IV guna menjawab pertanyaan penelitian yaitu keuntungan apa yang ingin diraih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perekonomian negara-negara di dunia saat ini terkait satu sama lain melalui perdagangan barang dan jasa, transfer keuangan dan investasi antar negara (Krugman dan Obstfeld,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belakangan ini perekonomian internasional mengalami perkembangan yang pesat dan semakin liberal. Perjanjian perjanjian perdagangan internasional telah banyak dilakukan

Lebih terperinci

PENGANTAR BISNIS. Memahami Sistem Bisnis Amerika Serikat. Oleh: Catur Widayati, SE.,MM. Modul ke: Fakultas EKONIMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

PENGANTAR BISNIS. Memahami Sistem Bisnis Amerika Serikat. Oleh: Catur Widayati, SE.,MM. Modul ke: Fakultas EKONIMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen Modul ke: PENGANTAR BISNIS Memahami Sistem Bisnis Amerika Serikat Fakultas EKONIMI DAN BISNIS Oleh: Catur Widayati, SE.,MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Sejarah Perekonomian Amerika ABAD

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi Sub-Sahara Afrika dalam kurang lebih dua dekade kebelakang berada pada angka rata-rata 5% pertahunnya, dimana secara keseluruhan telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia.

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia. Resensi Buku Judul: CHINDIA, How China and India Are Revolutionizing Global Business Editor: Pete Engardio Penerbit: McGraw-Hill Companies Tahun: 2007 Tebal: 384 termasuk Reference dan Indeks Oleh: Mas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang wajib dimiliki dalam mewujudkan persaingan pasar bebas baik dalam kegiatan maupun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK The New Climate Economy Report RINGKASAN EKSEKUTIF Komisi Global untuk Ekonomi dan Iklim didirikan untuk menguji kemungkinan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

Mansoor Dailami Bank Dunia Makassar - Jakarta, Indonesia June 14-15, 2011

Mansoor Dailami Bank Dunia Makassar - Jakarta, Indonesia June 14-15, 2011 Mansoor Dailami Bank Dunia Makassar - Jakarta, Indonesia June 14-15, 2011 Multipolaritas: Ekonomi Global Baru Orde ekonomi global baru mulai terbentuk dengan bergesernya pertumbuhan global dari negara-negara

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama para ekonom penentu kebijakan. Beberapa tahun terakhir, tingkat kemiskinan khususnya di Indonesia mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi secara terus menerus dan bersifat dinamis. Sasaran pembangunan yang dilakukan oleh negara sedang

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tabungan paksa dan tabungan pemerintah (Sukirno dalam Wibowo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. tabungan paksa dan tabungan pemerintah (Sukirno dalam Wibowo, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu negara dalam mencapai pertumbuhan ekonomi membutuhkan dana yang relatif besar. Namun usaha pengerahan dana tersebut banyak mengalami kendala yaitu kesulitan mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Proses tersebut adalah suatu perubahan di dalam perekonomian dunia, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu ukuran penting dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN PERSIAPAN RPJMN 2015-2019 TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN Direktorat Penanggulangan Kemiskinan 29 Januari 2014 TINGKAT KEMISKINAN 2004-2014 45 40 35 30 36.15 35.10 39.30 37.17

Lebih terperinci

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri Judul : Pengaruh Kurs dan Impor Terhadap Produk Domestik Bruto Melalui Utang Luar Negeri di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Nur Hamimah Nim : 1306105143 ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan pembangunan di berbagai bidang perekonomian. Pembangunan ekonomi secara langsung maupun

Lebih terperinci

EKONOMI INTERNASIONAL

EKONOMI INTERNASIONAL URAIAN MATERI ampir H EKONOMI INTERNASIONAL tidak ada satu negara pun di dunia yang tidak melakukan hubungan perdagangan internasional. Hubungan ekonomi internasional dapat berupa perdagangan, investasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang besar. Biaya biaya tersebut dapat diperoleh melalui pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perekonomian Indonesia sedang mengalami pertumbuhan industri yang pesat. Hal ini diharapkan mampu menjadi basis kestabilan ekonomi bagi seluruh lapisan masyarakat.

Lebih terperinci

10Pilihan Stategi Industrialisasi

10Pilihan Stategi Industrialisasi 10Pilihan Stategi Industrialisasi Memasuki Milenium Ketiga yang Berpihak pada Penguatan Ekonomi Rakyat Pendahuluan Sebenarnya judul makalah yang diminta panitia kepada saya adalah Peluang Rakyat Dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau wilayah. Karena pada dasarnya, investasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi yang kuat. Beberapa negara di dunia yang ekonominya kuat umumnya memiliki pondasi

Lebih terperinci

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI A. Definisi Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012

ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012 ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN 2012 I. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012 Lembaga 2011 2012 World Bank 6,4 6,7 IMF 6,2 6,5 Asian Development

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong perekonomian berbagai negara di dunia semakin menyatu. Keterbukaan perdagangan luar negeri dan keterbukaan

Lebih terperinci

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era modern ini fenomena globalisasi sudah menyebar dan menjadi suatu bahasan yang menarik bagi setiap orang. Fenomena globalisasi membuat dunia menjadi suatu tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Dampak krisis..., Adjie Aditya Purwaka, FISIP UI, Universitas Indonesia 90 BAB 5 KESIMPULAN Republik Rakyat Cina memiliki sejarah perkembangan politik, sosial dan ekonomi yang sangat dinamis semenjak ribuan tahun yang silam. Republik Rakyat Cina atau RRC adalah merupakan salah

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA

SISTEM EKONOMI INDONESIA SISTEM EKONOMI INDONESIA Suatu sistem ekonomi mencakup nilai nilai, kebiasaan, adat istiadat, hukum, norma norma, peraturanperaturan yang berkenaan dengan pemanfaatan sumber daya bagi pemenuhan kebutuhan.

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk mengetahui apakah suatu negera tersebut memiliki perekonomian yang baik (perekonomiannya meningkat)

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan fiskal pemerintah. Pada dasarnya, kebijakan fiskal mempunyai keterkaitan yang erat dengan

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan Prospek Ekonomi Regional ASEAN+3 2018 ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) 2018 Ringkasan Prospek dan Tantangan Ekonomi Makro Prospek ekonomi global membaik di seluruh kawasan negara maju dan berkembang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. kantong-kantong kemiskinan sebagian besar berada di sektor pertanian. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bukti empiris menunjukkan sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian sebagian besar negara berkembang. Hal ini dilihat dari peran sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dasawarsa terakhir perkembangan perekonomian dunia telah mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1) mulai bergesernya

Lebih terperinci

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia Tahun 2001, pada pertemuan antara China dan ASEAN di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam, Cina menawarkan sebuah proposal ASEAN-China

Lebih terperinci

DIREKTIF PRESIDEN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN EKONOMI NASIONAL

DIREKTIF PRESIDEN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN EKONOMI NASIONAL DIREKTIF PRESIDEN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN EKONOMI NASIONAL TAMPAKSIRING, 19 APRIL 2010 2 AGENDA 1. SIKAP DAN RESPONS TERHADAP CAPAIAN EKONOMI 5 TH TERAKHIR 2. PELUANG KEBANGKITAN DAN PE- NINGKATAN EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama beberapa dekade terakhir, banyak negara di dunia ini mengalami krisis yang didorong oleh sistem keuangan mereka yang kurang dikembangkan, votalitas kebijakan

Lebih terperinci