ANALISIS DISTRIBUSI SUHU DALAM BANGUNAN GREENHOUSE BE~VENTILASIGANDA (THERMAL DISTRIBUTION IN A TUNNEL GREENHOUSE BY COUPLING VENTILA TION)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DISTRIBUSI SUHU DALAM BANGUNAN GREENHOUSE BE~VENTILASIGANDA (THERMAL DISTRIBUTION IN A TUNNEL GREENHOUSE BY COUPLING VENTILA TION)"

Transkripsi

1 ANALISIS DISTRIBUSI SUHU DALAM BANGUNAN GREENHOUSE BE~VENTILASIGANDA (THERMAL DISTRIBUTION IN A TUNNEL GREENHOUSE BY COUPLING VENTILA TION) Sri Mudiasluli, Kudang Bora Seminar, Armansyah H.Tambunan, Suryono Suryokusumo, dan Rizka Avianll Sial Pengajar pada Departemen Teknik Pertanian, FATETA-IPB, Kampus IPB Darmaga, Bogor Diterima : 9 Mare12011; Disetului : 8 April 2011 ABSTRAK Banyak lipe greenhouse dilakukan dan salah satu benluk greenhouse yang telah digunakan di Indonesia yailu lipe Tunnel bervenlilasi ganda. greenhouse ini dapal digunakan di iklim tropis, seperti Indonesia meskipun memerlukan beberapa modifikasi pada konslruksi bangunan, agar dapal melakukan perlakuan sehingga memenuhi akan kesesuaian lanaman, khususnya pada budidaya lanaman krisan. Pendekalan dengan analisis dislribusi suhu di dalam greenhouse tunnel. Penelilian ini dilakukan didaerah Bogor.Jawa Barat. Perubahan suhu di sekitar lanaman dalam greenhouse tunnel bervenlilasi ganda, mempengaruhi lolosinlesis lanaman yang menghasilkan 0, menjadikan suhu dalam ruang lebih rendah dibandingkan suhu diluar ruangan. Kelembaban dalam greenhouse lersebul perlu dipertimbangkan sesuai dengan kebuluhan lanaman yailu memenuhi syaral minimum dari pertumbuhan optimal lanaman yailu dialas 70%, dan lidak memenuhi syaral maksimum, bila kelembaban lebih dari 85%. Penelilian ini bertujuan unluk mengelahui pindah panas yang lerjadi, maka pola dislribusi suhu dalam bangunan greenhouse menggunakan gabungan venlilasi alami dan alai lambahan kipas agar terjadi pola dislribusi suhu dan perubahan pergerakan aliran udara yang merala. Meloda pendekalan dilakukan dengan membual pemelaan pola suhu dalam grafik Surfer 8, hingga diperoleh hanya suhu dalam greenhouse. pukul dan pukul ke alas yang memenuhi syarat. Perpindahan panas yang terjadi dalam greenhouse tersebut diantaranya adalah radiasi, konveksi dan konduksi. Besaran radiasl dipermukaan lanlai adalah 27,24 W/m' sedangkan radiasi dialap adalah 26,57 W/m'. Besaran konveksi pada alap dan lingkungan luar adalah 630,45 kw/m', konveksi udara dalam dengan atap dalam adalah 209,1 kw/m', sedangkan konveksi udara dalam dengan lanlai adalah 1.369,40 kw/m'. Besaran konduksi pada lanah adalah 156,68 W/m' sedangkan konduksi pada atap adalah 20,62 W/m'. Kala Kunci: Greenhouse, ventilasi, suhu, pindah panas. ABSTRACT t I This research was conducted in the Bogor area, West Jawa. Many kinds of greenhouse types in Indonesian had been assembled and this research was about a Modified Tunnel Greenhouse which impressive by using a couple ventilation. The added second ventilation was build at the roofconstruction, in an effort to find the appropriate condition of the Tropical environmental suitability by developed the construction of the Chrysanthemum plantation. Efforts to change the environment by added the fan, was expressed in changing the temperature around the plant, the environmental condition ofthis area, will affected the photosynthesis ofplants and produce oxygen. Prerequisites optimal growth ofplants in a greenhouse was need the humidity around 70% to 85% and temperatures range llf'c to 2Z'C. Means the temperature distribution pattem in the Greenhouse Tunnel becomes important. Heat transfer that occurs in these greenhouses took account ofradiation, convection and conduction. Analysis ofcooling the air which using the combine of the natural ventilation and fan converting the heat transfer inside the greenhouse. The aims of this study were looking for patterns oftempera,ture distribution in the building and find the place to move out the heat. Temperature distribution pattems and changes in the movement of air flow mapped using a method ofgraphically mapping program Surfer 8. The treatment was temperature changes in the greenhouse from 6:00 to 18:00 o'clock. A few moments show that maximum humidity exceeds blow 85% especially around and over The radiation magnitude in several surface types such as floor was Wlm', roof Wm". Air convection magnitude among roof environment outside was Wm", at roof was Wm", at floor surface inner greenhouse was 1,369.4 Wm". Soil conduction magnitude is Wm", at roof was 20,62 wlm" Key words: Greenhouse, ventilation, temperature, heat transfer. Vol. IX, No.1, April 2011 ~ 21

2 PENDAHULUAN Kajian bersifat deskriptif-historis, yaitu mengkaji fenomena yang telah terjadi dalam kurun waktu tertentu.pada unit-unit keluarga beserta kegiatannya yang dalam mendeskripsikan semua aspek perubahan dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kehidupan petani bungan krisan, dimana. ditemukan adanya indikasi pengaruh dari peningkatan produksi tanaman hias terhadap perubahan rumah tinggal penduduk Desa Cihideung. (Nursalim, 2006). Perbaikan rumah tangga berarti pula peningkatan kehidupan. Chrysanthemum merupakan tanaman semusim asal China, termasuk dalam Famili Asteraceae/Compositae, dengan dua tipe bunga Chrysanthemum, yaitu bunga Chrysanthemum tunggal dimana pada satu batang terdapat satu bunga seperti C. Minka jarum, C.Fiji dan C.Reign salmon dan Chrysanthemum spray dimana dalam satu batang terdapat banyak bunga seperti C. Winke pompon. Tanaman Chrysanthemum akan mengalami fase vegetatif saat berumur 4-10 minggu dan segera berbunga pada umur 15 minggu: Kuncup-kuncup bunga akan bermunculan dan sekitar satu minggu kemudian mekar (75-80% mekar penuh) dan " >,,;~~t;tj..,.",.~;<. ~ _...'" siap dipanen. Batas jumlah bunga dilakukan penjarangan untuk dapat kuntum bunga yang lebih baik. (Rismunandar, 1995). Berdasarkan pengalaman petani setempat diperoleh keterangan bahwa fase vegetatif tanaman krisan, suhu harian ideal adalah 16 C 18 C.,dan fase generatif suhu siang hari diperlukan berkisar 18 C-30 C dan suhu malam hari naik hingga lebih dari 25 C, agar pertambahan tinggi tanaman dan daun berjalan optimal. Tanaman tersebut membutuhkan kelembaban 90-95% untuk pembentukan akar. Budidaya Tanaman Chrysantemum Proses produksi dimulai dari bibit impor yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Hias terjadi pengakaran dipindahkan menjadi tanaman induk setelah siap panen diperoleh produksi bunga potong dengan nilai jual yang cukup ekonomis. Tanaman induk di tanam di rumah naungan (Greenhouse) yang terbuat dari konstruksi besi, dengan kelipatan untuk lebar 6,4 m dan panjang 3,7 m hingga 3,9 m sebagai naungan maksimum panjangnya 60 m. Atap: terbuat dari plastik UV 200 micron (dengan kandungan UV retardant 6-12%), dinding: Tunnel: juga dari plastic. a. Minka slandar b. Minka jarum c. Fiji d.reign salmon e. Tanaman siap dipanen Gambar 1. Bunga Chrysantemum dalam greenhouse menggunakan kipas dan venlilasi alami 22 <liil Vol. IX, No.1, April 2011

3 Tunnel Greenhouse (TGH) Berbagai macam rumah kaca, satu diantaranya tipe terowongan (Greenhouse Tunnel selanjutnya disingkat menjadi TGH) yang dapat digunakan di daerah iklim tropis, Indonesia. Keterbatasan pertumbuhan pada fase vegetatif tanaman krisan, suhu harian ideal adalah C, hal ini perlukan modifikasi pada konstruksi bangunan. Kondisi dalam greenhouse, suhu udara dan kelembaban dari luar perlu menurun pada siang hari, agar dapat masuk ke dalam greenhouse agar Iingkungan dalam greenhouse sesuai dengan syarat pertumbuhan optimal tanaman. Greenhouse mengalami pertukaran panas antara sistem dengan lingkungan melalui cara radiasi, konveksi dan konduksi (Soegijanto,1999). Suhu udara ruang pada siang hari perlu turun kurang dari 18 C dan suhu malam hari naik hingga lebih dari 25 C, maka penambahan tinggi tanaman dan jumlah daun berjalan optimal. Tanaman membutuhkan kelembaban 90-95% untuk pembentukan akar. Metabolisme tanaman dapat berjalan lancar diperlukan kesesuaian Greenhouse Tunnel yang berventilasi ganda dan kondisi iklim tropis yang panas dan lembab. Nelson (1981) menyatakan bahwa greenhouse sebagai suatu bangunan konstruksi baja yang ditutupi oleh bahan transparan tembus cahaya poly urethane yang lingkungan di dalamnya dapat dikendalikan agar bermanfaat untuk pertumbuhan tanaman, mengendalikan intensitas cahaya yang masuk, temperatur, temperatur, kelembaban agar memenuhi syarat pertumbuhan tanaman. Greenhouse model Siere mempunyai atap dengan kuda-kuda pelana dan dimodifikasi menjadi bentuk setengah Iingkaran disebut Greenhouse Tunnel dan dimodifikasi lagi dengan mempertimbangkan ventilasi tambahan pada elemen atap yang bentuknya berbedabeda Gambar 1. Sase dan Kozai (1978) menyatakan sirkulasi pertukaran udara di dalam greenhouse dengan lingkungan udara tanpa penutup, berlangsung pada keseimbangan pindah panas, massa dan energi yang menyebabkan terjadi fluktuasi temperatur didalam greenhouse. Perubahan radiasi gelombang pendek diubah menjadi radiasi gelombang panjang oleh penutup greenhouse (atap). Perubahan panjang gelombang ini menyebabkan pantulan radiasi sinar matahari oleh permukaan lantai dan bagian lainnya yang memberikan perubahan iklim mikro di dalam greenhouse. Khususnya perpindahan panas dan aliran udara dalam budidaya tanaman krisan tropis. Maka diperlukan pengkajian mengenai analisis distribusi suhu di dalam Greenhouse Tunnel berventilasi ganda tersebut. a. Konstruksi basi Tunnel Greenhouse b. Modifikasi c. Atap modifikasi Gambar 2. Greenhouse tipe Tunnel Modifikasi Vol. IX, No.1, April 2011 ~ 23

4 Tuiuan dilakukan modifikasi yaitu agar suhu udara di dalam greenhouse bisa menurun sesuai kebutuhan tanaman dan kelembaban menurun dan te~adi sirkulasi udara yang baik dan dapat masuk ke dalam greenhouse. BAHAN DAN METODE Bahan dalam penelitian yaitu perlakuan suhu udara pada bunga Chrysantemum dalam greenhouse agar memenuhi prasyarat tumbuh dengan baik di perusahaan swasta, Cipanas, Cianjur. Metode yang dilakukan adalah pengukuran di lapang pada bangunan greenhouse pada saat tanaman Chrysantemum mendekati panenan, kemudian Hasil pengukuran terhadap radiasi sinar matahari yang datang, suhu, kelembaban dan aliran udara pada titik-tilik pengamatan dilakukan analisa dengan psychrometric chart dan bantuan rumus radiasi, konveksi, dan konduksi. Pcrumusan radiasi bahwa radiasi total yang diterima oleh permukaan bumi = radiasi langsung jatuh kepermukaan bumi + radiasi tidak langsung teqadl pada permukaan yang miring (W/m 2 )+ total radiasi pantulan (W/m 2 ). Perumusan konveksi diperoleh dari rumus hantaran pindah panas yang diterima oleh selubung bangunan greenhouse tunnel adalah sebagai berikut: K Q=-CI; -1;) (1) S Keterangan : Q = Pindah. panas konduksi pada material(w/m) K = Thermal Conductivity (W/moC) S = Ketebalan material (m) T = Suhu material (C atau K) Pindah panas konveksi te~adi karena aliran udara yang keluar atau masuk ke dalam greenhouse melalui bukaan ventilasi. Perpindahan ini te~adi pada atap dengan Iingkungan luar, atap dengan udara dalam dan lantai dan udara dalam. Perumusan konveksi. Q=hAJiT (2) Nu =0.664 xpr 3xReo.5 (3) h = Nu x K 11.1'/'"<1 L... (4) Pindah panas radiasi yang jatuh ke permukaan atap menurut Tiwari (2002). Kondisi aliran panas yang berkelanjutan mengarah tegak lurus pada batas n = diselubung atap greenhouse pada Gambar 3. Suatu hambatan peralihan Rins, (m 2xKIW), antara dua area, lihat Gambar 2.2. Dalam hal ini, temperatur adalah berbeda pada ke dua sisi bidang kontak. Kondisi aliran panas yang berkelanjutan pada isolasi internal ini adalah persamaan konduksi menjadi : ~~I (5) Peralatan bantu dalam parameterparameter yang digunakan dalam penelilian ini yailu tempat (greenhouse, tunnel bervenlilasi ganda), untuk pengukuran dimensi (meteran), panas (termokopel dan chino recorder), suhu (termometer bola basah dan bola kering) intensitas cahaya (Luxmeter) dan kecepatan aliran udara (Anemometer). Metode dalam penelilian, seluruh pengukuran suhu dan kelembaban greenhouse tunnel bervenlilasi ganda berdasarkan waktu, dimensi dan jarak. Pengukuran suhu menggunakan termokopel yang dihubungkan dengan chino recorder serta dua pasang termometer bola basah dan termometer bola kering. Fasilitas terbatas dan termokopel yang dipasang pada 11 tilik pengukuran, yang diletakkan pada bagian tengah ruangan dan sekilar tanaman. Suhu dan kelembaban di ukur di dalam greenhouse serre, tunnel bervenlilasi tunggal dan tunnel berventilasi ganda. Pengukuran kecepatan udara, diletakkan enam titik pada greenhouse tunnel berventilasi ganda yaitu pada Iingkungan luar greenhouse, dalam greenhouse bagian barat, timur, utara, dan selatan. Pengukuran intensitas cahaya dilakukan pada dua tilik yaitu di dalam dan di luar greenhouse tunnel berventilasi ganda Vol. IX, No.1, April 2011

5 - :j ~ ~ _~!~~Ll!a~IYJ14Jlabali - - -,: I ~:,... ",, Radiasi~frai8ddarialllosfer: sj~.ng-""ng: " -.,i t-: " ii: -, I ~...: '" ',/ I.. JJf: Radia~ InOOd dan h " """ " ranspirasl &Evaporasl fi Radiasi Infra.nd d4ii~nama ~ :'R,lIeksl C haya Ualaha. '. A-+-~fi /( /Tb / Gambar 3. Balasan inlernal normal n, berkailan dengan isolasi plasllk di alap GH Pengolahan data yang dilakukan adalah penggunaan psycometric chart dalam analisis suhu di seliap lilik dalam greenhouse dan nilai kelembaban, analisis pindah panas di udara dalam greenhouse. karena menghilung karena pindah panas radiasi, konveksi dan konduksi. HASll DAN PEMBAHASAN A. Kondisi lingkungan dalam Greenhouse Tunnel Berventilasi Ganda 1. Suhu Pada pukul menunjukan bahwa suhu sekilar lanaman dan suhu ruangan di bawah batas ambang 22 C, lidak memenuhi persyaralan suhu minimum pertumbuhan dan pada pukul di alas ambang maksimum, hal ini dikarenakan suhu terlalu rendah sehingga dapal menyebabkan penambahan tinggi lanaman dan daun tidak berjalan oplimal. Pada pagi hari akan lerjadi kondensasi di dalam greenhouse. Hal lersebut akan membawa pengaruh lidak baik lerhadap tanaman, dimana proses folosinlesis dan melabolik tanaman akan lerhambat. Pada pukul suhu ruangan pada greenhouse lertalu linggi sehingga tanaman lampak layu. Grafik suhu dapal dilihat pada Gambar 4. '01$' ~~ ~f$' ~I$'.#,I$',I$',I$',1$' "f$' 'Of$' ~I$' "I$' ~ ~,~,~,J ~ ~J ~, ~ w..kluqml Gambar 4. Grafik perbandingan suhu pada greenhouse tunnel bervenlilasi ganda pada beberapa hari 2. Kelembaban (RH) Kelembaban lelah sesuai dengan kelembaban persyaratan minimum pertumbuhan oplimal lanaman yailu di alas 70% namun lidak memenuhi persyaratan pada kelembaban maksimum yang melebihi dari 85% terulama sekilar pukul dan pukul ke alas. Vol. IX, No.1, April 2011 ~ 25

6 Gambar 5. 'O~ I\,~ "b~ Oj~,#...~,~~,,~ ~~ -,'i~...iij'f',"\~ -cco~ W»ktu(Nrul) Grafik perbandingan kelembaban pada greenhouse tunnel berventilasi ganda pada beberapa harl Kelembaban yang terlalu tinggi akan menyebabkan tingginya serangan bakteri dan cendawan yang akan merusak perkembangan tanaman. Grafik kelembaban dapat dilihat pada Gambar Intensitas Cahaya Suhu udara akan naik dengan meningkatnya nilai intensitas cahaya dan suhu akan turun dengan menurunnya intensitas cahaya. Namun perubahan intensitas cahaya tidak sebanding dengan perubahan suhu, Walaupun intensitas cahaya meningkav menurun secara drastis tetapi perubahan suhu tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan suhu udara tidak dapat berubah secara cepat dibandingkan perubahan intensitas cahaya, karena suhu dipengaruhi pergerakan udara. Data intensitas cahaya yang telah didapatkan dapat dilihat pada Gambar 6. j '000 4S00 ~ 1000 i 'SOO.j 3000.s 2Sl0 loch) ISOO IDOl) ".f ~ " (''if c-" v" ~.,...:~,.,'"..f#.::" it dalam~m ---lulli'ju"~" Gambar6. Grafik perbandingan radiasi greenhouse tunnel berventilasi pada beberapa harl pada ganda 3. Kecepatan Udara Kecepatan aliran udara mempengaruhi pertumbuhan tanaman dalam hal evapotransporasi dan ketersediaan karbondioksida yang penting untuk proses fotosintesis. Dalam pengukuran kecepatan udara di dalam greenhouse tunnel berventilasi ganda adalah 0,1-0,2 m/s sehingga pertumbuhan tanaman krisan tidak terhambat. Total pertukaran udara pada ventilasi alamiah sebesar 16612,173 Us, sedangkan total pertukaran udara pada ventilasi mekanis sebesar 1537,41 Us. B. Perbandingan Suhu dan Kelembaban Kelembaban di dalam Greenhouse Tunnel Berventilasi Ganda, Greenhouse Tunnel Berventilasi Tunggal dan Greenhouse Serre. Penambahan modifikasi pada bagian atap greenhouse tunnel maka suhu udara yang masuk ke dalam greenhouse dapat diturunkan dengan adanya sedikit perpindahan panas dari dalam greenhouse melalui atap. Walaupun suhu udara dalam tunnel berventilasi ganda lebih rendah daripada suhu udara greenhouse tunnel berventilasi tunggal, tetapi suhu udara yang diterima masih lebih tinggi dari suhu persyaratan pertumbuhan optimal tanaman krisan. Perbandingan suhu ke tiga greenhouse dapat di Iihat pada Gambar S u ': ~ 2' 20 IS "oj$',,\r$> 'f,<s> ~rs'...<;$~,,~.;j~ -,">j~ ~r:f' -c..,fs'... IQ'8' ~r$j,,"oj$! Waktu(jam) Gambar 7. Grafik perbandingan suhu pada greenhouse setre, tunnel bervenlilasi tunggal, dan tunnelberventilasi ganda. Untuk mengatasi hal itu maka dipertukan bukaan vantilasi lebih banyak lagi dan afisiensi pemakaian exhaust fan. 26 <lili Vol. IX, No.1, April 2011

7 C. Analisis Distribusi Suhu di dalam Greenhouse Tunnel Berventilasi Ganda. Distribusi suhu pada saat pagi, siang dan sore han dapat di lihat pada Gambar 8 dan 9. Pada Gambar tersebut terdapat daerah yang berwarna biru tua menunjukkan suhu udara rendah sedangkan daerah yang berwarna hijau muda menunjukkan suhu udara tinggi. Gambar tersebut didapatkan dengan persyaratan bahwa data yang diambil pada pukul dan pukul tidak menggunakan exhaust fan, sedangkan data pada pukul menggunakan exhaust fan. Distribusi suhu pada pukul pada Gambar 8(a) dan Gambar 9(a) menunjukan bahwa suhu panas yang berada di tengah lebih tinggi dibanding suhu atap dan ventllasi, hal ini dikarenakan pada bagian tengah terjadi panas sensible dari tanaman sebagai akibat dan proses fotosintesis dan metabolisme tanaman. Suhu di bagian barat lebih panas dibandingkan suhu di bagian timur, hal ini dikarenakan udara bergerak dari timur ke barat dan bagian barat terlebih dahulu terkena sinar matahari sedangkan bagian barat masih tertutupi greenhouse di sekitarnya. Pada pukul pada Gambar 8(b) dan Gambar 9(b) menyatakan bahwa suhu pada venlilasi dan atap selatan bagian dalam lebih Iinggi dibandingkan suhu pada titik pengukuran lain, hal ini dikarenakan udara luar bergerak dan utara ke s~latan sehingga udara dingin yang masuk melewati ventilasi utara akan mendorong udara panas yang terangkat oleh daya apung keluar rnelewati ventilasi selatan, sedangkan panas sensible pada tanaman terangkat udara dingin sehingga suhu di sekitar tanaman tidak terlalu tinggi. C Gambar 8. Tampak depan distribusi suhu dalam greenhouse tunnel berventilasi ganda pada jam (a), (b) (c). Vol. IX, No.1, April 2011 ~ 27

8 abc Gambar 9. Tampak atas distribusi suhu dalam greenhouse tunnel berventilasi ganda pada jam (a), (b), 18.00(c). Suhu ruangan bagian barat dan timur lebih panas dibandingkan suhu bagian tengah, karena udara panas di bagian tengah ditarik oleh exhaust fan keluar greenhouse, dan udara panaspun keluar melalui bagian barat sedangkan suhu panas dari bagian timur diperoleh dari efek udara greenhouse di sekitarnya. Gambar 8(c) menyatakan bahwa pada pukul 18.00, persebaran suhu panas terjadi secara merata dan panas sensible mulai terlihat kembali, hal ini dikarenakan udara bergerak dari arah timur sehingga suhu udara di bagian timur lebih dingin dibandingkan suhu di bagian barat yang dapat di lihat pada Gambar 9(c). D. Analisis Radiasi Surya Romdhonah (2002) menyatakan bahwa radiasi matahari mempunyai ciri khas yaitu sifat keberadaannya yang selalu berubah-ubah tergantung pada keadaan atmosfer dan geometri radiasi matahari. Menurut hasil perhitungan pada tanggal 7-11 Juni 2008, nilai rata-rata Extraterrestrial Radiation (Ion) adalah 1365,2673 W/m 2, Terrestrial Radiation (In) adalah 790,796 W/m 2, Direct Radiation (Ibi) adalah 552,916 W/m 2, Diffuse Radiation (Idh) adalah 81,513 W/m 2, radiasi tidak langsung terjadi pada penmukaan yang miring (Idi) adalah 81,496 W/m 2, Radiasi pantulan rada tipe permukaan adalah 584,0771 W/m, Radiasi pantulan pada permukaan mendatar adalah 665,9 W/m 2, dan Ref/eklivitas Radiation (Ir) adalah 13,4 W/m 2 dan Total Radiation (Iti) adalah 1045,976 W/m 2 E. Pindah Panas pada Greenhouse Tunnel Berventilasi Ganda. 1. Radiasi Perpindahan panas cara radiasi terjadi pada permukaan lantai di dalam greenhouse dengan udara didalamnya dan radiasi pada atap dengan lingkungan luar. Nilai rata-rata radiasi yang terjadi pada lantai adalah 27,24 W/m 2 sedangkan nilai rata-rata radiasi yang terjadi pada atap dan lingkungan luar adalah 26,57 W/m 2 Radiasi yang terjadi pada lantai lebih besar dibandingkan dengan radiasi yang terjadi pada atap dan lingkungan luar, hal ini dikarenakan selisih suhu udara dalam dan tanah lebih besar dibandingkan dengan suhu luar dan atap lingkungan. Hasil perhitungan radiasi dapat dilihat pada Gambar o.<$' ~<$'..<$' ~<$' ",<$',<S',<$' ~<S' ~ ~,v,.<$' ~<S' ~,.<$' ~<$'..<$' ~, ~ Woklu(jun) Gambar 10. Grafik pindah panas radiasi pada Greenhouse Tunnel berventilasi ganda. 28 ~ Vol. IX, No.1, April 2011

9 2. Konveksi PEMBAHASAN Perpindahan panas konveksi terjadi pada atap dengan lingkungan luar, atap dengan udara dalam dan lantai dengan udara dalam. Besarnya konveksi dipengaruhi oleh suhu udara yang lerkait dan kecepatan udara yang terjadi. Nilai rata-rata konveksi yang terjadi pada udara luar dengan atap luar adalah 630,45 kw/m 2, nilai rata-rata konveksi yang terjadi pada udara dalam dengan atap dalam adalah 209,1 kw/m 2, sedangkan nilai rata-rata konveksi yang terjadi pada udara dalam dengan lantai adalah 1369,40 kw/m 2 Hasil perhitungan konveksi dapat dilihat pada Gambar 11. )14000 ~ ~ 3000 ~ 2000 if &iiooo o 'O~,,'Jl ct,!f' 0,0/','>jf -..,f -,~~ ~"'Jf ~~,~~...,of ~~ -, 't>~ WaktuGatn) Gambar 11. Grafik pindah panas konveksi pada greenhouse tunnel bervenlilasi ganda. 3. Konduksi Perpindahan panas konduksi terjadi pada lantai dan atap. Besarnya konduksi dipengaruhi oleh suhu yang titik terkait dan konduktivitas material. Nilai rata-rata konduksi yang terjadi pada tanah adalah 156,68 W/m 2 sedangkan nilai rata-rata konduksi yang terjadi pada atap adalah 20,62 W/m 2 Hasil perhitungan konveksi dapat dilihat pada Gambar 12. r: ~300 I:: o.~ ~~ WaktuGam) 1. Extraterrestrial Radiation (Ion) adalah 1365,2673 W/m 2, Terrestrial Radiation (In) adalah 790,796 W/m 2, Direct Radiation (Ibi) adalah 552,916 W/m 2, Diffuse Radiation (Idh) adalah 81,513 W/m 2, radiasi tidak langsung terjadi pada permukaan yang miring (ldi) adalah 81,496 W/m 2, Radiasi pantulan pada tipe permukaan adalah 584,0771 W/m 2, Radiasi pantulan pada penmukaan mendatar adalah 665,9 W/m 2, dan Retlektivltes Radiation (Ir) adalah 13,4 W/m 2 dan Total Radiation (Iti) adalah 1045,976 W/m 2 Memberikan suhu ratarata udara di dalam Greenhouse Tunnel berventilasi ganda sebesar 26 C, lebih tinggi dibandingkan dengan suhu udara rata-rata di lingkungan luar sebesar 24'C. 2. Alat tambahan pada greenhouse tunnel berventilasi ganda ini memberikan kelembaban udara pada pagi dan sore hari melewati beberapa batas persyaratan optimal pertumbuhan yaitu melebihi 70 85%. 3. Radiasi luar mempengaruhi suhu di dalam greenhouse dan suhu di ruangan lebih tinggi dibandingkan suhu di sekitar tanaman maka perlu penelitian lanjut agar udara sekitar tanaman itu dapat dengan tepat memenuhi kelembaban tanaman dan terjadi proses fotosintesis. 4. Pada kontur lokal yang panas tersebut posisi dari kipas sangat diperlukan. KESIMPULAN Dalam penelitian ini tujuan pindah panas yang terjadi, menghasilkan pola distribusi suhu dalam bangunan greenhouse yang menggunakan gabungan ventilasi alami dan alat tambahan kipas. Terjadi perubahan pola distribusi suhu dan perubahan pergerakan aliran udara yang belum merata karena terjadi hantaran panas terlihat dart kontur panas dan perubahan distribusi panas yang terjadi. Gambar 12. Grafik pindah panas konduksi pada greenhouse tunnel berventilasi ganda Vol. IX, No.1, April 2011 ~ 29

10 DAFTAR PUSTAKA Anne Lingkungan Mikro Greenhouse Tunnel Modifikasi di Alam Indah Bunga Nusantara, Cianjur, Cipanas. Skripsi, Departemen Teknik Pertanian. FATETA. IPB. Bogor. Budiarto, Y. Sulyo, R. Maaswinkel dan S. Wuryaningsih Budidaya Krisan Bunga Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. Nelson The Greenhouse Gas Reduction Plan. The Corporate 0.r.;rations of The City of Nelson May Nursalim A. (2006). Kajian Pengaruh BUdidaya Tanaman Hias terhadap Perubahan Rumah Tinggal Penduduk (Studi Kasus: Perubahan Rumah Tinggal Petani Tanaman Hias Desa Cihideung, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung) : mod=browse &op=read&id=jbptitbpp-gdldidipramuj-29371&g-greenhouse tanggal ' Rismunandar Budidaya Bunga Potong. Penebar Swadaya. Yakarta. Romdhonah, Y Analisis Sudut Datang Radiasi Matahari dan Pengembangan Model Pindah Panas pada Greenhouse. Skripsi, Departemen Teknik Pertanian. FATETA. IPB. Bogor. Rukmana, R. dan A.E. Mulyono Krisan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Sase and KozaL Eco House Hand Book Australian Green Building Source Book. : efficiency/program/green building/source book glossary.ddf tanggal Soegijailto Bangunan di Indonesia dengan Iklim Tropis Lembab Ditinjau dari Aspek Fisika Lingkungan. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bandung. TIWari, G.N. and R.K. Goyal Greenhouse Technology. Narosa Publishing House, 6 Community Centre, Panchsheel Park, New Delhi, India. 30 ~ Vol. IX, No.1, April 2011

POLA ALIRAN TEMPERATUR PADA GEOMETRI BANGUNAN RUMAH KACA TIPE TEROWONGAN (Green House Tunnel Type ) 1

POLA ALIRAN TEMPERATUR PADA GEOMETRI BANGUNAN RUMAH KACA TIPE TEROWONGAN (Green House Tunnel Type ) 1 POLA ALIRAN TEMPERATUR PADA GEOMETRI BANGUNAN RUMAH KACA TIPE TEROWONGAN (Green House Tunnel Type ) 1 Sri Mudiastuti 2, Rizka Avianti Andhika Sari 3 ABSTRAK Penjabaran dengan Surfer 6 dari perhitungan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Iklim Mikro Rumah Tanaman Tipe Standard Peak Selama 24 jam Struktur rumah tanaman berinteraksi dengan parameter lingkungan di sekitarnya menghasilkan iklim mikro yang khas.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Radiasi Matahari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jansen (1995) menyatakan bahwa posisi matahari diperlukan untuk menentukan radaisi surya yang diteruskan melalui kaca dan bahan transparan lain, dimana

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada musim kemarau yaitu bulan Mei sampai Juli 2007 berlokasi di Laboratorium Lapangan Bagian Ternak Perah, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan

Lebih terperinci

This research was describe about temperature profile on Arch Greenhouse for Chrysanthemum (Chrysanthemum morifolium)

This research was describe about temperature profile on Arch Greenhouse for Chrysanthemum (Chrysanthemum morifolium) ANALISIS PROFIL SUHU PADA GREENHOUSE TIPE ARCH UNTUK BUDIDAYA BUNGA KRISAN (Chrysanthemum morifolium) This research was describe about temperature profile on Arch Greenhouse for Chrysanthemum (Chrysanthemum

Lebih terperinci

ANALISA LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI DI PT. ALAM INDAH BUNGA NUSANTARA, CIPANAS, CIANJUR

ANALISA LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI DI PT. ALAM INDAH BUNGA NUSANTARA, CIPANAS, CIANJUR ANALISA LINGKUNGAN DALAM BANGUNAN GREENHOUSE TIPE TUNNEL YANG TELAH DIMODIFIKASI DI PT. ALAM INDAH BUNGA NUSANTARA, CIPANAS, CIANJUR Oleh: ANNE NOOR INAYAH F14103030 2007 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Pemanfaatan energi surya memakai teknologi kolektor adalah usaha yang paling banyak dilakukan. Kolektor berfungsi sebagai pengkonversi energi surya untuk menaikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD

IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD Simulasi distribusi pola aliran udara dan suhu dilakukan pada saat ayam produksi sehingga dalam simulasi terdapat inisialisasi

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Gambar 2 Sudut datang radiasi matahari pada permukaan horizontal (Lunde, 1980)

PENDEKATAN TEORITIS. Gambar 2 Sudut datang radiasi matahari pada permukaan horizontal (Lunde, 1980) PENDEKATAN TEORITIS Radiasi Matahari pada Bidang Horisontal Matahari merupakan sumber energi terbesar. Radiasi matahari yang sampai permukaan bumi ada yang diserap dan dipantulkan kembali. Dua komponen

Lebih terperinci

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan Mahasiswa Program S1 Fisika Bidang Fisika Energi Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB V KESIMPULAN UMUM 177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006).

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Self Dryer dengan kolektor terpisah. (sumber : L szl Imre, 2006). 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Surya Pengering surya memanfaatkan energi matahari sebagai energi utama dalam proses pengeringan dengan bantuan kolektor surya. Ada tiga klasifikasi utama pengering surya

Lebih terperinci

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air. KELEMBABAN UDARA 1 Menyatakan Kandungan uap air di udara. Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan

Lebih terperinci

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model

Lebih terperinci

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto)

Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Identifikasi Pengaruh Material Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal (Studi kasus bangunan dengan material bambu dan bata merah di Mojokerto) Damalia Enesty Purnama 1, Agung Murti Nugroho 2, Ir. Bambang

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS Ayu Wardana 1, Maksi Ginting 2, Sugianto 2 1 Mahasiswa Program S1 Fisika 2 Dosen Bidang Energi Jurusan Fisika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH

Perbedaan GH di daerah Tropis dan Sub Tropis. Keunggulan Tanaman dalam GH BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BY : TIM PENGAMPU MK.MEKANISASI PERTANIAN DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY SNI 7604-2010

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Distribusi Suhu Kolektor Surya 1. Domain 3 Dimensi Kolektor Surya Bentuk geometri 3 dimensi kolektor surya diperoleh dari proses pembentukan ruang kolektor menggunakan

Lebih terperinci

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE

BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BANGUNAN PERTANIAN SYARAT MUTU RUMAH TANAMAN GREENHOUSE BY : TIM PENGAMPU MK.MEKANISASI PERTANIAN DEPARTMENT OF AGRICULTURAL ENGINEERING FACULTY OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY BRAWIJAYA UNIVERSITY SNI 7604-2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi iklim yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Greenhouse atau yang

BAB I PENDAHULUAN. kondisi iklim yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Greenhouse atau yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Greenhouse adalah sebuah bangunan yang berkerangka atau dibentuk menggelembung, diselubungi bahan bening atau tembus cahaya yang dapat meneruskan cahaya secara optimum

Lebih terperinci

PEMBUATAN KOLEKTOR PELAT DATAR SEBAGAI PEMANAS AIR ENERGI SURYA DENGAN JUMLAH PENUTUP SATU LAPIS DAN DUA LAPIS

PEMBUATAN KOLEKTOR PELAT DATAR SEBAGAI PEMANAS AIR ENERGI SURYA DENGAN JUMLAH PENUTUP SATU LAPIS DAN DUA LAPIS PEMBUATAN KOLEKTOR PELAT DATAR SEBAGAI PEMANAS AIR ENERGI SURYA DENGAN JUMLAH PENUTUP SATU LAPIS DAN DUA LAPIS D. Hayati 1, M. Ginting 2, W. Tambunan 3. 1 Mahasiswa Program Studi S1 Fisika 2 Bidang Konversi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan

Lebih terperinci

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang

Lebih terperinci

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA)

HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA) HIDROMETEOROLOGI TATAP MUKA KEEMPAT (RADIASI SURYA) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT 1.PANCARAN RADIASI SURYA Meskipun hanya sebagian kecil dari radiasi yang dipancarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus

III. METODE PENELITIAN. Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus beroperasi pada tingkat efisiensi optimalnya. Untuk mempertahankan agar kinerja operasi selalu

Lebih terperinci

Penggunaan greenhouse dalam budidaya tanaman merupakan salah satu cara untuk memberikan lingkungan yang lebih mendekati kondisi optimum bagi

Penggunaan greenhouse dalam budidaya tanaman merupakan salah satu cara untuk memberikan lingkungan yang lebih mendekati kondisi optimum bagi Penggunaan greenhouse dalam budidaya tanaman merupakan salah satu cara untuk memberikan lingkungan yang lebih mendekati kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman. Greenhouse dikembangkan pertama kali dan

Lebih terperinci

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan TINJAUAN PUSTAKA A. Pengeringan Tipe Efek Rumah Kaca (ERK) Pengeringan merupakan salah satu proses pasca panen yang umum dilakukan pada berbagai produk pertanian yang ditujukan untuk menurunkan kadar air

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Desain Termal 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,

Lebih terperinci

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Lia Laila Prodi Teknologi Pengolahan Sawit, Institut Teknologi dan Sains Bandung Abstrak. Sistem pengondisian udara dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN KENYAMANAN TERMAL GEDUNG KULIAH B1, FEM IPB DENGAN MENGGUNAKAN ATAP BETON DAN GREEN ROOF (TANAMAN HIAS) YUNIANTI

ANALISIS PERBANDINGAN KENYAMANAN TERMAL GEDUNG KULIAH B1, FEM IPB DENGAN MENGGUNAKAN ATAP BETON DAN GREEN ROOF (TANAMAN HIAS) YUNIANTI ANALISIS PERBANDINGAN KENYAMANAN TERMAL GEDUNG KULIAH B, FEM IPB DENGAN MENGGUNAKAN ATAP BETON DAN GREEN ROOF (TANAMAN HIAS) YUNIANTI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) termasuk dalam klasifikasi kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotiledonae, ordo Asterales,

Lebih terperinci

Gambar 17. Tampilan Web Field Server

Gambar 17. Tampilan Web Field Server IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KALIBRASI SENSOR Dengan mengakses Field server (FS) menggunakan internet explorer dari komputer, maka nilai-nilai dari parameter lingkungan mikro yang diukur dapat terlihat.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Sebagai strategi passive cooling dengan prinsip ventilasi, strategi night ventilative cooling masih kurang dikenal di Indonesia. Dalam riset-riset terdahulu,

Lebih terperinci

MODEL RADIASI SURYA DAN SUHU UDARA DI DALAM RUMAH PLASTIK YUSHARDI

MODEL RADIASI SURYA DAN SUHU UDARA DI DALAM RUMAH PLASTIK YUSHARDI MODEL RADIASI SURYA DAN SUHU UDARA DI DALAM RUMAH PLASTIK YUSHARDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di Greenhouse dan Ruang Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai jenis sumber daya energi dalam jumlah yang cukup melimpah. Letak Indonesia yang berada pada daerah khatulistiwa, maka

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat III. MEODE PENELIIAN A. Waktu dan empat Penelitian dilakukan di Laboratorium Energi Surya Leuwikopo, serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen eknik Pertanian, Fakultas eknologi

Lebih terperinci

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42)

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42) INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (36-42) ANALISIS TINGKAT KENYAMANAN THERMAL WEBB DI RUMAH TINGGAL T-45 PADA MUSIM KEMARAU Studi Kasus: Rumah Tinggal di Komplek HKSN Permai Banjarmasin M. Tharziansyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Deskripsi Singkat

BAB I. PENDAHULUAN. Deskripsi Singkat BAB I. PENDAHULUAN Deskripsi Singkat Pokok Bahasan : Pengantar Pertanian Pola Green House Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan Tujuan : Agar Praja mampu menjelaskan pengertian pertanian pola Green

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai LS sehingga memiliki 1 BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada 6 08 LU sampai 11 15 LS sehingga memiliki iklim tropis lembab basah dengan ciri khas: curah hujan yang tinggi namun penguapan rendah, suhu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah Analisis distribusi suhu dan kelembaban udara dilakukan pada saat kandang tidak diisi sapi (kandang kosong). Karakteristik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL KELOMPOK II BRIGITA O.Y.W. 125100601111030 SOFYAN K. 125100601111029 RAVENDIE. 125100600111006 JATMIKO E.W. 125100601111006 RIYADHUL B 125100600111004

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Greenhouse Sebagai Lingkungan Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Greenhouse Sebagai Lingkungan Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Greenhouse Sebagai Lingkungan Tumbuh Tanaman Faktor lingkungan berperan penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan kualitas prima. Karakteristik gen tertentu suatu tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas comosus) Nanas merupakan tanaman buah semak yang memiliki nama ilmiah Ananas comosus. Dalam bahasa Inggris disebut pineapple dan orang-orang Spanyol menyebutnya pina.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR Nafisha Amelya Razak 1, Maksi Ginting 2, Riad Syech 2 1 Mahasiswa Program S1 Fisika 2 Dosen

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-30 Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca Indriyati Fanani Putri, Ridho Hantoro,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat Pengering Surya Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada perancangan dan pembuatan alat pengering surya (solar dryer) adalah : Desain Termal 1.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nutrient Film Technique (NFT) Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Fasad selubung ganda merupakan fasad yang terbentuk dengan adanya penambahan kaca eksternal dari fasad kaca internal yang terintegrasi pada dinding tirai. Fasad

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet

II. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1. Perhitungan Total Beban Kalor Dalam Ruangan Dalam bahasan ini total beban kalor tersimpan dalam ruangan adalah penjumlahan dari tambahan panas dari transmisi radiasi

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Iklim pada Rumah Tanaman Kondisi iklim pada rumah tanaman direpresentasikan dengan data hasil pengukuran pada saat fase vegetatif (pertumbuhan tanaman) dan fase generatif

Lebih terperinci

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi

Skema proses penerimaan radiasi matahari oleh bumi Besarnya radiasi yang diserap atau dipantulkan, baik oleh permukaan bumi atau awan berubah-ubah tergantung pada ketebalan awan, kandungan uap air, atau jumlah partikel debu Radiasi datang (100%) Radiasi

Lebih terperinci

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas Pemanasan Bumi Meteorologi Suhu dan Perpindahan Panas Suhu merupakan besaran rata- rata energi kine4k yang dimiliki seluruh molekul dan atom- atom di udara. Udara yang dipanaskan akan memiliki energi kine4k

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGERING MENGGUNAKAN SISTEM ALIRAN KONVEKSI UDARA DARI KOLEKTOR SURYA

RANCANG BANGUN PENGERING MENGGUNAKAN SISTEM ALIRAN KONVEKSI UDARA DARI KOLEKTOR SURYA RANCANG BANGUN PENGERING MENGGUNAKAN SISTEM ALIRAN KONVEKSI UDARA DARI KOLEKTOR SURYA Oleh: Fahmi Huda Z. 1, Imam Tazi 2 ABSTRAK: Indonesia merupakan wilayah kepualauan yang menempati daerah sekitar katulistiwa

Lebih terperinci

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC

BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC Dalam perancangan pemasangan AC pada Ruang Dosen dan Teknisi, data-data yang dibutuhkan diambil dari berbagai buku acuan. Data-data

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat

BAB II DASAR TEORI. ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat BAB II DASAR TEORI 2.. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah proses berpindahnya energi dari suatu tempat ke tempat yang lain dikarenakan adanya perbedaan suhu di tempat-tempat tersebut. Perpindahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sudut Datang Radiasi Matahari pada Penutup Atap Greenhouse

HASIL DAN PEMBAHASAN. Sudut Datang Radiasi Matahari pada Penutup Atap Greenhouse HASIL DAN PEMBAHASAN Sudut Datang Radiasi Matahari pada Penutup Atap Greenhouse Data pengukuran yang digunakan dalam simulasi adalah: tanggal 29 Maret, 30 Maret 2007 dipilih mewakili data cuaca berawan

Lebih terperinci

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR

RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR RADIASI MATAHARI DAN TEMPERATUR Gerakan Bumi Rotasi, perputaran bumi pada porosnya Menghasilkan perubahan waktu, siang dan malam Revolusi, gerakan bumi mengelilingi matahari Kecepatan 18,5 mil/dt Waktu:

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW

SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW SKRIPSI PERANCANGAN DAN UJI ALAT PENUKAR PANAS (HEAT EXCHANGER) TIPE COUNTER FLOW Oleh : Ai Rukmini F14101071 2006 DEPATEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR PERANCANGAN

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Data Pengumpulan data di maksudkan untuk mendapatkan gambaran dalam proses perhitungan beban pendingin pada ruang kerja lantai 2, data-data yang di perlukan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PHPT, Muara Angke, Jakarta Utara. Waktu penelitian berlangsung dari bulan April sampai September 2007. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water

Lebih terperinci

SUHU UDARA, SUHU TANAH Dan permukaan laut

SUHU UDARA, SUHU TANAH Dan permukaan laut SUHU UDARA, SUHU TANAH Dan permukaan laut OLEH NAMA : ANA MARIYANA BR SINAGA NPM : E1B009024 HARI / TANGGAL : RABU, 03 NOVEMBER 2010 KELOMPOK : IV CO-ASS : GATRA BAYU JAGA NOVA SAMOSIR PENDAHULUAN Suhu

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian Berdasarkan pengambilan data selama penelitian yang berlangsung mulai pukul 06.00 sampai pukul 16.00 WIB, data yang diperoleh menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada umumnya apartemen menggunakan sistem pengondisian udara untuk memberikan kenyamanan termal bagi penghuni dalam ruangan. Namun, keterbatasan luas ruangan dalam

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIK SARANG BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) DI SUAKA MARGASATWA PINJAN-TANJUNG MATOP, SULAWESI TENGAH

KARAKTERISTIK FISIK SARANG BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) DI SUAKA MARGASATWA PINJAN-TANJUNG MATOP, SULAWESI TENGAH KARAKTERISTIK FISIK SARANG BURUNG MALEO (Macrocephalon maleo) DI SUAKA MARGASATWA PINJAN-TANJUNG MATOP, SULAWESI TENGAH Indrawati Yudha Asmara Fakultas Peternakan-Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA Lustyyah Ulfa, Ridho

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis Energi Unit Total Exist

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang   Jenis Energi Unit Total Exist 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari, misalnya dalam bidang industri, dan rumah tangga. Saat ini di Indonesia pada umumnya masih menggunakan

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI

PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI ABSTRAK PENDEKATAN PEMBENTUKAN IKLIM-MIKRO DAN PEMANFAATAN ENERGI ALTERNATIF SEBAGAI USAHA TERCAPAINYA MODEL PENDIDIKAN LINGKUNGAN BINAAN YANG HEMAT ENERGI Oleh : Erna Krisnanto Jurusan Pendidikan Teknik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil survey lapangan, running eksisting dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil survey lapangan, running eksisting dan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil survey lapangan, running eksisting dan running modifikasi, didapatkan beberapa temuan, diantaranya sebagai berikut

Lebih terperinci

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembenihan Ikan Pemeliharaan larva atau benih merupakan kegiatan yang paling menentukan keberhasilan suatu pembenihan ikan. Hal ini disebabkan sifat larva yang merupakan stadia

Lebih terperinci

Perbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement.

Perbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement. Perbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement. Dian Fitria, Thesa Junus D. Green Building Engineers, Divisi Sustainability, PT Asdi Swasatya Abstrak Besar panas yang masuk ke dalam

Lebih terperinci

A. EFEK RUMAH KACA Efek rumah kaca (green house effect) memegang peranan penting dalam melindungi kelangsungan makhluk hidup di muka bumi.

A. EFEK RUMAH KACA Efek rumah kaca (green house effect) memegang peranan penting dalam melindungi kelangsungan makhluk hidup di muka bumi. A. EFEK RUMAH KACA Efek rumah kaca (green house effect) memegang peranan penting dalam melindungi kelangsungan makhluk hidup di muka bumi. Disebut sebagai pelindung, karena gas karbondioksida, metana dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i DAFTAR ISI vii DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR TABEL xvii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Pentingnya Pengadaan Kantor Sewa di Yogyakarta 1 A. Pertumbuhan Ekonomi dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

SIMULASI DISTRIBUSI SUHU DAN KELEMBAPAN RELATIF PADA RUMAH TANAMAN (GREEN HOUSE) DENGAN SISTEM HUMIDIFIKASI

SIMULASI DISTRIBUSI SUHU DAN KELEMBAPAN RELATIF PADA RUMAH TANAMAN (GREEN HOUSE) DENGAN SISTEM HUMIDIFIKASI SIMULASI DISTRIBUSI SUHU DAN KELEMBAPAN RELATIF PADA RUMAH TANAMAN (GREEN HOUSE) DENGAN SISTEM HUMIDIFIKASI *Mahmudyan Nuriil Fahmi 1, Eflita Yohana 2, Sugiyanto 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER Endri Yani* & Suryadi Fajrin Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas Kampus Limau Manis

Lebih terperinci