BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Elektrolit Perhitungan derajat disosiasi untuk berbagai elektrolit dalam larutan berair menunjukkan bahwa secara praktis semua garam terdisosiasi sempurna menjadi ion-ionnya. Hal yang sama juga berlaku untuk asam-asam dan basa-basa kuat. Seperti yang diharapkan dari derajat disosiasinya yang tinggi, larutan dari zat-zat ini merupakan konduktor elektrik yang baik. Di lain pihak, terdapat banyak zat yang larutannya menunjukkan konduktivitas yang relatif rendah, hal ini menandakan bahwa larutan-larutan tersebut hanya sedikit terdisosiasi. Di antara larutan-larutan ini termasuk sejumlah besar asam-asam organik seperti asam asetat, propanoat, dan benzoat; asam-asam anorganik seperti asam karbonat, asam sulfida, dan asam sianida; dan basa-basa seperti ammonium, seng, dan timbal hidroksida. Larutan dari zat-zat yang menunjukkan konduktansi yang baik dan menandakan derajat disosiasi yang tinggi dalam larutan digolongkan sebagai elektrolit kuat.sebaliknya, larutan dari zat-zat yang hanya menunjukkan konduktivitas yang lemah dan derajat disosiasi yang rendah disebut elektrolit lemah (Maron, 1978). 2.2 Konduktivitas Elektrolit Hambatan suatu konduktor elektrolit terhadap arus yang lewat dapat ditentukan dengan menggunakan Hukum Ohm terhadap konduktor tersebut.namun, sebagai pengganti hambatan, di sini lebih sesuai menggunakan istilah konduktansi, yang mana merupakan kebalikan dari hambatan listrik.

2 Seperti yang telah diketahui, hambatan tiap konduktor berbanding lurus secara langsung dengan panjangnya dan berbanding terbalik dengan luas permukaannya, R = ρ ll AA (1) di mana R adalah hambatan dalam ohm, l adalah panjang dalan sentimeter, A adalah luas dalam sentimeter kuadrat, dan ρ adalah hambat jenis. Nilai ρ tergantung pada dan merupakan karakteristik alami dari konduktor tersebut. Dari persamaan (1) pernyataan untuk konduktansi L adalah sebagai berikut : L = 1 RR = 1 ρ AA ll L = κ AA (2) ll di mana κ = 1 / ρ merupakan konduktansi jenis dari konduktor, satuannya dinyatakan dalam kebalikan ohm atau mhos per sentimeter atau ohm -1 per sentimeter (Maron, 1978). Jelas sekali bahwa suatu zat yang memiliki tahanan yang sangat kecil terhadap aliran arus akan melewatkan lebih banyak arus. Dengan demikian kemampuan suatu zat untuk menghantarkan listrik atau konduktivitas merupakan kebalikan dari tahanan.kebalikan dari tahanan jenis ini disebut konduktansi spesifik atau konduktivitas spesifik. Konduktansi atau konduktivitas jenis ini didefinisikan sebagai : konduktivitas satu sentimeter kubik (cc) suatu larutan elektrolit. Konduktivitas spesifik disimbolkan dengan κ (kappa). Dengan demikian, κ = 1 ρρ = 1 RR x 1 AA (3) Konduktivitas spesifik meningkat jika : (i) konsentrasi ion, dan (ii) kecepatan ion-ion yang bersangkutan juga meningkat (Bahl, 2008).

3 Suatu besaran yang lebih berguna adalah konduktivitas ekivalen Ʌ). ( Konduktivitas ekivalen suatu larutan didefinisikan sebagai konduktivitas di antara dua elektroda yang berjarak 1 m satu sama lain yang mengandung tepat 1 ekivalen zat elektrolit. Satu ekivalen zat elektrolit adalah jumlah zat yang terlarut dalam larutan yang akan menghasilkan muatan en 0 dan en 0, di mana e adalah muatan listrik dan N 0 adalah bilangan Avogadro. Misalkan konsentrasi larutan elektrolit adalah c ekivalen per liter, maka volume larutan yang mengandung 1 ekivalen akan menjadi 1 / c liter. Dengan demikian konduktivitas ekivalen diberikan oleh persamaan : Ʌ = κκ 1000cc (4) di mana faktor 1000 berguna mengubah konsentrasi menjadi ekivalen m -3 (1 liter = 10-3 m 3 ). Karena satuan κ adalah Ω -1 m -1, Ʌ memiliki satuan Ω -1 ekivalen -1 m 2.Keuntungan menggunakan Ʌ sebagai pengganti konduktivitas spesifik (κ) adalah Ʌ memudahkan ki ta untuk mengubah pengukuran-pengukuran konduktivitas yang berbeda menjadi satuan konsentrasi yang umum. Dalam satuan SI, kita menggunakan konduktivitas molar Ʌ) yang ( diberikan oleh persamaan κ / 1000 c, di mana c sekarang dalam satuan mol liter -1 dan Ʌ dalam Ω -1 mol -1 m 2. Untuk elektrolit univalen seperti NaCl, konduktivitas ekivalen sama dengan konduktivitas molar. Untuk larutan bivalen seperti CuSO 4, konduktivitas molar adalah dua kali konduktivitas ekivalen (Chang, 1977). Berdasarkan konduktivitasnya, dapat dikelompokkan 2 bagian kelas elektrolit.elektrolit kuat, seperti kebanyakan garam, dan asam-asam seperti asam klorida, asam nitrat, dan sulfat, memiliki konduktivitas molar yang tinggi yang meningkat tidak terlalu besar ketika diencerkan.elektrolit lemah, seperti asam asetat dan asam-asam organik lainnya dan larutan ammonia, yang memiliki konduktivitas molar yang rendah pada konsentrasi tinggi, tetapi nilainya naik cukup besar ketika diencerkan (Moore, 1983).

4 2.3 Variasi Konduktivitas terhadap Konsentrasi Variasi Konduktivitas terhadap Konsentrasi Elektrolit Kuat Konduktivitas ekivalen suatu larutan tidak bervariasi secara linear dengan konsentrasi. Pengaruh konsentrasi pada konduktivitas ekivalen dapat dipelajari dengan memplotkan nilai-nilai Ʌ dengan nilai akar dari konsentrasi. Diketahui bahwa variasi konduktivitas ekivalen dengan CC bergantung pada sifat elektrolit tersebut. Elektrolit kuat terionisasi sempurna pada berbagai konsentrasi (atau pengenceran).peningkatan konduktivitas ekivalen bukan karena peningkatan arus yang dibawa oleh spesi ion. Faktanya hal ini disebabkan oleh penurunan gaya tarik-menarik di antara ion-ion yang muatannya berlawanan seiring dengan penurunan konsentrasi (atau peningkatan pengenceran). Pada konsentrasi yang lebih tinggi, gaya tarik-menarik di antara ion-ion yang berlawanan meningkat (F q 1 q 2 / r 2 ). Sebagai akibatnya, hal ini mempengaruhi kecepatan ion-ion dalam pergerakannya menuju elektroda yang bermuatan berlawanan.peristiwa ini disebut interferensi ionik.ketika suatu larutan menjadi semakin encer, konduktivitas ekivalen meningkat, hingga mencapai nilai batasnya.nilai ini disebut sebagai konduktivitas ekivalen pada pengenceran yang tidak terbatas (konsentrasi nol) Teori Debye-Huckel Suatu penjelasan yang masuk akal untuk penurunan konduktivitas molar seiring dengan kenaikan konsentrasi untuk elektrolit kuat pertama kali diusulkan pada tahun 1984 oleh seorang berkebangsaan Jerman Johannes Jacobus van Laar ( ).Ia mengatakan bahwa gaya-gaya elektrostatis yang kuat yang ada di dalam suatu larutan ionik memiliki pengaruh yang penting pada sifat-sifat larutan. Tahun 1923, Debye dan Huckel mengumumkan suatu hubungan matematis yang rumit.menurut teori ini, penurunan konduktivitas molar elektrolit

5 kuat disebabkan oleh saling interferensi ion-ion, yang menjadi semakin kuat ketika konsentrasi meningkat. Karena gaya tarik-menarik yang kuat di antara ionion yang berlawanan tanda, susunan ion-ion di dalam larutan tidak sepenuhnya acak. Di daerah sekitar tiap ion positif, terdapat kecenderungan menarik ion-ion negatif daripada ion-ion positif, sedangkan untuk tiap ion negatif terdapat kecenderungan menarik ion-ion positif daripada negatif.misalkan pada NaCl, dalam bentuk padatan terdapat susunan yang teratur ion natrium dan ion klorida.ketika NaCl dilarutkan dalam air, susunan ini masih dipertahankan sedikit. Ion-ion jaraknya menjadi lebih jauh satu sama lain daripada dalam padatan; oleh karena itu gaya tarik-menarik elektrostatik menjadi lebih kecil dan gerakan termal menyebabkan ketidakteraturan. Namun demikian, sejumlah kecil susunan yang masih ada cukup untuk memberikan pengaruh yang penting pada konduktivitas larutan (Laidler, 1982). Teori Debye-Huckel menjelaskan bahwa kenaikan konduktivitas larutan elektrolit kuat terhadap pengenceran didasarkan pada dua pengaruh berikut : a. Efek Relaksasi atau Efek Asimetris Di dalam larutan, setiap ion dikelilingi oleh suatu atmosfer ionik dari muatan yang berlawanan. Selama tidak ada medan listrik yang diberikan, atmosfer ionik tetap simetris di sekitar ion pusat. Namun, ketika arus listrik dilewatkan melalui larutan, ion-ion yang berada di tengah bergerak menuju elektroda yang berlawanan muatan.ketika ion tersebut bergerak keluar dari atmosfer ionik, ion tersebut membentuk lagi suatu atmosfer ionik dengan muatan yang berlawanan dan meninggalkan atmosfer ionik yang lama.namun demikian, perusakan atmosfer ionik yang lama dan pembentukan atmosfer ionik yang baru tidak terjadi seketika itu juga.terdapat suatu rentang waktu yang disebut waktu relaksasi di antara perusakan atmosfer yang lama dan pembentukan atmosfer yang baru.selama waktu ini, atmosfer ionik yang lama menarik ion yang bergerak ke arah yang berlawanan dan dengan demikian menghambat pergerakannya.dengan demikian efek ini disebut efek relaksasi. Penjelasan alternatifnya, dapat diasumsikan bahwa ketika ion pusat bergerak, bentuk simetris atmosfer ionik akan hilang; semakin banyak ion pada

6 atmosfer ionik ditinggalkan di belakang daripada yang ada di depan. Kelebihan ion pada atmosfer ionik yang ada di belakang ion yang bergerak akan menarik kembali ion dan menahan pergerakannya. Sehingga efek yang disebabkan tidak simetrisnya atmosfer ionik dari ion yang bergerak disebut efek asimetris. b. Efek Elektroforesis Ketika tegangan listrik diberikan, ion pusat bergerak ke satu arah dan atmosfer ion yang bermuatan berlawanan bergerak ke arah yang sebaliknya.saat atmosfer ionik ini bergerak, molekul-molekul pelarut yang terasosiasi dengannya juga bergerak.dengan demikian aliran atmosfer ionik dan molekul-molekul pelarut yang terikat padanya terjadi dengan arah yang berlawanan dengan pergerakan ion pusat. Dengan kata lain, ion pusat bergerak melawan arus. Dengan demikian pergerakan ion semakin terhambat.efek ini disebut Efek Elektroforesis. Di samping dua efek di atas, gaya penahan ketiga adalah tahanan geseran normal yang disebabkan oleh medium yang mana tergantung pada viskositas medium, konstanta dielektrik dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan tersebut, Debye dan Huckel (1923) menurunkan suatu pernyataan matematis untuk variasi konduktivitas ekivalen terhadap konsentrasi.persamaan ini lebih lanjut dikembangkan oleh Onsager ( ) dan sekarang dikenal sebagai Persamaan Debye-Huckel-Onsageratau secara sederhana disebut Persamaan Onsager. Untuk suatu elektrolit bervalensi satu, persamaan tersebut dinyatakan dalam bentuk : di mana : c = 82,4 8, / 2 0 c 2 ( DT ) 1/ η ( DT ) c = Konduktivitas ekivalen pada konsentrasi c (5) 0 = Konduktivitas ekivalen pada pengenceran tidak terbatas D = Konstanta dielektrik medium η = Viskositas medium T = Suhu larutan dalam derajat mutlak

7 c = Konsentrasi larutan dalam mol/liter Karena D dan η nilainya tetap untuk pelarut tertentu, maka pada suhu yang tetap, persamaan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk : c = ( Α + Β ) (6) 0 0 c di mana A dan B nilainya tetap untuk pelarut tertentu pada suhu tertentu (Madan, 2007). Pengukuran konduktivitas yang cukup teliti dilakukan oleh Kohlrausch di abad ke-19; beberapa datanya ditunjukkan dalam Gambar 2.1. Berdasarkan persamaan (4), kelihatannya bahwa Ʌ tida k akan tergantung pada konsentrasi larutan (κ berbanding lurus dengan konsentrasi, tetapi κ / c seharusnya menjadi tetap untuk zat tertentu). Namun demikian, hal ini tidak sesuai kenyataan. Sebagai pengganti, Kohlrausch menemukan hubungan berikut yang sesuai untuk larutan elektrolit kuat : Ʌ = Ʌ 0 B cc (7) di mana B adalah tetapan untuk elektrolit tertentu dan Ʌ 0 adalah konduktivitas ekivalen pada pengenceran tak hingga; yakni, Ʌ = Ʌ 0 ketika c 0. Dengan demikian Ʌ 0 dapat dengan cepat diperoleh dengan memplotkan Ʌ dengan cc dan ekstrapolasinya ke konsentrasi nol. Metode ini tidak sesuai untuk elektrolit lemah karena kecuraman kurva tersebut pada konsentrasi yang rendah (Chang, 1977). Tidak seperti konduktivitas jenis (κ), konduktivitas ekivalen Ʌ baik elektrolit kuat maupun lemah meningkat jika diencerkan.alasan untuk hal ini adalah bahwa penurunan konduktivitas jenis (κ) masih lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan nilai 1/C pada pengenceran, dan dengan Ʌ demikian meningkat.dari grafik yang dibuat antara Ʌ vs. CC pada Gambar 2.1., dapat

8 dilihat bahwa nilai Ʌ untuk elektrolit lemah dan kuat berperilaku berbeda ketika konsentrasi diturunkan. Pada pengenceran elektrolit kuat hingga konsentrasi 0,001 atau 0,0001 N, Ʌ dengan cepat mencapai suatu nilai mendekati nilai batas konduktivitas pada konsentrasi nol, Ʌ o. Di lain pihak, walaupun konduktivitas ekivalen elektrolit lemah meningkat dengan cepat pada pengenceran, pada konsentrasi yang disebutkan di atas masih sangat jauh dari nilai batasnya. Sebagai contoh, Ʌ pada 25 o C untuk larutan 0,001 N natrium klorida adalah 123,7 sedangkan Ʌ o adalah 126,5. Pada konsentrasi dan temperatur yang sama Ʌ untuk asam asetat hanya 49,2, sementara Ʌ o adalah 390,7. Karena perbedaan yang mendasar ini dalam hal sifat konduktivitas ekivalen elektrolit kuat dan lemah pada pengenceran, prosedur yang bermacam-macam harus digunakan untuk memperoleh nilai batas konduktivitas ekivalennya (Maron, 1978). Gambar 2.1.Variasi konduktivitas molar sebagai fungsi konsentrasi molar : (a)elektrolit kuat dan (b)elektrolit lemah (Sumber : Maron, 1978) Nilai Ʌ yang diperhitungkan ke konsentrasi nol disebut konduktivitas molar pada pengenceran yang tidak terbatas, Ʌ o. Perhitungan ini dibuat dengan mudah untuk elektrolit kuat tetapi tidak mungkin untuk membuatnya dengan akurat untuk elektrolit lemah karena kenaikan Ʌ yang curam pada pengenceran yang banyak, di mana pengukuran dari percobaan menjadi tidak pasti (Moore, 1983).

9 Variasi Konduktivitas terhadap Konsentrasi Elektrolit Lemah Elektrolit lemah memiliki konsentrasi ionik yang lemah dan dengan demikian gaya-gaya interionik dapat diabaikan.kecepatan ion-ion tidak terpengaruh dengan penurunan konsentrasi (atau peningkatan pengenceran).peningkatan dalam konduktivitas ekivalen seiring dengan peningkatan pengenceran disebabkan oleh peningkatan jumlah spesi pembawa arus. Dengan kata lain, derajat ionisasi (α) meningkat. Dengan demikian peningkatan konduktivitas ekivalen (Ʌ) dalam kasus elektrolit lemah disebabkan oleh peningkatan jumlah ion (Bahl, 2007). Konduktivitas molar elektrolit lemah turun jauh lebih cepat dengan kenaikan konsentrasi. Arrhenius mengusulkan bahwa derajat disosiasi suatu elektrolit dihubungkan dengan konduktivitas molar oleh persamaan : α = Ʌ Ʌo (8) Ostwald menggunakan hubungan ini dan menghubungkannya dengan hukum aksi massa untuk menjelaskan variasi konduktivitas molar elektrolit lemah dengan konsentrasi. Perhatikan disosiasi asam asetat : HAc H + + Ac - ; jika α adalah derajat disosiasinya, maka [H + ]= [Ac - ] = α c, dan [HAc] = (1- α) c. Konstanta kesetimbangannya adalah : K 2 α c = 1 α (9) Dengan menggunakan α = Ʌ, kita memperoleh : Ʌo K = 2 c ) 0 ( 0 (10) Sebagai hubungan di antara Ʌ dan c; Hukum Pengenceran Ostwald.

10 Untuk memperoleh nilai Ʌ o untuk suatu elektrolit lemah kita menggunakan Hukum Kohlrausch. Dengan menggunakan asam asetat sebagai contoh, kita peroleh pada pengenceran tidak terbatas : Ʌ o HAc = λ 0 H + + λ 0 Ac - Pada tiap sisi dari persamaan ini kita tambahkan Ʌ o garam dari asam kuat dan basa kuat, seperti NaCl, Ʌ o HAc + Ʌ o NaCl = λ 0 H + + λ 0 Cl - + λ 0 Na + + λ 0 Ac -, yang selanjutnya dapat ditulis dalam bentuk : Ʌ o HAc + Ʌ o NaCl = Ʌ o HCl + Ʌ o NaAc ; dengan demikian : Ʌ o HAc = Ʌ o HCl + Ʌ o NaAc - Ʌ o NaCl Konduktivitas molar pada sisi kanan semuanya dapat diperoleh dengan ektrapolasi pada grafik plot Ʌ dengan cc, karena semua zat-zat yang terlibat merupakan elektrolit kuat. Suatu metode alternatif untuk memperoleh K dan Ʌ o untuk suatu elektrolit lemah dengan menyusun ulang persamaan (10) sehingga diperoleh persamaan : 1 = 1 c + K (11) Jika 1/Ʌ diplotkan terhadap cʌ, diperoleh suatu garis lurus, yang nilai intersepnya sama dengan 1/ Ʌ o dan kemiringannya sebesar 1/ K 2 0. Metode ini hanya memerlukan data pada konduktivitas elektrolit lemah itu sendiri (Castellan, 1964). 2.4 Variasi Konduktivitas terhadap Suhu

11 Konduktivitas semua elektrolit meningkat seiring kenaikan suhu. Variasi Ʌ terhadap suhu dapat dinyatakan dengan persamaan o Ʌ o (t) = Ʌ o (25 o C) [1 + β(t 25)] (12) di mana Ʌ o (t) adalah batas konduktansi ekivalen pada suhu t o C, Ʌ o (25 o C) pada suhu 25 o C, dan β adalah suatu tetapan. Untuk garam-garam β biasanya adalah 0,022 hingga 0,025, untuk asam 0,016 hingga 0,019. Perilaku yang sama ditunjukkan oleh konduktivitas ekivalen elektrolit kuat pada konsentrasi tertentu. Namun, dengan elektrolit lemah, variasi Ʌ dengan temperatur tidak biasa, karena pada elektrolit lemah pemanasan tidak hanya meningkatkan kecepatan ion-ion dan perubahan gaya-gaya interionik, tetapi juga derajat disosiasinya (Maron, 1978). Persamaan di atas berlaku untuk konduktivitas tiap-tiap ion, dan untuk hampir semua ion, kecuali H + dan OH -, nilai β adalah 0,018 hingga 0,022; untuk ion hidrogen adalah 0,0142, dan untuk ion hidroksil adalah 0,016. Dengan ini, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi konduktivitas ionik semakin kecil koefisien suhu, sehingga perbedaan nilai untuk ion-ion yang berbeda menjadi semakin kecil ketika suhu dinaikkan. Kesimpulan yang dikemukakan tersebut secara khusus berlaku untuk pengenceran yang tidak terbatas, tetapi hanya berlaku untuk elektrolit kuat pada konsentrasi yang cukup besar. Namun untuk elektrolit lemah, memperlihatkan beberapa ketidaknormalan :konduktivitas elektrolit lemah terutama tergantung pada derajat disosiasi, dan karena nilainya biasanya berkurang jika suhu dinaikkan, maka kemungkinan konduktivitas, khususnya untuk larutan dengan konsentrasi tinggi, meningkat hingga suatu nilai maksimum dan kemudian berkurang ketika suhu dinaikkan (Glasstone, 1968). 2.5 Hukum Perpindahan Ion Bebas

12 Karena di dalam larutan elektrolit arus listrik dibawa oleh ion-ion, maka untuk konsentrasi ion-ion yang sama dengan valensi yang sama, larutan yang memiliki pergerakan ion yang lebih cepat akan menjadi konduktor yang lebih baik. Kenyataannya pada pengenceran yang tidak terbatas, ketika ion-ion terpisah terlalu jauh sehingga tidak ada pengaruh satu dengan yang lainnya, konduktivitas semata-mata akan tergantung pada kecepatan anion dan kation. Jika u dan v sentimeter per detik berturut-turut menyatakan kecepatan kation dan anion, di bawah suatu tegangan 1 volt per sentimeter, kemudian dalam larutan yang mengandung satu ekivalen elektrolit valensi satu pada pengenceran yang tidak terbatas uf coulomb muatan positif akan dibawa oleh kation dalam 1 detik, dan vf coulomb muatan negatif akan dibawa oleh anion dalam waktu yang sama. Dengan demikian arus total yang mengalir melalui larutan akan menjadi : II = 1 RR = Ʌ o= uuuu vv( FF) = (uu + vv)ff (13) coulomb per detik, atau ampere. Besaran u dan v kadang-kadang disebut mobilitas ion.karena kecepatan ion-ion merupakan sifat yang khas, maka untuk menghitung nilai konduktivitas ekivalen pada konsentrasi nol dari berbagai larutan elektrolit harus dijumlahkan.hubungan penjumlahan ini ditemukan oleh Kohlrausch, dan disebut hukum Kohlrausch atau hukum perpindahan bebas ion-ion. Diperoleh juga dari hukum ini bahwa perbedaan nilai Ʌ o untuk garam-garam dari kation atau anion yang sama harus sama. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 2.1, Tabel 2.1. Hukum Kohlrausch

13 Anion (X) Garam K Ʌ o = (uk + + vx - ) F Garam Na Ʌ o = (una + + vx - ) F (uk + - una + ) F F - 111,2 (18,8) Cl - 130,0 (31,5) 90,1 (18,8) 108,9 (31,5) 21,1 21,1 IO 3-98,5 (27,8) 77,4 (27,8) 21,1 NO 3-126,3 105,2 21,1 Sumber : Creighton, 1951 Pada tabel tersebut diberikan konduktansi ekivalen pada konsentrasi dengan pengenceran tak hingga dari sejumlah garam natrium dan kalium pada suhu 18 o C. Perbedaan di antara konduktivitas ekivalen garam natrium dan kalium dari anion yang sama diberikan pada kolom yang ke empat. Nilai yang dikurung menyatakan perbedaan di antara konduktivitas ekivalen garam natrium dan kalium untuk anion yang berurutan (Creighton, 1951). Pernyataan yang unik pada Hukum Kohlarausch ini adalah bahwa konduktivitas ion-ion merupakan sifat ion tersebut secara tunggal, dan tidak bergantung pada ion-pasangannya.hal ini tepat untuk pengenceran yang tidak terbatas, tetapi tidak terlalu tepat pada pengenceran yang terbatas.namun demikian, hukum ini seringkali digunakan untuk pengenceran yang terbatas sebagai suatu perkiraan (Noggle, 1983). 2.6 Konduktivitas Ion Hidrogen dan Ion Hidroksil Konduktivitas ion hidrogen dan ion hidroksil lebih besar daripada ion-ion lainnya. Sementara ion-ion lainnya bergerak seperti suatu bola yang terdorong melewati suatu medium yang kental, nilai konduktivitas ion molar yang sangat besar ditemukan untuk H + dan OH - telah dijelaskan berdasarkan suatu perpindahan

14 proton dari satu spesi ke spesi lainnya. Untuk konduksi oleh ion H +, suatu proton dipindahkan dari ion H 3 O + ke molekul air yang ada di dekatnya, yang mana kemudian air tersebut berubah menjadi ion H 3 O +. Prosesnya kemudian berulang, ion H 3 O + yang baru terbentuk memindahkan lagi proton ke molekul air berikutnya, dan demikian seterusnya. Proses perpindahan proton menghasilkan suatu perpindahan muatan positif yang lebih cepat dari satu wilayah larutan ke wilayah lainnya daripada yang akan mungkin jika ion-ion H 3 O + mendorong jalannya melalui larutan sebagaimana seharusnya ion-ion lainnya. Karena alasan ini juga konduktivitas ion H + dan OH - tidak berhubungan dengan viskositas larutan (Castellan, 1964). Suatu mekanisme yang diusulkan oleh T. van Grotthuss pada tahun 1805 menjelaskan konduksi ion H 3 O + dan OH -. Gambar 2.2 menunjukkan bagaimana serangkaian perpindahan proton di antara molekul-molekul air yang bersebelahan dapat memberikan pengaruh tentang bagaimana pergerakan ion H + dan OH - melalui larutan.mobilitas H + dan OH - yang tinggi dan fakta bahwa ion-ion tersebut merupakan hasil disosiasi pelarut kelihatannya saling berhubungan. Pada pelarut yang lain, di mana mekanisme tersebut tidak berlangsung, ion H + dan OH - akan memperlihatkan mobilitas yang sejalan dengan ion-ion lainnya (Barrow, 1979). (a) Gambar 2.2 (b) Pergerakan (a) ion H + dan (b) ion OH - oleh mekanisme Grotthuss. Muatan positif dan negatif yang berpindahpindah terbentuk sebagai akibat serangkaian perpindahan proton (Sumber : Barrow, 1979) BAB 3

Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan

Gambar Rangkaian Alat pengujian larutan LARUTAN ELEKTROLIT DAN BUKAN ELEKTROLIT Selain dari ikatannya, terdapat cara lain untuk mengelompokan senyawa yakni didasarkan pada daya hantar listrik. Jika suatu senyawa dilarutkan dalam air dapat menghantarkan

Lebih terperinci

KONDUKTOMETRI OLEH : AMANAH FIRDAUSA NOFITASARI KIMIA A

KONDUKTOMETRI OLEH : AMANAH FIRDAUSA NOFITASARI KIMIA A KONDUKTOMETRI OLEH : AMANAH FIRDAUSA NOFITASARI KIMIA A 2011 11030234016 Pengertia n Konduktometri Metode analisis yang memanfaatkan pengukuran daya hantar listrik, yang dihasilkan dari sepasang elektroda

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK Nama : Ririn Vidiastuti NIM : 06111010015 Shift : A Kelompok : 5 (Lima) FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA HANTAR LISTRIK A. Jumlah Ion yang Ada Daya hantar listrik larutan elektrolit dipengaruhi oleh banyaknya

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT BAB 6 LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT Standar Kompetensi Memahami sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi sifat larutan

Lebih terperinci

Pokok Bahasan. Teori tentang asam, basa dan garam Kesetimbangan asam-basa Skala ph Sörensen (Sörensen ph scale) Konstanta keasaman

Pokok Bahasan. Teori tentang asam, basa dan garam Kesetimbangan asam-basa Skala ph Sörensen (Sörensen ph scale) Konstanta keasaman Kesetimbangan Ionik Pokok Bahasan Teori tentang asam, basa dan garam Kesetimbangan asam-basa Skala ph Sörensen (Sörensen ph scale) Konstanta keasaman Teori tentang asam dan basa Arrhenius: Asam: zat yg

Lebih terperinci

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA 1. Larutan Elektrolit 2. Persamaan Ionik 3. Reaksi Asam Basa 4. Perlakuan Larutan

Lebih terperinci

ASAM -BASA, STOIKIOMETRI LARUTAN DAN TITRASI ASAM-BASA

ASAM -BASA, STOIKIOMETRI LARUTAN DAN TITRASI ASAM-BASA ASAM -BASA, STOIKIOMETRI LARUTAN DAN TITRASI ASAM-BASA Asam merupakan zat yang yang mengion dalam air menghasilkan ion H + dan basa merupakan zat yang mengion dalam air menghasilkan ion OH -. ASAM Asam

Lebih terperinci

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri

Lebih terperinci

KIMIA LARUTAN LARUTAN ELEKTROLIT ASAM DAN BASA

KIMIA LARUTAN LARUTAN ELEKTROLIT ASAM DAN BASA KIMIA LARUTAN Pada topik ini larutan yang dimaksud dibatasi pada larutan dengan pelarut air (aqueous solution). Air merupakan pelarut universal, tersedia melimpah, mudah untuk dimurnikan dan tidak beracun.

Lebih terperinci

LABORATORIUM ANALITIK INSTRUMEN

LABORATORIUM ANALITIK INSTRUMEN LABORATORIUM ANALITIK INSTRUMEN SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013 MODUL PEMBIMBING : Titrasi Konduktometri : Riniati S.Pd., M.Si. Tanggal Praktikum : 25 April 2013 Tanggal Penyerahan : 2 Mei Oleh :

Lebih terperinci

H + + OH - > H 2 O. Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida). Stoikiometri netralisasi

H + + OH - > H 2 O. Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida). Stoikiometri netralisasi Netralisasi a. Netralisasi Neutralisasi dapat didefinisikan sebagai reaksi antara proton (atau ion hidronium) dan ion hidroksida membentuk air. Dalam bab ini kita hanya mendiskusikan netralisasi di larutan

Lebih terperinci

Materi yang terdapat di alam jika ditinjau dari ukuran konduktivitasnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok:

Materi yang terdapat di alam jika ditinjau dari ukuran konduktivitasnya dapat dibagi menjadi tiga kelompok: BAB III KONDUKTOMETRI Bab ini akan membicarakan sifatsifat larutan yang keraitan dan kelistrikan yang tidak dipengaruhi oleh reaksi elektrodanya. Pembicaraan mengenai masalah tersebut pada bab ini, yaitu:

Lebih terperinci

BAB II ISI. Sumber gambar: (salirawati, 2008)

BAB II ISI. Sumber gambar: (salirawati, 2008) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya hantar listrik adalah parameter yang dipengaruhi oleh salinitas tinggi rendahnya berkaitan erat dengan nilai salinitas. Konduktivitas (Daya Hantar Listrik / DHL)

Lebih terperinci

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab 16. Asam dan Basa

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab 16. Asam dan Basa Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab 16 Asam dan Basa Asam Memiliki rasa masam; misalnya cuka mempunyai rasa dari asam asetat, dan lemon serta buah-buahan sitrun

Lebih terperinci

Konduktimeter dan Analisis Konduktometri

Konduktimeter dan Analisis Konduktometri Konduktimeter dan Analisis Konduktometri Pemicu : 1. Jelaskan bagian bagian yang dibutuhkan dari alat konduktometri secara umum! 2. Jelaskan pengertian dari analisis konduktometri, konduktivitas, konduktansi,

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1. Elektrolisis Elektrolisis adalah proses yang menggunakan energi listrik, agar reaksi kimia yang tidak berlansung secara remodinamika, dapat dibuat berlangsung. Sedangkan sel

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ZAT TERLARUT + PELARUT LARUTAN Komponen minor Komponen utama Sistem homogen PELARUTAN

Lebih terperinci

PRESENTASI POWERPOINT PENGAJAR OLEH PENERBIT ERLANGGA DIVISI PERGURUAN TINGGI. BAB 16. ASAM DAN BASA

PRESENTASI POWERPOINT PENGAJAR OLEH PENERBIT ERLANGGA DIVISI PERGURUAN TINGGI. BAB 16. ASAM DAN BASA PRESENTASI POWERPOINT PENGAJAR OLEH PENERBIT ERLANGGA DIVISI PERGURUAN TINGGI. BAB 16. ASAM DAN BASA Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab 16 Asam dan Basa Asam

Lebih terperinci

Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit

Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit larutan adalah campuran homogen (serba sama) dari dua macam zat atau lebih. Jumlah zat yang paling banyak dalam suatu larutan disebut pelarut (solvent), sedangkan

Lebih terperinci

Sulistyani, M.Si.

Sulistyani, M.Si. Sulistyani, M.Si. sulistyani@uny.ac.id Reaksi oksidasi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur, molekul) melepaskan elektron. Cu Cu 2+ + 2e Reaksi reduksi: perubahan kimia suatu spesies (atom, unsur,

Lebih terperinci

Larutan Nonelektrolit dan Elektrolit Lemah yang Sendiri

Larutan Nonelektrolit dan Elektrolit Lemah yang Sendiri Kekuatan Ion Larutan Nonelektrolit dan Elektrolit Lemah yang Sendiri Pd larutan encer nonelektrolit, aktivitas dan konsentrasi dianggap praktis sama krn gaya elektrostatik tidak menyebabkan penyimpangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 12. Hubungan Tegangan Membran terhadap Variasi Suhu pada Konsentrasi 100 mm Larutan NaCl, MgCl 2 dan AlCl 3

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 12. Hubungan Tegangan Membran terhadap Variasi Suhu pada Konsentrasi 100 mm Larutan NaCl, MgCl 2 dan AlCl 3 9 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Perlakuan Pasif untuk Tegangan Membran 1.1 Tinjauan Perlakuan Variasi Konsentrasi Gambar 11 memperlihatkan grafik tegangan membran telur terhadap variasi konsentrasi larutan

Lebih terperinci

Skala ph dan Penggunaan Indikator

Skala ph dan Penggunaan Indikator Skala ph dan Penggunaan Indikator NAMA : ENDRI BAMBANG SUPRAJA MANURUNG NIM : 4113111011 KELAS PRODI : DIK A : PENDIDIKAN JURUSAN : MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Tetapan Ionisasi Asam 03 Desember 2014 Wiji Dwi Utami Abstrak

Tetapan Ionisasi Asam 03 Desember 2014 Wiji Dwi Utami Abstrak Tetapan Ionisasi Asam 03 Desember 2014 Wiji Dwi Utami 1113016200014 Abstrak Telah dilakukan percobaan mengenai tetapan ionisasi asam yang bertujuan untuk menentukan derajat ionisasi dan harga tetapan kesetimbangan

Lebih terperinci

Bab II Studi Pustaka

Bab II Studi Pustaka Bab II Studi Pustaka II.1 Kelarutan Larutan adalah campuran yang bersifat homogen. Larutan yang menggunakan air sebagai pelarut dinamakan larutan dalam air. Larutan yang mengandung zat terlarut dalam jumlah

Lebih terperinci

C. Tujuan Percobaan : Menentukan titik akhir titrasi asam-basa secara konduktometri D. Kajian Pustaka 1. Konduktometri

C. Tujuan Percobaan : Menentukan titik akhir titrasi asam-basa secara konduktometri D. Kajian Pustaka 1. Konduktometri A. Judul Percobaan : Titrasi Konduktometri B. Waktu Percobaan Sebelum : 10 April 2014, pkl 07.00 wib Sesudah : 10 April 2014, pkl 10.00 wib C. Tujuan Percobaan : Menentukan titik akhir titrasi asam-basa

Lebih terperinci

ANALISIS KONSEP KESETIMBANGAN DALAM LARUTAN. Contoh Analisis Konsep untuk Materi Kesetimbangan dalam Larutan- By : Dr. Ida Farida, M.Pd.

ANALISIS KONSEP KESETIMBANGAN DALAM LARUTAN. Contoh Analisis Konsep untuk Materi Kesetimbangan dalam Larutan- By : Dr. Ida Farida, M.Pd. No Label konsep ANALISIS KONSEP KESETIMBANGAN DALAM LARUTAN Atribut Hirarki konsep Definisi konsep Superordinat Kritis Varibel Subordinat Koordinat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Tetapan kesetimbangan (K) 2 Dinamis

Lebih terperinci

TUGAS PAPER KIMIA DASAR KESETIMBANGAN ION

TUGAS PAPER KIMIA DASAR KESETIMBANGAN ION TUGAS PAPER KIMIA DASAR KESETIMBANGAN ION OLEH : Ni Kadek Pridayanti (P07134014001) Putu Rina Widhiasih (P07134014002) Putu Nikita Febriyanti (P07134014003) KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 11 BAB VIII LARUTAN ASAM DAN BASA Asam dan basa sudah dikenal sejak dahulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti

Lebih terperinci

Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit

Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit LARUTAN ELEKTROLIT DAN LARUTAN NON ELEKTROLIT LARUTAN ELEKTROLIT 1. Pengertian Larutan Elektrolit Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan

Lebih terperinci

Elektrokimia. Sel Volta

Elektrokimia. Sel Volta TI222 Kimia lanjut 09 / 01 47 Sel Volta Elektrokimia Sel Volta adalah sel elektrokimia yang menghasilkan arus listrik sebagai akibat terjadinya reaksi pada kedua elektroda secara spontan Misalnya : sebatang

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI PETA KONSEP KIMIA

RINGKASAN MATERI PETA KONSEP KIMIA RINGKASAN MATERI PETA KONSEP KIMIA Peta Konsep berikut : Dari Peta konsep yang terlukiskan diatas maka akan dibuat ringkasan materi sebagai LARUTAN adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling

Lebih terperinci

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab17 Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan Larutan buffer adalah larutan yg terdiri dari: 1. asam lemah/basa

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Chapter 9 P N2 O 4. Kesetimbangan akan. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi

Kesetimbangan Kimia. Chapter 9 P N2 O 4. Kesetimbangan akan. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 11. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH )

LEMBARAN SOAL 11. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH ) LEMBARAN SOAL 11 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan. Periksa dan bacalah soal dengan

Lebih terperinci

LABORATORIUM KIMIA DAN BIOKIMIA PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LABORATORIUM KIMIA DAN BIOKIMIA PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG MAKALAH DAYA HANTAR Disusun oleh : Nama : Rindi Romadhoni NIM : 125100900111004 Fakultas/Jurusan : FTP / TEP Kelompok : O-1 LABORATORIUM KIMIA DAN BIOKIMIA PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep LAMPIRAN 7 HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN Keterangan kriteria kebenaran konsep Benar (B) Salah (S) Indikator Pembelajaran : Jika penjelasan konsep subjek penelitian sesuai dengan

Lebih terperinci

KIMIa ASAM-BASA II. K e l a s. A. Kesetimbangan Air. Kurikulum 2006/2013

KIMIa ASAM-BASA II. K e l a s. A. Kesetimbangan Air. Kurikulum 2006/2013 Kurikulum 2006/2013 KIMIa K e l a s XI ASAM-BASA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kesetimbangan air. 2. Memahami pengaruh asam

Lebih terperinci

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution)

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution) Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi modif oleh Dr I Kartini Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution) Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5 ml 2. Konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat

Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat ZAT PADAT Yang akan dibahas: 1. Kristal dan Ikatan pada zat Padat 2. Teori Pita Zat Padat ZAT PADAT Sifat sifat zat padat bergantung pada: Jenis atom penyusunnya Struktur materialnya Berdasarkan struktur

Lebih terperinci

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 10 SMA IPA Kelas 10 Perbedaan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih, larutan tersusun dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Berdasarkan keelektrolitannya,

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis 1 Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis Capaian Pembelajaran Menguasai teori aplikasi materipelajaran yang diampu secara mendalam pada sel elektrolisis Subcapaian pembelajaran: 1. Mengamati reaksi yang

Lebih terperinci

Reaksi dalam larutan berair

Reaksi dalam larutan berair Reaksi dalam larutan berair Drs. Iqmal Tahir, M.Si. iqmal@gadjahmada.edu Larutan - Suatu campuran homogen dua atau lebih senyawa. Pelarut (solven) - komponen dalam larutan yang membuat penuh larutan (ditandai

Lebih terperinci

Pengendapan. Sophi Damayanti

Pengendapan. Sophi Damayanti Titrasi Pengendapan 1 Sophi Damayanti 1. Proses Pelarutan Senyawa ionik dan ionik Dalam keadaan padat: kristal Struktur kristal: Gaya tarik menarik, gaya elektrostatik, ikatan hidrogen dan antaraksi dipol-dipol

Lebih terperinci

FENOMENA LISTRIK PADA PERMUKAAN. 1. Lapis rangkap listrik 2. Potensial Zeta 3. Jenis potensial

FENOMENA LISTRIK PADA PERMUKAAN. 1. Lapis rangkap listrik 2. Potensial Zeta 3. Jenis potensial FENOMENA LISTRIK PADA PERMUKAAN 1. Lapis rangkap listrik. Potensial Zeta 3. Jenis potensial LAPIS RANGKAP LISTRIK Suatu permukaan dengan kerapatan muatan homogen (mis. bermuatan positif) kontak dengan

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PENENTUAN DAYA HANTAR SUATU SENYAWA

PERCOBAAN VII PENENTUAN DAYA HANTAR SUATU SENYAWA PERCOBAAN VII PENENTUAN DAYA HANTAR SUATU SENYAWA I. Tujuan Percobaan Menentukan jumlah muatan pada larutan sampel II. Alat dan Bahan Alat yang digunakan 1. Conductivity meter 1 buah 2. Gelas beker 100

Lebih terperinci

2/14/2012 LOGO Asam Basa Apa yang terjadi? Koma Tulang keropos Sesak napas dll

2/14/2012 LOGO Asam Basa Apa yang terjadi? Koma Tulang keropos Sesak napas dll LOGO Bab 08 Asam Basa Apa yang terjadi? - Koma - Tulang keropos - Sesak napas - dll 1 Ikhtisar Teori Asam Basa Sifat Asam-Basa dari Air ph-suatu ukuran keasaman Kesetimbangan Asam-Basa Lemah dan Garam

Lebih terperinci

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI A. STANDAR KOMPETENSI Mendiskripsikan hukumhukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia. B. Kompetensi Dasar : Menuliskan nama senyawa anorganik

Lebih terperinci

Ikatan Kimia dan Struktur Molekul. Sulistyani, M.Si.

Ikatan Kimia dan Struktur Molekul. Sulistyani, M.Si. Ikatan Kimia dan Struktur Molekul Sulistyani, M.Si. Email: sulistyani@uny.ac.id Pendahuluan Adalah ikatan yang terjadi antar atom atau antar molekul dengan cara sebagai berikut : - atom yang 1 melepaskan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR MAKALAH DAYA HANTAR. Disusun Oleh : : Teknologi Pertanian / Teknologi Industri Pertanian

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR MAKALAH DAYA HANTAR. Disusun Oleh : : Teknologi Pertanian / Teknologi Industri Pertanian LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR MAKALAH DAYA HANTAR Disusun Oleh : Nama : Marisa Amalia NIM : 125100301111076 Fak / Jurusan Kelompok : Teknologi Pertanian / Teknologi Industri Pertanian : P3 Tanggal Praktikum

Lebih terperinci

1. Dari pengujian larutan dengan kertas lakmus diperoleh data berikut:

1. Dari pengujian larutan dengan kertas lakmus diperoleh data berikut: SOAL-SOAL BAB 5 LARUTAN ASAM BASA/ Kimia Erlangga 2B 1. Dari pengujian larutan dengan kertas lakmus diperoleh data berikut: No Larutan yang diuji Warna lakmus Merah Biru 1 X Merah Biru 2 Y Merah Merah

Lebih terperinci

BAB 7. ASAM DAN BASA

BAB 7. ASAM DAN BASA BAB 7. ASAM DAN BASA 7. 1 TEORI ASAM BASA 7. 2 TETAPAN KESETIMBANGAN PENGIONAN ASAM DAN BASA 7. 3 KONSENTRASI ION H + DAN ph 7. 4 INDIKATOR ASAM-BASA (INDIKATOR ph) 7. 5 CAMPURAN PENAHAN 7. 6 APLIKASI

Lebih terperinci

LAPORAN V KELARUTAN DAN KOEFISIEN AKTIVITAS ELEKTROLIT KUAT

LAPORAN V KELARUTAN DAN KOEFISIEN AKTIVITAS ELEKTROLIT KUAT LAPORAN V KELARUTAN DAN KOEFISIEN AKTIVITAS ELEKTROLIT KUAT I. TUJUAN 1. Mengukur kelarutan barium iodat dalam larutan KCl dengan berbagai kekuatan ion 2. Menghitung kelarutan barium iodat pada I = 0 dengan

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Gambar 1.1 Proses kenaikan titik didih Sumber: Jendela Iptek Materi Pada pelajaran bab pertama ini, akan dipelajari tentang penurunan tekanan uap larutan ( P), kenaikan titik

Lebih terperinci

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr SOAL LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml A. 5 ml B. 10 ml C. 2.5 ml D. 15 ml E. 5.5 ml : A Mencari volume yang dibutuhkan pada proses

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI Konsep mol

STOIKIOMETRI Konsep mol STOIKIOMETRI Konsep mol Dalam hukum-hukum dasar materi ditegaskan bahwa senyawa terbentuk dari unsur bukan dengan perbandingan sembarang tetapi dalam jumlah yang spesifik, demikian juga reaksi kimia antara

Lebih terperinci

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph)

PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) PERCOBAAN POTENSIOMETRI (PENGUKURAN ph) I. Tujuan. Membuat kurva hubungan ph - volume pentiter 2. Menentukan titik akhir titrasi 3. Menghitung kadar zat II. Prinsip Prinsip potensiometri didasarkan pada

Lebih terperinci

Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu.

Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Chapter 9 Kesetimbangan Kimia Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya

Lebih terperinci

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan. Konsentrasi Larutan Ditulis oleh Redaksi chem-is-try.org pada 02-05-2009 Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut. Menyatakan konsentrasi larutan

Lebih terperinci

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn 1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A D. Cu E. Zn 2. Nomor atom belerang adalah 16. Dalam anion sulfida, S 2-, konfigurasi elektronnya adalah...

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 Soal 1 ( 13 poin ) KOEFISIEN REAKSI DAN LARUTAN ELEKTROLIT Koefisien reaksi merupakan langkah penting untuk mengamati proses berlangsungnya reaksi. Lengkapi koefisien reaksi-reaksi

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

Elektrokimia. Tim Kimia FTP Elektrokimia Tim Kimia FTP KONSEP ELEKTROKIMIA Dalam arti yang sempit elektrokimia adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam sel elektrokimia. Sel jenis ini merupakan

Lebih terperinci

Laporan Kimia Fisik KI-3141

Laporan Kimia Fisik KI-3141 Laporan Kimia Fisik KI-3141 PERCOBAAN M-2 PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 2 Tanggal Percobaan : 2 November 2012 Tanggal Laporan : 9 November

Lebih terperinci

Kelarutan & Gejala Distribusi

Kelarutan & Gejala Distribusi PRINSIP UMUM Kelarutan & Gejala Distribusi Oleh : Lusia Oktora RKS, S.F.,M.Sc., Apt Larutan jenuh : suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Kelarutan

Lebih terperinci

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN A. Pengertian Kelarutan Kemampuan garam-garam larut dalam air tidaklah sama, ada garam yang mudah larut dalam air seperti natrium klorida (NaCl) dan ada pula garam sukar

Lebih terperinci

GALAT TITRASI. Ilma Nugrahani

GALAT TITRASI. Ilma Nugrahani GALAT TITRASI Ilma Nugrahani Galat Titrasi Adalah galat yang terjadi karena indikator berubah warna sebelum atau sesudah titik setara ditunjukkan dari kurva titrasi titik akhir titik ekivalen. Dapat disebabkan

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H2SO4 0.05 M dibutuhkan larutan H2SO4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi reaksi kimia reversible dan irreversible..

Lebih terperinci

Bab V Ikatan Kimia. B. Struktur Lewis Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit terluarnya. Gambaran terjadinya

Bab V Ikatan Kimia. B. Struktur Lewis Antar unsur saling berinteraksi dengan menerima dan melepaskan elektron di kulit terluarnya. Gambaran terjadinya Bab V Ikatan Kimia Sebagian besar unsur yang ada di alam mempunyai kecenderungan untuk berinteraksi (berikatan) dengan unsur lain. Hal itu dilakukan karena unsur tersebut ingin mencapai kestabilan. Cara

Lebih terperinci

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif TUGAS 1 ELEKTROKIMIA Di kelas X, anda telah mempelajari bilangan oksidasi dan reaksi redoks. Reaksi redoks adalah reaksi reduksi dan oksidasi. Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan teknologi membran saat ini telah meluas pada berbagai kalangan, baik kalangan akademis maupun industri. Salah satu aplikasi teknologi membran adalah teknologi pemisahan

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI LARUTAN. Andian Ari Anggraeni, M.Sc

STOIKIOMETRI LARUTAN. Andian Ari Anggraeni, M.Sc STOIKIOMETRI LARUTAN Andian Ari Anggraeni, M.Sc A.1. MASSA ATOM RELATIF (A r ) DAN MASSA MOLEKUL RELATIF (M r ) Dari percobaan diketahui bahwa perbandingan massa hidrogen dan oksigen dalam air adalah 1

Lebih terperinci

Partikel Materi. Partikel Materi

Partikel Materi. Partikel Materi Bab 4 Partikel Materi Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: menjelaskan konsep atom, ion, dan molekul; menghubungkan konsep atom, ion, dan molekul dengan produk kimia

Lebih terperinci

Hukum Ohm. Fisika Dasar 2 Materi 4

Hukum Ohm. Fisika Dasar 2 Materi 4 Hukum Ohm Fisika Dasar 2 Materi 4 Arus Listrik Pada listrik statis, kita selalu membahas muatan yang diam. Pada listrik dinamik muatan dipandang bergerak pada suatu bahan yang disebut konduktor Muatan-muatan

Lebih terperinci

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dan asam konjugasinya. Larutan penyangga disebut juga larutan penahan atau larutan dapar atau buffer.

Lebih terperinci

MATERI KIMIA KELAS XI SEMESTER 2 Tinggalkan Balasan

MATERI KIMIA KELAS XI SEMESTER 2 Tinggalkan Balasan MATERI KIMIA KELAS XI SEMESTER 2 Tinggalkan Balasan A. Pengertian Asam Basa Asam dan basa sudah dikenal sejak zaman dulu. Istilah asam (acid) berasal dari bahasa Latin acetum yang berarti cuka. Istilah

Lebih terperinci

BAB VI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

BAB VI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT BAB VI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT STANDAR KOMPETENSI 3 : Mendeskripsikan sifat-sifat larutan, metode pengukuran dan terapannya. KOMPETENSI DASAR 3.1 : Menyelidiki daya hantar listrik berbagai

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Diskusi

Bab IV Hasil dan Diskusi Bab IV Hasil dan Diskusi IV.1 Hasil Eksperimen Eksperimen dikerjakan di laboratorium penelitian Kimia Analitik. Suhu ruang saat bekerja berkisar 24-25 C. Data yang diperoleh mencakup data hasil kalibrasi

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan 32 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Data Eksperimen dan Perhitungan Eksperimen dilakukan di laboratorium penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia, ITB. Eksperimen dilakukan dalam rentang waktu antara

Lebih terperinci

Sifat-sifat Fisis Larutan

Sifat-sifat Fisis Larutan Chapter 7a Sifat-sifat Fisis Larutan Larutan adalah campuran homogen dari dua atau lebih zat Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut Zat yang jumlahnya lebih banyak disebut zat pelarut. 13.1

Lebih terperinci

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA

BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA BENDA WUJUD, SIFAT DAN KEGUNAANNYA Benda = Materi = bahan Wujud benda : 1) Padat 2) Cair 3) Gas Benda Padat 1. Mekanis kuat (tegar), sukar berubah bentuk, keras 2. Titik leleh tinggi 3. Sebagian konduktor

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA 1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan kadar natrium karbonat dan natrium hidrogen karbonat dengan titrasi

Lebih terperinci

BAB I Muatan Listrik dan Hukum Coulomb

BAB I Muatan Listrik dan Hukum Coulomb BAB I Muatan Listrik dan Hukum Coulomb Materi Fisika Terapan Listrik statis Medan listrik potensial listrik Arus listrik Rangkaian Listrik Medan Magnet Gaya gerak Listrik Induksi Induktansi Arus Bolak

Lebih terperinci

MATERI IKATAN KIMIA. 1.Kondisi Stabil Atom Unsur

MATERI IKATAN KIMIA. 1.Kondisi Stabil Atom Unsur MATERI IKATAN KIMIA Unsur-unsur di alam pada umumnya tidak ada yang berada dalam keadaan tunggal, kecuali atom yang terdapat pada golongan VIII A (unsur gas mulia). Unsur di alam cenderung bergabung dengan

Lebih terperinci

Listrik Dinamis 1 ARUS LISTRIK. dq dt

Listrik Dinamis 1 ARUS LISTRIK. dq dt Listrik Dinamis 1 AUS LISTIK Dalam konduktor logam terdapat elektron-elektron yang bebas dan mudah untuk bergerak sedangkan pada konduktor elektrolit, muatan bebasnya berupa ion-ion positif dan negatif

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Pembuatan Larutan Buffer Semua zat yang digunakan untuk membuat larutan buffer dapat larut dengan sempurna. Larutan yang diperoleh jernih, homogen, dan tidak berbau. Data

Lebih terperinci

Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa.

Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa. Larutan Dapar Dapar adalah senyawa-senyawa atau campuran senyawa yang dapat meniadakan perubahan ph terhadap penambahan sedikit asam atau basa. Peniadaan perubahan ph tersebut dikenal sebagai aksi dapar.

Lebih terperinci

ARUS LISTRIK. Tiga hal tentang arus listrik. Potensial tinggi

ARUS LISTRIK. Tiga hal tentang arus listrik. Potensial tinggi Arus dan Hambatan Arus Listrik Bila ada beda potensial antara dua buah benda (plat bermuatan) kemudian kedua benda dihubungkan dengan suatu bahan penghantar, maka akan terjadi aliran muatan dari plat dengan

Lebih terperinci

MIKROELEKTRONIKA. Gejala Transport dalam Semikonduktor. D3 Teknik Komputer Universitas Gunadarma

MIKROELEKTRONIKA. Gejala Transport dalam Semikonduktor. D3 Teknik Komputer Universitas Gunadarma MIKROELEKTRONIKA Gejala Transport dalam Semikonduktor D3 Teknik Komputer Universitas Gunadarma MOBILITAS & KONDUKTIVITAS Gambaran gas elektron dari logam Bagian yang gelap menyatakan bagian yang mempunyai

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 6 BAB II RUMUS KIMIA DAN TATANAMA A. Rumus Kimia Rumus kimia merupakan kumpulan lambang atom dengan komposisi tertentu. Rumus kimia terdiri dari

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

Pemicu III : Larutan

Pemicu III : Larutan Pemicu III : Larutan Rizki Romadhon Akbar ( 0906635734) Rizqi Pandu S (0906557045) Ryan Januar Rusli (0906635753) Samhani Mahendra W. (0906635766) Zulfikar N. (0806456902) i MIND MAP ii Daftar Isi Kata

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pemilihan Elektrolit Pada penelitian ini digunakan empat jenis elektrolit yang berbeda, yaitu KCl, KNO 3, NaCl dan KF. Pemilihan keempat elektrolit tersebut ini didasarkan

Lebih terperinci

TITRASI POTENSIOMETRI

TITRASI POTENSIOMETRI TITRASI PTENSIMETRI TITRASI PTENSIMETRI I. TUJUAN PERCBAAN Menentukan titik ekivalen secara potensiometri. II. DASAR TERI Suatu eksperimen dapat diukur dengan menggunakan dua metode yaitu, pertama (potensiometri

Lebih terperinci

MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP

MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP PENDAHULUAN Kalian pasti mendengar penyedap makanan. Penyedap makanan yang sering digunakan adalah vitsin. Penyedap ini mengandung monosodium glutamat

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN 1. Suatu reaksi dikatakan mencapai kesetimbangan apabila. A. laju reaksi ke kiri sama dengan ke kanan B. jumlah koefisien reaksi ruas kiri sama dengan ruas kanan

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON- ELEKTROLIT

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON- ELEKTROLIT 5 LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON- ELEKTROLIT A. LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT B. ELEKTROLIT DAPAT BERUPA SENYAWA ION ATAU SENYAWA KOVALEN Ketika Anda terluka, luka tersebut dapat dibersihkan disterilkan

Lebih terperinci