BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang meliputi mengajar siswa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang meliputi mengajar siswa"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Pembelajaran Pengajaran yang baik adalah pengajaran yang meliputi mengajar siswa tentang bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berfikir dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri. Pembelajaran strategi lebih menekankan pada kognitif, sehingga pembelajaran ini dapat disebut dengan strategi kognitif. Strategi pembelajaran adalah perencanaan yang berisi kegiatan guru dan anak didik dalam proses belajar mengajar yang didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Sanjaya, 2009). Strategi pembelajaran dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: a. Strategi Mengulang (Rehearsal) Strategi mengulang terdiri dari strategi mengulang sederhana (rote rehearsal) dengan cara mengulang-ulang dan strategi mengulang kompleks dengan cara menggaris bawahi ide-ide utama (under lining) dan membuat catatan pinggir (marginal note). b. Strategi Elaborasi Elaborasi adalah proses penambahan rincian sehingga informasi baru akan menjadi lebih bermakna, oleh karena itu membuat pengkodean lebih mudah dan lebih memberi kepastian (Nur, 2000). Strategi ini dapat dibedakan menjadi: 1). Notetaking (pembuatan catatan); pembuatan catatan membantu 7

2 8 siswa dalam mempelajari informasi secara ringkas dan padat untuk menghafal atau pengulangan. Metode ini digunakan pada bahan ajar kompleks, bahan ajar konseptual dimana tugas yang penting adalah mengidentifikasi ide-ide utama. Membuat catatan memerlukan proses mental maka lebih efektif daripada hanya sekedar menyalin apa yang dibaca; 2) Analogi yaitu perbandingan-perbandingan yang dibuat untuk menunjukkan kesamaan antara ciri-ciri pokok sesuatu benda atau ide-ide, selain itu seluruh cirinya berbeda, seperti sistem kerja otak dengan komputer; dan 3) Metode PQ4R adalah preview, question, read, reflect, recite dan review. Prosedur PQ4R memusatkan siswa pada pengorganisasian informasi bermakna dan melibatkan siswa pada strategi-strategi yang efektif. c. Strategi Organisasi Strategi Organisasi bertujuan membantu siswa meningkatkan kebermaknaan materi baru, terutama dilakukan dengan mengenakan struktur-struktur pengorganisasian baru pada materi-materi tersebut. Strategi organisasi mengidentifikasi ide-ide atau fakta-fakta kunci dari sekumpulan informasi yang lebih besar. Strategi ini meliputi: 1). Pembuatan Kerangka (Outlining); dalam pembuatan kerangka garis besar, siswa belajar menghubungkan berbagai macam topik atau ide dengan beberapa ide utama, 2). Pemetaan (mapping) biasa disebut pemetaan konsep di dalam pembuatannya dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atas suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain, 3) Mnemonics; berhubungan dengan teknik-teknik atau strategi-strategi

3 9 untuk membantu ingatan dengan membantu membentuk assosiasi yang secara alamiah tidak ada. Suatu mnemonics membantu untuk mengorganisasikan informasi yang mencapai memori kerja dalam pola yang dikenal sedemikian rupa sehingga informasi tersebut lebih mudah dicocokkan dengan pola skema di memori jangka panjang. Contoh mnemonics yaitu: a) Chunking (pemotongan), b) Akronim (singkatan), c) Kata berkait (Link-work): suatu mnemonics untuk belajar kosa kata bahasa asing. d. Strategi Metakognitif Metakognitif adalah pengetahuan seseorang tentang pembelajaran diri sendiri atau berfikir tentang kemampuannya untuk menggunakan strategistrategi belajar tertentu dengan benar (Arends, 1997). Metakognitif mempunyai dua komponen yaitu: 1) pengetahuan tentang kognitif yang terdiri dari informasi dan pemahaman yang dimiliki seorang pebelajar tentang proses berfikirnya sendiri dan pengetahuan tentang berbagai strategi belajar untuk digunakan dalam suatu situasi pembelajaran tertentu, 2) mekanisme pengendalian diri seperti pengendalian dan monitoring kognitif. 2.2 Teori Belajar Bermakna Menurut Ausubel dalam Dahar (1988) belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau

4 10 materi disajikan pada siswa, melalui penemuan atau penerimaan. Belajar penerimaan menyajikan materi dalam bentuk final, dan belajar penemuan mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang diajarkan. Dimensi kedua berkaitan dengan bagaimana cara siswa dapat mengaitkan informasi atau materi pelajaran pada struktur kognitif yang telah dimilikinya, ini berarti belajar bermakna. Akan tetapi jika siswa hanya mencobacoba menghapal informasi baru tanpa menghubungkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, maka dalam hal ini terjadi belajar hafalan. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi baru masuk ke dalam struktur kognitif itu; demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif itu stabil, dan diatur dengan baik, maka arti-arti yang sahih dan jelas atau tidak meragukan akan timbul dan cenderung bertahan. Tetapi sebaliknya jika struktur kognitif itu tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur, maka struktur kognitif itu cenderung menghambat belajar. Belajar bermakna (meaningfull learning) merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam

5 11 struktur kognitif siswa. Proses belajar tidak sekadar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan kegiatan menghubungkan konsepkonsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh, sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan pengetahuan baru yang akan diajarkan. Ausubel dalam Dahar (1988) mengemukakan bahwa belajar dikatakan bermakna (meaningful) jika informasi yang akan dipelajari peserta didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga peserta didik dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Ausubel dalam Dahar (1988) juga menyatakan bahwa agar belajar bermakna terjadi dengan baik dibutuhkan beberapa syarat yaitu: (1). Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial, (2). Anak yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan belajar bermakna sehingga mempunyai kesiapan dan niat untuk belajar bermakna. Dikatakan lebih lanjut oleh Ausubel dalam Dahar (1989) ada tiga kebaikan dari belajar bermakna yaitu: (a) Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat, (b) Informasi yang dipelajari secara bermakna memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip, (c) Informasi yang dipelajari secara bermakna mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun telah terjadi lupa.

6 12 Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Ausubel beranggapan bahwa aktivitas belajar siswa akan bermanfaat kalau mereka banyak dilibatkan dalam kegiatan langsung, menjadi lebih efektif kalau guru menggunakan penjelasan, peta konsep, demonstrasi, diagram, dan ilustrasi. Inti dari teori belajar bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif siswa. 2.3 Teori Konstruktivisme Konstruksi berarti membangun, dalam konteks filsafat pendidikan, Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Sedangkan menurut Tran Vui Konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas anggapan bahwa dengan memfreksikan pengalaman-pengalaman sendiri. Sedangkan Teori Konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar untuk mencari kebutuhannya dan keinginannya dengan bantuan fasilitasi orang lain. Dapat ditarik ditarik kesimpulan bahwa teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri pengetahuan atau hal lain

7 13 yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut: 1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri. 2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya. 3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap. 4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. 5. Teori ini lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu. Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar yaitu: a. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri. b. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar. c. Siswa aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah dalam berpikir. d. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar. e. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa. f. Struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan. g. Mencari dan menilai pendapat siswa. h. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

8 14 Dari sekian uraian prinsip-prinsip Konstruktivisme dapat disimpulkan guru tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa melainkan siswa harus membangun pengetahuannya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar menyadari serta menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Kelebihan Teori Konstruktivisme yaitu: 1. Berfikir, dalam proses membina pengetahuan baru, siswa berfikir untuk menyelesaikan masalah, menemukan ide, dan membuat keputusan. 2. Faham, siswa terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi. 3. Ingat, karena siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. Melalui pendekatan ini siswa memperoleh sendiri pemahaman mereka, sehingga lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam situasi baru. 4. Kemahiran sosial, diperoleh apabila berinteraksi dengan rekan dan guru dalam proses belajar mengajar. 5. Aktif, karena siswa terlibat secara terus, mereka faham, ingat, yakin dan berinteraksi dengan baik, maka mereka akan aktif belajar dalam memperoleh pengetahuan baru.

9 15 Proses belajar dari pandangan Teori kontruktivisme dibahas dari aspekaspek proses belajar, siswa, peranan guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar. 1. Proses belajar kontruktivistik dipandang dari pendekatan kognitif merupakan proses belajar secara konseptual bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah (dari guru ke siswa) melainkan siswa belajar berdasarkan pengalamannya melalui proses berpikir yang dibantu guru untuk memperoleh pengetahuan. 2. Peranan siswa, dimana siswa harus aktif melakukan kegiatan berfikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang harus dapat menata lingkungan yang memberi peluang optimal bagi berlangsungnya proses belajar. Namun yang akhirnya menentukan adalah niat belajar siswa itu sendiri. 3. Peranan guru, dalam hal ini guru berperan membantu memfasilitasi agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. 4. Sarana belajar, berperan seperti bahan ajar, media pembelajaran, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu berlangsungnya proses pembelajaran. 5. Evaluasi, memberikan informasi kepada guru sejauh mana keberhasilan proses belajar dilakukan oleh siswa sehingga pemahaman siswa dapat terukur.

10 Pendekatan Induktif Pendekatan induktif adalah pendekatan yang melibatkan aktifitas mengumpulkan dan menafsirkan maklumat-maklumat kemudian membuat generalisasi dan kesimpulannya. Maksudnya menggunakan pendekatan yang mengemukakan contoh yang khusus kepada siswa kemudian siswa akan berpikir dan akan membuat generalisasi atau kesimpulan umum yang berkaitan dengan contoh tersebut. Pendekatan induktif dimana guru memberikan contoh dan menguji siswa tentang pemahaman mereka, kemudian guru mencoba membuat hal yang sama dengan contoh hanya berbeda dalam situasi yang lain. Di dalam pengajaran induktif ini guru mengemukakan beberapa contoh yang khusus untuk membimbing siswa memperhatikan, mengkaji, dan mengenal dengan pasti prinsip atau fakta penting yang terkandung dalam setiap contoh. Dengan cara ini siswa mudah mengingat dan paham dengan isi pengajaran guru karena siswa membuat kesimpulan umum sendiri. Pendekatan induktif mempunyai 5 jenis yang digunakan oleh para guru selama proses pembelajaran dilakukan, yaitu: 1. Pendekatan generalisasi, membuat suatu generalisasi adalah suatu teori yang digunakan karena mudah dipahami dan diaplikasikan. 2. Pendekatan prinsip hasil ujicoba, pendekatan ini merupakan kaidah supaya siswa membentuk satu prinsip hasil dari ujicoba yang dilakukan. 3. Pendekatan membentuk hukum dari pernyataan-pernyataan tertentu, maksudnya adalah melalui pernyataan yang diberikan oleh guru, siswa dapat

11 17 memahami contoh tersebut bahkan digunakan dalam contoh lain yang sesuai. 4. Pendekatan suatu teorema, melalui aktifitas induktif siswa dapat membuat kesimpulan umum hasil dari pemahaman mereka. 5. Pendekatan mendapatkan satu teori hasil dari satu pemikiran. Guru perlu memahami dan mematuhi prinsip-prinsip penggunaan strategi pengajaran induktif, sehingga sebelum memulai aktifitas pengajaran dan pembelajaran secara induktif guru menyediakan contoh-contoh khusus yang sesuai untuk membantu siswa membuat rumusan yang jelas. Di samping itu, contoh-contoh tersebut harus disesuaikan untuk membimbing siswa membuat kesimpulan yang berkenan. Guru tidak harus memberi penjelasan atau menguraikan isi pelajaran tetapi siswa dibimbing melalui contoh-contoh khusus yang diberikan guru untuk mendapat kesimpulan sendiri. Jenis contoh yang diberikan haruslah diragamkan, tetapi mengandung ciri yang sama untuk memudahkan siswa mengenal dengan pasti contoh itu dengan lebih mudah. Alat bantu mengajar berupa contoh-contoh khusus disediakan agar siswa mendapatkan kesimpulan yang diinginkan. Proses pengajaran dan pembelajaran berdasarkan kaidah induktif harus mengikuti urutan yang tepat yaitu dari contoh-contoh yang spesifik untuk memperoleh kesimpulan yang umum. 2.5 Intertekstual Ilmu Kimia Halliday dan Hasan (Wu, 2003) mengemukakan bahwa teks adalah percakapan atau tulisan bahkan media apa saja yang dapat mengekspresikan apa

12 18 yang ada dalam pikiran kita. Oleh karena itu, representasi kimia yang terdiri dari level yang berbeda-beda (makroskopik, mikroskopik, dan simbolik), pengalaman sehari-hari dan kejadian dalam kelas dipandang sebagai suatu teks. Siswa mengkoordinasikan representasi kimia yang berbeda sesuai dengan pengalaman sehari-hari. Keterkaitan antara representasi, pengalaman sehari-hari, dan kejadian dalam kelas dapat dikatakan sebagai hubungan intertekstual. Semiotik sosial mengartikan teks tidak terbentuk secara instan melainkan terbentuk dengan menghubungkan teks yang satu dengan teks yang lain yang sama atau relevan. Sesuai yang dikatakan Lemke (Wu, 2003) sesuatu dapat bermakna jika dibandingkan dengan sesuatu hal yang memiliki latar belakang sama. Proses sentral dalam mengartikan teks yaitu dengan membuat hubungan diantara teks-teks yang berbeda. Oleh karena itu, representasi kimia dapat menjadikan siswa lebih mengerti ketika dikaitkan dengan teks relevan yang telah diketahui atau pengalaman yang mereka miliki. Maka intertekstual dapat menjadi sumber kognitif atau strategi pembelajaran bagi siswa untuk membangun representasi baru. Proses kimia pada tingkatan makroskopik dapat dilihat dan lebih mudah dipahami, namun dalam kurikulum dari keadaan nyata yang didesain dalam kegiatan laboratorium. Dimana siswa mengikuti prosedur yang telah diberikan, bukan memberikan pengalaman proses inkuiri ilmiah. Hal ini membuat

13 19 kebanyakan siswa tidak mampu menerapkan pengetahuan ilmiah yang diperoleh di sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Interaksi sosial merupakan aspek penting dalam aplikasi intertekstual ilmu kimia. Siswa dapat membangun pemahaman kimianya tidak hanya berdasarkan makna individualnya saja, tetapi dari makna sosial juga (Wu, 2003). Guru berperan penting dalam menciptakan interaksi sosial yang menunjang hubungan representasi kimia pada level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik terhadap pengalaman sehari-hari. Menurut Kozma, interaksi sosial dapat membuat siswa secara konseptual bergerak maju dan mundur diantara level makroskopik, mikroskopik, dan simbolik, dan memiliki kesempatan kognitif untuk berinteraksi dengan representasi lain yang bermakna (Wu, 2003). 2.6 Representasi Ilmu Kimia Peneliti dan pendidik dalam bidang kimia telah mengkaji adanya tiga level dalam representasi ilmu kimia yaitu: makroskopik, mikroskopik, dan simbolik (Gabel, Samuel, dan Hunn 1987, dalam Wu, J. S. Krajcik, E. Soloway, 2003). Representasi ilmu kimia level makroskopik berkenaan dengan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan dapat diamati dengan alat indera, misalnya perubahan materi. Representasi level mikroskopik berkenaan dengan bagaimana fenomena yang tidak dapat diamati dengan alat indera, misalnya partikel dan sifatnya. Representasi level simbolik berkenaan dengan tanda ataupun

14 20 bentuk lainnya yang digunakan untuk menggambarkan hasil pengamatan, misalnya lambang unsur, rumus kimia, dan struktur kimia. Peristiwa pelarutan gula dalam air merupakan salah satu peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Pada level makroskopik dapat terlihat bahwa gula melarut dalam air mula-mula banyak dan akhirnya menghilang (dapat dilihat dengan panca indera). Level mikroskopik pada peristiwa pelarutan gula yang merupakan fenomena yang tidak terlihat dengan panca indera yaitu ketika molekul gula terhidrasi oleh molekul air. Level simbolik yang mempresentasikan fenomena kimia dalam bentuk persamaan reaksi. C 6 H 12 O 6 (s) + H 2 O (l) C 6 H 12 O 6 (aq) Pemahaman mikroskopik dan simbolik dirasakan sulit bagi siswa disebabkan representasi keduanya bersifat abstrak, sedangkan pemahaman siswa umumnya berdasarkan pada sesuatu yang dapat diindera (Wu, Krajcik, dan Soloway, 2003). Jadi untuk memperbaiki hal ini, Jhonstone menyarankan bahwa penekanan terhadap tiga level dan hubungan antar level akan memudahkan siswa untuk memahami konsep dengan lebih baik. 2.7 Deskripsi Materi Kesetimbangan Kimia A. Reaksi Dapat Balik Pada dasarnya hampir semua reaksi kimia merupakan reaksi yang dapat balik (reaksi reversible). Reaksi kimia yang dapat balik artinya zat-zat pereaksi bereaksi membentuk produk dan produk dapat bereaksi kembali membentuk zat-

15 21 zat pereaksi. Reaksi dapat balik adalah reaksi yang berlangsung dalam dua arah yaitu ke arah produk maupun reaktan. Reaksi dapat balik dituliskan persamaan reaksinya dengan menggunakan tanda panah dua arah disebut reaksi bolak-balik ( ). Dalam laboratorium beberapa hasil reaksi dapat langsung direaksikan menjadi pereaksi kembali. Contohnya pemanasan padatan tembaga sulfat hidrat (CuSO. 4 5H 2 O) yang berwarna biru menghasilkan padatan tembaga sulfat anhidrat (CuSO 4 ) yang berwarna putih dan uap air (H 2 O). Persamaan reaksinya dituliskan sebagai berikut: CuSO 4. 5H 2 O (s) biru CuSO 4 (s) + 5 H 2 O (g) putih Reaksi sebaliknya dapat diperoleh dengan menambahkan air pada tembaga sulfat anhidrat atau dengan membiarkannya di udara terbuka sehingga bereaksi dengan uap air yang ada di udara. Persamaan reaksinya dituliskan sebagai berikut: CuSO 4 (s) + 5 H 2 O (g) putih CuSO 4. 5H 2 O (s) biru Persamaan reaksi keseluruhan dapat ditulis: CuSO 4. 5H 2 O (s) biru CuSO 4 (s) + 5 H 2 O (g) putih Reaksi ke kanan disebut reaksi maju, reaksi ke kiri disebut reaksi balik.

16 22 B. Keadaan Kesetimbangan Kimia Reaksi kesetimbangan merupakan reaksi dapat balik, contohnya reaksi antara larutan FeCl 3 dengan larutan KSCN dengan persamaan reaksi: Fe 3+ (aq) + SCN - (aq) Fe(SCN) 2+ (aq) kuning pucat tidak berwarna merah Larutan FeCl 3 yang berwarna kuning pucat direaksikan dengan larutan KSCN yang tidak berwarna menghasilkan larutan Fe(SCN) 2+ yang berwarna merah. Pada awal larutan dicampurkan terbentuk warna merah yang semakin pekat, jika larutan Fe(SCN) 2+ dibiarkan dalam waktu yang lama, warna merah larutan pada suatu kondisi intensitas warna merah tetap (reaksi seolah-olah berhenti), sehingga tidak terdapat perubahan yang dapat diamati. Dalam sistem kimia, suatu keadaan dengan intensitas warna merah tetap (reaksi seolah-olah berhenti) dan tidak terdapat perubahan yang dapat diamati terhadap waktu pada suhu tertentu, artinya konsentrasi masing-masing spesi dalam sistem reaksi mencapai setimbang yang proporsional dengan laju yang sama ke arah produk maupun reaktan. Pada keadaan ini dikatakan sebagai reaksi kesetimbangan. Pada keadaan kesetimbangan, terdapat spesi-spesi produk (spesi Fe 3+ dan spesi SCN - ) dan reaktan (spesi Fe(SCN) 2+ ). Hal ini dapat dibuktikan dengan penambahan konsentrasi larutan KSCN (spesi SCN - ) ke dalam larutan menyebabkan warna merah pada larutan semakin pekat. Warna merah yang semakin pekat menunjukkan terbentuknya spesi Fe(SCN) 2+ dari spesi Fe 3+ dalam

17 23 larutan yang bereaksi dengan spesi SCN - dari penambahan larutan KSCN, artinya bahwa di dalam larutan masih terdapat spesi Fe 3+. Penambahan konsentrasi larutan FeCl 3 (spesi Fe 3+ ) ke dalam larutan menyebabkan warna merah pada larutan semakin pekat. Warna merah yang semakin pekat menunjukkan terbentuknya spesi Fe(SCN) 2+ dari spesi SCN - dalam larutan yang bereaksi dengan spesi Fe 3+ dari penambahan larutan FeCl 3, artinya bahwa di dalam larutan masih terdapat spesi SCN -. Pada keadaan kesetimbangan, dicapai suatu keadaan yang mantap (steady) secara kinetik. Dalam keadaan kesetimbangan, laju reaktan membentuk produk sama dengan laju produk membentuk reaktan. Pada keadaan tersebut, reaksi ke arah reaktan berlangsung secara bersamaan dengan reaksi ke arah produk dan memiliki laju yang sama ke arah keduanya, sehingga konsentrasi masing-masing zat tidak berubah (reaksi seolah-olah berhenti) dan tidak terdapat perubahan yang dapat diamati terhadap waktu pada suhu tertentu. Kesetimbangan yang perubahannya berlangsung secara sinambung dalam sistem mikroskopik, sedangkan sistem makroskopiknya tidak terdapat perubahan yang dapat diamati. Artinya, secara molekuler terjadi reaksi antar reaktan membentuk produk, dan sebaliknya, terjadi reaksi antar produk membentuk reaktan dengan laju yang sama. Tetapi tampilan parameter fisis sistem secara keseluruhan tidak mengalami perubahan. Keadaan reaksi yang demikian diidentifikasi sebagai kesetimbangan dinamis.

18 24 Keadaan tersebut dapat dianalogikan dengan orang yang berjalan di tangga eskalator dalam arah berlawanan. Tangga terus bergerak ke bawah, sementara orang tersebut terus berjalan ke atas dengan kecepatan yang sama dengan eskalator. Akibatnya, orang tersebut seperti berjalan di tempat (artinya tidak berubah). Molekulernya pergerakan tangga dan pergerakan orang, sedangkan makroskopiknya adalah kedudukan orang relatif terhadap kedudukan tangga, tidak berubah. C. Kesetimbangan Homogen dan Heterogen Berdasarkan fasa reaktan dan produk suatu reaksi, kesetimbangan dapat dibedakan menjadi kesetimbangan homogen dan kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen adalah sistem kesetimbangan yang semua spesinya berada pada fasa yang sama. Contohnya sebagai berikut: 2 NO 2 (g) N 2 O 4 (g) H 2 (g) + I 2 (g) 2 HI (g) Kesetimbangan heterogen adalah sistem kesetimbangan yang mengandung spesi lebih dari satu fasa. Contohnya sebagai berikut: CaCO 3 (s) CaO (s) + CO 2 (g) AgCl (s) Ag + (aq) + Cl - (aq)

19 25 D. Pergeseran Kesetimbangan Berdasarkan Asas Le Châtelier Pada tahun 1884, Henri Louis Le Châtelier ( ) berhasil menyimpulkan pengaruh faktor luar terhadap kesetimbangan. Kesimpulan Le Châtelier dikenal sebagai asas Le Châtelier, sebagai berikut : Bila terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), maka sistem itu akan mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi pengaruh aksi tersebut. Secara singkat, asas Le Châtelier dapat disimpulkan sebagai berikut. Reaksi = Aksi Reaksi kesetimbangan bergantung pada faktor luar yang mempengaruhi proses reaksi. Suatu sistem kesetimbangan akan tetap mempertahankan posisi kesetimbangannya jika terdapat perubahan yang mengakibatkan terjadinya pergeseran reaksi kesetimbangan, dengan cara melakukan pergeseran ke arah produk atau ke arah reaktan. Terdapat beberapa faktor luar yang mempengaruhi terjadinya pergeseran reaksi kesetimbangan yaitu: konsentrasi, volume, tekanan, dan suhu. a. Pengaruh Konsentrasi Suatu sistem yang berada dalam keadaan kesetimbangan dapat diganggu, apabila kepada sistem itu dilakukan penambahan atau pengurangan salah satu reaktan atau produk. Contoh, untuk sistem kesetimbangan: Fe 3+ (aq) + SCN - (aq) Fe(SCN) 2+ (aq) kuning pucat tidak berwarna merah

20 26 Jika spesi Fe 3+ ditambahkan ke dalam sistem kesetimbangan, maka sistem berusaha mereduksi gangguan tersebut sekecil mungkin dengan cara spesi Fe 3+ yang ditambahkan bereaksi dengan sejumlah tertentu spesi SCN - yang terdapat dalam larutan membentuk spesi Fe(SCN) 2+. Akibatnya posisi kesetimbangan bergeser ke arah pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ atau produk (kanan). Reaksi pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ akan berlangsung hingga terbentuk suatu keadaan kesetimbangan baru yang memiliki komposisi berbeda dengan kesetimbangan sebelum diganggu. Dalam hal ini konsentrasi Fe(SCN) 2+ lebih besar dari sebelum penambahan spesi Fe 3+. Jika spesi SCN - ditambahkan ke dalam sistem kesetimbangan, maka sistem berusaha mereduksi gangguan tersebut sekecil mungkin dengan cara spesi SCN - yang ditambahkan bereaksi dengan sejumlah tertentu spesi Fe 3+ yang terdapat dalam larutan membentuk spesi Fe(SCN) 2+. Akibatnya posisi kesetimbangan bergeser ke arah pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ atau produk (kanan). Reaksi pembentukan spesi Fe(SCN) 2+ akan berlangsung hingga terbentuk suatu keadaan kesetimbangan baru yang memiliki komposisi berbeda dengan kesetimbangan sebelum diganggu. Dalam hal ini konsentrasi Fe(SCN) 2+ lebih besar dari sebelum penambahan spesi SCN -. Penambahan H 2 C 2 O 4 ke dalam sistem kesetimbangan berarti penambahan spesi oksalat, C 2 O 4 2-, yang terikat kuat dengan spesi Fe 3+ dalam larutan membentuk spesi Fe(C 2 O 4 ) Dalam sistem reaksi spesi Fe 3+ jumlahnya berkurang, maka sistem berusaha mereduksi gangguan dengan cara menguraikan

21 27 sejumlah Fe(SCN) 2+ menjadi ion Fe 3+ dan SCN -. Akibat dari gangguan penambahan spesi C 2 O 4 2-, posisi kesetimbangan bergeser ke arah reaktan (kiri). Penambahan atau pengurangan zat atau sejumlah zat yang terlibat dalam kesetimbangan kimia akan berakibat sebagai berikut: 1) Pada penambahan reaktan atau produk ke dalam campuran reaksi yang berada dalam keadaan kesetimbangan, posisi kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dengan posisi zat yang ditambahkan. 2) Pada pengurangan reaktan atau produk, posisi kesetimbangan akan bergeser ke arah zat yang dikeluarkan dari sistem kesetimbangan. b. Pengaruh Tekanan dan Volume Pada suhu tetap, perubahan volume sistem menyebabkan tekanan sistem berubah, begitu juga tekanan parsial komponen di dalam sistem. Oleh karena itu, peningkatan tekanan luar sistem akan mengubah volume sistem menjadi lebih kecil. Reaksi yang melibatkan fasa gas sangat tanggap terhadap perubahan tekanan luar tersebut. Hal ini disebabkan oleh sifat kedapatmampatan gas yang tinggi. Contohnya pada reaksi kesetimbangan berikut: 2 NO 2 (g) N 2 O 4 (g) coklat tak berwarna Jika sistem di atas berada dalam keadaan kesetimbangan dan secara tibatiba tekanannya dinaikkan dengan cara mengecilkan volume wadah, maka sistem akan merespon sedemikian rupa sehingga pengaruh tekanan sekecil mungkin.

22 28 Diketahui bahwa tekanan gas disebabkan tumbukan molekul-molekul gas terhadap dinding wadah. Besarnya tekanan berbanding lurus dengan jumlah molekul. Makin banyak jumlah molekul makin tinggi tekanan yang ditimbulkannya. Jika pada sistem tersebut volumenya dimampatkan menjadi setengah dari volume semula pada suhu tetap, maka tekanan total menjadi lebih besar dari tekanan sebelumnya. Akibatnya sistem reaksi tidak lagi berada pada posisi kesetimbangan. Untuk menstabilkan kembali keadaan kesetimbangan, sistem berusaha mereduksi sekecil mungkin pengaruh kenaikan tekanan dengan cara menurunkan jumlah molekul. Pada reaksi di atas, peningkatan tekanan menyebabkan gas-gas berusaha memperkecil jumlah molekul dengan menggeser posisi kesetimbangan ke arah hasil reaksi (koefisien reaksi yang lebih kecil). Hal ini menunjukkan bahwa tekanan sistem yang lebih besar akan menggeser posisi kesetimbangan ke arah jumlah molekul yang sedikit. Jika sistem yang berada dalam keadaan kesetimbangan, tiba-tiba tekanannya diturunkan dengan cara memperbesarkan volume wadah, reaksi tidak lagi berada pada posisi kesetimbangan. Sistem akan mereduksi sekecil mungkin pengaruh penurunan tekanan dengan cara menaikkan jumlah molekul. Penurunan tekanan menyebabkan gas-gas berusaha memperbesar jumlah molekul dengan menggeser posisi kesetimbangan ke arah reaktan (koefisien reaksi yang lebih besar). Hal ini menunjukkan bahwa tekanan sistem lebih kecil maka posisi kesetimbangan bergeser ke arah jumlah molekul yang banyak.

23 29 Sehingga dapat disimpulkan bahwa: 1) Penurunan volume atau peningkatan tekanan campuran gas yang terdapat dalam kesetimbangan kimia akan menggeser posisi kesetimbangan ke arah jumlah molekul gas yang paling sedikit. 2) Peningkatan volume atau penurunan tekanan campuran gas yang terdapat dalam kesetimbangan kimia akan menggeser posisi kesetimbangan ke arah jumlah molekul gas yang paling banyak. Pada reaksi yang lain, jika koefisien reaktan sama dengan koefisien produk, pengubahan tekanan dengan cara mengubah volumenya atau sebaliknya, tidak akan mempengaruhi jumlah molekul yang ada dalam campuran reaksi kesetimbangan, tidak ada cara untuk menggeser posisi kesetimbangan. Dengan kata lain, keadaan kesetimbangan dari sistem dengan koefisien reaktan sama dengan koefisien produk tidak terganggu oleh adanya pengaruh tekanan luar. Contoh untuk sistem kesetimbangan seperti ini misalnya: 2 HI (g) H 2 (g) + I 2 (g) c. Pengaruh Suhu Pengaruh perubahan suhu terhadap sistem reaksi yang membentuk kesetimbangan berkaitan erat dengan sifat termokimia dari reaksi itu. Contohnya, reaksi kesetimbangan antara N 2 O 4 (g) dan NO 2 (g). 2 NO 2 (g) N 2 O 4 (g) H negatif coklat tak berwarna

24 30 Gas NO 2 adalah gas berwarna coklat sedangkan gas N 2 O 4 tak berwarna, pada suhu kamar warna campuran sistem reaksi adalah coklat. Jika suhu campuran reaksi pada keadaan setimbang diturunkan dengan menempatkan campuran reaksi ke dalam penangas es, maka kalor dikeluarkan dari dalam sistem. Akibatnya sistem melakukan perubahan dengan cara mengganti kalor yang telah keluar dengan cara menggeser posisi kesetimbangan ke arah yang melepaskan kalor. Dalam hal ini, kesetimbangan bergeser ke arah kanan atau ke arah eksoterm. Kesetimbangan baru terbentuk dengan konsentrasi N 2 O 4 (g) yang terbentuk lebih besar dari semula dan konsentrasi NO 2 (g) menjadi lebih kecil dari semula. Warna coklat dari sistem reaksi kesetimbangan berubah menjadi lebih pudar, menunjukkan bahwa sistem reaksi bergeser ke arah pembentukan N 2 O 4 yang tak berwarna. Apabila suhu campuran reaksi pada keadaan setimbang dinaikkan dengan menempatkan campuran reaksi ke dalam penangas air panas, maka kalor masuk ke dalam sistem. Akibatnya sistem melakukan perubahan dengan cara menggeser posisi kesetimbangan ke arah yang menerima kalor. Dalam hal ini, kesetimbangan bergeser ke arah kiri atau ke arah endoterm. Kesetimbangan baru terbentuk dengan konsentrasi NO 2 (g) yang terbentuk lebih besar dari semula dan konsentrasi N 2 O 4 (g) menjadi lebih kecil dari semula. Warna coklat dari sistem reaksi kesetimbangan berubah menjadi lebih pekat, menunjukkan bahwa sistem reaksi bergeser ke arah pembentukan NO 2 yang berwarna coklat.

25 31 Oleh karena itu, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Penurunan suhu menyebabkan posisi kesetimbangan bergeser ke arah perubahan yang eksoterm. 2) Peningkatan suhu menyebabkan posisi kesetimbangan bergeser ke arah perubahan endoterm. d. Pengaruh Katalis Katalis memperbesar laju reaksi dengan menurunkan energi pengaktifan untuk kedua arah reaksi, yaitu reaksi ke arah produk maupun reaksi ke arah reaktan. Suatu reaksi yang memerlukan waktu berhari-hari atau bermingguminggu untuk mencapai kesetimbangan, dapat dicapai dalam beberapa menit dengan hadirnya suatu katalis. Penambahan katalis dalam reaksi kesetimbangan tidak menggeser reaksi kesetimbangan karena katalis hanya berfungsi untuk mempercepat pencapaian keadaan setimbang. Katalis tidak mengubah komposisi kesetimbangan. Dengan ataupun tanpa katalis, komposisi saat keadaan kesetimbangan akan tetap sama.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi pokok kesetimbangan kimia secara garis besar penelitian terbagi dalam beberapa tahapan yaitu: Tahap pertama

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

REAKSI KESETIMBANGAN Reaksi dua arah

REAKSI KESETIMBANGAN Reaksi dua arah REAKSI KIMIA REAKSI HABIS Reaksi satu arah REAKSI KESETIMBANGAN Reaksi dua arah REAKSI KIMIA REAKSI Irreversible / reaksi habis / Reaksi tidak dapat balik Reaksi satu arah REAKSI Reversible/ reaksi dapat

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN 1. Suatu reaksi dikatakan mencapai kesetimbangan apabila. A. laju reaksi ke kiri sama dengan ke kanan B. jumlah koefisien reaksi ruas kiri sama dengan ruas kanan

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Bab 4

Kesetimbangan Kimia. Bab 4 Kesetimbangan Kimia Bab 4 Standar Kompetensi 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri Kompetensi

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia KIM 2 A. PENDAHULUAN B. REAKSI KESETIMBANGAN. α = KESETIMBANGAN KIMIA. materi78.co.nr. setimbang

Kesetimbangan Kimia KIM 2 A. PENDAHULUAN B. REAKSI KESETIMBANGAN. α = KESETIMBANGAN KIMIA. materi78.co.nr. setimbang konsentrasi laju reaksi materi78.co.nr Kesetimbangan Kimia A. PENDAHULUAN Reaksi satu arah (irreversible) atau reaksi tidak dapat balik adalah reaksi yang terjadi pada satu arah, dan produknya tidak dapat

Lebih terperinci

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar 1) Mahasiswa memahami Asas Le Chatelier 2) Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi reaksi kesetimbangan dalam dunia industry 3) Mahasiswa

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN. titik setimbang

KESETIMBANGAN. titik setimbang KESETIMBANGAN STANDART KOMPETENSI;. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang berpengaruh, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. KOMPETENSI DASAR;.. Menjelaskan kestimbangan

Lebih terperinci

No Indikator Soal Valid

No Indikator Soal Valid 107 Lampiran 3 Rekapitulasi asi Instrumen TDM-TWO-TIER No Indikator Soal 1 Memahami kesetimbangan Reaksi kesetimbangan antara N 2 O 4 dengan NO 2 mengikuti persamaan kimia berikut ini : ator 1 :- dinamis

Lebih terperinci

: Mempelajari kesetimbangan ion-ion dalam larutan D. Tinjauan Pustaka

: Mempelajari kesetimbangan ion-ion dalam larutan D. Tinjauan Pustaka A. Judul Praktikum : Kesetimbangan Kimia B. Hari/Tanggal Percobaan : Senin, 19 Maret 2012 jam 10.00-12.30 C. Tujuan Percobaan : Mempelajari kesetimbangan ion-ion dalam larutan D. Tinjauan Pustaka : Kesetimbangan

Lebih terperinci

Termodinamika dan Kesetimbangan Kimia

Termodinamika dan Kesetimbangan Kimia Termodinamika dan Kesetimbangan Kimia Dalam kesetimbangan kimia terdapat 2 reaksi yaitu reaksi irreversible dan reaksi reversible. Reaksi irreversible (reaksi searah) adalah reaksi yang berlangsung searah.

Lebih terperinci

A. ARTI KESETIMBANGAN B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGESERAN KESETIMBANGAN C. TETAPAN KESETIMBANGAN D. KESETIMBANGAN KIMIA DALAM INDUSTRI

A. ARTI KESETIMBANGAN B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGESERAN KESETIMBANGAN C. TETAPAN KESETIMBANGAN D. KESETIMBANGAN KIMIA DALAM INDUSTRI 4 KESETIMBANGAN KIMIA A. ARTI KESETIMBANGAN B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERGESERAN KESETIMBANGAN C. TETAPAN KESETIMBANGAN D. KESETIMBANGAN KIMIA DALAM INDUSTRI Dalam kehidupan sehari-hari, sering

Lebih terperinci

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran

kimia KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 2 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami faktor-faktor yang memengaruhi kesetimbangan.

Lebih terperinci

SOAL-SOAL KESETIMBANGAN KIMIA

SOAL-SOAL KESETIMBANGAN KIMIA H=+380 kj/mol SOAL-SOAL KESETIMBANGAN KIMIA 1. Ebtanas 99 Suatu reaksi berada dalam keadaan setimbang apabila A. Reaksi ke kanan dan kiri telah berhenti B. Mol pereaksi selalu sama dengan mol hasil reaksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pemahaman siswa yang dimaksud adalah pemahaman konseptual dan pemahaman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pemahaman siswa yang dimaksud adalah pemahaman konseptual dan pemahaman 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan tingkat pemahaman siswa XI IPA SMA Negeri 2 Limboto pada materi kesetimbangan kimia. Pemahaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek

Lebih terperinci

PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL

PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL 144 LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL KELAS/KELOMPOK : KETUA KELOMPOK : ANGGOTA : UPI #PENDIDIKAN KIMIA AULIA WAHYUNINGTYAS #0706475 TUJUAN PERCOBAAN 1.

Lebih terperinci

MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA MODUL II KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami konsep kesetimbangan kimia dan mampu menyelesaikan soal/masalah yang berhubungan dengan reaksi kesetimbangan. 2. Materi

Lebih terperinci

BAB III KESETIMBANGAN KIMIA. AH = 92 kj

BAB III KESETIMBANGAN KIMIA. AH = 92 kj BAB III KESETIMBANGAN KIMIA Amonia (NH 3 ) merupakan salah satu zat kimia yang paling banyak diproduksi. Amonia digunakan terutama untuk membuat pupuk, yaitu urea dan ZA. Penggunaan amonia yang lain, yaitu

Lebih terperinci

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi MODUL 1 TERMOKIMIA Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan energi kimia. Sebagai prasyarat untuk mempelajari termokimia, kita harus mengetahui tentang perbedaan kalor (Q)

Lebih terperinci

Oleh. Dewi Candrawati

Oleh. Dewi Candrawati 126 Lampiran 4 Oleh Dewi Candrawati 2014 127 Petunjuk Pengerjaan: 1. Tes diagnostik ini terdiri dari delapan soal pilihan ganda dua tingkat. 2. Setiap soal memiliki 4 pilihan jawaban dan 5 pilihan alasan.

Lebih terperinci

H 2 O (l) H 2 O (g) Kesetimbangan kimia. N 2 O 4 (g) 2NO 2 (g)

H 2 O (l) H 2 O (g) Kesetimbangan kimia. N 2 O 4 (g) 2NO 2 (g) Purwanti Widhy H Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia tercapai jika: Laju reaksi maju dan laju reaksi balik sama besar

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah sebagai berikut. Konsentrasi Jika konsentrasi suatu larutan makin besar, larutan akan mengandung jumlah partikel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa

BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Kemampuan siswa Kemampuan siswa dalam belajar adalah kecakapan seorang peserta didik, yang dimiliki dari hasil apa yang telah dipelajari yang dapat ditunjukkan atau dilihat melalui

Lebih terperinci

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia Apakah yang dimaksud dengan reaksi kimia? Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat

Lebih terperinci

A. KESEIMBANGAN DINAMIS

A. KESEIMBANGAN DINAMIS 1 Tugas Kimia IV Prakerin KESEIMBANGAN KIMIA Coba kamu perhatikan proses pendidihan air dengan panci tertutup. Pada waktu air menguap, uap air akan tertahan dalam tutup panci. Selanjutnya, uap air akan

Lebih terperinci

SMAN 1 MATAULI PANDAN

SMAN 1 MATAULI PANDAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA D I S U S U N OLEH KELOMPOK IV Chaidi Reza Depari Firdanta Ginting Hadi Mulki Siregar Lazuardyas Ligardi Zulhanggari Dwitama XI IPA 1 SMAN 1 MATAULI PANDAN 2013 Percobaan II Reaksi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN STRATEGI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PENGGUNAAN STRATEGI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGGUNAAN STRATEGI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR A. PENDAHULUAN Tujuan pengajaran yang dilaksanakan di dalam kelas adalah menitikberatkan pada perilaku siswa atau perbuatan (performance) sebagai

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi reaksi kimia reversible dan irreversible..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran di sekolah dewasa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran di sekolah dewasa ini adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran di sekolah dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap siswa, seperti yang diutarakan oleh Mulyawati, T. salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bagian dari ilmu sains, kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang di anggap sulit, hal ini menyebabkan sebagian besar siswa kurang berminat untuk mempelajari

Lebih terperinci

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam

Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam Kesetimbangan dinamis adalah keadaan dimana dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama, akibatnya tidak terjadi perubahan bersih dalam sistem pada kesetimbangan Uap mengembun dengan laju

Lebih terperinci

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 11

MODUL KIMIA SMA IPA Kelas 11 SMA IPA Kelas Di sekitar kita banyak dijumpai peristiwa reaksi kimia, misalnya reaksi pembakaran kayu, pembakaran bensin, fotosintesis, perkaratan besi dan lain sebagainya. Dalam reaksi kimia, ada reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) semakin pesat. Perkembangan tersebut menghendaki siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) semakin pesat. Perkembangan tersebut menghendaki siswa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di abad ke-21 ini, perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) semakin pesat. Perkembangan tersebut menghendaki siswa untuk memiliki kompetensi yang memadai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Konsep dan Pemahaman Konsep Kimia Banyak definisi konsep yang dikemukakan oleh para ahli, seperti yang dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk

Lebih terperinci

BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM

BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM Kode KIM.11 Kesetimbangan Kimia BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 004 Modul Kim.11.Kesetimbangan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xi DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai materi,

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai materi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai materi, sifat materi, perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan materi tersebut. Pelajaran kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu mempelajari gejala alam. Dalam mempelajari gejala alam, ilmu kimia mengkhususkan pembahasannya

Lebih terperinci

MODUL KESETIMBANGAN. Perhatikan reaksi berikut

MODUL KESETIMBANGAN. Perhatikan reaksi berikut MODUL KESETIMBANGAN Perhatikan reaksi berikut a.n 2 (g) + 3H 2 (g) 2NH 3 (g), di sebut juga reaksi... b. N 2 (g) + 3H 2 (g) 2NH 3 (g), di sebut juga reaksi... Perhatikan reaksi: Maka persamaan laju reaksi

Lebih terperinci

Soal Pilihan Ganda Berilah tanda silang pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar!

Soal Pilihan Ganda Berilah tanda silang pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar! Soal Pilihan Ganda Berilah tanda silang pada huruf A, B, C, D atau E di depan jawaban yang benar!. Berikut ini adalah ciri-ciri terjadinya reaksi kesetimbangan, kecuali. reaksi reversibel B. terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemampuan adalah karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemampuan adalah karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Kemampuan Kemampuan sama dengan kata kesanggupan atau kecakapan. Dengan bahasa yang lebih terperinci, kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan individu untuk melakukan

Lebih terperinci

Soal Soal Kesetimbangan Kimia. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau produksi ammonia berdasarkan reaksi:

Soal Soal Kesetimbangan Kimia. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau produksi ammonia berdasarkan reaksi: Nama : Fitria Puspita NIM : 1201760 Kelas : Pendidikan Kimia A Soal Soal Kesetimbangan Kimia SBMPTN 2014 Untuk soal no 1-3, bacalah narasi berikut. Proses Haber-Bosch merupakan proses pembentukan atau

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Tim Dosen Kimia Dasar FTP

Kesetimbangan Kimia. Tim Dosen Kimia Dasar FTP Kesetimbangan Kimia Tim Dosen Kimia Dasar FTP Pengertian kesetimbangan kimia Suatu sistem dikatakan setimbang jika dua proses yang berlawanan terjadi dengan laju yang sama atau dengan kata lain tidak terjadi

Lebih terperinci

BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN

BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN BY SMAN 16 SURABAYA : Sri Utami, S. P LAJU REAKSI KESIMPULAN STANDAR KOMPETENSI 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan

Lebih terperinci

H 2 O (L) H 2 O (G) KESETIMBANGAN KIMIA. N 2 O 4 (G) 2NO 2 (G)

H 2 O (L) H 2 O (G) KESETIMBANGAN KIMIA. N 2 O 4 (G) 2NO 2 (G) H 2 O (L) H 2 O (G) KESETIMBANGAN KIMIA. N 2 O 4 (G) 2NO 2 (G) Purwanti Widhy H Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun bidang IPA yang fokus mempelajari materi dan energi yang ditinjau dari segi sifat-sifat, reaksi, struktur, komposisi,

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA SOAL KIMIA KELAS : XI IPA PETUNJUK UMUM. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja. Kerjakanlah soal anda pada lembar jawaban

Lebih terperinci

[C] dan [D] [A] dan [B] Waktu KIM/ IND - II

[C] dan [D] [A] dan [B] Waktu KIM/ IND - II Konsentrasi [C] dan [D] [A] dan [B] Waktu t KIM/ IND - II BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN III KESETIMBANGAN REAKSI DAN ASAS LE CHATELIER

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN III KESETIMBANGAN REAKSI DAN ASAS LE CHATELIER LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN III KESETIMBANGAN REAKSI DAN ASAS LE CHATELIER KELOMPOK : V (LIMA) NAMA : M. ARIEF RAKHMAN (J1B112009) TRIA AUDINA DEWI (J1B112026) KURNIA PUTRI (J1B112031)

Lebih terperinci

MODUL I Pembuatan Larutan

MODUL I Pembuatan Larutan MODUL I Pembuatan Larutan I. Tujuan percobaan - Membuat larutan dengan metode pelarutan padatan. - Melakukan pengenceran larutan dengan konsentrasi tinggi untuk mendapatkan larutan yang diperlukan dengan

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA. Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I. SK+KD+Indikator Materi Evaluasi Referensi

KESETIMBANGAN KIMIA. Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I. SK+KD+Indikator Materi Evaluasi Referensi KESETIMBANGAN KIMIA Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I SK+KD+Indikator Materi Evaluasi Referensi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Standar Kompetensi

Lebih terperinci

Analisis Keterkaitan KI - KD dengan IPK dan Materi Pembelajaran. Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

Analisis Keterkaitan KI - KD dengan IPK dan Materi Pembelajaran. Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi No. Dokumen : F/751/WKS1/P/6 No. Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 Juli 2016 Analisis Keterkaitan KI - KD dengan IPK dan Sekolah : SMA NEGERI 1 GODEAN Mata Pelajaran : Kimia Kelas / Program : XI/MIPA Semester

Lebih terperinci

BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN. merumuskan indikator dan konsep pada submateri pokok kenaikan titik didih

BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN. merumuskan indikator dan konsep pada submateri pokok kenaikan titik didih BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN Secara garis besar, penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu merumuskan indikator dan konsep pada submateri pokok kenaikan titik didih larutan setelah menganalisis standar

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )_ 1

LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )_ 1 LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )_ 1 1. Perhatikan reaksi berikut: CaCO 2 (s) CaO (s) + CO 2 (g) H = 178 KJ/mol. Jelaskan! a. Arah kesetimbangan ditambahkan CaCO 2 (s) b. Tiga kemungkinan yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Belajar didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang diakibatkan oleh pengalaman. Definisi lain mengenai belajar adalah proses aktif siswa untuk

Lebih terperinci

HAND OUT KIMIA XI IPA BAB IV KESETIMBANGAN KIMIA

HAND OUT KIMIA XI IPA BAB IV KESETIMBANGAN KIMIA HAND OUT KIMIA XI IPA BAB IV KESETIMBANGAN KIMIA 1 BAB IV KESETIMBANGAN KIMIA I. Standar Kompetensi 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya

Lebih terperinci

KELOMPOK 6 ( ENAM ) ADHI PERMANA ANASTASIA EVIRA EVANPHILO IBIE NORISA JUMALA RHOPI KLAWA

KELOMPOK 6 ( ENAM ) ADHI PERMANA ANASTASIA EVIRA EVANPHILO IBIE NORISA JUMALA RHOPI KLAWA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6 ( ENAM ) ADHI PERMANA ANASTASIA EVIRA EVANPHILO IBIE NORISA JUMALA RHOPI KLAWA JANUARI 2009 SMA NEGERI 2 PALANGKARAYA I. TUJUAN PERCOBAAN : Tujuan percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII jurusan IPA di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Subyek penelitian yang dipilih

Lebih terperinci

Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Tim Dosen Kimia Dasar FTP UNIVERSITAS BRAWIJAYA Kelarutan (s) Kelarutan (solubility) adalah jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut.

Lebih terperinci

kecuali . kecuali . kecuali

kecuali . kecuali . kecuali 1. Berikut ini adalah ciri-ciri terjadinya reaksi kesetimbangan, kecuali. A. reaksi reversibel B. terjadi dalam ruang tertutup C. laju reaksi ke kiri sama dengan laju reaksi ke kanan D. reaksinya tidak

Lebih terperinci

Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change

Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change Bab V Kesetimbangan Kimia Sumber: Silberberg, Chemistry: The Molecular Nature of Matter and Change Amonia cair digunakan sebagai pupuk. Pembuatan gas amonia menggunakan prinsip-prinsip reaksi kesetimbangan,

Lebih terperinci

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA BANK SOAL SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI BIDANG KIMIA 1 BAB VI 1. Padatan NH 4 NO 3 diaduk hingga larut selama 77 detik dalam akuades 100 ml sesuai persamaan reaksi berikut: NH 4 NO 2 (s) + H 2 O (l) NH

Lebih terperinci

Pengembangan Media Pembelajaran...( Luh Joni Erawati Dewi)

Pengembangan Media Pembelajaran...( Luh Joni Erawati Dewi) ISSN0216-3241 71 PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN REAKSI KESETIMBANGAN KIMIA Oleh Luh Joni Erawati Dewi Jurusan Manajemen Informatika, FTK, Undiksha Abstrak Tulisan ini adalah hasil pengembangan media pembelajaran

Lebih terperinci

A. MOLARITAS (M) B. KONSEP LAJU REAKSI C. PERSAMAAN LAJU REAKSI D. TEORI TUMBUKAN E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

A. MOLARITAS (M) B. KONSEP LAJU REAKSI C. PERSAMAAN LAJU REAKSI D. TEORI TUMBUKAN E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI 3 LAJU REAKSI A. MOLARITAS (M) B. KONSEP LAJU REAKSI C. PERSAMAAN LAJU REAKSI D. TEORI TUMBUKAN E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI Materi dapat berubah dari bentuk yang satu ke bentuk yang

Lebih terperinci

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom KIMIA XI SMA 3 S OAL TES SEMESTER I I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!. Elektron dengan bilangan kuantum yang tidak diizinkan n = 3, l = 0, m = 0, s = - / n = 3, l =, m =, s = / c. n = 3, l =, m =

Lebih terperinci

Ria Fitriani BAHAN AJAR KESETIMBANGAN KIMIA. Kesetimbangan Kimia 0

Ria Fitriani BAHAN AJAR KESETIMBANGAN KIMIA. Kesetimbangan Kimia 0 Ria Fitriani BAHAN AJAR KESETIMBANGAN KIMIA Kesetimbangan Kimia 0 KESETIMBANGAN KIMIA Air yang ada di permukaan bumi akan menguap ketika terkena panas matahari. Uap air di zat cair (air laut) berada dalam

Lebih terperinci

Kunci jawaban dan pembahasan soal laju reaksi

Kunci jawaban dan pembahasan soal laju reaksi Kunci jawaban dan pembahasan soal laju reaksi Soal nomor 1 Mencari volume yang dibutuhkan pada proses pengenceran. Rumus pengenceran V 1. M 1 = V 2. M 2 Misal volume yang dibutuhkan sebanyak x ml, maka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang menjelaskan fenomena dengan mendeskripsikan karakteristik

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Keadaan setimbang adalah suatu keadaaan dimana konsentrasi seluruh zat tidak lagi mengalami

KESETIMBANGAN KIMIA A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Keadaan setimbang adalah suatu keadaaan dimana konsentrasi seluruh zat tidak lagi mengalami KESETIMBANGAN KIMIA A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Keadaan setimbang adalah suatu keadaaan dimana konsentrasi seluruh zat tidak lagi mengalami perubahan, sebab zat-zat diruas kanan terbentuk dan terurai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Konstruktivis Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak

Lebih terperinci

2. Konfigurasi elektron dua buah unsur tidak sebenarnya:

2. Konfigurasi elektron dua buah unsur tidak sebenarnya: . Atom X memiliki elektron valensi dengan bilangan kuantum: n =, l =, m = 0, dan s =. Periode dan golongan yang mungkin untuk atom X adalah A. dan IIIB B. dan VA C. 4 dan III B D. 4 dan V B E. 5 dan III

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. A. Penurunan Struktur Global dan Struktur Makro Pengajaran Guru. pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. A. Penurunan Struktur Global dan Struktur Makro Pengajaran Guru. pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan 39 BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Penurunan Struktur Global dan Struktur Makro Pengajaran Guru pada Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Pengambilan data pertama kali adalah merekam guru yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang menjelaskan tentang susunan, komposisi, struktur, sifat-sifat dan perubahan materi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi yang ditinjau dari aspek struktur dan kereaktifan senyawa. Struktur dan

BAB I PENDAHULUAN. energi yang ditinjau dari aspek struktur dan kereaktifan senyawa. Struktur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian ilmu kimia mengkhususkan pembahasan pada perubahan materi dan energi yang ditinjau dari aspek struktur dan kereaktifan senyawa. Struktur dan komposisi zat menggambarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vii viii ix BAB I PENDAHULUAN... 1 A.

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI 1. Untuk membuat 500 ml larutan H 2 SO 4 0.05 M dibutuhkan larutan H 2 SO 4 5 M sebanyak ml a. 5 ml b. 10 ml c. 2.5 ml d. 15 ml e. 5.5 ml 2. Konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto,

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan Standar Kometensi Kometensi Dasar Menjelaskan kinetika dan kesetimbangan reaksi kimia serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Menjelaskan engertian reaksi kesetimbangan. Menyelidiki faktor-faktor yang

Lebih terperinci

c. Suhu atau Temperatur

c. Suhu atau Temperatur Pada laju reaksi terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. Selain bergantung pada jenis zat yang beraksi laju reaksi dipengaruhi oleh : a. Konsentrasi Pereaksi Pada umumnya jika konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu pelajaran sains yang tidak hanya perlu

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan salah satu pelajaran sains yang tidak hanya perlu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan salah satu pelajaran sains yang tidak hanya perlu dipelajari secara teoritik, tetapi juga perlu dipelajari secara konkrit. Konsepkonsep dalam kimia

Lebih terperinci

1. Perhatikan struktur senyawa berikut!

1. Perhatikan struktur senyawa berikut! . Perhatikan struktur senyawa berikut! CH CH CH CH CH CH CH Jumlah atom C primer, atom C sekunder, dan atom C tersier dari senyawa di atas adalah...,, dan D.,, dan,, dan E.,, dan,, dan. Di bawah ini merupakan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Kesetimbangan

Laporan Praktikum Kimia Kesetimbangan Laporan Praktikum Kimia Kesetimbangan LATAR BELAKANG Dalam laporan ini Anda akan mempelajari tentang kesetimbangan kimia, yang merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari tentang reaksi bolak balik

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sanden Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/1 Alokasi Waktu : 2 JP Standar Kompetensi 1. Memahami kinetika reaksi dan kesetimbangan kimia

Lebih terperinci

SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SAP-GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN Mata kuliah : Kimia Kode : Kim 101/3(2-3) Deskripsi : Mata kuliah ini membahas konsep-konsep dasar kimia yang disampaikan secara sederhana, meliputi pengertian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di kabupaten Garut. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA yang telah mempelajari materi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mata pelajaran kimia merupakan bagian ilmu sains di SMA/MA yang bertujuan

I. PENDAHULUAN. mata pelajaran kimia merupakan bagian ilmu sains di SMA/MA yang bertujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pedoman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dijelaskan bahwa mata pelajaran kimia merupakan bagian ilmu sains di SMA/MA yang bertujuan agar siswa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan materi subyek yang menjelaskan mengenai struktur, komposisi, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertainya. Menurut Johnstone

Lebih terperinci

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung? Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Chapter 8 Kinetika Kimia Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

Lebih terperinci

KAJIAN KERANGKA BERPIKIR

KAJIAN KERANGKA BERPIKIR KAJIAN Materi kimia merupakan salah satu materi essensial yang sebagian besar konsepnya bersifat invisible. Dimulai dengan reaksi searah dan dua arah, keadaan setimbang dinamis, reaksi homogen dan heterogen,

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Konsep Siswa SMA pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia

Analisis Kesalahan Konsep Siswa SMA pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia Kesalahan Konsep Siswa SMA pada Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia Muh. Afturizaliur Adaminata*, dan I Nyoman Marsih Diterima 3 Juni 2011, direvisi 20 Juni 2011, diterbitkan 23 September 2011 Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KESETIMBANGAN KIMIA

BAB II KESETIMBANGAN KIMIA BAB II KESETIMBANGAN KIMIA TIU : 1. Memahami definisi kimia dan mengidentifikasi keadaan kimia. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kimia: Prinsip Le Chatelier. Memahami aplikasi kimia dalam perolehan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Fenomena perubahan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

Lebih terperinci

PETA KONSEP LAJU REAKSI. Percobaan. Waktu perubahan. Hasil reaksi. Pereaksi. Katalis. Suhu pereaksi. Konsentrasi. Luas. permukaan.

PETA KONSEP LAJU REAKSI. Percobaan. Waktu perubahan. Hasil reaksi. Pereaksi. Katalis. Suhu pereaksi. Konsentrasi. Luas. permukaan. PETA KONSEP LAJU REAKSI Berkaitan dengan ditentukan melalui Waktu perubahan Dipengaruhi oleh Percobaan dari Pereaksi Hasil reaksi Konsentrasi Luas Katalis Suhu pereaksi permukaan menentukan membentuk mengadakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang strukur, susunan,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang strukur, susunan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang strukur, susunan, sifat dan perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan materi. Fenomena perubahan

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Chapter 9 P N2 O 4. Kesetimbangan akan. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi

Kesetimbangan Kimia. Chapter 9 P N2 O 4. Kesetimbangan akan. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai materi,

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai materi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai materi, sifat materi, perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan materi tersebut. Definisi

Lebih terperinci