II. TINJAUAN PUSTAKA. keinginan yang dimiliki oleh manusia berbanding terbalik dengan terbatasnya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA. keinginan yang dimiliki oleh manusia berbanding terbalik dengan terbatasnya"

Transkripsi

1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Permintaan Manusia memiliki sifat yang tidak pernah puas. Keinginan manusia terhadap sesuatu hal yang diinginkan haruslah dapat terpenuhi. Banyaknya keinginan yang dimiliki oleh manusia berbanding terbalik dengan terbatasnya jumlah alat pemuas kebutuhan yang ada. Kebutuhan manusia bisa dikatakan terpenuhi apabila kebutuhan tersebut sudah dapat di konsumsi atau dinikmati yang berupa barang atau jasa oleh manusia tersebut. Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang atau jasa pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Lincolin (1991) menyatakan permintaan adalah suatu skedul atau kurva yang menggambarkan hubungan antara berbagai kuantitas suatu barang yang diminta konsumen pada berbagai tingkat harga (cateris paribus). Sepanjang suatu kurva permintaan atau skedul permintaan hanya harga dan kuantitas yang berubah-ubah. Permintaan terhadap suatu barang atau jasa bisa dipengaruhi oleh keinginan konsumen yang akan menggunakaannya. Menurut Daniel (2002) permintaan (demand) adalah jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada suatu pasar. Sementara pasar adalah tempat terjadinya transaksi antara produsen dan konsumen atas barang barang ekonomi. Sebagian ahli mengatakan bahwa pengertian permintaan adalah jumlah barang yang sanggup dibeli oleh para pembeli pada suatu tempat dan waktu tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu. 9

2 10 Pada teori permintaan ada yang dinamakan dengan hukum permintaan. Hukum permintaan menyatakan bahwa makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut, sebaliknya makin tinggi harga suatu barang maka makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Permintaan terhadap barang/jasa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dimana faktor-faktor tersebut menjadi penentu pada konsumen untuk memilih barang/jasa yang akan digunakan. Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan barang/jasa yaitu: 1. Harga barang itu sendiri Jika suatu barang meningkat, maka jumlah barang yang dibeli semakin sedikit, demikian pula sebaliknya. Gambar 2.1 Kurva Permintaan Keterangan : P 1, P 2 : Tingkat harga Q 1, Q 2 : Jumlah permintaan A : Jumlah permintaan (Q 1 ) pada tingkat harga (P 1 ) B : Jumlah permintaan (Q 2 ) pada tingkat harga (P 2 ) D : Kurva permintaan

3 11 Jika terjadi perubahan harga, maka terjadi perubahan pada kurva permintaan. Penurunan harga meningkatkan jumlah permintaan, misalnya pada gambar yang awalnya permintaan pada harga P1 dan jumlah permintaan Q1 terletak pada titik A. Titik A akan berubah pada titik B ketika harga komoditi turun, dimana harga turun dari P1 ke P2 dan jumlah komoditi akan meningkat dari Q1 ke Q2. 2. Harga barang lain Harga barang lain (substitusi) juga dapat mempengaruhi permintaan suatu barang, jika ada sebuah barang yang memiliki fungsi atau kegunaan yang sama dengan barang sebelumnya dengan harga yang lebih murah maka konsumen akan beralih menggunakan barang/jasa pengganti tersebut. Jika barang bersifat saling menggantikan maka disebut barang substitusi. Contohnya yaitu beras dan jagung. Bila harga beras naik, maka permintaaan akan beras akan menurun dan jagung sebagai barang substitusi jumlah permintaanya akan meningkat, sedangkan bila dua macam barang bersifat melengkapi, maka disebut barang komplementer. Contohnya gula dan kopi. Bila permintaan kopi menurun karna harga kopi meningkat makan permintaan gula juga menurun, hal ini karena kedua barang tersebut merupakan barang komplementer.

4 12 Keterangan : D 0, D 1, dan D 2 : Kurva permintaan Gambar 2.2 Kurva Permintaan dan Pergeseran Kurva Harga produk substitusi yeng menurun, menyebabkan kurva permintaan suatu produk bergeser ke sebelah kiri yaitu dari D0 ke D2. Sebaliknya jika harga produk substitusi, kuva permintaan suatu produk akan bergeser ke kanan yaitu dari D0 ke D1. Berbeda dengan harga produk substitusi, penurunan harga produk komplementer akan meningkatkan jumlah permintaan suatu produk sehingga kurva permintaan bergeser ke kanan (D0 ke D1). Sebaliknya ketika harga produk komplementer naik, permintaan suatu produk akan turun dan kurva permintaan akan bergeser ke kiri (D0 ke D2). 3. Tingkat pendapatan Tingkat pendapatan dapat mencerminkan daya beli masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat, berarti daya beli akan meningkat, sehingga permintaan akan suatu barang akan meningkat juga.

5 13 4. Jumlah penduduk Jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan sebuah barang. Sebagai contoh beras, hampir semua manusia di dunia ini mengkonsumsi nasi yang berasal dari beras, jadi semakin banyak jumlah penduduk yang mengkonsumsi beras maka permintaan terhadap beras juga akan banyak. 5. Selera. Walaupun bersifat relatif, selera atau kebiasaan juga dapat mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang. Jika selera konsumen terhadap barang tertentu meningkat, maka permintaan terhadap barang tersebut akan meningkat juga. Hal ini membuat permintaan akan sebuah barang juga dipengaruhi oleh selera. 6. Perkiraan harga di masa mendatang. Bila memperkirakan harga suatu barang akan naik di masa mendatang, maka permintaan akan meningkat karena banyak orang pada saat ini akan membeli barang tersebut sekarang untuk menghemat belanja di masa mendatang. 2.2 Teori Penetapan Harga Swastha (1998; 241) harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Dalam menetukan harga barang atau jasa dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran terhadap barang atau jasa tersebut. Harga dan jumlah barang yang ada dipasaran adalah ditentukan dengan melihat keadaan ekuilibrium dalam suatu pasar. Keadaan pasar yang seimbang atau ekuilibrium yaitu keadaan dimana barang yang ditawarkan oleh produsen pada

6 14 suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah barang yang diminta pada harga tersebut. Kebijakan mengenai harga sifatnya hanya sementara, berarti produsen harus mengikuti perkembangan harga di pasar dan harus mengetahui posisi perusahaan dalam situasi pasar secara keseluruhan. Hal ini bertujuan untuk membuat produsen mengetahui bagaimana selera harga di pasaran sehingga mampu membuat harga yang sesuai untuk produknya. Penentuan harga yang salah dapat berakibat pada kelanjutan sebuah usaha. Salah dalam melakukan penentuan harga akan mengakibatkan permasalahan pada keuangan usaha tersebut seperti penurunan laba yang diperoleh. Perubahan harga jual mempunyai tujuan untuk menyesuaikan agar harga baru yang ditetapkan dapat mencerminkan biaya saat ini (current cost) atau biaya masa depan (future cost), return yang diinginkan oleh perusahaan, reaksi pesaing dan sebagainya. Penetapan harga pada sebuah barang meliputi kebijakan manajemen dalam menentapkan besarnya jumlah uang yang akan dibebankan kepada pembeli untuk sebuah barang. Kegiatan ini sering kali meliputi penentapan harga dasar yang perlu disesuaikan tergantung pada sifat khas penawaran kepada pembeli. Harga yang terjadi dipasaran merupakan perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran. Harga murni suatu barang terjadi pada tingkat harga pedagang besar, hal ini karena hanya pada saat ini terdapat persaingan harga yang agak sempurna. Pada umumnya harga ditingkat ini dikatakan murni karena pedagang dan pembeli memiliki pengetahuan yang baik tentang penentuan harga. Harga eceran biasanya hanya berpatokan pada harga pedagang besar, dimana

7 15 harga yang bisa dikurangi atau ditambah sehingga terjadilan margin pemasarn (Mubyarto, 1989). Kotler (2002 : 550) dalam menyusun kebijakan penetapan harga, perusahaan mengikuti prosedur enam tahap penetapan harga yaitu : (1) Perusahaan memilih tujuan penetapan harga. (2) Perusahaan memperkirakan kurva permintaan, probabilitas kuantitas yang akan terjual pada tiap kemungkinan harga. (3) Perusahaan memperkirakan bagaimana biaya bervariasi pada berbagai level produksi dan pada berbagai level akumulasi pengalaman produksi. (4) Perusahaan menganalisa biaya, harga, dan tawaran pesaing. (5) Perusahaan menyeleksi metode penetapan harga (6) Perusahaan memilih harga akhir. Penetapan harga atas barang atau jasa yang efisien sering menjadi masalah yang sulit bagi suatu perusahaan. Meskipun cara atau metode penetapan harga yang dipakai adalah sama bagi perusahaan (didasarkan pada biaya, persaingan, permintaan, laba dan sebagainya), tetapi kombinasi optimal dari faktor-faktor tersebut berbeda sesuai dengan sifat produknya, pasanya, dan tujuan perusahaan. Harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Untuk menghasilkan laba, suatu perusahaan dapat melakukan dua cara. Cara pertama dengan menaikan harga jual. Tindakan ini memang dapat meningkatkan laba,

8 16 namun dalam kondisi persaingan yang semakin ketat ini perusahaan tidak mudah untuk menaikkan harga jual karena dapat menyebabkan konsumen lari ke produk pesaing yang memiliki harga yang lebih murah dengan kualitas produk yang sama. Cara kedua adalah dengan menekan biaya produksi yang dikeluarkan dapat ditekan seminimal mungkin (Lasena, 2013). Harga pasar suatu komoditas dan jumlah yang diperjual belikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari komoditas tersebut. Harga pasar yang dimaksudkan adalah harga yang disepakati oleh penjual dan pembeli (Sugiarto dkk 2005). Menurut Boyd (2000:219) harga mempengaruhi tingkat permintaan. Kecenderungan para konsumen dalam membeli sebuah barang yaitu dengan mempertimbangkan harga. Sebagian konsumen lebih cenderung membeli barang pengganti yang lebih murah namun memiliki kegunaan yang sama dari barang yang sebelumnya. Salah satu prinsip prilaku konsumen yang utama dalam penetapan harga adalah memprediksi dampak perubahan harga terhadap konsumen. Yaitu bagaimana reaksi konsumen apabila harga sebuah barang yang diinginkan mengalami peningkatan harga. Faktor penentu utama bagi konsumen untuk membeli sebuah barang yaitu harga. Konsumen sangat memperhitungkan harga yang akan dibayarkan untuk sebuah barang, hal ini membuat konsumen harus memikirkan dengan baik dan memutuskan sebuah keputusan untuk membeli sebuah barang. Perusahaan memilih penetapan harga yang menyertakan satu atau lebih dari pertimbangan tersebut. Kotler (2002) mengemukakan enam metode-metode penetapan harga sebagai berikut.

9 17 (1) Penetapan harga mark-up (2) Penetapan harga berdasarkan pengembalian yang diharapkan (3) Penetapan harga berdasarkan nilai yang dipersepsikan (4) Penetapan harga nilai (5) Penetapan harga sesuai harga berlaku (6) Penetapan harga penawaran tertutup Menurut Tjiptono (2003:73) harga memiliki dua peranan dalam konsumen membeli sebuah barang yaitu : (1) Peranan alokasi dari harga yang membantu para pembeli memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang berdasarkan daya belinya. (2) Peranan informasi dari harga yang mendidik konsumen mengenai faktorfaktor produk seperti kualitas. 2.3 Konsep Elastisitas Hukum permintaan dan penawaran meramalkan arah perubahan harga dan kuantitas sebagai reaksi terhadap berbagai pergeseran permintaan dan penawaran. Mengetahui perubahan kuantitas (naik atau turun) sebagai akibat dari perubahan harga tidaklah cukup, karena belum diketahui seberapa besar (responsive) perubahan tersebut. Mengukur dan menjeaskan hingga seberapa jauh reaksi perubahan kuantitas terhadap perubahan harga dan variabel-variabel lainnya dijelaskan dalam konsep elastisitas. Soekartawi (1989) menyatakan bahwa elastisitas suatu barang terhadap barang lain adalah persentase perubahan harga barang yang satu disebut X dan barang yang lain disebut Y. Elastisitas mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli atau ditawarkan sebagai akibat perubahan salah satu faktor.

10 Elastisitas permintaan Elastisitas permintaan mengukur seberapa besar perubahan (tingkat responsif) dari jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga. Dalam analisis, elastisitas permintaan harga lebih kerap dinyatakan sebagai elastisitas permintaan. Nilai perbandingan antara persentasi perubahan jumlah yang diminta dengan persentasi perubahan harga disebut koefisien elastisitas permintaan. Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan/respon jumlah permintaan akibat perubahan harga barang tersebut atau dengan kata lain merupakan perbadingan daripada persentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan pada harga di pasar, sesuai dengan hukum permintaan, dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun dan sebaliknya. Sedangkan tanda elastisitas selalu negatif, karena sifat hubungan yang berlawanan tadi, maka disepakati bahwa elastisitas harga ini benar indeksnya/koefisiennya dapat kurang dari, sama dengan lebih besar dari satu dan merupakan angka mutlak (absolute), sehingga permintaannya dapat dikatakan tidak elastisitas (inelastic), unitari (unity), dan elastis (elastic). Elastisitas permintaan dapat dirumuskan sebagai berikut : E = = Keterangan : Y : Permintaan X : Harga Y : Persentase perubahan permintaan X : Persentase perubahan harga

11 19 1. Elastisitas Harga Merupakan perbandingan (rasio) antara perubahan relatif jumlah barang yang diminta dengan perubahan relatif harganya. Elastisitas harga adalah perubahan proporsional dari sejumlah barang yang diminta dibagi dengan perubahan proporsional dari harga (Budi S, 2009). Ep = ( ) ( ) = Keterangan : Q : Perubahan permintaan Px : Perubahan harga Q : Jumlah permintaan Px : Harga atau (1) Ep > 1 disebut elastis. Permintaan terhadap suatu barang dikatakan elastis bila perubahan harga suatu barang menyebabkan perubahan permintaan yang besar. (2) Ep < 1 disebut inelastis. Perubahan permintaan (dalam persentase) lebih kecil daripada perubahan harga. (3) Ep = 1 disebut unitaryelastis. Artinya jika harga naik 10%, permintaan turun 10% juga. (4) Ep = 0 disebut inelastis sempurna. Kondisi inelastis sempurna terjadi apabila tingkat permintaan terhadap suatu barang tidak berubah sama sekali atau 0 walaupun harga barang berubah. (5) Ep = disebut elastis sempurna. Kondisi ini terjadi apabila terdapat peningkatan permintaan suatu barang saat tidak terjadi peningkatan harga barang.

12 20 2. Elastisitas Silang Elastisitas silang adalah koefisien yang menunjukan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap suatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain. Apabila perubahan barang Y menyebabkan permintaan barang X berubah, maka sifat perhubungan diantara keduanya digambarkan oleh elastisitas silang. Ec = / / = Keterangan : Q : Perubahan permintaan Py : Perubahan harga Q : Jumlah permintaan Py : Harga Nilai elastisitas silang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara suatu barang dengan barang lainnya (1) Barang komplementer : jika Ec < 0 ( negatif) Kenaikan harga barang Y akan menyebabkan penurunan kuantitas barang X yang diminta (2) Barang Substitusi : jika Ec > 0 ( positif) Kenaikan harga barang Y akan menyebabkan kenaikan kuantitas barang X yang diminta. 3. Elastisitas Pendapatan Elastisitas pendapatan adalah koefisien yang menunjukan sampai dimana besarnya perubahan permintaan terhadap suatu barang akibat daripada perubahan pendapatan pembeli. Besarnya elastisitas pendapatan dapat ditentukan dengan menggunaan rumus sebagai berikut.

13 21 ( ) E y = ( ) = atau Keterangan : Q : Perubahan jumlah permintaan I : Perubahan pendapatan rumah tangga Q : Jumlah permintaan I : Pendapatan rumah tangga (1) Ey = Positif termasuk barang normal Jika pendapatan naik menyebabkan kenaikan jumlah yang diminta (2) Ey = Negatif termasuk barang inferior Jika pendapatan naik menyebabkan penurunan jumlah yang diminta (3) Ey < 1 barang kebutuhan pokok Perubahan pendapatan tidak menyebabkan perubahan permintaan sebesar perubahan pendapatannya (4) Ey >1 barang mewah = perubahan permintaan lebih besar daripada perubahan pendapatan. 2.4 Tinjauan Komoditas Jeruk Salah satu tanaman hortikultura yaitu jeruk. Jeruk merupakan buah yang berasal dari Asia. Menurut Ashari (2004) jeruk manis berasal dari India Timur Laut, Cina Selatan, Birma Utara, dan Chocin Cina kemudia di eropa baru mulai dibudidayaan pada akhir abad ke 15. Sejak ratusan tahun yang lalu jeruk telah ada di Indonesia, bahakan dipercaya bahwa jeruk merupakan peninggalan orang-orang Belanda yang mendatangkan jeruk dari Amerika dan Italia. Klasifikasi jeruk menurut Soelarso (1996) adalah sebagai berikut.

14 22 Divisi Sub divisi Kelas Ordo Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Rutale : Rutaceae : Citrus : Citrus sp. Jenis jeruk sangat beragam dan beberapa spesiesnya dapat saling bersilangan dan menghasilkan hibrida antar spesies, yang mana hasil dari persilangan ini memiliki karakter baru yang khas. Banyak jenis jeruk yang dimanfaatkan oleh manusia baik sebagai bahan pangan, wewangian, maupun untuk industri. Bagian yang banyak dimanfaatkan yaitu buah dan daun. Jenis jeruk lokal yang dibudidayakan di Indonesia adalah Jeruk Keprok, Jeruk Siem (C. microcarpa L. dan C.sinensis. L) yang terdiri atas Siem Pontianak, Siem Garut, Siem Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.), jeruk sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.) yang terdiri atas j\jeruk Nambangan-Madium dan Bali. Jeruk untuk bumbu masakan yangterdiri atas jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C. hystix ABC). Jeruk varietas introduksi yang banyak ditanam adalah varitas Lemon dan Grapefruit, sedangkan varitas lokal adalah Jeruk Siem, Jeruk Baby, Keprok Medan, Bali, nipis dan purut. Sentra produksi jeruk yang ada sekarang belum berbentuk dalam suatu hamparan tetapi merupakan kantong-kantong produksi yang sempit dan terpencar di kawasan sentra produksi, dengan tingkat pemeliharaan yang bervariasi dan

15 23 belum optimal serta pengelolaan pascapanennya yang sederhana dan pemasaran yang tidak berpihak kepada petani. Produktivitas jeruk di Indonesia mengalami penurunan atau kemunduran hasil, akibat dari gangguan penyakit terutama CVPD (Citrus Vein Phloen Degeneration) yang menyebabkan kerugian besar tanaman jeruk di berbagai sentra produksi (Soelarso, 1996). Sentra jeruk di Indonesia tersebar meliputi Garut (Jawa Barat), Tawangmangu (Jawa Tengah), Batu (Jawa Timur), Tejakula (Bali), Selayar (Sulawesi Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat) dan Medan (Sumatera Utara). Selain di Indonesia negara-negara lain juga menghasilkan buah jeruk. Negara penghasil jeruk manis yaitu Amerika Serikat, Spanyol, Italia, Brasil, Mexico, Israel, Argentina, Maroko, dan Afrika Selatan (Pracaya, 2003). Jeruk merupakan buah yang mengandung banyak vitamin C, potassium dan folid acid yang dapat berfungsi untuk menghambat sel-seln kanker. Jeruk juga mengandung serat didalamnya, selain itu jeruk juga mengandung hasperidin yang mampu menurunkan resiko penyakit jantung, mencegah kolesterol, menurunkan tekanan darah, dan amsih banyak lainnya yang berguna bagi tubuh. Dalam satu buah jeruk manis ukuran sedang terdapat 16 gr karbohidrat yang mengandung 70 kalori. Karbohidrat ini penting sebagai sumber energi tubuh, terutama untuk otak. Nilai serat dalam sebuah jeruk manis setara dengan 12% yang dibutuhkan per hari (Anggen, 2012). Jeruk dapat tumbuh di seluruh wilayah Indonesia. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik tentunya ada syarat khusus untuk tanaman jeruk mampu menghasilkan buah yang baik. Tanaman Jeruk dapat ditanam di daerah antara 40 o LU dan 40 o LS. Umumnya tanaman jeruk terdapat di daerah 20 o s.d. 40 o LS.

16 24 Pada daerah subtropis, tanaman jeruk ditanam di dataran rendah samapai ketinggian 650 mdpl. Di daerah Khatulistiwa sampai ketinggian 2000 mdpl (Joesoef, 1993). Kecepatan angin yang lebih dari 40% s.d. 48% akan merontokkan bunga dan buah. Untuk daerah yang intensitas dan kecepatan anginnya tinggi tanaman penahan angin lebih baik ditanam berderet tegak lurus dengan arah angin. Temperatur optimal antara 25 o s.d. 30 o C namun ada yang masih dapat tumbuh normal pada 38 o C. Jeruk Keprok memerlukan temperatur 20 o C. Kelembaban optimum untuk pertumbuhan tanaman ini sekitar 70% s.d. 80%. Semua jenis jeruk tidak menyukai tempat yang terlindung dari sinar matahari. Tergantung pada spesiesnya, jeruk memerlukan 5 s.d. 6, 6 s.d. 7 atau 9 bulan basah (musim hujan). Bulan basah ini diperlukan untuk perkembangan bunga dan buah agar tanahnya tetap lembab. Khususnya di Indonesia tanaman ini sangat memerlukan air yang cukup terutama di bulan Juli-Agustus. Tanah yangg baik untuk budidaya jeruk adalah lempung sampai lempung berpasir dengan fraksi liat 7% s.d. 27%, debu 25% s.d. 50% dan pasir < 50%, cukup humus, tata air dan udara baik. Jenis tanah Andosol dan Latosol sangat cocok utk budidaya jeruk. Derajat keasaman tanah (ph tanah) yang cocok untuk budidaya jeruk adalah 5,5 s.d. 6,5 dengan ph optimum 6. Air tanah yg optimal berada pada kedalaman cm di bawah permukaan tanah. Pada musim kemarau 150 cm dan pada musim hujan 50 cm. Tanaman jeruk menyukai air yang mengandung garam sekitar 10%. Tanaman jeruk dapat tumbuh dengan baik di daerah yang memiliki kemiringan sekitar 30.

17 25 Buah jeruk hendaknya dipanen setelah masak, karena jeruk termasuk buah yang nonklimakterik dimana tidak terjadi proses pematangan setelah panen (yang terasa masam tidak akan berubah menjadi manis). Mutu dari buah jeruk setelah di panen akan mengalami penurunan, maka proses dari pasca panen haruslah baik agar buah jeruk memiliki kualitas yang baik. Tahap dalam penanganan buah jeruk segar yaitu buah jeruk dipanen setelah embun pagi telah menguap sehingga setelah panen kulit jeruk tidak mudah mengalami kerusakan. Menggunakan sarung tangan saat memanen untuk menghindari cacat fisik bada buah jeruk. Buah yang letaknya tinggi di panen dengan menggunakan tangga agar tidak terjadi kerusakan pada pohon jeruk. Jeruk lokal yang paling dikenal oleh masyarakat di Indonesia adalah jeruk keprok. Selain merupakan yang paling banyak dikenal oleh masyarakat, jeruk keprok juga memiliki nilai komersial yang tinggi. Di Indonesia tidak semua jenis jeruk keprok yang di usahakan oleh petani. Jenis jeruk keprok yang biasanya diusahakan oleh petani dengan jumlah yang besar yaitu jeruk keprok siem. Dengan melakukan usaha bertani jeruk ini sudah banyak petani jeruk di Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Riau, Jambi, dan Sumatera Utara yang terangkat kehidupan ekonominya menjadi lebih baik (AAK, 1994). Jeruk keprok merupakan salah satu jeruk yang dianjurkan oleh Departemen Pertanian untuk ditanam. Buah dari jeruk keprok ini merupakan yang paling terkenal dan banyak dikonsumsi langsung secara segar. Hal ini didukung dengan rasa buahnya yang manis dan menyegarkan (Sarwono, 1993).

18 26 Kunci keberhasilan pengembangan tanaman jeruk ditentukan oleh ketersediaan bibit yang bermutu pada saat tanaman yang tepat dan dengan harga yang tejangkau oleh petani. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan serta pengelolaan kebun-kebun bibit yang ada, perlu ditingkatkan guna memenuhi permintaan konsumen bibit yang terus meningkat (Sumekto, 1995). 2.5 Penelitian Sebelumnya Yeni (2009) menyatakan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata terhadap permintaan jeruk di Kabupaten Sleman yaitu meliputi, harga jeruk itu sendiri, harga salak, dan pendapatan penduduk. Sedangkan, harga pisang dan jumlah penduduk tidak berpengaruh nyata pada permintaan jeruk di Kabupaten Sleman. Berdasarkan elastisitas harga, harga jeruk bersifat elastis karena memiliki nilai elastisitas yang lebih dari satu. Elastisitas silang, salak merupakan barang substitusi dilihat dari nilai elastisitas yang positif. Berdasarkan elastisitas pendapatan jeruk merupakan barang normal inelastis karena nilai elastisitas pendapatannya kurang dari satu dan nilainya positif yang menyatakan bahwa konsumsi jeruk akan berubah sesuai dengan pendapatannya yaitu jika pendapatan penduduk naik maka permintaan jeruk akan naik dengan persentase yang lebih kecil. Asmidah (2013) menyatakan bahwa permintaan jeruk manis secara serempak dipengaruhi oleh harga beli konsumen, pendapatan rata-rata, dan jumlah tanggungan. Irawati (2012) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pisang di Kabupaten Lumajang adalah harga pisang, harga pepaya dan produksi keripik pisang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran pisang di Kabupaten Lumajang adalah harga pisang, harga pepaya, jumlah pohon dan

19 27 produktivitas. Trend permintaan dan penawaran pisang di Kabupaten Lumajang dari tahun 2011 sampai tahun 2020 mengalami peningkatan. Kontribusi pisang terhadap PDRB Kabupaten Lumajang adalah tinggi sedangkan kontribusi pisang terhadap sektor pertanian dan subsektor tanaman pangan adalah rendah. Kartika (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan semangka oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung adalah harga semangka, harga apel, jumlah anggota keluarga dan pendapatan rumah tangga. Elastisitas harga semangka terhadap permintaan semangka bersifat barang elastis karena nilainya lebih besar dari satu. Elastisitas silang semangka terhadap apel bersifat komplementer karena elastisitas silangnya bernilai negatif dan kurang dari satu. Elastisitas pendapatan semangka bersifat barang normal karena nilainya lebih besar dari nol dan bernilai positif. Antara dan Wirawan (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan buah pisang ambon di Kecamatan Denpasar Barat adalah harga buah lainnya, pendapatan rumah tangga, dan pendidikan formal ibu rumah tangga sedangkan harga buah pisang ambon, variabel dummy, dan pekerjaan kepala keluarga tidak menunjukan pengaruh nyata terhadap permintaan buah pisang ambon oleh rumah tangga. Elastisitas permintaan buah pisang ambon oleh rumah tangga di Kecamatan Denpasar Barat menunjukan bahwa : Elastisitas harga atas permintaan buah pisang ambon oleh rumah tangga adalah inelastis. Elastisitas pendapatan menunjukan bahwa buah pisang ambon termasuk dalam kategori barang normal. Buah lainnya dapat dikategorikan sebagai barang substitusi dari pisang ambon berdasarkan hasil analisis elastisitas harga silang.

20 28 Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan terhadap penelitian sebelumnya. Persamaan dari penelitian ini dan sebelumnya yaitu menggunakan alat analisis yang sama yaitu analisis regresi linier berganda dan analisis regresi logaritma natural. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian ini hanya berfokus pada permintaaan konsumen dan elastisitas permintaan konsumen. Sedangkan pada bebrapa penelitian sebelumnya meneliti hingga penawaran konsumen terhadap buahbuahan. Penelitian ini menggunakan buah jeruk lokal sebagai komoditinya dan menggunakan data primer yang dicari di pasar. Penelitian-penelitian sebelumnya digunakan sebagai tambahan informasi untuk penelitian ini. 2.6 Kerangka Pemikiran Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Kegiatan yang terjadi di pasar yaitu kegiatan jual beli barang. Terdapat dua macam pasar yang ada yaitu pasar tradisional dan pasar modern, dimana yang telah maju seperti sekarang pasar modern seperti supermarket telah bersaing dengan pasar tradisional dalam kelengkapan barang-barang yang diperjualkan. Dengan adanya pasar modern tidak berarti para pembeli meninggalkan pasar tradisional. Pembeli yang merupakan konsumen masih lebih cenderung berbelanja ke pasar tradisional daripada berbelanja ke pasar modern. Hal ini disebabkan karena harga yang ada di pasar tradisional cenderung lebih murah dibandingkan dengan harga dipasar modern. Proses tawar menawar antara penjual dan pembeli juga hanya terjadi di pasar tradisional. Dari sekian banyak barang yang dibeli oleh konsumen di pasar yaitu adalah buah-buahan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan yang harus dijaga merupakan alasan masyarakat

21 29 mengkonsumsi buah, karena buah memiliki kandungan yang baik untuk tubuh. Salah satu buah yang sering dibeli oleh masyarakat adalah buah jeruk. Harga jeruk yang relatif lebih murah dibandingkan dengan buah-buahan lainnya dan memiliki kandungan yang penting untuk tubuh menjadi buah yang paling diminati. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi dalam permintaan buah jeruk lokal diantaranya, harga buah jeruk lokal, harga buah jeruk impor, harga apel, harga buah mangga, jumlah anggota keluarga, dan jumlah pendapatan. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tentang permintaan dan elastistas permintaan buah jeruk lokal di Kota Denpasar menggunakan analisis fungsi Cobb-Douglas dan analisis fungsi linier. Hasil yang terbaik dari kedua fungsi tersebut kemudian yang akan digunakan untuk penelitian ini. Kemudian diuji dengan kriteria-kriteria yang menjadi syarat dalam analisi ini, yaitu kriteria Ekonomi, kriteria Ekonometrika dan kriteria Statistik. Dengan dipenuhinya kriterian-kriterian tersebut maka akan menghasilkan hasil yang akurat. Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran penelitian ini seperti Gambar 2.3

22 30 Permintaan Buah Jeruk Lokal di Kota Denpasar Faktor-faktor Permintaan Buah Jeruk Lokal Harga Buah Jeruk Lokal 1. Harga Buah Jeruk Impor 2. Harga Buah Apel 3. Harga Buah Mangga Jumlah Anggota Keluarga Responden Pendapatan Responden Analisis Permintaan Fungsi Cobb - Douglas Fungsi Linier Kriteria Kriteria Ekonomi Kriteria Ekonometrika Kriteria Statistik Simpulan Rekomendasi Gambar 2.3 Skema Kerangka Pemikiran

23 Hipotesis 1. Model fungsi permintaan yang valid didasarkan pada penelitan terdahulu dan teori-teori ekonomi, sehingga model fungsi permintaan Cobb-Douglas merupakan model fungsi permintaan yang valid untuk merepresentatifkan model fungsi permintaan buah jeruk lokal di Kota Denpasar. 2. Jumlah permintaan buah jeruk lokal di Kota Denpasar dipengaruhi oleh harga buah jeruk lokal, harga buah jeruk impor, harga buah apel, harga buah mangga, total pendapatan keluarga, dan jumlah anggota rumah tangga. 3. Elastisitas permintaan buah jeruk lokal di Kota Denpasar yaitu elastisitas harga, elastisitas silang (barang komplementer dan barang substitusi), dan elastisitas pendapatan.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (1990) menyatakan

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (1990) menyatakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang penting di Indonesia. Sektor ini memegang peranan penting dalam perekonomian, seperti kontribusi terhadap peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Jeruk Menurut Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2006), mengatakan bahwa tanaman jeruk adalah tanaman buah tahunan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Buah jeruk manis berasal dari India Timur Laut, Cina Selatan, birma Utara, dan Cochin Cina. Yang memebudidayakan pertama kali adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Kelapa Sawit Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa

Lebih terperinci

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN 1 Pokok Bahasan 1. Pendahuluan 2. Elastisitas harga permintaan 3. Hal-hal yang mempengaruhi elastisitas permintaan 4. Elastisitas penawaran 5. Elastisitas silang 6.

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Permintaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Buah Jeruk

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Permintaan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Buah Jeruk 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Permintaan Permintaan terhadap suatu komoditi yang dihasilkan oleh produsen terjadi karena konsumen bersedia membelinya (Sugiarto, 2000 dalam Nainggolan, 2007). Teori permintaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi buah-buahan sangat penting bagi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beras sebagai komoditas pokok Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Permintaan Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan atas kebutuhan saja atau manusia

Lebih terperinci

Harga (Pq) Supply (S)

Harga (Pq) Supply (S) I. MEKANISME HARGA Fokus pembicaraan dalam ekonomi mikro adalah membahas bagaimana pembeli dan penjual melakukan interaksi dalam memperoleh barang dan jasa. Kesepakatan dalam interaksi ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat pula dikonsumsi dengan diolah terlebih dahulu. Buah-buahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat pula dikonsumsi dengan diolah terlebih dahulu. Buah-buahan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan termasuk dalam jenis tanaman holtikultura yang hasilnya dapat dikonsumsi langsung dalam kondisi mentah ataupun masak di pohon dan dapat pula dikonsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan besarnya jumlah penduduk yang ada. Banyaknya penduduk yang ada

I. PENDAHULUAN. dengan besarnya jumlah penduduk yang ada. Banyaknya penduduk yang ada I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki luas wilayah yang besar. Negara yang terdiri dari banyaknya pulau ini tentunya juga memiliki jumlah daratan yang banyak. Besarnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Tanaman mangga (Mangifera indica ) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan.

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Tanaman mangga (Mangifera indica ) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan. II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Mangga Tanaman mangga (Mangifera indica ) berasal dari India, Srilanka, dan Pakistan. Mangga yang berasal dari pulau Kalimantan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Di Indonesia, dikenal cukup banyak ragam varietas belimbing. Diantaranya varietas Sembiring, Siwalan, Dewi, Demak kapur, Demak kunir,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya) 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beras Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya) dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan alat penggiling serta alat

Lebih terperinci

Fakor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen terhadap Buah Jeruk Lokal di Kota Denpasar

Fakor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen terhadap Buah Jeruk Lokal di Kota Denpasar Fakor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Konsumen terhadap Buah Jeruk Lokal di Kota Denpasar I MADE OKA SURYA ARTAMA, I MADE ANTARA, A.A.A WULANDIRA SAWITRI DJELANTIK Program Studi Agribisnis, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Komoditi Pertanian subsektor Peternakan Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti diantaranya

Lebih terperinci

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB Elastisitas Permintaan dan Penawaran Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB ELASTISITAS PERMINTAAN TERHADAP HARGA Elastisitas Permintaan Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun Nilai PDB (dalam milyar rupiah) Pertumbuhan (%)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku pada Tahun Nilai PDB (dalam milyar rupiah) Pertumbuhan (%) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI Oleh : Nama : Rudi Novianto NIM : 10.11.3643 STRATA SATU TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 A. Abstrak Jambu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN

ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN ELASTISITAS TEAM TEACHING I. ELASTISITAS PERMINTAAN Jika terjadi kegagalan panen maka dapat digambarkan sebagai pergeseran kurva penawaran kekiri, yaitu dari S ke S Gambar 4.1(i) menggambarkan suatu kasus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

HARGA KESEIMBANGAN harga keseimbangan harga ekuilibrium harga bebas 1. Pengertian Elastisitas Permintaan Penyelesaian

HARGA KESEIMBANGAN harga keseimbangan harga ekuilibrium harga bebas 1. Pengertian Elastisitas Permintaan Penyelesaian HARGA KESEIMBANGAN Dalam ilmu ekonomi, harga keseimbangan atau harga ekuilibrium atau harga bebas adalah harga yang terbentuk pada titik pertemuan kurva permintaan dan kurva penawaran. Terbentuknya harga

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan,

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan, II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Permintaan Teori permintaan adalah teori yang menjelaskan tentang ciri hubungan antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting dalam menyediakan pangan bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian mempunyai peranan penting pada negara berkembang seperti di Indonesia. Kontribusi sektor pertanian saat ini sangat berpengaruh untuk pembangunan negara. Hal

Lebih terperinci

A. ELASTISITAS PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PENAWARAN

A. ELASTISITAS PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PENAWARAN K-13 Kelas X ekonomi ELASTISITAS Tujuan embelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami jenis elastisitas yang terjadi pada suatu komoditas akibat faktor yang memengaruhinya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas daratan dan lautan yang sangat luas sehingga sebagian besar mata pencaharian penduduk berada di sektor pertanian. Sektor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI A.

II. LANDASAN TEORI A. 7 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Michael (1985) yang berjudul Estimating Cross Elasticities of Demand for Beef, menggunakan variabel harga daging sapi, harga ikan, harga daging unggas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan 2.1.1 Sumber Daya Energi Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

Lebih terperinci

Elastisitas Permintaan dan Penawaran

Elastisitas Permintaan dan Penawaran Elastisitas Permintaan dan Penawaran Pertemuan ke-enam Pengantar Ilmu Ekonomi Thursday, April 28, 2016 Pokok bahasan pertemuan ke-6 Koefisien elastisitas permintaan Elastisitas harga dan kurva permintaan

Lebih terperinci

Pengantar ekonomi mikro. Modul ke: 04FEB. Elastisitas permintaan dan penawaran. Fakultas. Erwin Nasution S,E MM. Program Studi MANAJEMEN S1

Pengantar ekonomi mikro. Modul ke: 04FEB. Elastisitas permintaan dan penawaran. Fakultas. Erwin Nasution S,E MM. Program Studi MANAJEMEN S1 Pengantar ekonomi mikro Modul ke: Elastisitas permintaan dan penawaran Fakultas 04FEB Erwin Nasution S,E MM. Program Studi MANAJEMEN S1 PENDAHULUAN Template Modul Pembuatan Template Powerpoint untuk digunakan

Lebih terperinci

Dexter Harto Kusuma makalah elastisitas ekonomi mikro I. PENDAHULUAN

Dexter Harto Kusuma makalah elastisitas ekonomi mikro I. PENDAHULUAN Dexter Harto Kusuma makalah elastisitas ekonomi mikro I. PENDAHULUAN Salah satu pokok bahasan yang paling penting dari aplikasi ekonomi adalah elastisitas. Pemahaman elastisitas dari permintaan dan penawaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Pisang sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Pisang sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah Pisang Pisang (musa parasidiaca) adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Pisang sebagai bahan konsumsi adalah

Lebih terperinci

berbeda-beda dalam hal Elastisitas terdiri dari Elastis Linier E=1

berbeda-beda dalam hal Elastisitas terdiri dari Elastis Linier E=1 Harga Harga Keseimbangan dibentuk oleh Harga Pendapatan Selera Konsumen Harga Barang Lain Perkiraan dipengaruhi oleh Permintaan dijelaskan oleh Hukum Permintaan berbeda-beda dalam hal Penawaran dijelaskan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jeruk Pontianak (Citrus nobilis) adalah jenis jeruk siam yang telah lama menjadi

I. PENDAHULUAN. Jeruk Pontianak (Citrus nobilis) adalah jenis jeruk siam yang telah lama menjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Jeruk Pontianak (Citrus nobilis) adalah jenis jeruk siam yang telah lama menjadi salah satu komoditas unggulan tanaman hortikultura di Pontianak Kalimantan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Permintaan Permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan pada kebutuhan saja atau sering disebut dengan permintaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian pada suatu negara akan didukung dengan kegiatan-kegiatan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan perekonomian pada suatu negara akan didukung dengan kegiatan-kegiatan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan perekonomian pada suatu negara akan didukung dengan kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh negara tersebut. Di Indonesia, sektor pertanian memegang peranan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. daerah. Menurut UU No 5 tahun 1962, perusahaan daerah air minum (PDAM),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. daerah. Menurut UU No 5 tahun 1962, perusahaan daerah air minum (PDAM), 17 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perusahaan Daerah Air Minum Perusahaan Daerah adalah badan usaha yang dibentuk oleh pemerintah daerah untuk mengembangkan perekonomian daerah untuk menambah penghasilan daerah.

Lebih terperinci

Elastisitas Harga, Perilaku Konsumen dan Surplus Ekonomi

Elastisitas Harga, Perilaku Konsumen dan Surplus Ekonomi 1. Elastisitas Harga Elastisitas Harga, Perilaku Konsumen dan Surplus Ekonomi 1.1. Pengertian Elastisitas Salah satu pokok bahasan yang paling penting dari aplikasi ekonomi adalah konsep elastisitas. Pemahaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri. Produksi sektor

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri. Produksi sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris yang dalam penerapannya mengandalkan sektor pertanian dalam menopang serta sumber mata pencaharian bagi masyarakat. Sektor pertanian

Lebih terperinci

ELASTISITAS PERMINTAAN & PENAWARAN

ELASTISITAS PERMINTAAN & PENAWARAN ELASTISITAS PERMINTAAN & PENAWARAN Defenisi Elastisitas Elastisitas adalah perubahan relative dari variable yang diterangkan sebagai akibat perubahan varibel yang menerangkan apabila variable yang diterangkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura adalah segala hal yang berkaitan dengan buah, sayuran, bahan obat nabati, dan florikultura termasuk di dalamnya jamur, lumut, dan tanaman

Lebih terperinci

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore. Kurva Permintaan,

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore. Kurva Permintaan, Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore Kurva Permintaan, - Demand (Permintaan) adalah kuantitas barang atau jasa yg. rela atau mampu dibeli oleh konsumen selama periode waktu tertentu

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PERMINTAAN

PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PERMINTAAN PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PERMINTAAN KONSEP PERMINTAAN Permintaan keinginan konsumen membeli barang pd berbagai tingkat harga selama periode tertentu. Faktor-faktor yg mempengaruhi permintaan : Harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia adalah buah-buahan yaitu buah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pracaya (1999), kata kol berasal dari Bahasa Belanda kool

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pracaya (1999), kata kol berasal dari Bahasa Belanda kool BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kol Menurut Pracaya (1999), kata kol berasal dari Bahasa Belanda kool sedangkan kubis berasal dari Bahasa inggris yaitu cabbage. Kubis yang juga disebut

Lebih terperinci

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut.

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1Permintaan Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas

Lebih terperinci

Secara geografis letak Kabupaten Langkat berada antara dan. Sumatera Utara. Kabupaten Langkat berada pada ketinggian m di atas

Secara geografis letak Kabupaten Langkat berada antara dan. Sumatera Utara. Kabupaten Langkat berada pada ketinggian m di atas Geografi Kabupaten Langkat a. Geografi Secara geografis letak Kabupaten Langkat berada antara 3 0 14 00 dan 4 0 13 00 Lintang Utara dan antara 97 0 52 00 dan 98 0 45 00 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis, oleh karena itu Indonesia memiliki keanekaragaman buah-buahan tropis. Banyak buah yang dapat tumbuh di Indonesia namun tidak dapat tumbuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Minyak Goreng Minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

Permintaan dan Penawaran sebagai Pembentuk Kelembagaan Pasar

Permintaan dan Penawaran sebagai Pembentuk Kelembagaan Pasar Permintaan dan Penawaran sebagai Pembentuk Kelembagaan Pasar Pengantar Ilmu Ekonomi Pertemuan ke-lima Pokok bahasan pertemuan ke-5 Teori permintaan dan kurva permintaan. Efek Perubahan harga dan non harga

Lebih terperinci

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Pangan merupakan kebutuhan pokok (basic need) yang paling azasi menyangkut kelangsungan kehidupan setiap

Lebih terperinci

ELASTISITAS HARGA Elastisitas Permintaan

ELASTISITAS HARGA Elastisitas Permintaan ELASTISITAS HARGA TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari bab ini diharapkan siswa dapat: 1. Elastisitas Permintaan 1. Permintaan Elastis ( Ed > 1 1) 2. Permintaan Inelastis ( Ed < 1 1). 3. Permintaan

Lebih terperinci

PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN

PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN 1. Permintaan dan penawaran 2. biaya, produksi, dan keuntungan TIK : Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan prinsip ekonomi yang diterapkan dalam kegiatan pertanian PERMINTAAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman Jeruk Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah-buahan yang paling banyak digemari oleh masyarakat kita. Buah jeruk selalu

Lebih terperinci

PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN

PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN PERMINTAAN DAN PENAWARAN HASIL PERTANIAN Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember http://www.adamjulian.net Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan daripada hubungan diantara harga dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan masalah Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian, sejak dulu merupakan sektor ekonomi yang utama di negara negara berkembang. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Teori Penawaran III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Penawaran Teori penawaran secara umum menjelaskan ketersediaan produk baik itu barang dan jasa di pasar yang diharapkan dapat memenuhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah komoditas strategi karena merupakan kebutuhan dasar manusia. Pangan tidak saja berarti strategis

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIVITAS / ELASTISITAS KURVA PERMINTAAN. Teori dan Elastisitas Permintaan

ANALISIS SENSITIVITAS / ELASTISITAS KURVA PERMINTAAN. Teori dan Elastisitas Permintaan ANALISIS SENSITIVITAS / ELASTISITAS KURVA PERMINTAAN Teori dan Elastisitas Permintaan ANALISIS PERMINTAAN DAN ELASTISITAS PASAR Permintaan yang secara relatif stabil memungkinkan operasi produksi yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Perilaku Konsumen Perilaku konsumen menurut Kotler(2007) dapat didefinisikan bahwa seluruh individu dan rumah tangga yang dapat membeli atau dapat memperoleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salak Salak (Salacca edulis Reinw) merupakan tanaman buah asli dari Indonesia. Buah ini tumbuh subur di daerah tropis. Ternyata tidak hanya di Indonesia, salak juga dapat tumbuh

Lebih terperinci

yang terbagi Pasar Johar (Bangunan Induk) m 2 Menyediakan : Kain, souvenir pernikahan, peralatan rumah tangga grosir dan satuan

yang terbagi Pasar Johar (Bangunan Induk) m 2 Menyediakan : Kain, souvenir pernikahan, peralatan rumah tangga grosir dan satuan 13 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Lokasi Wilayah Johar Lokasi Wilayah Penelitian ini dilakukan di kompleks Johar Semarang yang terletak di jalan KH. Agus Salim, Kelurahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas tanaman hortikultura khususnya buah-buahan mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan mengingat bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN JERUK LOKAL (Citrus sp) DI KABUPATEN SLEMAN

ANALISIS PERMINTAAN JERUK LOKAL (Citrus sp) DI KABUPATEN SLEMAN ANALISIS PERMINTAAN JERUK LOKAL (Citrus sp) DI KABUPATEN SLEMAN SKRIPSI Oleh : YENI KUSUMA DEWI H 03040112 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 i ANALISIS PERMINTAAN JERUK LOKAL

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sejak tahun Anggur merupakan salah satu buah-buahan yang

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sejak tahun Anggur merupakan salah satu buah-buahan yang TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Tanaman anggur merupakan tanaman sub tropis yang sudah beradaptasi di Indonesia sejak tahun 1880. Anggur merupakan salah satu buah-buahan yang banyak disukai konsumen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan 49 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup seluruh pengertian yang digunakan untuk keperluan analisis dan menjawab tujuan yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan oleh negara kita karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman bawang merah diduga berasal dari daerah Asia Tengah, yaitu sekitar India, Pakistan sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Jeruk merupakan salah satu buah utama di Indonesia. Tanaman jeruk merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Jeruk merupakan salah satu buah utama di Indonesia. Tanaman jeruk merupakan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Botani Tanaman Jeruk Jeruk merupakan salah satu buah utama di Indonesia. Tanaman jeruk merupakan jenis tanaman buah-buahan yang tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka 2. 1. Tinjauan Agronomis Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta. Sejarah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditi. commit to user

I. PENDAHULUAN. Komoditi. commit to user digilib.uns.ac.id I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan akan konsumsi buah-buahan di Indonesia semakin meningkat. Suhendra (2011) mengatakan bahwa setiap tahun konsumsi buah di Indonesia terus tumbuh

Lebih terperinci

3 KERANGKA PEMIKIRAN

3 KERANGKA PEMIKIRAN 19 3 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Perdagangan Internasional Pola perdagangan antar negara disebabkan oleh perbedaan bawaan faktor (factor endowment), dimana suatu negara akan mengekspor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pemerintah memprioritaskan pembangunan bidang ekonomi yang menitikberatkan pada sektor pertanian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mawar merupakan salah satu tanaman kebanggaan Indonesia dan sangat populer di mata dunia karena memiliki bunga yang cantik, indah dan menarik. Selain itu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN

PEMBAHASAN ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN PEMBAHASAN ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN A. Pengertian Elastisitas Permintaan Elasstisitas permintaan adalah suatu alat atau konsep yang digunakan untuk mengukur derajat kepekaan atau respon perubahan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis LPG bagi pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele di Kota Bogor adalah bahan bakar utama dalam proses produksinya. Kerangka pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan nasional abad ke-21, masih akan tetap berbasis pertanian secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Tanaman Kopi dan Aspek Ekonomisnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Tanaman Kopi dan Aspek Ekonomisnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Tanaman Kopi dan Aspek Ekonomisnya Salah satu kunci keberhasilan budidaya kopi yaitu digunakannya bahan tanam unggul sesuai dengan kondisi agroklimat tempat penanaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuuml. ini berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuuml. ini berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuuml. ini berasal dari kawasan Amerika Selatan dan Tengah. Tanaman cabai yang dicakup disini adalah cabai merah

Lebih terperinci

ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN

ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN ANALISIS MARJIN PEMASARAN JERUK SIAM (Citrus nobilis) PETANI DI DESA MUARA RENGAS KECAMATAN MUARA LAKITAN Nenny Wahyuni, SP. 1 (nennywahyuni@ymail.com) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Modul 3. Elastisitas Permintaan Dan Penawaran

Modul 3. Elastisitas Permintaan Dan Penawaran Modul 3. Elastisitas Permintaan Dan Penawaran Deskripsi Modul Ketika diperkenalkan tentang konsep permintaan, kita lihat bahwa para konsumen biasanya membeli lebih dari satu barang ketika harga turun,

Lebih terperinci

Elastisitas Permintaan dan Penawaran

Elastisitas Permintaan dan Penawaran Elastisitas Permintaan dan Penawaran Elastisitas ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga terhadap pengaruh perubahan jumlah produk (diminta atau ditawarkan) Manfaat : menjadi

Lebih terperinci