BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN NAPZA
|
|
- Johan Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2
3 BUKU PANDUAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN NAPZA Penyusun : Ns., Masykur Khair, S.Kep. AKADEMI KEPERAWATAN AL-IKHLAS CISARUA YAYASAN RAUDHATUL MUTA ALIMIN 2016
4 BIODATA MAHASISWA PAS FOTO NAMA NIM ALAMAT :. :. :. :. NO TELP :. AKADEMI KEPERAWATAN AL-IKHLAS CISARUA YAYASAN RAUDHATUL MUTA ALIMIN 2016
5 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-nya kepada kami sehingga buku panduan praktikum Keperawatan NAPZA ini dapat diterbitkan sebagai alat untuk membantu mahasiswa Akademi Keperawatan Al-Ikhlas Cisarua dalam meningkatkan ketrampilan praktek keperawatan dasar. Kami menyadari bahwa Ilmu keperawatan berkembang sangat pesat dan buku panduan praktikum ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami mengharapkan pembaca/pengguna buku ini selalu menyesuaikan dengan perkembangan ilmu yang ada dengan selalu membaca berbagai buku lainya dan tidak selalu terpaku pada buku petunjuk praktikum ini. Tak ada gading yang retak, saran dan masukan yang ditunjukan untuk penyempurnaan buku panduan praktikum ini sangat kami harapkan, Semoga buku panduan praktikum ini dapat bermanfaat dan membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran. Cisarua, Januari 2016 Penulis KEPERAWATAN NAPZA AKPER AL-IKHLAS CISARUA BOGOR i
6 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... BIODATA... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KEGIATAN BELAJAR PRAKTIKUM/LABORATORIUM KEPERAWATAN DASAR... A. Deskripsi Mata Ajar... iii B. Tujuan Umum... iii C. Tujuan Khusus... iii D. Ketrampilan yang dipelajari... iii E. Pelaksanaan Praktikum... iii F. Metode Evaluasi... iii G. Pembimbing Praktikum... iii H. Tata Tertib... iii PENGANTAR... 1 TERAPI MODALITAS... 1 DASAR PEMBERIAN TERAPI MODALITAS... 1 JENIS TERAPI MODALITAS... 1 TERAPI KOGNITIF (COGNITIF BEHAVIOR THERAPY)... 2 PENUGASAN... 5 PRESENTASI/DISKUSI... 5 LATIHAN ROLE PLAY... 5 DOKUMENTASI ASKEP NAPZA... 6 DAFTAR PUSTAKA... 7 LAMPIRAN... 8 i ii iii KEPERAWATAN NAPZA AKPER AL-IKHLAS CISARUA BOGOR ii
7 KEGIATAN BELAJAR PRAKTIKUM/LABORATORIUM KEPERAWATAN NAPZA A. Deskripsi Mata Ajar Mata kuliah ini mengenai penyalahgunaan dan ketergantungan obat-obatan serta narkotika, alkohol, psikotropika, zat adiktif, serta menguraikan asuhan keperawatan penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA. Asuhan keperawatan yang dipelajari pada mata kuliah ini adalah asuahan keperawatan pada pasien penyalahgunaan dan ketergantungan napza yang dilakukan detoksifikasi, yang mengalami komplikasi fisik, yang mengalami komplikasi psikiatri, yang dilakukan rehabilitasi dan asuhan keperawatan klien dengan kegawat daruratan NAPZA. B. Tujuan Umum Setelah mempelajari kegiatan praktikum, mahasiswa mampu menerapkan konsep keperawatan NAPZA dalam praktek keperawatan. C. Tujuan Khusus Mahasiswa diharapkan dapat mempraktekan ketrampilan : 1. Menerapkan terapi modalitas dalam pelaksanaan praktek keperawatan/penerapan asuhan keperawatan 2. Menerapkan/mengintegrasikan teknik pengkajian pada pasien dengan penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA 3. Menerapkan konsep yang dimiliki dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyalahgunaan dan ketergantungan NAPZA D. Ketrampilan yang Dipelajari 1. Terapi Modalitas 2. Cognitive Bahaviour Therapy 3. Dokumentasi Askep NAPZA 4. E. Pelaksanaan Praktikum Sesuai jadwal F. Metode Evaluasi 1. Sikap dan penampilan : 10 % 2. Kehadiran : 10 % 3. Pretes : 10 % 4. Ujian Praktek Intensif : 70 % NILAI BATAS LULUS/NBL PRAKTIKUM KEPERAWATAN NAPZA ADALAH : 75 G. Pembimbing Praktikum Terlampir sesuai jadwal H. Tata Tertib 1. Kehadiran praktikum 100% 2. Berpakaian rapi dan sopan (tidak memakai sandal, kaos oblong, baju ketat, antinganting dan rambut gondrong 3. Mengganti apabila menghilangkan, merusak alat laboratorium 4. Mahasiswa menyiapkan alat sehari sebelum pelaksanaan role play KEPERAWATAN NAPZA AKPER AL-IKHLAS CISARUA BOGOR iii
8 PENGANTAR Narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Menurut WHO penyalahgunaan zat adalah pemakaian terus-menerus atau jarang tetapi berlebihan terhadap suatu zat atau obat yag sama sekali tidak ada kaitannya dengan terapi medis. Zat yang dimaksud adalalah zat psikoaktif yang berpengaruh pada sistem saraf pusat (otak) dan dapat mempengaruhi kesadaran, perilaku, pikiran, dan perasaan. Sedangkan Ketergantungan NAPZA adalah keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan akan timbul gejala putus zat (withdrawal syamptom). Oleh karena itu ia selalu berusaha memperoleh NAPZA yang dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara normal. TERAPI MODALITAS Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif (Keliat, 2005). Terapi modalitas adalah terapi dalam keperawatan jiwa, dimana perawat mendasarkan potensi yang dimiliki pasien (modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhannya (Sarka, 2008) PRINSIP PELAKSANAAN Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan. DASAR PEMBERIAN TERAPI MODALITAS 1. Gangguan jiwa tidak merusak seluruh kepribadian atau perilaku manusia 2. Tingkah laku manusia selalu dapat diarahkan dan dibina ke arah kondisi yang mengandung reaksi (respon yang baru) 3. Tingkah laku manusia selalu mengindahkan ada atau tidak adanya faktor-faktor yang sifatnya menimbulkan tekanan sosial pada individu sehingga reaksi indv tersebut dapat diprediksi (reward dan punishment) 4. Sikap dan tekanan sosial dalam kelompok sangat penting dalam menunjuang dan menghambat perilaku individu dalam kelompok sosial 5. Terapi modalitas adalah proses pemulihan fungsi fisik mental emosional dan sosial ke arah keutuhan pribadi yang dilakukan secara holistik JENIS TERAPI MODALITAS 1. Terapi Individual Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis (terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan. 2. Terapi Lingkungan Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas dan interaksi. KEPERAWATAN NAPZA AKPER AL-IKHLAS CISARUA BOGOR 1
9 Tujuan dari terapi lingkungan ini adalah memampukan klien dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui belajar kompetensi yang diperlukan untuk beralih dari lingkungan rumah sakit ke lingkungan rumah tinggalnya 3. Terapi Biologi atau terapi somatis Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ada beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi: pemberian obat (medikasi psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro convulsive therapy (ECT), foto terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap diterapkan dalam pelayanan kesehatan jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan ECT. 4. Terapi Kognitif Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor tersebut. Ada tujuan terapi kognitif meliputi : a. Mengembangkan pola berfikir yang rasional. b. Mengubah pola berfikir tak rasional yang sering mengakibatkan gangguan perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta dan informasi yang actual. Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam menanggapi setiap stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran. c. Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan terlebih dahulu mengubah pola berfikir. 5. Terapi Keluarga Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya. 6. Terapi Kelompok Terapi aktivitas kelompok Sosialisasi (TAKS) adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial, yang bertujuan untuk meningkat hubungan sosial dalam kelompok secara bertahan (Keliat & Akemat, 2005) 7. Terapi Perilaku Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam terapi jenis ini adalah: a. Role model b. Kondisioning operan c. Desensitisasi sistematis d. Pengendalian diri e. Terapi aversi atau releks kondisi 8. Terapi Bermain Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, anak yang mengalami ansietas, atau sebagai korban penganiayaan (abuse). Bahkan juga terapi bermain ini dianjurkan untuk klien dewasa yang mengalami stress pasca trauma gangguan identitas disosiatif dan klien yang mengalami penganiayaan (Majnun. 2009) TERAPI KOGNITIF (COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY) Cognitive Behavioral Therapy (CBT), atau disebut juga dengan istilah Cognitive Behavioral Modification merupakan salah satu terapi modifikasi perilaku yang menggunakan kognisi sebagai kunci dari perubahan perilaku. Terapis membantu klien dengan cara membuang pikiran dan keyakinan buruk klien, untuk kemudian diganti dengan konstruksi pola pikir yang lebih baik. Model psikologis menggunakan konsep dari teori psikologi bahwa kecanduan adalah buah dari emosi yang tidak berfungsi selayaknya sehingga pencandu memakai obat pilihannya untuk meringankan dan melepaskan beban psikologis, model ini mementingkan KEPERAWATAN NAPZA AKPER AL-IKHLAS CISARUA BOGOR 2
10 penyembuhan emosi (Ametembun, 2003). Intervensi psikososial merupakan suatu pendekatan yang mengutamakan pada masalah psikologis dan sosial yang disandang oleh pasien dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien menghadapi setiap masalah (coping mechanism), model intervensi psikososial yang dapat digunakan adalah cognitif behavior therapy (CBT) dan konseling dasar.terapi ini berusaha untuk mengintegrasikan teknik-teknik terapeutik yang berfokus untuk membantu individu melakukan perubahan, tidak hanya pada perilaku nyata tetapi juga dalam pemikiran, keyakinan, dan sikap yang mendasarinya.terapi kognitif-behavioral memiliki asumsi bahwa pola pikir dan keyakinan mempengaruhi perilaku dan perubahan pada kognisi ini dapat menghasilkan perubahan perilaku yang diharapkan (Nevid, et al, 2003). Terapi kognitif merupakan strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Dimana prosesnya yaitu membantu mempertimbangkan stressor dan mengidentifikasi pola pikir dan keyakinan yang tidak akurat, dengan fokus asuhan yaitu reevaluasi ide, nilai, harapan dan memulai menyusun perubahan kognitif. Tujuan Terapi Kognitif a. Mengembangkan pola pikir yang rasional b. Menggunakan pengetesan realita c. Membantu perilaku dengan pesan internal Intervensi : a. Mengajar substitusi pikiran b. Penyelesaian masalah c. Memodifikasi percakapan diri negatif Pelaksanaan terapi kognitif : Mengajarkan untuk mensudtitusikan pikiran pasien, belajar menyelesaikan masalah dan memodifikasi percakapan diri negatif. Teknik dalam Cognitive Behavioral Therapy : 1. Cognitive Restructuring Methods Konsep dasar Cognitive Restructuring Methods yaitu untuk membantu klien mengidentifikasi pikiran-pikiran buruknya, kemudian menggantinya dengan pikiranpikiran yang lebih rasional dan realistis. Ada dua jenis Cognitive Restructuring Methods: a. Ellis s Rational-Emotive (Behavior ) Therapy 1) Masalah emosi berasal dari pernyataan irrasional ketika menghadapi kejadian yang tidak sesuai dengan harapannya. 2) Mengajarkan klien mengubah pikiran irrasional menjadi pikiran rasional yang lebih positif dan realistis. 3) Menantang pikiran irasional dengan memberikan interpretasi rasional terhadap kejadian buruk yang menimpa klien. 4) Memberikan tugas rumah. b. Beck s Cognitive Therapy 1) Gangguan emosi karena adanya disfungsi berpikir (dichotomous thinking, overgeneralization, magnification) 2) Mengidentifikasi disfungsi berpikir dan asumsi maladaptif yang menjelaskan emosi yang tidak menyenagkan. 3) Menetralisir disfungsi berpikir testing realitas 4) Memberikan tugas rumah 2. Self Instructional Coping Methods (Meichenbaum) Konsep Self Instructional Coping Methods yaitu mengganti pikiran negatif menjadi positif. Self instruction untuk mengubah perilaku Langkah-langkah dalam Self Instructional Coping Methods : a. Mengidentifikasi stimulus yang menyebabkan stress negative self statement. b. Melalui modelling atau behaviour rehearsal klien belajar self talk untuk menetralisir negative self statement ketika situasi yang menimbulkan stress muncul. c. Mengajarkan klien self instruction (misalnya menarik napas panjang). d. Mengajarkan klien self reinforcing setelah berhasil menguasai situasi. KEPERAWATAN NAPZA AKPER AL-IKHLAS CISARUA BOGOR 3
11 3. Problem Solving Methods (Dzurilla & Golfried) Asumsi dasar : problem solving mengandung proses perilakuan, baik overt (tampak), atau kognitif yang menyediakan berbagai alternatif respon efektif untuk menyelesaikan situasi problematis, dan meningkatkan kemungkinan memilih respon-respon yang paling efektif dari berbagai alternatif tersebut. Tujuan Pelatihan : bukan untuk memberikan solusi tetapi memberikan ketrampilan umum supaya individu memiliki kemampuan menyelesaikan berbagai problem secara efektif. Tahap Problem Solving a. Orientasi Umum 1) Menjelaskan dasar pikiran 2) Mengarahkan pemahaman yang merupakan bagian hidupnya. 3) Menekankan pada klien bahwa ia harus belajar mengenali situasi yang terjadi dan responnya yang seharusnya tidak dimunculkan secara otomatis 4) Klien dapat bertanya 5) Klien menceritakan situasi problematis yang dialami dan reaksi yang berhubungan dengan pemikiran dan perasaannya. b. Definisi & Formulasi Problem 1) Pada mulanya klien menceritakan problem secara samar dan abstrak (gambaran umum) 2) Klien harus belajar menceritakan problem secara spesifik dan mendetail. 3) Tidak hanya menceritakan kejadian yang eksternal, tetapi juga pikiran dan perasaan yang terlibat di dalamnya. 4) Klien belajar memisahkan informasi yang tidak relevan dan memfokuskan pada informasi yang berhubungan dengan problemnya. c. Membuat Alternatif 1) Setelah mendefinisikan masalah dnegan tepat, klien diinstruksikan melakukan brainstorming tentang solusi-solusi yang mungkin dilakukan. 2) Setelah klien mengidentifikasi beberapa alternatif respon penting, ia siap membuat keputusan berkaitan dengan strategi berikutnya. d. Mengambil Keputusan 1) Membuat estimasi dari beberapa alternatif yang muncul 2) Memperkirakan kemungkinan efektivitas dan konsekuensi jangka pendek dan panjang. 3) Membuat evaluasi. e. Verifikasi 1) Setelah ditemukan pemecahan masalah, dibuat pelatihan dan diwujudkan dalam kehidupan nyata dalam tingkah lakunya. 2) Terapis perlu memotivasi dan membimbing klien untuk menerapkan tingkah laku yang dipilih. 3) Mengevaluasi apa yang telah dilakukan. KEPERAWATAN NAPZA AKPER AL-IKHLAS CISARUA BOGOR 4
12 TUGAS KEPERAWATAN NAPZA PRESENTASI/DISKUSI Kelompok 1 : Mekanisme kerusakan otak akibat NAPZA Kelompok 2 : Model-model terapi untuk penyalahgunaan NAPZA Kelompok 3 : Asuhan Keperawatan pasien dengan penyalahgunaan NAPZA Keterangan : Masing-masing kelompok membuat Laporan serta file Power Point (ppt.) untuk dipresentasikan pada pertemuan sesi presentasi (sesuai jadwal yang ada) LATIHAN ROLE PLAY 1. Mahasiswa dibagi dalam 2 kelompok, dimana satu kelompok berperan sebagai perawat dan kelompok yang lain berperan sebagai pasien atau pecandu NAPZA. 2. Masing-masing mencari pasangan untuk memulai terapi kognitif, dimana yang perawat akan melakukan interaksi dengan pasien untuk melaksanakan terapi kognitif (CBT) 3. Pertemuan dibagi dalam 2 pertemuan dengan sistem Rolling peran 4. Setiap individu yang berperan sebagai perawat, melakukan pengkajian serta membuat catatan terkait pasien yang di kelola. Data pengkajian tersebut kemudian akan di jadikan Askep pada pertemuan Pendokumentasian Askep Napza. Skenario 1 : Seorang pasien (Tn. H, 27 tahun) merupakan pasien penyalahgunaan NAPZA dengan riwayat sudah 3 tahun mengkonsumsi narkoba, merupakan pasien baru di ruang X balai rehabilitasi, Tn. H baru 2 hari di rawat d ruangan. Sejak dibawa pasien belum berinteraksi dengan perawat sebelumnya. Pasien masih menunjukan sikap acuh terhadap perawat. Tn. H masih menunjukan perilaku agresif, bahkan hampir melukai dirinya sendiri. Skenario 2 : Seorang pasien (Tn. G, 24 tahun) merupakan pasien penyalahgunaan NAPZA dengan riwayat sudah 2 tahun mengkonsumsi narkoba, merupakan pasien yang sudah 3 bulan di ruang X balai rehabilitasi, pasien terkadang masih lepas kontrol dan sering marah. Pasien sudah mulai berinteraksi dengan orang lain, namun emosinya masih tinggi. Skenario 3 : Seorang pasien (Ny. C, 22 tahun) merupakan pasien penyalahgunaan NAPZA dengan riwayat 4 bulan mengkonsumsi narkoba, pasien hanya menyendiri di ruangan dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Pasien baru 1 minggu di rawat di ruang rehabilitasi NAPZA. Menurut keterangan keluarga ketika membawa pasien, pasien mulai menunjukan sikap aneh setelah diputuskan oleh pacarnya. Skenario 4 : Seorang pasien (Tn. K, 19 tahun) merupakan pasien penyalahgunaan NAPZA dengan riwayat sudah 6 bulan mengkonsumsi narkoba, merupakan pasien sudah 1 bulan menjalani perawatan di ruang X balai rehabilitasi, Tn. K mulai mengenal narkoba karena di kenalkan oleh teman-temannya. Sejak mulai mengkonsumsi narkoba, Tn. K sudah jarang masuk sekolah dan lebih sering berkumpul dengan teman-temannya. Di rumah pasien tinggal bersama orang tua, tapi orang tua sibuk bekerja. KEPERAWATAN NAPZA AKPER AL-IKHLAS CISARUA BOGOR 5
13 Skenario 5 : Seorang pasien (Ny. A, 32 tahun) merupakan pasien penyalahgunaan NAPZA. Pasien sudah lebih dari 1 tahun di ruang X balai rehabilitasi, pernah pulang beberapa kali, namun dibawa kembali oleh keluarganya karena mengamuk di rumah. Ny. A memiliki 1 orang anak berusia 5 tahun. Dulunya Ny. A adalah seorang sekretaris di salah satu perusahaan, berhenti bekerja ketika bercerai dengan suaminya. Skenario 6 : Seorang pasien (Ny. I, 18 tahun) merupakan pengguna NAPZA, merupakan seseorang yang bertempramen tinggi, acuh dan tidak peduli dengan orang lain. Pasien sudah 4 bulan menjalani rehabilitasi. Keluarga pernah mengunjungi pasien beberapa kali, namun pasien tidak pernah mau untuk bertemu dengan keluarganya. Pasien merupakan anak terakhir dari 3 bersaudara. Di ruangan pasien jarang berkomunikasi dengan orang lain, namun perawat peranah memergoki klien tampak menangis ketika keluarga yang mengunjunginya pulang. Skenario 7 : Seorang pasien (Ny. J, 21 tahun) merupakan pasien yang baru masuk ke ruang rehabilitasi NAPZA. Klien nampak bersikap tomboy, keluarga mengatakan dalam keseharian dia lebih banyak bergaul dengan teman-teman laki-laki ketimbang perempuan. Klien sering keluar malam hari, orang tua sudah melarang namun klien tidak mempedulikannya. Ayah klien baru meninggal sebulan yang lalu. Klien dibawa ke panti rehabilitasi bersama pihak kepolisian karena ke pergok membawa narkoba saat ada razia. Skenario 8 : Seorang pasien (Ny. H, 26 tahun), pasien sudah menjalani rehabilitasi selama 8 bulan, klien sudah menunjukan kondisi yang baik selama proses rehabilitasi, klien juga sudah diperbolehkan pulang ke rumah, namun klien tidak ingin pulang. Klien mengatakan merasa malu pada keluarga di rumah, terlebih pada orang tuanya. Klien merasa sudah gagal sebagai anak karena sudah menjelekan nama keluarga. Klien takut ketika pulang akan di hina oleh tetangga atau orang-orang yang ada disekitarnya. Skenario 9 : Seorang pasien (Ny. L, 17 tahun), klien merupakan anak ke 2 dari 3 bersaudara. Klien mulai mengenal narkoba ketika berkenalan dengan seorang laki-laki yang pernah jadi pacarnya. Klien merasa stres dan frustrasi karena permintaan orang tuanya. Klien merasa tidak diberlakukan dengan adil oleh orang tuanya. Orang tua mengirim klien ke pesantren untuk mengikuti jejak kakaknya, padahal klien tidak mau masuk pesantren dan ingin sekolah di SMA biasa saja. DOKUMENTASI ASKEP NAPZA 1. Masing-masing membuat Askep Gangguan NAPZA dari Pengkajian sampai Intervensi 2. Askep dibuat dalam bentuk tulisan tangan, dengan melanjutkan data pengkajian pada pertemuan sesi Role Play KEPERAWATAN NAPZA AKPER AL-IKHLAS CISARUA BOGOR 6
14 DAFTAR PUSTAKA Keliat, B.A., & Akemat. (2005). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC. Martin, Garry & Pear, Joseph. (2003). Behavior Modification, What It Is and How To Do It, 7 th Ed. Pearson Education International. New Jersey Kaplan, Harold, Benjamin J. S, dan Jack A G. (1997). Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jilid I. Jakarta : Binarupa Aksara Ametembun, M. T., (2003). Drug prevention and treatment program. Dept. Mental health John Hopkin University Maryland (Humphrey Fellow). KEPERAWATAN NAPZA AKPER AL-IKHLAS CISARUA BOGOR 7
15 Pedoman Penilaian Role Play Keperawatan NAPZA No Aspek Penilaian Ya Tidak FASE PRAINTERAKSI 1. Menferifikasi klien 2. Mencuci tangan 3. Menyiapkan alat FASE ORIENTASI 4. Memberi salam 5. Menjelaskan maksud dan tujuan 6. Meminta persetujuan klien FASE KERJA 7. Merencanakan waktu dan tempat yang dipakai 8. Menggunaan komunikasi terapeutik dalam berinteraksi 9. Mampu menggali/mengkaji masalah 10. Menerapkan konsep terapi kognitif (Cognitif Behaviour Therapy) 11. Kesopanan dalam berinteraksi 12. Mampu memberikan umpan balik positif terhadap masalah yang diperoleh 13. Mengevaluasi pencapaian tujuan FASE TERMINASI 14. Mengakhiri dan menyimpulkan kegiatan 15. Mengevaluasi perasaan klien 16. Melakukan kontrak kegiatan selanjutnya 17. Mencuci tangan TOTAL PELAKSANAAN ROLE PLAY NILAI 18. Ketepatan dalam penyampaian informasi 19. Kejelasan dalam penyampaian informasi 20. Kekompakan dalam pelaksanaan role play 21. Pengembangan skenario TOTAL KEPERAWATAN NAPZA AKPER AL-IKHLAS CISARUA BOGOR 8
16 Penilaian Pelaksanaan PRESENTASI No Aspek Penilaian Angka 1. Laporan/Tugas 2. Kekompakan dalam pelaksanaan Tugas/Laporan/Diskusi 3. Penyampaian materi dan Power Point 4. Diskusi Keterangan : Nilai Keperawatan NAPZA dalam Role Play : Jumlah Ceklis Nilai A = x 100% 9 Jumlah Nilai Penilaian Role Play Nilai B = 4 Nilai A + Nilai B Nilai Role Play = 2 Nilai Pelaksanaan Presentasi : Nilai C = Jumlah Angka 4 Nilai Total = Rata Rata Jumlah Nilai yang Diperoleh KEPERAWATAN NAPZA AKPER AL-IKHLAS CISARUA BOGOR 9
17
TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA
TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA Pendahuluan Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab
Lebih terperinciBUKU PANDUAN PRAKTIKUM ETIKA KEPERAWATAN
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM ETIKA KEPERAWATAN Penyusun : Tim Etika Keperawatan Akademi Keperawatan Al-Ikhlas AKADEMI KEPERAWATAN AL-IKHLAS CISARUA YAYASAN RAUDHATUL MUTA ALIMIN 2016 BIODATA MAHASISWA PAS FOTO
Lebih terperinci17. Keputusan Menteri...
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Undang-Undang Nomor 35 Tahun
Lebih terperinciDUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA
DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA Elisa Putri D. Siahaan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU **Dosen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Halusinasi adalah perubahan sensori dimana pasien merasakan sensasi yang tidak ada berupa suara, penglihatan, pengecapan,dan perabaan (Damaiyanti, 2012). Menurut Valcarolis
Lebih terperinciKonsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai
BAB IV ANALISIS ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURING DALAM MENANGANI KONSEP DIRI RENDAH SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP KHADIJAH SURABAYA A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Seorang Siswa Kelas VIII Mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dipandang sebagai proses yang dinamis yang dipengaruhi oleh sifat bakat seseorang dan pengaruh lingkungan dalam menentukan tingkah laku apa yang
Lebih terperinci2011, No sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Rehabilitasi Medis. Penyalahgunaan Narkotika. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2415/MENKES/PER/XII/2011 TENTANG
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa
ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa
Lebih terperinciPANDUAN PRAKTIKUM. Penyusun :
PANDUAN PRAKTIKUM Akademi Keperawatan Al Ikhlas Cisarua Bogor Jl. Hankam desa Jogjogan kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor Telp/fax 0251. 8252780 Penyusun : Mei Vita Cahya Ningsih, S.Kep.,Ns BUKU PANDUAN
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. yang telah dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Masalah 1 Terdapat banyak kesimpulan yang dapat dikerucutkan dalam penelitian ini yang telah dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
Lebih terperinciBAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan
BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab III ini merupakan data yang disajikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data
Lebih terperinciBUKU PANDUAN LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA I
bub BUKU PANDUAN LABORATORIUM KEPERAWATAN JIWA I Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Elfrida Nainggolan, SKM AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE JL. Gereja No. 17 Toba Samosir Sumatera Utara Buku Panduan Laboratorium
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan fungsi mental berupa frustasi, defisit perawatan diri, menarik diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) merupakan salah satu permasalahan yang menjadi ancaman serius bagi Bangsa Indonesia. Penyalahgunaan NAPZA
Lebih terperinciMODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM
Lebih terperinciMODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANXIETAS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JAKARTA A. KOMPETENSI
Lebih terperinciGARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN
GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN 1. Nama Mata Kuliah : Keperawatan Kode Mata Kuliah : Mulok 4 Jumlah : 2 SKS ( 1= T, 1= P ) Prasyarat : - Koordinator Mata Ajar : Ns., Masykur Khair, S.Kep. Nama Dosen : Ns.,
Lebih terperinciDRUG ABUSE KELOMPOK 5
DRUG ABUSE KELOMPOK 5 Pertanyaan Umum 1. Identitas Pribadi Nama Pasien : Umur : tahun (*pria/wanita) Alamat : Suku : Agama : Pendidikan terakhir : Pekerjaan : Aktivitas sehari-hari : Status pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu atau Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba adalah sebuah permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA sesuai dengan Surat Edaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan unsur terpenting dalam kesejahteraan perorangan, kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar hidup seperti
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah
BAB I 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan salah satu periode krisis dalam proses kehidupan seorang perempuan. Keadaan ini menimbulkan banyak perubahan drastis baik secara fisik maupun
Lebih terperinciREHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER
REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER Tujuan Terapi Ketergantungan Narkotika Abstinensia: Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal. Sebagian besar pasien ketergantungan narkotika tidak mampu atau kurang termotivasi
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KASUS
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh : AGUNG NUGROHO
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RSJD. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh : AGUNG NUGROHO 462008041 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciMODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK
www.mercubuana.ac.id MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK Aaron Beck adalah psikiater Amerika yang merintis penelitian pada psikoterapi dan mengembangkan terapi kognitif. Ia dianggap sebagai bapak cognitive
Lebih terperinciPROPOSAL Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Orientasi Realita
PROPOSAL Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Orientasi Realita A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk social yang hidup berkelompok dimana satu dengan yang lainnya saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciREHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER
REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER Tujuan Terapi Ketergantungan Narkotika Abstinensia: Tujuan terapi ini tergolong sangat ideal. Sebagian besar pasien ketergantungan narkotika
Lebih terperinciMODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciPROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI A. Konsep Harga Diri Rendah Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan. Setiap tahunnya penggunaan Napza semakin meningkat.
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 996/MENKES/SK/VIII/2002 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 996/MENKES/SK/VIII/2002 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SARANA PELAYANAN REHABILITASI PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
Lebih terperinciMODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL DISTRES SPIRITUAL DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL DISTRES SPIRITUAL DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JAKARTA
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA
ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Sepanjang daur kehidupan tidak terlepas dari situasi yang dapat mempengaruhi respon emosi individu. Salah satu situasi yang mempengaruhi emosi individu adalah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. perilaku adaptif (Keliat, 2004). Terapi modalitas adalah terapi dalam keperawatan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Terapi Modalitas 1.1 Pengertian Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orang lanjut usia adalah sebutan bagi mereka yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gangguan kejiwaan atau skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dibawah situasi yang menekan/stres (Torres et. al, 2012). Menurut Bowlby
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelekatan (attachment) adalah sebuah ikatan afektif yang terus bertahan, yang ditandai oleh kecendrungan untuk mencari dan memelihara kedekatan dengan figur tertentu,
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciKONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA
KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai muncul pada tahun 1950-an. Weiss (1947) menggambarkan beda perawatan kesehatan jiwa dengan perawatan umum
Lebih terperinciPEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS
PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS I. PENDAHULUAN Rekam medis berdasarkan sejarahnya selalu berkembang mengikuti kemajuan ilmu kesehatan dan kedokteran. Sejak masa pra kemerdekaan rumah sakit di Indonesia sudah
Lebih terperinciBUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN BAHAN ADIKTIF
Lebih terperinciINOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG
INOVASI KEPERAWATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN KANKER DIRUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG A. Pengertian Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Masa remaja mengalami perubahan meliputi perubahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Interaksi Sosial
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interaksi Sosial 2.1.1 Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA (Narkotika dan bahan/obat berbahaya)
Lebih terperinciTeknik lainnya dalam modifikasi perilaku
Modul ke: 12 Rizka Fakultas Psikologi Teknik lainnya dalam modifikasi perilaku Restrukturisasi kognisi, relaksasi, dan desensitisasi Putri Utami, M.Psi Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Restukturisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan bagi individu yang belajar atau mengikuti pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia, tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini peredaran dan penggunaan narkoba di kalangan masyarakat Indonesia nampaknya sudah sangat mengkhawatirkan dan meningkat tiap tahunnya. Kepala Badan Narkotika
Lebih terperincipersepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkotika adalah zat adiktif yang menyebabkan kehilangan kesadaran dan ketergantungan bagi penggunanya. Narkotika meningkatkan daya imajinasi manusia dengan merangsang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang NAPZA adalah singkatan untuk Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika, Psikotropika dan Bahan-bahan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. ( Yosep, 2007 ). Harga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiksi lainnya
BAB I PENDAHULUAN 1.l. Latar Belakang Penelitian Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiksi lainnya (NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terapi rumatan metadon adalah sebuah terapi dimana terdapat substitusi yang mengantikan narkotika jenis heroin yang menggunakan jarum suntik yang berbentuk cair yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan manifestasi klinis dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distrosi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku.
Lebih terperinciMODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JAKARTA A. KOMPETENSI
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
Lebih terperinciBAB IV HASIL YANG DICAPAI
BAB IV HASIL YANG DICAPAI A. Analisis Data Sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi, uji normalitas sebaran dan uji homogenitas. 1. Uji normalitas sebaran Uji
Lebih terperinciMODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciPROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS : MENARIK DIRI) BAB I PENDAHULUAN
PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS : MENARIK DIRI) BAB I PENDAHULUAN A. DEFINISI TAK Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang
Lebih terperinciReality Therapy. William Glasser
Reality Therapy William Glasser 1. Latar Belakang Sejarah William Glasser lahir tahun 1925, mendapatkan pendidikan di Cleveland dan menyelesaikan sekolah dokter di Case Western Reserve University pada
Lebih terperinciIntervensi Psikososial
PSIKOSOSIAL SEBAGAI ISU POKOK LAYANAN Intervensi Psikososial Agus Suriadi Materi Pokok Kuliah...! Pengertian intervensi psikososial Permasalahan-permasalahan psikososial Tujuan dari intervensi psikososial
Lebih terperinciA. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
109 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran harapan dan konsep Tuhan pada anak yang mengalami kanker, serta bagaimana mereka mengaplikasikan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN I. Latar Belakang Rekam medis berdasarkan sejarahnya sejarahnya selalu berkembang mengikuti kemajuan ilmu kesehatan dan kedokteran. Sejak masa pra kemerdekaan, rumah sakit di Indonesia sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke. baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Stanley, 2006).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dibidang kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi dan peningkatan masyarakat yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan akan meningkatkan usia harapan hidup.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan
Lebih terperinciA. Identitas : Nissa (Nama Samaran)
A. Identitas Nama Umur Jenis kelamin Agama Pekerjaan Asal Sekolah Kelas : Nissa (Nama Samaran) : 18 tahun : Perempuan : Islam : Siswa : SMA Negeri 1 Sanden : XII Semester : 1 Alamat B. Deskripsi Kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan alkohol bagi remaja sangat mengkhawatirkan dikarenakan mengkonsumsi alkohol dapat berpengaruh langsung pada lingkungan masyarakat dan mempengaruhi
Lebih terperinciIntervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi
Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Konseling Kelompok Salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan alkohol dalam masyarakat sangat mengkhawatirkan dikarenakan berpengaruh langsung pada lingkungan. Kenyataan yang ada penggunaan alkohol dilingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial
BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia jumlah pengguna narkotika dan obat terlarang dari tahun ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia jumlah pengguna narkotika dan obat terlarang dari tahun ke tahun terus bertambah, BNN (Badan Narkotika Nasional) Indonesia telah mendata untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan dambaan setiap insan manusia. Tidak ada seorang pun yang menginginkan dirinya dalam keadaan yang kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL
LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL A. Pengertian Isolasi social adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sehat jiwa adalah keadaan mental yang sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stressor, produktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa. Perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini penggunaan narkoba dikalangan remaja dan pelajar meningkat pesat. Hal tersebut merupakan fakta mengejutkan yang cukup meresahkan karena remaja dan
Lebih terperinciPROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) SOSIALISASI
PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) SOSIALISASI Oleh Kelompok : 1 1. Joko Sutrisno (14.401.15.047) 2. Khoiru Oktavia W (14.401.15.048) 3. Ratih Lutvi G (14.401.15.067) 4. Ratna Agustin M (14.401.15.068)
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.970, 2017 KEMENKUMHAM. Layanan Rehabilitasi Narkotika. Tahanan dan WBP. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Analisis dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) didalam Menangani
80 BAB IV ANALISIS DATA Analisis dengan Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) didalam Menangani Pola Pikir dan Perilaku Lesbian pada Remaja di Jeruk Lakarsantri Surabaya Setelah menyajikan data di lapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada masa ini anak belum memiliki kemampuan berpikir yang baik. Hal ini membuat mereka
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.
PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh R.Purwasih 1), Y. Susilowati 2), 1) Alumni Akademi Keperawatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)
BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita-berita kriminalitas yang semarak di berbagai media, baik cetak maupun elektronik sering menunjukkan adanya kasus penyalahgunaan NAPZA. NAPZA adalah narkotika,
Lebih terperinciPROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA
PROPOSAL KUNJUNGAN RUMAH (HOME VISIT) PADA KELUARGA NY. A DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN HARGA DIRI RENDAH DAN WAHAM CURIGA Disusun Oleh: DESI SUCI ANGRAENI SRI WAHYUNINGSIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada masyarakat. Perubahan gaya hidup
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORETIS
BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan
Lebih terperinciBAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang dihadapi pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Masalah yang dihadapi
Lebih terperinci