Peningkatan Mutu Sekolah
|
|
- Suryadi Sasmita
- 8 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Peningkatan Mutu Sekolah Jaap Scheerens Buku Serial Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan tan UNESCO lation Educational, Scientific, and Cultural Organization)
2 Peningkatan MUTU SEKOLAH
3 Jaap Scheerens til Peningkatan MUTU SEKOLAH HEP DOCUMENTAT ION JAA'; ^ (_ * t) L 0 HO S WACANAILMU DAN PEMIKIRAN - \m,i I.I.E.P P.E.I 9,mft.Drloc;Qu7SO^ PARIS 2 3. JUIN 2006 CENTRE DE DOCUMENTATION
4 PENINGKATAN MUTU SEKOLAH Jaap Scheerens Peneijemah Abas Al-Jauhari Penyunting Achmad Syahid Hak Cipta pada Pengarang Hak Penerbitan pada PT. Logos Wacana Ilmu Cover/Layout Muis Cetakan Pertama Agustus 2003 M Diterbidcan oleh PT. Logos Wacana Ilmu Jl. Ir. H. Djuanda No. 50 Blok D-30, Ciputai Telp. (021) , , Fax. (021) info@logoswacanailmu.com Judul Asli: Improving School Effectiveness Buku Asli Diterbidcan tahun 2000 oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization 7 place de Fontenoy, F Paris 07 SP Fundamentals of Educational Planning (Dasar-dasar Perencanaan Pendidikan) LWI 096 Jaap Scheerens Peningkatan Mutu Sekolah/ Jaap Scheerens; penerjemah, Abas al-jauhari; penyunting, Achmad Syahid,-- Jakarta : Logos, 2003 xxvi ; 14,5x21 cm Judul asli: Improving school effectiveness ISBN Management dan organisasi sekolah I. Judul II. al-jauhari, Abas IV
5 Fundamentals of Educational Planning (Dasar-dasar Perencanaan Pendidlkan) Buklet-buklet kecil dalam serial ini ditulis untuk dua kelompok pengguna. Kelompok pertama, mereka yang terlibat dalam perencanaan dan administrasi pendidikan, baik di negara berkembang maupun di negara maju. Sedang kelompok kedua, mereka yang bukan spesialis (di bidang pendidikan), seperti para pejabat tinggi pemerintah dan pembuat kebijakan yang berusaha menggali pemahaman yang lebih umum tentang perencanaan pendidikan, dan tentang bagaimana pengertian tersebut terkait dengan pembangunan nasional secara keseluruhan. Pemahaman tersebut diharapkan bermanfaat baik untuk kepentingan belajar secara pribadi maupun dalam program-program pelatihan formal. Sejak serial ini diluncurkan pada 1967, praktik dan konsep perencanaan pendidikan mengalami perubahan yang berarti. Banyak asumsi yang semula dijadikan landasan untuk merasionalisasi proses pengembangan pendidikan telah dikritik, atau ditinggalkan. Bahkan jika model perencanaan yang sentralistik dan kaku sekarang ternyata terbukti tidak lagi memadai dan tidak tepat untuk diterapkan, tidak berarti bahwa semua bentuk perencanaan tidak lagi dibutuhkan. Sebaliknya, kebutuhan mengumpulkan data, mengevaluasi efisiensi program yang ada, melakukan serangkaian v
6 studi dalam bidang yang berbeda, menatap masa depan, serta menggulirkan debat publik tentang dasar-dasar untuk memandu kebijakan pendidikan dan pembuatan keputusan bahkan menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Ruang lingkup perencanaan pendidikan telah diperluas. Di samping sistem pendidikan formai, juga kini diterapkan pada segala usaha pendidikan penting lain dalam setting pendidikan non-formal. Perhatian terhadap pertumbuhan dan perluasan sistem pendidikan bertambah, dan bahkan terkadang digantikan oleh tumbuhnya perhatian terhadap kualitas seluruh proses pendidikan, serta kontrol atas hasil-hasilnya. Paraperencana dan administrator akhirnya menjadi semakin sadar akan pentingnya strategi implementasi dan peran pelbagai mekanisme pengaturan yang berbeda dalam hai ini: pilihan metode pembiayaan, ujian dan prosedur sertifikasi atau pelbagai aturan dan struktur insentif lainnya. Perhatian para perencana ada dua: mencapai suatu pemahaman yang lebih baik mengenai validi tas pendidikan dalam dimensinyayang khusus yang terobservasi secara empiris dan membantu dalam menentukan strategi-strategi perubahan yang tepat. Tujuan buku-buku kecil serial ini an tara lain memonitor evolusi dan perubahan dalam kebijakan pendidikan, serta pengaruhnya terhadap kebutuhan perencanaan pendidikan; menyoroti isu-isu mutakhir mengenai perencanaan pendidikan dan menganalisisnya dalam konteks latar historis dan kemasyarakatannya; dan menyebarkan metodologi perencanaan yang dapat diterapkan pada konteks, baik negara maju maupun negara sedang berkembang. Untuk membantu International Institute for Educational Planning (IIEP), suatu badan di bawah naungan Unesco, dalam mengidentifìkasi isu-isu mutakhir dalam perencanaan dan pembuatan keputusan di pelbagai belahan dunia, ditunjuklah Dewan Editor (Editorial Board) yang terdiri atas dua orang editor umum dan seorang editor madya dari wilayah yang berbeda, yang semuanya kaum profesión al yang mempunyai reputasi tinggi di bidangnya. Dalam pertemuan pertama Dewan Editor yang bara ini padajanuari 1990, vi
7 para anggotanya telah mengidentìfìkasi topik-topik penting yang akan diulas dalam isu-isu mendatang dengan judul-judul berikut: 1. Pendidikan dan Perkembangan (education and development 2. Pertimbangan-pertimbangan keadilan (equity considerations). 3. Kualitas pendidikan (quality of education). 4. Struktur, administrasi dan manajemen pendidikan (structure, administration and management of education). 5. Kurikulum (curriculum). 6. Biaya dan pendanaan pendidikan (cost and financing of education). 7. Teknik-teknik dan pendekatan perencanaan (planning techniques and approaches). 8. Sistem informasi, monitoring dan evaluasi (information systems, monitoring and evaluation). Seüap judul diulas oleh seorang atau dua editor madya. Serial tersebut dirancang secermat mungkin, tetapi tidak ada usaha untuk menghindari kemungkinan perbedaan atau bahkan kontradiksi pandangan yang diekspresikan oleh para penulisnya. Institut sendiri tidak berkeinginan untuk memaksakan doktrin resmi apa pun. Dengan demikian, sementara pandangan di setiap edisi merupakan tanggungjawab para penulisnya sendiri, dan tidak harus didukung oleh Unesco atau International Institute for Educational Planning, pandangan tersebut pantas diperhatikan di forum debat internasional. Memang, salah satu tujuan penerbitan serial di atas adaiah untuk merefleksikan keragaman pengalaman dan pemikiran dengan cara memberikan kesempatan kepada para penulis yang berbeda dari beragam latar belakang dan disiplin ilmu untuk mengekspresikan pandangannya tentang perubahan teori-teori dan praktik dalam perencanaan pendidikan. Efektivitas sekolah adalah sebuah konsep yang sulit diterjemahkan, dan, begitu didefinisikan, sifat alamiah konsep ini sulit untuk diukur. vu
8 Dalam kajian yang kaya ini, Jaap Scheerens lebih melihat pada aspek-aspek dari panorama efektivitas sekolah, dengan demikian, ia menyediakan sebuah telaah menyeluruh yang berguna bagi para perencana pendidikan. Pengarang menggunakan basis pengetahuan tentang efektivitas sekolah untuk menguji pendekatan-pendekatan yang relevan dalam meningkatkan efektivitas, meskipun tidak pernah kehilangan pandangan pada fakta bahwa tiap situasi memiliki kekhususan tersendiri. Dia mengakui bahwa tampaknya lebih terbuka peluang untuk melakukan aksi bagi seseorang yang terdekat dengan level sekolah, dengan demikian, menjadi sulit bagi pihak-pihak yang berada pada level di atas sekolah untuk melakukan perencanaan tentang efektivitas. Dengan berpijak pada pemikiran di atas, dia menyarankan bahwa pendekatanpendekatan yang bersifat multi-level barangkali sangat sesuai, terutama bagi negara-negara yang sedang berkembang. Pentingnya evaluasi diri sekolah ditekankan, karena kenyataan bahwa proses evaluasi itu sendiri dapat menyumbang bagi peningkatan efektivitas. Atas dasar pada buklet ini, para perencana tenni saja akan lebih terlengkapi dalam mendiskusikan berbagai faktor berbeda yang terlibat dalam peningkatan efektivitas sekolah. HEP mengucapkan terima kasih kepada Profesor Scheerens atas kesediaannya berbagi pandangan dan pengetahuan dalam bidang kajian ini dengan menulis untuk Dasar-dasar Serial Perencanaan Pendidikan {the Fundamentals of Educational Planning series). Kami juga berhutang budi kepada Profesor Neville Postlethwaite, editor nomor seri ini, atas partisipasinya dalam penyiapan naskah awal seri ini. Gudmund Hemes Direktur HEP Vili
9 Komposisi Dewan Editor Ketua: Editor Umum: Gudmund Hemes Director, HEP Françoise Caillods HEP T. Neville PosdeÜiwaite (Profesior Emiratus) University of Humburg Jerman Dewan Editor: Jean-Claude Eicher University of Bourgogne Perancis Claudio de Moura Castro Inter-American Development Bank Amerika Serikat Kenneth N. Ross HEP Perancis Richard Sack Association for the Development of Education in Africa (ADEA) Perancis Rosa Maria Torres Kellogg Foundation/IIEP-Buenos Aires Argentina IX
10 Pengantar Pada dekade akhir 1990-an, literatur tentang efektivitas sekolah marak sekali. Karena karya para perencana pendidikan telah bergeser dari peningkatan pendaftaran sekolah ke peningkatan mutu pendidikan, maka para perencana harus memiliki kepedulian pada efektivitas sekolah. Lalu, apa itu sekolah efektif? Berbagai penulis telah menggunakan definisi yang berbeda mengenai 'efektif dan acapkali sulit membedakan di antara banyaknya definisi itu. Dalam pada itu, pembaca harus khawatir apakah definisi itu dapat dipanami atau tidak. Jelas sekali bahwa sekolah, dengan mendaftarnya siswa dari latar belakang keluarga yang baik, akan memiliki waktu yang lebih mudah dalam mengantarkan mereka untuk belajar, dibandingkan sekolah di mana semua muridnya berasal dari latar belakang keluarga miskin. Apa yang menarik bagi sebagian besar perencana pendidikan adalah identifìkasi faktor atau variabel yang dapat meningkatkan pembelajaran di semua sekolah, terlepas dari latar belakang siswa yang masuk ke sekolah tersebut Terutama sekali para perencana tertarik pada faktor-faktor yang terjadi pada sekolah-sekolah yang berlatar belakang keluarga miskin, yang menghasilkan prestasi murid yang tinggi. Apa saja faktor-faktor tersebut? Apakah faktor-faktor dapat digeneralisasikan kepada semua sekolah, apa saja kemungkinan biaya yang harus XI
11 disiapkan jika Kementrian Pendidikan menghendaki faktorfaktor tersebut ada di semua sekolah. Juga ada problem tambahan bahwa sekolah memiliki banyak mata pelajaran yang berbeda dan sasaran akhir yang bennacam-macam: kognitif, afektif, dan sosial. Apakah suatu faktor atau variabel hanya mempengaruhi satu bidang mata pelajaran atau seperangkat sasaran akhir, atau apakah ia dapat mempengaruhi semuanya? Seluruh bidang jenis pemikiran dan penelitian ini ditandai oleh banyaknya pendekatan, konsep, dan model, bahkan sulit bagi mereka yang terlibat untuk menangkap gambaran yang jelas mengenai pro dan kontra terhadap berbagai jenis pemikiran dan penelitian tersebut. International Institute for Educational Planning (HEP) mengundangjaab Scheerens dari Universitas Twente, Belanda, seorang yang sangat otoritatif dibidang managemen sekolah dan pendidikan efektif yang diakui, untuk menulis boklet-boklet singkat yang menjelaskan bidang yang rumit ini kepada para perencana pendidikan. Prof. Scheerens tidak hanya menggambarkan cara-cara yang berbeda bagaimana istilah 'efektif digunakan, melainkan juga 'konsep' dan 'model' berbeda yang digunakan dalam tipe penelitian ini. Dia kemudian mengaitkan temuan-temuan penelitian dalam bidang ini dengan perencanaan synoptic, teori pilihan, dan perencanaan retroactive. Akhirnya, dia mengetengahkan sekumpulan temuan dalam bidang ini namun pembaca dan pengguna yang hati-hati akan bertindak secara tepat ketika melakukan adaptasi. Jelaslah bahwa tiap-tiap sistem pendidikan perlu melakukan penelitiannya sendiri mengenai identifikasi variabel-variabel dan faktor-faktor yang diasosiasikan dengan 'efektivitas'. Diharapkan bahwa persoalan Dasar-dasar Perencana Pendidikan akan membantu para perencana pendidikan tidak hanya Xll
12 bekerja dengan cara mereka sendiri melalui tìpa-tìpe penelitìan yang berbeda, melainkan akan mendorong mereka melakukan penelitìan mereka sendiri seperti itu. T. Neville Posdethwaite Wakil Editor Umum xiii
13 Daftar Isi Pengantar xi Pendahuluan 1 I. Konseptualisasi: Perspektif tentang Efektivitas Sekolah 5 Pengantar 5 Definisi umum 5 Definisi Ekonomi tentang Efektivitas 8 Pandangan teoritis tentang efektivitas organisasi 11 Rasionalitas ekonomi 12 Model sistem organik 13 Pendekatan hubungan manusia dalam organisasi Birokrasi 15 Model organisasi politik 15 Mode-mode Pendidikan yang diterima di sekolah, sebagai jalan masuk untuk meningkatkan efektivitas 18 Ringkasan dan Kesimpulan 23 II. Penelitian: Telaah atas bukti dari Negara Maju dan Negara Berkembang 27 Pendahuluan: 27 xv
14 Rancangan menyeluruh tentang kajian efektivitas pendidikan 27 Bagian 1. Bukti dari Negara-negara Industri 29 Hasil Yang Diperoleh Diberbagai Rangkaian Penelitian Tentang Efektivitas-Pendidikan 29 Integrasi 49 Ringkasan Meta-analisis 53 Bagian 2. Bukti dari Negara-negara Sedang Berkembang 56 Studi Fungsi Produksi di Negara-negara Sedang Berkembang 56 Review tentang Penelitian tentang Efektivitas Sekolah di Negara-negara Sedang Berkembang Lingkup dan Pembatasan Model Efektivitas Sekolah bagi Perencana Pendidikan 65 Ringkasan dan Kesimpulan 71 Teori: Efektivitas Sekolah dan Perspektif tentang Perencanaan 77 Pengantar: paradigma rasionalitas 77 Perencanaan Synoptic dan Strukturisasi Birokrasi 80 Penyejajaran Rasionalitas Individu dan Organisasi: Teori Pilihan-Publik 86 Perencanaan Retroaktif dan Organisasi Pembelajaran 92 Ringkasan dan Kesimpulan 97 Aplikasi: Penggunaan Dasar Pengetahuan tentang Efektivitas Sekolah bagi Prosedur Monitoring dan Evaluasi 99 Pengantar 99 Indikator-indikator 101 Konteks Evaluatif, Tingkat Agregasi dan Dimensi Waktu; Menuju Konseptualisasi Indikator XVI
15 Pendidikan Lebih Lanjut 104 Konteks Evaluatif. 104 Tingkat Agregasi 106 Time-frame 107 Fungsi Indikator bagi Proses Pendidikan 107 Contoh-contoh Berbagai Indikator Proses Sekolah 110 Evaluasi Diri Sekolah 112 Definisi 113 Jenis Evaluasi Din Sekolah (School Self- Evaluation) 114 Taksonomi Evaluasi Sekolah, Metode, Aktor dan Obyek yang Berbeda-beda 124 Ringkasan dan Kesimpulan; Apa yang Dapat Diterapkan di Negara-negara Sedang Berkembang 126 Mempertimbangkan Kembali Dimensi Internal/Eksternal 126 Dukungan Ehternal 128 Aspek biaya 130 Politik Mikro Evaluasi 131 Indikator Proses yang Diilhami Efektivitas Sekolah Dipertimbangkan Kembali 133 V. Kesimpulan: Implikasi bagi Para Perencana Pendidikan 135 Daftar Pustaka 139 Indeks 151 xvu
16 Pendahuluan M onografi ini membicarakan temapokok tentangperencanaan pendidikan: bagaimana para pembuat kebijakan, kepala sekolah, guru dan orang tua dapat merancang ahi untuk metnbantu pencapaian tujuan pendidikan? Jawaban diberikan didasarkan pada hasil-hasil penelitian empiris, yang digolongkan di bawah judul seperti: 'produktivitas pendidikan', 'efektivitas sekolah', 'fungsi-fungsi produksi pendidikan' dan 'efektivitas pengajaran'. Sejak 1980, penelitian empiris telah menghasilkan bagan pengetahuan {the body of knowledge) yang menyediakan informasi tentang faktor-faktor perangkat lunak mana saja yang 'amat berarti' serta faktor-faktor lain mana saja yang memiliki dampak lebih kecil. Bagaimanapun, pertimbangan yang cermat mengenai dasar pengetahuan yang ada diperlukan, karena ada keberatan dan keterbatasan tertentu yang inneren dalam tradisi penelitian yang disebutkan di atas. Misalnya, sebagian besar penelitian empiris dilakukan di tingkat dasar dan menengah-bawah, serta variabel-variabel hasil (outcome) yang dipilih sebagian besar seringkali adalah mata pelajaran-mata pelajaran dasar, seperti bahasa ibu dan aritmatika atau matematika. 1
17 Oleh karena itu, tujuan kajian ini adalah sebagai berikut: # Menyediakan dasar konseptual untuk mendefinisikan efektivitas sekolah; * Menggambarkan variabel tingkat sekolah dan kelas yang diharapkan 'bekerja' dalam pendidikan serta tercermin pada bagaimana cara agar kebijakan bisa meningkadcan efektivitas sekolah; * Menelaah bukti penelitian yang ada berkenaan dengan hubungan antara kondisi perangkat lunak tertentu dengan prestasi pendidikan; # Menggambarkan model-model teoritis yang digunakan untuk menjelaskan mengapa faktor-faktor tertentu harus bekerja serta melihat model-model mana saja yang bisa menghasilkan pengaruh yang dapat dipraktekkan untuk meningkadcan efektivitas sekolah; Menunjukkan penerapan praktis dasar pengetahuan efektivitas sekolah bagi para perencana pendidikan. Pada bab pertama, konsep efektivitas sekolah didefinisikan. Definisi-definisi yang dikemukakan dalam penelitian efektivitas sekolah empiris ini dibandingkan dengan definisi-definisi dalam lapangan ekonomi dan organisasi. Hal ini mengarahkan pada peta konseptual, di mana 'sebab' atau maksud, dan 'pengaruh' atau capaian tujuan pendidikan, dibedakan sebagai dua faktor dasar bagi efektivitas sekolah. Aspek penting lain yang akan diperhatikan adalah konsep 'nilai tambah' pendidikan yang diterima di sekolah serta kenyataan bahwa kriteria yang digunakan untuk menilai apakah sekolah-sekolah tersebut efektif bersifat relatif dan bukan absolut. Pada bab kedua, akan ditelaah ulang dasar pengetahuan yang dihasilkan dari berbagai kumpulan penelitian tentang efektivitas pendidikan. Perhatian khusus diberikan kepada kajian- 2
18 kajian yang dilakukan di negara-negara sedang berkembang. Walaupun telaah ulang mengenai bukti penelitian yang lebih kualitatif cenderung sepakat dengan seperangkat faktor yang dapat meningkatkan efektivitas, namun síntesis penelitian kuantitatif dan kajian perbandingan international menyisakan keüdakpastian yang patut dipertimbangkan mengenai dampak dan penyamarataan sebagian besar faktor-faktor tersebut, terutama sekali faktor irc/>«-sumberdaya dan kondisi organisasi sekolah. Pada bab ketiga, bukti penelitian itu dihubungkan dengan teori ilmiah sosial yang lebih mapan dalam rangka menemukan mekanisme yang mendasari tentang apa yang membuat pendidikan yang diterima di sekolah efektif. Tiga penafsiran berbeda mengenai prinsip rasionalitas dibahas di bab ini: perencanaan synoptic, implikasi teori pilihan-publik; dan perencanaan retroactive. Walaupun bukti penelitian itu biasanya mendukung pandangan bahwa rasionalitas yang meningkat menjelaskan efektivitas sekolah, namun kesimpulan ini ditafsirkan bertentangan dengan kenyataan bahwa sebagian besar bukti itu didasarkan pada sistem pendidikan di mana kondisi sumberdaya manusia dan materi dasar tersedia dengan baik. Bab keempat melihat penggunaan faktor-faktor yang diidentifikasi dapat meningkatkan efektivitas sebagai model bagi peningkatan sekolah. Sungguhpun pendekatan ini telah memberikan hasil-hasil yang positif, bab ini menitikberatkan pada penerapan yang lebih hati-hati, di mana faktor-faktor yang diidentifikasi itu hanya digunakan sebagai target evaluasi dan monitoring pendidikan. Pendekatan ini menyisakan ruang bagi adaptasi kultural dan lokal mengenai hasil-hasil dan lebih mudah untuk berdamai dengan sikap para perencana pendidikan pusat yang lebih obyektif dalam sistem pendidikan yang didesentralisasi secara fungsional. Bab ini juga membahas penggunaan in- 3
19 dikator-indikator proses dalam konteks sistem indikator nasional dan evaluasi-diri sekolah. Fada bab singkat terakhir, disimpulkan secara ringkas implikasi-implikasi bagi para perencana pendidikan yang ada. 4
20 I. Konseptualisasi: Perspektif tentang Efektivitas Sekolah 1 Pengantar Adalah masnk akal bahwa sekolah yang efektif kira-kira sama dengan sekolah yang "baik". Atas dasar pengertian ini, definisi tentang efektivitas sekolah yang lebih tepat telah dikembangkan dalam kajian-kajian penelitian empiris. Nuansa-nuansa berbeda diberikan oleh perspektif-perspektif dari berbagai disiplin yang berbeda, terutama sekali disiplin ilmu ekonomi dan organisasi. Namun, meskipun disiplin-disiplin ilmu tersebut memiliki perspektif yang berbeda, skema yang relatif sederhana, terdiri dari seperangkat kondisi perangkat lunak pendidikan yang diterima di sekolah (sebab) dan beragam jenis kriteria sederhana (pengaruh), mungkin bisa dipandang sebagai dasar bagi definisi itu. Definisi umum Efektivitas sekolah mengacu pada kinerja unit organisasi yang disebut 'sekolah'. Kinerja sekolah dapat diperlihatkan melalui 'Sebagian bab ini adalah versi yang diperbaharui dari Bab 1 Scheerens (1992), Effective schooling. Research theory and practice, diterbitkan Cassell (London). 5
21 output sekolah tersebut, yang pada gilirannya diukur sesuai dengan prestasi rata-rata murid pada akhir masa pendidikan formal mereka di sekolah tersebut. Persoalan efektivitas sekolah menarik karena secara umum dapat diketahui bahwa kinerja sekolah itu berbeda-beda. Persoalan berikutnya adalah sejauhmana kinerja sekolah itu berbeda, atau, lebih tepatnya, sejauhmana sekolah-sekolah berbeda ketika kemampuan bawaan dan latar belakang sosio-ekonomi murid-murid sekolah itu sedikit banyak sama. Pemyataan yang agak berbeda mengenai prinsip perbandingan yang 'fair' antara sekolah dapat dibuat dengan menilai nilai tambah selama masa pendidikan yang dia peroleh. Ini berarti menilai dampak pendidikan yang diterima di sekolah pada prestasi para murid, ketika prestasi tersebut secara khas dapat dihubungkan dengan sekolah A setelah diselesaikan dan bukan sekolah B. Akan tetapi, dalam penelitian tentang efektivitas sekolah, menilai perbedaan nilai tambah atau nilai 'bersih' (net) antar sekolah tidaklah cukup. Dalam cabang penelitian pendidikan ini, pertanyaan yang benar-benar menarik bermula ketika kita menetapkan bahwa ada perbedaan penting: mengapa sekolah A lebih baik dibanding sekolah B, jika perbedaannya tidak berkaitan dengan perbedaan populasi siswa di dua sekolah itu? Serangkaian penelitian tentang efektivitas pendidikan yang berbeda-beda telah terkonsentrasi pada jenis-jenis variabel yang berbeda untuk menjawab pertanyaan ini. Ahli ekonomi berkonsentrasi pada input sumber daya, seperti besaran belanja persiswa. Para psikolog pengajaran akan menyelidiki manajemen di ruang kelas, seperti waktu tugas dan variabel-variabel yang berhubungan dengan strategi pengajaran. Tenaga ahli pendidikan umum dan para sosiolog pendidikan melihat pada aspekaspek organisasi sekolah, seperti gaya kepemimpinan. Sebelum hendak menjelaskan serangkaian penelitian tentang efektivitas pendidikan yang berbeda-beda ini serta 6
22 pengintegrasian berikutnya ke dalam kajian-kajian tentang efektivitas pendidikan di berbagai level dan di berbagai disiplinnya, sedikit karakteristik dasar dari definisi efektivitas sekolah yang muncul harus digarisbawahi. Pertama-tama harus dicatat bahwa konsep efektivitas sekolah harus dilihat sebagai konsep formal, 'hampa', konsep yang tidak pandang bulu berkenaan dengan jenis-jenis pengukuran terhadap kinerja sekolah yang dipilih. Karena maksud literal dari efektivitas adalah pencapaian tujuan {goal attainment}, maka asumsi implisitnya adalah bahwa kriteria yang digunakan untuk mengukur kinerja tersebut mencerminkan sasaran-sasaran akhir pendidikan yang penting. Tentu saja, berbagai pendapat tentang apakah kriteria-kriteria tersebut harusnya boleh berbedabeda, dan konsekuensinya arah serangan yang mudah pada penelitian tentang efektivitas sekolah adalah bahwa ia gagal membicarakan berbagai sasaran pendidikan yang penting. Dalam praktek yang sebenamya, prestasi pada mata pelajaran dasar seperti matematika atau aritmatika, sains dan bahasa daerah atau bahasa asing, merupakan pengukuran yang dipilih oleh sebagian besar dari serangkaian kajian tentang efektivitas pendidikan yang empiris. Kedua, pengukuran terhadap efektivitas sekolah didasarkan pada standar komparatif dan bukan standar absolut. 'Pengaruh' diperlihatkan menurut perbedaan rata-rata yang disesuaikan antar sekolah-sekolah atau menurut persentase variasi 'yang dijelaskan' antar sekolah-sekolah yang ada. Implikasinya adalah bahwa kajian-kajian tentang efektivitas sekolah, yang dilakukan di dalam konteks nasional tertentu, tidak menyatakan apa pun tentang tingkat prestasi pendidikan yang sebenarnya di negara tersebut. Berdasarkan tingkat kinerja, definisi tentang suatu sekolah yang efektif bagi negara X bisajadi juga agak berbeda bagi negara Y. Akhimya, dalam gambaran umum mengenai efektivitas sekolah dan penelitian tentang efektivitas sekolah, penting un- 7
23 tuk dicatat bahwa efektivitas sekolah itu merupakan sebuah konsep kausal. Oleh karena itu, beberapa pengarang membuat perbedaan tegas antara penelitian tentang kefektifan sekolah pada satu sisi dan penelitian tentang pengaruh sekolah pada sisi lain (dikutip dari Purkey dan Smith, 1983). Dalam penelitian tentang efektivitas sekolah tidak hanya perbedaan kinerja secara keseluruhan saja yang dinilai, melainkan juga pertanyaan tambahan mengenai hubungan sebab akibat yang muncul: karakteristik-karakteristik sekolah mana saja yang menghasilkan kinerja yang relatif lebih tinggi, terutama, ketika karakteristikkarakteristik populasi siswa sebaliknya justru konstan? Dalam bab berikut akan digambarkan secara lebih rinci berbagai rangkaian penelitian tentang efektivitas pendidikan yang telah menyumbang kepada konseptualisasi tentang efektivitas sekolah di berbagai level dan di berbagai disiplin ilmu dewasa ini. Singkatnya, efektivitas sekolah dilihat sebagai gelar untuk mana saja sekolah-sekolah yang telah mencapai tujuannya, kalau dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain yang 'setara', menurut jumlah siswa yang diterima {student-intake) dengan jalan memanipulasi kondisi-kondisi tertentu yang dilakukan oleh sekolah itu sendiri atau karena konteks yang melingkupi sekolah tersebut. Defittisi Ekonomi tentang Efektivitas Dalam ilmu ekonomi, konsep-konsep seperti efektivitas dan efisiensi dihubungkan dengan proses produksi dari suatu organisasi. Taruhlah dalam bentuk yang agak disesuaikan dengan cara produksi, suatu proses produksi dapat disimpulkan sebagai 'perputaran', atau perubahan dari 'input' ke dalam 'output'. Semua input yang masuk ke dalam suatu sekolah atau sistem sekolah termasuk para murid dengan segala karakteristik ter- 8
24 tentu yang ada pada mereka, serta semua bantuan keuangan dan materi pada mereka. Output meliputi prestasi yang dicapai raurid pada akhir masa pendidikannya. Proses atau alur masuk [throughput) perubahan yang terjadi dalam suatu sekolah itu dapat dipahami sebagai keseluruhan metode pengajaran, pilihan kurikulum dan prasyarat organisasi yang memungkinkan bagi para murid untuk memperoleh pengetahuan. Output jangka. panjang ditunjukkan dengan istilah ''outcome, lihat Tabel 7. Tabel 1. Analisa faktor dalam proses produksi pendidikan Input Proses Output Outcome Pembiayaan Metode-metode Skor ujian akhir Tersebar dalam Pengajaran sekolah dasar pasar tenaga kerja Efektivitas kini dapat digambarkan dengan sejauhmana tingkat output yang diinginkan tercapai. Kemudian efisiensi bisa didefinisikan sebagai tingkat output yang diinginkan dengan kemungkinan biaya yang paling rendah. Dengan kata lain, efisiensi adalah efektivitas dengan keperluan tambahan yang ingin dicapai dengan menempuh kemungkinan cara yang termurah. Cheng (1993) lebih jauh memberikan elaborasi mengenai definisi tentang efektivitas dan efisiensi, yang memasukkan dimensi output jangka pendek versus outcomejangka panjang. Meminjam kalimat Cheng: efisiensi dan efektivitas teknis mengacu pada u output sekolah yang terbatas pada mereka yang ada di sekolah atau segera setelah mereka menyelesaikan pendidikan di sekolah (misalnya, perilaku belajar, ketrampilan yang diperoleh, perubahan sikap, dll)", sedangkan efisiensi dan efektivitas sostai dihubungkan dengan "berbagai pengaruhnya pada di tengah-tengah masyarakat atau pengaruhnya pada kehidupan jangka panjang pada in- 9
25 dividu (misalnya, mobilitai sosial, pendapatan, produktivitas kerja)" (ibid., him. 2). Jika seseorang menggabungkan dua dimensi ini, maka empat tipe output sekolah dapat dibedakan (lihat TabelZ). Tabel 2. Pembedaan antara efektivitas sekolah dan efisiensi sekolah, dikutipdari Cheng (1993) Sìfat output sekolah Sifat input sekolah Di sekolah/segera setelah Pada level masyarakat menyelesaikan pendidikan Pengaruh jangka pendek Pengaruh jangka panjang Internai (misalnya, perilaku Ekstemal (misalnya, belajar, ketrampilan mobilitas sosial, penda yang diperoleh) patan, produktivitas) Non-moneter Efektivitas kemasyarakatan Efektivitas (misalnya, guru, sekolah teknis sekolah metode mengajar, buku) Moneter Efisiensi teknis sekolah Efisiensi kemasyarakatan (Misalnya, biaya (efektivitas ekonomi sekolah (efektivitas buku, gaji, biaya internai) ekonomi ekstemal) kesempatan) Adalah penting bagi análisis mengenai efisiensi dan efektivitas dalam konteks ekonomi agar mampu mengungkapkan nilai input dan output berkenaan dengan uang. Untuk menentukan efisiensi, penting mengetahui biaya-biaya input seperti materi pengajaran dan gaji para guru. Ketika output juga dapat diungkapkan dalam istilah keuangan, maka penentuan efisiensi menyerupai análisis untung rugi [cost-benefit analyst^ (Lockheed, 1988, him. 4). Akan tetapi, harus dicatat, bahwa implementasi 10
26 karakterisasi ekonomi mengenai efektìvitas sekolah yang disebutkan di atas secara kaku juga akan menghadapai banyak masalah. Analisis mengenai efisiensi dan efektìvitas tersebut dimulai dengan pertanyaan tentang bagaimana kita hams mendefinisikan 'output yang diinginkan' dari suatu sekolah, sekalipun kita berkonsentrasi pada pengaruh jangka pendek. Misalnya, 'produksi' atau hasil sekolah menengah dapat diukur dengan jumlah murid yang berhasil mendapatkan ijazah yang diserahkan sekolah. Dengan begitu, unit pengukurannya adalah murid setelah lulus ujian akhir. Akan tetapi, sering kali kita mencari pengukuran yang lebih tepat, yang dalam kasus ini, relevan untuk melihat, misalnya, pada peringkat yang dicapai para murid dalam berbagai mata pelajaran ujian mereka. Ditambah lagi, ada berbagai pilihan yang dibuat berkenaan dengan lingkup pengukuran efektìvitas. Apakah hanya prestasi ketrampilan dasar saja yang harus dikaji? Apakah juga mungkin memperhatikan proses kognitif yang lebih tinggi? Dan tidakkah juga hasil afektif dan/ atau sosial dalam pendidikan dapat dinilai sedemikian rupa? Permasalahan lain sehubungan dengan análisis ekonomi mengenai sekolah meliputi kesulitan menentukan nilai moneter dari input dan proses, serta tidak adanya kejelasan umum tentang bagaimana proses produksi beroperasi (justru pengukuran teknis dan prosedural diperlukan untuk mencapai oul/>ul maksimum). Selaras dengan pertanyaan tentang kegunaan definisi efektìvitas dalam istilah ekonomi, pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah menganggap sekolah sebagai suatu unit produksi dapat diterima. Pandangan teoritis tentang efektìvitas organisasi Para ahli teori organisasi kerapkali menganut tesis bahwa efektìvitas organisasi tidak bisa digambarkan dengan pengertian 11
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian pesat dengan berbagai aspek permasalahannya. Pendidikan tidak hanya bersinggungan dengan
Lebih terperinciii ~ Manajemen Sumber Daya Manusia
Daftar Isi ~ i ii ~ Manajemen Sumber Daya Manusia Daftar Isi ~ iii MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA Oleh : Herman Sofyandi Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta Ó 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi
Lebih terperinciPROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang
PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan
Lebih terperinciMANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
MANAJEMEN PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, Drs., M.Pd. Hakekat pembelajaran sebenarnya menunjuk pada fungsi pendidikan sebagai wahana untuk menjadikan
Lebih terperinciKOMPETENSI KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)
KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) 1. Memiliki Landasan dan Wawasan Pendidikan a. Memahami landasan pendidikan: filosofi, disiplin ilmu (ekonomi, psikologi, sosiologi, budaya, politik), dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas disebut juga
Lebih terperinciSekolah Dasar seseorang dikembangkan untuk menguasai berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sumber daya manusia mempunyai peranan sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu pembangunan dan peningkatan
Lebih terperinciDisarikan dari Forest, J. J.F & Altbach, P.G (ed) International Handbook of Higher Education. Dordrecht: Springer.
Disarikan dari Forest, J. J.F & Altbach, P.G (ed). 2007. International Handbook of Higher Education. Dordrecht: Springer. Rahmania Utari Keuangan, penggunaan teknologi komunikasi dan informasi, kompetisi
Lebih terperinciManajemen Strategik dalam Pendidikan
Manajemen Strategik dalam Pendidikan Oleh : Winarto* A. Pendahuluan Manajemen pendidikan yang diterapkan di lingkungan internal sistem persekolahan hanyalah sebagian dari tanggung jawab kepala sekolah
Lebih terperinciBAB V PENGEMBANGAN MODEL STRATEGI PENGELOLAAN MADRASAH ALIYAH NEGERI DI KOTA JAMBI
BAB V PENGEMBANGAN MODEL STRATEGI PENGELOLAAN MADRASAH ALIYAH NEGERI DI KOTA JAMBI Pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya menghasilkan pemikiran-pemikiran yang mencoba menjembatani temuan-temuan
Lebih terperincimasalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif, sistem penyelenggaraan proses pendidikan (pembelajaran dan
BAB VI KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Bab IV ini mempakan deskripsi temuan penelitian yang mencakup masalah penelitian yaitu gaya kepemimpinan kepala sekolah, sistem pelayanan administratif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, proses penelitian, dan
Lebih terperinciKompensasi Finansial Langsung
MSDM Materi 10 Kompensasi Finansial Langsung http://deden08m.com 1 Pengertian Kompensasi Kompensasi adalah total dari seluruh imbalan yang diterima para karyawan sebagai pengganti atas layanan mereka.
Lebih terperinciEVALUASI KEBIJAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 AMPIBABO KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG
EVALUASI KEBIJAKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DI SMA NEGERI 1 AMPIBABO KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG Rifka S. Akibu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciBAB II BAHAN RUJUKAN
BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Anggaran Perencanaan merupakan perumusan awal segala sesuatu yang akan dicapai. Perencanaan melibatkan evaluasi mendalam dan cermat serangkaian tindakan terpilih dan penetapan
Lebih terperinciMOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar
MOTIVASI DALAM BELAJAR Saifuddin Azwar Dalam dunia pendidikan, masalah motivasi selalu menjadi hal yang menarik perhatian. Hal ini dikarenakan motivasi dipandang sebagai salah satu faktor yang sangat dominan
Lebih terperinciMENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1
MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun
Lebih terperinciBAB I INTRODUKSI. Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang
BAB I INTRODUKSI Bab ini merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang penelitian, permasalahan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian, dan tahapan-tahapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana proses pendidikan dilakukan, mempunyai sistem yang dinamis dan kompleks. Kegiatan sekolah bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi.
BAB I 1.1 Pengantar PENDAHULUAN Tuntutan mengenai pengelolaan suatu organisasi berdasarkan sistem tata kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi organisasi di sektor pemerintahan
Lebih terperinciKompensasi Finansial Langsung
Kompensasi Finansial Langsung Pengertian Kompensasi Kompensasi adalah total dari seluruh imbalan yang diterima para karyawan sebagai pengganti atas layanan mereka. Tujuan umum pemberian kompensasi adalah
Lebih terperinciTelah diterbitkan dalam Manajemen Pembangunan No. 57/I/Tahun XVI, 2007
Membangun Key Performance Indicator Lembaga Pelayanan Publik (Asropi, SIP, MSi) I. Latar Belakang Dalam konsep New Public Management (NPM), birokrasi pemerintah sebagai pemberi pelayanan kepada masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana
Lebih terperinciKabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011
DINAMIKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH HUBUNGANNYA DENGAN PENETAPAN KEBIJAKAN STRATEGIS Oleh: Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. Disampaikan Pada Focus Group Discussion Kantor Litbang I. Pendahuluan Kabupaten
Lebih terperinciKekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan
KMA Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Proses Pembuatan Kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesinambungan perusahaan serta hasil usaha yang diharapkan. Budgeting ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan dan aktivitas dalam suatu organisasi tidak terlepas dari program dan anggaran yang tersedia. Budgeting atau penganggaran merupakan salah satu bentuk perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mempertahankan eksistensi dirinya juga. lingkungannya, namun dalam proses pendidikan banyak faktor yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak lepas dari kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia mampu mempertahankan eksistensi dirinya juga lingkungannya, namun dalam proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti
Lebih terperinciILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN DAN METODE ILMIAH
ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN DAN METODE ILMIAH Ilmu adalah sebagai aktivitas penelitian. Sudah kita ketahui bersama bahwa ilmu mempunyai andil yang cukup besar dalam perkembangan kehidupan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berlangsung cepat dan masif menuntut kemampuan sumber daya pendidikan melakukan penyesuaian yang bermakna
Lebih terperinciMAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK JENIS JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK
MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK JENIS JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK Oleh : Erinta Tria Yulianda Akuntansi 4 B 201410170311101 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciII. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang
II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat
Lebih terperinciJCM dalam Konteks Kultural Masyarakat Timor Leste
Bab Enam JCM dalam Konteks Kultural Masyarakat Timor Leste Telah dilakukan pencarian (secara terus-menerus) untuk menemukan cara agar membuat pekerjaan bermakna bagi pagawai sehingga mereka akan termotivasi
Lebih terperinciPerencanaan Strategis Pengendalian Manaajemen Pengendalian Operasi
Oleh: Bambang Moertijoso Manajemen sebagai proses atau kegiatan yang menjelaskan apa yang dilakukan manajer pada operasional organisasi mereka untuk merencanakan, meng organisasikan, memprakarsai, mengendalikan
Lebih terperinciOutline 0 PENDAHULUAN 0 TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL 0 SISTEM ASUMSI 0 PENDEKATAN SISTEM
Outline 0 PENDAHULUAN 0 TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL 0 SISTEM ASUMSI 0 PENDEKATAN SISTEM Pendahuluan 0 Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut
Lebih terperinciMATERI KULIAH MATERI SAJIAN PERKULIAHAN KE : P13 P Sebuah perjalanan abad ini untuk memahami kepemimpinan sekolah
MATERI KULIAH Mata Kuliah : Filsafat Administrasi Pendidikan Jumlah SKS : 2 ( dua ) Sks Kode MataKuliah : Ap 301 Pengampu : Prof. Dr. H. Dadang Suhardan, M.Pd. Nugraha Suharto, M. Pd. MATERI SAJIAN PERKULIAHAN
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
LAMPIRAN V PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi ini mengatur penyajian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi
Lebih terperinciMANAJEMEN PENINGKATAN MUTU. Dalam Konteks MBS
MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU SEKOLAH Dalam Konteks MBS MANAJEMEN SEKOLAH Paradigma baru manajemen pendidikan (Wirakartakusumah, 1998) Mutu Otonomi Akuntabilitas Akreditasi Evaluasi Apa yang diharapkan orang
Lebih terperinciKINERJA ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA. Frian Gar. Andea
KINERJA ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA Frian Gar. Andea PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan adanya Otonomi dan desentralisasi
Lebih terperinciANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)
ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR,
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH INSPEKTORAT Jalan Sultan Hasanudin No. 4 Leneng Praya Telp. 653510 Fax. 653216 KEPUTUSAN INSPEKTUR NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI APARATUR PENGAWASAN
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN ANATOMI ORGANISASI
STRUKTUR DAN ANATOMI ORGANISASI Elemen struktur organisasi Ada enam elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika hendak mendesain struktur, antara lain: 1. Spesialisasi pekerjaan. Sejauh
Lebih terperinciDiklat Penjenjangann. Auditor Utama. Auditor Madya. Auditor Muda. Diklat Pembentukann. Auditor Ahli. Auditor
Diklat Penjenjangann Auditor Utama Auditor Madya Auditor Muda Diklat Pembentukann Auditor Ahli Auditor Terampil KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN
Lebih terperinciBULETIN ORGANISASI DAN APARATUR
BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR I. Pendahuluan Banyaknya kebijakan yang tidak sinkron, tumpang tindih serta overlapping masih jadi permasalahan negara ini yang entah sampai kapan bisa diatasi. Dan ketika
Lebih terperinciMANAJEMEN PENINGKATAN MUTU SEKOLAH
MANAJEMEN SEKOLAH MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU SEKOLAH Dalam Konteks MBS PAKEM PARTISIPASI MAS Paradigma baru manajemen pendidikan (Wirakartakusumah, 1998) Mutu Otonomi Akuntabilitas Akreditasi Evaluasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pada Instansi pemerintahan kinerja biasa disebut sebagai sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja pada dasarnya menitikberatkan permasalahan pada proses perencanaan, pelaksanaan, dan juga hasil yang di dapatkan setelah melaksanakan pekerjaan. Pada
Lebih terperincipeningkatan kualitas sumber daya manusia mutlak diperhatikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia dalam sektor pendidikan merupakan salah satu isyu strategik yang sedang mendapatkan perhatian serius dari pemerintah. Pengembangan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini persaingan dunia usaha semakin gencar terjadi, pada. masa kini para pelanggan atau kita sebut saja konsumen sudah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan dunia usaha semakin gencar terjadi, pada masa kini para pelanggan atau kita sebut saja konsumen sudah berkembang bukan saja menjadi konsumen
Lebih terperinciKOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015
KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015 Topik #1 Manajemen Guru Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019 secara eksplisit menyebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi
Lebih terperinciGood Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik
Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik KOSKIP, KAJIAN RUTIN - Sejak lahir seorang manusia pasti berinteraksi dengan berbagai kegiatan pemerintahan hingga ia mati. Pemerintahan merupakan wujud
Lebih terperinci2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini memaparkan latar belakang masalah yang menjadi dasar pijakan peneliti melakukan penelitian, kemudian tujuan penelitian yang menjadi arah pada penelitian ini, selanjutnya
Lebih terperinciPENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH
PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH ( Studi pada SD Negeri Sobokerto 1 dan MI Al-Islam Ngesrep 1 ) TESIS Oleh : Nama : Retnaning Winastuti NIM : Q.100030109 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi
Lebih terperinciPROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA (PS S2 PBI)
PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA (PS S2 PBI) A. VISI PS S2 PBI menjadi penyelenggara pendidikan tinggi unggul dalam pengembangan ilmu kependidikan lanjut bidang bahasa dan sastra Indonesia
Lebih terperinciAFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2)
AFP SMART Strategi Advokasi Berbasis Bukti (bagian 2) Ada sembilan langkah dalam AFP SMART yang terbagi kedalam tiga fase atau tahapan sebagai berikut: Langkah 1. Buat sasaran yang SMART Langkah 4. Tinjau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan. organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belakangan ini lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan kemajuan teknologi informasi menciptakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian dan sistematika penulisan. mencanangkan suatu kebijakan yang dikenal dengan nama Gerakan Reformasi
BAB I PENDAHULUAN Bab I di dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang pemilihan judul, konteks penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika
Lebih terperinciBANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya
BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Menyelesaikan Desentralisasi Pesan Pokok Pemerintah daerah (Pemda) di Indonesia kurang memiliki pengalaman teknis untuk meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, setiap orang dapat dengan mudah mengakses dan mendapatkan bermacam-macam
Lebih terperinciSEJARAH MBS DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA
SEJARAH MBS DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional di Cianjur Pada Tanggal 21 Mei 2009 Oleh : Asep Suryana, M.Pd. UNIERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 A. Pendahuluan Secara teoritis,
Lebih terperinciyang ditetapkan oleh pemerintah pusat, propinsi, kabupaten dan kota.
158 BABV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Dalam bab terakhir ini, disajikan kesimpuian yang merupakan intisari dari keseluruhan pelaksanaan peneiitian yang sekaligus merupakan jawaban atas pertanyaan peneiitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pembelajaran merupakan salah satu faktor dan indikator terpenting dalam pendidikan karena sekolah merupakan tempat pembelajaran. Dalam proses belajar
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Pola Asuh Berdasarkan tata bahasanya, pola asuh terdiri dari kata pola dan asuh. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (dalam Isni Agustiawati, 2014), kata pola berarti model,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendahuluan Six Sigma merupakan konsep yang relatif baru bagi banyak organisasi. Six Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa cacat), tetapi
Lebih terperinciPENGANTAR MANAJEMEN PERPUSTAKAAN A. Ridwan Siregar Universitas Sumatera Utara
PENGANTAR MANAJEMEN PERPUSTAKAAN A. Ridwan Siregar Universitas Sumatera Utara Pengantar Manajemen disebut sebagai seni atau sains, tetapi sebenarnya adalah kombinasi dari keduanya.tugas manajerial adalah
Lebih terperinciKOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015
KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PENGELOLAAN TENAGA KERJA
Ekonomi Produksi Peternakan PERANCANGAN DAN PENGELOLAAN TENAGA KERJA Suhardi, S,Pt.,MP 3 MARET 2014 Bagi perusahaan, karyawan adalah asset yang paling bernilai. Untuk hal ini, Robert Owen (1771 1858) juga
Lebih terperincipengelolaan sekolah dasar yang bermutu, merupakan profit
179 BABV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berikut disajikan beberapa kesimpulan yang dihimpun dari deskripsi data sebagaimana yang dipaparkan daiam Bab IV. Beberapa kesimpulan yang disajikan
Lebih terperinciBAGIAN II DESKRIPSI KOMPONEN PROPOSAL SKRIPSI ATAU TUGAS AKHIR
BAGIAN II DESKRIPSI KOMPONEN PROPOSAL SKRIPSI ATAU TUGAS AKHIR Proposal penelitian untuk menyusun skripsi atau tugas akhir terdiri atas komponen yang sama. Perbedaan di antara keduanya terletak pada kadar
Lebih terperinciKAPITA SELEKTA AKUNTANSI. zmmmm. Disusun oleh: IRMA YANDA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA
KAPITA SELEKTA AKUNTANSI zmmmm Disusun oleh: IRMA YANDA 97 312 125 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2005 TEORI AGENSI Teori agensi memprediksi dan menjelaskan pihak-pihak yang terlibat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia Setiap organisasi tentunya mempunyai berbagai tujuan yang hendak dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber dayanya yang
Lebih terperinciPekerjaan. diukur dari biayanya. Modal
1 PUSAT PENDAPATAN dan BEBAN A. Pusat Tanggung Jawab Pusat tanggung jawab merupakan struktur sistem pengendalian dan pemberian tanggung jawab pada sub-unit organisasi yang mencerminkan strategi organisasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memenuhi amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka memenuhi amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4), maka pemerintah bersama DPR telah memenuhi tanggung jawabnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan masyarakat. Laporan terbaru United Nation Development Programme (UNDP) tahun 2013 menyatakan, Indeks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah memprogramkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sebagai acuan dan pedoman bagi pelaksanaan
Lebih terperinciPENGANTAR EKONOMI MANAJERIAL UNTUK RUMAH SAKIT
98 Memahami Penggunaan Ilmu Ekonomi BAB VII PENGANTAR EKONOMI MANAJERIAL UNTUK RUMAH SAKIT 7.1 Masalah Manajemen dan Ekonomi Perubahan disadari telah terjadi dalam rumah sakit. Fakta di lapangan dan sejarah
Lebih terperinciteguhfp.wordpress.com HP : Flexi:
teguhfp.wordpress.com email: kismantoroadji@gmail.com HP : 081-328089202 Flexi: 0274-7801029 A. PENDAHULUAN Dalam setiap membicarakan ORGANISASI, perlu pemahaman adanya TEORI ORGANISASI yang selalu membahas
Lebih terperinciProgram Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah
KEMENTERIAN Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah Mei 2012 Dari BOS ke BOSDA: Dari Peningkatan Akses ke Alokasi yang Berkeadilan Program
Lebih terperinciBAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam dunia pendidikan saat ini, peningkatan kualitas pembelajaran baik dalam penguasaan materi maupun metode pembelajaran selalu diupayakan. Salah satu
Lebih terperinciSeminar Pendidikan Matematika
Seminar Pendidikan Matematika TEKNIK MENULIS KARYA ILMIAH Oleh: Khairul Umam dkk Menulis Karya Ilmiah adalah suatu keterampilan seseorang yang didapat melalui berbagai Latihan menulis. Hasil pemikiran,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari Tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Situasi perekonomian dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi perekonomian dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya dewasa ini berkembang pesat, terlebih pada era globalisasi ini dimana perubahan teknologi dan arus
Lebih terperinciB.IV TEKNIK PENGUKURAN KINERJA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA
B.IV TEKNIK PENGUKURAN KINERJA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA DEPARTEMEN AGAMA RI SEKRETARIAT JENDERAL BIRO ORGANISASI DAN TATALAKSANA TAHUN 2006 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan, dan sikap atau nilai (Toharudin, dkk., 2011:179). pemecahan masalah belajar dan kesulitan dalam belajar.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran di sekolah tidak dapat terlepas dari buku pelajaran. Buku pelajaran termasuk salah satu sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran.
Lebih terperinciThe McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved.
17-1 17-2 Bab 17 Mengelola Perubahan dan Inovasi Pengantar 17-3 Manajer yang efektif harus memandang pengelolaan perubahan sebagai tanggung jawab yang utuh Organisasi yang gagal merencanakan, mengantisipasi,
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Pendidikan dasar merupakan suatu proses transformasi yang terencana dan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Pendidikan dasar merupakan suatu proses transformasi yang terencana dan membebaskan dalam rangka menghasilkan output yang diharapkan. Pendidikan dasar dilakukan
Lebih terperinciTujuan pembelajaran:
Tujuan pembelajaran: 1. Mengidentifikasi konsep-konsep teori manajemen dan memahami bagaimana konsep-konsep dapat membantu pemimpin dan manajer menjadi lebih baik 2. Mengelola olahraga, mendefinisikan
Lebih terperinciPROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF (SKRIPSI)
PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF (SKRIPSI) Suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tata kelola yang baik (good governance) adalah suatu sistem manajemen pemerintah yang dapat merespon aspirasi masyarakat sekaligus meningkatkan kepercayaan kepada pemerintah
Lebih terperinciTeori dan Praktek Evaluasi Program DIAN PERMATASARI K.D
Teori dan Praktek Evaluasi Program DIAN PERMATASARI K.D Evaluasi merupakan alat dari berbagai cabang ilmu pengetahuan untuk menganalisis dan menilai fenomena ilmu pengetahuan dan aplikasi ilmu pengetahuan
Lebih terperinciMANAGEMENT SUMMARY CHAPTER 7 DECISION MAKING
MANAGEMENT SUMMARY CHAPTER 7 DECISION MAKING MANAJER SEBAGAI PEMBUAT KEPUTUSAN PROSES MEMBUAT KEPUTUSAN Manajer bertugas membuat keputusan. Dan mereka ingin keputusan tersebut menjadi keputusan yang terbaik,
Lebih terperinciKATA PEMBUKA KEWIRAUSAHAAN KONSEP DAN IMPLEMENTASI
KATA PEMBUKA Rekan-rekan sejawat, saya ingin menginformasikan bahwa di tahun 2012, rangkaian kolom-kolom yang akan saya sajikan terbagi dalam dua kluster, yakni kluster pertama berkenaan dengan aspek-aspek
Lebih terperinci