Penilaian Landasan Perlindungan Sosial Berdasarkan Dialog Nasional di Indonesia:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penilaian Landasan Perlindungan Sosial Berdasarkan Dialog Nasional di Indonesia:"

Transkripsi

1 Organisasi Perburuhan Internasional Penilaian Landasan Perlindungan Sosial Berdasarkan Dialog Nasional di Indonesia: Menuju Landasan Perlindungan Sosial Indonesia Penjabaran skema jaminan sosial dan perlindungan sosial yang ada berdasarkan empat jaminan dalam Landasan Perlindungan Sosial (Social Protection Floor), identifikasi kekurangan dalam kebijakan dan dan implementasi, rekomendasi ke depan, perhitungan perkiraan biaya (costing) cepat untuk memperkirakan biaya yang diperlukan untuk menyediakan perlindungan sosial yang belum ada. Laporan ini disusun oleh Sinta Satriana dan Valerie Schmitt (ILO), bekerjasama dengan Bappenas dan sub kelompok kerja badan Persatuan Bangsa-Bangsa untuk Landasan Perlindungan Sosial di Indonesia. Selain kedua penulis diatas, Tauvik Muhamad (ILO) memberi dukungan dalam proses implementasi penilaian.

2 Copyright International Labour Organization 2012 Cetakan Pertama 2012 Publikasi-publikasi International Labour Office memperoleh hak cipta yang dilindung oleh Protokol 2 Konvensi Hak Cipta Universal. Meskipun demikian, kutipan-kutipan singkat dari publikasi tersebut dapat diproduksi ulang tanpa izin, selama terdapat keterangan mengenai sumbernya. Permohonan mengenai hak reproduksi atau penerjemahan dapat diajukan ke ILO Publications (Rights and Permissions), International Labour Office, CH-1211 Geneva 22, Switzerland, or by pubdroit@ ilo.org. International Labour Office menyambut baik permohonan-permohonan seperti itu. Perpustakaan, lembaga dan pengguna lain yang terdaftar di Inggris Raya dengan Copyright Licensing Agency, 90 Tottenham Court Road, London W1T 4LP [Fax: (+44) (0) ; cla@cla.co.uk], di Amerika Serikat dengan Copyright Clearance Center, 222 Rosewood Drive, Danvers, MA [Fax: (+1) (978) ; info@copyright.com] arau di negara-negara lain dengan Reproduction Rights Organizations terkait, dapat membuat fotokopi sejalan dengan lisensi yang diberikan kepada mereka untuk tujuan ini. Penilaian Landasan Perlindungan Sosial Berdasarkan Dialog Nasional di Indonesia: : Menuju Landasan Perlindungan Sosial Indonesia ii Penilaian Landasan Perlindungan Sosial Berdasarkan Dialog Nasional di Indonesia: Menuju Landasan Perlindungan Sosial Indonesia/Kantor Perburuhan Internasional Jakarta: ILO, 2011 xiv, 82 p ISBN (print) (web pdf) Juga tersedia dalam bahasa Inggris: Social protection assessment based national dialogue: Towards a nationally defined social protection floor in Indonesia; ISBN: (print); (web pdf)/international Labour Office Jakarta: ILO, 2012 ILO Katalog dalam terbitan Penggambaran-penggambaran yang terdapat dalam publikasi-publikasi ILO, yang sesuai dengan praktik-praktik Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan presentasi materi yang ada di dalamnya tidak mewakili pengekspresian opini apapun dari sisi International Labour Office mengenai status hukum negara, wilayah atau teritori manapun atau otoritasnya, atau mengenai batas-batas negara tersebut. Tanggung jawab atas opini-opini yang diekspresikan dalam artikel, studi, dan kontribusi lain yang ditandatangani merupakan tanggung jawab penulis, dan publikasi tidak mengandung suatu dukungan dari International Labour Office atas opini-opini yang terdapat di dalamnya. Rujukan ke nama perusahaan dan produk komersil dan proses tidak menunjukkan dukungan dari International Labour Office, dan kegagalan untuk menyebutkan suatu perusahaan, produk komersil atau proses tertentu bukan merupakan tanda ketidaksetujuan. Publikasi ILO dapat diperoleh melalui penjual buku besar atau kantor lokal ILO di berbagai negara, atau secara langsung dari ILO Publications, International Labour Office, CH-1211 Geneva 22, Switzerland; atau Kantor ILO Jakarta, Menara Thamrin, Lantai 22, Jl. M.H. Thamrin Kav. 3, Jakarta 10250, Indonesia. Katalog atau daftar publikasi tersedia secara cuma-cuma dari alamat di atas, atau melalui pubvente@ilo.org Kunjungi halaman web kami: Editor (bahasa Indonesia): Tauvik Muhamad Dicetak di Indonesia

3 Daftar Isi Daftar Isi Daftar Tabel dan Gambar Kata Pengantar Ucapan Terimakasih Ringkasan Eksekutif Daftar Singkatan iii iv v vi vii xi 1 Pengantar 1 2 Konteks Konteks nasional Konteks global dan regional 11 3 Penilaian Landasan Perlindungan Sosial di Indonesia Berdasarkan Dialog Nasional: tujuan, proses, dan metodologi Tujuan Proses Metodologi 14 4 Presentasi matriks penilaian: struktur perlindungan sosial, program yang ada, kekurangan dari sisi kebijakan dan implementasi, rekomendasi Struktur matriks penilaian Program-program yang ada saat ini Kekurangan dari sisi Kebijakan dan Implementasi Rekomendasi 42 5 Metodologi Costing (perkiraan pembiayaan), penjabaran opsi ( skenario ) kebijakan untuk melengkapi LPS, dan penghitungan biayanya Metodologi costing menggunakan RAP Protocol Jaminan Kesehatan Anak-anak Penduduk usia kerja Lanjut usia dan penyandang disabilitas Paket gabungan untuk menutupi kekurangan LPS 70 6 Indikasi Awal untuk Ruang Fiskal 73 Lampiran 1: Matriks Penilaian LPS 75 Lampiran 2: Kerangka Hukum dan Hak Azasi di Indonesia 76 iii Lampiran 3: UU dan Peraturan 77 Daftar Pustaka 79

4 Daftar Tabel dan Gambar Penilaian Landasan Perlindungan Sosial Berdasarkan Dialog Nasional di Indonesia: : Menuju Landasan Perlindungan Sosial Indonesia Tabel 1: Program-Program Jaminan Sosial 4 Tabel 2: Bantuan Sosial dan Subsidi 5 Tabel 3: Kerangka Hukum 6 Gambar 1: Struktur Model RAP 14 Gambar 2: Proses Kegiatan Dialog Nasional Penilaian atas Perlindungan Sosial di Indonesia 15 Tabel 4: Matriks Penilaian 17 Tabel 5: Rangkuman program-program jaminan kesehatan 21 Tabel 6: Manfaat program PKH 23 Tabel 7. Jumlah sasaran PKSA dibanding estimasi jumlah anak yang membutuhkan 24 Table 8: Rangkuman program jaminan sosial untuk anak-anak 26 Tabel 9: Rangkuman program-program untuk kelompok usia kerja 31 Tabel 10: Rangkuman program untuk lansia dan orang dengan disabilitas 34 Tabel 11: Proyeksi biaya skenario jaminan kesehatan 53 Gambar 3: Proyeksi biaya skenario kesehatan dalam persentasi PDB 55 Tabel 12: Proyeksi biaya skenario pengobatan HIV 59 Gambar 4: Proyeksi biaya skenario HIV dalam persentasi PDB 60 Table 13: Manfaat dalam skenario 1 61 Tabel 14: Manfaat dalam skenario 2 62 Tabel 15: Proyeksi biaya skenario untuk anak-anak 63 Gambar 5: Proyeksi biaya skenario untuk anak-anak dalam persentasi PDB 64 Tabel 16: Proyeksi biaya skenario untuk kelompok usia kerja 65 Gambar 6: Proyeksi biaya skenario kelompok usia kerja dalam persentasi PDB 65 Tabel 17: Proyeksi biaya skenario untuk lansia dan orang dengan disabilitas berat 69 Gambar 7: Proyeksi biaya skenario untuk orang dengan disabilitas berat dan lansia 70 Tabel 18: Kombinasi skenario rendah dan kombinasi skenario tinggi untuk melengkapi LPS di Indonesia 70 Tabel 19: Proyeksi biaya untuk skenario kombinasi rendah dan tinggi untuk melengkapi Landasan Perllindungan Sosial di Indonesia (dalam persentasi PDB) 71 Gambar 8: Proyeksi biaya skenario kombinasi rendah dan tinggi (dalam persentasi PDN) 72 Tabel 20. Ruang fiskal: skenario rendah dan skenario tinggi bila diasumsikan dibiayai sepenuhnya oleh anggaran pemerintah 73 Gambar 9. Ruang fiskal: skenario rendah dan skenario tinggi bila diasumsikan dibiayai sepenuhnya oleh anggaran pemerintah (% PDB) 73 Tabel 21. Kerangka kerja hukum dan Hak Azasi Manusia di Indonesia 76 iv

5 Kata Pengantar Landasan Perlindungan Sosial (LPS) atau Social Protection Floor (SPF) merupakan sejumlah jaminan sosial dasar yang perlu disediakan untuk seluruh masyarakat. Sejalan dengan amanat amandemen UUD 1945, UU No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Indonesia saat ini tengah mengembangkan kebijakan-kebijakan perlindungan sosial yang lebih komprehensif untuk menjangkau seluruh penduduk. Komitmen Indonesia terhadap perlindungan sosial juga tereflesikan dalam Pakta Lapangan Kerja (Indonesian Jobs Pact) yang ditandatangani secara tripartit pada tanggal 13 April Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) bekerjasama dengan Bappenas (Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional) telah melaksanakan kegiatan penilaian terhadap perlindungan sosial di Indonesia, untuk mempelajari seberapa jauh Landasan Perlindungan Sosial (LPS) sudah terlaksana bagi warga Indonesia. Kegiatan penilaian ini dilakukan dengan berkonsultasi dengan kementerian-kementerian terkait, Kelompok Kerja Kantor PBB Indonesia untuk Perlindungan Sosial, perwakilan pekerja dan pengusaha serta lembaga-lembaga terkait lainnya. Konsultasi dilakukan di tingkat nasional dan di tiga provinsi; Provinsi Maluku, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur. Perlindungan sosial di Indonesia yang terdiri dari berbagai program skema kontribusi maupun non-kontribusi telah berkembang sangat pesat. Namun demikian masih ditemukan sejumlah kekurangan dari segi kebijakan maupun implementasi. Penilaian ini mengidentifikasi kekurangan-kekurangan tersebut serta memformulasi rekomendasi kebijakan spesifik untuk mencapai Landasan Perlindungan Sosial di Indonesia. Selain itu, juga disusun perkiraan dan proyeksi biaya untuk beberapa rekomendasi yang diajukan, disajikan dalam persentasi PDB dan persentasi anggaran belanja pemerintah. Proyeksi biaya tersebut memberi gambaran awal sebagai bahan diskusi mengenai mengenai pembiayaan perlindungan sosial tambahan yang masih diperlukan. Kami berharap hasil dari penilaian serta rekomendasi kebijakan yang disajikan dalam laporan ini dapat menjadi acuan yang berguna dalam mengambil langkah-langkah kedepan untuk mencapai Landasan Perlindungan Sosial di Indonesia, dan rekomendasi yang diusulkan dapat direalisasikan. Kami yakin bahwa pendekatan partisipatif yang digunakan dalam proses penilaian ini juga telah meningkatkan pemahaman bersama antara pihak-pihak yang terlibat baik dari pemerintah, pekerja, pengusaha, LSM dan lembaga PBB mengenai konsep Landasan Perlindungan Sosial, relevansinya bagi Indonesia serta pentingnya pendekatan perlindungan sosial yang menyeluruh dan terkoordinasi. v Ceppie K. Sumadilaga, Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan UKM Bappenas Peter Van Rooij Direktur ILO Indonesia

6 Ucapan Terimakasih Penilaian Landasan Perlindungan Sosial Berdasarkan Dialog Nasional di Indonesia: : Menuju Landasan Perlindungan Sosial Indonesia Penulis mengucapkan terimakasih atas dukungan semua pihak yang terlibat dalam proses Dialog Nasional Penilaian atas Perlindungan Sosial di Indonesia: Kementerian dan lembaga pemerintah yang terkait kebijakan perlindungan sosial (Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan, Bappenas, TNP2K, BPS serta lembaga terkait lainnya), PT Jamsostek, perwakilan pekerja dan pengusaha, lembaga swadaya masyarakat dan akademisi yang terlibat, serta rekan-rekan lembaga PBB yang terlibat dalam inisiatif Landasan Perlindungan Sosial. Secara khusus penulis berterimakasih kepada: Dr. Lukita Dinarsyah Tuwo, Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Bappenas, Dr. Ceppie K. Sumadilaga, MA, Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan UKM Bappenas, Dr. Vivi Yulaswati, MSc., Direktur Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat Bappenas, Dra. Rahma Iryanti MA, Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja, Bappenas, Dharendra Wardhana, SE, MSc, di Direktorat Kesejahteraan dan Perlindungan Sosial Bappenas Prof. Suahasil Nazara, PhD, Koordinator Pokja Kebijakan, TNP2K, Isnavodiar Jatmiko, di Biro Renbang, PT. Jamsostek, Nancy Fee, Koordinator UNAIDS Indonesia, Mitchell Wiener, Spesialis Senior Jaminan Sosial, Bank Dunia. Nurholis Majid, FHI 360, Kepala Bappeda Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku dan Jawa Timur. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Peter Van Rooij, Direktur ILO Indonesia atas dukungan yang terus menerus diberikan selama pelaksanaan kegiatan, serta Hiroshi Yamabana, aktuaris di Departemen Jaminan Sosial ILO di Jenewa atas kontribusi eknis yang diberikan. Namun demikian penulis bertanggungjawab sepenuhnya atas keseluruhan isi serta pendapat yang dikemukakan dalam laporan ini. vi

7 Ringkasan Eksekutif Indonesia sedang berupaya memperluas cakupan perlindungan sosial bagi seluruh penduduk. Sejak diamendemen pada 2002, Undang-undang Dasar 1945 mengakui hak seluruh penduduk untuk mendapatkan jaminan sosial dan pengembangan jaminan sosial menjadi tanggung jawab negara. Meskipun berbagai program perlindungan sosial yang ada saat ini masih terpisah-pisah dan tidak terintegrasi, banyak kemajuan yang telah dicapai yang mengarah kepada sistem perlindungan sosial yang komprehensif. Salah satu pencapaian yang sangat penting adalah pelaksanaan UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional secara bertahap. Undang-undang ini mengamanatkan perluasan cakupan kepesertaan jaminan sosial terhadap seluruh penduduk berupa jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan kematian. Pendekatan yang dipakai bersifat progresif, mencakup skema bantuan pemerintah bagi penduduk miskin, skema iuran bagi pekerja di luar hubungan kerja dan iuran (persentasi upah) bagi pekerja formal. Jaminan kesehatan universal, di bawah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2014 dan jaminan sosial pekerja, di bawah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) diharapkan mulai beroperasi pada tahun Selain jaminan sosial, program-program bantuan sosial juga terus dikembangkan untuk dapat mencakup seluruh warga yang paling miskin dan rentan, serta meningkatkan koordinasi antarprogram. Landasan perlindungan Sosial (LPS) atau Social Protection Floor (SPF) merupakan pendekatan yang menggambarkan Perlindungan Sosial yang integratif untuk menjamin penghidupan dan akses semua anggota masyarakat terhadap fasilitas/jasa pelayanan sosial dasar, khususnya bagi kelompok yang rentan, dan melindungi serta memberdayakan setiap orang pada berbagai jenjang umur atau siklus kehidupan. Konsep Landasan Perlindungan Sosial dituangkan kedalam Rekomendasi ILO mengenai Landasan Perlindungan Sosial (Rekomendasi 202) tahun 2012 yang disetujui oleh seluruh anggota yang terdiri dari perwakilan pemerintah, pekerja dan pengusaha dari 185 negara dalam Konferensi Perburuhan Internasional pada tanggal 14 Juni Rekomendasi 202 merupakan acuan bagi negara anggota dalam upaya membuat dan melaksanakan landasan perlindungan sosial nasional sebagai salah satu bagian utama dalam sistem jaminan sosial yang komprehensif. Rekomendasi ini juga memberi arahan dalam membuat strategi perluasan cakupan dan peningkatan manfaat jaminan sosial bagi seluruh warga secara progresif. Langkahlangkah yang diambil disesuaikan dengan situasi di masing-masing negara serta kapasitas fiskal dan ekonomi, serta sejalan dengan standar-standar jaminan sosial ILO. Dengan menegaskan kembali bahwa jaminan sosial merupakan hak seluruh warga dan sekaligus syarat bagi perkembangan sosial dan ekonomi, Rekomendasi 202 menyatakan bahwa negara anggota perlu menentukan dan melaksanakan landasan perlindungan sosial nasional mereka. LPS terdiri dari sejumlah skema jaminan sosial yang didefinisikan oleh masing-masing negara, yang bertujuan untuk mencapai situasi di mana: (i) seluruh penduduk memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan dasar, termasuk persalinan; (ii) semua anak memiliki jaminan penghidupan khususnya untuk memenuhi kebutuhan gizi, pendidikan dan kesehatan; (iii) seluruh penduduk usia kerja memiliki jaminan penghidupan melalui dukungan fasilitasi maupun skema jaminan ketenagakerjaan dan (iv) seluruh penduduk lanjut usia dan penyandang disabilitas mendapatkan jaminan penghidupan dalam bentuk bantuan dan fasilitasi. vii

8 Komponen-komponen Landasan Perlindungan Sosial tersebut sifatnya fleksibel dan dapat diselaraskan dengan perkembangan sistem perlindungan sosial nasional. Empat jaminan tersebut di atas hanya menetapkan standar minimum terkait akses, cakupan dan tingkat jaminan pendapatan, dan layanan kesehatan dalam sistem perlindungan sosial nasional. Meskipun belum semua negara dapat segera melaksanakan seluruh komponen dan mencakup semua penduduk, LPS memberikan kerangka perencanaan pelaksanaan secara progresif untuk memastikan visi yang menyeluruh dari sistem perlindungan sosial melalui sinergi berbagai komponen yang berbeda. Kerangka LPS juga dirancang untuk mengidentifikasi kekurangan dari segi kebijakan dan implementasi, serta rekomendasi bagi pengembangan kebijakan perlindungan sosial, termasuk pembiayaan (costing) bagi pengembangan Landasan Perlindungan Sosial dengan menggunakan metode Rapid Assessment Protocol (RAP) yang dikembangkan ILO. Hasil dari perkiraan biaya tersebut merupakan informasi yang sangat bermanfaat dalam penyusunan prioritas program-program perlindungan sosial maupun realokasi anggaran pemerintah dan ruang fiskal yang diperlukan selama 10 tahun mendatang. Proses dan Hasil Penilaian Penilaian Landasan Perlindungan Sosial Berdasarkan Dialog Nasional di Indonesia: : Menuju Landasan Perlindungan Sosial Indonesia viii Selama April 2011 sampai dengan November 2012, ILO bekerja sama dengan Kementerian/Lembaga terkait dan Sub Kelompok Kerja Kantor PBB Indonesia untuk Landasan Perlindungan Sosial menyelenggarakan Penilaian atas Landasan Perlindungan Sosial berbasis Dialog Nasional (ABND) di Indonesia. Penilaian ini mencakup program-program yang terkait akses terhadap pelayanan kesehatan, jaminan tunjangan bagi anak-anak, jaminan pendapatan bagi penduduk usia kerja, dan jaminan pendapatan bagi penduduk lanjut usia (lansia) dan penyandang disabilitas. Pelaksanaan Dialog Nasional ini meliputi tahap-tahap berikut ini: Tahap 1 Pembuatan Matriks Penilaian Matriks penilaian disusun menggunakan kerangka kerja Landasan Perlindungan Sosial dan bertujuan untuk menilai perkembangan program perlindungan dan jaminan sosial, serta mengidentifikasi celah kebijakan maupun implementasi. Dari proses tersebut juga diidentifikasi rekomendasi nyata untuk perbaikan rancangan dan implementasi program-program perlindungan sosial, untuk menutup celah dalam mewujudkan Landasan Perlindungan Sosial (LPS) bagi seluruh masyarakat. Tahap 2 Protokol RAP Perangkat pembiayaan (costing) ILO atau Rapid Assessment Protocol (RAP) digunakan untuk membuat perkiraan kasar mengenai biaya yang diperlukan untuk membuat program baru atau memperluas program yang sudah ada untuk membangun Landasan Perlindungan Sosial yang komprehensif di Indonesia. Biaya tersebut dipresentasikan dalam jumlah rupiah maupun dalam persentasi PDB (Produk Domestik Bruto), maupun dalan persentasi pengeluaran pemerintah. Hasil dari costing atau perhitungan tersebut dijadikan bahan untuk mendukung diskusidiskusi mengenai prioritas kebijakan perlindungan sosial dan diskusi terkait ruang fiskal dan alokasi anggaran. Tahap 3 Finalisasi Sejumlah rekomendasi dan hasil perhitungan biaya, termasuk didalamnya identifikasi langkah-lakang yang mungkin untuk meningkatkan ruang fiskal bagi perlindungan sosial, didiskusikan dengan seluruh pemangku kepentingan dalam lokakarya-lokakarya. Laporan akhir yang memuat prioritas kebijakan perlindungan sosial disusun, untuk dibagikan dengan Pemerintah Indonesia.

9 Hasil Utama dari Penilaian Kekurangan dan berbagai persoalan umum yang ditemukan dalam berbagai program antara lain: keterbatasan cakupan program; keterbatasan akses terutama di wilayah Indonesia Timur; keterkaitan yang terbatas antara program ketenagakerjaan dengan program jaminan sosial; hampir tidak ada jaminan sosial untuk pekerja sektor informal; penghindaran jaminan sosial di sektor swasta formal; keterbatasan data dan persoalan penetapan sasaran (targeting); serta permasalahan koordinasi dan tumpang tindih antarprogram, termasuk juga dalam data dan informasi. Rekomendasi utama mencakup antara lain: merancang dan mengujicoba Layanan Program Perlindungan Sosial Satu Atap (Single Window Service) di tingkat lokal untuk memfasilitasi informasi dan akses warga kepada berbagai program dan meningkatkan koordinasi antarprogram perlindungan sosial; memastikan paket manfaat Jaminan Kesehatan memiliki tingkat perlindungan yang memadai; memperluas cakupan Program Keluarga Harapan (PKH) sebagai basis jaminan pendidikan dan kesehatan bagi anak keluarga miskin; mendukung implementasi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan; melakukan studi kelayakan asuransi pengangguran dan mengaitkannya dengan program-program ketenagakerjaan dan pengembangan keterampilan; memperluas jangkauan program untuk lanjut usia telantar dan panyandang disabilitas berat; dan pengembangan basis data (database) kelompok sasaran yang lengkap untuk memfasilitasi pelaksanaan berbagai program. Untuk keempat jaminan yang ada dalam LPS (jaminan kesehatan, jaminan penghidupan bagi anak-anak, kelompok usia kerja, serta lansia dan orang dengan disabilitas), beberapa rekomendasi yang diajukan diterjemahkan menjadi pilihan-pilihan kebijakan yang disebut skenario dan masing-masing skenario tersebut diperkirakan biayanya untuk beberapa tahun kedepan. Berdasarkan pilihan skenario yang dibuat, diperkirakan tambahan jaminan sosial untuk melengkapi landasan perlindungan sosial di Indonesia akan membutuhkan biaya antara 0,74 persen dari PDB (pilihan skenario rendah) sampai 2,45 persen PDB (pilihan skenario tinggi) pada tahun Perkiraan biaya untuk skenario jaminan kesehatan - Berdasarkan berbagai perhitungan, untuk menutup kekurangan untuk mencapai LPS dalam hal jaminan kesehatan, diperkirakan akan membutuhkan biaya sebesar 0,17 persen dari Produk Domestik Bruto (skenario rendah), dan 0,98 persen (skenario tinggi) pada tahun Jumlah iuran jaminan kesehatan yang digunakan dalam skenario didasarkan pada perkiraan paket manfaat yang saat ini tengah dirancang. Skenario rendah meliputi perluasan asuransi kesehatan yang iurannya ditanggung pemerintah untuk orang miskin, hampir miskin dan rentan miskin (40 persen terbawah) dengan standar manfaat tingkat 3 (moderat), termasuk pemeriksaan HIV bagi penduduk yang berisiko tinggi, cek kesehatan rutin bagi orang dengan HIV/ AIDS (ODHA), pengobatan ARV bagi ODHA yang memenuhi syarat, dan penyediaan paket universal untuk mengurangi penularan ibu kepada anak khususnya untuk HIV dan sipilis. Skenario Tinggi meliputi penyediaan asuransi kesehatan bagi seluruh penduduk di sektor ekonomi informal, menyediakan pemeriksaan HIV bagi penduduk usia aktif (usia tahun), cek kesehatan rutin bagi semua penderita HIV, dan pengobatan ARV bagi ODHA yang memenuhi syarat, dan paket universal untuk menurunkan penularan dari ibu ke anak khususnya untuk HIV dan Spilis. ix Perkiraan biaya untuk skenario jaminan tunjangan bagi anak-anak - Untuk menutup kekurangan LPS bagi anak-anak diperkirakan memerlukan biaya 0,03 persen dari PDB (skenario rendah), dan 0,18 persen (skenario tinggi) pada 2020.

10 Skenario rendah meliputi perluasan program PKH bagi semua penduduk miskin (bukan hanya untuk penduduk yang sangat miskin). Skenario tinggi termasuk pemberian tunjangan anak bagi semua anak secara universal. Perkiraan biaya jaminan pendapatan bagi penduduk usia kerja - Untuk menutup kekurangan LPS bagi penduduk usia kerja melalui program pekerjaan umum yang dikaitkan dengan pelatihan kejuruan diperkirakan akan menghabiskan biaya 0,47 persen dari PDB pada tahun Studi kelayakan yang lebih terperinci mengenai skema Asuransi Pengangguran dan Layanan Satu Atap perlu dilakukan; dan peta jalan untuk implementasi BPJS Ketenagakerjaan perlu disusun dengan melibatkan seluruh pihak terkait. Perkiraan biaya skenario jaminan pendapatan bagi penduduk usia tua dan penyandang disabilitas - Untuk menutup kekurangan jaminan sosial bagi lansia maupun jaminan sosial bagi penyandang disabilitas diperkirakan mencapai 0,08 persen dari PDB ( skenario rendah ), dan 0,82 persen dari PDB ( skenario tinggi) pada xpenilaian Landasan Perlindungan Sosial Berdasarkan Dialog Nasional di Indonesia: : Menuju Landasan Perlindungan Sosial Indonesia Skenario rendah meliputi perluasan skema jaminan sosial bagi penyandang disabilitas berat dan jaminan sosial bagi lansia rentan. Skenario tinggi mencakup perluasan skema pensiun nonkontribusi bagi semua penyandang disabilitas dan skema pensiun universal bagi penduduk berusia di atas 55 tahun (usia pensiun di sektor formal). Rekomendasi kebijakan di atas diharapkan dapat dieksplorasi lebih lanjut oleh berbagai pihak yang terkait untuk memperkuat pengembangan perlindungan sosial yang tengah berjalan.

11 Daftar Singkatan ABND Assessment based national dialogue AIDS Acquired immunodeficiency syndrome APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ART Anti-Retroviral Treatment ARV Anti-Retroviral BAPPENAS Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional BLK Balai Latihan Kerja BLT Bantuan Langsung Tunai BOS Bantuan Operasional Sekolah BPS Badan Pusat Statistik BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BULOG Badan Urusan Logistik CCT Conditional Cash Transfer CD4 Cluster of Differentiation 4 DJSN Dewan Jaminan Sosial Nasional DPLK Dana Pensiun Lembaga Keuangan DPPK Dana Pensiun Pencari Kerja EAST Education and Skills Training for Youth Employment FAO Food and Agriculture Organization of the United Nations G20 Kelompok 20 GDP Gross Domestic Product Gini coefficient Ukuran ketidaksetaraan dari distribusi, nilai 0 mencerminkan total keseteraan dan nilai 1 merupakan batas maksimum ketidaksetaraan HIV Human immunodeficiency virus IDR Indonesian Rupiah (1 US $ = approx. IDR 8,500) ILO International Labour Organization IMF International Monetary Fund INA- CBG Indonesia-Case Based Group INA-DRG Indonesia-Diagnosis Related Group JHT Jaminan Hari Tua JK Jaminan Kematian JKA Jaminan Kesehatan Aceh JKK Jaminan Kecelakaan Kerja JPS Jaring Pengaman Sosial KUR Kredit Usaha Rakyat Kemenakertrans Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kemendagri Kementerian Dalam Negeri Kemenkes Kementerian Kesehatan Kemensos Kementerian Sosial KPA Komisi Penanggulangan AIDS xi

12 Penilaian Landasan Perlindungan Sosial Berdasarkan Dialog Nasional di Indonesia: : Menuju Landasan Perlindungan Sosial Indonesia xii LHK LPS Menko Kesra MTCT NGO NTT ODHA OHCHR P2KP PBB PKH PKSA PMTAS PNPM Polri PPA-PKH PPK PPP PT RAP Raskin RPJM SD SJSN SMERU SMP SPF SSM SWS TNI TNP2K TKPK TVET UN UNAIDS UNDESA UNDP UNESCO UNFPA UN-HABITAT UNHCR UNICEF UNODC UNRWA USD Luar Hubungan Kerja Landasan Perlindungan Sosial Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Mother To Child Transmission Non Governmental Organization Nusa Tenggara Timur Orang dengan HIV/AIDS Office of the High Commissioner for Human Rights Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Persatuan Bangsa-Bangsa Program Keluarga Harapan Program Kesejahteraan Sosial Anak Program Makanan Tambahan Anak Sekolah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Kepolisian Republik Indonesia Pengurangan Pekerja Anak untuk Mendukung Program Keluarga Harapan Program Pengembangan Kecamatan Purchasing Power Parity Perseroan Terbatas Rapid Assessment Protocol (Protokol Penilaian Cepat) Beras untuk Orang Miskin Rencana Pembangunan Jangka Menengah Sekolah Dasar Sistem Jaminan Sosial Nasional Lembaga Penelitian Independen Sekolah Menegah Pertama Social Protection Floor (Landasan Perlindungan Sosial) Subsidi untuk Siswa Miskin Single Window Service (Layanan Satu Atap) Tentara Nasional Indonesia Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Technical and Vocational Education and Training United Nations (Persatuan Bangsa-Bangsa) Joint United Nations Program on HIV/AIDS, United Nations Department of Economic and Social Affairs United Nations Development Programme United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization United Nations Population Fund United Nations Human Settlements Programme UN Refugee Agency United Nations Children s Fund United Nations Office on Drugs and Crime United Nations Relief and Works Agency United States Dollars

13 VCT WFP WHO WMO Voluntary counseling and testing United Nations World Food Programme World Health Organization World Meteorological Organization xiii

14 Penilaian Landasan Perlindungan Sosial Berdasarkan Dialog Nasional di Indonesia: : Menuju Landasan Perlindungan Sosial Indonesia xiv

15 Pengantar I Sejak diamandemen pada tahun 2002, UUD 1945 mengakui hak seluruh penduduk untuk mendapatkan jaminan sosial, dan negara bertanggung jawab dalam penyediaan jaminan sosial bagi warga negara. Perlindungan sosial tidak hanya sebatas pemenuhan hak, tetapi juga sebagai syarat terlaksananya pembangunan ekonomi dan pertumbuhan yang setara dan berkelanjutan. Perlindungan sosial memiliki peran penting dalam pengembangan tenaga kerja yang produktif, terdidik, terampil, dan sehat. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN ) telah memprioritaskan dan mendorong pengembangan program-program yang dapat meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan bagi semua penduduk, akses terhadap pendidikan dan nutrisi bagi keluarga dengan anak, peluang kerja dan pendapatan berkelanjutan bagi penduduk usia kerja (produktif), dan jaminan pendapatan minimum bagi penduduk rentan, seperti penyandang disabilitas dan lansia telantar (Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang RPJMN ). Saat ini, lebih dari setengah penduduk di Indonesia memiliki akses terhadap asuransi kesehatan, baik dengan skema kontribusi maupun nonkontribusi. Salah satunya adalah Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat), yaitu skema asuransi kesehatan nonkontribusi yang telah menjangkau 32 persen penduduk miskin dan hampir miskin. Selain itu juga terdapat Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Siswa Miskin (BSM) untuk menjamin semua anak, termasuk dari keluarga miskin, mendapatkan pendidikan dasar. Untuk memfasilitasi akses pendidikan dan kesehatan anak dan ibu dari keluarga sangat miskin, juga diberikan bantuan tunai bersyarat melalui Program Keluarga Harapan (PKH). Berbagai program peningkatan kesejahteraan penyandang disabilitas, anak-anak, dan lanjut usia telantar juga diberikan dalam skala terbatas. Lebih lanjut, dikembangkan pula Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri baik di perdesaan maupun perkotaan untuk mendukung masyarakat dalam merancang prioritas pembangunan di wilayah mereka sendiri, termasuk melalui kegiatan pengembangan infrastruktur skala kecil, kegiatan ekonomi produktif dan layanan sosial bagi penduduk. Peluang kewirausahaan juga dikembangkan melalui program-program kredit usaha mikro. Program-program penanggulangan kemiskinan yang ada saat ini dikelompokkan dalam tiga kelompok (kluster). Kelompok 1 meliputi bantuan sosial baik dalam bentuk tunai atau non tunai. Kelompok 2 mencakup programprogram pemberdayaan masyarakat. Kelompok 3 meliputi program-program yang berupaya mendorong penciptaan dan pengembangan usaha kecil dan menengah, misalnya melalui program keuangan mikro (Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) ). Pemerintah Indonesia juga memprioritaskan pengembangan lebih lanjut sistem jaminan sosial yang diamanatkan oleh UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU No. 40/2004). Undang-undang ini memberikan mandat perluasan cakupan kepesertaan jaminan sosial terhadap seluruh penduduk dalam hal jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan jaminan kematian. Pendekatan yang dipakai bersifat progresif, mencakup skema bantuan iuran pemerintah bagi penduduk miskin, skema iuran (jumlah nominal) bagi pekerja di luar hubungan kerja dan skema iuran (persentasi upah) bagi pekerja formal. Sebagai tindak lanjutnya, UU No. 24 Tahun 2011 mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mulai tahun 2014 dan BPJS Ketenagakerjaan mulai tahun Saat laporan ini ditulis, persiapan pembentukan BPJS tengah berjalan, mencakup 1

16 antara lain penyusunan peraturan pendukung dan kajian yang diperlukan, serta penyiapan skema transisi berbagai jaminan kesehatan yang ada ke dalam pengelolaan BPJS kesehatan yang terintegrasi. Keseluruhan proses transisi akan berjalan sampai dengan tahun Lebih lanjut, komitmen Indonesia terhadap perlindungan sosial juga tercermin dalam Pakta Lapangan Kerja Indonesia yang ditandatangani secara tripartit pada 13 April 2011 (Indonesian Jobs Pact, 2011). Pakta ini memprioritaskan penciptaan lapangan kerja dan perlindungan sosial sebagai respon terhadap krisis dan untuk mendukung pembangunan sosial-ekonomi. Kerangka Social Protection Floor (SPF) atau Landasan Perlindungan Sosial (LPS) yang dipromosikan oleh PBB dan negara-negara G20 merupakan perangkat untuk menggambarkan program-program perlindungan sosial dan pengentasan kemiskinan, serta untuk mengidentifikasi opsi-opsi prioritas masa depan, dan mencari cara untuk meningkatkan sinergi kebijakan lintas program, meningkatkan efisiensi dan mengurangi fragmentasi melalui mekanisme penargetan yang lebih baik dan koordinasi antarprogram untuk mengurangi kerentanan orang miskin dan peningkatan kesejahteraan seluruh penduduk. Penilaian Landasan Perlindungan Sosial Berdasarkan Dialog Nasional di Indonesia: : Menuju Landasan Perlindungan Sosial Indonesia Konsep SPF atau LPS dirumuskan dalam bentuk rekomendasi ILO (Rekomendasi no.202) dan disetujui oleh seluruh peserta Konferensi Perburuhan Internasional ke-101 pada 14 Juni Peserta konferensi ini adalah perwakilan pemerintah, pekerja dan pengusaha dari seluruh anggota ILO. Dalam G-20, juga telah disepakati bahwa SPF akan diimplementasikan sesuai kondisi masing-masing negara. Untuk itu, beberapa negara tengah menyiapkan penilaian kebutuhan terhadap SPF yang sesuai dengan perkembangan kondisi dan kebutuhan masing-masing negara. 2

17 Konteks Konteks nasional Peningkatan prioritas perlindungan sosial Sebelum tahun 1997, Indonesia merupakan salah satu negara Asia yang memiliki kinerja ekonomi tinggi dengan rata-rata tingkat pertumbuhan (PDB) sebesar 7,4 persen per tahun (Bank Dunia, 1993). Perlindungan sosial saat itu belum menjadi bagian dari prioritas pemerintah dan belanja sosial pemerintah terkonsentrasi pada layanan sosial (Sumarto & Suryahadi, 2002). Krisis keuangan Asia pada tahun 1997 telah membuka mata semua pihak tentang kerentanan ekonomi Indonesia, serta pentingnya perlindungan sosial bagi seluruh penduduk. Meningkatnya tingkat pengangguran dan menurunnya upah riil yang dramatis telah menyebabkan 25 persen penduduk tidak miskin jatuh ke dalam jurang kemiskinan (Bank Dunia 2006). Sebagai respon terhadap krisis ini, Pemerintah meluncurkan program Jaring Pengaman Sosial nasional (JPS) pada tahun Program ini memberikan subsidi makanan pokok, pendidikan dasar, dan layanan kesehatan dasar, serta peluang kerja melalui kegiatan padat karya dan kredit usaha. Setelah pulih dari krisis 1997, pertumbuhan ekonomi kembali menguat dan tingkat kemiskinan terus menurun. Tingkat kemiskinan nasional 1 turun dari 24,23 persen pada tahun 1998 menjadi 11,96 persen pada 2012 (BPS, 2012). Rata-rata konsumsi per kapita selama periode tumbuh 1,4 persen. Sayangnya, pertumbuhan ini tidak selalu pro-rakyat miskin. Pada saat 10 persen orang terkaya menikmati pertumbuhan lebih dari 1,7 persen konsumsi rata-rata per kapita, 10 persen orang termiskin hanya mendapatkan 0,6 persen pertumbuhan (Bank Dunia, 2011a). Ketimpangan, sebagaimana ditunjukkan (secara nasional) oleh Indeks Gini, telah meningkat dari 0,32 di tahun 1996, menjadi 0,34 pada tahun 2007 dan berlanjut menjadi 0,41 pada tahun Saat ini, meskipun kemiskinan ekstrim (extreme poverty) yang ditandai dengan pengeluaran rata-rata per hari US$ 1 (purchasing power parity, PPP) atau kurang relatif rendah, hampir separuh populasi mendekati kemiskinan (43,3 persen berada dalam batasan PPP sebesar US$ 2 per hari) (Bank Dunia, 2001a). Analisis atas data pendapatan dan konsumsi menunjukkan, besarnya pergerakan keluar-masuk dari kemiskinan, mencapai lebih dari 38 persen rumah tangga miskin pada tahun 2004, dan pada 2003 mereka belum masuk dalam kategori miskin (Bank Dunia, 2006); Tiap tahun, banyak rumah tangga memiliki risiko tinggi untuk jatuh miskin, meskipun sebelumnya mereka tidak berada dalam kategori miskin. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia mengalami kemajuan pesat terkait perluasan cakupan kepesertaan jaminan sosial bagi seluruh populasi, melalui amandemen UUD 1945 mengenai perluasan jaminan sosial bagi 3 1 Tingkat kemiskinan nasional dihitung berdasarkan proporsi orang yang berada di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan oleh BPS didefinisikan sebagai nilai per kapita pengeluaran per bulan untuk menyediakan makanan dan kebutuhan-kebutuhan nonpangan dasar. Mengingat besar dan beragamnya negeri ini, garis kemiskinan ditetapkan dengan tingkat yang berbeda untuk provinsi dan daerah perkotaan maupun pedesaan di setiap provinsi. Rata-rata garis kemiskinan nasional pada 2011 adalah Rp

18 seluruh penduduk dan dengan diundangkannya UU No. 40/2004 mengenai Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Hal ini memperlihatkan komitmen pemerintah terhadap perlindungan sosial bagi semua. Perkembangan terakhir menuju penerapan UU Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah disahkannya UU No. 24/2011 yang memberikan mandat perubahan kepada empat penyedia jasa jaminan sosial milik negara (PT Askes, PT Jamsostek, PT Taspen, dan PT Asabri) menjadi dua penyedia, yakni penyedia jasa asuransi kesehatan mulai tahun 2014, dan penyedia jasa jaminan sosial tenaga kerja mulai pertengahan tahun Tinjauan skema kebijakan yang ada Sistem perlindungan sosial pada prinsipnya terdiri atas jaminan sosial, bantuan sosial (yang merupakan bagian dari program anti kemiskinan yang lebih luas), dan subsidi pemerintah 2. Skema dan program yang ada cenderung terfragmentasi dan tersebar di beberapa kementerian yang berbeda seperti Kementerian Kesehatan, Pendidikan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Sosial, Dalam Negeri, Pekerjaan Umum, dan sebagainya Skema Jaminan Sosial Penilaian Landasan Perlindungan Sosial Berdasarkan Dialog Nasional di Indonesia: : Menuju Landasan Perlindungan Sosial Indonesia 4 Penyelenggaraan jaminan sosial yang ada saat ini dikelola oleh empat BUMN yang berbadan hukum PT (Perseroan Terbatas) 3 yaitu: 1. PT Jamsostek mengelola dana asuransi sosial bagi pekerja sektor swasta. Jamsostek memiliki empat skema: jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan pemeliharaan kesehatan dan jaminan hari tua. 2. PT Taspen mengelola program tabungan hari tua dan dana pensiun bagi pegawai negeri. 3. PT Askes menyediakan asuransi kesehatan bagi pegawai negeri sipil (PNS), pensiunan PNS serta pensiunan TNI/Polri. Tabel 1: Program-Program Jaminan Sosial Kelompok Sasaran TNI dan Polri Pegawai Negeri Karyawan Sektor Swasta Jenis Manfaat Dana Pensiun, Tabungan hari tua, Kematian, Kecelakaan Kerja, Disabilitas Perawatan Kesehatan Dana Pensiun, Tabungan hari Tua, Kematian, Disabilitas Asuransi Kesehatan Tabungan Hari Tua, Kematian, Kecelakaan Kerja Institusi PT Asabri Rumah Sakit TNI PT Askes (bagi pensiunan) PT Taspen PT Askes PT Jamsostek Pengawas Kementerian Kementerian Pertahanan, Kementerian BUMN Kementerian Keuangan Kementerian Kesehatan, Kementerian BUMN, Kementerian Keuangan Kementerian Tenaga Kerja & Transmigrasi, Kementerian BUMN Perawatan Kesehatan PT Jamsostek (opsional) 2 Dalam beberapa literatur misalnya Grosh et al (2008), subsidi pemerintah tidak dimasukkan sebagai bagian dari sistem perlindungan sosial. Terdapat kontroversi pada subsidi komoditas terutama yang sebagian besar dinikmati oleh kelompok nonmiskin (misalnya subsidi BBM dan subsidi listrik). 3 Penyelenggaraan jaminan sosial oleh keempat BUMN akan beralih kepada dua Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), yaitu BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014 dan BPJS Ketenagakerjaan pada 1 Juli 2015 sesuai amanat UU Nomor 24 Tahun 2011

19 4. PT Asabri menyediakan program tabungan hari tua dan program pensiun serta asuransi kematian dan kecelakaan kerja bagi anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dan pegawai negeri di lingkungan Kementerian Pertahanan. Angkatan bersenjata juga memiliki beberapa fasilitas kesehatan tersendiri. Sementara itu, mayoritas pekerja sektor informal belum tercakup dalam sistem jaminan sosial. Secara terbatas, Program Asuransi Kesejahteraan Sosial (Askesos) dari Kementerian Sosial bekerja sama dengan PT Jamsostek saat ini menyediakan skema asuransi kecelakaan kerja dan asuransi kematian kepada beberapa kelompok pekerja informal seperti pedagang keliling dan pengusaha mikro. Selain itu, juga terdapat inisiatif berupa program percontohan berskala kecil dari PT Jamsostek untuk pekerja di luar hubungan kerja (Jamsostek LHK) yang menyediakan asuransi kesehatan, kecelakaan kerja, jaminan hari tua, dan kematian Bantuan Sosial dan subsidi Bantuan sosial disediakan melalui berbagai program yang menyediakan akses terhadap pendidikan, perawatan kesehatan, pangan, infrastruktur sosial dan peluang kerja. Berbagai program ini diimplementasikan oleh berbagai kementerian terkait. Subsidi pemerintah, baik yang sifatnya universal maupun yang ditargetkan, terdiri dari subsidi energi (bahan bakar dan listrik) yang bersifat universal dan subsidi nonenergi (raskin, pupuk, bibit, kredit, kedelai, minyak goreng dsb) yang ditargetkan untuk kategori penduduk tertentu. Tabel 2: Bantuan Sosial dan Subsidi Kelompok Sasaran Jenis manfaat Program Pengawas Kementerian Rumah tangga miskin Perawatan Kesehatan Gratis Beras bersubsidi Jamkesmas Raskin Kementerian Kesehatan Kemenko Kesra Bantuan Langsung Tunai bersyarat PKH, PKSA Kemensos Bantuan tunai Rp per bulan bagi penyandang disabilitas berat JSPACA Kemensos Bantuan tunai Rp per bulan bagi lansia rentan telantar JSLU Kemensos Beasiswa yang mencakup biaya buku, seragam dsb Beasiswa untuk siswa miskin Kementerian Pendidikan Masyarakat miskin Dana Langsung (Block grant) kepada masyarakat untuk pembangunan infrastruktur sosial dan fisik di kecamatan dan desa/kelurahan. PNPM Kemenko Kesra (PNPM pedesaan di bawah Kementerian Dalam Negeri, PNPM perkotaan di bawah Kementerian Pekerjaan Umum 4 Usaha kecil dan mikro Pemberdayaan usaha kecil dan mikro melalui program kredit mikro Kredit Usaha Rakyat (KUR) Kemenko Perekonomian 5 Bersifat Umum/ Universal Persalinan Gratis Bantuan Langsung Sekolah Jampersal BOS Kementerian Kesehatan Kementerian Pendidikan 5 4 Juga didukung beberapa sektor lainya seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Kementerian Pariwisata) 5 Beserta instansi-instansi pembina, di antaranya Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Kehutanan, serta Instansi terkait lainnya (sebagaimana tercantum dalam skema penyaluran KUR, dalam

20 Dari subsidi ke program pengentasan kemiskinan Berawal dari pengalihan alokasi subsidi BBM ke program perlindungan sosial, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (dalam Peraturan Pemerintah No. 5/2010) mempertajam fokus pengentasan kemiskinan melalui pengelompokan program-program penanggulangan kemiskinan. Melalui Peraturan Presiden No. 15/2010 koordinasi program-program pengentasan kemiskinan nasional ditingkatkan langsung di bawah kantor Sekretariat Wakil Presiden untuk mempermudah sinergi multi sektor dan agenda penanggulangan kemiskinan yang beragam di bawah kementerian yang berbeda. Dengan transformasi ini, TKPK (Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan yang sebelumnya di bawah Kementerian Koordinator Kesra berubah nama menjadi TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan). Koordinasi program-program pengentasan kemiskinan dikelola dalam tiga kelompok (kluster) sebagai berikut: (i) Kelompok bantuan sosial bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kaum miskin, dengan menyasar unitunit rumah tangga. Instrumen kelompok ini antara lain asuransi kesehatan bagi orang miskin (Jamkesmas), subsidi beras untuk orang miskin (Raskin), Bantuan Langsung Tunai Bersyarat (Program Keluarga Harapan/ PKH), beasiswa bagi kaum miskin, dan bantuan sosial bagi penyandang disabilitas, lansia dan anak telantar. Penilaian Landasan Perlindungan Sosial Berdasarkan Dialog Nasional di Indonesia: : Menuju Landasan Perlindungan Sosial Indonesia 6 (ii) (iii) Kelompok pemberdayaan masyarakat dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas dan pendapatan kaum miskin, dan untuk melibatkan masyarakat miskin dalam proses-proses pembangunan. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) adalah instrumen utama dari Kelompok ini. Kelompok pemberdayaan usaha kecil dan mikro bertujuan untuk mendukung pengembangan usaha kecil dan mikro. Instrumen utama kluster ini adalah program kredit usaha rakyat (KUR) Kerangka Hukum Dasar hukum dari berbagai program perlindungan sosial yang ada saat ini adalah sebagai berikut: Tabel 3: Kerangka Hukum Nama skema atau program dan manfaat utama JAMSOSTEK (kecelakaan kerja, kematian, jaminan hari tua untuk sektor formal) JAMSOSTEK (pemeliharaan kesehatan bagi sektor formal) ASKES (kesehatan bagi PNS, pensiunan PNS, pensiunan ABRI dan veteran) JAMKESMAS Kerangka Hukum UU No. 3/1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja Peraturan Pemerintah No. 14/1993 tentang Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Peraturan Pemerintah No. 69/1991 mengenai Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta Keluarganya Peraturan Pemerintah No. 28/2003 tentang Subsidi dan Iuran Pemerintah dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun UU No. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial UU No. 36/2009 tentang Kesehatan Keputusan Menteri Kesehatan No. 686/2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas JAMPERSAL UU No. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial UU No. 36/2009 tentang Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2562/MENKES/PER/XII/2011 tentang Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan

Asesmen Perlindungan Sosial Berbasis Dialog Nasional di Indonesia

Asesmen Perlindungan Sosial Berbasis Dialog Nasional di Indonesia INTRO Asesmen Perlindungan Sosial Berbasis Dialog Nasional di Indonesia Sosial Protection Floor (SPF) atau Landasan Perlindungan Sosial (LPS) adalah serangkaian hak dasar dan bantuan langsung yang memungkinkan

Lebih terperinci

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja K187 Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 1 K187 - Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ISBN 978-92-2-xxxxxx-x Cetakan Pertama, 2010

Lebih terperinci

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial K102 Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial 1 Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial Copyright Organisasi Perburuhan Internasional

Lebih terperinci

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA Ringkasan Selama 15 tahun terakhir, Indonesia mengalami perubahan sosial dan politik luar biasa yang telah membentuk latar belakang bagi pekerjaan layak di negeri

Lebih terperinci

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial K102 Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial 1 Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial Copyright Organisasi Perburuhan Internasional

Lebih terperinci

Working Improvement In Small and Medium Construction (WISCON) by PAOT (Participatory Action Oriented Training)

Working Improvement In Small and Medium Construction (WISCON) by PAOT (Participatory Action Oriented Training) Daftar Periksa Pembinaan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi Kecil dan Menengah dengan Metode Pelatihan Partisipasi Aktif Working Improvement In Small and Medium

Lebih terperinci

Landasan Perlindungan Sosial di Asia Tenggara: Menutup celah-celah perlindungan bagi anak dan keluarga

Landasan Perlindungan Sosial di Asia Tenggara: Menutup celah-celah perlindungan bagi anak dan keluarga Landasan Perlindungan Sosial di Asia Tenggara: Menutup celah-celah perlindungan bagi anak dan keluarga Rachael Chadwick International Labour Organization, Jakarta Child Poverty and Social Protection Conference

Lebih terperinci

UNIVERSAL HEALTH COVERAGE BAGI SEKTOR INFORMAL

UNIVERSAL HEALTH COVERAGE BAGI SEKTOR INFORMAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL UNIVERSAL HEALTH COVERAGE BAGI SEKTOR INFORMAL Dr. Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, MA Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan

Lebih terperinci

Rancangan Sistem Rujukan Terpadu Untuk Perluasan Program Perlindungan Sosial di Indonesia

Rancangan Sistem Rujukan Terpadu Untuk Perluasan Program Perlindungan Sosial di Indonesia ILO/Japan Fund for Building Social Safety Nets in Asia and the Pacific International Labour Organization Rancangan Sistem Rujukan Terpadu Untuk Perluasan Program Perlindungan Sosial di Indonesia Kantor

Lebih terperinci

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Sekilas tentang Profil Nasional untuk Pekerjaan Layak Apa itu Pekerjaan Layak? Agenda Pekerjaan Layak, yang dikembangkan Organisasi (ILO) semakin luas diakui sebagai

Lebih terperinci

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan

Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan Efektivitas Program Bantuan Sosial dalam Pengurangan Kemiskinan dan Ketimpangan Asep Suryahadi, Niken Kusumawardhani, Ridho Al Izzati The SMERU Research Institute % Ekonomi terus tumbuh, kemiskinan menurun,

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Melindungi

Lebih terperinci

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial 2 Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan

Lebih terperinci

Pedoman ILO tentang PENGELOLAAN PENYANDANG DISABILITAS DI TEMPAT KERJA

Pedoman ILO tentang PENGELOLAAN PENYANDANG DISABILITAS DI TEMPAT KERJA Pedoman ILO tentang PENGELOLAAN PENYANDANG DISABILITAS DI TEMPAT KERJA 1 2 PEDOMAN ILO TENTANG PENGELOLAAN PENYANDANG DISABILITAS DI TEMPAT KERJA Copyright International Labour Organization 2006, 2013

Lebih terperinci

Kerangka Analisis untuk Mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Kewajiban Pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia untuk di Indonesia

Kerangka Analisis untuk Mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Kewajiban Pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia untuk di Indonesia Tujuan 8: Mempromosikan keberlajutan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan yang produktif dan menyeluruh, serta perkerja layak bagi semua Hak untuk Bekerja sebagai Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

Memperluas Cakupan Jaminan Sosial bagi Pekerja Sektor Perekonomian Informal: Langkah ke Depan

Memperluas Cakupan Jaminan Sosial bagi Pekerja Sektor Perekonomian Informal: Langkah ke Depan Memperluas Cakupan Jaminan Sosial bagi Pekerja Sektor Perekonomian Informal: Langkah ke Depan Memperluas Cakupan Jaminan Sosial bagi Pekerja Sektor Perekonomian Informal: Langkah ke Depan Hak Cipta Organisasi

Lebih terperinci

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS Oleh: dr. AHMAD NIZAR SHIHAB,SpAn Anggota Komisi IX DPR RI Rakeskesnas, 17 April 2013 Makasar VISI Kementerian Kesehatan MASYARAKAT SEHAT YANG MANDIRI DAN BERKEADILAN

Lebih terperinci

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL

BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL KANTOR WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BERALIH DARI SUBSIDI UMUM MENJADI SUBSIDI TERARAH: PENGALAMAN INDONESIA DALAM BIDANG SUBSIDI BBM DAN REFORMASI PERLINDUNGAN SOSIAL Dr. Bambang Widianto Deputi Bidang

Lebih terperinci

Paparan teknis ini membahas: Perlidungan Sosial bagi Semua. Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi:

Paparan teknis ini membahas: Perlidungan Sosial bagi Semua. Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi: Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai

Lebih terperinci

Pengembangan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia

Pengembangan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia Sidang ke-92 2004 Laporan IV (1) Konperensi Perburuhan Internasional Pengembangan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia pokok ke 4 dalam agenda Kantor Perburuhan Internasional Hak Cipta Kantor Perburuhan Internasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) K168 - Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168) 2 K168 Konvensi

Lebih terperinci

Naskah Rekomendasi tentang HIV dan AIDS dan Dunia Kerja. Organisasi Perburuhan Internasional

Naskah Rekomendasi tentang HIV dan AIDS dan Dunia Kerja. Organisasi Perburuhan Internasional Naskah Recommendation Rekomendasi tentang concerning HIV dan HIV AIDS and AIDS dan anddunia the World Kerja, of2010 Work, (No. 2010 200) (No. 200) Organisasi Perburuhan Internasional 1 Konferensi Perburuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi

Lebih terperinci

Siaran Pers Dukungan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi terhadap proyek-proyek ILO di Jawa Timur

Siaran Pers Dukungan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan Provinsi terhadap proyek-proyek ILO di Jawa Timur Organisasi Perburuhan Internasional - Jakarta International Labour Organization Jakarta Senin, 29 Juli 2013 UNTUK DIBERITAKAN SEGERA Siaran Pers Dukungan Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan

Lebih terperinci

2 - Pedoman Praktis, Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Konstruksi

2 - Pedoman Praktis, Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Konstruksi 1 Hak Cipta Organisasi Perburuhan Internasional 2005 Publikasi-publikasi International Labour Office memperoleh hak cipta yang dilindungi oleh Protokol 2 Konvensi Hak Cipta Universal. Meskipun demikian,

Lebih terperinci

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH

KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KONSOLIDASI KELEMBAGAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN PUSAT DAERAH DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG PAKET KEBIJAKAN EKONOMI MENJELANG DAN SESUDAH BERAKHIRNYA PROGRAM KERJASAMA DENGAN INTERNATIONAL MONETARY FUND PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DEPUTI BIDANG KEMISKINAN, KETENAGAKERJAAN, DAN UKM BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BAPPENAS Rapat Koordinasi Pembangunan

Lebih terperinci

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Wahyuningsih Darajati Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Kementerian PPN/Bappenas

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N0. 177 A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara Anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) merupakan organisasi perdamaian

Lebih terperinci

Kajian Aktuaria reformasi BPJS Ketenagakerjaan

Kajian Aktuaria reformasi BPJS Ketenagakerjaan Kajian Aktuaria reformasi BPJS Ketenagakerjaan Kajian aktuaria ini dilakukan bedasarkan permintaan permintaan pemerintah sindonesia dalam merencanakan dan melaksanakan program pensiun baru di Indonesia

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EFEKTIFITAS STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN

MENINGKATKAN EFEKTIFITAS STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN MENINGKATKAN EFEKTIFITAS STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN Hendri Saparini, Ph.D saparini@coreindonesia.org Diskusi Biro Analisa Anggaran - Setjen DPR RI Jakarta, 10 Juli 2014 Pengentasan

Lebih terperinci

BAB II. Organisasi Buruh Internasional. publik. Dimana masih sering terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam

BAB II. Organisasi Buruh Internasional. publik. Dimana masih sering terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam BAB II Organisasi Buruh Internasional Kesejahteraan buruh saat ini masih menjadi pembicaraan di khalayak publik. Dimana masih sering terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan hukum ketenagakerjaan.

Lebih terperinci

Perlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN. Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016

Perlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN. Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016 Perlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016 Struktur presentasi Apa itu perlindungan sosial? Perlindungan

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Pelayanan Kesehatan Berkualitas untuk Semua Pesan Pokok 1. Pelayanan kesehatan di Indonesia telah membaik walaupun beberapa hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. 1 Universitas Indonesia. Analisis pelaksanaan..., Rama Chandra, FE UI, 2010. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi, terutama, oleh negara-negara yang sedang berkembang, memang sangatlah kompleks. Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan

Lebih terperinci

Daftar Periksa Pembinaan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Usaha Kecil dan Menengah dengan Metoda Pelatihan Partisipasi Aktif

Daftar Periksa Pembinaan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Usaha Kecil dan Menengah dengan Metoda Pelatihan Partisipasi Aktif Daftar Periksa Pembinaan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Usaha Kecil dan Menengah dengan Metoda Pelatihan Partisipasi Aktif Working Improvement in Small Medium Enterprise (WISE) by PAOT

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL I. UMUM Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diamanatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi kesehatan sedunia, dan secara nasional dalam amandemen UUD 1945 pada Pasal 28-

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL 1 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL I. UMUM Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diamanatkan

Lebih terperinci

Pakta Lapangan Kerja Global

Pakta Lapangan Kerja Global Organisasi Perburuhan Internasional Pulih dari Krisis: Pakta Lapangan Kerja Global Pulih dari Krisis: Pakta Lapangan Kerja Global Diadopsi oleh Konferensi Perburuhan Internasional Sesi ke-98, Jenewa, 19

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui aktivitas seksual dengan pasangan penderita infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

Pengembangan Keterampilan untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Kehidupan yang Berkelanjutan.

Pengembangan Keterampilan untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Kehidupan yang Berkelanjutan. Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage merupakan sistem penjaminan kesehatan yang memastikan semua orang dapat menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan tanpa harus mengalami

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI

KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI 1 2012-2013 Kerugian terhadap lapangan kerja akibat krisis finansial dan ekonomi telah menyebabkan kesulitan hidup bagi pekerja perempuan dan laki-laki, keluarga dan komunitas,

Lebih terperinci

Hak Cipta Kantor Kantor Perburuhan Internasional 2003 Pertama terbit tahun 2003

Hak Cipta Kantor Kantor Perburuhan Internasional 2003 Pertama terbit tahun 2003 Hak Cipta Kantor Kantor Perburuhan Internasional 2003 Pertama terbit tahun 2003 Publikasi Kantor Perburuhan Internasional dilindungi oleh Protokol 2 dari Konvensi Hak Cipta Dunia (Universal Copyright Converntion).

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI

TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI 1. Dasar Hukum : a. UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Mengatur antara lain pemisahan peran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan juga didefinisikan

Lebih terperinci

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan. DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH mutupelayanankesehatan.net I. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

Organisasi Perburuhan Internasional

Organisasi Perburuhan Internasional Organisasi Perburuhan Internasional Kesimpulan tentang Pengembangan Perusahaan yang Berkesinambungan Konferensi ILO, Juni 2007 Organisasi Perburuhan Internasional Pengembangan Perusahaan yang Berkesinambungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses berencana dari kondisi tertentu kepada kondisi yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan tersebut bertujuan

Lebih terperinci

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk resiko-resiko

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA Abstrak Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia telah menjadi prioritas di setiap era pemerintahan dengan berbagai program yang digulirkan. Pengalokasian anggaran

Lebih terperinci

Tinjauan atas Peraturanperaturan

Tinjauan atas Peraturanperaturan Organisasi Perburuhan Internasional Tinjauan atas Peraturanperaturan tentang Perlindungan Sosial Utama Tinjauan atas Peraturan-peraturan tentang Perlindungan Sosial Utama 2 Undang-undang No. 13 Tahun 2003

Lebih terperinci

Analisa Media Edisi Januari 2014

Analisa Media Edisi Januari 2014 Karut Marut BPJS Awal tahun 2014, pemerintah resmi menjalankan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan Ketenagakerjaan. Berlakunya BPJS merupakan implementasi UU No. 24 tahun 2011 tentang

Lebih terperinci

Pemanfaatan Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial di Kota Tanjung Balai

Pemanfaatan Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial di Kota Tanjung Balai Pemanfaatan Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial di Kota Tanjung Balai Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) September 2017 1

Lebih terperinci

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958 2 R-111 Rekomendasi Diskriminasi (Pekerjaan dan Jabatan), 1958 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

Produk BPJS Ketenagakerjaan. Orientasi Persiapan Kerja Tahun 2016

Produk BPJS Ketenagakerjaan. Orientasi Persiapan Kerja Tahun 2016 Produk BPJS Ketenagakerjaan Orientasi Persiapan Kerja Tahun 2016 The The 9 PP NOMOR 60/2015 Perubahan atas PP 46/2016 tentang Jaminan Hari Tua 10 PERMENAKER 26/2015 Tata Cara Penyelenggaraan Program JKK,

Lebih terperinci

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA

International Monetary Fund UNTUK SEGERA th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C USA Siaran Pers No. 16/104 International Monetary Fund UNTUK SEGERA 700 19 th Street, NW 15 Maret 2016 Washington, D. C. 20431 USA Dewan Eksekutif IMF Menyimpulkan Konsultasi Pasal IV 2015 dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, satu sama lain seperti: tingkat pendapatan, pendidikan, akses

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sharp et al. (1996) mengatakan kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai negara maju dan merupakan

Lebih terperinci

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 2 R-165 Rekomendasi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI

ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG UMKM DAN KOPERASI Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi Disampaikan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Pembangunan Pedesaan:: Akses, Ketenagakerjaan dan Peluang Meraih Pendapatan.

Pembangunan Pedesaan:: Akses, Ketenagakerjaan dan Peluang Meraih Pendapatan. Dalam mempersiapkan masukan ILO kepada Komite Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia, 12 seri paparan teknis singkat (Technical Briefing Notes-TBNs) telah disusun untuk memenuhi dua tujuan. Pertama, sebagai

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/ LEMBAGA : KEMENTERIAN KOORDINATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT I. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian

Lebih terperinci

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014 ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014 OLEH : DR.CHAZALI H. SITUMORANG, APT, M,Sc / KETUA DJSN SJSN: Reformasi Jaminan Sosial TATA CARA SJSN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMSOS

Lebih terperinci

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan, CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP 2013 A. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen).

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak

Lebih terperinci

APBN 2008 dan Program Kompensasi. Freddy H. Tulung Dirjen SKDI

APBN 2008 dan Program Kompensasi. Freddy H. Tulung Dirjen SKDI APBN 2008 dan Program Kompensasi Freddy H. Tulung Dirjen SKDI 1 Filosofi Kebijakan Pemerintah Kebijakan yang populer belum tentu benar, kebijakan yg benar tidak selamanya populer Ekonomi negara harus dikelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Acuan Kebijakan Kemiskinan merupakan masalah multidimensi. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah perempuan yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dari tahun ke tahun semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2015 TENTANG ASURANSI SOSIAL PRAJURIT TENTARA NASIONAL INDONESIA, ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan II.1.M.B-1. (dalam miliar rupiah)

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan II.1.M.B-1. (dalam miliar rupiah) MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN Bidang: Lintas Bidang Penanggulangan Kemiskinan (dalam miliar rupiah) No 2012 2013 2014 I. Prioritas: Penanggulangan Kemiskinan A. Fokus Prioritas: Peningkatan

Lebih terperinci

Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia 2008:

Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia 2008: Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia 2008: Kemajuan dan jalan menuju pembangunan padat karya Kantor Perburuhan Internasional Kantor untuk Indonesia dan Timor Leste Copyright Organisasi Perburuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dasar dan paling essensial dari pembangunan tidak lain adalah mengangkat kehidupan manusia yang berada pada lapisan paling bawah atau penduduk miskin, kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 Pasal 28 H dan Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009

Lebih terperinci

MENGUKUR PENDAPATAN DAN KEMISKINAN MULTI-DIMENSI: IMPLIKASI TERHADAP KEBIJAKAN

MENGUKUR PENDAPATAN DAN KEMISKINAN MULTI-DIMENSI: IMPLIKASI TERHADAP KEBIJAKAN MENGUKUR PENDAPATAN DAN KEMISKINAN MULTI-DIMENSI: IMPLIKASI TERHADAP KEBIJAKAN Sudarno Sumarto Policy Advisor - National Team for the Acceleration of Poverty Reduction Senior Research Fellow SMERU Research

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SJSN. Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional

IMPLEMENTASI SJSN. Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional IMPLEMENTASI SJSN Rapat Pakar tentang Jaminan Sosial dan Landasan Perlindungan Sosial: Belajar dari Pengalaman Regional DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL Jakarta, 12 Desember 2011 1 Latar belakang SJSN SJSN

Lebih terperinci

BAGAIMANA CARANYA AGAR PROGRAM BANTUAN SOSIAL DI INDONESIA LEBIH RAMAH ANAK?

BAGAIMANA CARANYA AGAR PROGRAM BANTUAN SOSIAL DI INDONESIA LEBIH RAMAH ANAK? BAGAIMANA CARANYA AGAR PROGRAM BANTUAN SOSIAL DI INDONESIA LEBIH RAMAH ANAK? Bambang Widianto Deputi Sekretaris Wakil Presiden Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Penanggulangan Kemiskinan/Sekretaris Eksekutif

Lebih terperinci

Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional. Jakarta, 7 Nopember 2012

Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional. Jakarta, 7 Nopember 2012 Prospek Pengawasan Implementasi UU SJSN/BPJS Dr.. Chazali H. Situmorang, Apt, Msc.PH Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional Jakarta, 7 Nopember 2012 1 Suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial

Lebih terperinci

OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA*

OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA* OPSI ALTERNATIF: PERCEPATAN CAKUPAN SEMESTA ASURANSI KESEHATAN SOSIAL DI INDONESIA* Soewarta Kosen, Tati Suryati dan Muh. Karyana PusLitBang Sistem dan Kebijakan Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

komisi penanggulangan aids nasional

komisi penanggulangan aids nasional 1 komisi penanggulangan aids nasional Pendahuluan: Isi strategi dan rencana aksi nasional penanggulangan HIV dan AIDS ini telah mengacu ke arah kebijakan yang terdapat dalam RPJMN 2010-2014. Strategi dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salah satu dari keempat NSPK yang diterbitkan dalam bentuk pedoman ini adalah Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.

KATA PENGANTAR. Salah satu dari keempat NSPK yang diterbitkan dalam bentuk pedoman ini adalah Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak. KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah kemiskinan masih tetap menjadi masalah fenomenal yang masih belum dapat terselesaikan hingga

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Menyelesaikan Desentralisasi Pesan Pokok Pemerintah daerah (Pemda) di Indonesia kurang memiliki pengalaman teknis untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR 4

Lebih terperinci

Perlindungan Sosial di Indonesia. Persiapan Pengembangan Agenda

Perlindungan Sosial di Indonesia. Persiapan Pengembangan Agenda Perlindungan Sosial di Indonesia Persiapan Pengembangan Agenda Juli 2008 Perlindungan Sosial di Indonesia: Persiapan Pengembangan Agenda Hak Cipta Organisasi Perburuhan Internasional 2008 Cetakan Pertama,

Lebih terperinci

Transformasi BPJS 2. September 2011

Transformasi BPJS 2. September 2011 Transformasi BPJS 2 September 2011 1 Transformasi BPJS 2 (1) RUU BPJS disahkan menjadi UU Nov 2011 Ijin prakarsa pembuatan dan revisi PP terkait JHT dan JP Proses konsultasi publik terkait harmonisasi

Lebih terperinci

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS

MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS MENETAPKAN SASARAN BERBASIS WILAYAH DAN RUMAH TANGGA MENGGUNAKAN DATA BDT, PODES, DAN SUSENAS Elan Satriawan Ketua Pokja, TNP2K 1 LATAR BELAKANG Berbagai indikator kemiskinan seperti P0, P1, ataupun P2

Lebih terperinci

Pedoman untuk Persiapan Pengajuan Proposal Program Pencegahan HIV dan Pengobatan Ketergantungan Napza Terpadu

Pedoman untuk Persiapan Pengajuan Proposal Program Pencegahan HIV dan Pengobatan Ketergantungan Napza Terpadu Lampiran 1 Pedoman untuk Persiapan Pengajuan Proposal Program Pencegahan HIV dan Pengobatan Ketergantungan Napza Terpadu 1. PENDAHULUAN 1.1. Pertimbangan Umum Penggunaan dan ketergantungan napza adalah

Lebih terperinci